Bahasa Sabana

Page 1



Bahasa Sabana

|2



Bahasa Sabana

Untuk Himpunan kami tercinta, yang telah mempertemukan kami dalam seluruh bingkai peristiwa

|4


5|

Bahasa Sabana

Daftar Isi Avant – Propos ................................................................................................... 8 HMS ITB: Sebuah Rumah Berbagi Cerita, Pembelajaran, dan Harapan serta Tak Lupa: Perjuangan! .......................................................................... 10 Belajar untuk “Peduli” ..................................................................................... 17 Ceritera dari HMS15128.................................................................................. 22 Intra Kampus.................................................................................................... 30 Kisah Sendiri .................................................................................................... 32 Perjalanan Saya Bersama HMS ITB .............................................................. 39 SATU TAHUN PENUH WARNA ................................................................... 55 "Jangan Jadi Pecundang HMS" ..................................................................... 61 #BANGUNDIRIBANGUNEMPATI ............................................................... 63 Rasa Setahun .................................................................................................... 70 MIPOT ............................................................................................................... 73 MEDKOMATIKA ............................................................................................. 75 Keluarga ............................................................................................................ 82 PROFIL H ......................................................................................................... 87 HMS: Bagian Hidup ........................................................................................ 90 Tentangku Menjadi Ketua Angkatan............................................................. 92 "Saya dan HMS" ............................................................................................... 97 SINGKAT SAJA .............................................................................................. 103 Tentang Aku, Tentang Saya .......................................................................... 104 You Are (Not) Alone ...................................................................................... 113 Ceritanya Ini Catatan Perjanalanku ............................................................ 115 BUKAN HANYA SEKEDAR KATA .............................................................. 129 “Perjalananku di Badan Pengurus HMS ITB adalah Perjalanan yang Penuh Tantangan” ......................................................................................... 130 PAMIT ............................................................................................................. 134


Bahasa Sabana

AKU, KAPALKU, DAN CERITAKU. ............................................................ 137 Sebuah Catatan Kecil Perjalanan Seseorang Anggota HMS 2015 ........... 144 Oase di Gurun Senja ...................................................................................... 155 UCAPAN TERIMA KASIH DAN MAAF ...................................................... 161 Surat Pengakuan ............................................................................................ 162 Remaja di Danus ............................................................................................ 166 TERIMA KASIH, HMS .................................................................................. 168 HMS MEMBUNUHMU ................................................................................ 174 Terimakasih ... ................................................................................................ 185 MENGISI GELAS DAN KONTEMPLASI.................................................... 188 Mile .................................................................................................................. 191 Aku dan Ceritaku di HMS ............................................................................. 195 Akhir Perjalanan Menjadi BP HMS ITB ..................................................... 202 Sedikit Cerita (cinta) ..................................................................................... 214 “KAWAN”........................................................................................................ 220 NANO-NANO BPA ........................................................................................ 225 HMS dan Keprofesiannya ............................................................................. 228 Harapan untuk Sebuah Pohon ..................................................................... 233 Perjalanan Seorang Utusan Lembaga ......................................................... 237

|6


7|

Bahasa Sabana


Bahasa Sabana

Avant – Propos

Bahasa Sabana Adalah tekad yang tak bisa mati Sebelum perjuangan ini nantinya dikubur bersama Semoga mimpi – mimpinya kan tetap abadi Sebuah buku berisi kumpulan tulsisan, gambar, curahan pengalaman, cerita dan hikmah dalam ber-HMS ITB oleh

Kuya – Kuyi Sabana 15015XXX

|8


9|

Bahasa Sabana


Bahasa Sabana

HMS ITB: Sebuah Rumah Berbagi Cerita, Pembelajaran, dan Harapan serta Tak Lupa: Perjuangan! Hijau. Salah satu warna kesukaanku sedari kecil. Warna yang selalu kupilih dari banyak gradasi warna yang lainnya. Warna yang nyaman dan membuatku betah untuk berlama – lama memandanginya. Warna yang menjadi kebangganku saat ini. Warna identitasku. Warna Himpunanku. HMS. Bicara tentang hijaunya HMS bicara tentang perjuangan dan pergerakan yang terjadi di dalamnya. Bicara HMS adalah bicara tentang sebuah rumah aktualisasi, bicara tentang wadah berkembang, dan bicara tentang tempat berkarya. Ya, sebuah organisasi yang menghabiskan hampir sebagian hidupku di kampus. Sebuah organisasi berbasis perhimpunan mahasiswa yang akhirnya membuatku benar – benar cinta kepadanya. Jalan Juang Bagiku berjuang untuk HMS adalah menciptakan cerita perjuangan untuk membangun bangsa ini kelak. Disini aku belajar bagaimana mengelola sebuah miniatur negara yang mempunyai anggota sekitar 500 orang dengan beragam sifat dan karakter untuk dibawa kepada satu tujuan besar yaitu mimpi ketua himpunan.

| 10


11|

Bahasa Sabana

“Jika dan hanya jika aku anggota HMS maka ketua himpunan adalah pemimpinku� Sebuah doktrin yang akhirnya membuatku sadar bahwa tangung jawab pemimpin sangat besar dan berat kepada anggotanya. Mengutip pesan dari temanku bahwa “Pemimpin yang baik itu adalah yang mencintai dan dicintai oleh anggotanya.� Dan setelah satu tahun berjalan aku baru sadar apa yang dimaksud oleh temanku. Menjadi Ketua Himpunan adalah belajar peduli terhadap orang lain, belajar bekerja ikhlas tanpa harap kembali, belajar totalitas demi himpunan ini. Menjadi kahim perlu yang namanya integritas, loyalitas, dan totalitas. Integritas adalah ketika kita melakukan apa yang kita katakan, loyalitas adalah ketika kita melaksanakan integritas secara terus menerus, dan totalitas adalah ketika kita tidak menggunakan satu a lasan kecil pun untuk meninggalkan integritas dan loyalitas kita. Dan dengan itulah kita akan bisa mencintai anggtota kita dan dicintai anggota kita juga. Jika ada pertanyaan apa yang kudapatkan setelah menghabiskan masa bakti di kampus sebagai ketua himpunan? Aku hanya menjawab sebuah pengalaman berharga yang mungkin tidak semua orang akan mengalaminya. Walaupun terkadang merasakan lelah sendirian, merasakan sakit sendirian, namun percayalah bahagianya sangat luar biasa, dan mungkin tidak bisa dirasakan orang lain yang melihatnya. Seperti kata Ardhi Rasy Wardana Presiden KM ITB 2017/2018, karena aku percaya apa yang kita lakukan hari ini, entah berdiskusi, berdebat, melakukan


Bahasa Sabana

aksi, yakinlah cepat atau lambat hal ini akan berguna untuk membangun Indonesia kelak. Menjadi Ketua himpunan adalah menjadi manusia yang bersiap memperbaiki keadaan, tetapi bersiap pula untuk melihat bahwa perbaikan ini tidak akan pernah sempurna dan ikhtiar itu tidak pernah selesai. Kutitipkan Hijauku “HMS adalah anggotanya� Slogan HMS diatas serasa menjadi sebuah doktrin yang selalu terngiang di benak pikiran anggotanya. HMS adalah sebuah himpunan yang mewadahi anggotanya, dimana setiap orang dapat berkembang disini. Hipotesis mahasiswa kini tentang suasana dulu yang lebih kondusif untuk bergerak karena didukung kondisi dan generasi merupakan asumsi tak berdasar yang keluar dari mulut seorang pengecut. Jadi buatlah HMS yang ideal sesuai zamanmu. Karena kembali HMS adalah anggotanya. Setelah berjuang selama setahun mewujudkan mimpi dan kegelisahan aku tahu bahwa waktu memang tidak akan serasa cukup untuk mewujudkan semuanya. Selanjutnya kutitipkan hijauku kepada kalian wahai penerusku. Kejarlah hal – hal yang telah kuperjuangkan namun tak sampai ini. Perjuanganku mohon untuk diteruskan dan dilanjutkan. Mulailah dengan memperbaiki dan membuat sistem yang ideal mulai dari BPA X BP X Senator. Mulailah membudayakan sistem sapa di HMS sehingga tidak ada lagi problema gap angkatan. Mulai untuk menurunkan semangat kaderisasi kepada setiap orang.

| 12


13|

Bahasa Sabana

Rutinkan selalu penyebaran nilai dan esensi kepada setiap anggota HMS. Dan cari terus value & sejarah HMS kemudian tuliskanlah pada sebuah buku besar sejarah HMS yang berisi perjalanan panjang HMS sebagai sebuah himpunan yang semakin tua harusnya semakin bijak dalam bergerak dan berkarya. Jalin terus relasi baik dengan Alsi, FKMTSI, masyarakat mitra sibades, dosen, dan semua orang yang pernah dan sedang terlibat hubungan dengan HMS. Dan jangan ragu untuk mebuat gerakan dan karya yang sustain demi membuat HMS ini lebih baik lagi. Setelah semua perjalananmu selesai jadilah abang – abang yang baik kawan, demi mengawal adik – adikmu selanjutnya dalam menggapai mimpi besar mereka. Terakhir lanjutkan mimpiku tentang #HMSReborn sebagai wadah yang adaptif, #ExploreHMS sebagai wadah yang Inklusif dan #HMSkuRumahku sebagai Rumah yang nyaman untuk berkembang dan selalu menjadi tempat kembali bagi anggotanya ketika lelah berjuang. Bagiku HMSkuRumahku merupakan sebuah asa dimana tempat ini dapat menjadi tempat berkembang anggotanya di ruang - ruang mereka. HMS adalah sebuah wadah kosong, kitalah yang mengisinya sehingga menjadi sebuah wadah yang berisi yang kelak dapat memberi manfaat bagi banyak anggotanya. Maka teruslah gelisah, teruslah berjuang menggapai mimpi, hingga suar - suar keraguan menjadi sorak sorai tepuk tangan. Jalan masih panjang, kawan!


Bahasa Sabana

Menciptakan HMS ideal adalah sebuah perjuangan panjang, kawan. HMS yang ideal adalah ketika semua anggotanya dapat berjalan ideal. Semua ini bukan hanya tugas ketua himpunan, namun seluruh peran yang ada di HMS. Mulai dari pemimpin hingga anggotanya. Mulai dari legislator hingga eksekutor. Mulai dari swasta hingga kuya. Ya, mimpi sebuah organisasi tak akan pernah tercapai jika elemen – elemen di dalamnya tidak membersamai dan mengawalnya dengan baik. Elemen – elemen itu adalah anggotanya. Akhir perjalanan panjang dalam mengurus sebuah himpunan selanjutnya adalah pertanyaan tentang mau dibawa kemana dan seperti apa himpunan ini selanjutnya. Ya, sebuah perjalanan akan menjadi sia – sia jika ternyata mimpi yang diusung dibiarkan bergitu saja menguap tak berbekas. Maka, aku menitipkan HMSku ini agar dapat menjadi kontributor nyata bangsa kedepannya. Sebuah tanggung jawab di akhir, bahwa kedepannya HMS sudah harus bisa menjadi sebuah himpunan yang mampu berkontribusi untuk pengembangan Indonesia kelak. Melalui upaya – upaya inovatif dan kreatif dari anggotanya dalam memaksimalkan potensi yang ada menjadi sebuah kontribusi nayata kedepannya. Dengan meningkatkan pergerakan keilmuan teknik sipil sebagai ranah dalam pemberdayaan Terakhir, Aku selalu merasa HMSKu adalah Rumahku. Itu berarti HMS bukan hanya tempat beraktualisasi, bukan hanya tempat bercengkrama, bukan hanya tempat yang nyaman bersama teman - teman. Tapi selalu menjadi tempat yang nyaman untuk kembali. Kau boleh berkelana sejauh apapun, berkontribusi, dan

| 14


15|

Bahasa Sabana

beraktualisasi di manapun dan kapanpun. Namun HMS selalu ada sebagai tempat pulang bagi anggotanya yang telah lelah berjuang. Ya, sebuah tempat yang menjadi awal cerita kita melejitkan diri di kampus ganesha ini. Ia selalau tetap berada disana tidak berpindah sedikitpun meskipun semua dari kita telah berpindah. Gracias HMS! Bagiku, memimpin HMS adalah tentang berjuang hari demi hari, menyuarkan asa, menggampai mimpi, tak kenal berhenti dimanapun dan kapanpun hingga semua amanah ini berakhir. Waktunya telah tiba untuk mengatakan terimakasih kepada semua orang yang terlibat dalam proses yang hebat ini. Mulai kedepan aku akan kembali menjadi anggota biasa, melepas semua amanah ini dan tak bisa merasakan semua euforia dan memandangi wajah gelora semangat setiap anggota dari depan mereka. Mulai sekarang aku memang sudah bukan lagi ketua himpunan, namun aku akan senantiasa menjadi anggota yang hadir dalam barisan – barisan pergerakan. Walau kata – kata, orasi, petuahku tidak muncul lagi menghiasi perjalanan HMSku ini namun aku percaya mimpiku takkan sirna dan akan abadi jauh – jauh dikemudian hari. Kutitipkan HMSku Padamu. Terimakasih kepada kedua orang tua saya yang selalu tulus mendukung anak tunggalnya, Bapak kami Pak Abduh selaku Kaprodi, Seluruh BP Pelopor Perjuangan, jajaran BPA-Senator 2018/2019 dan semua anggota HMS baik kawis, kakad, ketang, dan semua pelopor – pelopor lainnya yang telah membersamai ruang pengabdian ini. Selanjutnya rumah ini akan kutitipkan


Bahasa Sabana

kepada Badan Pengurus HMS ITB 2019/2020, mari kita dukung dan terlibat dalam semua pergerakan yang ada agar apa yang kita usung hari ini tidak menjadi sia – sia dan membawa HMS ITB menjadi lebih baik lagi. Di HMS inilah kita belajar bergerak dan menggerakkan. Menjadi penggerak dan menjadi agen perubahan dalam rangka transformasi demi menuju satu harapan.

Kepada warna yang telah menyatukan kita Selalu dan tiada kan pernah bosan Untuk HMS yang lebih Baik 1,2,3 Ijo Ijo Ijo!

Anggi Renaldy Pratama HMS15100

| 16


17|

Bahasa Sabana

Belajar untuk “Peduli� Hai. Nama aku Ni Made Ayu Wulandari, iya aku orang Bali. Saya Wakil Kepala Departemen Kompetisi dan Karya. Bingung sebenarnya mau nulis apa tapi karena diminta pak kahim buat nulis buat generasi berikutnya di HMS saya akan coba untuk menulis apa yang saya dapat dari HMS selama ini. Awalnya tau HMS udah lama dari saya SMA, sebenarnya logo kuning itu yang membimbing saya sampai masuk ke kampus ini dan sampai saya masuk jurusan sipil pun mungkin karena jahimnya “OM� yang keren. Tapi terlepas dari itu saya bersyukur mempunyai kesempatan bergabung dan belajar dari HMS. Awalnya saya masuk himpunan kurang ngerti juga mau ngapain, mungkin Cuma biar bisa pake jahim? Tetapi semakin lama, semakin saya mencoba dekat dengan himpunan ini, makin saya mencoba dekat dengan orang-orang dalam himpunan ini saya merasa semakin beruntung. Ada banyak orang-orang hebat yang bisa mengajarinya saya tidak hanya soal akademik Tapi lebih dari itu saya belajar kepedulian dari HMS. Saya adalah tipe orang pengamat dan tidak terlalu suka tampil dan menjadi pusat perhatian. Di HMS saya banyak mengamati temen-temen angkatan, Bos-Bis HMS dan KuyaKuyi yang aktif berhimpun darimana mereka mendapat


Bahasa Sabana

kepedulian itu untuk peduli dengan himpunan, untuk peduli dengan temen-teman angkatan, untuk ihklas berkontribusi tanpa pamrih? Awalnya ketika saya masuk HMS, itu pertanyaan terbesar yang ingin saya cari jawabanya. Mungkin untuk sebagain orang hal itu adalah pertanyaan yang sederhana tapi saat itu, hal tersebut adalah pertanyaan terbesar saya terhadap himpunan ini. Karena dorongan itu saya mulai mencoba untuk masuk lebih dalam dengan HMS, baik itu menjadi panitia Kadpas, panitia Wisuda, jadi Staff Departemen tapi sampai saat itu saya belum juga mendapat jawaban itu. Sebenarnya saya tidak pernah terbayang untuk menjadi Badan Pengurus di HMS, karena saya merasa masih banyak orang yang punya kemampuan lebih dari saya. Saat pemilu pemilihan kahim saya juga tidak ikut campur terlalu banyak, saya merasa tidak terlalu kenal dengan kedua calon yaitu aldy dan revo secara personal, saya Cuma tau aldy kaena dia danlap medik waktu saya jadi panitia kadpas, saya pikir ya sudah lah saya jangan ikut campur toh nanti yang akan menjadi BP mereka orang-orang terdekat mereka lagi. Tetapi kemudian saya salah setelah aldy terpilih menjadi kahim ternyata asumsi awal saya salah, aldy merekrut BPnya tidak secara close recruitment tetapi malah secara open recruitment. Dia ternyata membuka peluang seluas-luasnya bagi angkatan saya untuk berkontribusi untuk HMS. Disana saya mulai berpikir apakah ini kesempatan terakhir saya untuk mencari tau jawaban dari pertanyaan saya di awal. Tapi saya ragu karena saya merasa tidak punya kemampuan itu. Lama saya berpikir dan pada hari terakhir pendaftaran saya akhirnya memutuskan ya sudah lah saya daftar saja dulu, saya ingin

| 18


19|

Bahasa Sabana

mencoba, diterima atau tidak? punya kemampuan atau tidak? nanti akan ditentukan saat proses seleksi. Singkat cerita akhirnya saya diterima menjadi Wakil Kepada Departemen Kompetisi dan Karya, sebuah departemen yang mungkin baru bagi saya, karena pada tahun sebelumnya saya adalah staff di departemen Pegembangan Keprofesian. Di awal kepengurusan saya sempat ragu apa saya mampu? Apa saya tipe orang yang cukup peduli dengan orang lain? Tapi saya akan berusaha dengan sekuat tenaga. Dalam keberjalanannya di awal saya sangat optimis dengan departemen ini, karena saya merasa dengan departemen ini kita bisa menghantarkan HMS menjadi himpunan dengan banyak prestasi dalam keilmuanya. Saat kami merancang program kerja kami merasa semua akan berjalan dengan baik, ini tidak akan sulit, kita cuma perlu terus menyemangati dan mengumpulakn datadata prestasi mereka. Tenang saja ini akan berhasil. Di awal-awal kepengurusan tidak terlalu banyak kesulitan yang kami hadapi. Program kerja berjalan cukup baik, staff juga cukup kooperatif. Tetapi sampai di pertengahan kepengurusan kami merasa mulai ada masalah. Kesulitan berkomunikasi dengan staff, masalah proker yang berjalan tidak telalu sesuai keinginan, kami yang juga sibuk dengan kerja praktek dan masih banyak lagi yang membuat semangat kami mulai turun. Di saat itu saya mulai berpikir apakah ini yang saya inginkan? Keraguan itu mulai muncul kembali. Di saat-saat seperti inilah saya pikir saya mulai belajar untuk bertanggung jawab dengan pilihan saya. Menjadi seorang BP bukan hanya tentang mau atau tidak, bukan hanya tentang


Bahasa Sabana

mampu atau tidak tetapi lebih kepada apakah kita bertanggung jawab atas amanah yang diberikan kepada kita. Pelan-pelan saya mulai menyesuaikan diri kembali dengan keadaan dan situasi dan satu hal yang saya sadari di saat seperti itu adalah tentang kepedulian. Dalam setiap apapun yang kamu kerjakan cobalah untuk peduli dengan apapun itu, cobalah untuk lebih care pada kerjaan, pada orang-orang sekeliling, pada situasi yang kamu hadapi. Dengan begitu apapun yang terjadi kamu akan tetap bisa bertahan dan belajar untuk lebih menghargai. Di HMS saya belajar memupuk kepedulian. Karena sekarang saya percaya setiap hal besar yang terjadi di sekeliling kita semua dimulai dari kepedulian-kepedulian kecil yang sering dipupuk dan melahirkan hal-hal besar yang bahkan belum pernah kita bayangkan. Untuk Kuya-kuyi HMS yang akan mengemban amanah, apapun tujuan kalian dalam berhimpun, baik kalian menjadi BP atau tidak, cobalah untuk lebih peduli pada pilihan kalian. Ingat HMS tidak akan memberikan apa-apa pada kalian jika kalian tidak berusaha untuk mencari manfaat itu. Setelah di tingkat ini saya juga baru sadar saya telah melewatkan banyak kesempatan belajar banyak hal di HMS. Untuk kalian manfaatkan kesempatan yang masih ada untuk menggali potensi diri kalian selama kalian masih aktif di HMS.

| 20


21|

Bahasa Sabana

Terakhir saya tutup dengan kutipan Tere Liye “Kepedulian kita hari ini akan memberikan perbedaan berarti pada masa depan. Kecil saja, sepertinya sepele, tapi bisa besar dampaknya pada masa mendatang. Selalulah menjadi anak muda yang peduli, memilih jalan suci penuh kemuliaan. Kau akan menjalani kehidupan ini penuh kehormatan. Kehormatan seorang petarung.�

Salam Ni Made Ayu Wulandari 15015071


Bahasa Sabana

Ceritera dari HMS15128 Prolog. 30 November 2017, hari yang (seharusnya) membahagiakan. Jujur saya merupakan pendukung calon ketua umum HMS ITB nomor urut dua pada saat pemilu HMS ITB 2017. Mimpi, pemikiran, pergaulan, hingga visi yang sama membuat saya sangat menaruh harapan kepada calon pemimpinku, walaupun saya sebenarnya sempat berfikir untuk menyalonkan diri hehe. Keyakinan bahwa tidak ada yang akan semengerti itu mengenai himpunanku, membuat saya pun tidak bisa percaya kepada orang lain. Kembali ke hari itu, saya meluangkan waktu untuk datang ke sekretariat HMS ITB – sebenarnya hampir tiap hari saya meluangkan waktu kesana – untuk mengikuti acara puncak pemilu saat itu, yaitu acara pemungutan suara. Singkat cerita, setelah melalui ketegangan yang sebenarnya tidak terlalu mengejutkan, terpilihlah calon ketua umum HMS ITB nomor urut satu sebagai ketua umum terpilih. Jika kalian bertanya apakah itu hari termenyedihkan saya saat berada di himpunan ini, jawabannya adalah iya. Bukan ego yang membuat saya sangat sedih, melihat orang-orang sekitar saya sedih, apalagi orang yang tidak saya sangka akan sesedih itu, hal tersebut yang sangat menjatuhkan saya. Sebelum dilanjutkan, biarkan saya menceritakan ego yang saya miliki yang sebelumnya sudah saya singgung di paragraf

| 22


23|

Bahasa Sabana

sebelumnya. Sebulan setelah saya dilantik menjadi anggota biasa HMS ITB, saya bertemu dengan seorang swasta di teknik sipil ini, dia adalah Bang Fajar angkatan 2012. Saya saat itu menjadi LO dia yang akan di wisuda di bulan Oktober 2016. Banyak cerita yang saya dapatkan selama mengenal sosok Bang Fajar. Salah satunya cerita saat dia menjabat menjadi wakil ketua umum bidang internal di himpunan ini. Menurut saya dia merupakan sosok yang sangat bijaksana, supel, dan sangat peduli dengan sekitarnya. Karena hal tersebut, saat dia bertanya kepada saya, “mau jadi apa lu di HMS nanti?”, “tertarik untuk melanjutkan Bang Fajar sih kayanya.” Jawabku. Itulah salah satu ego terbesar saya yang biasa juga disebut orang sebagai mimpi. Ada satu lagi sebenarnya mimpi saya di HMS yang berawal dari sering ngobrol dengan kakak tingkat, yaitu menjadi danlap HMS. Setelah tercapainya mimpi yang satu itu, saya jadi merasa sangat memiliki tanggung jawab besar di himpunan ini, karena doktrin ‘danlap HMS adalah orang yang terakhir menyerah disaat yang lain sudah menyerah’. Karena hal itu pula, ceritera ini bisa saya tulis sebagaimana mestinya. Ceritera. “Daftar BPH dong Resh, BPH butuh orang kaya maneh yang ngerti HMS kaya gimana.”, sebut korlap saya saat kahim terpilih mulai oprec untuk mencari orang-orang inti yang akan membantu dia kedepannya yang dia sebut BPH (Badan Pengurus Harian). Sebenarnya saya tidak setuju dengan julukan BPH yang hanya ditujukan untuk orang-orang inti pada Badan Pengurus, karena menurut saya selayaknya seluruh Badan Pengurus merupakan Badan Pengurus Harian yang harus selalu ada. “Gak ah,


Bahasa Sabana

ngapain, itu kan bukan kahim aing.�, jawab saya untuk menanggapi pernyataan sebelumnya. Bohong sebenarnya jika saya tidak ingin. Jujur, saya ingin. Saya ingin mencapai ‘mimpi’ saya yang sudah saya bulatkan sejak satu tahun sebelumnya. Akhirnya saya pun mendaftar. Tetapi ragu, ragu dapat berkoordinasi dengan baik dengan kahim terpilih, ragu saya dapat memberikan seluruh tenaga saya dengan tulus untuk kahim terpilih, ragu saya akan menjadi pecundang, ragu dengan segala hal. Daripada ragu lebih baik pulang bukan? Ya, akhirnya pun saya pulang. Dengan bulat saya memutuskan akan menjadi massa saja karena jadi massa pun saya yakin saya tidak akan hilang. Saya pun sebenarnya saat itu sangat mempertimbangkan untuk membantu ICEE karena saya berfikir bahwa mungkin saya bisa mencari pengalaman baru. Saat sudah tenang dengan keputusanku, datanglah Aldy, mengajak saya untuk ngobrol, lebih tepatnya lagi, menawarkan untuk menjadi wakil ketua umum bidang eksternal. Hari itu, hari pertama saya ngobrol serius dengan Aldy. Disitu pula, saya menolak tawaran tersebut, dengan segala alasan mulai dari saya menjelaskan saya hanya tertarik pada internal, sampai saya takut saya tidak berkomitmen jika kahimnya adalah dia. Walaupun begitu, dia tetap meminta saya untuk mempertimbangkannya lagi sampai rentan waktu tertentu. Dan seperti yang kalian bisa tebak, saya tetap tidak mau sampai akhir waktu tersebut, walaupun sempat tergoyah lagi keputusan bulat saya karena saya sangat ingin membantu himpunan ini, dan saya sangat ingin membantu orang yang merasa membutuhkan saya. Hal tersebutlah yang membuat jawaban saya tidak hanya menolak, tetapi saya bilang kepada dia

| 24


25|

Bahasa Sabana

bahwa saya ingin dia mencari dulu semaksimal mungkin, dan jika tidak ada lagi orang yang mau membantu dia, baru panggil saya lagi, karena saya berjanji saya tidak akan hilang dari himpunan ini walaupun saya tidak menjabat. Senang rasanya ketika akhirnya Aldy menemukan wakahim eksternal, saya merasa sudah tidak terikat oleh BP dan bisa menjadi massa sekaligus membantu ICEE. Perasaan senang itu berubah menjadi penyesalan, menyesal karena akibat pernyataan saya terakhir kepada Aldy tentang saya yang akan membantu dia jika tidak ada lagi yang mau membantu, membuat saya akhirnya terikat dengan BP, bukan menjadi wakahim internal atau wakahim eksternal atau apapun hal yang sempat saya pikirkan sebelumnya, tetapi menjadi bagian dari departemen kaderisasi. Lebih tepatnya menjadi wakil kepala departemen kaderisasi. Sangat malas sebenarnya… apalagi bekerja bersama Doni – hehe becanda Don –. Semua rencana saya pun berubah lagi, mulai dari rencana ICEE sampai rencana ingin ikut lomba dan lain-lain. Tapi yasudahlah, mungkin itu takdir memang ingin saya membantu BP ini. Takdir tersebut menyadarkan saya akan segala hal yang mungkin sempat terlupakan oleh saya karena kekalahan Revo, seperti seharusnya saya menjadi orang yang terakhir menyerah. Saat itu pula saya mengingat kalimat yang dilontarkan oleh seorang Bos angkatan 2013 yang menjadi role model saya, yang membuat saya ingin menjadi danlap HMS karena dia pun seorang danlap HMS, dia berkata bahwa “setelah lu udah ngelewatin setaun di himpunan ini, bukan lagi saatnya lu mencari sesuatu di HMS, tapi sudah saatnya lu memberi sesuatu ke himpunan ini.” Saat teringat


Bahasa Sabana

semua itu, saya berprinsip bahwa saya akan membantu siapapun yang membutuhkan saya di himpunan ini, tanpa terkecuali. Sebenarnya setelah menjadi wakadepkad, saya sadar bahwa jalan ini masih cukup selaras dengan mimpi saya sebagai wakahim internal, mungkin karena saya tetap bergerak dalam ranah internal. Saya pun cukup nyaman menjalaninya. Saya dan Doni berusaha untuk memperbaiki seluruh proker yang kami rasa kurang di keberjalanan BP-BP sebelumnya. Senang rasanya bisa membuat perubahan-perubahan dari hal yang sebelumnya tidak saya suka, senang juga masih bisa selalu membimbing kuya, terutama saat kaderisasi pasif. Saat kaderisasi pasif pun saya merasa kebijaksanaan saya diuji, karena saya dan Doni diharuskan untuk mendidik angkatan bawah dengan segala prosesnya, sekaligus harus bisa mendengarkan masukan para swasta. Saya pun banyak belajar dari kakad yang saya bimbing. Dengan segala prinsip yang dia pegang teguh dan kemuliaan hatinya saya belajar banyak. Dalam segala prosesnya selama saya menjadi wakadepkad, saya dikagetkan dengan totalitas Aldy yang diluar ekspektasi saya. Keselaluadaan dia mulai dari TFT hingga proker terakhir saya yaitu LKO. Sangat pedulinya dia dengan pendidikan melalui departemen ini yang membuat saya menjadi sering sekali berbenturan pikiran dan jadi sering ngobrol tentang HMS dengan dia. Karena hal itu pun, saya jadi cukup terbuka kepada dia. Saya pun mulai sering mengeluarkan unek-unek saya. Karena mimpi awal saya yang ingin menjadi wakahim internal, saya sering memberi masukan kepada Aldy tentang sebagaimana wakahim internal seharusnya yang saya bayangkan. Hal tersebut saya lakukan karena hal tersebut merupakan mimpi saya yang sudah

| 26


27|

Bahasa Sabana

tidak akan pernah tercapai, jadi saya ingin kegagalan mencapai mimpi itu tidak terlalu sia-sia. Saya pun sering berkomentar mengenai kenapa departemen kaderisasi menurut saya seharusnya dibawah bidang internal. Dan semakin sering saya membicarakan tentang HMS dan bagaimana himpunan ini kedepannya. Dalam menjalankan perBPan ini pun, akhirnya saya disadarkan bahwa saya masih sangat melakukan banyak kesalahan dalam segala prosesnya. LPJlah yang menyadarkan saya. Saat menyusun LPJ, saya tahu bahwa masih banyak kecacatan yang dilakukan oleh saya dan Doni. Saya pun sadar bahwa saya ternyata tidak setotalitas itu menjadi seorang BP. Fakta yang paling membuat saya kecewa terhadap diri sendiri pun saat menyadari bahwa calon kahim dan calon senator selanjutnya hanya satu orang. Sebagai pengkader saya merasa gagal karena kurangnya antusias kader saya untuk memimpin himpunan ini. Setelah melewati semua itu, yang bisa saya lakukan hanya berusaha bercerita langsung kepada calon pemimpin selanjutnya, memberikan saran, dan selalu menyemangati seluruh kader saya. Epilog. Dan disini, saya, menunggu hari Senin, 25 Februari 2019. Akhir dari perjalanan saya sebagai Badan Pengurus HMS ITB 2018, yaitu Musyawarah Anggota untuk Serah Terima Jabatan. Yang sekaligus menjadi awal perjalanan saya dan angkatan saya menjadi angkatan penjaga nilai – semoga kami dapat menjadi swasta yang terus membimbing kuyanya. Sebenarnya lebih banyak lagi cerita dalam keberjalanan saya sebagai BP yang tidak bisa semuanya saya tulis dalam ceritera ini. Yang bisa saya katakan


Bahasa Sabana

tentang menjadi BP yaitu idealnya, seluruh BP, bahkan angkatan BP, sudah selayaknya menjadi motor penggerak utama dalam himpunan ini. Menjadi BP itu belajar menjadi orang yang bisa loyal kepada suatu organisasi non-profit. Menjadi BP itu belajar menjadi orang yang bijak dalam mengambil keputusan dengan mempertimbangkan segala kondisi. Menjadi BP itu belajar bergerak bersama-sama dengan ego masing-masing yang harus diintegrasikan. Menjadi BP itu belajar menjadi role model untuk orang lain. Menjadi BP itu belajar dari orang lain dan mendidik orang lain sekaligus. Dan masih banyak lagi yang mungkin setiap orang akan rasakan berbeda. Pesan saya untuk seluruh penerus himpunan ini adalah jangan pernah berebut-rebut jabatan karena pride atau hal-hal yang terlalu profit-oriented. Mendapat jabatan itu bukan hal yang membanggakan, tetapi dengan jabatan itu melekat pula tanggung jawab besar yang harus dipenuhi. Jadi lakukanlah semua dengan totalitas, loyal, dan ikhlas tanpa berharap mendapat imbalan. Terima kasih kepada Aldy, Ketua Umum HMS ITB 2018, yang sangat totalitas, yang selalu berusaha untuk menjadi kahim yang benar, yang selalu memperbaiki dirinya sendiri kearah yang lebih baik, dan yang selalu percaya kepada saya dan tidak pernah menyerah kepada kemalasan saya akan semua hal di himpunan ini. Terima kasih kepada Revo, kahimku, yang memberikan banyak pelajaran juga kepada saya. Terima kasih seluruh jajaran Badan Pengurus HMS ITB 2018 yang selalu saling mensupport. Terima kasih kepada khususnya teman-teman dekat saya dan umumnya seluruh angkatan 2015 yang selalu menemani keseharian saya. Terima kasih kepada seluruh Bos-Bis dari angkatan-

| 28


29|

Bahasa Sabana

angkatan atas yang selalu menceritakan pengalamanpengalamannya dan selalu bisa memberikan pembelajaran kepada saya. Terima kasih kepada kuyakuyiku, kuyakuyi HANTAM yang telah menjadi eksekutor selama keberjalanan BP ini dan telah memberikan saya banyak pembelajaran dan evaluasi. Terima kasih pula kepada kuyakuyi BROMO yang turut serta meramaikan himpunan ini dengan semangatnya. Mohon maaf atas segala kesalahan yang telah saya perbuat selama di himpunan ini. Semoga seluruh penerus himpunan ini dapat terus mendapatkan banyak pengalaman dan dapat membuat himpunan ini semakin baik lagi. Semoga pula tulisan ini dapat bermanfaat.

Terima Kasih HMS ITB. Raditya Nareshwara Septiano - HMS15128


Bahasa Sabana

Intra Kampus Pada lingkup kampus ITB, HMS ITB membutuhkan badan khusus yang berperan dalam memeliharadan membina hubungan baik dengan pihak eksternal HMS ITB. Departemen Intrakampus merupakanbadan khusus (departemen) yang diharapkan dapat menjalin suatu hubungan yang komunikatif dankooperatif serta dapat menjadi sarana yang informatif kepada massa HMS ITB Secara keseluruhan evaluasi keberjalanan Departemen Intrakampus berdasarkan penjelasan yangtercantum pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Departemen Intrakampus telahmembina hubungan yang baik dengan pihak eksternal HMS ITB. Kami selaku kepala dan wakil kepala Departemen Intrakampus HMS ITB mengucapkan terima kasihdengan tulus kepada pengurus Departemen Intrakampus HMS ITB antara lain Ratna selaku sekretarisdan bendahara, Febri selaku Kepala Biro Hubungan Mahasiswa Jurusan, serta Terra selaku KepalaBiro Lembaga non-HMJ yang telah melalui satu tahun kepengurusan bersama-sama. Kami jugamengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh staf: Felia, Nabilla, Rossy, Annas, Artdhi, Audy, Lingga, Mulia, Ninda, Qin, dan Winda yang telah mengerahkan waktu, tenaga, dan pikiranuntuk mengukir kenangan manis bersama dalam setiap kegiatan di departemen ini. Terakhir, kamimengucapkan terima kasih kepada Badan Pengurus HMS ITB 2018 yang telah bersama-samamenjalankan kepengurusan

| 30


31|

Bahasa Sabana

untuk HMS yang lebih baik, serta Massa HMS ITB yang telah memercayakan Departemen Intrakampus pada kami. Demikian laporan pertanggungjawaban ini kami buat. Kami berharap agar laporan ini dapat dijadikanpembelajaran untuk kepengurusan selanjutnya. Semoga kesalahan dan kekurangan padakepengurusan kami dapat menjadi pembelajaran dan dapat diperbaiki pada kepengurusan yang akan datang.


Bahasa Sabana

Kisah Sendiri Terkadang kita ingin sesuatu berjalan dengan begitu cepatnya. Ingin sakit segera sirna. Ingin kesedihan segera terlupakan. Ingin rasa benci segera musnah. Namun kadang, kita juga ingin sesuatu bertahan selamanya.

