the
Volume 06 - Januari 2012
planners ePortfolio
Pariwisata
/redaksi_.
JAN/12
the
planners ePortfolio
FITRIA AYU VIDAYANI Kepala Divisi Keprofesian HMP PL ITB 2011/2012
Assalammualaikum wr. Wb Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT akhirnya the planners e-portfolio edisi keenam telah terbit. Sama seperti edisi-edisi sebelumnya, majalah online ini merupakan karya dari mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota ITB yang juga merupakan anggota HMP PL ITB. Majalah ini bertujuan untuk Memperkenalkan bidang ilmu keplanologian kepada masyarakat umum dan Membagi wawasan dan informasi yang terkandung dalam tugas-tugas kuliah yang telah dikerjakan oleh warga HMP. Diharapkan dengan hadirnya majalah ini, isu-isu mengenai perencanaan wilayah dan kota menjadi lebih dikenal secara mendalam. Pada edisi keenem kali ini isu yang diangkat adalah mengenai pariwisata. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki panorama alam yang sangat indah, selain itu juga kaya akan nilai budaya dan sejarah. Potensi akan pariwisata yang besar ini merupakan salah satu kekayaan yang harus dilestarikan dan dikembangkan. Dalam majalah the planners kali ini, akan dibahas mengenai berbagai topik mengenai pariwisata Indonesia. Semoga dengan pembahasan ini kita dapat lebih mencintai pariwisata Indonesia. Selamat menikmati! Wassalammualaikum wr. Wb
Pelindung
ADHAMASKI PANGERAN
Penanggung Jawab
GILANG PAMUNGKAS FITRIA AYU VIDAYANI FANNI HARLIANI REDAKSI
Pemimpin Redaksi
PRIYADI NUGROHO ARDI
Recruiter
DINURRAHMA KEMALA
Tim Editor
FAIZI ZAHARI DINDA PRIHATSHANDITA DHIO NANDIWARDHANA
Quality Check GEMA SATRIA THANKS TO
PRIYADI NUGROHO ARDI Editor In Chief - The Planners
Hei, Hai!!!! Alhamdulillah, The Planners edisi keenam ini akhirnya bisa terbit. Dengan semangat tahun baru, tim The Planners memberikan yang terbaik demi pembaca setia kami. Tetap sebagai sebuah portofolio, The Planner menyajikan karya-karya Mahasiswa Teknik Planologi ITB tentang Pariwisata. Hadir dengan topik utama Pariwisata, The Planners kali ini memperlihatkan potensi-potensi pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia. Tidak hanya potensi pariwisata Indonesia, The Planners edisi ini juga memperlihatkan berbagai macam wisatawan yang terdapat di Indonesia. Semoga The Planners kali ini tetap menjadi panjangan tangan dari apa yang telah mahasiswa Planologi ITB kerjakan Selamat Menikmati!!!! Salam
19 | THE PLANNERS Januari 2012
Kontributor
FAIZI ZAHARI PUTRI SUGIH PERMATASARI Fitria Ayu Vidayani Silva Berlus Coni CATHELYA Y. H. SILAEN
Powered by DIVISI KEPROFESIAN
HMP Pangripta Loka ITB Labtek IX-A Gedung SAPPK-ITB Jalan Ganesha 10, Bandung INDONESIA Front Cover courtesy
“Situ Gunung #01� http://www.flickr.com/photos/rubahkelabu/4271208610/sizes/z/ in/photostream/
01.2012
Contents
4
KATA KITA
Mengapa Perencanaan Pariwisata itu Penting?
6
PROFIL WILAYAH DAN KOTA
Pengembangan Wisata Tambang Kota Sawahlunto
10
13
/tourism_./
Pengelolaan Ekowisata Pesisir
POTRET
WO YM WHAT’S ON YOUR MIND? Opini Mahasiswa
FOKUS
14
FOKUS Peran Serta Penduduk Asli dalam Pengembangan Pariwisata di Pulau Kecil
17
18
POTRET Galeri Foto
TUGAS AKHIR
Identifikasi Karakteristik Wisatawan dan Komunitas Kreatif dalam Pengembangan Ekowisata di Kawasan Wisata Bandung Selatan
Januari 2012 THE PLANNERS | 20
Kata Kita
Mengapa Perencanaan Pariwisata Itu Penting?
“whereas some erosion and pollution of resources is caused by great numbers of visitors, most damage is caused by lack of plans, policies, and action to prepare for economic growth� (Gunn, 1994) oleh Faizi Zahari 154 09 038
4 | THE PLANNERS Januari 2012
Jika dibandingkan Jepang, pariwisata kita kurang dilirik sebagai tujuan oleh masyarakat dunia. Padahal, potensi pariwisata Indonesia jauh lebih besar dari Jepang. Hal ini disebabkan oleh perencanaan yang kurang pada pariwisata Indonesia. Dalam artikel ini akan dijelaskan mengapa pariwisata penting untuk direncanakan. Dewasa ini, industri pariwisata makin kompetitif. Fenomena pariwisata makin kompleks dari yang pernah terpikir sebelumnya. Makin gencarnya tujuan-tujuan wisata yang memberikan promosi membuat persaingan di industri ini makin ketat. Ketatnya persaingan tersebut menunjukan pentingnya untuk merencanakan pariwisata agar dapat bersaing secara global. Pariwisata yang tidak direncanakan akan berdampak pada banyak aspek, yang pertama adalah dampak fisik. Perencanaan pariwisata yang kurang baik atau bahkan tidak direncanakan akan mengakibatkan rusaknya lingkungan. Pengelolaan yang kurang baik juga dapat mengakibatkan pencemaran terhadap alam dalam kurun waktu tertentu. Hal tersebut sangat bertentangan dengan prinsip perencanaan pariwisata yaitu prinsip berkelanjutan. Selain itu, pariwisata juga mempengaruhi seluruh komunitas yang terlibat di dalamnya. Industri pariwisata dapat membuka peluang kerja baru bagi penduduk sekitar. Namun apabila tidak direncanakan dengan baik, hal ini akan berdampak pada aspek sosial budaya pada masyarakat setempat. Aspek sosial budaya ini penting untuk diperhatikan karena pada dasarnya pariwisata ditujukan untuk manusia sebagai proses pembelajaran sosial sesuai dengan konsep people-centered development (David Korten, 1987). Namun, pada pariwisata yang tidak terencana, manusia hanya dijadikan “faktor produksi�.
industri ini akan berujung pada stagnansi; yaitu kondisi dimana pariwisata tidak mengalami penurunan atau peningkatan, hanya dalam kondisi datar. Kedua, pariwisata akan berujung pada kondisi kemerosotan. Ketiga, industri pariwisata pada kondisi pemulihan setelah menurun. Pariwisata yang direncanakan dengan baik adalah pada kondisi yang ketiga, dimana akan terjadi peremajaan apabila dalam kondisi stagnan sehingga akan meningkat kembali. Sedangkan dampak pada pengorganisasian yang kurang akan bermuara pada kondisi kemerosotan yang bukan tidak mungkin akan berujung pada kebangkrutan. Dari beberapa contoh di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan pariwisata menjadi penting karena kerusakan lingkunan ataupun kegagalan pertumbuhan ekonomi akibat pariwisata hanya sebagian kecil disebabkan oleh banyaknya jumlah pengunjung. Secara signifikan, hal tersebut disebabkan oleh kurangnya perencanaan dan kebijakan maupun persiapan menghadapi pertumbuhan ekonomi melalui pariwisata itu sendiri.
