EDITORIAL
Tabloid Genta Andalas diterbitkan oleh: Unit Kegiatan P ers Mahasiswa Pers Genta Andalas dengan SK No.373/XIII/Unand-2001 Pelindung: Prof. Dr. Tafdil Husni, SE., MBA Penasehat: Prof. Dr. Ir. Hermansah, MS., M.Sc Pembina: Dr. Rembrandt, S.H., M.Pd Dewan Redaksi: Laila Mukhtari Wizra, Randy Febrian, Clara Octaria Rija, Gita Puspita, Lailatul Zuhri Indriani, Lita Mailani, Putri Ramadani, Rafika Surya Bono, Suci Ramadhanty, Yori Andriani, Annisa Radhiani, Devita Sari, Fanny Wulandari, Nite, Rina Sephtiari, Syinta Tesya Apriliani, Wina Sartika Pemimpin Umum: Syukri R. Yoga Sekretaris Umum: Mishthafiyatillah Bendahara Umum: Rizka Desri Yusfita Pemimpin R edaksi: Redaksi: Mis Fransiska Dewi Pemimpin P erusahaan Perusahaan erusahaan: Ratna Sani Tambunan Pemimpin P Prr oduksi: Novia Ratna Dewita Pemimpin Litbang: Rival Lidra Redaktur P elaksana: Pelaksana: Suci Addina Islamy Koordinator Liputan: M. Ilham RF, & Ulfa Sevia Azni Redaktur: Endrik Ahmad Iqbal & Rafikha Novita Sari Bisnis & P eriklanan: Periklanan: Muthia Ekadiany Marketing & Sirkulasi: Metria Indeswara Layouter: Agung Ramadhan Ilustrator: Indah Hestina Yulianti Videografer: Ade Rahmat Syarif & Nindika Widya Tirta PSDM: Azalia Mutiara Fitri Event Organizer & Riset Survei: Novia Permata Sari Anggota: Renal Afrizal Dicetak oleh: PT adang Graindo Mediatama PT.. P Padang (Isi di luar tanggungjawab percetakan)
P
Mahasiswa Papua Juga Butuh Dukungan
apua merupakan daerah yang terletak di penghujung timur negeri. Meski kaya akan sumber daya alam, namun sangat disayangkan kualitas pendidikan di sana begitu tertinggal dengan daerah-daerah lain yang ada di Indonesia. Syukurlah, walau belum dikatakan cukup, namun sudah ada berbagai usaha dari pihak pemerintah maupun swasta untuk mendorong putraputri Papua mengejar ketertinggalannya. Salah satunya adalah dengan diadakannya program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik). Pada program ini, anak Papua penerima beasiswa mendapat kesempatan untuk berkuliah di PTN melalui jalur khusus. Namun di sisi lain, program ini belum dapat berjalan maksimal. Di lapangan, adanya momok yang dialami sebagian mahasiswa Papua tentang kehidupan kampus baru seringkali membuat mereka rentan untuk bertahan dan lebih banyak tertekan. Bahkan tak jarang mereka memilih kembali ke kampung halamannya dan menyerah untuk survive. Hal ini didasari karena jumlah dana untuk biaya hidup yang diberikan masih dirasa kurang, ditambah budaya, adat istiadat, dan bahasa yang berbeda. Dari hal-hal yang terjadi di lapangan, bisa saja dikatakan program ADik belum berjalan efektif. Padahal dengan keberadaan mahasiswa Papua yang sedikit, tentu tidak sulit untuk melakukan monitoring, lalu apa gunanya kampus jika mereka masih saja takut untuk menonjolkan diri. Karena pada dasarnya mereka perlu dorongan dan dukungan dari berbagai civitas akademika. Keaktifan mahasiswa Papua pada
lingkungan kampus di luar urusan akademik pun dapat dikatakan jarang. Hal ini terlihat dari jarangnya mereka mengikuti kegiatan ekstra di luar perkuliahan. Dikarenakan kemauan untuk unjuk diri yang masih kurang ataupun sebagian tuan rumah alias mahasiswa asli Minang yang tak ramah menyambut dan bergaul dengan mereka. Lingkungan baru dan budaya berbeda menuntut mereka beradaptasi, sehingga mereka tak hanya belajar di bangku perkuliahan saja namun juga mempelajari budaya. Akan tetapi, pada praktiknya, membaur bagi sebagian mahasiswa Papua ini juga bukan perkara mudah. Sebab, kembali lagi pada perbedaan budaya, di mana mahasiswa Minang juga kurang terbuka untuk mengajarkan mereka Bahasa Minang. Padahal seyogianya, keragaman adalah sesuatu yang sudah ada di Indonesia sejak dahulu kala (permanen). Ini artinya berbeda adalah niscaya. Satu-satunya alternatif kekuatan untuk menjadikan masing-masing pihak bisa hidup berdampingan dengan harmonis adalah toleransi. Namun, dalam konteks mahasiswa Papua di Minang, toleransi saja tidak cukup. Pertanyaannya, apakah toleransi ada batasnya? Apakah kita tetap harus memberikan hak untuk berbeda jika para pendatang berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya? Apakah menuntut mahasiswa Papua untuk berperilaku ala Minang adalah sikap intoleran? Yang kita butuhkan saat ini adalah keterlibatan dengan perbedaan melalui dialog antarbudaya.
Dapur ............................ 2 Jendela .......................... 3 Laporan Utama ............. 4 Sorotan Kampus ........... 6 Feature .......................... 7 Laporan Khusus ............ 8 Survei ............................ 9 Liputan ......................... 10 Galeri ........................... 12 Rehat ............................ 13 Aspirasi ........................ 14 Aneka Ragam .............. 16 Teknologi ..................... 17
Salam Redaksi Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
R
asa syukur tiada henti selalu terucap kepada Allah SWT. Berkat rahmat dan karuniaNya, tabloid Genta Andalas dapat kembali hadir menyapa pembaca guna memenuhi kebutuhan akan informasi. Atas izin-Nya, kami segenap kru Genta Andalas dapat menghadirkan tabloid edisi LXX. Salawat beriring salam tidak lupa kami haturkan kepada Rasulullah SAW sebagai suri tauladan penerang jalan seluruh umatnya. Lega, syukur, haru dan bangga adalah gambaran perasaan yang kami rasakan telah menyelesaikan tabloid edisi LXX ini. Berbagai halangan dan rintangan berhasil kami lalui untuk menghadirkan kembali tabloid Genta Andalas ke tengah pembaca. Di sela-sela perkuliahan yang padat dan juga beragam aktivitas lainnya, segenap kru mencurahkan seluruh tenaga, pikiran, perhatian, dan waktu. Seperti tak kenal lelah dan terus berjuang, berburu informasi terkini untuk menyajikan berita informatif dan karya terbaik demi terbitnya tabloid mahasiswa Genta Andalas edisi LXX. Pada edisi ini, kami
menghadirkan laporan utama mengenai program ADik Papua yang sulit beradaptasi dengan lingkungan kampus. Selanjutnya, kami juga turut menghadirkan laporan khusus terkait surat edaran WR I yang memberikan kesempatan mahasiswa untuk remedial. Lalu, pada rubrik sorotan kampus, kami menghadirkan tentang kebijakan baru TOEFL yang gratis namun masih belum efektif. Selain itu kami juga menyajikan Liputan, Galeri, Aspirasi dari mahasiswa dan dosen, Aneka Ragam, Aktivis, Khasanah Budaya, Sastra dan Seni, serta Sosok yang dapat menginspirasi pembaca. Tak ketinggalan kami juga menghadirkan jawaban sms-mu untuk menjawab berbagai keluhan mahasiswa. Semoga tabloid ini dapat memenuhi rasa keingintahuan dan kebutuhan informasi kehidupan kampus bagi pembaca. Sehingga mampu mewujudkan eksistensi kami sebagai pers kampus. Kritik dan saran yang solutif kami harapkan dari pembaca, agar karya ini dapat semakin baik dan menarik ke depannya. Akhir kata selamat membaca. Hidup mahasiswa!
Aktivis .......................... 18 Khasanah Budaya ........ 19 Sastra dan Seni ............ 20 Wawasan ..................... 22 Resensi.......................... 23 Sosok ........................... 24
Sosok Edisi LXX
NISA
BINGUNG: Mahasiswa Papua mengalami kendala dalam proses perkuliahan di Universitas Andalas
Pesanmu Penanggung Jawab Kebersihan dan Fasilitas BC Assalamualaikum Wr. Wb. Saya mahasiswa Sastra Indonesia. Saya ingin bertanya, mengapa tidak ada CS khusus yang membersihkan Bussines Center (BC)? Soalnya BC selalu terlihat sangat kumuh dan tidak layak menjadi tempat makan bagi mahasiswa Unand. Fasilitasnya, seperti kursi juga sudah tidak layak pakai. Padahal BC ramai dikunjungi mahasiswa. Jawaban: Sebenarnya untuk kebersihan BC bukan tanggung jawab dari rumah tangga lagi. Itu sudah menjadi tanggung jawab penjual yang ada di sana karena mereka telah menyewa tempat tersebut, termasuk fasilitas seperti kursi. Pada awalnya pihak Unand telah menyediakan fasilitas tersebut, tetapi untuk perawatan lebih lanjut menjadi tanggung jawab pihak penjual yang ada di sana. Amri, SE. MM (Kepala Biro Umum dan Sumber Daya) ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
Bus Berhenti Tidak di Titik Pemberhentian Assalamualaikum Wr. Wb. Saya mahasiswa Fakultas MIPA ingin bertanya mengenai bus kampus yang berhenti tidak di tempat pemberhentian seharusnya. Padahal saya sudah menunggu di halte atau tempat yang mempunyai plang pemberhentian bus, tapi bus itu pernah tidak berhenti dan lanjut saja. Padahal saya dan mahsiswa lain yang juga ingin berangkat ke kampus sudah menunggu lumayan lama. Jadi kenapa bus tidak berhenti di tempat yang seharusnya? Terima kasih atas jawabannya. Jawaban : Itu terjadi karena pengaturan halte kita yang sembraut. Dulu plangnya masih banyak, sekarang plang itu sudah dicabut oleh tangan-tangan jahil. Titik halte sudah pas, namun rambu-rambu halte yang tidak lengkap saat ini. Sekarang ketentuan bus dan pengelola bus itu tidak ada.
Kurangnya Sosialisasi PKM di Fakultas (Sopir bus Unand )
Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik angkatan 2017. Saya tertarik mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), tetapi saya kurang tahu PKM itu apa. Apakah tidak ada sosialisasi dari fakultas? Jawaban: Sosialisasi dikembalikan ke jurusan karena mahasiswa berada di bawah naungan jurusan. Wakil Dekan III sudah fokus pada PKM ini walaupun tidak semuanya bisa. Fakultas hanya fasilitasi dan koordinasi, proses akademik terletak di jurusan bagaimana jurusan mendorong mahasiswa untuk mengikuti kegiatan PKM ini. Jika di Jurusan Administrasi Publik ada yang output mata kuliahnya berupa PKM jadi sebaiknya seperti itu. Sebetulnya tanpa disuruh mahasiswa kreatif juga akan inisiatif tanpa harus didorong terus. Alfan Miko (Dek an F isip) (Dekan Fisip) Redaksi Genta Andalas menerima tulisan berupa: esai, opini, feature, cerpen, puisi, khasanah budaya, dan bentuk tulisan kritis lainnya. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi. Tulisan disertai foto dan biodata penulis. Tulisan dapat dikirim melalui redaksi@gentaandalas.com
Ota Da Tagen Tagen Mak Itam Tagen Mak Itam Tagen Mak Itam Tagen Mak itam
: Mak, lai nampak kawan wak di kadai ko tadi mak? : Urang banyak ka kadai ko dari tadi Tagen. : Kawan wak tu kulik nyo coklat mak, rambuik agak ikal, pakai baju merah Mak. : Ooo.. Lai lai, tunggu selah sabanta lai ado nyo tu. : berarti lai nyo di siko kan Mak? : Ha tu nyo, tu a yang di TV. Itu kawan Tagen tu kan? : eeee..itu pemain timnas tu mah Mak ; Kan samo ciri-cirinyo dengan yang Tagen sabuik nyo mah.
Dilema Mahasiswa Papua di Unand
P
rogram ADik adalah program keberpihakan pemerintah kepada putra-putri asal daerah 3T (Terluar, Tertinggal, Terdepan) dan Orang Asli Papua (OAP), untuk memperoleh pendidikan tinggi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Program ADik Papua ini bertujuan memberikan kesempatan lulusan SMA sederajat yang berprestasi akademik baik, untuk memperoleh pendidikan lanjutan. Pemerintah menjaring calon mahasiswa baru putra-putri asli Papua melalui seleksi nasional dan seleksi khusus bagi siswa berprestasi akademik di SMA sederajat. Para penerima beasiswa ini akan disiapkan menjadi sumber daya manusia putra-putri asli Papua yang berkualitas untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional.Salah satu universitas yang menerima mahasiswa baru dari Papua adalah Universitas Andalas (Unand). Tahun 2017 Unand sudah menerima sebanyak 67 orang mahasiswa Program ADik Papua dan 3T tersebar di berbagai fakultas di Unand. Mahasiswa P apua di Unand Papua Menjadi seorang mahasiswa di Universitas Andalas (Unand) dan menjalani koas sangat dinikmati oleh wanita berkulit hitam manis ini. Prudensia Eromot, mahasiswa Jurusan Kedokteran angkatan 2013yang berhasil mewujudkan impiannya menjadi mahasiswa Kedokteran di Unand. Tentunya keberhasilan yang ia peroleh tak lepas dari perjuangannya menginjakkan kaki dan beradaptasi untuk pertama kalinya di Unand. Prudensia menceritakan kesulitan dan tekanan yang dia hadapi pada awal mula ia berada di Unand. Awal kuliah di Unand, ia merasakan kecanggungan yang luar biasa.Tekanan demi tekanan yang ia terima seperti bahasa komunikasi mahasiswa Unand yang biasanya menggunakan Bahasa Minang, dan harus beradaptasi dengan budaya minang, namun hal itu tidak membuatnya jera. Meski demikiantak jarang jugaPrudensia ditertawakan oleh temannya dengan sebutan beta. “Padahal panggilan tersebut bukan berasal dari Papua melainkan dari Ambon. Yah beginilah risiko menuntut ilmu di negeri orang, jadi harus diperbanyak sabar,” ujar mahasiswa yang baru wisuda 18 November lalu. Kuliah di Fakultas Kedokteran tak mudah, kata Prudensia, sebab ada beberapa mata kuliah yang sulit dimengerti olehnya. Belum lagi menjadi minoritas di Kota Padang terutama Unand menjadi tantangan dan sumber kecanggungan tersendiri baginya. Pasalnya, beradaptasi dengan kebudayaan dan adat istiadat di daerah Minang perlu dimulai dari diri sendiri.Tetapi itu tak menjadi masalah buatnya, karena temanteman yang satu jurusan dengannya sangat membantu kesulitan Prudensia. Banyak teman-teman dari Papua yang akhirnya kena seleksi alam, tak bertahan di Padang.Keadaan tersebut memaksa mereka kembali ke kampung halaman tanpa menyelesaikan perkuliahannya terlebih dahulu. Bagi Prudensia sendiri sebenarnya bersosialisasi itu tidak sesulit seperti yang ia alami di awal perkuliahan. Sebab dari beberapa waktu yang telah ia lalui, ia menilai mahasiswa Unand sebenarnya mudah berbaur dan menyesuaikan diri. Program ADik, lanjut Prudensia, awalnya tak banyak diminati oleh masyarakat Papua, lantaran belum diketahui dengan pasti tentang prosedur pendataan dan bagaimana jalannya beasiswa tersebut. “Sebenarnya memang sudah ada sosialisasinya, namun tidak banyak yang tertarik, karena informasinya masih simpang siur,” ujarnya. Prudensia sendiri baru berani mengikuti program ini setalah dikonfirmasi
oleh salah satu anggota keluarganya yang bekerja di dinas pemerintahan. Setelah jelas mengenai program tersebut, barulah angkatan di bawah Prudensia berbondong-bondong untuk mengikuti program tersebut. Namun tak sedikit dari mereka yang tidak terpilih masuk ke PTN yang mereka impikan.Malahan sebaliknya, mereka yang berasal dari Papua di tempatkan pada daerah yang belum sama sekali mereka ketahui dan selidiki. “Sebagian dari kita banyak yang memilih PT yang ada di Pulau Jawa, namun kami tidak mengetahui pasti kenapa bisa tersebar di PTN lain yang ada di Indonesia,” terangnya. Keberadaan Prudensia dan temantemannya bukan berarti tak tentu arah, hanya saja takada yang mengomandoi dan memberi info tentang apa yang tidak mereka mengerti di Unand. Menurut Prudensia di Padang sudah ada Himpunan Mahasiswa Papua (Himapa). Hanya saja Himapa baru aktif setelah dirinya menjadi ketua. Sebelumnya Himapa belum terlihat, sebab mereka kehilangan arah dan tidak tahu apa yang harus mereka kerjakan. Tahap demi tahap ia mulai membangun program kerja Himapa, ia mulai merangkul mahasiswa yang ada di Kota Padang. Karena sebagian dari mereka kebingungan dengan budaya Minang. Kendala awal yang dirasakan Prudensia tentu juga dirasakan oleh mahasiswa Papua lainnya. Sudah lima tahun berlalu mahasiswa Jurusan Teknik Sipil angkatan 2012 Marvin Falenti. Tak pernah tersirat dibenak Marvin untuk berkuliah di Unand, pasalnya tak satupun universitas yang ia pilih menyatakan dirinya lulus disana. Malah Unand yang sama sekali bukan pilihannya yang mencatatnya sebagai mahasiswa hingga kini. Hal yang membuatnya tak siap ketika pemberitahuan penerima beasiswa cukup mendadak. Satu minggu sebelum pembagian tiket menuju Padang, itu adalah waktu yang singkat, kata Marvin. Saat itu Universitas Cendrawasih menjadi tempat mereka dikumpulkan. Marvin dan kawankawan dibagi ke dalam beberapa kelompok serta diberi penjelasan tentang tempat yang akan mereka tempati. “Pemberitahuannya dadakan memang, tapi seluruh biaya transportasi Padang ke Papua
ditanggung oleh Kemenristekdikti,” paparnya. Angkatan Marvin saat itu berjumlah 12 orang di Unand, urusan administrasi mereka di kampus dibantu oleh pihak rektorat. Sayangnya kemudahan yang diterima tak berbanding lurus dengan adaptasi yang harus ia lakukan, sebab lingkungan baru menuntutnya mengikuti adat istiadat Minang. Kendala bahasa menjadi hal utama. “Orang disini umumnya menggunakan Bahasa Minang, sedangkan saya tidak mengerti Bahasa Minang,” katanya. Akibatnya 12 orang mahasiswa Papua di Unand terseleksi oleh alam sebanyak 10 orang, hanya tinggal Marvin dan satu orang temannya dari Papua yang bertahan. Meski tetap bertahan masih ada rintangan yang membuat Marvin harus mengelus dada. Sejak Januari 2017 lalu ia tak lagi dapat menggantungkan hidup pada beasiswa ADik sampai wisuda. Terdapat suatu permasalahan yang terjadi pada sesama penerima beasiswa ADik angkatan 2012 di universitas lain yang membuatnya juga terkena imbasnya. Kejadian itu, menurut Marvin, membuat Kemenristekdikti terpaksa menghentikan pencairan dana beasiswa untuk mereka sementara waktu. Dana tersebut dapat cair kembali dengan syarat harus mengurus surat perjanjian, dilengkapi dengan transkrip nilai dan fotokopi kartu mahasiswa. Kemudian diserahkan ke pihak kemahasiswaan yang ada di PTN bersangkutan untuk dikirim ke Kemenristekdikti. Hal itu justru membuat Marvin harus membuat pilihan yang sulit. Selama sepuluh bulan terakhir Marvin memilih untuk cuti dalam perkuliahan. Ia memilih kerja di Kabupaten Pasaman dan mengumpulkan uang untuk membayar biaya kuliahnyadi semester ini. Untungnya teman-temannya tidak tinggal diam. Temanteman satu jurusannya ikut serta membantu dalam finansial dan moril hingga sekarang. Selain berbagai kendala yanga ada, hal lain yang terganjal oleh Marvin adalah jarak Padang-Papua yang jauh. Mau tak mau, ia sangat jarang pulang kampung. Semenjak pertama kali masuk di Unand sampai sekarang baru sekali ia kembali ke Papua. Itupun karena salah satu keluarganya mengalami kemalangan yang membuatnya
“Harus dimaklumi, karena Papua dan Padang berbeda budaya. Mulai dari beda bahasa, adat istiadat, pastilah mereka juga mengalami culture shock yang membutuhkan proses untuk mengatasinya apalagi harus beradaptasi,” -Elfitra, Dosen Sosiologi Unand-
harus menyisihkan uang beasiswanya sebagai modal untuk pulang kampung. Rata- rata mahasiswa Papua diberbagai universitas yang ada Indonesia, agaknya menyayangkan kelulusan mereka tidak di universitas pilihannya. Tak jarang dari mereka harus melongo ketika diumumkan universitas tempat mereka akan berkuliah. Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Unand angkatan 2016, Adonia Herietrenggi ini misalnya. Ia mengikuti tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri(SBMPTN) dengan program beasiswa ADik. Meski telah membawa embel-embel beasiswa ADik tentu pihak kampuslah yang akan menentukan ia masuk atau tidak ke dalam kampus yang ia inginkan berdasarkan nilai tes. Jika nilai sesuai standar universitas yang bersangkutan terpenuhi maka ia akan diterima. Jika tidak maka pemerintahlah yang akan berwenang, sebab ia sudah mendapat rekomendasi dari sekolah asalnya. Ujungnya, ia lulus di universitas yang tak diketahuinya sama sekali. Adonia mengatakan ekspektasi bisa kuliah di universitas pilihannya tidak sesuai dengan kenyataan. “Tahu tentang Unand saja saya tidak, apalagi membayangkan kuliah di Unand. Sebab saat tes saya memilih universitas lain, ditambah saya lulus tidak dijurusan yang saya pilih,” ujarnya. Meski demikian, Adonia tetap berusah beradaptasi. Adonia mengaku teman-temannya sangat mendukung ia berbaur dengan lingkungan barunya. “Mereka support sekali, meski kadang komunikasi jadi penghalang. Rasanya senang punya teman, sedihnya belum bisa menerima dunia luar seperti ini, jadi cukup sulit untuk mencari teman yang mau menerima perbedaan, apalagi mahasiswa di Unand yang masih memegang adat istiadat yang tinggi,” tuturnya. Adonia mempunyai keinginan untuk belajar Bahasa Minang, sayangnya kemauan Adonia untuk belajar Bahasa Minang tidak diterima secara terbuka oleh mahasiswa asli Minang. Adonia mengatakan susah sekali mencari orang yang mau mengajarkannya berbahasa Minang. Kebanyakan dari teman-teman menjadikannya lelucon. Menurutnya, hal tersebut juga terjadi di tempat lain, hanya saja di sini rasanya dicemooh sekali. Adonia
sempat down , sebab ketika diminta bantuan justru tidak ada yang membantu. Hal itu yang membuatnya sulit beradaptasi dengan orang-orang sekitar. “Saya sudah berusaha untuk mengalah, tetapi tetap jadi diri sendiri bukan diri orang lain itu tak mudah, Jika orangnya tidak suka ya sebatas kenal saja, jika orangnya nyambung ya bisa dekat,” ujarnya. Adonia pun mengatakan bahwa dirinya bersama kawan-kawan asli Papua sendiri tidak dekat, karena sama-sama sibuk. “Kami semua berjuang untuk bisa bertahan di sini, karena kalau bermain dan bergaul dengan orang Papua saja, kapan berkembangnya?” tambahnya. Lain halnya Adonia, lain pula mahasiswa Jurusan Psikologi angkatan 2016 Benison Magayang. Saat awal perkuliahan ia cukup sulit untuk berada di Padang. Hal ini mungkin hanya disebabkan budaya, katanya. Sebab, Menurut Benison orangorang disini cukup baik. “Ketika berpapasan dengan orang lain di sini, cukup senyum dan sapa, orang itu akan balik senyum kembali,” ujarnya. P andangan Dosen terhadap apua Papua Mahasiswa P Wakil Rektor (WR) III Unand, Hermansah mengatakan di tahun ini sebelum datang ke PTN, mahasiswa Papua selain diberikan pembekalan wawasan kebangsaan oleh Kemenristekdikti, mereka juga diberikan semacam tutorial. “Sejak tahun 2016, Unand sudah melakukan sistem tutorial kepada mahasiswa ADik Papua. Kita minta kepada kakak ‘angkat’-nya untuk membantu mereka dalam kehidupan,
“Saya sudah berusaha untuk mengalah, tetapi tetap jadi diri sendiri bukan diri orang lain itu tak mudah, Jika orangnya tidak suka ya sebatas kenal saja, jika orangnya nyambung ya bisa dekat. Kami semua berjuang untuk bisa bertahan di sini, karena kalau bermain dan bergaul dengan orang Papua saja, kapan berkembangnya?” -Adonia Herietrenggi-
mahasiswa Papua dapat pindah jurusan dan nilai mereka tidak terlalu dipermasalahkan. Karena mereka tidak masuk dalam peraturana kademik. Selain itu, lanjut Dachriyanus, mereka tidak boleh di Drop Out (DO) oleh universitas. Salah seorang dosen Manajemen yang pernah mengajar mahasiswa Papua, Venny Darlis mengatakan mahasiswa tersebut kurang aktif. Menurutnya mahasiswa Papua di kelasnya cenderung pasif di dalam kelas. Berdasarkan penuturan Dosen Sosiologi Elfitra mengatakan mahasiswa Papua di kelasnya memiliki nilai di bawah rata-rata. Mungkin, kata Elfitra. Jika mereka disamakan dengan mahasiswa lain itu tidak adil. “Harus dimaklumi, karena Papua dan Padang berbeda budaya. Mulai dari beda bahasa, adat istiadat, pastilah mereka juga mengalami culture shock yang
Berhasil atau tidaknya mereka, akan terlihat setelah mereka tamat dan mendapat pekerjaan. Itu semua terlepas dari bagaimana mereka membuka diri,” tuturnya. Mereka memang belum aktif di luar, namun kalau di kelas mereka sudah dapat berbicara dan bergaul, setidaknya mereka tidak menyendiri. Hal itu tidak terlepas karena mahasiswa adalah generasi terdidik sehingga sebagian mahasiswa Unand menerima mereka dengan baik. Mungkin orang-orang di luar Unandlah yang menjadi kendala bagi mereka. Semakin berbeda tempat merekadengan tempat asalnya, Menurut Elfitra mereka akan semakin lebih baik, karena mereka akan beradaptasi untuk bisa belajar. “Kalau saya maklum dengan mereka yang tak terikat dengan akademik
“Sejak tahun 2016, Unand sudah melakukan sistem tutorial kepada mahasiswa ADik Papua. Kita minta kepada kakak ‘angkat’-nya untuk membantu mereka dalam kehidupan, belajar dan lainnya. Tahun ini juga akan dilakukan kembali sistem tutorial tersebut,” -Hermansah, Wakil Rektor III Unand-
belajar dan lainnya. Tahun ini juga akan dilakukan kembali sistem tutorial tersebut,” paparnya Kamis pekan lalu. Hermansah menjelaskan, tidak ada perlakuan khusus antara mahasiswa ADik Papua dengan mahasiswa lainnya. Namun, karena mereka merantau ke sini dan tidak ada sanak saudara, maka diberikanlah sistem tutorial. “Kita juga meminta kepada dosen serta mahasiswa dan senior untuk mengajak mereka bergaul, agar mereka tidak merasa sendiri,” imbuhnya. Menurut WR I Dachriyanus
membutuhkan proses untuk mengatasinya apalagi harus beradaptasi,” katanya. Lagipula mereka tidak memilih Unand saat tes, apalagi meminta. Pemerintahlah yang menetapkan dimana mereka akan kuliah. Kalau bagi pemerintah kuliah di luar tentulah mnguntungkan dan mereka tidak akan menumpuk pada satu tempat karena pilihan mereka rata-rata di Pulau Jawa. “Setelah mereka pulang, mereka akan mendapat pengetahuan untuk mereka dan juga untuk daerah asal mereka sendiri.