Pemantik dan BPA Pertama, mari mulai dari pengalaman kadpas yang Saya alami. Waktu itu, tugas kadpas Saya hanyalah mewawancarai beberapa orang anggota HMS untuk dapat mengenal lebih jauh HMS. Tapi entah kenapa, secara berulang-ulang yang Saya dapatkan malah bentukan masalah-masalah HMS yang katanya menunggu Saya dan teman-teman Saya untuk menyelesaikan. Ya kuorum lah. Ya HMS ribet lah. HMS terlalu kritis lah. Lalu, Saya berpikir, ‘Jika semua orang merasakan hal yang sama, kenapa tidak ada tercipta solusi?’. Alih-alih solusi, jawaban yang Saya dapatkan waktu itu adalah ‘masuklah pada suatu sistem, temukan bug-nya dan perbaikilah’. Sebuah tantangan. Untuk menjawab tantangan tersebut, Saya memilih BPA sebagai wadah pembelajaran utama. Saya merasa BPA adalah tempat yang paling tepat dan sesuai untuk diri Saya yang idealis. Di BPA, Saya bertemu dengan bukan hanya sekadar rekan kerja namun keluarga baru. Muluk-muluk memang tapi jika kalian pernah bersama-sama dengan semangat hanya membicarakan

| 32


33|

Bahasa Sabana

HMS berjam-jam, dengan semangat datang ke kampus hanya untuk bersih-bersih sekre, dan bersama-sama selalu menemani memberikan usaha terbaik seikhlas-ikhlasnya, apalagi namanya? Bos Rikardy di akhir masa jabatannya sebagai Sekjen BPA pernah berkata ‘sebenernya yang bikin gua bertahan di BPA itu ya temanteman gua’, dan Saya setujui pendapatnya. Menjadi BPA bagi Saya berarti Saya harus jadi orang yang paling tau, paling siap ditanya ‘Ada apa di HMS saat ini?’. Bagi Saya itu memberikan sebuah tanggung jawab baru untuk semampunya selalu hadir di semua kegiatan HMS dan menjadi yang terakhir pulang untuk dapat mendengar semua pendapat, saran, kritik, apapun input dari anggota HMS. Saya lakukan hal tersebut dan lama-lama Saya merasa, kok, rasanya jadi aneh sendiri ya kalau tidak hadir di kegiatan HMS. Mungkin tidak semua orang dapat bertahan pada hal yang benar-benar tidak disukai namun selalu saran Saya adalah, cobalah semua kegiatan HMS setidaknya satu kali, dan dari sana dapat kalian tentukan rasa: “Tak kenal maka tak Sayang, tak tau maka tidak boleh tak suka.” Menjadi BPA tidak pernah Saya sesali. Dari BPA, Saya belajar bahwa memperbaiki sistem tidaklah semudah itu. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan (massa, waktu, dan dampak) serta banyak langkah (data, kajian, gagasan, revisi, pengesahan) sebelum keputusan dapat benar-benar sah. Tapi bukan berarti tidak mungkin. Keputusan yang dibuat di masa lalu belum tentu masih relevan dengan masa sekarang begitu juga masa sekarang

dengan

masa

depan.

Dengan

mendengar

dan


Bahasa Sabana

memperhatikan, HMS tentu dapat menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Semangat terus, BPA!

Futsal, Ping-pong, dan Kuya-Kuyi Alam Tidak adil rasanya kalau tidak menuliskan ini sebagai kisah HMS Saya karena ini part yang sangat seru! Bermula dari jadi manajer futsal saat masih jadi kuya hingga ikutan main futsal, punya banyak nomor lapangan futsal, latihan, latihan, lalu ketagihan. Padahal ga pernah tuh sebelumnya lihat orang main futsal apalagi tahu aturannya. Pingpong juga sama, baru main ketika jadi kuya. Tiap hari main sampai capek keringatan. Seru! Ditambah lagi teman-teman tim futsal putri dan para pengantri meja pingpong yang jago bikin jiwa kompetitif Saya makin tertantang hahaha. Gunung

atau

pantai?

Saya

awalnya

masih

tim

#KuyaKuyiPantai. Setelah Saya coba naik gunung, ternyata ada hal lain yang dapat dinikmati selain pemandangan. Yaitu, perjuangan. Naik gunung ga gampang loh. Apalagi dengan gengsi setinggi langit yang gamau terlihat lemah dan lelah (haha). Perjuangan yang paling utama adalah melawan diri sendiri untuk tetap konsisten mencapai puncak! Untuk tetap maju selangkah demi selangkah. Tak melulu tentang diri sendiri, perjuangan naik gunung juga merupakan perjuangan bersama. Saling berbagi, saling menjaga, saling bercerita, menginspirasi, saling menghargai.

| 34


35|

Bahasa Sabana

Sangat seru! Untuk semua yang ingin mendaki namun masih ragu dan takut, Cobalah!

Kadpas dan Jiwa yang Tak Ingin Pulang Pengalaman lainnya yang berharga untuk dibagi adalah ketika Saya memilih untuk mengambil bagian dalam pelaksanaan kadpas 2017. Untuk mulai bertindak sebagai executor. Mulai mencoba menguji aplikasi ide dalam suatu sistem. Disamping itu, sebenarnya Saya lagi malas pulang aja karena selama kuliah udah keseringan pulang (hehe). Bersama Edward Sinaga, Doni Sembiring, Alif M. Reza, Alyssa Anggriana, Anissa Dian, bersamasama kami belajar bermimpi, merancang, berdiskusi yang berujung debat (namanya juga belajar), menemukan masalah, dan mencari solusi. Mengenal HMS, mengenal ITB dengan berjalan-jalan malam menyusuri ITB, juga mengakrabkan diri dengan AlbertFaza-Gembul. Lalu seiring berjalannya waktu, datang pula temanteman lain yang turut membantu. Zaman dimana kami sedang sering-seringnya menginap di sekre, pulang hanya untuk mandi lalu balik lagi ke sekre. Rasanya sudah jadi mahasiswa himpunan seutuhnya ketika sudah pernah bermalam di himpunan. Dari Bos Bis 2013, kami belajar bagaimana melibatkan begitu banyak orang, satu angkatan, dalam sebuah perancangan. Agar tidak ada yang tertinggal. Agar hal ini menjadi mimpi bersama, pencapaian bersama. Dari Bos-Bis 2013 pula, kami belajar bahwa diksi penting, pemilihan diksi yang kurang tepat dapat


Bahasa Sabana

membawa pada banyak pemahaman. Bos Bis-ku yang selalu setia hadir dalam presentasi kami, membaca halaman demi halaman, setiap kata hasil pikiran kami, mengritisi dan memberi masukan. Pengalaman tersebut telah mengajari Saya untuk membaca dokumen dengan lengkap dan rinci. Sepele memang, tapi hal ini adalah

bentuk

usaha

memahami

menyeluruh,

dan

juga

penghargaan kepada penulis.

Dampak Sibades Saya bukanlah seseorang yang memegang jabatan di Sibades. Saya adalah penikmat Sibades dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatannya. Saya ingin bercerita pengalaman Saya setelah beberapa kali mengikuti survei Sibades. Sebelum Saya menjadi anggota biasa HMS, pengabdian masyarakat yang pernah lakukan hanyalah ke desa-desa untuk membagikan buku atau bermain bersama anak kecil. Bukannya Saya tidak simpatik atau apa, hanya saja Saya merasa pengmas yang selama ini Saya lakukan masih kurang bermanfaat. Namun hal yang berbeda terjadi ketika Saya selesai mengikuti survei Sibades, bahkan masih sebatas survei. Saya merasa ingin cepat-cepat sukses dan kembali membangun desa ini. Berbincang dengan Kepala Desa, berkeliling desa melihat kondisi nyata yang dialami, melihat rumah penduduk, melihat kondisi jalan desa, melihat tempat mck dan sistem perpipaan, melihat kegiatan masyarakat desa sehari-hari, dan mengetahui tingkat pendidikan masyarakat desa, membuat Saya merasa ‘Gua

| 36


37|

Bahasa Sabana

aja gamau hidup kaya gini, kenapa gua setega itu ya ngebiarin orang lain hidup kaya gini’. Maksud Saya adalah, ini loh sebenarnya yang dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan tiga tujuan perguruan tinggi (belajar dan meneliti itu dikampus, mengabdi kepada masyarakat itu harus turun langsung). Tulisan ini buat Saya adalah sebagai pengingat untuk diri sendiri (dan kalian) agar belajar yang giat dan kembalilah untuk membangun negeri ini.

Bos Nana dan Harapan Kepada Bis-Bis-ku Wahai Bis-Bisku! Retak hatiku pada nganga jurang pemisah antara laki-laki dan kita. Majulah terus dan kejarlah impian untuk melanjutkan studi ke negeri orang! Jangan lepaskan pena mimpi Puan demi berdiam diri. Mudahkah untuk bangkit kembali setelah ditampik dunia berkali-kali? Ku katakan kepadamu, siapa yang tau? Seseorang dapat menjadi Presiden yang baik hanya ketika dia menjadi Presiden dan mengusahakan yang terbaik. Kita semua memilih dalam buta dan hidup hanya sekali! Patah hatiku pada sekian dalih wanita untuk menyerah bangkit. Pada setiap aksi kita yang menundukkan pihak lain. Menjatuhkan orang lain hanya karena Sayap kita belum siap terbang. Patah hatiku tidaklah lebih remuk darimu. Walau begitu, aku menulis tulisan ini sebagai pengingat bagi kau dan aku kala meniti pilu. -mari kita maju bersama hingga tak lagi direndahkan maupun merendahkan(disadur dari puisi karya casseiraheavenly).


Bahasa Sabana

Semua pengalaman ini tak akan ada tanpa peran BPA HMS, K3WKS, angkatanku, Bos-Bis 2013, dan HMS ku. Terimakasih.

Galatia A.N. 15015052

| 38


39|

Bahasa Sabana

Perjalanan Saya Bersama HMS ITB HMS ITB adalah sebuah wadah yang memberikan saya banyak sekali pembelajaran. Saya dapat banyak pelajaran hidup selama berhimpun di HMS ITB. Semoga sedikit tulisan ini dapat membantu dan memberikan pembelajaran bagi teman teman semua untuk membuat HMS lebih jaya dan lebih baik lagi. Saya mengakui ada banyak kesalahan yang saya lakukan, ada banyak mimpi yang belum berhasil saya wujudkan. Oleh karena itu, semoga cerita ini dapat memberitahukan kegelisahan, kekecewaan dan masalah yang saya hadapi serta memberikan solusi kepada teman teman semua. Semangat nomor 1! Kaderisasi Pasif HMS ITB 2017 Kaderisasi adalah hal yang sangat melekat dalam sebuah himpunan. Kaderisasi adalah konsekuensi logis dari sebuah organisasi. Kaderisasi berperan vital dalam menjaga regenerasi anggota sebuah organisasi. HMS menggunakan kaderisasi berbasis angkatan yang melibatkan tiga angkatan aktif. Sudah sejatinya kaderisasi menjadi motor utama HMS ITB karena mau tidak mau kaderisasi harus dilakukan akibat anggota HMS yang berganti secara terus menerus. Oleh karena itu, diperlukan transfer ilmu dan peningkatan anggota yang baik demi keberjalanan HMS ITB ke depannya. Saya hanya akan membahas kaderisasi pasif karena menurut saya pembahasan akan kaderisasi makro adalah milik Departemen Kaderisasi HMS ITB.


Bahasa Sabana

Kaderisasi Pasif HMS ITB memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi saya. Peningkatan cara berfikir, peningkatan skill komunikasi dan tentunya wawasan-wawasan tambahan yang tidak akan didapat di kuliah. Membentuk orang adalah hal yang sulit, apalagi kita sebagai mahasiswa Teknik Sipil sama sekali tidak mempelajari tentang membentuk orang. Oleh karena itu perlu dilakukan ekstra effort untuk menyusun konten. Pembuat onar mungkin julukan yang tepat bagi saya saat Kaderisasi Pasif kepengurusan saya. Pak Abduh yang selalu kebakaran jenggot atas keputusan-keputusan yang saya lakukan. Angkatan BP yang selalu saya complain karena kurangnya kontribusi yang mereka berikan. Kemudian, angkatan swasta yang saya hormati yang selalu menjadi lawan debat dan hampir menjadi lawan berantam saya. Pelemparan kertas, pembubaran forum, pembahasan hingga subuh, ratusan seri push-up yang masih merupakan hutang sampai sekarang. Tapi, terima kasih banyak semua itu memberikan pelajaran bagi saya, membentuk saya menjadi pribadi dengan pemikiran dan tindakan yang lebih matang. Kegagalan dan makan hati adalah hal yang sangat melekat bagi saya mengenai Kaderisasi Pasif. Secara parameter tentu Kaderisasi Pasif telah tercapai. Namun, ada penyesalan yang timbul dalam benak saya. Menyesal belum membuat angkatan saya menjadi pengkader yang baik. Menyesal belum membuat angkatan saya dapat menjadi pembimbing yang baik dan setia di HMS ITB. Simpelnya begini teman teman semua. Kenapa kalian diajak untuk merancang bersama kaderisasi pasif dari jauh-jauh

| 40


41|

Bahasa Sabana

hari? Dituntut untuk semua berpartisipasi aktif dalam perancangan dan pelaksanaan. Dituntuk untuk hadir forum dan ditanya-tanya progress kaderisasi pasif. Itu semua agar kalian siap dan layak kalau ingin menuntut untuk adanya forum yang rame, untuk bisa bertanya dalam forum forum HMS dan untuk siap menjadi pembimbing yang setia bagi kemajuan HMS ITB. Jadi, jangan lupa berkontribusi sedini mungkin ya. Dan saya mendoakan agar kalian menjadi kader yang baik di HMS ITB. Untuk metode dan materi Kaderisasi Pasif semua itu adalah hal yang dibebaskan kepada Panitia Kaderisasi Pasif, namun penyamarataan pengetahuan dan keinginan untuk menjadi pengkaderlah adalah hal yang vital. Pengetahuan tersebut akan menjadi cikal bakal seorang kuya untuk menjadi BOS yang baik. BOS bagi saya adalah orang yang telah siap untuk membimbing, orang yang sudah memiliki pengetahuan yang cukup dan tentu orang yang punya komitmen akan hak dan kewajibannya sebagai anggota biasa HMS ITB. Oleh karena itu, saya berharap teman teman semua kelak menjadi BOS yang baik selama di HMS ITB, karena percayalah kalau kalian bisa menjadi BOS yang baik kelak kalian akan menjadi Direktur yang hebat atau kalangan professional hebat lainnya. Untuk Kadpas yang lebih baik, silahkan teman teman semua melakukan semua hal yang menurut teman teman perlu. Tapi, pastikan semua hal tersebut berdampak maksimal. Bagi saya pribadi tidak usah pertimbangkan kuantitas materi yang kalian berikan. Karena, selama ini terlalu banyak materi yang ingin diberikan melalui kaderisasi pasif. Alhasil, hasilnya kurang signifikan. Silahkan buat focus terhadap satu materi dan gunakan


Bahasa Sabana

variasi metode yang sebanyak mungkin hingga tertanam secara mendalam di peserta kader. Sudahlah ITB lupakan saja, jika kalian hanya melihat ITB ITB saja ya produk kadernya bakal begitu begitu saja. Kita ini berada di zaman Industri 4.0, cobalah berpikir lebih global. Kita ini akan kembali ke masyarakat. Lakukanlah kaderisasi yang membuat anggota HMS ITB menjadi solusi bagi masyarakat nantinya. Lupakan Himpunan lain, kejarlah kaderisasi yang dilakukan di luar negeri. Coba pelajari agar kalian memiliki pelaksanaan visi yang lebih jelas dan revolusioner. Membuat visi yang jelas itu bukanlah hal yang mudah. Mari kita berbicara mengenai kebutuhan. Lakukanlah pencarian data yang tepat sasaran dan kebutuhan yang benar-benar harus dipenuhi. Selama ini saya melihat adanya kekurangan dalam mencari kebutuhan yang benar benar diperlukan oleh HMS ITB. Analisis masalah dalam pemenuhan kebutuhan cenderung kurang tepat sasaran dan takutnya hal ini merembes kemana mana. Oleh karena itu, saya berpesan agar pankad nantinya bisa memulai melakukan pencarian data yang jelas sehingga menghasilkan pemenuhan kebutuhan yang tepat sasaran. Ya apagunanya kalau kalian bikin materi bagus bagus tapi ternyata bukan kebutuhan yang benar. Nyape-nyapein dong. Satu konten yang saya titipkan. PROFESIONALITAS, di zaman sekarang ini dimana atmosfir kompetisi sangat ketat dibutuhkan tenaga kerja yang sangat responsive dan tanggap menghadapi tugas tugas yang ada. HMS ITB sebagai organisasi pembentuk insinyur-insinyur sipil harusnya bisa membentuk calon calon tenaga kerja yang bisa menjadi kebutuhan bagi Industri 4.0.

| 42


43|

Bahasa Sabana

Calon tenaga kerja yang pintar, cerdas dan memiliki etos kerja yang baik. Pesan khusus buat kamu ketua kaderisasi pasif, Kaderisasi Pasif bukan hanya sampai kalian melantik anggota muda menjadi anggota biasa HMS ITB. Kakad adalah jabatan yang berlaku sampai kamu lulus dari Sipil ITB. Peran kamu tidak boleh kamu lupakan, jangan hilang. Ada BOS saya dulu berkata dan pernyataan ini sudah diakui oleh banyak BOS lainnya. Ada 3 jabatan krusial di HMS ITB, yaitu Ketang, Kakad, dan Kahim. Kakad adalah jabatan yang paling berat diantara ketiga itu. Ya jangan berkecil hati. Perbanyak ilmu dan mulai rangkul angkatan kamu. Lakukanlah revolusi kaderisasi. Hilangkanlah penindasan dan belajarlah untuk menghargai orang dan memosisikan diri dalam berbagai sudut pandang. Karena bagi saya kaderisasi sendiri berprinsip pada Pendidikan. Apabila tidak ada Pendidikan di dalamnya maka janganlah menyebutnya kaderisasi. Lakukanlah Pendidikan yang membuat seseorang memiliki otak yang bebas yang tau batas dan tau tempat dalam berpikir. Buatlah sebuah Pendidikan yang membuat orang tersebut merasa sepenuhnya dia dihargai dan membuat dia mau menghargai orang lain. Karena sejatinya Pendidikan berdasarkan Pauolo Freire adalah system yang bisa membebaskan manusia dari belenggu ikatan masa lalu untuk berkembang secara moral dan wawasan mencapai masa depan yang lebih baik untuk kepentingan bersama bukan kepentingan pribadi. Merubah HMS menjadi tempat yang nyaman untuk semua orang berkembang bukanlah hal yang mudah. Saya sendiri juga bingung jika harus ditanya HMS harus dibawa kemana sekarang ini. Namun, kegagalan anda semua adalah saat anda berhenti untuk


Bahasa Sabana

berubah, anda berhenti untuk berjuang, karena saat itu anda sudah melanggar hak dan kewajiban anda sebagai anggota biasa HMS ITB. Persiapkan mental kalian semua sebaik mungkin, perluaslah wawasan kalian sampai ke negeri jauh karena percayalah berkontribusi untuk HMS bukanlah hal yang mudah. Jika anda tidak siap untuk itu, menyerahlah. Lebih parah lagi jika anda tidak siap untuk kecewa janganlah menjadi anggota biasa HMS ITB. Memperbaiki dan memajukan HMS tidak bisa dilakukan oleh satu forum, dua forum dan tiga forum. Memperbaiki dan memajukan HMS tidak bisa dilakukan oleh satu orang, dua orang dan tiga orang. Tapi memperbaiki dan memajukan HMS bisa dilakukan dengan semua forum melibatkan semua anggota biasa HMS ITB. Saya tidak ingin teman teman HMS semua menyerah pada HMS akibat kenyataan di atas. Saya tidak ingin teman teman semua kalah dengan mental awal teman teman semua dan membiarkan HMS begini-begini saja. Tidak ada yang tahu, mungkin nanti salah satu dari anda yang membaca tulisan saya ini merupakan bagian dari sejarah besar HMS ITB. Anda menjadi seorang atau banyak orang yang ambisinya akan HMS ITB tidak bisa dikalahkan oleh mental jelek anda, karena mental anda telah berhasil menjadi mental hebat yang nantinya akan dibutuhkan oleh negara ini. Itu semua bermula dari anda, seseorang atau banyak orang yang berhasil merubah HMS ITB dengan baik. Anda hanya boleh menyerah bila anda merasa benar benar tidak ada kesempatan lagi atau dengan kata lain anda telah dinyatakan lulus dari himpunan ini. Jangan pernah kalian merasa minder kepada orang lain di HMS ITB, selalu perjuangkan ide gagasan perubahan kalian di HMS ITB.

| 44


45|

Bahasa Sabana

MEJA OM YANG KUCINTA Meja om adalah tempat yang sangat bersejarah dan akan sangat saya rindukan nantinya. Saya berharap teman teman semua bisa merasakan nikmatnya meja om dan banyak kenangan bersamanya. Saya merasa harus benar benar menulis ini, sebuah tulisan apresiasi khusus buat meja yang menemani kehidupan perkuliahan saya selama ini. Mari kita mulai dengan dukanya. Duka disini adalah duka yang bermanfaat. Meja om adalah meja pembantaian bagi saya. Berkalikali saya telah dibantai di meja ini terutama pada zaman kaderisasi pasif. Pembahasan konten yang hingga subuh larut. Dingin yang menusuk membuat otak saya berpikiran lebih baik saya dibantai berkali-kali di meja tersebut. Menurut saya pribadi, saya harus berterima kasih sebesarbesarnya kepada Meja OM atas pembelajaran yang saya alami di sana. Berbincang singkat dan berdiskusi dalam adalah kebiasaan yang terjadi di HMS ITB, dari yang awalnya hanya bercanda berakhir dengan pembahasan isu-isu yang cukup menarik. Mulai dari pembahasan agama hingga pembahasan infrastruktur pernah saya bahas bersama rekan rekan di meja om. Sungguh lucu bila diingat-ingat kembali percakapan yang pernah saya alami di meja OM. Meja OM juga merupakan sumber kebahagiaan saya di sekre HMS ITB. Kalau ibarat istana, ya meja OM itu Tahta Kerajaannya HMS lah. Sudah banyak orang orang luar kita tundukkan di meja tersebut. Bahkan, bisa saja kita sebut meja itu


Bahasa Sabana

adalah meja legendaris. Meja om adalah tempat bagi saya untuk bertemu dan mengenal lebih dekat anggota biasa HMS ITB. Saya berharap teman-teman semua bisa memanfaatkan dan menjaga meja OM agar tetap menjadi meja yang legendaris dimana terjadi pertukaran ilmu dan pengetahuan di Meja tersebut. Saya juga berharap teman teman semua bisa memanfaatkan instrument lain di sekre selain meja om. Saya berharap HMS benar benar bisa menjadi wadah pertukaran ilmu dan pengetahuan bagi kita semua. Saya menitip pesan jangan sampai meja om menjadi sepi dan mulai kehilangan tuan rumah. Yang saya maksud di sini jangan sampai HMS kehilangan budaya diskusinya. Diskusi adalah kegiatan yang sangat bermanfaat untuk penemuan dan pengolahan ide serta wawasan. Terima kasih banyak Meja OM. ITB CIVIL ENGINEERING EXPO Mari kita buka-bukaan saja, sampai saat ini saya belum pernah mendaftar menjadi Ketua ICEE. Saya sama sekali belum mengisi formulir pendaftaran BP HMS ITB angkatan saya. Awalnya saya hanya coba coba berpikir membantu menyusun tapi pada akhirnya kebablasan. Jadi, saya adalah PJS ICEE 2019 (Penanggung Jawab Selamanya ICEE 2019). Mungkin teman teman bertanya kenapa saya tidak mendaftar. Ya sudah cukup jelas saya ragu dan saya takut. ICEE bukanlah sebuah hal yang mudah. ICEE bukan Mugal anak UI, ICEE bukan kampung Jazz anak Unpad. Apa daya jual yang bisa ICEE berikan? Toh ini acara yang sifatnya edukatif bukan entertaining. Makanya kadang saya suka heran sekaligus respect

| 46


47|

Bahasa Sabana

kalau ada orang yang mau ngurusin ICEE. “Ya iyalah tu acara kalau kenapa-kenapa mau lu suruh Bapak lu yang tanggung”. Tapi pada akhirnya saya kebablasan. Tapi tidak apa-apa sebab banyak pembelajaran yang saya peroleh. Pertama tama, saya jelaskan dengan alasan alasan konkrit kenapa ada keraguan yang besar. 1. Gengsi Acara ICEE sebelumnya sudah baik. Berarti ada beban moral untuk menyusun konten acara yang lebih baik lagi. Semakin baik maka akan semakin besar tantangannya. Mengalahkan CENS UI juga sangat menarik. Gengsi dong sama kampus sebelah. Yang kampus Teknik kan kita, harusnya acaranya lebih gede kita dong. 2. Kesibukan Kesibukan HMS sangat padat, proker ada banyak demikian juga sumber daya yang tidak terlalu melimpah. Oleh karena itu pengaturan waktu adalah hal yang sangat penting dalam kepengurusan ICEE. Ingat nih teman teman semua, saya banyak banget cabut kuliahnya nih ngurusin ICEE. Tapi ini bukan contoh yang baik ya, cuman mau gimana lagi. 3. Dana RAB awal 400an juta. “400 Juta boi! lu mau cari duit darimana?”. Di awal awal sih saya udah sangat panik sampe bulan ke-10 dana juga masih 40 juta kan pipis celana ngeliatnya. Kemudian kondisi eksternal seperti tahun politik membuktikan susahnya mendapatkan duit untuk dana ICEE kali ini. Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dana bisa terkumpul. 4. Geografis (Jakarta – Bandung)


Bahasa Sabana

ICEE sangat melibatkan pihak pihak eksternal. Lokasi dari pihak eksternal berada di Jakarta. Oleh karena itu, panitia membutuhkan effort lebih untuk pulang-pergi Jakarta-Bandung selama masa perkuliahan demi mengontrol persiapan acara terutama persiapan konten dan sponsorship. Belum lagi setiap perjalanan ke Jakarta belum tentu berakhir manis, ada beberapa perjalanan yang berakhir mengecewakan. 5. Kemageran dan Kekecewaan Ber-HMS Setelah zaman Kadpas saya sudah sempat berpikiran mager mageran dalam ber-HMS karena kekecewaanlah hal yang selalu saya dapatkan saat berHMS. Kehidupan kuliah yang santai sangat menarik untuk diambil. Kelima poin di atas merupakan pertimbangan saya kenapa harus ragu untuk mengambil amanah menjadi ketua ICEE. Bila ada calon ketua ICEE yang tidak memikirkan hal-hal di atas maka jangan berani-beraninya mengambil amanah untuk mengurus ICEE. Saya sendiri masih belum percaya saya bisa menyelesaikan ICEE berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas. Selanjutnya mari kita lanjutkan dengan perjalanan saya mewujudkan ICEE. Pertama-tama saya harus sangat bersyukur atas pengalaman saya menjadi Kakad karena benar benar mengajarkan saya bagaimana membawakan ide yang kita punya kepada pihak luar. Skill komunikasi dan argumentasi saya pun telah terlatih untuk berbicara dengan banyak pihak. “HMS tau apa yang HMS lakukan�. Kalimat tersebut merupakan kalimat yang menjadi landasan saya saat berhadapan dengan pihak luar ITB. Ya mau minta dana banyak, mau minta Menteri ngomong masa sama acara sendiri masih bingung kan ga masuk akal bro.

| 48


49|

Bahasa Sabana

1. Penyusunan Konten Penyusunan konten acara adalah hal yang sangat seru dan challenging bagi saya pribadi. Karena di sini saya belajar banyak hal, mendapatkan informasi-informasi baru dan pastinya bertemu dengan orang orang hebat. Banyak juga kenyataan dunia yang saya pelajari selama menyusun konten acara. Saya menyimpulkan dalam hidup di dunia nyata kita harus menyenangkan semua pihak. Tidak boleh ada pihak yang merasa dirugikan. Kalau ada yang dirugikan ya acara kita tidak dibeli. Unsur unsur politis juga untuk pertama kalinya saya rasakan saat menyusun konten acara ICEE. Dibantai oleh pihak luar juga sering saya rasakan, mulai dari mereka kurang suka dengan kontennya ataupun hal hal lainnya. Namun, saya sangat mensyukuri hal tersebut karena membimbing saya menjadi pemikir yang lebih kompleks lagi. 2. Pulang Pergi Jakarta Bandung Hal ini adalah yang paling berkesan bagi saya karena sangat sering dilakukan. Dimana kuliah harus dikorbankan tapi ya tidak apa-apa daripada malu saat Hari H acara tidak terlaksana. Perjalanan yang memakan waktu 3-7 jam di tol Jakarta Bandung membuat saya mengenal lebih dekat teman teman saya dan menyadari betapa kerasnya hidup. Berangkat dari Bandung jam 5 pagi kemudian sampai di Bandung lagi jam 2 atau 3 pagi mengajarkan saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena saya masih aman selamat dalam perjalanan tersebut. 3. Bertemu direktur, ahli, dan Menteri Hal ini adalah bonus bagi saya selama keberjalanan ICEE. Dimana saya dapat kesempatan diberikan wejangan dari orang orang hebat. Banyk insight yang saya dapatkan terkait


Bahasa Sabana

pembangunan negara ini. Tidak lupa juga saya mendapatkan banyak informasi terkait dunia pekerjaan. Dari lubuk hati saya, ada cita-cita untuk bisa mencapai level orang-orang ini. 4. TIM ICEE Penyesalan terbesar saya adalah saya kurang memiliki waktu lebih dekat untuk mengenal semua orang yang bekerja bersama saya. Kondisi internal tim yang kurang baik juga merupakan penyesalan terbesar saya namun at the end saya yakin masalah ini bisa diselesaikan atau didamaikan karena saya percaya semua anggota inti di tim saya adalah orang orang professional yang memiliki etos kerja sangat baik. Pertimbangan saya adalah apabila acara tidak bisa berjalan maka ada malu yang sangat besar yang ditanggung HMS ITB, bayangin aja kalau ICEE ga jalan gimana? Saya mengorbankan kondisi internal tim demi mengamankan posisi ICEE di eksternal. Namun semoga ke depannya internal ICEE bisa lebih baik lagi dalam hal manajerialnya. Tapi saya benar-benar sangat bersyukur mendapatkan orang-orang hebat yang bekerja bersama saya selama kepengurusan ICEE kali ini. Saya juga menyesal tidak bisa membagikan semua ilmu dan pengalaman yang saya dapat selama mengurus ICEE kepada seluruh anggota HMS ITB terutama staff ICEE, bukannya saya tidak ingin melibatkan staff namun kondisi lapangan yang sangat dinamis mengharuskan panitia inti untuk membuat keputusan baru secara terus menerus. 5. Pujian pihak luar Hasil tidak akan pernah menghianati kerja keras yang kita lakukan. Begitu pula setelah ICEE terlaksana, walaupun banyak eval-eval yang masih harus dibenahi ke depannya tapi saya dan kita

| 50


51|

Bahasa Sabana

semua harus berbangga karena ICEE mendapat banyak sorotan positif dari pihak luar. Seluruh civitas akademik ITB yang terlibat menitip salam bangga dan selamat kepada seluruh panitia karena ICEE dianggap sangat baik. ALSI (Alumni Sipil ITB) merasa bangga kembali dan kangen terhadap HMS karena melihat ICEE terlaksana dengan baik. Saya pribadi mendapatkan ucapan selamat langsung dari petinggi ALSI karena suksesnya ICEE ini. Selain itu, banyak pihak sponsor yang merasa puas bekerja sama dengan ICEE selama ini. Saya berharap ke depannya ICEE ini bisa menjadi wadah kolaborasi yang sangat baik demi meningkatkan hubungan ketekniksipilan antara banyak pihak terutama pihak yang pernah merasakan hidup di SIPIL ITB. Harapan saya ke depannya ICEE bukanlah sebuah eksistensi, saya mengakui pada kepengurusan saya ICEE terasa seperti milik beberapa orang saja. Hal ini kembali saya ingatkan bahwa ICEE dipersembahkan untuk seluruh anggota biasa HMS ITB jadi sudah selayaknya anggota biasa HMS ITB ikut berperan aktif dalam perkembangan ICEE. Saya juga berharap besar ke depannya ICEE benar benar bisa memonopoli dunia Teknik sipil di Indonesia. Menurut saya pribadi, saya sudah sampai ke level CENS UI yang sudah 16 tahun berjalan bahkan berani saya bilang bahwa kita telah melampaui CENS UI sebagai competitor terdekat. Tapi ini bukanlah hal yang penting, ini hanyalah bonus tambahan. Paling penting bagi saya adalah ICEE terus melakukan terobosan-terobosan baru yang merupakan kebutuhan bagi masyarakat Indonesia dan bisa menjawab permasalahan yang ada di Indonesia ini. Oleh karena itu, diperlukan semangat kerja keras dan pantang menyerah dalam


Bahasa Sabana

mencari wawasan kemudian mengembangkan ide ide untuk membangun ICEE yang terus menerus semakin membaik. Untuk HMS yang lebih jaya saya titipkan HMS dan ICEE. Terima Kasih Banyak HMS ITB Sudah hampir tiga tahun saya aktif bergabung bersama HMS ITB. Sudah banyak pelajaran yang saya dapatkan di Himpunan ini. Saya juga sudah merasa cukup bangga atas diri saya sendiri karena saya merasa saya selalu memberikan yang terbaik untuk setiap tanggung jawab saya di HMS ITB. Ada banyak kekecewaan dan kegagalan yang saya alami tapi yang terpenting adalah kita tidak menyerah, kita tetap mau berkontribusi untuk HMS ITB. Ingatlah selalu, HMS adalah anggota, bukan jahimnya bukan logonya bukan sekrenya. Kalian semua adalah HMS, maka berkontribusilah dan buatlah HMS bermakna. Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh anggota HMS ITB atas bantuannya dan bimbingannya kepada saya selama menjadi anggota HMS ITB. 1. Arya M Akbar, selaku Ketua Angkata HMS ITB 2015 yang memposisikan dirinya sebagai payung bagi angkatan yang saya cintai ini. 2. Doni W. Sembiring, Alif M. Reza dan Galatia A. N. selaku teman teman setia saya selama kaderisasi pasif berlangsung tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada panitia lainnya. 3. A. Renaldy Pratama selaku Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Sipil ITB yang selalu sabar menghadapai permasalahan yang dihadapi.

| 52


53|

Bahasa Sabana

4. Bos 2014, Bos 2013 dan Bos atas lainnya yang telah baik dan setia menjadi pembimbing saya yang tidak bisa saya sebutkan Namanya satu per satu. 5. Bapak Muhammad Abduh selaku ketua program studi Teknik sipil yang selalu memberikan ujian-ujian dan tantangan kepada saya selama keberjalan berhimpun saya di HMS ITB. Beliau merupakan pihak eksternal yang membuat saya lebih berkembang lagi. 6. Kuya-Kuyi Hantam dan Kuya-Kuyi Bromo yang akan selalu siap mengembangkan dirinya dan berkontribusi untuk HMS ITB yang lebih baik lagi. 7. Yang sangat saya cintai seluruh Ring 1 ITB CIVIL ENGINEERING EXPO 2019 atas seluruh kontribusi nyatanya selama ini. Akhirnya saya memberikan terima kasih khusus kepada angkatan saya SIPIL ITB 2015, “KUYA KUYI SABANA� atas kebersamaan, duka dan kebahagiaan yang telah dijalani bersama hampir tiga tahun ini. Semoga kita semua diberikan kelancaran dalam karir kita ke depannya dan terutama dalam mengahadapi Tugas Akhir ini. Saya mengucapkan terima kasih sebesar besarnya, saya titipkan HMS ITB kepada penerus penerus selanjutnya. Semangat nomor 1!


Bahasa Sabana

“Orang yang masih berdiri setelah dihantam dengan badai tidak akan terganggu dengan angin, tidak akan terganggu oleh hujan. Namun dia akan terus berdiri dan berusaha terus menerus demi menunggu dan mewujudkan hari yang lebih cerah�. HMS membuat saya menjadi orang yang masih berdiri setelah dihantam badai.

