Publisher © 2009. Panitia Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008 www.festivalkesenianyogyakarta.com
Translator Mubarika DFN, Camelia Tri Lestari, Imelda Fajar Puspaningrum Cover Photo Dwi Prasetyo “Oblo: Budi Susanto Prepress Kotasis Kamar Desain 3x3x3 Printing Cahaya Timur Offset, Yogyakarta Edition 600 copies
PRINTED IN INDONESIA
© 2009. Designed by Kotasis Kamar Desain 3x3x3, Yogyakarta, Indonesia Graphic Designer Hendra Harsono | Art Director Gamaliel W. Budiharga www.kotasis.com | kotasis@kotasis.com
June 7 th –August 7 th 2008
D aftar I si C ontents Daftar Panitia/Board of Committee Sebuah Pengantar/Preface Pembukaan & Pawai/Opening Babad Kampung
ii iv 5 10
Ledhok Tukangan
15
Samirono
16
Kotagede
18
Suryowijayan
21
Mergangsan Kidul
23
Pandean
24
Kricak Kidul
28
Minggiran
30
Pajeksan
30
Teater “Deleilah”/ “Deleilah” Theatre Performance Program International/International Programme
34 42
Pantomim Mime Bizot/ Pantomime Show
45
Balet Rotterdam-New York/Rotterdam-New York Ballet
48
Pertunjukan Tari dan Akrobat/ Dance and Acrobat Performance
54
Pesta Musik/ The Music Party “PercuSOUNDS!!!”
57
Tari Kontemporer JCDN/Contemporary Dance Performance
60
Perfomance Art Living Fossils
62
Pasar Raya/The Festival Fair Jogja Art Fair#1 The Onto’s: Mascot of FKY XX 2008 Lampiran/Enclosure
66 76 82 92
Rekapitulasi Pemberitaan Media/Media Expose
106
Jadwal Talkshow Radio/Radio Talkshow Schedule
118
ii
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
B oard of C ommittee F estival K esenian Y ogyakarta XX 2008
Excecutive Director Aji Wartono Artistic Director Agung Kurniawan Senior Secretary Aisyah Hilal Junior Secretary Melisa Angela Treasurer Yustina W. Neni Internal Researcher Sri Kuncoro Office Boy Jadul Santosa Publication Coordinator Ratna Mufida Branding Hendy Setiawan Distribution Ahmad Syauki Administrative Staff Ayu Fetriana Rosati Media Center Anggit Tut Pinilih, Imam, Sovya Marda, Ragil Opening & Carnival Coordinator Very Adrian Assisten Coordinator Budi Santosa Administrative Staff Citra Sudarmanto Babad Kampung Coordinator Yoshi Fajar Kresno Murti
June 7 th –August 7 th 2008
Field Coordinator Anton Subiyanto
Documentation
Ass. Field Coordinator Bagas Arga Santosa,
Photographer Dwi Oblo, Arief Sukardono, Budi N.D.
Antonius Fajar
Dharmawan, Ulet Ifansasti, Wisnu Ajisatria, Agung
Reporter Syafiatudina, Olivia Lewi
Prasetyo, Saiful Anwar (JAF #1)
Artistic Assistant Eko Nuryono, Andi Sri Wahyudi,
Video 03 (Kosong Tiga) Multimedia Services
iii
Puthut Buchori Technical Expert Novindra Diratara, Anto Hercules Teater “Deleilah” Director Joned Suryatmoko
In-house Designer Johanes Budi, Daniel Timbul Cahya
Line Producer Aniek Rusmawati
Krisna, Anang Saptoto (JAF #1)
Music Arranger Ari Wulu Vocal Teacher Pancasona Aji
Volunteering
Artistic Director Pak Clink
Pasar Raya Field Coordinator Koko, Herdi, Astowo
The festival fair
SPG/ Front Desk Yulia Angelina, Christa Helda Elim,
Director Bambang ‘Toko’ Witjaksono
Laura Indah, Desma, Eskarina Andwika
Coordinator of Stands and Commerce Satya
Public Relation Sendi, Tiko, Jun, Ria
Brahmantya
Liason Officer Tedjo, Wahyu, Daris, Feri, Iman, Dono,
Ass. Coordinator of Stands and Commerce Iqbal
Pethek, Ambar, Doyok, Pulung, Martin, Eric
Reka Rupa, Baskoro Latu
Security Taqiyudin, Itus, Bowo, Wicaksono, Hernowo
Secretary Nobi Susilo
Andriantono, Andre, Ali C Barata, Rizal Abu K, Munif
Treasurer Sintya Ratna Ass. Treasurer Virissa Septavy Syamsadhiya
Stage Crew Caesar (Stage Manager), Erson Padapiran,
Programs Coordinator Very Adrian
Gurit, Ibnu Widodo “Gundul” (Sri Rejeki), Wahyu Nur
Ass. Programs Coordinator Budi Santosa, Christy
Cahyo, Heru Fajar F, Dayat, Arif, Setyo
Mahanani, Novi Christiastuti Adiputri
Master of Ceremony Cuwi, Gundi, Alit, Gundul Sri Rejeki
Jogja Art Fair#1 Director Heri Pemad
FKY XX 2008’s Post Even Catalogue Production
Secretary Sari Handayani
Translator Mubarika DFN, Camelia Tri Lestari, Imelda
Treasurer Devi Triasari
Fajar Puspaningrum
Administrative Staff Emonk, Idealita
Graphic Designer Hendra Harsono
Guiding Tyas, Dian, Mia, Anggi
Printing Cahaya Timur Offset Yogyakarta Edition 600 copies
International Program
Publisher Panitia Festival Kesenian Yogyakarta XX
Coordinator Aisyah Hilal
2008, www.festivalkesenianyogyakarta.com
Liason Officer Dina
iv
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Sebuah Pengantar Preface
Yogyakarta dikenal sebagai sebuah daerah dengan segudang kreativitas. Nyaris tak pernah putus sepanjang tahun, Yogyakarta dipenuhi penampilan produkproduk kreatif masyarakatnya, baik penampilan melalui wahana yang diprakarsai dan didanai oleh pemerintah maupun wahana swadaya dan swadana masyarakat.
Yogyakarta is acknowledged as a region with loads of creativities. Coming close to endless activities throughout the year, Yogyakarta is filled up with the appearance of community creative products through the government-initiated and government-funded as well as community-contributed and community-funded media. Festival
Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) adalah salah
Kesenian Yogyakarta (FKY) is a name for a
satu wahana yang diprakarsai oleh masyarakat,
medium initiated by the society, to be exact
June 7 th –August 7 th 2008
tepatnya seniman, untuk menampung geliat
artists, to accommodate the creativity writhes of
kreativitas masyarakat Yogyakarta. Seperti
Yogyakarta society. As declared in 2007, FKY is a
yang telah dicanangkan pada tahun 2007
dynamic festival considering the recent situation
bahwa FKY merupakan sebuah festival yang
and condition in relation to art, culture, social
bersifat dinamis dengan mempertimbangkan
and economy so that it may have an affect on all
situasi dan kondisi terkini, yang berhubungan
social levels.
dengan seni, budaya, sosial dan ekonomi, sehingga FKY bisa menyentuh segenap lapisan
The theme of FKY XX 2008 is “Masa Lalu Selalu
masyarakat.
Baru: The Past is New” translated as an effort to recall historical memories and traditions
Tema FKY XX 2008 adalah “Masa Lalu
responded creatively and dynamically that
Selalu Baru” yang diterjemahkan sebagai
traditions always develop, today is the mirror of
vi
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
upaya menggali kembali ingatan-ingatan
the past and the past is the stepping point
akan sejarah dan tradisi yang disikapi secara
to act in the future. This theme becomes
kreatif dan dinamis, bahwa tradisi selalu ber
the principle for the art communities.
kembang, masa sekarang merupakan cerminan
Therefore, the three pillars of FKY relating to
dari masa lalu, dan masa lalu merupakan
Development, Education and Conservation of
pijakan untuk melangkah ke depan. Tema ini
art and culture can be achieved by art events
kemudian menjadi pijakan para pelaku ke
in the implementation of FKY. The focus of
giatan. Dengan demikian maka tiga pilar FKY
FKY XX 2008 is performing arts. The FKY XX
yang berhubungan dengan Pengembangan,
2008 is an artistic people festival, meaning
Pendidikan, dan Pelestarian seni dan budaya
that FKY XX 2008 does not only belong
dapat terwujud melalui peristiwa kesenian di
to artists but Yogyakarta society entirely.
dalam pelaksanaan FKY. Fokus aktivitas FKY XX
In this context ─as to carry on the task of
2008 adalah seni pertunjukan. FKY XX 2008
the Committee to repopularize FKY as an
dimaknai sebagai pesta rakyat yang nyeni, dalam
art celebration for Yogyakarta people─the
artian FKY XX 2008 tidak hanya pesta seni
main program of FKY XX 2008 is designed
milik para seniman saja tetapi juga pesta seni
separately in terms of location, participatoryly
milik seluruh masyarakat Yogyakarta. Dalam
from the side of program character involved
konteks pemaknaan ini—sekaligus melanjutkan
as many Yogyakarta people as possible and
salah satu tugas Panitia Penyelenggara yaitu
the reverberation was hoped to be widespread
mempopulerkan kembali FKY sebagai pesta seni
nationally and internationally.
milik rakyat Yogyakarta—maka program utama FKY XX 2008 dirancang menyebar secara lokasi
The three main programs of FKY XX 2008
pelaksanaannya, dan secara partisipatif dari sisi
strongly explored the performing arts are
sifat program, yang melibatkan seluas mungkin
Babad Kampung (Kampong’s History), Musical
warga masyarakat Yogyakarta dan gaung yang
Theater “Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta”
diharapkan meluas keluar Yogyakarta secara
(”Deleilah Don’t Wanna Go Home from the
nasional bahkan internasional.
Party”), and International Program.
Tiga program utama FKY XX 2008 yang kental
Babad Kampung brought in 9 kampongs
mengeksplorasi seni pertunjukan adalah Babad
selected due to their growing process relating
Kampung, Teater Musikal “Deleilah Tak Ingin
to the evolution of Yogyakarta. FKY invites
Pulang dari Pesta”, dan Program Internasional.
the people living in kampongs to recall the existed traditions in the past and or existing
Program Babad Kampung melibatkan 9
ones and perform art and culture potentials
kampung, yang dipilih karena proses tumbuhnya
settling in their kampongs now. As a matter
kampung-kampung tersebut berkaitan dengan
fact, through the program of Babad Kampung,
June 7 th –August 7 th 2008
vii
sejarah perkembangan Yogyakarta. FKY
the communities do not become such passive
mengajak masyarakat kampung untuk
audiences but active doers and creators who
menggali kembali tradisi-tradisi yang pernah
finally enable to restore the spirit of art in their
ada dan/atau selama ini hidup di kampung
own kampongs. Those participating kampongs
mereka, serta menampilkan potensi-potensi
welcome the program in great enthusiasm.
seni dan budaya yang ada di kampung
Through the collaborative process for more
mereka saat ini. Dengan demikian, melalui
than 3 months─from the preparation to the
penyelenggaraan Babad Kampung masyarakat
implementation of peak program─the kampong
tidak hanya menjadi penonton pasif,
dwellers show dynamic articulation process upon
melainkan pelaku dan kreator, yang pada
their kampong uniqueness and their attitude
akhirnya mampu mengembalikan kekuatan
upon long time “vanished” traditions in their
ruh kesenian di kampung mereka sendiri.
kampongs so that new creations come out.
Program ini mendapat sambutan antusias dari kampung-kampung peserta. Melalui proses
The Musical Theater of “Deleilah” is a new
kerja selama lebih dari tiga bulan—mulai
breakthrough in the vocabulary of performing
dari persiapan hingga pelaksanaan puncak
arts creation in Yogyakarta. This theater is a
viii
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
acara—masyarakat kampung menunjukkan
commissioned project for FKY XX 2008 having
proses artikulasi yang dinamis atas kekhasan
the participation of a group of transvestites
tradisi kampung mereka, penyikapan mereka
to take role in the performance. It begins with
atas tradisi-tradisi yang sudah lama “hilang” di
the publication distribution for talent hunting,
kampung mereka, sehingga pada akhirnya me
continued with a series of singing, dancing
munculkan kreasi-kreasi baru.
and acting courses and followed by strict and disciplined daily rehearsals.
Pertunjukan Teater Musikal “Deleilah” adalah terobosan baru dalam khasanah penciptaan seni pertunjukan di Yogyakarta. Teater ini merupakan proyek seni pertunjukan yang secara khusus digarap untuk FKY XX 2008 (commissioned project) yang mengajak keikutsertaan kaum waria untuk mengambil peran dalam pemen tasan tersebut. Dimulai dengan penyebaran publi kasi untuk pencarian bakat, dilanjutkan dengan rangkaian kursus bernyanyi, menari, dan akting, kemudian latihan-latihan setiap hari yang penuh aturan dan kedisiplinan.
Program Internasional merupakan ajang dialog antar pelaku dan pemangku kesenian di Yogyakarta dengan medan seni internasional. Dalam penyelenggaraannya FKY bekerja sama dengan lembagalembaga kebudayaan (di dalam dan luar negeri), kedutaan-kedutaan asing, maupun seniman secara pribadi yang dinilai memiliki kesesuaian profil dengan tema FKY XX 2008. Seniman-seniman asing tidak
The International Program is a dialogue space between the activists and artists in Yogyakarta and the international art ground. In the implementation, FKY collaborates with cultural organizations (domestic and international), foreign embassies and artists individually considered holding related profiles with the theme of FKY XX 2008. The foreign artists not only show their performances but also conduct workshops and work together with the local artists so that cultural dialogue is raised as a process of switching and sharing ideas as well as technology. This time, the participating countries are the Netherlands, France, India and Japan. By way of the International Program implementation, FKY is more recognized in the international level. The FKY XX 2008 also responds to art development from the side of economy,
hanya mementaskan karyanya, tetapi juga me
therefore Pasar Raya (Festival Fair) is carried
lakukan workshop dan berkolaborasi dengan
out. It is not only the creative industry parties
seniman-seniman lokal sehingga terbangun
occupying in it but the supporting communities
dialog budaya, proses alih dan pertukaran ide
and institutions. Pasar Raya can be a display
June 7 th –August 7 th 2008
ix
serta teknologi. Kali ini negara-negara yang
area to promote their products and activities.
berpartisipasi adalah Belanda, Prancis, India,
The pioneer project of Pasar Raya FKY XX 2008
dan Jepang. Melalui penyelenggaraan Program
is Foster Parents program in the form of capital
Internasional, FKY menjadi lebih dikenal di
loan support for the creative industry parties
tataran internasional.
and craftsmen, who have good quality products but do not have enough resource to lease the
FKY XX 2008 juga merespon perkembangan
stand and to expose their activities and products.
seni dilihat dari segi ekonomi, oleh karena
Craftsmen and donors welcomed the program
itu maka Pasar Seni yang pada FKY XX
intensely. More than 25% of the stand users of
2008 disebut dengan Pasar Raya tetap
Pasar Raya are elements of Foster Parents of
diselenggarakan. Tidak hanya para pelaku
Pasar Raya FKY XX 2008.
industri kreatif yang terlibat di dalamnya, tetapi juga komunitas dan lembaga-lembaga
Besides Pasar Raya, the Committee of FKY XX
pendukungnya. Pasar Raya bisa menjadi
2008 respond to the booming of visual arts
etalase bagi promosi produk-produk dan
market in Indonesia by holding a visual arts
kegiatan mereka. Program rintisan dari Pasar
bazaar “Jogja Art Fair�. Jogja Art Fair (JAF)#1 is
Raya FKY XX 2008 adalah program Orang Tua
a relatively new program although it is similar
Asuh, berupa dukungan pinjaman modal bagi
to Visual Arts Bazaar held several times in the
pelaku industri kreatif dan kerajinan yang
previous FKY. However, JAF#1 has a distinctive
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
memiliki produk bagus dan layak tampil tetapi
format referring to the implementation of in-
tidak mampu membeli stand dan berpameran.
ternational-scaled art fair like Beijing Art Fair,
Panitia FKY XX 2008 mencarikan donatur atau
Melbourne Art Fair, Shanghai Art Fair and the
Orang Tua Asuh untuk pengrajin yang memenuhi
like. Some achievements in JAF#1 noted are
kriteria sebagaimana tersebut di atas. Program
the great enthusiasm of the participating arti-
ini mendapat sambutan yang bagus, baik dari
sts and visual arts collectors; target fulfillment
pengrajin maupun dari donatur. Lebih dari 25%
achieved by the Committee; and JAF#1 even
pengisi stand Pasar Raya merupakan bagian
receives immense compliments as a refreshing
dari Program Orang Tua Asuh Pasar Raya FKY XX
and new visual arts space. Moreover, visual
2008.
arts bazaar also functions a fundraising space for the implementation of FKY XX 2008.
Selain Pasar Raya, Panitia FKY XX 2008 juga merespon booming pasar seni rupa di Indonesia
To add up, FKY XX 2008 makes an attempt to
dengan menyelenggarakan bursa seni rupa
find a breakthrough and alternative ways to pu-
“Jogja Art Fair”. Jogja Art Fair (JAF)#1 merupakan
blication practices and communication media
program yang bisa dikatakan baru, meskipun
utilization to socialize FKY XX 2008 widely. The
serupa dengan Bursa Seni Rupa yang telah
Division of Media and Publication work on it
beberapa kali dilaksanakan di FKY. Namun
by extending information distribution pouches
JAF#1 mempunyai format yang khas dengan
and promotion of FKY. The sectors excluding
mengacu pada penyelenggaraan art fair skala
from the work so far—the primary sectors are
internasional seperti Beijing Art Fair, Melbourne
the supporting infrastructure of Yogyakarta
Art Fair, Shanghai Art Fair, dan lain sebagainya.
tourism—become the target priority for part-
Beberapa keberhasilan penyelenggaraan JAF#1
nership such as starred hotels to backpackers
yang bisa dicatat adalah: tingginya antusiasme
hostels, bus corporations, taxis, government
seniman peserta dan para kolektor seni rupa,
institutions, public spaces like department
ketercapaian target yang dicanangkan oleh
stores, malls, cultural venues, airports, railway
Panitia Penyelenggara, bahkan JAF#1 banyak
stations, distros, cafés, informal institutions,
mendapat pujian sebagai ajang seni rupa yang
galleries, and kampongs. Mass media (printed,
menyegarkan dan baru. Selain itu, bursa seni
audiovisual, and online media) participated
rupa juga merupakan ajang fundraising bagi
even more with higher intensity of coverage
penyelenggaraan FKY XX 2008.
portion. Moreover, FKY provides personal information service via short message services and
Selain kegiatan-kegiatan di atas, FKY XX 2008
emails. From a series of media and publication
kali ini juga mencoba mencari terobosan
attempts, it is hoped that the reverberation of
dan ragam alternatif praktik kerja publikasi
FKY implementation can reach broader social
dan pemanfaatan media komunikasi untuk
levels.
