Festival Kesenian Yogyakarta 2008

Page 1






Publisher © 2009. Panitia Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008 www.festivalkesenianyogyakarta.com

Translator Mubarika DFN, Camelia Tri Lestari, Imelda Fajar Puspaningrum Cover Photo Dwi Prasetyo “Oblo: Budi Susanto Prepress Kotasis Kamar Desain 3x3x3 Printing Cahaya Timur Offset, Yogyakarta Edition 600 copies

PRINTED IN INDONESIA

© 2009. Designed by Kotasis Kamar Desain 3x3x3, Yogyakarta, Indonesia Graphic Designer Hendra Harsono | Art Director Gamaliel W. Budiharga www.kotasis.com | kotasis@kotasis.com


June 7 th –August 7 th 2008

D aftar I si C ontents Daftar Panitia/Board of Committee Sebuah Pengantar/Preface Pembukaan & Pawai/Opening Babad Kampung

ii iv 5 10

Ledhok Tukangan

15

Samirono

16

Kotagede

18

Suryowijayan

21

Mergangsan Kidul

23

Pandean

24

Kricak Kidul

28

Minggiran

30

Pajeksan

30

Teater “Deleilah”/ “Deleilah” Theatre Performance Program International/International Programme

34 42

Pantomim Mime Bizot/ Pantomime Show

45

Balet Rotterdam-New York/Rotterdam-New York Ballet

48

Pertunjukan Tari dan Akrobat/ Dance and Acrobat Performance

54

Pesta Musik/ The Music Party “PercuSOUNDS!!!”

57

Tari Kontemporer JCDN/Contemporary Dance Performance

60

Perfomance Art Living Fossils

62

Pasar Raya/The Festival Fair Jogja Art Fair#1 The Onto’s: Mascot of FKY XX 2008 Lampiran/Enclosure

66 76 82 92

Rekapitulasi Pemberitaan Media/Media Expose

106

Jadwal Talkshow Radio/Radio Talkshow Schedule

118


ii

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

B oard of C ommittee F estival K esenian Y ogyakarta XX 2008

Excecutive Director Aji Wartono Artistic Director Agung Kurniawan Senior Secretary Aisyah Hilal Junior Secretary Melisa Angela Treasurer Yustina W. Neni Internal Researcher Sri Kuncoro Office Boy Jadul Santosa Publication Coordinator Ratna Mufida Branding Hendy Setiawan Distribution Ahmad Syauki Administrative Staff Ayu Fetriana Rosati Media Center Anggit Tut Pinilih, Imam, Sovya Marda, Ragil Opening & Carnival Coordinator Very Adrian Assisten Coordinator Budi Santosa Administrative Staff Citra Sudarmanto Babad Kampung Coordinator Yoshi Fajar Kresno Murti


June 7 th –August 7 th 2008

Field Coordinator Anton Subiyanto

Documentation

Ass. Field Coordinator Bagas Arga Santosa,

Photographer Dwi Oblo, Arief Sukardono, Budi N.D.

Antonius Fajar

Dharmawan, Ulet Ifansasti, Wisnu Ajisatria, Agung

Reporter Syafiatudina, Olivia Lewi

Prasetyo, Saiful Anwar (JAF #1)

Artistic Assistant Eko Nuryono, Andi Sri Wahyudi,

Video 03 (Kosong Tiga) Multimedia Services

iii

Puthut Buchori Technical Expert Novindra Diratara, Anto Hercules Teater “Deleilah” Director Joned Suryatmoko

In-house Designer Johanes Budi, Daniel Timbul Cahya

Line Producer Aniek Rusmawati

Krisna, Anang Saptoto (JAF #1)

Music Arranger Ari Wulu Vocal Teacher Pancasona Aji

Volunteering

Artistic Director Pak Clink

Pasar Raya Field Coordinator Koko, Herdi, Astowo

The festival fair

SPG/ Front Desk Yulia Angelina, Christa Helda Elim,

Director Bambang ‘Toko’ Witjaksono

Laura Indah, Desma, Eskarina Andwika

Coordinator of Stands and Commerce Satya

Public Relation Sendi, Tiko, Jun, Ria

Brahmantya

Liason Officer Tedjo, Wahyu, Daris, Feri, Iman, Dono,

Ass. Coordinator of Stands and Commerce Iqbal

Pethek, Ambar, Doyok, Pulung, Martin, Eric

Reka Rupa, Baskoro Latu

Security Taqiyudin, Itus, Bowo, Wicaksono, Hernowo

Secretary Nobi Susilo

Andriantono, Andre, Ali C Barata, Rizal Abu K, Munif

Treasurer Sintya Ratna Ass. Treasurer Virissa Septavy Syamsadhiya

Stage Crew Caesar (Stage Manager), Erson Padapiran,

Programs Coordinator Very Adrian

Gurit, Ibnu Widodo “Gundul” (Sri Rejeki), Wahyu Nur

Ass. Programs Coordinator Budi Santosa, Christy

Cahyo, Heru Fajar F, Dayat, Arif, Setyo

Mahanani, Novi Christiastuti Adiputri

Master of Ceremony Cuwi, Gundi, Alit, Gundul Sri Rejeki

Jogja Art Fair#1 Director Heri Pemad

FKY XX 2008’s Post Even Catalogue Production

Secretary Sari Handayani

Translator Mubarika DFN, Camelia Tri Lestari, Imelda

Treasurer Devi Triasari

Fajar Puspaningrum

Administrative Staff Emonk, Idealita

Graphic Designer Hendra Harsono

Guiding Tyas, Dian, Mia, Anggi

Printing Cahaya Timur Offset Yogyakarta Edition 600 copies

International Program

Publisher Panitia Festival Kesenian Yogyakarta XX

Coordinator Aisyah Hilal

2008, www.festivalkesenianyogyakarta.com

Liason Officer Dina


iv

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Sebuah Pengantar Preface

Yogyakarta dikenal sebagai sebuah daerah dengan segudang kreativitas. Nyaris tak pernah putus sepanjang tahun, Yogyakarta dipenuhi penampilan produkproduk kreatif masyarakatnya, baik penampilan melalui wahana yang diprakarsai dan didanai oleh pemerintah maupun wahana swadaya dan swadana masyarakat.

Yogyakarta is acknowledged as a region with loads of creativities. Coming close to endless activities throughout the year, Yogyakarta is filled up with the appearance of community creative products through the government-initiated and government-funded as well as community-contributed and community-funded media. Festival

Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) adalah salah

Kesenian Yogyakarta (FKY) is a name for a

satu wahana yang diprakarsai oleh masyarakat,

medium initiated by the society, to be exact


June 7 th –August 7 th 2008

tepatnya seniman, untuk menampung geliat

artists, to accommodate the creativity writhes of

kreativitas masyarakat Yogyakarta. Seperti

Yogyakarta society. As declared in 2007, FKY is a

yang telah dicanangkan pada tahun 2007

dynamic festival considering the recent situation

bahwa FKY merupakan sebuah festival yang

and condition in relation to art, culture, social

bersifat dinamis dengan mempertimbangkan

and economy so that it may have an affect on all

situasi dan kondisi terkini, yang berhubungan

social levels.

dengan seni, budaya, sosial dan ekonomi, sehingga FKY bisa menyentuh segenap lapisan

The theme of FKY XX 2008 is “Masa Lalu Selalu

masyarakat.

Baru: The Past is New” translated as an effort to recall historical memories and traditions

Tema FKY XX 2008 adalah “Masa Lalu

responded creatively and dynamically that

Selalu Baru” yang diterjemahkan sebagai

traditions always develop, today is the mirror of


vi

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

upaya menggali kembali ingatan-ingatan

the past and the past is the stepping point

akan sejarah dan tradisi yang disikapi secara

to act in the future. This theme becomes

kre­atif dan dinamis, bahwa tradisi selalu ber­

the principle for the art communities.

kembang, masa sekarang merupakan cerminan

Therefore, the three pillars of FKY relating to

dari masa lalu, dan masa lalu merupakan

Development, Education and Conservation of

pi­jakan untuk melangkah ke depan. Tema ini

art and culture can be achieved by art events

kemudian menjadi pijakan para pelaku ke­

in the implementation of FKY. The focus of

giatan. Dengan demikian maka tiga pilar FKY

FKY XX 2008 is performing arts. The FKY XX

yang berhubungan dengan Pengembangan,

2008 is an artistic people festival, meaning

Pen­didikan, dan Pelestarian seni dan budaya

that FKY XX 2008 does not only belong

dapat terwujud melalui peristiwa kesenian di

to artists but Yogyakarta society entirely.

dalam pelaksanaan FKY. Fokus aktivitas FKY XX

In this context ─as to carry on the task of

2008 adalah seni pertunjukan. FKY XX 2008

the Committee to repopularize FKY as an

dimaknai sebagai pesta rakyat yang nyeni, dalam

art celebration for Yogyakarta people─the

artian FKY XX 2008 tidak hanya pesta seni

main program of FKY XX 2008 is designed

mi­lik para seniman saja tetapi juga pesta seni

separately in terms of location, participatoryly

milik seluruh masyarakat Yogyakarta. Dalam

from the side of program character involved

konteks pemaknaan ini—sekaligus melanjutkan

as many Yogyakarta people as possible and

salah satu tugas Panitia Penyelenggara yaitu

the reverberation was hoped to be widespread

mempopulerkan kembali FKY sebagai pesta seni

nationally and internationally.

milik rakyat Yogyakarta—maka program utama FKY XX 2008 dirancang menyebar secara lokasi

The three main programs of FKY XX 2008

pelaksanaannya, dan secara partisipatif dari sisi

strongly explored the performing arts are

sifat program, yang melibatkan seluas mungkin

Babad Kampung (Kampong’s History), Musical

warga masyarakat Yogyakarta dan gaung yang

Theater “Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta”

diharapkan meluas keluar Yogyakarta secara

(”Deleilah Don’t Wanna Go Home from the

nasional bahkan internasional.

Party”), and International Program.

Tiga program utama FKY XX 2008 yang kental

Babad Kampung brought in 9 kampongs

mengeksplorasi seni pertunjukan adalah Babad

selected due to their growing process relating

Kampung, Teater Musikal “Deleilah Tak Ingin

to the evolution of Yogyakarta. FKY invites

Pulang dari Pesta”, dan Program Internasional.

the people living in kampongs to recall the existed traditions in the past and or existing

Program Babad Kampung melibatkan 9

ones and perform art and culture potentials

kampung, yang dipilih karena proses tumbuhnya

settling in their kampongs now. As a matter

kampung-kampung tersebut berkaitan dengan

fact, through the program of Babad Kampung,


June 7 th –August 7 th 2008

vii

sejarah perkembangan Yogyakarta. FKY

the communities do not become such passive

mengajak masyarakat kampung untuk

audiences but active doers and creators who

menggali kembali tradisi-tradisi yang pernah

finally enable to restore the spirit of art in their

ada dan/atau selama ini hidup di kampung

own kampongs. Those participating kampongs

mereka, serta menampilkan potensi-potensi

welcome the program in great enthusiasm.

seni dan budaya yang ada di kampung

Through the collaborative process for more

mereka saat ini. Dengan demikian, melalui

than 3 months─from the preparation to the

penyelenggaraan Babad Kampung masyarakat

implementation of peak program─the kampong

tidak hanya menjadi penonton pasif,

dwellers show dynamic articulation process upon

melainkan pelaku dan kreator, yang pada

their kampong uniqueness and their attitude

akhirnya mampu mengembalikan kekuatan

upon long time “vanished” traditions in their

ruh kesenian di kampung mereka sendiri.

kampongs so that new creations come out.

Program ini mendapat sambutan antusias dari kampung-kampung peserta. Melalui proses

The Musical Theater of “Deleilah” is a new

kerja selama lebih dari tiga bulan—mulai

breakthrough in the vocabulary of performing

dari persiapan hingga pelaksanaan puncak

arts creation in Yogyakarta. This theater is a


viii

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

acara—masyarakat kampung menunjukkan

commissioned project for FKY XX 2008 having

proses artikulasi yang dinamis atas kekhasan

the participation of a group of transvestites

tradisi kampung mereka, penyikapan mereka

to take role in the performance. It begins with

atas tradisi-tradisi yang sudah lama “hilang” di

the publication distribution for talent hunting,

kampung mereka, sehingga pada akhirnya me­

continued with a series of singing, dancing

munculkan kreasi-kreasi baru.

and acting courses and followed by strict and disciplined daily rehearsals.

Pertunjukan Teater Musikal “Deleilah” adalah terobosan baru dalam khasanah penciptaan seni pertunjukan di Yogyakarta. Teater ini merupakan proyek seni pertunjukan yang secara khusus digarap untuk FKY XX 2008 (commissioned project) yang mengajak keikutsertaan ka­um waria untuk mengambil peran dalam pemen­ tasan tersebut. Dimulai dengan penyebaran publi­ kasi untuk pencarian bakat, dilanjutkan de­ngan rangkaian kursus bernyanyi, menari, dan akting, kemudian latihan-latihan setiap hari yang penuh aturan dan kedisiplinan.

Program Internasional merupakan ajang dia­log antar pelaku dan pemangku kesenian di Yogyakarta dengan medan seni internasional. Dalam penyelenggaraannya FKY bekerja sama dengan lembagalembaga kebudayaan (di da­lam dan luar negeri), kedutaan-kedutaan asing, maupun seniman secara pribadi yang di­nilai memiliki kesesuaian profil dengan tema FKY XX 2008. Seniman-seniman asing tidak

The International Program is a dialogue space between the activists and artists in Yogyakarta and the international art ground. In the implementation, FKY collaborates with cultural organizations (domestic and international), foreign embassies and artists individually considered holding related profiles with the theme of FKY XX 2008. The foreign artists not only show their performances but also conduct workshops and work together with the local artists so that cultural dialogue is raised as a process of switching and sharing ideas as well as technology. This time, the participating countries are the Netherlands, France, India and Japan. By way of the International Program implementation, FKY is more recognized in the international level. The FKY XX 2008 also responds to art development from the side of economy,

ha­nya mementaskan karyanya, tetapi juga me­

therefore Pasar Raya (Festival Fair) is carried

lakukan workshop dan berkolaborasi dengan

out. It is not only the creative industry parties

se­niman-seniman lokal sehingga terbangun

occupying in it but the supporting communities

dialog budaya, proses alih dan pertukaran ide

and institutions. Pasar Raya can be a display


June 7 th –August 7 th 2008

ix

serta teknologi. Kali ini negara-negara yang

area to promote their products and activities.

berpartisipasi adalah Belanda, Prancis, India,

The pioneer project of Pasar Raya FKY XX 2008

dan Jepang. Melalui penyelenggaraan Program

is Foster Parents program in the form of capital

Internasional, FKY menjadi lebih dikenal di

loan support for the creative industry parties

tataran internasional.

and craftsmen, who have good quality products but do not have enough resource to lease the

FKY XX 2008 juga merespon perkembangan

stand and to expose their activities and products.

seni dilihat dari segi ekonomi, oleh karena

Craftsmen and donors welcomed the program

itu maka Pasar Seni yang pada FKY XX

intensely. More than 25% of the stand users of

2008 disebut dengan Pasar Raya tetap

Pasar Raya are elements of Foster Parents of

diselenggarakan. Tidak hanya para pelaku

Pasar Raya FKY XX 2008.

industri kreatif yang terlibat di dalamnya, tetapi juga komunitas dan lembaga-lembaga

Besides Pasar Raya, the Committee of FKY XX

pendukungnya. Pasar Raya bisa menjadi

2008 respond to the booming of visual arts

etalase bagi promosi produk-produk dan

market in Indonesia by holding a visual arts

kegiatan mereka. Program rintisan dari Pasar

bazaar “Jogja Art Fair�. Jogja Art Fair (JAF)#1 is

Raya FKY XX 2008 adalah program Orang Tua

a relatively new program although it is similar

Asuh, berupa dukungan pinjaman modal bagi

to Visual Arts Bazaar held several times in the

pelaku industri kreatif dan kerajinan yang

previous FKY. However, JAF#1 has a distinctive


Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

memiliki produk bagus dan layak tampil tetapi

format referring to the implementation of in-

tidak mampu membeli stand dan berpameran.

ternational-scaled art fair like Beijing Art Fair,

Panitia FKY XX 2008 mencarikan donatur atau

Melbourne Art Fair, Shanghai Art Fair and the

Orang Tua Asuh untuk pengrajin yang memenuhi

like. Some achievements in JAF#1 noted are

kriteria sebagaimana tersebut di atas. Program

the great enthusiasm of the participating arti-

ini mendapat sambutan yang bagus, baik dari

sts and visual arts collectors; target fulfillment

pengrajin maupun dari donatur. Lebih dari 25%

achieved by the Committee; and JAF#1 even

pengisi stand Pasar Raya merupakan bagian

receives immense compliments as a refreshing

dari Program Orang Tua Asuh Pasar Raya FKY XX

and new visual arts space. Moreover, visual

2008.

arts bazaar also functions a fundraising space for the implementation of FKY XX 2008.

Selain Pasar Raya, Panitia FKY XX 2008 juga merespon booming pasar seni rupa di Indonesia

To add up, FKY XX 2008 makes an attempt to

dengan menyelenggarakan bursa seni rupa

find a breakthrough and alternative ways to pu-

“Jogja Art Fair”. Jogja Art Fair (JAF)#1 merupakan

blication practices and communication media

program yang bisa dikatakan baru, meskipun

utilization to socialize FKY XX 2008 widely. The

serupa dengan Bursa Seni Rupa yang telah

Division of Media and Publication work on it

beberapa kali dilaksanakan di FKY. Namun

by extending information distribution pouches

JAF#1 mempunyai format yang khas dengan

and promotion of FKY. The sectors excluding

mengacu pada penyelenggaraan art fair skala

from the work so far—the primary sectors are

internasional seperti Beijing Art Fair, Melbourne

the supporting infrastructure of Yogyakarta

Art Fair, Shanghai Art Fair, dan lain sebagainya.

tourism—become the target priority for part-

Beberapa keberhasilan penyelenggaraan JAF#1

nership such as starred hotels to backpackers

yang bisa dicatat adalah: tingginya antusiasme

hostels, bus corporations, taxis, government

seniman peserta dan para kolektor seni rupa,

institutions, public spaces like department

ketercapaian target yang dicanangkan oleh

stores, malls, cultural venues, airports, railway

Panitia Penyelenggara, bahkan JAF#1 banyak

stations, distros, cafés, informal institutions,

mendapat pujian sebagai ajang seni rupa yang

galleries, and kampongs. Mass media (printed,

menyegarkan dan baru. Selain itu, bursa seni

audiovisual, and online media) participated

rupa juga merupakan ajang fundraising bagi

even more with higher intensity of coverage

penyelenggaraan FKY XX 2008.

portion. Moreover, FKY provides personal information service via short message services and

Selain kegiatan-kegiatan di atas, FKY XX 2008

emails. From a series of media and publication

kali ini juga mencoba mencari terobosan

attempts, it is hoped that the reverberation of

dan ragam alternatif praktik kerja publikasi

FKY implementation can reach broader social

dan pemanfaatan media komunikasi untuk

levels.