Hormat Saya, Edward Deming Sinaga (15015146) Ketua Kaderisasi Pasif HMS ITB 2017 Ketua Pelaksana ITB Civil Engineering Expo 2019

| 54


55|

Bahasa Sabana

SATU TAHUN PENUH WARNA Perjalanan kehidupan sebagai seorang kepala departemen di HMS ITB merupakan pengalaman penuh warna yang tidak pernah kusangka sebelumnya. Berawal dari rasa penasaran akan sebuah departemen baru bernama ekstrakampus, keseruan dan kebahagiaan selama menjadi staff, hingga memberanikan diri menjadi bagian dari Badan Pengurus Pelopor Perjuangan, Kepala Departemen Ekstrakampus 2018/2019. Keberjalanan sebagai kepala departemen akan segera berakhir selama satu tahun berjuang, sisa pengalaman yang hanya dapat dikenang. Kepala Departemen Selama menyandang status sebagai anggota biasa HMS ITB, banyak cerita yang sebenarnya membuatku ragu akan keaktifannya. Sebagian pihak sering meragukan akan manfaat yang didapat dibanding perjuangan yang diberikan. Keraguan pun muncul dari faktor diri sendiri akan kekhawatiran bila jenuh dalam menjalankan amanah. Keraguan ini tidak kubiarkan berlarut lama, keberanianku segera diperkuat untuk melawan dan membuktikan bahwa keraguan tersebut hanyalah cerita lama. Apa yang akan kudapatkan merupakan apa yang akan kulakukan. Satu tahun berjalan, tak disangka keraguan tersebut tidak kutemukan. Menurutku, kunci dalam menjalankan keberjalanan ini adalah dukungan dan keyakinan. Tak disadari, dukungan telah mendorong untuk selalu tetap ceria dan bersemangat selama menjalankan amanah. Bentuk kontribusi dari tim Departemen


Bahasa Sabana

Ekstrakampus 2018/2019 yang mencakup wakil kepala departemen, sekretaris dan bendahara, kepala dan wakil kepala biro, staff, staff magang, wakil ketua himpunan, maupun pengawas telah menemani dan mendukung keberjalanan setahun. Dukungan lain pun dirasa melalui perlindungan ketua himpunan, kekompakan Badan Pengurus, dan dukungan moral dari segenap keluarga besar HMS ITB. Selain itu, keyakinan merupakan faktor dari diri sendiri yang membuat diriku percaya akan amanah yang dijalankan. Alhasil, amanah sebagai kepala departemen pun telah kujalankan dengan tetap ceria dan bersemangat. Perjalanan Departemen Keberjalanan Departemen Ekstrakampus 2018/2019 diawali dengan masa-masa audiensi yang dirumuskan bersama tim yang telah terbentuk sementara, sebelum memiliki staff. Berkumpul bersama wakil kepala departemen, sekretaris dan bendahara, kepala dan wakil kepala biro, serta wakil ketua himpunan di One Eighty Music and Coffee seusai kuliah merupakan momen yang tidak dilupakan untuk brainstorming bersama dalam menentukan rencana satu tahun ke depan. Masa-masa audiensi juga diramaikan oleh intensi berkumpul dan rapat bersama temanteman badan pengurus lainnya. Puncak masa ini diramaikan pada audiensi departemen yang diramaikan oleh dukungan keluarga besar HMS ITB. Kegiatan awal pada departemen ini diwarnai melalui ketiga program kerja yang dilaksanakan secara berurutan, hari Kamis hingga hari Sabtu. Ketiga kegiatan ini mencakup Sambut Hangat SMKN 2 Pengasih, Sambut Hangat Universitas Fajar Makassar,

| 56


57|

Bahasa Sabana

dan Kunjungan Lapangan ke Cisumdawu bersama ALSI ITB. Pada ketiga kegiatan ini, staff belum tergabung pada departemen. Kondisi ini membuat keberjalanan departemen menjadi sangat menantang di awal kepengurusan. Staff pun bergabung pada hari Jumat seusai Sambut Hangat Universitas Fajar Makassar dengan makan pizza bersama di selasar mekflu. Sebuah impian untuk membawa HMS ITB keluar kota dengan melakukan studi banding segera diwujudkan pada akhir semester genap. Kegiatan semester diakhiri dengan kunjungan ke Surabaya, yakni Universitas Kristen Petra dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Satu hari sebelum keberangkatan, kami sebagai tim departemen berkumpul bersama merumuskan agenda perjalanan secara lebih rinci. Pada kegiatan ini, apresiasi sangat kurasakan antar-anggota pada tim ini, kami dapat terus bersemangat untuk menjalankan kegiatan penjelajahan Surabaya. Tujuh belas jam berada di kereta api merupakan keadaan yang terdengar sangat membosankan, namun tidak pada diriku. Lama waktu tersebut aku manfaatkan untuk bonding bersama badan pengurus dan juga staff departemen yang hampir seluruhnya ikut. Kondisi di perjalanan maupun kunjungan Universitas sangat menyenangkan dan kami pun belajar banyak. Seusai perjalanan, impian untuk HMS ITB menjelajahi luar Provinsi di Jawa Barat pun akhirnya dapat terwujudkan. Libur akhir semester merupakan waktu libur yang berbeda dari biasanya. Libur akhir semester diwarnai dengan kesibukan kerja praktik dan masih tak terlepas dari kegiatan departemen. Kegiatan-kegiatan inilah yang kurasa dapat memperkuat tim departemen di mana saat libur kami masih berkumpul bersama dan


Bahasa Sabana

menyiapkannya. Kegiatan selama liburan ini mencakup Halal Bihalal, Temu Warga I FKMTSI, dan Turnamen Futsal HMS x ALSI ITB. Kegiatan Turnamen Futsal merupakan kegiatan yang sangat tidak disangka, kami sebagai tim departemen sangat sibuk dalam menyiapkan persiapan maupun pelaksanaannya. Setelah kegiatan ini pun, apresiasi dari ALSI ITB sangat tinggi, juga dengan pembubaran panitia melalui makan bersama di Shabuhachi, dan membuat semangat kami semakin bertambah untuk menghadapi semester baru. Semester baru sebagai perjalanan dari kepala departemen pun dimulai. Pada semester ini, HMS ITB sangat diramaikan oleh tamu-tamu yang ingin berkunjung selama keberlangsungan kuliah, yakni sebanyak delapan universitas. Kegiatan ALSI ITB pun tetap diramaikan dengan adanya kegiatan reuni angkatan 2008 dan 1998. Pada titik-titik momen tertentu, semangat kami pun sempat turun dan jenuh. Namun tak lama, kejenuhan pun hilang dengan warna-warni kehadiran tim departemen yang senantiasa menemani. Semangat pun bertambah pada suatu hari ketika tim kami diperluas oleh staff magang departemen yang dibuka dengan makan martabak bersama di sekretariat himpunan. Tak terasa satu semester berlalu, dan libur akhir semester kembali dirasakan. Pada libur ini, departemen kami terlepas dari kegiatan-kegiatan biasa, kami hanya berusaha untuk persiapan HMS Jelajah POLBAN di hari pertama masuk kuliah pada semester berikutnya. Keberlangsungan HMS Jelajah POLBAN sangat meriah. Perjalanan kampus sangat membuka wawasan akan politeknik terkait ketekniksipilan. Sambutan dari mereka juga sangat luar biasa, kami sangat merasa terapresiasi.

| 58


59|

Bahasa Sabana

Akhir masa kepengurusan pun mulai dihadapi. Bukan rasa jenuh ingin menyelesaikan sisa waktu, melainkan rasa ingin memanfaatkan sisa waktu dalam menjalankan amanah. Kegiatankegiatan HMS ITB di awal semester sangat kunikmati hingga tiba waktu puncak akhir ini, yakni Laporan Pertanggungjawaban. Sebagai bentuk apresiasi terhadap seluruh tim departemen, bersama wakil departemen dan wakil ketua himpunan, kami menyiapkan sebuah kaleiodoskop perjalanan satu tahun departemen kepada setiap anggota tim departemen. Hari laporan pertanggungjawaban merupakan hari yang sangat luar biasa bagiku, apresiasi terbesar sangat kurasakan. Akhir Kata Satu tahun segera berakhir, tak banyak lagi yang dapat dilakukan, melainkan mengenang segala pengalaman yang penuh warna ini. Teruntuk kalian yang akan meneruskan, maknai pengalaman yang sudah kalian jalankan dan ciptakanlah sebuah pengalaman baru yang lebih berwarna. Hargai waktu sedini mungkin karena penyesalan selalu datang terlambat. Jangan lupakan keyakinan diri sendiri dan hargai setiap dukungan yang didapat, karena dua hal ini yang dapat menguatkan diri dalam berorganisasi di HMS ITB.


Bahasa Sabana

Terima kasih kepada seluruh anggota tim Departemen Ekstrakampus 2018/2019, ketua himpunan, teman-teman Badan Pengurus Pelopor Perjuangan, dan seluruh keluarga besar HMS ITB yang telah berkontribusi dalam memberikan warna satu tahun yang tak terduga. Kelak pada tahun berikutnya kita bisa mendapatkan sebuah pengalaman baru yang lebih berwarna dan senantiasa untuk terus menghargainya.

Keza Harsono 15015160 Kepala Departemen Ekstrakampus HMS ITB 2018/2019

| 60


61|

Bahasa Sabana

"Jangan Jadi Pecundang HMS" Sejak awal HMS menerima ku sebagai anggota biasanya, aku memilih untuk belajar di Badan Perwakilan Anggota HMS ITB, badan legislatif tertinggi di HMS ITB. Awalnya dengan mimpi untuk dapat belajar mengenai sistem dan melatih kemampuan berpikir kritis sehingga mampu membuatku bersaing di dunia kerja. Tapi apa yang ku dapat? Lebih. Aku mendapatkan keluarga. Sampai akhirnya aku di amanahkan untuk menjadi Sekretaris Jenderal BPA HMS ITB. Berat awalnya untuk ikhlas menerima amanah ini. Namun demi keluarga yang aku cintai ini, aku membulatkan tekad. Semua pesan bos-bis terdahulu coba ku ingat, agar tidak salah jalan yang akan ku buat. Salah satu yang paling ku ingat adalah "Jangan jadi pecundang HMS". Awalnya tidak terlalu ku pahami maksudnya, tapi ku maknai sebagai pesan untuk tidak pernah mengecewakan keluarga yang kupunya. "Visi-Misi apa yang kamu bawa untuk menjadi sekjen BPA" kata seorang bos pada malam sertijab ku. "Menjamin terciptanya kekeluargaan di BPA, Bos. Karena menurutku BPA itu sudah jelas tugas dan wewenangnya, tinggal bagaimana kekeluargaanya harus terus terjaga." jawabku dengan polos. Dalam hati selalu selalu ku tanam konsep itu. Aku bersumpah tidak boleh ada anggota BPA yang tidak merasa nyaman untuk belajar di badan ini. Tapi ternyata itu menjadi bumerang ku.


Bahasa Sabana

Konsep menjaga kenyamanan ku artikan sebagai menuruti keinginan semua orang. Aku meragukan dedikasi anggota ku dengan meminimalisir kemungkinan BPA menggangu prioritas lain mereka. Tapi apa yang ku korbankan? Idealisme, perubahan, dan pembelajaran. Ku biarkan kebijakan-kebijakan tidak menjunjung keidealan yang ada. Ku biarkan stagnanisme HMS tetap berlanjut. Ku biarkan adik-adik ku berjalan tanpa menerima banyak pembelajaran. Ku biarkan wajah BPA malu. Agar apa? sekedar agar HMS tidak "merepotkan� anggotaku. "Jangan jadi pecundang HMS". Baru sadar aku maksudnya. HMS butuh orang-orang yang mau berkorban. HMS perlu pemikiran-pemikiran luar biasa dari anggotanya. Sebagai Sekjen seharusnya bisa ku usahakan itu. Tapi tidak. Aku adalah pecundang HMS. Kalau bisa ku ubah Visi-Misi ku di awal, bukan menjamin terbinanya kekeluargaan di BPA HMS ITB, tetapi menjamin adanya BPA HMS ITB sebagai satu keluarga yang utuh dapat menjamin keberjalanan HMS ITB yang ideal dan sesuai dengan kebutuhan anggota. Maaf sebesar-besarnya ku berikan seluruh anggota HMS. Maaf sebesar-besarnya kuberikan ke pada BP dan Senator angkatanku. Maaf sebesar-besarnya kuberikan kepada temanteman dan adik-adikku di BPA. Tulisan ini ku buat bukan untuk klarifikasi atau penyeselan, tapi agar teman- teman tahu siapa yang harus disalahkan. Kuharap ini tidak terulang di adik-adikku yang kubanggakan. Semoga kalian bisa kembali membawa BPA sebagai ujung tombak pergerakan roda organisasi HMS ITB yang tercinta. Dengan Semangat Ayo Maju Terus, Hidup HMS ITB! Leonardo Bagas Ernowo 15015026

| 62


63|

Bahasa Sabana

#BANGUNDIRIBANGUNEMPATI Cerita Perjalanan Kami-SIBADES 2018 Menjadi salah satu bagian dari BP Pelopor Perjuangan merupakan pengalaman yang sangat berarti bagi saya. Terkhusus dalam menjalankan peran sebagai ketua SIBADES. Dari dulu saya memang punya keresahan yang besar terkait keberjalanan SIBADES yang saya alami, gemes banget pengen ngutak-atik SIBADES biar jadi lebih baik. Namun entah kenapa, saya masih tidak percaya diri untuk memimpin secara langsung organisasi ini, ngerasa masih belum siap, masih belum pantas, dan pesimismepesimisme lainnya. Namun si pak kahim kita tercinta dan beberapa teman sekitar saya terlihat sangat percaya kalau saya bisa memimpin SIBADES biar jadi lebih baik. Singkat cerita akhirnya saya luluh dengan segala puja puji mereka, dan saya pun resmi mencalonkan diri jadi ketua SIBADES. Menjadi calon ketua tentu saja membuat saya harus mempersiapkan banyak hal, mulai dari nanya-nanya ketua tahun lalu, baca-baca file lpj yang tebelnya masyaallah, berdiskusi dengan pakar-pakar pengmas di kampus, dan tentu saja mulai bergerak untuk menjebak orang-orang mau ikut ngurus SIBADES bersama saya (re: mencari pengisi organogram). Dan rasanya saya sangat bersyukur ketika berhasil menemukan orang-orang dengan keinginan yang tak kalah kuat untuk membantu bersama-sama menjadikan SIBADES menjadi lebih baik. Setelah melalui serangkaian cobaan sebut saja salah satunya audiensi, saya dan tim akhirnya diresmikan sebagai pengurus SIBADES 2018. Mimpi


Bahasa Sabana

yang kami bawakan untuk SIBADES 2018 ini adalah #BangunDiriBangunEmpati (tribute to singgih yang sudah menemukan hashtag ini sehingga memudahkan saya dalam menjelaskan visi misi SIBADES 2018). Dengan diresmikannya kami sebagai tim dengan saya sebagai kaptennya, maka dimulailah perjalanan panjang dalam kepengurusan ini.  Perjalanan panjang organisasi ini pun dimulai dengan perjalanan juga, dimana saya dan tim harus berjalan-jalan untuk mencari desa-desa potensial demi terlaksananya kegiatan puncak atau bekennya disebut Main Event SIBADES. Awalnya sih pengen nyari-nyari yang deket-deket aja ya maksimal satu setengah jam lah, tapi karena mungkin saya banyak maunya, perlahan-lahan desa yang udah kita kunjungi di radius waktu tempuh segitu dicoret dari daftar karena dirasa tidak sesuai. Radius perjalanan pun ditingkatkan jadi maksimal 2 setengah jam, desa-desa yang dikunjungi pun jadi lebih banyak dan memiliki beragam permasalahan yang berbeda, tapi lagi-lagi desa yang diidamidamkan tak kunjung bersua, sehingga perjalanan pun terus dilanjutkan. Kalo dibilang capek ya capek banget, tiap minggu loh itu “jalan-jalan” berpuluh-puluh kilometernya. Waktu surveynya sih seru, bisa ketemu warga desa yang ramahnya luar biasa, ketemu spot-spot foto yang instragram-able, dan yang terpenting mendapatkan pembelajaran yang rasa-rasanya ga akan dapet dengan 6 tahun berkuliah di sipil. Tapi bagian tidak seru-nya adalah ketika pulang, sesuatu yang menanti ketika pulang itu (re: tugas) “sungguh membuatku ingin tinggal di desa saja (azrul,2018)”.

| 64


65|

Bahasa Sabana

Belum lagi kalau ada yang bilang “Enak banget coy kerjaan lu jalanjalan doang tiap minggu”, hehe cobain deh bro, pegel tuh bokong.  Tak berasa perjalanan-perjalanan terus dilakukan setiap minggunya, hingga akhirnya tibalah di penghujung semester 6 yang berarti sudah lewat sebulan dari timeline yang padahal kami bikin sendiri. Oleh karena-nya, saya dan tim pun mulai meninjau ulang parameter-parameter yang harus kami penuhi. Saya pun sadar ternyata selama ini saya terlalu egois ingin membuat SIBADES ini terlihat sempurna, tanpa ngeliat perjuangan tementemen saya yang udah capek bolak balik desa. Akhirnya dengan menurunkan segala ego, dilakukanlah musyawarah dengan seluruh ring 1 dan ring 2 dengan hasil akhir terpilihnya Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan yang memiliki permasalahan pengairan perkebunan yang tidak konsisten sepanjang tahun sebagai desa tempat dilaksakannya Main Event 2018. Ohiya jangan kira semester 6 saya cuman “jalan-jalan doang”, masih ada kegiatan-kegiatan keren lainnya yang dirancang spesial untuk massa HMS. Sebut saja Mini Event 1, yang memberikan pembelajaran mendalam tentang bagaimana seorang Bu Sumi berusaha setulus hati untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak jalanan. Dari beliau saya belajar bagaimana empati bisa begitu bermanfaat bagi banyak orang, dan semoga saja peserta lainnya juga mendapatkan pembelajaran yang sama atau bahkan lebih. Kegiatan selanjutnya adalah Seminar X Kumpul Akbar. Saat itu pembicaranya adalah Bang Jule dari Sipil dan Kak Nyoman mantan Presiden Kabinet KM ITB. Dari mereka saya belajar bahwa mimpi ada untuk diwujudkan, seberat apapun jalan yang akan


Bahasa Sabana

kalian lalui, dan belajar lagi bagaimana empati mereka bisa bermanfaat sangat besar untuk masyarakat di luar sana. Dan lagilagi saya berharap semoga massa HMS mendapatkan pembelajaran yang sama atau bahkan lebih. Berakhirnya kegiatan-kegiatan tadi menandakan semester 6 telah usai, dan yey liburan pun datang. Tapi tidak teman-teman, ternyata liburan pun masih jadi ajang bagi kami untuk berdiskusi mempersiapkan satu program kerja lagi yaitu Lomba Rancang Bangun Infrastruktur. Dengan segala keterbatasan yang ada, kami pun mencoba mendesain lomba sedimikian rupa hingga layak untuk dipublikasikan, dengan harapan nantinya pesertanya akan membludak. Namun ya begitu, yang ikut ga sesuai harapan, tapi tetap bersyukur masih ada yang mau ikut dengan segala keterbatasan yang diberikan. Semoga saja jumlah sedikit ini tidak mempengaruhi nilai-nilai yang ingin didapatkan pada perlombaan ini, semoga saja.  Liburan pun usai, sudah terbayang di depan mata padatnya jadwal SIBADES di semester 7 ini. Bahkan sebelum jadwal perkuliahan dimulai, saya dan tim pun diminta untuk menemui perwakilan angkatan ’88 yang menjadi donatur utama dari kegiatan kami. Konon katanya merekalah pencetus adanya kerja sosial di Teknik Sipil ITB. Karena kami yakin bos-bis ini sangat kritis, kami pun melakukan persiapan dengan menyusun berbagai macam jawaban dari kemungkinan-kemungkinan pertanyaan yang muncul. Dan ternyata benar dugaan kami, banyak sekali pertanyaan yang belum bisa kami jawab hingga kami pun diberikan PR yang harus diselesaikan dalam waktu cepat. Tapi saya

| 66


67|

Bahasa Sabana

tetap bersyukur, mendapatkan pengalaman begitu berharga dari bos-bis yang sudah malang melintang di dunia pertekniksipilan Indonesia. Saya merasa bersyukur menemukan bahwasanya angkatan-angkatan di atas sana masih peduli dengan kegiatankegiatan kemasyarakatan seperti ini. Semoga saja, kepedulian ini juga tertanam di diri yang sudah dewasa nantinya. Setelah pertemuan itu, kamipun mulai disibukkan dengan berbagai kegiatan SIBADES, dimana kami terus bolak balik ke desa Margamukti mencari-cari jawaban atas hal-hal yang dipertanyakan sebelumnya. Tak jarang kami pulang dengan tangan hampa, tidak menemukan jawaban, atau terkadang tidak menemukan kesepakatan. Belum selesai dengan satu pertanyaan, kami pun mendapatkan pertanyaan lainnya, “Cal, ini udah musim hujan loh, emang bisa dibangun?�. Makin pusing dah wkwk. Singkat cerita akhirnya saya dan tim memutuskan untuk menunda pelaksanaan pembangunan bendung di Desa Margamukti, dan kembali lagi ke kerjaan awal “Jalan-jalan mencari desa�. Namun jalan-jalan kali ini berbeda, karena kesibukan akademik seringkali hanya sedikit yang berpartisipasi, seringkali hanya 1 motor yang berangkat berkelana mencari-cari desa. Tak lama berselang untungnya saya teringat tentang Kampung Mekarjaya yang pernah saya tinggali untuk kegiatan lembaga lain selama satu minggu. Saya yang kala itu ditemani oleh Dira pun berangkat ke sana dengan harapan semoga ini dia desa yang kami cari-cari. Sampainya di sana kamipun bertemu dengan Pak Ujang selaku ketua RW yang ternyata masih ingat jelas dengan nama saya, pertemuan pun diawali dengan sedikit bernostalgia dan secara kebetulan sekali beliau bercerita tentang


Bahasa Sabana

permasalahan infrastruktur di kampung mereka. Cerita tersebut seolah menjadi lampu hijau bagi kami untuk bisa melaksanakan kegiatan di sana. Kami pun kembali ke Bandung, berdiskusi dengan tim, dan akhirnya memutuskan untuk melaksanakan kegiatan main event di Kampung Mekarjaya, Desa Cibeureum. Persiapan demi persiapan pun kami lakukan, mulai dari mempertajam rasa empati dengan mengikuti Mini Event 2 dan Mini Event 3, yang dengan caranya tersendiri berhasil memupuk kembali rasa empati kami yang mungkin sempat pudar. Dan tak lupa juga persiapan non-teknis pun dilakukan, persiapan-persiapan ini dilakukan di sela-sela tuntutan akademik yang makin menjerit. Alangkah beruntungnya saya mempunyai teman-teman yang entah darimana energi mereka selalu ada untuk mempersiapkan SIBADES. Ketulusan dan dedikasi mereka jugalah yang membuat saya terus berjuang untuk dapat membuat kegiatan puncak SIBADES dapat berjalan sebaik mungkin. Hingga akhirnya tibalah hari H, dimana saya dan 93 orang massa HMS akan berkunjung ke Kampung Mekarjaya untuk berkegiatan selama tiga hari. Sesampainya di sana, saya pun mempersilahkan massa HMS untuk berkenalan dengan warga, menikmati suasana, hingga menikmati makanan-makanan dengan bumbunya yang luar biasa sedap (re: micinnya tebal bro). Tiga hari di sana merupakan waktu yang singkat tapi bukan halangan untuk menciptakan ikatan yang erat dengan masyarakat di sana, kegiatan-kegiatan yang intens membuat saya terus menerus berinteraksi dengan masyarakat. Sedikit banyak memahami apa yang sebenarnya mereka rasakan, mendengar rasa syukur mereka

| 68


69|

Bahasa Sabana

terhadap kegiatan kami, dan mendengar juga mimpi-mimpi sederhana yang ingin mereka wujudkan. ď‚Ş Tidak terasa tiga hari telah usai, saya pun dengan enggan harus berpamitan dengan bapak, ibu, dan anak-anak di sana. Dari keseluruhan cerita, bagian ini adalah bagian yang paling saya benci, karena perpisahan selalu menimbulkan rindu yang sulit untuk ditenangkan. Sehingga mohon maaf sekali bagian ini tidak bisa saya ceritakan dengan baik, terlalu banyak emosi campur aduk pada saat penulisan bagian ini. Silahkan siapapun yang membaca cerita ini, lanjutkanlah cerita ini atau malah buatlah cerita kalian sendiri. Semoga kalian bisa terus menjaga SIBADES untuk terus menebarkan kebermanfaatannya. Akhir kata, saya selaku Ketua SIBADES 2018 mohon maaf sebesar-besarnya apabila ekspektasi yang diberikan kepada saya masih belum dapat terpenuhi secara maksimal. Semoga kegiatan yang telah kita jalani bersama-sama selama setahun ini memiliki ruang sendiri untuk dikenang dalam hati masing-masing. “Indonesia tidak akan bercahaya karena obor besar di Jakarta, tetapi Indonesia baru akan bercahaya karena lilin-lilin di desa-desaâ€? -Bung Hatta Salam hangat, Mhd Reza Fahlevy 15015061 Ketua SIBADES 2018


Bahasa Sabana

Rasa Setahun

Aku memutuskan melangkah bersama Aldy yang mengajakku berlari. Dia selalu beberapa langkah di depanku menghadapi dunia di luar dan dalam HMS. Aku di belakang berjalan mengikuti derap kakinya dan berjaga atas hal yang mungkin ia lewatkan. Sebagai wakil kepala Departemen Ekstrakampus, bersama kepala departemenku kami menjadi garda terdepan bagi HMS ITB untuk mitra-mitra di luar kampus. Peran kami tidak luput dari bantuan wakahim Eksternal dan rekan-rekan BP tentunya. Departemen Ekstrakampus mengajarkanku arti sabar, bersyukur, dan berbagi. Berbagai interaksi dan kegiatan selama 1 tahun ke belakang ini tidak sepenuhnya terjadi seperti perkiraanku. Sambut hangat yang chaos dan melelahkan, mitra-mitra HMS yang seenaknya, HMS Jelajah yang penuh hal-hal baru, FKMTSI yang entah bagaimana, ALSI yang membingungkan, prodi dan jajaran staff TU yang sangat baik tapi .... hehe, dan berbagai hal lainnya yang akan terlalu panjang untuk di ceritakan. Namun semua hal itu tetap membuatku bahagia dan menyadari arti ketiga hal tersebut. Menjadi garda terdepan HMS ITB untuk berbagai pihak di luar sana membuat aku dan kadepku selalu tersenyum dan beramah tamah apapun keadaannya. Mereka tidak akan tahu dan tidak pernah mau tau tentang tubes kami, agenda kami selepas ini, laparnya kami, dan apa yang ada di pikiran kami. Mereka akan

| 70


71|

Bahasa Sabana

menilai HMS ITB dari performa dan sikap kami kepada mereka, tutur kata kami kepada mereka, dan jawaban kami atas pertanyaan mereka. Layaknya kode biner 1 atau 0, itulah nilai HMS yang akan tercamkan dalam diri mereka hingga kembali ke perantauan masing-masing. Inilah hal yang memotivasiku untuk selalu berusaha menjadi the best version of myself dalam berhubungan dengan mereka. Aku tidak tega melihat berbagai hal yang telah dirintis, dijalani, dan dijaga oleh para pendahulu dan temantemanku khususnya di BP untuk HMS rusak hanya karena aku lelah, aku lapar, atau aku banyak tugas. Untungnya, aku dan kadepku selalu punya Departemen Ekstrakampus sebagai supporting system utama dalam melaksanakan peran kami. Departemen kami sedikit mirip meja bundar, dimana semua berada pada kursi dengan ketinggian yang sama. Semua orang berhak untuk berperan, bertanggung jawab, berpendapat, memimpin, dan dipimpin. Namun tetap saja tanggung jawab utama ada di kadep dan wakadep. Hal ini menjadi strategi yang cukup baik di tengah kesibukan agenda Ekstrakampus dan akademis di Teknik Sipil. Teman-teman BP pun selalu membantu berbagai agenda Ekstrakampus dengan kehadiran mereka. Hingga akhirnya ada bagian dari massa yang ikut terlibat, senangnya! Mendekati akhir perjalanan, aku menyadari kebaikankebaikan yang datang dan mulai mensyukuri usaha untuk hubungan baik pada semua pihak. Kebaikan itu tidak hanya datang untuk pribadiku sendiri namun untuk teman-teman dan juga HMS ITB di waktu yang tepat. Maka berbuat baiklah kepada semua orang siapapun itu, jangan memandang seseorang dengan sebelah mata. Hari ini kita di atas, besok siapa tahu? Pun sebaliknya. Roda


Bahasa Sabana

berputar dengan kuasa Sang Pencipta, apapun bisa terjadi berbalik 180 derajat tanpa kita pernah siap ataupun tahu. Terimakasih Aldy untuk kesempatannya. Terimakasih Keza untuk selalu bersama dalam susah, senang, suka, duka, dan situasi aneh yang sering terjadi pada kita. Terimakasih Mile untuk selalu percaya dan menyemangati kami. Terimakasih teman-teman Eksternal untuk semua ketidakseriusan yang mendominasi selama kepengurusan ini! Terimakasih teman-teman BP untuk kebaikannya. Terimakasih untuk teman-teman Departemen Ekstrakampus, everyone of you is special for me!

Farah Basellina Safira 15015156

| 72


73|

Bahasa Sabana

MIPOT Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Menjadi keluarga di BP Pelopor Perjuangan memberi banyak pelajaran dan pengalaman. Departemen Minat dan Potensi (MIPOT) adalah salah satu hal baru yang dibentuk oleh Anggi Renaldy Pratama, Ketua Umum HMS 2018/2019. Departemen MIPOT merupakan pilar utama HMS dalam hal pewadahan minat dan pengembangan potensi anggota. Salah satu bentuk pewadahan minat adalah mengaktifkan grup-grup minat yang berisi anggota dengan minat yang sama. Selain untuk pewadahan minat, grup tersebut dibentuk untuk meningkatkan interaksi antar anggota melalui kegiatankegiatan kecil yang bersifat informal (non-proker). Harapannya, dengan terpenuhinya pewadahan minat anggota, partisipasi massa HMS dalam berkegiatan di HMS akan meningkat. Salah satu alasan dibentuknya Departemen MIPOT adalah karena adanya Olimpiade KM ITB yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Departemen ini memiliki tanggungjawab dalam mempersiapkan tim HMS untuk berkompetisi di setiap cabang Olim KM. Persiapan yang dilakukan adalah latihan rutin di setiap cabang, dikoordinasikan melalui kapten-kapten yang dipercaya atau telah ditunjuk di setiap cabang. Hal ini dilakukan untuk memastikan kesiapan tim HMS dalam menghadapi Olim. Latihan rutin sudah dimulai sejak bulan Agustus dan dilakukan sebanyak minimal 1 kali dalam seminggu. Alhamdulillah, dengan persiapan seperti itu tim HMS meraih 7 medali (1 emas dari cabang Tenis Ganda Campuran, 2 Perak dari cabang Billiard dan Catur Beregu,


Bahasa Sabana

dan 4 Perunggu dari cabang Badminton Tunggal Putra, Basket Putri, Atletik Nomor Lari Putra 1.6 km, dan Atletik Nomor Lari Putri 1.6 km). Dengan raihan 7 medali tersebut, HMS menduduki peringkat ke-10 dari total sekitar 40 Himpunan. Di bidang seni, Departemen MIPOT telah membuat MOMENTO dan HMSound. MOMENTO (Momen Fotografi) adalah sebuah kontes foto yang terbuka untuk seluruh anggota HMS. Sedangkan HMSound adalah bentuk pewadahan minat anggota dalam berkreasi musik. Sejauh ini, HMSound masih fokus bergerak di internal HMS, yaitu dengan membuat akun instagram yang berisi cover-an lagu beberapa anggota HMS. Akun tersebut terbuka untuk seluruh massa HMS. Semoga kedepannya HMSound bisa lebih ramai lagi. Terima kasih yang sebanyak-banyaknya untuk seluruh massa HMS yang sudah berpartisipasi dalam semua kegiatan HMS khususnya kegiatan Departemen MIPOT dan apresiasi setinggitingginya untuk seluruh para atlet Olim KM yang telah memperjuangkan HMS ITB. Semoga kedepannya HMS selalu lebih baik dan menjadi yang terbaik. Semangat nomor satu!!! Galang Bisfarian 15015139

| 74


75|

Bahasa Sabana

MEDKOMATIKA Tulisan ini didedikasikan untuk semua orang yang telah berpartisipasi dan membuat HMS ITB menjadi lebih baik.

Kuartil Bawah—Permulaan Kegelisahaan. Salah satu alasan yang mendasari saya mengapa ingin menjadi badan pengurus, terutama di departemen media komunikasi dan informasi. Saya merasa di BP sebelumnya, fungsi dan kerja departemen medkominfo kurang maksimal. Kurang baiknya diseminasi informasi, official account yang sepi, feed Instagram yang kurang tertata, hingga website himpunan yang tak tau ada dimana. Beberapa penyebab diatas menjadi stimulus pada diri saya untuk memperbaiki HMS khususnya di ranah media. Berbekal sedikit pengalaman di bidang permediaan, akhirnya saya nekat untuk mendaftar sebagai badan pengurus HMS ITB 2018/19. Saya bilang ‘nekat’, karena jika memang terpilih, HMS menjadi organisasi heterogen (diisi oleh orang yang bermacam-macam) pertama yang saya ikuti. Sebelumnya, saya hanya mengikuti organisasi yang basisnya keagamaan, dan lingkupnya cenderung kecil—tidak sebesar HMS.

α Kabar gembira. Ternyata ada teman saya yang juga mendaftar badan pengurus dan memiliki pilihan yang sama, yaitu departemen medkominfo. Saya cukup mengenalnya dengan baik dan pernah bekerjasama di beberapa kesempatan. Waktu itu, ada 4


Bahasa Sabana

orang yang mendaftar, termasuk saya dan teman saya. Bukankah suatu hal yang wajar, bila kita cenderung memilih untuk bekerjasama dengan orang yang sudah kita kenal dan ketahui? Atas dasar itulah, saya berharap bisa bekerjasama dengan dia. Bukan saya menolak yang lain, tapi jika boleh memilih, saya lebih nyaman bekerja dengan teman yang sudah saya kenal. Di satu sisi, saya begitu yakin kalau kami akan terpilih, mengingat kami berdua pernah menjadi timsesnya Aldy. –Masa iya sih ngga milih timses sendiri? Takdir berkata lain. Dia tidak ditakdirkan membersamai saya di HMS. Dengan segala pertimbangan, akhirnya saya dan Sekar lah yang terpilih untuk mengemban amanah di departemen medkominfo selama satu tahun kedepan. Kaget? Lumayan. Kecewa? Ngga juga sih. Tidak sesuai ekspektasi bukan berarti perjalanan berhenti sampai disini, justru disitulah perjalanan baru dimulai. Saya menerima keputusan yang telah dibuat oleh Sekjen dan Ketua himpunan saya. Seperti doktrin ilmu logika yang masih melekat dalam benak saya; Jika dan hanya jika, aku anggota HMS, Maka seluruh anggota HMS adalah keluargaku. Jika dan hanya jika, aku anggota HMS, Maka ketua himpunan adalah pemimpinku. Merujuk pada doktrin tersebut, tidak ada alasan bagi saya untuk menolak bekerja dengan siapapun dan dengan alasan apapun.

| 76


77|

Bahasa Sabana

Lucunya, saya dan Sekar punya NIM yang dekat, bahkan sangat dekat! Iya, NIM saya 15015008 dan dia 15015009. Is it coincidence? α Dan akhirnya dimulai. Kami mengawali penyusunan rencana kerja dengan menemui pengurus medkominfo terdahulu. Harapannya pertemuan ini bisa menjadi bahan pertimbangan kami dalam merancang rencana kerja di departemen ini. Rencana kerja telah selesai, tiba saatnya audiensi. Rencana kerja diaudiensikan, massa bertanya. Massa setuju, audiensi selesai. Massa telah mengamanahkan kepercayaan ini. Katanya, ‘Amanah tidak pernah salah memilih pundak’. Semoga ungkapan itu bukan sekedar omong kosong. Sejak saat itu, saya selalu berdoa. Agar pundak saya dikuatkan, agar kaki saya dikokohkan, dan agar hati saya ditabahkan. Median—Pertengahan Terkejut. Ternyata HMS sangat berbeda dengan organisasi yang sebelumnya saya jalani. Mulai dari orang-orangnya, budayanya, cara berinteraksinya, hampir sebagian besar sangat berbeda. Tapi mau bagaiamanapun, saya harus mampu beradaptasi. Kalau kata mentor saya dulu di OSKM, cara-cara seperti ini tuh namanya bukan keluar dari zona nyaman tapi memperluas zona nyaman. Agaknya, saya sependapat dengan ungkapan mentor saya. Ungkapan tersebut terkesan kebih konstruktif, lebih membangun, lebih memotivasi. α


Bahasa Sabana

Dilema. Berungkali Sekar menasehati saya agar tidak menuruti permintaan teman-teman departemen yang tidak sesuai dengan SOP, padahal sudah jelas bahwa SOP itu telah sama-sama disepakati. Sebenarnya, saya boleh menolak permintaan tersebut. Siapa suruh tidak ikut SOP? Wong SOP-nya juga sederhana kok. Tapi ya tetap saja, namanya manusia, tempatnya lupa. Kalau kebutuhan itu tidak dipenuhi, timbul pertanyaan pada diri sendiri, bukannya medkom berfungsi sebagai supporting system? Lalu, kemana medkom di saat dibutuhkan oleh departemen lain? ”Ya tapikan salah mereka juga ga ikut SOP kita!”—teguran terlontar kepada saya yang terlalu sering memberikan toleransi. Di satu sisi medkom memang punya tanggung untuk memenuhi kebutuhan itu. Tapi di sisi lain, mereka juga ingkar janji, tidak menepati SOP yang sudah disepakati. Lantas kalau sudah seperti ini, mana yang sepatutnya didahulukan? Pada akhirnya, medkom juga yang harus mengalah. Gak papa deh, lagipula saya juga senang mengerjakan hal-hal seperti ini, hehe.

α Grup besar. Platform ini bagai pisau bermata dua. Bila kita tidak pandai mengelolanya, maka itu akan menjadi senjata makan tuan. Tujuan awal dibuatnya grup besar semata-mata untuk memudahkan komunikasi antar massa HMS—terutama lintas angkatan. Iya, memudahkan komunikasi. Seketika banyak sekali massa HMS yang tergabung dalam grup itu berbondong-bondong mengirimkan jarkom acara mereka masing-masing. Dari unit ini,

| 78


79|

Bahasa Sabana

dari unit itu, dari himpunan ini, dari himpunan itu. Mereka berdalih, “Nitip ya guys, bantu temen, hehe”. Saya tidak masalah saat mereka melakukan itu. Tetapi terkadang, hal-hal tersebut justru menutup informasi penting yang seharusnya diterima oleh massa HMS. Aneh bukan? Ketika informasi dari lembaga lain bisa kita ketahui, tetapi kita tidak mengetahui informasi dari lembaga sendiri? Dari situ, muncul pemikiran untuk membuat SOP agar penyampaian informasi di grup besar bisa dikelola dengan baik. Awalnya memang rumit, bahkan menganggap hal ini justru mempersulit.

beberapa

orang

“Ngapain sih Dim dibuat SOP, jadi ribet kalau mau ngomong di grup besar” “Yah kalau kayak gini, bakalan diem aja deh. Nanti takut ditegur” Disini saya belajar, bahwa tidak ada keputusan yang memuaskan semua orang. Kuartil Atas—di penghujung waktu Bersalah. Perasaan yang paling cepat tumbuh di akhir masa kepengurusan. Ketika saya buka kembali dokumen audiensi, ternyata banyak parameter yang belum terpenuhi. Memang perlu diakui, tak semua pekerjaan bisa kami lakukan dengan baik. Beberapa diantaranya kami lakukan semata-mata atas nama ketercapaian, semata-mata atas nama keberhasilan.


Bahasa Sabana

Dokumen LPJ selesai disusun, masing-masing departemen dimintai pertanggung jawaban selama satu tahun. Banyak massa yang bertanya, walaupun pada akhirnya LPJ kami diterima juga.