June 7 th –August 7 th 2008
xi
mensosialisasikan FKY XX 2008 seluasluasnya. Divisi Media & Publikasi melakukan nya dengan memperluas kantong-kantong distribusi informasi dan promosi FKY. Sek tor-sektor yang selama ini belum banyak dili batkan—utamanya infrastruktur pendukung wisata Yogyakarta—menjadi prioritas target kemitraan, misalnya hotel-hotel dari yang berbintang hingga tipe melati, perusahaan armada bus, taksi, instansi pemerintah, hingga ruang-ruang publik seperti pasar swalayan, mall, kantong-kantong budaya, bandara, stasiun kereta api, jaringan distro, café, lembaga-lembaga informal, galeri, dan kampung-kampung. Media cetak dan audio visual juga semakin banyak yang terlibat, dengan intensitas dan porsi peliputan yang semakin tinggi. FKY juga melakukan pela yanan informasi personal melalui SMS dan surat elektronik. Melalui rangkaian upaya media dan publikasi ini diharapkan gaung penyelenggaraan FKY menjangkau seluas mungkin lapisan masyarakat. From the implementation of FKY XX 2008, Dari penyelenggaraan FKY XX 2008 kali ini,
Yogyakarta presents the elements of a leading
Yogyakarta menampilkan unsur-unsur sebuah
creative society for instance through the
masyarakat kreatif secara mengemuka,
elements of diversity; art expression shown in
misalnya melalui unsur diversity (keragaman);
the art performances and life styles; involvement
ekspresi seni yang ditunjukkan dalam
of informal sectors as the creative industry
pertunjukan seni maupun gaya hidup;
supporters; developing traditions in terms
keterlibatan sektor-sektor informal sebagai
of content and regeneration; expanding and
pendukung industri kreatif; tradisi yang
spreading implementation locations as well as
berkembang, baik secara konten maupun
audiences who appreciate and participate; the
regenerasi pelakunya; makin luas dan
building of local-global/international cultural
tersebarnya lokasi penyelenggaraan acara
networks and rise of local product capacity in the
dan juga masyarakat yang mengapresiasi dan
festival.
xii
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
berpartisipasi; terbangunnya jejaring budaya
Although the targets have not been completely
lokal-global/internasional; serta tampilnya
achieved in this implementation or to be
kekuatan produk-produk lokal dalam festival.
said achieved although in some ways it has not been satisfying and necessitates to be
Meskipun belum seluruhnya target tercapai
developed or improved more, we can say that
dalam penyelenggaraan FKY kali ini, atau
FKY XX 2008 manages to implement the
bisa dikatakan sudah tercapai namun dalam
mission and vision. May FKY prolong and its
beberapa hal masih belum memuaskan dan
implementation will be better and better with
perlu dikembangkan atau diperbaiki lagi,
the full support of the society, government and
kami bisa nyatakan bahwa FKY XX 2008 telah
stakeholders. In short, FKY is still required as
berhasil dalam mengimplementasikan misi
a medium to accommodate creativity spirits to
dan visinya. Semoga FKY masih akan terus
transpire new things in the development of art
berlangsung dan penyelenggaraannya akan
and culture in Yogyakarta.
terus membaik dengan segenap dukungan ma足 sya足rakat, pemerintah, dan seluruh pemangku
Aji Wartono
kepentingannya. Bagaimanapun juga FKY
[Executive Director for FKY XX 2008]
masih diperlukan sebagai salah satu media yang mewadahi semangat kreativitas untuk memunculkan hal-hal baru dalam upaya pengembangan seni dan budaya di Yogyakarta. Aji Wartono [Direktur Eksekutif FKY XX 2008]
June 7 th –August 7 th 2008
Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) XX 2008/ The 20th Festival Kesenian Yogyakarta 2008 7 Juni – 7 Agustus 2008/June 7th – August 7th 2008
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
June 7 th –August 7 th 2008
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
June 7 th –August 7 th 2008
Pawai Pembukaan/Opening Parade
”Jogja Tumplek Bleg” 7 Juni 2008, pukul 14.00-17.30 WIB, di sepanjang Jalan Malioboro/ 7 June 2008 at 2 – 5.30 pm, along Malioboro Street
”Jogja Tumplek Bleg” menjadi awal dari keseluruhan rangkaian kegiatan FKY XX 2008, berupa pawai di sepanjang Jalan Malioboro, dengan rute mulai dari Taman Parkir Abu Bakar Ali dan berakhir di panggung kehormatan yang didirikan di seberang Museum Benteng Vredeburg. Pawai ”Jogja Tumplek Bleg” secara berurut menampilkan defilé Pasukan Dalmas Poltabes Kota Yogyakarta, Marching Band Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta, Gugus Pramuka SMP Kanisius Wates, Marching Band Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Komunitas
”Jogja Tumplek Bleg” initiates the whole activities of FKY XX 2008, performed in a parade from Abu Bakar Ali Parking Area and ended at the stage across the Museum of Fort Vredeburg. The parade shows sequentially a series of performances of Dalmas (Anti Riot Police Squad) defilé of Poltabes (City Police Department) Yogyakarta, Marching Band of Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta, Pramuka (Girl and Boy Scouts) Cluster of SMP Kanisius Wates, Marching Band of Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Transsexual Community under the coordination of Keluarga Besar Waria Yogyakarta (KEBAYA) and is closed with the performances of nine kampong
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Waria di bawah koordinasi Keluarga Besar
representatives as the participants of history
Waria Yogyakarta (KEBAYA), dan ditutup oleh
of Kampong FKY XX 2008 that are Minggiran,
perwakilan sembilan kampung peserta Babad
Kotagede, Pajeksan, Ledhok Tukangan,
Kampung FKY XX 2008, yakni: Kampung
Suryawijayan, Samirono, Kricak, Pandean and
Minggiran, Kotagede, Pajeksan, Ledhok
Mergangsan Kidul. The pantomime legend
Tukangan, Suryawijayan, Samirono, Kricak,
of Yogyakarta, Jemek Supardi, leads the
Pandean, serta Mergangsan Kidul. Legenda
process of defilé. The theme of the Opening
pantomim Yogyakarta Jemek Supardi berperan
Parade is designed to demonstrate the
sebagai Panglima Seni memimpin rangkaian
diversity of Yogyakarta society elements with
defilé. Tema Pawai Pembukaan dirancang untuk
a large number of art expressions—through
menampilkan keragaman elemen masyarakat
the marching lines, colorful uniforms and
Yogyakarta dengan berbagai ekspresi seni—
choreography—and kampong-dwellers
melalui tampilan baris berbaris, warna-warni
responses to the major theme of FKY XX 2008
seragam, koreografi gerak barisan—hingga
“The Past is Always New” with the presentation
respon masyarakat kampung terhadap tema
of old children plays like wayang ongkrek,
besar FKY XX 2008 ”Masa Lalu Selalu Baru”
egrang, jaranan; old children songs; jathilan
melalui tampilan dolanan anak jaman dulu
and ledhek gogek signifying the street arts of
seperti wayang ongkrek, egrang, jaranan; lagu
Yogyakarta.
June 7 th –August 7 th 2008
anak-anak jaman lama; jathilan, serta ledhek
The Governor of the Province of Daerah Istimewa
gogek yang pernah menjadi penanda seni
Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwana
jalanan di Yogyakarta.
X, opened FKY XX 2008 officially signed in with inserting some coins into a ceramic Ontoseno-
Gubernur Propinsi Daerah Istimewa
designed piggy-bank—Ontoseno is the mascot
Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwana
of FKY XX 2008—as a sign that the art festival in
X, secara resmi membuka rangkaian FKY
the cultural city is an investment. Along with him,
XX 2008 ditandai dengan memasukkan
many members of the participating groups in the
uang ke dalam tabungan berujud boneka
festival such as Kethoprak Festival, Sendratari
keramik dari tokoh wayang Ontoseno yang
Festival, Children Art Festival, Ngayogjazz
menjadi maskot FKY XX 2008 sebagai
Festival, Asia Tri Jogja, Jogja-NETPAC Asian Film
lambang bahwa festival seni di kota budaya
Festival and Yogyakarta Contemporary Music
merupakan sebuah investasi. Bersama Sri
Festival took part in this activity.
Sultan Hamengkubuwana X, beberapa pelaku aktif penyelenggaraan festival di Yogyakarta—
After the opening ceremony by Sri Sultan
semisal: Festival Kethoprak, Festival
Hamengkubuwana X at the stage in front of
Sendratari, Festival Seni Anak, Ngayogjazz
thousands of Yogyakarta people, he then opens
Festival, Asia Tri Jogja, Jogja-NETPAC Asian Film
the door of the Fort Vredeburg as one of arenas
Festival, dan Yogyakarta Contemporary Music
to symbolize the beginning of Jogja Art Fair
Festival—turut memasukkan uang ke dalam
FKY XX 2008 (7 June – 7 July 2008). From the
tabungan tersebut.
afternoon till evening of the day, it is estimated
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
June 7 th –August 7 th 2008
Setelah seremoni Pembukaan dilakukan oleh
that there are thousands of people watching the
Sri Sultan Hamengkubuwana X di panggung
Opening Parade of FKY XX 2008 and enjoy the
kehormatan di hadapan ribuan masyarakat
programs as well as displays of more than 100
Yogyakarta, beliau kemudian membuka pintu
stands in the area of Jogja Art Fair FKY.
Benteng Vredeburg sebagai salah satu arena Pasar Raya sebagai tanda dimulainya Pasar Raya FKY XX 2008 (7 Juni-7 Juli 2008). Di sore hingga malam hari itu diperkirakan puluhan ribu masyarakat Yogyakarta menyaksikan Pawai Pembukaan FKY XX 2008 dan selanjutnya menikmati suguhan acara dan tampilan lebih dari 100 stand di area Pasar Raya FKY.
10
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
June 7 th –August 7 th 2008
Babad Kampung FKY XX 2008 4 Juli - 3 Agustus 2008, di Sembilan Kampung Kota Yogyakarta
11
12
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Program Babad Kampung menjadi program baru bagi perhelatan Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008. Babad Kampung merupakan program seni pertunjukan di kampung-kampung Kota Yogyakarta sebagai media kerja bersama-sama (secara kolektifkomunal) untuk “menggugah”, merayakan dan mengambil posisi pada sejarah kampung yang nyata, yang punya akar, yang unik dan menarik. Dalam program Babad Kampung
The program “Babad Kampung” (can be freely translated as “Kampong’s History”) was an initial yet principal program in 20th FKY 2008. It was a series of performing arts program carried out in several kampongs in Yogyakarta as a collective medium (collective-communal) to “stimulate”, celebrate, and position the enchanting unique historical real stories of kampongs. In this program, performing
ini seni pertunjukan berfungsi sebagai media,
arts functioned as a medium in the forms of
yang bisa berwujud seni kontemporer atau
contemporary arts or traditional arts, as well
June 7 th –August 7 th 2008
13
seni tradisi atau gabungan kedua-duanya.
as the combination of both categories. Babad
Babad Kampung FKY XX 2008 mengajak
Kampung invited and involved nine Yogyakarta
dan melibatkan masyarakat dari sembilan
kampongs; Pajeksan, Pandean, Suryowijayan,
kampung Yogyakarta, yakni: Pajeksan,
Minggiran, Mergangsan Kidul, Kricak Kidul,
Pandean, Suryowijayan, Minggiran,
Samirono, Dolahan-Kotagede, and Ledhok
Mergangsan Kidul, Kricak Kidul, Samirono,
Tukangan.
Dolahan-Kotagede, dan Ledhok Tukangan. Those nine kampongs had entirely offered things Sembilan kampung telah ngecakke apa
in their limitation and flexibility in welcoming
wae dalam keterbatasan dan kelenturannya
and participating in a-full-month event from
menyambut dan mengerjakan perhelatan
July 4th to August 3rd 2008 under the theme:
sebulan penuh rangkaian pementasan Babad
“Kampong’s Past is City’s Future”. The program
Kampung FKY XX 2008, yang berlangsung
series manifested in such assorted activities as
dari tanggal 4 Juli-3 Agustus 2008. dengan
sudden markets, traditional food markets, child
mengambil tema: “Masa Lalu Kampung Masa
traditional plays, kampong competitions, and
14
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Depan Kota”, rangkaian acara Babad Kampung
the performances of teen-bands, keroncong
ini diisi oleh berbagai bentuk olahan kampung,
(kind of popular and traditional music), wayang
seperti: pasar tiban, pasar makanan tradisional,
cangkem (shadow puppet performance which
dolanan bocah, lomba-lomba kampung, band-
gamelan music replaced by music produced
band remaja, keroncongan, wayang cangkem,
orally), singiran macapatan (singing without
singiran macapatan,... serta pentas-pentas
music, usually brings message of goodness),
kethoprak, dagelan, operet, teater,... sebagai
kethoprak (traditional theater), comedy, opera,
wujud kolektivitas seni sebagai kerja bersama.
and theater as the manifestation of collective
Seni sebagai bahasa yang diramu melalui
arts as a communal collaborative works. It was
investigasi lisan kisah dan sejarah kampung-
of art as language, combined with narrative
kampung setempat yang konkret dan dinamis.
investigations of the dynamic concrete local
Sesuai tema FKY XX 2008 kali ini, The Past is
kampongs’ history. The implementation was in
New: Masa Lalu Selalu Baru.
accordance with the FKY’s main theme: “Masa Lalu Selalu Baru /The Past is New”.
June 7 th –August 7 th 2008
15
Ledhok Tukangan
Ledhok Tukangan Kampong
Sebagai kampung yang menjadi titik awal
As the initial performer in Babad Kampung
permulaan acara Babad Kampung FKY
Program, Ledhok Tukangan demonstrated rare
XX 2008, Tukangan menampilkan potensi
kampong potential possibly hardly-found in
kampung yang mungkin tidak ditemui di
other ones. From Friday, July 4th to Sunday, July
kampung-kampung lainnya. Sejak hari Jumat
6th 2008, Ledhok Tukangan shared cultural
4 Juli 2008 sampai Minggu 5 Juli 2008
activities to Yogyakarta communities. People
Tukangan telah berbagi budaya dengan
could see them in the performance night from
masyarakat Yogyakarta lainnya. Mulai dari
7.00 to 11.00 pm. The Mayor of Yogyakarta—
jam tujuh malam hingga jam sebelas malam
Herry Zudianto—launched the ceremony.
pertunjukan Babad Kampung bisa dilihat di sana. Pembukaan Babad Kampung Ledhok
The activities were in full-three-day agenda; a
Tukangan dibuka oleh Walikota Yogyakarta
very old kampong market displaying 15 stands
Herry Zudianto.
on kitchen kits, accessories, food, handicrafts,
Agenda acara selalu ada setiap hari selama
and batiks. Children playground stood among the
3 hari, yaitu pasar kampung tempoe doeloe
stands with old playing versions of cublak-cublak
16
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
yang menampilkan 15 stand di antaranya ada stand alat dapur, aksesoris, makanan, kerajinan, dan batik. Di sela-sela stand tersebut ada area dolanan bocah yang akan menampilkan dolanan anak seperti cublak cublak suweng, dolanan, jamuran, dan pasaran. Selain stand tersebut, setiap harinya ada pameran “Tok-tok Galeri”, foto-foto kenangan di kampung tersebut. Sementara itu, pada hari Sabtunya sekitar jam delapan malam pentas dimeriahkan oleh akustikan Koes Plus Kampung oleh anak-anak muda Ledhok Tukangan. Pada hari Jumatnya, Babad Kampung di Ledhok Tukangan ditutup dengan pentas utama kethoprak “Geger Ledhok Tukangan”. Ketoprak Geger Ledhok Tukangan ini bercerita tentang area Tukangan tempo dulu yang memiliki citra “buruk” di mata masyarakat. Terkenal sebagai kampungnya orang jahat dan berbagai mitos hantu adalah citra yang melekat di kampung ini. Oleh karena itu, dalam Babad Kampung ini, warga Ledhok Tukangan ingin menunjukkan kepada mastarakat Yogyakarta bahwa Ledhok Tukangan yang sekarang sangat berbeda jauh dengan yang dulu. Sementara itu, untuk para pemainnya, mulai dari umur 7 tahun hingga 56 tahun ikut berpartisipasi.
Samirono Pengalaman menyaksikan acara Babad Kampung FKY XX 2008 di kampung Samirono, menyerupai sebuah perjalanan menggunakan mesin waktu. Selama dua hari penyelenggaraan acara, yaitu tanggal 11-12 Juli 2008, pengunjung disajikan bentuk kesenian dan kebudayaan dari dua masa, yaitu masa lalu dan masa sekarang.
suweng, dolanan, jamuran, and pasaran. There was also kampong’s documentation exhibition of “Tok-tok Galeri” showing aged kampong photos. In addition, on Friday, Babad Kampung in Ledhok Tukangan came to an end with the prime performance of kethoprak entitled “Geger Ledhok Tukangan”. The story was about Ledhok Tukangan in the past, which had been labeled with “bad” image. People said that it was the kampong of bad people with several ghost myths. As such, the kampong members intended to show to Yogyakarta community that Ledhok Tukangan had significantly changed from the past’s image. Those who took part in the performance were from 7 to 56-year-old ones. On Saturday around 8.00 pm, the young people flocked together in Koes Plus Kampung acoustic performance.
Samirono Kampong Experiencing Babad Kampung in Samirono was similar to getting in to the time machine. In a two-day agenda from July 11th to 12th 2008, audience could enjoy two categories of art and culture programs in the present and past period.
June 7 th –August 7 th 2008
17
Pada hari pertama, Sabtu, 11 Juli 2007,
On the first day, Saturday, July 11th 2008,
kampung Samirono menyajikan kesenian-
Samirono presented traditional reading on
kesenian tradisional seperti panembromo,
panembromo, macapat, and singiran. The
macapat, dan singiran. Acara yang dimulai
activity started on 8.00 pm, preceded by the
sekitar pukul 8 malam, dibuka terlebih dahulu
speeches of the Babad Kampung Coordinator in
oleh sambutan dari koordinator program
Samirono—Bagong—and the Executive Director of
Babad Kampung di Samirono, yaitu Bagong
20th FKY 2008, Aji Wartono.
dan sambutan dari Direktur FKY XX 2008, Aji Wartono.
After the speech, the audience could enjoy panembromo. Panembromo is a traditional
Setelah sambutan, acara dimulai dengan
Javanese singing performance with traditional
suguhan kesenian panembromo. Panembromo
music. SLENK (Suka Lelangen Edhi Ning
merupakan sebuah pementasan yang menam
Macapat) community was the subsequently
pilkan nyanyian tembang Jawa diiringi alat
performer, followed by performance of macapat.
musik tradisional. Pada pementasan kali ini,
It presented 2 traditional songs; Pangkur and
musik dibawakan oleh komunitas yang berasal
Dandang Gula.
dari Samirono, yaitu komunitas SLENK (Suka Lelangen Edhi Ning Macapat). Penampilan
18
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
kedua, yaitu macapat, juga berasal dari warga
The climax activity was the performance
Samirono. Pada macapat ini, dibawakan dua
of Singiran. Singiran is singing in a group
tembang, yaitu Pangkur dan Dandang Gula.
followed by the reading of dzikir and tahlil (Moslem prayers), the audience then followed
Puncak acara adalah penampilan kesenian
the praying, at the end both performers and
Singiran. Singiran menampilkan beberapa
audience involved in the performance. The
orang yang menyanyikan tembang diiringi
themes were about life cycle from birth to
nyanyian dzikir tahlil oleh penonton. Sehingga,
death. According to Slathem—the Panembromo
penonton dan penyanyi sama-sama terlibat
and Macapat Coordinator—Samirono held
dalam pementasan tersebut. Tema yang
Singiran on Kliwon Tuesdays.
diangkat dalam tembang singiran, adalah proses hidup manusia, mulai dari kelahiran hingga
On the second day, Sunday, July 12th 2008,
kematian. Menurut Slathem, koordinator pentas
the audience enjoyed theater performed by the
panembromo dan macapat, kesenian singiran ini
community members including young people
diadakan di Samirono setiap Selasa Kliwon.
living in the boarding houses around the area. The theater was about a journalist doing
Pada hari kedua, Minggu, 12 Juli 2008,
research on art elements in Samirono and the
pengunjung disajikan pertunjukan teater yang
interaction with the surrounding.
dimainkan oleh warga, termasuk anak kost yang tinggal di sekitar kampung Samirono. Teater ini mengangkat cerita mengenai wartawan yang meneliti bentuk-bentuk kesenian di Samirono dan interaksinya dengan masyarakat sekitar.
Kotagede
Kotagede Kampong
Pada pelaksanaan program Babad Kampung FKY
In Babad Kampung, the community of
XX 2008 warga Kotagede berusaha mengangkat
Kotagede gave a rise to traditional arts &
budaya dan kesenian tradisional. Acara yang
culture. The program was held on Sunday,
berlangsung pada hari Minggu, 13 Juli 2008,
July 13th 2008 covering culinary park and
mencakup taman kuliner, pementasan kesenian
performances of macapat, wayang, and
macapat, wayang, dan kethoprak.
kethoprak.
Kegiatan dimulai dengan pelaksanaan taman
The program started on with the opening of
kuliner pada pukul 10 pagi hingga siang hari.
Culinary Park at 10.00 am until noon. The
Taman Kuliner Kotagede menyajikan berbagai
Culinary Park served various traditional snacks
June 7 th –August 7 th 2008
macam aneka jajanan pasar, termasuk
like kipo originated in Kotagede.
kipo, panganan tradisional khas Kotagede.
Keroncong performance
Taman kuliner ini juga dimeriahkan dengan
complemented the Culinary
penampilan grup keroncong.
Park.
Acara berlanjut pada malam hari, diawali
The program was continued in
dengan sambutan Kepala Dinas Kebudayaan
the evening with the first speech
Yogyakarta, Ir. Condroyono dan koordinator
from the Culture Department
panitia Babad Kampung Kotagede, Erwito
Head of Yogyakarta Province,
Wibowo. Setelah sambutan dan beberapa
Ir. Condroyono and Kotagede’s
prosesi seremonial, pementasan dibuka
Babad Kampung Coordinator,
dengan penampilan macapat dari kelompok
Erwito Wibowo. After having
karawitan Kotagede.
the speech and ceremonial procession, the programs
Setelah macapat—yang dilakukan sebagai
followed with the performance
bentuk penyambutan tamu—pementasan
of macapat and karawitan
dilanjutkan dengan pertunjukan wayang.
group.
Pertunjukan wayang dengan dalang Ki Wardjudi Wignyo Sworo, merupakan sebuah
After having macapat
bentuk kesenian wayang model baru, yang
performance as the welcoming
19
20
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
disebut wayang wisata. Wayang wisata kali ini
tradition, the audience enjoyed wayang
menampilkan cerita mengenai tamu warga asing
(puppet shadow performance). Ki Wardjudi
yang berwisata ke Kotagede dengan dipandu
Wignyo Sworo, the dalang (the puppetmaster)
oleh lurah setempat.
performed a new wayang model called as wayang wisata. The narrative was about a
Pementasan berlanjut dengan penampilan
foreigner who was taken in a tour in Kotagede
kethoprak ongkek dari kelompok ketoprak
guided by the local village’s head.
Pusaka Mataram, Kotagede. Kethoprak ini menampilkan lakon Ki Ageng Paker Lan Mbok
The program continued with the performance
Rondo Bodon. Lakon yang berasal dari cerita
of kethoprak ongkek from Kotagede kethoprak
rakyat yang berkembang di masyarakat Kotage,
group, Pusaka Mataram. The group performed
menampilkan kisah mengenai perjalanan Ki
“Ki Ageng Paker Lan Mbok Rondo Bodon�.
Ageng Paker membawa labu pemberian Raja
The narrative was taken from a legend living
Brawijaya IV. Di akhir cerita, dikisahkan bahwa
in the community telling about the journey of
ternyata labu tersebut berisi perhiasan.
Ki Ageng Paker who brought a pumpkin to be presented to King Brawijaya IV. At the end,
Pementasan kesenian tradisional ini cukup
they found out that the pumpkin containing
mendapat perhatian dari beberapa masyarakat
jewelries.
Kotagede. Bahkan terdapat pula penonton yang berasal dari luar Kotagede, seperti Gunung Kidul
Those traditional performances pulled the
dan Bantul. Walaupun acara baru selesai pada
attention of community members. Eventually,
pukul 01.30 dini hari, namun beberapa penonton
a number of audiences came from other areas
tetap setia menyaksikan pementasan kethoprak
outside Kotagede like Gunung Kidul (approx.
tersebut hingga usai.
50 km) and Bantul (approx. 20 km). Although they finished at 1.30 am, but the audience kept on following the program until they were over.
