sebenarnya diawali dari perkenalan saya dengan dua orang seniman mancanegara yang kebetulan tengah bergelut di dunia teater boneka. Mereka adalah Anne-Sophie Lecourt (Prancis) dan Carla Pedroza (Meksiko). Perjalanan mereka ke Indonesia, yang awalnya bertujuan untuk belajar wayang kulit akhirnya saya interupsi dengan ajakan untuk “tak hanya belajarâ€?, tapi juga membuat sesuatu. Dan ternyata tawaran sayapun bersambut. Maka proses PESTA BONEKA pun dimulai dengan membuat workshop-workshop bersama, merancang cerita, dan merencanakan beberapa pementasan selama kurun waktu 9 bulan. Ternyata program ini mendapat sambutan yang cukup menggembirakan dari banyak pihak. Baik dari kolega-kolega yang kemudian menjalin kerjasama, dan juga dari beberapa seniman lain baik dari dalam dan luar negeri, yang kemudian turut melibatkan diri dalam program ini. Antara lain Iwan Effendi (Indonesia), Daniele Poidomani (Australia) dan Carla Ori (Australia), dan ada 8 pemuda asli Indonesia, yang mengambil peranan sangat besar dalam pertunjukan ini. Harapan kami, tentu saja‌ dalam sebuah pesta, si penyelenggara dan tamu undangan bisa sama-sama merasakan kegembiraan yang ada. Pesan kami sangatlah sedehana , nikmatilah PESTA BONEKA yang akan hadir di hadapan anda hari ini. Selamat datang di pesta para boneka‌ Maria Tri Sulistyani (Pendiri, Direktur Papermoon Puppet Theatre)
PESTA BONEKA began when we got to know two artists from different foreign countries who play in the world of puppetry. They are Anne-Sophie Lecourt (France) and Carla Pedroza (Mexico). They both arrived in Indonesia with the intention of studying ‘wayang kulit’ puppetry, but their plans were interrupted with our invitation to “not just study” but to help create an entire puppet performance. Evidently, our offer was accepted. As a process, PESTA BONEKA began with a series of workshops, including story development and several performances held over a nine-month period. So far our project has received positive appraise both from colleagues involved in the development process – from both within and outside of Indonesia. Amongst others, Iwan Effendi (Indonesia), Daniele Poidomani (Australia) and Carla Ori (Australia), as well as eight young Indonesian puppeteers, have all played a large role in putting together the PESTA BONEKA. We hope that those involved and as well our guests can have fun together at this party of ours. Our message is simple - to enjoy the PESTA BONEKA performance today. Welcome to the puppet party… Maria Tri Sulistyani (Founder, Director Papermoon Puppet Theater)
KINOKI-Jl. Abu Bakar Ali 02 Yogya, Kamis, 17 Juli 2008, 19.30 WIB dan 21.00 WIB
“HANYA MENUNGGU” (just waiting), adalah pementasan pertama dalam rangkaian PESTA BONEKA. Berdasarkan ide cerita dari Carla Pedroza ini, kami memilih tempat pertunjukan yang memang kecil dan intim, yang dekat dengan jalan raya. Menceritakan tentang kehidupan seorang gelandangan yang selalu hidup di tengah kebisingan jalan raya tetapi selalu merasa kesepian, Carla membuat dua buah boneka, Gogo dan Didi dengan warna-warna sephia. Pertunjukan ini merupakan pementasan mini kata yang berdurasi 25 menit.
“HANYA MENUNGGU” (just waiting) is the first performance in the PESTA BONEKA series. Based on the idea of Carla Pedroza, “HANYA MENUNGGU” we chose a small and intimate venue, close to a big street. It tells the story of a tramp who, though he lives on a crowded street, always feels lonely. Carla’s two puppets, Gogo and Didi were sephia coloured to emphasize a sense of nostalgia. This is a performance of minimal words had a duration of 25 minutes. Artists: Carla Pedroza (puppeteer, Mexico)/Maria Tri Sulistyani (puppeteer, Ina)/Yosafat Diaswikarta (puppeteer, Ina)/ Carla Ori (music, Australia)/Kenny Prehara (music, Ina)/ Iwan Effendi (artistic team, Ina)/ Daniele Poidomani (artistic team, Australia)
Padepokan Bagong Kussudiardjo, Ds. Kembaran, Yogya, 18 Agustus 2008, 19.30 WIB
Pentas kedua dalam rangkaian PESTA BONEKA ini dipentaskan di acara Jagongan Wagen, sebuah acara bulanan yang diselenggarakan oleh Yayasan Bagong Kussudiardjo, Yogyakarta. Dalam pementasan ini ditampilkan sesosok tokoh wanita setengah baya yang sangat kesulitan menjual mainan-mainan tradisional pada masa kini. Tak hanya berinteraksi dengan boneka lain, pementasan ini juga diwarnai dengan interaksi antara boneka dengan penonton, dan juga dengan komedian yang sangat terkenal, Marwoto dan Den Baguse Ngarso. This second performance of PESTA BONEKA was staged at Jagongan Wagen. This monthly event was held by Bagong Kussudiardjo Foundation, Yogyakarta. This performance told the story of an old woman who works (often with not much luck) selling traditional toys. This story was inspired by a real character, Mbah Padmo, an old woman who makes and sells her own traditional toys. This performance defied convention when the puppets interacted not only between themselves but also with the puppeteers, the audience and as well with two famous comedians, Marwoto and Den Baguse Ngarso.