1 http://southcelebes.wordpress.com/2008/06/24/somba-opu-kawasan-belanja-buah-tangan-di-makassar/
P
ariwisata merupakan salah satu devisa negara yang perlu diperhatikan. Tiap tahunnya pariwisata menyumbang sekitar 5% dari PDRB nasional atau sekitar 150-an triliyun rupiah. Dengan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, sebenarnya pariwisata di Indonesia cukup menjanjikan. Namun, dalam keberjalan pariwisata tersebut masih belum maksimal jika dibandingkan dengan potensi yang dimiliki.
http://matanews.com/2010/03/30/wisata-geologi/
Kata Kita
2
1. LUMPUR PANAS walau sebuah bencana, tetap dapat menjadi sebuah potensi wisata 2. SOUVENIR menjadi kewajiban untuk dibawa pulang para wisatawan
Industri pariwisata mempunyai siklus naik-turun. Menurut Butler (1980), muara pada siklus tersebut ada tiga. Pertama,
Januari 2012 THE PLANNERS | 5
Profil Wilayah dan Kota
PENGEMBANGAN WISATA TAMBANG KOTA SAWAHLUNTO Oleh Putri Sugih Permatasari 154 08 049
K
ota Sawahlunto selama ini dikenal sebagai salah satu kota penghasil batu bara terbesar dan tertua di Indonesia. Aktivitas pertambangan batu bara memang telah dilakukan di kota ini sejak zaman penjajahan Belanda. Namun, sejak berkurangnya produksi batu bara di kota ini, muncul beberapa persoalan yang mendorong terjadi pergeseran fungsi wilayah, di antaranya penurunan proses dan aktivitas pertambangan batu bara. Instalasi pemrosesan dan pengangkutan tambang dirasakan sudah tidak lagi sepadan dengan produk dan nilai batu bara yang dihasilkan. Aktivitas pertambangan di kota ini pada akhirnya mencapai batasnya. Kini Kota Sawahlunto seolah-olah mati tanpa adanya aktivitas ekonomi pertambangan. Kota Sawahlunto sendiri tidak dapat mengembangkan diri sebagai kota yang dinamis. Beberapa komponen fisik serta fasilitas dan pelayanan di kota ini sangatlah terbatas, sehingga tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Kota lama Sawahlunto kini cenderung terlantar dan hanya menjadi museum peninggalan kejayaan pertambangan batu bara masa lalu, tanpa melibatkan dinamika yang seharusnya dimiliki sebuah kota. Banyak perumahan peninggalan masa lalu merosot kualitasnya tanpa mengalami perbaikan atau bahkan perawatan. Sementara itu, terjadi kerusakan lingkungan perbukitan di sekitar kota Sawahlunto yang disebabkan oleh munculnya hunian penduduk yang justru mengganggu keseimbangan ekologis. KOTA WISATA TAMBANG SAWAHLUNTO Segala persoalan tersebut membuat Pemerintah Kota Sawahlunto berencana untuk mengembangkan sumber ekonomi alternatif yang berasal dari bidang pariwisata. Kota Sawahlunto akan ditetapkan menjadi Kota Wisata Tambang. Wisata tambang yang direncanakan untuk dikembangkan di kota ini adalah wisata dalam rangka menelusuri dan merekonstruksi masa lampau, membangun imajinasi masa lampau untuk menumbuhkan inspirasi bagi masa depan. Jadi, semua peninggalan kegiatan pertambangan harus dipandang sebagai pelajaran signifikan yang memberikan kearifan bagi kehidupan masa depan. Dengan ditetapkannya visi “Sawahlunto tahun 2020 menjadi Kota Wisata Tambang yang Berbudaya�, tujuan pengembangan
6 | THE PLANNERS Januari 2012
PETA Kota Sawahlunto Kota Sawahlunto dititikberatkan pada pengembangan pariwisata. Tujuan lain dari kebijakan pengembangan ini adalah peningkatan kualitas kota, sehingga dapat sekaligus bermanfaat bagi masyarakat di kota ini. Kawsan pertambangan digarap sebagai daya tarik wisata karena merupakan keunikan dan keunggulan Sawahlunto di kawasan Sumatera Barat. Hal ini juga diperkuat dengan kemampuan kawasan ini untuk dikembangkan menjadi pusat latihan pertambangan dan penelitian batu bara dengan memanfaatkan pengalaman serta peninggalan tambang batu bara yang tersisa. Kegiatan pertambangan juga telah mewariskan berbagai instalasi dan fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan wisata dan sekaligus menjadi objek wisata, seperti jaringan jalan, jaringan rel dan stasiun KA, telekomunikasi, pelayanan kesehatan (RS Sawahlunto), instalasi air bersih (yang pada awalnya dibangun untuk
mendukung operasional kegiatan tambang) yang dapat dikembangkan dan dialihfungsikan untuk keperluan pariwisata. PERKEMBANGAN WISATA TAMBANG SAWAHLUNTO Namun, pengembangan wisata tambang yang telah dilaksanakan sejak tahun 2002 belum memberikan perkembangan yang signifikan. Perwujudan Kota Sawahlunto menjadi Kota Wisata Tambang juga belum tampak jelas. Pengembangan yang dilakukan belum komprehensif, sebatas memanfaatkan peninggalan benda-benda sejarah dari zaman Hindia Belanda. Perencanaan Kota Wisata Sawahlunto selayaknya lebih dari sekedar menyelamatkan benda-benda warisan peninggalan Belanda dan nilai sejarah penambangan. Dengan demikian, perlu perencanaan yang matang untuk mewujudkan Kota Wisata yang terintegrasi dan berkelanjutan.
Profil Wilayah dan Kota Dalam mewujudkan Kota Wisata Tambang yang berkelanjutan, perlu diketahui potensi wisata wilayah setempat. Potensi inilah yang akan dijadikan sebagai modal pengembangan wisata dan dapat menjadi nilai jual daerah. Selain itu, perlu diidentifikasi komponen yang dibutuhkan oleh kota ini dalam mendukung perwujudan Kota Wisata Tambang. Berdasarkan konsep pengembangan tujuan wisata Gunn (2002), terdapat beberapa komponen, yakni komponen daya tarik, aksesibilitas, fasilitas pelayanan, dan aktor yang terlibat. Berikut ini penerapan konsep tersebut dalam pengembangan Wisata Tambang Kota Sawahlunto. DAYA TARIK Untuk mengembangkan daya tarik wisata, perlu diidentifikasi terlebih dahulu objek-objek wisata yang berpotensi memunculkan daya tarik wisatawan sehingga dapat ditentukan komponen yang bisa dikembangkan. Secara umum, objek wisata yang ada dikategorisasikan menjadi dua, yaitu: objek wisata tambang dan wisata bangunan bersejarah. Objek wisata Kota Sawah Lunto dapat diklasifikasikan menjadi 6 kelompok (cluster) seperti yang dipaparkan pada gambar berikut. Pengelompokkan tersebut tidak terlepas dari komponen penyusun, yakni objek wisata, baik yang menjadi daya tarik inti maupun daya tarik pendukung, aksesibilitas, fasilitas (sarana dan prasarana pendukung), pengalaman yang ditawarkan. Penjabaran komponenkomponen tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah. AKSESIBILITAS Akses menuju Kota Sawahlunto dibedakan Komponen
menjadi 2, yaitu aksesibilias eksternal dan aksesibilitas internal. Aksesibilitas eksternal merupakan akses dari luar menuju Kota Sawahlunto, sedangkan akses internal adalah akses dalam Kota Sawahlunto menuju objek wisata. Komponen aksesibilitas dibedakan menjadi moda transportasi dan infrastruktur terbangun. Dari daerah lain, Kota Sawah lunto dapat diakses dari pintu masuk Bandara Internasional Minangkabau yang terletak di Padang dan Terminal Regional Aur Kuning di Bukittinggi. Dari Padang, perjalanan ke Kota Sawahlunto ditempuh melalui perjalanan darat lintas sumatera yang melewati Solok. Dari terminal Alur Kuning di Bukittinggi, perjalanan ke Sawahlunto juga dilalui dengan menempuh perjalanan darat melewati Kabupaten Tanah Datar.
