4 minute read
Development outcomes Seberapa jauh sistem atau komunitas itu mencoba untuk menghadapi shock dan tekanan
Dari komponen-komponen di atas, beberapa di antaranya dibutuhkan penjelasan yang lebih detail sebagai berikut:
Shock
Advertisement
Shock disini dapat berbentuk bencana alam, aktivitas yang bersumber dari manusia (e.g. terrorisme), pandemic dan sejenisnya, atau goyahnya aktivitas vital ekonomi. Dalam suatu waktu, dapat terjadi lebih dari satu jenis shock yang terjadi. Magnitude atau besaran shock juga bervariasi, Tierney (2009) membagi jenis shock menjadi 3 jenis yaitu emergencies, disasters, dan catastrophes. Emergencies adalah suatu hal yang mengganggu atau merusak sistem atau komunitas, yang bisa diselesaikan secara local tanpa dibantu pihak eksternal. Disasters adalah bencana yang terjadi secara tersebar dan memiliki dampak yang membutuhkan bantuan pemerintah pusat atau bantuan dari luar wilayah kejadian. Catastrophes adalah bencana besar yang menyebabkan kerugian secara besar-besaran, untuk lebih jelasnya berikut adalah table oleh Tierney (2009):
Sumber: Tierney, 2009
Menurut Undang-Undang Nomor 2004 tahun 2007:
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh factor alam dan/atau factor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana dibagi menjadi tiga jenis: i.
ii.
iii. Bencana alam: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non-alam: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain epidemic dan sebagainya Bencana social: adalah bencana yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik social antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan terror.
Capacity
Kapasitas sebuah sistem atau komunitas dalam menghadapi ancaman atau shock dapat dilihat dari 2 faktor yaitu, inherent vulnerability, atau kerentanan dari sistem atau komunitas itu sendiri, dan ketersediaan sumber daya dari komunitas atau sistem tersebut. i.
ii.
iii. Ada tiga tipe utama kerentanan: Kerentanan fisik: dapat dilihat dari lokasi sistem atau komunitas tersebut secara spasial (e.g. wilayah rawan bencana) Kerentanan ekonomi: dapat dilihat dari diversitas ekonomi dalam sistem atau wilayah tersebut, biasanya semakin beragam sektor ekonomi suatu wilayah, maka akan semakin baik dibandingkan wilayah yang ditopang hanya dengan satu sektor Kerentanan sosial: berdasarkan Cutter dkk (2008), factor dari kerentanan social adalah inequality
Impact
Berikut adalah Resilience Loss Recovery Curve yang biasa digunakan dalam meninjau respon dari komunitas atau sistem dalam menghadapi shock. Dapat dilihat disini bahwa area yang berwarna biru adalah kerugian yang dirasakan oleh semua komunitas atau sistem ketika terkena shock tetapi komunitas atau sistem dengan resilien yang kurang baik akan mengalami kerugian yang lebih banyak, yaitu ditambah dengan wilayah yang berwarna pink. Sedangkan sistem atau komunitas resilien sudah mengantisipasi kemungkinan ancaman dan menyiapkan mitigasi, dan memiliki recovery plan, sehingga lebih cepat beradaptasi ketika terjadi “New normal”.
Dari pemaparan di atas, dapat terlihat framework resiliensi secara urutan kejadian. Selain framework di atas, ada beberapa lagi framework resiliensi yang dapat membantu mempelajari resiliensi ini sendiri, salah satunya adalah skema resiliensi secara konseptual yaitu Marcy Corps Resilience Conceptual Framework (2016) yang diadaptasi dari TANGO Resilience Conceptual Framework (2014) 1.
2.
3.
4.
5.
Sumber: M. E. Hynes, B. Ross, dan CARRI (2008)
Resilience for whom: focus resiliensi ini lebih difokuskan untuk siapa Resilience of what: konteks dan sistem berdasarkan masyarakat di dalamnya Resilience to what: resiliensi seperti apa dan rentang kapasitas yang dapat dicapai dalam menghadapi shock dan tekanan Resilience through what: kapasitas dan kekurangan dari sumber daya di dalam sistem atau komunitas Development outcomes: Seberapa jauh sistem atau komunitas itu mencoba untuk menghadapi shock dan tekanan 7
Marcy Corps Resilience Conceptual Framework
Perbedaan Resiliensi Sustainability dan
Penggunaan kata resiliensi sangat dekat dengan penggunaan kata sustainability, tetapi resiliensi berbeda dengan sustainability. Sustainability lebih berfokus kepada outcome ekonomi, lingkungan dan social, dengan fokus untuk merencanakan sebuah masa depan dengan tujuantujuan tertentu,
Sumber: Marry Corps (2016)
Sehingga dibuat strategi perencanaan dan pengembangan dengan memperhatikan harmony di ketiga aspek tersebut. Di sisi lain, konsep resiliensi lebih berfokus kepada pembangunan kapasitas sistem sehingga dapat bertahan dalam menghadapi ketidakpastian masa depan. Secara lebih simple, sustainability lebih memprioritaskan outcomes atau tujuan akhir, sedangkan resiliensi lebih memprioritas proses di dalam sistem itu sendiri. (Redman, 2014)
Resiliensi Desa
Dibandingkan dengan resiliensi kota, resiliensi desa belum banyak dibahas atau dikaji lebih jauh. Konsep resiliensi yang sudah dipaparkan dapat digunakan untuk kota dan rural, tetapi seperti konsep Mercy Corps, perlu ditinjau fokus resiliensi yang ingin dibawakan. Salah satu gambaran yang bisa menjadi fokus resiliensi desa adalah peninjauan desa sebagai supply bahan makanan dalam suatu negara, sehingga dibutuhkan ketahanan pangan negara yang baik.
Referensi
Cutter, S. L., Barnes, L., Berry, M., Burton, C., Evans, E., Tate, E., & Webb, J. (2008). Community and Regional Resilience: Perspectives from Hazards, Disasters, and Emergency Management. Oak Ridge, TN: Community & Regional Research Initiative
Gill Windle. (2011 ). What is Resilience? A Review and Concept Analysis. Cambridge: Cambridge University Press.
Mercy Corps. (2017). Stress: Strategic Resilience Assessment: Guidelines Document.
NADO Research Foundation. (2015). Planning for a More Resilient Future: A Guide to Regional Approaches. Washington DC: NADO Research Foundation.
Redman, C. L. (2014). Should sustainability and resilience be combined or remain distinct pursuits? Ecology and Society, 19(2), 37-.
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
White, R. K., Edwards, W. C., Farrar, A., & Plodinec, M. J. (2015). A Practical Approach to Resilience in America’s Communities. American Behavioral Scientist, 59(2), 200-219 Building