Artists: Maria Tri Sulistyani (director,puppeteer, Ina)/Yosafat Diaswikarta (puppeteer, Ina)/ Iwan Effendi (artistic team, Ina)/ Octo Cornelius (artistic team, Ina)/ Hendra’Hehe’ (artistic team, Ina)
Galeri Lembaga Indonesia Prancis, Jl. Sagan No.3 Yogya, 7 November 2008, 19.30 WIB, 20.30 WIB, 21.30 WIB
“YA NOS MORIMOS” (Kita Sudah Meninggal) merupakan pementasan yang mengangkat salah satu tema kebudayaan Meksiko, yaitu perayaan Hari Kematian, sebuah perayaan bagi arwah leluhur yang telah meninggal dunia. Dikemas dalam nuansa humor dan gerakan boneka yang sangat komikal, “YA NOS MORIMOS” menghadirkan 3 tokoh, Pancho, Emiliano, dan La Catrina. Pertunjukan mini kata berdurasi 30 menit ini dihadiri oleh kurang lebih 200 penonton dalam semalam. “YA NOS MORIMOS” (Kita Sudah Meninggal) had a Mexican culture theme for the ‘Day of the Dead’ performance, a festive for people who have already passed away. Full of humor and subtle, deft puppetry manipulation, “YA NOS MORIMOS” was performed using 3 characters - Pancho, Emiliano and La Catrina. This short performance was so popular it had to be staged three times due to overwhelming crowd demand of over 200 attendees in one night.
Artists: Carla Pedroza (puppeteer, Mexico)/Maria Tri Sulistyani (puppeteer, Ina)/Yosafat Diaswikarta (puppeteer, Ina)/ Hafez Achda (puppeteer, Ina)/ Carla Ori (music director, Australia)/ Iwan Effendi (artistic team, Ina)/ Octo Cornelius (artistic team, Ina) / Sugeng (lighting man, Ina)
Taman Budaya Yogyakarta, Jl. Sriwedani No.1 Yogyakarta, 3-5 Desember 2008, 20.00 WIB
Sesuatu bisa mengubah hidup kita dengan begitu cepat. Dan kita tak akan pernah tahu kapan, apa, dan siapa yang akan membuat hidup kita berubah. Begitu pula perjalanan. Kita tak akan pernah mengira bahwa kereta itu akan mengubah seluruh perjalanan hidup kita, hanya dalam waktu 1 jam. Diperankan oleh kurang lebih 13 boneka seukuran manusia, “Dalam Sebuah Perjalanan� akan
mengantarkan kita semua untuk menikmati perubahan dalam kehidupan. Dan mungkin dia, yang duduk di sebelah anda, akan membawa perubahan besar dalam hidup anda di masa mendatang. Siapa tahu‌. Adalah John, seorang laki-laki yang murung setelah ditinggal belahan jiwa untuk selamanya, memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan yang sudah direncanakan berdua. Dengan dua tiket di tangan, ia pergi dari kota yang ditinggalinya. Ia berharap, bahwa kereta bisa menjadi mesin penghilang dukanya. Ia pergi untuk menghapuskan luka yang ia punya. Sedang Yolanda, seorang ibu muda yang sangat emosional, dan tengah hamil, tak sabar untuk segera pergi dari kota untuk mengunjungi suami tercintanya yang bekerja di kota lain. Tak lupa membawa Ola, hewan kesayangannya, Yolanda berharap kereta bisa mempercepat perjalanan penuh bahagianya ke pelukan sang suami tercinta. Tapi di dalam kereta, mereka akan bertemu dengan begitu banyak penumpang yang juga tak kalah pelik hidupnya. Dan siapa yang mengira, perjalanan kali ini membawa begitu banyak warna dalam hidup mereka.
10
Anything can change our lives quickly. We will never know when, what and who will cause our lives to change. Likewise with traveling. We never think that a train ride could change our entire life’s journey, in the space of only one hour. With no more than 13 human sized-puppets, “ On A Journey” will show us the changes that can happen in life. And maybe the person sitting next to you will themselves see big changes in their lives in the near future. Who knows…
11 This is John, a man who feels gloomy after his soul mate left him, who decides to continue the journey alone that was planned for the two of them. With two tickets in his hand, he leaves his hometown. He hopes that the train can be a way for him to ease his grief. He leaves to heal his wounds. Now Yolanda, an emotional young woman who is unaware she is pregnant, who is leaving from the city to visit her husband she loves who lives in another city. Not forgetting Ola, the animal she loves, Yolanda hopes the train will be a quick journey into the arms of the husband she loves. However, on the train, they will meet many passengers who have also not yet learnt about their complicated lives. And who knows, this time the journey may bring much color to their lives.