ι Sejak awal, saya memang tidak memiliki ekspektasi terhadap HMS. Saya tidak menuntut bahwa HMS akan memberikan banyak hal kepada saya. Justru sebaliknya, begitu banyak hal yang saya dan teman-teman saya lakukan untuk HMS. Waktu yang kami luangkan, gagasan yang kami tuliskan, dan tenaga yang kami berikan. Biarlah apa yang telah kami lakukan menjadi amal. Semoga kami semua ikhlas melakukan ini. Good deeds will return, kebaikan akan kembali kepada orang yang melakukannya. Walau kebaikan itu tidak dibalaskan sekarang, Tuhan pasti punya rencana indah untuk membalaskan kebaikan teman-teman, itulah yang saya sebut prinsip medkomatika, prinsip seorang medkom untuk senantiasa berbuat baik. MEDKOMATIKA—ilmu matematika Tuhan tidak sesederhana itu. Satu kebaikan sangat mungkin dibalas berlipatlipat. Walau bukan sekarang, pasti dibalas di waktu yang tepat. Akhir Sebagai penutup tulisan ini, izinkan saya meminta maaf kepada rekan-rekan BP serta massa HMS apabila selama satu tahun belakang saya memiliki kekurangan. Tak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada seluruh massa HMS yang telah mempercayai dan membantu saya selama kepengurusan BP HMS ITB 2018/19.

| 80


81|

Bahasa Sabana

Khususnya kepada rekan-rekan BP Pelopor Perjuangan, terutama untuk Sekar, orang yang selalu siap membantu kapanpun saya pinta. Aldy, orang yang selalu memberikan optimisme dalam diri saya. Sekali lagi terimakasih untuk satu tahunnya, sebuah kehormatan bisa mengenal kalian, sebuah anugerah bisa bekerja bersama kalian. Untuk HMS yang lebih baik, 1,2,3 Ijo! Ijo! Ijo! Admin OA-mu, Dimas Yoga Pratama 15015008 Anggota biasa HMS ITB


Bahasa Sabana

Keluarga Keluarga? Ya mungkin itulah kata kata yang ada dipikiranku untuk menggambarkannya. Tentu bukan keluarga dimana kita dilahirkan tetapi keluarga untuk mengenal hal lain yang baru, unik, aneh, kesal, dan sabar. Tak terasa beberapa bulan lagi akan meninggalkannya, mungkin bisa dilihat seperti lama tetapi terasa hanya sebentar. Banyak hal yang telah dilalui dan didapat tetapi banyak hal pula yang masih disesalkan. Berawal dari suka cita dan semoga diakhiri dengan suka cita pula. Sama sekali tidak berfikir untuk mengambil suatu tanggung jawab karena bukan itu yang saya impikan, hanya ingin berpartisipasi aktif membawa keceriaan anggotanya yang terkadang terlewat serius. HMS merupakan organisasi pertama dan satu satunya yang saya ikuti di kampus ini, berawal dari kuya berpita merah yang berada dibarisan belakang kaderisasi pasif. Hal ini sebetulnya membuat saya bosan karena sebelumnya terbiasa dengan kaderisasi yang keras dan bodoh, tetapi memang bentukan yang mengharuskan pemikiran yang baik dan terstruktur membuahkan diri saya yang sekarang. Berlanjut dengan pemilihan korlas yang sebenernya dalam lubuk hati saya ada keinginan untuk membantu Arya tetapi tidak bisa terwujud karena ya memang saya tidak mengungkapkannya. Seiring berjalannya waktu dapat lah amanah dengan tidak sengaja untuk menjadi pengurus di wisuda dan berakhir menjadi orang yang selalu berhubungan dengan wisuda.

| 82


83|

Bahasa Sabana

Ada hal berat yang saya putuskan sekita tahun lalu untuk menjadi suatu bagian dari kepengurusan yang terikat selama satu tahun. Saya sudah berfikir untuk menjadi massa yang baik dan mendukung siapapun teman saya yang menjadi ketua himpunan, dan kebetulan yang mendapat amanah akhirnya Aldy. Berawal ditawari untuk menjadi wakahim dan sudah pasti jawabannya tidak, akhirnya setelah merasa gak enak dan didorong oleh beberapa orang akhirnya memutuskan menjadi kadep kesra. Sangat sering terlintas untuk tidak jadi mendaftar sebab saya merasa tidak pantas dan tidak sanggup mengemban sesuatu yang menjadi salah satu bagian terberat di badan kepengurusan ini. Petualangan baru ini dimulai dengan menjadi “pengawas� wisuda april, disitu saya banyak belajar bahwa ego masing masing orang besar, sifat masing masing orang sangat berbeda jauh, dan komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam berkehidupan. Terimakasih Ricky sebagai ketua wisuda sudah menjalankannya dengan baik walaupun banyak kendala yang terjadi diantaranya. Setelah wisuda april banyak evaluasi yang saya terapkan pada diri saya terutama mengenai rasa kekeluargaan antar massa karena saya sadar ada yang belum saya kenal dan ada yang belum kenal saya. Setelah wisuda april terbitlah DIES HMS ITB, hal ini menjadi proker ke dua yang saya jalankan dan keduanya tidak ada di audiensi kesra sejak awal. Pada DIES ini saya banyak berfikir bahwa rasa kepemilikan terhadap HMS tidak cukup tinggi, dilihat hanya dari sisi jumlah massa yang datang. Saya cukup merasa kesal pada kegiatan yang seharusnya melibatkan seluruh komponen dari HMS untuk memeriahkannya tetapi hanya 2 orang kepala yang berlabel kesra yang bekerja pada acara hari H.


Bahasa Sabana

Wisuda juli merupakan awal mula proker kesra berjalan walaupun dengan bodohnya saya memutuskan untuk mengambil KP di jakarta dan tidak bisa mendampingi kuya-kuyi hantam untuk merancang dan memberi masukan secara langsung. Mohon maaf kepada Ijul dan jajarannya untuk kurang maksimal membantunya. Dan kembali setelah wisuda juli ditempa lagi oleh wisuda oktober, yang sangat bersyukur Audy dan jajarannya dapat mengatur dengan baik keberlangsungannya sehingga dapat bernafas lega. Begitulah alur perwisudaan yang telah dilalui, tetapi kesra bukan melulu soal wisuda. Ada fungsi fungsi yang harus dibawa dan disalurkan kepada massa. Inilah titik dimana saya merasa banyak penyesalan. Fungsi yang dijalankan hanyalah dua sebenernya, kekeluargaan dan apresiasi. Terdengar simple tapi sangat sukit untuk dijalankan. Pada awalnya saya dan Ninis memutuskan menyalurkan fungsi menjadi beberapa proker dan tetap menjadikannya fungsi. Selain wisuda, sangat dibutuhkan kerjasama yang baik dengan staff kesra, tetapi saya merasa cukup banyak kekecewaan dalam menjalaninya. Mungkin kekecewaan itu diakibatkan oleh kurang berjalannya departemen kesra dengan semestinya, kekecewaan itu diakibatkan oleh terlalu tingginya ekspektasi saya terhadap departemen ini, kekecewaan itu diakibatkan oleh kurangnya diri saya untuk mendorong dan merangkul anggotanya untuk membantu mewujudkan mimpi mimpi yang saya inginkan. Satu hal lagi yang menyebabkan sulitnya mewujudkan ini adalah kesadaran massa yang masih belum menganggap bahwa teman sekelas adalah seseorang yang harus diperhatikan, semua hal ini merupakan beban yang

| 84


85|

Bahasa Sabana

seharusnya saya tanamkan ke setiap individu anggota tetapi saya merasa gagal. Saya sempat merasa down untuk melakukan hal ini karena hal sebesar ini tidak bisa dilakukan oleh dua orang saja, sebenarnya banyak pembelaan yang ada di pikiran saya kenapa hal sesimple fungsi yang dilakukan kurang berjalan dengan baik, mungkin karena kadernya tidak membentuk kekeluargaan sebagai poin utama? Mungkin karena beban akademik yang berat? Mungkin karena HMS bukanlah prioritas? Banyak sekali pembelaan jika menginginkannya tetapi tetap saja ini merupakan kesalahan yang saya lakukan. Janganlah berharap apapun dari HMS karena HMS tempat untuk mencari bukan meminta. Carilah sebanyak banyaknya yang bisa kalian cari, lakukanlah sebanyak banyaknya kerjaan yang bisa kalian lakukan, karena jika kalian menunda untuk melakukannya penyesalan akan datang diakhir. Manfaatkanlah waktu 3 tahun di HMS dengan baik. Semoga kesalahan mendasar ini tidak terulang kembali di kepengurusan selanjutnya, saya akan berusaha membimbing Nesia dan Hugo menjadi yang terbaik. Terimakasih Ninis yang audah mau disuruh suruh segala macem, terimakasih Anang yang selalu menemani dan membantu dengan designnya, terimakasih geng internal yang sudah menjadi tempat sharing, terimakasih Aldy yang sudah memberikan kesempatan kepada saya, terimakasih BP 2018-2019 kalian terbaik sedunia akhirat, terimakasih Arya Bagas Andro Eki Ading yang sudah mau berkorban dikelasnya kalian luar biasa, terimakasih Date Ajay Destrin Revo Papay Ferry Icel Seluruh Kelas 3 2015 Edi Naresh Edu dan teman teman semuanya yang


Bahasa Sabana

sudah mengisi keseharian saya berkegiatan di Sipil maupun HMS. Maaf bila saya belum bisa menjalankan tugas dengan baik. See u guys all on top!! Ditunggu waktunya untuk kumpul sekre lagi ketawa ketawa tanpa beban yang harus dipikirkan, semoga hal ini dapet terus dilakukan sampe punya anak bahkan cucu. Makasih kuya kuyi Sabana! Rahmandia Prasetia 15015097

| 86


87|

Bahasa Sabana

PROFIL H Sebenarnya, saya tidak begitu mengerti apa yang harus saya sampaikan pada tulisan ini. Saya hanya akan menuliskan apa yang saya rasakan selama ada di BP HMS ITB 2018/2019. Pertama, saat pendaftaran menjadi BP (kadep/wakadep) dilakukan, saya ikut mendaftarkan diri. Namun, saya mengira seleksi itu dibuka untuk mencari staff dan pada saat wawancara saya menuturkan hal tersebut. Tetapi, ternyata dari BP sendiri masih kekurangan peminat untuk bidang “Tim Riset� (asal mula Tim Profil H). Tim Riset sendiri memang bisa dibilang baru pada HMS ITB dan sempat menjadi perdebatan saat Aldy mengajukan ide tersebut ke masa HMS ITB. Saya memang cukup tertarik dengan Tim Riset (Tim Profil H) karena saya memiliki mimpi yang sama dengan apa yang dibawa oleh Tim Riset ini, yaitu memajukan prestasi HMS ITB di kompetisi-kompetisi yang ada, khususnya KJI KBGI. Massa ITB yang isinya anak-anak pilihan di Indonesia gak bisa menang sama universitas-universitas lain. Akhirnya, saat wawancara, Andro mencoba untuk meyakinkan saya untuk ikut dalam Tim Riset/Tim Profil H ini. Saat presentasi pengajuan program kerja, nama Tim Riset diubah menjadi Tim Profil H atau Tim Keprofesian Sipil HMS agar tidak ada salah pengartian mengenai tujuan dari tim ini. Saat saya pertama kali mencoba untuk menyusun kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh tim ini, saya sangat bingung mengenai sistem apa yang harus saya buat. Saya sendiri masih menerka-nerka


Bahasa Sabana

apa yang harus saya siapkan untuk mengikuti kompetisi seperti KJI KBGI, tapi, InsyaAllah, evaluasi yang telah saya tuliskan di LPJ saya dapat menjadi pegangan untuk kepengurusan selanjutnya. Selama menjalankan kegiatan di Tim Profil H, saya dibantu oleh teman-teman saya di BP, terutama Aldy dan Andro. Mereka telah memperjuangkan Tim Profil H ini mulai dari awal pengajuan adanya Tim Profil H (masih sebagai Tim Riset). Mereka membantu saya dalam mencarikan pembicara/pelatih, membantu mengurusi manajerial, hingga, Andro sampai harus ke Makassar untuk mengumpulkan proposal-proposal lomba kami, bahkan sampai HP-nya ketinggalan di Bandara. Namun, saya mendapatkan pelajaran bahwa orang tidak akan menjadi sukses kalau belum menderita. Terbukti bahwa Andro dan timnya akhirnya dapat lolos ke final KJI KBGI. Terlepas dari hal teknis, saya melihat bahwa tim Andro dan teman-temanya dapat lolos ke final karena mereka telah banyak menderita, tentunya penderitaan-penderitaan itu yang baik seperti Andro harus ke Makassar tadi. Saya teringat oleh konsep berpikir yang pernah disampaikan guru saya. Bahwa hidup manusia itu seperti grafik, pasti naik dan turun, dimana saat naik manusia akan mendapatkan kenikmatan dan saat turun sedang mengalami kesulitan. Tidak mungkin orang akan selamanya mengalami kenikmatan. Begitu pun sebaliknya. Oleh karena itu, kita sebaiknya merencanakan kesulitan tersebut, sehingga kita dapat siap menghadapi kesulitan tersebut. Apa bila kita merencanakan kesulitan-kesulitan tersebut, kita akan mendapatkan kenikmatan yang tidak diduga-duga dan biasanya kenikmatan yang tidak diduga-duga itu lebih nikmat dari

| 88


89|

Bahasa Sabana

kenikmatan yang direncanakan. Sebagai contoh, Andro mengalami kesulitan saat ia juga mengurus manajerial Tim Profil H dan sampai harus ke Makassar, ia sudah berada di grafik bagian bawah dalam waktu yang lama, karena hidup manusia itu naik turun, posisi Andro akan berada di grafik bagian atas tanpa ia rencanakan, yaitu ia lolos ke final KJI KBGI. Oleh karena itu, satu hal yang paling saya dapatkan selama di BP HMS ITB ini adalah bahwa tidak mungkin orang akan sukses apa bila ia tidak pernah menderita. Koordinator Tim Keprofesian Sipil HMS Anantyanto Kurnia Wicaksono 15015092


Bahasa Sabana

HMS: Bagian Hidup

“HMS bukan dinilai dari simbol dan sejarahnya, tapi HMS itu disini!” -unknown Pertama kali saya mendengar kalimat itu dikumandangkan saya tidak paham benar maksut kalimat itu. Namun, setelah 2.5 tahun menjadi anggota HMS ITB, saya pun mulai memahami dan memaknai kalimat tersebut. Saya selalu berpegang teguh, bahwa HMS ITB adalah organisasi non-profit. Semua yang bertahan di HMS ITB adalah orang yang sukarela meluangkan waktunya. Apa yang sekiranya bisa membuat mereka bertahan? Saya bertanya tanya Satu hari, saya berbincang dengan salah seorang HMS 2013 mengenai mengurus dan meluangkan waktu HMS. Dan dia dengan santainya mengatakan “lo mau ngurus HMS?? Nih gue kasih panadol dari sekarang.” Dan saat itu, saya tersentak “seriusan gaksih ka?? Sepusing itu??”. Dan akhirnya, saya paham kembali makna dari kalimat terserbut tersebut setelah merasakan sendiri. HMS bagi saya sendiri adalah keluarga. Karena HMS selalu bisa menjadi tempat saya kembali. Memutuskan untuk mengabdi lebih — Menjadi bp — merupakan perdebatan batin yang cukup panjang. Dengan kejadian kejadian yang telah berlalu, saya sempat berpikir untuk pergi dari HMS, namun yah, ternyata tidak bisa. Saya terlalu sayang sama HMS.

| 90


91|

Bahasa Sabana

Saya tidak perlu menceritakan pengalaman menjadi BP HMS ITB, karena rasa sayang saya dengan HMS sudah ada dari sebelum saya menjadi BP. Saya tidak pandai berkata - kata, namun saya hanya bisa mengatakan, saya berterima kasih kepada HMS, karena HMS selalu bisa menjadi tempat saya berpulang. HMS mengajarkan saya apresiasi dan diapresiasi, dan saya yakin HMS merupakan salah satu bagian hidup saya yang sangat penting. Kepala Departemen IntraKampus Griselda Imania 15015085


Bahasa Sabana

Tentangku Menjadi Ketua Angkatan 3 TUGAS KETUA ANGKATAN: 1. Membina kekeluargan pada angkatan untuk mencapai tujuan angkatan 2. Mengkoordinir anggota angkatan dalam segala hal 3. Menjembatani angkatan dengan HMS Pertengahan September 2016, adalah pertama kali ketiga tugas itu disebutkan kepada saya secara face to face. Hal ini disebutkan pukul 11 malam di lapangan KMMS yang disampaikan oleh seorang Bos yang ternyata merupakan Ketua Angkatan 2014. Sejak saat itu, tidak pernah sekalipun saya melupakan tentang ketiga tugas tersebut. Sebelum bercerita lebih lanjut, mari kita flashback pada perjalanan singkat saya sebelum mendengar ketiga tugas ini. Masa 6 tahun SD, 3 tahun SMP, 3 tahun SMA, 1 tahun TPB sudah terlewati. Tak pernah sekali pun saya menjabat sebagai sesuatu yang bermakna untuk lingkungan sekitar. Niat untuk menjadi ketua sesuatu di HMS pun tak pernah sekalipun terlintas dalam benak saya. Saya merasa tidak ada gunanya untuk terlibat secara dalam dengan angkatan maupun HMS. Namun semua itu berbalik 180 derajat ketika masa kaderisasi pasif. Saya merasa kaderisasi pasif adalah sebuah gerbang baru dalam kehidupan saya. Pengadapatasian lingkungan yang sangat terasa, pola pikir baru

| 92


93|

Bahasa Sabana

yang dicoba dibangun pankad, serta sebuah sistem mengajar yang baru dan menarik saya rasakan di kadpas ini. Selain semua itu, ilmu yang paling membuat saya tertarik adalah saat melakukan wawancara dengan Bos-Bis. Hal yang saya garis bawahi adalah perbedaan tiap-tiap individu yang menjadi objek wawancara dalam pandangannya kepada HMS dan angkatannya. Ada yang menjalani apa adanya, ada yang cinta mati, serta ada juga yang menyesal masuk HMS. Entah kesambet apa saya, tapi saya menyadari bahwa saya tidak ingin ini terjadi di angkatan saya. Saya ingin anggota angkatan saya merasa nyaman di Sipil angkatan 15 ini. Saya ingin angkatan ini bisa berkembang bersama di wadah besar ini. Di situ lah saya memantapkan diri saya untuk menjadi ketua angkatan Lalu kenapa harus menjadi ketua? Mungkin karena saya merasa selama belasan tahun menjalani hidup ini, saya terlalu banyak mengkritik orang tanpa tau apa sebenarnya rasanya memimpin. Saya ingin mencoba memimpin ratusan orang angkatan saya untuk mencapai tujuan angkatan yang kami rumuskan bersama, yaitu “Membina Kekeluargaan dan menciptakan kondisi yang ideal untuk perkembangan anggotanya baik individu maupun angkatan.� Dengan ada 3 kandidat ketua angkatan lainnya, saya pun kemudian terpilih menjadi ketua angkatan melalu sebuah proses malam musyawarah yang lama dan kompleks. Sejak keputusan malam itu, saya resmi menjadi Ketua Angkatan Sipil 2015. Malam itu penuh dengan keceriaan di angkatan karena akhirnya berhasil melewati proses musyawarah.


Bahasa Sabana

Menjalani 3 tugas ketua angkatan saat kaderisasi pasif adalah hal yang tidak sulit. Namun lain cerita ketika kaderisasi pasif ini selesai. Mungkin karena kami kehilangan alasan untuk berkumpul. Tapi justru itu lah yang menjadi tantangan bagi saya. Tapi di situlah tantangan berada. Untungnya, saya memiliki 5 tangan yang luar biasa (Para Tumbal Sipil 15), yaitu 4 koordinator kelas (korlas) dan 1 kitiwi. Kami digadang-gadang harus menjadi orang yang pertama bangkit untuk maju, dan yang terakhir untuk menyerah dalam satu angkatan. Tentang Angkatanku Angkatanku bagiku adalah sebuah perkumpulan berisi manusia-manusia berpotensi luar biasa dan beragam. Namun yang menjadi masalah di awal adalah sedikit dari kami yang ingin mengaktualisasi dirinya di HMS ini. Faktor terbanyak bersandar pada rasa malu/takut dan memang memiliki kesibukan non-HMS. Saya melakukan observasi dan menemukan satu jawaban sebagai solusi dari masalah ini. Perlu adanya dorongan moral. Karena sesungguhnya banyak yang takut akan kegagalan dan kurangnya dukungan dari internal angkatan sendiri. Perlu adanya jaminan bahwa angkatan siap membantu mereka apapun yang terjadi. Gagal atau berhasil hanyalah sebuah proses pembelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya. Bahkan menurut saya pribadi HMS ini adalah wadah bagi anggotanya untuk melakukan kesalahan sebanyak-banyaknya. “Jadikanlah HMS sebagai wadah bagi kalian untuk melakukan kesalahan sebanyak-banyak. Karena di HMS, kesalahan akan ditemukan dan HMS akan mencari jalan keluar yang paling baik

| 94


95|

Bahasa Sabana

untuk semuanya. Dengan begitu, kalian akan sadar titik lemah kalian dan mampu menanggulanginya dalam rangka memajukan pribadi anda menjadi lebih baik. Karena di luar sana, tidak ada ruang bagi kita untuk melakukan kesalahan. Oleh karena itu galilah diri potensi diri anda sebanyak-banyak di HMS ini dan ambilah tindakan yang menurut kalian perlu� Arya Muhammad Akbar, 2019 Hari berganti hari, malam berganti malam, banyak acaraacara seru dan memorial yang kami jalankan sebagai satu keluarga Kuya-Kuyi Sabana. Mulai dari acara angkatan kami yang bernama Pondasi (Pengabdian oleh, untuk, dan dari sipil 15), lalu dilanjutkan dengan Wisuda April, Juli, dan Oktober, Kaderisasi Pasif, hingga akhirnya angkatan kami pun menjadi angkatan BP melalui pemilu yang saya ketuai. Tapi tidak semua memori yang kami dapat adalah memori indah. Ada juga peristiwa yang cukup mengguncang bahkan memberi tangisan bagi angkatan kami. Salah satu kejadian adalah saat kami kehilangan salah satu dari anggota terbaik kami, yaitu Tifanny Pardosi. Tifanny memang sudah lama terjangkit penyakitnya dan akhirnya pun dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut juga menjadi penyesalan tersendiri bagi saya karena saya merasa kurang mendampinginya di saat-saat terakhirnya. Namun, seperti dunia yang terus berputar, angkatan dan HMS juga tetap harus berjalan sebagaimana mestinya.


Bahasa Sabana

Akhir Kata Saya ingin mengatakan bahwa saya bangga menjadi ketua angkatan dari anggota yang luar biasa ini. Dan jika saya bisa memilih angkatan mana yang bisa saya ketuai, tentu tidak perlu berfikir lama dalam menentukan bahwa SIPIL 15 adalah satusatunya jawaban buat saya. Terima kasih untuk Para Tumbal Sipil 15 serta angkatan saya karena telah menjadi teman hidup yang tidak terlupakan. Sukses untuk kita semua! Maaf saya gabut. Arya Muhammad Akbar 15015140 Ketua Angkatan Sipil 2015 Ketua Komisi Perbaikan Sistem BPA HMS ITB

| 96


97|

Bahasa Sabana

"Saya dan HMS" PRA-HMS Saya merupakan seorang yang bisa dibilang sangat ‘ansos’ ketika menempuh pendidikan SMA, seansos itu hingga di satu titik mungkin kalau saya menghilang pun kayanya ga ada yang sadar hehe. Memasuki jenjang kuliah saya punya tekad untuk merubah diri saya, lebih terbuka kepada orang lain dan menjadi orang yang setidaknya lebih interaktif. Selama di TPB teman di lingkaran saya ya hanya itu-itu saja, bahkan hingga masuk ke prodi Teknik Sipil ketika melihat list nama-nama yang nantinya bakal jadi teman seangkatan saya mungkin bisa dibilang jauh lebih banyak yang saya tidak kenal dibanding kenalnya karena di lingkaran TPB saya sangat sedikit sekali yang memilih untuk masuk ke sipil. Kaderisasi pasif dilalui hanya dengan satu tujuan yaitu seenggaknya saya bisa masuk HMS dulu, nantinya mau ngapain disana juga saya belum kebayang hahaha. Tetapi tetap saya berpegang bahwa saya ingin menjadi orang yang lebih terbuka dan interaktif dengan harapan, HMS ini bisa menjadi tempat yang tepat untuk merubah diri saya. Setelah dilantik menjadi anggota biasa HMS, saya memiliki semacam janji kepada diri saya sendiri bahwasanya saya ingin minimal pernah berinteraksi dengan setiap individu di angkatan saya – interaksi dalam artian pernah diskusi, main bareng, atau semacamnya bukan sekedar menyapa “hai”, “halo” tiap bertemu di lorong sipil lalu sudah.


Bahasa Sabana

WISPRIL Saya merasa beruntung karena masuk HMS saat dipimpin oleh seorang kahim sekeren Bang Juni. Sosok kahim yang benarbenar mau meng-approach kami kuya-kuyanya yang masih seumur jagung ini. Setidaknya saya jadi memiliki pandangan yang tinggi terhadap sosok seorang kahim yang ideal. Saya teringat waktu itu siang hari saat wisday Wisuda Oktober 2016, berjalan menuju sabuga dari sekre bareng Bang Juni sempet ngobrol sesuatu yang saya lupa haha namun ada satu pertanyaan darinya yang masih saya ingat sampai sekarang – “Kamu ga mau jadi ketua wisuda nanti?”. Saat itu hanya saya jawab dengan santai, “ah engga lah bang, belom siap”. Waktu berlalu hingga akhirnya pemilihan ketua wisuda april pun tiba. Saya benar-benar tidak ada minat untuk mendaftar pada awalnya, mungkin karena tanggung jawabnya yang sangat besar bagi seorang saya yang ga punya pengalaman apa-apa atau mungkin kata diri saya yang sekarang, kala itu saya dikalahkan oleh rasa ‘takut’. Sangat takut terhadap ketidakpastian, dan takut tidak dapat memenuhi ekspektasi orang-orang. Namun tiba-tiba salah seorang teman seangkatan saya berinisial AM ngechat saya dengan maksud mendorong saya untuk mencalonkan diri. Entah karena dorongan orang ini, atau karena ‘kutukan’ dari pertanyaan Bang Juni saat wisokto dulu akhirnya saya mencalonkan diri tepat H-1 deadline pencalonan. Setelah mengetahui bahwa yang mencalonkan diri ada 6 orang termasuk saya, saya semakin yakin bahwa saya tidak akan terpilih, terlebih lagi menurut sudut pandang saya saat itu caloncalon yang lain merupakan teman-teman saya yang memiliki

| 98


99|

Bahasa Sabana

pengalaman dibanding saya yang hanya bermodal nekat. Saat hearing, mungkin bisa dibilang pertama kalinya bagi saya berbicara didepan orang yang cukup banyak. Grogi iya, kadang suka ngeblank mau ngomong apa iya, campur aduk lah. Ketika akhirnya terpilih, senangkah? sedikit, lebih banyak terpikiran untuk memenuhi hal yang akan saya bawa dan ekspekstasi dari angkatan sendiri maupun massa HMS. Harapan saya juga dengan menjadi ketua yaitu bisa memperjuangkan janji yang sebelumnya saya tanamkan kepada diri saya sendiri saat masuk HMS. Menjadi ketua wisuda april memberikan saya banyak sekali pelajaran, terutama evaluasi untuk pribadi saya sendiri. Saya hanya beruntung karena memiliki tim yang sangat supportif dan ciamik, tanpa mereka mungkin keberjalanan wisuda april kemarin tidak akan berjalan baik. Sebagai ketua, banyak dosa saya terhadap tim saya dan juga mungkin ekspetasi wisudawan/massa HMS yang belum berhasil saya penuhi. Sekedar fun-fact hehe, dari wisokto 2016 – sekarang saya belum pernah ‘bolos’ menghadiri acara wisuda entah karena rasa keterikatan atau apa, saya selalu excited untuk menantikan setiap acara wisuda yang dibawakan oleh kawiskawis baru, mungkin hingga akhirnya nanti saya yang diwisuda haha. BP Jujur saya bukan orang yang HMS banget, tapi saya merasa ada ikatan antara saya dengan HMS. Ketika HMS butuh saya, saya akan selalu mengusahakan untuk datang maupun berkontribusi. Mungkin sebuah ikatan ini yang akhirnya mendorong saya untuk


Bahasa Sabana

memajukan diri mencalonkan diri menjadi badan pengurusnya Aldy, dan mencoba untuk berkontribusi lebih di HMS. Lalu, mengapa pengprof? berkaca kepada kepengurusan sebelumnya, kejaran keprofesian HMS masih seluruhnya berkutat pada internal yang dapat dilihat dari proker-prokernya dan saya juga kebetulan merupakan staff dari kepengurusan pengprof sebelumnya yang semakin menguatkan saya untuk maju menjadi BP. Saya mempunyai harapan untuk menginisiasi agar keprofesian HMS bisa mulai dibawa keluar dalam artian mulai memberi dampak atau manfaat di lingkungan sekitar. Dari situlah lahir proker-proker seperti Goedang Proyek yang bertujuan untuk memberikan kesempatan massa HMS mengimplementasikan keilmuannya di luar lingkup perkuliahan, dan juga Mini Proyek yang bertujuan untuk mengkaji serta menghasilkan solusi dari permasalahan di sekitar kampus ITB melalui keilmuan teknik sipil. Harapannya proker-proker seperti itu dapat memantik atau menginisiasi massa HMS untuk berkontribusi lebih di luar dibanding terus-menerus menggali keilmuan tanpa secara langsung mengimplementasikan dan memberikan manfaat untuk lingkungan sekitarnya. Selama keberjalanan pengprof, kendala terbesar yang saya pribadi alami adalah manajemen staff. Tiga nilai yang pernah saya baca yang perlu dipegang oleh seorang ‘manager’ dalam sebuah ‘tim’ adalah being “informational”, “decisional”, dan juga “interpersonal”. Saya merasa kurang berhasil memenuhi poin interpersonal tersebut selama keberjalanan pengprof setahun kemarin. Hal tersebut berdampak pada ketidakaktifan beberapa staff saya. Kecewa? bisa jadi, tapi jujur saya pun bingung kecewa

| 100


101|

Bahasa Sabana

kepada siapa, diri saya atau staff saya atau mungkin memang kami memiliki porsi kesalahan kami masing-masing. Ekspektasi saya di awal melambung tinggi karena berkaca pada betapa hidupnya departemen pengprof tahun sebelumnya, terlupa bahwa setiap generasi memiliki karakteristik yang berbeda dan butuh pendekatan yang berbeda pula. Namun saya tentu bersyukur karena masih ada staff yang senantiasa aktif selama kepengurusan saya. Hal yang berkesan selama keberjalanan pengprof antara lain ialah ketika akhirnya mini proyek bisa di launching dan mendapatkan respon yang sangat positif dari para pembaca/penonton nya. Ini membuktikan bahwa hal seperti mini proyek merupakan gebrakan yang memang sedang “in� di kalangan massa kampus, ditambah lagi himpunan lain pun sedang gencar-gencarnya mengimplementasikan keprofesiannya agar bermanfaat bagi orang-orang sekitar contohnya seperti IMG dengan gerakan untuk memperbaiki arah kiblat di musholamushola kampus ganesha, lalu ada HME dengan pemasangan bel di sekolah luar biasa (SLB), dan masih banyak lagi. Selain itu, pengalaman-pengalaman seperti mengisi stand di Open House ataupun AMI juga merupakan suatu hal yang menyenangkan karena bisa berbagi dengan anak-anak SMA tentang ketekniksipilan. EPILOG Akhir kata saya cuma ingin berpesan buat kuya-kuya saya yang nantinya akan melanjutkan untuk mengurus HMS, seluruh hal yang kalian berikan untuk HMS, pelajaran apapun yang kalian


Bahasa Sabana

dapatkan di HMS itu ga ada yang sia-sia oleh karena itu jangan pernah anggap waktu yang kalian berikan atau habiskan di HMS itu terbuang begitu saja. Di HMS lah, saya mendapatkan begitu banyak teman dan sedikit banyak telah merubah pribadi saya ke arah yang lebih baik. Saya sendiri punya harapan besar buat kahim selanjutnya, terutama untuk melanjutkan apa yang telah berhasil diraih selama kepengurusan Aldy. Semangat nomor 1 kuy! Salam hangat, Audi Alfa Pratama 15015148 Anggota Biasa HMS ITB Ketua Wisuda April 2017 Wakil Kepala Departemen Pengembangan Keprofesian 2018/2019

| 102


103|

Bahasa Sabana

SINGKAT SAJA Alhamdulillah, saya mengucapkan terima kasih atas kesempatan dan pengalaman berharga selama saya menjadi Bendahara Umum di HMS ITB pada tahun kepengurusan 2018/2019 ini. Terima kasih kepada semua pihak yang sudah mempercayai saya, ini adalah sebuah penghormatan untuk kalian semua. Terima kasih atas pengertian dan kesabaran yang telah diberikan. Mohon maaf atas segala kekurangan saya, mohon maaf untuk semua pihak yang sudah saya singgung hatinya, baik melalui perkataan maupun perbuatan saya. Teruntuk sekben-sekbenku, penanggung jawab tiap kelas, BP dan BPH, serta keluarga Himpunan Mahasiswa Sipil, terima kasih atas perjuangan kita semua. Saya merasa sangat beruntung karena pernah menjadi bagian dari kerjasama kita. Selamat melanjutkan perjuangan, teman-teman. Karena pada akhirnya, hanya orang-orang yang benar-benar mau belajar yang akan menikmati prosesnya dan meraih hasilnya, bukan orang yang hanya ingin dipuji karena kerja kerasnya semata. “Dia yang tak cukup berani dalam mengambil resiko dan menyelesaikan masalah dalam hidupnya, tak akan mendapatkan apaapa� Muhammad Ali Salam Hangat, Bendahara Umum HMS ITB -Wirza Muharzaki Putri15015098


Bahasa Sabana

Tentang Aku, Tentang Saya Tentang Aku Apakah kamu bisa memegang sebuah pena dengan tanganmu? Tentu saja kamu bisa. Tapi bagaimana jika pena itu terletak di meja yang berseberangan dengan mejamu, apakah kamu masih bisa memegangnya dengan tanganmu? Tentu saja kamu bisa. Tapi jika saya ubah sedikit pertanyaannya menjadi: apakah kamu masih bisa memegangnya HANYA dengan tanganmu, tanpa bantuan bagian tubuhmu yang lain? Aku yakin kamu tidak akan bisa. Kalaupun bisa pasti akan sangat sulit dan akan menghabiskan energi serta waktu yang tidak sedikit. Setidaknya kamu membutuhkan kaki untuk membantumu beranjak dan mata untuk membantumu mengarahkan tanganmu ke arah pulpen tadi. Aku mengibaratkan pena sebagai tujuan HMS dan tangan merupakan main system dalam mencapai tujuan tersebut, kaki dan mata merupakan penunjang atau supporting system agar main system dapat mencapai tujuan HMS. Departemen Kaderisasi, Bidang Internal, Bidang Eksternal, dan Bidang Keprofesian merupakan main system pada kepengurusan BP HMS ITB 2018 dalam mencapai tujuan HMS ITB lewat Visi dan Misi Ketua Umum. Dengan berbagai program kerja yang mereka miliki, secara langsung Visi dan Misi tersebut telah dapat terpenuhi. Akan tetapi seperti pada analogi pulpen di atas, mereka tidak akan dapat menjalankan semuanya dengan mulus tanpa hambatan jika tidak ditunjang oleh supporting system. Maka hadirlah Aku, Bidang

| 104


105|

Bahasa Sabana

Kesekjenan, bidang yang hanya berfungsi sebagai penunjang, tapi ketidakadaannya dapat menyebabkan kegagalan dalam suatu organisasi. Aku memiliki Sekretaris Umum yang mengatur segala bentuk arsip dan surat agar semua dokumen HMS ITB tersebut dapat terkoordinasi dengan baik. Aku memiliki Bendahara Umum yang mengatur semua urusan keuangan agar semua uang yang keluar dan masuk kas HMS ITB dapat terlacak dengan jelas. Aku memiliki Departemen Dana Usaha yang mengumpulkan bahan bakar utama HMS ITB (baca: uang) agar semua program kerja dapat terlaksana tanpa hambatan dana. Aku memiliki Departemen Rumah Tangga yang menjaga kenyamanan lingkungan fisik HMS ITB agar setiap anggota yang berkegiatan akan merasa nyaman dalam memenuhi tanggung jawabnya. Aku memiliki Departemen Media Komunikasi dan Informasi yang selalu menyebarkan informasi mengenai HMS ITB secara terstruktur agar seluruh anggota HMS ITB dapat mengetahui keberjalanan semua program kerja yang dibuat oleh main system sehingga mereka dapat menghadiri dan mendapatkan manfaat dari program-program kerja tersebut. Aku juga memiliki Sekretaris Jenderal yang selalu mengatur dan mengkoordinasikan jadwal kegiatan seluruh elemen yang ada di HMS ITB agar tidak ada dua program yang telah direncanakan dengan baik oleh main system bertabrakan sehingga merugikan kedua belah pihak. Bayangkan jika semua hal tersebut dilakukan oleh masing-masing elemen pada main system. Tentunya itu akan sangat memberatkan semua pihak.