Unand. Jika mereka tidak diperlakukan khusus, akan banyak permasalahan yang muncul. Tujuan mereka diberikan program ADik agar mereka dapat membangun Papua jadi lebih baik. Terlebih mereka dipencar, tentu ilmu yang mereka peroleh akan beragam,” ungkapnya. Tanggapan Mahasiswa Unand Terhadap Keberadaan Mahasiswa Papua Keberadaan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, termasuk dari
Papua yang datang untuk menuntut ilmu membawa warna di kalangan civitas akademika, khususnya mahasiswa Papua di Unand. Menurut salah seorang mahasiswa Teknik Elektro Aldo Gusti Rahman,dalam pertemananmahasiswa Papua sangat mudah bergaul dan beradaptasi dengan mahasiswa lain. “Kebetulan saya kenal akrab dengan salah seorang anak Papua. Dalam pergaulan sehari-hari mereka berbaur dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar,” katanya. Senadadengan Aldo, salah seorang mahasiswa peternakan angkatan 2016 Tigor Sanjaya juga mengungkapkan hal yang sama, dalam segi pergaulan mahasiswa Papua terkenal ramah dan mudah berbaur dengan teman-teman lainnya. Agak berbeda dengan pandangan Riska Wahyuni, salah seorang mahasiswi yang dulu pernah bertetangga dengan mahasiswa Papua waktu asrama satu tahun silam. “Pas saya lihat awalnya mereka polos dan lugu, namun seiring waktu mereka mulai berbaur dan mengikuti gaya serta trend anak kampus yang ada di sekitarnya. Saya lihat mereka kompak dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan royal terhadap teman,” ujarnya. Walaupun tak pernah dekat dengan mahasiswa Papua, mahasiswa Peternakan Muhammad Tanifal bersyukur dengan adanya beasiswa ADik, menurutnya hal tersebut merupakan bagian dari pemerataan pendidikan. Terlebih untuk teman-teman yang berasal dari daerah Papua. Para mahasiswa Unand tersebut berharap melalui beasiswa afirmasi ini dapat memberi secercah harapan yang indah bagi pendidikan dan masa depan mahasiswa Papua. Seperti yang disampaikan Aldo, “Semoga mahasiswa Papua dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama bangku perkuliahan dan menjadi kebanggaan masyarakat serta dapat memajukan pendidikan dan kesejahteraan lingkungan sekitarnya”. Sementara itu, menurut Riska salah seorang mahasiswa Jurusan Peternakan, tujuan mahasiswa Papua datang untuk menuntut ilmu agar dapat mengabdi kepada daerah asalnya dan juga semangat untuk meraih masa depan yang dicita-citakannya. ”Semoga kawan-kawan Papua bisa ambil segala sesuatu yang baik untuk dibawa pulang dan menyortir semua hal yang jelek,” kata Riska. Keinginan mahasiswa Papua untuk menuntut ilmu hendaknya juga didukung oleh seluruh civitas akademika. Tidak hanya dari segi akademik, namun juga dari segi moril. Karena seperti termaktub dalam pembukaan UUD 1945 bahwa Pendidikan adalah hak segala bangsa dan keharusan tiap warga negara untuk mendukungnya.. Aza, Endrik, Gefi, Juni, Metria, Mis, Nana, Rizka, Suci, Uus, Vivi, Wita, Y oga Yoga
Tingkatkan Kualitas Mahasiswa, Unand Beri Pelatihan TOEFL
S
eiring berkembangnya zaman, bahasa Inggris merupakan salah satu aspek penting bagi mahasiswa, terlebih saat ini banyak syarat perkuliahan dan referensi buku penunjang yang menggunakan bahasa Inggris, sehingga tak dapat dipungkiri mahasiswa perlu meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. Dalam mewujudkan keinginan tersebut, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Bahasa Universitas Andalas (Unand) mengadakan pelatihan Test Of English as Foreign Languange (TOEFL) Preparation & Active English bagi mahasiswa Unand angkatan 2010-2014. Pelatihan tersebut diwajibkan bagi mahasiswa yang memperoleh skor TOEFL dibawah 500, serta diharuskan bagi mahasiswa sebelum mengikuti Tes TOEFL Prediction di Pusat Bahasa. Wakil Rektor (WR) I Unand, Dachriyanus menyebutkan program TOEFL hadir karena minimnya skor TOEFL oleh mahasiswa Unand. Ia berharap agar program ini dapat diikuti oleh mahasiswa bukan hanya karena biaya gratis, namun bermanfaat bagi peningkatan skor TOEFL maupun kemampuan bahasa Inggris mahasiswa itu sendiri.
TOEFL
Kebijak an Kebijakan
Baru
P elatihan Pelatihan
Pada tahun sebelumnya, UPT Pusat Bahasa Unand hanya melaksanakan pelatihan sebanyak tiga kali pertemuan saja. Namun sejak ditetapkannya Hidrayani sebagai kepala UPT Pusat Bahasa Unand yang baru, kebijakan tersebut juga berubah menjadi 30 kali pertemuan. Hal tersebut sontak menimbulkan banyak pertanyaan mengenai ketentuan pertemuan yang berlaku pada pelatihan TOEFL tersebut. Menurut Hidrayani, pelatihan yang dilakukan lebih banyak dari tahun sebelumnya ini diharapkan dapat meningkatkan mutu mahasiswa dalam berbahasa Inggris, meningkatkan nilai TOEFL, serta membuat mahasiswa percaya diri dalam mencari pekerjaan. Di sisi lain, Mantan WR II Unand, Asdi Agustar menuturkan mahasiswa Unand dipersyaratkan lulus ujian TOEFL dengan skor 450. Dalam mencapai skor tersebut, Asdi menilai selama ini tidak ada upaya mahasiswa untuk meningkatkan kemampuannya meraih skor tersebut. Oleh karena itu, pihak Unand mengalokasikan anggaran untuk mahasiswa mengikuti TOEFL preparation sebanyak 30 kali pertemuan. “Pada tahun 2017 ini, Unand hanya menargetkan peserta yang mengikuti TOEFL preparation sebanyak 3000-an peserta,” katanya. Mengenai ketentuan lain, Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubag TU) UPT Pusat Bahasa Unand Syafril juga menjelaskan mengenai peraturan dalam pelatihan TOEFL kali ini. Jika mahasiswa telah mengikuti pelatihan minimal 28 kali pertemuan, namun skor TOEFL masih rendah dan kurang memuaskan, maka mahasiswa tersebut dimasukkan ke dalam kelas khusus dengan ketentuan membayar uang pribadi sebesar Rp800.000. Hal ini dibenarkan Hidrayani, ia mengatakan jika mahasiswa yang sudah mengikuti pelatihan minimal sebanyak 28 kali tetapi masih mendapat skor TOEFL yang belum memuaskan, maka mahasiswa boleh mengulang untuk mengikuti pelatihan namun diwajibkan membayar. “Boleh ikut pelatihan lagi tapi harus membayar sesuai aturan di UPT, makanya mahasiswa untuk 30 kali pertemuan tersebut dituntut untuk serius, minimal syarat lulus fakultas tercapai,” ujarnya. Hidrayani juga mengatakan dalam pelatihan tersebut diwajibkan bagi
mahasiswa sebelum melaksanakan ujian kompre. “Jika tidak sampai minimal 28 kali pertemuan, maka mereka tidak bisa mengikuti ujian kompre. Pelatihan ini tidak bayar alias gratis, jadi tidak ada alasan untuk bermalas-malasan,” katanya. Ia juga
mahasiswa yang asal masuk, gak tahunya dia sudah belajar atau pelajarannya sudah jauh,” katanya. Diakui Achi sebagai instruktur, proses pembelajaran dengan sistem “nyisip” memiliki kendala. Menurutnya, kapasitas
“Selain untuk meningkatkan nilai TOEFL, mahasiswa diharapkan mampu berbahasa Inggris dengan baik dan percaya diri dalam mencari pekerjaan,” -Hidrayani, Kepala UPT P usat Bahasa Pusat Unand-. menambahkan biaya untuk pelatihan TOEFL di Pusat Bahasa terbilang mahal, untuk 20 kali pertemuan biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 800.000. “Untuk pelatihan ini dilakukan sebanyak 30 kali pertemuan, kemudian sudah diberi gratis. Jadi, kesadaran mahasiswa juga dituntut di sini. Kampus sudah memberikan fasilitas, mengapa malah disia-siakan,” tutur dosen Program Studi Hama dan Penyakit Tanaman ini. Terkait jadwal pelatihan dan waktu mahasiswa, Hidrayani menuturkan tidak ada lagi alasan mahasiswa untuk tidak mengikuti pelatihan. “Banyak jadwal yang sudah disediakan, mahasiswa tinggal pilih saja, sudah tersedia hari Sabtu dan ada jam malam juga, tidak ada lagi alasan yang bentrok dengan ini dan itu,” tutur Kepala UPT Pusat Bahasa yang dilantik Februari lalu. Selain itu, Hidrayani menerangkan pelatihan tersebut tidak hanya untuk mahasiswa, dosen-dosen dan staff pengajar juga turut diberi dalam pelatihan. “Ada juga program yang disiapkan untuk dosendosen Unand bergelar master yang ingin mengambil gelar Strata 3 (S3), kami juga akan fasilitasi, sekarang ada sekitar 200 dosen,” katanya. Menurut Hidrayani masih banyak dosen Unand yang masih belum dapat berbahasa Inggris dengan lancar. “S3 itu wajib membuat jurnal internasional serta ikut seminar internasional dalam bahasa Inggris, di situ fungsi pelatihan tersebut,” tambahnya. Tak Bisa Hadir Hadir,, Mahasiswa Dimudahkan dengan Sistem Nyisip Terkait pelatihan, salah seorang instruktur pelatihan TOEFL, Jean Susan Kadir menyayangkan mahasiswa yang jarang hadir dalam pelatihan tersebut. “Absen mahasiswa semakin hari semakin berkurang, konsistensinya menurun. Inikan gratis, kalo gratis usahakan datang, lalu latihan berulang-ulang, karena mau test kapan pun tinggal ingat-ingat saja, tidak perlu ikut TOEFL lagi,” katanya. Setelah dilakukannya evaluasi, UPT Pusat Bahasa Unand memberlakukan ‘nyisip’. Nyisip merupakan pengganti pertemuan bagi peserta TOEFL yang berhalangan hadir namun dapat mengikuti kelas lain pada hari lain. “Misalnya ujian nih, ujian tetap jalan, mereka bisa nyisip, asal meeting-nya sama,” kata Jean. Ia mengungkapkan dengan cara “nyisip” tersebut mahasiswa yang hadir mengalami peningkatan daripada sebelumnya. Dalam mengajar, Jean mengaku kelas tetap kondusif walaupun adakalanya dalam satu kelas pada hari itu ramai. Jean mengatakan “nyisip” harus sesuai dengan meeting pada saat mahasiswa tersebut tidak hadir. “Jika mahasiswa tidak hadir pada meeting delapan, maka nyisipnya harus di meeting delapan juga. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
kelas yang sebenarnya hanya bisa menampung 15 sampai 20 orang. Kadang bisa menjadi 40 orang satu kelas. “Selain itu, pihak kampus juga kekurangan instruktur karena ada beberapa instruktur yang mengundurkan diri,” ujarnya. Disisi lain, Hidrayani mengaku telah mempersiapkan instruktur pelatihan,
Dengan anggaran yang disebut Hidrayani tersebut, tak dipungkiri Unand menuntut keseriusan mahasiswa dalam melaksanakan pelatihan TOEFL. Hidrayani pun mengungkap sekitar 2,5 Miliar pelatihan dibiayai Unand untuk 3000 mahasiswa yang mendaftar pada term kedua. Semua mahasiswa di briefing terlebih dahulu sebelum mengikuti pelatihan dan membuat surat perjanjian. Mahasiswa yang telah mendaftarkan diri diwajibkan mengikuti pelatihan minimal 28 kali dari 30 kali total pertemuan. Apabila kurang dari pertemuan yang ditetapkan mahasiswa dianggap gagal mengikuti pelatihan dan harus menganti uang pelatihan sebesar Rp 1.200.000. Hidrayani pun mewanti-wanti mahasiswa agar tidak ada alasan bagi mahasiswa untuk tidak bisa mengikuti pelatihan. Menanggapi masalah denda 1,2 juta yang diberikan kepada mahasiswa yang tidak pernah hadir mengikuti pelatihan TOEFL, Asdi mengaku hal tersebut dilakukan untuk membuat mahasiswa yang bersangkutan merasa bertanggung jawab untuk dirinya dalam meningkatkan
Dok. Genta namun terkendala dalam jumlah Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk menanggulangi hal tersebut, UPT Pusat Bahasa sudah meminta dosen-dosen yang berasal dari Jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) untuk ikut serta memberikan ilmunya pada mahasiswa di pelatihan ini. Berbicara mengenai instruktur, salah seorang mahasiswa yang mengikuti pelatihan TOEFL, Ananda Putri Wahyuni mengaku bahwa instruktur pengajarnya berkompeten karena bisa menyesuaikan diri dengan mahasiswa. “Cara mengajarnya santai tetapi pelajaran yang diajarkan sampai,” ujarnya. Tak Ik uti P elatihan, Mahasiswa Ikuti Pelatihan, Bayar Denda
kemampuannya. “Jika tidak bisa mengikuti, buat laporan yang jelas,” ujar Asdi. Di sisi lain, Achi berpendapat peningkatan kehadiran mahasiswa pada term II disebabkan oleh sanksi yang diberikan pihak kampus. “Bagi mahasiwa yang tidak mengikuti ataupun berhenti dan mengundurkan diri pada proses pembelajaran akan dikenakan sanksi yang mengharuskan mereka membayar Rp 1.200.000,” ujarnya. Terkait pengunduran diri mahasiswa dari pelatihan TOEFL, Hidrayani mengatakan pengunduran diri peserta pelatihan harus di ajukan sejak dari awal sebelum pelatihan dimulai. “Jika mahasiswa mengajukan pengunduran diri .....sambungan dari halaman 15
Menilik Lubang Tambang Mbah Soero, Rekam Jejak Orang Rantai
K
ota Sawahlunto merupakan salah satu kota kecil di Sumatera Barat yang terkenal kental akan sejarahnya. Kota ini menjadi tempat pelaksanaan kegiatan Pelatihan Keterampilan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PKJLTN) Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto Universitas Negeri Padang (UNP) yang saya ikuti beberapa waktu lalu. Tempat tersebut menyimpan berbagai rekam jejak sejarah yang memiris hati. Salah satunya adalah Lubang Tambang Mbah Soero. Konon kabarnya, lubang tersebut menjadi saksi bisu kaum pribumi yang dipekerjakan menjadi buruh tambang dan tidak diperlakukan secara manusiawi. Maka dari itu, Lubang Tambang Mbah Soero menjadi salah satu pilihan kami peserta dan panitia PKJTLN SKK Ganto 2017 untuk datang berkunjung. Jarum jam menunjukkan pukul 08.00 WIB. Sebelum berangkat, Sawahlunto sempat diliputi awan hitam dan hujan ringan. Namun, kami tetap bersemangat untuk bisa menelisik jejak sejarah di kota dingin ini. Kami berangkat sekitar pukul 08.30 WIB dari Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Sawahlunto menggunakan bus kampus UNP. Jalanan berkelok Sawahlunto membuat saya hampir mabuk di atas bus. Namun tak sampai dua puluh menit perjalanan, akhirnya rasa pusing tadi hilang ketika saya tahu kami telah sampai di Jalan Diponegoro, Kel. Tanah Lapang, Kec. Lembah Segar, Kota Sawahlunto, yang tak lain dan tak bukan adalah daerah gedung museum utama Lubang Tambang Mbah Soero. Saat hendak memasuki museum, kami disambut hangat oleh ibu paruh baya penerima tamu di Lubang Tambang Mbah Soero tersebut. Usai bersalaman, saya sempat melihat sekeliling ruangan. Di depan pintu masuk, terdapat sebuah kaca besar yang mengabadikan barang-barang peninggalan tambang, diantaranya rantairantai yang diikatkan pada kaum pribumi kala itu. Barang-barang tersebut diperkuat dengan adanya bukti foto peninggalan sejarah yang memperlihatkan dua orang kaum pribumi yang sedang dirantai oleh dua prajurit. Bulu kuduk saya sempat merinding begitu membayangkan mirisnya suasana saat itu. Sembari menunggu pengurusan tiket masuk oleh panitia, kami berbincang dengan Sudarsono, salah seorang tour guide yang akan membimbing kami untuk masuk kedalam Lubang Tambang Mbah Soero. Sudarsono mengaku telah bekerja di lubang tambang tersebut sejak lubang
Oleh: Ulfa Sevia Azni*
tambang didirikan pada tahun 2007. Sudarsono juga menyebutkan bahwa lubang tersebut diresmikan pada tanggal 23 April 2008 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia saat itu, Jero Wacik. Setelah panitia selesai mengurus tiket, kami dipandu oleh Sudarsono untuk
terlihat. Suasana dalam lubang tambang yang lembab dan basah pun mengiringi langkah perjalanan kami menyusuri lombang hingga kedalam. Rembesan air yang menetes dan mengalir mengurai langkah perjalanan kami hingga keluar dari
Foto : Ulfa POTRET : Salah satu Monumen yang menjadi saksi sejarah Lubang Mbah Soero. memakai helm pengaman dan sepatu boots untuk keselamatan saat berada di dalam lubang tambang nantinya. Itu merupakan kali pertama saya mencoba memakai helm pengaman dan sepatu boots selain dari sepatu boots yang biasa saya gunakan ketika menemani kakek kesawah sewaktu kecil. Setelah selesai menggunakan atribut pengamanan, kami dipandu oleh Sudarsono untuk turun ke bawah lubang. Di sisi kanan pintu masuk lubang tambang, terdapat patung seorang prajurit yang sedang mengawasi dua orang pribumi pekerja tambang yang sedang mengangkut segerbong batu bara. Tak lupa kami peserta PKJLTN SKK Ganto mengambil beberapa momen di tempat bersejarah itu. Dengan penerangan seadanya, yaitu sebuah senter dari Sudarsono dan lampu senter dari beberapa HP, kami mulai menyusuri tangga lorong dengan hati-hati. Pada lorong tersebut, masih terlihat kilauan hitam batu bara berkualitas. Selain itu, pipapipa dan penyangga pun masih kokoh
lubang.
Selain itu, cerita pada awal dibukanya tambang yang dijelaskan oleh Sudarsono membuat bulu kuduk saya bergidik. Sebab kata Sudarsono ketika tambang ini dibuka ditemukan beberapa potongan tubuh dan tulang belulang manusia. Tak hanya itu, di sisi sebelah kiri lorong simpang pertama bahkan ditutup dengan semen dan dilarang untuk dibuka. “Sebenarnya lorong ini sama panjangnya dengan yang lain, namun dari beberapa pihak seperti paranormal menyuruh ditutup karena banyak hal magis dan kabarnya dulu lorong ini tempat meletakkan tumbal manusia,� tutur bapak dua orang anak ini. Sudarsono pun tak lupa menjelaskan penamaan dari Lubang Tambang Mbah Soero tersebut. Ia mengatakan bahwa Mbah Soero merupakan sosok mandor yang sangat disegani kala itu. Mbah Soero juga menjadi saksi bisu betapa sadisnya para pribumi dipekerjakan siang dan malam yang disebutsebut sebagai orang rantai. Orang rantai
tersebut merupakan narapidana yang dijadikan buruh paksa pada zaman kolonial. Mereka dipekerjakan seperti buruh kasar seperti membuat jalur kereta api. Namun pada tambang batubara Ombilin, orang rantai tersebut dipekerjakan untuk menggali terowongan batubara. Disinilah mereka ditempatkan di beberapa penjara, salah satunya di tambang batubara Mbah Soero dengan kondisi tangan dan kaki dirantai. Setelah menyusuri lubang tambang, kami kembali ke gedung utama tempat pertama kali memasuki museum tersebut. Kali ini saya memilih berjalan-jalan sendiri sambil menghayati suasana kental sejarah di sana. Saya berjalan menyusuri dua puluh anak tangga untuk naik ke lantai dua. Pada pandangan pertama, saya melihat papan yang telah disusun secara baik yang diberi nama Galeri Info Box ini sehingga memudahkan pengunjung untuk mengerti Lubang Tambang Mbah Soero tersebut dari berbagai aspek, seperti eksploitasi, panorama, sosial, infrastruktur tambang serta transportasi batubara. Berbelok ke samping, di sana terlihat pajangan foto-foto hitam putih yang terbingkai indah dan disusun rapi yang menggambarkan kehidupan lubang tambang Mbah Soero kala itu. Selain itu, saya juga takjub melihat beberapa jenis pakaian lapangan tambang batubara Ombilin tersebut. Tak hanya sekadar pakaian, alat perlengkapan yang dipakai pada aktifitas tambang pun tak kalah memukau dari yang lain. Alat tersebut seperti dandang sabet yang dipergunakan untuk pengambilan batubara di dalam tambang, gergaji lubang yang digunakan untuk memotong kayu penyangga di dalam tambang, hingga sol sepatu yang ditemukan saat penggalian serta berbagai jenis bebatuan yang ada di Sawahlunto tersebut. Usai puas berfoto dan berbincang sejarah dengan Sudarsono, akhirnya saya beserta rombongan PKJTLN SKK Ganto berpamitan untuk kembali ke SKB Sawahlunto. Menurut saya pribadi, mengunjungi Lubang Tambang Mbah Soero menambah wawasan tentang nilai sejarah yang akan menjadi pengalaman tak terlupakan saat PKJTLN SKK Ganto 2017. Salam Pers Mahasiswa!