KLUSTER, Objek wisata Kota Sawah Lunto Moda transportasi dari Padang Ke Sawahlunto menggunakan bisa angkutan umum. Moda ini terbatas dan frekuensi keberangkatan juga rendah. Begitu pula dari Bukittinggi menuju Sawahlunto. Untuk jangkauan pelayanan internal, jarak antarobjek wisata relatif dekat dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Hingga saat ini belum ada moda transportasi umum yang tersedia. FASILITAS Pengembangan pariwisata harus didukung oleh ketersediaan fasilitas dalam menunjang kebutuhan wisatawan. Adapun fasilitas-fasilitas
Kelompok I
II
III
IV
V
VI
Daya Tarik Inti
Rumah Pejabat Belanda
Kantor Utama Pengelola Penambangan
Tunnel
Museum Kereta Api
3 Silo
RSUD
Daya Tarik Pendukung
Gereja, komplek rumah pejabat, bangunan bersejarah lainnya
Komplek perumahan pejabat pengelola penambangan
Museum gudang Ransum
Masjid Agung Sawahlunto, kereta api wisata
Jaringan Belt Conveyor, Panorama
Bangunan bersejarah, panorama
Aksesibilitas
Pusat Kota
Jalan Lokal Utara pusat kota
Jalan lokal timur pusat kota
Jalan lokal barat pusat kota
Jalan provinsi utara pusat kota
Jalan provinsi arah Muara Kalaban
Pengalaman
Sejarah kemegahan Kota Sawahlunto pada masa dulu
Pengetahuan pengontrolan kegiatan penambangan dari kantor utama dan beristirahat di taman kota
Pengetahuan proses penambangan dari persiapan hingga penggalian
Sejarah perkeretapian Kota Sawahlunto dan pengalaman menaiki KA wisata sampai Muara Kalaban
Pengetahuan proses pengangkutan batu bara dari lokasi penambangan
Pemandangan kota Sawahlunto secara keseluruhan
Sarana Pendukung
Hotel, restoran, bank, pasar, terminal
Taman kota
Belum ada
Kereta api wisata, puskesmas
Kantor polisi, resor
RSUD
TABEL kluster Objek wisata Kota Sawahlunto
Januari 2012 THE PLANNERS | 7
Profil Wilayah dan Kota
No
Fasilitas
1 2
Keterangan
Pusat Informasi
TABEL, fasilitas Objek wisata Kota Sawahlunto
Belum Tersedia
Akomodasi
Hanya 2 buah hotel melati dan restoran kelas bawah Masih menggunakan bahu jalan
3
Perparkiran
4
Pasar dan pusat Perbelanjaan
Beum ada pusat perbelanjaan cindera mata
5
Fasilitas Keamanan
Terdapat 1 polisi resort dan komando distrik militer
6
Fasilitas Kesehatan
RSUD dan 1 puskesmas
7
Listrik, Telekomunikasi, dan Air Bersih
Layanan PDAM rendah
8
Drainase dan persampahan
Fasilitas persampahan memadai, dilewati sungai
9
Taman
Terdapat taman kota sebagai tempat perisitirahatan
10
Sarana Ibadah
Sarana ibadah cukup
Pengembangan Kota Wisata Tambang Sawahlunto merupakan pengembangan wisata yang unik dan berpotensi untuk menarik banyak wisatawan, baik domestik maupun asing. Akan tetapi, pengembangan yang dilakukan masih banyak menjumpai kekurangan
8 | THE PLANNERS Januari 2012
Berdasarkan tabel di atas, secara umum fasilitas pendukung wisata Kota Sawahlunto masih memiliki banyak kekurangan, seperti tidak adanya pusat informasi sebagai penunjuk arah di lokasi wisata dan pemasaran, akomodasi yang sangat terbatas, ruang parkir yang belum disediakan secara khusus, tidak adanya pusat perbelanjaan cendera mata, serta pelayanan PDAM yang masih rendah. Hal ini menujukkan bahwa salah satu kelemahan wisata di Kota Sawahlunto adalah ketersediaan fasilitas atatu sarana pendukung yang rendah. AKTOR Aktor yang terlibat dalam pengembangan wisata tambang di Kota Sawahlunto di antaranya Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Pemerintah Kota Sawahlunto beserta Dinas Pariwisata dan Pertambangan, dan lapisan masyarakat setempat. Keterlibatan Pemerintah Provinsi berupa akomodasi pembangunan Jalan yang menghubungkan dan membuka akses dengan wilayah sekitar. Pemerintah Kota Sawahlunto beserta Dinas pariwisata dan Dinas Pertambangan berperan dalam hal merumuskan kebijakan-kebiajkan yang terkait pengembangan Kota Wisata Tambang Sawahlunto, yang kemudian diturunkan dalam bentuk program-program pembangunan kawasan wisata. Dari segi masyarakat, pemahaman mengenai wisata tambang juga masih sangat rendah, yakni masih sebatas pada pariwisata dapat dikembangkan dari wisata alam dan rekreasi. Oleh sebab itu, dukungan dari masyarakat masih cukup rendah dalam mewujudkan Kota Sawahlunto sebagai Kota Wisata Tambang. Akibatnya, pengembangan ekonomi lokal yang seharusnya berasal dari masyarakat belum bisa dilaksanakan karena masyarakat itu sendiri belum terlibat lebih jauh dalam pengembangan kawasan wisata ini.
KESIMPULAN Dari uraian di atas, maka disimpulkan bahwa pengembangan Kota Wisata Tambang Sawahlunto merupakan pengembangan wisata yang unik dan berpotensi untuk menarik banyak wisatawan, baik domestik maupun asing. Akan tetapi, pengembangan yang dilakukan masih banyak menjumpai kekurangan, misalnya dalam perencanaan aksesibilitas dan fasilitas pendukung yang dinilai belum memadai. Sampai saat ini, pengembangan wisata tambang untuk kawasan internal Kota Sawahlunto pun masih belum terintegrasi dan dipertanyakan keberlanjutannya. Masih banyak yang harus dibenahi dari segi fisik, ekonomi, sosial, maupun kelembagaan setempat. Dalam pengembangan pariwisata di Kota Sawahlunto, seharusnya bentuk-bentuk intervensi yang melandasi terwujud dalam bentuk inventervensi fisik untuk mewadahi berbagai aktivitas, pengembangan ekonomi lokal untuk mendukung hasil-hasil yang diperoleh melalui intervensi fisik, serta rehabilitasi sosial dan pengembangan kelembagaan yang diharapkan dapat memperbaiki tingkat sosial struktur lokal yang ada.
http://www.flickr.com/photos/cubagallery/5749742537/sizes/l/in/photostream/
Advertisement
Urban Talkshow Diskusi ultra-seru dan menarik seputar isu terpanas di sekitar tempat tinggal kita, mengenai wilayah dan kota. Menghadirkan pembicara-pembicara dari kalangan mahasiswa, LSM, komunitas, kepala pemerintah kota, pelaku usaha, dosen ahli dan masih banyak lagi!
