Rima, irama, dan sma

Page 1


Rima, Irama, & SMA

1


Rima, Irama, & SMA

Daftar Konten Untuk Tuhan ...................................................................................... 4 Monolog Haha Hihi .......................................................................... 7 Suasana Hati nan Melankoli ........................................................... 8 Tanpa judul ........................................................................................ 9 Garam................................................................................................ 10 Ong..................................................................................................... 11 Kamu?................................................................................................ 12 Kamisan Tidak Hanya Aksi Diam................................................ 14 SAMPAH........................................................................................... 16 Sampai Jumpa Lagi ......................................................................... 20 Bukanlah Saatnya ........................................................................... 22 Kan kusimpan sendiri ..................................................................... 24 SEJUTA SURAT BUAT PAK WALI ........................................... 27 Bangga Indonesia, Produk Lokal Kualitas Global .................... 34 BUDAYA MAKAN IKAN ............................................................... 41

2


Rima, Irama, & SMA

I Rima mengajarkanku bahwa salah satu keindahan hidup berasal dari kekonsistenan. Apa yang aku lakukan secara berulang akan terakumulasi menjadi sebuah sintesa di kemudian hari, dan semoga indah layaknya simphoni.

3


Rima, Irama, & SMA

Untuk Tuhan Tuhan Bolehkah hamba bertanya? Hamba hidup untuk apa? Bilapun akhirnya tetap binasa Mengapa harus ada pahala? Kalau sebenarnya kami takut akan dosa Mengapa Engkau beri hamba nyawa? Padahal hamba tak memintanya Tuhan Bolehkah hamba bercerita? Ah, tapi bukankah itu percuma? Tanpa ceritapun Kau tahu segalanya Lantas apa gunanya usaha dan doa? Bila takdir telah menentukan segalanya Apa hidup ini sia-sia? Kalau tidak, memang bagaimana?

Tuhan Bolehkah hamba bercanda? Mengapa harus ada agama? Toh nyatanya jadi tameng kuasa 4


Rima, Irama, & SMA

Oleh hewan yang mengaku manusia Sok melindungi penguasa alam semesta Bukannya Engkau Maha Perkasa? Tuhan Bolehkah hamba bertamasya? Dari hiruk pikuk kesia-siaan dunia Namun hamba tak tahu caranya Apakah hanya dengan mengakhiri nyawa? Kalau hanya itu, hamba tak kuasa Dapatkah dengan membebaskan jiwa? Tuhan Sebenarnya hamba bicara dengan siapa? Hamba tidak gila kan? Haha Kalau tidak, tolong jawab kegelisahan hamba Ah, ternyata hamba memang gila

5


Rima, Irama, & SMA

6


Rima, Irama, & SMA

Monolog Haha Hihi Hai Sudah lama tak bersua Aku kembali, lagi Kamu sehat? Aku sakit Kamu senang? Aku sedih Sekarang paham? Hihi Sampai jumpa Lagi Haha (T)HaHa-HiH

7


Rima, Irama, & SMA

Suasana Hati nan Melankoli sendu, malam pun seakan membisu memahami ironi sang waktu letup kemarahan di kala itu seakan menghantui nalar berpikirku memang, itu sudah lama berlalu masa disaat kita beradu dengan ego yang telah membatu

memori itu menjadi sebuah saksi saksi abstrak serupa elegi berdendang setiap malam menghampiri lucu ketika hanya bisa meratapi nasib yang telah kita pilih sendiri akhirnya berujung seperti ini kita tempuh jalan masing-masing menyusuri tanah yang kering sampai akhirnya kan berbaring kita orang asing

8


Rima, Irama, & SMA

Tanpa judul ah, terjadi lagi masalah klasik yang tak kusukai di negara yang katanya menjunjung toleransi, demokrasi, hak asasi ironi sekali, aku benci sungguh, risih mendengar berita yang tersebar di media masa kini lantas ku berpikir, ada panggung apa dibalik semua ini?

9


Rima, Irama, & SMA

Garam Dalam malam yang kelam ditemani sayup lampu temaram sejenak ku bergumam "hidup ini penuh dengan garam" garam-garam penyesalan yang menghujam garam-garam penebusan dosa pada alam haruskah ku mengucapkan salam?

Bandung, 24 November 2016

10


Rima, Irama, & SMA

Ong malam, cepatlah berlalu tolong aku tak kuasa membisu kosong tak ada tempat mengadu bolong kemanakah jiwaku? melompong eh, sudah membatu

22 November 2016, 23.39

11


Rima, Irama, & SMA

Kamu? Kesendirian memang menyakitkan Apalagi tak tahu arah dan tujuan Kesendirian memang memilukan Apalagi terjebak dalam bayangan keabu-abuan Kesendirian memang menakutkan Apalagi terkungkung di penjara ketidakpastian Kesendirian memang menyebalkan Apalagi terpapar hiperealitas kehidupan Kesendirian memang membingungkan Apalagi saat menapaki jalan terjal penuh keraguan

Untung ada kamu Satu-satunya penyebuk kalbu Pada siapa lagi kalau bukan kamu? Tempatku mengadu segala keluh Pada siapa lagi kalau bukan dirimu? Tempatku berteduh disaat jenuh Siapa lagi kalau bukan kamu? Yang bisa menerimaku tanpa pandang bulu Siapa lagi kalau bukan dirimu? Yang bisa membersihkan hatiku yang keruh 12


Rima, Irama, & SMA

Eh tunggu.................. Kamu ini siapa?

13


Rima, Irama, & SMA

Kamisan Tidak Hanya Aksi Diam Oleh : Hankyudha, Iksal Alvito Kurniawan, Siska Nahla Padila, & Danmungkinnanti

Hai para penguasa! Jangan seenaknya saja mengatur negara Duduk manis di tahta singgasana Tanpa mau menengok realita Inilah suara rakyatmu yang patut kau bela Hidup kami nelangsa! Mana janjimu urusan sejahtera?

Kamisan bukan hanya aksi tanpa tujuan Bukan sebagai kaum berpayung hitam Apalagi gerakan bersorban Namun ini sebuah gebrakan untuk hak kemanusiaan

Kamisan bukan alasan untuk berperang Kamisan hanya mencari peran yang usang Bukan memperdebatkan jiwa yang malang Hanya menanyakan hak kemanusiaan yang hilang

14


Rima, Irama, & SMA

Semangat api panggilan jiwa Berdiri di gerbang istana Di bawah payung hitam melawan dengan diam Jalan panjang para pencari keadilan

15


Rima, Irama, & SMA

SAMPAH

hai kawan, ingatkah kau permainan kita dulu? bermain kartu sampai larut malam sambil mengobrol santai tentang kehidupan tiba-tiba kau ucapkan 3 kata kepadaku "kamu itu sampah" "ha? maksudmu?" tanyaku "iya, kamu itu kayak sampah" kejam? awalnya ku berpikir begitu sahabat macam apa kau ini?

kata itu terus terngiang dalam benakku sebenarnya apa maksudmu kawan? apakah itu semacam ungkapan? mana mungkin itu kenyataan? aku sampah? bagaimana bisa? mustahil

16


Rima, Irama, & SMA

sejenak kucoba lupakan tentang hari itu tapi sialnya kata itu terus menghantuiku aku tak bisa menerima "sampah" sebagai sifatku tapi tunggu.... bagaimana bila aku ini memang sampah? bagaimana bila aku tak berguna? bagaimana bila kehidupanku sia-sia? layaknya sampah yang sudah usang

kalaupun benar, memangnya kenapa? kalaupun benar, memangnya kenapa? apa salahnya menjadi sampah? mengapa manusia selalu menganggap sampah sebagai hal yg buruk? padahal kan tidak selamanya buruk bukankah manusia juga mempunyai sisi buruk? lalu apa bedanya? aha!