*P enulis Merupak an *Penulis Merupakan Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fak ultas Ilmu Sosial P olitik akultas Politik Universitas Andalas
Gandoriah Isyaratkan Kekeluargaan Oleh: Endrik Ahmad Iqbal*
M
atahari baru saja keluar dari persembunyiannya, sementara kami masih enggan bersiap-siap menuju tempat wisata yang sudah jauh hari direncanakan. Modal semangat saja ternyata tak cukup, persiapan yang benar-benar matanglah yang menjadi modal utama. Faktanya, saat mulai berangkat menuju tempat wisata tujuan kami ke pantai Gandoriah di Pariaman, kami dihadang dilema dengan kendaraan apa kami akan berangkat. Setelah mengernyitkan kepala dan menghabiskan beberapa kalori untuk berfikir jemputan akhirnya datang. Mobil engkel bak terbuka yang ditutupi dengan tikar anti air, sungguh kendaraan yang unik untuk berwisata ria. Tak banyak perubahan di wajah kami, sedikit ketus dan senyum sinis seadanya mengisyaratkan kami senang
namun kecewa. Setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih 3 jam di atas mobil engkel yang mengeluarkan zat karbon menyengat. Segala kegiatan yang dilakukan dalam perjalanan rasanya benar-benar membosankan. Bayangkan saja selama tiga jam di atas kendaraan tanpa melakukan apa-apa tentu hal itu akan membuat bosan. Beruntung beberapa jenis snack dan sedikit pembicaraan garing mampu mengisi kegalauan kami selama dalam perjalanan. Laju bus sudah mulai melamban, udara panas yang garang, angin yang berhembus serta panggilan air pantai sudah tampak dari atas kendaraan unik kami. Akhirnya deru pahlawan kuning kami berhenti bersuara dan kami telah berada cukup jauh dari bibir pantai. Kami berhenti diparkiran di depan
sungai yang berwarna coklat, sangat kotor. Menjijikkan dan berbau, padahal itu adalah tempat wisata yang sudah sering dikunjungi wisatawan. Haruskah tempat itu lenyap dulu baru kemudian diperbaiki? Miris, beginilah bangsa ini bergeming dan menjadi lintah untuk negerinya, menghisap segala keuntungan dan meninggalkan kerugian. Warga setempat tak menggubris, mereka hanya memedulikan harga parkir dan biaya barang yang mereka tawarkan dengan harga yang tinggi. Kami mengabaikan tempat itu berjalan mencari tempat paling nyaman. Diantara para pedagang yang menghadap mulut pantai, kami membentangakan tikar dan istirahat disana sejenak. Betapa indahnya ciptaan Tuhan, Pantai Gandoriah menyajikan langit biru yang dihiasi awan putih yang lembut. Sementara ombaknya
bernyanyi kecil membawa pasir yang tak putih itu menari ria dengan gerakan abstraknya. Beberapa memilih duduk dan tertidur, beberapa melarikan diri mencari kenikmatan yang mereka inginkan, yang gila dengan air laut melepaskan bajunya dan berpacu dengan air laut sambil menunjukkan kebanggaannya bisa bertemu dengan mereka yang selalu sibuk menari dengan pasir. Entah sekadar menyapa atau mengolok-ngolok sambil tertawa bisa melihat orang-orang melarikan diri dari kejaran ombak. Bau air asin menganga di udara, padahal warnanya tak semenarik baunya, sedikit coklat namun masih samarsamar berwarna biru. Tak ada yang perlu dikhawatirkan .....sbersambung ke halaman 13
U
Upaya Mendongkrak Nilai, Remedial Jadi Solusi
niversitas Andalas (Unand) memiliki target lulusan setiap program studi (prodi) antara lain dengan pujian 30%, sangat memuaskan 70%, dan nilai minimum B. Bagi mahasiswa yang belum mencapai nilai B diberi kesempatan ujian remedial sebanyak dua kali, jika dalam mengikuti remedial ini mahasiswa belum mencapai nilai B maka diberi kesempatan untuk mengikuti semester pendek (SP). Hal tersebut dikeluarkan dalam surat edaran nomor 13027/UN16.R/PP/2017 yang mulai berlaku pada semester ganjil 2017/2018 dan pelaksanaannya pada wisuda 1 bulan Februari tahun 2018 yang ditandatanganinya pada 4 Oktober lalu. Wakil Rektor (WR) I Unand Dachriyanus menjelaskan surat tersebut dikeluarkan untuk pencapaian target lulusan setiap prodi di Unand, karena lulusan cumlaude Unand masih minim jika dibandingkan dengan universitas lainnya. “Universitas lain menargetkan 40% cumlaude untuk setiap kelulusan, sedangkan Unand masih jauh, bahkan berada pada posisi kurang dari 1%,” katanya. Sementara itu, lanjut Dachriyanus, remedial tidak pernah dilakukan di Unand, karena mahasiswa pasrah jika mendapat nilai C. “Saya ingin mengenalkan remedial di Unand,” kata Dachriyanus. Surat edaran tersebut merupakan bentuk sosialisasi yang ia lakukan untuk menaikkan nilai mahasiswa Unand. “Kami hanya menargetkan, kalau tidak tercapai tidak masalah yang penting ada usaha, kami kejar target IPK 3 untuk mahasiswa,” tegasnya. Menanggapi hal itu, Dekan Farmasi Helmi Arifin mengatakan kebijakan tersebut dikeluarkan sebagai upaya institusi untuk menyelamatkan alumninya dalam mencari dunia kerja, maka harus diadakan perlakuan khusus bagi mahasiswa dengan Indeks Prestasi (IP) rendah. Jadi, bukan mengangkat nilai yang ada, tetapi meningkatkan nilai dengan perlakuan dan perhatian khusus. Tentu IPK lulusan semakin meningkat tiap tahunnya. Kebijakan tersebut, lanjut Helmi, sudah disosialisasikan dalam beberapa kali pertemuan oleh rektor, wakil rektor, semua dekan, kabiro, direktur Pasca dan lain sebagainya. Menurut Helmi, kebijakan tersebut punya tujuan yang jelas. “Demi kesuksesan anak didik, jelas saya setuju,” jelasnya. Terkait pencapaian target cumlaude, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Hasanudin mengungkapkan target dalam arti peningkatan kualitas bukan hanya pencapaian target saja, tetapi juga memotivasi mahasiswa untuk lebih giat. Bukan hanya memberikan nilai cuma-cuma, tetapi ada mekanismenya. “Jadi mahasiswa yang belum mendapatkan nilai B diberi kesempatan untuk remedial dua kali dan setelah itu kalau tidak juga mencapai nilai minimum, baru mengikuti SP,” ujarnya. Senada dengan Helmi, Dekan Fakultas Hukum Zainul Daulay menilai hal itu menguntungkan karena otomatis nilai mahasiswa yang menamatkan pendidikan di universitas akan menjadi bagus. Namun untuk pembangunan karakter dan pendidikan, remedial ini harus dilaksanakan secara ketat sesuai dengan materi pembelajaran. “Apabila remedial pertama gagal ya harus diulang lagi dan apabila tetap gagal otomatis nilainya tidak bisa diubah dan harus mengulang,” tuturnya. Ia mengungkapkan potensi seorang mahasiswa dilihat dari lama mahasiswa tersebut menyelesaikan masa studinya, IP, dan lamanya mendapat pekerjaan. Daulay mengatakan kebijakan tersebut akan efektif terlaksana apabila mahasiswa belajar dan dosen juga mengajar.
Hal yang sering terjadi, lanjut Daulay, mahasiswa lebih mengutamakan hasil daripada proses. “Remedial dilaksanakan hanya untuk mendapatkan nilai, semester pendek pun dilaksanakan, namun terkadang mahasiswa yang tidak masuk atau dosen yang tidak masuk. Sehingga tujuan tersebut tidak tercapai,” lanjut Daulay. Ia mengatakan saat ini masih bersifat netral mengenai surat edaran tersebut. Sementara itu, salah seorang Dosen Farmasi Syofyan berpendapat dari sisi mutu kebijakan tersebut sangat positif. Akreditasi Unand yang A (artinya unggul atau jauh melampaui standar minimal dari Standar Nasional Pendidikan Tinggi) mestinya menùnjukkan proses yang unggul dan hasil yang unggul juga. Proses unggul berarti proses pembelajaran sangat baik dan bermutu yang didukung oleh sarana dan prasarana yang baik serta metode pembelajaran dosen yang juga baik. Dampak dari proses unggul tersebut adalah outputnya yang baik seperti prestasi akademik dan non akademik yang
Mansyurdin juga menegaskan bahwa ia tidak akan mengikuti ataupun menyanggupi isi dari surat edaran tersebut. “FMIPA telah sepakat untuk tidak mengikuti surat edaran WR I,” tuturnya. Bagi Mansyurdin sebagai petinggi di fakultas yang perlu diperhatikan dari setiap lulusan adalah kualitasnya bukan kuantitasnya. Meski nilai tidak selalu cumlaude bukan berarti tidak memiliki skill yang bagus. Senada dengan Mansyurdin, Daulay menilai surat edaran tersebut perlu dibicarakan lebih lanjut dan harus ada aturan hukum yang jelas dan tertulis sehingga adanya konsistensi mengenai surat edaran dan juga sebagai pedoman untuk melakukannya secara berkelanjutan. Dari sisi aturan, menurut
pasal 44, beri kesempatan atau remedial, teknisnya yang dalam surat edaran itu dua kali kesempatan untuk mengulang,” tambahnya. Pro dan Kontra Mengenai Remedial Surat edaran yang dikeluarkan oleh WR I beberapa saat yang lalu menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan civitas akademika Universitas Andalas.
“Saya kurang sreg kalau dijadikan peraturan, kalau seperti itu dipaksa harus mendapatkan nilai B. Pemberian nilai jadinya, di sini kami hanya memberikan kesempatan, kalau tidak mampu yasudah,” -Dachriyanus, Wakil Rektor I Unandtinggi seperti IPK di atas 3.5, masa kuliah tepat waktu rata-rata empat tahun, meraih juara lomba-lomba dan lain-lain. “Untuk memperoleh hasil yang unggul tadi maka perlu dilakukan berbagai upaya dengan memperhatikan kebutuhan user di lapangan,” ujarnya. Jadi, menurut Syofyan, apa yang dilakukan oleh rektor merupakan suatu strategi agar lulusan dapat di terima oleh user dengan cepat. Selain itu, juga sebagai strategi bagi Unand untuk mempertahankan akreditasi A yang akan habis tahun 2018. Karena IPK mahasiswa yang rata-rata di atas 3,5 memberikan nilai tertinggi dalam penilaian akreditasi kampus. Syofyan mengaku secara teknis hal ini belum dirembukkan dengan pimpinan. Menurutnya, kebijakan tersebut harus dibawa ke senat Unand dulu. “Peraturan akademik harus di revisi segera. Bagaimana mau berbicara kalau kebijakan tersebut sendiri belum ada legitimasinya sehingga rawan gugatan-gugatan,” katanya. Pro Kontra P enetapan A turan Penetapan Aturan Pro kontra penetapan terhadap surat edaran yang baru saja dikeluarkan nampaknya akan terus berkelanjutan. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Mansyurdin mengatakan dasar hukum tertinggi dari suatu universitas adalah peraturan akademik. Selain itu juga mengacu pada kebijakan mutu internal dan standar mutu internal. Mansyurdin menilai peraturan akademik sudah berdasarkan rujukan Undang-undang pendidikan nomor 12 serta Peraturan Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan dan Perguruan Tinggi (Permenristekdikti), maka surat edaran yang dikeluarkan oleh WR I yang mematok nilai minimum B, tidak sesuai dengan peraturan akademik yang telah ditetapkan bahwa nilai mahasiswa adalah dari A-E.
Dosen Farmasi Syofyan, surat edaran WR 1 masih belum memiliki kekuatan hukum yang tetap. Sebab dasar kebijakan tersebut adalah management meeting. Lebih lanjut, semestinya kebijakan tersebut dibawa ke senat Unand karena sudah menyangkut kebijakan akademik. “Kita kan sudah punya peraturan akademik. Artinya segala sesuatu kebijakan terkait akademik tentu sandarannya peraturan akademik tersebut. Oleh karena itu kebijakan rektor tersebut perlu ada payung hukumnya artinya peraturan akademik harus direvisi untuk mengakomodir hal tersebut,” ungkap Syofyan. Namun, Dachriyanus mengaku tidak ingin menetapkan surat edaran tersebut menjadi peraturan karena mahasiswa hanya diberikan kesempatan bukan dipaksa untuk menjalankan aturan tersebut. “Saya kurang sreg kalau dijadikan peraturan, kalau seperti itu dipaksa harus mendapatkan nilai B. Pemberian nilai jadinya, di sini kami hanya memberikan kesempatan, kalau tidak mampu yasudah,” katanya pada kru Genta Andalas, Rabu pekan lalu. Sebetulnya, kata Dachriyanus, peraturan akademik Unand pada pasal 44 ayat 7 sudah tercantum mengenai remedial. “Ini sudah ada dalam peraturan akademik kita, mahasiswa yang mengulang diberikan kesempatan. Mengulang itu kan banyak caranya, diberi kesempatan, kalau dipaksakan nanti ada yang tidak sanggup,” katanya. Menurutnya sistem ini masih baru dan masih dalam masa adaptasi. Dachriyanus menganalogikan seperti ketika dosen terlambat memasukkan nilai, maka nilai akan otomatis B. “Ini kan teknis sebetulnya, sama juga dengan surat edaran itu peraturan akademik sudah ada dalam
Tanggapan positif maupun negatif ditunjukkan oleh dekan, dosen, hingga mahasiswa. Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Unand Gunarif Taib mengatakan Unand sudah memiliki panduan akademik sebagai acuan proses penilaian mahasiswa. Proses tersebut tergantung dari dosen masingmasing sesuai kajian ilmu yang dipelajari. Dalam surat edaran tersebut, kata Gunarif, nilai B yang dimaksud bukanlah menjadi batasan untuk didapatkan, karena dosen juga menghargai kinerja mahasiswa yang belajar dengan rajin dan mendapatkan nilai B dari hasil belajarnya. “Boleh saja bagi dosen untuk memberikan remedial, tapi sistem ini bukanlah dimaksud untuk mengobral nilai,” ucapnya. Bagi Gunarif, tujuan dibentuknya surat ini adalah baik, hanya saja penerapannya tetap harus mengacu kepada panduan akademik. Para dosen boleh mengikuti himbauan ini dan boleh juga tidak. Namun, panduan akademik tetap menjadi acuan utama penilaian dan tidak akan berubah, karena dosen juga harus menilai pada prosesnya bukan hanya hasil akhirnya saja. Dalam surat edaran pun tidak ada jaminan bahwa nilai mahasiswa yang mengulang akan mendapatkan minimal B. “Jika mahasiswa tersebut memang pantas mendapatkan nilai A karena rajin belajar, kenapa tidak diberikan nilai A. Jika ada mahasiswa pemalas, bukan berarti akan mendapatkan nilai B karena ikut remedial. Jika hal itu terjadi, maka akan melecehkan mahasiswa yang mendapatkan nilai B dari awal,” tuturnya. Salah seorang Dosen Fakultas Ekonomi Riwayadi mengaku tidak setuju dengan surat edaran WR I. Ia berpendapat
Bersambung ke halaman 14...
P
endidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan dan mengubah taraf kehidupan bangsa. Proses pendidikan itu sendiri dimulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT). Tidak ada alasan lagi untuk anak-anak Indonesia tidak bersekolah, karena pemerintah sudah menggratiskan sekolah selama 12 tahun. Bahkan untuk masuk PT pemerintah juga sudah menyiapkan beasiswa bagi mereka yang tidak mampu dari segi ekonomi dan bagi mereka yang berprestasi dari segi akademik. Salah satu beasiswa yang disiapkan pemerintah untuk meratakan Pendidikan adalah program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) bagi siswa-siswi Papua. ADik merupakan program pemerintah yang ditujukan kepada Putra-Putri asal daerah Tertinggal, Terluar, Terdepan (3T) dan orang asli Papua (OAP) untuk memperoleh pendidikan tinggi di PTN. Namun berjalannya program ADik ini tentu menuai sisi baik dan buruk yang dirasakan oleh
T
idak bisa dipungkiri pemuda adalah mereka yang menjadi penggerak dan penerus suatu bangsa. Sikap dan jiwa nasionalisme seorang pemuda didedikasikan sebagai bukti cinta terhadap tanah airnya. Salah satunya semangat juang, akan menggerakan pemuda untuk bangkit melawan penindasan yang sekarang ini menjadi realita bangsa. Akan tetapi, dewasa ini peran pemuda sebagai agent of change seolah mulai pudar dan luntur. Dilatarbelakangi hal tersebut, Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Genta Andalas melakukan survei terkait nasionalisme pemuda di tengah realitas Indonesia saat ini kepada mahasiswa Unand. Survei ini dilakukan menggunakan metode random sampling dengan jumlah responden 300 orang.
Polling Utama Genta Andalas Edisi LXX mereka yang berasal dari Papua. Baik permasalahanya dalam bersosialisasi maupun kendalanya dari segi dana untuk bertahan hidup di Luar daerah asalnya. Dilatarbelakangi hal tersebut, Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Genta Andalas melakukan survei terhadap mahasiswa Unand. Survei ini dilakukan dengan metode random sampling dengan jumlah responden 300 orang. Hasil survei menunjukan 31,33% responden pernah bersosialisasi dan berkomunikasi dengan mahasiswa program ADik Papua. Sebanyak 67,33% responden tidak pernah bersosialisasi dan berkomunikasi dengan mahasiswa program ADik Papua. Berdasarkan penilaian responden, sebanyak 68% responden menilai program ADik Papua sudah efektif sebagai ajang penerimaan mahasiswa di PTN, karena dapat membantu mereka yang berada di daerah Papua untuk mengenyam
pendidikan serta bisa membawa perubahan untuk daerah asal mereka. Sebanyak 30% responden mengatakan program ADik Papua belum efektif sebagai ajang penerimaan mahasiswa di PTN, karena responden menilai program ADik ini belum tersosialisasikan menyeluruh di daerah Papua maupun daerah 3T sehingga masih banyak anak Papua yang belum mengetahui program ini dan belum terjaring melalui program ADik. Sebanyak 71,33% responden menilai bahwa mahasiswa program ADik Papua sudah mendapatkan kebebasan berekpresi dan berpendapat seperti mahasiswa daerah lainnya di Unand karena mereka bisa bergaul dengan baik, memahami perbedaan budaya baik dari segi makanan, kebiasaan, dan juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan mahasiswa asal daerah lainnya di Universitas Andalas (Unand). Tapi, sebesar 27% responden mengatakan mereka belum mendapatkan kebebasan berekpresi dan
berpendapat seperti mahasiswa daerah lainnya di Unand, karena mahasiswa Papua sulit beradaptasi dan sebagian orang menutup diri untuk berkomunikasi dengan mereka sehingga mereka memiliki keterbatasan dalam berekspresi maupun berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Kemudian, sebesar 82,67 % responden setuju program ADik Papua sebagai ajang penerimaan mahasiswa Papua di PTN, karena dengan beasiswa tersebut memberi peluang kepada mahasiswa Papua dan daerah 3T untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan juga sebagai ajang pemerataan pendididkan di seluruh Indonesia. Namun, sebanyak 15,67% responden tidak setuju dengan program tersebut karena masih banyak daerah di Indonesia yang tertinggal, tidak hanya Papua.
Sumber : Litbang Genta Andalas Grafis : Produksi
Nasionalisme Pemuda Indonesia Saat Ini Hasil survei menunjukan 74,33% responden setuju jika pemuda menjadi pelopor perubahan bangsa Indonesia, karena pemuda memiliki ide yang kreatif, berwawasan luas dan bisa mengajak pemuda lainnya untuk melakukan perubahan demi bangsa Indonesia dikemudian hari. Sebanyak 24,67% responden tidak setuju jika pemuda menjadi pelopor perubahan bangsa Indonesia, karena masih minimnya kesadaran sebagai pelopor penerus dan perubahan bangsa, kurang mengenal nilainilai serta norma yang berlaku dalam masyarakat serta bersikap apatis. Sebesar 65,67% responden mengatakan kepedulian pemuda terhadap kondisi bangsa Indonesia saat ini masih kurang. Hal tersebut dikarenakan pemuda tidak peka dan tidak peduli dengan apa
yang terjadi di lingkungannya. Sedangkan 28,67% responden mengatakan kepedulian pemuda cukup baik sebagai pelopor bangsa. Seiring berjalannya waktu sikap dan tingkah pemuda zaman dahulu dan saat ini jauh berbeda. Dahulu mahasiswa tidak malu dan ogah-ogahan untuk melakukan demo demi menyampaikan aspirasinya. Tapi saat ini, jangankan untuk demo untuk menyuarakan aspirasi saja sudah jarang. Jadi,bisa dikatakan nasionalisme pamuda Indonesia saat ini kian memudar. Banyak faktor yang memepengaruhinya seperti sikap egois yang lebih mementingkan diri sendir dari pada orang lain, gaya hidup yang mewah, kurang membaca, dan lain sebagainya. Mahasiswa yang tadinya dikatakan sebagai agent of change mulai melupakan
tugas dan perannya. Tapi semua itu bisa diatasi dengan meningkatkan dan mengembalikan rasa nasionalime dengan cara kembali mengingat dan memahami arti perjuangan yang sudah dilakukan pemuda pada zaman dahulu, mengamalkan nilainilai pancasila, mengikuti organisasi, dan lain sebagainya. Sebagai salah satu generasi muda Indonesia jangan pernah melupakan tugas kita sebagai seorang pemuda. Pemuda terdahulu adalah mereka yang sudah bersusah payah untuk memperjuangkan hak-hak rakyat demi tanah air tercinta. Hendaknya pemuda saat ini bisa melanjutkan perjuangan mereka dan bisa dimulai dari cara yang sederhana, seperti saling menghargai satu sama lain.