Setiap hari Sabtu dua minggu sekali Pkl 10.00 pagi
di 100,4 FM KLCBS Bandung acara ini merupakan kerja sama antara
DIVISI KEPROFESIAN HMP Pangripta Loka ITB
Isu-isu yan g -PLTSa Ged lalu: -Sengketa ebage B -Jalur Sep aksil ed -Green Infr a di Kota? as -dan masih tructure banyak lag i..
Pertanyaan dapat dikirim melalui SMS pada saat siaran ke 0811-224-JAZZ (5299) Info lebih lanjut dan kerja sama Nusaiba Adzilla 0852-9478-3710
Fokus
PERAN SERTA PENDUDUK ASLI DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU KECIL
Studi kasus: Pulau Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno, Lombok
Oleh Fitria Ayu Vidayani 15408034
I
ndonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.504 pulau. Oleh karena itu diperlukan perhatian yang cukup serius dalam mengembangkan kawasan pesisir, terlebih lagi sebagian dari wilayah pesisir ini merupakan daerah perbatasan dengan negara tetangga yang menjadi muka depan bagi negara Indonesia. Pulau-pulau yang terdapat di perairan Indonesia sangat beragam, mulai dari yang besar hingga yang kecil, baik berpenghuni maupun tidak berpenghuni. Jumlah pulau kecilnya pun tidak sedikit, lebih dari 10.000 pulau merupakan pulau kecil. Pulau-pulau kecil ini memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan, khususnya untuk pengembangan pariwisata, seperti keanekaragaman hayati, budaya, dan lain-lain. Potensi yang besar ini perlu dikelola dengan baik agar dapat mendatangkan keuntungan bagi berbagai pihak, khususnya bagi masyarakat asli pulau tersebut. Masyarakat asli pulau kecil dapat dikatakan sebagai “pemilik” dari pulau tersebut. Kemiskinan, rendahnya pendidikan dan pengetahuan serta kurangnya informasi sebagai akibat keterisolasian pulau-pulau kecil merupakan karakteristik dari masyarakat pulau-pulau kecil. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata di pulau kecil harus memiliki prinsip pengembangan masyarakat, yang paling tidak dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau penduduk asli di bidang ekonomi dan budaya serta pembangunan daerah. Pengembangan pariwisata berbasis partisipasi masyarakat sebaiknya menjadi dasar dalam mengembangkan potensi pulau kecil. Program pengembangan ini seharusnya mengikutsertakan masyarakat, baik dalam pembangunannya maupun dalam hal pemeliharaan dan menjaga kelestarian lingkungan. PARTISIPASI MASYARAKAT
10 | THE PLANNERS Januari 2012
Proses pelibatan masyarakat harus dimulai dari tahap perencanaan. Hal ini akan menumbuh rasa tanggung jawab dan memiliki di dalam diri masyarakat. Hal ini menjadi penting karena akan menentukan keberhasilan dan keberlanjutan pengembangan pariwisata di pulau-pulau tersebut. Selain itu juga dibutuhkan
kejujuran dan keterbukaan untuk memperoleh kepercayaan dari pihak lain yang terlibat dalam proses partisipasi. Masyarakat harus di fasilitasi dalam keterlibatannya, termasuk menginformasikan konsekuensi dan keterlibatan, dan menunjukkan bagaimana partisipasi masyarakat dapat menjadi nilai tambah. Partisipasi Masyarakat dapat dibagun diawali dengan pencerdasan kepada masyarakat mengenai manfaat partisipasi serta konsekuensi dari partisipasi tersebut. Setelah itu perlu ditumbuhkan komunikasi yang baik antar stakeholder dalam pengembangan pariwisata di pulau kecil ini. Selain itu, peran langsung masyarakat juga harus dapat didorong untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomer: Km.67 / Um.001 / Mkp/ 2004 Tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata Di Pulau-Pulau Kecil, pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil harus dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal sekaligus melihatkan peran aktif masyarakat sejak awal proses pengembangan pariwisata. Hal ini sejalan dengan konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism Development). Peningkatan peran serta masyarakat dilakukan antara lain dengan: • Memprioritaskan peluang kerja dan usaha bagi masyarakat lokal. • Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat, antara lain melalui program pelatihan untuk menunjang usaha pariwisata. • Membangun hubungan kemitraan antara pengusaha dan masyarakat dalam rangka pemanfaatan hasil-hasil produk lokal. • Mewujudkan sikap saling menghargai dan menghormati di antara pengusaha dan masyarakat. • Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menanamkan modal melalui kepemilikan saham perusahaan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata di pulau-pulau kecil merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan
Fokus
kebutuhan sosial, lingkungan, dan pelayanan tidak saja kepada wisatawan, tetapi juga kepada masyarakat lokal pulau. Dalam pengertian yang lebih umum, partisipasi mengarah pada pemberdayaan masyarakat lokal dalam menentukan tujuan pembangunannya dan memahami harapan serta fokus perhatian mereka terhadap pariwisata. Pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil harus mendukung budaya tradisional dengan menunjukan penghargaan dan penghormatan nilai agama, adat istiadat masyarakat setempat. Selain dalam pengembangan pariwisata, masyarakat juga dapat berperan dalam pembinaan dan pengendalian pengembangan pariwisata. Pada Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomer: Km.67 / Um.001 /Mkp/ 2004 Tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata Di PulauPulau Kecil,disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar pihak dalam pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil, Pemerintah Daerah perlu membentuk suatu kelembagaan yang bersifat kolaboratif dengan beranggotakan unsur Pemerintah Daerah, Swasta, dan Masyarakat, dengan tugas pokok: • Mengarahkan pelaksanaan pengembangan pariwisata di pulau kecil agar sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan yang ditentukan • Mengkoordinasikan kebijakan Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Daerah yang berhubungan dengan pengembangan pariwisata di pulau kecil. • Menetapkan kebijakan yang dapat mendorong pengembangan pariwisata di pulau kecil dengan mengintegrasikan kepada kebijakan Pemerintah Pusat. • Melakukan penilaian terhadap investasi pengembangan Pariwisata di pulau kecit. • Melakukan pengendalian dan pengawasan.
PARTISIPASI YANG TELAH DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT GILI TRAWANGAN, GILI AIR, DAN GILI MENO Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno dikembangkan menjadi kawasan pariwisata oleh masyarakat setempat sejak tahun 1980an, sebagai respons permintaan wisatawan yang datang ke pulau-pulau ini. Masyarakat semula membangun sarana penunjang pariwisata berupa bungalow atau penginapan sederhana dan restoran di pinggir pantai. Kepemilikan dan pengelolaannya berbagai sarana dan akomodasi di tiga gili berbeda satu sama lain. Gili air dan gili meno kepemilikan sarana akomodasi pariwisata berupa bungalow, penginapan sederhana, dan restoran sebagian besar milik penduduk asli dan pengelolaannya dilakukan secara campuran (joint) antara penduduk asli dan orang asing. Sementara di gili trawangan fasilitas dan akomodasi pariwisata lebih lengkap terdiri dari penginapan, hotel kelas melati, dan hotel bintang satu sampai dengan empat yang bertaraf internasional. Hotel bertaraf internasional di gili trawangan biasanya memiliki status PMA atau kerjasama dengan pengusaha nasional yang pengelolaannya dilakukan secara profesional dengan menunjuk GM (general manager). Sementara itu, hotel melati dan bungalow/penginapan sederhana pengelolaannya dilakukan langsung oleh pemilik atau membayar tenaga profesional orang indonesia.