17


Rima, Irama, & SMA

akhirnya aku sadar manusia itu naif manusia itu sombong manusia itu arogan manusia itu pengecut karena tak mau mengakui dirinya seutuhnya tak mau mengakui sisi buruknya seperti aku..

ternyata itu maksudmu kawan ingin rasanya kuucapkan terimakasih dan maaf karena telah salah sangka sialnya aku tak bisa lagi, yasudah sekarang kan kukenang selalu tiga kata pengubah segalanya

18


Rima, Irama, & SMA

II Ketiga irama yang tercipta kupersembahkan pada masa lalu, dan yang tak kukenal lagi, kamu. Tapi masa bodoh, selama lagu ini ada, masa lalu itu tetap akan ada, bukti bahwa kita pernah bersama.

19


Rima, Irama, & SMA

Sampai Jumpa Lagi https://soundcloud.com/hankyudha/original-song-sampai-jumpa Disini, ku sendiri Meratapi bayangmu Menyesal, bersedih Tersadar akan salahku... Maafkan aku Ku tahu, kau lelah Dengan kata maafku Dan semua, tuturku Yang membuat hatimu terluka Maafkan aku Kini........ Kan kulanjutkan hidupku Walau tanpamu Dan kuyakin Kita kan bertemu lagi Oh sampai jumpa lagi Sepintas teringat tawamu Senyummu dan kasihmu Candamu, suaramu Dan semua tentang dirimu Terimakasih 20


Rima, Irama, & SMA

Kan kusimpan suratmu Dan kartu ucapanmu Sebagai, pertanda Bahwa kita pernah bersama Terimakasih Dan bila Memang ini yang terbaik Untuk dirimu Kan kuterima Dengan sepenuh hati Oh sampai jumpa lagi

Kini........ Kan kulanjutkan hidupku Walau tanpamu Dan kuyakin Kita kan bertemu lagi Oh sampai jumpa lagi Kujadikanmu Sebagai motivasiku Oh sampai jumpa lagi

21


Rima, Irama, & SMA

Bukanlah Saatnya https://soundcloud.com/hankyudha/original-song-bukanlahsaatnya

Jalan hidupku ini yang berliku Tak terasa ada yang hilang Kau tlah pergi meninggalkan diriku Menyisakan luka yang membekas

Kan kurelakan semuanya yang tlah pergi Dan kenangan bersama dirimu

Kau buatku trus berpikir Kau buatku trus bernyanyi Oh sekarang bukanlah saatnya Kau tlah ajari diriku Kau tlah buka pikiranku Oh sekarang bukanlah saatnya

Kini kusadar inilah yang terbaik Kau haruslah mengejar impianmu Begitupun dengan diriku ini Kudoakan untuk yang terbaik

22


Rima, Irama, & SMA

Kan kurelakan semuanya yang tlah pergi Dan kenangan bersama dirimu

Kau buatku trus berpikir Kau buatku trus bernyanyi Oh sekarang bukanlah saatnya Kau tlah ajari diriku Kau tlah buka pikiranku Oh sekarang bukanlah saatnya

23


Rima, Irama, & SMA

Kan kusimpan sendiri https://soundcloud.com/hankyudha/original-song-kan-kusimpan

Pikiranku melayang Bersama kenangan yang tlah hilang Sama halnya api yang membakar arang Hatiku juga meradang

Apa yang harus kulakukan Ketika tak punya pilihan Kamu ucapkan alasan Bagiku itu bualan

Tak bisakah kau sadari Ku takkan ganggu kehidupanmu lagi

Aku kan pergi menjauh Ku akan pergi menjauh Dan, bila ku merindukanmu Kan kusimpan sendiri

24


Rima, Irama, & SMA

Perlahan kan kucoba Menikmati dunia Karna inilah yang kau inginkan Tentu akan kulakukan

Tak bisakah kau sadari Ku takkan ganggu kehidupanmu lagi

Aku kan pergi menjauh Ku akan pergi menjauh Dan, bila ku merindukanmu Kan kusimpan sendiri

25


Rima, Irama, & SMA

III Kata orang, masa SMA adalah masa yang paling indah untuk dikenang. Entahlah, paling tidak aku punya karya semasa SMA yang patut kukenang serta memori bersama teman-teman. Terimakasih kalian yang telah mengisi hidupku kala itu.

26


Rima, Irama, & SMA

SEJUTA SURAT BUAT PAK WALI “Semarang yang Kuharapkan Menuju Semarang Setara”

Assalamualaikum Wr. Wb. Kota tempat aku dibesarkan ini sekarang adalah ibukota provinsi Jawa Tengah. Bila berbicara mengenai “Semarang yang Kuharapkan” pada awalnya saya akan menyinggung masalah slogan. Sebenarnya saya kurang setuju dengan slogan Kota Semarang ini. Slogan “Semarang Setara” menurut opini saya adalah slogan yang ambigu. Pertama karena saya sendiri bingung, arti slogan ini itu apa. Semarang ingin disetarakan dengan kota mana? Amsterdam kah? Atau New York? Atau mungkin Jakarta? Ini belum jelas Pak dibenak warga Semarang. Bila tolak ukurnya itu kota-kota maju diluar negeri mungkin saya setuju, akan tetapi kalau tolak ukurnya kota-kota di Indonesia seperti yang lain aku kurang setuju. Sebagai contoh, Semarang ingin disetarakan dengan Jakarta, Ibukota Negara. Tentu aku sangat protes karena aku tidak mau Semarang menjadi kota yang macet, banjir, panas, padat, dll. Selain itu konsep kesetaraan yang ingin disampaikan melalui slogan ini juga belum jelas, setara dalam bidang apa? Politik? Ekonomi? Atau keseluruhan? Ini menjadi tanda tanya besar Pak. Alasan kedua yaitu karena menurut saya ini slogan yang sangat pesimis, kurang optimis. Mengapa? Karena kata-kata “Setara” didalam benakku berarti tujuan pemerintah kota semarang sekarang ini hanya ingin menjadikan kota Semarang menjadi kota yang setara dengan kota-kota lain. Lantas bila sudah setara, maka tak akan merubah apapun karena Semarang hanyalah kota yang biasabiasa saja, setara dengan kota lain, tidak menonjol. Ini diibaratkan 27


Rima, Irama, & SMA

seperti bila kita punya cita-cita, slogan ini menggambarkan cita-cita yang begitu dangkal, kurang berani menargetkan sesuatu yang lebih tinggi. Padahal waktu saya TK, saya masih ingat betul, guru TK saya mengatakan bercita-citalah setinggi langit. Lantas mengapa cita-cita kota ini begitu dangkal hanya seatap rumah? Bila dari tujuannya saja sudah dangkal sudah pasti hasil yang didapat tidak akan setinggi langit. Padahal kita itu mampu lebih Pak. Jadi saran pertama saya yaitu slogannya diganti dengan yang lebih optimis. Sudah pasti warga Semarang ingin kotanya menjadi kota yang terbaik, yang lebih baik dari yang terbaik, bukan ingin kotanya hanya menjadi kota yang setara dengan kota-kota lain. Lalu, menurut kacamata saya, salah satu masalah yang tidak kelihatan tetapi efeknya sangat besar yaitu tentang pasar tradisional. Memang benar, sekarang pasar-pasar tradisional sudah dibangun bergaya modern contoh pasar sampangan dan pasar bulu, tempatnya sudah tidak becek lagi seperti dulu. Akan tetapi, minat masyarakat sekarang

terhadap

pasar

tradisional

tidak

begitu

pesat

perkembangannya, tidak sebanding dengan dana yang dikeluarkan pemerintah. Mengapa? Menurut saya hal ini karena banyaknya pesaing pasar modern dan minimarket. Masalah terbesarnya adalah karena minimarket. Sebagai contoh ya Pak, rumah saya ada di Dewi Sartika Timur, disitu dekat dengan Pasar Sampangan yang baru. Tetapi juga dekat dengan minimarket. Masyarakat sekitar rumah saya itu lebih tertarik berbelanja ke minimarket dibanding ke pasar sampangan baru. Itu potret realita yang terjadi di lapangan pak, ini sangat disayangkan. Jika masyarakat yang lokasi rumahnya dekat dengan 28