Sumber : Litbang Genta Andalas Grafis : Produksi
Unand Raih Medali Perunggu Pada Pomnas 2017
U
niversitas Andalas (Unand) meraih medali perunggu pada cabang olahraga Tarung Derajat dalam Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) XV di Sulawesi Selatan. Kepala Bagian Kemahasiswaan sekaligus pendamping mahasiswa, Eriyanti merasa bangga dan bersyukur atas prestasi yang membanggakan ini. “ Alhamdulilah , atlet Unand mendapat satu perunggu dari cabang olahraga Tarung Derajat,” ujarnya. Medali perunggu tersebut berhasil diraih Febri Muliady, mahasiswa peternakan yang menang pada babak penyisihan. Meski kalah dalam babak semi final, Febri mengaku sudah memberikan hasil yang maksimal. “Saya diajarkan untuk total dalam bertanding, jadi menang ataupun kalah tidak ada kekecewaan karena sudah maksimal
dalam pertandingan,” katanya saat diwawancarai, Jumat (3/11/17). Selain itu, Febriadi mengatakan berbagai persiapan telah di lakukannya mulai jauh-jauh hari. Latihan fisik dan menjaga pola makan merupakan hal utama.”Dua bulan sebelum bertanding pola makan sudah di atur, seperti dilarang makan makanan yang pedas dan berminyak, juga persiapan latihan fisik seperti jogging, fitness, lari, dan lain-lain,” tutur mahasiswa angkatan 2012 ini. Febri juga menyebut bahwa pihak Unand telah memberikan dukungan penuh untuk persiapannya. Ia tak perlu membuat proposal keberangkatan karena sudah dibantu oleh pihak Unand. “Pihak Unandsudah langsung berkoordinasi dengan pihak Bapomi Ivo yi Sumbar,” ucapnya. Ivo,, A Ayi
Dok. Pribadi MENANG: Perwakilan Unand berhasil meraih medali perunggu pada Pomnas 2017
Konsumsi Listrik Unand Capai 720 Juta Perbulan
S
Foto: Rizka
Fakultas Teknik Optimis 2020 Terakreditasi ABET
A
digunakan seperlunya. Sementara itu, Kepala Bagian Umum dan Rumah Tangga Unand, Amri mengatakan himbauan tersebut sudah lama berlaku, hanya saja belum berupa tulisan. Pihak Unand hanya mengingatkan kepada dekandekan setiap fakultas untuk hemat listrik. Keluarnya himbauan tertulis tersebut, lanjut Amri, tidak ada sangkut paut dengan menipisnya anggaran Unand untuk membayar listrik, akan tetapi hanya sebagai alarm untuk semua civitas akademika untuk hemat listrik. “Dengan adanya himbauan tertulis tersebut, secara otomatis akan membuat pengguna listrik sadar bahwa biaya listrik Unand cukup tinggi sehingga kepedulian itu ada,” tuturnya. Rizka
ccreditation Board for Engineering (ABET) and Technology merupakan lembaga akreditasi internasional yang berpusat di Amerika. Melalui program Leadership in Engineering Education Accreditation Program (LEEAP) yang dimentori oleh Arizona State University, Fakultas Teknik (FT) Universitas Andalas (Unand) mendapat bantuan untuk menyiapkan program akreditasi ini yang berakhir pada bulan September 2016. Selama satu tahun tersebut, FT Unand banyak mendapat pembinaan untuk menyiapkan kurikulum berlandaskan ABET. Dedison Gasni selaku Ketua Pusat Penjaminan Mutu LP3M Unand berharap agar FT Unand dapat terakreditasi ABET.”Diharapkan tahun 2020 Fakultas Teknik sudah terakreditasi ABET,” ujarnya saat ditemui diruangannya,Senin (13/11/ 2017). Selain itu, Dedi mengatakan butuh waktu empat sampai lima tahun untuk mempersiapkan ini. Dedi juga menyebutkan data yang patut dipersiapkan berupa Self Study Report (SSR) yang didalamnya
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
ejumlah pamflet berisi ajakan untuk menghemat listrik menempel di dinding masingmasing gedung perkuliahan Universitas Andalas (Unand). Pamflet tersebut bertuliskan biaya listrik Unand mencapai 720 juta perbulan. 600 juta untuk kebutuhan listrik aktivitas civitas akademika Unand dan 120 juta untuk pembayaran listrik Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Unand. Wakil Rektor II Unand, Syafrizal menghimbau agar seluruh civitas akademika Unand dapat menghemat listrik. “Sebab kalau kita hemat sepuluh persen saja perbulan, itu sudah luar biasa,” ujarnya saat ditemui diruangan, Rabu (25/10/2017). Penggunaan aset Unand, kata Syafrizal, haruslah dilakukan dengan efisien, maksudnya efisien bukan berarti mengurangi, tetapi
ada delapan kriteria yaitu Students , Program Educational Objective, Students Outcomes, Continuous Improvement, Curriculum, Faculty, Facilities, Instutional Support. “Sejauh ini persiapan SSR sudah 75%, yang belum selesai yaitu Continuous Improvement , selanjutnya tinggal dilakukan siklus kedua untuk asessment, karena assesment baru dilakukan sekali,” katanya. Sementara itu, untuk akreditasi ABET pada Oktober 2018, rediness review akan di kirim dan setelahnya diadakan evaluasi, selanjutnya pada tahun 2019 akan di submit kembali dan sekitar bulan Oktober sampai Desember 2019 akan ada kunjungan dari tim penilai ABET ke Unand. Sementara untuk hasilnya akan keluar pada tahun 2020. Dekan Fakultas Teknik, Insannul Kamil mengharapkan dengan adanya akreditasi ABET, mahasiswa dapat bersaing baik secara nasional maupun internasional. Selain itu, ia juga berharap agar tujuan pendidikan dapat terpenuhi yakni menghasilkan mahasiswa yang memiliki kompetensi. Caca, Melati
Razia Mahasiswa Berambut Gondrong
B
erdasarkan peraturan rektor No.53.a/XIII/A/UNAND-2011 tentang tata tertib kehidupan kemahasiswaan di kampus, Dekan Fakultas Pertanian Munzir Busniah melakukan razia bagi mahasiswa yang berambut gondrong melebihi kerah baju pada tanggal 2 Oktober 2017. Razia ini juga disertakan dengan larangan menggunakan anting bagi pria. “Jika masih ada mahasiswa yang berambut gondrong, maka akan dilakukan tindakan lebih lanjut berupa pemotongan rambut. Peraturan ini berlaku kepada semua mahasiswa Unand selama masih terdaftar menjadi mahasiswa aktif,” ungkap Wakil Dekan III Fakultas Pertanian Unand Adrinal saat ditemui di ruangannya,
Selasa (3/10/2017). Bagi mahasiswa yang tidak setuju, lanjut Adrinal, silahkan membawa surat aturan pengganti yang sudah disetujui oleh rektor yang menyatakan mahasiswa Unand boleh berambut gondrong, maka Adrinal akan memenuhi keinginan tersebut. Menanggapi hal tersebut mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah angkatan 2012 Fadly Anderson tidak mendukung kebijakan rektor tersebut. “Tidak ada hubungannya antara panjang rambut dengan proses pembelajaran. Saya masih akan mempertimbangkan untuk melakukan peraturan tersebut,” a katanya. Tik ika
Minim Ruang Pertemuan, Fakultas Pertanian Renovasi Hall HPT
W
akil dekan II Fakultas Pertanian Faidil Tanjung mengatakan sulitnya mencari ruangan kosong untuk melaksanakan berbagai macam acara menjadi alasan direnovasinya hall Hama Penyakit Tanaman (HPT) di Fakultas Pertanian, Universitas Andalas. Renovasi yang dilakukan meliputi Hall HPT dan taman kecil di sebelahnya. Ruangan yang biasanya terbuka, kata Faidil, sekarang dibatasi oleh dinding di sekelilingnya dan ditutupi oleh atap pada bagian atas taman. Faidil menyebutkan bangunan yang direnovasi tersebut akan digunakan sebagai ruang pertemuan maupun acara. Seperti ruangan untuk acara seminar, pelaksanaan wisuda fakultas, pertemuan dosen ataupun untuk kegiatan mahasiswa. “Ruangannya akan direnovasi sedemikian rupa, sehingga layak digunakan untuk mengangkat acara-
acara besar, paling tidak seperti fasilitas Convention Hall,” ucapnya saat ditemui diruangnnya pada Kamis 16 November lalu. Renovasi ruangan, lanjut Faidil, membutuhkan dana lebih kurang 180 juta. Rencanaya akan dilakukan secara bertahap dan akan terus berlanjut di tahun 2018. Sedangkan untuk ruangan mahasiswa, rencanya akan dibuat disebelah labor Fitopatologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman yang sekarang masih berupa kantin. “Ruang mahasiswa akan dibangun secara bertahap di sebelah labor Fitopatologi dekat kantin salsa. Ruangan itu dilengkapi Wifi dan fasilitas lainnya. Sedangkan kantin salsa akan pindah ke bagian bawah bangunan Fakuktas Pertanian. Rencananya di tempat itu akan dibangun food court ,” ucapnya. a T ik ika
Foto: Endrik
PEMBANGUNAN: Seorang dosen tengah berjalan di Hall Fakultas Pertanian yang sedang dibangun
Fakultas Pertanian Targetkan Alumni Serap Dunia Kerja Lewat Program Magang
F
Foto: Agung JEL ASK AN: WDI Fakultas Pertanian jelaskan program magang JELASK ASKAN:
akultas Pertanian (FP) Universitas Andalas (Unand) targetkan lulusan FP memiliki pengalaman kerja. Disebutkan dalam surat edaran Dekan FP, Munzir bahwa magang wajib bagi mahasiswa semester lima mulai dari angkatan 2016 sampai seterusnya dengan dua sks yang wajib untuk diambil oleh mahasiswa pertanian. Ia juga menyebutkan hal tersebut didasarkan karena lulusan FP tidak banyak memiliki pengalaman kerja. Selain itu, lulusan pertanian banyak yang mencari prospek kerja pada sebuah instansi, hanya saja tidak memiliki pengalaman kerja. “Program ini bertujuan untuk memberikan pengalaman kerja pada calon alumni Fakultas Pertanian,” ungkapnya di ruang sidang dosen lantai tiga Fakultas Pertanian Unand, Kamis (19/10/ 2017). Lebih lanjut, Wakil Dekan I FP, Irawati Chaniago menyebutkan latar belakang program ini diadakan karena Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang terfokus pada tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Selain itu, hal tersebut juga mengacu pada UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan tinggi, peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Pasal 6 ayat 4 yang menyatakan pengalaman kerja mahasiswa berupa pengalaman dalam kegiatan pada bidang dan jangka waktu tertentu yang berbentuk pelatihan kerja, kerja praktik, praktik kerja lapangan atau bentuk kegiatan lain yang sejenis. “Latar belakang kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa menguasai keterampilan dan keahlian tertentu, kesempatan mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari serta mempelajari seluk beluk standar kerja, kesempatan jejaring antara mahasiswa yang dapat menjadi bekal dalam menjalankan karir yang sesungguhnya,” tuturnya. Terkait anggaran dana, Irawati mengatakan bahwa biaya akan ditanggung sendiri oleh mahasiswa yang bersangkutan layaknya Kuliah Kerja Nyata. Agung, Endrik
FK Unand Klarifikasi Viralnya Video Permainan CIMSA
V
iralnya video permainan pasang kondom yang diadakan oleh Center for Indonesia Medical Students (CIMSA) dalam acara National Meeting, Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Andalas (Unand), Wirsma Arif Harahap angkat bicara mengenai hal tersebut. “Rangkaian acara tersebut dipersiapkan oleh CIMSA pusat, bukan CIMSA Unand,” ujarnya saat ditemui di ruangan, Kamis (2/ 11/2017). Arif menuturkan kesalahan berasal dari pihak panitia yang memvideokan kejadian tersebut pada saat di lokasi dan mengunggahnya ke media sosial. Menurutnya, penyampaian materi tersebut harusnya dilakukan dalam suasana proses
belajar dalam sebuah forum diskusi hingga seminar.”Hal tersebut harus diajarkan dengan serius, bukan untuk bahan permainan,” kata Arif. Mahasiswa Unand yang berada dilokasi kejadian, kata Arif, hanya berjumlah dua orang dengan status sebagai delegasi CIMSA Unand. Arif juga menyebut bahwa dua mahasiswa tersebut sudah diproses oleh pihak fakultas. “Dua mahasiswa tersebut sudah diproses, walaupun mereka tidak telibat dalam hal tersebut,” jelas Arif. President CIMSA Unand, Muhammad Farhan menuturkan Unand hanya sebagai penyelenggara acara.Farhan menuturkan bahwa pihak CIMSA Pusat sudah bertanggungjawab dalam masalah
tersebut.”CIMSA Unand hanya sebagai tuan rumah penyelenggara acara, tetapi untuk konsep kegiatan semuanya sudah dipersiapkan oleh CIMSA pusat,” tuturnya. Senada dengan itu, Vice President for External AffairsCIMSA Unand, Ihsiani Nadhifa menuturkan bahwa pihaknya
hanya mengkonsepkan acara Welcome Party dan Farewell Party. “Bidang acara CIMSA Unand hanya memikirkan konsep untuk acara welcome party dan farewell party, tidak mempersiapkan konsep untuk kegiatan lainnya,” Pitnia, Juni katanya.
selengk apnya kkunjungi unjungi portal berita selengkapnya gentaandalas.com
Grand Opening Rumah Sakit Universitas Andalas
TAND AT ANGAN: Penandatangan Prasasti sebagai bukti peresmian Rumah Sakit ANDA TANGAN: Universitas Andalas oleh Wakil Presiden, Jusuf kalla.
SIMBOLIS: Mufidah Jusuf Kalla sedang melakukan pemotongan pita dalam acara grand opening Rumah Sakit Universitas Andalas
SAMBUT AN: Wakil Presiden Jusuf Kalla sedang memberikan sambutannya dalam AMBUTAN: grand opening Rumah Sakit Universitas Andalas
FOTO BERS AMA: Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan hadiah kepada pemenang BERSAMA: Minang Entrepreneurship Award 2017 dan berfoto bersama
PAP ARK AN: Rektor Unand Tafdil Husni sedang menjelaskan tentang Rumah Sakit APARK ARKAN: Universitas Andalas kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla
BINC ANG: Wakil Presiden Jusuf Kalla berbincang dengan dokter Rumah Sakit UniBINCANG: versitas Andalas
Komunitas 1000 Guru Sumbar, Aksi Nyata Peduli Pendidikan
G
uru adalah seseorang yang menampilkan foto-foto realita tentang dipandang sebagai seorang pendidikan anak-anak di daerah pahlawan yang rela berkorban pedalaman. Kemudian komunitas ini tanpa meminta balas atas apa yang telah ia berkembang menjadi aksi nyata yang beri. Tidak peduli harta yang penting langsung turun ke lapangan. Pada akhir memberi, begitu ungkapan untuk seorang tahun 2013 komunitas yang pada mulanya guru. Karena ilmu mereka tak pernah habis berpusat di Jakarta itu akhirnya berkembang meski dibagi kepada siapa saja. Tak harus ke daerah, hingga sampai di daerah menjadi sarjanawan, atau berlatar Sumatera Barat (Sumbar). pendidikan. Guru adalah mereka yang mau berbagi ilmu kepada siapapun. Dengan senang hati memberikan apa yang ia tahu untuk mereka yang belum tahu. Sosok guru merupakan pelita dalam gelapnya pendidikan suatu bangsa. Kondisi pendidikan Indonesia yang belum merata, baik dari segi sarana prasarana, hingga ilmu yang ditransfer kepada siswanya, menjadikan hadirnya suatu komunitas yang bernama 1000 Guru Sumbar. Humas dari Komunitas 1000 Guru Sumbar, Halfi Hasanah menjelaskam awal mula berdirinya komunitas ini berasal dari hobi anakanak muda yang senang travelling. Namun lama-lama, karena tak ingin petualangan yang dilakukan berakhir dengan sia-sia, maka dibentuklah sebuah komunitas yang ingin memberikan maafaat bagi sesamanya, yaitu komunitas yang bergerak untuk membantu pendidikan di Indonesia. “Pada mulanya komunitas ini hanya berasal dari anak-anak muda yang MENGABADIKAN : Komunitas 1000 guru suka bepergian. Tapi mereka juga Padang. ingin perjalanan mereka itu tidak siasia,� ujarnya sore itu ketika Komunitas 1000 Guru Sumbar diwawancarai oleh kru Genta Andalas. Komunitas ini didirikan oleh Jami berdiri sejak 4 Juni 2015. Sejak awal berdiri Ngadiono pada tahun 2012 yang waktu hingga saat ini komunitas 1000 Guru itu awalnya menggunakan akun twitter Sumbar telah memiliki lebih dari 100 @akun1000guru. Akun tersebut sering volunteer. Anggota dari komunitas ini
berasal dari berbagai kalangan dari usia 1835 tahun. Untuk tergabung dalam anggota komunitas ini tidak harus berlatarkan pendidikan, namun siapa saja dapat turut serta dengan memenuhi persyaratan yang berlaku. Komunitas ini hadir untuk membantu anak-anak pedalaman dalam bidang pendidikan, khususnya untuk siswa sekolah dasar (SD) di Sumbar.
Dok. Pribadi Sumbar pada salah satu SD di kota
Komunitas ini sudah membantu beberapa SD diantaranya SD di daerah Pariaman, Solok, hingga Pesisir Selatan. Sekolah yang diberikan bantuan oleh komunitas 1000 Guru Sumbar adalah
sekolah dengan kriteria siswanya sedikit atau kemampuan ekonomi dari orang tua siswa golongan menengah kebawah. Kagiatan yang biasa dilakukan oleh komunitas ini adalah TNT (Travelling and Teaching ) dan TNG ( Travelling and Giving). TNT biasanya dilakukan sebanyak empat kali dalam waktu satu tahun. Komunitas ini melakukan perjalanan ke berbagai daerah pedalaman di Sumbar. Kemudian memberikan bantuan serta transfer ilmu pada siswa SD di sana. Perjalanan tersebut biasanya dilakukan selama tiga hari. Setelah melakukan TNT, komunitas ini melakukan aksi lanjutan TNG, yaitu aksi yang dilakukan untuk membantu siswa SD di sekitar Kota Padang. Bantuan tersebut berupa aksi mengajar yang dilakukan langsung oleh alumnus dari komunitas dalam waktu satu hari, yang biasanya dilakukan pada saat weekend. Halfi juga mengatakan bahwa selain TNT dan TNG, komunitas tersebut juga melakukan kegiatan car freeday disetiap hari Minggu di Gor Padang. “Di sana kami menjual berbagai pernak-pernik, seperti baju, gelang, serta topi dengan logo 1000 Guru Sumbar, kemudian hasilnya akan dimasukkan ke kas komunitas,â€? lanjutnya. Halfi berharap agar komunitas 1000 Guru Sumbar ini makin berkembang dan memberikan manfaat bagi penduduk khususnya siswa SD di Sumbar. Ia juga berharap dengan adanya komunitas ini semakin banyak orang yang sadar dan mencoba membantu pendidikan di indonesia.  Rani
.....sambungan dari halaman 7 saat sudah berada di sana, segalanya sudah tempat selfie bagi mereka yang hobi dari Gandoriah. Baru terasa libur rasanya tersajikan dengan sempurna. Banyak jenis fotegenik. Tugu berbentuk kapal di depan ketika melihat penyu-penyu dalam bak minuman dan makanan yang dapat gerbang masuk pantai Gandoriah salah ukuran cukup besar itu menjulurkan dinikmati dengan harga yang tak jauh berbeda dari warung-warung biasa di tempat umum. Souvenir yang menarik dan beragam pun bisa dengan mudah didapatkan di sana. Di sepanjang pantai terdapat beberapa tempat untuk menikmati minuman dan makanan, namun tempat itu tak banyak menyajikan tempat bermain seperti wisata lain. Tetapi ada satu pulau menarik yang dapat dikunjungi di Pantai Gandoriah tersebut. Tak sekadar menaiki kapal yang menuju pulau itu saja, tapi pesona air yang dipisahkan oleh perahu kecil menyajian sensasi bahagia tersendiri, apalagi diabadikan RAMAI : Suasana Pantai Gandoriah ramai dikunjungi wisatawan. dengan kamera. Tak perlu kamera DSLR, kamera handphone (hp) pun sudah sangat mumpuni karena satunya. Apalagi tumpukan batu di tepi lehernya dan berlari sembari berharap bisa wilayah pantai yang diterangi cahaya pantai yang tak jelas apa gunanya seketika keluar dari tempat itu. Sedih rasanya melihat matahari mendukung untuk kamera hp menjadi menarik bagi mereka yang gemar mereka tampak bingung menatap dinding mengambil foto di sana. fotogenik, seperti batu-batu yang ditata keramik putih itu, apa daya jika saya yang Cukup banyak yang dapat menjorok ke arah laut. menjadi mereka, mungkin saya sudah mati dinikmati dari tempat ini, bahkan semen Menjelang senja kami berpindah ke seketika. Meski demikian mereka yang sejatinya tak menarik dapat menjadi tempat penangkaran penyu yang tak jauh tampaknya sudah terbiasa melihat wajah
manusia yang aneh berdatangan, mereka hanya menatap dengan tatapan lugu lalu pergi kesisi lain seakan menunjukkan kebolehannya dalam berenang. Lebih menarikya kunjungan kami disuguhi warna senja yang begitu menawan. Sinarnya menyentuh langit-langit sore memberi rasa nyaman bertabur senang. Sangat sayang rasanya mengabaikan momen tersebut tanpa diabadikan dengan kamera, tak masalah kamera 2 MP pun sudah menjadi modal yang baik. Tepat di sekitar tepi pantai, yang ditumpukkan batu berbagai ukuran membentuk teluk yang menjorok ke tepi pantai menjadi tempat persinggahan kami sebelum pulang. Mengabadikan foto Foto : Ist. bersama dengan latar belakang senja menawan keemasan. Selesai menikmati keindahannya kami pergi meninggalkan jejak langkah kenangan di sepanjang pasir pantai Gondoriah itu
*P enulis Merupak an Mahasiswa *Penulis Merupakan Jurusan Agroteknologi Fak ultas P ertanian akultas Pertanian Universitas Andalas
Menjadi Petani Itu Adalah Kekinian Oleh : Dr. Gusmini, S.P, M.P*
S
umpah pemuda diperingati oleh generasi muda Indonesia setiap tahunnya pada tanggal 28 Oktober. Peringatan sumpah pemuda merupakan hari yang semestinya memberikan inspiratif bagi generasi muda Indonesia saat ini. Sumpah pemuda merupakan hari untuk generasi muda memikirkan cara demi mewujudkan kemajuan bangsa Indonesia saat ini. Sumpah pemuda merupakan waktu penting untuk meresapi makna janji sumpah pemuda tersebut untuk mencintai tanah air, bangsa, dan bahasanya adalah Indonesia. Sumpah pemuda adalah hari untuk mengenang jasa para pemuda yang telah berjuang bagi kemerdekaan Indonesia. Pemuda harus bisa tampil dan memiliki semangat yang tinggi untuk membangun bangsa. Pemuda adalah pemilik dan pelaku pembangun masa kini untuk masa depan bangsa. Pemuda adalah salah satu tonggak yang paling kuat dalam pondasi negara sehingga peranan pemuda sangatlah penting bagi kemerdekaan Indonesia.
Pemuda masa sekarang adalah tipe pemuda milenial yang tak pernah lepas dari gadget dan media sosial lainnya. Generasi milineal merupakan generasi anak muda yang disibukan dengan pola hidup modern. Generasi yang konsumsi internetnya melebihi generasi muda sebelumnya. Seharusnya, generasi milenial mampu menciptakan teknologi, sukacita, harapan, dan kebenaran melalui media sosial yang banyak diminati saat ini. Sebagai bagian dari generasi muda Indonesia kita dapat merasakan jauh tertinggalnya jika dibandingkan generasi muda di negara maju lainnya, salah satunya Jepang. Pe muda Jepang memiliki karakter yang baik dalam menuntut ilmu dan interaksi sosial, antusias tinggi, serta gigih dalam meraih cita-cita. Gambaran generasi muda Jepang ini dapat saya rasakan pada saat menempuh program doktor di Prefectural University of Hiroshima, Jepang. Di negara Jepang sangat banyak yang menjadi profesor dan ahli teknologi dalam usia yang sangat
muda belia yakni pada usia 25-27 tahun. Usia yang masih sangat muda sekali, jika dibandingkan dengan ahli-ahli (profesor) yang ada di negara kita. Belajar dari peristiwa tersebut, maka sebaiknya sebagai generasi muda Indonesia kita dapat meneladani semangat dan budaya kerja keras masyarakat Jepang demi meraih cita-cita dalam membangun bangsa dan negara yang sangat kita cintai ini. Meskipun, saat ini telah banyak tokoh pemuda Indonesia yang berhasil hingga mendapat sorotan internasional melalui
tidak masuk akal untuk dilaksanakan. “Secara statistik kurva normal untuk lulus dengan sangat memuaskan 30% itu tidak normal dan dipaksakan. Jika itu dipaksakan maka itu tidak normal,” ujarnya. Selain itu, Syukriati juga mengatakan kekhawatirannya terhadap pandangan orang luar terhadap Unand. Daripada harus meningkatkan mahasiwa yang lulus dengan sangat memuaskan 30% lebih baik meningkatkan iklim akademis. “Iklim akademis di sini maksudnya seperti belajar bersama dan meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Dengan adanya surat edaran WR I tersebut, akan berdampak untuk jangka waktu panjang tidak bagus. Nilai sangat memuaskan yang dipaksakan berdampak buruk bagi mahasiwa sendiri terutama di dunia kerja nanti. Padahal IPK tidak lagi menjadi acuan tetapi kualitaslah yang membuktikan,” katanya. Surat edaran yang dikeluarkan oleh WR I terkait masalah remedial mendapat beberapa pertanyaan dan kebingungan. Hal tersebut dikatakan oleh salah seorang Dosen Jurusan Teknik Sipil Japri Tanjung bahwa apakah pimpinan Unand sudah memahami peraturan akademik yang sudah berlaku setiap tahun? Japri Tanjung mengatakan dalam peraturan akademik tidak memberatkan mahasiswa untuk memiliki nilai minimal B, tetapi pada surat edaran tersebut mahasiswa seakanakan dituntut untuk memiliki nilai minimal B. “Jika surat edaran statusnya lebih tinggi daripada peraturan akademik, maka kita mengikuti surat edaran tersebut, tetapi jika peraturan akademik lebih tinggi statusnya daripada surat edaran tersebut, maka kita harus mengikuti peraturan tersebut,” tuturnya. Japri Tanjung juga mengatakan bahwa dalam surat edaran tersebut tidak terdapat syarat dan ketentuan untuk melaksanakan hal tersebut. “Seharusnya jika surat edaran tersebut diberlakukan untuk setiap jurusan, maka harus ada petunjuk pelaksanaan untuk melaksanakannya. Hal itu karena setiap jurusan memiliki perbedaan dalam teknis pelaksanaan,” katanya.