Bahasa Sabana

Tentang Saya Nama saya Alif Muhammad Reza. Sekretaris Jenderal HMS ITB 2018. Orang kedua di Badan Pengurus HMS ITB setelah Ketua Umum. Saya mempunyai latar belakang sebagai orang yang selalu berkecimpung dalam bidang lapangan. Koordinator Angkatan Calon Satgas Parade Wisuda April 2016, Komandan Pasukan Satgas Parade Wisuda April 2016, Komandan Pasukan Keamanan Inisiasi Terpusat Keluarga Mahasiswa (INTEGRASI) ITB 2016, Komandan Lapangan ITB Day – Aku Masuk ITB 2017, dan terakhir yang akhirnya membuat saya bisa berada di sini: Koordinator Lapangan Kaderisasi Pasif HMS ITB 2017. Saya tidak pernah menyangka akan meluangkan waktu cukup banyak untuk HMS ITB. Sejak awal saya tidak suka dengan HMS ITB, dengan keorganisasiannya (yang saya anggap jauh lebih buruk dari unit saya: LFM ITB), badan pengurusnya (yang sekali lagi saya anggap lebih buruk dari badan pengurus/fungsionaris LFM ITB), dan bahkan teman-teman saya (yang saya anggap tidak lebih seru dari teman-teman saya di Satgas dan Keamanan). Saat itu, akhir semester genap pada tahun 2017, dengan latar belakang “orang lapangan” membuat Edward Deming Sinaga, Ketua Kaderisasi Pasif HMS ITB 2017 meminta saya untuk membantunya menjadi koordinator lapangan. Tentu saja saya tolak. Saya tidak suka dengan HMS ITB, mengapa saya harus membuang-buang waktu saya untuk mereka? Tapi takdir berkata lain. Akibat suatu perjanjian saya dengan Edu, saya akhirnya menurut untuk membantunya. Dalam benak saya, “sekali ini gapapa lah”.

| 106


107|

Bahasa Sabana

Singkat cerita 3,5 bulan berlalu. 3,5 bulan saya menjadi koorlap berlalu. Saya sangat berterima kasih kepada orang-orang yang membuatku terus semangat menjalankan tugasku tersebut. Kepada Kuya-Kuyi HANTAM yang saya didik. Kepada KuyaKuyi SABANA yang tiba-tiba menjadi teman-teman yang kebaikannya jauh di atas ekspektasi saya. Kepada Komandan Lapangan yang selalu membantu dan mendukung saya: Raditya Nareshwara Septiano Halim, Kenandio Darmadi, Anggi Renaldy Pratama, dan Regina Martha; serta Sekretaris Lapangan Ulayya Sarfina yang membantu dan mendukung saya dan danlap saya. Kepada K3WK yang selalu ada untuk saling bercerita, saling berbagi, dan saling mendukung: Edu, Doni Wardoyo Sembiring, dan Galatia Arthasanauli Nainggolan; serta Sekben Alyssa Ramadhani Anggriana dan Anissa Dian Pratiwi yang selalu membantu kami dalam menyukseskan Kaderisasi Pasif HMS ITB 2017. Saya tidak hanya berterima kasih karena telah membantu saya menjadi koorlap. Saya juga sangat berterima kasih kepada kalian semua karena telah membuatku sadar bahwa HMS ITB ini memang buruk. Tapi bukan untuk dihindari, melainkan untuk diperbaiki. Kegelisahan-kegelisahan mengenai sisi buruk HMS ITB serta dukungan dari teman-teman saya membuat saya ingin mencalonkan diri menjadi Ketua Umum HMS ITB. Akan tetapi ternyata ada beberapa hambatan yang membuat saya tidak jadi mencalonkan diri. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak jadi mencalonkan diri dan berniat akan fokus dalam bidang akademik dan akan mengikuti berbagai lomba ketekniksipilan. Kegelisahankegelisahan saya pun saya ceritakan kepada dua calon ketua umum


Bahasa Sabana

yang akhirnya maju: Anggi Renaldy Pratama dan Nauviero Farizi Syarif. Singkat cerita Aldy akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum HMS ITB. Masa-masa setelah itu adalah masa yang cukup membingungkan bagiku. Aldy membujukku agar menjadi bagian dari Badan Pengurus Harian (BPH), padahal saya sudah ingin fokus dengan akademik. Dengan renungan panjang dan obrolan dengan banyak orang akhirnya saya memutuskan untuk menjadi Badan Pengurus Harian, tepatnya sebagai Sekretaris Jenderal. Saya sangat berterima kasih kepada tiga orang yang paling berpengaruh dalam pilihan saya tersebut, Nadya Hanggana Raras Rinandya, Raditya Nareshwara Septiano Halim, Edward Deming Sinaga, Nur Almira Rahardyan, dan Melanesia Aesha Yoesoef; karena jika bukan akibat saran kalian, saya mungkin akan menyesal karena tidak memilih untuk menerima tawaran Aldy tersebut. Saya, Aku Saya adalah aku. Satu tahun ke belakang, saya adalah bidang kesekjenan. Saya membuka cerita ini dengan bidang kesekjenan, bukan tentang saya sendiri, karena sebenarnya memang itulah saya. Suka duka bidang kesekjenan lah yang menjadi suka duka yang saya alami dalam satu tahun ke belakang. Menjalankan semua arahan yang diberikan kepada kami bukanlah hal yang mudah. Kami harus menjalankan hal-hal yang terus berjalan setiap harinya. Kapan pun main system membutuhkan kami, kami harus siap membantu. Selain itu karena semua hal yang kami lakukan berkaitan secara langsung dengan anggota Badan Pengurus lainnya, kami sering menerima kritikan dalam

| 108


109|

Bahasa Sabana

menjalankan semua tugas kami. Bukan hal yang mudah, memang. Tapi kami terus menjalaninya dengan ikhlas agar tidak terjadi kekacauan yang disebabkan oleh sekadar supporting system. Sehari-hari saya menjalankan fungsi sebagai seorang sekretaris jenderal, tapi juga sebagai bidang kesekjenan. Saya berusaha untuk selalu membantu menyebarkan informasi, mengajak orang untuk mengikuti program-program kerja yang telah dibuat, mengingatkan kepada semua orang tentang kenyamanan lingkungan fisik HMS ITB, dan tentunya menjaga semua program kerja tetap berjalan bukan hanya tepat waktu tapi juga tepat sasaran. Semua hal tersebut terasa sulit di awal. Tapi dengan dukungan dari teman-teman saya di bidang kesekjenan: Anissa Dian Pratiwi, Wirza Muharzaki Putri, Faris Abdul Latif, Mochammad Elan Septaji Nusantara, Muhammad Tri Edi Saputra, Dwina Miranti Chastra, Dimas Yoga Pratama, dan Nabila Soraya Sekarputri; serta Badan Pengurus Harian: Aldy, Anang Marjono, Nadia Qamilla, Andronikus Riansy Lumembang, Dian, Cici, dan Doni; semua jadi terasa lebih mudah. Saya tetap bisa fokus dengan akademik sekaligus dengan HMS ITB dan bahkan bisa mengikuti beberapa lomba ketekniksipilan. Ternyata menjadi seorang Sekretaris Jenderal bukanlah hal yang terlalu sulit jika ada mereka. Saya bangga kepada bidang kesekjenan. Berbagai pencapaian besar ternyata dapat dilakukan oleh kami yang hanya supporting system. Angkatan termuda di HMS ITB sekarang sudah bisa menikmati kemeja yang seragam untuk digunakan dalam kuliah


Bahasa Sabana

lapangan sejak semester kedua mereka menjadi Mahasiswa Teknik Sipil. Ruang publik yang dapat digunakan untuk berkegiatan oleh seluruh anggota HMS ITB bertambah dengan diusahakannya workshop agar bisa dimanfaatkan oleh HMS ITB dan mudah pula untuk diakses. Arsip HMS ITB yang sudah terpusat dan dapat diakses seluruh anggota HMS ITB dalam satu situs yang menyimpan semua data HMS ITB dari tahun 2012 hingga sekarang. Keuangan HMS ITB yang terorganisasi sehingga dana dengan jumlah yang sangat besar tersebut dapat terjaga dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh seluruh anggota HMS ITB lewat program kerja yang telah lewat ataupun yang akan dijalankan setahun ke depan. Media penyebaran informasi yang semakin hidup dan Website HMS ITB yang sudah dihidupkan kembali sebagai usaha dalam membuat semua anggota HMS ITB mengetahui semua hal tentang HMS ITB karena dengan seluruh anggota mengenal HMS ITB dengan lebih baik, harapannya mereka dapat menyayangi HMS ITB dengan lebih baik pula. Penghargaan “HMJ Termedia� yang didapatkan oleh HMS ITB merupakan salah satu bukti keberhasilan pada bagian ini. Saya bangga kepada bidang kesekjenan. Saya akan selalu bangga kepada kalian.

| 110


111|

Bahasa Sabana

Dari Saya untuk Kalian Pada bagian ini sekali lagi saya ingin berterima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membuat saya percaya bahwa waktu yang saya habiskan untuk menjadi Sekretaris Jenderal tidaklah sia-sia. Kepada Bidang Kesekjenan, kepada Badan Pengurus, kepada K3WK, Komandan Lapangan, Sekretaris Lapangan, dan Ring 1 Kadpas, kepada orang-orang yang mendukung saya untuk menjadi Sekretaris Jenderal sejak saat pertama, kepada Kuya-Kuyi SABANA, kepada Kuya-Kuyi HANTAM, kepada Kuya-Kuyi BROMO, kepada Kelas 4 Sipil 2015, kepada Arya Muhammad Akbar sebagai pasukan saya di keamanan yang telah menjadi Ketua Angkatan Sipil 2015 yang membanggakan, kepada Abdul Kadir Alhamid sebagai Koordinator Kelas 4 sekaligus Senator HMS ITB yang sangat keren, kepada Nadya Hanggana, dan kepada keluarga saya yang selalu mendukung saya selama menjadi Sekretaris Jenderal HMS ITB 2018. Saya juga memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak karena yang saya lakukan tidaklah sempurna. Saya masih meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai. Saya bahkan masih belum bisa menjadi Sekretaris Jenderal yang baik hingga saat ini. Sisa yang Tidak Boleh Sia-Sia Jumlah jari saya sekarang sudah cukup untuk menghitung hari menuju Musyawarah Anggota Pelantikan Badan Pengurus HMS ITB yang baru. Artinya, ini adalah akhir dari kesempatan saya untuk berkontribusi sebagai Sekretaris Jenderal HMS ITB.


Bahasa Sabana

Saya rasa masih banyak hal di HMS ITB ini yang seharusnya bisa saya perbaiki. Terlambat? Tidak. Saya masih akan selalu berusaha untuk memperbaiki itu semua. Saya tidak akan kemana-mana. Saya akan tetap menjadi aku. Saya akan tetap memiliki kepribadian sebagai aku. Aku yang selalu ada untuk HMS ITB. Waktu saya untuk menjadi sekretaris jenderal memang sudah tidak banyak. Tapi waktu saya untuk menjadi anggota HMS ITB masih cukup banyak. Saya tidak akan membiarkan sisa waktu saya berada di HMS ITB ini menjadi sia-sia. Saya akan terus berjuang dan berdoa untuk HMS ITB yang lebih baik. Sekretaris Jenderal HMS ITB 2018 Alif Muhammad Reza

15015151

| 112


113|

Bahasa Sabana

You Are (Not) Alone Menjadi bagian dari “Pelopor Perjuangan” nya Aldy adalah satu hal yang mengisi hari-hari gue selama setahun belakangan ini, dan pastinya menjadi salah satu momen yang ga akan gue lupain. Thanks to Aldy dan Andro yang sudah mempercayai gue untuk “membantu” anggota HMS buat berkarya. Awalnya sih semangat, banget malahan! Bermimpi ini itu, pengen ngeprokerin ini itu, pokonya ingin mempersembahkan yang terbaiklah buat himpunan kecintaan gue ini. Audiensi clear, semua berjalan mulus. HMS merestui semua mimpi komkar (Kompetisi dan Karya yaa bukan Komandan Kebakaran). Satu per satu proker pun mulai dilalui tanpa kesulitan yang begitu berarti. Seiring berjalanannya waktu, gue ngerasa “kenapa rasanya makin sulit ya? kenapa gak berjalan sesuai rencana?” dan ribuan kenapa-kenapa lainnya. Singkat cerita gue pernah sampai di situasi dimana pada saat itu gue ngerasa ngejalanin ini semua sendirian, ngerasa gak ada yang mau bantuin gue, ngerasa “kenapa ini semua malah jadi beban?” padahal kan kata aldy jangan tambahkan beban. Luckily gue cepat tersadar. Ternyata gue cuma perlu “sedikit” berbagi apa yang gue rasakan agar gue gak ngerasa sendirian lagi, agar gue bisa menuntaskan tanggungjawab gue, dan agar gue bisa menuntaskan mimpi-mimpi yang dititipkan ke Komkar.


Bahasa Sabana

Pesan yang ingin gue sampaikan adalah jangan takut buat berbagi keresahan yang lo alami, jangan sungkan untuk menceritakan apa yang lo rasakan, dan jangan terlalu ngerasa gak enakan agar semua sama-sama enak!

With love, Kepala Departemen Kompetisi dan Karya Ayu Marysa Utami 15015039

| 114


115|

Bahasa Sabana

Ceritanya Ini Catatan Perjanalanku Perjalanan satu tahun ke belakang ini mungkin memiliki latar belakang yang cukup panjang bagi diriku sendiri karena ujung jalan dari pilihan ini merupakan doktrin masa lalu yang membekas terus dalam pikiranku. Memilih untuk terjun dalam kepengurusan Himpunan tercinta, HMS ITB, sejujurnya tidak secara murni keputusan hati. Mungkin aku akan memulai dari saat aku belum memiliki gelar maha-siswa, yaitu sekitar 1-2 bulan sebelum memasuki masa perkuliahan, di saat jiwa calon maba yang ambis ini tergesa-gesa dalam mempersiapkan diri untuk menginjakan kaki di kampus ganesa. Aku melemparkan beberapa pertanyaan kepada kakakku yang pernah menjadi mahasiswa di kampus ini apa saja sih yang perlu aku lakukan nanti saat berkuliah. Ia menyarankanku untuk mengikuti berbagai macam kegiatan selama masa Tahap Persiapan Bersama di luar mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa. Menurutnya dari banyaknya wahana yang ada di kampus, dari kepanitiaan lah ia mendapatkan banyak koneksi lintas fakultas dan jurusan yang tentunya membantu untuk mengenal banyak orang dan menyaksikan variatifnya orang-orang yang ada di kampus ini. Singkat cerita dengan alasan ini aku mengikuti bermacammacam kegiatan kepanitiaan terpusat dan yang paling membekas adalah kepanitiaan lapangan yang kuikut di acara wisuda dan Kaderisasi Awal Terpusat atau yang pada tahun 2016 diberi nama INTEGRASI ITB 2016. Penempaan yang dilakukan kepada calon


Bahasa Sabana

panitia lapangan di kampus ITB mungkin sudah diketahui oleh banyak orang di mana budaya yang diberlakukan adalah pendidikan latihan yang cukup intensif. Banyak sekali isian dari kegiatan ini tetapi satu hal yang sangat terasa bagiku dan rasanya mengalami peningkatan adalah kepedulian, kepekaan, dan kemauan untuk menolong teman-teman kita sesama calon panitia. ď‚Ş Singkat cerita lagi masuklah diriku dalam kegiatan Kaderisasi Pasif yang diadakan oleh HMS ITB. Berbeda dengan kepanitiaan yang mungkin calon anggotanya diisi oleh orangorang yang ingin tahu dan ingin mencoba suatu hal yang baru, Kadpas HMS ITB berisikan calon anggota yang didasari oleh satu yaitu mahasiswa dengan keprofesian yang sama, mahasiswa teknik sipil. Sepertinya aku tak perlu membahas lagi apa itu kadpas karena sudah ada yang membahasnya dengan sangat baik. Tapi dari kadpas ini aku akhirnya bisa mengenal orang baru yang memiliki pilihan keprofesian yang sama, karena toh walaupun sempat berada di satu fakultas yang sama, masa TPB tidak memberikan banyak fasilitas untuk berinteraksi dengan semua orang di dalamnya. Walaupun bisa dibilang aku baru mengenal setengah dari angkatanku sendiri saat kaderisasi pasif, bentukan kegiatan ini membuat intuisiku yang sudah kumiliki selama masa TPB itu (re: kepedulian, kepekaan, dan rasa ingin menolong) muncul kembali sehingga setiap kegiatan kaderisasi pasif aku selalu semangat untuk maju bersama teman-teman satu angkatanku. Mungkin tidak secara keseluruhan punya semangat yang sama tapi aku selalu memiliki keinginan untuk kami semua melangkah bersama tanpa ada satu pun yang tertinggal. Terdengar berlebihan dan klise tetapi

| 116


117|

Bahasa Sabana

begitulah sepertinya yang ku rasakan kala itu. Mungkin satu orang yang membuatku ikut semangat dan juga ingin membantunya dalam menyelesaikan kadpas ini adalah koordinator angkatan kami yaitu Onojram Gnana nim 15015015 yang telah kukenal semenjak TPB. Dia merupakan orang yang sangat peduli dengan temanteman yang ada di sekitarnya. ď‚Ş Kadpas pun berlalu dan angkatan kami, SABANA, terlantik sebanyak 160 anggota. Hingga akhirnya angkatan kami diberi tantangan untuk melaksanakan salah satu dari tri dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian masyarakat. Aldy yang saat itu mengetuai pengmas kami yang kemudian diberi nama PONDASI mengajakku untuk turut serta membantunya dalam melaksanakan tantangan ini. Jujur, aku ini orang yang pesimis terhadap pilihanku sendiri terutama setiap dihadapkan kepada tanggung jawab. Aku bukan tipe yang dominan dan mampu memimpin orang-orang karena seringkali aku merasa resah dengan setiap langkah yang kuambil, resah akan hasil yang akan muncul kemudian. Aktif mendorong sebagai anggota menurutku merupakan posisi yang lebih nyaman karena aku merasa aku lebih tepat diposisikan sebagai sistem penyokong. Karena bujukan orang inilah akhirnya aku mencoba untuk menjadi kepala deputi logistik kala itu. Pilihan ini berdasar pada keinginanku untuk membantu Aldy dalam menjadikan kegiatan ini sukses dan menjadi momen pemersatu angkatan. Walaupun aku baru kenal Aldy selama masuk jurusan dan bahkan sehari-harinya tidak selalu bertemu dikarenakan kami ditempatkan di kelas yang berbeda. ď‚Ş


Bahasa Sabana

Selesainya pengmas yang merupakan bagian dari kadpas ini menjadikan awal bagi diriku untuk mencari tahu lagi isi dari himpunan yang menghimpun diriku sekarang. Himpunan ini mungkin memang tidak sempurna dan pandanganku terhadap himpunan ini bisa berbeda jauh dengan orang lain, pankad bilang HMS tidak memberikan manfaat melainkan kita sendiri yang harus mencari manfaat di dalamnya, sedangkan aku sendiri melihat HMS menyediakan banyak sekali wahana untuk beraktualisasi yang tentunya telah dirancang sedemikian rupa oleh orang-orang yang berjuang untuk tujuan yang baik sehingga menurutku HMS malah memberikan banyak manfaat dan sangat disayangkan apabila kita melewatkannya. Maka dari itu aku berusaha untuk terus memegang komitmenku dulu pada saat penarikan komitmen di kadpas, aku ingin terus ada untuk HMS, untuk HMS yang lebih baik. Memang tidak 100% kegiatan HMS sejauh ini aku ikuti tetapi aku berusaha untuk menyempatkan untuk hadir, karena setiap kegiatan ini pasti ada wawasan yang baru dan membuat pandanganku terhadap berbagai jenis hal semakin luas. Di luar kegiatan non-akademik yang telah kusebutkan di atas, teknik sipil memiliki kegiatan akademik yang cukup padat. Semester tiga sudah harus dimulai dengan laporan praktikum dari dua mata kuliah. Seringkali aku memerhatikan kondisi kegiatan akademik yang ada di sekitarku terutama di kelasku sendiri. Grup line kelas diisi dengan bermacam-macam diskusi mengenai perkuliahan semisal tugas, berkas dosen, asistensi, dan lainnya. Menurutku berkas akademik ini sangat penting, sehingga pada semester tiga itu pun aku berinisiatif untuk membuat dropbox yang menjadi akses berkas dosen beserta tugasnya. Seperti yang

| 118


119|

Bahasa Sabana

telah dijelaskan sebelumnya bahwa aku ingin membantu temanteman sekelasku supaya berkas akademik yang tersebar sementara di grup line itu bisa disimpan abadi dan mudah diakses oleh semuanya. Sepele mungkin tapi hal sesederhana itu bisa mempercepat pemenuhan tugas kita sebagai mahasiswa. Tidak hanya itu, masuk ke semester empat dan lima, aku merasakan kembali sistem grup line kelas terkadang berjalan tidak efektif di mana segala jenis informasi masuk setiap harinya mulai dari akademik, kegiatan himpunan, sampai guyonan kelas yang tentunya gaada habisnya. Pada akhirnya informasi akademik tenggelam dan pertanyaan repetitif pun muncul seperti kapan deadline tugas A, kapan tutorial tugas B, kelas dosen C ada atau tidak, dan lainnya. Sehingga aku membuat sistem baru di mana setiap harinya selalu ada pembaharuan mengenai ringkasan informasi akademik. Hal ini pun ikut ditunjang dengan “kediktatoranâ€?ku menjadi koordinator ketua kelas, ya aku membuat ruang obrolan eksklusif yang berisikan semua ketua kelas dari setiap mata kuliah. Dengan segala jenis bentuk tersebut sempat ku dapatkan julukan yaitu kadep akademik kelas 01 karena memang aku merasa sistem kegiatan akademik kelas ini harus bisa sebaik mungkin sehingga aku sering berkeras kepala untuk menjadi manajer akademik. Tetapi itu semua karena aku merasa hal ini perlu dilakukan supaya urusan akademik kami semua bisa selesai dengan mudah. ď‚Ş Selesai bercerita tentang kegiatan akademik, tibalah masa menuju angkatan pengurus. Singkat cerita Aldy terpilih menjadi ketua umum himpunan dan dibukalah pendaftaran badan


Bahasa Sabana

pengurus. Masa-masa awal menjadi kuya, aku mewacanakan diri untuk menjadi kepala departemen saat masa kepengurusan nanti, pun seperti yang telah aku ceritakan sebelumnya bahwa pikiranku mengatakan bahwa aku bukan orang yang bisa mendominasi dan selalu resah apabila ada tanggung jawab yang harus dipikul sehingga aku mengurungkan niatku. Aku takut apabila aksi-aksi yang aku lakukan malah berdampak buruk bagi siapapun itu. Menjadi anggota biasa di HMS dirasakan cukup karena aku tetap memegang komitmen untuk selalu ada di HMS, tidak perlu mengikuti badan pengurus. Tetapi suatu ketika teman sekelasku yang sempat kusebutkan di awal, Anang, mengajakku untuk mendaftarkan diri sebagai kepala departemen akademik. Sampai sekarang aku belum tahu alasan mengapa aku diajak untuk mendaftarkan diri secara spesifik ke departemen ini padahal sebelumnya aku menjadi staf magang di kesra, bukan di akakom. Mungkin riwayat manajerial akademik yang ku lakukan di kelas menjadi alasannya secara kami berdua duduk di kelas yang sama. Seketika aku menolaknya dengan alasan konflik batin dan kekhawatiran dalam diriku sendiri. Tetapi karena dorongan beberapa teman dekatku saat itu, aku mendaftarkan diri dengan tidak percaya diri. Ya, prolog panjangku menjadi alasan di mana aku memang orang yang seringkali resah dalam memegang amanah tetapi juga aku ingin membantu orang-orang dalam menyelesaikan kebutuhan akademiknya. Mungkin dari semua calon pengurus saat itu, aku salah satu di antara beberapa orang yang memang tidak ingin menjadi pengurus, bahkan aku pribadi sangat tidak siap.

| 120


121|

Bahasa Sabana

Sampai akhirnya aku dipilih bersama Hansen di departemen akademik. Saat itu yang aku pikirkan hanya khawatir akan apa saja yang harus kupersiapkan untuk ke depannya. Dengan diskusi singkat kami memutuskan bahwa aku menjadi kepala departemen sedangkan Hansen menjadi wakil kepala departemen. Karena pengalaman ku mengenai departemen akademik bisa dibilang kurang, aku dan Hansen segera melakukan riset ke luar himpunan untuk melihat seperti apa sih pemenuhan kebutuhan akademik di sana dan program kerja apa saja yang mereka sediakan karena bila dilihat dari kepengurusan sebelumnya, akademik ini fokusnya terbagi dua dengan kompetisi sehingga kami merasa perlu dilakukan eksplorasi lagi terhadap fungsi dari departemen ini. Maka dari itu, kami berinovasi sampai rancangan berupa enam buah program kerja dihasilkan. Di departemen kami tidak ada program kerja yang berbentuk kegiatan karena sekjen kami, Alif, bilang kalau program kerja dengan bentuk kegiatan sebaiknya diminimalisasi untuk mengurangi sibuknya badan pengurus kami yang bisa dibilang sangat besar. Meskipun begitu program kerja kami cukup intensif karena hampir semuanya berhubungan dengan data yang perlu didapatkan secara berkala. Maka dari itu aku dan Hansen merasakan bahwa sepertinya departemen kami cukup banyak kegiatan dengan keenam program kerja ini. ď‚Ş Naiknya kami menjadi badan pengurus secara resmi lewat musyawarah anggota menjadikan perjalanan awal kami sebagai kepala departemen dan wakil kepala departemen akademik. Di situ kami mulai berkenalan dengan banyak pihak terkait pemenuhan akademik ini diantaranya pihak tata usaha yang terdiri dari Pak


Bahasa Sabana

Agus, Bu Tika, dan Bu Nisa; mahasiswa S2 yang sempat mengajak kami berkolaborasi untuk mengatur penjadwalan tugas besar; dan juga forum Kesejahteraan Mahasiswa KM ITB yang dikoordinasi oleh Ka Bayu GD’14 selaku Menteri Koondinator KESMA KM ITB. Kami ternyata mendapati bahwa ternyata beberapa bulan pertama banyak kegiatan yang ternyata didominasi oleh koordinasi dengan pihak-pihak lain. Pada semester genap saat itu kami mencoba sedikit mengatur jadwal ujian untuk menghindari timeline final lomba yang bertepatan dengan ujian suatu mata kuliah walaupun tidak bisa 100% terselesaikan. Mahasiswa S2 dan asisten akademik kala itu membuka obrolan dengan kami untuk mengatur timeline tugas besar selama satu semester penuh supaya beban perkuliahan tidak terkonsentrasi pada satu waktu saja. Mereka juga menyarankan kami untuk mengumpulkan masukan dari seluruh mahasiswa S1 mengenai beban perkuliahan yang mereka rasakan supaya bisa dijadikan bahan evaluasi pada rapat dosen, ya asisten akademik turut serta memberi masukan terhadap rancangan perkuliahan. Memang ide yang sangat bagus perihal koordinasi dengan asisten akademik ini tetapi selama keberjalannya ternyata belum menghasilkan suatu solusi yang konkret. Ada pun forum sosialisasi KESMA yang sempat dilaksanakan pada tiga tanggal selama bulan April dan Mei. Forum ini berisi tentang pengenalan kepala departemen dan ketua divisi seluruh himpunan yang mengurusi bidang kesejahteraan, penyamaan pandangan terhadap seperti apa kesejahteraan mahasiswa yang harus kita upayakan, dan juga persiapan kadep dan kadiv dalam kepengurusannya selama setahun ke depan. Forum yang sangat membuka wawasan apalagi mengetahui bahwa kondisi kesejahteraan setiap individu itu beragam bahkan banyak juga

| 122


123|

Bahasa Sabana

yang tidak baik-baik saja. Sudah hampir semua himpunan memiliki divisi khusus terkait kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan dasar sehingga aku merasa bahwa ternyata di ITB ini masih banyak orang baik yang peduli dan berusaha untuk menolong sesama mahasiswa. Di pertengahan bulan Mei juga kami melakukan rangkaian kegiatan tanggap UKT sebagai perpanjangan tangan KESMA yaitu penyeleksi awal di tahap jurusan atau himpunan. ď‚Ş Hari perkuliahan pun menuju akhirnya dan kerja praktik untuk angkatan kami akan segera dimulai. Saat itu aku sedang melaksanakan kerja praktik di Transpark Cibubur dan aku pun mempersiapkan diri untuk melaksanakan proker selama liburan. Dari keenam proker kami memiliki beberapa proker yang membutuhkan narasumber sebagai pengambilan data yaitu seputar MK dan booklet TA. Proker ini harus diselesaikan selama liburan karena sesuai timeline seharusnya hasil dari proker ini sudah disebarkan sebelum awal masuk perkuliahan. Ditambah lagi saat itu tanggap UKT belum terselesaikan sehingga harus dikerjakan lagi selama masa kerja praktik. KESMA juga meminta data KSM merah yang menjadi sulit karena komunikasi antar kadep dengan kabiro hanya bisa dilakukan secara online. Kemudian pada saat masa liburan kerja praktik, aku mendapatkan telepon dari kabiro beasiswa kepengurusan sebelumnya bahwa ternyata ada dua jenis beasiswa yang seharusnya sudah diurus selama liburan tetapi kami baru tahu hal ini setelah dia menelepon. Di sini jujur aku sedikit panik karena mengurus beasiswa itu tidak bisa secara instan, perlu


Bahasa Sabana

dilakukan proses seleksi yang matang untuk mendapatkan beswan yang tepat sasaran pun ada birokrasi yang juga harus dilalui. Masa kerja praktik akhirnya dimulai kembali setelah liburan lebaran selesai. Banyaknya kejaran yang harus diselesaikan selama liburan dengan hanya mengandalkan media maya untuk berhubungan dengan wakadep, kabiro, dan staf, jujur membuatku kewalahan. Kesibukan kerja praktik, magang, ataupun liburan yang berbeda-beda membuatku tidak bisa memaksakan kehendak sehingga saat itu pada akhirnya aku berhenti sejenak dan melepaskan tanggung jawab. Pada akhirnya kejaran-kejaran tersebut menumpuk di awal bulan agustus yaitu masa di mana hari perkuliahan semakin dekat. Proker seputar MK pada akhirnya diselesaikan secara tergesa-gesa karena proker ini harus bisa disebar sebelum masa perkuliahan dimulai. Memang proker ini selesai tetapi menurutku seharusnya bisa dilaksanakan dengan lebih santai dan tidak terburu-buru supaya hasilnya bisa semaksimal mungkin. Masa perkuliahan semester ganjil pada mulanya berjalan lumayan lancar. Hubungan departemen akademik dengan pihak tata usaha semakin baik di mana kerjasama dalam penyelesaian urusan akademik dirasa semakin efisien. Beasiswa Alumni pun akhirnya bisa berjalan walaupun terdapat kendala lagi pada timeline pelaksanaan. Pada evaluasi tengah tahun pun kami berinovasi kembali dengan menambahkan rancangan anggaran biaya pada mading akademik. Mading ini direncanakan sebagai bentuk rekapitulasi informasi akademik terkini yang dihias sedemikian rupa untuk menyokong pelaksanaan program kerja Akademik Sekilas Info. Ide yang cukup baik untuk membantu anggota HMS dalam mengingat jadwal akademik terdekat.

| 124


125|

Bahasa Sabana

Perencanaan awal ini dimulai cukup baik dengan ditunjuknya penanggung jawab proker mading akademik dan pada saat itu kami juga sesegera mungkin menghias mading tersebut. Tetapi karena pada saat itu terdapat kesalahan teknis, penempelan mading mengalami penundaan. Minggu-minggu menuju UAS menjadi titik terendahku, bukan hal yang bisa kuceritakan di sini tetapi ini menjadi masa di mana tugasku sebagai kadep terbengkalai. Alhasil, banyak program kerja yang mundur dari timeline rencana dan aku tidak bisa menanganinya saat itu. Sampai akhirnya aku baru bisa kembali melanjutkan semua proker setelah masa UAS telah berakhir. Pada saat itu, aku bisa meningkatkan kembali motivasi diri karena teman-teman terdekatku. Aku sangat berterima kasih atas dukungan yang mereka berikan sehingga aku bisa kembali sadar akan amanah yang masih aku pegang. Seperti yang kubilang seringkali aku merasakan resah untuk melaksanakan tugas-tugas ini, merasa apa yang kuperjuangkan ternyata tidak membuahkan hasil yang baik. Ada juga beberapa momen sebelumnya yang membuat diriku merasa jenuh dengan amanah ini tetapi jujur orang-orang di angkatanku selalu memberi hiburan yang turut membantu melepaskan penat. Terutama orang-orang yang berada satu bidang denganku yaitu bidang internal. Rapat bidang yang dilaksanakan mungkin sekitar sebulan sekali ini sungguh sebuah bentuk refreshing. Memang tidak intens tapi sangat membantu untuk menghilangkan kejenuhan. Orang-orang koplok ini membuat apa yang dinamakan rapat tidak terasa seperti rapat tapi menjadi obrolan funny-mad, ya emang sering banget bikin kesel tapi pada akhirnya ngakak juga sih. Kahimku juga menjadi orang


Bahasa Sabana

yang selalu support sama anak-anaknya. Dia selalu memberi wejangan dan juga follow up ke seluruh badan pengurusnya. Inilah yang membuktikan bahwa kahim kami adalah orang yang paling peduli. Yang membuatku merasa bersalah adalah mimpi integritas akademik yang kugadang sejak awal dicover olehnya dengan belasan poster kampanye integritas akademik di sepanjang lorong sipil semasa UAS. Memang dia juga punya keresahan yang sama dan aku berterima kasih karena ia mau ikut merealisasikannya. ď‚Ş Sampai pada akhirnya hanya menghitung hari sampai masa kepengurusan kami berakhir. Liburan akhir tahun sampai masa LPJ menjadi masa yang sangat sibuk bagi departemen kami karena pada akhirnya proker yang tertunda tadi harus kami selesaikan bersamaan dan secepat mungkin. Ini mungkin evaluasi terbesar akibat permasalahan yang kualami dan akhirnya berdampak pada memadatnya timeline proker di akhir masa kepengurusan. Ini mungkin sebuah penyesalan tersendiri bagiku karena tidak bisa memberikan kinerja yang terbaik selama setahun ini. Proker yang belum kusebutkan adalah proker konseling yang fungsinya adalah menyelesaikan permasalahan akademik untuk semua anggota. Aku merasa sampai aku LPJ saat itu, masih banyak permasalahan akademik anggota yang masih harus selesaikan tetapi aku tidak menemukan solusi yang pasti untuknya. Memang ini merupakan hal yang cukup personal apabila terkait masing-masing individu tetapi seharusnya aku bisa mengusahakan hal ini lebih baik dari yang telah kulakukan. Selama perjalananku dalam kepengurusan ini, aku merasakan banyak hal mulai dari demotivasi terhadap amanah,

| 126


127|

Bahasa Sabana

banyaknya rintangan yang dihadapi, kewalahan dalam menangani proker, sampai rasa suportif yang kurasakan dari teman-teman angkatanku, bahagia yang menghilangkan rasa jenuh, dan senangnya berkoordinasi dengan banyak pihak seperti TU dan KESMA. Mungkin catatan perjalananku ini banyak berisikan tentang penyesalanku terhadap kurang maksimalnya kinerja yang ku berikan tetapi aku juga bersyukur telah diberikan kesempatan untuk mencicipi roller-coaster kepengurusan ini ya walaupun memang pada awalnya aku tidak mau. Aku berharap aku bisa menyelesaikannya lebih baik tapi apa daya jabatan ini sudah mencapai masa gugurnya. Aku juga senang sekali dengan SABANA dan BP Pelopor Perjuangan yang menurutku adalah angkatan yang paling keren. Aku juga bersyukur dengan departemenku yang mau berkorban untuk menyelesaikan titahtitahku, kabiro dan staf yang udah mau membantu aku dan Hansen dalam mencapai kejaran yang telah kami buat. ď‚Ş Banyak hal yang masih harus diperbaiki tentunya yang kuharapkan kepengurusan setelah ini bisa bekerja semaksimal mungkin dan menghindari kesalahan yang telah kuperbuat. Terutama dalam hal kesejahteraan anggota di mana hal ini merupakan hal yang sangat krusial untuk keberjalanan himpunan ataupun mahasiswa secara keseluruhan. Tanpa jiwa yang sejahtera, kehidupan perkuliahan akan dirasa semakin sulit dibuktikan dengan statistik di ITB yang masih memiliki mahasiswa undur diri setiap tahunnya dengan berbagai macam alasan. Aku harap hal ini seminimal mungkin tidak terjadi di teknik sipil dan kita semua bisa menyelesaikan studi ini melalui wisuda di sabuga.


Bahasa Sabana

Pesan terakhir dariku, kesejahteraan itu bisa tercapai tetapi kesejahteraan itu tidak selalu bisa tercapai. Ada kalanya setiap orang memiliki permasalahannya sendiri yang membuatnya jauh dari kata sejahtera. Maka dari itu diperlukan kepekaan dan kepedulian terhadap orang-orang di sekitarmu supaya tidak ada satupun yang tertinggal. Hal ini juga tidak bisa dilakukan oleh dua orang saja, oleh satu departemen saja, melainkan seluruh anggota HMS ITB. Kita tidak bisa hanya mengandalkan departemen saja melainkan kita juga harus memiliki kesadaran dari diri kita sendiri. Kita juga harus mengusahakan untuk menolong sebisa kita walaupun kita juga harus tahu batasan dari usaha tersebut. Semoga pengusahaan kesejahteraan di HMS ITB bisa lebih baik lagi dan berjalan seoptimal mungkin untuk sekian masa yang akan datang. Maju terus kesejahteraan! Kepala Departemen Akademik Rayhan Ihsan Nasution 15015036

| 128


129|

Bahasa Sabana

BUKAN HANYA SEKEDAR KATA Tidak banyak yang bisa saya ceritakan ke kalian. Karena, Selama 1 tahun menjadi bagian BPH HMS ITB 2018, 1 hal yang saya pelajari. Belajar Ikhlas. Ikhlas adalah sebuah ungkapan yang selalu menjadi pendamping perbuatan yang dilakukan tanpa pamrih. “Bekerja keras adalah bagian dari fisik, bekerja cerdas adalah bagian dari otak, sedangkan bekerja ikhlas adalah bagian dari hati� -Abdullah Gymnastiar-

Terimakasih Semangat no. 1! Selalu.