Rima, Irama, & SMA

pasar tradisional baru saja tidak minat, apalagi masyarakat yang lokasi rumahnya cukup jauh dengan pasar tradisional. Dengan ini, roda perputaran uang tidaklah memihak kepada masyarakat lokal yang ingin berjualan di pasar tradisional, malah memihak perusahaan minimarket, dan keuntungannya tidak bisa mengalir pada “wong cilik�. Menurut saya, perlu kebijakan pemerintah untuk membatasi jumlah minimarket yang ada dengan peraturan daerah. Atau bisa juga dengan kebijakan jam buka-tutup bagi minimarket, sehingga memberi kesempatan masyarakat berbelanja ke pasar tradisional. Selain itu, pedagang pasar tradisional perlu di edukasi mengenai cara pemasaran yang baik, contohnya dengan menghias kiosnya. Walaupun gedung pasar tradisional baru, akan tetapi pola piker pedagangnya belum maju, mereka menata kios nya masih berkonsep kumuh, tidak teratur. Sehingga kurang menarik minat masyarakat untuk berjualan. Bila pedagang belum paham, sebaiknya disperindag mengedukasi pedagang, dan membantu subsidi barang kebutuhan toko, seperti rak, laci, etalase, dll. Permasalahan selanjutnya, menurut saya adalah wilayah pemukiman sekarang ini kurang memperhatikan sistem sanitasi jalur keluar air, seperti selokan, got, dll. Rata-rata para pemilik perumahan kurang memperhatikan perbandingan ukuran selokan dengan jalan dan rumah-rumahnya, sehingga berpotensi terjadi banjir. Selain itu, hal yang saya sayangkan sebagai warga Semarang adalah karena pohonpohon karet di daerah ngaliyan-mijen malah ditebangi, dan malah justru didirikan pabrik-pabrik. Masalah lain yang ingin saya singgung adalah sebagai warga Semarang sejak saya berumur 3 tahun, kondisi 29


Rima, Irama, & SMA

jalan yang saya rasakan itu makin lama makin macet pak, memang saya tidak bisa menyalahkan siapa-siapa mengenai permasalahan itu, karena mungkin pertumbuhan penduduk Semarang yang tinggi, akan tetapi dari sini sudah kelihatan tanda-tanda bahwa masa depan Semarang akan menjadi kota yang macet. Sebagai warga yang dibesarkan di Semarang, tentu saya tidak ingin hal itu terjadi pak. Saya mohon dipertimbangkan masalah seperti itu. Selain masalah-masalah tadi, saya ingin menyinggung tentang kebudayaan di Semarang. Makin lama minat masyarakat terhadap budaya daerah khususnya budaya Semarang makin memudar Pak, bahkan sekarang menurut saya Semarang “hampir� tidak memiliki budaya daerah yang menonjol, kita sedang dilanda krisis kebudayaan lokal pak, jati diri bangsa sedikit demi sedikit tergerus. Seperti contoh, budaya manten Semarangan sekarang sudah sangat jarang ditemui, padahal itu khas milik kota kita Pak. Lalu sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah, saya melihat Semarang masih kalah oleh Solo pak. Seakan-akan kita bukan Ibukota Provinsi. Hal itu dikarenakan ciri khas dari Semarang yang tidak nampak, makin lama makin memudar, dan dari kita tidak ada upaya yang serius untuk mengembangkan kebudayaan kita. Salah satu hal menarik menurut saya tentang Kota Semarang adalah dari segi akulturasi budaya nya. Di Semarang, kita dapat menemukan perpaduan budaya Jawa-Tionghoa-Arab, dan interaksi antar masyarakat antar golongan ini benar-benar harmonis. Menurut saya, icon yang harus ditonjolkan dari Semarang adalah “Semarang kota akulturasi berbagai budaya�. Hal

ini tidak bisa

sembarangan kita temukan di kota-kota lain, seperti di Jakarta, 30


Rima, Irama, & SMA

masyarakat betawi malah membenci etnis cina tionghoa, terbukti dengan kurang setujunya masyarakat dengan Pak Ahok pada awalawal pemerintahannya. Hal ini unik tapi sepele, karena itu sudah menjadi budaya kita sehingga kita tidak merasakannya, dan ini sebagai jati diri Semarang itu sendiri seharusnya Pak. Lalu saya ingin mengkritisi tentang dibangunnya gedung Pusat Informasi Publik di Kota Semarang Pak, beberapa hari yang lalu, saya sering main kesana, bahkan 4 hari berturut-turut saya kesana untuk memanfaatkan internetnya untuk penyusunan karya ilmiah yang dilombakan. Dari yang bisa saya amati, terutama di ruang BLC itu saya menemukan penyalahgunaan fasilitas umum pak. Jadi selama saya ke PIP, saya terus menerus bertemu dengan bapak-bapak, yang memanfaatkan internet disitu untuk bermain judi togel pak, saya awalnya heran kenapa bapak itu kesini terus-terusan. Setelah saya amati, ternyata bapak itu bermain togel sepanjang hari pak, bukannya itu justru membuat masyarakat menjadi pemalas? Lalu untuk lantai 2 nya itu masih belum berfungsi dengan baik pak, hanya studio mini yang maksimal. Ruang bacanya masih kumuh, buku-bukunya juga sangat minim, sangat berbeda dengan ruangan yang ada di lantai 1 pak, jadi mohon diperbaiki gedungnya supaya bisa berfungsi maksimal Pak. Saya

menyadari,

beberapa

tahun

belakangan

ini

pembangunan taman kota di daerah pusat kota makin baik, seperti taman madukoro dan taman pandanaran. Tetapi, di daerah krapyak dan pedurungan di sepanjang jalan utama saya belum menemukan 31


Rima, Irama, & SMA

taman seperti yang ada di pusat kota Pak, jadi mohon untuk memperhatikan daerah-daerah tersebut. Lalu masalah lain adalah, saya merasa bahwa Semarang itu kurang diminati oleh wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu faktornya karena wahana wisata kita belum bisa menarik wisatawan. Saya ingin menyarankan kepada Bapak agar sector pariwisata juga tolong diperhatikan. Jika boleh saya berangan-angan, saya ingin di daerah Gunungpati itu ada semacam wisata alam berbasis outdoor yang dikelola masyarakat sekitar, akan tetapi wisata ini wisata yang benar-benar layak dikunjungi oleh wisatawan. Mengapa Gunungpati? Karena menurut saya

wilayah

Gunungpati

masih

banyak

lahan

yang

dapat

dimanfaatkan Pak. Lalu yang terakhir, saya mohon untuk daerah Kota Lama lebih diperhatikan lagi Pak. Mohon diadakan program pemerintah untuk merevitalisasi Kota Lama, karena beberapa bagian masih tampak kurang terawat Pak. Alangkah lebih baik apabila di Kota Lama didirikan suatu Museum, dan dikonsep menjadi wahana wisata. Jadi bagi para wisatawan yang ingin mengetahui Kota Lama hendaknya dipandu oleh guide lokal dari Semarang. Sehingga kota lama Semarang tidak dianggurkan seperti sekarang ini. Akan tetapi, sebelumnya mohon masalah rob dan banjir diselesaikan dulu Pak. Atas perhatian Bapak membaca surat tidak penting saya ini, saya mengucapkan terimakasih sekali Bapak. Semoga surat ini dapat bermanfaat, mohon maaf juga bila ada salah kata pak, saya masih belajar juga hehe. Akhir kata, Wassalamualaikum wr. Wb.