June 7 th –August 7 th 2008
21
Suryowijayan
Suryowijayan Kampong
Program Babad Kampung FKY XX 2008 di
Babad Kampung in Suryowijayan was on
Suryowijayan, yang berlangsung pada Sabtu,
Saturday, July 19th 2008 and turned to be a
19 Juli 2008, telah menjadi sebuah pesta
People Festival for the Suryowijayan community.
rakyat bagi masyarakat Suryowijayan. Berbagai
Various activities were held and managed to be
bentuk acara yang diselenggarakan, berhasil
eye-grabbing for the audience of Suryowijayan
menarik minat pengunjung yang berasal dari
and the surrounding.
masyarakat Suryowijayan dan sekitarnya. The program commenced at 10.00 am with a Acara dimulai pada pukul 10.00 WIB,
ceremonial procession to launch Suryowijayan
dengan sebuah prosesi seremonial untuk
Fair. The fair opened until 10.00 pm and
membuka pasar rakyat Suryowijayan. Pasar
provided a variety of products such as clothes,
yang berlangsung hingga pukul 22.00 ini,
decoration plants, books, and meals such as
menyediakan berbagai macam produk. Mulai
pempek, tempura, and tempting es penasaran
22
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
dari produk pakaian, tanaman hias, buku, hingga
(curious ice) making the buyers having enough
makanan, seperti pempek, tempura, dan es
curiosity to buy it. The Host Band enlivened
penasaran yang namanya ampuh menimbulkan
the festival nuance with Koes Plus (Indonesian
rasa penasaran pengunjung untuk mencoba.
legendary group) song collection.
Pasar ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan musik dari Host Band yang memainkan tembang-
Approaching at 8.00 pm, the festival visitors
tembang Koes Plus.
and community members gathered round in the area of Pendopo Ndalem Suryowijayan
Menjelang pukul 20.00 WIB, para pengunjung
to see the prime performance. It performed
pasar dan masyarakat Suryowijayan
kethoprak entitled “Suryowijayan Mantu:
mulai memadati sekitar pendopo ndalem
Rebut Tresno tapi Wurung” / ”Suryowijayan
Suryowijayan. Hal ini disebabkan karena
Holding a Wedding: Competing over Love in
pementasan utama akan segera dimulai.
Triumph”.
Pementasan utama ini mengangkat kesenian kethoprak dengan lakon “Suryowijayan Mantu:
The performance grabbed the attention of the
Rebut Tresno Tapi Wurung”.
audience and community as it showed several well-known Yogyakarta comedians; Jonet,
June 7 th –August 7 th 2008
23
Pementasan kethoprak ini cukup mendapat
Kuncung (Mbah Darmo), Titik Renggani, Rulli,
perhatian dari masyarakat, karena
Harri Darmo, Waluh, Dalijo, Wahono, and Parmi.
menampilkan pelawak-pelawak kenamaan Yogyakarta. Beberapa pelawak kenamaan yang tampil adalah Jonet, Kuncung (Mbah Darmo), Titik Renggani, Rulli, Harri Darmo, Waluh, Dalijo, Wahono, dan Parmi.
Mergangsan Kidul
Mergangsan Kidul Kampong
Pentas Kampung Mergangsan Kidul dalam
Mergangsan Kidul kampong performances in
rangka acara Babad Kampung FKY XX
Babad Kampung were arranged in a variety
2008 diisi berbagai atraksi sejak pagi
of attractions beginning in the morning along
hari, sepanjang hari Minggu 20 Juli 2008.
Sunday, July 20th 2008. The prime performance
Sedangkan pentas utama berupa pementasan
was a theater entitled “Belokan sekitar Kampus”
teater berjudul “Belokan Sekitar Kampus”
/ ”A Turning around the Campus”− brightened
mampu membangkitkan kembali semangat
up the spirit of young people in Mergangsan
para anak muda Mergangsan Kidul.
Kidul. The anxiety on the lack of togetherness
Keresahan akan matinya kebersamaan dan
and respective attitude among the youth was
saling menghargai antara anak muda akhirnya
responded over the performance. A group of
dapat terjawab lewat pertujukan teater ini.
young people played the theater on stage at Balai
Pentas tersebut dimainkan oleh para anak
Tri RT (a kind of community house) Mergangsan
muda kampung pada pukul 20.00 WIB di Balai
Kidul from 8.00 pm.
Tri RT Mergangsan Kidul.
24
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Pentas ini telah membawa kita untuk melihat
The performance invited us to look back
kembali Kampung Mergangsan Kidul di tahun
at Mergangsan Kidul in the 90’s. The past
‘90-an. Masa lalu yang dapat memberikan
life potentially contributes to the positive
kontribusi positif bagi masyarakat di sana, justru
enhancement for the community has never
tidak pernah lagi dijamah oleh anak-anak muda
been looked at by the youth. Technological
di sana. Kemajuan teknologi dan persaingan
development and global competition change
global akhirnya mampu mengubah nilai-nilai
the communal values there. The emergence
masyarakat di sana. Kemunculan-kemunculan
of campuses gives both positive and negative
kampus di sekitarnya ternyata memberikan
influences forming a distinct image for
pengaruh positif maupun negatif yang dapat
Mergangsan Kidul Kampong.
memberikan citra tersendiri bagi Kampung Mergangsan Kidul.
Pandean
Pandean Kampong
Program Babad Kampung FKY XX 2008 di
Babad Kampung in Pandean started on
Kampung Pandean diselenggarakan tanggal
Thursday, July 24th to Saturday, July 26th 2008.
Kamis 24 Juli 2008 hingga Sabtu 26 Juli
On the first day, the kampong held People
2008. Pada hari pertama, Kamis 24 Juli 2008,
Fair serving traditional snacks as well as the
Kampung Pandean menyajikan Pasar Rakyat
performances of gejog lesung (traditional
dengan jajanan tradisional, penampilan gejog
percussion music played with the wooden rice
lesung, dan sendratari. Sedangkan sebagai
cracker) and sendratari (traditional dances).
pementasan utama, ditampilkan kethoprak
For the prime performance, the community
dengan lakon “Banjaran Babad Pandean”.
performed kethoprak entitled “Banjaran
Kethoprak ini merupakan sebuah proses
Babad Pandean”. The narrative was of a
bagaimana masyarakat Pandean melihat
process on how the community looked at the
sejarah asal muasal kampung mereka. Selain
history of their kampong. It also narrated the
mengangkat asal muasal kampung Pandean,
history of neighboring area, Sorosutan.
kethoprak ini juga mengetengahkan sejarah
Even though the community members always
daerah di sekitar Pandean, seperti Sorosutan.
avoided for doing certain activities on Friday but in the second day, Friday, July 25th 2008,
Walaupun hari Jumat merupakan hari pantangan
Pandean Kampong continued holding People
bagi masyarakat Pandean untuk membuat
Fair serving traditional snacks and Pengajian
acara, namun di hari kedua ini, Jumat, 25 Juli
Jenang Manggul—Koran verse reading on
2008, Kampung Pandean tetap menyajikan
jenang manggul provision—in the evening.
Pasar Rakyat dengan jajanan tradisional dan
Afterward, they shared jenang manggul with
June 7 th –August 7 th 2008
25
Pengajian Jenang Manggul pada malam
the audience. The provision of jenang manggul
harinya. Acara pada malam hari itu dibuka
consisting of rice porridge, peanuts, black soya
dengan penampilan qosidah dan pembacaan
beans, eggs, krecek, sambal goreng, and rice
surat-surat Al-Quran. Setelah itu, acara
crackers are fulfilled with the explanation on the
dilanjutkan dengan pembagian jenang
philosophical meaning of each element of jenang
manggul kepada hadirin. Pembagian jenang
manggul by Drs. Muh.Daim, one of Pandean
manggul yang terdiri atas bubur nasi, kacang
community members. Ustadz Djatmiko closed
tanah, kacang kedelai hitam, telur, krecek,
the occurrence with a brief preach and music
sambal goreng dan kerupuk ini, juga disertai
performance.
penjelasan mengenai setiap makna dari unsur-unsur makanan dalam jenang manggul
On the third day, Saturday, July 26th 2008,
oleh Drs. Muh. Daim, salah seorang warga
Pandean Kampong served traditional snacks
Pandean. Acara ditutup dengan ceramah
in the People Fair and held a wayang kulit
26
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
agama dan penampilan musik dari Ustadz
performance in the evening. Before
Djatmiko.
making a start, the students of Sang Timur opened the agenda with acoustic music
Sedangkan pada hari ketiga, Sabtu, 26
performance followed by the performance of
Juli 2008, Kampung Pandean menyajikan
Orkes Keroncong RW 11. Then, the Culture
Pasar Rakyat dengan jajanan tradisional dan
Department Head of Yogyakarta Province, Ir.
pertunjukan wayang kulit di malam harinya.
Condroyono gave a speech and ceremonial
Sebelum pertunjukan wayang kulit dimulai,
plakat (formal notification in planted small
acara dibuka dengan musik akustik dari siswa-
stick banner) provision to the representatives
siswa Sang Timur dan Orkes Keroncong RW 11.
of three community members. At the end, the
Acara pun dilanjutkan dengan sambutan dari
prime performance was carried out closing
Kepala Dinas Kebudayaan Prop.D.I.Yogyakarta,
the program performing wayang kulit entitled
Ir. Condroyono, dan proses seremonial
“Babad Alas Mertani�. The narrative was
penyerahan pelakat kepada perwakilan warga
about the establishment of kingdom of the
June 7 th –August 7 th 2008
27
Kampung Pandean. Acara pun dilanjutkan
Pandawa(s) under the skillful hand of Pandean’s
dengan pementasan utama yang sekaligus
dalang, Ki Supoyo.
merupakan penutup program Babad Kampung Pandean, yaitu pertunjukan wayang kulit dengan lakon “Babad Alas Mertani”. Lakon yang mengangkat kisah pendirian kerajaan para pandawa ini, dimainkan oleh dalang yang berasal dari Kampung Pandean sendiri, yaitu Ki Supoyo.
28
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Kricak Kidul
Kricak Kidul Kampong
Sekitar 500 orang datang ke lapangan Kricak
Around 500 people gathered in Kricak Kidul
Kidul untuk mengikuti prosesi Babad Kampung,
Field to follow the procession of Kricak Kidul’s
26-27 Juli 2008. Hari pertama, diawali dengan
Babad Kampung from July 26th to 27th 2008.
jathilan anak oleh siswa-siswa SD, SMP, serta
Student groups of some elementary schools,
SMA, dan pada sore harinya diakhiri dengan
junior high, as well as senior high schools
acara band remaja dari pemuda kampung.
initiated the first day of the program with
Hampir tak pernah sepi dari pengunjung.
jathilan (traditional performance conducted in
Penonton pun hampir tak terkontrol waktu itu,
a group causing trance to certain condition)
ketika sebuah teater rakyat Sidomulyo (Teater
and ended by the teen-band show. The show
Orak-arik) yang menampilkan cerita Kringet
was always full of enthusiastic audience. In
Pinggir Kali mementaskan diri. Tampak terlihat
further, they turned almost uncontrollable
sekali, para penonton memadati lapangan dan
when Sidomulyo people theater—Teater
tertawa lepas melihat penampilan pemain.
Orak-arik—was performing “Kringet Pinggir
Teater yang berhasil memukau perhatian
Kali” (”Sweating by the River”) on stage. The
warga dari segi visualnya itu, memancing
audiences were flocking around the field and
emosi penonton untuk saling berkomentar. Tak
laughed loudly at the performance. The theater
hanya itu saja, anak-anak kecil hampir maju ke
attracting audience in visualization provoked
panggung dan sempat mengganggu pementasan
them to give comments. Several children
mereka.
eventually stepped forward to the stage and slightly distracted the performance.
Keakraban tak hanya nampak di Jumat malam itu. Hari keduanya, Sabtu malam sebagai acara
Not only on Friday, was the audience intimacy
puncak Babad Kampung di sana mengundang
clearly visible on the second day, Saturday. As
June 7 th –August 7 th 2008
29
warga kembali untuk melihat operet keroncong
the climax agenda of the program, community
Kricak, yang tergolong bentuk kesenian baru
members were invited again to see Kricak’s
di sana. Operet keroncong yang menceritakan
keroncong opera, which is relatively new form
kilas balik Kampung Kricak mampu memukau
of art in the community. The keroncong opera
tamu-tamu penting yang hadir. Sebelum
narrated about Kricak Kampong’s flashback
operet keroncong ini dimulai, di sore
amazed the audience. In the afternoon,
harinya dipentaskan marching band dari SD
before the opera, the students of Bangunrejo
Bangunrejo, masih juga dihiasi dengan pasar
Elementary School displayed marching band
rakyat tradisional yang penuh dengan jajanan
around the People Fair filled in assorted
pasar.
traditional snacks.
Rangkaian acara puncak Babad Kampung
A ceremony signified the closing program.
ditutup dengan ceremony yang dihadiri
Reputable guests attended the ceremony and
tamu-tamu penting di antaranya Kepala
among them was the Culture Department Head
Dinas Kebudayaan Prop. DIY, Ir. Condroyono
of Yogyakarta Province, Ir. Condroyono and
serta beberapa tokoh masyarakat. Tepuk
several public figures. Handclapping were here
tangan riuh terdengar ketika pihak kampung
and there when the kampong representative
menerima penyerahan simbolis berupa
received a plakat and certificate from the
pelakat dari Pemprop, sertifikat penghargaan
Provincial Government, mango tree tali jiwo (soul
Pemprop, pohon pelem tali jiwo, serta uang
bind), and some fund. We could feel the sense of
penghargaan. Kesan bangga dan puas dari
pride and satisfaction of the Kricak community
Kampung Kricak terlihat lewat penghargaan
members as well as the invited guests.
tersebut. Tak hanya warga saja yang patut berbangga, seluruh panitia dan tamu undangan juga menyiratkan rasa kepuasaan dan kebanggaan tersendiri.
30
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Minggiran Berbagai rangkaian acara dalam program Babad Kampung FKY XX 2008 Minggiran telah dimanfaatkan sebagai ajang untuk penyatuan kembali kampung, yaitu sebagai ruang luas yang dimiliki oleh seluruh warga Minggiran, tidak terbatas oleh unit-unit RT. Rangkaian acara diselenggarakan selama satu hari saja, yakni pada 2 Agustus 2008. Salah satu bagian acara adalah ikrar yang dilakukan oleh warga Minggiran. Ikrar yang dilakukan oleh seluruh warga Kampung Minggiran ini bertujuan untuk menjaga persatuan dan tali silahturahmi antar warga Minggiran. Mereka juga menggelar acara tumpengan bersama dan melakukan kirab kampung. Salah satu acara yang diselenggarakan adalah pementasan teater dengan judul “Rembulan Madhangi Kampungku�. Teater ini merupakan respon dari masyarakat Minggiran atas berkurangnya persawahan dan ruang publik di Kampung Minggiran yang diakibatkan semakin berkembangnya permukiman.
Pajeksan Malam itu, 3 Agustus 2008, kemeriahan Babad Kampung di Kampung Pajeksan sangatlah terasa. Kedatangan Sri Sultan Hamengkubuwana X semakin mengundang perhatian warga untuk melihat berbagai pertunjukan yang disuguhkan Kampung Pajeksan. Bazar makanan dan minuman di situ juga turut menyita perhatian warga untuk melihatnya. Tak hanya itu, warga juga cukup antusias sekaligus bangga ketika Sri
June 7 th –August 7 th 2008
31
Minggiran Kampong The community of Minggiran had taken the benefit from a series of activities held in Babad Kampung Minggiran as the arena for reunification, by having large space owned by the them, unrestricted with existing small neighboring units called Rukun Tetangga (RT). The program was taken in a day, Saturday, August 2nd 2008. One of the activities was declaring a statement to keep up the unity and togetherness among the community members. They also conducted tumpengan (making a rice mountain usually in yellow color for a ceremonial completion) and kirab kampung (walking around the kampong for a certain purpose). Another activity was a theater performance entitled “Rembulan Madhangi Kampungku” (”The Moon Brightening My Kampong”). The narrative was about the community responding on the lesser amount of rice field areas and public spaces as a result of extensive housings.
Pajeksan Kampong On Sunday evening, August 3rd 2008, the implementation of Babad Kampung in Pajeksan turned to be exceptional. The arriving of Sri Sultan Hamengkubuwono X (the Governor as well as the King of Yogyakarta) absorbed the attention of the community members to see a variety of activities arranged. Food and Beverage Bazaar was also enticing to visit. The community was enthusiastic and proud to have
32
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Sultan Hamengkubuwana X memberikan kenangkenangan kepada wakil kampung (tetua) berupa plakat dan uang pembinaan. Sebagai puncak acara, pementasan kethoprak Esoteris Pajeksan yang berjudul “Liang Cu Te Ai“ semakin menambah kemeriahan acara Babad Kampung Pajeksan. Kethoprak yang berdurasi sekitar dua jam ini menceritakan tentang bagaimana warga Tionghoa dan Jawa di Pajeksan bisa berbaur dan maju bersama. Kethoprak tersebut akhirnya mampu menahan penonton untuk tetap setia berada di halaman pertunjukan hingga selesai acara. Tak terlihat rasa bosan dan rasa lelah di raut-raut wajah orang yang memenuhi tempat pertunjukan.
June 7 th –August 7 th 2008
the King among them and handed in a plakat and development fund for arts activities to a kampong representative. The climax activity was the kethoprak performance of Esoteris Pajeksan entitled “Liang Cu Te Ai�. The narrative of this two-hour performance was about how the Chinese and Javanese people in Pajeksan assimilated and worked together in harmony. The audience stayed until the performance over. Neither uninterested nor tired faces of the flocking audience were seen during the performance.
33
34
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Pentas Teater Orang Biasa/Common People Theater Performance
“Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta” Societet Militer, Taman Budaya Yogyakarta, 6-7 Agustus 2008, 20.00 WIB/August 6th–7th 2008 at 8.00 pm
June 7 th –August 7 th 2008
35
36
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
“DELEILAH TAK INGIN PULANG DARI PESTA” dilaksanakan pada 6 dan 7 Juli 2008, pertunjukan selama 100 menit ini selalu dipadati penonton. Pada malam kedua, bahkan ada beberapa penonton yang rela duduk di lantai untuk menonton pertunjukan ini.
“Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta” / ”Deleilah Don’t Wanna Go Home from the Party” performed on August 6th–7th 2008 was occupied with audience. On the second day, several people readily sat on the floor to see the performance.
Bercerita tentang sebuah grup penghibur yang
The narrative was about an entertainer group
selalu bisa menunjukkan kepiawaian menyanyi
mastering in singing and dancing named De-
dan menari, grup yang bernama Deleilah ini,
leilah. The members were three transvestites:
diawaki oleh tiga waria: Rosi, Luna, dan Happy.
Rosy, Luna, and Happy. The group success was
Keberhasilan grup ini tidak luput dari hasil
under a great effort of the talented manager,
besutan Dedi, si manajer grup. Dan kelompok
Dedi. The group was successful in the stage of
ini mendulang sukses di sebuah panggung di
Metro Club owned by Brian. For Metro, Deleilah
June 7 th –August 7 th 2008
37
dalam sebuah kelab bernama Metro Club,
was an asset and Metro was a perfect stage for
yang dimiliki oleh Brian. Bagi Metro, Deleilah
Deleilah. They complemented each other.
adalah aset, dan bagi Deleilah, Metro adalah panggung yang sempurna: Metro dan Deleilah,
Eight transvestites Kusuma Ayu, Maria Alda
hadir untuk saling melengkapi.
Novika, Arum Marischa, Chaty Claudia, Yorra Anastasya Astuti, Githa Veronica, Hanna Calista,
Dimainkan oleh delapan waria, Kusuma
and Tika Aurora, performed on the stage along
Ayu, Maria Alda Novika, Arum Marischa,
with Yogyakarta theater actors and actresses like
Chaty Claudia, Yorra Anastasya Astuti, Githa
Jamaluddin Latief from Teater Garasi, Muhamad
Veronica, Hanna Calista, Tika Aurora, dan
Anis from Teater Gadjah Mada, and Surie ”cuwi”
aktor-aktris teater Yogyakarta yang lain,
Inalia, a Theater student of ISI Yogyakarta. ”ape”
seperti Jamaluddin Latief dari Teater Garasi,
Apriyanti, Wisnu Aji, Muhammad A.B., Rendra,
Muhamad Anis dari Teater Gadjah Mada, juga
Ani Himawati, Sisilia Asih Mulyani, Alex Suhen-
Surie ”cuwi” Inalia mahasisiwi jurusan teater
dra, dan Guntur Yudho. They were trained for
ISI Yogyakarta, ”ape” Apriyanti, Wisnu Aji,
5 months. For the transvestite characters, the
Muhammad A.B., Rendra, Ani Himawati, Sisilia
Committee of 20th FKY 2008 accomplished an
Asih Mulyani, Alex Suhendra, dan Guntur
audition to select trio Deleilah and some other
Yudho. Pertunjukan ini dipersiapkan selama
ones as the supporting characters. Panca Sona
hampir 5 bulan. Untuk keterlibatan para waria
Aji, a seriosa vocalist who won Yogyakarta and
dalam produksi ini, Panitia FKY XX 2008
national BRTV (Bintang Radio & Televisi—Radio &
sebelumnya melakukan proses audisi untuk
Televisions Stars) singing competitions taught vo-
mendapatkan trio Deleilah dan beberapa
cal techniques for those eight-brand-new-theater
waria sebagai aktris pendukung.
actresses. Joned Suryatmoko, the director, was also the acting trainer.
Delapan waria yang tak mengenal seni peran tersebut dilatih olah vokal untuk menyanyi oleh Panca Sona Aji—vokalis seriosa yang kerap kali menjuarai BRTV tingkat lokal Yogyakarta dan Nasional. Adapun seni berakting ditangani
The theater crews were Puthut EA as the script writer, Ari Wulu as the music director, Clink Sugiarto as the art director, and Vindra Diratara as the stage manager.
langsung oleh sutradara Joned Suryatmoko
The initial idea of this theater was Waria on
dalam pelatihannya.
Stage performance in the Yogyakarta Art Festival XIX (FKY XIX). The performance, at that time, was
Naskah pertunjukan teater Deleilah ini ditulis
very shindig, thousand of audiences were just
oleh Puthut EA; penata musik Ari Wulu; penata
like flock of ants in front of the stage, and then by
artistik Clink Sugiarto; dan stage manager
tens transvestites sat down, waiting to perform,
Vindra Diratara.
in a row at the stage side, looked like cereal
38
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Ide awal dari teater ini adalah dari pertunjukan
boxes in supermarket.