Sekretaris Umum HMS ITB 2018 Anissa Dian Pratiwi 15015096


Bahasa Sabana

“Perjalananku di Badan Pengurus HMS ITB adalah Perjalanan yang Penuh Tantangan�

Mengambil posisi sebagai Badan Pengurus HMS ITB merupakan langkah yang sebenarnya merupakan langkah lanjutan dari posisi yang sudah pernah diambil pada saat Kaderisasi Pasif HMS ITB 2017. Pada saat itu, Aldy sebagai Ketua Himpunan Terpilih membuka perekrutan terbuka untuk siapa saja yang ingin berkontribusi kepada HMS ITB. Dari sanalah aku ingin mencoba meneruskan langkahku untuk berkontribusi untuk HMS ITB. Wawancara pun dilaksanakan pada malam hari, di depan lambang OM di sekretariat HMS ITB. Teringat ketika Aldy bertanya mengenai mengapa aku ingin menjadi seorang Kepala Departemen Kaderisasi BP HMS ITB pada saat itu. Jawabannya sederhana saja; akulah orang yang sudah memikirkan pendesainan profil HMS 2016 pada saat kaderisasi pasif sebagai koordinator materi, dan aku akan mencoba untuk terus mengembangkan HMS 2016 karena akulah yang memantau mereka selama ini. Namun disitulah titik kesalahan pertama yang aku buat, karena kepercayaan diriku pada saat itu ternyata justru membawa diriku ke arah yang salah. Setelah dipilih menjadi Kepala Departemen, maka disitulah harapan dan ambisiku muncul. Telah banyak rencana menarik yang ingin aku kembangkan selama kepengurusanku. Salah satunya adalah membuka forum umum yang nantinya akan digunakan untuk diskusi dua arah mengenai pengembangan diri

| 130


131|

Bahasa Sabana

anggota HMS 2016. Namun mimpi tersebut tidak terlaksana dikarenakan waktu penyusunan audiensi yang sangat sedikit sehingga keputusan pun sering dilakukan secara taktis tanpa pemikiran dan rencana yang panjang. Hal ini terbukti ketika audiensi, tidak banyak yang tertarik dikarenakan kemasan yang kurang menjual – selain karena esensi dari kaderisasi itu sudah punah dan hampir hilang di HMS sendiri. Selama setahun ini, seperti yang sudah kukatakan pada LPJ Depkad, hal yang paling kusesali adalah jarang berada bersama dengan kuya-kuyi hantam 2016 pada saat menjalani kaderisasi pasif. Kaderisasi aktif memang kaderisasi yang mengharuskan kader-kadernya untuk mencari secara mandiri tanpa dibimbing seperti pada saat kaderisasi pasif. Sebenarnya ini bukan menjadi alasan, setiap Jumat aku kembali ke Bandung dan terkadang tekanan dari massa saat aku bekerja juga membuat kepala ini penuh dengan bermacam-macam hal. Itulah resiko yang harus diambil dan aku menerimanya, sehingga akupun harus menghadapinya. Semua yang aku rasakan pada saat itu hanyalah jenuh dan lelah. Namun, mengeluh tidak akan menyelesaikan permasalahan. Sehingga, setiap persentasi dilakukan, aku berusaha secara fisik ada di antara mereka. Inilah kesalahan keduaku dan menjadi pelajaran untuk aku dan teman-teman satu departemenku. Namun, aku tetap berterima kasih kepada panitia angkatan 2016 karena tanpa mereka, kaderisasi pasif tidak akan berjalan seperti yang sudah tercatat pada sejarah itu. Dari peristiwa kaderisasi pasiflah, aku belajar banyak hal. Seperti “bos selalu benar� dan kuya masih diperbolehkan untuk salah. Akupun setuju dengan pernyataan itu. Karena aku tahu


Bahasa Sabana

bahwa aku telah berbuat salah pada saat membimbing HMS 2016, dan aku sadar hal itu – itulah yang membuatku benar. Namun sebagai seorang kuya HMS 2014, aku salah dan aku disadarkan melalui hal ini untuk memperbaiki kesalahan dan tidak mengulanginya lagi. Disitulah menurut aku kehebatan HMS dengan semboyan-semboyannya karena HMS bukan dinilai dari sejarahnya. HMS bukanlah sekedar logo. Namun siapapun yang memegang HMS, dialah muka HMS dan yang akan menunjukkan HMS kedepannya. Setahun itupun, aku juga berterima kasih kepada Albert Pranata dan Faza Rindam yang sudah menegurku ketika aku salah, teman-teman sedepartemen yang sudah menjadi tempat diskusiku, Aldy yang mau disibukkan dan turun tangan untuk membantuku, dan teman-teman lain yang sudah pernah membantuku. Dan aku memohon maaf sebesar-besarnya jika ada kesalahan yang pernah aku perbuat dan mohon maaf karena jarang sekali datang ke program kerja kalian. Aku masih susah membagi ambisi akademik dengan waktu bersama kalian. Sebagai teman seperjuangan, aku sendiri kagum melihat kerja kalian yang luar biasa dan inovatif. Disitulah satu-satunya tempatku ingin mengikuti jejak kalian di HMS ITB dan membuat HMS ITB lebih baik. Tidak ada kata terlambat. Kata penyesalan memang datang terakhir. Tapi penyesalan itu harus dipecahkan dan ditindak lanjuti. Orang yang kalah adalah orang yang tahu akan penyesalan yang dilakukannya namun tidak memperbaikinya.

| 132


133|

Bahasa Sabana

Semangat no.1 teruntuk Kuya-Kuyi Hantam dan Kuya-Kuyi Bromo! Kepala Departemen Kaderisasi BP HMS ITB 2018/2019 Doni Wardoyo Sembiring 15015086


Bahasa Sabana

PAMIT Rasanya baru kemarin diwawancara oleh Alif di depan Sekre HMS. Rasanya baru kemarin ngobrol dengan Dimas tentang siapa yang mau jadi kadep dan wakadep. Rasanya baru kemarin cari kepala biro untuk Medkom. Rasanya baru kemarin ditanyai oleh Aldy dan Alif “Proker Medkom mau ada apa aja?�. Tapi ternyata itu semua terjadi satu tahun yang lalu. Satu tahun yang lalu juga dimana belum tau harus ngapain untuk setahun ke depan. Jujur, tidak seperti Dimas yang sudah berpengalaman di bidang ini, saya bingung harus apa dan apa yang harus dipersiapkan. Saat itu, saya memilih untuk mendaftar menjadi bagian dari BP Pelopor Perjuangan di Departemen Medkominfo hanya bermodalkan menjadi Sekben Media OSKM ngebantu Mile dan keyakinan kali ini bahwa saya bisa. Pekerjaan pertama yang saya lakukan saat masih jadi (calon) Wakadep Medkom adalah membuat video perkenalan BP yang bakal ditayangkan pada saat MA menggunakan Adobe After Effect. Waktunya lumayan mepet dan saat itu juga pertama kali menggunakan aplikasi tsb. Meskipun saya tidak membuat videonya sampai selesai dan pada akhirnya dibantu dengan Anang, saya sadar bahwa pekerjaan yang mepet-mepet ini bakal terus ada sampai akhir kepengurusan (dan bener aja kejadian) dan tetap harus selesai bagaimanapun juga karena orang lain butuh informasinya tersampaikan dengan baik.

| 134


135|

Bahasa Sabana

Masih teringat pertanyaan Bang Hanif (HMS 14) pada saat audiensi Medkom 1 tahun yang lalu, katanya “Kalo ada Departemen yang meminta poster ke Medkom dan anak-anaknya gamau bikin bakal gimana?” Jawaban saya jelas “Itu tugas mereka, jadi saya akan semacam memaksa mereka untuk bertanggung jawab atas tugas mereka tersebut”. Namun jawaban Dimas lain, “Kalo emang ga ada yang mau, saya yang bakal bikin”. Dan Bang Hanif berpesan kepada kami berdua untuk saling mengingatkan agar bisa tahu kapan harus mengcover pekerjaan orang lain dan tidak. Lalu dalam keberjalanannya hal yang sudah dipesankan kepada kami di awal benar terjadi. Ada saat-saat dimana saya mengingatkan Dimas untuk membagi pekerjaan kepada orang lain untuk tidak melakukan semuanya sendirian. Dan ada pula saat-saat dimana saya juga diingatkan bahwa apabila anak-anak tidak membuat poster dan kami juga tidak membuat poster, akan ada informasi yang tidak disampaikan dan tentu dapat merugikan departemen lain. Sedikit banyak, kami mulai belajar untuk menurunkan ego masing-masing agar publikasi tetap berjalan dan staff tetap mengerjakan tugasnya. Selain hal di atas, masih banyak hal lain yang sudah saya dapat selama satu tahun kebelakang. Saya merupakan orang yang harus seluruhnya terencana dengan baik, tapi selama satu tahun ini menjadi Wakadep Medkom, dalam penyampaian informasi semuanya dinamis. Hal yang pada awalnya cukup sulit saya hadapi namun pada akhirnya bisa saya atasi. Pada awalnya seluruh Departemen Medkominfo juga merasa kesulitan untuk mengejar langkah pekerjaan Medkom yang sangat cepat. Namun pada


Bahasa Sabana

akhirnya pula kita dapat mengejar dan pada akhirnya bisa jadi HMJ Termedia (yay). Saya bersyukur banyak dibantu oleh orang-orang. Saya mau berterima kasih kepada Nadia Qamilla yang pertama kali yakin pada saya untuk dapat menjadi bagian dari Medkom HMS. Terima kasih juga untuk Aldy dan Alif yang sudah mempercayakan kepada saya jabatan ini dan dengan kepercayaan yang diberikan saya jadi dapat belajar banyak selama satu tahun ini. Dan tentu terima kasih juga kepada Kepala Departemen Medkominfo, Dimas, karena mungkin malah terbebani oleh saya yang lebih mirip staff ketimbang wakadep dan terima kasih juga sudah menjadi partner yang sangat helpful. Terima kasih juga kepada kepala biro, sekben, dan staff Medkom atas kerja samanya selama ini (u rock guys!). Dengan itu, saya, Nabila Soraya Sekarputri, pamit dari Departemen Media Komunikasi dan Informasi HMS ITB. Semoga apa yang sudah dilakukan oleh Departemen Medkominfo selama satu tahun ini dapat dilanjutkan apabila dinilai baik dan diperbaiki apabila ada yang salah. Kepada Tatya dan Kiki, apa yang kami lakukan mungkin sudah baik tapi belum tentu yang terbaik. Jangan pernah merasa lelah mencari cara untuk jadi yang terbaik! Just keep going and don’t give up! Wakil Ketua Departemen Media Komunikasi dan Informasi BP HMS ITB 2018/2019 Nabila Soraya Sekarputri 15015009

| 136


137|

Bahasa Sabana

AKU, KAPALKU, DAN CERITAKU.

Himpunan Mahasiswa Sipil, Institut Teknologi Bandung. Yang menurutku pandanganku, saat masih TPB, memiliki jaket himpunan paling keren di antara semua yang ada di ITB. yang selalu membuatku berkata kepada temanku, saat ada orang memakai jahim sipil di depanku, “keren banget gak sih jahimnya?�. yang menurutku akan sangat keren dan seru jika aku bisa menjadi bagian dari mereka. Perkenalkan. Aku, Dwina Miranti Chastra dari HMS15064 (yang pada akhirnya) menjabat sebagai Wakil Kepala Departemen Rumah Tangga di Badan Pengurus HMS ITB 2018/2019, dengan Aldy sebagai nahkoda kapalnya, dan Alif dan Edi sebagai tangan kanan dari Nahkoda itu, dan aku sendiri yang hanya merasa sebagai awak kapal biasa. Jika kembali ke masa lalu, memang tidak ada alasan yang sangat berarti bagiku untuk menjadi bagian dari HMS ITB selain memiliki jahim berwarna hijau tua dengan logo HMS yang besar di dada kanannya. Merupakan suatu motivasi untukku selalu mengikuti kegiatan kaderisasi pasifnya yang menurutku sangat membosankan. Rasanya seperti sedang berada di tengah-tengah labirin dengan satu pintu keluar, dan kamu tidak ada cara lain untuk keluar selain mengikuti arah labirin tersebut. Walaupun pada akhirnya aku tetap bisa keluar dari labirin tersebut dan


Bahasa Sabana

mendapatkan hal yang aku inginkan dari seorang HMS 2014, Zumrotun Nisa, yang sudah menjanjikan ku jaket himpunannya jika aku sudah dilantik. Kalau bicara akademik di teknik sipil ITB, rasanya seperti menaiki roller coaster yang berjalan menaiki jalurnya sampai puncak lalu segera turun dengan cepat dan terus menerus berulang. Karena NIM ku membuat aku masuk ke kelas 2, aku mendapatkan paket dosen yang membuat perjalanan akademik di sipil ini sungguh seperti menaiki roller coaster. Semester ganjilnya yang sungguh menakutkan dan semester genapnya yang sungguh menegangkan. Tetapi, saat itu kegiatan-kegiatan di HMS ITB yang menurutku menyenangkan dapat menjadi motivasiku untuk tetap semangat berakademik di HMS. Wisuda Oktober 2016. Acara pertamaku di HMS ITB dengan aku yang selalu berkuat dengan hobiku yaitu menjadi staff divisi dokumentasi. Di hari itulah yang menjadi motivasi ku untuk ingin cepat lulus. Sampai sekarang pun masih terbayang olehku bagaimana rasanya setelah aku menjadi wisudawan, mendapat banyak apresiasi dari orang-orang, termasuk HMS dengan mengarakku sampai ke depan sekre HMS lalu status anggota himpunanku di hapuskan. Apakah setelah aku menjadi non-him, aku punya kenangan yang bisa aku ingat dari HMS? Apakah aku bisa membuat kenangan tentangku?

| 138


139|

Bahasa Sabana

Wisuda April 2017. Untuk pertama kali aku bisa melakukan hal yang berguna untuk HMS, menjadi orang yang akan mengabadikan setiap momen di wisuda April HMS nantinya // Kepala Divisi Dokumentasi. Terima kasih untuk Nahkodaku saat itu, Audi Alfa Pratama, yang telah percaya kepadaku untuk memegang amanah tersebut. Momen pertama kalinya aku bisa berkenalan banyak dengan HMS 2014 dan HMS 2013, tetapi tidak dalam pembicaraan yang kaku seperti saat sedang kaderisasi pasif. Tetapi, menjadi momen pertama juga dimana aku merasa jenuh terhadap HMS itu sendiri. Momen di saat kamu sudah berusaha berjuang keras untuk hasil yang terbaik, namun orang - orang tidak menghiraukanmu. Sipil Bangun Desa 2017/2018. Untuk pertama kalinya lagi, orang-orang bisa melihat wajahku di organogram himpunan sebagai Ketua Divisi Publikasi dan Dokumentasi Sipil Bangun Desa dengan Kak Dito dan Kak Dunav sebagai Nahkodanya saat itu. Suatu kebanggaan dan kesempatan besar bagiku saat aku dipercaya memegang amanah tersebut, padahal seharusnya angkatan 2014 yang menggerakan HMS pada saat itu. Aku banyak sekali mendapat pelajaran selama menjabat. Dimana aku mulai membagi waktu antara himpunan dan akademik (karena semester 5 kelas 2 2015 memang sungguh luar biasa), dimana aku mulai bisa bekerja sama dengan banyak pihak, dimana aku mulai mendapatkan banyak tempat bercerita tentang keluh kesahku, dimana aku banyak dapat pelajaran untuk menjadi anggota HMS yang baik dari HMS 2014. Momen yang membuatku semangat lagi untuk berkegiatan di HMS ITB.


Bahasa Sabana

Banyak. Memang. Kegiatan HMS yang saat aku ikuti lalu mendapat pembelajaran dari situ. Banyak juga, kegiatan HMS yang aku ikut dan membuatku menyesal untuk ikut. Sungguh. Memang banyak hal yang terjadi selama kurang lebih tiga tahun berada di lingkungan ini. Dan memang, yang saat ini bisa diingat hanyalah kenangan - kenangan dimana matahari sudah tidak bisa lagi bersinar karena ditutupi oleh awan - awan mendung yang terus berdatangan. Aku itu, seorang yang ekstrovert. Yang cenderung membuka diri dengan kehidupan luar. Yang lebih senang berada dalam keramaian atau kondisi dimana terdapat banyak orang, daripada di tempat yang sunyi. Yang gampang bergaul dengan orang. Yang lebih senang bercerita, daripada mendengarkan orang bercerita. Yang lebih mudah mengungkapkan perasaan dengan kata-kata. Yang membuatku berkata seperti karena orang lain yang bilang kepadaku. Yang membuatku merasa diterima oleh lingkungan di sekitarku. Sayangnya, hal itu hanya sementara. Hanya sementara saja aku merasa nyaman di sipil, di HMS. Saat dimana aku merasa semua orang menghadap ke timur sedangkan aku malah menghadap ke barat. Saat - saat tersulitku di lingkungan ini, dan mungkin tidak bisa aku ceritakan semua di sini. Karena kesendirian memang pilihanku untuk saat ini. Tidak tahu untuk nanti.

| 140


141|

Bahasa Sabana

Badan Pengurus Pelopor Perjuangan HMS ITB 2018/2019 Akhir perjalanan kapalku di HMS ITB dengan Anggi Renaldy Pratama sebagai Nahkoda akhir di perjalanan itu. Memang kapal itu terasa sangat terombang ambing bagiku saat berada di atasnya, sampai aku beberapa kali merasa ingin langsung terjun saja ke laut dan meninggalkan semua awak kapalnya. Tetapi, aku sungguh bangga dengan nahkodaku karena tetap berusaha menerjang ombak, badai, dan kabut yang berlalu-lalang walaupun ada awak kapalnya yang ingin berusaha kabur, yaitu aku. Memang. Banyak sekali pembelajaran yang bisa aku ambil selama aku menjabat di BP ini, selain tentang program kerjaku. Menjadi BP, sungguh, tekanannya besar. Dimana aku harus bisa membuat HMS menjadi lebih baik berbarengan dengan tingkat akhir yang sungguh “seru�. Dimana aku harus bisa mulai mengharagai awak kapal lain tetapi banyak juga awak kapal yang tidak menghargaimu. Momen dimana aku ingin sekali meninggalkan suatu kenangan yang berharaga di HMS tetapi aku tidak nyaman untuk melakukannya, karena labirinnya terlalu sulit untuk dilewati. Iya. intinya. Pada akhirnya. Aku memang tidak senyaman itu di HMS, tidak seperti harapanku saat pertama kali masuk ke HMS. tetapi, aku sungguh berterima kasih kepada orang - orang yang selalu ada untukku di masa - masa sulitku. Yang tetap memberiku alasan untuk berada di HMS, yang selalu menyadarkanku kalau HMS mungkin bisa sepi tanpaku. Bagas Panandito. Anak kelas 2 2015. Kepala Departemen Pengembangan Keprofesian di kapal itu. Sahabatku. Tempatku bercerita.


Bahasa Sabana

Tempatku untuk bertanya. Tempatku belajar. Tempat untuk merasa nyaman. Memang kalau marah menyeramkan, tapi aku bisa percaya kepadanya untuk menceritakan apapun. Terima kasih untuk senang, sedih, kesal, kecewa, ketawa, seru, dan semangatnya selama di sipil dan HMS. terima kasih untuk selalu menjadi tempat yang nyaman. Wirza Muharzaki Putri. Anak kelas 3 2015. Sekeretaris Umum di kapal itu. Sahabatku yang lain. Memang cuek orangnya. Tapi aku banyak belajar darinya. Yang sangat peduli kepadaku. Yang selalu mau mendengarku bercerita. Yang bisa bersikap seperti kakakku padahal lebih muda dariku. Semangat terus PTSMnya bersamaku. Semoga kita selalu bisa bercerita bersama sampai seterusnya. Ismi Rafidah. Anak kelas 1 2016. Sekarang dia jadi Badan Perwakilan Anggota di HMS. sekarang dia juga maish menjabat di KPA. walaupun pengalamannya belum banyak di HMS, tapi aku juga belajar banyak darinya. Tempatku bercerita bagaimana HMS saat ini. Dan masih menjadi orang yang ingin aku buat dirinya merasa bangga terhadap diriku. Hehe. sayangnya sepertinya masih belum. Muhammad Wijdan Hawari. Anak kelas 3 2015. Sepertinya jabatannya banyak. Memang belum lama berteman. Tapi aku sudah percaya padanya untuk menceritakan keluh kesalku. Memang sifatnya yang peduli dengan orang lain, jadi bisa membuatku nyaman bercerita kepadanya. Terima kasih atas motivasi dan semangatnya di perjalanan terakhir

| 142


143|

Bahasa Sabana

ini. Terima kasih sudah mau mendengarkan suaraku bercerita di malam hari. Segitu saja sih. Memang gantung ceritanya. Mungkin memang salahku juga sehingga tidak punya hal yang bisa kuceritakan untuk HMS. tetapi, aku tetap bangga dengan HMS apalagi jaket himpunannya. Hehe. semoga yang habis baca tulisanku tidak kesal kepadaku, tidak bingung denganku. Anggap saja aku lagi curhat, dan kalian hanya cukup mendengarkan. Terima kasih dariku. Untuk kalian yang sudah memberiku senyuman selama ber HMS :) Dwina Miranti Chastra HMS15064 Wakil Kepala Departemen Rumah Tangga BP Pelopor Perjuangan HMS ITB 2018/2019


Bahasa Sabana

Sebuah Catatan Kecil Perjalanan Seseorang Anggota HMS 2015 PROLOG Pada awalnya sejujurnya saya disini tidak akan menyangka akan menjadi bagian dari kepengurusan HMS ini, karena hal seperti itu tidak pernah terpikirkan oleh saya sebelum saya akhirnya terjun di dalam suatu bagian yang menjadi eksekutor di dalam HMS. Sebelum saya masuk ke dalam organisasi yang bernama HMS, saya adalah mahasiswa yang hanya mengenal buku dan ruang kuliah atau bisa dibilang mahasiswa “kupu-kupu�. Pada akhirnya setelah menjalani kehidupan TPB yang terbilang sangat datar, kemudian saya masuk di jurusan bernama Teknik Sipil dan pada saat itu diperkenalkan organisasi di dalamnya bernama HMS ITB pada saat kaderisasi pasif. Pada saat itu, pikiran saya pada waktu itu hanyalah sebatas ingin masuk ke dalam himpunan saja tanpa ada tujuan yang jelas. Pandangan saya berubah, setelah saya dilantik dan masuk ke dalam sistem didalamnya. Salah satu yang sangat berpengaruh adalah dimana saat tingkat 2, banyak sekali kepanitiaan yang dilakukan seperti Wisuda Oktober, Wisuda April dan Wisuda Juli serta saya diterima menjadi salah satu staff di kepengurusan diatas kami. Dari hal tersebut saya melihat banyak sekali orang-orang hebat yang menurut saya sangat banyak pembelajaran yang didapat dari kegiatan tersebut dalam hal non-akademis, karena dalam hal tersebut saya terbilang sangat kurang dan dari situlah saya mulai

| 144


145|

Bahasa Sabana

sadar saya harus banyak belajar di dalam HMS. Oleh karenanya, setidaknya dalam kurun waktu tersebut saya mulai mengikuti dan mengamati ilmu yang bisa saya serap sesuai kemampuan, ya minimal paling ikut serta dalam segala kegitan walaupun sebatas menjadi pengamat saja dan dihitung-hitung sebagai pembantu teman-teman di HMS. LANGKAH AWAL Awal bulan tahun 2018 menjadi tahun yang ramai di HMS dikarenakan kepengurusan periode 2017/2018 akan berakhir dan akan beralih kepada kepengurusan selanjutnya, yang berarti angkatan kita yang akan menjadi penerus kepengurusan selanjutnya. Dan singkat cerita di waktu tersebut juga terpilih Ketua Himpunan HMS periode sekarang, Anggi Renaldy Pratama. Pada waktu tersebut saya hanya sebagai pengamat dan tidak terpikirkan sama sekali untuk menjadi bagian dari kepengurusan Aldy. Tetapi ada hal yang terus mengganggu dalam pikiran, terutama saya juga termasuk salah satu Staff di Cremona di bagian Media dan Kreatif dan juga BSO ICEE di Bagian Sponsorship dan dalam keberjalanannya masih banyak hal yang seharusnya bisa ditingkatkan kualitasnya tetapi saya melihat masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam keberjalanannya, oleh karena itu saya melakukan desain di dalam diri sendiri bagaimana cara agar mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada. Dari hal tersebut saya mulai mencoret-coret bagaimana seharusnya hal tersebut berjalan, dan hal tersebut belum memunculkan niat saya untuk melangkah lebih jauh.


Bahasa Sabana

Kemudian saat pembukaan pendaftaran untuk kepengurusan sekarang, saya tidak terlalu memperdulikannya karena belum ada gerakan dari dalam hati, dan hingga pada suatu titik dimana dinding ketidakpedulian itu hancur dan timbul kegelisahan dari dalam diri berkaitan dengan hasil coretan saya sebelumnya, hati saya mulai bergerak untuk bisa memberikan kontribusi lebih untuk HMS. Apalagi saat saya diberikan kesempatan pengalaman belajar selama dua tahun belakangan ini membuat hati saya goyah dan mendaftarkan diri untuk keluar dari zona nyaman. Yang menjadi persoalan adalah saya belum pernah sama sekali berpengalaman untuk memimpin dan kehidupan perHMS-an saya yang terbilang hanya ikut-ikutan, sehingga saat itu hati dalam keadaan yang bimbang, ingin mengubah sistem tetapi belum siap untuk melangkah. Maka dengan segala pemikiran selama hampir seminggu lebih saya akhirnya mencoba untuk medaftarkan diri sebagai Calon Kepala Cremona. Saya tidak sendirian, tetapi ada juga ada Johanes Deninov yang juga mendaftarkan diri menjadi Calon Kepala Cremona yang sekarang sebagai Kepala Biro Redaksi Utama. Setelah melalui audiensi, sebetulnya ada rencana untuk mengundurkan diri karena belum memiliki kesiapan secara mental, tetapi permasalahannya adalah teman seperjuangan saya juga berencana sama seperti apa yang dipikirkan oleh saya. Saya akhirnya memutuskan untuk kembali lanjut untuk melanjutkan keputusan yang telah saya pilih dan saya tidak ingin menambah beban lagi kepada Kahim dengan persiapan yang terbilang sangat sedikit untuk melanjutkannya. Oke, setelah terpilih dan mencari orang-orang yang mau bekerjasama yang juga terbatas. Akhirnya

| 146


147|

Bahasa Sabana

dilakukan penyusunan program kerja dan file audiensi bersama dengan tim Cremona dengan penyusunan program-program yang dibawa berdasarkan mimpi –mimpi awal yang telah ditulis dalam coretan, yang merupakan perjalanan awal kami yang kemudian akan cukup berat kedepannya karena pastinya akan menemukan beberapa badai dan rintangan yang tak akan pernah berhenti hingga mencapai tujuan akhir PERJALANAN BERSAMA Perjalanan yang telah kami lalui bersama selama hampir 10 bulan lamanya sebagai satu tim di Crremona banyak sekali sukadukanya, banyak dukanya tetapi sukanya lebih banyak lagi. Kita sering melakukan pertemuan bersama Ring 1 dan Ring 2 secara berkala untuk membahas program kerja yang akan dilaksanakan. Dimulai dengan pelatihan kepenulisan yang merupakan program kerja awal kami yang dilaksanakan sebelum liburan semester dan sebelum keos KP, banyak sekali hal-hal yang belum sesuai dengan harapan, akan tetapi saya sangat mengapresiasi kinerja dari Tim Cremona yang sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjalankannya. Sebenarnya ada hal yang bikin saya agak sedih yaitu batalnya keinginan dari tim kami untuk bisa pergi ke Yogyakarta yaitu pergi mengunjungi Clapeyron UGM dan jalan-jalan sedikit karena jujur saya sangat mengagumi keberjalanan Clapeyron yang bisa menjadi inspirasi saya untuk keberjalanan Cremona karena bisa menyelaraskan antara media cetak dan digital dengan sangat baik, dan saya ingin mengambil ilmu yang mungkin bisa diterapkan pada Cremona. Akan tetapi hal itu urung dikarenakan


Bahasa Sabana

terkendala biaya. Selain itu, program Lomba Artikel juga tidak dapat terlaksana dengan baik dikarenakan peminat yang sedikit dan publikasi yang kurang sehingga tidak dapat terpenuhi mimpi saya. Selain itu, kita juga berencana untuk membuat maskot untuk Cremona walaupun harus urung niat tersebut dikarenakan kekurangan orang yang bisa mendesain maskot tersebut Kemudian, saat KP merupakan waktu yang sulit untuk melakukan koordinasi antar tim karena memang tidak bisa berkomunikasi secara langsung dan harus melalui via online untuk melakukan koordinasi, dan mungkin di waktu ini agak kurang berjalan efektif, mungkin untuk kegiatan bisa diefektifkan pada sebelum liburan atau setelah liburan. Waktu di semester 7 inilah yang merupakan waktu yang cukup berat bagi kami, karena program kerja yang dikejar cukup lumayan banyak dan akademis yang cukup menyita waktu sehingga kami harus mengatur waktu dengan sebaik mungkin agar tidak keteteran. Terkadang untuk melakukan rapat koordinasi yang bisa didatangi oleh seluruh tim agak sulit untuk menentukan waktu dan jadwal yang pas. Program demi program kemudian dijalankan seperti Cremona Info dan penyusunan Majalah Edisi #18 yang bertemakan Modern Method of Construction dengan berbagai drama baik suka maupun duka. Pada waktu Bulan November seharusnya bisa melakukan launching Majalah Cremona Edisi #18, dikarenakan dari Cremona masih kesulitan mencari dana sponsorship untuk melakukan percetakan dan launching, oleh karenanya acara diundur sampai kita mendapatkan sponsorship.

| 148


149|

Bahasa Sabana

Pada awal semester 8, akhirnya dilaksanakan Launching Cremona Edisi ke-18 dengan persiapan yang agak mepet dan dengan orang yang terbatas karena beberapa orang di tim kami sudah mulai memfokuskan pada TA dan kesulitan untuk berkumpul dengan semua tim. Dan kemudian karena Launching yang mepet sehingga roadshow dan distribusi ke sekolah-sekolah di Bandung, Universitas di Bandung dan Himpunan di ITB agak harus dikebut. Dan pada bulan Februari awal akhirnya Cremona 2018 ditutup dengan LPJ. Sebetulnya dari keberjalanan Cremona selama 10 bulan terakhir ini dari saya sebetulnya agak berat untuk meninggalkannya dikarenakan masih banyak hal mimpi yang tidak bisa dijalankan dengan maksimal, dan agak berat untuk mempertanggungjawabkan hal tersebut. Dan mungkin karena pengalaman pertama saya untuk memimpin suatu tim sehingga terkadang dari saya masih banyak hal-hal yang tidak bisa tersampaikan dengan baik kepada tim saya, sehingga terkadang sering mis-komunikasi. Tetapi di dalam Tim Cremona sendiri saya sangat bangga dikarenakan banyak sekali pertukaran pikiran dari masing-masing orang sehingga keberjalanan Cremona tetap terus berjalan hingga akhir. WAKTU TELAH TIBA Dan akhirnya kita pun tiba di tujuan akhir dari perjalanan yang terbilang sangat panjang dan sangat melelahkan. Memang lelah, tetapi karena kita ingin sampai dengan tujuan tersebut maka kita terus melangkah walaupun kami sampai meneteskan air mata terakhir. Kita sebagai tim juga saling


Bahasa Sabana

menggandeng dan terus bersama membantu satu sama lain untuk mencapai tujuan tersebut. Walaupun beberapa program tidak dapat berjalan sesuai mimpi yang ingin dicapai, tetapi saya sangat berbangga dan berterimakasih kepada tim yang sudah memberikan jiwa dan raganya untuk berkontribusi dalam Cremona. Dengan segala permasalahan yang telah dilalui bersama akhirnya kami dapat melewatinya dengan baik, karena kami juga sebagai manusia juga tak luput dari kesalahan dan menjadi pembelajaran bagi kedepannya untuk tidak mengulangi kesalahan yang ke-sekian kalinya lagi. Oleh karenanya saya sangat berterimakasih kepada temanteman di Cremona, baik dari angkatan 2015 sebagai Ring 1 dan Ring 2, angkatan 2016 sebagai staff yang telah membantu banyak dalam keberjalanan Cremona, dan angkatan 2017 sebagai magangers walaupun baru sebentar di dalam Cremona. Dan terkhusus bagi orang-orang di bawah ini saya mengucapkan terimakasih banyak kepada: 1. Johanes Deninov, sebagai Kabiro Redaksi Utama, sebagai teman main dan belajar saya dari semester 3 sampai sekarang dan jadi partner TA juga. Terimakasih telah membantu penyusunan Majalah Cremona Edisi 18 dan program-program lainnya sehingga Cremona tetap berjalan. 2. Handini Yuniarti, sebagai sekretaris bendahara Cremona, terimakasih sudah ikut membantu mengurus surat masuk-keluar, mengurus notulensi rapat, menjaga keuangan di Cremona, dan administrasi lainnya. 3. Prayogo Siswono Putra, sebagai Kabiro Manajerial, terimakasih telah menjadi bagian dari Cremona dan sudah banyak

| 150


151|

Bahasa Sabana

mengurus dan membantu keberjalanan Cremona sampai pusing, dan salah satu orang yang selalu membantu manajemen Cremona agar terus berjalan. 4. Darwin Limanto, sebagai Kepala Divisi Redaksi, terimakasih telah membantu dalam hal konten-konten penulisan majalah sehingga Majalah Cremona memiliki kualitas konten yang sangat baik dan juga terkadang memberi masukan-masukan membangun dalam keberjalanan Cremona 5. Anindya Rachma Putri, sebagai Kepala Divisi Layoting, terimakasih karena sudah banyak bekerja untuk hampir keseluruhan desain pensuasanaan di Cremona dan banyak sekali bekerja untuk desain majalah di Cremona sehingga desain Cremona tahun ini sangat keren. 6. Eka Alim Wijaya, sebagai Kepala Divisi Editing, terimakasih telah membantu agar konten majalahnya menghasilkan tulisan yang berkualitas dan mencegah terjadinya kesalahan pada konten majalahnya, serta membantu dalam keberjalanan program kerja lainnya 7. Wilson, sebagai Kepala Divisi Sponsorship, terimakasih telah berusaha untuk mencari sponsor dan sumber uang bagi keberjalanan Cremona sehingga program kerja Cremona bisa berjalan 8. Putra Rizky Viktor Siahaan, sebagai Kepala Divisi HRD, terimakasih telah membantu buat meng-handle sumber daya manusia yang ada di Cremona dan membantu dalam keberjalanan pelatihan penulis Cremona


Bahasa Sabana

9. Jagad Slogo Langit, sebagai Kepala Divisi Media, yang telah membantu menyemarakan Cremona di media instagram dan line dengan info Cremona yang cukup menambah keilmuan di dunia teknik sipil 10. M. Qinthara Aghnat, sebagai Kepala Divisi Produksi Distribusi, yang telah banyak membantu untuk mencarikan vendor untuk percetakan majalah, dan membantu menyebarkan majalah di sekitar himpunan hingga Bandung sampai ke univ di luar Bandung PENUTUP Agar diketahui bersama bahwa Cremona merupakan salah satu media di HMS yang telah berdiri sejak tahun 1960-an dan telah mengalami beberapa perubahan selama lima dekade ini untuk memberikan manfaat baik langsung maupun secara tidak langsung kepada para pengikutnya. Perlu disadari pula, Cremona sudah cukup diakui dikalangan mahasiswa, baik di dalam ITB maupun perguruan tinggi lain. Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah apresiasi dan kontribusi dari anggota HMS sendiri, apakah sudah cukup puas dengan sekedar nama harum “Cremona�, atau ingin berkarya dan bermanfaat lebih besar lagi kedepannya. Dalam hal kepengurusan, kami sangat berterimakasih sekali kepada pihak-pihak yang telah membantu keberjalanan Cremona baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga kami dapat menjalankan program-program yang telah kami susun sebelumnya dapat berjalan dengan lancar. Saya sangat berterimasih kepada:

| 152


153|

Bahasa Sabana

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan pada saya sehingga sampai saat ini saya bisa menjalankan amanah yang dipikul dalam periode tersebut 2. Orang tua yang telah memberikan dukungan moril, walaupun pada saat keberjalanannya saya tidak memberitahukan bahwa saya sedang menjalankan amanah ini. 3. Anggi Renaldy Pratama sebagai Kahim HMS periode 2018/2019 yang telah memberikan kepercayaan untuk membawa Cremona dalam setahun keberjalanan Cremona dan banyak mengajarkan kepada saya bagaimana cara untuk menjadi sesosok pemimpin. 4. Teman-teman BP Pelopor Perjuangan dan BSO lainnya yang telah banyak membantu keberjalanan Cremona baik secara langsung maupun tidak langsung, dan juga dukungan baik materi maupun moriil. 5. Teman-teman Kuya Kuyi Sabana, Kuya Kuyi Hantam, dan Kuya Kuyi Bromo yang telah banyak membantu keberjalanan Cremona. 6. Dan yang lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu, Untuk diketahui bersama, pada saat ini kita dihadapkan pada Revolusi Industri 4.0 dan harus bisa mengikuti perkembangan zaman saat ini yang serba digital, dan diharapkan untuk Cremona selanjutnya perlahan –lahan untuk menambah platform ke arah digital dengan tidak menghilangkan bentuk fisik berupa majalah karena selain kita membutuhkan info ketekniksipilan secara up-todate, kita juga membuhkan suatu bentuk fisik dengan tujuan untuk menyimpan dan mengarsipkan info tersebut yang dapat berguna


Bahasa Sabana

sewaktu-waktu karena tidak dipungkiri bahwa media digital juga memiliki kelemahan yaitu tidak dapat bertahan lama dan info dapat hilang sewaktu-waktu. Untuk sebagai contoh adalah seperti pada media Himpunan Teknik Sipil UGM dengan media “Clapeyron” yang masih mempertahankan media cetak dan memiliki media digital yang maju. Untuk kedepannya Cremona dapat menerapkan sistem tersebut yang mungkin berbeda dengan dengan kepengurusan Cremona sebelumnya. Saya sangat berharap untuk eksistensi Cremona dapat terus berjalan selamanya. Pada akhirnya, saya sebagai perwakilan dari Tim Cremona periode 2018-2019 dengan rasa hormat menitipkan Cremona HMS ITB kepada kepengurusan selanjutnya. Dan kami mohon agar nama besar “Cremona” tidak membuatnya untuk berhenti untuk berkembang dan kami yakin kepengurusan selanjutnya dapat menbentangkan Cremona hingga ke pelosok seluruh Indonesia bahkan dunia! Dengan ini kami pamit undur diri, Salam Cremona! Bandung, 23 Februari 2019 Ex. Ketua BSO Cremona Periode 2018-2019

Muhammad Irsyad Sya’bana NIM.15015037

| 154


155|

Bahasa Sabana

Oase di Gurun Senja Hai. Halo. Siapapun namamu yang sedang membaca ini, namaku Ayya. Aku ingin menyapamu lewat tulisan ini, dengan harapan suatu saat nanti kita bisa bertemu tanpa harus merasa canggung berbicara tentang apa saja. Lewat tulisan ini juga aku ingin menceritakan bagaimana HMS ITB di mataku. Boleh, ya? Anggap saja saat ini kita baru bertemu di kampus, sama-sama menunggu kelas yang akan dimulai lima menit lagi. Nervasi Waktu Seringkali, orang akan menilai sesuatu dari yang ditunjukkan saat pertemuan pertama. Kesan pertama itu, selanjutnya mampu menjadi tolak ukur tentang perilaku bahkan kehidupan secara menyeluruh. Padahal, tidak semua perkenalan terjadi atas momentum dengan kesan yang menyenangkan. Begitu juga saat pertama kali aku mengenal HMS ITB. Saat itu, ku lihat kesan cerdas dan kharismatik dari HMS. Bahkan memikat banyak persepsi positif. Seiring waktu, aku menjadi bagian dari HMS. Magang sebagai anggota Badan Perwakilan Anggota (BPA), diberi tugas untuk mewawancarai beberapa anggota HMS – menjalankan tugas BPA sebagai penampung aspirasi massa.