1
2 1. PENGINAPAN-PENGINAPAN yang terdapat di Gili Trawangan 2. ALAT TRANSPORTASI CIDOMO, transportasi yang terdapat di ketiga Gili
Untuk Gili Trawangan, ditinjau secara keseluruhan, jumlah penduduknya saat ini diperkirakan mencapai 979 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 299 KK. Jumlah ini terdistribusi pada lingkungan permukiman yang ada. Penduduk usia bekerja (15-45 tahun) sekitar 48,11% dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Penduduk yang bekerja sebagai petani (petani pemilik dan buruh tani) sekitar 33,78%. Selain petani yang bekerja sebagai
Januari 2012 THE PLANNERS | 11
Fokus
nelayan 1,88%, sisanya adalah pengusaha hotel dan penginapan, pedagang, karyawan hotel dan pekerjaan jasa lainnya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pariwisata menjadi salah satu sumber mata pencaharian bagi masyarakat Gili Trawangan. Masyarakat di tiga pulau itu,terutama Gili Trawangan, punya inisiatif tinggi untuk menjaga kelestarian dan mengembangkan pariwisata daerahnya. Di Gili Trawangan ada satuan tugas pengaman laut yang dibentuk penduduk. Pengunjung dan warga dilarang membawa kendaraan bermotor dan tidak diperbolehkan menggunakan plastik. Di Gili Trawangan (begitu juga di dua gili yang lain), tidak terdapat kendaraan bermotor, karena tidak diizinkan oleh aturan lokal. Sarana transportasi yang lazim adalah sepeda dan cidomo, kereta kuda sederhana yang umum dijumpai di Lombok. Cidomo ini mirip dengan delman yang biasa dijumpai di Pulau Jawa. Alat transportasi ini disewakan oleh masyarakat setempat untuk para wisatawan. Penyewaan sepeda atau cidomo menjadi salah satu mata pencaharian bagi masyarakat. Selain sebagai mata pencaharian, penyewaan sepeda dan cidomo ini juga merupakan solusi yang dikembangkan oleh masyarakat sebagai penghuni asli Pulau Gili ini untuk tetap mempertahankan kelestarian lingkungannya. Untuk bepergian ke dan dari ketiga gili itu, penduduk biasanya menggunakan kapal bermotor danspeedboat yang juga biasa disewakan oleh masyarakat. ANALISIS Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor: Km.67 / Um.001 / Mkp/ 2004 Tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata Di Pulau-Pulau Kecil mengenai peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata yang telah dijabarkan sebelumnya dan dibandingkan dengan data dan informasi yang didapatkan terkait dengan partisipasi masyarakat, maka terdapat beberapa langkah yang telah dilakukan dengan baik dan ada pula langkah-langkah yang belum dilakukan atau dikembangkan. Masyarakat telah turut aktif dan terlibat dalam pengembangan
12 | THE PLANNERS Januari 2012
pariwisata seperti mengembangkan penginapan dan usaha lain yang menjadi akomodasi penting bagi kegiatan pariwisata seperti transportasi. Masyarakat atau penduduk asli juga mendapat prioritas peluang kerja dan usaha dari bidang ini. Hubungan kemitraan antara pengusaha dan masyarakat dalam rangka pengembangan fasilitas pariwisata sudah cukup baik, namun untuk pengembangan pemanfaatan hasil-hasil produk lokal belum terdengar keberhasilannya. Namun, yang belum menjadi perhatian adalah peningkatan kualitas pendidikan masyarakat atau peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat, antara lain melalui program pelatihan untuk menunjang usaha pariwisata. Program-program pencerdasan masyarakat belum terlalu dikembangkan sehingga modal pariwisata yang paling diunggulkan oleh ketiga Pulau Gili ini ialah masih keindahan alamnya saja, dan belum mengembangkan kebudayaan masyarakat atau produk-produk lokal sebagai daya tarik wisata. KESIMPULAN Dari konsep dan kasus yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pengembangan pariwisata pulau kecil yang berbasis masyarakat telah diaplikasikan di ketiga pulau kecil, yaitu Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno di Lombok, meskipun masih ada kekurangan di dalamnya. Partisipasi masyarakat dapat dilihat dari awal pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh masyarakat untuk menjawab permintaan dari para wisatawan. Seiring perkembangan sektor pariwisata di ketiga pulau ini, masyarakat asli masih memiliki peran dengan bekerjasama dengan pengusaha pendatang atau investor dalam mengembangkan usaha penginapan dan rumah makan. Masyarakat asli juga menjalankan perannya untuk menjadi penjaga kelestarian alam dan lingkungan dengan berbagai peraturan di sana. Salah satu contohnya pelarangan kendaraan bermotor demi kelestarian lingkungan. Masyarakat juga mampu memberikan solusi sekaligus menjadi mata pencaharian dengan menyewakan alat transportasi ramah
lingkungan seperti sepeda dan cidomo. Namun upaya pencerdasan atau pembinaan dan pelatihan bagi masyarakat belum dapat membawa produk kebudayaan lokal sebagai salah satu daya tari wisata. REKOMENDASI Perlu adanya program pelatihan bagi masyarakat atau penduduk asli untuk dapat mengambangakan potensi lain berupa produkproduk lokal agar menjadi daya tarik wisata di Pulau Gili. Pelatihan ini bisa berupa pelatihan keterampilan, maupun pembinaan masyarakat agar dapat mengembangkan potensi pariwisata secara mandiri. Hal ini bertujuan agar potensi yang ada di pulau tersebut tidak hanya dimanfaatkan oleh pengusaha pendatang tapi juga oleh masyarakat asli Pulau Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
WENA ANGGANA 154 09 077 “Yang paling penting adalah menyeimbangkan kebutuhan masyarakat sekitar dengan pembangunan. Jadi tidak terjadi ketimpangam antara keinginan developer dengan masyarakat sekitar. Ini juga dapat mempermudah jalannya pembangunan juga menghindari konflik antar developer dengan masyarakat�
MOKHAMAD BAROKAH RAMADHAN 15409027 Daya Tarik Pariwisata pada dasarnya, seperi apa yang dimiliki oleh pantai berbeda dengan gunung, baru dilanjutkan dengan infrastruktur yang ada, aksesibilitasnya, toiletnya, dan lain-lain
HAFNITA LINDA LIZA MONA 154 09 070 Pemasaran dan Infrastruktur. Karena tanpa pemasaran kita tak akan tahu bahwa terdapat sebuah tempat pariwisata di suatu tempat. Juga dibutuhkan kemudahan infrastruktur untuk mengakses tempat itu
What’s /On/ Your Mind ?? Apa sih yang paling penting dari pariwisata mengingat anda sebagai calon perencana?
MARCELLINA RAGATRISNI 154 09 025 infrastruktur, biar lebih nyaman ada di sana. Lalu kalau infrastrukturnya bagus, para wisatawan akan menceritakan hal itu ke temannya. Hal ini terus berlanjut dan akan memajukan pariwisata tersebut
ANDIEN DIANA 154 09 044 semua itu bermula dari aksesibilitasnya tentu, gini lho, misal pariwisata di Garut Selatan, tempat itu sangat berpotensi dalam hal pariwisata, tapi karena kurangnya aksesibilitas, pembangunan pariwisatanya jadi terhambat
Januari 2012 THE PLANNERS | 13
Fokus
Pengelolaan Ekowisata Pesisir Studi kasus: Pesisir Muaragembong Kabupaten Bekasi Oleh Silva Berlus Coni 15408033
I
ndonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan bahari yang luar biasa. Namun perkembangan ekowisata Indonesia saat ini tidak sebanding dengan potensi wisata alam yang besar tersebut. Dicanangkannya tahun 2003 sebagai Tahun Bahari, membuka peluang lebih besar untuk mengembangkan ekowisata bahari, yang mengoptimalkan keseimbangan pemanfaatannya wilayah laut bagi pariwisata sekaligus menghasilkan devisa yang besar.