Waria on Stage pada Festival Kesenian
We were amazed by the
Yogyakarta XIX. Pertunjukkan, waktu itu,
ability of those trans-
berlangsung dengan sangat meriah. Ribuan
vestites to “act” natu-
penonton menyemut di depan panggung dan
rally. They just like clay
puluhan waria duduk menunggu untuk tampil
which were ready to be
dengan berjejer di samping panggung bagai
processed, all that they
kotak sereal di supermarket. Kami terpukau oleh
need was a director
kemampuan para waria itu untuk “berakting”
with broad minded and
secara sangat alamiah. Mereka adalah lempung
know the risks to work
siap diolah, yang dibutuhkan adalah seorang
with those “amateur”.
sutradara ber-usus panjang dan tahu risiko
Kami sadar bekerja dengan kaum amatir itu mengandung resiko besar. Salah satunya adalah kegagalan secara artistik sebagai dampak dari keberhasilan dari sisi konseptual. Untuk itu, pemilihan sutradara
We realize work with “amateur” is having big risk. One of the risks is artistic failure as an impact of the conceptual success. For that reason,
menjadi isu yang penting. Dan kami memilih
the choosing of director
Joned Suryatmoko adalah --lepas dari kerewelan-
becomes an important
kerewelannya yang khas seniman—dia, dengan
issue. Then we choose
pengalaman bergaul bersama bahan mentah
Joned Suryatmoko
teater yang beragam, merupakan figur yang
– out of his fussiness
sesuai dengan konsep teater dalam rangka
which is commonly as
FKY XX kali ini. Harapan kami dialah yang akan
a typical of artist – he,
membuat sisi artistik dari teater ini tetap terjaga.
with his experiences
Setidaknya, supaya teater ini tidak terjatuh
in work with variety of
dalam “kubangan” teater penyadaran yang
raw theater materials,
“benar-konsep”-nya tapi lemah artistiknya.
is a figure who is appro-
bekerja dengan para “amatir” itu.
Teater ini tidak berpretensi untuk menjadi sebuah teater penyadaran. Bagi kami, para waria itu adalah aktor-aktris yang profesional, mereka berakting setiap malam dan bisa jadi aktingnya
priate for the theater concept in order of FKY XX. Our hope is that he is the one who will
June 7 th –August 7 th 2008
39
berhasil “menipu” banyak orang atau setidak-
make the artistic side of this theater keeps on its
tidaknya para lelaki hidung belang yang
track. At least, so that this theater is not fall into
kedinginan. Jika bekerja dengan seniman
a “puddle” of awakening theater which has “cor-
amatir yang profesional maka bisa diharapkan
rect concept” but weak on its artistic.
akan lahir sebuah pertunjukkan yang membuat Nyoto bangkit dari kuburnya dan menangis haru karena ide besar artistik dan benar konsepnya; akhirnya terwujud meskipun tertunda 40 tahun kemudian.
This theater is not pretense to become an awakening theater. To us, those transvestites are professional actors; they act every night and probably their acting succeeds to “cheat “many people
40
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Teater orang biasa adalah konsep yang dipakai untuk pertunjukan ini. Karena itu pertunjukan ini menggunakan para waria yang sehari-hari bekerja sebagai pekerja seks komersial, aktivis LSM, atau pengusaha salon sebagai aktornya. Sebagian besar waria dalam audisi yang kami adakan mengatakan belum pernah berakting secara profesional. Untuk keperluan itulah maka sang sutradara menyiapkan serangkaian tata cara khusus, mulai dari latihan vokal sampai penerapan disiplin “fasis nan humanis�. Mirip biara, hanya saja orang masih bisa tertawa dan merokok. Selain itu, teater ini mengangkat memori atau ingatan --ingatan akan tubuh laki-laki yang telah jadi bagian dari sejarah para waria-- kaum waria sebagai benang merah yang mengait pada tema utama Festival Kesenian Yogyakarta XX yaitu The Past is New; Masa Lalu Selalu Baru.
FKY XX kali ini berbeda dengan FKY sebelumnya. Perbedaan itu salah satunya terletak pada model pendekatan dalam penciptaan karya seninya. Selama ini FKY selalu diisi oleh seniman: dari seniman, oleh seniman, dan untuk seniman, pada FKY XX dipakai pendekatan festival seni bagi orang biasa. Sehingga, hampir sebagian besar program melibatkan kalangan nonseniman sebagai pelaku utamanya. Mengubah paradigma ini adalah salah satu cara untuk membuat sebuah festival seperti FKY mampu kembali memperoleh gaungnya. Setelah terjebak dalam rutinitas proyek maka sudah saatnyalah FKY disegarkan dengan cara berbeda. Mengajak masyarakat terlibat sebagai pelaku utama dalam sebuah festival seni, dan waria adalah bagian dari masyarakat itu. Sebagai sebuah pertunjukan teater yang diharapkan menghibur, pertunjukan ini berhasil membuat seluruh penontonnya tetap tinggal di dalam gedung hingga pertunjukan usai. Premiere/ pementasan perdana Deleilah yang undangannya adalah pihak media dan kolega FKY XX 2008 dihadiri oleh 60 orang. Pementasan hari pertama, 6 Agustus 2008, dihadiri 256 orang; sedangkan pementasan hari kedua, 7 Agustus 2008 dihadiri 324 orang.
June 7 th –August 7 th 2008
41
or at least those chilled lady-killers. When you work with amateur artists who are professional, it can be expected that there will born a performance that able to make Nyoto rise from his grave and cry because of touched by great artistic idea and correct concept, then finally the dream comes true although it is postponed for 40 years later. Common People Theater is the concept which is used for this performance. Because of that reason, this performance takes those transvestites whose professions in their daily life are commercial sex workers, NGO activists, or beauty salon owners who become the actors. Mostly those transvestites, in the audition session, said that they never act professionally before. To fulfill those needs, then the director prepared for a series of special requirements, started with the vocal exercise until the “fascist and humanist” discipline application. It just likes in monastery, only that the people still able to laugh and smoke. Beside of that, this theater raise up memory – a memory of men’s anatomy that becomes a history for those transvestites – transvestites became the red thread which connected to the main theme of Yogyakarta Art Festival XX, The Past is New: Masa Lalu Selalu Baru.
FKY XX this time is different from the previous FKY. One of the differences is located on its approaching method in the creating of its artworks. So far FKY always filled with artists: from the artists, by artists, and for the artists. In FKY XX used the approaching of art festival for common people. So, almost all programs involved the non-artists society as the main doers. By changing this paradigm is one of the ways how to make a festival, which similar with FKY, able to get its reverberation back. After being trapped in project routines, it is the time for FKY to be refreshed by using different ways. One of the ways is asking the society to be involved as the main doers in an art festival, and transvestites are also part of those societies. The performance was very captivating so that audience kept on watching until it was over. Sixty people covering mass media and festival associates attended the premiere. The numbers of audience on the first day performance (August 6th 2008) were 256 and the second (August 7th 2008) were 324.
42
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Program Internasional The International Programme
June 7 th –August 7 th 2008
43
44
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Melanjutkan prinsip penyelenggaraan International Program tahun 2007, bahwa dengan pelaksanaannya di FKY akan memberi posisi FKY sebagai festival yang diperhitungkan sebagai ajang bergengsi untuk penampilan seniman asing. Proses alih dan asup dari dan bagi seniman asing yang terlibat tetap dipertahankan: seniman asing harus mau memberi alih teknologi, wacana dan konteks sosial untuk seniman dan publik lokal; dan harus juga terjadi situasi sebaliknya: seniman asing harus mau diasupi teknologi tepat guna, wacana, dan konteks lokal. Dengan demikian program internasional akan berfungsi sebagai sebuah laboratorium untuk menggagas persoalan-persoalan seni atau sosial dari dua sudut pandang kebudayaan yang berbeda.
The program continued to maintain the basic principle of the International Program in 2007, in that it aims to maintain the position of the Festival Kesenian Yogyakarta as a prestigious festival for international artists. It was vital to ensure the process of transmission between artists involved in that foreign artists should be willing to transmit technology, social discourse and context for the local artists and public in general. The reverse should also apply, in that international artists should be willing to accept efficient local technology, discourse and context. Therefore, the international program will function as a laboratory to create ideas in problems of art or social problems from two different cultural perspectives.
June 7 th –August 7 th 2008
Pementasan Pantomim
Pantomime Show
”Tahap-tahap Kecil Kebahagiaan: Le Mime Bizot”
“Small Steps of Happiness: Le Mime Bizot”
13 Juni 2008, pukul 19.30 WIB, di Auditorium
June 13th 2008 at 19.30 pm at the Auditorium of
Lembaga Indonesia Prancis (LIP), Jalan Sagan
LIP (The French Cultural Centre), Jalan Sagan No.
No. 3. Kerja sama FKY XX 2008 dengan Lembaga
3, Yogyakarta. This show was held in cooperation
Indonesia Prancis/LIP Yogyakarta dalam
with LIP as one of their programs of Le Printemps
rangkaian ”Musim Semi Prancis (Le Printemps
Francais 2008 Yogyakarta (The French Spring
Français 2008 Yogyakarta)”
Festival in Yogyakarta).
45
46
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Dengan judul “Tahap-tahap Kecil Kebahagiaan”
Through this work called “Little steps of
Philippe Bizot menampilkan nomer pantomim.
Happiness” Philippe Bizot presented a
Bizot lahir di kota Bordeaux. Pada umur
pantomime show. Bizot was born in Bordeaux.
delapan tahun, dengan penuh kekaguman, ia
His introduction to Marceau, a pantomime
menemukan seniman pantomim, Marceau. Hal
artist at the age of 8 years, guided his life. As
yang kemudian mengarahkan seluruh hidupnya.
a self-taught performer, he trained himself to
Sebagai otodidak, ia mengasah kesukaannya
produce works using movements in the theatre
itu untuk karya gerak di kafe-kafe teater di
cafés in Bordeaux, and later in Paris, through
Bordeaux, lalu di Paris, dengan dorongan Jean-
the support of Jean-Louis Barrault.
Louis Barrault. The winner of the 1974 International Peraih hadiah Internasional Pantomim tahun
Pantomime Prize at the age of 20, Bizot
1974, dari Kota Paris pada usia 20 tahun ini,
continued to explore the world, to act and
kemudian tidak pernah berhenti menjelajahi
teach one form of amazing pantomime. His
bumi, bermain dan mengajar satu pantomim
movements have been enriched by the refined
yang mengalir dan menyihir. Gerakannya
art of Kabuki, in line with his demand of style.
diperkaya seni halus kabuki, selaras tuntutan
His pedagogical work is aimed at adults and
penggayaannya. Karya pedagogisnya ditujukan
children, the hearing and speech impaired,
bagi para orang dewasa dan anak-anak, tuna
autistic individuals, and disabled throughout
rungu dan tuna wicara, bagi para autis, tuna
the world. He founded a Pantomime school
daksa di seantero jagad. Ia mendirikan Sekolah
in Bordeaux, Marseille, and outside France
June 7 th –August 7 th 2008
Pantomim di Bordeaux, di Marseille; di luar
namely in USA, Africa, Lebanon, Bolivia and
negeri: di Amerika Serikat, Afrika, Lebanon,
Pakistan.
47
Bolivia, dan Pakistan. The “Small Steps of Happinnes” was a show of Pementasan “Tahap-tahap Kecil Kebahagiaan”
90 minutes held at the LIP Auditorium, which
berlangsung selama kurang lebih 90 menit,
was packed with the audience. The host, LIP
di Auditorium LIP yang penuh oleh penonton.
Yogyakarta, projected the show live on video
Sebagai tuan rumah, LIP Yogyakarta
screening at the LIP café, so that people outside
memproyeksikan juga pementasan ini dalam
the auditorium were also able to see the show.
format live video screening di cafe LIP, agar
250 people in total saw the show.
penonton yang tidak dapat masuk ke dalam auditorium masih bisa mengikuti pementasan
A day before the show, June 12th 2008, LIP
Philippe Bizot. Kurang lebih 250 orang
held a pantomime workshop, in cooperation
menyaksikan pementasan ini.
with Bengkel Mime Yogyakarta, at the Loring Pasar Kotagede Pendopo (traditional Javanese
Sehari sebelumnya, 12 Juni 2008,
styled hall, located in Kotagede—on the south of
diselenggarakan workshop pantomim di
Yogyakarta City).
Pendopo Loring Pasar Kotagede, di mana LIP Yogyakarta bermitra dengan Bengkel Mime Yogyakarta. Workshop diikuti oleh 10 pelaku mime dan teater.
48
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Pementasan Balet
Ballet Show
“Rotterdam /New York” oleh Dance Works Rotterdam
The “Rotterdam/New York” Ballet by Dance Works Rotterdam
16 Juni 2008, pukul 19.30 WIB di Gedung Concert
June 16th 2008, at 19.30 pm at the Concert Hall,
Hall, Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani
Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani No.
No.1. Kerja sama FKY XX 2008 dengan Kedutaan
1. This event was presented by the 20th FKY 2008
Besar Kerajaan Belanda Jakarta dan Erasmus Huis.
in collaboration with the Netherlands Embassy in Jakarta and Erasmus Huis Jakarta.
Selama berada di Yogyakarta, kegiatan yang diselenggarakan oleh FKY XX 2008 bersama Dance Works Rotterdam adalah: 1. Penyelenggaraan workshop balet pada 15 Juni 2008, di Studio 2 Jurusan Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Sewon. 2. Pementasan balet “Rotterdam/New York” pada 16 Juni 2008 di Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani No.1.
Workshop Balet Panitia FKY XX 2008 menyambut baik gagasan penyelenggaraan workshop karena dalam tiap penyelenggaraan Program Internasional dalam FKY diharapkan terjadi proses pertukaran antara seniman asing dan seniman lokal. Salah satu media yang paling efektif adalah dalam bentuk workshop. Kegiatan ini dimulai tepat waktu pada pukul 10.00 WIB dan berakhir pada pukul 16.00 WIB, termasuk break makan siang. Jumlah peserta workshop dibatasi hanya 20 orang saja, dengan mempertimbangkan efektivitas dan kenyamanan jalannya workshop,
Dance Works Rotterdam presented 2 activities at the 20th FKY in Yogyakarta, namely: 1. A workshop on Ballet at Studio 2 of the Dance Department of the Performing Arts Faculty of the Indonesian Arts Institute, Sewon, Yogyakarta on June 15th 2008. 2. “Rotterdam/ New York” ballet performance at the Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani No. 1.
Workshop on Ballet The Committee of the 20th FKY 2008 welcomed the idea of the workshop because it was the aim of the International Program that is to bring the exchange of ideas between the international and local artists. And one of the most effective ways to do this was through workshops. The event began on time at 10.00 am and ended at 16.00 pm. To ensure this workshop was effective and due to limitations in finding a wooden floor dance studio with bars, we limited the participants
June 7 th –August 7 th 2008
49
karena cukup sulit mencari studio tari
to only 20 people. The Indonesian Arts Institute
berlantai kayu, lengkap dengan bar yang
in Yogyakarta was chosen to host the event
cukup layak di Yogyakarta. Jika pun ada,
to enhance the network of the institute with
studio tari tersebut dikelola secara privat.
an outstanding company such Dance Works
Bagaimanapun juga, keberadaan institut seni
Rotterdam.
(ISI) di Yogyakarta tetap menjadi pertimbangan Panitia FKY XX 2008, agar institut seni tetap
The 20 participants of the workshop came from
mendapat keutamaan untuk meluaskan
Yogyakarta and Surakarta and consisted of 7
jejaring kerjanya dengan grup sekaliber DWR.
males and 13 female dancers. The qualifications for the workshop participants were (1) active
Ke-20 peserta workshop berasal dari YogyaÂ
dancers, not hobbyists, (2) professional dancers.
karta dan Surakarta, dengan komposisi 7
Thus, this workshop was expected to bring
peserta laki-laki dan 13 peserta perempuan.
benefit to both parties.
Kualifikasi yang sejak awal diterapkan Panitia FKY XX 2008 dalam menyeleksi/mengundang
From the 20 participants, only 5 had strong
peserta workshop adalah (1) penari aktif buÂ
basic ballet training, namely 4 from the
50
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
kan hobbyist, dan (2) penari profesional. Dengan demikian diharapkan workshop ini akan membawa manfaat bagi kedua belah pihak. Dari 20 orang peserta workshop, hanya lima orang yang memiliki basic balet yang kuat: empat orang dari Sanggar Maniratari (Surakarta) yang memang dikenal aktif sebagai sanggar yang mengembangkan tari balet, dan satu orang Belanda—Sdri. Anouk Wilke, pernah mengenyam pendidikan formal balet di Dansacademie Lucia Marthas, Amsterdam, Belanda—yang saat ini sedang menjalani studi tari di Sanggar Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa, Yogyakarta. Peserta workshop lainnya adalah: 1. 2 orang dari grup Anterdans, Yogyakarta; 2. 5 orang mahasiswa tari ISI Yogyakarta; 3. 2 orang dari LPK Tari Natya Laksita, Yogyakarta; 4. 3 orang dari Studio Taksu, Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta; 5. Retno Sulistyorini (pendiri Enno Dance Surakarta); 6. Ni Kadek Yulia Moore (pendiri Kadek Dance Surakarta); 7. Isa Al-Awwam dari Sanggar Sonyine Salaka, Maluku Utara (yang pada saat itu sedang magang di LPK Tari Natya Laksita, Yogyakarta). Workshop-satu-hari yang terdiri dari tiga sesi itu berjalan lancar dan menyenangkan. Seluruh peserta dan tiga pemateri tampak menikmati proses workshop tersebut dan puas dengan keseluruhan workshop. Esok harinya (16 Juni 2008), seluruh peserta workshop hadir dalam pementasan DWR di Gedung Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta.
June 7 th –August 7 th 2008
51
Maniratari sanggar in surakarta, a sanggar which focuses on ballet training, and one person from the Netherlands, Anouk Wilke, who had formal ballet training at Dansacademie Lucia Marthas, Amsterdam and who is now training in Javanese style court dancing at the Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa Yogyakarta. The other participants of the workshop were: 1. 2 people from the Anterdans, Yogyakarta; 2. 5 people from the Dance department of ISI (The Indonesian Arts Institute Yogyakarta); 3. 2 people from the Natya Laksita Dance Company, Yogyakarta; 4. 3 people from Studio Taksu, The Central Java Arts Centre, Surakarta; 5. Retno sulistyorini (founder of Enno Dance Surakarta); 6. Ni Kadek Yulia Moore (founder of Kadek Dance Surakarta); 7. Isa Al-Awwam from Sanggar Sonyine Salaka, North Maluku, who was doing internship at the Natya Laksita Dance Company Yogyakarta at the time of the workshop. The one-day workshop proceeded smoothly and the participants and trainers seemed to have enjoyed the process of the workshop. They were also satisfied with the workshop in general. The next day, June 16th 2008, all of the workshop participants attended the Dance Works Rotterdam show at the Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta.
52
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Pementasan “Rotterdam/New York” Gedung Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta
The “Rotterdam/New York” Ballet Performance
adalah tempat pertunjukan paling ideal untuk
The Concert Hall at the Taman Budaya
pementasan DWR, dengan faktor letaknya di pusat
Yogyakarta was the ideal venue for the
kota, kapasitas penonton maksimal hingga 1.100
performance because of its city centre
orang, serta ukuran dan kualifikasi panggung yang
location. Also, the building’s maximum
sesuai dengan kebutuhan DWR.
capacity of 1.100 people, and the size of the stage made it ideal for Dance Works
Pementasan “Rotterdam/New York” adalah satu-
Rotterdam’s performance.
satunya mata acara dalam Program Internasional yang menerapkan tiket tanda masuk. Dalam
The “Rotterdam/New York” was the only
pelaksanaannya, Panitia FKY XX 2008 tetap
event in the FKY’s International Program
mempertimbangkan kisaran harga tiket yang
with ticket sales. Tickets were reasonably
secara psikologis tetap terjangkau oleh publik
priced at IDR 15.000, by the Committee.
Yogyakarta. Ditetapkanlah harga tiket Rp 15.000,-
As expected, and also because of a
. Mengingat pementasan balet internasional
similar international ballet performance
terakhir yang pernah mampir di Yogyakarta kurang
well appreciated by the people around
lebih lima tahun yang lalu, maka seperti yang
5 years ago, many people came to see
diperkirakan, peminat DWR sangat banyak. Pada
the show. The Committee issued 900
akhirnya, Panitia FKY XX 2008 mengeluarkan
tickets, including 200 tickets given free
900 lembar tiket (termasuk di dalamnya 200 tiket
to the media, connections of the 20th
gratis yang diberikan kepada pihak media, relasi
FKY 2008, guests from the Netherlands
FKY XX 2008, relasi Kedutaan Besar Belanda/
Embassy and Erasmus Huis Jakarta,
Erasmus Huis Jakarta, serta tempat kursus balet
and ballet training centers (both who
baik anak-anak dan dewasa).
specialized in adults and children).
Penuhnya gedung pertunjukan oleh penonton di
It was satisfying for everyone involved to
malam pementasan DWR sangat memuaskan
see the full seats at the performance.
seluruh pihak. Secara umum pengunjung menya
In general, everyone enjoyed the
takan sangat menikmati pertunjukan “Rotterdam/
performance very much. Interestingly,
New York”. Yang cukup menarik, jumlah penonton
there were quite an outstanding number
keluarga (orangtua datang beserta anak-anaknya)
of parents with children in the audience.
cukup tampak menonjol. Liputan pemberitaan
The performance was also well covered
media tentang pementasan ini juga cukup banyak.
by the media.
June 7 th –August 7 th 2008
53
54
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Pertunjukan Tari dan Akrobat
“Contigo”: Pertunjukan tari dan akrobat menggunakan tiang dengan João Paulo P. Dos Santos dari Compagnie O Ultimo Momento 20 Juni 2008, pukul 19.30 WIB, di Amphiteater, Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani No.1. Kerja sama FKY XX 2008 dengan Lembaga Indonesia Prancis/LIP Yogyakarta dalam rangkaian ”Musim Semi Prancis (Le Printemps Français 2008 Yogyakarta)”.
