4 minute read
6. Lingkup Materi Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat
C. Menurut targetan organisasi a) Program kerja jangka panjang
Program kerja model ini dibuat karena tidak kemungkinan untuk direalisasikan jika dalam waktu yang pendek. b) Program kerja jangka pendek
Advertisement
Program kerja jangka pendek adalah program kerja organisasi dalam suatu periode tertentu. Dalam periode jangka pendek ini dapat direalisasikan dalam waktu yang dekat.
Lingkup materi pemberdayaan masyarakat harus mencakup aspek kegiatan yang berkaitan dengan upaya-upaya peningkatan produksi, peningkatan pendapatan, serta kesejahteraan masyarakat penerima manfaatnya.
A. PeningkatanProduksi
Terbatasnya kemampuan sumber daya dalam memuaskan kebutuhan manusia yang tidak terbatas, mendorong setiap orang yang bergerak dalam bidang produksi untuk berpikir dalam memecahkan persoalan tersebut. Di samping kuantitas atau jumlah hasil produksi yang ditingkatkan, juga yang harus dipikirkan dan lakukan adalah memperbaiki dan meningkatkan mutu atau kualitas hasil produksi.
Kedua hal ini (kuantitas dan kualitas) sangat penting harus terus dilakukan terutama dalam upaya untuk menghindari kelangkaan hasil produksi. Apalagi pertambahan
jumlah manusia terus meningkat yang menyebabkan bertambahnya pula kebutuhan akan barang.
Peningkatan kuantitas dan kualitas hasil produksi dapat dilakukan dengan upaya-upaya berikut ini : 1. Intensifikasi
Intensifikasi adalah usaha meningkatkan hasil produksi dengan cara menambah dan/atau memperluas faktor-faktor produksi (sumber daya ekonomi) yang digunakan. Contohnya: a. Meningkatkan kualitas tenaga kerja b. Memperbaiki cara berproduksi c. Peningkatan jam operasi mesin d. Menerapkan panca atau sapta usaha tani dalam bidang pertanian 2. Ekstensifikasi
Ekstensifikasi adalah usaha meningkatkan hasil produksi dengan memperluas atau menambah faktor-faktor produksi. Contoh upaya yang dapat dilakukan pada ekstensifikasi produksi ini, sebagai berikut : a. Membuka lahan pertanian b. Mendirikan pabrik baru atau cabang-cabang pabrik/perusahaan c. Penambahan jumlah armada angkutan 3. Diversifikasi
Diversifikasi adalah usaha untuk meningkatkan produksi dengan cara menambah jenis/keanekaragaman hasil produksi. Diversifikasi dilakukan perusahaan bertujuan selain untuk menambah jumlah hasil produksi, juga dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan dan menutup kerugian yang mungkin terjadi apabila salah satu/sebagian hasil
produksi ternyata tidak laku di pasar. Contohnya : Selain menanam padi, pada lahan yang masih kosong ditanami juga palawija, Selain menghasilkan kain juga memproduksi pakaian jadi, Selain memproduksi televisi dibuat pula antena televisi, radio, dan amplifier 4. Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah usaha meningkatkan mutu dan hasil produksi dengan cara meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contoh yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
Untuk menghemat tenaga kerja dan efektivitas produksi, maka digunakan tenaga kerja mesin.
Melaksanakan kegiatan produksi dengan menerapkan manajemen yang baik.
B. UpayaPeningkatanPendapatan
Pendapatan masyarakat sebagaimana pemikiran
Rosyidi (2006 : 100-101) adalah arus uang yang mengalir dari pihak dunia usaha kepada masyarakat dalam bentuk upah dan gaji, bunga, sewa dan laba. Dan bahwa pendapatan perseorangan (personal income) terdiri atas sewa upah dan gaji, bunga, laba perusahaan bukan perseroan, dividen dan pembayaran transfer.
Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan ekonomi sesuai dengan pendapat para ahli dari aliran teori strukturalis. Hadi Prayitno dan Budi Santoso (1998:50) mengemukakan bahwa strategi pembangunan di negara berkembang akan lebih baik jika menggunakan strategi pembangunan berupa penciptaan lapangan kerja, reinvestasi, pemenuhan kebutuhan hidup pokok, pengembangan sumberdaya manusia, mengutamakan sektor pertanian, mengembangkan sektor pedesaan terpadu
dan penataan ekonomi nasional, sedangkan strategi pembangunan dalam era otonomi harus mengacu kepada berkembangnya otonomi daerah dan semakin meningkatnya kemandirian dan kemampuan daerah dalam penyelenggaraan pembangunan, yang bermuara kepada tercapainya sasaran pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah, meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, berkurangnya penduduk miskin dan desa tertinggal serta meningkatnya partisipasi aktif dari masyarakat.
Sejalan dengan pendapat diatas menurut Sumondiningrat (1999: 58) dalam rangka mencapai masyarakat yang sejahtera dibutuhkan strategi pembangunan yang berkelanjutan yang pada hakekatnya berorientasi kepada peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan manusia dengan mengikutsertakan segala lapisan masyarakat dalam proses pembangunan, di samping itu pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat merupakan suatu proses yang muncul dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk dinikmati oleh masyarakat secara berkesinambungan.
C. KesejahteraanMasyarakat
Pengertian sejahtera menurut W.J.S Poerwadarminta adalah suatu keadaan yang aman, sentosa, dan makmur.
Dalam arti lain jika kebutuhan akan keamanan, keselamatan dan kemakmuran ini dapat terpenuhi, maka akan terciptalah kesejahteraan.
Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, tentang
Kesejahteraan Masyarakat, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dari Undang–Undang di atas dapat kita cermati bahwa ukuran tingkat kesejahteraan dapat dinilai dari kemampuan seorang individu atau kelompok dalam usahanya memenuhi kebutuhan material dan spiritual nya. Kebutuhan material dapat kita hubungkan dengan pendapatan yang nanti akan mewujudkan kebutuhan akan pangan, sandang, papan dan kesehatan. Kemudian kebutuhan spiritual kita hubungkan dengan pendidikan, kemudian keamanan dan ketentraman hidup.
Menurut Mosher (1987), hal yang paling penting dari kesejahteraan adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan. Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang berpendapatan rendah. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka persentase pendapatan untuk pangan akan semakin berkurang. Dengan kata lain, apabila terjadi peningkatan tersebut tidak merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut sejahtera. Sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan rumah tangga dapat merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut tidak sejahtera.
Menurut konsep lain, kesejahteraan bisa diukur melalui dimensi moneter maupun non moneter, misalnya ketimpangan distribusi pendapatan, yang didasarkan pada perbedaan tingkat pendapatan penduduk di suatu daerah. Kemudian masalah kerentanan (vulnerability), yang merupakan suatu kondisi dimana peluang atau kondisi fisik suatu daerah yang membuat seseorang menjadi miskin atau menjadi lebih miskin pada masa yang akan datang. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius karena bersifat struktural dan mendasar yang mengakibatkan risiko-risiko