Bahasa Sabana

Sebenarnya tugas itu tidak aku kerjakan semua. Alasannya? Pertama, canggung. Kedua, sibuk yang disibuk-sibukin. Ketiga, malas. Keempat, malas. Dua alasan terakhir adalah alasan utama. Aku tidak suka berbicara mengenai perasaan seseorang tentang sesuatu, yang disebabkan karena sebuah tugas. Aku lebih senang menjadi tempat seseorang menceritakan perasaannya karena mereka memang ingin cerita. Dilanjutkan dengan menjadi staff Departemen Kesejahteraan Anggota, yang kerjaannya senang-senang karena kehidupan perkuliahan sudah menyedihkan. Dan yang paling aku suka, Civilita! Wadah berkumpulnya wanita-wanita HMS untuk mengembangkan diri bersama; piknik, membuat sushi, dan lainlain. Isinya haha-hihi kehidupan dan makan-makan. Lalu mencalonkan diri sebagai ketua Wisuda Juli 2017, yang kalah sama Ninis; akhirnya aku menjadi koordinator lapangan di acara tersebut. Walaupun sedikit chaos – barikade “jabat tangan� karena kurang orang, massa memulai arak-arakan tanpa aba-aba, saluran HT yang tidak sengaja satu frekuensi dengan satpam – tapi berhasil. Selanjutnya, menjadi sekretaris lapangan Kaderisasi Pasif 2017 yang kerjaannya hanya menggabungkan teknis lapangan dan mengevaluasi panitia lain. Semua itu membuatku sedikit banyak lebih mengenal HMS. Mulai dari anggotanya yang suka aneh-aneh, jumlah anak tangga menuju lantai dua sekretariat, dan harga indomie goreng ditambah es teh manis di Mang Godek, serta ibu penjual pecel di dekat Lapangan Seni Rupa yang ternyata dulu pernah berjualan di

| 156


157|

Bahasa Sabana

dekat area sekretariat HMS. Oh, dan kucing-kucing lucu yang beberapa sudah dikebiri, mereka jadi gendut. Namun di mataku, HMS ternyata kaku. Dan terkadang HMS belum mampu menempatkan kapan dan dimana harus berperilaku. Walaupun katanya HMS tahu apa yang dilakukan, tetapi forum yang dijadwalkan pukul 19.00 dimulai pukul 19.30. Lalu terlintas di pikiran, apakah dikenal dengan citra yang baik justru membuatnya menjadi bisu untuk bersuara, atau risih melakukan hal-hal baru yang baik? Selain itu, mungkin, pandangan lingkungan tentang dirinya yang sempurna, membuatnya terkadang lupa untuk mensyukuri dan mengapresiasi kehadiran orang-orang di sekitarnya. Seperti yang selalu disuarakan para pendahulu, HMS adalah anggotanya. Aku memang bukan orang yang bisa dibilang “sangat HMS�, hanya seorang anggota biasa yang terkadang suka menghilang. Tetapi aku selalu datang Musyawarah Anggota (MA). Bukan sesuatu yang bisa dibanggakan, tetapi setidaknya aku menunaikan kewajiban. Di samping itu, aku memiliki keinginan untuk menjadikan HMS sebagai “rumah�. Aku merasa HMS belum bisa dianggap sebagai rumah, bahkan beberapa teman sudah terlebih dahulu meninggalkan HMS; dengan tetap membawa jaket himpunannya. Aku belum cukup kuat untuk mengakui bahwa mampuku saat itu adalah hanya untuk menerima. Dan ada yang lebih parah, lelah. Aku tahu, beberapa "ingin" memang mesti diterpa angin kencang di musim dingin.


Bahasa Sabana

“Aku ngga suka HMS yang seperti ini, aku mau keluar ajadeh.”, kataku kepada seorang teman sambil mengetik pesan kepada si Ketua Himpunan (Bang Fahmi a.k.a Komeng). Dilanjutkan dengan ceramah panjang oleh temanku yang membuatku berpikir berkali-kali untuk tinggal atau meninggalkan. Jingga telah terbit menuju malam yang diam-diam malu menampakkan gelapnya. Semua orang sibuk mencalonkan diri menjadi pengurus HMS. Sementara aku sama sekali tidak tertarik, malah ingin menghilang dari HMS. Beberapa hari setelah itu, Abdul Kadir, Ading, memintaku untuk menjadi sekretaris-bendahara untuk tim kesenatoran; disertai kata-kata “Please banget ngga ada yang mau, Ay”. Persimpangan Alienasi. Persimpangan ini sempat membelenggu langkahku; terkadang mendorongku untuk tinggal dan menarikku untuk secepatnya keluar; untuk meninggalkan. Hari itu aku memutar ulang momen saat aku dilantik menjadi anggota HMS. Malam hari di lapangan Gelap Nyawang. “Jika dan hanya jika, aku anggota HMS, maka seluruh anggota adalah keluargaku.”

‘Belum terlambat untuk kembali’, aku memberi tahu diriku sendiri. Aku menerima tawarannya. Keinginanku membantu Ading mengalahkan ego untuk menghilang dari HMS. Sebagai sekretaris-bendahara, aku mengurusi urusan administrasi tim kesenatoran dan menjadi tempat lapor Ading

| 158


159|

Bahasa Sabana

setiap ada agenda di Kongres. Jujur, aku bangga bisa menjadi bagian dari Tim Senator tahun ini karena teman-teman di sini cukup aktif dan kooperatif. Satu tahun terakhirku di HMS cukup mengubah pandanganku pada HMS. Usiaku di sini berkurang satu, lantas hal itu membuat aku ingin lebih mencintai segala sesuatu yang masih tersisa di garis perjalananku. Tentunya dengan bantuan orangorang di sekitarku; Tim Senator, Sabana, Hantam, dan Bromo. Walaupun forum yang dijadwalkan pukul 19.00 tetap mulai pukul 19.30. Makna Kehilangan Makna Jika ada satu hal yang bisa kupelajari dari perjalanan kali ini, adalah semuanya indah dan baik adanya. Yang terang, memang harus didahului yang gelap. Di HMS, dari mereka aku belajar, menyerah bukanlah arah, meloncat bukanlah tujuan, dan ketika hidup adalah kekhawatiran, maka segala yang bahagia akan dirundung ketakutan. “Jika sepi adalah tentang kesendirian, bagaimana dengan ombak yang memendammu dalam senja dan fajarnya? Nyatanya kau bukan kesepian itu, sebab alam senantiasa menemanimu dalam segala yang kau anggap kesepian. Kau tak pernah sendiri; ada pasir yang melamun dan angin yang mengayun.�


Bahasa Sabana

Pada akhirnya, berjalan perlahan bersama mereka membuatku tidak peduli dengan hasilnya, sebab berproses bersama adalah yang berharga. Terima kasih kalian semua yang membuatku berproses menjadi aku yang lebih utuh. Terima kasih telah membuat hal-hal ganjil menjadi genap. Terima kasih telah mengingatkan tentang hal-hal baik. Terima kasih sudah selalu menemani, melebarkan senyum, dan menyemangati. Maaf karena belum bisa berbuat banyak dan menjadi yang selalu ada; dan untuk kesalahan lainnya. Eh, sudah lima menit, kelasnya sudah hampir mulai! Terakhir dariku, jadilah Edelweis – tak gugur dan abadi dalam senyum. Untuk HMS, terima kasih atas senjanya. Senja yang meneriakkan cinta pada semesta. Ulayya Sarfina HMS15003

| 160


161|

Bahasa Sabana

UCAPAN TERIMA KASIH DAN MAAF Awalnya, saya hanya memandang HMS hanyalah sebuah himpunan yang hanya saya ikuti semata-mata tak ingin terkucilkan dalam pergaulan di bumi sipil yang keras ini. Namun, ternyata HMS memiliki banyak manfaat yang sayang sekali apabila tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya. Diriku sendiri sedikit menyesal tidak menggali manfaat tersebut secepat dan sebanyak mungkin. Namun, lebih baik sedikit daripada tidak sama sekali. Dari segala manfaat tersebut, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih. Terima kasih kepada Aldy selaku kahimku yang dapat menjadi contoh dan panutan bagi kami semua. Terima kasih kepada Alif, sekjenku yang selalu mengarahkan dan memberikan banyak pembelajaran terhadap saya. Terima kasih kepada Faris, kadepku yang berani dan memliki banyak akal. Teman-teman kesekjenanku yang sudah bekerja keras selama ini dan mendukung saya. Serta teman-teman BP yang selalu ada dan selalu bekerja keras. Maafkan saya kalau selama ini saya sering tidak bisa mengalahkan ego saya untuk bisa memberi lebih kepada HMS. Maafkan saya selama ini kurang berkontribusi dan membantu kalian. Mochammad Elan Septaji Nusantara 15015005


Bahasa Sabana

Surat Pengakuan Bos-Bis Siapa Kita? HMS!! Hal diatas adalah hal yang saya ingat saat menjadi Panitia Lapangan Wisuda ITB dan melihat Himpunan tempat saya berada ini melepas wisudawan Juli 2016. Saya melihat barikade yang mengelilingi dengan semangat yang menggelora. Singkat cerita, saya melewati rangkaian Kaderasi Pasif dan mendapat kepercayaan menjadi Koordinator Kelas 3. Proses pemilihan koorlas ini berlangsung antiklimaks dan saya terpilih dengan sistem one man one vote. Saat menjalani amanat ini, yang paling berkesan adalah berusaha dengan teman-teman saya yaitu Arya sebagai ketua angkatan serta 3 koorlas lain yaitu Ading, Andro dan Bagas. Namun tulisan ini tidak akan membahas saya menjadi koorlas. Namun tentang mengambil peran pelopor di himpunan ini. Semua bermula saat saya out of nowhere ditawari menjadi promotor oleh puang bos gue Aldy. Langsunglah saya tanyakan “Mimpu lu apa?”, “Kenapa nawarin aing?” “Lu udah nyiapin apa aja?”, “Kerja aing tar apa aja?”, “Apa yang bisa diharapakan dari aing sih?”. Beliau langsung menjawab hal-hal retoris tadi dengan penjelasan yang masuk di akal sehat saya. Hari itu adalah hari Senin jam 10 pagi sehabis kelas pengganti Geojal, kami berdua duduk berdua di dekat sekrtariat Plano. Malamnya diadakan forsos pemilu di 3202. Saat menjadi promotor, saya melihaat saya diposisikan sebagai vote getter dibanding sebagai advisory. Pada kesempatan ini juga saya

| 162


163|

Bahasa Sabana

acap kali melakukan komunikasi dengan soon to be my partner, Reza Prama. Reza kalo ngomong GAJELAS dan saya sering kurang ngerti, namun bakat baru muncul pada bagian kedua tulisan ini. Saya pun merasakan semangat Aldy terhadap himpunan ini. Jujur, saya awalnya tidak berekspektasi tinggi terhadap dia. I mean i know that he’s good, but not this good. Aldy ini (Bersama Reza) bisa dibilang sebagai “Bapak Menulis HMS”. Saya di buat takjub saat mulai membaca ikrar perjuangan pada hearing Aldy. Saat itu terdapat 2 calon yang sama baiknya dan memiliki karakter masingmasing, namun saya berdoa angkatan saya tidak terpecah. Alhamdulillah doa saya didengar, angkatan kami tetap kompak sampai sekarang (Credit to Arya (Ketang) dan kedua (ca)kahim). Singkat cerita, dia terplilih dan langsung membentuk badan pengurus periode 2018/2019. Saya ditawari Aldy membangun Kastrat Bersama Reza Prama, sahabat saya di Tim promotor (Bersama Ananag). Saya ini ga pilih-pilih teman, “berteman denganku tidak merugikan, bermusuhan denganku tidak menguntungkan”. Saya sama Reza memiliki sangat banyaaaak perbedaan, tapi ternyata interest kami sama, Membaca Menulis Berdiskusi. Dia pun mempunyai wawasan yang surprisingly luas!! Begitu pula pemikiran yang kritis. Namun yang paling saya respect dari dia adalah moral. Moral dia terhadap departemen ini sangat tinggi. Departemen ini = Departemen Kajian dan Aksi Srategis. Lalu mulailah kami dipercaya oleh Aldy dan Mile (Wakahim eksternal yang jago memposisikan diri dalam segala hal) untuk membuat draft audiensi, proker serta tim-tim kami nantinya. Tim kami terdiri dari Thirafi, Ammar dan Hanan. 3 orang yang


Bahasa Sabana

sangat saya hormati dengan arah hidupnya masing-masing. Thirafi adalah seorang pemikir berwawasan luas, Ammar seorang yang gemar menulis serta doyan sejarah, dan Hanan seorang wanita yang semangatnya acap kali eksplosif. Kami berembuk untuk mendapatkan proker-proker terbaik. Lalu audiensi berjalan gitu-gitu aja. Yang ditanyain terkesan formalitas. Masukin dari massa lebih ke parameter keberhasilan. Oke gapapa, kerja kami makin menantang. Lalu ada open recruitment Staff ke kuya kuyi bromo. Masuklah 8 orang terpilih (BUKAN TERDEPAK) ke departemen kami. Dila, Luis, Dompuy, Rafli, Rifqi, Sultan, Suwandi, Syakal, dan Yudi. Ternyata ada 9 orang. Proker yang paling saya kenang adalah Angkringan dan Diskusi Publik. Angkringan adalah momen saat saya melihat puluhan massa HMS berdiskusi Bersama dengan pemantik. Saya bangga terhadap 4 pematik kebangaan saya (Yudi, Rifqi, Syakal dan Rafli; You the real mvp). Saya pun bangga terhadap Luis yang sangat pandai mengatur kehadiran massa serta Donpuy yang loyal melakukan dirty work Kastrat. Begitu pula Sultan, Dila dan Suwandi. Sementatra diskusi Publik adalah momen saya ‘sedikit kecewa’ terhadap semuanya. Bayangkan, Reza mewakili HMS menjadi pioneer serta ketua atas terselenggaranya diskusi Publik yang mengudang 4 pembicara luar biasa dari luar. Acara ini disipakann kurang lebih dari Agustus dan baru berlangsung pada November. Bayangkan. Yang hadir dari himpunan kami hanya 12 orang, itupun hanya Reza Prama yang full. Yang ontime hanya 4

| 164


165|

Bahasa Sabana

orang. Okelah mungkin kami terlalu konsen ke konten, bukan ke publikasi. Setelah satu tahun menjabat, datanglah LPJ. LPJ kastrat bisa dibilang aneh. Kami baru selesai kuieioner‌‌. setelah pemaparan selesai. GILA. Untunglah 3 punggawa kastrat dalam diri Donpuy, Luis dan Rifqi. Mereka membantu saat SANGAT DIBUTHKAN. Thanks bruh, kebetulan kalian juga yang meneruskan semangat mengabdi di BP HMS. Terima kasih kepada Nadia Qamille serta Aldy yang telah menjadi contoh bagi saya. Kalian yang secara struktural berada di atas saya, telah menjadi sosok yang membimbing kami untuk lebih baik lagi, saya yakin kalian akan menjadi figure berpengaruh bagi negara kedepannya. Nah sekarang paragraph untuk Reza Prama. Maaf banget za gue belom bisa menjaga komitmen gua selama setaun ini (apa iya?), maaf juga belom bisa menjaga keinternalan Kastrat. Reza ini bener-bener orang paling underrated yang saya tahu. Beliau memenangkan lomba di luar negeri, gemar menulis, berpikir kritis serta berwawasan luas. Semua itu kalian butuhkan juga kan? Oke saya akui, Rezaprama memiliki beberapa (banyak) kekurangan. Namun kalo nyari orang yang paling cocok buat memegang jabatan ini? Tentu Reza Prama, Dan siapa orang paling bisa melengkapi kekurangan dia? Saya! Zakialda Sarvi 15015099. Zakialda Sarvi- HMS15099 (Mantan) Wakil Kepala Departemen Kajian dan Aksi Srategis BP Pelopor Perjuangan HMS ITB 2018/2019


Bahasa Sabana

Remaja di Danus HMS adalah keluarga. HMS adalah tempat pulang. Ketika saya berada di HMS memang sedari dulu saya mencintai kehidupan saya di danus. Mulai dari PONDASI, wispril, wisjul, wisokto, bahkan SIBADES, hidup saya didedikasikan untuk danus. Meskipun kadang kontribusi saya tidak begitu besar, saya mencintai keprofesian danus, melebihi kecintaan saya di bidang keprofesian sipil. Beberapa hal yang menyebabkan saya mencintai bidang ini adalah: 1. Peminat yang sedikit, jadi kesempatan berkembang besar 2. Membutuhkan kreativitas dalam menentukan penjualan 3. Mengeksplorasi diri lebih jauh Namun, ketika saya memasuki departemen dana usaha, semua tidak berjalan seperti ekspektasi saya. Keteledoran, tidak mencapai target, kehabisan ide, tidak tau apa yang harus saya lakukan, semua saya alami di danus. Mungkin hal tersebut sebagian besar diakibatkan ketidakcermatan saya ketika menerima jabatan. Sewaktu saya di tawarkan amanah menjadi kepala departemen danus, saya menerima tanpa mengetahui ruang lingkup yang saya kerjakan. Sehingga ketika menerima jabatan, saya banyak dibatasi untuk melakukan dan tidak melakukan berbagai hal.

| 166


167|

Bahasa Sabana

Ketika sudah di Danus saya sering mengalami stuck apa yang harus saya jual dan saya lakukan dan membuat saya down. Terutama karena danus tidak memiliki target apapun selain penjualan dan Danus harus mempertimbangkan berbagai acara kepanitiaan HMS lainnya. Namun, semua saya lalui berkat kerja keras berbagai pihak, yang paling utama Elan Septiadi. Sosok paling berjasa di danus. Melebihi apa yang bisa saya lakukan. Juga didalamnya ada Alif yang selalu memberikan dorongan untuk saya terus maju dan berkembang, dan memaklumi saya ketika saya sedang terjatuh dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Masa remaja di danus merupakan masa dimana saya belajar banyak hal. Termasuk apa itu amanah dan tanggung jawab. Saran saya bagi kepengurusan selanjutnya; 1. Danus BP bukanlah mengejar profit tujuan akhirnya, lupakan berbagai ambisi untuk mengejar keuntungan besar. Karena keuntungan HMS sudah banyak tertutupi oleh BSO 2. Fokus pada tujuan awal dibentuk departemen danus (bergantung arahan kahim). 3. Semangat No. 1 Bos Bis!! Terimakasih dan maaf sebesar-besarnya untuk elan, alif, aldy untuk kepercayaan yang pernah diberikan. ganes, heru, dan semua staff superior yang menopang saya. Kepala Departemen Dana Usaha 2018/2019 Faris Abdul Latif 15015123


Bahasa Sabana

TERIMA KASIH, HMS Hampir tiga tahun sudah perjalanan saya sebagai anggota HMS ITB, salah satu himpunan tertua dan mungkin himpunan yang disegani di kampus gajah ini. Ya, disegani karena merupakan salah satu himpunan dengan anggota terbanyak, disegani karena memiliki orang-orang hebat didalamnya yang menjadi aktivis baik di dalam maupun diluar kampus. Itulah yang membuat saya bangga ketika awal saya diterima menjadi anggota HMS. Dan sampai sekarang pun saya tetap bangga karena telah menjadi bagian dari himpunan ini. Saya, Laureno Lesmana HMS15144, dan ini adalah sedikit ceritaku selama berada di kampus ini. Saya ingin sedikit bercerita mengenai bagaimana saya bisa berada di kampus ini, dan bahkan di jurusan ini. Keinginanku sejak SMP adalah masuk ke jurusan Teknik Mesin. Saat pendaftaran SNMPTN 2015 dibuka saya mencoba mendaftar ke 2 pilihan, yaitu FTMD ITB dan Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Untuk berjaga-jaga saya juga mendaftar di Teknik Mesin Universitas Kristen Petra dan telah diterima. Pada saat hari pengumuman, ternyata hasil SNMPTN ditolak pada kedua pilihan tersebut, dan kuputuskan untuk kuliah di Petra saja. Sama sekali tak ada niatan untuk mendaftar SBMPTN. Namun karena paksaan dari orang tua dan semua saudara, maka saya mencoba mendafar SBMPTN. Awalnya saya hanya memilih FTMD ITB saja, namun tiba-tiba berpikir sayang juga kalau hanya satu, jadi saya menambahkan pilihan FTSL-G (tanpa tahu apa bedanya FTSL-G dan FTSL-J)

| 168


169|

Bahasa Sabana

karena passing grade nya lebih rendah. Tes SBMPTN kuikuti dengan pengetahuan ala kadarnya tanpa persiapan, dan saya merasa tidak yakin dengan hasilnya. Saat ospek jurusan Mesin Petra selesai, malamnya pengumuman SBMPTN keluar dan ternyata saya lolos seleksi tapi pada pilihan kedua yaitu FTSL. Bingung, butuh waktu seminggu untuk menentukan apakah tetap di Petra atau pindah ke ITB, karena saya sama sekali tidak tertarik di bidang itu. Namun akhirnya dengan beberapa saran maka kuambil pilihan FTSL ITB. Setelah setahun menjalani Tahap Persiapan Bersama, ternyata nilai saya kurang memuaskan. Sehingga saat masa pemilihan jurusan awalnya saya memilih Teknik Kelautan karena sudah pesimis untuk bisa masuk Sipil. Namun lagi, karena saran dari orang tua akhirnya saya mencoba untuk memilih Teknik Sipil. Dan ternyata saya diterima. Antara senang, tapi juga lebih banyak takut dan khawatir apakah bisa lulus nantinya dari jurusan ini. Saat pertemuan pertama dengan dosen wali beliau melihat transkripku dan berkata “Wah, IP kamu segini ya. Kamu urutan ke berapa terbawah ini dari yang masuk sipil”, karena memang IP sangat mepet dengan IP terendah yang diterima di sipil. Pernyataan yang agak membuat “drop” memang, karena itulah di semester awal di sipil saya mencari teman belajar dan untungya teman-teman Kelas 4 Sipil 2015 adalah orang yang sangat supportif dan kocak, apalagi dengan korlas Syekh Abdul Kadir Alhamid yang membuat saya sangat nyaman selama berkuliah sipil 3 tahun bersama kelas ini.  Beralih ke cerita tentang berhimpun. saya adalah tipe orang yang tidak tertarik berurusan dengan organisasi, apalagi organisasi pelajar. Di SMP dan SMA saya tidak pernah terlibat apapun yang


Bahasa Sabana

berhubungan dengan OSIS, bahkan tahu saja tidak. Ikut kepanitiaan suatu acara pun saya tidak pernah. Karena itulah saya adalah orang yang pasif, tapi tidak ambis, tetap gaul kok. Karena itu juga saya tidak pernah memegang tanggung jawab apapun, jadi ketua divisi, ketua kelas, bahkan ketua kelompok pun tidak pernah. Di TPB saya mencoba mengikuti unit Softball, namun seminggu setelah dilantik langsung menghilang, karena menurut saya lebih sering forumnya daripada bermainnya. Saat masuk ke jurusan Sipil, saya masuk ke himpunan karena hanya mengikuti arus teman-teman, yang seolah menjadi anggota himpunan adalah kewajiban bagi mahasiswa. Pada saat kaderisasi pasif saya mendapat pertanyaan dari mentor “Kamu mau berkontribusi apa untuk HMS kedepannya?”. Pertanyaan yang cukup sulit bagi orang pasif sepertiku yang hanya ikut-ikutan masuk himpunan, “Belum tahu Kak, dijalani saja dulu. Saya akan berusaha untuk meramaikan acara-acara HMS” jawabku. Setelah dilantik menjadi anggota muda, saya memang berusaha untuk hadir di acara-acara HMS, selayaknya anggota baru yang masih hangathangatnya, dan karena kebetulan saya orang yang gabut dan tidak punya kesibukan. Selama setahun lebih hanya menjadi peserta dan peramai acara-acara himpunan, saya hanya menonton jika ada teman-teman dan juga Bos-Bos yang berdebat dan bertukar pikiran. Hanya menjadi pendengar dalam tiap forum tanpa berpendapat, karena sifatku yang sulit mengutarakan pendapat dan memilih diam. Ya, itu adalah sifat yang tidak baik, namun memang sulit untuk mengubahnya. 

| 170


171|

Bahasa Sabana

Pada masa open recruitment BP Aldy awalnya tidak ada niatan untuk mendaftar, namun menjelang oprec ditutup saya mencoba mendaftar. Jujur, saya mendaftar karena ego saya, yaitu untuk mencari pengembangan diri, untuk mencoba mengambil tanggung jawab atas sesuatu. Departemen yang salah pilih adalah bidang internal, yaitu Minat dan Potensi karena menurut saya departemen ini adalah departemen yang asik dan bisa memberikan selingan dalam sibuknya dunia perkuliahan. Saya diterima menjadi wakil kepala departemen ini, dan untungnya kepala departemen adalah Galang Bisfarian yang sama-sama orang Malang, sehingga kami sangat mudah dalam berkomunikasi dan bercerita. Departemen ini adalah departemen yang baru di HMS, sehingga kami berdua dituntut untuk membuat proker-proker yang baru juga. Salah satu alasan dibuatnya departemen ini adalah karena adanya Olim X KM ITB 2018, dan Aldy berharap agar atlit-atlit HMS bisa lebih dipersiapkan dengan adanya departemen ini. Dan saya bersyukur, pada Olim X KM ITB 2018 HMS berhasil meraih 1 medali emas, 2 medali perak, dan 4 medali perunggu dan masuk ke 10 besar HMJ pada Olim X KM ITB. Semua itu bukan hasil dari departemen, namun semua karena hasil kerja keras atlit yang rela meluangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk membela HMS walaupun tidak diberi apa-apa. Apresiasi yang setinggi-tingginya untuk para atlit HMS! Dan saya mengajak kalian anggota HMS, untuk selalu mendukung keluarga-keluarga kalian yang sedang berkompetisi apapun itu, karena support dari kalian sangat berarti bagi mereka. Di bidang seni mungkin tidak banyak yang bisa kami wadahi, hanya dengan mengadakan kontes fotografi (Momento)


Bahasa Sabana

dan membentuk grup musik HMS (HMSound). Namun saya berharap semoga ini bisa menjadi awal bagi HMS untuk bisa memperluas pewadahan minat bagi anggotanya, karena sebenarnya HMS memiliki anggota-anggota yang memiliki potensi sangat luas, bukan hanya bidang olahraga namun juga di bidang seni. Saya berharap kedepannya, dengan ada atau tidaknya Departemen Minat dan Potensi ini pengurus selanjutnya tidak melupakan mengenai pewadahan minat anggota ini. Hal ini penting menurut saya, karena pewadahan minat merupakan salah satu daya tarik bagi anggota untuk bisa berinteraksi satu sama lain, untuk memiliki rasa nyaman terhadap himpunan, hingga akhirnya mau berkegiatan di himpunan ini. Entah bagaimana kalian akan mengemas bentuk pewadahan minat ini semenarik mungkin, itu adalah kreativitas dari kalian. Dan tidak terasa setahun kepengurusan telah berakhir. Banyak pembelajaran serta pengalaman yang saya dapat selama menjadi anggota HMS ITB, khususnya selama setahun terakhir ini. Dan memang benar, jika HMS tidak akan memberikan apa-apa kepada anggotanya, kecuali jika anggota tersebut mempunyai keinginan untuk mencarinya sendiri. Saya ingin berterima kasih kepada orang-orang yang sangat berkesan bagi saya selama berada di himpunan ini. 1. Anggi Renaldy Pratama, selaku Ketua Umum HMS ITB 2018/2019. Jujur awalnya saya tidak terlalu mengenal sosok Aldy, karena menurut saya dia jarang berada di himpunan. Namun dalam keberjalanan menjadi kahim saya salut dengan totalitas Aldy yang selalu berusaha untuk menjadi sosok seorang kahim dan menjadi teladan bagi anggotanya.

| 172


173|

Bahasa Sabana

2. Galang Bisfarian, sebagai Kepala Departemen Minat dan Potensi serta sebagai teman bermain dan bercerita selama di jurusan ini. 3. Petrick Kluivert Denilson selaku Sekben, Angga Aditya Wijaya selaku Kabiro Olahraga, David Lukas Andre selaku Kabiro Seni, serta Staff Departemen Minat dan Potensi beserta Pengawas yang telah membantu keberjalanan departemen selama satu tahun ini. 4. Badan Pengurus HMS ITB 2018/2019 yang selalu ada dan mendukung satu sama lain. 5. Kelas 4 Sipil 2015 dengan korlasnya Abdul Kadir Alhamid yang membuat saya betah berkuliah di jurusan ini. 6. KUYA-KUYI SABANA dengan ketangnya Arya Muhammad Akbar, yang membuat saya merasa nyaman dan bangga bisa menjadi bagian dari angkatan ini. 7. Kuya-Kuyi Hantam dan Kuya-Kuyi Bromo yang akan menjadi penerus bagi himpunan ini. Akhir kata, saya meminta maaf bila selama menjadi bagian dari himpunan ini ada salah kata, dan salah perbuatan yang saya lakukan. Semoga tulisan ini dapat memberikan sedikit manfaat bagi penerus-penerus selanjutnya, agar himpunan ini bisa menjadi semakin baik lagi. UNTUK HMS YANG LEBIH BAIK, IJO IJO IJO! Terima kasih, HMS Wakil Kepada Departemen Minat dan Potensi 2018 Laureno Lesmana HMS15144


Bahasa Sabana

HMS MEMBUNUHMU Tulisan ini mengandung banyak kiasan, konotasi, dan penuh nostalgia penulis tentang HMS ITB. Kalian tidak akan kuat, biarkan saja.

Permulaan Jika ingin bercerita tentang saya bersama HMS ITB, maka sebaiknya saya menariknya terlebih dahulu jauh kebelakang, ketika ITB masih merupakan angan-angan, bahkan tanpa gambaran sedikitpun mengenai ‘berhimpun’. 15 Tahun lalu, ketika saya masih anak-anak di kota yang kecil, bahkan bisa dibilang terpencil, mama saya pernah bercerita tentang suatu perguruan tinggi yang masyhur, yang menjadi mahasiswa didalamnya adalah suatu kebanggaan. Saya tidak pernah membayangkan bahwa 11 tahun kemudian saya menginjakkan kaki di kampus tersebut. Gambaran saya sejak kecil, harapan itu ada di depan mata, menjadi bagian dari solusi pertanyaan bangsa, yang katanya disini harus ada jawabnya. Satu tahun kemudian, saya mengucapkan ikrar ilmu logika. Masih jelas dibenak saya mulut lebar danlap mengucapkan: “…., maka ‘Ketua Himpunan’ adalah pemimpinku.” Jujur saya bukanlah seseorang yang mudah untuk mengakui seseorang sebagai pemimpin saya. Saya orang yang keras kepala dan dominan, dan selalu melakukan hanya apa yang saya anggap benar. Alasan saya ada di Kampus Gajah saat ini tidak lain karena saya ingin menjadi solusi untuk Indonesia, bukan hanya sekedar pemeran sandiwara

| 174


175|

Bahasa Sabana

kampus. Dan sekarang disinilah saya, di suatu sore, duduk di kursi depan 3201, bersama Ketua Himpunan terpilih, Aldy. Tawaran datang, untuk mengajak saya menjadi bagian kembali HMS ITB. Ya, ‘kembali’ adalah kata yang tepat setelah hampir satu tahun saya pergi untuk menjadi ketua kepanitiaan terpusat. Dan seketika itu pula saya teringat masa-masa tahun kedua yang penuh dengan kata ‘nginap sekre’. Terkadang hanya berdua dengan Edi, sobat saya. Atau ketika saya masih menggebugebu bersemangat setelah dilantik untuk hadir disetiap forumforum yang ada. Atau sekedar selalu bangga mengenakan jahim yang diturunkan Bang Fahrez, senator 2016/2017 kepada saya setiap saat selama dikampus, atau bahkan diluar kampus. Kata ‘cuci’ hanya melekat kepada orang-orang yang menegur saya, bukan kepada jahim saya (maklum, inipun saya bawa ketika liburan, naik gunung, ataupun ekspedisi Diseminasi Khusus kala itu). Masa itu bisa saya bilang masa-masa ‘bahagia’. Bukannya enggan, melainkan sungkan. Hampir satu tahun saya fokus kepada AMI 2018, jauh dari HMS. Bahkan ketika angkatan saya memegang Kaderisasi Pasif andil saya sangat kecil. Terlebih lagi dengan gelar ‘sang pemangku’ alias ‘giljab’ yang diberikan angkatan saya kepada saya (terimakasih, love you all!!). Wajar saja, kala itu saya sempat memegang 3 jabatan sekaligus dalam satu waktu. Sekarang saya hendak kembali, dengan embelembel tahta pula sebagai badan pengurus harian. Mungkin memang naluri, bisa juga oleh intuisi, saya pun melahapnya. Sedap. Dan saya memilih untuk menjadi Wakil Ketua Himpunan Bidang Keprofesian. Sekilas kebelakang, ketika penarikan komitmen kaderisasi pasif, disana saya berjanji bahwa


Bahasa Sabana

suatu saat akan menjadi bagian dari BP. Bahkan ketika itu, di dalam benak saya, gambaran untuk menjadi Kahim terlintas. Suatu pertimbangan berat kala saya memutuskan untuk maju mencalonkan diri sebagai Ketua Aku Masuk ITB 2018. Akhirnya saya lebih memilih AMI karena merasa dapat bermanfaat lebih disana untuk Indonesia apalagi untuk daerah-daerah kecil dan terpencil seperti asal saya melalui Diseminasi Khususnya. (Selain itu, jika menjadi ketua AMI, saya masih sangat mungkin mengambil andil di HMS, tapi jika saya memilih menjadi Kahim susah rasanya mendapat peran (jabatan) di AMI. Jangan dianggap serius ha‌ha‌ha) Tidak, literasi sebelumnya hanyalah bumbu. Saya selalu tahu apa yang saya lakukan karena saya hanya mau melakukan apa yang saya rasa benar untuk dilakukan. Mengingat hegemoni kampus ini, dan sebagai salah satu himpunan tertua dan terbesar disini, hanya ada satu impian yang ingin saya lakukan, bawa Himpunan ini menjadi salah satu jawab bagi Indonesia. Bidang Keprofesian akan saya jadikan senjata karya bagi HMS ITB. Penghujung Melompat langsung kedepan. Kembali kesini, saya, satu tahun setelah menjalani Badan Pengurus. Saya yang diawal berpikir bahwa akan mewujudkan mimpi-mimpi terhadap HMS, justru memperoleh kebalikannya. HMS mewujudkan begitu banyak mimpi-mimpi saya. Ya, HMS jauh sangat berpotensi daripada apa yang kita bayangkan. HMS begitu besar kawan, begitu megah sehingga menggerakkannya memang bukan hal

| 176


177|

Bahasa Sabana

yang mudah. Tetapi begitu roda itu berputar, sulit untuk dapat menghentikannya. Hal itulah yang saya dapatkan dan resapi betul selama menjadi Badan Pengurus. Jumlah massa? Untuk hitungan satu angkatan, jumlah mahasiswa Teknik Sipil tergolong besar dengan 160 mahasiswanya. Apalagi jika dihitung bagi 3 angkatan aktif, jumlahnya berkisar 500 mahasiswa (meskipun artinya kuorum MA juga besar, 251 anggota harus hadir forum). Ruang dan waktu? Mungkin kita sering terbiaskan dengan mengeluh padatnya jam kuliah teknik sipil menyebabkan waktu dan ruang kita untuk bergerak di ranah non-akademik sangatlah sempit. Tetapi kita dapat melihat dari sudut pandang yang berbeda. Sempitnya ruang menurut kita di HMS untuk berkontemplasi adalah luasnya potensi menurut himpunan lain. Bayangkan, kita memiliki keleluasaan mengelola bumi sipil mulai dari 3201 hingga benteng bahkan terus hingga gedung CIBE. Kita punya waktu begitu singkat untuk mencapai ruang kelas dari sekre kemudian kembali lagi ke sekre. Kita punya banyak ruang untuk digunakan forum hingga larut malam. Dan bahkan, sekre HMS dikenal sebagai salah satu sekre terbesar yang juga buka untuk 24 Jam (tidak semua sekretariat himpunan memiliki kemewahan ini). Sempit? Saya rasa jiwa melihat kesempatan kita saja yang kurang luas. Terakhir menyinggung sedikit soal dana. Tidak perlu ditanya. Sumber dana kita besar. ALSI siap berkolaborasi, LK sedia membantu, Prodi telah menganggarkan. Bahkan dana simpanan HMS itu sendiri bukan suatu jumlah yang kecil. Inilah yang membuat kami, BP Pelopor Perjuangan tidak pernah merasa berat dalam menahkodai pergerakan HMS.