Ini adalah kali kedua FKY dan LIP Yogyakarta bekerja sama untuk penyelenggaraan akrobat kontemporer asal Prancis di Yogyakarta. Di FKY XX tahun 2008 ini seniman Prancis João Paulo P. Dos Santos dari Compagnie O Ultimo Momento menggarap pertunjukannya dengan permainan tiang. Sebagai sebuah pertunjukan, permainan tiang merupakan tradisi pertunjukan sirkus yang sangat tua; pemainnya berputar-putar dengan tiang, melawan gaya tarik bumi dengan memadukan akrobat dan manuver di udara. Permainan yang berasal dari Cina ini selalu dibawakan secara kolektif (10-15 orang) dengan beberapa tiang, pemainnya melompat dari satu tiang ke tiang lain. Saat ini permainan tiang ini sangat terkenal di Eropa dan menjadi teknik yang dimainkan sendiri, atau berdua, dengan satu tiang. Pertunjukan akrobat “Contigo” berlangsung
June 7 th –August 7 th 2008
55
Dance and Acrobat Performance
“Contigo”: Dance and Acrobat Performance presenting João Paulo P. Dos Santos from Compagnie O Ultimo Momento June 20th 2008, at 19.30 pm at the Amphitheatre of Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani No. 1. This performance was held in collaboration with LIP Yogyakarta as part of the French Spring Festival 2008 in Yogyakarta.
This was the second time FKY and LIP Yogyakarta collaborated in holding the contemporary acrobats from France in Yogyakarta. At the 20th FKY French artist João Paulo P. Dos Santos presented his performance on the pole. This is a very old traditional circus act where the performer swings around on the pole resisting the weight of gravity, combining acrobats and maneuvers in the air. This act, originally from China, was usually performed by about 10 to 15 people using several poles, where performers jump from one pole to the others. Nowadays, this kind of performance is well known in Europe and has become a performance technique presented by 1 or 2 people using 1 pole. The “Contigo” acrobat performance lasted around 45 minutes, and intensively presented a nerve-wrecking but entertaining performance to the public of Yogyakarta. João Paulo P. Dos Santos performed his acrobats in the air on a 7
56
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
selama kurang lebih 45 menit, yang
meter high pole, combining elements of dance,
secara intens menyuguhkan tontonan yang
body flexibility, gymnastics and climbing.
menegangkan sekaligus menghibur kepada publik pecinta seni pertunjukan Yogyakarta. Dengan tiang setinggi 7 meter, Jo達o Paulo P. Dos Santos berakrobat di udara, memadukan tari, kelenturan tubuh, serta olah raga senam dan memanjat.
Malam itu, penonton yang datang memenuhi amphiteater Taman Budaya Yogyakarta melampaui 300 orang. Keterbatasan ruang amphiteater menampung penonton telah disiasati dengan pemasangan dua buah layar lebar yang dipasang di selatan dan timur amphiteater. Dengan demikian, pertunjukan akrobat ini masih bisa dinikmati oleh penonton yang tidak mendapatkan tempat duduk di area amphiteater.
That evening more than 300 people filled the amphitheatre at Taman Budaya Yogyakarta. The Committee anticipated the limited audience space by fixing two wide screens put up in the South and East side of the amphitheatre. Thus, the audiences without seats were still able to watch the performance.
June 7 th –August 7 th 2008
Pesta Musik
“PercuSOUNDS!!!”
57
La Fête de la Musique (The Music Party)
“PercuSOUNDS!!!”
21 Juni 2008, pukul 19.00-22.00 WIB, di Lembaga Indonesia Prancis (LIP), Jalan Sagan No.3.
June 21st at 19.00 -22.00 pm at the LIP, Jalan Sagan
Menampilkan: Compagnie O Ultimo Momento
No. 3. The group performed: Compagnie O Ultimo
& Guillaume Dutrieux + Djembe Merdeka +
Momento & Guillaume Dutrieux + Djembe Merdeka +
IOIO + Kornchonk Chaos. Kerja sama FKY XX
IOIO + Kornchonk Chaos. This event was also held by
2008 dengan Lembaga Indonesia Prancis/LIP
the 20th FKY in collaboration with The French Spring
Yogyakarta dalam rangkaian ”Musim Semi Prancis
Festival 2008 in Yogyakarta held by LIP (The French
(Le Printemps Français 2008 Yogyakarta)”.
Cultural Centre).
Tiga penampil dalam Pesta Musik bertajuk
Three performers of the “PercuSOUNDS!!!”
“PercuSOUNDS!!!” ini menghibur kurang lebih
music party entertained around 400 people, who
58
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
400 penonton yang memenuhi Jalan Sagan di area LIP Yogyakarta. Guillaume Dutrieux—yang adalah juga anggota grup akrobat Prancis Compagnie O Ultimo Momento—berkolaborasi dengan kelompok Djembe Merdeka asal Yogyakarta. Guillaume Dutrieux telah merambah berbagai profesi seperti pemain musik, penata musik atau pencipta lagu untuk Alpha Blondy, Yannick Noah, Booster (elektro) dan Sergent Garcia sejak ia mempelajari musik klasik dan jazz trumpet serta penulisan lagu. IOIO adalah grup perkusi yang anggota kelompoknya berasal dari berbagai negara: Prancis, Italia, Jepang, Amerika Serikat, Jerman, dan sebagainya, namun mereka seluruhnya saat ini sedang menjalani studi di PPPG Kesenian Yogyakarta. Sedangkan Kornchonk Chaos adalah grup asal Yogyakarta yang memiliki karakter unik membawakan musik keroncong alternatif yang selalu diiiringi dengan alat musik perkusi. Pesta Musik yang diselenggarakan LIP Yogyakarta dalam rangkaian “Musim Semi Prancis 2008 Yogyakarta” selalu diselenggarakan pada tanggal 21 Juni setiap tahunnya, di mana tradisi ini juga masih terus dilangsungkan di Prancis. Malam itu, Pesta Musik berlangsung hingga menjelang pukul 23.00 WIB dan memuaskan penonton yang datang untuk berpesta mengapresiasi musik yang beragam.
June 7 th –August 7 th 2008
59
packed Jalan Sagan around LIP Yogyakarta. Guillaume Dutrieux—who is also a member of the Compagnie O Ultimo Momento acrobat group—collaborated with the Djembe Merdeka from Yogyakarta. Guillaume Dutrieux has worked in various professions such as musician, music director, and music writer for Alpha Blondy, Yannick Noah, Booster (electro) and Sergent Garcia after studying classical music, jazz trumpet and music writing. IOIO is a percussion group whose members originate from France, Italy, Japan, USA, Germany, etc and are all at the moment studying at the PPPG Kesenian (the Arts Teacher Training Centre). Kornchonk Chaos is a group from Yogyakarta with a unique character in performing alternative keroncong music, which is always played with percussions. La Fête de la Musique held by LIP Yogyakarta as part of the French Spring Festival 2008 in Yogyakarta had always been held on June 21st every year, and this tradition is continuously held in France. This particular “Music Party” in Yogyakarta lasted until 23.00 pm and satisfying the audience who came to festive and appreciate various kind of percussion music.
60
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Pementasan Tari Kontemporer
Contemporary Dance Performance
“We’re Gonna Go Dancing!!” dari Japan Contemporary Dance Network (JCDN)
“We’re Gonna Go Dancing!!” by Japan Contempoary dance Network (JCDN)
22 Juni 2008, pukul 19.30-22.00 WIB, di Gedung
June 22nd 2008 at 19.30-22.00 pm at the Concert
Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta, Jalan
Hall, Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani
Sriwedani No.1. Kerja sama FKY XX 2008 dengan
No. 1. This performance was held by the 20th FKY,
Yayasan Kelola, didukung oleh Bunka Cho dan Japan
in collaboration with the Kelola Foundation, Bunka
Foundation.
Cho and the Japan Foundation.
June 7 th –August 7 th 2008
61
FKY XX 2008 bekerja sama dengan Yayasan
The 20th FKY in collaboration with Kelola
Kelola mementaskan beberapa penari
Foundation held performances of several
tunggal dan kelompok tari kontemporer yang
individual and group contemporary dance
tergabung dalam Japan Contemporary Dance
performances from the Japan Contemporary
Network (JCDN). JCDN adalah salah satu
Dance Network (JCDN). JCDN is one of the active
jaringan tari kontemporer Jepang yang aktif,
Japanese contemporary dance hubs, which has
yang dalam dua tahun terakhir ini memiliki
been holding tours in Asia for the last 2 years.
program pentas keliling di wilayah Asia. Tahun
Indonesia is one of their destinations for 2008,
2008 ini Indonesia adalah salah satu tujuan
namely Jakarta, Bandung, Yogyakarta, and
pentas mereka, tepatnya di empat kota:
Denpasar.
Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Denpasar.
62
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Pementasan JCDN dalam FKY XX 2008
The JCDN in the 20th FKY 2008 was only
diselenggarakan selama satu hari saja (22 Juni
held for one day, June 22nd 2008 starting
2008, mulai pukul 20.00 WIB) di Concert Hall
at 20.00 pm at the Concert Hall, Taman
Taman Budaya Yogyakarta, terdiri dari empat
Budaya Yogyakarta. There were 4 parts of the
babak yang menampilkan: [1] Masanori Hoshika;
performance presenting namely 1. Masanori
[2] Wisnu Aji Setyo Wicaksono, Agung Tri Yulianto
Hoshika; 2. Wisnu Aji Setyo Wicaksono, Agung
(Cendhik), Satriyo Ayodya, Etta Tri Agustina, Surya
Tri Yulianto (Cendhik), Satriyo Ayodya, Etta Tri
Purnama (yang adalah peserta workshop JCDN,
Agustina, Surya Purnama (a participant of
membawakan koreografi Hiroyuki Miura); [3]
the JCDN workshop in Yogyakarta presenting
grup Pink (terdiri dari Miki Isojima, Wakana Kato,
choreography by Hiroyuki Miura); 3. Pink
Megumi Suka); [4] serta grup Dance Theatre
(consisted of Miki Isojima, Wakana Kato,
LUDENS (ditarikan oleh Yukari Ota, Keiichi
Megumi Suka); 4. LUDENS Theatre Dance
Otsuka; dikoreografi oleh Takiko Iwabudhi).
group (with dancers Yukari Ota, Keiichi Otsuka;
Pementasan “We’re Gonna Go Dancing!!” oleh
choreographed by Takiko Iwabudhi). A total of
Japan Contemporary Dance Networks / JCDN
786 audiences attended the performance of
dihadiri oleh 786 penonton.
“We’re Gonna Go Dancing”.
Animo dan antusiasme penonton di Yogyakarta
The audience was enthusiastic about the JCDN
menonton pementasan JCDN tinggi, dilihat dari
performance. This was seen by the audience’s
konsistensi penonton yang terus berdatangan
consistency in attending and their willingness
dan bersedia menunggu pintu ruang pertunjukan
to wait for the hall door to open in between
dibuka di tiap sesi jeda antar babak ketika
sessions for those arriving late for previous
mereka datang terlambat menonton pentas
parts of the performance.
sejak babak pertama.
Performance Art
Performance Art
“Living Fossils” oleh Yoko Ishiguro (Jepang)
“Living Fossils” by Yoko Ishiguro (Japan),
4 Juli 2008, pukul 16.00 WIB-selesai, di Kampung Seniman Nitiprayan, Yogyakarta
July 4th 2008, 4.00-5.30 pm, in Kampung Seniman
Yoko Ishiguro adalah seniman asing yang secara
Yoko Ishiguro is the foreign artist who was
khusus diundang untuk tampil di dalam Program
especially invited to participate in the 20th
(artist kampong) Nitiprayan, Yogyakarta.
June 7 th –August 7 th 2008
63
Internasional FKY XX 2008 dan merespon
FKY 2008’s International Program, as well
tema utama “Masa Lalu Selalu Baru”. Yoko
as to respond FKY’s main theme “Masa Lalu
Ishiguro adalah seorang performer dan aktris.
Selalu Baru / The Past is New”. Yoko Ishiguro
Yoko mempelajari psikolinguistik di Universitas
is a performer and actress. She studied
Tsukuba, dan kemudian terlibat di Kelompok
psycholinguistics at the University of Tsukuba,
Teater Su-punk Dan, Techno Performance Unit
soon after was involved at the Su-punk Dan
Grinder, dan kelompok teater YUBIWA hotel.
theatre group, Techno Performance Unit Grinder, as well as YUBIWA hotel theatre group.
Selama periode tersebut, dia tampil dalam berbagai macam ruang alternatif, seperti can
During the period, she performed in various
di, bar, gudang, klub telanjang, dan lain seba
alternative spaces like temples, bars,
gainya. Karenanya, ia belajar untuk “bermain”
warehouses, strip clubs, and so forth. She
dengan menciptakan sense of distance antara
adapted to “engage in recreation” by generating
tubuhnya, audiens, dan ruang. Sejak itu,
a sense of distance among her body, audience,
dia tertantang untuk menjadikan tubuhnya
and space. She was challenged to set her body
menjadi sangat sadar atas realitas terkini.
aware of the current reality ever since. In 2005,
Pada tahun 2005, Yoko Ishiguro mulai mencip
Yoko Ishiguro initiated her works in personal
takan karya, baik karya personal, maupun
and collaborative creation in Japan and outside
kolaborasi, di Jepang dan di luar Jepang.
Japan.
Karya Yoko Ishiguro di antaranya White Lover
Several works of Yoko Ishiguro are White Lover (in
(di Bigakko, Tokyo, April 2006), She Flies
Bigakko, Tokyo, April 2006), She Flies Tomorrow
Tomorrow (berkolaborasi dengan grup Risky
(in collaboration with Risky Summerbee & The
Summerbee & The Honeythief di Kedai Kebun
Honeythief music group at Kedai Kebun Forum,
Forum, Yogyakarta, Indonesia, Juli 2007), This
Yogyakarta, July 2007), This Town, Character
Town, Character Pieces (berkolaborasi dengan
Pieces (in collaboration with Science Project (NY/
Science Project (NY/Tokyo) di Hanegi Park,
Tokyo) in Hanegi Park, Tokyo, August 2007), and
Tokyo, Agustus 2007), Matryoshka Fantasia
Matryoshka Fantasia (in BankART Studio NYK,
(di BankART Studio NYK, Yokohama, Oktober
Yokohama, October 2008).
2008). In the 60-minute “Living Fossil” performance Dalam pementasan “Living Fossils” berdurasi
in Nitiprayan Kampong, she took the audience
60 menit di Kampung Nitiprayan, ia mengajak
to reflect on the memory accumulation process
audiens untuk merefleksikan kembali tentang
undergone by humankind in life.
proses akumulasi ingatan yang umat manusia jalani sepanjang hidupnya.
64
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Mengutip pernyataan artistik Yoko Ishiguro: “Kita memiliki memori dari masa purba, dan juga Paleozoic era, bahkan, mereka bisa jauh lebih tua dari itu. Itu adalah momen ketika kehidupan terlahir di bumi, di mana memori mulai terakumulasi. Sejak itu, ingatan-ingatan itu terakumulasi tanpa jeda apapun hingga sekarang, saat ini. Ingataningatan itu memfosil. Jika seseorang menggali mereka, mereka akan datang. Tapi ingatan-ingatan tersebut bisa jadi tetap aktif meskipun tubuh tubuh mereka telah mati. Dan kita juga menjadi terfosilkan�. Maka, di atas tanah sawah Kampung Nitiprayan Yoko Ishiguro memvisualisasikan proses penggalian ingatan masa lalu dengan secara harafiah menggali tanah untuk menemukan benda-benda yang berasosiasi dengan hidupnya di masa lalu dan juga masa sekarang: mainan anak, pakaian sehari-hari, sepeda onthel, pemasak nasi (ricecooker) berikut nasi panas yang ia makan, majalah, surat kabar, televisi, laptop, telepon seluler, dan lain sebagainya. Sambil ia melakukan penggalian, terdengar lamatlamat suara yang keluar dari dalam dan dari atas tanah perbincangan antara seorang anak dan ibunya tentang memori, masa lalu, dan masa kini. Pada akhirnya, ia juga mengajak penonton yang hadir untuk merespon performansnya dengan ikut menggali tanah dan menonton rekaman video yang ia buat selama dua minggu tinggalnya di Yogyakarta sebelum pementasan dilangsungkan. Penampilan Yoko Ishiguro yang dimulai tepat pukul 16.00 dan berakhir pukul 17.30 WIB dihadiri kurang lebih 90 orang.
June 7 th –August 7 th 2008
65
Quoting Yoko Ishiguro’s aesthetic statement: “We are equipped with ancient memories since Paleozoic Era or more prehistoric ones. The memories are of the moment when life appeared on earth where the memories accumulated. Then, these memories accumulated continuously until today, now. They are like fossils. When someone digs them, they will come out. They can stay active although their bodies pass on. We get into fossils either”. In Nitiprayan Kampong rice field ground, Yoko Ishiguro visualized the past memory recovery by factually digging the ground to discover past and recent life-related instruments such as toys, daily cloth, old bicycle, ricecooker along with hot cooked rice she ate, magazines, newspapers, television, laptop, cellular phone, and so on. Digging the ground, soft sound was heard from inside and on the ground; a mother was talking to her child about past and recent memories. At last, she asked the audience to interact and give a response to her performance by digging the ground and watched the video she made in her two-week-living in Yogyakarta before the performance held. The performance began precisely at 4.00 pm and completed at 5.30 pm attended by 90 people more or less.
66
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
June 7 th –August 7 th 2008
67
PASAR RAYA FKY/ The FESTIVAL FAIR 7 Juni-7 Juli 2008, di area Museum Benteng Vredeburg dan Taman Budaya Yogyakarta/June 7th- July 7th, at The Vredeburg Fort Museum complex and Taman Budaya Yogyakarta (Yogyakarta Arts Centre)
68
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Pasar Raya FKY XX 2008 diikuti oleh 108 stand peserta; terdiri dari 77 peserta umum yang mendaftar, dan 31 stand anak asuh dari program Orang Tua Asuh dan Pengrajin Kecil Pasar Raya. Di Pasar Raya bisa ditemukan stand mainan anak tempo dulu �Pandes�, yang dengan dolanan otok-otok-nya membawa pengunjung kepada masa lalu. Selain itu ada juga stand LSM (lembaga swadaya masyarakat) seperti WALHI, PLAN dan PKBI, stand komunitas tattoo SURVIVE, stand Asosiasi Layang-layang Indonesia, stand koperasi Batik Tulis Imogiri, stand buku loak, stand distro, stand DAGADU, stand Barongsai, stand lukisan, stand kerajinan seni bendabenda mini JOPA JAPU, hingga stand makanan (Gula Semut khas Jogja). Dari 108 stand yang ada di Pasar Raya, tidak semuanya menjual produk. Seperti stand LSM misalnya, mereka memanfaatkan Pasar Raya sebagai media promosi untuk program-program lembaganya. Dari hasil survei kecil Panitia terhadap pengisi stand, transaksi terjadi di stand-stand yang harga produknya terjangkau (khusus untuk barangbarang kebutuhan umum) namun untuk stand-stand yang produknya bernilai tinggi, misalnya mebel dari kayu jati, mereka memanfaatkan Pasar Raya sebagi ajang promosi saja. Biasanya transaksi terjadi di luar Pasar Raya. Calon konsumen yang tertarik akan datang langsung ke rumah/studio pemilik stand.
Upaya Promosi Selama persiapan dan pelaksanaan Pasar Raya, Panitia berupaya melakukan beragam kegiatan promosi, seperti: -
penyebaran flyer Jadwal Acara Pasar Raya di pusat-pusat keramaian kota seperti Jalan Malioboro, Taman Parkir Abu Bakar Ali, dan lainlain;
June 7 th –August 7 th 2008
69
108 stands consisting of 77 public participants and 31 assisted communities of the Orang Tua Asuh (Foster parents) and Pengrajin Kecil Pasar Raya (small scale craftsmen) took part in the FKY’s Festival Fair. Visitors could find a toy stand called “Pandes” that sold toys from old bygone days, one of which was the otok-otok, reminding visitors of the past. There were also stands from NGOs such as WALHI, PLAN and PKBI, SURVIVE tattoo community, The Kite Flying Association, the Imogiri hand illustrated batik co-operative, second hand books, distros, DAGADU, the Barongsai, painting stands, JOPA JAPU mini handicraft stand, and the Gula Semut food stand, a Yogyanese specialty. Not all of the 108 stands at the Festival Fair sold products. The NGO stands, for example, used the opportunity as a media to promote their programs. The result of our small survey taken by the stall owners showed that transactions took place in stalls with affordable daily needs items. However, stalls with high priced products such as wooden furniture, used the fair as an opportunity to promote their products, and transactions would then take place elsewhere. Potential buyers would visit the studio or homes of the stalls owners.
Promotion The efforts of promotion carried out by the Committee during the preparation and execution of the Festival Fair were: -
Distribution of Fair schedule flyers at various strategic locations such as Jalan Malioboro, the Abu Bakar Ali parking space, etc;
-
Announcement of daily events through the loud speaker at the
70
-
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
mengumumkan acara-acara yang berlangsung setiap harinya melalui speaker
Fair ground; -
aktif yang ada di area Pasar Raya; -
-
pawai motor malam hari, membawa tulisan
around the city; -
Distribution of publications at public
Pasar Raya dengan hiasan lampu warna
spaces and centers, such as hotels,
warni dan mengelilingi kota;
restaurants, book stores, internet cafĂŠs,
Di luar yang dilakukan oleh Panitia Pasar
supermarkets and travel agent offices by
Raya, tim Agitasi & Propaganda Panitia
the Committee through the Agitation &
Pusat FKY XX 2008 juga menyebarkan
Propaganda team;
materi publikasi Pasar Raya ke beragam
-
Banner shows on motorbike convoys
-
Co-operation with elements of the
ruang publik dan pusat keramaian, seperti:
Yogyakarta tourism infrastructure, such
hotel, restoran, toko buku, warung internet,
as the taxi armada in Yogyakarta and the
supermarket, dan kantor travel agent;
KOPATA bus company, to guide the people
Selain itu, Panitia juga membangun relasi
of Yogyakarta to visit the Fair through
dan kerja sama dengan elemen infrastruktur
stickers inside and on the outer body of the
pariwisata Yogyakarta, yaitu seluruh
buses and taxis.
armada taksi yang beroperasi di Yogyakarta, perusahaan bis KOPATA, untuk turut menggiring masyarakat Yogyakarta datang ke Pasar Raya melalui sticker yang ditempel di badan dalam dan badan luar armada.