Ada lima pedoman yang harus dikenali dan dipatuhi oleh para pelaku ekowisata. Lima pedoman tersebut adalah pendidikan, pembelaan, pengawasan, keterlibatan komunitas setempat dan yang terakhir perlindungan.
Perkembangan ekowisata Indonesia saat ini tidak sebanding dengan potensi wisata sumber daya alam yang besar, mengingat keanekaragaman hayati Indonesia yang sangat kaya. Menurut Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Koes Saparjadi, dalam sambutannya pada acara penandatanganan kerjasama antara Departemen Kehutanan (Dephut) dengan ASITA (Association of Indonesian Tour and Travel Agency), upaya “menjual� taman nasional, taman suaka alam, taman buru dan suaka margasatwa yang semuanya dikelola Dephut, terkendala fasilitas perhubungan. Hal tersebut terjadi akibat belum adanya pemahaman akan fungsi dan potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan sebagai sumber pemasukan negara dari sektor ekowisata, mengingat ekowisata memang bukan wisata massal, melainkan wisata eksklusif. Pesisir Kecamatan Muara Gembong di Kabupaten Bekasi memiliki sumber daya pesisir yang berlimpah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata. Sungai yang lebar dan landai mengelilingi hutan bakau dan daerah tambak, serta lokasi yang cukup strategis yakni dekat dengan Kota Jakarta menjadi potensi pengembangan ekowisata bahari ini. PESISIR MUARAGEMBONG Kecamatan Muaragembong terletak di Kabupaten Bekasi. Dengan kondisi sungai yang ada di daerah tersebut, menjadikan sungai sebagai salah satu sarana transportasi yang cukup vital. Di sepanjang sungai masih terdapat hutan bakau yang rimbun walaupun sebagian sudah beralihfungsi menjadi tambak udang dan ikan bandeng. Banyaknya biota yang menandai hutan bakau juga dapat dikembangkan seperti kepitiing bakau dan burung-burung yang singgah pada musim tertentu. Untuk memasuki Muara Gembong, terdapat tiga muara besar, yakni Muara Bendera, Muara Mati dan Muara Bungin. Nelayan bi-
14 | THE PLANNERS Januari 2012
asanya membawa ikan hasil tangkapannya untuk kemudian dipasarkan di sekitar muara tersebut. Para pedagang tidak hanya menjual ikan dari para nelayan, tapi juga menjual udang hasil dari tambak-tambak yang ada di sekitarnya. Variasi wisata yang dapat dinikmati di daerah tersebut antara lain adalah hutan bakau, burung-burung migran, kepiting bakau serta masih terdapat biawak juga monyet. Para wisatawan juga dapat berbelanja di sepanjang sungai serta bersama-sama dan dimungkinkan memasak ikan segar di rumah penduduk. Kehidupan masyarakat di sepanjang sungai juga menjadi ciri khas tersendiri karena mereka berasal dari berbagai wilayah di Indonesia meskipun didominasi penduduk Betawi. Hal ini yang menjadikan menarik disebabkan terjadinya asimilasi kebudayaan. Pemerintah sudah memiliki rencana dalam pengalokasian ruang untuk kawasan ekowisata ini, namun masih belum dilaksanakan karena konsentrasi pemerintah masih pada nilai ekonomi tambak yang memberikan hasil secara langsung bagi masyarakat. Sedangkan pemahaman masyarakat mengenai pariwisata saat ini belum nampak di kecamatan Muara Gembong. PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN Ada lima pedoman yang harus dikenali dan dipatuhi oleh para pelaku ekowisata. Lima pedoman tersebut adalah pendidikan, pembelaan, pengawasan, keterlibatan komunitas setempat dan yang terakhir perlindungan. Aspek pendidikan menjadi bagian utama dalam pengelolaan ekowisata dikarenakan membawa misi sosial untuk menyadarkan keberadaan manusia, lingkungan dan akibat yang timbul jika terjadi kesalahan dalam manajemen pemberdayaan lingkungan global. Dalam penjabarannya, seringkali berbenturan dengan perhitungan ekonomis atau terjebak dalam metode pendidikan yang kaku. Pembangunan infrastruktur pariwisata secara berlebihan justru pada akhirnya menyebabkan perlindungan terhadap keunikan kawasan wisata menjadi tersisih dikalahkan oleh industri pariwisata massal. Padahal salah satu tujuan ekowisata harus mampu menjabarkan nilai kearifan lingkungan dan sekaligus mengajak orang untuk menghargai apapun yang terjadi walaupun tampak sederhana. Dengan kesederhanaan itulah masyarakat dapat mempertahanan kelestarian alamnya.
Fokus
Tidak semua wilayah Pesisir Muara Gembong memiliki potensi pariwisata yang dapat dikembangkan. Untuk keberhasilan usaha ekowisata di wilayah tersebut ditentukan atas faktor berikut: 1. Pemilihan lokasi harus memiliki keunikan dan dapat dijangkau alat transportasi yang ramah lingkungan, 2. Perencanaan ekowisata dan persiapan yang melibatkan masyarakat lokal untuk menjalankan ekowisata sebagai usaha bersama, 3. Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan usaha dan pengelolaan kegiatan ekowisata, 4. Interpretasi alam dan budaya lokal yang baik dengan membekali diri dengan pengetahuan geografi, adat istiadat, kebiasaan dan budaya yang berlaku, 5. Kemampuan untuk menciptakan rasa aman dah nyaman kepada wisatawan sekaligus juga memberikan pembelajaran kepada mereka untuk membantu pelestarian sumber daya alam, menghargai privacy dan kehormatan masyarakat setempat, dan 6. Menjalin hubungan kerja yang berkelanjutan dengan pemerintah dan organisasi lain yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung. Dari ke enam hal yang tersbut di atas, maka Kecamatan Muara Gembong memiliki peluang pada :
Kendala utama dari pengembangan Wisata bahari ini adalah pada kondisimasyarakat yang masih sederhana dan miskin serta berpendidikan rendah (rata-rata SD) sehingga mementingkan mendapatkan uang sesaat, kurang faham terhadap pelestarian lingkungan maupun pariwisata. Kendala ke dua adlah keamanan, karena selama ini wilayah tersebut susah dijangkau, maka ada beberpa tempat yang diduga rawan keamanan, kendala yang terbesar adalah dari para petambak yang umumnya bukan penduduk Muara Gembong, mereka umumnya tinggal di Jakarta, dan kurang peduli dengan kemajuan masyarakat muara gembong. Sehingga kemungkinan bekerjasama untuk menyiapkan sebaian wilayahnya bagi pariwisata diragukan. Prinsip ekowisata menurut Ekowisata Indonesia antara lain:
Masyarakat
1. Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan. 2. Pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat, 3. Memberikan manfaat kepada masyarakat setempat, 4. Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat setempat, 5. Memperhatikan peraturan perundangundangan di bidang lingkungan dan kepariwisataan..
1. Ketersediaan Sungai yang luas. Wisata yang dianjurkan adalah wisata Beberapa hal yang perlu diperhatikan memanfaat perahu untuk mengelilingi Pesisir Muaragembong. Ini PARIWISATA PESISIR membutuhkan dapat dijadikan sebagai pengelolaan agar pariwisata tersebut bisa berjalan wisata masal dengan dijadikan menjadi satu paket, para wisatawan diberangkatkan dari Marina Ancol 2. Kehidupan masyarakat lokal yang dapat diajak serta dalam pengembangan pariwisata ini selama ini sebagai buruh tambak sebagian masyarakat hanya mendapat keuntungan kecil dari segi ekonomi, dengan dilibatkan dalam kepariwisaan, mereka dapat menjadi majikan unruk dirinya sendiri.