12
Konseptor/ Conceptor Maria Tri Sulistyani (Indonesia), Anne-Sophie (Prancis), Carla Pedroza (Mexico) Koordinator Program / Project Officer Maria Tri Sulistyani (Indonesia) Ide Naskah/ Manuscript Idea Maria Tri Sulistyani, Daniele Poidomani (Australia), Carla Pedroza (Mexico), Carla Ori (Australia) Desainer Artistik/ Artistic Designer Iwan Effendi (Indonesia) Sutradara/ Director Daniele Poidomani (Australia), Maria Tri Sulistyani (Indonesia) Penata Musik/ Music Composer Carla Ori (Australia) Manajer Panggung/ Stage Manager Novindra Dhiratara (Indonesia) Pembuat dan Pemain Boneka/ Puppeteers Octo Cornelius (Indonesia) | Yosafat Diaswikarta (Indonesia) | Anton ‘Grewo’ Fajri (Indonesia) | Beni Sanjaya (Indonesia) | “Genyeng” Purjianto (Indonesia) | Supri (Indonesia) | Sulis Masinis (Indonesia) | Hafez Achda (Indonesia) | Carla Pedroza (Mexico) | Maria Tri Sulistyani (Indonesia) Penata Lampu/ Lighting Director Ignatius “Clink” Sugiharto (Indonesia) Penata Suara/ Sound Director Eko “Tebleh” Prabowo (Indonesia) Produksi/ Production Nur Cahyati Wahyuni (Indonesia), Aniek Rusmawati (Indonesia) Penerjemah/ Translator Tessa Toumbourou (Australia) Dokumentasi/ Documentation Kosong Tiga Multimedia Services, Indonesian Visual Art Archives (IVAA) Kru/ Crew Supono, Dwi (Indonesia)
Jl. Langensuryo KT II/ 176 Yogyakarta 55133 papermoon_child@yahoo.com www.papermoon-puppet.blogspot.com Manager Program Maria Tri Sulistyani (Ria) +62812-270-8012
desain publikasi ‘dalam sebuah perjalanan’ (on a journey) oleh/ ‘on a journey’ poster and booklet is designed by Kotasis Kamar Desain 3x3x3, yogyakarta, indonesia www.kotasis.com | kotasis@kotasis.com
13
“Fiesta de titeres muestra la vida diaria’, divertida, colectiva, colorida y creativa.”
14
Papermoon mengucapkan terima kasih yang luar biasa pada… Tuhan Yang Maha Terbaik !!! Kedua Orang Tua kami Kakak- Adik Kekasih YAYASAN KELOLA HIVOS FOUNDATION Iwan Effendi Ria Kriwil Daniele Poidomani Carla Pedroza Carla Ori Anne-Sophie LeCourt Octo Cornelius Yosafat Diaswikarta Anton Fajri Hafez Achda Genyeng Supriyanto Beni Sulis Masinis Bu Cosi Nur Cahyati Wahyuni Iwan Gondrong Aniek Rusmawati Novindra Diratara Oom Clink Mas Eko “Tebleh” Prabowo Ajeng Ipeh Ibu Dyan Anggraini, Bu Ratna dan Staf TBY Marie Le Sourd dan staf LIP Mbak Maggie, Mbak Cupi dan rekan-rekan Erlangga For Kids Oom Butet Kartaredjasa Tessa Toumbourou Joned Suryatmoko Agustina Tri Wahyuningsih Farah Wardani, Pitra dan Rekan-rekan IVAA Gamaliel W. Budiharga dan teman-teman KOTASIS Sari Handayani Mas Pemad dan rekan-rekan Heri Pemad Art Management Mas Daniell Yogya dan Rekan-rekan DAGADU Rekan-rekan Kosong Tiga Mbak Jeannie Park, Mas Besar Widodo, dari Yayasan Bagong Kussudiardjo Mas Heri dari Padepokan Bu Neni dan Pak Agung Mbak Melda, mas Anto Hercules dan Kedai Kebun Forum Elida, dan teman-teman di KINOKI Oom Djaduk Ferianto Mas Juki Kill The DJ dan Whatever Shop Yoga Female Radio Geronimo Radio Radio Anak Jogja Tetangga-tetangga di Langensuryo Keluarga Ibu Atik Tante Ita Tante Ilal Mr. Thierry Dufourmantelle, Tof Puppet Theatre, SAN, Wilde & Vogel Figuren Puppet Theatre, Snuff Puppet, untuk inspirasinya Mbak Nuning & Mas Angki Yudhistira Setya Utama Rizky Riyanto Lesmana Supono, Komeng, Dwi, Banjar Tri dan Kosong Tiga yang maha internet untuk referensinya dan semua sahabat yang menemani dan menonton pementasan kami.