June 7 th –August 7 th 2008
71
Acara yang disuguhkan
Events Shown
Pasar Raya menyuguhkan acara hiburan
The Fair offered a various array of entertainment
untuk para pengunjung, baik di area Benteng
for visitors in the Vredeburg Fort area and the
Vredeburg maupun di Taman Budaya
Taman Budaya Yogyakarta (the Yogyakarta Arts
Yogyakarta setiap malamnya. Adapun
Centre). These were: (1) Jazz for You, (2) the
sejumlah acara pokok di Pasar Raya adalah:
Yogyakarta Students Activities Unit, (3) Folk Art,
(1) Jazz for You, (2) Unit Kegiatan Mahasiswa
(4) Dangdut Tak Ku Kejar Tapi Selalu Ku Dengar
Yogyakarta, (3) Kesenian Rakyat, (4) Dangdut
(Dangdut music show), (5) Kutunggu Karyamu
Tak Ku Kejar Tapi Selalu Ku Dengar, (5)
(Performances of Young Choreographers), (6)
Kutunggu Karyamu, (6) Rock Lama Bergema
Rock Lama Bergema Sampai Ujung Jogja (Rock
Sampai Ujung Jogja, (7) Kompetisi Dance, (8)
music show), (7) Dance competitions, (8) Break
Kompetisi Break Dance, (9) Kompetisi Band,
Dance competitions, (9) Band Competitions, (10)
(10) Family Sunday, (11) Kompetisi Game
Family Sunday, (11) Online Game Competition,
Online, dan (12) nonton bareng EURO 2008.
and (12) live screening of EURO 2008 football matches.
Secara umum, acara sengaja dikemas lawasan, mengikuti tema FKY tahun ini ”Masa
The main theme for this year’s Festival Kesenian
Lalu Selalu Baru”. Hal ini ternyata disambut
Yogyakarta was “Masa Lalu Selalu Baru”
positif oleh para pengisi stand. Dengan tema
(The Past is New). Stand owners responded
lawasan, pengunjung akan merasa lebih
positively to it and brought about a relaxing and
santai, nyaman jika berkunjung ke Pasar Raya,
comfortable atmosphere to the Fair in the hope
72
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
sehingga harapannya transaksi dapat terjadi di
that transactions will take place at the stands.
stand-stand Pasar Raya. Besides this, there were also various popular Di samping itu, masih ada acara tambahan yang
additional events to accommodate the
bersifat populer, yang memang ditujukan untuk
interests of the Yogyakarta community, such
mengakomodasi minat masyarakat Yogyakarta,
as “Rock-and-Rollmania” (Rescue and Bacout
yaitu ”Rock-and-Rollmania” (Rescue dan Bacout
Area), “A Tribute to Koes Plus” (Kalahitam
Area), ”Tribute To Koes Plus” (Kalahitam Plus),
Plus), “Keroncong” (Bintang Selatan) and
”Keroncong” (Bintang Selatan), dan ”Waria on
“Waria on Stage” (transvestites on stage).
Stage”. Tidak ketinggalan, penyelenggaraan
Also, there was the Fair Cinema, which had
Bioskop Pasar Raya yang di tahun kedua ini juga
participated for two years running. The cinema
hadir meramaikan Pasar Raya dan menjadi ajang
venue was the meeting spot for film lovers
berkumpulnya peminat film (baik itu produsen,
namely producers, consumers, and mediators.
konsumen, maupun mediator). The enthusiasm of the community of Animo masyarakat Yogyakarta untuk
Yogyakarta to visit the Fair and enjoy the
mengunjungi Pasar Raya dan menikmati acara
events had roughly been the same each
hampir selalu rata setiap harinya. Namun
day, but on special events such as “Waria
membludak pada saat special event yang jatuh
on Stage”, people crowded the venue to see
pada hari Sabtu, seperti ”Waria on Stage”, di
the actions of transvestites of Yogyakarta.
mana penonton berjubel untuk melihat aksi
Overall, the Fair was a success and managed
June 7 th –August 7 th 2008
73
para waria Yogyakarta. Secara keseluruhan
to attract the people of Yogyakarta, as shown by
acara Pasar Raya berjalan sukses dan
the great enthusiasm to visit the 20th FKY 2008’s
menarik bagi masyarakat Yogyakarta, dilihat
Festival Fair, both at The Vredeburg Fort Museum
dari animo masyarakat yang besar untuk
complex and Taman Budaya Yogyakarta.
selalu mengunjungi Pasar Raya FKY XX 2008 di Benteng Vredeburg dan Taman Budaya
Halfway in the Fair’s execution, the Committee
Yogyakarta selama Pasar Raya berlangsung.
held a joint forum for the stand owners. Here the Committee received many suggestions, critiques
Pada pertengahan perjalanan Pasar Raya,
from the stand owners, who mostly felt the
Panitia sempat mengadakan forum bersama
Fair was too quiet in the daytime. Therefore, in
para pengisi stand. Dari sanalah panitia
cooperation with stand owners, the Committee
mendapat banyak saran, kritik dari para
held additional events such as talks on HIV/AIDS
pengisi stand, yang sebagian besar merasa
along with PKBI (The Indonesian Family Planning
Pasar Raya sepi di siang hari. Oleh karenanya
Association), workshops on batik making, kite-
Panitia melakukan beberapa antisipasi
making workshop, tattoo workshop, fashion show
untuk menarik pengunjung. Bekerja sama
of products from the stands, and an acoustic
dengan para pengisi stand diadakanlah
music show along with the stand owners.
acara tambahan seperti diskusi tentang HIV/ AIDS bersama PKBI (Paguyuban Keluarga
On the last day of the Fair, on July 7th 2008, the
Berencana Indonesia), workshop membatik,
Committee held a seminar with the Governor of
workshop membuat layang-layang, workshop
the Special Province of Yogyakarta, His Majesty
74
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
tattoo, acara peragaan busana yang menampilkan produk-produk dari para pengisi stand, hingga acara akustikan bersama para pengisi stand. Acara sarasehan dengan Gubernur D.I. Yogyakarta terjadi pada hari terakhir Pasar Raya (7 Juli 2008). Para pengrajin diberi kesempatan untuk berbincang-bincang, memberi masukan, saran serta kritik kepada Sri Sultan Hamengkubuwana X perihal kesenian dan kerajinan di Yogyakarta secara umum dan perihal penyelenggaraan Pasar Raya FKY secara khusus.
Catatan Jumlah Pengunjung Selama satu bulan penuh Pasar Raya FKY XX 2008 dikunjungi oleh 145.912 orang dari beragam kalangan (siswa sekolah, mahasiswa, rombongan piknik keluarga, wisatawan mancanegara, seniman, rekan-rekan media, dan lain-lain). Rata-rata pengunjung tiap harinya adalah 4.706 orang. Jumlah pengunjung paling sepi dalam satu hari selama Pasar Raya tercatat 2.803 orang. Jumlah pengunjung paling ramai adalah 8.519 orang (bersamaan dengan pertunjukan musik Sawung Jabo & Sirkus Barock di penutupan Pasar Raya FKY XX 2008). Jika dilihat dari jumlah pengunjungnya, Pasar Raya kali ini mencapai target jumlah pengunjung yang direncanakan, yakni 4.000 orang tiap harinya. Pasar Raya FKY XX 2008 benar-benar lahan komersial, tempat perjumpaan para produsen, mediator dan konsumen beragam seni dan budaya yang hidup dinamis di Yogyakarta. Mempertemukan semua kalangan dalam sebuah pesta kesenian!
June 7 th –August 7 th 2008
75
Sri Sultan Hamengkubuwana X. Artisans were given the opportunity to speak, to give suggestions and critiques to the governor, Sri Sultan Hamengkubuwana 10th, about arts and crafts in Yogyakarta in general and especially on the occasion of FKY.
The Number of Visitors The total number of visitors during the one month of the 20th FKY 2008 was 145.912 from various groups, namely school children, university students, families, foreign visitors, artists, people from the media, etc. The daily rate of visitors was 4.706 people with 2.803 being the least. The highest number of visitors in a day reached 8.519, which was due to the music show of Sawung Jabo & Sirkus Barock on the closing day of the 20th FKY 2008. The Fair has reached its target of attracting 4.000 visitors per day. The 20th FKY 2008 truly became a commercial space, where producers, mediators and consumers of arts and culture who live dynamically in Yogyakarta, met in a festival of the arts.
76
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
June 7 th –August 7 th 2008
JOGJA ART FAIR#1 15 Juni - 7 Juli 2008, Taman Budaya Yogyakarta
77
78
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Di dalam penggagasan program FKY XX 2008 muncul ide untuk mencip takan Art Fair di kota Yogyakarta, seperti yang telah diadakan secara berkala di kota-kota pusat seni rupa lain: Beijing, Shanghai, Melbourne, dan sebagainya. Tujuan dari Jogja Art Fair ini adalah menyediakan ruang bagi bertemunya seniman de ngan pasar seni rupa se cara langsung. Menggandeng sebuah art organizer terkemuka di Yogyakarta: Heri Pemad Art Management (HPAM), Jogja Art Fair#1 diselenggarakan dan diikuti oleh sebanyak 227 seniman yang mengikutsertakan 410 karya. Sebanyak 40% dari seniman peserta itu adalah yang diundang, sedangkan sisanya adalah seniman yang mendaftarkan diri, baik berasal dari Yogyakarta maupun kota-kota lainnya. Seleksi karya diadakan secara tertutup oleh Heri Pemad dan Bambang ‘Toko’ Witjaksono dengan kapasitas mereka sebagai salah satu pelaku pasar seni rupa. Karya yang diikutsertakan oleh seniman sangat didominasi oleh karya-karya dua dimensi, dan seniman yang berpartisipasi lebih banyak adalah seniman-seniman muda.
June 7 th –August 7 th 2008
79
The designing of the 20th FKY 2008 resulted in the idea to create an Art Fair in Yogyakarta, similar to regular ones held in other cities well-known as of art centres, such as: Beijing, Shanghai, Melbourne, etc. The aim of the Jogja Art Fair was to provide a space where artists could directly meet the art market. In collaboration with a well-known arts organizer in Yogyakarta, the Heri Pemad Art Management (HPAM), the Jogja Art Fair#1 was held and joined by 277 artists with 410 artworks. 40% of the artists joined by invitation, and the rest, originating from Yogyakarta and elsewhere, by application. The selection process of the artworks were carried out in a closed meeting by Heri Pemad and Bambang ‘Toko’ Witjaksono as individuals having capacity of working in the arts market. The two-dimensional artworks dominated the works and most of the participants were young artists. Due to the limited space of the Taman Budaya Yogyakarta, the artworks were exhibited in turns, by rotation once a week. Each week JAF#1 was able to show 150 pieces of artwork in the
80
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Disebabkan ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta yang tidak cukup luas, maka karya-karya itu dipasang secara bergilir, seminggu sekali diganti. Rata-rata setiap minggu JAF mampu memasang 150 karya di dalam ruang pamer. Karya-karya yang sedang tidak berkesempatan muncul di ruang pamer dapat diakses oleh pengunjung melalui layar screening; katalog digital komputer di bagian depan ruang pamer; website www.jogjaartfair.com; dan melalui newsletter JAF#1 yang terbit sebanyak dua kali di dalam masa penyelenggaraannya. HPAM mendesain ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta menjadi lebih artistik. Di dalam ruang pamer, didirikan sekat-sekat yang membentuk koridor-koridor di sisi kanan dan kiri. Hal ini memberikan keuntungan yaitu tersedia ruang lebih banyak untuk memasang karya, display karya terlihat lebih rapi dan elegan. Sedangkan pada desain eksterior, HPAM mendandani perwajahan ruang pamer TBY dengan mendirikan semacam bangunan dekorasi nonpermanen bergaya street art yang muda, cair, dan hangat. Dari komentar-komentar yang didapat, publik sangat menyukai desain ruang JAF tersebut, karena membuat suasana JAF tidak terkesan kaku atau formal.
Minat masyarakat untuk mengapresiasi karya-karya yang dipamerkan di JAF#1 sangat tinggi. Dari total tiga minggu penyelenggaraan, jumlah pengunjung yang tercatat menonton pameran JAF#1 sebanyak 7.700 orang, dengan perincian: 3.700 penonton di minggu pertama, 2.500 di minggu kedua, dan 1.500 di minggu ketiga. Beberapa keberhasilan penyelenggaraan JAF#1 yang bisa dicatat adalah: sebanyak 42 karya seni terjual dalam JAF#1; dari penyelenggaraan JAF#1 bermunculan namanama seniman baru yang sebelumnya belum terpetakan; serta PT. Indosat Tbk. sebagai sponsor utama event JAF#1 menyatakan sangat puas dan berminat untuk bekerja sama kembali pada penyelenggaraan JAF di tahun mendatang. Kepanitiaan FKY XX 2008 telah terbukti berhasil bersama HPAM sebagai mitra penyelenggara mengadakan event rintisan Jogja Art Fair. Namun demikian, nama JAF telah menjadi hak paten HPAM yang berencana menyelenggarakan JAF secara reguler setiap tahunnya. Untuk penyelenggaraan FKY tahun-tahun mendatang, panitia FKY dimungkinkan untuk melakukan pendekatan dan lobby dengan pihak HPAM untuk kerja sama penyelenggaraan JAF sebagai bagian dari rangkaian kegiatan FKY.
June 7 th –August 7 th 2008
81
exhibition room. People were able to access un-exhibited works on screen; on the computed digital catalogue at the front part of the exhibition room; on the www. jogjaartfair.com website; and through the JAF#1 newsletter, issued twice during the art fair. The HPAM (Heri Pemad Art Management) gave the Taman Budaya Yogyakarta exhibition room a more artistic look. Inside the room, they built dividers forming corridors on the left and right. This benefitted the Committee as it provided more room to mount the artists’ work; their display looked neat and elegant. Meanwhile, the HPAM decorated the exterior of the exhibition room at Taman Budaya Yogyakarta by building a non-permanent street art décor with a young, casual, and warm feel. The comments showed the public’s appreciation of the Jogja Art Fair room design, because of its less-formal outlook.
The works exhibited at the JAF#1 was highly appreciated by the public. During the three weeks of exhibition the number of visitors reached 7.700, there were 3.700 in the first week, 2.500 in the second, and 1.500 in the third week. The JAF#1 saw several achievements, namely: 42 art works were sold; the emergence of new names of artists previously unaccounted; and sponsorship from PT. Indosat Tbk. Being the main sponsor for the event, PT. Indosat Tbk expressed their satisfaction and interest in further collaboration in next year’s JAF event. The 20th FKY 2008 with HPAM has proven to be a successful partnership in holding the Jogja Art Fair. However the JAF name has become the rights of HPAM, who plans to hold JAF annually. For the future FKY, the FKY committee may possibly approach and lobby HPAM to hold JAF as part of the FKY.
82
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
The Onto’s: Maskot Festival Kesenian Yogyakarta Xx 2008 The Onto’s: Mascot of Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Raden Ontoseno dan Estetika Gerabah Kasongan Raden Ontoseno
and
The Aesthetics
of
Kasongan Earthenware
June 7 th –August 7 th 2008
Oleh/By Yustina W. Neni
83
84
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Raden Ontoseno
Raden Ontoseno
Salah satu alasan mengapa salah satu tokoh pewayangan yaitu Raden Antasena atau Ontoseno dipilih menjadi ikon FKY XX 2008 adalah karena tokoh ini munculnya hanya di jagad pewayangan Yogyakarta. Di Surakarta Ontoseno dikenal sebagai Ontorejo. Namun di Yogyakarta baik Ontoseno maupun Ontorejo dikenal sebagai sosok yang berbeda. Keduanya adalah anak Werkudara selain Gatutkaca.
One of the reasons to elect one of puppet-theater figures that is Raden Antasena or Ontoseno to be the icon of FKY XX 2008 is due to its appearance in the puppet-theater world of only Yogyakarta. In Surakarta, Ontoseno is known as Ontorejo. But in Yogyakarta, both Ontoseno and Ontorejo are different figures. They are the sons of Werkudara in addition to Gatutkaca. Ontoseno is the son of Werkudara with Dewi Urang
Ontoseno adalah anak Werkudara dengan
Ayu. Behind the accounts of his supernatural
Dewi Urang Ayu. Dibalik kesaktiannya yang
power winning all times at the battle-fields
digambarkan selalu menang dalam bertempur
and immortality (therefore he was not allowed
dan tidak bisa mati (oleh karena itu tidak
to fight in the Baratayuda War), this figure is
boleh ikut dalam perang Baratayuda) tokoh
recognized as honest, humble, straightforward,
ini juga digambarkan berwatak jujur, rendah
unable to speak honorific forms of Javanese
hati, terus terang, tidak bisa berbahasa
language (politest level of Javanese language)
Jawa Krama (Bahasa Jawa halus) dan sering
and does improper etiquette. Some opinions
June 7 th –August 7 th 2008
85
melanggar tata krama. Beberapa pendapat
say that Ontoseno is odd. The appearance of
bahkan mengatakan Ontoseno adalah
Ontoseno the son of Werkudara in the puppet-
tokoh yang sinting. Kemunculan Ontoseno si
theater world of Yogyakarta is in the contrary to
anak Werkudara dalam jagad pewayangan
the stereotyped upper class images.
Yogyakarta adalah kebalikan dari citra-citra
priyayi yang telah menjadi stereotip.
Diskusi Yang Panjang & Menggairahkan
Lengthy And Exciting Discussions
Pelibatan Ontoseno dalam FKY XX 2008 terjadi
is taken through lengthy discussions among
melalui diskusi yang panjang antara Tim
the Agitation and Propaganda Team, Research
Agitasi dan Propaganda FKY, Bagian Penelitian
and Development Division and Artistic Team
dan Pengembangan FKY, Tim Artistik FKY,
of FKY with several historians and prominent
serta beberapa sejarawan dan dalang-dalang
puppeteers of Yogyakarta. The searching for
ternama di Yogyakarta. Pencarian wujud
suitable outline is really stimulating. A series
yang khas juga tidak kalah serunya. Diskusi-
of discussions aim to give out light on the FKY
diskusi ini bertujuan untuk mengkilapkan
prestige entering its gloomy time before the
pamor FKY yang konon sudah buram di mata
audiences of Yogyakarta itself. From November
masyarakat Jogja sendiri. Dimulai pada bulan
2007 until April 2008, the Artistic Team of
November 2007 hingga akhirnya pada bulan
FKY XX 2008 pointed at certain grounds of
April 2008 Tim Artistik FKY XX 2008 menunjuk
Yogyakarta as the precise media to materialize
tanah-tanah di Yogyakarta media paling tepat
Raden Ontoseno into the merchandises of FKY
untuk mewujudkan Raden Ontoseno menjadi
XX 2008 – THE ONTO’S modified by Iwan Effendi,
merchandise FKY XX 2008 – THE ONTO’S yang
a young artist from Tempel, Sleman, Yogyakarta.
digubah oleh Iwan Effendi, seniman muda asal
Tempel, Sleman, Yogyakarta.
The involvement of Ontoseno in FKY XX 2008
86
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Estetika Gerabah Kasongan Bantul Salah satu daerah tujuan belanja oleh-oleh di Yogyakarta adalah di Kasongan, Bantul. Daerah ini terkenal dengan industri rumahan gerabah. Yang mungkin khalayak kurang paham adalah tanah yang dibuat gerabah di Kasongan adalah bukan tanah Kasongan, melainkan (salah satunya) tanah dari Godean, Yogyakarta barat. Anehnya di Godean
The Aesthetics Of Kasongan (Bantul) Earthenware One of the souvenir-shopping spots in Yogyakarta is Kasongan, Bantul. The area is famous for its earthenware home-industry. Some people may not know that the soil for the earthenware-making in Kasongan is not Kasongan soil but among them is Godean (West Yogyakarta) soil. It is fairly surprising
sendiri, rekayasa tanah tersebut berupa genteng
that the soil is used for the roof-tile material
dan di Kasongan menjadi alat-alat rumah
in Godean but household equipment in
tangga. Karakter tanah ini kasar dan kandungan
Kasongan. The soil character is rough with
pasirnya tinggi, juga tidak mampu direkayasa
high sand-ingredient and hard for high
untuk teknik bakaran tinggi, misalnya glasir yang
temperature burning like glazing requiring
pembakarannya membutuhkan panas lebih
1000 Celcius degree burning point. Yogyakarta
dari 1000 derajat celsius. Tanah Yogyakarta
soil will crack in the temperature of more
akan retak pada suhu lebih dari 800 derajat
than 800 Celcius degree. Therefore, the
celsius. Oleh karena itu produk-produk kasongan
products tend to be thick and the developing
cenderung tebal dan yang berkembang adalah
ones are exterior products. In 1970s, (late)
produk-produk luar ruang. Pada tahun 70 an,
Sapto Hudoyo, a multi-talented artist whose
Sapto Hudoyo (almarhum), seniman rupa-rupa
name makes Yogyakarta celebrated, paid
yang namanya mengharumkan Yogyakarta, main-
some visits to Kasongan and created a horse
main ke Kasongan dan membuat patung kuda
statue and scaly dragon in varnished finishing.
dan naga bersisik dengan finishing cat plitur.