June 7 th –August 7 th 2008

xi

mensosialisasikan FKY XX 2008 seluas­­­luasnya. Divisi Media & Publikasi me­la­ku­kan­ nya dengan memperluas kantong-kantong dis­tribusi informasi dan promosi FKY. Sek­ tor-sektor yang selama ini belum banyak dili­ batkan—utamanya infrastruktur pendukung wisata Yogyakarta—menjadi prioritas target kemitraan, misalnya hotel-hotel dari yang berbintang hingga tipe melati, perusahaan armada bus, taksi, instansi pemerintah, hing­ga ruang-ruang publik seperti pasar swa­layan, mall, kantong-kantong budaya, bandara, stasiun kereta api, jaringan distro, café, lembaga-lembaga informal, galeri, dan kam­pung-kampung. Media cetak dan audio visual juga semakin banyak yang terlibat, de­ngan intensitas dan porsi peliputan yang semakin tinggi. FKY juga melakukan pe­la­ yanan informasi personal melalui SMS dan surat elektronik. Melalui rangkaian upaya media dan publikasi ini diharapkan gaung penyelenggaraan FKY menjangkau seluas mungkin lapisan masyarakat. From the implementation of FKY XX 2008, Dari penyelenggaraan FKY XX 2008 kali ini,

Yogyakarta presents the elements of a leading

Yogyakarta menampilkan unsur-unsur sebuah

creative society for instance through the

masyarakat kreatif secara mengemuka,

elements of diversity; art expression shown in

misalnya melalui unsur diversity (keragaman);

the art performances and life styles; involvement

ekspresi seni yang ditunjukkan dalam

of informal sectors as the creative industry

pertunjukan seni maupun gaya hidup;

supporters; developing traditions in terms

keterlibatan sektor-sektor informal sebagai

of content and regeneration; expanding and

pendukung industri kreatif; tradisi yang

spreading implementation locations as well as

berkembang, baik secara konten maupun

audiences who appreciate and participate; the

regenerasi pelakunya; makin luas dan

building of local-global/international cultural

tersebarnya lokasi penyelenggaraan acara

networks and rise of local product capacity in the

dan juga masyarakat yang mengapresiasi dan

festival.


xii

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

berpartisipasi; terbangunnya jejaring budaya

Although the targets have not been completely

lokal-global/internasional; serta tampilnya

achieved in this implementation or to be

kekuatan produk-produk lokal dalam festival.

said achieved although in some ways it has not been satisfying and necessitates to be

Meskipun belum seluruhnya target tercapai

developed or improved more, we can say that

dalam penyelenggaraan FKY kali ini, atau

FKY XX 2008 manages to implement the

bisa dikatakan sudah tercapai namun dalam

mission and vision. May FKY prolong and its

beberapa hal masih belum memuaskan dan

implementation will be better and better with

perlu dikembangkan atau diperbaiki lagi,

the full support of the society, government and

kami bisa nyatakan bahwa FKY XX 2008 telah

stakeholders. In short, FKY is still required as

berhasil dalam mengimplementasikan misi

a medium to accommodate creativity spirits to

dan visinya. Semoga FKY masih akan terus

transpire new things in the development of art

berlangsung dan penyelenggaraannya akan

and culture in Yogyakarta.

terus membaik dengan segenap dukungan ma足 sya足rakat, pemerintah, dan seluruh pemangku

Aji Wartono

kepentingannya. Bagaimanapun juga FKY

[Executive Director for FKY XX 2008]

masih diperlukan sebagai salah satu media yang mewadahi semangat kreativitas untuk memunculkan hal-hal baru dalam upaya pengembangan seni dan budaya di Yogyakarta. Aji Wartono [Direktur Eksekutif FKY XX 2008]


June 7 th –August 7 th 2008

Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) XX 2008/ The 20th Festival Kesenian Yogyakarta 2008 7 Juni – 7 Agustus 2008/June 7th – August 7th 2008


Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008


June 7 th –August 7 th 2008


Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008


June 7 th –August 7 th 2008

Pawai Pembukaan/Opening Parade

”Jogja Tumplek Bleg” 7 Juni 2008, pukul 14.00-17.30 WIB, di sepanjang Jalan Malioboro/ 7 June 2008 at 2 – 5.30 pm, along Malioboro Street

”Jogja Tumplek Bleg” menjadi awal dari keseluruhan rangkaian kegiatan FKY XX 2008, berupa pawai di sepanjang Jalan Malioboro, dengan rute mulai dari Taman Parkir Abu Bakar Ali dan berakhir di panggung kehormatan yang didirikan di seberang Museum Benteng Vredeburg. Pawai ”Jogja Tumplek Bleg” secara berurut menampilkan defilé Pasukan Dalmas Poltabes Kota Yogyakarta, Marching Band Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta, Gugus Pramuka SMP Kanisius Wates, Marching Band Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Komunitas

”Jogja Tumplek Bleg” initiates the whole activities of FKY XX 2008, performed in a parade from Abu Bakar Ali Parking Area and ended at the stage across the Museum of Fort Vredeburg. The parade shows sequentially a series of performances of Dalmas (Anti Riot Police Squad) defilé of Poltabes (City Police Department) Yogyakarta, Marching Band of Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta, Pramuka (Girl and Boy Scouts) Cluster of SMP Kanisius Wates, Marching Band of Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Transsexual Community under the coordination of Keluarga Besar Waria Yogyakarta (KEBAYA) and is closed with the performances of nine kampong


Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Waria di bawah koordinasi Keluarga Besar

representatives as the participants of history

Waria Yogyakarta (KEBAYA), dan ditutup oleh

of Kampong FKY XX 2008 that are Minggiran,

perwakilan sembilan kampung peserta Babad

Kotagede, Pajeksan, Ledhok Tukangan,

Kampung FKY XX 2008, yakni: Kampung

Suryawijayan, Samirono, Kricak, Pandean and

Minggiran, Kotagede, Pajeksan, Ledhok

Mergangsan Kidul. The pantomime legend

Tukangan, Suryawijayan, Samirono, Kricak,

of Yogyakarta, Jemek Supardi, leads the

Pandean, serta Mergangsan Kidul. Legenda

process of defilé. The theme of the Opening

pantomim Yogyakarta Jemek Supardi berperan

Parade is designed to demonstrate the

sebagai Panglima Seni memimpin rangkaian

diversity of Yogyakarta society elements with

defilé. Tema Pawai Pembukaan dirancang untuk

a large number of art expressions—through

menampilkan keragaman elemen masyarakat

the marching lines, colorful uniforms and

Yogyakarta dengan berbagai ekspresi seni—

choreography—and kampong-dwellers

melalui tampilan baris berbaris, warna-warni

responses to the major theme of FKY XX 2008

seragam, koreografi gerak barisan—hingga

“The Past is Always New” with the presentation

respon masyarakat kampung terhadap tema

of old children plays like wayang ongkrek,

besar FKY XX 2008 ”Masa Lalu Selalu Baru”

egrang, jaranan; old children songs; jathilan

melalui tampilan dolanan anak jaman dulu

and ledhek gogek signifying the street arts of

seperti wayang ongkrek, egrang, jaranan; lagu

Yogyakarta.


June 7 th –August 7 th 2008

anak-anak jaman lama; jathilan, serta ledhek

The Governor of the Province of Daerah Istimewa

gogek yang pernah menjadi penanda seni

Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwana

jalanan di Yogyakarta.

X, opened FKY XX 2008 officially signed in with inserting some coins into a ceramic Ontoseno-

Gubernur Propinsi Daerah Istimewa

designed piggy-bank—Ontoseno is the mascot

Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwana

of FKY XX 2008—as a sign that the art festival in

X, secara resmi membuka rangkaian FKY

the cultural city is an investment. Along with him,

XX 2008 ditandai dengan memasukkan

many members of the participating groups in the

uang ke dalam tabungan berujud boneka

festival such as Kethoprak Festival, Sendratari

keramik dari tokoh wayang Ontoseno yang

Festival, Children Art Festival, Ngayogjazz

menjadi maskot FKY XX 2008 sebagai

Festival, Asia Tri Jogja, Jogja-NETPAC Asian Film

lambang bahwa festival seni di kota budaya

Festival and Yogyakarta Contemporary Music

merupakan sebuah investasi. Bersama Sri

Festival took part in this activity.

Sultan Hamengkubuwana X, beberapa pelaku aktif penyelenggaraan festival di Yogyakarta—

After the opening ceremony by Sri Sultan

semisal: Festival Kethoprak, Festival

Hamengkubuwana X at the stage in front of

Sendratari, Festival Seni Anak, Ngayogjazz

thousands of Yogyakarta people, he then opens

Festival, Asia Tri Jogja, Jogja-NETPAC Asian Film

the door of the Fort Vredeburg as one of arenas

Festival, dan Yogyakarta Contemporary Music

to symbolize the beginning of Jogja Art Fair

Festival—turut memasukkan uang ke dalam

FKY XX 2008 (7 June – 7 July 2008). From the

tabungan tersebut.

afternoon till evening of the day, it is estimated


Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008


June 7 th –August 7 th 2008

Setelah seremoni Pembukaan dilakukan oleh

that there are thousands of people watching the

Sri Sultan Hamengkubuwana X di panggung

Opening Parade of FKY XX 2008 and enjoy the

kehormatan di hadapan ribuan masyarakat

programs as well as displays of more than 100

Yogyakarta, beliau kemudian membuka pintu

stands in the area of Jogja Art Fair FKY.

Benteng Vredeburg sebagai salah satu arena Pasar Raya sebagai tanda dimulainya Pasar Raya FKY XX 2008 (7 Juni-7 Juli 2008). Di sore hingga malam hari itu diperkirakan puluhan ribu masyarakat Yogyakarta menyaksikan Pawai Pembukaan FKY XX 2008 dan selanjutnya menikmati suguhan acara dan tampilan lebih dari 100 stand di area Pasar Raya FKY.


10

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008


June 7 th –August 7 th 2008

Babad Kampung FKY XX 2008 4 Juli - 3 Agustus 2008, di Sembilan Kampung Kota Yogyakarta

11


12

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Program Babad Kampung menjadi program baru bagi perhelatan Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008. Babad Kampung merupakan program seni pertunjukan di kampung-kampung Kota Yogyakarta sebagai media kerja bersama-sama (secara kolektifkomunal) untuk “menggugah”, merayakan dan mengambil posisi pada sejarah kampung yang nyata, yang punya akar, yang unik dan menarik. Dalam program Babad Kampung

The program “Babad Kampung” (can be freely translated as “Kampong’s History”) was an initial yet principal program in 20th FKY 2008. It was a series of performing arts program carried out in several kampongs in Yogyakarta as a collective medium (collective-communal) to “stimulate”, celebrate, and position the enchanting unique historical real stories of kampongs. In this program, performing

ini seni pertunjukan berfungsi sebagai media,

arts functioned as a medium in the forms of

yang bisa berwujud seni kontemporer atau

contemporary arts or traditional arts, as well


June 7 th –August 7 th 2008

13

seni tradisi atau gabungan kedua-duanya.

as the combination of both categories. Babad

Babad Kampung FKY XX 2008 mengajak

Kampung invited and involved nine Yogyakarta

dan melibatkan masyarakat dari sembilan

kampongs; Pajeksan, Pandean, Suryowijayan,

kampung Yogyakarta, yakni: Pajeksan,

Minggiran, Mergangsan Kidul, Kricak Kidul,

Pandean, Suryowijayan, Minggiran,

Samirono, Dolahan-Kotagede, and Ledhok

Mergangsan Kidul, Kricak Kidul, Samirono,

Tukangan.

Dolahan-Kotagede, dan Ledhok Tukangan. Those nine kampongs had entirely offered things Sembilan kampung telah ngecakke apa

in their limitation and flexibility in welcoming

wae dalam keterbatasan dan kelenturannya

and participating in a-full-month event from

menyambut dan mengerjakan perhelatan

July 4th to August 3rd 2008 under the theme:

sebulan penuh rangkaian pementasan Babad

“Kampong’s Past is City’s Future”. The program

Kampung FKY XX 2008, yang berlangsung

series manifested in such assorted activities as

dari tanggal 4 Juli-3 Agustus 2008. dengan

sudden markets, traditional food markets, child

mengambil tema: “Masa Lalu Kampung Masa

traditional plays, kampong competitions, and


14

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Depan Kota”, rangkaian acara Babad Kampung

the performances of teen-bands, keroncong

ini diisi oleh berbagai bentuk olahan kampung,

(kind of popular and traditional music), wayang

seperti: pasar tiban, pasar makanan tradisional,

cangkem (shadow puppet performance which

dolanan bocah, lomba-lomba kampung, band-

gamelan music replaced by music produced

band remaja, keroncongan, wayang cangkem,

orally), singiran macapatan (singing without

singiran macapatan,... serta pentas-pentas

music, usually brings message of goodness),

kethoprak, dagelan, operet, teater,... sebagai

kethoprak (traditional theater), comedy, opera,

wujud kolektivitas seni sebagai kerja bersama.

and theater as the manifestation of collective

Seni sebagai bahasa yang diramu melalui

arts as a communal collaborative works. It was

investigasi lisan kisah dan sejarah kampung-

of art as language, combined with narrative

kampung setempat yang konkret dan dinamis.

investigations of the dynamic concrete local

Sesuai tema FKY XX 2008 kali ini, The Past is

kampongs’ history. The implementation was in

New: Masa Lalu Selalu Baru.

accordance with the FKY’s main theme: “Masa Lalu Selalu Baru /The Past is New”.


June 7 th –August 7 th 2008

15

Ledhok Tukangan

Ledhok Tukangan Kampong

Sebagai kampung yang menjadi titik awal

As the initial performer in Babad Kampung

permulaan acara Babad Kampung FKY

Program, Ledhok Tukangan demonstrated rare

XX 2008, Tukangan menampilkan potensi

kampong potential possibly hardly-found in

kampung yang mungkin tidak ditemui di

other ones. From Friday, July 4th to Sunday, July

kampung-kampung lainnya. Sejak hari Jumat

6th 2008, Ledhok Tukangan shared cultural

4 Juli 2008 sampai Minggu 5 Juli 2008

activities to Yogyakarta communities. People

Tukangan telah berbagi budaya dengan

could see them in the performance night from

masyarakat Yogyakarta lainnya. Mulai dari

7.00 to 11.00 pm. The Mayor of Yogyakarta—

jam tujuh malam hingga jam sebelas malam

Herry Zudianto—launched the ceremony.

pertunjukan Babad Kampung bisa dilihat di sana. Pembukaan Babad Kampung Ledhok

The activities were in full-three-day agenda; a

Tukangan dibuka oleh Walikota Yogyakarta

very old kampong market displaying 15 stands

Herry Zudianto.

on kitchen kits, accessories, food, handicrafts,

Agenda acara selalu ada setiap hari selama

and batiks. Children playground stood among the

3 hari, yaitu pasar kampung tempoe doeloe

stands with old playing versions of cublak-cublak


16

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

yang menampilkan 15 stand di antaranya ada stand alat dapur, aksesoris, makanan, kerajinan, dan batik. Di sela-sela stand tersebut ada area dolanan bocah yang akan menampilkan dolanan anak seperti cublak cublak suweng, dolanan, jamuran, dan pasaran. Selain stand tersebut, setiap harinya ada pameran “Tok-tok Galeri”, foto-foto kenangan di kampung tersebut. Sementara itu, pada hari Sabtunya sekitar jam delapan malam pentas dimeriahkan oleh akustikan Koes Plus Kampung oleh anak-anak muda Ledhok Tukangan. Pada hari Jumatnya, Babad Kampung di Ledhok Tukangan ditutup dengan pentas utama kethoprak “Geger Ledhok Tukangan”. Ketoprak Geger Ledhok Tukangan ini bercerita tentang area Tukangan tempo dulu yang memiliki citra “buruk” di mata masyarakat. Terkenal sebagai kampungnya orang jahat dan berbagai mitos hantu adalah citra yang melekat di kampung ini. Oleh karena itu, dalam Babad Kampung ini, warga Ledhok Tukangan ingin menunjukkan kepada mastarakat Yogyakarta bahwa Ledhok Tukangan yang sekarang sangat berbeda jauh dengan yang dulu. Sementara itu, untuk para pemainnya, mulai dari umur 7 tahun hingga 56 tahun ikut berpartisipasi.

Samirono Pengalaman menyaksikan acara Babad Kampung FKY XX 2008 di kampung Samirono, menyerupai sebuah perjalanan menggunakan mesin waktu. Selama dua hari penyelenggaraan acara, yaitu tanggal 11-12 Juli 2008, pengunjung disajikan bentuk kesenian dan kebudayaan dari dua masa, yaitu masa lalu dan masa sekarang.

suweng, dolanan, jamuran, and pasaran. There was also kampong’s documentation exhibition of “Tok-tok Galeri” showing aged kampong photos. In addition, on Friday, Babad Kampung in Ledhok Tukangan came to an end with the prime performance of kethoprak entitled “Geger Ledhok Tukangan”. The story was about Ledhok Tukangan in the past, which had been labeled with “bad” image. People said that it was the kampong of bad people with several ghost myths. As such, the kampong members intended to show to Yogyakarta community that Ledhok Tukangan had significantly changed from the past’s image. Those who took part in the performance were from 7 to 56-year-old ones. On Saturday around 8.00 pm, the young people flocked together in Koes Plus Kampung acoustic performance.

Samirono Kampong Experiencing Babad Kampung in Samirono was similar to getting in to the time machine. In a two-day agenda from July 11th to 12th 2008, audience could enjoy two categories of art and culture programs in the present and past period.


June 7 th –August 7 th 2008

17

Pada hari pertama, Sabtu, 11 Juli 2007,

On the first day, Saturday, July 11th 2008,

kampung Samirono menyajikan kesenian-

Samirono presented traditional reading on

kesenian tradisional seperti panembromo,

panembromo, macapat, and singiran. The

macapat, dan singiran. Acara yang dimulai

activity started on 8.00 pm, preceded by the

sekitar pukul 8 malam, dibuka terlebih dahulu

speeches of the Babad Kampung Coordinator in

oleh sambutan dari koordinator program

Samirono—Bagong—and the Executive Director of

Babad Kampung di Samirono, yaitu Bagong

20th FKY 2008, Aji Wartono.

dan sambutan dari Direktur FKY XX 2008, Aji Wartono.

After the speech, the audience could enjoy panembromo. Panembromo is a traditional

Setelah sambutan, acara dimulai dengan

Javanese singing performance with traditional

suguhan kesenian panembromo. Panembromo

music. SLENK (Suka Lelangen Edhi Ning

merupakan sebuah pementasan yang menam­

Macapat) community was the subsequently

pilkan nyanyian tembang Jawa diiringi alat

performer, followed by performance of macapat.

musik tradisional. Pada pementasan kali ini,

It presented 2 traditional songs; Pangkur and

musik dibawakan oleh komunitas yang berasal

Dandang Gula.

dari Samirono, yaitu komunitas SLENK (Suka Lelangen Edhi Ning Macapat). Penampilan


18

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

kedua, yaitu macapat, juga berasal dari warga

The climax activity was the performance

Samirono. Pada macapat ini, dibawakan dua

of Singiran. Singiran is singing in a group

tembang, yaitu Pangkur dan Dandang Gula.

followed by the reading of dzikir and tahlil (Moslem prayers), the audience then followed

Puncak acara adalah penampilan kesenian

the praying, at the end both performers and

Singiran. Singiran menampilkan beberapa

audience involved in the performance. The

orang yang menyanyikan tembang diiringi

themes were about life cycle from birth to

nyanyian dzikir tahlil oleh penonton. Sehingga,

death. According to Slathem—the Panembromo

penonton dan penyanyi sama-sama terlibat

and Macapat Coordinator—Samirono held

dalam pementasan tersebut. Tema yang

Singiran on Kliwon Tuesdays.

diangkat dalam tembang singiran, adalah proses hidup manusia, mulai dari kelahiran hingga

On the second day, Sunday, July 12th 2008,

kematian. Menurut Slathem, koordinator pentas

the audience enjoyed theater performed by the

panembromo dan macapat, kesenian singiran ini

community members including young people

diadakan di Samirono setiap Selasa Kliwon.

living in the boarding houses around the area. The theater was about a journalist doing

Pada hari kedua, Minggu, 12 Juli 2008,

research on art elements in Samirono and the

pengunjung disajikan pertunjukan teater yang

interaction with the surrounding.

dimainkan oleh warga, termasuk anak kost yang tinggal di sekitar kampung Samirono. Teater ini mengangkat cerita mengenai wartawan yang meneliti bentuk-bentuk kesenian di Samirono dan interaksinya dengan masyarakat sekitar.

Kotagede

Kotagede Kampong

Pada pelaksanaan program Babad Kampung FKY

In Babad Kampung, the community of

XX 2008 warga Kotagede berusaha mengangkat

Kotagede gave a rise to traditional arts &

budaya dan kesenian tradisional. Acara yang

culture. The program was held on Sunday,

berlangsung pada hari Minggu, 13 Juli 2008,

July 13th 2008 covering culinary park and

mencakup taman kuliner, pementasan kesenian

performances of macapat, wayang, and

macapat, wayang, dan kethoprak.

kethoprak.

Kegiatan dimulai dengan pelaksanaan taman

The program started on with the opening of

kuliner pada pukul 10 pagi hingga siang hari.

Culinary Park at 10.00 am until noon. The

Taman Kuliner Kotagede menyajikan berbagai

Culinary Park served various traditional snacks


June 7 th –August 7 th 2008

macam aneka jajanan pasar, termasuk

like kipo originated in Kotagede.

kipo, panganan tradisional khas Kotagede.

Keroncong performance

Taman kuliner ini juga dimeriahkan dengan

complemented the Culinary

penampilan grup keroncong.

Park.

Acara berlanjut pada malam hari, diawali

The program was continued in

dengan sambutan Kepala Dinas Kebudayaan

the evening with the first speech

Yogyakarta, Ir. Condroyono dan koordinator

from the Culture Department

panitia Babad Kampung Kotagede, Erwito

Head of Yogyakarta Province,

Wibowo. Setelah sambutan dan beberapa

Ir. Condroyono and Kotagede’s

prosesi seremonial, pementasan dibuka

Babad Kampung Coordinator,

dengan penampilan macapat dari kelompok

Erwito Wibowo. After having

karawitan Kotagede.

the speech and ceremonial procession, the programs

Setelah macapat—yang dilakukan sebagai

followed with the performance

bentuk penyambutan tamu—pementasan

of macapat and karawitan

dilanjutkan dengan pertunjukan wayang.

group.

Pertunjukan wayang dengan dalang Ki Wardjudi Wignyo Sworo, merupakan sebuah

After having macapat

bentuk kesenian wayang model baru, yang

performance as the welcoming

19


20

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

disebut wayang wisata. Wayang wisata kali ini

tradition, the audience enjoyed wayang

menampilkan cerita mengenai tamu warga asing

(puppet shadow performance). Ki Wardjudi

yang berwisata ke Kotagede dengan dipandu

Wignyo Sworo, the dalang (the puppetmaster)

oleh lurah setempat.

performed a new wayang model called as wayang wisata. The narrative was about a

Pementasan berlanjut dengan penampilan

foreigner who was taken in a tour in Kotagede

kethoprak ongkek dari kelompok ketoprak

guided by the local village’s head.

Pusaka Mataram, Kotagede. Kethoprak ini menampilkan lakon Ki Ageng Paker Lan Mbok

The program continued with the performance

Rondo Bodon. Lakon yang berasal dari cerita

of kethoprak ongkek from Kotagede kethoprak

rakyat yang berkembang di masyarakat Kotage,

group, Pusaka Mataram. The group performed

menampilkan kisah mengenai perjalanan Ki

“Ki Ageng Paker Lan Mbok Rondo Bodon�.

Ageng Paker membawa labu pemberian Raja

The narrative was taken from a legend living

Brawijaya IV. Di akhir cerita, dikisahkan bahwa

in the community telling about the journey of

ternyata labu tersebut berisi perhiasan.

Ki Ageng Paker who brought a pumpkin to be presented to King Brawijaya IV. At the end,

Pementasan kesenian tradisional ini cukup

they found out that the pumpkin containing

mendapat perhatian dari beberapa masyarakat

jewelries.

Kotagede. Bahkan terdapat pula penonton yang berasal dari luar Kotagede, seperti Gunung Kidul

Those traditional performances pulled the

dan Bantul. Walaupun acara baru selesai pada

attention of community members. Eventually,

pukul 01.30 dini hari, namun beberapa penonton

a number of audiences came from other areas

tetap setia menyaksikan pementasan kethoprak

outside Kotagede like Gunung Kidul (approx.

tersebut hingga usai.

50 km) and Bantul (approx. 20 km). Although they finished at 1.30 am, but the audience kept on following the program until they were over.