Ia mengambil contoh dari peraturan akademik mengenai kehadiran mahasiswa dan dosen. Mahasiswa harus hadir minimal 75% dari total kehadiran mata kuliah tersebut, dan jika tidak mencapai angka itu maka mahasiswa tersebut tidak dapat mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Begitupula dengan dosen dimana dosen harus hadir 90% dari total kehadiran. “Jika mahasiswa hadir minimal 75%, memenuhi kewajiban tugasnya dan mengikuti semua ujian maka tidak perlu surat edaran tersebut karena dapat diperkirakan nilai yang diperoleh minimal B,” ucapnya. Japri tanjung juga mengatakan bahwa remedial di Teknik Sipil sudah ada sejak lama. “Jika ada mahasiswa yang sakit dan tidak dapat ikut ujian maka ia dapat mengikuti ujian susulan, dan hal tersebut sudah termasuk perbaikan atau remedial,” tuturnya. Salah seorang mahasiswa Fakultas Keperawatan Aqis Balqis Qisty mengungkapkan setuju terhadap surat edaran WR I tersebut. Ia mengatakan Unand adalah universitas terbaik di Indonesia. “Lulusannya memang harus berkualitas. Untuk melihat lulusan berkualitas IPK kita juga harus bagus dan terkontrol,” katanya. Ia berpendapat Unand memberikan kesempatan dua kali remedial karena kita nantinya akan bersaing di dunia kerja jika nilai kita bagus maka kita mampu untuk bersaing. “Adanya remedial membuat kita dapat belajar lagi sehingga pemahaman kita lebih banyak lagi mengenai suatu mata kuliah itu,” ungkapnya. Lain halnya dengan Aqis, ungkapan tidak setuju juga ditunjukkan oleh salah seorang mahasiswa Jurusan Marematika, Asyraf Mardhiyah kurang setuju dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh WR I tersebut, ia mengatakan bahwa setiap mahasiswa memiliki kesibukan masingmasing. Menurutnya surat edaran WR I seolah menuntut mahasiswa untuk fokus dengan akademik, hingga tidak bisa menyeimbangkan antara akademik dengan
.....bersambung ke halaman 19
.....sambungan dari halaman 8 mengajar. Selain itu kualitas mahasiwa juga merupakan salah satu pertimbangan ia tidak setuju dengan surat edaran tersebut. Riwayadi berpendapat dampak bagi kegiatan proses belajar mengajar akan muncul banyak kemungkinan misalnya ketua jurusan akan menekan dosen untuk memberikan nilai B kepada mahasiwa dengan cara remedial sebanyak dua kali. Hal ini akan mempengaruhi kualitas mahasiwa.”Harus tamat empat tahun, tidak ada nilai B-. Jika 30% ini tetap dipaksakan, maka akan ada indikasi jika ketua jurusan akan menekan atau mendesak agar mahasiswa mendapatkan nilai B atau A,” ungkapnya. Hal ini, lanjut Riwayadi, juga akan mengakibatkan inflasi nilai terhadap mahasiwa. Inflasi nilai akan berdampak bagi mahasiswa yaitu diragukannya nilainya tersebut. Selain itu mereka juga akan mengalami kesulitan untuk bersaing di dunia kerja karena untuk bersaing di dunia kerja IPK tidak terlalu diperlukan dan lebih mementingkan kualitas. Selain itu Riwayadi juga tidak setuju dengan remedial karena hal tersebut akan bertentangan dengan sistem SKS, karena sistem SKS tergantung dengan prestasi mahasiswa, jika prestasi mahasiswa bagus maka ia akan mendapatkan keuntungan yaitu dapat mengambil SKS lebih banyak dari pada mahasiwa yang tidak berprestasi. Selain itu mereka juga dapat tamat lebih cepat ketimbang mahasiwa yang malas-malasan. “Dengan sistem SKS akan ada perbedaan antara mahasiwa yang berpretasi dengan siswa yang malasmalasan. Sementara itu dalam sistem paket masuk satu angkatan, pelajaran yang diberikan mata kuliah juga sama setiap semesternya, kalau tidak lulus bisa remedial sehingga nanti mereka akan tamat secara bersamaan,” ungkapnya. Sependapat dengan Riwayadi, Syukriati Syukur selaku Dosen Fakultas Ekonomi mengaku tidak setuju dengan surat edaran WR I tersebut. Ia berpendapat bahwa hal itu secara ilmiah
kegiatan lain diluar akademik, seperti organisasi, komunitas, hobi, maupun kerja paruh waktu. “Kalau mahasiswa dituntut harus mendapat nilai B, mahasiswa tidak akan mampu menyeimbangkan antara akademik dengan organisasi,” katanya. Ia sendiri juga telah memiliki pengalaman mendapat nilai yang kurang memuaskan. Baginya ada atau tidaknya surat edaran dari WR I, ia memang berniat untuk mengulang mata kuliahnya yang gagal lewat semester pendek. Karena setiap mahasiswa tentunya ingin memperoleh nilai tinggi sesuai dengan kemampuan maksimal mereka. Dachriyanus mengatakan karena ini masih surat edaran, wajar saja jika dosen tidak menuruti. “Dosen juga belum tentu mau, mahasiswa sudah GR aja, itu tergantung dosennya, tapi nanti saya coba cari cara lain,” ujarnya. Ia mengungkapkan hal ini menjadi starting point, target, dan evaluasi secara menyeluruh. “Ini kan target, pasal 44 sudah ada peraturannya dalam peraturan akademik Unand surat edaran ini hanya himbauan atau pesan moral untuk pencapaian lulusan Unand yang lebih baik,” ungkapnya. Pendidikan pada dasarnya tidak hanya mentransfer ilmu tapi juga merupakan pembentukan karakter kepada mahasiswa. Kegagalan mahasiswa dalam satu mata kuliah juga merupakan salah satu bentuk proses pembentukan karakter mahasiswa. Bagaimana seorang mahasiswa menindaki hal tersebut dengan baik, apa hal itu harus dia lakukan untuk mengatasi kegagalan tersebut, karena nilai yang baik juga tidak akan menjamin keberhasilan seorang mahasiswa di dunia kerja. Bagian terpenting dari pendidikan sebenarnya adalah bagaimana seorang mahasiswa nantinya mampu menyelesaikan persoalan dengan baik dan mampu beradaptasi di lingkungan ia bekerja. Aza,Gefi, Juni, Melati, Mis, Nurul, Pitnia, Rani, Rizka, Vivi, Wita
Pemuda dan Sumpahnya Oleh: Debby Marcho Wijaya*
S
atu aktor utama. Pemuda (atau lebih tepatnya mahasiswa) telah lekat dan dilekatkan sebagai sebuah entitas dalam masyarakat yang memiliki gagasan bersifat rasional, sistematis, dan konstruktif. Kelebihan tersebutlah yang menjadikan mahasiswa memiliki tanggungjawab intelektual dan moral untuk terlibat secara aktif dalam mengentaskan permasalahan masyarakat. Hal ini dapat dilacak dengan dilakukannya ikrar atau sumpah perjuangan untuk mengabdi kepada bangsa dan negara. Setidaknya ada dua sumpah yang memperlihatkan semangat pemuda untuk berkontribusi secara aktif kepada negara, yaitu Sumpah Pemuda dan Sumpah Mahasiswa. Sumpah Pemuda yang dideklarasikan pada 28 Oktober 1928, lahir karena adanya kesadaran mendalam dari para pemuda akan nilai luhur dalam upayanya mencari dan menemukan identitas diri. Sebelumnya, pelbagai organisasi pemuda telah dibentuk berdasarkan atas kesamaan teritorial (primordialisme). Akhirnya, mereka sepakat untuk berserikat guna menghilangkan sekat-sekat teritorial tersebut dengan menghimpun diri dan salah satu instrumennya adalah Sumpah Pemuda.
Karenanya, kesadaran akan pentingnya untuk bersatu-padu terus menjadi stimulus pemuda guna membulatkan tekad demi kemajuan dan peningkatan harkat serta martabat bangsa. Bersamaan dengan pencarian identitas tersebut, pemuda telah memutuskan berpartisipasi untuk mengambil peran dan fungsi di kehidupan masyarakat. Sumpah pemuda menyepakati beberapa poin yang tujuannya adalah untuk menyatukan pemuda, meliputi berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Jadi, semangat utama dari sumpah pemuda adalah semangat persatuan. Lain lagi dengan Sumpah Mahasiswa, yang terbentuk sebagai reaksi mahasiswa dalam upayanya menolak pemerintahan otoritarianisme orde baru. Sumpah yang memiliki diksi bersifat satire, adalah bentuk konkrit kemarahan mahasiswa terhadap penyelenggaraan pemerintah. Mahasiswa memainkan perannya sebagai watch dog atau penjaga terhadap pelaksanaan kekuasaan pemerintah. Karena adanya akumulasi keresahan tersebut, mahasiswa memobilisasi dirinya untuk melalukan aksi g u n a menganulir kekuasaan orde baru. Muatan d a r i sumpah pemuda, merupakan r e a l i t a sekaligus harapan mahasiswa, yaitu bertanah air satu tanah air tanpa penindasan, berbangsa satu bangsa yang gandrung akan keadilan, dan berbahasa satu bahasa tanpa kebohongan. Tentu sumpah tersebut merupakan refleksi atas tindakan pemerintahan yang diselenggarakan secara otoriter. Misalnya saja mengenai tanah air tanpa penindasan. Dilatarbelakangi oleh tindakan represif yang dilakukan dikehidupan masyarakat dan kampus oleh militer ataupun langsung oleh elit, membuat mahasiswa
untuk menuntut penyelenggaraan pemerintahan tanpa adanya penindasan. Karena itu, semangat utama dari sumpah mahasiswa adalah untuk menganulir kekuasaan otoritarianisme orde baru yang syarat akan penyelewengan kekuasaan (abuse of power). Sedangkan dalam konteks Mahasiswa ataupun pemuda hari ini, degradasi moral dan sikap apolitis pemuda berimplikasi pada disorientasi gerakan dikalangan pemuda dalam tataran praktis masyarakat. Mahasiswa cenderung kehilangan tajinya sebagai salah satu kekuatan politik di Indonesia, berikut dengan posisi tawarnya. Gerakan mahasiswa hari ini cenderung mengalami stagnans, terlepas dari pelbagai faktor yang menyebabkannya. Sumpah pemuda dan sumpah mahasiswa hanyalah ulasan bagi mahasiswa untuk kembali mengenang masa kejayaannya di saat yang lalu. Sumpah pemuda seringkali hanya dijadikan sebagai salah satu program kerja bagi organisasi yang harus dilaksanakan sebagai bentuk reromantisme masa lalu, tanpa adanya pemaknaan yang substantif mengenai latarbelakang sumpah pemuda itu sendiri. Seakan mahasiswa tidak melihat dari perspektif, bahwa melalui peringatan sumpah pemuda setiap tahunnya, seharusnya semangat juang justru harus kian menggebu bukan justru mengalami disorientasi gerakan dan akhirnya merayakannya tanpa diiringi oleh semangat perbaikan. Begitu pula dengan sumpah mahasiswa, sumpah ini masih seringkali digaungkan oleh sesama mahasiswa ketika melakukan aksi demonstrasi, namun teriakan tersebut semata hanyalah bagian dari upayanya membakar semangat dari aksi massa serta untuk mengisi kekosongan orasi dari sang orator. Namun teriakan tersebut tidak dijiwai dengan sepenuhnya dan hanya sebatas teriakan kosong makna dan tak berjiwa. Tentu kondisi yang ironi ketika mengaitkannya dengan konteks fungsi dan tanggungjawab yang miliki oleh mahasiswa. Padahal jelas, Vilfredo Pareto dalam teori elitnya, mengklasifikasikan mahasiswa sebagai golongan sub-elit. Golongan ini memiliki fungsi untuk menyeimbangkan sekaligus mengawasi kekuasaan dari penguasa. Namun, seakan tanggungjawab yang diemban tersebut tidak digubris, dan mahasiswa masih saja bersikap apolitis. Melalui tulisan ini, penulis bukan
Pelatihan TOEFL Berhasil Tingk atk an TOEFL Mahasiswa ingkatk atkan Setelah dilaksanakannya pelatihan TOEFL pada term pertama, Hidrayani mengaku pelatihan tersebut telah berhasil meningkatkan nilai TOEFL mahasiswa ratarata 40 poin bahkan ada yang meningkat 150 poin dibandingkan sebelum diberikan pelatihan dengan kehadiran yang masih kurang 50%. Peningkatan tersebut dinilai belum maksimal karena keseriusan mahasiswa dalam mengikuti pelatihan ini masih sangat kurang. Pada term pertama, sebanyak 1800 orang mahasiswa yang mendaftar untuk mengikuti pelatihan hanya setengah yang bertahan hingga pertengahan dan seperempat yang menyelesaikan sampai akhir pertemuan. “Pelatihan ini dibiayai oleh Unand, satu orang mahasiswa ditanggung oleh Unand sebesar Rp 1.600.000. Melihat keseriusan mahasiswa yang kurang tentu Unand akan rugi mengeluarkan uang
miliaran hanya untuk pelatihan,” ungkapnya saat ditemui di ruangannya pada (25/09/2017). Meskipun begitu, salah seorang mahasiswa Jurusan Sistem Komputer angkatan 2013, Roni Ade Putra tetap merasakan manfaat TOEFL Preparation. “Materi pembelajaran dilakukan dari hal dasar, maka pemahaman akan bahasa Inggris semakin meningkat. Metode pembelajaran juga interaktif yang membuat proses belajar menjadi menarik, sehingga saya menjadi lebih percaya diri terutama dalam pengucapan bahasa Inggris,” tuturnya. Senada dengan Roni, mahasiswa jurusan Manajemen, Dhila Arlem yang mengikuti pelatihan TOEFL juga mengatakan bahwa TOEFL sangat bagus diadakan karena pada masing-masing fakultas dan jurusan memiliki batas minimal nilai TOEFL yang harus dipenuhi sebagai syarat kelulusan. Dhila berpendapat dengan
bermaksud untuk merekomendasikan gerakan mahasiswa untuk merumuskan sumpah baru dalam konteks kontemporer. Tapi harus diakui bahwa sumpah yang lahir tersebut (sumpah pemuda dan sumpah mahasiswa), secara historis lahir dalam situasi ekonomi-politik yang tidak stabil. Dan melalui sumpah tersebut, kebulatan komitmen mahasiswa untuk berjuang atas nama rakyat, bangsa dan negara diperlihatkan. Namun, lebih penting dari itu, penulis ingin menyampaikan bahwamahasiswa harus kembali memasifkan gerakannya, sehingga kehadiran mahasiswa dapat dirasakan secara praktis oleh rakyat sebagai bentuk pengadiannya kepada bangsa dan negara. Karena itu, penulis menginginkan agar dinamika dan progresivitas mahasiswa dikembalikan ke dalam koridor seharusnya. Melalui ini pula, penulis juga mengajak mahasiswa secara khusus dan pemuda secara umum untuk memaknai dan menjiwai peringatan sumpah pemuda secara substantif, tidak hanya peringatan yang sifatnya operasional. Terkhusus sumpah pemuda yang selalu digaungkan, penulis juga mengharapkan untuk dijiwai dan dibarengi dengan kesadaran akan tanggungjawab moral yang diembannya. Melalui itu, harapannya gerakan mahasiswa memang bermanfaat pada kehidupan masyarakat, dan menghilangkan menara gading yang mendikotomi antara kehidupan mahasiswa dan masyarakat.
*Penulis merupakan *P enulis merupak an anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Hukum Politik Pengenalan Huk um dan P olitik
.....sambungan dari halaman 6 dipertengahan pelatihan yang sedang berlangsung, maka pihak pusat bahasa tidak menerima dan mahasiswa dituntut harus memenuhi pertemuannya minimal 28 kali pertemuan. Apabila tidak dipenuhi maka akan dikenakan denda sebesar 1.2 juta,” tuturnya. Hidrayani juga menyebut denda akan ditagih hingga ke jurusan mahasiswa bersangkutan. Apabila tidak sanggup melunasi, maka akan bermasalah dengan kelulusan mahasiswa tersebut karena mahasiswa lulus juga berhubungan dengan skor TOEFL yang didapati. Ananda pun mengaku setuju dengan adanya sistem denda yang diterapkan. “Walau sedikit berlebihan, tetapi itu bisa menjadi tameng agar mahasiswa tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan pihak Unand kepada mahasiswa, karena pelatihan TOEFL itu sudah gratis,” tutur mahasiswa Akuntansi ini.
diadakannya pelatihan ini akan memudahkan setiap mahasiswa Unand untuk mencapai nilai tersebut. “Semua mahasiswa diberikan kemudahan untuk mengikuti ini, itu tergantung kembali pada niat dari mahasiswa masing-masing,” ujarnya. Seorang mahasiswa identik dengan generasi penerus bangsa. Mahasiswa yang akan menentukan nasib dan cita-cita negara kedepan. Mahasiswa harusnya dapat membagi waktu dan menentukan apa saja yang terbaik untuk diri sendiri, tak terkecuali pelatihan TOEFL gratis yang diberikan pihak kampus. Mahasiswa diharapkan mampu untuk dapat melirik kehidupan dengan memanfaatkan kesempatan sebaikbaiknya dan meminimalisir hal-hal yang tidak penting demi terwujudnya keinginan dimasa yang akan datang. Aza,Indah, Mis, Muthia, Rival, Rizka, Ulfa
Konsultasi
Mahasiswa Juga Rentan Stres sendiri penyelesaian masalahnya, sementara di sekolah siswa diarahkan oleh guru. Tak hanya itu, pada mahasiswa tingkat dua atau tiga pun juga dapat mengalami stres, hal ini karena masing-masing mahasiswa belum bisa memahami cara belajar masing-masing, sehingga tuntutan dari tugas perkuliahan membuat mereka stres. Belum lagi mahasiswa tingkat akhir yang berkaitan dengan skripsi atau tugas akhir untuk menamatkan pendidikan, tak jarang mahasiswa sering merevisi judul skripsinya. Lalu apa akibatnya jika stres tidak diatasi dan terus berlanjut bagi mahasiswa itu sendiri? Bagaimana cara mengatasi stres tersebut? (Novia Ratna Dewita) Jawaban:
Nelia AF riyeni, S.P si., M.A AFriyeni, S.Psi., (Dosen P sik ologi, F ak ultas Psik sikologi, Fak akultas Kedokteran, Universitas Andalas)
S
tres merupakan gangguan mental yang dialami manusia akibat adanya tekanan atau faktor tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, stres adalah semacam gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar individu. Stres dapat dialami siapa saja, termasuk mahasiswa. Diantara faktor penyebabnya antara lain sistem perkuliahan yang berbeda dengan sistem belajar di sekolah. Mahasiswa dituntut untuk mencari
Stres dikenal dengan dua istilah, yaitu stres positif dan stres negatif. Stres positif (eustress) yaitu stres yang dialami seseorang ketika melakukan hal yang menggembirakan. Sementara stres negatif (diastress ) adalah stres yang dialami seseorang yang dapat merusak diri sendiri, bahkan jika dibiarkan stres tersebut bisa berujung depresi. Cara untuk mengatasi kedua stres ini juga berbeda. Ada Problem Focussed Coping ( PFC) dan Emotional Focussed Coping (EFC). Untuk PFC, pemecahan masalah harus langsung dipecahkan pada inti permasalahan . Misalnya mahasiswa punya kendala dalam pengerjaan tugas. Penyelesaiannya antara lain mahasiswa harus langsung mencari sumber referensi, mencari masalahnya dimana, kekurangannya apa. Misalnya ketika mahasiswa menghadapi dosen yang sulit, maka ia akan mencari tau
dosen ini tipenya seperti apa, dan mencari cara supaya mahasiswa ini nanti lebih baik lagi bertemu dengan dosen. Sedangkan EFC dalam penyelesaian masalahnya, individu harus meredam dulu perasaannya sendiri dan mencari pengalihannya, misalnya curhat dulu ke teman yang dipercaya. Atau bisa melakukan aktifitas lain seperti jalan-jalan dan belanja sesuai keinginan. Namun pastinya yang namanya masalah harus tetap diselesaikan. Apalagi dalam penyelesaian tugas sebagai mahasiswa. Jika stres diibaratkan dengan tong sampah, maka stress tentu juga mempunyai kapasitas masing-masing. Ketika sampah terus menerus dibuang ke dalam tong sampah tanpa membersihkannya, maka lama kelamaan akan menumpuk dan menjadi busuk. Sama halnya dengan stres yang kita alami. Jika dibiarkan terus menerus dan tidak kita lakukan coping, maka d a p a t menimbulkan depresi. Seseorang dapat dikatakan depresi jika stres s u d a h menimbulkan gejala seperti, berkeringat dingin, sering buang air kecil dan lainlainnya. Depresi juga termasuk ke dalam gangguan
yang harus diobati. Jika tidak diobati, maka individu tersebut juga berpotensi gangguan kejiwaan. Namun berbicara gangguan kejiwaan sudah terlampau jauh, karena tidak urusan kuliah saja yang dapat menyebabkan stres . Pada akhirnya, dalam permasalahan yang ada, mengganggu atau tidaknya suatu aktifitas tergantung persepsi masing-masing. Karena setiap orang berbeda-beda dalam menanggapi masalah, ada yang acuh tak acuh, ada yang menganggapnya hal yang sepele, ada pula yang menanggapi itu sebagai masalah besar. Jadi itu tergantung bagaimana seseorang menanggapi permasalahannya sendiri.