32


Rima, Irama, & SMA

33


Rima, Irama, & SMA

Bangga Indonesia, Produk Lokal Kualitas Global Negara kita ini terdiri lebih dari 700 suku yang ada di daerah masing-masing.

Tentunya

setiap

suku/wilayah

mempunyai

kekhasan/keunikan tersendiri yang membedakan wilayah satu dengan wilayah lain. Salah satu keunikan itu adalah makanan dan jajanan tradisional yang ada pada setiap wilayah. Contohnya pempek, kerak telor, emping, lapis, nasi tumpeng, pecel, nasi goreng, rendang, dll. Itu merupakan asset yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia dan menjadi pembeda Indonesia dengan Negara lain. Didukung juga dengan potensi SDA yang ada di Indonesia, baik sector agraris maupun maritime, hasil tanah maupun hasil laut, tidak bisa dipungkiri bahwa Negara kita ini sangatlah kaya. Keanekaragaman tersebut menunjukkan bahwa Indonesia adalah Negara yang mandiri, unik, dan berpotensi bersaing dengan Negara maju lainnya. Akan tetapi, fakta yang terjadi di masyarakat jauh berbeda dengan harapan kita. Di era globalisasi sekarang ini, produk buatan Indonesia kalah bersaing dengan produk buatan asing. Rata-rata masyarakat terutama anak muda membeli produk asing hanya karena ingin memakai barang bermerek terkenal, gengsi dan malu jika harus memakai barang buatan Indonesia yang mereknya tidak jelas. Anak muda seperti ini biasanya terpengaruh dari gaya hidup orang tuanya yang sudah biasa membeli barang buatan asing. Bahkan ada juga orang yang mengecap bahwa buatan Indonesia itu KW semua, barang ori hanya dari luar negeri. Sama halnya di bidang kuliner atau makanan. Anak muda beranggapan bahwa makanan luar 34


Rima, Irama, & SMA

negeri itu makanan kelas atas, dan makanan anak gaul. Sedangkan makanan local itu makanan kelas menengah kebawah. Padahal sebenarnya kualitas dan cita rasa makanan Indonesia tergolong ke dalam makanan yang sangat lezat, bahkan beberapa diantaranya sudah diakui oleh dunia dan masuk dalam 20 makanan terlezat di dunia yaitu nasi goreng, rendang, dan sate ayam.Tetapi tetap saja minat anak muda terhadap produk serta makanan lokal sangat minim. Apabila keadaan itu terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama, tentu akan sangat berbahaya bagi perekonomian Indonesia. Mengapa demikian? Karena keadaan tersebut sangat merugikan produsen produk lokal dan menguntungkan produsen asing, akibatnya produsen lokal yang kalah saing akan beralih pekerjaan dan mungkin saja beralih mengikuti tren yang ada, yaitu menjadi produsen produk asing. Itu akan memperburuk keadaan yang ada, bisa jadi setelah rugi akhirnya mereka malah menganggur, itu juga akan menambah jumlah pengangguran di Indonesia. Bangsa Indonesia akan terus menjadi konsumen, tidak menjadi produsen. Bangsa Indonesia akan terus mengimpor barang, tidak mengekspor barang. Tentu roda perputaran ekonomi akan menjadi kacau apabila hal itu terjadi. Selain dalam aspek ekonomi, Indonesia juga akan merugi karena semakin lama keanekaragaman budaya yang merupakan identitas bangsa akan terkikis sedikit demi sedikit. Apabila retakan itu tidak segera ditambal, pada puncaknya bisa jadi cucu kita tidak tahu bahwa dulu Indonesia itu

memiliki

beraneka

ragam

kebudayaan

sendiri.

Sangat

mengenaskan bukan? Oleh karena itu, kita sebagai warga Negara

35


Rima, Irama, & SMA

Indonesia sudah sewajarnya menggunakan produk buatan dalam negeri. Siapa lagi kalau bukan kita? Penulis ingin menawarkan beberapa solusi yang bisa dilakukan agar produk dalam negeri bisa lebih dicintai, antara lain. A. Bagi Produsen dan Pedagang 

Produsen hendaknya terus mencoba memproduksi produk lokal dengan meningkatkan mutu dan kualitas.

Jangan meniru dan memasang merek produk buatan luar negeri, karena jika meniru produk itu akan selamanya menjadi KW.

Mengambil sisi positif dari produk asing, dan diterapkan dalam produk local tanpa menghilangkan ciri khas budaya local.

Membuat tampilan desain produk semenarik mungkin

Untuk pedagang makanan, hendaknya menyesuaikan dengan selera anak muda jaman kini dan melihat kondisi pasar. Contohnya, Pecel adalah salah satu makanan tradisional yang kebanyakan peminatnya kalangan tua, rata-rata anak muda tidak suka pecel karena dalam pecel ada sayuran yang rasanya pahit. Jika pembeli pecel anak muda, hendaknya dihilangkan sayuran pahitnya (daun singkong, kembang turi) dan diperbanyak sambal pecelnya.

Untuk pengusaha warung makanan tradisional, hendaknya mendesain interior ruangan agar tidak kelihatan seperti warung yang kumuh, tetapi café yang elegan dan memberikan 36


Rima, Irama, & SMA

sedikit hiasan ikon. Misalnya seperti Mc Donald yang mempunyai ikon patung orang berwarna putih merah kuning. Karena desain semacam itulah yang diminati anak muda dan anak-anak. 

Untuk produsen dan pedagang jajanan tradisional, hendaknya membuat variasi-variasi rasa, warna, dan kemasan jajanan agar lebih diminati pembeli.



Untuk produsen pakaian tradisional seperti batik, hendaknya membuat desain stylish dengan warna yang menarik. Karena rata-rata anak muda menganggap batik itu pakaian kuno.



Hendaknya memasarkan produk melalui berbagai media mengikuti perkembangan zaman contohnya lewat sosial media, website, pamphlet, sosialisasi ke sekolah-sekolah



Untuk pengusaha warung, hendaknya menciptakan suasana yang nyaman dan menyediakan tempat yang kondusif. Maksudnya disini adalah anak muda sekarang ini bila mengunjungi tempat makan pasti juga mencari tempat nongkrong, dan hal itu biasanya ditemukan pada tempat makan modern seperti KFC, Mc Donalds, dll. Hendaknya pengusaha warung menyediakan ruang, tempat, dan fasilitas yang memadai seperti free wifi, free charging, dll. Hal itu bisa menarik anak muda agar bisa nongkrong disitu.



Untuk pengusaha warung, hendaknya memberi seragam khas pada

pekerjanya,

serta yang terpenting meningkatkan

pelayanan/keramahan pekerjanya.

37


Rima, Irama, & SMA

Menyediakan sarana pembayaran non tunai, seperti kartu kredit dan pembayaran online.

Jika sudah sukses di dalam negeri, perluas jaringan pemasaran di luar negeri sehingga menambah devisa negara Indonesia.