June 7 th –August 7 th 2008

21

Suryowijayan

Suryowijayan Kampong

Program Babad Kampung FKY XX 2008 di

Babad Kampung in Suryowijayan was on

Suryowijayan, yang berlangsung pada Sabtu,

Saturday, July 19th 2008 and turned to be a

19 Juli 2008, telah menjadi sebuah pesta

People Festival for the Suryowijayan community.

rakyat bagi masyarakat Suryowijayan. Berbagai

Various activities were held and managed to be

bentuk acara yang diselenggarakan, berhasil

eye-grabbing for the audience of Suryowijayan

menarik minat pengunjung yang berasal dari

and the surrounding.

masyarakat Suryowijayan dan sekitarnya. The program commenced at 10.00 am with a Acara dimulai pada pukul 10.00 WIB,

ceremonial procession to launch Suryowijayan

dengan sebuah prosesi seremonial untuk

Fair. The fair opened until 10.00 pm and

membuka pasar rakyat Suryowijayan. Pasar

provided a variety of products such as clothes,

yang berlangsung hingga pukul 22.00 ini,

decoration plants, books, and meals such as

menyediakan berbagai macam produk. Mulai

pempek, tempura, and tempting es penasaran


22

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

dari produk pakaian, tanaman hias, buku, hingga

(curious ice) making the buyers having enough

makanan, seperti pempek, tempura, dan es

curiosity to buy it. The Host Band enlivened

penasaran yang namanya ampuh menimbulkan

the festival nuance with Koes Plus (Indonesian

rasa penasaran pengunjung untuk mencoba.

legendary group) song collection.

Pasar ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan musik dari Host Band yang memainkan tembang-

Approaching at 8.00 pm, the festival visitors

tembang Koes Plus.

and community members gathered round in the area of Pendopo Ndalem Suryowijayan

Menjelang pukul 20.00 WIB, para pengunjung

to see the prime performance. It performed

pasar dan masyarakat Suryowijayan

kethoprak entitled “Suryowijayan Mantu:

mulai memadati sekitar pendopo ndalem

Rebut Tresno tapi Wurung” / ”Suryowijayan

Suryowijayan. Hal ini disebabkan karena

Holding a Wedding: Competing over Love in

pementasan utama akan segera dimulai.

Triumph”.

Pementasan utama ini mengangkat kesenian kethoprak dengan lakon “Suryowijayan Mantu:

The performance grabbed the attention of the

Rebut Tresno Tapi Wurung”.

audience and community as it showed several well-known Yogyakarta comedians; Jonet,


June 7 th –August 7 th 2008

23

Pementasan kethoprak ini cukup mendapat

Kuncung (Mbah Darmo), Titik Renggani, Rulli,

perhatian dari masyarakat, karena

Harri Darmo, Waluh, Dalijo, Wahono, and Parmi.

menampilkan pelawak-pelawak kenamaan Yogyakarta. Beberapa pelawak kenamaan yang tampil adalah Jonet, Kuncung (Mbah Darmo), Titik Renggani, Rulli, Harri Darmo, Waluh, Dalijo, Wahono, dan Parmi.

Mergangsan Kidul

Mergangsan Kidul Kampong

Pentas Kampung Mergangsan Kidul dalam

Mergangsan Kidul kampong performances in

rangka acara Babad Kampung FKY XX

Babad Kampung were arranged in a variety

2008 diisi berbagai atraksi sejak pagi

of attractions beginning in the morning along

hari, sepanjang hari Minggu 20 Juli 2008.

Sunday, July 20th 2008. The prime performance

Sedangkan pentas utama berupa pementasan

was a theater entitled “Belokan sekitar Kampus”

teater berjudul “Belokan Sekitar Kampus”

/ ”A Turning around the Campus”− brightened

mampu membangkitkan kembali semangat

up the spirit of young people in Mergangsan

para anak muda Mergangsan Kidul.

Kidul. The anxiety on the lack of togetherness

Keresahan akan matinya kebersamaan dan

and respective attitude among the youth was

saling menghargai antara anak muda akhirnya

responded over the performance. A group of

dapat terjawab lewat pertujukan teater ini.

young people played the theater on stage at Balai

Pentas tersebut dimainkan oleh para anak

Tri RT (a kind of community house) Mergangsan

muda kampung pada pukul 20.00 WIB di Balai

Kidul from 8.00 pm.

Tri RT Mergangsan Kidul.


24

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Pentas ini telah membawa kita untuk melihat

The performance invited us to look back

kembali Kampung Mergangsan Kidul di tahun

at Mergangsan Kidul in the 90’s. The past

‘90-an. Masa lalu yang dapat memberikan

life potentially contributes to the positive

kontribusi positif bagi masyarakat di sana, justru

enhancement for the community has never

tidak pernah lagi dijamah oleh anak-anak muda

been looked at by the youth. Technological

di sana. Kemajuan teknologi dan persaingan

development and global competition change

global akhirnya mampu mengubah nilai-nilai

the communal values there. The emergence

masyarakat di sana. Kemunculan-kemunculan

of campuses gives both positive and negative

kampus di sekitarnya ternyata memberikan

influences forming a distinct image for

pengaruh positif maupun negatif yang dapat

Mergangsan Kidul Kampong.

memberikan citra tersendiri bagi Kampung Mergangsan Kidul.

Pandean

Pandean Kampong

Program Babad Kampung FKY XX 2008 di

Babad Kampung in Pandean started on

Kampung Pandean diselenggarakan tanggal

Thursday, July 24th to Saturday, July 26th 2008.

Kamis 24 Juli 2008 hingga Sabtu 26 Juli

On the first day, the kampong held People

2008. Pada hari pertama, Kamis 24 Juli 2008,

Fair serving traditional snacks as well as the

Kampung Pandean menyajikan Pasar Rakyat

performances of gejog lesung (traditional

dengan jajanan tradisional, penampilan gejog

percussion music played with the wooden rice

lesung, dan sendratari. Sedangkan sebagai

cracker) and sendratari (traditional dances).

pementasan utama, ditampilkan kethoprak

For the prime performance, the community

dengan lakon “Banjaran Babad Pandean”.

performed kethoprak entitled “Banjaran

Kethoprak ini merupakan sebuah proses

Babad Pandean”. The narrative was of a

bagaimana masyarakat Pandean melihat

process on how the community looked at the

sejarah asal muasal kampung mereka. Selain

history of their kampong. It also narrated the

mengangkat asal muasal kampung Pandean,

history of neighboring area, Sorosutan.

kethoprak ini juga mengetengahkan sejarah

Even though the community members always

daerah di sekitar Pandean, seperti Sorosutan.

avoided for doing certain activities on Friday but in the second day, Friday, July 25th 2008,

Walaupun hari Jumat merupakan hari pantangan

Pandean Kampong continued holding People

bagi masyarakat Pandean untuk membuat

Fair serving traditional snacks and Pengajian

acara, namun di hari kedua ini, Jumat, 25 Juli

Jenang Manggul—Koran verse reading on

2008, Kampung Pandean tetap menyajikan

jenang manggul provision—in the evening.

Pasar Rakyat dengan jajanan tradisional dan

Afterward, they shared jenang manggul with


June 7 th –August 7 th 2008

25

Pengajian Jenang Manggul pada malam

the audience. The provision of jenang manggul

harinya. Acara pada malam hari itu dibuka

consisting of rice porridge, peanuts, black soya

dengan penampilan qosidah dan pembacaan

beans, eggs, krecek, sambal goreng, and rice

surat-surat Al-Quran. Setelah itu, acara

crackers are fulfilled with the explanation on the

dilanjutkan dengan pembagian jenang

philosophical meaning of each element of jenang

manggul kepada hadirin. Pembagian jenang

manggul by Drs. Muh.Daim, one of Pandean

manggul yang terdiri atas bubur nasi, kacang

community members. Ustadz Djatmiko closed

tanah, kacang kedelai hitam, telur, krecek,

the occurrence with a brief preach and music

sambal goreng dan kerupuk ini, juga disertai

performance.

penjelasan mengenai setiap makna dari unsur-unsur makanan dalam jenang manggul

On the third day, Saturday, July 26th 2008,

oleh Drs. Muh. Daim, salah seorang warga

Pandean Kampong served traditional snacks

Pandean. Acara ditutup dengan ceramah

in the People Fair and held a wayang kulit


26

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

agama dan penampilan musik dari Ustadz

performance in the evening. Before

Djatmiko.

making a start, the students of Sang Timur opened the agenda with acoustic music

Sedangkan pada hari ketiga, Sabtu, 26

performance followed by the performance of

Juli 2008, Kampung Pandean menyajikan

Orkes Keroncong RW 11. Then, the Culture

Pasar Rakyat dengan jajanan tradisional dan

Department Head of Yogyakarta Province, Ir.

pertunjukan wayang kulit di malam harinya.

Condroyono gave a speech and ceremonial

Sebelum pertunjukan wayang kulit dimulai,

plakat (formal notification in planted small

acara dibuka dengan musik akustik dari siswa-

stick banner) provision to the representatives

siswa Sang Timur dan Orkes Keroncong RW 11.

of three community members. At the end, the

Acara pun dilanjutkan dengan sambutan dari

prime performance was carried out closing

Kepala Dinas Kebudayaan Prop.D.I.Yogyakarta,

the program performing wayang kulit entitled

Ir. Condroyono, dan proses seremonial

“Babad Alas Mertani�. The narrative was

penyerahan pelakat kepada perwakilan warga

about the establishment of kingdom of the


June 7 th –August 7 th 2008

27

Kampung Pandean. Acara pun dilanjutkan

Pandawa(s) under the skillful hand of Pandean’s

dengan pementasan utama yang sekaligus

dalang, Ki Supoyo.

merupakan penutup program Babad Kampung Pandean, yaitu pertunjukan wayang kulit dengan lakon “Babad Alas Mertani”. Lakon yang mengangkat kisah pendirian kerajaan para pandawa ini, dimainkan oleh dalang yang berasal dari Kampung Pandean sendiri, yaitu Ki Supoyo.


28

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Kricak Kidul

Kricak Kidul Kampong

Sekitar 500 orang datang ke lapangan Kricak

Around 500 people gathered in Kricak Kidul

Kidul untuk mengikuti prosesi Babad Kampung,

Field to follow the procession of Kricak Kidul’s

26-27 Juli 2008. Hari pertama, diawali dengan

Babad Kampung from July 26th to 27th 2008.

jathilan anak oleh siswa-siswa SD, SMP, serta

Student groups of some elementary schools,

SMA, dan pada sore harinya diakhiri dengan

junior high, as well as senior high schools

acara band remaja dari pemuda kampung.

initiated the first day of the program with

Hampir tak pernah sepi dari pengunjung.

jathilan (traditional performance conducted in

Penonton pun hampir tak terkontrol waktu itu,

a group causing trance to certain condition)

ketika sebuah teater rakyat Sidomulyo (Teater

and ended by the teen-band show. The show

Orak-arik) yang menampilkan cerita Kringet

was always full of enthusiastic audience. In

Pinggir Kali mementaskan diri. Tampak terlihat

further, they turned almost uncontrollable

sekali, para penonton memadati lapangan dan

when Sidomulyo people theater—Teater

tertawa lepas melihat penampilan pemain.

Orak-arik—was performing “Kringet Pinggir

Teater yang berhasil memukau perhatian

Kali” (”Sweating by the River”) on stage. The

warga dari segi visualnya itu, memancing

audiences were flocking around the field and

emosi penonton untuk saling berkomentar. Tak

laughed loudly at the performance. The theater

hanya itu saja, anak-anak kecil hampir maju ke

attracting audience in visualization provoked

panggung dan sempat mengganggu pementasan

them to give comments. Several children

mereka.

eventually stepped forward to the stage and slightly distracted the performance.

Keakraban tak hanya nampak di Jumat malam itu. Hari keduanya, Sabtu malam sebagai acara

Not only on Friday, was the audience intimacy

puncak Babad Kampung di sana mengundang

clearly visible on the second day, Saturday. As


June 7 th –August 7 th 2008

29

warga kembali untuk melihat operet keroncong

the climax agenda of the program, community

Kricak, yang tergolong bentuk kesenian baru

members were invited again to see Kricak’s

di sana. Operet keroncong yang menceritakan

keroncong opera, which is relatively new form

kilas balik Kampung Kricak mampu memukau

of art in the community. The keroncong opera

tamu-tamu penting yang hadir. Sebelum

narrated about Kricak Kampong’s flashback

operet keroncong ini dimulai, di sore

amazed the audience. In the afternoon,

harinya dipentaskan marching band dari SD

before the opera, the students of Bangunrejo

Bangunrejo, masih juga dihiasi dengan pasar

Elementary School displayed marching band

rakyat tradisional yang penuh dengan jajanan

around the People Fair filled in assorted

pasar.

traditional snacks.

Rangkaian acara puncak Babad Kampung

A ceremony signified the closing program.

ditutup dengan ceremony yang dihadiri

Reputable guests attended the ceremony and

tamu-tamu penting di antaranya Kepala

among them was the Culture Department Head

Dinas Kebudayaan Prop. DIY, Ir. Condroyono

of Yogyakarta Province, Ir. Condroyono and

serta beberapa tokoh masyarakat. Tepuk

several public figures. Handclapping were here

tangan riuh terdengar ketika pihak kampung

and there when the kampong representative

menerima penyerahan simbolis berupa

received a plakat and certificate from the

pelakat dari Pemprop, sertifikat penghargaan

Provincial Government, mango tree tali jiwo (soul

Pemprop, pohon pelem tali jiwo, serta uang

bind), and some fund. We could feel the sense of

penghargaan. Kesan bangga dan puas dari

pride and satisfaction of the Kricak community

Kampung Kricak terlihat lewat penghargaan

members as well as the invited guests.

tersebut. Tak hanya warga saja yang patut berbangga, seluruh panitia dan tamu undangan juga menyiratkan rasa kepuasaan dan kebanggaan tersendiri.


30

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Minggiran Berbagai rangkaian acara dalam program Babad Kampung FKY XX 2008 Minggiran telah dimanfaatkan sebagai ajang untuk penyatuan kembali kampung, yaitu sebagai ruang luas yang dimiliki oleh seluruh warga Minggiran, tidak terbatas oleh unit-unit RT. Rangkaian acara diselenggarakan selama satu hari saja, yakni pada 2 Agustus 2008. Salah satu bagian acara adalah ikrar yang dilakukan oleh warga Minggiran. Ikrar yang dilakukan oleh seluruh warga Kampung Minggiran ini bertujuan untuk menjaga persatuan dan tali silahturahmi antar warga Minggiran. Mereka juga menggelar acara tumpengan bersama dan melakukan kirab kampung. Salah satu acara yang diselenggarakan adalah pementasan teater dengan judul “Rembulan Madhangi Kampungku�. Teater ini merupakan respon dari masyarakat Minggiran atas berkurangnya persawahan dan ruang publik di Kampung Minggiran yang diakibatkan semakin berkembangnya permukiman.

Pajeksan Malam itu, 3 Agustus 2008, kemeriahan Babad Kampung di Kampung Pajeksan sangatlah terasa. Kedatangan Sri Sultan Hamengkubuwana X semakin mengundang perhatian warga untuk melihat berbagai pertunjukan yang disuguhkan Kampung Pajeksan. Bazar makanan dan minuman di situ juga turut menyita perhatian warga untuk melihatnya. Tak hanya itu, warga juga cukup antusias sekaligus bangga ketika Sri


June 7 th –August 7 th 2008

31

Minggiran Kampong The community of Minggiran had taken the benefit from a series of activities held in Babad Kampung Minggiran as the arena for reunification, by having large space owned by the them, unrestricted with existing small neighboring units called Rukun Tetangga (RT). The program was taken in a day, Saturday, August 2nd 2008. One of the activities was declaring a statement to keep up the unity and togetherness among the community members. They also conducted tumpengan (making a rice mountain usually in yellow color for a ceremonial completion) and kirab kampung (walking around the kampong for a certain purpose). Another activity was a theater performance entitled “Rembulan Madhangi Kampungku” (”The Moon Brightening My Kampong”). The narrative was about the community responding on the lesser amount of rice field areas and public spaces as a result of extensive housings.

Pajeksan Kampong On Sunday evening, August 3rd 2008, the implementation of Babad Kampung in Pajeksan turned to be exceptional. The arriving of Sri Sultan Hamengkubuwono X (the Governor as well as the King of Yogyakarta) absorbed the attention of the community members to see a variety of activities arranged. Food and Beverage Bazaar was also enticing to visit. The community was enthusiastic and proud to have


32

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Sultan Hamengkubuwana X memberikan kenangkenangan kepada wakil kampung (tetua) berupa plakat dan uang pembinaan. Sebagai puncak acara, pementasan kethoprak Esoteris Pajeksan yang berjudul “Liang Cu Te Ai“ semakin menambah kemeriahan acara Babad Kampung Pajeksan. Kethoprak yang berdurasi sekitar dua jam ini menceritakan tentang bagaimana warga Tionghoa dan Jawa di Pajeksan bisa berbaur dan maju bersama. Kethoprak tersebut akhirnya mampu menahan penonton untuk tetap setia berada di halaman pertunjukan hingga selesai acara. Tak terlihat rasa bosan dan rasa lelah di raut-raut wajah orang yang memenuhi tempat pertunjukan.


June 7 th –August 7 th 2008

the King among them and handed in a plakat and development fund for arts activities to a kampong representative. The climax activity was the kethoprak performance of Esoteris Pajeksan entitled “Liang Cu Te Ai�. The narrative of this two-hour performance was about how the Chinese and Javanese people in Pajeksan assimilated and worked together in harmony. The audience stayed until the performance over. Neither uninterested nor tired faces of the flocking audience were seen during the performance.

33


34

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Pentas Teater Orang Biasa/Common People Theater Performance

“Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta” Societet Militer, Taman Budaya Yogyakarta, 6-7 Agustus 2008, 20.00 WIB/August 6th–7th 2008 at 8.00 pm


June 7 th –August 7 th 2008

35


36

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

“DELEILAH TAK INGIN PULANG DARI PESTA” dilaksanakan pada 6 dan 7 Juli 2008, pertunjukan selama 100 menit ini selalu dipadati penonton. Pada malam kedua, bahkan ada beberapa penonton yang rela duduk di lantai untuk menonton pertunjukan ini.

“Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta” / ”Deleilah Don’t Wanna Go Home from the Party” performed on August 6th–7th 2008 was occupied with audience. On the second day, several people readily sat on the floor to see the performance.

Bercerita tentang sebuah grup penghibur yang

The narrative was about an entertainer group

selalu bisa menunjukkan kepiawaian menyanyi

mastering in singing and dancing named De-

dan menari, grup yang bernama Deleilah ini,

leilah. The members were three transvestites:

diawaki oleh tiga waria: Rosi, Luna, dan Happy.

Rosy, Luna, and Happy. The group success was

Keberhasilan grup ini tidak luput dari hasil

under a great effort of the talented manager,

besutan Dedi, si manajer grup. Dan kelompok

Dedi. The group was successful in the stage of

ini mendulang sukses di sebuah panggung di

Metro Club owned by Brian. For Metro, Deleilah


June 7 th –August 7 th 2008

37

dalam sebuah kelab bernama Metro Club,

was an asset and Metro was a perfect stage for

yang dimiliki oleh Brian. Bagi Metro, Deleilah

Deleilah. They complemented each other.

adalah aset, dan bagi Deleilah, Metro adalah panggung yang sempurna: Metro dan Deleilah,

Eight transvestites Kusuma Ayu, Maria Alda

hadir untuk saling melengkapi.

Novika, Arum Marischa, Chaty Claudia, Yorra Anastasya Astuti, Githa Veronica, Hanna Calista,

Dimainkan oleh delapan waria, Kusuma

and Tika Aurora, performed on the stage along

Ayu, Maria Alda Novika, Arum Marischa,

with Yogyakarta theater actors and actresses like

Chaty Claudia, Yorra Anastasya Astuti, Githa

Jamaluddin Latief from Teater Garasi, Muhamad

Veronica, Hanna Calista, Tika Aurora, dan

Anis from Teater Gadjah Mada, and Surie ”cuwi”

aktor-aktris teater Yogyakarta yang lain,

Inalia, a Theater student of ISI Yogyakarta. ”ape”

seperti Jamaluddin Latief dari Teater Garasi,

Apriyanti, Wisnu Aji, Muhammad A.B., Rendra,

Muhamad Anis dari Teater Gadjah Mada, juga

Ani Himawati, Sisilia Asih Mulyani, Alex Suhen-

Surie ”cuwi” Inalia mahasisiwi jurusan teater

dra, dan Guntur Yudho. They were trained for

ISI Yogyakarta, ”ape” Apriyanti, Wisnu Aji,

5 months. For the transvestite characters, the

Muhammad A.B., Rendra, Ani Himawati, Sisilia

Committee of 20th FKY 2008 accomplished an

Asih Mulyani, Alex Suhendra, dan Guntur

audition to select trio Deleilah and some other

Yudho. Pertunjukan ini dipersiapkan selama

ones as the supporting characters. Panca Sona

hampir 5 bulan. Untuk keterlibatan para waria

Aji, a seriosa vocalist who won Yogyakarta and

dalam produksi ini, Panitia FKY XX 2008

national BRTV (Bintang Radio & Televisi—Radio &

sebelumnya melakukan proses audisi untuk

Televisions Stars) singing competitions taught vo-

mendapatkan trio Deleilah dan beberapa

cal techniques for those eight-brand-new-theater

waria sebagai aktris pendukung.

actresses. Joned Suryatmoko, the director, was also the acting trainer.

Delapan waria yang tak mengenal seni peran tersebut dilatih olah vokal untuk menyanyi oleh Panca Sona Aji—vokalis seriosa yang kerap kali menjuarai BRTV tingkat lokal Yogyakarta dan Nasional. Adapun seni berakting ditangani

The theater crews were Puthut EA as the script writer, Ari Wulu as the music director, Clink Sugiarto as the art director, and Vindra Diratara as the stage manager.

langsung oleh sutradara Joned Suryatmoko

The initial idea of this theater was Waria on

dalam pelatihannya.

Stage performance in the Yogyakarta Art Festival XIX (FKY XIX). The performance, at that time, was

Naskah pertunjukan teater Deleilah ini ditulis

very shindig, thousand of audiences were just

oleh Puthut EA; penata musik Ari Wulu; penata

like flock of ants in front of the stage, and then by

artistik Clink Sugiarto; dan stage manager

tens transvestites sat down, waiting to perform,

Vindra Diratara.

in a row at the stage side, looked like cereal


38

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Ide awal dari teater ini adalah dari pertunjukan

boxes in supermarket.