One of his purposes was to make Kasongan
Tujuan salah satunya adalah supaya gerabah
earthenware possibly get in houses and
Kasongan bisa masuk rumah dan dapat dijual
higher in price. Soon after that, the style of
lebih mahal. Segera setelah itu kendi, gentong,
Kasongan earthenware products like flasks,
anglo, pot, dkk, bersanding dengan gaya gerabah
large bowls for water, braziers, flower-pots and
Sapto Hudayanan. Gaya ini bertahan hingga
the sorts came together with Sapto Hudayanan
akhir 80’an. Tahun 90’an hingga saat ini seturut
earthenware. The style continued until the
dengan munculnya trend gaya hidup alami dan
end of 1980s. In 1990s until now, along
pengaruh dari para pemesan yang berasal dari
with natural lifestyle trend and influence of
luar Jogja atau Indonesia, gerabah kasongan
buyers coming from other cities or countries,
menjadi lebih menarik. Tetap tidak jauh dari
Kasongan earthenware become more
June 7 th –August 7 th 2008
87
asalnya gentong, pot, dan saudara-saudaranya
enchanting. Keeping the original functions, those
itu menjadi gentong dan pot gaya bali, gaya
large bowls for water and flower-pots together
jepang, gaya cina, dan muncul disain baru
with their siblings have turned out into Balinese,
seperti kap lampu, pucukan atap, dengan
Japanese and Chinese earthenware products
aneka gaya. Semua gaya baru tersebut nyaris
and new designs coming up in lamp-shades and
tanpa poles alias gerabah mentah (istilah
roof-tips with various styles. All new styles are
akademisnya “biscuit”), tetapi gaya lokal
not polished or raw earthenware (academically-
yang bercat warna-warni tetap ada dengan
called as “biscuit”) but the local style in colorful
menggunakan bermacam-macam teknik
paints are still available with different techniques
seperti disaput, dikerok, cat timbul, dll. Para
like covered, rubbed down, embossed, etc. The
penggemar keramik mengatakan gerabah
ceramic lovers say that such earthenware—
macam ini – yang dicat – nilainya rendah dan
painted ones—are considered low-valued and
ndesit. Namun estetika lokal bergeming. Tanah
rustic. However, the local aesthetics keeps quiet.
Yogyakarta berbeda dengan Tanah Malang
Yogyakarta soil differs from Malang (East Java)
Jawa Timur atau Sukabumi di Jawa Barat, yang
or Sukabumi (West Java) soil, possibly burnt in
langsung bisa dibakar dengan suhu tinggi
high temperature as soon as it is taken from the
begitu diambil dari sungai. Naluri menghias,
rivers. The impulse to decorate, beautify and
mempercantik, dan menghibur selalu bergerak
entertain always moves along with humankind
bersama berkembangnya umat manusia dan
development and habitual dynamics. The unique
dinamika habitualnya. Tanah Yogyakarta yang
Yogyakarta soil, welcome as well as dynamic
khas, masyarakat Yogyakarta yang terbuka
society and aspiration to imitate are the creation
dan dinamis, keinginan meniru adalah daya
power making Yogyakarta always get longed for
cipta yang membuat Yogyakarta selalu
and visited again. For the FKY team, Kasongan
dirindukan untuk dikunjungi kembali. Bagi Tim
earthenware either plain or painted is pure and
FKY – gerabah Kasongan baik polos maupun
original.
yang di cat adalah murni dan asli.
88
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Seni Sebagai Investasi – Ontoseno Jadi Celengan Dalam FKY kali ini salah satu bagian penting yang ingin dicanangkan selain keberhasilan setiap acara yang akan dige lar, adalah perbaikan manajemen. Dalam konteks festival, sebuah manajemen yang tertata akan menjadi mesin pen dorong bagi penyelenggaraan yang ideal. Sebuah festival yang ideal adalah corong promosi positif dari sebuah daerah seperti Yogyakarta yang dihidupi oleh industri kreatif dan pariwisata. Itulah salah satu tujuan yang akan diraih oleh FKY kali ini, yakni menjadikan seni sebagai investasi ekonomi bagi Yogyakarta. Investasi yang diwujudkan dalam bentuk penataan manajemen telah membuka peluang kerja sama dengan stake holder yang lebih luas, serta pelibatan publik dan pelaku seni dalam penyelenggaraan festival. Wujud konkret dari keberhasilan ini Pemda Propinsi DIY telah menganggarkan uang sejumlah 500 juta rupiah. Dana dari Pemerintah tersebut meningkat dibanding tahun lalu yang hanya 300 juta rupiah. Hal itu merupakan hasil dari terbukanya ruang diskusi dengan Pem Prop, DPRD tingkat I, dan BPKD. Terbukanya ruang diskusi dengan jajaran birokarsi ini merupakan program internal dari menejemen festival dalam membuka hubungan kerjasama de ngan birokrasi pemerintah. Meskipun demikian Panitia Festival masih berharap terbukanya jalur kerjasama dengan beberapa pihak birokrasi yang lain, yang berpotensi untuk mendukung suksesnya sebuah festival seni, seperti Dinas Pariwisata, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dekranas, Pemkot/Pemkab, dll. Merchandise The ONTO’S T-shirt dan Celengan dipersembahkan untuk kesuksesan pelaksanaan FKY XX 2008 oleh 3 perupa ternama Indonesia yaitu Agus Suwage (lahir di Purworejo), Jumadi Alfi (lahir di Padang, Sumatera Barat), dan Agung Kurniawan (lahir di Jember, Jawa Timur). Ketiganya tinggal dan bekerja di Yogyakarta.
June 7 th –August 7 th 2008
89
Investment – Ontoseno To Be Piggy-banks In FKY XX 2008, one of the goals to achieve despite the success for each program implemented is management improvement. In festival context, an organized management is the stimulating machine to ideal implementation. An ideal festival is like the megaphone of positive promotions for a region like Yogyakarta enlivened with creative industry and tourism. It is one of the goals to achieve through this recent FKY positioning art as the economical investment for Yogyakarta. The investment manifested in the management improvement has opened opportunities for collaborative works among wider stakeholders as well as involvement of public and artists in the festival implementation. The concrete manifestation of this success is the availability of budget amounted IDR 500 millions from Pemda Propinsi (PemProp) DIY (Local Government of Yogyakarta). The budget increases from the last year fund amounted IDR 300 millions. In fact, it is the outcome of open discussion rooms among PemProp, DPRD I (Regional People’s Legislative Assembly) and BPKD (Board of Local Financial Management). The openness of discussion rooms is an internal program of the festival management in establishing relationship with the government bureaucrats. Nonetheless, the Festival Committee are still expecting to build open relationship paths with other bureaucratic parties potentially supporting the success of an art festival such as Dinas Pariwisata (Department of Tourism), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Department of Industry and Commerce), Dekranas (National Craft Council), City Government/District Government and others. The merchandises of The ONTO’S T-Shirts and Piggy-banks are presented for the success of FKY XX 2008 implementation by three Indonesian outstanding artists that are Agus Suwage (born in Purworejo), Jumadi Alfi (born in Padang, West Sumatra) and Agung Kurniawan (born in Jember, East Java). They live and work in Yogyakarta.
90
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
June 7 th –August 7 th 2008
91
92
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008 diselenggarakan oleh:
Didukung oleh:
June 7 th –August 7 th 2008
93
94
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
June 7 th –August 7 th 2008
95
96
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
June 7 th –August 7 th 2008
97
98
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
June 7 th –August 7 th 2008
99
100
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
June 7 th –August 7 th 2008
101
102
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
June 7 th –August 7 th 2008
103
104
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
June 7 th –August 7 th 2008
105
106
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
June 7 th –August 7 th 2008
107
108
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Rekapitulasi Media Koran dan Cetak Pemberitaan FKY XX 2008
No
Judul Berita
Media
Waktu Pemuatan
Wartawan
1
Dari Pasar Raya Hingga OTA
Radar Jogja
Selasa, 11 Maret 2008
Azzam (Uki)
2
FKY XX 2008 Sajikan Sejarah Yogyakarta
Solo Pos
Selasa, 29 April 2008
3
FKY XX Libatkan Sembilan Kampung
Radar Jogja
Selasa, 29 April 2008
Sam
4
FKY Tampilkan Babad Kampung
Kompas Jogja
Jumat, 2 Mei 2008
Agni
5
FKY XX 2008 Jadi Daya Tarik Wisata dan Ikon Yogya
Kedaulatan Rakyat
Jumat, 2 Mei 2008
Khocil
6
FKY Jajaki Jalur Kemitraan
Radar Jogja
Jumat, 2 Mei 2008
Azzam (Uki)
7
Acara FKY XX Akan Dipadatkan
Bernas Jogja
Jumat, 2 Mei 2008
8
FKY XX Siap Digelar
Republika
Jumat, 2 Mei 2008
Heri P
9
FKY XX 2008 Pedulikan Masa Lalu
Gudeg Net
Rabu, 30 April 2008
Joko Widiyarso
10
Babad Kampung Siap Meriahkan FKY XX 2008
Solo Pos
Selasa, 6 Mei 2008
Awi
11
Sembilan Kampung Terlibat Di FKY Ke-20
RRI
Rabu, 30 April 2008
Antok Wesman
12
FKY XX, Menghidupkan Ruh Seniman Kampung
Kedaulatan Rakyat
Sabtu, 3 Mei 2008
Chaidir
13
Festival Kesenian Yogyakarta Digelar Mulai 7 Juni 2008
Media Indonesia. Co.Id
Kamis, 1 Mei 2008
Ant
14
Festival Kesenian Yogyakarta XX: Targetkan 4.000 Pengunjung per Hari
Joglo Semar
Jumat, 2 Mei 2008
Wip
15
Festival Kesenian Yogyakarta, Rakyat Harus Dilibatkan dalam Proses Kebudayaan
Kompas Jogja
Jumat, 9 Mei 2008
Putu Can
16
Diseleksi, Penampil Asing di FKY 2008
Minggu Pagi
Minggu II Mei 2008
Latief
17
FKY XX 2008 Sarat Seniman Asing
Minggu Pagi
Minggu, II Mei 2008
Latief
June 7 th –August 7 th 2008
18
Sembilan Kampung Meriahkan Festival Kesenian Yogyakarta 2008
Jurnal Nasional
Kamis, 15 Mei 2008
Ant
19
Agung Kurniawan “Spesialis” Drawing yang Direktur Artistik FKY Tahun 2008, Ketika Seni dan Bisnis Bersinergi
Radar Jogja
Minggu, 1 Juni 2008
Azzam (Uki)
20
Babad Kampung di FKY XX Sastra Ditiadakan
Nasari News
Juni 2008
Teguh R Asmara
21
Rakyat Seniman
Koran Tempo
Senin, 2 Juni 2008
Kurniawan
22
Mari Menonton di FKY XX 2008
Solo Pos
Rabu, 4 Juni 2008
Awi
23
Penonton Festival Kesenian Yogyakarta Tumplek-bleg
Koran Tempo
Kamis, 5 Juni 2008
Idayanie
24
Jogya Tumplek Blek Awali FKY
Joglo Semar
Kamis, 5 Juni 2008
Dhi
25
FKY Diawali Sultan “Nyelengi Receh”
Bernas Jogja
Kamis, 5 Juni 2008
c5
26
9 Kampung dukung perhelatan FKY XX, Masa lalu (bisa) selalu baru
Harian Jogja
Kamis, 5 Juni 2008
Prihati Puji Utami
27
Jemek Pimpin Pawai Pembukaan
Radar Jogja
Jumat, 6 Juni 2008
Azzam (Uki)
28
SASANA Jadwal Acara, “Jogja Tumplek Blek”
Kompas Jogja
Sabtu, 7 Juni 2008
29
FKY XX Usung Kesenian Langka
Kompas
Sabtu, 7 Juni 2008
Dya
30
FKY 2008: Memaknai Betapa Pluralnya Yogyakarta
Joglo Semar
Sabtu, 7 Juni 2008
Rahajeng Kartika
31
Ikon The Onto’s atau Raden Antasena
Joglo Semar
Sabtu, 7 Juni 2008
Rahajeng Kartika
32
Aji Wartono, Direktur Eksekutif FKY 2008, FKY Dukung Pariwisata Yogyakarta
Joglo Semar
Sabtu, 7 Juni 2008
Rahajeng Kartika
33
Ruang Berbudaya Anak Muda
Telisik
Mei 2008
Widarti
34
Agenda FKY XX 2008, Pawai Pembukaan FKY; Pembukaan Pasar Raya; Pasar Raya; Pelatihan Pembuatan Tato; Nonton Bareng
Koran Tempo
Sabtu, 7 Juni 2008
Fadjri
35
Sultan Buka FKY 2008
Koran Seputar Indonesia
Minggu, 8 Juni 2008
Priyo Setyawan
36
Foto Pawai Pembukaan FKY XX 2008
Kompas
Minggu, 8 Juni 2008
Arum
37
Warga “Tumplek” di Malioboro
Bernas Jogja
Minggu, 8 Juni 2008
38
FKY 2008 Masa Lalu Selalu Baru
Minggu Pagi
Minggu II Juni 2008
Prass
39
FKY XX 2008 Dibuka, Seniman Mancanegara Terlibat
Kedaulatan Rakyat
Minggu, 8 Juni 2008
Chaidir, Khocil
40
FKY, budaya Jogja atau ajang tontonan?
Harian Jogja
Minggu, 8 Juni 2008
Mediani Dyah Natalia
109
110
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
41
Pembukaan FKY Bikin Macet
Harian Jogja
Minggu, 8 Juni 2008
42
Pembukaan FKY XX 2008 Kurang Greget
Suara Merdeka
Minggu, 8 Juni 2008
Sugiarto
43
Budaya Lokal Menjadi Pijakan, Pembukaan FKY XX Tampilkan Pawai di Masa Lalu
Kompas Jogja
Senin, 9 Juni 2008
Bimo
44
SASANA, Jadwal FKY: Jogja on My Mind: “Enam Djam di Djokja”; UKM Seni Yogyakarta: Anterdance; Jogja on My Mind: “Penginapan Bu Broto”; Keroncong Mas Heri, Sinopsis: Jogja on My Mind
Kompas Jogja
Senin, 9 Juni 2008
45
Jadwal FKY XX 2008 Hari ini
Radar Jogja
Senin, 9 Juni 2008
46
Mari Menonton di FKY
Radar Jogja
Senin, 9 Juni 2008
Azzam (Uki)
47
Foto Pawai Pembukaan FKY XX 2008
Merapi
Senin, 9 Juni 2008
Sutriono
48
Agenda FKY XX 2008, Senin, 9 Juni 2008; Selasa, 10 Juni 2008; Rabu, 11 Juni 2008
Koran Tempo
Senin, 9 Juni 2008
Fadjri
49
Sinopsis Enam Djam di Djogja dan Penginapan Bu Broto
Koran Tempo
Senin, 9 Juni 2008
Fadjri
50
Akrobat dan Pantomim asal Prancis ramaikan FKY
Harian Jogja
Senin, 9 Juni 2008
Rahayuningsih
51
Tato tidak indentik dengan premanisme
Harian Jogja
Senin, 9 Juni 2008
Prihati Puji Utami
52
Foto Pengrajin Ukiran Kayu (Stand FKY)
Harian Jogja
Senin, 9 Juni 2008
Talchah Hamid
53
Foto Stand Buku Bekas di FKY
Harian Jogja
Senin, 9 Juni 2008
Talchah Hamid
54
Foto Stand Batik Tulis Giriloyo di Pasar Raya FKY
Harian Jogja
Senin, 9 Juni 2008
Talchah Hamid
55
Foto Stand Mainan Edukasi di FKY
Harian Jogja
Senin, 9 Juni 2008
Talchah Hamid
56
Foto Stand Kerajinan Batu dari Magelang di Pasar Raya FKY
Harian Jogja
Senin, 9 Juni 2008
Talchah Hamid
57
Mari Menonton “Jogja on My Mind” di FKY
Kedaulatan Rakyat
Selasa, 10 Juni 2008
Chaidir
58
FKY XX, Romantisme di Kandang…
Kompas Jogja
Selasa, 10 Juni 2008
59
SASANA, Jadwal FKY, Selasa, 10 Juni 2008, dan sinopsis “Cintaku di Kampus Biru”
Kompas Jogja
Selasa, 10 Juni 2008
60
Jadwal FKY Selasa, 10 Juni, 11 Juni, dan 12 Juni. Sinopsis: Cintaku di Kampus Biru dan Kompilasi Fourcolours#1
Koran Tempo
Selasa, 10 Juni 2008
Fadjri
61
Jogja dalam Mari Menonton
Harian Jogja
Selasa, 10 Juni 2008
ILA
June 7 th –August 7 th 2008
62
Agenda FKY 10-15 Juni 2008
Harian Jogja
Selasa, 10 Juni 2008
63
Menilik hak anak di stan FKY
Harian Jogja
Selasa, 10 Juni 2008
Jadwal FKY XX 2008 Hari ini, Selasa, 10 Juni 2008
Radar Jogja
Selasa, 10 Juni 2008
64
FKY Masih Terus Mencari Format
Kompas Jogja
Rabu, 11 Juni 2008
65
SASANA, Jadwal FKY Rabu, 11 Juni 2008. Sinopsis: Penginapan Bu Broto
Kompas Jogja
Rabu, 11 Juni 2008
66
Pagelaran komunitas tari kontemporer Anterdans. Kritik sosial dari obrolan di angkringan
Harian Jogja
Rabu, 11 Juni 2008
Prihati Puji Utami
67
Menghadirkan lagi dunia yang hilang
Harian Jogja
Rabu, 11 Juni 2008
Prihati Puji Utami
68
Agenda FKY 11-15 Juni 2008
Harian Jogja
Rabu, 11 Juni 2008
69
Jadwal FKY 11-13 Juni 2008, Sinopsis: Enam Djam di Jogja dan Penginapan Bu Broto
Koran Tempo
Rabu, 11 Juni 2008
Fadjri
70
Besok, Atraksi Pantomim FKY di LIP, Break Dance Menggebrak Benteng Vredeburg
Kedaulatan Rakyat
Kamis, 12 Juni 2008
War/ Chaidir
71
SASANA, Agenda FKY, Kamis, 12 Juni 2008. Sinopsis: Harap Tenang, Ada Ujian!
Kompas Jogja
Kamis, 12 Juni 2008
72
Agenda FKY, 12- 14 Juni 2008. Sinopsis: Harap Tenang Ada Ujian!; Jalan Sepanjang Kenangan; Cintaku di Kampus Biru.
Koran Tempo
Kamis, 12 Juni 2008
Fadjri
73
Serba mini di gerai Jopa Japu
Harian Jogja
Kamis, 12 Juni 2008
Prihati Puji Utami
74
Agenda FKY, 13-15 Juni 2008
Harian Jogja
Kamis, 12 Juni 2008
75
Ruh Koes Plus muncul di FKY
Harian Jogja
Jumat, 13 Juni 2008
Prihati Puji Utami
76
Pasar Raya FKY XX “Tribute to Koes Plus” dan Layang-layang
Kedaulatan Rakyat
Jumat, 13 Juni 2008
War/ Chaidir
77
Foto Jemek di Pawai Pembukaan FKY
Harian Jogja
Jumat, 13 Juni 2008
Talchah Hamid
78
SASANA, Agenda FKY, Jumat, 13 Juni 2008
Kompas Jogja
Jumat, 13 Juni 2008
79
Jogja Art Fair #1 FKY XX, Wajah Panitia Dibandrol Rp 250 Juta
Kedaulatan Rakyat
Sabtu, 14 Juni 2008
80
Jadwal Acara FKY XX, 14-15 Juni 2008
Kedaulatan Rakyat
Sabtu, 14 Juni 2008
Prihati Puji Utami
Chaidir
111
112
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
81
SASANA, Agenda FKY, 14 -15 Juni 2008. Sinopsis: Enam Djam di Jogja dan Jogja Art Fair (JAF)
Kompas Jogja
Sabtu, 14 Juni 2008
82
Seniman Asia Eropa Ramaikan FKY
Suara Merdeka
Sabtu, 14 Juni 2008
83
Agenda FKY, 14 - 15 Juni 2008, Sinopsis: Mayar dan Bedjo Van Deerlak
Koran Tempo
Sabtu, 14 Juni 2008
84
Jualan Karya Seni Rupa Jogja Art Fair #1
Koran Tempo
Sabtu, 14 Juni 2008
Heru CN
85
Melihat stan pengurangan bencana di FKY, Waspada saat hati gembira
Harian Jogja
Sabtu, 14 Juni 2008
Prihati Puji Utami
86
Dance Works Rotterdam di TBY
Harian Jogja
Sabtu, 14 Juni 2008
ILA
87
Agenda FKY, 14-15 Juni 2008
Harian Jogja
Sabtu, 14 Juni 2008
88
Presiden Resmikan 7 Proyek Bidang PU, Pesta Kesenian Bali XXX Dibuka
Kompas
Sabtu, 14 Juni 2008
AYS/ RWN
89
SINDO ada berita FKY hari ini, 14 Juni 2008
90
Bertolak dari tambang, berlabuh di panggung seni
Harian Jogja
Minggu, 15 Juni 2008
Rahayuningsih
91
Dari Jogja (Art Fair) Menuju Dunia
Radar Jogja
Minggu, 15 Juni 2008
Agung Kurniawan
92
Festival Berbasis Kampung Budaya
Kedaulatan Rakyat
Minggu, 15 Juni 2008
Drs. Kuswarsantyo M Hum, Dosen Bahasa dan Seni UNY/ Sekum Dewan Kebudayaan Kota Yogya.