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
Komik: Endrik
Sekarang”
“Pemuda Jaman Dulu dengan
M
Penghitung Benih Ikan Otomatis
Harapan tim Aroma yaitu dapat ata Pencaharian di Provinsi Automatic Fry Counter Machine (Aroma) terkendala dalam menghitung benih ikan Sumatera Barat khususnya yang beranggotakan Ryzky Syahreza Ryaldi, secara cepat, tepat dan akurat. Pun untuk balik modal, sebab biaya pembuatan alat Maninjau, sebagiannya Joefrinaldo, Ade Alfauzan, Abdian Hadi meningkatkan efisiensi waktu dan ini tidak murah. “Kalau ada orang yang pesan harus beli komponen-komponen merupakan nelayan, petani benih ikan dan Pasmai, dan Dicky Anugrah. Kelima produktifitas petani benih ikan. Dicky mengatakan sebenarnya alat alatnya dulu. Kami berharap ada sponsor berkaramba. Banyak masyarakat di daerah mahasiswa ini merupakan mahasiswa yang untuk buat alat dan bisa dipasarkan, karena ini sudah ada sebelumnya. Alat ini berasal dari Jurusan Teknik Elektro Unand sekitar Maninjau maupun luar daerah sana membeli benih ikan ke wilayah tersebut. Tak dengan dosen pembimbing Muhammad merupakan pengembangan alat alat ini merupakan kebutuhan bagi para sebelumnya yang telah dibuat, kerena alat petani benih di Indonesia,” katanya. terkecuali Dicky Anugrah, seorang Ilhamdi Ruysdi. Saat mengajukan mahasiswa Jurusan Teknik proposal PKM-Teknologi Elektro yang pernah tahun 2016 lalu, tim membeli benih ikan di Aroma berhasil meraih Maninjau. Saat itu ia ingin juara dua di Pimnas. Hasil membeli benih ikan dengan rakitan mereka tersebut jumlah 4000 ekor kepada dalam bentuk barang jadi petani benih ikan di sana. yang sudah dibiayai. Menurutnya menghitung Ditambah lagi, alat ini benih ikan sebanyak itu akan mendapat juara tiga saat memakan waktu yang lama, lomba K ar ya Tulis dan ia memutuskan untuk Teknologi se-Sumatera duduk menunggu. Namun, yang diadakan di Unand saat memutuskan untuk bulan Mei lalu. Karena alat duduk, 4000 benih ikan ini sudah didanai secara tersebut sudah siap dibungkus gratis, maka alat ini oleh petani benih ikan. Hal diberikan tim secara gratis tersebut membuat Dicky kepada mitra. terkejut, bagaimana 4000 Alat ini dibuat ikan bisa dihitung secepat itu. mulai dari bulan Februari Ia curiga bagaimana bisa hingga bulan Juli tahun menghitung jumlah sebanyak 2016 lalu. Dalam itu hanya menggunakan pengerjaan alat ini tim takaran per gelas. Hal itulah Aroma harus yang kemudian membuat ia menghabiskan uang 2-3 tergerak untuk membuat juta rupiah. Beberapa suatu tekologi penghitung kesulitan saat membuat benih ikan otomatis. Dok. Pribadi alat ini didasarkan pada “Saat itu waktu yang diperlukan menghitung benih ikan di MEMPERAGAKAN : Mahasiswa pembuat alat penghitung benih otomatis memperagakan hasil untuk merakitnya. daerah Maninjau cukup rakitannya. Sulitnya saat dengan takaran per-gelas. mengumpulkan anggota Satu gelas untuk 1000 ekor sebelumnya masih memiliki kekurangan. Cara kerja alat ini cukup mudah, karena memiliki kesibukan masing-masing. benih ikan. Jika saya membeli 4000 benih “Kekurangan alat yang lama Biasanya pengerjaannya efektif hanya pada ikan, petani benih ikan memberi saya 4 gelas benih ikan dimasukkan ke dalam bak takaran,” ungkap Dicky saat diwawancarai penampung bagian atas. Kemudian misalnya jika ingin membeli 1000 benih malam hari setelah Isya dan bekerja sampai alasan mengapa ia membuat alat dilakukan pengetikkan pada keypad jumlah ikan, kita harus masukkan 1200 atau 1300, pagi, begitu seterusnya sampai akhir penghitung benih ikan oleh kru genta benih ikan yang diinginkan. Secara otomatis itu kan berlebih. Nah, kalau Aroma ini, pembuatan alat. Kemudian keterbatasan benih ikan keluar sesuai dengan jumlah yang penghitungannya bisa dihentikan, karena alat, sehingga terpaksa pengerjaanya andalas. pada alat ini servo dan keypadnya dapat diupahkan kepada orang lain, karena kalau Tidak hanya itu saja, Dicky juga diketik dan siap untuk dikemas. Alat yang digunakan tersusun dari mengatur berapa jumlah benih ikan yang dibuat sendiri alatnya tidak bisa persis sama menceritakan pengalaman yang juga dialami temannya. Temannya membeli ikan komponen elektronika, diantaranya ingin dibeli. Sedangkan alat sebelumnya sesuai harapan. “Ditambah kami tak memiliki sebanyak ratusan ribu rupiah di Maninjau. mikrokontroler arduino sebagai tidak bisa dihentikan, jadi perlu dihitung anggota tim yang berasal dari Jurusan Caranya sama, hanya menggunkan takaran, penggerak, sensor inframerah dan sensor lagi,” jawab alumni SMAN 2 Padang ini. Kekurangan alat ini terdapat pada Teknik Mesin. Sehingga untuk pembuatan yaitu takaran keranjang. Satu keranjang photodioda sebagai penghitung berapa berisi 500 ekor ikan, kemudian dikali benih ikan yang lewat, kemudian akan masalah supply daya yang diperlukan alat mekanik dari Aroma kurang sempurna. beberapa keranjang sesuai dengan benih ikan ditampilkan oleh LCD. Pada masing-masing cukup tinggi. Karena alat ini dipasarkan Misalnya servo mesin buka tutup dari mesin yang akan dibeli. Hal ini tentu saja tidak pipa dipasangkan sensor. Pipa yang untuk masyarakat kelas bawah, maka untuk itu belum sempurna,” ungkapnya. Alat Aroma ini juga sudah pernah akurat dan dapat menyebabkan kurangnya digunakan ada 5 buah pipa dengan sebuah supply daya yang tinggi tidak mumpuni servo sebagai mesin buka tutup pada alat dan tidak menguntungkan masyarakat. ditawar beberapa kali oleh pihak luar. efisiensi kerja petani benih ikan. Sebab latar belakang masalah tempat keluarnya ikan yang telah dihitung. Sedangkan alat ini memakai pompa yang Hanya saja belum terealisasi karena dua dari tersebut ia bersama dengan tim memutuskan Aroma akanberhenti sesuai dengan jumlah dayanya lumayan besar. Jika tidak lima anggota tim sudah wisuda dan tiga untuk membuat alat penghitung benih ikan perhitungan secara otomatis sesuai jumlah menggunakan pompa, supply daya bisa lainnya disibukkan dengan agenda masingIndah, Nindi berdaya rendah dan otomatis bisa masing. Indah, dengan memasukkan proposal PKM- benih ikan yang diinginkan. Tujuan dari alat ini adalah mengeluarkan dana operasional yang Teknologi yang dibantu masyarakat mitra. Alat penghitung benih ikan ini diberi nama mengatasi masalah para petani ikan yang murah.
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
IKLAN BARIS @idu.snack.packing : Snack dengan desain kotak standar itu udah biasa. Kalau kotaknya desain Universitas Andalas atau desain organisasimu gimana? Setuju gak? Kalau setuju hubungi kami di 082284227353 (SMS/Telfon/WA/Line/ Ig) @padangios : Nyari Iphone 100% Original BARU (bukan barang replika,kw,sc,hdc,kc)? Dengan harga merakyat, termurah, bergaransi dan terpecaya di kota padang, kunjungi kita di instagram @padangios [Trusted Selling Since July, 2007] dan dapatkan promo setiap harinya, dengan system COD ( Cash On Delivery) Langsung maupun pengiriman Via JNE (Untuk Luar Padang) Proses hanya (1-2) Tunggu apa lagi? Lakukan FIX ORDER sekarang dan dapatkan bonus disetiap pembelian. S&K Berlaku di @padangios. @pece : Butuh buket wisuda yang
cantik dan 082266096951.
murah?
Hubungi
HBD @revilaoktasonjaya semoga bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya, sukses terus, sehat selalu, dan jangan lupa bahagia J HBD @yossi sehat selalu, semoga bisa menjadi insan yang lebih baik lagi kedepannya dan semoga cepat dapat jodoh J @Irhamiwildani: Semangat baut panitia pelatihan nasional humanitarian mapping KSR PMI Unit UNAND. @1KSR @1-KSR KSR:: Semangat dan semoga kita kompak selalu team. MAHASISWA AKHIR semoga kita cepat wisuda dan wisudanya barengan guys. Salam skripsi, #Apis, Randa, Rizki, Ridwan, Tomi, Icha, Ipat, Ami @VivitamaraAisyah: Salam untuk kerabat HIMAPET 07 tetatp kompak selalu
dan on fire, terimakasih untuk waktu yang telah kita lalui bersama selama ini. Terimakasih telah menjadi guru dalam menjalani kehidupan didunia kampus @Melizazha: Assalamualaikum maslimah,yang mau pesan hijab syar’i yang lembut dan tebal, dan berbagai ukuran. Kuy hubungi WA ini 082288357759, IG: Melizazha @Melizazha: Cowok jadi keren kalau gunakan kemeja, yuk yang mau pesan kemeja dengan bahan yang lembut dan halus berbagai ukuran dan warna, kuy hubungi WA ini 0812288357759, IG: Melizazha @AKBP15: Selamat ulang tahun KARKAS 15 yang ke -1. Semoga anak kandang semakin jaya, kampus padangd an payakumbuh, semanagt menikmati dunia kampus dan masa masa praktikum, yang beberapa tahun lagi akan kita tinggalkan
@NRD: Alhamdullillah, waktu berlalu begitu cepat. Semangat untuk melakukan apapun yang positif dan produktif @Endrik: Suatu pesan untuk orang yang paham arti perjuangan. Percayalah kita butuh pengorbanan untuk meraih yang kita anggap mimpi dan cita-cita @ratnasani: Semangat dan selamat menempuh ujian UAS dan ujian hidup @fotocopydanus: menyediakan jasa fotocopy dan print, alat tulis, yang isi pulsa juga bisa. Silahkan ke jurusan tanah fakultas pertanian @RomaFPManurung: Salam buat seluruh mahasiswa diamnapun. Jangan lupa untuk menjadi mahasiswa seutuhnya. Kita bukan cuma sekedar generasi pencetak prestasi tapi kita adlah kaum intelektual dan pemuda. Mari menjadi pemuda yang dirindukan surga gengs :) salam dari
Lomba Hias Kue Eratkan Silaturahmi
B
anyak cara untuk menjalin silaturahmi, salah satunya seperti yang dilakukan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forum Kajian Islam Rabbani Universitas Andalas (Unand), melalui Rabbani Fair lomba menghias kue di kolam Pusat Kegiatan Mahasiswa(PKM), Rabu (22/11/2017). Ketua panitia pelaksana Rabbani Fair Budi Kurniawan mengatakan kegiatan ini bertujuan menjalin silaturahmi antar Forum Studi Islam (FSI) se-Unand, UKM serta untuk berkumpul dan menghasilkan karya kreatif. “Pastinya kumpul bareng lewat
silaturahmi ini dapat menghasilkan karya kreatif,” ungkapnya. Pihaknya juga berharap dengan acara ini bisa lebih mendekatkan dan mengakrabkan UKM maupun UKMF yang ada. Salah seorang peserta Dilla Wirda Putri merasa senang karena dapat ikut berpartisipasi dalam salah satu rangkain acara Rabbani Fair tahun ini. Kalau bisa, kata Dilla, acara ini diadakan kembali tahun berikutnya. “Alhamdulillah, acaranya keren,” katanya. Suci, Sukma
7 dari 9 Calon DPM Sebut Pemira 2017 Sangat Memprihatinkan
T
ujuh dari sembilan calon Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) 2018 menyebut Pemilihan Raya (Pemira) Keluarga Mahasiswa (KM) Unand sangat memprihatinkan. Sebab pada Pemira 2017 terdapat pasangan calon (paslon) tunggal Capres dan Cawapres. Tujuh dari sembilan calon DPM 2018 berpendapat paslon tunggal pada Pemira 2017 terjadi karena kurang gencarnya publikasi oleh Badan Pemilihan Umum (BPU) terkait Pemira. Serta tidak adanya Undang-Undang (UU) yang mengatur secara jelas tentang Pemira. Oleh karena itu, kata Rezki Puspita Dewi, calon DPM dari Fakultas Ekonomi, DPM KM Unand perlu mengubah undang-undang tentang Pemira. “DPM KM Unand perlu membuat aturan yg jelas jika nanti terjadi lagi paslon tunggal,” katanya saat Kampanye Akbar Calon DPM 2018, Senin (20/11/2017).
S
Tak hanya itu, sifat apatis mahasiswa juga merupakan permasalahan terbesar pada pergerakan mahasiswa saat ini. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang calon DPM, Martania Anggrainy. “KM Unand saat ini apatis. Jika saja KM Unand tidak apatis, mungkin pasangan Presma dan Wapresma akan banyak,” katanya. Selain karena apatis, Calon DPM dari Fakultas Teknik Pertanian Juli Arifiansyah menyebut mahasiswa saat ini cenderung lebih fokus pada akedemik. Sehingga mengurangi minatnya untuk berorganisasi. Menurut tujuh dari sembilan calon DPM 2018, Pemira serentak merupakan salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan pada Pemira. Diharapkan dengan adanya Pemira serentak, jumlah pemilih dan euforia Pemira di setiap fakultas lebih meningkat. Rizka
Ria Ricis: Masa Muda Masa Berwirausaha
elebgram Ria Ricis mengatakan, dengan usia yang masih muda, banyak hal yang bisa dilakukan, salah satu contohnya adalah dengan berwirausaha. “Masa muda merupakan masa yang produktif untuk melakukan hal yang positif. Misalnya menggunakan sosial media untuk hal yang bermanfaat,” ujar Ricis pada Seminar Nasional oleh Hipmi Unand, di Auditorium Unand, Senin (6/11/17). Ada beberapa tips untuk berwirausaha Menurut Ria Ricis. “Tips pertama bisa dimulai dengan niat yang tulus, fokus, dan jangan pesimis. Jangan pernah takut rugi, karena dalam berwirausaha itu untung rugi biasa dan pasti akan terjadi,” katanya.
Berwirausaha, kata Ricis, usahakan dimulai dengan hobi. Bila hobi memakai beragam gaya hijab, maka mulailah membuka usaha jualan jilbab. Kalau produknya sudah ada, maka hal yang perlu dilakukan setelah itu adalah promosi. “Percuma jika tidak dipromosikan, saat ini sosial media sudah bisa dimanfaatkan sebagai media promosi. Jangan hanya menggunakan sosial media untuk hal hal yang tidak penting saja, karena kids zaman now lebih sering menghabiskan waktu di media sosial dibanding menonton televisi,” jelasnya. Hal yang membuat kita gagal, lanjutnya, adalah rasa malas, pesimis dan gagal move on. Ivo, Ayi
Merajut Kebersamaan dalam Inaugurasi Peternakan 2017
F
akultas Peternakan (Faterna) Universitas Andalas (Unand) kembali adakan pagelaran seni bernama Inaugurasi Faterna 2016, Sabtu (11/11/2017) di Taman Budaya Padang. Dalam acara ini mahasiswa Peternakan K ampus II Payakumbuh juga ikut berpartisipasi memeriahkan acara. Dekan Faterna Unand, James Hellyward sangat mengapresiasi acara ini. “Saya merasa surprise, karena dalam kesibukan persiapan menghadapi UAS, kegiatan ekstrakurikuler tetap mampu dilaksanakan. Saya memberikan apresiasi untuk itu,” ungkapnya. Beberapa rangkaian acara dalam inaugurasi ini, yaitu bucket drum, dance, baby pompomboys, shadow theater, dan ragam andaleh. Tidak hanya itu, ada juga penampilan spesial dari bintang tamu, yaitu Orkes Taman Bunga. Salah satu dari
rangkaian acara tersebut yang berhasil menarik perhatian penonton adalah ragam andaleh. Salah satu mahasiswa Kampus II Payakumbuh Patria Pradana mengungkapkan tarian ragam andaleh ini merupakan gambaran kehidupan mahasiswa Peternakan Kampus II Payakumbuh yang berasal dari berbagai daerah. “Kami mengangkat penampilan ini untuk menggambarkan kehidupan di Kampus II. Jadi, ibaratnya sesuatu yang beragam itu dijadikan satu kesatuan dalam penampilan kita ini,” ujarnya. Selain ragam andaleh, penampilan shadow theater juga mampu menyita perhatian pengunjung. Shadow theater merupakan penampilan teater berupa bayangan atau siluet manusia yang ditampilkan di balik layar. Suci, Nisa
“
KSR PMI Unand Ajak Pemuda Jadi Relawan di Era Digital
Semua bisa jadi relawan penanggulangan bencana hanya bermodalkan laptop dan internet saja,” ajak Tri Selasa Pagianti selaku pembicara Humanitarian Open Street Map Team (HOT) pada acara seminar nasional KSR PMI Unand di ruang seminar PKM, Senin (20/11/2017). Tri menjelaskan, Open Street Map adalah peta dunia gratis yang dapat diedit dan digunakan oleh siapapun. “OpenStreetMap ini mudah digunakan, gratis tidak dipungut biaya, akurat, terupdate dan bebas mengkostumisasi peta,” jelasnya. Kasubdit penanganan dini BNPB Bambang Surya Putra juga mengenalkan aplikasi InaSAFE yang dapat diakses untuk membantu penanggulangan bencana
dengan membuat suatu skenario dampak bencana dan tindakan yang harus diambil apabila bencana terjadi. “Kalau sudah ada peta detail, kita dapat mengetahui apa yang harus dilakukan selanjutnya,” tuturnya. Bencana hidrologi, kata Bambang, paling banyak terjadi sehingga peran teknologi sangat penting. Seminar ini merupakan bagian dari pekan kepalangmerahan dengan mengundang peserta dari KSR PMI seIndonesia dan menghadirkan Kasubdit Peringatan Dini BNPB, Humanitarian Open Street Map Team (HOT), Disaster Management Innovation (DMI), dan PMI Provinsi Sumatera Barat sebagai narasumber. Caca, Vivi
Unand Sabet Gelar Juara Di Kandang Sendiri
T
uan rumah, Universitas Andalas akhirnya meraih kemenangan setelah berhasil mengalahkan Akademi Maritim Sapta Samudra (AMSS) Padang. Kemenangan tim Unand B ini, menutup turnamen sepak bola antar perguruan tinggi se-Kota Padang yang diadakan oleh Unit Kegiatan Olahraga (UKO) di lapangan sepak bola Unand Rabu, (15/11/2017). kapten tim Unand B, Firman Okta Sandi mengatakan kemenangan tim Unand B diperoleh dari adu penalti di akhir pertandingan. Penalti dilakukan karena pada babak 1 dan 2, kedua tim sama sekali tidak ada yang mencetak gol. Selain itu kondisi lapangan juga menjadi sebab kedua tim tidak meraih skor. Pelatih tim Unand B Sepri Reski menuturkan kemenangan yang diperoleh ini bukan semata-mata karena keberuntungan. Tim Unand B, kata Sepri, melakukan latihan khusus selama tiga minggu untuk mempersiapkan pertandingan ini. “Setiap hari mereka latihan rutin
selama tiga minggu, karena mengingat kami adalah tuan rumah, maka kami menginginkan yang terbaik,” katanya. Kapten tim AMSS, Fauzan Aziman mengungkapkan tim mereka baru pertama kali mengikuti pertandingan sepak bola seKota Padang, namun mereka sudah berhasil memperoleh juara dua dalam turnamen ini. “Turnamen ini adalah turnamen yang sangat kami tunggu-tunggu, karna kami perdana mengikuti turnamen mahasiswa se-Kota Padang,” ungkapnya. ketua pelaksana turnamen Rido Fatoni menyebutkan tujuan diadakannya pertandingan ini adalah untuk menjalin silaturahmi antar perguruan tinggi se-Kota Padang. Turnamen sepak bola antar perguruan tinggi se-Kota Padang ini diikuti oleh 9 perguruan tinggi, dengan jumlah tim yang ikut bertanding sebanyak 10 tim. Diantaranya, ITP, Unand A, Unand B, UPI YPTK, AMSS, STMIK Indonesia Padang, STIE Perbankan, UIN Imam Bonjol Padang, Politeknik Negeri Padang , dan Universitas Negeri Padang. Nisa, Sukma
Tutup Acara Pekanku, Kopma Unand Adakan Seminar Internasional
K
operasi Mahasiswa Universitas Andalas (Kopma Unand) adakan seminar internasional bertema Youth for a Brighter Economic Development di Auditorium Unand, Minggu (5/11/2017). Seminar yang dimoderatori oleh Shaza Belladona ini menghadirkan dua pemateri, yaitu Fallyanthus sebagai co-founder Chocolate Changer dan Christian Adrianto, salah seorang motivator terbaik Indonesia. Dalam seminar tersebut, Fallyanthus banyak bercerita mengenai usaha minumannya. Ia bercerita bahwa pada awalnya, Fallyanthus dan adiknya membuka bisnis kopi luwak, namun karena kopi luwak berharga mahal dan orangorang kurang tertarik untuk membelinya. Hal itulah yang membuat usaha ini gagal. Namun, tak berhenti di situ saja, ia dan adiknya tetap berusaha hingga akhirnya
memutuskan untuk berbisnis minuman coklat. “Untuk dapat menarik konsumen, pikirkan apa yang menjadi produk pembeda dari produk lain,” ujarnya. Sementara itu, Christian Adrianto, memberikan motivasi berupa kiat-kiat menjadi pengusaha sukses. Menurutnya ada tiga strategi menjadi pengusaha sukses yakni mengubah gerak, kekuatan visualisasi dan mengikuti mindset. “ Yang paling menghambat kita untuk sukses adalah rasa takut, malas, dan emosi negatif lainnya,” tutur Christian. Salah seorang peserta seminar, Astika Febiola mengatakan bahwa seminar ini sangat bermanfaat dan sangat memotivasi. “Sebelumnya saya tidak tau apa modal awal untuk usaha. Karena seminar ini, saya jadi berniat untuk membuka usaha,” kata Tika. Nisa
selengk apnya kkunjungi unjungi portal berita selengkapnya gentaandalas.com
Batagak Kudo-Kudo Cerminan Kepribadian Masyarakat Minangkabau
M
asyarakat Indonesia mempunyai berbagai tradisi atau kebiasaan disetiap kegiatan yang mereka lakukan. Salah satu daerah yang banyak memiliki tradisi adalah masyarakat yang berasal dari daerah Minangkabau yaitu Sumatra Barat. Minangkabau daerah yang dikenal dengan falsafah “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah” memilki tradisi yang sering d i l a k u k a n masyarakatnya sebelum mendirikan rumah gadang. Keberadaan rumah gadang sendiri difungsikan sebagai rumah tempat keluarga besar masyarakat minang tinggal dalam jangka waktu yang lama. Tradisi tersebut disebut batagak tonggak tuo. Tradisi batagak tonggak tuo termasuk dalam beberapa rangkaian mendirikan rumah gadang. Tradisi batagak tonggak tuo dahulunya dilakukan tanpa menggunakan material seperti mendirikan rumah era modern saat ini. Material utama yang digunakan adalah kayu, namun seiring berjalannya waktu kayu tak lagi menjadi pilihan utama masyarakat untuk mendirikan rumah gadang. Masyarakat Minangkabau saat ini Foto: Ist. lebih memilih beralih ke rumah semi permanen yang menggunakan pasir, batu dan semen. Kemudian berubahlah tradisi batagak tonggak tuo pun digantikan dengan batagak kudo-kudo. Bagian yang disebut batagak kudo-kudo adalah kerangka atap yang dipasang dibagian atas bangunan yang telah didirikan lebih dulu. Kudo-kudo yang dimaksud dalam pembangunan rumah ini layaknya seperti kuda-kuda yang dilakukan dalam pencak silat. Jika kuda-kuda kuat maka seorang pesilat takakan mudah digoyahkan, begitu pun dengan kudokudo rumah. Jika kudo-kudo rumah gadang kuat, maka rumah gadang tidak
akan mudah roboh, begitu juga sebaliknya jika kudo-kudo rumah gadang tidak kuat kemungkinan rumah gadang akan mudah terkena bencana tidak dapat dielakkan. Batagak kudo-kudo dalam budaya minangkabau merupakan sebuah bentuk kerjasama keluarga dalam ikatan pernikahan,seperti keluarga suami dan keluarga istri. Seluruh bako baik dari
tandan pisang dan satu buah kelapa yang digantung pada tahap mendirikan rumah gadang. Dosen Jurusan Sastra Daerah yang sering disapa Mak Katik menjelaskan bahwa tandan pisang dan satu buah kelapa yang digantung, menyimbolkan siapapun yang nantinya akan bertamu ke rumah tersebut akan dijamu dengan kecukupan. “Semua
keluarga ayah maupun ibu akan ikut serta dalam pelaksanaan batagak kudo-kudo, salah satunya dengan membuatkan atap rumah dari rumbia. Namun saat ini atap rumbia telah jarang digunakan dan diganti dengan atap dari seng. Makna batagak kudo-kudo secara filosofis agar rumah gadang yang didirikan tersebut tagak atau berdiri dengan kokoh lagi kuat. Kokohnya rumah gadang berdiri tak lepas dari peran seluruh anggota keluarga dalam mendirikan rumah gadang. Dalam batagak kudo-kudo, ada sebuah hal yang menarik dipandang mata yaitu sebuah
tamu akan mendapat jamuan dari pemilik sebagai tanda penghormatan dan dihidangkan makanan yang beragam,” jelasnya. Benda-benda yang terdapat di dalam tradisi batagak kudo-kudo memilki arti tersendiri seperti tunas pisang yang diletakkan di tengah rumah. Artinya menjelaskan harapan si pemilik rumah agar rumahnya sejuk ditinggali dan dikunjungi oleh tamu. Dalam tradisi batagak kudokudo, benda lain seperti daun sidingin dan sitawa serta limau kapeh menandakan bahwa pemilik rumah tersebut percaya
Chairunnisa” adalah seorang Duta Petani Muda 2016, alumni Agroekoteknologi Unand, wirausaha muda pertanian, anak muda yang berasal dari salingka kampus, pebisnis hidroponik, penggagas “Blasta Hidroponik”. Frischa menciptakan instalasi hidroponik sendiri, dan menjadi narasumber dalam setiap kegiatan seminar maupun lokakarya hingga tingkat nasional. Sesuatu hal yang cukup membanggakan dimulai dari hal-hal yang sederhana dan berguna bagi masyarakat di sekitarnya. Mari kita mulai menggiatkan diri untuk lebih berpacu dalam membangun negeri ini terutama dalam bidang ilmu yang kita kuasai. Sebagai generasi muda manfaatkan segala fasilitas dan kemudahan teknologi untuk meraih cita-cita demi
kemajuan kita bersama. Jangan jadikan teknologi membuat kita malas untuk berkarya dan berkembang ke arah yang lebih maju. Mari bangun negeri kita yang subur ini menjadi negara yang berbasis pertanian yang berswasembada pangan. Jangan jadikan tanah air yang diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa ini menjadi hancur, terdegradasi oleh karena kemalasan dan kelalaian kita dalam memanfaatkan kemajuan teknologi saat ini. Mari kita dukung program Presiden Republik Indonesia yakni Indonesia mampu berswadaya pangan hingga tahun 2018-2019. Kemakmuran bangsa merupakan tugas dan tanggung jawab generasi muda sekarang dan masa yang akan datang. Mari pemuda Indonesia, tatap mimpimu yang setinggi-tingginya,
dengan adanya makhluk gaib. Menurut Mak Katik secara fisik limau kapeh atau jeruk nipis merupakan pembersih bagian tubuh yang kotor, namun jika dari segi adat, limau kapeh merupakan pembersih batin. Pemilik rumah meminta kepada Allah yang disimbolkan dengan penggunaan limau kapeh. Dari segi keagamaannya pada tahap batagak kudokudo pemilik rumah akan berdoa kepada Allah agar rumah tempat tinggalnya sejuk serta menjadi tempat keluarga yang rukun dan damai juga berkah. Mak katik juga menjelaskan bahwa ketika orang tua ingin membangun rumah yang didirikan untuk anaknya di kampung dan menggunakan tanah istri, maka pembangunannya tidak bisa dilakukan sesuka hati sesuai keinginan. Karena pepatah Minang mengatakan “ Nan rajo kato mupakaik, nan bana kato saiyo, artinya seluruh pekerjaan harus dimusyawarahkan. Batagak rumah maupun batagak kudo-kudo memiliki makna bahwa masyarakat Minangkabau selalu memegang prinsip dalam melakukan apapun, baik dalam perkara kecil ataupun besar. Semuanya harus berdasarkan musyawarah agar tidak terjadi kesalahpahaman dan perselisihan dalam kegiatan batagak kudo-kudo. Pun perilaku tolong-menolong dalam kehidupan berkeluarga dan masyarakat dapat terjaga dengan baik, sebab masyarakat Minangkabau sangat menjunjung tinggi hal tersebut. Terutama saat melakukan tradisi batagak kudo-kudo, meski sekarang masyarakat yang melaksanakannya tidak sebanyak zaman Ilham RF atna dulu. Ilham RF,, R Ratna
.....sambungan dari halaman 14
beberapa prestasi hingga berhasil membawa harum nama bangsa Indonesia. Beberapa diantaranya adalah karya-karya yang berhasil memelopori hal-hal baru diberbagai bidang seperti sains, teknologi, olahraga, dan seni. Hal tersebut tak hanya dapat membanggakan nama Indonesia, namun juga berhasil memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan dunia di segala bidang. Sebagai seorang staf pengajar di bidang ilmu pertanian, saya sangat mengharapkan generasi pemuda Indonesia, menjadi petani itu adalah kekinian. Tidak malu untuk menghasilkan karya-karya dan produk-produk hasil pertanian dengan berbagai intuisi dan inovatifnya. Dapat dijadikan inspiratif bagi kita “Frischa
semangat belajar, teruslah berkarya menorehkan tinta emas dan membawa nama harum Indonesia ke dunia Internasional demi kebaikanbangsa yang kita cintai. Mari hiasi masa mudamu, wahai anak-anakku pemuda civitas kampus dengan kreatifitasmu dan karya yang menjunjung tinggi dan membanggakan nama bangsa Indonesia. Salam sumpah pemuda!