Waria on Stage pada Festival Kesenian

We were amazed by the

Yogyakarta XIX. Pertunjukkan, waktu itu,

ability of those trans-

berlangsung dengan sangat meriah. Ribuan

vestites to “act” natu-

penonton menyemut di depan panggung dan

rally. They just like clay

puluhan waria duduk menunggu untuk tampil

which were ready to be

dengan berjejer di samping panggung bagai

processed, all that they

kotak sereal di supermarket. Kami terpukau oleh

need was a director

kemampuan para waria itu untuk “berakting”

with broad minded and

secara sangat alamiah. Mereka adalah lempung

know the risks to work

siap diolah, yang dibutuhkan adalah seorang

with those “amateur”.

sutradara ber-usus panjang dan tahu risiko

Kami sadar bekerja dengan kaum amatir itu mengandung resiko besar. Salah satunya adalah kegagalan secara artistik sebagai dampak dari keberhasilan dari sisi konseptual. Untuk itu, pemilihan sutradara

We realize work with “amateur” is having big risk. One of the risks is artistic failure as an impact of the conceptual success. For that reason,

menjadi isu yang penting. Dan kami memilih

the choosing of director

Joned Suryatmoko adalah --lepas dari kerewelan-

becomes an important

kerewelannya yang khas seniman—dia, dengan

issue. Then we choose

pengalaman bergaul bersama bahan mentah

Joned Suryatmoko

teater yang beragam, merupakan figur yang

– out of his fussiness

sesuai dengan konsep teater dalam rangka

which is commonly as

FKY XX kali ini. Harapan kami dialah yang akan

a typical of artist – he,

membuat sisi artistik dari teater ini tetap terjaga.

with his experiences

Setidaknya, supaya teater ini tidak terjatuh

in work with variety of

dalam “kubangan” teater penyadaran yang

raw theater materials,

“benar-konsep”-nya tapi lemah artistiknya.

is a figure who is appro-

bekerja dengan para “amatir” itu.

Teater ini tidak berpretensi untuk menjadi sebuah teater penyadaran. Bagi kami, para waria itu adalah aktor-aktris yang profesional, mereka berakting setiap malam dan bisa jadi aktingnya

priate for the theater concept in order of FKY XX. Our hope is that he is the one who will


June 7 th –August 7 th 2008

39

berhasil “menipu” banyak orang atau setidak-

make the artistic side of this theater keeps on its

tidaknya para lelaki hidung belang yang

track. At least, so that this theater is not fall into

kedinginan. Jika bekerja dengan seniman

a “puddle” of awakening theater which has “cor-

amatir yang profesional maka bisa diharapkan

rect concept” but weak on its artistic.

akan lahir sebuah pertunjukkan yang membuat Nyoto bangkit dari kuburnya dan menangis haru karena ide besar artistik dan benar konsepnya; akhirnya terwujud meskipun tertunda 40 tahun kemudian.

This theater is not pretense to become an awakening theater. To us, those transvestites are professional actors; they act every night and probably their acting succeeds to “cheat “many people


40

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Teater orang biasa adalah konsep yang dipakai untuk pertunjukan ini. Karena itu pertunjukan ini menggunakan para waria yang sehari-hari bekerja sebagai pekerja seks komersial, aktivis LSM, atau pengusaha salon sebagai aktornya. Sebagian besar waria dalam audisi yang kami adakan mengatakan belum pernah berakting secara profesional. Untuk keperluan itulah maka sang sutradara menyiapkan serangkaian tata cara khusus, mulai dari latihan vokal sampai penerapan disiplin “fasis nan humanis�. Mirip biara, hanya saja orang masih bisa tertawa dan merokok. Selain itu, teater ini mengangkat memori atau ingatan --ingatan akan tubuh laki-laki yang telah jadi bagian dari sejarah para waria-- kaum waria sebagai benang merah yang mengait pada tema utama Festival Kesenian Yogyakarta XX yaitu The Past is New; Masa Lalu Selalu Baru.

FKY XX kali ini berbeda dengan FKY sebelumnya. Perbedaan itu salah satunya terletak pada model pendekatan dalam penciptaan karya seninya. Selama ini FKY selalu diisi oleh seniman: dari seniman, oleh seniman, dan untuk seniman, pada FKY XX dipakai pendekatan festival seni bagi orang biasa. Sehingga, hampir sebagian besar program melibatkan kalangan nonseniman sebagai pelaku utamanya. Mengubah paradigma ini adalah salah satu cara untuk membuat sebuah festival seperti FKY mampu kembali memperoleh gaungnya. Setelah terjebak dalam rutinitas proyek maka sudah saatnyalah FKY disegarkan dengan cara berbeda. Mengajak masyarakat terlibat sebagai pelaku utama dalam sebuah festival seni, dan waria adalah bagian dari masyarakat itu. Sebagai sebuah pertunjukan teater yang diharapkan menghibur, pertunjukan ini berhasil membuat seluruh penontonnya tetap tinggal di dalam gedung hingga pertunjukan usai. Premiere/ pementasan perdana Deleilah yang undangannya adalah pihak media dan kolega FKY XX 2008 dihadiri oleh 60 orang. Pementasan hari pertama, 6 Agustus 2008, dihadiri 256 orang; sedangkan pementasan hari kedua, 7 Agustus 2008 dihadiri 324 orang.


June 7 th –August 7 th 2008

41

or at least those chilled lady-killers. When you work with amateur artists who are professional, it can be expected that there will born a performance that able to make Nyoto rise from his grave and cry because of touched by great artistic idea and correct concept, then finally the dream comes true although it is postponed for 40 years later. Common People Theater is the concept which is used for this performance. Because of that reason, this performance takes those transvestites whose professions in their daily life are commercial sex workers, NGO activists, or beauty salon owners who become the actors. Mostly those transvestites, in the audition session, said that they never act professionally before. To fulfill those needs, then the director prepared for a series of special requirements, started with the vocal exercise until the “fascist and humanist” discipline application. It just likes in monastery, only that the people still able to laugh and smoke. Beside of that, this theater raise up memory – a memory of men’s anatomy that becomes a history for those transvestites – transvestites became the red thread which connected to the main theme of Yogyakarta Art Festival XX, The Past is New: Masa Lalu Selalu Baru.

FKY XX this time is different from the previous FKY. One of the differences is located on its approaching method in the creating of its artworks. So far FKY always filled with artists: from the artists, by artists, and for the artists. In FKY XX used the approaching of art festival for common people. So, almost all programs involved the non-artists society as the main doers. By changing this paradigm is one of the ways how to make a festival, which similar with FKY, able to get its reverberation back. After being trapped in project routines, it is the time for FKY to be refreshed by using different ways. One of the ways is asking the society to be involved as the main doers in an art festival, and transvestites are also part of those societies. The performance was very captivating so that audience kept on watching until it was over. Sixty people covering mass media and festival associates attended the premiere. The numbers of audience on the first day performance (August 6th 2008) were 256 and the second (August 7th 2008) were 324.


42

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Program Internasional The International Programme


June 7 th –August 7 th 2008

43


44

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Melanjutkan prinsip penyelenggaraan International Program tahun 2007, bahwa dengan pelaksanaannya di FKY akan memberi posisi FKY sebagai festival yang diperhitungkan sebagai ajang bergengsi untuk penampilan seniman asing. Proses alih dan asup dari dan bagi seniman asing yang terlibat tetap dipertahankan: seniman asing harus mau memberi alih teknologi, wacana dan konteks sosial untuk seniman dan publik lokal; dan harus juga terjadi situasi sebaliknya: seniman asing harus mau diasupi teknologi tepat guna, wacana, dan konteks lokal. Dengan demikian program internasional akan berfungsi sebagai sebuah laboratorium untuk menggagas persoalan-persoalan seni atau sosial dari dua sudut pandang kebudayaan yang berbeda.

The program continued to maintain the basic principle of the International Program in 2007, in that it aims to maintain the position of the Festival Kesenian Yogyakarta as a prestigious festival for international artists. It was vital to ensure the process of transmission between artists involved in that foreign artists should be willing to transmit technology, social discourse and context for the local artists and public in general. The reverse should also apply, in that international artists should be willing to accept efficient local technology, discourse and context. Therefore, the international program will function as a laboratory to create ideas in problems of art or social problems from two different cultural perspectives.


June 7 th –August 7 th 2008

Pementasan Pantomim

Pantomime Show

”Tahap-tahap Kecil Kebahagiaan: Le Mime Bizot”

“Small Steps of Happiness: Le Mime Bizot”

13 Juni 2008, pukul 19.30 WIB, di Auditorium

June 13th 2008 at 19.30 pm at the Auditorium of

Lembaga Indonesia Prancis (LIP), Jalan Sagan

LIP (The French Cultural Centre), Jalan Sagan No.

No. 3. Kerja sama FKY XX 2008 dengan Lembaga

3, Yogyakarta. This show was held in cooperation

Indonesia Prancis/LIP Yogyakarta dalam

with LIP as one of their programs of Le Printemps

rangkaian ”Musim Semi Prancis (Le Printemps

Francais 2008 Yogyakarta (The French Spring

Français 2008 Yogyakarta)”

Festival in Yogyakarta).

45


46

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Dengan judul “Tahap-tahap Kecil Kebahagiaan”

Through this work called “Little steps of

Philippe Bizot menampilkan nomer pantomim.

Happiness” Philippe Bizot presented a

Bizot lahir di kota Bordeaux. Pada umur

pantomime show. Bizot was born in Bordeaux.

delapan tahun, dengan penuh kekaguman, ia

His introduction to Marceau, a pantomime

menemukan seniman pantomim, Marceau. Hal

artist at the age of 8 years, guided his life. As

yang kemudian mengarahkan seluruh hidupnya.

a self-taught performer, he trained himself to

Sebagai otodidak, ia mengasah kesukaannya

produce works using movements in the theatre

itu untuk karya gerak di kafe-kafe teater di

cafés in Bordeaux, and later in Paris, through

Bordeaux, lalu di Paris, dengan dorongan Jean-

the support of Jean-Louis Barrault.

Louis Barrault. The winner of the 1974 International Peraih hadiah Internasional Pantomim tahun

Pantomime Prize at the age of 20, Bizot

1974, dari Kota Paris pada usia 20 tahun ini,

continued to explore the world, to act and

kemudian tidak pernah berhenti menjelajahi

teach one form of amazing pantomime. His

bumi, bermain dan mengajar satu pantomim

movements have been enriched by the refined

yang mengalir dan menyihir. Gerakannya

art of Kabuki, in line with his demand of style.

diperkaya seni halus kabuki, selaras tuntutan

His pedagogical work is aimed at adults and

penggayaannya. Karya pedagogisnya ditujukan

children, the hearing and speech impaired,

bagi para orang dewasa dan anak-anak, tuna

autistic individuals, and disabled throughout

rungu dan tuna wicara, bagi para autis, tuna

the world. He founded a Pantomime school

daksa di seantero jagad. Ia mendirikan Sekolah

in Bordeaux, Marseille, and outside France


June 7 th –August 7 th 2008

Pantomim di Bordeaux, di Marseille; di luar

namely in USA, Africa, Lebanon, Bolivia and

negeri: di Amerika Serikat, Afrika, Lebanon,

Pakistan.

47

Bolivia, dan Pakistan. The “Small Steps of Happinnes” was a show of Pementasan “Tahap-tahap Kecil Kebahagiaan”

90 minutes held at the LIP Auditorium, which

berlangsung selama kurang lebih 90 menit,

was packed with the audience. The host, LIP

di Auditorium LIP yang penuh oleh penonton.

Yogyakarta, projected the show live on video

Sebagai tuan rumah, LIP Yogyakarta

screening at the LIP café, so that people outside

memproyeksikan juga pementasan ini dalam

the auditorium were also able to see the show.

format live video screening di cafe LIP, agar

250 people in total saw the show.

penonton yang tidak dapat masuk ke dalam auditorium masih bisa mengikuti pementasan

A day before the show, June 12th 2008, LIP

Philippe Bizot. Kurang lebih 250 orang

held a pantomime workshop, in cooperation

menyaksikan pementasan ini.

with Bengkel Mime Yogyakarta, at the Loring Pasar Kotagede Pendopo (traditional Javanese

Sehari sebelumnya, 12 Juni 2008,

styled hall, located in Kotagede—on the south of

diselenggarakan workshop pantomim di

Yogyakarta City).

Pendopo Loring Pasar Kotagede, di mana LIP Yogyakarta bermitra dengan Bengkel Mime Yogyakarta. Workshop diikuti oleh 10 pelaku mime dan teater.


48

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Pementasan Balet

Ballet Show

“Rotterdam /New York” oleh Dance Works Rotterdam

The “Rotterdam/New York” Ballet by Dance Works Rotterdam

16 Juni 2008, pukul 19.30 WIB di Gedung Concert

June 16th 2008, at 19.30 pm at the Concert Hall,

Hall, Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani

Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani No.

No.1. Kerja sama FKY XX 2008 dengan Kedutaan

1. This event was presented by the 20th FKY 2008

Besar Kerajaan Belanda Jakarta dan Erasmus Huis.

in collaboration with the Netherlands Embassy in Jakarta and Erasmus Huis Jakarta.

Selama berada di Yogyakarta, kegiatan yang diselenggarakan oleh FKY XX 2008 bersama Dance Works Rotterdam adalah: 1. Penyelenggaraan workshop balet pada 15 Juni 2008, di Studio 2 Jurusan Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Sewon. 2. Pementasan balet “Rotterdam/New York” pada 16 Juni 2008 di Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani No.1.

Workshop Balet Panitia FKY XX 2008 menyambut baik gagasan penyelenggaraan workshop karena dalam tiap penyelenggaraan Program Internasional dalam FKY diharapkan terjadi proses pertukaran antara seniman asing dan seniman lokal. Salah satu media yang paling efektif adalah dalam bentuk workshop. Kegiatan ini dimulai tepat waktu pada pukul 10.00 WIB dan berakhir pada pukul 16.00 WIB, termasuk break makan siang. Jumlah peserta workshop dibatasi hanya 20 orang saja, dengan mempertimbangkan efektivitas dan kenyamanan jalannya workshop,

Dance Works Rotterdam presented 2 activities at the 20th FKY in Yogyakarta, namely: 1. A workshop on Ballet at Studio 2 of the Dance Department of the Performing Arts Faculty of the Indonesian Arts Institute, Sewon, Yogyakarta on June 15th 2008. 2. “Rotterdam/ New York” ballet performance at the Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani No. 1.

Workshop on Ballet The Committee of the 20th FKY 2008 welcomed the idea of the workshop because it was the aim of the International Program that is to bring the exchange of ideas between the international and local artists. And one of the most effective ways to do this was through workshops. The event began on time at 10.00 am and ended at 16.00 pm. To ensure this workshop was effective and due to limitations in finding a wooden floor dance studio with bars, we limited the participants


June 7 th –August 7 th 2008

49

karena cukup sulit mencari studio tari

to only 20 people. The Indonesian Arts Institute

berlantai kayu, lengkap dengan bar yang

in Yogyakarta was chosen to host the event

cukup layak di Yogyakarta. Jika pun ada,

to enhance the network of the institute with

studio tari tersebut dikelola secara privat.

an outstanding company such Dance Works

Bagaimanapun juga, keberadaan institut seni

Rotterdam.

(ISI) di Yogyakarta tetap menjadi pertimbangan Panitia FKY XX 2008, agar institut seni tetap

The 20 participants of the workshop came from

mendapat keutamaan untuk meluaskan

Yogyakarta and Surakarta and consisted of 7

jejaring kerjanya dengan grup sekaliber DWR.

males and 13 female dancers. The qualifications for the workshop participants were (1) active

Ke-20 peserta workshop berasal dari Yogya­

dancers, not hobbyists, (2) professional dancers.

karta dan Surakarta, dengan komposisi 7

Thus, this workshop was expected to bring

peserta laki-laki dan 13 peserta perempuan.

benefit to both parties.

Kualifikasi yang sejak awal diterapkan Panitia FKY XX 2008 dalam menyeleksi/mengundang

From the 20 participants, only 5 had strong

peserta workshop adalah (1) penari aktif bu­

basic ballet training, namely 4 from the


50

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

kan hobbyist, dan (2) penari profesional. Dengan demikian diharapkan workshop ini akan membawa manfaat bagi kedua belah pihak. Dari 20 orang peserta workshop, hanya li­ma orang yang memiliki basic balet yang kuat: empat orang dari Sanggar Maniratari (Surakarta) yang memang dikenal aktif seba­gai sanggar yang mengembangkan tari balet, dan satu orang Belanda—Sdri. Anouk Wilke, pernah mengenyam pendidikan formal balet di Dansacademie Lucia Marthas, Amsterdam, Belanda—yang saat ini sedang menjalani studi tari di Sanggar Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa, Yogyakarta. Peserta workshop lainnya adalah: 1. 2 orang dari grup Anterdans, Yogyakarta; 2. 5 orang mahasiswa tari ISI Yogyakarta; 3. 2 orang dari LPK Tari Natya Laksita, Yogyakarta; 4. 3 orang dari Studio Taksu, Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta; 5. Retno Sulistyorini (pendiri Enno Dance Surakarta); 6. Ni Kadek Yulia Moore (pendiri Kadek Dance Surakarta); 7. Isa Al-Awwam dari Sanggar Sonyine Salaka, Maluku Utara (yang pada saat itu sedang magang di LPK Tari Natya Laksita, Yogyakarta). Workshop-satu-hari yang terdiri dari tiga sesi itu berjalan lancar dan menyenangkan. Seluruh peserta dan tiga pemateri tampak menikmati proses workshop tersebut dan puas dengan keseluruhan workshop. Esok harinya (16 Juni 2008), seluruh peserta workshop hadir dalam pementasan DWR di Gedung Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta.


June 7 th –August 7 th 2008

51

Maniratari sanggar in surakarta, a sanggar which focuses on ballet training, and one person from the Netherlands, Anouk Wilke, who had formal ballet training at Dansacademie Lucia Marthas, Amsterdam and who is now training in Javanese style court dancing at the Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa Yogyakarta. The other participants of the workshop were: 1. 2 people from the Anterdans, Yogyakarta; 2. 5 people from the Dance department of ISI (The Indonesian Arts Institute Yogyakarta); 3. 2 people from the Natya Laksita Dance Company, Yogyakarta; 4. 3 people from Studio Taksu, The Central Java Arts Centre, Surakarta; 5. Retno sulistyorini (founder of Enno Dance Surakarta); 6. Ni Kadek Yulia Moore (founder of Kadek Dance Surakarta); 7. Isa Al-Awwam from Sanggar Sonyine Salaka, North Maluku, who was doing internship at the Natya Laksita Dance Company Yogyakarta at the time of the workshop. The one-day workshop proceeded smoothly and the participants and trainers seemed to have enjoyed the process of the workshop. They were also satisfied with the workshop in general. The next day, June 16th 2008, all of the workshop participants attended the Dance Works Rotterdam show at the Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta.


52

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Pementasan “Rotterdam/New York” Gedung Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta

The “Rotterdam/New York” Ballet Performance

adalah tempat pertunjukan paling ideal untuk

The Concert Hall at the Taman Budaya

pementasan DWR, dengan faktor letaknya di pusat

Yogyakarta was the ideal venue for the

kota, kapasitas penonton maksimal hing­ga 1.100

performance because of its city centre

orang, serta ukuran dan kualifikasi panggung yang

location. Also, the building’s maximum

sesuai dengan kebutuhan DWR.

capacity of 1.100 people, and the size of the stage made it ideal for Dance Works

Pementasan “Rotterdam/New York” adalah satu-

Rotterdam’s performance.

satunya mata acara dalam Program Inter­na­sional yang menerapkan tiket tanda masuk. Dalam

The “Rotterdam/New York” was the only

pelaksanaannya, Panitia FKY XX 2008 tetap

event in the FKY’s International Program

mempertimbangkan kisaran harga tiket yang

with ticket sales. Tickets were reasonably

secara psikologis tetap terjangkau oleh publik

priced at IDR 15.000, by the Committee.

Yogyakarta. Ditetapkanlah harga tiket Rp 15.000,-

As expected, and also because of a

. Mengingat pementasan balet in­ter­­nasional

similar international ballet performance

terakhir yang pernah mampir di Yogyakarta kurang

well appreciated by the people around

lebih lima tahun yang lalu, maka seperti yang

5 years ago, many people came to see

diperkirakan, peminat DWR sangat banyak. Pada

the show. The Committee issued 900

akhirnya, Panitia FKY XX 2008 mengeluarkan

tickets, including 200 tickets given free

900 lembar tiket (termasuk di dalamnya 200 tiket

to the media, connections of the 20th

gratis yang diberikan ke­pada pihak media, relasi

FKY 2008, guests from the Netherlands

FKY XX 2008, relasi Kedutaan Besar Belanda/

Embassy and Erasmus Huis Jakarta,

Erasmus Huis Jakarta, serta tempat kursus balet

and ballet training centers (both who

baik anak-anak dan dewasa).

specialized in adults and children).

Penuhnya gedung pertunjukan oleh penonton di

It was satisfying for everyone involved to

malam pementasan DWR sangat memuaskan

see the full seats at the performance.

se­luruh pihak. Secara umum pengunjung me­nya­

In general, everyone enjoyed the

takan sangat menikmati pertunjukan “Rotterdam/

performance very much. Interestingly,

New York”. Yang cukup menarik, jum­lah penonton

there were quite an outstanding number

keluarga (orangtua datang beserta anak-anaknya)

of parents with children in the audience.

cukup tampak menonjol. Liputan pemberitaan

The performance was also well covered

media tentang pementasan ini juga cukup banyak.

by the media.


June 7 th –August 7 th 2008

53


54

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Pertunjukan Tari dan Akrobat

“Contigo”: Pertunjukan tari dan akrobat menggunakan tiang dengan João Paulo P. Dos Santos dari Compagnie O Ultimo Momento 20 Juni 2008, pukul 19.30 WIB, di Amphiteater, Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani No.1. Kerja sama FKY XX 2008 dengan Lembaga Indonesia Prancis/LIP Yogyakarta dalam rangkaian ”Musim Semi Prancis (Le Printemps Français 2008 Yogyakarta)”.