Januari 2012 THE PLANNERS | 15
Fokus
dalam pengelolaan ekowisata berbasiskan masyarakat adalah partisipasi, gender, transparansi, pengambilan keputusan, proses perencanaan dan promosi. Sedangkan dalam pengelolaan ekowisata penting menjalin kerjasama dengan kantor pariwisata pemerintah daerah/nasional, Lembaga Swadaya Masyarakat, industri pariwisata yang mapan, universitas dan lembaga penelitian, kelompok masyarakat lain, organisasi internasional dan terakhir dengan media massa. REKOMENDASI Dalam pengelolaan ekowisata kawasan Pesisir Muaragembong, penting menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lain sebagai mitra kerja seperti : • Kantor pariwisata pemerintah daerah maupun nasional, serta badan-badan manajemen sumberdaya alam, khususnya yang membidangi hutan dan taman nasional, • Lembaga Swadaya Masyarakat, khususnya yang bergerak di bidang lingkungan, usaha kecil dan pengembangan masyarakat tradisional, • Industri pariwisata yang mapan, khususnya operator perjalanan wisata, • Universitas dan lembaga penelitian, • Kelompok masyarakat lain, termasuk yang memiliki sejarah dengan pariwisata lokal, serta • Organisasi inernasional, lembaga penyandang dana baik pemerintah maupun nonpemerintah, organisasi kebudayaan dan lain-lain. • Media massa, baik cetak maupun elektronik (radio dan televisi).
16 | THE PLANNERS Januari 2012
POTRET
BACKPACKING menjadi salah satu pilihan pariwisata yang sedang digemari
CAP VISA, koleksi tersendiri bagi para twisatawan mancanegara
NASI GUDEG, makanan nikmat, incaran wisatawan
TOUR GUIDE, will guide your tour with her cuteness
Januari 2012 THE PLANNERS | 17
Tugas Akhir
Identifikasi Karakteristik Wisatawan dan Komunitas Kreatif dalam Pengembangan Ekowisata di Kawasan Wisata Bandung Selatan
Studi Kasus: Kawah Cibuni dan Situ Patengan Oleh Cathelya Y.H. Silaen (15407049)
S Sektor pariwisata tidak dapat lagi dianggap sebagai sektor pelengkap. Hal ini dikarenakan dewasa ini sektor pariwisata telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap perekonomian dan pembangunan suatu wilayah
ektor pariwisata tidak dapat lagi dianggap sebagai sektor pelengkap. Hal ini dikarenakan dewasa ini sektor pariwisata telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap perekonomian dan pembangunan suatu wilayah,contohnya terjadi di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Sektor pariwisata juga menjadi sektor yang membentuk citra dari suatu wilayah di mata masyarakat luas. Selain itu, sektor pariwisata merupakan sektor yang memiliki multiplier effect, yang dapat membangkitkan sektor-sektor lainnya, seperti pertanian, industri, perrdagangan, dan lainnya. Salah satu kawasan wisata yang dapat ditemukan di Kabupaten Bandung adalah Kawasan Bandung Selatan. Kawasan Bandung Selatan adalah sebuauh kawasan agro di Kabupaten Bandung yang memanfaatkan potensi pertanian, pemandangan alam, serta budaya yang dimiliki oleh petani. Pengembangan kawasan wisata agro di Kawasan Bandung Selatan memiliki tiga tujuan, seperti yang dituangkan dalam pasal 63 Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 6 Tahun 2006, yaitu: • memperluas was an pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian, • memposisikan pariwisata sejalan dengan fungsi budi daya pertanian dan permukiman pedesaan, • dan meningkatkan lama tinggal wisatawan dan belanja wisatawan yang berdampak pada pendapatan masyarakat melalui pengembangan ekonomi rakyat. Tujuan-tujuan tersebut sejalan dengan konsep ekowisata yang menekankan pada edukasi, konservasi, dan keberlanjutan dari lingkungan dan masyarakat lokal. Masyarakat perkotaan, dalam hai ini masyarakat Kota Bandung, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bandung, cenderung jenuh dengan kegiatana perkotaan yang berorientasi pada kegiatan ekonomi dengan tingkat kepadatan penduduk yang relative tinggi, yang menjadi keseharian mereka. Tidak lupa sebagai sebuah kota yang menjadi tujuan wisata, Kota Bandung menjadi kta yang terke-
18| THE PLANNERS Januari 2012
nal kemacetannya pada akhir minggi dan hari libur. Hal ini semakin mendorong masyarakat Kota Bandung bergerak mencari tujuan wisata yang lebih alamiah. Masyarakat Kota Bandung merasa butuh untuk kembali bersentuhan denga alam, karena kejenuhan rutinitasnya dan mengharapkan tantangan dan kegembiraan muncuk di alam bebas. Salah satunya adalah berbagai objek dan daya tarik wisata alam di Kawasan Wisata Bandung Selatan, Kabupaten Bandung. Hal inilah yang mendorong pengembangan ekowisata di Kawasan Wisata Bandung Selatan Ekowisata adalah kegiatan wisata yang memeberikan dampak langsung terhadap konservasi kawasan, berperan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal, serta mendorong konservasi dan pembangunan berkelanjutan. Jenis wisata ini berbeda dengan wisata konvensional yang mengeksploitasi bentuk-bentuk kehidupan yang ada di daerah wisata tersebut. Menurut Damanik dan Weber, ekowisatawan adalah segmmen wisatawan yang memiliki motif, minat, dan ketertarikan pada hal-hal khususu di daerah tujuan wisata, terutama pada kegiatan konservasi alam dan budaya yang menjadi pusat kegiatan wisatanya. Kelompok ini menunjukan kepedulian terhadap lingkungannya sehingga mereka hanya menggunakan sumber daya alam secara hemat dan berkontribusi terhadap daerah tujuan, salah satunya dengan membangkitkan lapangan pekerjaan dan perkonomiannya. Karakteristik utamanya adalah masyarakat perkotaan yang memiliki keingintahunan tentang alam di daerah tujuannya dan berpendidikan serta berjiwa petualang. Kota Bandung memiliki banyak sekali komunitas kreatif, terutama yang terbentuk atas dasar kesamaan hobi atau intersest pribadi. Komunitas-komunitas kreatif ini melakukan kegiatannya secara bersama-sama pada waktuwaktu tertentu, karena sifat komunitas yang tidak mengikat. Komunitas kreatif menjadi focus pembahasan dalam tulisan ini adalah komunitas kreatif yang terbentuk atas dasar interest
Tugas Akhir http://www.flickr.com/photos/cikguyang/2787475707/
SITU PATENGAN, kawasan pariwisata di Bandung Selatan
pribadi anggotanya terhadap pariwisata berkelanjutan. Komunitas Kreatif seperti ini adalah komunitas orang yang memiliki penghargaan khusus terhadap lingkungan dalam melakukan kegiatan wisatanya. Contoh komunitas kreatif yang memiliki sifat tersebut, yang ada di Kota Bandung antara lain Geotrek Indonesia, Komunitas Aleut, Bandung Trails, dan lain lain.
geotrek mayoritas berusia lebih dewasa, dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang lebih tinggi serta memiliki perencanaan keuangan untuk berwisata. Sementara itu wsatawan biasa mayoritas berusia lebih muda dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah, dan tidak memiliki perencanaan keuangan untuk berwisata. Hal ini aka terkait pada perbedaan pola dan persepsi wisatawan.