93
Rotterdam dan New York Bersatu dalam Balet
Minggu Pagi
Minggu III Juni 2008
Prass
94
Bersatunya Balet Rotterdam - NY
Radar Jogja
Minggu, 15 Juni 2008
Azzam (Uki)
95
Jadwal FKY XX Hari ini, Minggu, 15 Juni 2008
Radar Jogja
Minggu, 15 Juni 2008
96
JAF Bertujuan Komersial
Kedaulatan Rakyat
Minggu, 15 Juni 2008
Jay
97
Jadwal Acara FKY XX, 15 - 16 Juni 2008
Kedaulatan Rakyat
Minggu, 15 Juni 2008
Chaidir
98
Bahasa Tubuh Bizot Mengundang Derai Tawa
Kedaulatan Rakyat
Minggu, 15 Juni 2008
Chaidir
99
Doel Wahab Membuat Liong Sejak SD
Kedaulatan Rakyat
Minggu, 15 Juni 2008
War
100
Fragmen Nakal Philippe Bizot
Koran Tempo
Senin, 16 Juni 2008
Heru CN
June 7 th –August 7 th 2008
113
101
Agenda FKY, 16 Juni 2008
Koran Tempo
Senin, 16 Juni 2008
Heru CN
102
Bercerita Lewat Bahasa Tubuh…
Kompas Jogja
Senin, 16 Juni 2008
Erwin Edhi Prasetya
103
Jadwal Acara FKY XX 2008, 16 Juni 2008, Sinopsis: Pementasan Ballet “Rotterdam/ New York)
Kompas Jogja
Senin, 16 Juni 2008
104
Indian Bersenjata di Pasar Raya FKY
Kedaulatan Rakyat
Senin, 16 Juni 2008
War
105
Jadwal Acara FKY XX, 16 -17 Juni 2008
Kedaulatan Rakyat
Senin, 16 Juni 2008
Chaidir
106
Deleilah akan digelar di TBY
Harian Jogja
Senin, 16 Juni 2008
ILA
107
Agenda FKY, 19 - 22 Juni 2008
Harian Jogja
Senin, 16 Juni 2008
108
Foto Stan Barongsai: Memilih Topeng Barongsai
Kompas
Senin, 16 Juni 2008
Wawan H Prabowo
109
JMN Sediakan Hotspot di Vredeburg
Radar Jogja
Senin, 16 Juni 2008
iwa
110
Jadwal FKY XX Hari ini, Senin, 16 Juni 2008
Radar Jogja
Senin, 16 Juni 2008
111
Jadwal FKY XX Hari ini, Selasa, 17 Juni 2008
Radar Jogja
Selasa, 17 Juni 2008
112
Foto Jogja Art Fair
Koran Seputar Indonesia
Selasa, 17 Juni 2008
113
Maling gondol motor panitia FKY 2008
Harian Jogja
Selasa, 17 Juni 2008
KUK
114
Foto Dance Works Rotterdam
Kedaulatan Rakyat
Selasa, 17 Juni 2008
Eko Boediantoro
115
“Waria on Stage” Pasar Raya FKY XX, Antara Pamer “Aura” dan “Aurat”
Kedaulatan Rakyat
Selasa, 17 Juni 2008
War/ Chaidir
116
Jadwal Acara FKY XX, 17 - 18 Juni 2008
Kedaulatan Rakyat
Selasa, 17 Juni 2008
Chaidir
117
Jadwal Acara FKY XX, 16 - 19 Juni 2008, Sinopsis: Bangkok Girl dan The Angel Makers, Don’t Fance Me In
Koran Tempo
Selasa, 17 Juni 2008
118
Foto Dance Ballet Rotterdam - New York
Kompas
Selasa, 17 Juni 2008
Wawan H Prabowo
119
Foto Pembukaan Jogja Art Fair: Dipadati Pengunjung
Kompas Jogja
Selasa, 17 Juni 2008
Wawan H Prabowo
120
Jadwal Acara FKY 17 Juni 2008, dan Sinopsis JAF
Kompas Jogja
Selasa, 17 Juni 2008
121
Balet Rotterdam Obati Kangen
Harian Jogja
Selasa, 17 Juni 2008
Prihati Puji Utami
122
JAF jadi ajang pelukis marginal…
Harian Jogja
Selasa, 17 Juni 2008
Tentrem Mujiono
123
Agenda FKY, 19 - 23 Juni 2008
Harian Jogja
Selasa, 17 Juni 2008
114
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
124
Foto Pementasan Balet Rotterdam - New York
Kompas Jogja
Selasa, 17 Juni 2008
Wawan H Prabowo
125
Dance Works Rotterdam Lahirkan Balet Impresif
Joglo Semar
Rabu, 18 Juni 2008
ant
126
Tiket Mari Menonton Habis
Radar Jogja
Rabu, 18 Juni 2008
127
Jadwal FKY XX Hari ini, Rabu, 18 Juni 2008
Radar Jogja
Rabu, 18 Juni 2008
128
Foto Stan FKY: Miniatur patung berbahan kayu (seni liping)
Koran Seputar Indonesia
Rabu, 18 Juni 2008
129
Foto Balet Belanda
Bernas Jogja
Rabu, 18 Juni 2008
Surya Adi Lesmana
130
“Versi Lain Adam Hawa� JAF FKY XX, Mengecoh Pengunjung dengan Asap Rokok
Kedaulatan Rakyat
Rabu, 18 Juni 2008
War/ Chaidir
131
Jadwal Acara FKY XX, 18 - 19 Juni 2008
Kedaulatan Rakyat
Rabu, 18 Juni 2008
Chaidir
132
Balet Dance Works Rotterdam, Menyatukan Dua Kota di Panggung
Koran Tempo
Rabu, 18 Juni 2008
Heru CN
133
Jadwal FKY, 18 Juni 2008, Sinopsis: Bangkok Girl
Koran Tempo
Rabu, 18 Juni 2008
134
Bizot dirikan sekolah pantomim di Indonesia
Harian Jogja
Rabu, 18 Juni 2008
135
Jadwal Acara FKY, 18 Juni 2008
Kompas Jogja
Rabu, 18 Juni 2008
136
Motor hilang tekor Rp 6,5 Juta
Kedaulatan Rakyat
Rabu, 18 Juni 2008
Hrd
137
Pasar Raya FKY Makin Asyik Ditonton
Kedaulatan Rakyat
Kamis, 19 Juni 2008
War/ Chaidir
138
Jadwal Acara FKY XX, 19 - 20 Juni 2008
Kedaulatan Rakyat
Kamis, 19 Juni 2008
Chaidir
139
Jadwal Acara FKY, 19 Juni 2008: Sinopsis: Daily is Not Fairy
Kompas Jogja
Kamis, 19 Juni 2008
140
Agenda FKY, 19 - 23 Juni 2008
Harian Jogja
Kamis, 19 Juni 2008
141
Srikandi-srikandi FKY 2008, Kulit menghitam bukanlah soal
Harian Jogja
Kamis, 19 Juni 2008
142
Jadwal FKY XX, Kamis, 19 Juni 2008, Sinopsis: What Time Is It?
Koran Tempo
Kamis, 19 Juni 2008
143
Babad Kampung FKY XX, Menggali Cerita Kampung Halaman
Koran Tempo
Kamis, 19 Juni 2008
144
Jadwal FKY XX, Jumat, 20 Juni 2008
Koran Tempo
Jumat, 20 Juni 2008
145
Babad Kampung FKY XX, Dari Cuci Sepeda Motor sampai Mitos Kampung
Koran Tempo
Jumat, 20 Juni 2008
146
Agenda FKY, 20 - 23 Juni 2008
Harian Jogja
Jumat, 20 Juni 2008
Prihati Puji Utami
Esdras Idialfero Ginting
Heru CN
Heru CN
June 7 th –August 7 th 2008
115
147
Jadwal Acara FKY XX, 20 - 21 Juni 2008
Kedaulatan Rakyat
Jumat, 20 Juni 2008
148
Jadwal Acara FKY, 20 Juni 2008, dan Sinopsis: Pementasan “Contigo”
Kompas Jogja
Jumat, 20 Juni 2008
149
Instalasi “Bob Marley & Umatnya” Di JAF; Kritis Tapi Jenaka
Kedaulatan Rakyat
Sabtu, 21 Juni 2008
War/ Chaidir
150
Lagi Bete, Nongkrong Aja di Pasar Raya FKY
Kedaulatan Rakyat
Sabtu, 21 Juni 2008
War/ Chaidir
151
Jadwal Acara FKY, 21 - 22 Juni 2008
Kompas Jogja
Sabtu, 21 Juni 2008
152
Pasar Raya FKY XX Susahnya Merangkul Perajin Kecil
Koran Tempo
Sabtu, 21 Juni 2008
153
Jadwal FKY, 21 - 22 Juni 2008
Koran Tempo
Sabtu, 21 Juni 2008
154
Kolaborasi Unik Akrobat Tiang dan Pemusik
Harian Jogja
Minggu, 22 Juni 2008
155
Jadwal Acara FKY XX, 22 - 23 Juni 2008
Kedaulatan Rakyat
Minggu, 22 Juni 2008
156
FKY: Antara Festival Tubuh,Otak dan Hati
Minggu Pagi
Minggu, 22 Juni 2008
Salman Rusydie Anwar
157
Waria Bertebaran di FKY 2008
Minggu Pagi
Minggu, 22 Juni 2008
Latief Noor Rochmans
158
Mengagumi Maneqin dalam Ruang Kaca
Kompas
Minggu, 22 Juni 2008
Putu Fajar Arcana
159
Tari Jepang di FKY
Seputar Indonesia
Senin, 23 Juni 2008
Jemi Andrea
160
Pesta Percusound
Bernas Jogja
Senin, 23 Juni 2008
Surya Adi Lesmana
161
Japan Contemporary Dance Network
Kompas Jogja
Senin, 23 Juni 2008
Wawan H Prabowo
162
Jadwal Acara 23 Juni 2008
Kompas Jogja
Senin, 23 Juni 2008
163
Agenda FKY 23 Juni 2008
Harian Jogja
Senin, 23 Juni 2008
164
Sunset Boat of Little Lambs
Kedaulatan Rakyat
Senin, 23 Juni 2008
Eko Budiantoro
165
Jadwal Acara FKY XX 2008 23 - 24 Juni 2008
Kedaulatan Rakyat
Senin, 23 Juni 2008
Chaidir G
166
Menikmati Rockabilly di FKY
Kedaulatan Rakyat
Senin, 23 Juni 2008
War-o
167
Jadwal FKY XX 2008 23 - 24 Juni 2008 , Sirkus Perancis FKY XX 2008 Bercanda dengan Gravitasi
Koran Tempo
Senin, 23 Juni 2008
Heru CN
168
Pentas Ludens
Bernas Jogja
Senin, 23 Juni 2008
Surya Adi Lesmana
169
Tari Kontemporer FKY Berdialog dengan Penonton
Koran Tempo
Selasa, 24 Juni 2008
Heru CN
Heru CN
Esdras Idialfero Ginting
116
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
170
Jepang hadirkan dance di TBY,Sejenak Lupakan soal Politik
Harian Jogja
Selasa, 24 Juni 2008
Prihati Puji Utami
171
Dua Minggu Berjalan, Pasar Raya Sepi Rejeki
Kompas
Selasa, 24 Juni 2008
Arum Trestaningtyas Dayuputri
172
Indikator “Kompas� Sebagian Masyarakat Tak Berminat Hadiri FKY
Kompas
Selasa, 24 Juni 2008
Litbang Kompas
173
Jadwal Acara FKY XX 2008 24 - 25 Juni 2008
Kedaulatan Rakyat
Selasa, 24 Juni 2008
174
Serba Mini - Agenda
Harian Jogja
Selasa, 24 Juni 2008
Talchah Hamid
175
Liburan dan Identitas Yogyakarta
Kedaulatan Rakyat
Selasa, 24 Juni 2008
GF Sasmita Aji
176
Menginternasionalkan FKY
Bernas Jogja
Selasa, 24 Juni 2008
Eddy Karna Sinoel
177
Jadwal Acara FKY XX 25 - 26 Juni 2008 Banyak Pelajaran di FKY
Kedaulatan Rakyat
Rabu, 25 Juni 2008
War/Cdr-n
178
Golek Kudup Sari dan Beksan Gagah di TBY Kisah Hidup Dalam Gerakan
Harian Jogja
Rabu, 25 Juni 2008
Prihati Puji Utami
179
FKY Fasilitasi seminar Short Film for Sale - Agenda
Harian Jogja
Rabu, 25 Juni 2008
Prihati Puji Utami
180
Bursa Seni Jogja Art Fair #1 FKY XX Penjualan Karya Dekati Target
Koran Tempo
Rabu, 25 Juni 2008
Heru CN
181
Jadwal acara 25 Juni 2008
Kompas
Rabu, 25 Juni 2008
182
Pementasan Barongsai di FKY Tetap Asyik Di Tempat Sempit
Harian Jogja
Kamis, 26 Juni 2008
Prihati Puji Utami
183
Aji Wartono, Direktur Eksekutif FKY 2008, Tidur 3 jam pun tak jadi soal - Agenda
Harian Jogja
Kamis, 26 Juni 2008
Prihati Puji Utami
184
Kerajinan batu alam dituntut model baru
Harian Jogja
Kamis, 26 Juni 2008
Martha Nalurita
185
Jadwal Acara FKY 26,27,28 Juni 2008
Koran Tempo
Kamis, 26 Juni 2008
186
Jadwal Acara 26 Juni 2008
Kompas
Kamis, 26 Juni 2008
187
Penjual Gulali
Kompas
Kamis, 26 Juni 2008
188
Jadwal Acara FKY XX 2008 - 26-27 Juni 2008
Kedaulatan Rakyat
Kamis,26 Juni 2008
189
Jadwal Acara 27 Juni 2008
Kompas
Jumat, 27 Juni 2008
190
FKY Bertugas Membangkitkan Kesenian yang Nyaris Punah
Kompas
Jumat, 27 Juni 2008
Defri Widiono
191
Jadwal Acara FKY XX - 27 - 28 Juni 2008 - Terpilih Finalis Band, Cheer & Dance FKY
Kedaulatan Rakyat
Jumat, 27 Juni 2008
War o
Arum Trestaningtyas Dayuputri
June 7 th –August 7 th 2008
192
Agenda FKY
Harian Jogja
Jumat, 27 Juni 2008
193
Jadwal Acara FKY XX 27,28 Juni 2008 - Kompilasi Film Sekolah
Koran Tempo
Jumat, 27 Juni 2008
194
Jadwal Acara FKY XX 2008 28,29 Juni 2008
Kedaulatan Rakyat
Sabtu, 28 Juni 2008
195
Jadwal Acara FKY XX 2008, 28 - 29 Juni 2008
Kompas
Sabtu, 28 Juni 2008
196
Atraksi dalam nada
Harian Jogja
Minggu, 29 Juni 2008
197
Jadwal Acara FKY XX
Kedaulatan Rakyat
Minggu, 29 Juni 2008
198
We’re Gonna Go Dancing
Kedaulatan Rakyat
Minggu, 29 Juni 2008
Eko Budiantoro
199
Pada Sebuah Tongkat
Gatra
Juli 2008
Arief Koes Herniawan
200
Jadwal Acara FKY XX 2008, 30 Juni 2008
Kompas
Senin, 30 Juni 2008
201
Pangsuma lahir kembali di FKY
Harian Jogja
Senin, 30 Juni 2008
202
Jadwal Acara FKY XX 2008, 30 Juni 2008 - 1 Juli 2008
Koran Tempo
Senin, 30 Juni 2008
203
Agenda FKY
Harian Jogja
Senin, 30 Juni 2008
204
Gulali - Jadwal Acara FKY XX 30 Juni 2008
Kedaulatan Rakyat
Senin, 30 Juni 2008
205
Jadwal Acara FKY XX 1 Juli 2008
Kompas
Selasa, 1 Juli 2008
206
Agenda FKY 1,2,3 Juli 2008
Harian Jogja
Selasa, 1 Juli 2008
207
Jadwal Acara FKY XX 1-2 Juli 2008
Kedaulatan Rakyat
Selasa, 1 Juli 2008
208
Jadwal Acara FKY XX 1-2 Juli 2008 - Merchandise FKY XX
Koran Tempo
Selasa, 1 Juli 2008
Yustina W Neni
209
Panitia FKY Pentas Romeo-Juliet dalam bungkusan ketoprak Joget
Harian Jogja
Selasa, 1 Juli 2008
Prihati Puji Utami
210
Jadwal Acara FKY XX 2 Juli 2008
Kompas
Rabu, 2 Juli 2008
211
Kompetisi Cheerleaders & Dance
Kompas
Rabu, 2 Juli 2008
212
Agenda FKY 2 Juli 2008
Harian Jogja
Rabu, 2 Juli 2008
213
Pementasan tari kontemporer mahasiswa ISI Ajak Hidup Bersih Lewat Gerak
Harian Jogja
Rabu, 2 Juli 2008
214
Jadwal Acara FKY XX 2-3 Juli 2008
Kedaulatan Rakyat
Rabu, 2 Juli 2008
215
Agenda FKY 2,3 Juli 2008
Koran Tempo
Rabu, 2 Juli 2008
216
Jadwal Acara FKY XX 2008 3 Juli 2008
Kompas
Kamis, 3 Juli 2008
217
Agenda FKY 3 & 5 Juli 2008
Harian Jogja
Kamis, 3 Juli 2008
117
Mediani Dyah Natalia
Prihati Puji Utami
Bambang Nurcahya
Wawan H Prabowo Prihati Puji Utami
118
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
218
Jadwal Acara FKY XX 3,4 Juli 2008 - Kethoprak Gojek Panitia FKY
Kedaulatan Rakyat
Kamis, 3 Juli 2008
War-k
219
Agenda FKY 3,4 Juli 2008
Koran Tempo
Kamis, 3 Juli 2008
220
Jadwal Acara FKY 4,5 Juli 2008
Kedaulatan Rakyat
Kamis, 3 Juli 2008
221
Agenda FKY 4,5 Juli 2008
Harian Jogja
Jumat, 4 Juli 2008
222
Jadwal Acara FKY 4 Juli 2008
Kompas
Jumat, 4 Juli 2008
223
7 Juli, Sawung Jabo Tutup Pasar Raya, Iory Juara I Band FKY XX
Kedaulatan Rakyat
Jumat, 4 Juli 2008
Cdr/War-g
224
Babad Kampung Jadi Festival Kesenian Warga Kampung
Kompas
Jumat, 4 Juli 2008
RWN
225
Program Internasional, Menggali Masa Lalu , Agenda 4 Juli 2008
Koran Tempo
Jumat, 4 Juli 2008
Heru CN
226
Kisah Babad Kampung Di Kota Yogyakarta FKY Pilih Sembilan Komunitas Warga
Seputar Indonesia
Jumat, 4 Juli 2008
Mahadeva/ Moch. Fauzi
227
Permen Jadul
Harian Jogja
Jumat, 4 Juli 2008
Talchah Hamid
228
Ke Kampung Nitiprayan Nonton Living Fossil
Minggu Pagi
Minggu,6 Juli 2008
Abp
229
Dendang Masa Lalu di Masa Kini
JogjaEducation
Edisi III,Juli - Agustus 2008
Endri
230
Babad Kampung Dipentaskan Hari ini Mengupas Cerita Wewe Gombel Hingga Percintaan Wartawan
Bernas Jogja
Jumat, 4 Juli 2008
Surya Adi Lesmana
231
FKY Dikembangkan Ke Luar Vredeburg
Bernas Jogja
Jumat, 4 Juli 2008
Ant
232
Jadwal FKY 4 Juli 2008
Radar Jogja
Jumat, 4 Juli 2008
233
Babad Kampung Upaya Mengenal dan Mengenang Kampung di Jogja
Radar Jogja
Sabtu, 5 Juli 2008
Azam Sauki Adham
234
Kok Baru Dipasang
Radar Jogja
Sabtu, 5 Juli 2008
Azam Sauki Adham
235
Agenda FKY 6,7 Juli 2008
Harian Jogja
Sabtu, 5 Juli 2008
236
Jadwal Acara FKY XX 5,6 Juli 2008
Kompas
Sabtu, 5 Juli 2008
237
Agenda FKY 5,6 Juli 2008, Ledhok Tukangan Awali Babad Kampung
Koran Tempo
Sabtu, 5 Juli 2008
Heru CN
238
Pementasan “Living Fossils�
Kompas
Sabtu, 5 Juli 2008
Arumtresnaningtyas Dayuputri
239
Living Fossils
Kedaulatan Rakyat
Sabtu, 5 Juli 2008
Eko Budiantoro
240
Jadwal Acara FKY XX 5,6 Juli 2008 - Perhelatan Babad Kampung FKY XX
Kedaulatan Rakyat
Sabtu, 5 Juli 2008
241
Pementasan Living Fossils di Tengah Sawah Menyatukan Kehidupan Manusia Dengan Tanah
Harian Jogja
Rabu, 9 Juli 2008
Prihati Puji Utami
June 7 th –August 7 th 2008
119
242
Dana Promosi Bakal Ditingkatkan “Festival Kesenian Yogyakarta Kurang Publikasi”
Harian Jogja
Rabu, 9 Juli 2008
Prihati Puji Utami
243
Agenda Budaya
Joglo Semar
Rabu, 9 Juli 2008
244
Proteksi dengan Klasifikasi
Radar Jogja
Rabu, 9 Juli 2008
cw2
245
Sawung Jabo Jengah dengan Kebobrokan
Kompas
Rabu, 9 Juli 2008
Erwin Edhi Prasetya
246
Deleilah Siapa Suruh Jadi Waria
Radar Jogja
Kamis , 7 Agustus 2008
Hermitianta
247
Teater Waria
Seputar Indonesia
Kamis , 7 Agustus 2008
Jemi Andrea
248
Seni untuk Hak Asasi Kota ?
Kompas
Senin, 11 Agustus 2008
120
Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008
Jadwal Talkshow Radio
No. 1
2
3
4
5
6
RADIO STAR (1x Talkshow)
FEMALE (2x Talkshow) SONORA (3x Talkshow)
GERONIMO (1x Talkshow)
RRI (2x Talkshow)
SwaraJogja (1x Talkshow)
TANGGAL
TOPIK
PEMBICARA
WAKTU
KETERANGAN
18 Juni 08
PROGRAM INTERNASIONAL
Mb’Ilal
18.00-19.00
(Clear)
18 Juni 08
MARI MENONTON
M’Gembul
18.00-19.00
(Clear)
18 Juni 08
PASAR RAYA
Mb’Ratna Chyntia & M’Budi
15.00-16.00
(Clear)
1 Agustus 08
DELEILAH
M’Joned
15.00-16.00
9 Juni 08
Mb’Ilal & M’Verry
11.00-12.00
6 atau 13 Juli 08
JOGJA ART FAIR
Mb’Sari
18.00-19.00
3 Agustus 08
BABAD KAMPUNG
M’Yossi & M’Anton
18.00-19.00
26 Juni 08
PASAR RAYA (Sirkus Barok)
M’Ferry
26 Juni 08
MARI MENONTON
Mb’Ellida
28 Juni 08
BINCANGBINCANG AKHIR PEKAN
Mb’Ratna Chyntia& Alia Bioskop Pasar Raya
16.00-17.00
7 Juli 08
ROUND TABLE
M’Yossi & M’Anton
19.30-20.30
24 Juni 08
TENTANG FKY
(Clear)
Nb; masih konfirmasi tanggal & waktu
16.00-17.00
Nb; N’Faxs pembicara k’Nmr (512784 RRI)
Nb; masih konfirmasi