Ini adalah kali kedua FKY dan LIP Yogyakarta bekerja sama untuk penyelenggaraan akrobat kontemporer asal Prancis di Yogyakarta. Di FKY XX tahun 2008 ini seniman Prancis João Paulo P. Dos Santos dari Compagnie O Ultimo Momento menggarap pertunjukannya dengan permainan tiang. Sebagai sebuah pertunjukan, permainan tiang merupakan tradisi pertunjukan sirkus yang sangat tua; pemainnya berputar-putar dengan tiang, melawan gaya tarik bumi dengan memadukan akrobat dan manuver di udara. Permainan yang berasal dari Cina ini selalu dibawakan secara kolektif (10-15 orang) dengan beberapa tiang, pemainnya melompat dari satu tiang ke tiang lain. Saat ini permainan tiang ini sangat terkenal di Eropa dan menjadi teknik yang dimainkan sendiri, atau berdua, dengan satu tiang. Pertunjukan akrobat “Contigo” berlangsung


June 7 th –August 7 th 2008

55

Dance and Acrobat Performance

“Contigo”: Dance and Acrobat Performance presenting João Paulo P. Dos Santos from Compagnie O Ultimo Momento June 20th 2008, at 19.30 pm at the Amphitheatre of Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani No. 1. This performance was held in collaboration with LIP Yogyakarta as part of the French Spring Festival 2008 in Yogyakarta.

This was the second time FKY and LIP Yogyakarta collaborated in holding the contemporary acrobats from France in Yogyakarta. At the 20th FKY French artist João Paulo P. Dos Santos presented his performance on the pole. This is a very old traditional circus act where the performer swings around on the pole resisting the weight of gravity, combining acrobats and maneuvers in the air. This act, originally from China, was usually performed by about 10 to 15 people using several poles, where performers jump from one pole to the others. Nowadays, this kind of performance is well known in Europe and has become a performance technique presented by 1 or 2 people using 1 pole. The “Contigo” acrobat performance lasted around 45 minutes, and intensively presented a nerve-wrecking but entertaining performance to the public of Yogyakarta. João Paulo P. Dos Santos performed his acrobats in the air on a 7


56

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

selama kurang lebih 45 menit, yang

meter high pole, combining elements of dance,

secara intens menyuguhkan tontonan yang

body flexibility, gymnastics and climbing.

menegangkan sekaligus menghibur kepada publik pecinta seni pertunjukan Yogyakarta. Dengan tiang setinggi 7 meter, Jo達o Paulo P. Dos Santos berakrobat di udara, memadukan tari, kelenturan tubuh, serta olah raga senam dan memanjat.

Malam itu, penonton yang datang memenuhi amphiteater Taman Budaya Yogyakarta melampaui 300 orang. Keterbatasan ruang amphiteater menampung penonton telah disiasati dengan pemasangan dua buah layar lebar yang dipasang di selatan dan timur amphiteater. Dengan demikian, pertunjukan akrobat ini masih bisa dinikmati oleh penonton yang tidak mendapatkan tempat duduk di area amphiteater.

That evening more than 300 people filled the amphitheatre at Taman Budaya Yogyakarta. The Committee anticipated the limited audience space by fixing two wide screens put up in the South and East side of the amphitheatre. Thus, the audiences without seats were still able to watch the performance.


June 7 th –August 7 th 2008

Pesta Musik

“PercuSOUNDS!!!”

57

La Fête de la Musique (The Music Party)

“PercuSOUNDS!!!”

21 Juni 2008, pukul 19.00-22.00 WIB, di Lembaga Indonesia Prancis (LIP), Jalan Sagan No.3.

June 21st at 19.00 -22.00 pm at the LIP, Jalan Sagan

Menampilkan: Compagnie O Ultimo Momento

No. 3. The group performed: Compagnie O Ultimo

& Guillaume Dutrieux + Djembe Merdeka +

Momento & Guillaume Dutrieux + Djembe Merdeka +

IOIO + Kornchonk Chaos. Kerja sama FKY XX

IOIO + Kornchonk Chaos. This event was also held by

2008 dengan Lembaga Indonesia Prancis/LIP

the 20th FKY in collaboration with The French Spring

Yogyakarta dalam rangkaian ”Musim Semi Prancis

Festival 2008 in Yogyakarta held by LIP (The French

(Le Printemps Français 2008 Yogyakarta)”.

Cultural Centre).

Tiga penampil dalam Pesta Musik bertajuk

Three performers of the “PercuSOUNDS!!!”

“PercuSOUNDS!!!” ini menghibur kurang lebih

music party entertained around 400 people, who


58

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

400 penonton yang memenuhi Jalan Sagan di area LIP Yogyakarta. Guillaume Dutrieux—yang adalah juga anggota grup akrobat Prancis Compagnie O Ultimo Momento—berkolaborasi dengan kelompok Djembe Merdeka asal Yogyakarta. Guillaume Dutrieux telah merambah berbagai profesi seperti pemain musik, penata musik atau pencipta lagu untuk Alpha Blondy, Yannick Noah, Booster (elektro) dan Sergent Garcia sejak ia mempelajari musik klasik dan jazz trumpet serta penulisan lagu. IOIO adalah grup perkusi yang anggota kelompoknya berasal dari berbagai negara: Prancis, Italia, Jepang, Amerika Serikat, Jerman, dan sebagainya, namun mereka seluruhnya saat ini sedang menjalani studi di PPPG Kesenian Yogyakarta. Sedangkan Kornchonk Chaos adalah grup asal Yogyakarta yang memiliki karakter unik membawakan musik keroncong alternatif yang selalu diiiringi dengan alat musik perkusi. Pesta Musik yang diselenggarakan LIP Yogyakarta dalam rangkaian “Musim Semi Prancis 2008 Yogyakarta” selalu diselenggarakan pada tanggal 21 Juni setiap tahunnya, di mana tradisi ini juga masih terus dilangsungkan di Prancis. Malam itu, Pesta Musik berlangsung hingga menjelang pukul 23.00 WIB dan memuaskan penonton yang datang untuk berpesta mengapresiasi musik yang beragam.


June 7 th –August 7 th 2008

59

packed Jalan Sagan around LIP Yogyakarta. Guillaume Dutrieux—who is also a member of the Compagnie O Ultimo Momento acrobat group—collaborated with the Djembe Merdeka from Yogyakarta. Guillaume Dutrieux has worked in various professions such as musician, music director, and music writer for Alpha Blondy, Yannick Noah, Booster (electro) and Sergent Garcia after studying classical music, jazz trumpet and music writing. IOIO is a percussion group whose members originate from France, Italy, Japan, USA, Germany, etc and are all at the moment studying at the PPPG Kesenian (the Arts Teacher Training Centre). Kornchonk Chaos is a group from Yogyakarta with a unique character in performing alternative keroncong music, which is always played with percussions. La Fête de la Musique held by LIP Yogyakarta as part of the French Spring Festival 2008 in Yogyakarta had always been held on June 21st every year, and this tradition is continuously held in France. This particular “Music Party” in Yogyakarta lasted until 23.00 pm and satisfying the audience who came to festive and appreciate various kind of percussion music.


60

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Pementasan Tari Kontemporer

Contemporary Dance Performance

“We’re Gonna Go Dancing!!” dari Japan Contemporary Dance Network (JCDN)

“We’re Gonna Go Dancing!!” by Japan Contempoary dance Network (JCDN)

22 Juni 2008, pukul 19.30-22.00 WIB, di Gedung

June 22nd 2008 at 19.30-22.00 pm at the Concert

Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta, Jalan

Hall, Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani

Sriwedani No.1. Kerja sama FKY XX 2008 dengan

No. 1. This performance was held by the 20th FKY,

Yayasan Kelola, didukung oleh Bunka Cho dan Japan

in collaboration with the Kelola Foundation, Bunka

Foundation.

Cho and the Japan Foundation.


June 7 th –August 7 th 2008

61

FKY XX 2008 bekerja sama dengan Yayasan

The 20th FKY in collaboration with Kelola

Kelola mementaskan beberapa penari

Foundation held performances of several

tunggal dan kelompok tari kontemporer yang

individual and group contemporary dance

tergabung dalam Japan Contemporary Dance

performances from the Japan Contemporary

Network (JCDN). JCDN adalah salah satu

Dance Network (JCDN). JCDN is one of the active

jaringan tari kontemporer Jepang yang aktif,

Japanese contemporary dance hubs, which has

yang dalam dua tahun terakhir ini memiliki

been holding tours in Asia for the last 2 years.

program pentas keliling di wilayah Asia. Tahun

Indonesia is one of their destinations for 2008,

2008 ini Indonesia adalah salah satu tujuan

namely Jakarta, Bandung, Yogyakarta, and

pentas mereka, tepatnya di empat kota:

Denpasar.

Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Denpasar.


62

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Pementasan JCDN dalam FKY XX 2008

The JCDN in the 20th FKY 2008 was only

diselenggarakan selama satu hari saja (22 Juni

held for one day, June 22nd 2008 starting

2008, mulai pukul 20.00 WIB) di Concert Hall

at 20.00 pm at the Concert Hall, Taman

Taman Budaya Yogyakarta, terdiri dari empat

Budaya Yogyakarta. There were 4 parts of the

babak yang menampilkan: [1] Masanori Hoshika;

performance presenting namely 1. Masanori

[2] Wisnu Aji Setyo Wicaksono, Agung Tri Yulianto

Hoshika; 2. Wisnu Aji Setyo Wicaksono, Agung

(Cendhik), Satriyo Ayodya, Etta Tri Agustina, Surya

Tri Yulianto (Cendhik), Satriyo Ayodya, Etta Tri

Purnama (yang adalah peserta workshop JCDN,

Agustina, Surya Purnama (a participant of

membawakan koreografi Hiroyuki Miura); [3]

the JCDN workshop in Yogyakarta presenting

grup Pink (terdiri dari Miki Isojima, Wakana Kato,

choreography by Hiroyuki Miura); 3. Pink

Megumi Suka); [4] serta grup Dance Theatre

(consisted of Miki Isojima, Wakana Kato,

LUDENS (ditarikan oleh Yukari Ota, Keiichi

Megumi Suka); 4. LUDENS Theatre Dance

Otsuka; dikoreografi oleh Takiko Iwabudhi).

group (with dancers Yukari Ota, Keiichi Otsuka;

Pementasan “We’re Gonna Go Dancing!!” oleh

choreographed by Takiko Iwabudhi). A total of

Japan Contemporary Dance Networks / JCDN

786 audiences attended the performance of

dihadiri oleh 786 penonton.

“We’re Gonna Go Dancing”.

Animo dan antusiasme penonton di Yogyakarta

The audience was enthusiastic about the JCDN

menonton pementasan JCDN tinggi, dilihat dari

performance. This was seen by the audience’s

konsistensi penonton yang terus berdatangan

consistency in attending and their willingness

dan bersedia menunggu pintu ruang pertunjukan

to wait for the hall door to open in between

dibuka di tiap sesi jeda antar babak ketika

sessions for those arriving late for previous

mereka datang terlambat menonton pentas

parts of the performance.

sejak babak pertama.

Performance Art

Performance Art

“Living Fossils” oleh Yoko Ishiguro (Jepang)

“Living Fossils” by Yoko Ishiguro (Japan),

4 Juli 2008, pukul 16.00 WIB-selesai, di Kampung Seniman Nitiprayan, Yogyakarta

July 4th 2008, 4.00-5.30 pm, in Kampung Seniman

Yoko Ishiguro adalah seniman asing yang secara

Yoko Ishiguro is the foreign artist who was

khusus diundang untuk tampil di dalam Program

especially invited to participate in the 20th

(artist kampong) Nitiprayan, Yogyakarta.


June 7 th –August 7 th 2008

63

Internasional FKY XX 2008 dan merespon

FKY 2008’s International Program, as well

tema utama “Masa Lalu Selalu Baru”. Yoko

as to respond FKY’s main theme “Masa Lalu

Ishiguro adalah seorang performer dan aktris.

Selalu Baru / The Past is New”. Yoko Ishiguro

Yoko mempelajari psikolinguistik di Universitas

is a performer and actress. She studied

Tsukuba, dan kemudian terlibat di Kelompok

psycholinguistics at the University of Tsukuba,

Teater Su-punk Dan, Techno Performance Unit

soon after was involved at the Su-punk Dan

Grinder, dan kelompok teater YUBIWA hotel.

theatre group, Techno Performance Unit Grinder, as well as YUBIWA hotel theatre group.

Selama periode tersebut, dia tampil dalam berbagai macam ruang alternatif, seperti can­

During the period, she performed in various

di, bar, gudang, klub telanjang, dan lain se­ba­

alternative spaces like temples, bars,

gai­nya. Karenanya, ia belajar untuk “bermain”

warehouses, strip clubs, and so forth. She

dengan menciptakan sense of distance antara

adapted to “engage in recreation” by generating

tubuhnya, audiens, dan ruang. Sejak itu,

a sense of distance among her body, audience,

dia tertantang untuk menjadikan tubuhnya

and space. She was challenged to set her body

menjadi sangat sadar atas realitas terkini.

aware of the current reality ever since. In 2005,

Pada tahun 2005, Yoko Ishiguro mulai mencip­

Yoko Ishiguro initiated her works in personal

takan karya, baik karya personal, maupun

and collaborative creation in Japan and outside

kolaborasi, di Jepang dan di luar Jepang.

Japan.

Karya Yoko Ishiguro di antaranya White Lover

Several works of Yoko Ishiguro are White Lover (in

(di Bigakko, Tokyo, April 2006), She Flies

Bigakko, Tokyo, April 2006), She Flies Tomorrow

Tomorrow (berkolaborasi dengan grup Risky

(in collaboration with Risky Summerbee & The

Summerbee & The Honeythief di Kedai Kebun

Honeythief music group at Kedai Kebun Forum,

Forum, Yogyakarta, Indonesia, Juli 2007), This

Yogyakarta, July 2007), This Town, Character

Town, Character Pieces (berkolaborasi dengan

Pieces (in collaboration with Science Project (NY/

Science Project (NY/Tokyo) di Hanegi Park,

Tokyo) in Hanegi Park, Tokyo, August 2007), and

Tokyo, Agustus 2007), Matryoshka Fantasia

Matryoshka Fantasia (in BankART Studio NYK,

(di BankART Studio NYK, Yokohama, Oktober

Yokohama, October 2008).

2008). In the 60-minute “Living Fossil” performance Dalam pementasan “Living Fossils” berdurasi

in Nitiprayan Kampong, she took the audience

60 menit di Kampung Nitiprayan, ia mengajak

to reflect on the memory accumulation process

audiens untuk merefleksikan kembali tentang

undergone by humankind in life.

proses akumulasi ingatan yang umat manusia jalani sepanjang hidupnya.


64

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Mengutip pernyataan artistik Yoko Ishiguro: “Kita memiliki memori dari masa purba, dan juga Paleozoic era, bahkan, mereka bisa jauh lebih tua dari itu. Itu adalah momen ketika kehidupan terlahir di bumi, di mana memori mulai terakumulasi. Sejak itu, ingatan-ingatan itu terakumulasi tanpa jeda apapun hingga sekarang, saat ini. Ingataningatan itu memfosil. Jika seseorang menggali mereka, mereka akan datang. Tapi ingatan-ingatan tersebut bisa jadi tetap aktif meskipun tubuh tubuh mereka telah mati. Dan kita juga menjadi terfosilkan�. Maka, di atas tanah sawah Kampung Nitiprayan Yoko Ishiguro memvisualisasikan proses penggalian ingatan masa lalu dengan secara harafiah menggali tanah untuk menemukan benda-benda yang berasosiasi dengan hidupnya di masa lalu dan juga masa sekarang: mainan anak, pakaian sehari-hari, sepeda onthel, pemasak nasi (ricecooker) berikut nasi panas yang ia makan, majalah, surat kabar, televisi, laptop, telepon seluler, dan lain sebagainya. Sambil ia melakukan penggalian, terdengar lamatlamat suara yang keluar dari dalam dan dari atas tanah perbincangan antara seorang anak dan ibunya tentang memori, masa lalu, dan masa kini. Pada akhirnya, ia juga mengajak penonton yang hadir untuk merespon performansnya dengan ikut menggali tanah dan menonton rekaman video yang ia buat selama dua minggu tinggalnya di Yogyakarta sebelum pementasan dilangsungkan. Penampilan Yoko Ishiguro yang dimulai tepat pukul 16.00 dan berakhir pukul 17.30 WIB dihadiri kurang lebih 90 orang.


June 7 th –August 7 th 2008

65

Quoting Yoko Ishiguro’s aesthetic statement: “We are equipped with ancient memories since Paleozoic Era or more prehistoric ones. The memories are of the moment when life appeared on earth where the memories accumulated. Then, these memories accumulated continuously until today, now. They are like fossils. When someone digs them, they will come out. They can stay active although their bodies pass on. We get into fossils either”. In Nitiprayan Kampong rice field ground, Yoko Ishiguro visualized the past memory recovery by factually digging the ground to discover past and recent life-related instruments such as toys, daily cloth, old bicycle, ricecooker along with hot cooked rice she ate, magazines, newspapers, television, laptop, cellular phone, and so on. Digging the ground, soft sound was heard from inside and on the ground; a mother was talking to her child about past and recent memories. At last, she asked the audience to interact and give a response to her performance by digging the ground and watched the video she made in her two-week-living in Yogyakarta before the performance held. The performance began precisely at 4.00 pm and completed at 5.30 pm attended by 90 people more or less.


66

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008


June 7 th –August 7 th 2008

67

PASAR RAYA FKY/ The FESTIVAL FAIR 7 Juni-7 Juli 2008, di area Museum Benteng Vredeburg dan Taman Budaya Yogyakarta/June 7th- July 7th, at The Vredeburg Fort Museum complex and Taman Budaya Yogyakarta (Yogyakarta Arts Centre)


68

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Pasar Raya FKY XX 2008 diikuti oleh 108 stand peserta; terdiri dari 77 peserta umum yang mendaftar, dan 31 stand anak asuh dari program Orang Tua Asuh dan Pengrajin Kecil Pasar Raya. Di Pasar Raya bisa ditemukan stand mainan anak tempo dulu �Pandes�, yang dengan dolanan otok-otok-nya membawa pengunjung kepada masa lalu. Selain itu ada juga stand LSM (lembaga swadaya masyarakat) seperti WALHI, PLAN dan PKBI, stand komunitas tattoo SURVIVE, stand Asosiasi Layang-layang Indonesia, stand koperasi Batik Tulis Imogiri, stand buku loak, stand distro, stand DAGADU, stand Barongsai, stand lukisan, stand kerajinan seni bendabenda mini JOPA JAPU, hingga stand makanan (Gula Semut khas Jogja). Dari 108 stand yang ada di Pasar Raya, tidak semuanya menjual produk. Seperti stand LSM misalnya, mereka memanfaatkan Pasar Raya sebagai media promosi untuk program-program lembaganya. Dari hasil survei kecil Panitia terhadap pengisi stand, transaksi terjadi di stand-stand yang harga produknya terjangkau (khusus untuk barangbarang kebutuhan umum) namun untuk stand-stand yang produknya bernilai tinggi, misalnya mebel dari kayu jati, mereka memanfaatkan Pasar Raya sebagi ajang promosi saja. Biasanya transaksi terjadi di luar Pasar Raya. Calon konsumen yang tertarik akan datang langsung ke rumah/studio pemilik stand.

Upaya Promosi Selama persiapan dan pelaksanaan Pasar Raya, Panitia berupaya melakukan beragam kegiatan promosi, seperti: -

penyebaran flyer Jadwal Acara Pasar Raya di pusat-pusat keramaian kota seperti Jalan Malioboro, Taman Parkir Abu Bakar Ali, dan lainlain;


June 7 th –August 7 th 2008

69

108 stands consisting of 77 public participants and 31 assisted communities of the Orang Tua Asuh (Foster parents) and Pengrajin Kecil Pasar Raya (small scale craftsmen) took part in the FKY’s Festival Fair. Visitors could find a toy stand called “Pandes” that sold toys from old bygone days, one of which was the otok-otok, reminding visitors of the past. There were also stands from NGOs such as WALHI, PLAN and PKBI, SURVIVE tattoo community, The Kite Flying Association, the Imogiri hand illustrated batik co-operative, second hand books, distros, DAGADU, the Barongsai, painting stands, JOPA JAPU mini handicraft stand, and the Gula Semut food stand, a Yogyanese specialty. Not all of the 108 stands at the Festival Fair sold products. The NGO stands, for example, used the opportunity as a media to promote their programs. The result of our small survey taken by the stall owners showed that transactions took place in stalls with affordable daily needs items. However, stalls with high priced products such as wooden furniture, used the fair as an opportunity to promote their products, and transactions would then take place elsewhere. Potential buyers would visit the studio or homes of the stalls owners.

Promotion The efforts of promotion carried out by the Committee during the preparation and execution of the Festival Fair were: -

Distribution of Fair schedule flyers at various strategic locations such as Jalan Malioboro, the Abu Bakar Ali parking space, etc;

-

Announcement of daily events through the loud speaker at the


70

-

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

mengumumkan acara-acara yang berlangsung setiap harinya melalui speaker

Fair ground; -

aktif yang ada di area Pasar Raya; -

-

pawai motor malam hari, membawa tulisan

around the city; -

Distribution of publications at public

Pasar Raya dengan hiasan lampu warna

spaces and centers, such as hotels,

warni dan mengelilingi kota;

restaurants, book stores, internet cafĂŠs,

Di luar yang dilakukan oleh Panitia Pasar

supermarkets and travel agent offices by

Raya, tim Agitasi & Propaganda Panitia

the Committee through the Agitation &

Pusat FKY XX 2008 juga menyebarkan

Propaganda team;

materi publikasi Pasar Raya ke beragam

-

Banner shows on motorbike convoys

-

Co-operation with elements of the

ruang publik dan pusat keramaian, seperti:

Yogyakarta tourism infrastructure, such

hotel, restoran, toko buku, warung internet,

as the taxi armada in Yogyakarta and the

supermarket, dan kantor travel agent;

KOPATA bus company, to guide the people

Selain itu, Panitia juga membangun relasi

of Yogyakarta to visit the Fair through

dan kerja sama dengan elemen infrastruktur

stickers inside and on the outer body of the

pariwisata Yogyakarta, yaitu seluruh

buses and taxis.

armada taksi yang beroperasi di Yogyakarta, perusahaan bis KOPATA, untuk turut menggiring masyarakat Yogyakarta datang ke Pasar Raya melalui sticker yang ditempel di badan dalam dan badan luar armada.