B. Bagi Konsumen khususnya anak muda 

Jangan hanya berkata “Aku cinta produk dalam negeri” tetapi buktikan dengan tindakan. Tindakan-tindakan tersebut bisa dimulai dari hal yang kecil seperti belajar mengenal kebudayaan local secara terus-menerus. Lama kelamaan akan tumbuh rasa cinta terhadap budaya sendiri

Jadilah konsumen yang cerdas!

Mengubah pola pikir bahwa produk luar negeri itu keren, sebenarnya produk kita tidak kalah keren dengan produk asing.

Jangan tergantung produk luar negeri, kalau diperhitungkan sebenarnya produk luar negeri itu lebih mahal disbanding produk dalam negeri, lalu mengapa pilih yang mahal bila yang murah ada?

Jangan terpengaruh teman yang memiliki gaya hidup yang boros, biasanya orang seperti itu lebih suka memakai produk luar negeri.

Mengajak

teman

sebaya

makan

di

warung

makanan

tradisional. 

Mengikuti dan mendukung acara bertema kebudayaan seperti Semarang Night Carnival. 38


Rima, Irama, & SMA

Jangan malu menggunakan produk dalam negeri seperti menggunakan batik saat acara tertentu

C. Bagi Pemerintah 

Pemerintah hendaknya terus menghimbau pada masyarakat agar menggunakan produk dalam negeri.

Terus

memantau

produsen

produk

local

bila

perlu

memberikan pinjaman modal agar perekonomian dalam negeri sedikit demi sedikit bisa maju. 

Memberikan reward bagi produsen yang berkompeten memproduksi produk local agar bisa terus berkarya.

Memberikan tempat berdagang bagi pedagang produk local dengan menciptakan suatu pasar murah meriah yang isinya kumpulan produk-produk buatan dalam negeri dengan kualitas yang baik. Pasar itu hendaknya didesain semenarik mungkin seperti mall, akan tetapi isi dan cara transaksi jual belinya seperti pasar tradisional. Memang pasar seperti ini sudah diciptakan contohnya thamrin square di Jakarta, akan tetapi yang kurang adalah pemantauan terhadap pedagang agar menata jualannya dengan rapi dan elegan. Sehingga tercipta kesan kumuh Pedagang dalam pasar tersebut sebelumnya juga diseleksi terlebih dahulu.

Memperketat filter impor, dan memudahkan proses ekspor bagi pedagang local yang ingin memasarkan produk dalam negeri ke negara lain.

39


Rima, Irama, & SMA

Harapan penulis ke depannya adalah bangsa Indonesia khususnya anak muda bisa lebih mencintai produk dalam negeri. Untuk jangka panjangnya penulis berharap produk-produk Indonesia termasuk makanan tradisional Indonesia bisa dikenal oleh orang-orang dari seluruh dunia. Dan yang terpenting, semoga negara Indonesia bisa menjadi salah satu negara maju di dunia dengan keunggulan keanekaragaman budaya lokal.

40


Rima, Irama, & SMA

BUDAYA MAKAN IKAN SEBAGAI LANGKAH AWAL MENUJU BUDAYA MARITIM

Bentangan laut, ribuan pulau. Suatu sebutan yang sangat cocok bagi negara kita ini. Indonesia, merupakan salah satu negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di Asia dan kedua di dunia yang memiliki 17.506 pulau-pulau besar dan kecil, serta luas wilayah lebih dari 7.7 juta km², dimana 2/3 bagiannya merupakan perairan seluas lebih dari 5.8 juta km², dengan garis pantai sepanjang lebih dari 81.000 km² (Ikhtiari, 2011). Ini menjadi suatu keunggulan bagi Indonesia dan menjadi suatu ciri khas yang membedakan dengan negara lain. Sebagaimana diatur dalam United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS, 1982), Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan satu kesatuan wilayah yurisdiksi, yang berdaulat serta mempunyai

hak

dan

wewenang

internasional, untuk mengatur,

penuh

mengelola

yang dan

diakui

dunia

memanfaatkan

kekayaan laut yang dimilikinya bagi kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Indonesia juga memiliki hak berdaulat atas sumber kekayaan alam dan berbagai kepentingan yang berada di atas, di bawah permukaan dan di lapisan bawah dasar laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 juta km² yang mengelilingi laut kedaulatan selebar 200 mil laut. Hal ini juga didukung dengan melimpahnya potensi kekayaan laut yang luar biasa besarnya. Potensi yang kita miliki tidak hanya 41


Rima, Irama, & SMA

berupa ikan saja, tetapi juga bahan tambang seperti minyak bumi, emas, nikel, pasir, bijih besi, timah, dll yang ada di bawah permukaan laut. Kekayaan lain dari sumber daya laut adalah sumber daya alam berupa mangrove, terumbu karang, dan lain-lain (Mushlih et al, 2014:154). Dalam sektor perikanan, laut Indonesia memiliki angka potensi lestari sebesar 6,4 juta ton per tahun. Potensi lestari adalah potensi penangkapan ikan yang masih memungkinkan ikan untuk melakukan regenerasi sehingga jumlah ikan yang ditangkap tidak akan mengurangi populasi ikan. Berdasarkan aturan internasional, jumlah ikan yang diperbolehkan untuk ditangkap adalah 80% dari potensi lestari, atau sekitar 5,12 juta ton per tahun. Kenyataanya, kita belum memaksimalkan angka tersebut, sehingga masih ada peluang untuk mengembangkan sektor perikanan (Mushlih, 2014:154). Secara geografis, Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudera. Letak geografis Indonesia sangat strategis karena menjadi jalur lalu lintas perdagangan dunia antara Negara-negara dari Asia Timur dengan Negara-negara di Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan India. Karena menjadi jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia, bangsa Indonesia telah menjaclin kerjasama dengan Negara lain dalam berbagai aspek kehidupan (Mushlih et al, 2014 : 7). Dari faktafakta tersebut, sudah sangat jelas bahwa Indonesia memiliki budaya maritim yang sangat kuat bahkan sejak zaman dahulu. Dalam dunia maritim abad ke XIX misalnya, sistem kelautan di Indonesia telah diteliti oleh A.B. Lapian dengan hasil sistem di 42


Rima, Irama, & SMA

Indonesia pada prinsipnya merupakan sistem-sistem laut tersendiri (Zuhdi, 2006). Karena dua pertiga wilayah Indonesia adalah laut, sudah pasti ada elemen-elemen dari kepentingan nasional yang terkait dengan domain maritim. Kepentingan tersebut tidak lepas dari arti laut bagi bangsa Indonesia yaitu laut sebagai medium transportasi, medium kesejahteraan dan medium pertahanan. Tanpa laut, tak ada bangsa Indonesia, dan tanpa bangsa Indonesia maka taka da Negara Indonesia. Dengan demikian, bukan sesuatu yang berlebihan apabila dikatakan sifat hakiki Negara Indonesia adalah maritim (Suhartono, 2010). Sebagai Negara maritim, sudah wajar bila sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor maritim sebagai nelayan (Tarigan, 2009). Di samping potensi besar yang Indonesia miliki dalam sektor maritim, ternyata masih banyak masalah-masalah di bidang maritim yang belum kita tangani secara serius. Berikut ini beberapa contoh masalah maritim di Indonesia: 

Kasus eksploitasi pulau-pulau kecil di Indonesia seperti Pulau Bangka (Kompas, 27 April 2015).

Penambangan pasir laut di pesisir Jatim (Kompas, 13 April 2015).

Kasus anak buah kapal yang kurang diperhatikan nasibnya serta diperbudak (Kompas, 28 April 2015).