Tulisan ini berfokus pada identifikasi karakteristik wisatawan dan komunitas kreatif sebagai komponen pengembangan ekowisata di Kawasan Wisata Bandung Selatan. Penelitian terhadap karakteristik wisatawan dan komunitas kreatif tersebut berguna dalam upaya pengembangan wisata alam yang ada di Kawasan Wisata Bandung Selatan, sesuai dengan konsep ekowisata, sebagai masukan bagi pengembangan ekowisata di berbagai objek dan daya tarik wisata alam di Kawasan Wisata Bandung Selatan.
Perbedaan profil mendasar wisatawan menyebabkan perbedaan pola perjalanan wisatawan perbedaan mendasar dari wisatawan Geotrek Cibuni dan wisatawan objek wisata biasa, dari segi pola perjalanan, adalah motivasi perjalanan dan frekuensi kunjungan. Wisatawan peserta geotrek mempunyai motifasi perjalan yang lebih ‘bermakna’ daripada hanya sekedar berekreasi belaka. Ada motivasi edukasi berupa menambah pengetahuan, ketertarikan terhadap objek wisata alam dan keingintahuan terhadap tempat tempat baru. Hal ini juga dilihat pada frekuensi kunjungan wisatawan yang baru pertama kali.
KESIMPULAN Kawasan Wisata Bandung Selatan adalah sebuah kawasan wisata yang didominasioleh objek dan daya tarik wisata alam, antara lain perkebunan, hutan, mata air panas, kawah, dan gunung. Selain potensi alam, kawasan ini juga memiliki sisi sejarah yang unik untuk dijadikan daya tarik wisata. Kawasan ini juga memiliki daya tarik lain, yaitu daya tark geologis seperti bongkaha-bongkahan batu magnetis di Gunung Sadu, yang memiliki cerita tersendiri yang membuatnya tidak hanya sekedar batu biasa. Berbagai potensi wisata yang tidak hanya sebagai tujuan rekreasi, namun juga sebagai tujuan wisata yang berkelanjutan, seperti ekowisata. Perbedaan mendasar dari wisatawan peserta Geotrek Cibuni dan wisatawan objek wisata lainnya adalah wisatawan peserta
Perbedaan mencolok dari wisatawan peserta Geotrek Cibuni dengan wisatawan biasa dari segi persepsi adalah cara pandang mereka terhadap kawasan wisata dan penerapan sustainable tourism selama perjalanan mereka. Wisatawan peserta geotrek lebih kritis dalam menilai kawasan wisata. Hal ini terkait dengan profil dasar mereka yang lebih mapan daripada wisatawan biasa. Mereka juga menilai kawasan wisata lebih mapan daripada hanyak sekedar wisata alam tempat berekreasi seperti penialian wisatawan biasa. Hal ini terkait dengan wawasan yang mereka dapatkan selama bergeotrek. Perbedaan lainnya adalah penerapan wisata berkelanjutan selama perjalanan mereka masing-masing. Wisatawan peserta Geotrek Cibuni adalah wisatawan-wisatawan yang
Januari 2012 THE PLANNERS | 19
Tugas Akhir KAWAH CIBUNI, pariwisata Bandung Selatan yang menarik banyak pengunjung
http://aleut.wordpress.com/2011/04/11/potensi-geowisata-kawah-cibuni/
merasa ikut bertanggung jawab dengan destinasi wisata, karena selain edukasi, mereka memegang prinsip konservasi dalam perjalanannya. Prinsp tersebut dijalankan dalam bentuk interaksi dengan masyarakat, penerapan konsep 3R, kontribusi pelestarian alam dan budaya. Berbeda dengan wisatawan biasa, mereka mayoritas peduli terhadap kebutuhan berwisata pribadinya saja. Hasil analisis kesesuaian yang dilakukan terhadap karakteristik wisatawan peserta geotrek, wisatawan biasa, dan ekowisatawan yang dilansir oleh The International Ecotourism Society (TIES) menunjukkan bahwa yang memiliki potensi pasar ekowisata adalah wisatawan yang melakukan perjalan bersama komunitas kreatif, dalam hal ini adalah Geotrek Indonesia. Profil dasar wsatawan Geotrek Cibuni memenuhi semua karakteristik ekowisatawan yang terlampir pada TIES tahun 2000. Begitu pula dengan pola perjalan, dimana wisatawan Geotrek Cibuni memenuhi semua karakteristik ekowisatawan. Dari segi persepsi terlihat bahwa wisatawan Geotrek Cibuni lebih kritis dalam memandang berbagai komponen kepariwisataan dan tuntutan terhadap produk ramah lingkungan dan ramah social yang lebih tinggi daripada wisatawan biasa. REKOMENDASI Rekomendasi untuk Geotrek Indonesia • Meningkatkan penyebaran informasi, baik publikasu tur maupun diskusi-diskusi mengenai jalur wisata dan berbagai
20 | THE PLANNERS Januari 2012
keilmuan terkait lainnya, di Facebook atau di situs Getrek Indonesia, serta merambah ke media lainnya seperti media cetak dan radio • Menciptakan komunikasi yang lebih kontinu antanggota dengan berbagai diskusi dan kegiatan ringan untuk meneruskan proses pembelajaran dan sharing berbagai wawasan bagi setiap anggotanya • Meningkatkan peran masyarakat lokal dalam setiap kunjungan, bukan hanya sebagai penyedia jasa yang dibutuhkan, tapi juga sebagai interpreter yang mengenal dengan baik daerah yang dikunjungi oleh wisatawan • Menyediakan interpretasi bilingual, karena warga negara asng yang tinggal di Indonesia juga tertari untuk mengikuti Tur Rekomendasi untuk Pengelola Objek dan Daya Tarik Wisata • Meningkatkan kualitas fasilitas penunjang pariwisata, seperti lahan parker, aksesibilitas, sarana amanitas, kebersihan, dan kenyamanan di objek wisata • Memperkenalkan ekowisata atau wisata berkelanjutan pada wisatawan yang berkunjung, bukan hanya pelabelan, namun juga dalam pengelolaannya • Melibatkan masyrakat lokal dalam perencanaan hingga pengelolaan dan meningkatkan kapasitas masyarakat loka • Menggukakan keuntungan financial untuk kepentingan konservasi alam dan budaya Rekomendasi untuk Pemerintah • Meningkatkan aksesibilitas menuju kawasan wisata dengan kualitas jalan yang lebih baik dan jumlah moda transportasi yang perlu di tambah • Memberi peluang kepada komunitas kreatif sebagai media penarik wisatawan yang berpotensi sebagai ekowisatawan dan menjalin kerjasama untuk menggerakan pasar wisata kea rah yang lebih berkelanjutan • Menjalin kerjasama dengan pengelola kawasan wisata untuk menerapkan konsep ekowisata dalam kegiatan kepariwisataan yang berjalan
http://www.flickr.com/photos/ariadavison/2890968664/sizes/l/in/photostream/
http://www.flickr.com/photos/mihaelcmrk/5072049460/sizes/l/in/photostream/
Advertisement
Kuesioner TA, Tesis, Penelitian menggunung?
Jangan sedih, Tidak perlu Frustrasi! Kami siap membantu! PELAYANAN SURVEI Hubungi
Fanni Harliani 0856 215 4887
DIVISI KEPROFESIAN HMP Pangripta Loka ITB
U O Y E SE
AT
THE NEXT EDITION OF
the
planners ePortfolio
Keprofesian HMP PL ITB (C) 201