June 7 th –August 7 th 2008

71

Acara yang disuguhkan

Events Shown

Pasar Raya menyuguhkan acara hiburan

The Fair offered a various array of entertainment

untuk para pengunjung, baik di area Benteng

for visitors in the Vredeburg Fort area and the

Vredeburg maupun di Taman Budaya

Taman Budaya Yogyakarta (the Yogyakarta Arts

Yogyakarta setiap malamnya. Adapun

Centre). These were: (1) Jazz for You, (2) the

sejumlah acara pokok di Pasar Raya adalah:

Yogyakarta Students Activities Unit, (3) Folk Art,

(1) Jazz for You, (2) Unit Kegiatan Mahasiswa

(4) Dangdut Tak Ku Kejar Tapi Selalu Ku Dengar

Yogyakarta, (3) Kesenian Rakyat, (4) Dangdut

(Dangdut music show), (5) Kutunggu Karyamu

Tak Ku Kejar Tapi Selalu Ku Dengar, (5)

(Performances of Young Choreographers), (6)

Kutunggu Karyamu, (6) Rock Lama Bergema

Rock Lama Bergema Sampai Ujung Jogja (Rock

Sampai Ujung Jogja, (7) Kompetisi Dance, (8)

music show), (7) Dance competitions, (8) Break

Kompetisi Break Dance, (9) Kompetisi Band,

Dance competitions, (9) Band Competitions, (10)

(10) Family Sunday, (11) Kompetisi Game

Family Sunday, (11) Online Game Competition,

Online, dan (12) nonton bareng EURO 2008.

and (12) live screening of EURO 2008 football matches.

Secara umum, acara sengaja dikemas lawasan, mengikuti tema FKY tahun ini ”Masa

The main theme for this year’s Festival Kesenian

Lalu Selalu Baru”. Hal ini ternyata disambut

Yogyakarta was “Masa Lalu Selalu Baru”

positif oleh para pengisi stand. Dengan tema

(The Past is New). Stand owners responded

lawasan, pengunjung akan merasa lebih

positively to it and brought about a relaxing and

santai, nyaman jika berkunjung ke Pasar Raya,

comfortable atmosphere to the Fair in the hope


72

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

sehingga harapannya transaksi dapat terjadi di

that transactions will take place at the stands.

stand-stand Pasar Raya. Besides this, there were also various popular Di samping itu, masih ada acara tambahan yang

additional events to accommodate the

bersifat populer, yang memang ditujukan untuk

interests of the Yogyakarta community, such

mengakomodasi minat masyarakat Yogyakarta,

as “Rock-and-Rollmania” (Rescue and Bacout

yaitu ”Rock-and-Rollmania” (Rescue dan Bacout

Area), “A Tribute to Koes Plus” (Kalahitam

Area), ”Tribute To Koes Plus” (Kalahitam Plus),

Plus), “Keroncong” (Bintang Selatan) and

”Keroncong” (Bintang Selatan), dan ”Waria on

“Waria on Stage” (transvestites on stage).

Stage”. Tidak ketinggalan, penyelenggaraan

Also, there was the Fair Cinema, which had

Bioskop Pasar Raya yang di tahun kedua ini juga

participated for two years running. The cinema

hadir meramaikan Pasar Raya dan menjadi ajang

venue was the meeting spot for film lovers

berkumpulnya peminat film (baik itu produsen,

namely producers, consumers, and mediators.

konsumen, maupun mediator). The enthusiasm of the community of Animo masyarakat Yogyakarta untuk

Yogyakarta to visit the Fair and enjoy the

mengunjungi Pasar Raya dan menikmati acara

events had roughly been the same each

hampir selalu rata setiap harinya. Namun

day, but on special events such as “Waria

membludak pada saat special event yang jatuh

on Stage”, people crowded the venue to see

pada hari Sabtu, seperti ”Waria on Stage”, di

the actions of transvestites of Yogyakarta.

mana penonton berjubel untuk melihat aksi

Overall, the Fair was a success and managed


June 7 th –August 7 th 2008

73

para waria Yogyakarta. Secara keseluruhan

to attract the people of Yogyakarta, as shown by

acara Pasar Raya berjalan sukses dan

the great enthusiasm to visit the 20th FKY 2008’s

menarik bagi masyarakat Yogyakarta, dilihat

Festival Fair, both at The Vredeburg Fort Museum

dari animo masyarakat yang besar untuk

complex and Taman Budaya Yogyakarta.

selalu mengunjungi Pasar Raya FKY XX 2008 di Benteng Vredeburg dan Taman Budaya

Halfway in the Fair’s execution, the Committee

Yogyakarta selama Pasar Raya berlangsung.

held a joint forum for the stand owners. Here the Committee received many suggestions, critiques

Pada pertengahan perjalanan Pasar Raya,

from the stand owners, who mostly felt the

Panitia sempat mengadakan forum bersama

Fair was too quiet in the daytime. Therefore, in

para pengisi stand. Dari sanalah panitia

cooperation with stand owners, the Committee

mendapat banyak saran, kritik dari para

held additional events such as talks on HIV/AIDS

pengisi stand, yang sebagian besar merasa

along with PKBI (The Indonesian Family Planning

Pasar Raya sepi di siang hari. Oleh karenanya

Association), workshops on batik making, kite-

Panitia melakukan beberapa antisipasi

making workshop, tattoo workshop, fashion show

untuk menarik pengunjung. Bekerja sama

of products from the stands, and an acoustic

dengan para pengisi stand diadakanlah

music show along with the stand owners.

acara tambahan seperti diskusi tentang HIV/ AIDS bersama PKBI (Paguyuban Keluarga

On the last day of the Fair, on July 7th 2008, the

Berencana Indonesia), workshop membatik,

Committee held a seminar with the Governor of

workshop membuat layang-layang, workshop

the Special Province of Yogyakarta, His Majesty


74

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

tattoo, acara peragaan busana yang menampilkan produk-produk dari para pengisi stand, hingga acara akustikan bersama para pengisi stand. Acara sarasehan dengan Gubernur D.I. Yogyakarta terjadi pada hari terakhir Pasar Raya (7 Juli 2008). Para pengrajin diberi kesempatan untuk berbincang-bincang, memberi masukan, saran serta kritik kepada Sri Sultan Hamengkubuwana X perihal kesenian dan kerajinan di Yogyakarta secara umum dan perihal penyelenggaraan Pasar Raya FKY secara khusus.

Catatan Jumlah Pengunjung Selama satu bulan penuh Pasar Raya FKY XX 2008 dikunjungi oleh 145.912 orang dari beragam kalangan (siswa sekolah, mahasiswa, rombongan piknik keluarga, wisatawan mancanegara, seniman, rekan-rekan media, dan lain-lain). Rata-rata pengunjung tiap harinya adalah 4.706 orang. Jumlah pengunjung paling sepi dalam satu hari selama Pasar Raya tercatat 2.803 orang. Jumlah pengunjung paling ramai adalah 8.519 orang (bersamaan dengan pertunjukan musik Sawung Jabo & Sirkus Barock di penutupan Pasar Raya FKY XX 2008). Jika dilihat dari jumlah pengunjungnya, Pasar Raya kali ini mencapai target jumlah pengunjung yang direncanakan, yakni 4.000 orang tiap harinya. Pasar Raya FKY XX 2008 benar-benar lahan komersial, tempat perjumpaan para produsen, mediator dan konsumen beragam seni dan budaya yang hidup dinamis di Yogyakarta. Mempertemukan semua kalangan dalam sebuah pesta kesenian!


June 7 th –August 7 th 2008

75

Sri Sultan Hamengkubuwana X. Artisans were given the opportunity to speak, to give suggestions and critiques to the governor, Sri Sultan Hamengkubuwana 10th, about arts and crafts in Yogyakarta in general and especially on the occasion of FKY.

The Number of Visitors The total number of visitors during the one month of the 20th FKY 2008 was 145.912 from various groups, namely school children, university students, families, foreign visitors, artists, people from the media, etc. The daily rate of visitors was 4.706 people with 2.803 being the least. The highest number of visitors in a day reached 8.519, which was due to the music show of Sawung Jabo & Sirkus Barock on the closing day of the 20th FKY 2008. The Fair has reached its target of attracting 4.000 visitors per day. The 20th FKY 2008 truly became a commercial space, where producers, mediators and consumers of arts and culture who live dynamically in Yogyakarta, met in a festival of the arts.


76

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008


June 7 th –August 7 th 2008

JOGJA ART FAIR#1 15 Juni - 7 Juli 2008, Taman Budaya Yogyakarta

77


78

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Di dalam penggagasan program FKY XX 2008 muncul ide untuk mencip­ takan Art Fair di kota Yogya­karta, seperti yang te­lah diadakan secara berkala di kota-kota pusat seni rupa lain: Beijing, Shanghai, Melbourne, dan sebagai­nya. Tujuan dari Jogja Art Fair ini adalah me­nye­diakan ruang bagi ber­­temunya seniman de­ ngan pasar seni rupa se­ cara langsung. Menggandeng sebuah art organizer terkemuka di Yogyakarta: Heri Pemad Art Management (HPAM), Jogja Art Fair#1 diselenggarakan dan diikuti oleh sebanyak 227 seniman yang mengikutsertakan 410 karya. Sebanyak 40% dari seniman peserta itu adalah yang diundang, sedangkan sisanya adalah seniman yang mendaftarkan diri, baik berasal dari Yogyakarta maupun kota-kota lainnya. Seleksi karya diadakan secara tertutup oleh Heri Pemad dan Bambang ‘Toko’ Witjaksono dengan kapasitas mereka sebagai salah satu pelaku pasar seni rupa. Karya yang diikutsertakan oleh seniman sangat didominasi oleh karya-karya dua dimensi, dan seniman yang berpartisipasi lebih banyak adalah seniman-seniman muda.


June 7 th –August 7 th 2008

79

The designing of the 20th FKY 2008 resulted in the idea to create an Art Fair in Yogyakarta, similar to regular ones held in other cities well-known as of art centres, such as: Beijing, Shanghai, Melbourne, etc. The aim of the Jogja Art Fair was to provide a space where artists could directly meet the art market. In collaboration with a well-known arts organizer in Yogyakarta, the Heri Pemad Art Management (HPAM), the Jogja Art Fair#1 was held and joined by 277 artists with 410 artworks. 40% of the artists joined by invitation, and the rest, originating from Yogyakarta and elsewhere, by application. The selection process of the artworks were carried out in a closed meeting by Heri Pemad and Bambang ‘Toko’ Witjaksono as individuals having capacity of working in the arts market. The two-dimensional artworks dominated the works and most of the participants were young artists. Due to the limited space of the Taman Budaya Yogyakarta, the artworks were exhibited in turns, by rotation once a week. Each week JAF#1 was able to show 150 pieces of artwork in the


80

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Disebabkan ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta yang tidak cukup luas, maka karya-karya itu dipasang secara bergilir, seminggu sekali diganti. Rata-rata setiap minggu JAF mampu memasang 150 karya di dalam ruang pamer. Karya-karya yang sedang tidak berkesempatan muncul di ruang pamer dapat diakses oleh pengunjung melalui layar screening; katalog digital komputer di bagian depan ruang pamer; website www.jogjaartfair.com; dan melalui newsletter JAF#1 yang terbit sebanyak dua kali di dalam masa penyelenggaraannya. HPAM mendesain ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta menjadi lebih artistik. Di dalam ruang pamer, didirikan sekat-sekat yang membentuk koridor-koridor di sisi kanan dan kiri. Hal ini memberikan keuntungan yaitu tersedia ruang lebih banyak untuk memasang karya, display karya terlihat lebih rapi dan elegan. Sedangkan pada desain eksterior, HPAM mendandani perwajahan ruang pamer TBY dengan mendirikan semacam bangunan dekorasi nonpermanen bergaya street art yang muda, cair, dan hangat. Dari komentar-komentar yang didapat, publik sangat menyukai desain ruang JAF tersebut, karena membuat suasana JAF tidak terkesan kaku atau formal.

Minat masyarakat untuk mengapresiasi karya-karya yang dipamerkan di JAF#1 sangat tinggi. Dari total tiga minggu penyelenggaraan, jumlah pengunjung yang tercatat menonton pameran JAF#1 sebanyak 7.700 orang, dengan perincian: 3.700 penonton di minggu pertama, 2.500 di minggu kedua, dan 1.500 di minggu ketiga. Beberapa keberhasilan penyelenggaraan JAF#1 yang bisa dicatat adalah: sebanyak 42 karya seni terjual dalam JAF#1; dari penyelenggaraan JAF#1 bermunculan namanama seniman baru yang sebelumnya belum terpetakan; serta PT. Indosat Tbk. sebagai sponsor utama event JAF#1 menyatakan sangat puas dan berminat untuk bekerja sama kembali pada penyelenggaraan JAF di tahun mendatang. Kepanitiaan FKY XX 2008 telah terbukti berhasil bersama HPAM sebagai mitra penyelenggara mengadakan event rintisan Jogja Art Fair. Namun demikian, nama JAF telah menjadi hak paten HPAM yang berencana menyelenggarakan JAF secara reguler setiap tahunnya. Untuk penyelenggaraan FKY tahun-tahun mendatang, panitia FKY dimungkinkan untuk melakukan pendekatan dan lobby dengan pihak HPAM untuk kerja sama penyelenggaraan JAF sebagai bagian dari rangkaian kegiatan FKY.


June 7 th –August 7 th 2008

81

exhibition room. People were able to access un-exhibited works on screen; on the computed digital catalogue at the front part of the exhibition room; on the www. jogjaartfair.com website; and through the JAF#1 newsletter, issued twice during the art fair. The HPAM (Heri Pemad Art Management) gave the Taman Budaya Yogyakarta exhibition room a more artistic look. Inside the room, they built dividers forming corridors on the left and right. This benefitted the Committee as it provided more room to mount the artists’ work; their display looked neat and elegant. Meanwhile, the HPAM decorated the exterior of the exhibition room at Taman Budaya Yogyakarta by building a non-permanent street art décor with a young, casual, and warm feel. The comments showed the public’s appreciation of the Jogja Art Fair room design, because of its less-formal outlook.

The works exhibited at the JAF#1 was highly appreciated by the public. During the three weeks of exhibition the number of visitors reached 7.700, there were 3.700 in the first week, 2.500 in the second, and 1.500 in the third week. The JAF#1 saw several achievements, namely: 42 art works were sold; the emergence of new names of artists previously unaccounted; and sponsorship from PT. Indosat Tbk. Being the main sponsor for the event, PT. Indosat Tbk expressed their satisfaction and interest in further collaboration in next year’s JAF event. The 20th FKY 2008 with HPAM has proven to be a successful partnership in holding the Jogja Art Fair. However the JAF name has become the rights of HPAM, who plans to hold JAF annually. For the future FKY, the FKY committee may possibly approach and lobby HPAM to hold JAF as part of the FKY.


82

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

The Onto’s: Maskot Festival Kesenian Yogyakarta Xx 2008 The Onto’s: Mascot of Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Raden Ontoseno dan Estetika Gerabah Kasongan Raden Ontoseno

and

The Aesthetics

of

Kasongan Earthenware


June 7 th –August 7 th 2008

Oleh/By Yustina W. Neni

83


84

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Raden Ontoseno

Raden Ontoseno

Salah satu alasan mengapa salah satu tokoh pewayangan yaitu Raden Antasena atau Ontoseno dipilih menjadi ikon FKY XX 2008 adalah karena tokoh ini munculnya hanya di jagad pewayangan Yogyakarta. Di Surakarta Ontoseno dikenal sebagai Ontorejo. Namun di Yogyakarta baik Ontoseno maupun Ontorejo dikenal sebagai sosok yang berbeda. Keduanya adalah anak Werkudara selain Gatutkaca.

One of the reasons to elect one of puppet-theater figures that is Raden Antasena or Ontoseno to be the icon of FKY XX 2008 is due to its appearance in the puppet-theater world of only Yogyakarta. In Surakarta, Ontoseno is known as Ontorejo. But in Yogyakarta, both Ontoseno and Ontorejo are different figures. They are the sons of Werkudara in addition to Gatutkaca. Ontoseno is the son of Werkudara with Dewi Urang

Ontoseno adalah anak Werkudara dengan

Ayu. Behind the accounts of his supernatural

Dewi Urang Ayu. Dibalik kesaktiannya yang

power winning all times at the battle-fields

digambarkan selalu menang dalam bertempur

and immortality (therefore he was not allowed

dan tidak bisa mati (oleh karena itu tidak

to fight in the Baratayuda War), this figure is

boleh ikut dalam perang Baratayuda) tokoh

recognized as honest, humble, straightforward,

ini juga digambarkan berwatak jujur, rendah

unable to speak honorific forms of Javanese

hati, terus terang, tidak bisa berbahasa

language (politest level of Javanese language)

Jawa Krama (Bahasa Jawa halus) dan sering

and does improper etiquette. Some opinions


June 7 th –August 7 th 2008

85

melanggar tata krama. Beberapa pendapat

say that Ontoseno is odd. The appearance of

bahkan mengatakan Ontoseno adalah

Ontoseno the son of Werkudara in the puppet-

tokoh yang sinting. Kemunculan Ontoseno si

theater world of Yogyakarta is in the contrary to

anak Werkudara dalam jagad pewayangan

the stereotyped upper class images.

Yogyakarta adalah kebalikan dari citra-citra

priyayi yang telah menjadi stereotip.

Diskusi Yang Panjang & Menggairahkan

Lengthy And Exciting Discussions

Pelibatan Ontoseno dalam FKY XX 2008 terjadi

is taken through lengthy discussions among

melalui diskusi yang panjang antara Tim

the Agitation and Propaganda Team, Research

Agitasi dan Propaganda FKY, Bagian Penelitian

and Development Division and Artistic Team

dan Pengembangan FKY, Tim Artistik FKY,

of FKY with several historians and prominent

serta beberapa sejarawan dan dalang-dalang

puppeteers of Yogyakarta. The searching for

ternama di Yogyakarta. Pencarian wujud

suitable outline is really stimulating. A series

yang khas juga tidak kalah serunya. Diskusi-

of discussions aim to give out light on the FKY

diskusi ini bertujuan untuk mengkilapkan

prestige entering its gloomy time before the

pamor FKY yang konon sudah buram di mata

audiences of Yogyakarta itself. From November

masyarakat Jogja sendiri. Dimulai pada bulan

2007 until April 2008, the Artistic Team of

November 2007 hingga akhirnya pada bulan

FKY XX 2008 pointed at certain grounds of

April 2008 Tim Artistik FKY XX 2008 menunjuk

Yogyakarta as the precise media to materialize

tanah-tanah di Yogyakarta media paling tepat

Raden Ontoseno into the merchandises of FKY

untuk mewujudkan Raden Ontoseno menjadi

XX 2008 – THE ONTO’S modified by Iwan Effendi,

merchandise FKY XX 2008 – THE ONTO’S yang

a young artist from Tempel, Sleman, Yogyakarta.

digubah oleh Iwan Effendi, seniman muda asal

Tempel, Sleman, Yogyakarta.

The involvement of Ontoseno in FKY XX 2008


86

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Estetika Gerabah Kasongan Bantul Salah satu daerah tujuan belanja oleh-oleh di Yogyakarta adalah di Kasongan, Bantul. Daerah ini terkenal dengan industri rumahan gerabah. Yang mungkin khalayak kurang paham adalah tanah yang dibuat gerabah di Kasongan adalah bukan tanah Kasongan, melainkan (salah satunya) tanah dari Godean, Yogyakarta barat. Anehnya di Godean

The Aesthetics Of Kasongan (Bantul) Earthenware One of the souvenir-shopping spots in Yogyakarta is Kasongan, Bantul. The area is famous for its earthenware home-industry. Some people may not know that the soil for the earthenware-making in Kasongan is not Kasongan soil but among them is Godean (West Yogyakarta) soil. It is fairly surprising

sendiri, rekayasa tanah tersebut berupa genteng

that the soil is used for the roof-tile material

dan di Kasongan menjadi alat-alat rumah

in Godean but household equipment in

tangga. Karakter tanah ini kasar dan kandungan

Kasongan. The soil character is rough with

pasirnya tinggi, juga tidak mampu direkayasa

high sand-ingredient and hard for high

untuk teknik bakaran tinggi, misalnya glasir yang

temperature burning like glazing requiring

pembakarannya membutuhkan panas lebih

1000 Celcius degree burning point. Yogyakarta

dari 1000 derajat celsius. Tanah Yogyakarta

soil will crack in the temperature of more

akan retak pada suhu lebih dari 800 derajat

than 800 Celcius degree. Therefore, the

celsius. Oleh karena itu produk-produk kasongan

products tend to be thick and the developing

cenderung tebal dan yang berkembang adalah

ones are exterior products. In 1970s, (late)

produk-produk luar ruang. Pada tahun 70 an,

Sapto Hudoyo, a multi-talented artist whose

Sapto Hudoyo (almarhum), seniman rupa-rupa

name makes Yogyakarta celebrated, paid

yang namanya mengharumkan Yogyakarta, main-

some visits to Kasongan and created a horse

main ke Kasongan dan membuat patung kuda

statue and scaly dragon in varnished finishing.

dan naga bersisik dengan finishing cat plitur.