Wilayah jarahan nelayan asing makin jauh di perairan dan ZEE Indonesia (Kompas, 24 April 2015).

Banyak ikan mati akibat pencemaran lingkungan di Banyuwangi (Kompas, 18 April 2015). 43


Rima, Irama, & SMA



Minimnya akses pembiayaan nelayan (Kompas, 7 April 2015).



Pungutan liar terhadap kapal di Kepulauan Aru, Maluku yang melibatkan banyak pihak (Kompas, 8 April 2015).



Minimnya kesejahteraan nelayan, sehingga banyak nelayan yang dihantui kemiskinan kronis (Kompas, 7 April 2015 dan 6 April 2015). Di antara beberapa masalah-masalah tersebut, salah satu

masalah utama yang menyebabkan pudarnya budaya maritim di Indonesia adalah karena minimnya pemahaman masyarakat Indonesia mengenai pentingnya sektor maritim. Masyarakat Indonesia telah didikte olah bangsa asing, arus globalisasi pun menjadi faktor pendorong bangsa asing mendikte bangsa Indonesia. Selama ini kita hanya dijadikan pasar, Indonesia adalah salah satu pasar yang potensial bagi negara asing dalam memasarkan produknya karena banyaknya jumlah penduduk Indonesia. Mindset kita seperti sudah diubah oleh bangsa asing, sehingga kita lebih banyak melirik keunggulan bangsa asing dibanding memanfaatkan potensi dalam negeri. Hal ini dibuktikan dengan lebih banyaknya jumlah impor Indonesia daripada ekspornya. Salah satu contoh kasus yang sangat tampak bahwa Indonesia kurang mandiri adalah masyarakat Indonesia lebih gemar menikmati daging ayam, khususnya junk food daging ayam dan itu merupakan produk impor. Hal itu tak dapat dipungkiri. Selain itu juga ada kasus impor daging sapi. Ketika Australia meningkatkan biaya daging sapinya, hal ini diributkan oleh banyak orang. Padahal, bila memang kita kalah unggul 44


Rima, Irama, & SMA

pertanian sapi dibanding Australia, kita masih punya banyak hal yang lebih unggul di sektor lain. Contohya adalah sektor perikanan. Seharusnya kita tak harus bingung bila biaya daging impor naik, itu justru membuka kacamata bahwa kita seharusnya lebih fokus ke produksi dalam negeri. Tak ada rotan, akarpun jadi. Tak ada ayam, ikan masih banyak kan? Tak ada sapi, ikan pun jadi! Seharusnya bila mindset seperti itu sudah tertanam dalam pikiran masyarakat Indonesia, sektor maritim akan terus maju, dan negara pengimpor akan “kapok� telah mengimpor barang ke negara adidaya Indonesia. Hal ini juga menunjukkan bahwa budaya makan ikan masyarakat Indonesia masih minim, padahal potensi perikanan sangat besar. Budaya maritim harus dibentuk melalui reformasi kultural, diawali dengan budaya makan ikan. Hal ini sesuai dengan istilah yang dikemukakan Bapak Presiden terpilih mengenai “Revolusi Mental�, revolusi budaya maritim juga diperlukan dengan mengawalinya melalui kebiasaan-kebiasaan sederhana masyarakat Indonesia dengan menjadikan ikan sebagai menu utama di meja makan. Faktanya, konsumsi ikan rata-rata Indonesia masih tergolong rendah. Rata-rata konsumsi ikan orang Indonesia hanyalah 30 kg setahun, angka ini masih kalah dengan Malaysia 37 kg per tahun. Jika dibandingkan dengan bangsa Jepang, kita hanya separuh dari konsumsi mereka yaitu 60 kg per tahun (Hamengkubuwono, 2014). Kalau konsumsi ikan saja rendah, tidak heran bahwa penanganan illegal fishing kurang diperhatikan. Padahal, sebenarnya makan ikan itu baik untuk kesehatan kita. Ikan memiliki kandungan gizi tinggi, dan terkenal dapat meningkatkan daya ingat serta kecerdasan manusia. Tidak ada 45


Rima, Irama, & SMA

salahnya bukan makan ikan? Lalu kenapa belum dibiasakan? Padahal persediaan ikan di Indonesia sangat melimpah. Jika budaya makan ikan masyarakat Indonesia sudah terbentuk, masyarakat akan makin perlu dan tergantung dengan ikan, kebutuhan ikan akan meningkat. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan para nelayan yang selama ini masih di bawah garis kemiskinan. Jika kesejahteraan nelayan meningkat, maka akan banyak yang berinvestasi di bidang perikanan. Selain itu, pusat perhatian pemerintah juga akan terarah pada sektor maritim, sehingga programprogram pemerintah dapat mendukung sektor maritim. Para perusahaan swasta juga pasti akan ikut andil dalam perputaran roda ekonomi di sektor maritim tersebut, karena pekerjaan nelayan adalah hal menjanjikan. Jika nelayan kita dapat maju, akan tercipta lapangan kerja lain yang akan mendukung kerja nelayan, seperti industri perahu dan kapal bagi nelayan, perusahaan pembuat alat tangkap ikan, dan lainlain. Disamping itu, potensi pariwisata bahari juga akan meningkat, terutama orang-orang dengan hobi memancing, tentu akan meningkat jumlahnya, dan itu dapat dimanfaatkan sebagai pariwisata memancing di laut lepas. Lalu, bila ikan sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia, para nelayan akan bertambah jumlahnya, dan persebaran wilayah penangkapan ikan akan semakin meluas, sehingga mempersempit wilayah penangkapan nelayan asing yang menangkap ikan secara illegal. Dengan itu, illegal fishing akan dapat diminimalisasi oleh peran serta masyarakat khususnya nelayan. Indonesia pun akan dapat 46


Rima, Irama, & SMA

mengekspor hasil laut ke negara lain, dan dapat meningkatkan devisa negara. Budaya makan junk food pun akan berkurang, dan bukan tidak mungkin, produk ikan Indonesia akan terkenal di negara-negara asing. Itu hal yang luar biasa bukan? Lalu bagaiman cara membentuk budaya makan ikan? Penulis ingin menawarkan beberapa tahapan membentuk budaya makan ikan, yaitu: 

Tahap pengetahuan Pada tahap ini, masyarakat Indonesia diberi pengetahuan tentang pentingnya sektor maritim bagi kemajuan bangsa Indonesia, khususnya pentingnya makan ikan dan potensi kelautan Indonesia.

Tahap Penyadaran Tahap ini dilakukan setelah tahap memberikan pengetahuan berjalan dengan lancar. Setelah itu diharapkan masyarakat akan sadar mengenai pentingnya makan ikan sehingga masyarakat akan mulai sedikit demi sedikit meningkatkan konsumsi ikan.

Tahap Pembiasaan Pada tahap ini masyarakat mengkonsumsi ikan secara terusmenerus sehingga akan timbul suatu kebiasaan sehari-hari makan ikan. Lalu dari kebiasaan akan muncul suatu budaya. Selain tahapan tersebut, perlu adanya upaya-upaya dalam

menumbuhkembangkan budaya makan ikan yang dilakukan oleh banyak pihak, seperti: 

Kampanye intensif melalui media TV, radio, dan lain-lain.

Keteladanan dari aparat dan tokoh masyarakat. Hal ini bisa juga dilakukan

oleh

beberapa

artis 47

ibukota

untuk

membantu


Rima, Irama, & SMA

mencontohkan budaya makan ikan, lalu diiklankan. Biasanya masyarakat

Indonesia

akan

mudah

ikut-ikutan

bila

yang

melakukan adalah artis idolanya. Selain itu, aparat penegak hukum dan para pemimpin daerah juga harus mencontohkan budaya makan ikan. 