*Penulis merupakan *P enulis merupak an Dosen Tanah Jurusan Ilmu T anah akultas Pertanian Fak ultas P ertanian Universitas Andalas
LALUNA
S
abtu yang sendu. Aku kemudian memilih mengakhiri menulis di notes. Terang sudah bergulir digantikan petang. Guyuran hujan masih menyisakan bekas dari dedaunan. Aku mengamati tiap lekuk tetes air yang jatuh perlahan. Lambat laun pastikan berlalu, pikirku. Sedang perasaanku meluap kian kentara, cemas berbaur resah. Aku kemudian melempar senyum pada seorang pelayan yang datang menaruh Machiato pesananku. Ini sudah cangkir ketiga. Meski bosan melanda, aku malas berpindah tempat. Aku kembali memposisikan duduk agar terasa nyaman. Kusengajakan memilih tempat di sudut dekat jendela agar dapat merasakan suasana di luar sana. Sayup-sayup terdengar lagu Robbie Williams diputar. Mau tak mau kutarik kedua sudut bibirku. Salah satu penyanyi favoritku. Jadul memang, dan jarang sekali orang-orang seumuranku menyukainya dan adalah suatu kebetulan yang hebat ketika kafe ini memutarkannya. Karena aku ada di sini, barangkali. Menyanggupi dan merasai hal ini begitu dalam tak pernah kurencanakan. Banyak pilihan yang telah aku jalani. Hasilnya selalu mengkhianati. Ah sudahlah, sudah waktunya untuk kembali, pun di luar hujan sudah reda. Aku kemudian melangkah keluar ruangan sembari merapatkan baju hangat yang menempel di tubuh. Kulihat satu persatu lampionlampion bewarna merah mulai dilepas ke udara. Tradisi Imlek yang sangat kental di sekitaran daerah tempat tinggalku. Semakin malam akan semakin ramai dan padat. Ternyata sudah selarut ini. Aku bahkan tak menyadari. “Laluna! Kau sudah kembali?” Aku agak sedikit terkejut di tengah lamunan mendengar sapaan seseorang. “Sudah, Koh. Hanya sebentar, menghabiskan cuti hari besar,” jawabku singkat. “Sudah lama kita tidak bertemu, kalau ada waktu datanglah singgah ke rumah. Kau belum bertemu Danu bukan? Adikku itu sudah menanyaimu beberapa kali.” “Mm, belum Koh. Kapan-kapan kalau ada waktu saya akan datang. Terima kasih undangannya.” “ Ya. Ya. Orang tuamu sehat? Terakhir waktu berjumpa beliau agak sedikit sakit.” “Kokoh bertemu orang tua saya? Dimana?” “Bukan. Bukan saya. Tapi Danu. Sudahlah, saya mesti mengejar rombongan jemaat. Maaf tidak bisa berlama-lama.” “Iya Koh, tidak apa-apa.” “Kau mau ikut? Ah maaf, aku lupa kau tak... Maaf. Aku harus pergi,” Koh Aling memukul keningnya pelan seolah ia benar-benar merasa bersalah atas ajakannya. Padahal aku bisa merasakan sendiri kalau ia menyengajakannya. “Silahkan Koh,” kuakhiri pembicaraan dengan suara yang sedari tadi tertahan. Lelaki bertubuh gempal itu kemudian berlalu. Sekelebat Koh Aling kemudian hilang ditelan kemerahan massa yang memadati.
Oleh: Raissa Elvanita* Susah payah aku menenangkan diri sejak kembali ke rumah namun adaada saja hal yang menganggu. Aku tak selemah ini. Aku takkan hancur hanya karena persoalan sepele. Perlahan kurasakan kedua kelopak mataku memanas. Kemudian dadaku bergetar menahan isak. Tiba-tiba rasa mual menyerang, kedua lututku melemas. Akhirnya aku memilih untuk jongkok. Terlintas di benakku untuk menelepon ayah agar datang menjemput, namun sekelebat lagi pikiranku bertukar. Tentu ayah akan bingung melihat kedua mataku yang sedikit sembab. Kupalingkan pandangan ke samping dan ke belakang melihat kalau-kalau ada satu atau dua orang yang kukenal agar dapat kumintai bantuan. Namun yang kudapati hanyalah seorang anak laki-laki kecil dengan sebuah ember yang kecil. Melihatku sedikit meregang dan kaku tidak jelas, bocah kecil itu mulai mendekat. “Kakak kenapa? Perutnya dipegangi begitu. Belum makan ya? Sama dong,” tanyanya dibarengi tawa receh. Kusambut perkataannya dengan sunggingan senyum sekedarnya. Sesegera mungkin aku melengos pergi sambil tertatih. Tak enak diperhatikan begini. “Enak ya kak, kalau saja ibu kasih saya ijin datang ke kelenteng mungkin saya akan makan enak malam ini.” Si bocah ember ini kemudian malah mengikutiku dari belakang. Perkataannya sedikit menarik perhatianku. “Oh ya? Kau tidak ikut merayakan Imlek?” aku mencoba memancingnya. “ H a h a . Tidaklah kak. Kata ibu Imlek itu bukan tradisi agama kami. Lihat mata saya tidak sipit. Ibu juga pernah bilang, kulit saya hitam. Tidak bisa bergabung bersama mereka.” Terangnya. Kami? A k u tersenyum dalam hati. Aku juga, sahutku getir dalam hati. “Kau benar. Saya juga tidak ikut merayakan hari ini seperti mereka yang berpakaian merahmerah. Kau sudah makan malam?” “Belum kak, ini saya lagi nyari.” ucapnya seraya menyengir. “ N y a r i makanan malammalam begini? Dimana?” “Saya mesti ngemis dulu kak, kalau saja ada bapak, sebenarnya ia sangat
melarang kami meminta-minta. Ibu bilang harus bagaimana lagi. Menyemir sepatu dan jadi loper koran sudah tak mencukupi. Apalagi beberapa bulan belakangan, anakanak di persimpangan sana makin bertambah. Entah darimana asalnya bisa dikumpulkan Bang Toyib begitu.” Aku kehabisan kata-kata setelah mendengar penjelasannya. Selain kasihan, aku tak punya pilihan lain kecuali mengajaknya makan di angkringan pinggir jalan sana. Kulihat dia makan dengan lahapnya. Setelah berhasil menghabiskan keseluruhan makanan yang memenuhi piring, kutawarkan ia untuk tambah. Meski dengan wajah girang, namun tawaranku ditolak halus olehnya. “Mengapa?” tanyaku. “Kalau kakak memang mau beri saya satu makanan lagi, lebih baik dibungkus saja kak. Biar dimakan bersama-sama di rumah,” alasannya. Maka akhirnya kupesan beberapa bungkus untuk dibawa pulang olehnya. “Arik,” jawabnya ketika kutanyai nama di perjalanan setelah melangkah keluar dari angkringan. “Mungkin kami kurang beruntung kak. Saya tidak masalah kalau tidak bisa sekolah. Sekali seminggu di dekat jembatan ada kakak-kakak yang datang bawa buku
banyak sekali. Kami boleh melihatnya, kadang-kadang juga diajari membaca. Ibu bilang yang terpenting itu adalah mengisi perut kak. Pernah suatu kali saya ikut belajar membaca seharian, lupa cari makan. Malam harinya perut saya perih sekali. Sedikit tidak sadarkan diri. Ibu bilang saya meraung-raung hebat. Akhirnya saya sadar mana yang lebih penting bagi orangorang seperti kami,” tandasnya. Arik menolak untuk aku antarkan sampai ke rumahnya. Ia bilang ibunya sulit menerima orang-orang baru sepertiku. Sejenak pertemuan dengan Arik membuatku lupa dengan kegelisahan yang sedari tahun-tahun lalu kusimpan. Hal yang membuat aku getir dan sulit untuk kembali ke rumah. Ada banyak hal di sekitar yang sangat memprihatinkan butuh diberi perhatian. Konyol sekali saban hari aku kian larut dalam kegelisahan yang sebenarnya aku sudah tau akhirnya. Sesampai di rumah, kuberanikan diri membuka pesan m a s u k Whatsapp . Aku akhirnya memutuskan untuk tidak mengirim pertanyaan-pertanyaan yang kurangkai lama saat menikmati kopi pada notes yang kutulis petang tadi. “Danu, malam ini aku bertemu Koh Aling. Sepertinya ia belum tau apaapa tentang yang telah kita jalani. Aku mengalami hal yang penting pada malam yang panjang kali ini. Hebatnya, hal ini membuatku berhenti memikirmu sekalipun alam bawah sadarku. Akhirnya aku yakin kita benar-benar harus menyudahi segalanya. Aku tidak mungkin harus mengikuti gaya hidup yang tidak biasa aku lakukan. Akhirnya aku sadar dengan pilihanku untuk bertahan pada kepercayaanku. Aku takkan pernah bisa menemanimu menikmati hari besar seperti hari ini. Doakan aku jatuh pada orang yang tepat, setidaknya bukan dibedakan kotak oleh tuhan seperti ini. Best, Laluna”. -Membayang Langit, 1 Oktober 2016-
*P enulis merupak an *Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Angkatan 2014
Kritik Sastra “LALUNA” Karya Raissa Elvanita Oleh: Reno Wulan Sari, S.S., M.Hum*
C
erpen atau cerita pendek, sesuai dengan defenisinya menyajikan cerita dalam tulisan yang singkat atau pendek. Penyajian cerita dalam genre prosa dengan kapasitas yang singkat tersebut, mensyaratkan cerpen itu diisi oleh peristiwaperistiwa yang padat. Beberapa penulis bisa beruntung memanfaatkan situasi tersebut, tetapi beberapa penulis lain kadang terjebak dengan kepadatan cerpen. Penulis yang bisa memanfaatkan durasi pendek dari sebuah cerpen terlihat dari padunya rangkaian peristiwa yang padat tersebut. Keterpaduan juga bisa dirasakan dengan adanya keterkaitan unsur pembangun cerpen yang saling berhubungan. Unsur pembangun cerpen seperti tokoh, latar, alur, tema, sudut pandang, dan sebagainya berkolaborasi membangun struktur sebuah cerpen yang kokoh. Artinya, struktur yang baik tidak melepaskan beberapa unsur untuk berdiri sendiri, sehingga pembaca kemudian tidak merasa ada peristiwa-peritiwa yang “lepas” dari makna cerpen, atau ada beberapa unsur yang berdiri sendiri karena tidak terlihat relevansinya dengan unsur lain. Di sinilah yang saya maksud, beberapa penulis kemudian terjebak dengan situasi tersebut. Padatnya rangkaian peristiwa cerpen terkadang memaksa penulis untuk memasukkan semua ide atau gagasan yang sedang dirancang agar pas dengan porsi sebuah cerpen. Akan tetapi, kadang kala seorang penulis hanya memikirkan bagaimana sebuah ide bisa dituangkan hingga selesai. Sebuah ide yang sudah dirancang bisa dituangkan secara keseluruhan dari peristiwa awal hingga peristiwa akhir sebuah cerpen. Hal ini kemudian membuat penulis tersebut kehilangan fokus terhadap unsur-unsur pembangun cerpen. Kemudian, pembaca akan merasakan ada sajian-sajian yang tampil ‘sia-sia’, karena tidak ada keterkaitannya dengan hal lain. Penejelasan ini terkait dengan cerpen “Laluna”. Laluna adalah nama
seseorang yang sedang merasakan gundah. Dari tafsiran saya, kegundahan Laluna disebabkan oleh tiga hal yaitu persoalan yang disebutnya “rumah”, “kepercayaan”, dan “sesuatu yang sedang menguras pikirannya”. Persoalan rumah terlihat dari kutipan seperti, “Hal yang membuat aku getir dan sulit untuk kembali ke rumah”. Persolan kepercayaan terlihat dari kutipan “Akhirnya aku sadar dengan pilihanku untuk bertahan pada kepercayaanku”, “Kau mau ikut? Ah maaf, aku lupa kau tak... Maaf. Aku harus pergi”, dan “Kami? Aku tersenyum dalam hati. Aku juga, sahutku getir dalam hati”. Persolan pikiran atau perasaan yang sedang menguras pikirannya terlihat dalam kutipan “Banyak pilihan yang telah aku jalani. Hasilnya selalu mengkhianati” dan “Aku mengalami hal yang penting pada malam yang panjang kali ini. Hebatnya, hal ini membuatku berhenti memikirmu sekalipun alam bawah sadarku.” Sepintas, pembaca bisa menangkap maksud penulis yang sedang disembunyikan dalam beberapa peristiwa. Benang merah yang bisa ditarik adalah seseorang yang bernama Laluna, sedang merasa resah karena jatuh cinta pada orang yang berbeda etnis dan keyakinan dengannya. Perbedaan etnis ini berpengaruh terhadap situasi rumah yang tidak nyaman baginya dan ‘barangkali’ menjadi perdebatan antara anggota keluarga. Mengapa saya memakai kata ‘barangkali’? Di sinilah yang saya maksud ada beberapa unsur dari cerpen tersebut yang tidak padu. Pada beberapa peristiwa, penulis menyatakan bahawa Laluna sulit untuk pulang ke rumah. Pada pertistiwa lain, penulis menyebutkan bahwa Laluna bisa dengan mudah sampai ke rumah kemudian mengirim pesan whatsapp kepada Danu. Pada peristiwa lain lagi, ketika Laluna harus jongkok karena merasa mual, ia teringat meminta bantuan ayah untuk menjemputnya. Niat itu kemudian urung
karena ia tidak ingin ayah melihat matanya yang sembab. Di sini, ada peristiwa yang tidak padu. Artinya, tidak ada peristiwa lain yang menguatkan pernyataan bahwa Laluna sulit pulang ke rumah atau hubungannya dengan anggota keluarganya yang tidak harmonis. Artinya lagi, tidak terjadi suatu masalah dalam rumah Laluna. Lalu apa yang membuatnya enggan untuk pulang? Peristiwa semakin terasa tidak padu dengan adanya pernyataan “Susah payah aku menenangkan diri sejak kembali ke rumah namun ada-ada saja hal yang menganggu. Aku tak selemah ini. Aku takkan hancur hanya karena persoalan sepele.” Pembaca tidak dapat menemukan hal yang membuatnya merasa lemah. Halhal yang kemudian disebut sepele, nyatanya bisa membuat Laluna menjadi mual hingga harus jongkok. Jika ada suatu masalah yang disebut sepele, lalu mengapa reaksi tubuh Laluna demikian? Saya mencoba berulang kali membaca cerpen Laluna untuk mengaitkan peristiwa-peristiwa tersebut. Termasuk informasi cuti, Robbie Williams, ajakan Koh Aling, Bang Toyib yang mengumpulkan banyak anak jalanan, dan lain sebagainya. Sayangnya, saya tidak menemukan keterkaitan informasi tersebut. Saya juga tidak menemukan kontirbusi hadirnya beberapa tokoh seperti Arik dan Koh Aling untuk menguatkan tema dari cerpen tersebut. Koh Aling adalah simbol dari suatu etnis dan Arik adalah simbol dari etnis lain yang sama dengan Laluna. Kehadiran Arik, pada peristiwa akhir memberikan pencerahan kepada Laluna tentang banyak hal dari kehidupan ini yang harus dipikirkan. Peristiwa selanjutnya adalah pengiriman pesan whatsapp kepada Danu. Hal ini juga tidak padu. Kehadiran Arik, dari peristiwa yang tercipta menampilkan kehidupan serba kekurangan dari sekelompok masyarakat. Hal ini mendominasi percakapan antara Laluna
dan Arik, sehingga tidak ada infromasi tambahan yang kemudian menceritakan bahwa pertemuan tersebut telah memotivasi Laluna untuk tetap memilih kepercayaannya. Hal yang bisa saya petik dari cerpen tersebut adalah ada ruang-ruang kosong yang belum diisi oleh penulis. Ruang kosong ini adalah penghubung peristiwa yang seharusnya bisa menjadi jembatan isi cerita tersebut. Barangkali karena keterbatasan durasi cerpen yang singkat, penulis kemudian terjebak dengan tanggapan bahwa idenya harus sampai, tetapi penulis kehilangan kepaduan cerita. Dalam sebuah karya sastra, segala hal yang disajikan bisa menjadi simbol. Pada awalnya, saya berharap kafe, Machiato, notes, dan Robbie Williams adalah simbol-simbol yang bisa berkontribusi untuk membangun keutuhan tema. Akan tetapi, hal tersebut menjadi terbuang percuma. Misalnya, apakah lagu yang disukai Laluna mengindikasikan karakternya, karakter orang yang dicintainya, kecenderungannya menyukai tradisi suatu etnis yang selama ini mewarnai hidupnya, atau lain-lain? Apakah minuman yang dipesannya terkait dengan suatu tradisi, karakter, atau sebagainya? Apakah notes kemudian mengindikasikan kegemaran atau pekerjaannya? Tidak ada infromasi yang bisa dikaitkan dengan beberapa hal yang sudah disebutkan penulis. Akan tetapi, di balik itu semua, saya mengapreasiasi ide tau gagasan yang dipilih oleh penulis. Selain itu, penulis juga mahir memilih diksi untuk menyajikan sebuah karya kreatif. Detail kafe dan hujan pada peristiwa awal yang ditampilkan penulis, bisa memberikan kesan makna yang kuat bagi pembaca. Lebih baik jika konflik yang muncul juga digambarkan sedetail deskripsi awal cerpen ini. *P enulis merupak an dosen *Penulis merupakan Jurusan Satra Indonesia Fak ultas Ilmu Budaya akultas Universitas Andalas
Genderang Perang di Jalanan Oleh: Tegar Ryadi Aku mendengar genderang perang itu lagi Genderang yang membakar jiwa jadi kesetanan Jika genderang sudah dibunyikan Barisan spontan bersenjatakan Keluar dari gang-gang sempit di jalanan Lalu mereka bertebaran sepanjang bahu jalan Menunggu lawan yang ada di ujung jalan Siap berperang untuk konyolnya
sebuah kehormatan Betapa gagah baju perang yang mereka kenakan Baju perang, berlambangkan dinas pendidikan Baju perang, menjadi simbol kekuatan Baju perang, merasuki mereka seperti setan di jalanan Mereka berjalan sambil menenteng pedang Pedang ditenteng sambil digesekkan ke jalan
Biar gagah dilihat lawan Sehingga lawan nantinya ketakutan Kemudian lari seperti pecundang Tang... ting... tang... Bunyi pedang yang saling beradu Mengadu pedang, mereka seperti pendekar Namun sayang mereka hanya seorang pelajar Belajar,iya belajar teknik bermain pedang di sekolahan Sudah seperti pendekar mereka bertarung
Itulah bahayanya kalau genderang perang dibunyikan Masyarakat saja sampai ketakutan Cuman bisa menyaksikan dari pinggir jalan Menunggu salah satu dari pendekarTerkapar di tengah jalan Dengan luka memar dan darah sekujur badan Lalu dibawa pergi dengan mobil ambulan
Ku Ingin Berganti Hari
MENCINTAIMU
Oleh : Rani Aprianti
Oleh: Gito Putra
Aku butuh kopi, satu atau dua cangkir lagi Aku tak ingin cepat terlelap Walau tak sebahagia mimpi, aku suka yang lebih nyata Seperti kenyataan tentang jarak yang memisah Atau seperti fakta bahwa kau tak disisi ku Aku tetap suka meski kau paksa menunggu lama bila fajar datang, cepatlah kembali
tenggelam Seperti laut yang menyambut sang mentari Aku akan memelukmu didingin malam Membisikkan rindu dengan merdu hingga kau terlelap Bila pagi datang lagi, ku ingin senja cepat menghampiri Cepatlah waktu berputar, agar jarak memendek membawa kau kembali.