One of his purposes was to make Kasongan

Tujuan salah satunya adalah supaya gerabah

earthenware possibly get in houses and

Kasongan bisa masuk rumah dan dapat dijual

higher in price. Soon after that, the style of

lebih mahal. Segera setelah itu kendi, gentong,

Kasongan earthenware products like flasks,

anglo, pot, dkk, bersanding dengan gaya gerabah

large bowls for water, braziers, flower-pots and

Sapto Hudayanan. Gaya ini bertahan hingga

the sorts came together with Sapto Hudayanan

akhir 80’an. Tahun 90’an hingga saat ini seturut

earthenware. The style continued until the

dengan munculnya trend gaya hidup alami dan

end of 1980s. In 1990s until now, along

pengaruh dari para pemesan yang berasal dari

with natural lifestyle trend and influence of

luar Jogja atau Indonesia, gerabah kasongan

buyers coming from other cities or countries,

menjadi lebih menarik. Tetap tidak jauh dari

Kasongan earthenware become more


June 7 th –August 7 th 2008

87

asalnya gentong, pot, dan saudara-saudaranya

enchanting. Keeping the original functions, those

itu menjadi gentong dan pot gaya bali, gaya

large bowls for water and flower-pots together

jepang, gaya cina, dan muncul disain baru

with their siblings have turned out into Balinese,

seperti kap lampu, pucukan atap, dengan

Japanese and Chinese earthenware products

aneka gaya. Semua gaya baru tersebut nyaris

and new designs coming up in lamp-shades and

tanpa poles alias gerabah mentah (istilah

roof-tips with various styles. All new styles are

akademisnya “biscuit”), tetapi gaya lokal

not polished or raw earthenware (academically-

yang bercat warna-warni tetap ada dengan

called as “biscuit”) but the local style in colorful

menggunakan bermacam-macam teknik

paints are still available with different techniques

seperti disaput, dikerok, cat timbul, dll. Para

like covered, rubbed down, embossed, etc. The

penggemar keramik mengatakan gerabah

ceramic lovers say that such earthenware—

macam ini – yang dicat – nilainya rendah dan

painted ones—are considered low-valued and

ndesit. Namun estetika lokal bergeming. Tanah

rustic. However, the local aesthetics keeps quiet.

Yogyakarta berbeda dengan Tanah Malang

Yogyakarta soil differs from Malang (East Java)

Jawa Timur atau Sukabumi di Jawa Barat, yang

or Sukabumi (West Java) soil, possibly burnt in

langsung bisa dibakar dengan suhu tinggi

high temperature as soon as it is taken from the

begitu diambil dari sungai. Naluri menghias,

rivers. The impulse to decorate, beautify and

mempercantik, dan menghibur selalu bergerak

entertain always moves along with humankind

bersama berkembangnya umat manusia dan

development and habitual dynamics. The unique

dinamika habitualnya. Tanah Yogyakarta yang

Yogyakarta soil, welcome as well as dynamic

khas, masyarakat Yogyakarta yang terbuka

society and aspiration to imitate are the creation

dan dinamis, keinginan meniru adalah daya

power making Yogyakarta always get longed for

cipta yang membuat Yogyakarta selalu

and visited again. For the FKY team, Kasongan

dirindukan untuk dikunjungi kembali. Bagi Tim

earthenware either plain or painted is pure and

FKY – gerabah Kasongan baik polos maupun

original.

yang di cat adalah murni dan asli.


88

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Seni Sebagai Investasi – Ontoseno Jadi Celengan Dalam FKY kali ini salah satu bagian penting yang ingin dicanangkan selain keberhasilan setiap acara yang akan dige­ lar, adalah perbaikan manajemen. Dalam konteks festival, sebuah manajemen yang tertata akan menjadi mesin pen­ dorong bagi penyelenggaraan yang ideal. Sebuah festival yang ideal adalah corong promosi positif dari sebuah daerah seperti Yogyakarta yang dihidupi oleh industri kreatif dan pariwisata. Itulah salah satu tujuan yang akan diraih oleh FKY kali ini, yakni menjadikan seni sebagai investasi ekonomi bagi Yogyakarta. Investasi yang diwujudkan dalam bentuk penataan manajemen te­lah membuka peluang kerja sama dengan stake holder yang lebih luas, serta pelibatan publik dan pelaku seni dalam pe­nyelenggaraan festival. Wujud konkret dari keberhasilan ini Pemda Propinsi DIY telah menganggarkan uang sejumlah 500 juta rupiah. Dana dari Pemerintah tersebut meningkat di­banding tahun lalu yang hanya 300 juta rupiah. Hal itu meru­pakan hasil dari terbukanya ruang diskusi dengan Pem­ Prop, DPRD tingkat I, dan BPKD. Terbukanya ruang diskusi de­­ngan jajaran birokarsi ini merupakan program internal dari menejemen festival dalam membuka hubungan kerjasama de­ ngan birokrasi pemerintah. Meskipun demikian Panitia Festival masih berharap terbukanya jalur kerjasama dengan beberapa pihak birokrasi yang lain, yang berpotensi untuk mendukung suk­sesnya sebuah festival seni, seperti Dinas Pariwisata, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dekranas, Pemkot/Pemkab, dll. Merchandise The ONTO’S T-shirt dan Celengan dipersembahkan untuk kesuksesan pelaksanaan FKY XX 2008 oleh 3 perupa ternama Indonesia yaitu Agus Suwage (lahir di Purworejo), Jumadi Alfi (lahir di Padang, Sumatera Barat), dan Agung Kurniawan (lahir di Jember, Jawa Timur). Ketiganya tinggal dan bekerja di Yogyakarta.


June 7 th –August 7 th 2008

89

Investment – Ontoseno To Be Piggy-banks In FKY XX 2008, one of the goals to achieve despite the success for each program implemented is management improvement. In festival context, an organized management is the stimulating machine to ideal implementation. An ideal festival is like the megaphone of positive promotions for a region like Yogyakarta enlivened with creative industry and tourism. It is one of the goals to achieve through this recent FKY positioning art as the economical investment for Yogyakarta. The investment manifested in the management improvement has opened opportunities for collaborative works among wider stakeholders as well as involvement of public and artists in the festival implementation. The concrete manifestation of this success is the availability of budget amounted IDR 500 millions from Pemda Propinsi (PemProp) DIY (Local Government of Yogyakarta). The budget increases from the last year fund amounted IDR 300 millions. In fact, it is the outcome of open discussion rooms among PemProp, DPRD I (Regional People’s Legislative Assembly) and BPKD (Board of Local Financial Management). The openness of discussion rooms is an internal program of the festival management in establishing relationship with the government bureaucrats. Nonetheless, the Festival Committee are still expecting to build open relationship paths with other bureaucratic parties potentially supporting the success of an art festival such as Dinas Pariwisata (Department of Tourism), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Department of Industry and Commerce), Dekranas (National Craft Council), City Government/District Government and others. The merchandises of The ONTO’S T-Shirts and Piggy-banks are presented for the success of FKY XX 2008 implementation by three Indonesian outstanding artists that are Agus Suwage (born in Purworejo), Jumadi Alfi (born in Padang, West Sumatra) and Agung Kurniawan (born in Jember, East Java). They live and work in Yogyakarta.


90

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008


June 7 th –August 7 th 2008

91


92

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008 diselenggarakan oleh:

Didukung oleh:


June 7 th –August 7 th 2008

93


94

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008


June 7 th –August 7 th 2008

95


96

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008


June 7 th –August 7 th 2008

97


98

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008


June 7 th –August 7 th 2008

99


100

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008


June 7 th –August 7 th 2008

101


102

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008


June 7 th –August 7 th 2008

103


104

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008


June 7 th –August 7 th 2008

105


106

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008


June 7 th –August 7 th 2008

107


108

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Rekapitulasi Media Koran dan Cetak Pemberitaan FKY XX 2008

No

Judul Berita

Media

Waktu Pemuatan

Wartawan

1

Dari Pasar Raya Hingga OTA

Radar Jogja

Selasa, 11 Maret 2008

Azzam (Uki)

2

FKY XX 2008 Sajikan Sejarah Yogyakarta

Solo Pos

Selasa, 29 April 2008

3

FKY XX Libatkan Sembilan Kampung

Radar Jogja

Selasa, 29 April 2008

Sam

4

FKY Tampilkan Babad Kampung

Kompas Jogja

Jumat, 2 Mei 2008

Agni

5

FKY XX 2008 Jadi Daya Tarik Wisata dan Ikon Yogya

Kedaulatan Rakyat

Jumat, 2 Mei 2008

Khocil

6

FKY Jajaki Jalur Kemitraan

Radar Jogja

Jumat, 2 Mei 2008

Azzam (Uki)

7

Acara FKY XX Akan Dipadatkan

Bernas Jogja

Jumat, 2 Mei 2008

8

FKY XX Siap Digelar

Republika

Jumat, 2 Mei 2008

Heri P

9

FKY XX 2008 Pedulikan Masa Lalu

Gudeg Net

Rabu, 30 April 2008

Joko Widiyarso

10

Babad Kampung Siap Meriahkan FKY XX 2008

Solo Pos

Selasa, 6 Mei 2008

Awi

11

Sembilan Kampung Terlibat Di FKY Ke-20

RRI

Rabu, 30 April 2008

Antok Wesman

12

FKY XX, Menghidupkan Ruh Seniman Kampung

Kedaulatan Rakyat

Sabtu, 3 Mei 2008

Chaidir

13

Festival Kesenian Yogyakarta Digelar Mulai 7 Juni 2008

Media Indonesia. Co.Id

Kamis, 1 Mei 2008

Ant

14

Festival Kesenian Yogyakarta XX: Targetkan 4.000 Pengunjung per Hari

Joglo Semar

Jumat, 2 Mei 2008

Wip

15

Festival Kesenian Yogyakarta, Rakyat Harus Dilibatkan dalam Proses Kebudayaan

Kompas Jogja

Jumat, 9 Mei 2008

Putu Can

16

Diseleksi, Penampil Asing di FKY 2008

Minggu Pagi

Minggu II Mei 2008

Latief

17

FKY XX 2008 Sarat Seniman Asing

Minggu Pagi

Minggu, II Mei 2008

Latief


June 7 th –August 7 th 2008

18

Sembilan Kampung Meriahkan Festival Kesenian Yogyakarta 2008

Jurnal Nasional

Kamis, 15 Mei 2008

Ant

19

Agung Kurniawan “Spesialis” Drawing yang Direktur Artistik FKY Tahun 2008, Ketika Seni dan Bisnis Bersinergi

Radar Jogja

Minggu, 1 Juni 2008

Azzam (Uki)

20

Babad Kampung di FKY XX Sastra Ditiadakan

Nasari News

Juni 2008

Teguh R Asmara

21

Rakyat Seniman

Koran Tempo

Senin, 2 Juni 2008

Kurniawan

22

Mari Menonton di FKY XX 2008

Solo Pos

Rabu, 4 Juni 2008

Awi

23

Penonton Festival Kesenian Yogyakarta Tumplek-bleg

Koran Tempo

Kamis, 5 Juni 2008

Idayanie

24

Jogya Tumplek Blek Awali FKY

Joglo Semar

Kamis, 5 Juni 2008

Dhi

25

FKY Diawali Sultan “Nyelengi Receh”

Bernas Jogja

Kamis, 5 Juni 2008

c5

26

9 Kampung dukung perhelatan FKY XX, Masa lalu (bisa) selalu baru

Harian Jogja

Kamis, 5 Juni 2008

Prihati Puji Utami

27

Jemek Pimpin Pawai Pembukaan

Radar Jogja

Jumat, 6 Juni 2008

Azzam (Uki)

28

SASANA Jadwal Acara, “Jogja Tumplek Blek”

Kompas Jogja

Sabtu, 7 Juni 2008

29

FKY XX Usung Kesenian Langka

Kompas

Sabtu, 7 Juni 2008

Dya

30

FKY 2008: Memaknai Betapa Pluralnya Yogyakarta

Joglo Semar

Sabtu, 7 Juni 2008

Rahajeng Kartika

31

Ikon The Onto’s atau Raden Antasena

Joglo Semar

Sabtu, 7 Juni 2008

Rahajeng Kartika

32

Aji Wartono, Direktur Eksekutif FKY 2008, FKY Dukung Pariwisata Yogyakarta

Joglo Semar

Sabtu, 7 Juni 2008

Rahajeng Kartika

33

Ruang Berbudaya Anak Muda

Telisik

Mei 2008

Widarti

34

Agenda FKY XX 2008, Pawai Pembukaan FKY; Pembukaan Pasar Raya; Pasar Raya; Pelatihan Pembuatan Tato; Nonton Bareng

Koran Tempo

Sabtu, 7 Juni 2008

Fadjri

35

Sultan Buka FKY 2008

Koran Seputar Indonesia

Minggu, 8 Juni 2008

Priyo Setyawan

36

Foto Pawai Pembukaan FKY XX 2008

Kompas

Minggu, 8 Juni 2008

Arum

37

Warga “Tumplek” di Malioboro

Bernas Jogja

Minggu, 8 Juni 2008

38

FKY 2008 Masa Lalu Selalu Baru

Minggu Pagi

Minggu II Juni 2008

Prass

39

FKY XX 2008 Dibuka, Seniman Mancanegara Terlibat

Kedaulatan Rakyat

Minggu, 8 Juni 2008

Chaidir, Khocil

40

FKY, budaya Jogja atau ajang tontonan?

Harian Jogja

Minggu, 8 Juni 2008

Mediani Dyah Natalia

109


110

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

41

Pembukaan FKY Bikin Macet

Harian Jogja

Minggu, 8 Juni 2008

42

Pembukaan FKY XX 2008 Kurang Greget

Suara Merdeka

Minggu, 8 Juni 2008

Sugiarto

43

Budaya Lokal Menjadi Pijakan, Pembukaan FKY XX Tampilkan Pawai di Masa Lalu

Kompas Jogja

Senin, 9 Juni 2008

Bimo

44

SASANA, Jadwal FKY: Jogja on My Mind: “Enam Djam di Djokja”; UKM Seni Yogyakarta: Anterdance; Jogja on My Mind: “Penginapan Bu Broto”; Keroncong Mas Heri, Sinopsis: Jogja on My Mind

Kompas Jogja

Senin, 9 Juni 2008

45

Jadwal FKY XX 2008 Hari ini

Radar Jogja

Senin, 9 Juni 2008

46

Mari Menonton di FKY

Radar Jogja

Senin, 9 Juni 2008

Azzam (Uki)

47

Foto Pawai Pembukaan FKY XX 2008

Merapi

Senin, 9 Juni 2008

Sutriono

48

Agenda FKY XX 2008, Senin, 9 Juni 2008; Selasa, 10 Juni 2008; Rabu, 11 Juni 2008

Koran Tempo

Senin, 9 Juni 2008

Fadjri

49

Sinopsis Enam Djam di Djogja dan Penginapan Bu Broto

Koran Tempo

Senin, 9 Juni 2008

Fadjri

50

Akrobat dan Pantomim asal Prancis ramaikan FKY

Harian Jogja

Senin, 9 Juni 2008

Rahayuningsih

51

Tato tidak indentik dengan premanisme

Harian Jogja

Senin, 9 Juni 2008

Prihati Puji Utami

52

Foto Pengrajin Ukiran Kayu (Stand FKY)

Harian Jogja

Senin, 9 Juni 2008

Talchah Hamid

53

Foto Stand Buku Bekas di FKY

Harian Jogja

Senin, 9 Juni 2008

Talchah Hamid

54

Foto Stand Batik Tulis Giriloyo di Pasar Raya FKY

Harian Jogja

Senin, 9 Juni 2008

Talchah Hamid

55

Foto Stand Mainan Edukasi di FKY

Harian Jogja

Senin, 9 Juni 2008

Talchah Hamid

56

Foto Stand Kerajinan Batu dari Magelang di Pasar Raya FKY

Harian Jogja

Senin, 9 Juni 2008

Talchah Hamid

57

Mari Menonton “Jogja on My Mind” di FKY

Kedaulatan Rakyat

Selasa, 10 Juni 2008

Chaidir

58

FKY XX, Romantisme di Kandang…

Kompas Jogja

Selasa, 10 Juni 2008

59

SASANA, Jadwal FKY, Selasa, 10 Juni 2008, dan sinopsis “Cintaku di Kampus Biru”

Kompas Jogja

Selasa, 10 Juni 2008

60

Jadwal FKY Selasa, 10 Juni, 11 Juni, dan 12 Juni. Sinopsis: Cintaku di Kampus Biru dan Kompilasi Fourcolours#1

Koran Tempo

Selasa, 10 Juni 2008

Fadjri

61

Jogja dalam Mari Menonton

Harian Jogja

Selasa, 10 Juni 2008

ILA


June 7 th –August 7 th 2008

62

Agenda FKY 10-15 Juni 2008

Harian Jogja

Selasa, 10 Juni 2008

63

Menilik hak anak di stan FKY

Harian Jogja

Selasa, 10 Juni 2008

Jadwal FKY XX 2008 Hari ini, Selasa, 10 Juni 2008

Radar Jogja

Selasa, 10 Juni 2008

64

FKY Masih Terus Mencari Format

Kompas Jogja

Rabu, 11 Juni 2008

65

SASANA, Jadwal FKY Rabu, 11 Juni 2008. Sinopsis: Penginapan Bu Broto

Kompas Jogja

Rabu, 11 Juni 2008

66

Pagelaran komunitas tari kontemporer Anterdans. Kritik sosial dari obrolan di angkringan

Harian Jogja

Rabu, 11 Juni 2008

Prihati Puji Utami

67

Menghadirkan lagi dunia yang hilang

Harian Jogja

Rabu, 11 Juni 2008

Prihati Puji Utami

68

Agenda FKY 11-15 Juni 2008

Harian Jogja

Rabu, 11 Juni 2008

69

Jadwal FKY 11-13 Juni 2008, Sinopsis: Enam Djam di Jogja dan Penginapan Bu Broto

Koran Tempo

Rabu, 11 Juni 2008

Fadjri

70

Besok, Atraksi Pantomim FKY di LIP, Break Dance Menggebrak Benteng Vredeburg

Kedaulatan Rakyat

Kamis, 12 Juni 2008

War/ Chaidir

71

SASANA, Agenda FKY, Kamis, 12 Juni 2008. Sinopsis: Harap Tenang, Ada Ujian!

Kompas Jogja

Kamis, 12 Juni 2008

72

Agenda FKY, 12- 14 Juni 2008. Sinopsis: Harap Tenang Ada Ujian!; Jalan Sepanjang Kenangan; Cintaku di Kampus Biru.

Koran Tempo

Kamis, 12 Juni 2008

Fadjri

73

Serba mini di gerai Jopa Japu

Harian Jogja

Kamis, 12 Juni 2008

Prihati Puji Utami

74

Agenda FKY, 13-15 Juni 2008

Harian Jogja

Kamis, 12 Juni 2008

75

Ruh Koes Plus muncul di FKY

Harian Jogja

Jumat, 13 Juni 2008

Prihati Puji Utami

76

Pasar Raya FKY XX “Tribute to Koes Plus” dan Layang-layang

Kedaulatan Rakyat

Jumat, 13 Juni 2008

War/ Chaidir

77

Foto Jemek di Pawai Pembukaan FKY

Harian Jogja

Jumat, 13 Juni 2008

Talchah Hamid

78

SASANA, Agenda FKY, Jumat, 13 Juni 2008

Kompas Jogja

Jumat, 13 Juni 2008

79

Jogja Art Fair #1 FKY XX, Wajah Panitia Dibandrol Rp 250 Juta

Kedaulatan Rakyat

Sabtu, 14 Juni 2008

80

Jadwal Acara FKY XX, 14-15 Juni 2008

Kedaulatan Rakyat

Sabtu, 14 Juni 2008

Prihati Puji Utami

Chaidir

111


112

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

81

SASANA, Agenda FKY, 14 -15 Juni 2008. Sinopsis: Enam Djam di Jogja dan Jogja Art Fair (JAF)

Kompas Jogja

Sabtu, 14 Juni 2008

82

Seniman Asia Eropa Ramaikan FKY

Suara Merdeka

Sabtu, 14 Juni 2008

83

Agenda FKY, 14 - 15 Juni 2008, Sinopsis: Mayar dan Bedjo Van Deerlak

Koran Tempo

Sabtu, 14 Juni 2008

84

Jualan Karya Seni Rupa Jogja Art Fair #1

Koran Tempo

Sabtu, 14 Juni 2008

Heru CN

85

Melihat stan pengurangan bencana di FKY, Waspada saat hati gembira

Harian Jogja

Sabtu, 14 Juni 2008

Prihati Puji Utami

86

Dance Works Rotterdam di TBY

Harian Jogja

Sabtu, 14 Juni 2008

ILA

87

Agenda FKY, 14-15 Juni 2008

Harian Jogja

Sabtu, 14 Juni 2008

88

Presiden Resmikan 7 Proyek Bidang PU, Pesta Kesenian Bali XXX Dibuka

Kompas

Sabtu, 14 Juni 2008

AYS/ RWN

89

SINDO ada berita FKY hari ini, 14 Juni 2008

90

Bertolak dari tambang, berlabuh di panggung seni

Harian Jogja

Minggu, 15 Juni 2008

Rahayuningsih

91

Dari Jogja (Art Fair) Menuju Dunia

Radar Jogja

Minggu, 15 Juni 2008

Agung Kurniawan

92

Festival Berbasis Kampung Budaya

Kedaulatan Rakyat

Minggu, 15 Juni 2008

Drs. Kuswarsantyo M Hum, Dosen Bahasa dan Seni UNY/ Sekum Dewan Kebudayaan Kota Yogya.