Memanfaatkan media sosial untuk turut mengajak masyarakat umum makan ikan. Beberapa waktu belakangan ini, dampak media sosial begitu luar biasa hebat. Banyak orang yang sebelum makan, memfoto makanannya terlebih dahulu kemudian dipamerkan di media sosial instagram, ask fm, dan lain-lain. Akan tetapi, jarang pula orang Indonesia bangga makan ikan, dan hasil foto makanannya jarang sekali menu ikan.



Memperbaharui dan memperbaiki kurikulum pendidikan di Indonesia, agar siswa lebih minat bercita-cita menjadi nelayan ataupun bekerja di sektor maritim. Selama ini kurikulum pendidikan memegang andil yang besar dalam mencetak generasi penerus bangsa. Menurut Boediono dalam Kompas, 27 April 2015 cara untuk memajukan Indonesia adalah mencetak generasi penerus bangsa yang unggul. Hal ini dapat diibaratkan, bila ada sungai yang kotor, hendaklah kita membersihkan bagian hulunya terlebih dahulu, lama kelamaan bagian hilir akan ikut bersih. Dan hal itu menurut penulis sangat tepat, untuk revolusi budaya maritim, yang pertama harus diubah adalah mindset masyarakat Indonesia terutama para pemuda. Kurikulum pendidikan sekarang ini kurang memihak pada sektor maritim, hal ini dapat ditunjukkan melalui hal yang sederhana. Saat anak-anak memasuki Taman 48


Rima, Irama, & SMA

Kanak-Kanak, kecenderungan anak-anak menggambar wilayah daratan lebih besar dibanding laut, sehingga tanpa sadar mindset anak-anak kita sudah berorientasi ke daratan. Lukisan/gambar yang biasa dibuat oleh anak kecil adalah pemandangan gunung dengan sawah dan jalan di tengahnya, kemudian ada matahari di antara kedua gunung tersebut. Hal ini tak dapat dipungkiri. Oleh karena itu, dari kecil kita harus membiasakan menghargai kekayaan laut dengan cara-cara sederhana menanamkan mindset pada anakanak melalui media gambar bahwa lautan itu penting dengan cara sekali-sekali anak-anak TK diajarkan menggambar lukisan laut dan pantai serta ikan. 

Variasi menu ikan. Banyak orang beranggapan bahwa makan ikan itu tidak enak dan rasanya begitu-begitu saja, memang betul sekarang ini kita kurang kreatif dalam menyajikan makanan berbahan dasar ikan sehingga rasanya pun begitu-begitu saja, dan penampilannya pun tidak menarik sama sekali. Oleh karena itu, diperlukan suatu inovasi baru menu makanan ikan yang khas dari Indonesia,

dengan

bumbu

rempah-rempah

Indonesia,

dan

tampilan/penyajian yang menarik, sehingga diminati masyarakat. Seolah-olah Indonesia akan bisa memiliki “Sushiâ€?nya sendiri, dan makanan tersebut dapat dikenal oleh masyarakat luas bahkan sampai ke mancanegara. 

Meningkatkan teknologi pengemasan dan penyajian ikan. Selama ini masyarakat Indonesia kurang kreatif dalam mengemas dan menyajikan ikan. Nelayan-nelayan tradisional di Indonesia selama ini masih mengandalkan pengawetan ikan secara alami dengan es 49


Rima, Irama, & SMA

dan garam. Sehingga ketahanan ikan tersebut juga tidak terlalu lama dan bisa jadi sebelum dipasarkan, ikan sudah busuk terlebih dahulu. Beda halnya bila kita dapat meningkatkan teknologi pengemasan ikan. Di daerah pesisir hendaknya dibangun suatu pabrik untuk mengemas ikan segar dengan kaleng, dengan begitu, akan tercipta makin banyak lapangan kerja di daerah pesisir, dan akan meningkatkan ketahanan ikan supaya dapat tahan lama sebelum dipasarkan. Harga ikan dalam kaleng tentu juga akan lebih mahal bukan? Hal itu dapat menguntungkan nelayan. 

Mengadakan lomba memasak ikan dan lomba melukis ikan. Melalui kegiatan sederhana lomba semacam ini, tujuannya adalah mengajak peran serta masyarakat dalam membudayakan makan ikan melalui kegiatan yang menyenangkan dan dapat dilakukan oleh banyak orang. Lomba memasak ikan ditujukan untuk orangorang dewasa, sedangkan lomba melukis ikan ditujukan untuk anak-anak.



Bila mengadakan bakti sosial/membagi-bagi sembako kepada masyarakat, selama ini yang dibagi hanyalah bahan kebutuhan pokok seperti beras, gula, minyak dan lain-lain. Mungkin hal ini perlu divariasi dengan membagikan hasil ikan, supaya nelayan juga bisa mendapatkan untung sekaligus beramal.



Meningkatkan distribusi penjualan ikan di berbagai daerah secara merata. Selama ini, penjualan ikan hanya fokus di wilayah pesisir, di wilayah bukan pesisir jarang sekali ada penjual ikan. Hal itu juga menyebabkan masyarakat kota malas untuk membeli ikan karena harus pergi ke pesisir terlebih dahulu. Bila distribusi penjualannya 50


Rima, Irama, & SMA

sudah merata, bahkan di tengah kota, tentu akan sangat mungkin masyarakat menjadi lebih gemar membeli ikan. Akan tetapi diperlukan suatu toko/pasar ikan di tengah kota yang di desain modern, dengan setiap kios memiliki freezer masing-masing, jadi ikan dapat bertahan lebih lama dan menjadi segar. Dalam proses distribusi, perlu juga dibangun suatu sistem yang baik, selama ini proses distribusi masih kurang efektif. Penulis menyarankan dalam proses distribusi, digunakan truk tangki besar seperti truk tangki bbm, akan tetapi didalam tangkinya berisi freezer. Lalu perlu dibangun pos-pos pemberhentian distribusi ikan secara merata. 

Melakukan workshop-workshop/seminar-seminar dengan tema kemaritiman di kalangan pemuda, khususnya di sekolah-sekolah.



Melestarikan ekosistem laut, dengan menangkap ikan tanpa bom, racun, dan pukat harimau. Penangkapan ikan juga memperhatikan keseimbangan ekosistem laut, tidak terlalu banyak. Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah juga mempunyai

peran besar dalam mendukung dan membentuk budaya maritim. Dan untuk membentuk budaya makan ikan diperlukan beberapa hal sebagai berikut: 

Peraturan perundang-undangan yang terkait sektor bahari atau maritim.



Memperbanyak dan meningkatkan kualitas lembaga pendidikan kemaritiman/kelautan. Hal ini diperlukan agar mindset para pemuda dapat berubah, dan menganggap sektor maritim merupakan hal yang menjanjikan. Sekolah-sekolah berkualitas di 51


Rima, Irama, & SMA

bidang maritim perlu diberdayakan seperti di SMK Wisudha Karya, Kudus (Kompas, 20 April 2015). Dalam sekolah tersebut, desain sekolahnya sudah seperti desain kapal, dan ruangannya seperti anjungan kapal. Di dalamnya terdapat simulator kapal dan beragam media pembelajaran yang menarik. Sebaiknya di daerah pesisir didirikan sekolah-sekolah kreatif seperti ini, sehingga dapat mengakomodasi kepentingan dan keinginan anak-anak para nelayan pesisir yang notabene terkenal berpendidikan rendah. 