aku menemukan mu. Di saat hati
tubuh runtuh dan tertidur
telah lama membisu
Mencintaimu bagaikan matahari
Aku telanjang tanpa masalalu
yang selalu bersinar
Di atas sajadah ,di atas keramik,di
Barangkali aku harus menggali
hangat ranjang
kenangan sekaligus mencari harapan
Menyatakan cinta. Kata-kata
Tetapi aku tak punya apa apa selain
melebihi berahi
masakini.cinta yang ku temukan
Memeluk menciumi mu .tanpa sadar
pada dirimu
Tips Manajemen Keuangan Anak Kos
Narasumber: Yulihasri ( Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas)
M
asalah-masalah yang paling mendasar dan sering terjadi bagi kalangan anak kos adalah susahnya mengelola ataupun mengatur keuangannya. Sebagai anak kos, tentunya uang yang diberikan oleh orang tua untuk memenuhi segala kebutuhan kita hampir bisa dikatakan tidak mungkin cukup bagi sebagian atau beberapa kalangan, apalagi khususnya bagi mereka yang mendapatkan jatah bulanan sedikit dari orang tuanya yang mungkin dikarenakan faktor kemampuan finansial keluarganya yang serba kekurangan. Padahal selain untuk kebutuhan sehari-hari, terkadang juga muncul keperluan-keperluan lain sifatnya tidak terduga dan mendesak sehingga membuat anak-anak kos memutar otaknya untuk mengatur kembali keuangannya yang bercukupan tersebut agar tidak defisit dan tercukupi kebutuhannya sampai diakhir bulan. Selain itu, anak kos juga terkadang tidak mampu mengelola keuangannya disebabkan oleh pengaruh zaman yang banyak godaan seperti belanja online karena promosi ataupun berbagai diskon, sehingga mahasiswa tidak dapat membedakan mana kebutuhan primer (pokok) ataupun kebutuhan sekunder (tambahan). Menanggapi hal tersebut, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Yulihasri mengatakan ada beberapa cara untuk menghemat keuangan anak kos yakni kebutuhan pokok harus dipenuhi dengan
pepatah minang mengatakan “Indak ado Janjang, Kayu dikapiang” maksudnya kebutuhan dapat dicari dengan cara
seperti membayar uang kuliah, uang sewa kos, kebutuhan uang konsumsi sehari-hari dan uang fotokopi buku kuliah yang
time merupakan pekerjaan di luar kampus untuk menambah uang jajan. Selain itu, mahasiswa juga dapat membantu proyek dosen sehingga mendapatkan uang tambahan dari dosen yang telah membantu proyeknya. 4. Anggaran dari Beasiswa Jika mendapat beasiswa, mahasiswa dituntut untuk dapat mempergunakannya dengan sebaikbaiknya. Begitu juga anak kos, membeli kebutuhan seperlunya adalah cara yang tepat agar bisa menabung untuk keperluan lain yang bersifat mendesak.
apapun bisa berhutang ataupun menggadaikan sesuatu. Kemudian kelancaran studi seperti membayar sewa kost tepat waktu, membawa bekal atau makanan dari orangtua dan uang buku untuk kuliah. Selanjutnya ada beberapa tips mengatur keuangan anak kos diantaranya: 1. Prioritaskan Anggaran Kebutuhan yang W ajib Wajib Cara ini merupakan hal yang sangat rutin dan wajib dilakukan mahasiswa
5. Sugesti dari orang-orang sekitar Hal ini merupakan nasehat yang diberikan dari orang tua dan orang terdekat seperti sahabat agar dapat ditelaah dengan baik. Selain itu, panutan dan inspirasi dari dosen-dosen pun juga akan memberi inspirasi bagaimana mengelola keuangan yang Foto: Ist. baik tersebut. Itulah beberapa tips agar dapat mengelola keuangan dengan baik digunakan dalam proses perkuliahan. untuk mahasiswa, khususnya mahasiswa 2. Kurangi Makan di luar ngekos, dengan harapan mahasiswa dapat Mahasiswa kos harus mengurangi mengontrol, memprioritaskan hal yang makan di kafe ataupun nongkrong bareng penting, manfaatkan fasilitias yang telah temen karena dapat membuat keuangan diberikan serta dahulukan untuk mahasiswa idak teratur sehingga uang pendidikan. Karena mahasiswa yang sukses diberikan tidak cukup sesuai anggaran yang itu adalah mahasiswa yang dapat hidup sederhana, banyak berprestasi selama proses diberikan orang tua. perkuliahan dan mengikuti berbagai ime 3. Kerja Part T Time kegiatan kampus yang bermanfaat untuk Bekerja paruh waktu atau part dunia kerja nantinya. Muthia
Krisis Polusi di Daerah Kota Masih Berbahaya
S
udah menjadi rahasia umum bahwa tumbuhan mempunyai banyak manfaat positif bagi sistem pernafasan manusia, tak terkecuali juga untuk keasrian lingkungan. Tumbuhan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi. Namun apa jadinya jika tumbuhan kota dikatakan sebagai salah satu penyebab polusi udara? Sebuah studi yang dilaporkan dalam Environmental Science & Technology, Galina Churkina dari Humbolt University dan koleganya mengungkapkan bahwa ozon yang terdapat di permukaan tanah 60 persen diantaranya diciptakan oleh tumbuhan kota yang ditebarkan dengan bantuan senyawa kimia. Galina mencobakan simulasi tersebut ditahun 2006 ketika gelombang panas, dan tahun 2014 ketika temperatur
Foto: Ist.
normal 25 derajat celcius pada area metropolitan Berlin-Bradenburg, dengan membandingkan konsentrasi kimia dari senyawa tersebut. Hasil yang didapat dari simulasinya adalah ketika temperatur naik diatas 30 derajat celcius tanaman dapat menciptakan 60 persen lapisan ozon dan ketika temperatur normal tanaman hanya menciptakan 6 sampai 20 persen ozon saja. Ini membuktikan bahwa pengaruh tanaman begitu besar dalam peran penciptaan ozon sehingga menyebabkan polusi udara. Reaksi tersebut akan terjadi ketika kendaraan bermotor mengeluarkan nitrogen oksida yang kemudian bereaksi dengan isoprene, monoterpenes dan sesquiterpenes yang disebakan oleh senyawa kimia dari tanaman. Dampak polusi udara memang tidak main-main dan jika dibiarkan akan
berakibat fatal bagi kesehatan masyarakat. Dalam ukuran kecil memang belum terlihat pengaruhnya, namun jika dibiarkan lamakelamaan organ tubuh akan menampakkan reaksinya dengan berbagai gangguan kesehatan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Seorang ilmuan atmosfer dari Institut Max Planck di Jerman, mengungkapkan jika seseorang seseorang terpapar polusi udara dalam jangka yang panjang maka dapat menyebabkan penyakit jantung, paru-paru, dan yang lebih menakjubkan 75 persen kematian yang disebabkan polusi udara adalah stroke dan serangan jantung, serta 25 persen terkait dengan gangguan pernapasan dan kanker paru-paru. Polusi udara yang kita hirup disebakan oleh berbagai macam, tidak hanya pengaruh kendaraan bermotor tetapi juga berasal dari bahan kimia yang berbahaya, seperti arsenik, selenium, dan merkuri. Ukurannya partikelnya sangat kecil sehingga terkadang tidak diketahui keberadaannya, dan apabila terhirup maka akan mengendap didalam tubuh seperti di paru-paru dan aliran darah. Polusi udara juga berpengaruh besar terhadap kesehatan para wanita, terutama pada kesehatan payudara. Sebuah studi yang dipublikasikan di Jurnal Breast Cancer Research mengungkapkan bahwa salah satu faktor risiko kanker payudara yaitu, payudara padat atau jaringan lemak lebih sedikit, risiko memiliki payudara yang padat dapat meningkat 4 persen untuk setiap satu unit peningkatan konsentrasi partikel halus Particulate Matter (PM2.5) yang disebabkan oleh polusi udara. Disisi lain, hal yang paling menakutkan adalah partikel halus yang terdapat dari hasil pembakaran bahan bakar minyak, mesin diesel maupun pembakaran kayu sangat berpengaruh terhadap
kesehatan, semua itu ditemukan dari pabrik pembangkit energi, limbah pabrik, maupun kendaraan bermotor. Penemuan dari Galina dan koleganya tersebut lantas tidak semua pohon dapat menyebabkan senyawa kimia yang berdampak pada polusi udara, dan juga penelitian ini bukan berati kita berhenti untuk menanam pohon. Sebuah penelitian dari seorang pakar penataan kota di University of Texas, Austin, Amerika Serikat, Robert Young menyatakan semua perlakuan akan memiliki efek ganda, Young menyarankan agar mengurangi emisi kendaraan bermotor dan menerapkan batasan yang lebih ketat dalam mengontrol polusi udara agar pengaruh yang diciptakan tidak begitu besar. Kemudian Churkina juga berpendapat bahwa diperlukan kampanye dalam hal penanaman pohon agar dapat dikombinasikan dengan kulitas kehidupan manusia dan polusi udara dapat berkurang terutama dari kendaraan bermotor. Menanggapi hal tersebut, dosen Teknik Lingkungan Universitas Andalas (Unand) Vera Surtia Bachtiar mengungkapkan bahwa ozon terbentuk dengan bantuan sinar matahari berupa reaksi fotokimia dimana reaksi tersebut didasarkan dengan bantuan sinar matahari. Ozon akan terbentuk jika adanya reaksi tumbuhan yang mengeluarkan O 2 (oksigen) . “Fungsi tumbuhan kota adalah untuk menyerap CO dan CO2 (Karbon dioksida) yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor sehingga sumber polusi terbesar di daerah perkotaan adalah kendaraan bermotor yang menghasilkan polutan terbesar berupa CO,” tuturnya. Oleh sebab itu, dengan penanaman pohon di sepanjang jalan diharapkan akan menyerap CO sehingga polusi akibat kendaraan bermotor dapat dikurangi. Metria
Tentang Sebuah Kemauan
S
etelah dua tahun tidak merilis karya baru, Andrea Hirata kembali merilis buku ke-10 nya berjudul Sirkus Pohon pada Agustus 2017 lalu. Buku ini merupakan buku Andrea dengan penggarapan terlama, yaitu dua tahun.Tak seperti sebelumnya yang menggarap sekitar satu tahun saja. Dalam novelnya kali ini Andrea menceritakan tentang seorang pemuda yang tinggal di Tanjong Lantai, Belitung. Seorang pemuda pengangguran yang akrab disapa Sobri. Sayang nasibnya ini berbanding terbailk dengan seluruh saudaranya yang sudah berkeluarga dan memiliki pekerjaan tetap serta layak. Kondisinya tersebut, sering membuatnya diremehkan oleh adik perempuannya sendiri, apalagi ia masih tinggal dirumah adik perempuannya. Pun memiliki sahabat yang merupakan seorang pencuri, membuat hidupnya semakinbertambah kacau. Sobri yang lugu, sering kali menjadi sasaran
empuk sahabatnya yang selalu memanfaatkan keluguannya, hingga membuat Sobri dicap sebagai pencuri oleh orang-orang kampungnya. Hal itu membuat Sobri seolah-olah tidak punya kebahagiaan dalam hidupnya. Kendati demikian kehidupan tak selalu pahit untuk Sobri. Ia akhirnya bertemu dengan Dinda gadis baik nan elok laku dari kampung seberang. Beruntungnya Dinda jatuh cinta pada Sobri yang pernah digadang-gadang berlaku buruk oleh warga kampungnya. Dindalah yang membuat Sobri tetap bersemangat dan terus berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. Karena Dinda, Sobri ingin sekali cepat-cepat dapat pekerjaan. Pergi pagi, pulang sore, memakai seragam dan mendapat gaji setiap bulan kini menjadi impian Sobri. Setelah berusaha keras, Sobri pun mendapat apa yang diimpikannya. Ia bukanlah seorang pemuda pengangguran lagi. Sekarang ia sudah bisa pergi pagi, pulang sore, memakai seragam dan dapat gaji tiap bulan. Sobri bekerja sebagai badut sirkus. Berdasarkan apa yang diperolehnya, Sobri pun ingin menikahi Dinda. Namun, kenyataan berkata lain. Dinda tiba-tiba terkena penyakit aneh. Banyak yang percaya bahwa Dinda terkena kutukan pohon delima yang ada di depan rumah Sobri. Sejak itu, ramailah pohon delima itu jadi perbincangan, serta dari sanalah muara cerita novel ini berawal. Selain Sobri, Andrea juga menonjolkan tokoh lainnya, yaitu dua orang muda-mudi Tegar dan Tara. Di tengah-tengah kisah cinta Sobri bersama Dinda dan kisah pohon delima, Andrea juga menceritakan kisah percintaan Tegar dan Tara yang tidak sengaja bertemu di taman pengadilan. Pertemuan yang sebentar itu, menciptakan drama perjuangan untuk saling menemukan oleh keduanya. Cinta yang harus di perjuangkan meski terlihat samar-samar.
Identitas buk u buku Judul Pengarang Penerbit
: Sirkus Pohon : Andrea Hirata : Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka) : 2017 : Yogyakarta : xiv+410 halaman : 978-602-291-409-9 : Suci Addina Islamy
Tahun Terbit Tempat Terbit Tebal ISBN Resensiator
Sirkus Pohon ini memaparkan keluguan orang Melayu di pedalaman Belitung tersebut. Penggunaan beberapa bahasa melayu, seperti kata-kata Boidan Ojeh menambah ciri khas melayu dalam novel ini. Cerita yang disuguhkan Andrea benar-benar menarik dan mengalir ketika dibaca. Dalam novel ini Andrea juga dengan gamblang menyindir sistem pemerintahan yang ada saat ini lewat keluguan orang-orang melayu di Sirkus Pohon tersebut. Tergambar saat pemilihan kepala desa di daerahitu. Warga di sana masih percaya kemenangan didapat dari hal-hal yang berbau mistis, misalnya pohon delima. Pelajaran tentang kisah cinta pun banyak yang bisa dipetik. Misalnya, Sobri yang rela berubah demi Dinda dan tetap ada untuk Dinda meski Dinda mengalami penyakit aneh. Lalu Tara dan Tegar yang terus berjuang untuk saling menemukan demi cinta pertama mereka. Pun Azizah, adik Sobri yang meski memiliki suami yang bodoh tetaplah setia pada suaminya. Dari segi gaya bahasa, Andrea tidak lagi menggunakan metode komparasi dan analogi seperti dalam novel sebelumsebelumnya, kali ini ia menggunakan metode
sintetik. Namun, dari segi tema besar Andrea masih mengikuti novel-novel sebelumnya yaitu impian dan kerja keras. Hal yang paling menarik dari novel ini adalah pohon delima. Tidak hanya itu, dalam novel ini Andrea mencoba membandingkan karakter manusia dengan karakter tumbuhan serta hewan, sehingga terkesan sangat artikulatif. Segala macam tentang cinta dan politik dalam sirkus pohon ini dikaitkan dengan pohon delima. Misalnya saja, saat sedang marak-maraknya pemilihan kepala desa di kampung Sobri. Salah satu kandidatnya percaya jika menempelkan posternya di pohon tersebut selama masa kampanye, maka ia akan mendapat peruntungan, yaitu menang dan terpilih sebagai kepala desa. Bahkan sampai pohon delima ini pun dijual demi pejabat-pejabat kota yang tertarik dengannya. Meskipun begitu, sirkus pohon ini menuntut pembaca untuk benar-benar teliti dalam membacanya. Alurnya yang rumit dipahami, membuat pembaca harus bekerja keras memutar otak saat membaca novel sirkus pohon ini. Tapi, secara keseluruhan tetap saja novel ini sangat bagus untuk dibaca, karena banyak nilainilai yang terkandung di dalamnya.
Ulang Tahun dan Kematian
H
appy Death Day merupakan film horror yang resmi dirilis pada 13 Oktober 2017 di Amerika Serikat. Film yang bergenre horor ini ditargetkan untuk penonton yang ingin menonton film horor pada saat mendekati Hallowen. Sedangkan di Indonesia sendiri film ini tayang pada tanggal 18 Oktober 2017. Film garapan Christopher B. Landon ini mengusung konsep time loop. Time loop merupakan cerita tentang terjebaknya s eseorang dalam pengulangan waktu. Ia hanya akan bisa keluar dari peristiwa tersebut jika ia berhasil memecahkan misteri yang ada.
Happy Death Day berkisah tentang seorang perempuan yang bernama Tree yang dibintangi oleh Jessica Rothe. Tree merupakan mahasiswa yang populer, cantik dan dia sering bersikap tak acuh kepada orang lain bahkan ia mengabaikan telpon dari ayahnya. Ceritanya dimulai pada suatu hari, saat Tree mabuk dan mendapati dirinya bangun di tempat tidur Carter Davis. Namun hal itu tidak membuat Tree merasa penasaran dan justru ia bersikap tak peduli. Lalu ia meninggalkan kamar Carter Davis dan kembali ke asrama perempuan. Bertepatan dengan hari ulang tahunnya, Tree diundang untuk pergi kepesta. Namun sebelum itu dia menda patkan pesan untuk bertemu dengan seseorang disuatu tempat yang tidak jauh dari pesta berlangsung. Se sampai disana Tree tidak menemukan siapapun kecuali seseorang yang aneh dengan topeng aneh dan berusaha untuk membunuhnya. Karena ketakutan Tree berlari pergi namun ia berhasil ditangkap oleh manusia bertopeng tersebut. Lalu ia dipukul hingga meninggal. Kemudian hal aneh mulai terjadi, bukan meninggal tetapi ia kembali hidup dan bangun di kamar Carter Davis dengan siatuasi yang sama dan peristiwa yang sama atau deja vu. Kejadian yang sama terus berulang sampai akhirnya Tree merasa aneh. Tree menyadari jika ia sedang terjebak diwaktu yang sama dan ada orang yang berusaha untuk membunuhnya. Tree mulai mencari siapa orang yang ingin
Identitas F ilm Film Judul Rilis Produksi Genre Durasi Resensiator
: Happy Death Day : 18 Oktober 2017 (Indonesia) : Blumhouse Productions : Horor, misteri,thriller : 96 menit : Melati Tri Ilhami
membunuhnya. Karena ia sadar bahwa ia tidak akan bisa keluar dari peristiwa ini sampai ia bisa memecahkan misteri yaitu siapa yang ingin membunuhnya. Tree menggunakan segala cara untuk menemukan pembunuh itu, dengan gayanya yang menarik untuk diikuti. Walaupun ada pengulangan peristiwa tetapi Jessica Rothese bagai Tree dapat memerankan peran tersebut dengan baik. Tree menunjukan bagaimana ia berusaha untuk mencari pembunuh dengan cara yang berbeda-beda lalu dibunuh dengan cara yang berbeda juga. Cerita ini dikemas dengan sangat ringan, dengan cerita yang umum menceritakan gadis populer yang sering bersikap tak acuh namun adahal yang berbeda yang disuguhkan dalam film ini, yaitu penggabungan konsep time loop dengan pembunuhan terhadap remaja. Selain itu kemampuan penulis dan sutradara dalam mengemas film ini sangat menarik, sehingga membuat film ini sangat cocok
ditonton bersama keluarga dan temanteman. Kesan thriller yang dibangun dalam film yang dibintangi oleh Jessica Rothe (Theresa Gekbman atau Tree), Israel Broussard (Carter Davis), dan Ruby Modine (Lori Spengler) ini berhasil membuat penonton pada awal-awal film merasa kaget dan ngeri. Namun, karena kematian yang terjadi telah berulang-ulang kali, kesan thriller jadi kurang terasa pada akhir film. Tidak hanya itu, dari segi alur cerita pun film ini memiliki alur yang mudah ditebak, apalagi bagi orang yang terbiasa menonton film bergenre serupa. Meskipun begitu, akting pemain yang sangat menghibur dapat menjadikan film ini sebagai salah satu film untuk mengisi libur Halloweenmu. Selain itu film ini juga mengandung pesan moral, yaitu betapa pentingnya hari ini dan betapa pentingnya menjaga hubunganmu dengan orangorang.
Jurusan Tak Jadi Alasan Untuk Berkarya Diluar Bidang
T
idak mengerjakan tugas, jahil pada teman, dan pembuat onar, begitulah Gitra Moraza kecil sewaktu sekolah. Mencari jati diri menjadi alasan bahwa setiap orang pasti melakukan hal tersebut. Namun bagi seorang anak laki-laki yang akrab disapa Gitra tersebut bercita-cita menjadi orang nomor satu dinegaranya. “Ya, siapa yang tidak ingin menjadi presiden. Saya ingin menjadi presiden dan dilihat orang lain,” ujar Gitra. Terlepas dari masa si pembuat onar, ia mulai berpikir untuk mengejar citacitanya tersebut. Seiring bertambahnya usia, Gitra yang hobi bermain musik ini mulai berubah ketika masuk ke salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA). Ia pernah mengemban amanah menjadi ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) saat itu. Semasa sekolah ia mengaku melakukan apa saja yang diinginkannya. “Kunci keberhasilannya adalah memegang
kepercayaan dan kebebasan yang diberikan saham. Gitra yang masih terbilang muda Rp 3.565.000. untuk bergelut dengan dunia saham, namun orang tua,” ujarnya mantap. Gitra juga memegang prinsip Menurutnya, menjadi seorang dapat dikatakan sukses menghasilkan kehati-hatian. Karena menurutnya pemimpin ada tiga hal yang harus dimiliki pundi-pundi keuntungan untuk dirinya. perputaran saham sangatlah cepat. yaitu kecerdasan, kebijaksanaan, dan Gitra mengaku bahwa pencapaian Seseorang penanam saham hanya kekayaan. Jika hanya mengandalkan sebuah banyak prestasi dalam dunia saham tidak diharuskan berada didepan monitor, lalu prinsip, hal itu tidak akan cukup untuk didapatkannya dengan mudah. Bagaimana berpikir dan melihat apa yang sedang manjadi seorang pemimpin. Ia mengatakan tidak, semua prestasi tersebut berlatar diperjual belikan saat itu. Jika kita tidak jeli, bahwa pemimpin yang cerdas juga harus belakang ekonomi, sedangkan Gitra kuliah jangan harap keuntungan menghampiri. mengenal hukum, politik, dan ekonomi. dibidang hukum. Tidak tanggung- Disamping itu, kejahatan didunia saham juga Gitra mulai mewujudkan usaha untuk tanggung, dengan kecintaannya tersebut, cepat menghantui yang dikenal dengan menggapai cita-citanya satu persatu. Gitra rela belajar ekonomi secara otodidak. Insider Trading. Dimulai daru tahun 2014, ketika ia diterima Dua tahun sudah Gitra Segudang prestasi telah ia di Fakultas Hukum Universitas Andalas berkecimpung dalam dunia saham. kantongi, begitu juga dengan apresiasi yang (Unand). Baginya, dunia saham tidak hanya untuk datang dari berbagai pihak. Semua tidak Awal mula Gitra menjadi mencari keuntungan, tapi saham juga lepas dari dukungan orang-orang terdekat. mahasiswa baru, ia dikenalkan dengan mengajarkan bagaimana seseorang dapat “Keluarga, personal, dan perjuangan adalah beragam organisasi yang ada di Unand. mengelola keuntungan tersebut. penunjang setiap kegiatan yang kita Pengenalan tersebu ia dapatkan melalui Tak hanya keuntungan, lakukan,” ujarnya. Jadi, latarbelakang kegiatan Bina Bakat Minat Kepemimpinan pengalaman rugi pun juga pernah ia jurusan tidak menghalangi seseorang untuk (BBMK). rasakan. Gitra pernah rugi dalam waktu satu berkarya diluar bidangnya, seperti Gitra Melalui BBMK, biasanya detik sebanyak Rp 400.000. Tapi, ia yang menekuni dunia saham. Agung, mahasiswa baru memilih organisasi yang ada pernah untung dalam dua hari sebanyak Azalia di ftingkat universitas. Tapi tidak halnya Biodata dengan Gitra, menjadi mahasiswa Nama : Gitra Moraza Fakultas Hukum tidak TTL : Padang / 20 Maret 1996 menyurutkan Jenjang pendidikan : - Sekolah Dasar Negeri (SDN) 34 Seberang Palinggam langkahnya untuk - Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Padang bergabung pada Unit - Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 6 Padang Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Galeri Investasi Bursa Efek Indonesi (GIBEI) Fakultas Ekonomi Unand. Berawal dari ketertarikannya dengan GIBEI, kini ia telah begitu jatuh cinta dalam dunia
Organisasi
: - Divisi Capital Market Investor Saham Pemula 2017 – sekarang - Komdad Justicia Fakultas Hukum Universitas Andalas 2015 – sekarang - Wakil Ketua Karang Taruna Remaja Harapan Bangsa 2016 - 2019
Prestasi
: - Finalis In Trading Competition GIBEI Fair Universitas Andalas 2016 - Best Participant in Trading Competition GIBEI Universitas Negeri Padang 2016 - Finalist Indosat OOREDOO stock Trading Contest 2016 - Juara 1 Periode Februari - Mei 2017 Kompetisi Yuk Nabung Saham