93

Rotterdam dan New York Bersatu dalam Balet

Minggu Pagi

Minggu III Juni 2008

Prass

94

Bersatunya Balet Rotterdam - NY

Radar Jogja

Minggu, 15 Juni 2008

Azzam (Uki)

95

Jadwal FKY XX Hari ini, Minggu, 15 Juni 2008

Radar Jogja

Minggu, 15 Juni 2008

96

JAF Bertujuan Komersial

Kedaulatan Rakyat

Minggu, 15 Juni 2008

Jay

97

Jadwal Acara FKY XX, 15 - 16 Juni 2008

Kedaulatan Rakyat

Minggu, 15 Juni 2008

Chaidir

98

Bahasa Tubuh Bizot Mengundang Derai Tawa

Kedaulatan Rakyat

Minggu, 15 Juni 2008

Chaidir

99

Doel Wahab Membuat Liong Sejak SD

Kedaulatan Rakyat

Minggu, 15 Juni 2008

War

100

Fragmen Nakal Philippe Bizot

Koran Tempo

Senin, 16 Juni 2008

Heru CN


June 7 th –August 7 th 2008

113

101

Agenda FKY, 16 Juni 2008

Koran Tempo

Senin, 16 Juni 2008

Heru CN

102

Bercerita Lewat Bahasa Tubuh…

Kompas Jogja

Senin, 16 Juni 2008

Erwin Edhi Prasetya

103

Jadwal Acara FKY XX 2008, 16 Juni 2008, Sinopsis: Pementasan Ballet “Rotterdam/ New York)

Kompas Jogja

Senin, 16 Juni 2008

104

Indian Bersenjata di Pasar Raya FKY

Kedaulatan Rakyat

Senin, 16 Juni 2008

War

105

Jadwal Acara FKY XX, 16 -17 Juni 2008

Kedaulatan Rakyat

Senin, 16 Juni 2008

Chaidir

106

Deleilah akan digelar di TBY

Harian Jogja

Senin, 16 Juni 2008

ILA

107

Agenda FKY, 19 - 22 Juni 2008

Harian Jogja

Senin, 16 Juni 2008

108

Foto Stan Barongsai: Memilih Topeng Barongsai

Kompas

Senin, 16 Juni 2008

Wawan H Prabowo

109

JMN Sediakan Hotspot di Vredeburg

Radar Jogja

Senin, 16 Juni 2008

iwa

110

Jadwal FKY XX Hari ini, Senin, 16 Juni 2008

Radar Jogja

Senin, 16 Juni 2008

111

Jadwal FKY XX Hari ini, Selasa, 17 Juni 2008

Radar Jogja

Selasa, 17 Juni 2008

112

Foto Jogja Art Fair

Koran Seputar Indonesia

Selasa, 17 Juni 2008

113

Maling gondol motor panitia FKY 2008

Harian Jogja

Selasa, 17 Juni 2008

KUK

114

Foto Dance Works Rotterdam

Kedaulatan Rakyat

Selasa, 17 Juni 2008

Eko Boediantoro

115

“Waria on Stage” Pasar Raya FKY XX, Antara Pamer “Aura” dan “Aurat”

Kedaulatan Rakyat

Selasa, 17 Juni 2008

War/ Chaidir

116

Jadwal Acara FKY XX, 17 - 18 Juni 2008

Kedaulatan Rakyat

Selasa, 17 Juni 2008

Chaidir

117

Jadwal Acara FKY XX, 16 - 19 Juni 2008, Sinopsis: Bangkok Girl dan The Angel Makers, Don’t Fance Me In

Koran Tempo

Selasa, 17 Juni 2008

118

Foto Dance Ballet Rotterdam - New York

Kompas

Selasa, 17 Juni 2008

Wawan H Prabowo

119

Foto Pembukaan Jogja Art Fair: Dipadati Pengunjung

Kompas Jogja

Selasa, 17 Juni 2008

Wawan H Prabowo

120

Jadwal Acara FKY 17 Juni 2008, dan Sinopsis JAF

Kompas Jogja

Selasa, 17 Juni 2008

121

Balet Rotterdam Obati Kangen

Harian Jogja

Selasa, 17 Juni 2008

Prihati Puji Utami

122

JAF jadi ajang pelukis marginal…

Harian Jogja

Selasa, 17 Juni 2008

Tentrem Mujiono

123

Agenda FKY, 19 - 23 Juni 2008

Harian Jogja

Selasa, 17 Juni 2008


114

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

124

Foto Pementasan Balet Rotterdam - New York

Kompas Jogja

Selasa, 17 Juni 2008

Wawan H Prabowo

125

Dance Works Rotterdam Lahirkan Balet Impresif

Joglo Semar

Rabu, 18 Juni 2008

ant

126

Tiket Mari Menonton Habis

Radar Jogja

Rabu, 18 Juni 2008

127

Jadwal FKY XX Hari ini, Rabu, 18 Juni 2008

Radar Jogja

Rabu, 18 Juni 2008

128

Foto Stan FKY: Miniatur patung berbahan kayu (seni liping)

Koran Seputar Indonesia

Rabu, 18 Juni 2008

129

Foto Balet Belanda

Bernas Jogja

Rabu, 18 Juni 2008

Surya Adi Lesmana

130

“Versi Lain Adam Hawa� JAF FKY XX, Mengecoh Pengunjung dengan Asap Rokok

Kedaulatan Rakyat

Rabu, 18 Juni 2008

War/ Chaidir

131

Jadwal Acara FKY XX, 18 - 19 Juni 2008

Kedaulatan Rakyat

Rabu, 18 Juni 2008

Chaidir

132

Balet Dance Works Rotterdam, Menyatukan Dua Kota di Panggung

Koran Tempo

Rabu, 18 Juni 2008

Heru CN

133

Jadwal FKY, 18 Juni 2008, Sinopsis: Bangkok Girl

Koran Tempo

Rabu, 18 Juni 2008

134

Bizot dirikan sekolah pantomim di Indonesia

Harian Jogja

Rabu, 18 Juni 2008

135

Jadwal Acara FKY, 18 Juni 2008

Kompas Jogja

Rabu, 18 Juni 2008

136

Motor hilang tekor Rp 6,5 Juta

Kedaulatan Rakyat

Rabu, 18 Juni 2008

Hrd

137

Pasar Raya FKY Makin Asyik Ditonton

Kedaulatan Rakyat

Kamis, 19 Juni 2008

War/ Chaidir

138

Jadwal Acara FKY XX, 19 - 20 Juni 2008

Kedaulatan Rakyat

Kamis, 19 Juni 2008

Chaidir

139

Jadwal Acara FKY, 19 Juni 2008: Sinopsis: Daily is Not Fairy

Kompas Jogja

Kamis, 19 Juni 2008

140

Agenda FKY, 19 - 23 Juni 2008

Harian Jogja

Kamis, 19 Juni 2008

141

Srikandi-srikandi FKY 2008, Kulit menghitam bukanlah soal

Harian Jogja

Kamis, 19 Juni 2008

142

Jadwal FKY XX, Kamis, 19 Juni 2008, Sinopsis: What Time Is It?

Koran Tempo

Kamis, 19 Juni 2008

143

Babad Kampung FKY XX, Menggali Cerita Kampung Halaman

Koran Tempo

Kamis, 19 Juni 2008

144

Jadwal FKY XX, Jumat, 20 Juni 2008

Koran Tempo

Jumat, 20 Juni 2008

145

Babad Kampung FKY XX, Dari Cuci Sepeda Motor sampai Mitos Kampung

Koran Tempo

Jumat, 20 Juni 2008

146

Agenda FKY, 20 - 23 Juni 2008

Harian Jogja

Jumat, 20 Juni 2008

Prihati Puji Utami

Esdras Idialfero Ginting

Heru CN

Heru CN


June 7 th –August 7 th 2008

115

147

Jadwal Acara FKY XX, 20 - 21 Juni 2008

Kedaulatan Rakyat

Jumat, 20 Juni 2008

148

Jadwal Acara FKY, 20 Juni 2008, dan Sinopsis: Pementasan “Contigo”

Kompas Jogja

Jumat, 20 Juni 2008

149

Instalasi “Bob Marley & Umatnya” Di JAF; Kritis Tapi Jenaka

Kedaulatan Rakyat

Sabtu, 21 Juni 2008

War/ Chaidir

150

Lagi Bete, Nongkrong Aja di Pasar Raya FKY

Kedaulatan Rakyat

Sabtu, 21 Juni 2008

War/ Chaidir

151

Jadwal Acara FKY, 21 - 22 Juni 2008

Kompas Jogja

Sabtu, 21 Juni 2008

152

Pasar Raya FKY XX Susahnya Merangkul Perajin Kecil

Koran Tempo

Sabtu, 21 Juni 2008

153

Jadwal FKY, 21 - 22 Juni 2008

Koran Tempo

Sabtu, 21 Juni 2008

154

Kolaborasi Unik Akrobat Tiang dan Pemusik

Harian Jogja

Minggu, 22 Juni 2008

155

Jadwal Acara FKY XX, 22 - 23 Juni 2008

Kedaulatan Rakyat

Minggu, 22 Juni 2008

156

FKY: Antara Festival Tubuh,Otak dan Hati

Minggu Pagi

Minggu, 22 Juni 2008

Salman Rusydie Anwar

157

Waria Bertebaran di FKY 2008

Minggu Pagi

Minggu, 22 Juni 2008

Latief Noor Rochmans

158

Mengagumi Maneqin dalam Ruang Kaca

Kompas

Minggu, 22 Juni 2008

Putu Fajar Arcana

159

Tari Jepang di FKY

Seputar Indonesia

Senin, 23 Juni 2008

Jemi Andrea

160

Pesta Percusound

Bernas Jogja

Senin, 23 Juni 2008

Surya Adi Lesmana

161

Japan Contemporary Dance Network

Kompas Jogja

Senin, 23 Juni 2008

Wawan H Prabowo

162

Jadwal Acara 23 Juni 2008

Kompas Jogja

Senin, 23 Juni 2008

163

Agenda FKY 23 Juni 2008

Harian Jogja

Senin, 23 Juni 2008

164

Sunset Boat of Little Lambs

Kedaulatan Rakyat

Senin, 23 Juni 2008

Eko Budiantoro

165

Jadwal Acara FKY XX 2008 23 - 24 Juni 2008

Kedaulatan Rakyat

Senin, 23 Juni 2008

Chaidir G

166

Menikmati Rockabilly di FKY

Kedaulatan Rakyat

Senin, 23 Juni 2008

War-o

167

Jadwal FKY XX 2008 23 - 24 Juni 2008 , Sirkus Perancis FKY XX 2008 Bercanda dengan Gravitasi

Koran Tempo

Senin, 23 Juni 2008

Heru CN

168

Pentas Ludens

Bernas Jogja

Senin, 23 Juni 2008

Surya Adi Lesmana

169

Tari Kontemporer FKY Berdialog dengan Penonton

Koran Tempo

Selasa, 24 Juni 2008

Heru CN

Heru CN

Esdras Idialfero Ginting


116

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

170

Jepang hadirkan dance di TBY,Sejenak Lupakan soal Politik

Harian Jogja

Selasa, 24 Juni 2008

Prihati Puji Utami

171

Dua Minggu Berjalan, Pasar Raya Sepi Rejeki

Kompas

Selasa, 24 Juni 2008

Arum Trestaningtyas Dayuputri

172

Indikator “Kompas� Sebagian Masyarakat Tak Berminat Hadiri FKY

Kompas

Selasa, 24 Juni 2008

Litbang Kompas

173

Jadwal Acara FKY XX 2008 24 - 25 Juni 2008

Kedaulatan Rakyat

Selasa, 24 Juni 2008

174

Serba Mini - Agenda

Harian Jogja

Selasa, 24 Juni 2008

Talchah Hamid

175

Liburan dan Identitas Yogyakarta

Kedaulatan Rakyat

Selasa, 24 Juni 2008

GF Sasmita Aji

176

Menginternasionalkan FKY

Bernas Jogja

Selasa, 24 Juni 2008

Eddy Karna Sinoel

177

Jadwal Acara FKY XX 25 - 26 Juni 2008 Banyak Pelajaran di FKY

Kedaulatan Rakyat

Rabu, 25 Juni 2008

War/Cdr-n

178

Golek Kudup Sari dan Beksan Gagah di TBY Kisah Hidup Dalam Gerakan

Harian Jogja

Rabu, 25 Juni 2008

Prihati Puji Utami

179

FKY Fasilitasi seminar Short Film for Sale - Agenda

Harian Jogja

Rabu, 25 Juni 2008

Prihati Puji Utami

180

Bursa Seni Jogja Art Fair #1 FKY XX Penjualan Karya Dekati Target

Koran Tempo

Rabu, 25 Juni 2008

Heru CN

181

Jadwal acara 25 Juni 2008

Kompas

Rabu, 25 Juni 2008

182

Pementasan Barongsai di FKY Tetap Asyik Di Tempat Sempit

Harian Jogja

Kamis, 26 Juni 2008

Prihati Puji Utami

183

Aji Wartono, Direktur Eksekutif FKY 2008, Tidur 3 jam pun tak jadi soal - Agenda

Harian Jogja

Kamis, 26 Juni 2008

Prihati Puji Utami

184

Kerajinan batu alam dituntut model baru

Harian Jogja

Kamis, 26 Juni 2008

Martha Nalurita

185

Jadwal Acara FKY 26,27,28 Juni 2008

Koran Tempo

Kamis, 26 Juni 2008

186

Jadwal Acara 26 Juni 2008

Kompas

Kamis, 26 Juni 2008

187

Penjual Gulali

Kompas

Kamis, 26 Juni 2008

188

Jadwal Acara FKY XX 2008 - 26-27 Juni 2008

Kedaulatan Rakyat

Kamis,26 Juni 2008

189

Jadwal Acara 27 Juni 2008

Kompas

Jumat, 27 Juni 2008

190

FKY Bertugas Membangkitkan Kesenian yang Nyaris Punah

Kompas

Jumat, 27 Juni 2008

Defri Widiono

191

Jadwal Acara FKY XX - 27 - 28 Juni 2008 - Terpilih Finalis Band, Cheer & Dance FKY

Kedaulatan Rakyat

Jumat, 27 Juni 2008

War o

Arum Trestaningtyas Dayuputri


June 7 th –August 7 th 2008

192

Agenda FKY

Harian Jogja

Jumat, 27 Juni 2008

193

Jadwal Acara FKY XX 27,28 Juni 2008 - Kompilasi Film Sekolah

Koran Tempo

Jumat, 27 Juni 2008

194

Jadwal Acara FKY XX 2008 28,29 Juni 2008

Kedaulatan Rakyat

Sabtu, 28 Juni 2008

195

Jadwal Acara FKY XX 2008, 28 - 29 Juni 2008

Kompas

Sabtu, 28 Juni 2008

196

Atraksi dalam nada

Harian Jogja

Minggu, 29 Juni 2008

197

Jadwal Acara FKY XX

Kedaulatan Rakyat

Minggu, 29 Juni 2008

198

We’re Gonna Go Dancing

Kedaulatan Rakyat

Minggu, 29 Juni 2008

Eko Budiantoro

199

Pada Sebuah Tongkat

Gatra

Juli 2008

Arief Koes Herniawan

200

Jadwal Acara FKY XX 2008, 30 Juni 2008

Kompas

Senin, 30 Juni 2008

201

Pangsuma lahir kembali di FKY

Harian Jogja

Senin, 30 Juni 2008

202

Jadwal Acara FKY XX 2008, 30 Juni 2008 - 1 Juli 2008

Koran Tempo

Senin, 30 Juni 2008

203

Agenda FKY

Harian Jogja

Senin, 30 Juni 2008

204

Gulali - Jadwal Acara FKY XX 30 Juni 2008

Kedaulatan Rakyat

Senin, 30 Juni 2008

205

Jadwal Acara FKY XX 1 Juli 2008

Kompas

Selasa, 1 Juli 2008

206

Agenda FKY 1,2,3 Juli 2008

Harian Jogja

Selasa, 1 Juli 2008

207

Jadwal Acara FKY XX 1-2 Juli 2008

Kedaulatan Rakyat

Selasa, 1 Juli 2008

208

Jadwal Acara FKY XX 1-2 Juli 2008 - Merchandise FKY XX

Koran Tempo

Selasa, 1 Juli 2008

Yustina W Neni

209

Panitia FKY Pentas Romeo-Juliet dalam bungkusan ketoprak Joget

Harian Jogja

Selasa, 1 Juli 2008

Prihati Puji Utami

210

Jadwal Acara FKY XX 2 Juli 2008

Kompas

Rabu, 2 Juli 2008

211

Kompetisi Cheerleaders & Dance

Kompas

Rabu, 2 Juli 2008

212

Agenda FKY 2 Juli 2008

Harian Jogja

Rabu, 2 Juli 2008

213

Pementasan tari kontemporer mahasiswa ISI Ajak Hidup Bersih Lewat Gerak

Harian Jogja

Rabu, 2 Juli 2008

214

Jadwal Acara FKY XX 2-3 Juli 2008

Kedaulatan Rakyat

Rabu, 2 Juli 2008

215

Agenda FKY 2,3 Juli 2008

Koran Tempo

Rabu, 2 Juli 2008

216

Jadwal Acara FKY XX 2008 3 Juli 2008

Kompas

Kamis, 3 Juli 2008

217

Agenda FKY 3 & 5 Juli 2008

Harian Jogja

Kamis, 3 Juli 2008

117

Mediani Dyah Natalia

Prihati Puji Utami

Bambang Nurcahya

Wawan H Prabowo Prihati Puji Utami


118

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

218

Jadwal Acara FKY XX 3,4 Juli 2008 - Kethoprak Gojek Panitia FKY

Kedaulatan Rakyat

Kamis, 3 Juli 2008

War-k

219

Agenda FKY 3,4 Juli 2008

Koran Tempo

Kamis, 3 Juli 2008

220

Jadwal Acara FKY 4,5 Juli 2008

Kedaulatan Rakyat

Kamis, 3 Juli 2008

221

Agenda FKY 4,5 Juli 2008

Harian Jogja

Jumat, 4 Juli 2008

222

Jadwal Acara FKY 4 Juli 2008

Kompas

Jumat, 4 Juli 2008

223

7 Juli, Sawung Jabo Tutup Pasar Raya, Iory Juara I Band FKY XX

Kedaulatan Rakyat

Jumat, 4 Juli 2008

Cdr/War-g

224

Babad Kampung Jadi Festival Kesenian Warga Kampung

Kompas

Jumat, 4 Juli 2008

RWN

225

Program Internasional, Menggali Masa Lalu , Agenda 4 Juli 2008

Koran Tempo

Jumat, 4 Juli 2008

Heru CN

226

Kisah Babad Kampung Di Kota Yogyakarta FKY Pilih Sembilan Komunitas Warga

Seputar Indonesia

Jumat, 4 Juli 2008

Mahadeva/ Moch. Fauzi

227

Permen Jadul

Harian Jogja

Jumat, 4 Juli 2008

Talchah Hamid

228

Ke Kampung Nitiprayan Nonton Living Fossil

Minggu Pagi

Minggu,6 Juli 2008

Abp

229

Dendang Masa Lalu di Masa Kini

JogjaEducation

Edisi III,Juli - Agustus 2008

Endri

230

Babad Kampung Dipentaskan Hari ini Mengupas Cerita Wewe Gombel Hingga Percintaan Wartawan

Bernas Jogja

Jumat, 4 Juli 2008

Surya Adi Lesmana

231

FKY Dikembangkan Ke Luar Vredeburg

Bernas Jogja

Jumat, 4 Juli 2008

Ant

232

Jadwal FKY 4 Juli 2008

Radar Jogja

Jumat, 4 Juli 2008

233

Babad Kampung Upaya Mengenal dan Mengenang Kampung di Jogja

Radar Jogja

Sabtu, 5 Juli 2008

Azam Sauki Adham

234

Kok Baru Dipasang

Radar Jogja

Sabtu, 5 Juli 2008

Azam Sauki Adham

235

Agenda FKY 6,7 Juli 2008

Harian Jogja

Sabtu, 5 Juli 2008

236

Jadwal Acara FKY XX 5,6 Juli 2008

Kompas

Sabtu, 5 Juli 2008

237

Agenda FKY 5,6 Juli 2008, Ledhok Tukangan Awali Babad Kampung

Koran Tempo

Sabtu, 5 Juli 2008

Heru CN

238

Pementasan “Living Fossils�

Kompas

Sabtu, 5 Juli 2008

Arumtresnaningtyas Dayuputri

239

Living Fossils

Kedaulatan Rakyat

Sabtu, 5 Juli 2008

Eko Budiantoro

240

Jadwal Acara FKY XX 5,6 Juli 2008 - Perhelatan Babad Kampung FKY XX

Kedaulatan Rakyat

Sabtu, 5 Juli 2008

241

Pementasan Living Fossils di Tengah Sawah Menyatukan Kehidupan Manusia Dengan Tanah

Harian Jogja

Rabu, 9 Juli 2008

Prihati Puji Utami


June 7 th –August 7 th 2008

119

242

Dana Promosi Bakal Ditingkatkan “Festival Kesenian Yogyakarta Kurang Publikasi”

Harian Jogja

Rabu, 9 Juli 2008

Prihati Puji Utami

243

Agenda Budaya

Joglo Semar

Rabu, 9 Juli 2008

244

Proteksi dengan Klasifikasi

Radar Jogja

Rabu, 9 Juli 2008

cw2

245

Sawung Jabo Jengah dengan Kebobrokan

Kompas

Rabu, 9 Juli 2008

Erwin Edhi Prasetya

246

Deleilah Siapa Suruh Jadi Waria

Radar Jogja

Kamis , 7 Agustus 2008

Hermitianta

247

Teater Waria

Seputar Indonesia

Kamis , 7 Agustus 2008

Jemi Andrea

248

Seni untuk Hak Asasi Kota ?

Kompas

Senin, 11 Agustus 2008


120

Festival Kesenian Yogyakarta XX 2008

Jadwal Talkshow Radio

No. 1

2

3

4

5

6

RADIO STAR (1x Talkshow)

FEMALE (2x Talkshow) SONORA (3x Talkshow)

GERONIMO (1x Talkshow)

RRI (2x Talkshow)

SwaraJogja (1x Talkshow)

TANGGAL

TOPIK

PEMBICARA

WAKTU

KETERANGAN

18 Juni 08

PROGRAM INTERNASIONAL

Mb’Ilal

18.00-19.00

(Clear)

18 Juni 08

MARI MENONTON

M’Gembul

18.00-19.00

(Clear)

18 Juni 08

PASAR RAYA

Mb’Ratna Chyntia & M’Budi

15.00-16.00

(Clear)

1 Agustus 08

DELEILAH

M’Joned

15.00-16.00

9 Juni 08

Mb’Ilal & M’Verry

11.00-12.00

6 atau 13 Juli 08

JOGJA ART FAIR

Mb’Sari

18.00-19.00

3 Agustus 08

BABAD KAMPUNG

M’Yossi & M’Anton

18.00-19.00

26 Juni 08

PASAR RAYA (Sirkus Barok)

M’Ferry

26 Juni 08

MARI MENONTON

Mb’Ellida

28 Juni 08

BINCANGBINCANG AKHIR PEKAN

Mb’Ratna Chyntia& Alia Bioskop Pasar Raya

16.00-17.00

7 Juli 08

ROUND TABLE

M’Yossi & M’Anton

19.30-20.30

24 Juni 08

TENTANG FKY

(Clear)

Nb; masih konfirmasi tanggal & waktu

16.00-17.00

Nb; N’Faxs pembicara k’Nmr (512784 RRI)

Nb; masih konfirmasi




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.