Dukungan dari banyak pihak secara serentak untuk fokus membentuk budaya maritim. Bila semua pihak bekerja sama dengan satu tujuan membudayakan kehidupan maritim, tentu hal itu bukan tidak mungkin



Perhatian pemerintah daerah kota/kabupaten di wilayah pesisir untuk bersama-sama dengan pemerintah pusat

menangani

masalah-masalah yang ada di sektor maritim. Selama ini masalahmasalah maritim sangat kurang diperhatikan karena peran pemerintah daerah masih kurang, hanya pemerintah pusat yang melakukan upaya menangani masalah maritim. Sehingga hasilnya pun tidak maksimal. 

Koordinasi yang lebih baik antara kementerian-kementerian untuk mewujudkan Indonesia berbudaya maritim. Selama ini pula, sektor maritim hanya ditangani oleh kementerian kelautan dan perikanan tanpa adanya dukungan dan kerjasama maksimal dari kementerian lain. Padahal, masalah maritim merupakan masalah nasional secara multi dimensi. Memang betul ini merupakan tanggung jawab utama kementerian kelautan dan perikanan, akan tetapi untuk 52


Rima, Irama, & SMA

mewujudkan dan membentuk budaya maritim, diperlukan dukungan dari berbagai kementerian seperti menteri keuangan, menteri perhubungan dan menteri perdagangan untuk membantu proses distribusi ikan (Damanik, 2015). 

Membangun infrastruktur bagi sektor maritim agar aksesibilitas nelayan dalam mendapatkan kebutuhan menangkap ikan lebih teratur. Dan proses distribusi ikan dapat berjalan dengan lancar. Sebagai

contoh,

iptek/technopark.

daerah Dengan

pesisir hal

dapat itu,

dijadikan akan

kawasan

dikembangkan

kelembagaan dan sistem perikanan terpadu. Sistem tersebut mencakup introduksi benih local, pembuatan pakan mandiri, budidaya polikultur dan nirlimbah, serta tata kelola usaha dan niaga di daerah setempat (Kompas, 6 April 2015). Infrastruktur penting lain yang harus dibenahi yaitu pelabuhan, standar mutu pelabuhan harus ditingkatkan, supaya ikan-ikan Indonesia layak untuk di ekspor. Adapun hambatan dalam mewujudkan budaya makan ikan yaitu sebagai berikut : 

Maraknya illegal fishing oleh nelayan asing.



Berbagai oknum yang biasanya mengawetkan ikan dengan formalin dan pemutih. Hal ini menyebabkan imaji di masyarakat bahwa ikan sekarang sudah tidak aman dikonsumsi. Pemerintah perlu menangani masalah ini secara serius.



Alokasi dana di bidang maritim yang masih minim.

53


Rima, Irama, & SMA

Oknum-oknum yang ingin mengambil keuntungan pribadi, tanpa memperhatikan kepentingan nasional.

Teknologi penangkapan ikan yang masih tradisional, dan fasilitas nelayan yang minim Solusi yang ditawarkan penulis dalam menghadapi hambatan

yang ada adalah sebagai berikut: 

Pemerintah menindak tegas oknum pengawetan ikan dengan formalin, dan terus mengadakan sidak/razia di pasar-pasar ikan secara berkala.

TNI AL lebih tegas dalam mengebom kapal-kapal asing yang melewati wilayah Indonesia, persebaran TNI AL dan Polisi Air juga harus lebih merata.

Pemerintah hendaknya meningkatkan alokasi dana kemaritiman dalam APBN Tahun 2016 agar cita-cita Indonesia sebagai poros maritim terwujud. Kesimpulannya adalah budaya maritim dapat dibentuk

melalui kebiasaan yang sederhana seperti budaya makan ikan. Selama ini budaya makan ikan masyarakat Indonesia masih kalah dengan negara lain. Dengan budaya makan ikan, para nelayan pun akan lebih sejahtera karena kebutuhan ikan meningkat. Budaya makan ikan dapat dibentuk melalui tahapan pengetahuan, penyadaran, dan pembiasaan. Untuk mewujudkan budaya makan ikan, diperlukan berbagai macam upaya yang dilakukan oleh banyak pihak agar hal ini dapat terwujud. Pemerintah juga harus mendukung dengan menyediakan peraturan hukum terkait dan membangun infrastruktur di sektor maritim. 54


Rima, Irama, & SMA

Memang masih banyak hambatan yang ada dalam mewujudkan budaya maritim melalui budaya makan ikan, akan tetapi bukan tidak mungkin bila semua pihak bersinergi dan turut andil berperan serta mewujudkan budaya maritim, hal ini akan dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Damanik, M Riza. (2015). Pak Menko, Melautlah! Dalam Koran Sindo Rabu, 1 April 2015. Halaman 4. Harian Kompas. Jum’at, 24 April 2015. Wilayah Jarahan Makin Jauh. Halaman 24. Harian Kompas. Rabu, 8 April 2015. Pungli Libatkan Banyak Pihak. Halaman 18. Harian Kompas. Sabtu, 18 April 2015. Banyak Ikan Mati, Pencemaran Pantai Diteliti. Halaman 24. Harian Kompas. Selasa, 7 April 2015. Akses Pembiayaan Nelayan Masih Minim. Halaman 1. Harian Kompas. Selasa, 7 April 2015. Kemiskinan yang Senyap. Halaman 17. Harian Kompas. Selasa, 28 April 2015. Perhatikan Nasib Anak Buah Kapal. Halaman 18. Harian Kompas. Senin, 6 April 2015. Kemiskinan Nelayan Kronis. Halaman 1. Harian Kompas. Senin, 6 April 2015. Pusat Perikanan Dijadikan Kawasan Iptek. Halaman 13. Harian Kompas. Senin, 13 April 2015. Gubernur Jatim Tolak Tambang Pasir Laut. Halaman 24. 55


Rima, Irama, & SMA

Harian Kompas. Senin, 20 April 2015. Laut pun Singgah ke Sekolah. Halaman 12. Harian Kompas. Senin, 27 April 2015. Pulau Bangka Terus Dikeruk. Halaman 14 Hamengkubuwono. (2014). Budaya Maritim Indonesia, Peluang, Tantangan, dan Strategi. Makalah. Sarasehan Road Map Pembangunan Kelautan dan Kemaritiman Indonesia Serta Pencanangan Bulan Maritim UGM di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta pada tanggal 28 Agustus 2014. Ikhtiari, Richarunia Wenny.(2011). Strategi Keamanan Maritim Indonesia Dalam Menanggulangi Ancaman Non-Tradisional Security, Studi Kasus : Illegal Fishing Periode Tahun 2005-2010. Thesis. Jakarta:Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Muslih, A., Setiawan, I., Suciati, dan Dedi. (2014). Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Nainggolan, phil Poltak P., Adam, L., Sihombing, L., Pujiyanti A., dan Haryanti, Dedeh.(2012). Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia. Jakarta : Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR Indonesia. Suhartono, Agus. Membangun Budaya Maritim dan Kearifan Lokal di Indonesia : Perspektif TNI Angkatan Laut. Makalah. Dalam acara International Conference on Indonesian Studies (ICSSIS) tanggal 9 Agustus 2010 di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Tarigan, Saputra Elfian.(2009). Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Malawi Kabupaten Batubara. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara. Zuhdi, Susanto. Laut, Sungai, dan Perkembangan Peradaban Dunia Maritim Asia Tenggara, Indonesia, dan Metodologi Strukturis. Makalah. Dalam Konferensi Nasional Sejarah VIII Jakarta, 14-16 November 2006.

56


Rima, Irama, & SMA

57


Rima, Irama, & SMA

I am the master of my fate, I am the captain of my soul, Do you?

58


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.