Bahasa Sabana

Berpeluh penat sedikit namun tidak sampai bercucur darah. Kami lebih menekankan untuk mem’Pelopori’ pergerakannya bukan kepada ‘Perjuangan’nya. Ya, karena sesungguhnya dengan kemudahan dan potensi besar itu, tidak layak kita menyebut diri ‘berjuang’, yang perlu kita lakukan cukup ‘memantik’ massa HMS. Kesedihan bagi kami semua ketika akan tutup periode, melepas semua itu. Saya ingat bagaimana senator kami, Abdul Kadir Alhamid A.K.A Ading A.K.A Onta A.K.A Arab menangis tersedusedu (memang dia lemah) di pundak Aldy ketika forum kesenatoran terakhirnya. Waktu kami untuk menggerakkan HMS habis sudah, sudah saatnya bagi generasi berikutnya untuk mengambil kemudi. “Tetapi status kami sebagai HMS akan tetap dan selalu tersemat” Percak-percik di Antaranya Mungkin sebenarnya kisah-kisah inilah yang lebih menarik untuk pembaca simak. Yang dicari oleh mereka yang haus akan sejarah HMS. Tetapi saya tidak bercerita tentang sejarah, hanya kisah yang saya lalui, percak-percik ketika ber-HMS. Ke-onaran Pelantikan Sebagai korlas (koordinator kelas), ini hal yang patut untuk tidak ditiru. Hari pelantikan anggota HMS angkatan 2015 A.K.A Kuya-kuyi Sabana. Pesan untuk berkumpul jam 19.30 membuat saya keringat dingin ketika baru terbangun pukul 20.00. Tanpa fa fi fu , saya tancap gas hanya untuk mendapati seluruh angkatan saya berkumpul di Selasar Plano. Matilah saya, pelantikan dibatalkan

| 178


179|

Bahasa Sabana

karena saya. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Ternyata yang bertanggung jawab atas penundaan pelantikan adalah tidak lain tidak bukan common enemy saat itu, Kaprodi kami tercinta, Ir. Muhammad Abduh. Fiuh, mungkin sebaiknya minggu ini saya kembali ke gereja, suatu peringatan. (Pelantikan tetap dilaksanakan malam itu di Lapangan Gelap Nyawang) Sekre adalah Inkubator Masih pada hari yang sama, malam pelantikan. Setelah selesai prosesi pelantikan, kami diajak untuk mengunjungi sekre. Namun, terkhusus Korlas dan Ketang, kami dipisahkan untuk mengadakan ‘pengenalan awal’. Disinilah kami diberitahu bahwa sekre merupakan inkubator, suatu tempat pendidikan HMS yang formal. Dan sebagai bayi yang baru masuk ke HMS, maka kami harus diinkubasi agar cepat dewasa. Berangkat dari sinilah, selama satu tahun kedepan, saya berpindah kosan ke Sekre, dengan segala baju ganti dan peralatan mandinya. Dan M. Tri Edi Saputra-yang kelak menjadi Kadep DRT BP Pelopor Perjuangan-lah yang senantiasa mendampingi. Forum Pertama di HMS: Dibubarkan Mungkin bukan suatu kesan yang baik, tapi bukan juga suatu pengalaman yang buruk. Tidak sampai satu minggu setelah dilantik, saya langsung mendapatkan tugas sebagai korlas untuk mengumpulkan kelas saya demi mengkuorumkan Musyawarah Anggota: Perpanjangan Masa Jabatan BPA saat itu. Sayang, akhirnya saya baru bisa merasakan yang namanya Kuorum MA


Bahasa Sabana

berbulan-bulan kemudian ketika Serah Terima Jabatan BP Bang Juni (HMS 2013: BP 2016/2017) ke BP Fahmi A.K.A Komeng (HMS 2014: BP 2017/2018). Sedangkan forum pertama saya di HMS saat itu dibubarkan. Tapi semenjak kuorum itu pula, selama saya di HMS, belum pernah merasakan kembali yang namanya pembubaran MA karena tidak kuorum. Moonwalk Ading Jika ditanya mengenai apa budaya di HMS? Mungkin saya tidak bisa menjawabnya secara spesifik. Tetapi saya bisa bercerita tentang kebiasaan HMS untuk selalu menjadi yang pertama ‘booking´ basecamp di Sabuga saat hari arak-arakan wisuda (tolong dipertahankan). Dan saya pernah mengambil andil di dalamnya. Proker besar pertama saya di HMS, Wisuda Oktober 2016. Pukul 03.00 dini hari saya dan Ading diamanatkkan untuk menjaga basecamp Sabuga yang sudah kami ‘tag’ secara barbar (3 kali luas basecamp himpunan lain, keuntungan datang pertama). Sambil menunggu waktu kala itulah saya mengajarkan Ading bagaimana Moonwalk ala-ala Michael Jackson sambil berdusta di grup Line kalau basecamp diserang oleh Himarekta atau Archaea atau himpunan ‘kecil’ lainnya. (Tolong jangan tersebar). Mengenal Warteg Gaul Saat anggota HMS lain lebih sering mengenalkan Gembul sebagai tempat makan dan nongkrong favoritnya, yang berkesan bagi saya adalah justru Warteg Gaul. Bagi yang tidak tahu, Warteg Gaul terletak di Jalan Dipati Ukur tepat diseberang Richeese

| 180


181|

Bahasa Sabana

Factory. Disinilah tempat saya sering diajak oleh Bang Juni, Kahim 2016/2017 sekaligus juga role model saya di HMS untuk makan subuh bersama. Ya, ketika saya sering bermalam di sekre, terkadang Bang Juni mengajak saya untuk ikut bersama ke Warteg Gaul. Bukan sekedar untuk makan, tetapi dia banyak bercerita dan memotivasi saya terkait apa itu HMS. Sebenarnya ini juga suatu budaya HMS, tentang bagaimana seorang Bos mengkader aktif Kuya nya, sesuatu yang perlu untuk digiatkan kembali (saya sendiri lebih banyak datang ke Warteg Gaul dengan pacar daripada dengan Kuya). Jahim adalah Mainan Kembali kepada analogi awal dilantik, kami adalah bayi. Dan setiap bayi tentunya akan senang apabila diberikan mainan baru. Bagi bayi HMS, jahim adalah mainan baru tersebut. Tak perlu ditanya, saya senang sekali dengan mainan baru saya. Di kampus atau bukan, jahim sudah menjadi seperti kulit saya sendiri. Sayang, jahim ukuran M yang diturunkan Bang Fahrez lalu kemudian saya turunkan ke Abraham yang juga diturunkan ke Bang Fahrez oleh bos-bos sebelumnya, entah dimana rimbanya kini. Bagi yang mengetahui silahkan hubungi nomor berikut 085249817991. Lebih bagus lagi kalau dicuciin dulu. Terimakasih. Kuya Gunung menjadi Kuya-Kuyi Alam Salah satu hobi yang paling saya sukai adalah menjadi Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam bukan Mahasiswa Paling Lama). Hobi inilah yang juga saya paksakan harus dialami juga oleh HMS.


Bahasa Sabana

Usut punya usut, ternyata HMS punya komunitas pecinta alam juga yang bernama Kuya Gunung. Komunitas di HMS memang sangat banyak, Kuya Film, Kuya Jembatan, Kuya Futsal, Kuya Kuyi, dll. Namun sayang, komunitas ini perlu dibangkitkan kembali setelah mati suri. Berbekal nekat, saya dan beberapa teman HMS lain yg gemar naik gunung sebut saja Ramadhan Kurniawan dan Dominix, mengadakan ekspedisi pertama bertajuk Gunung Guntur dan mengganti nama Kuya Gunung menjadi Kuya Kuyi Alam (isu emansipasi memang sedang marak kala itu, belum lagi protes penggiat lingkungan hidup tentang cinta alam tidak hanya gunung). Tolong komunitas-komunitas seperti ini tetap dilanjutkan ya. Kuya Jembatan menjadi Tim Profil H Salah satu kegemaran saya selama di HMS adalah mengotak-atik nama yang sudah ada. Selain Kuya Gunung, korban berikutnya adalah Kuya Jembatan. Kuya Jembatan adalah komunitas yang mengumpulkan anggota HMS yang tertarik dan berminat dengan Kompetisi Jembatan Indonesia atau biasa disingkat KJI. Dan tidak ubahnya dengan Kuya Gunung, komunitas ini juga telah berakhir mati suri karena selama dua tahun yaitu dari 2016 dan 2017, Teknik Sipil ITB tidak pernah mengirimkan perwakilannya ke final. Dengan benchmark yang baru, maka saya mencoba menghidupkannya kembali dengan nama Tim Keprofesian Teknik Sipil HMS disingkat Profil H (sempat terjadi jotos-jotosan mulut di audiensi kala itu untuk persetujuan massa terhadap ide ini, kalah jadi bubuk menang jadi serbuk). Bukan perkara mudah. Angkatan 2015 pasti tahu

| 182


183|

Bahasa Sabana

bagaimana saya terbang langsung ke Makassar untuk mengumpulkan proposal lomba yang telah dibuat oleh Tim Profil H ini. Tidak ada usaha yang sia-sia, puji Tuhan akhirnya kami berhasil meloloskan 1 tim ke final KJI KBGI 2018, yaitu tim saya sendiri, ha…ha…ha… Mini Proyek Salah satu pencapaian yang sangat saya sukai di Bidang Keprofesian BP Pelopor Perjuangan 2019/2019 adalah suatu proker Mini Proyek. Mini Proyek ini merupakan perwujudan impian saya agar HMS tidak hanya dikenal karena kajian kaderisasinya ataupun sistem organisasinya tetapi juga oleh kajian keilmuannya. Selain itu juga Mini Proyek ini dapat menjadi wadah implementasi ilmu Teknik Sipil yang kita punya untuk menyelesaikan permasalahan di sekitar. Langsung aja cekidot gan: bit.ly/MiniProyekHMS Terpanah Asmara Malam Apresiasi juga merupakan salah satu terobosan di BP Pelopor Perjuangan. Keberadaannya sungguh sangat dinikmati oleh massa HMS. Ide awal turun dari Kahim langsung dan dikemas dengan apik oleh Anang, Rahmandia A.K.A Koyot (angkatan 2015 memang banyak tidak mensyukuri nama asli), dan Ninis. Mereka adalah Kepala Bidang Internal sekaligus juga Kadep dan Wakadep Kesejahteraan dan Apresiasi Anggota. Lebih berkesan lagi karena saya menang award kategori ‘Terpanah Asmara’ A.K.A ‘Terbucin’. Namun sial, saya maju kedepan sendiri, si kampret Galatia A.K.A Nana melarikan diri ke Padang.


Bahasa Sabana

Sabar dan Bijaksana Terakhir, mungkin saya ingin bercerita tentang angkatan saya. Tidak, tidak cukup disini. Diberi nama Sabar dan Bijaksana disebut pula Santai dan Banyak Nanya. Empat tahun bersama mereka tidak cukup hanya dalam satu paragraf. Baca saja seluruh kisah buku ini, dan kalian akan tahu. Wakil Ketua Umum Bidang Keprofesian Andronikus Riansy Lumembang 15015043

| 184


185|

Bahasa Sabana

Terimakasih ... Kepada orang-orang yang telah mendukung saya. Maaf ... Kepada kecewakan.

orang-orang

yang

(mungkin)

telah

saya

Terima kasih kelas 4 angkatan 2015, kuya-kuyi Sabana, BP HMS ITB 2018/2019. Sekretariat HMS, tempat yang (menurut saya) lebih enak dari kosan sendiri eheheh. Tempat berinteraksi sesama anggota HMS ITB, tempat yang secara fisik selalu ada dan mendukung keberjalanan HMS ITB. HMS ITB, bagi saya adalah wadah untuk mengembangkan diri, mendapat pengalaman berorganisasi, berinteraksi dengan berbagai macam orang yang bagi saya "sangat baru". Organisasi yang menurut saya sangat keren, berisikan orang-orang hebat, dan segudang kelebihan lain, meskipun salah satu bos pernah mengatakan untuk tidak berekspektasi terlalu tinggi ketika saya menjalani kaderisasi pasif. Bos selalu mengingatkan bahwa jika ingin mendapatkan sesuatu di HMS kitalah yang harus berusaha mencarinya. Sebuah motivasi yang membuat saya mau mencoba hal baru. Bermula dari sering menginap di sekre, saya merasa sekre merupakan tempat yang nyaman untuk beraktivitas dan saya berharap teman-teman saya juga beranggapan seperti itu. Sekre merupakan tempat berinteraksi antar anggota HMS di semua


Bahasa Sabana

angkatan sehingga harapan saya gap angkatan yang pernah saya rasakan dulu bisa hilang. Pada dasaranya DRT tidak hanya menjaga lingkungan fisik saja tetapi juga menjadi tuan rumah. Menjadi salah satu yang bertanggung jawab untuk mengajak anggota HMS lain agar mau beraktivitas di HMS. Secara fisik, DRT memang bertanggungjawab menjaga kenyamanan dan kebersihan sekre. Tetapi, bukan berarti DRT adalah petugas kebersihan melainkan menjadi seorang koordinator yang mengatur dan mengawasi kebijakan yang berlaku agar sekre tetap nyaman untuk seluruh anggota HMS. Bentuk kenyamanan bermacam-macam seperti kebersihan, kelengkapan fasilitas, maupun kenyamanan dalam berinteraksi sesama anggota. DRT berperan dalam mengajak, memfasilitasi, dan memberikan contoh dalam menjaga kenyamanan tersebut. Pemilihan Ketua dan Senator Himpunan Mahasiswa Sipil 2018/2019. Pada pemilihan senator saya sangat yakin bahwa Ading akan terpilih menjadi senator. Gebrakan yang akan dibawa oleh Ading dan totalitas dalam semua bidang menyakinkan saya bahwa Ading dapat menjadi senator yang dibanggakan oleh seluruh anggota HMS ITB. Pada pemilihan ketua himpunan sejujurnya saya sangat mengharapkan nomor urut dua menjadi ketua himpunan ehehehe. Saya merasa keinginan saya di HMS dapat tercapai karena memang pandangan yang sejalan dengan apa yang akan dibawa ketika menjadi ketua himpunan nantinya. Hasil perhitungan suara memang membuat saya kecewa yang saat itu membuat saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan kedepannya di himpunan. Meskipun pada akhirnya saya menjadi BP HMS ITB 2018/2019. Selama keberjalanan saya merasa kurang maksimal

| 186


187|

Bahasa Sabana

dalam menjalankan tanggung jawab sehingga berdampak buruk kepada anggota BP lain terutama kepada Wakil Departemen Rumah Tangga. Saya sadar bahwa saya masih banyak melakukan kesalahan dan belum dapat menjalankan tanggung jawab sebagai DRT. Saya menghargai totalitas Aldy yang selalu ikut di hampir semua proker HMS, menghabiskan malam di sekre, selalu memberikan masukan dan dorongan agar apapun keinginan selama di HMS dapat dilakukan, dan juga mengingatkan untuk mencoba semua hal agar tidak menyesal di akhir. Saya meminta maaf kepada Aldy, Alif, dan Wina yang selama keberjalanan BP HMS ITB, saya belum mengusahakan lingkungan HMS ITB menjadi lebih nyaman, koordinasi yang menurut saya kurang baik yang (mungkin) membuat beberapa orang kecewa. Terimakasih kepada wakadep, kabiro, sekben dan anggota DRT yang telah membantu. Saya harap sebagai angkatan 2016 yang akan menjadi angkatan BP dapat meningkatkan inisiatif karena kalian yang akan membawa HMS setahun kedepan. Terimakasih kepada BP HMS ITB. Terimakasih kepada seluruh anggota HMS ITB. Mohon maaf atas segala kesalahan yang telah saya lakukan dan kurangnya kontribusi yang saya berikan kepada HMS ITB. Semoga tulisan ini bermanfaat. Hidup terlalu singkat untuk disesali. Muhammad Tri Edi Saputra HMS 15138


Bahasa Sabana

MENGISI GELAS DAN KONTEMPLASI Pernahkah kamu merasa haus, namun gelasmu kosong? Pastinya kamu akan mencari air untuk mengisi gelasmu bukan? Baik dalam jarak yang dekat ataupun jauh. Begitulah salah satu caramu agar hausmu hilang. Pun dengan HMS, kamu akan merasa tidak haus lagi (mendapat sesuatu pembelajaran) ketika kamu telah berusaha untuk mengisi gelasmu (belajar dari wadah yang disediakan). Perkenalkan, namaku Agri Yazid Alhamdani, seorang yang telah mengisi gelasnya sejak 2 tahun silam pada Badan Perwakilan Anggota HMS ITB hingga saat ini. Semakin aku berkecimpung di BPA HMS semakin membuat diriku haus, yang menyebabkan semakin besar kapasitas gelasku, dan semakin banyak pula air yang akan kuteguk. Sejak pertama kali mengikuti dan mendiskusikan kaderisasi HMS ITB, yang terbayang dalam pikiranku HMS ITB adalah himpunan yang kolot, penuh birokrasi, dan penuh akan kajian. Dan setelah masuk kedalamnya ternyata memang itulah kenyataanya, dan disitulah tantangan belajarnya. Walaupun mungkin dikaca mata pihak lain sistem tersebut sudah tidak berlaku di zaman ini, tapi kuyakin esensi dari sistem itu akan selalu berlaku hingga kapanpun. HMS ITB adalah salah satu tempat terbaik bagiku untuk membuka pikiran dan mempertajam polanya, yang menurutku itu adalah salah satu modal terbesar dikemudian hari.

| 188


189|

Bahasa Sabana

«----» Badan Perwakitan Anggota (BPA); Representatif massa yang berfungsi sebagai aspirasi, perbaikan sistem, dan pengawasan adalah suatu hal yang cukup berat untuk dilakukan, seolah-olah mengharuskan BPA HMS menjadi orang-orang yang paling mengerti tentang HMS itu sendiri. Dengan begitu BPA harusnya mempunyai kekuatan yang paling besar untuk memperbaiki sistem-sistem yang ada di HMS, namun BPA tidak bisa sendiri untuk memperbaiki sistem yang ada, perlu interaksi multi-arah dari massa dan yang memperbaiki sistem melalui aspirasi yang disampaikan, karena HMS itu adalah bagaimana anggotanya. Bahwa sejatinya massa-lah yang membutuhkan HMS, bukan HMS yang membutuhkan massanya. Sekarang tementemen bisa lihat salah satu kondisi berikut, massa banyak menuntut tentang banyak hal saat proses audiensi program kerja diadakan, tapi mirisnya saat program kerja yang diminta diadakan, kemanakah pergi massa yang memintanya? Itu adalah pertanyaan yang cukup dijawab dalam hati masing-masing, menjadi kontemplasi bagi kita semua tentang “massa yang membutuhkan HMS, bukan HMS yang membutuhkan massa”. “Bahwasanya diri ini sadar telah menjadi seorang yang “apatis”, dan sadar bahwa menjadi seorang “apatis” di kampus sebesar ini adalah hal yang sangat disayangkan. Maka dari itu diri ini ingin belajar dan berkembang akan hal apapun, serta menjadi jembatan bagi orang-orang yang masih nyaman menjadi seorang yang “apatis” untuk dapat menikmati perkembangan diri dimanapun.” Kutipan itulah yang aku sampaikan dan tawarkan saat mencalonkan diri menjadi salah satu anggota Badan Perwakilan Anggota (BPA) HMS ITB tahun


Bahasa Sabana

2017/2018. Untuk itu aku meminta maaf kepada angkatan 2015 dan seluruh massa karena belum menjadi jembatan seperti yang aku tawarkan dahulu, dan berterimakasih pula atas kepercayaan dan kesempatannya untuk “mengisi gelasku” selama ini”.

«----» Terakhir, Izinkan aku mengingatkan diriku sendiri dan teman-teman semua melalui tulisan ini. Sebagai seorang anak muda memang tidak akan habis rasa penasarannya dan tidak akan menyerah dengan ketakutannya. Justru hal itulah yang menjadi kekuatan seorang anak muda atau malah sebaliknya. “Dengan masa mudalah orang-orang hebat menciptakan karakter suksesnya, dengan masa muda jugalah para pecundang memupuk rasa malas dan kebodohannya.” Maka bermanfaatlah dengan kekuatan masa muda kita! Maka beribadahlah disetiap hal yang kita lakukan, karena memang untuk itu kita diciptakan! Maka ingat mengigatkanlah atas kebaikan dengan cara kita sendiri-sendiri, tak harus di atas mimbar, sesederhana dengan mencontohkan! Maka perbesarlah “ombak pelayaran kapal”- kita, karena pelaut tangguh tidak lahir dari ombak laut yang tenang. «-Terima Kasih--» Ketua Komisi Aspirasi BPA HMS ITB Agri Yazid Alhamdani 15015048

| 190


191|

Bahasa Sabana

Mile Tulisan ini didedikasikan khusus kepada Ketua Departemen dan Wakil Ketua Departemen dalam Bidang Eksternal kesayangan saya.

Pertama-tama, jangan berekspektasi lebih akan tulisan ini. Karena isinya hanyalah curahan hati dari saya, nahkoda yang setahun ini mengawal jalannya Bidang Eksternal HMS ITB. Setahun sudah saya serta Kadep dan Wakadep melanglang buana ke segala arah dan tujuan, selain dalam rangka mengemban amanah yang diberikan HMS ITB dan Ketua Himpunan khususnya, namun juga untuk eksplorasi dan mencari arti. Perjalanan menjalin eksternal bersama HMS ITB menemui berbagai lika-liku yang berwarna. Warnanya pun bervariasi dari hitam sampai putih dengan berjuta spektrum warna di dalamnya. Baik dalam pelaksanaan fungsi dan kegiatan sebagai wakahim, yang lebih difokuskan lagi kepada masing-masing departemen. Perkataan seseorang selalu menancap di pikiran saya, bahwa berkegiatan di HMS sifatnya sukarela, tidak ada keuntungan atau profit apapun. Benar saja, bahwa segala yang dilakukan dalam HMS ITB harus didasari dari keikhlasan, serta keinginan kuat untuk membawa manfaat bagi massa. Perjalanan ini dimulai bahkan tanpa saya sadari, yang sebelumnya tidak ada goresan di pikiran saya untuk menjadi Wakil Ketua Himpunan, seketika jadi lah saya, dalam waktu beberapa minggu. Terima kasih khususnya kepada teman-teman BPH yang sudah memberikan kepercayaan


Bahasa Sabana

kepada saya untuk menjalankan Bidang Eksternal, dibalik kurangnya pengalaman dan wawasan saya. Hehe. Sekilas informasi sedikit, terima kasih banyak kepada Aldy khususnya yang telah mempercayai saya untuk mengemban amanah ini. Jujur lo pemimpin terbaik yang pernah gue temui dalam skala kampus, bangga banget sama kahim yang satu ini. You have inspired me in such many ways. Cukup sekian sekilas infonya. Lanjut ya. Merumuskan mimpi-mimpi saya untuk mengembangkan Bidang Eksternal namun tetap dalam koridor yang diberikan oleh Ketua Himpunan pun butuh proses, dilanjutkan dengan pemilihan Ketua Departemen dan Wakil Ketua Departemen yang sedikit banyak menjadi tantangan bagi diri saya, bagaimana tidak, ya gitu. Intinya, bersyukur sekali saya karena telah memilih Kadep dan Wakadep yang sampai dengan setahun kemudian senantiasa berjuang untuk menjalankan tugasnya di departemen masingmasing. Mereka special, lebih dari martabak spesialnya. Lebih dari segala makanan yang kalau dipesen ada ‘spesial’-nya. Luar biasa mungkin bisa menjadi penggambaran akan usaha mereka. Ekstrakampus yang dihujani kunjungan maupun undangan, juga keberhasilannya melakukan kunjungan demi menjalin hubungan baik dengan instansi luar kampus, intrakampus yang kerap menjadi garda terdepan dalam hubungan HMS kepada lembaga-lembaga dalam kampus, dan Kastrat yang senantiasa mewujudkan budaya menulis, membaca, dan berdiskusi kepada massa HMS, juga menjadi bagian dari Aliansi Infrastruktur KM ITB. ď‚Ş

| 192


193|

Bahasa Sabana

Bidang eksternal memiliki potensi yang begitu besar dalam keberjalanan HMS ITB. Eksternal mampu menjalin kolaborasi dengan HMJ ITB dan Kabinet KM ITB untuk lingkup dalam kampus, contohnya dengan memunculkan isu yang berkaitan dengan program studi lain dalam kajian kolaborasi dengan hasil yang dapat dikemukakan kepada khalayak umum, juga menjalin kerja sama dengan alumni dalam hal beasiswa atau sharing rutin dari alumni kepada massa HMS, menjaga hubungan baik dengan jurusan Teknik Sipil dari universitas-universitas di Indonesia yang nantinya dapat menjadi bentuk dukungan untuk keberjalanan acara HMS yang melibatkan pihak luar, serta lingkup Indonesia yang dijangkau oleh Kastrat dengan kajian isu nasional yang memunculkan awareness massa. Terima kasih sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Icel, Resti, Keza, Farah, Reza, dan Eki yang telah mencurahkan tenaga dan pikirannya selama satu tahun kepengurusan ini. Apa lah Bidang Eksternal ini tanpa kalian. Terima kasih saya ucapkan kepada staff departemen yang bukan main, tidak dipungkiri jika pemberdayaan masih belum optimal, namun saya harap para staff mampu memperoleh manfaat dari kegiatan yang dijalani dan nantinya mampu menjadi penerus kami. Kepada yang saya sayangi dan banggakan, seluruh teman-teman BP Pelopor Perjuangan, terima kasih telah menjadi partner kerja sekaligus sahabat dalam suka dan duka. Kalian semua yang membuat saya tetap semangat sampai saat-saat terakhir. Kepada angkatan 2015, Sabana-ku yang paling bombastis, terima kasih sudah menjadi angkatan paling suportif yang pernah saya miliki. Berada di angkatan ini membuat saya merasa dihargai dan didengar. Bahagia sekali punya kalian


Bahasa Sabana

selama masa perkuliahan saya. Mohon maaf kalau tulisan ini banyak bumbunya, namanya juga biar meresep. Tapi semua yang ada di tulisan ini berbasis dari realita yang ada, jadi alangkah baiknya untuk mengambil hal-hal positif, ya kalau ada yang negatif coba dikali negatif lagi biar jadi positif gitu. Sekian dari saya yang begini adanya. Wakil Ketua Umum Bidang Eksternal Nadia Qamilla 15015011

| 194


195|

Bahasa Sabana

Aku dan Ceritaku di HMS Waktu berjalan begitu cepat dan tak terasa kini sudah di ujung jalan dunia perkuliahan di kampus ini, dihitung-hitung tinggal TA dan beberapa mata kuliah. Begitu pula dengan perjalanan di HMS selama hampir 3 tahun ini, yang menjadi wadah terbesar aktualisasi diri saya sebagai anggotanya. Banyak pengalaman berharga yang tidak selalu manis tapi tentunya memberi dampak positif bagi saya dalam berbagai hal, dari bidang akademik, bagaimana cara bersosialisasi dan berkomunikasi, hingga mendapat teman-teman yang semuanya hebat. Sebenarnya, latar belakang organisasi saya semenjak SMPSMA hingga kuliah masih tergolong nihil. Tidak ada pengalaman spesifik saya dalam mengemban suatu tanggung jawab dan amanah untuk menjadi pengurus suatu organisasi. Pada saat SMP, saya sempat menjadi OSIS, tetapi saya merasa menjadi OSIS merupakan hal yang tidak berguna karena memang pada awalnya hanya ikutikutan teman dan belum berpikir tentang pentingya berorganisasi. Pada saat SMA, akhirnya saya tidak ikut lagi kepengurusan OSIS, tetapi lebih fokus kepada ekstrakulikuler karya tulis ilmiah di sekolah. Ketika tiba saatnya SNMPTN, saya cukup pede sebenarnya. Saya hanya mendaftar 1 pilihan saat itu, FTSL-G untuk masuk ke Teknik Sipil. Kepedean itu sebenarnya dilatarbelakangi nilai sekolah yang oke dan saya sempat berprestasi di perlombaan karya tulis nasional dan internasional. Saya pun


Bahasa Sabana

masuk ke ITB dengan pikiran “bisa lah ya”. Akan tetapi, kepedean itu sirna tak lama setelah masuk ke ITB. Ternyata anak ITB semuanya hebat-hebat. Belajar sedikit saja sudah paham dan yang ambis-ambis semakin memberi pressure kepada saya yang agak santai dalam belajar. Masa adaptasi akan kagetnya suasana kampus ITB berlanjut cukup suram bagi saya. Hingga keluarlah nilai ujian pertama, UTS Fisika. Saya hanya dapat 45 dan parahnya ketika bertanya kepada teman-teman, “Nilai lu berapa ya? Gua kecil nih”. Mereka banyak yang menjawab, “Ah gua pasti lebih kecil. Gua cuma dapet 80. Lu berapa?”. Dikelilingi orang-orang seperti inilah yang membuat “nyesek” karena ternyata saya begitu rendah dibanding mereka. Ya memang berat masa adaptasi di ITB. Mulai saat itu, saya lebih fokus belajar dan tidak meluangkan waktu banyak untuk organisasi unit. Buku Haliday, Purcell, dan Brady pun jadi mainan saya #eak. Setelah itu, nilai saya memang membaik dan cukup memuaskan selama di TPB, tetapi sebagai trade-off, saya tidak ada unit sama sekali, kecuali Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK). Paling tidak, sempat jualan danus beberapa kali untuk event KMK selama TPB. Selain memang fokus belajar, saya merasa malas sekali untuk mengikuti forum-forum. Ketika mendaftar suatu unit olahraga, pandangan saya adalah untuk bermain dan berolahraga, tetapi forumnya malah lebih banyak ternyata. “Pasif” tentu adalah kata paling cocok untuk masa-masa TPB saya. Selain GNU, teman saya juga cenderung sedikit karena seringnya kupu-kupu.  Ketika masuk di HMS, ekspektasiku tak banyak berubah. Dua tahun pertama menjadi anggota HMS, saya hanya ikut

| 196


197|

Bahasa Sabana

meramaikan beberapa acara yang diadakan di HMS dan tentunya datang pada saat MA. Peran saya tidak signifikan, tetapi lambat laun saya merasa nyaman di dalam himpunan ini. Banyak yang bilang “HMS adalah anggotanya�. Hal ini tentu membuat anggota yang tidak akitf seperti saya merasa dibutuhkan. Selain itu, dorongan teman-teman kelas 4 yang kebanyakan cukup aktif juga membuat saya untuk paling tidak berpartisipasi di forum atau MA. Selain itu, suasana kekeluargaan cukup terasa paling tidak di dalam angkatan 15 dan saya merasa menjadi bagian dari HMS itu sendiri. Di HMS, wadah aktualisasi diri benar-benar terbuka lebar bagi anggotanya. Di sini, saya sebagai anggota hanya perlu sadar akan hal itu dan explore lebih jauh lagi. Mulai dari wadah berakademik dan dengan arsip soal-soal ujian, wadah untuk berkompetisi (perlombaan), kemudian wadah pelatihan software, dan wadah bermain serta berolahraga. Seiring berjalnnya waktu, saya semakin dekat dengan HMS karena program-program di atas yang tidak lepas dari kehidupan kampus tentunya. Tibalah masa open recruitment BP Aldy. Aldy memberi kesempatan kepada seluruh anggota angkatan 15 untuk memegang peran di BP HMS. Pada saat itu, saya mulai berpikir apakah saya ingin berkontribusi lebih di HMS. Pada saat itu, bidang akademik dan kompetisi saya cukup oke sehingga mulai ingin “menjelajah� hal lain. Tentu hal ini karena saya sudah merasa nyaman dan salah satu opsi pengembangan diri selanjutnya adalah dengan turut aktif berorganisasi dalam keberjalanan HMS. Jujur, saya ingin menambah teman dan belajar bagaimana berorganisasi, mungkin dapat dibilang saya penasaran karena melihat begitu banyak teman-teman saya yang menjadi aktivis terpusat atau unit. Dan


Bahasa Sabana

kebetulan Aldy memang memberi kesempatan kepada anggotaanggota yang tidak memiliki background mentereng dari segi organisasi untuk dapat menjadi BP-nya. Maka dari itu, dengan harapan yang tipis, saya mencoba mendaftar untuk Departemen Akademik. Ya, Departemen Akademik karena saya memang anggota Departemen Akademik dan Kompetisi di kepengurusan sebelumnya dan saya merasa saya paling dapat berkontribusi di bidang tersebut. Setelah tahap wawancara dan seleksi, ternyata saya ber-partner dengan Ion yang sudah saya kenal semenjak TPB sehingga komunikasi cukup lancar. Ion sebagai Kadept dan saya sebagai Wakadept-nya. Mulailah kami merancang program-progam kerja untuk satu tahun ke depan. sesuai arahan Aldy, dimana Departemen Akademik diharapkan mampu memberi wadah dalam pemenuhan kebutuhan akademik anggota, maka kami merancang proker yang bertujuan untuk memberi sarana pemenuhan kebutuhan bidang studi anggota agar anggota dapat merasa aman secara akademik. Dengan rasa aman tersebut, diharapkan anggota dapat melakukan eksplorasi diri lebih lagi di HMS. Mindset yang tertatanam tentu adalah “Bagaimana anggota dapat beraktualisasi diri secara lebih lanjut jika mereka tidak merasa aman dari segi bidang studi? Ya tentu karena bidang studi adalah tujuan utama mahasiswa�. Program-program kerja kami pada akhirnya berjalan dengan cukup lancar. Pengarsipan soal tetap berlanjut dari tahun ke tahun, kemudian ada Booklet KP x TA dan Seputar Mata Kuliah yang menjadi sumber informasi untuk perencanaan arah KP, TA, dan pengambilan mata kuliah anggota. Ada juga pelaksanaan Beasiswa yang cukup gencar selama setahun ini dengan sharing

| 198


199|

Bahasa Sabana

informasi beasiswa dan pelaksanaan beasiswa Alumni dan ALSI. Selain itu, ada juga konseling yang menampung keluh kesah anggota HMS di bidang akademik. Puji Tuhan semua berjalan dengan cukup lancar dengan bantuan Aldy sebagai Kahim, Anang sebagai Kabid Internal, Ion sebagai Kadep, dan Kabiro, staff, serta seluruh anggota HMS yang turut berpartisipasi. ď‚Ş Selama setahun kepengurusan, banyak hal yang saya pelajari. Saya belajar untuk manage waktu untuk timeline yang jauh lebih padat. Selain itu, saya juga belajar menjalankan suatu departemen dan menerima saran dan kritik yang tidak jarang cukup pedas. Tentu semua itu proses yang sangat berharga dan membentuk pribadi menjadi lebih matang dan siap. Dari segi departemen, hal utama yang saya pelajari adalah bagaimana menjadi pribadi yang peka terhadap permasalahan anggota. Departemen Akademik memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi kesejahteraan anggotanya, tidak hanya bidang studi, tetapi juga ekonomi dan hal-hal “behind the sceneâ€? seperti pengaturan jadwal kuliah, ujian, kampanye integritas, dan lainlain. Dan sampailah kita di penghujung kepengurusan ini. Di akhir kepengurusan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya kepada seluruh anggota HMS yang sudah aktif membantu keberjalanan HMS setahun ke belakang. Selain itu, tentu kepada: 1. Ketua HMS terkeren, terluarbiasa, Anggi Renaldy Pratama, yang telah memberikan saya kesempatan untuk beraktualisasi diri lebih lanjut di HMS, yang menjadi


Bahasa Sabana

2.

3.

4.

5. 6.

7.

teladan seluruh anggota HMS. Ia juga telah menjadi sosok yang sangat peduli terhadap Departemen Akademik dengan saran-saran yang sangat membangun selama kepengurusan ini. Rayhan Ihsan Nasution, selaku Kepala Departemen HMS, yang mengajarkan saya bagaimana menjadi sosok dengan totalitas dalam mengemban amanah. Sosok yang menjadi driving force utama di keberjalanan departemen dan sosok yang tahan banting terhadap masalah-masalah selama kepengurusan. Anang Marjono, Kabid Internal, yang mampu mengayomi saya dan semua anggota bidang internal, yang telah memberi saran, dorongan, dan apresiasi dalam keberjalanan di BP HMS. Yohanes Setyadi, Ferry Indra, dan Calvin Lim selaku Kabiro Pengarsipan, Kabiro Ekskalasi Informasi, dan Kabiro Beasiswa Konseling, serta seluruh staff yang telah membantu dalam realsisasi program kerja dan fungsi departemen selama setahun ini. BP HMS ITB 2018/2019 yang saling suportif dan apresiatif selama ini. Kelas 4 2015 dengan Abul Kadir Alhamid sebagai Koorlas, dimana bantuan selama di kampus dan di luar kampus yang tak terhitung dan kelas 4 telah memberi alasan tersendiri untuk “ngampus� karena semua anggota kelas yang lebur dan seru-seru bet. Kuya-Kuyi Sabana dengan Arya Muhammad Akbar sebagai ketang, yang sudah bagai keluarga di dalam dunia

| 200


201|

Bahasa Sabana

perkuliahan ini #eak. Dan yang sudah membuat saya nyaman dan bangga menjadi anggota dari kalian semua. Untuk Kuya-Kuyi Hantam dan Bromo, semoga kalian dapat eksplorasi lebih lagi di HMS dan terus memajukan HMS yang merupakan wadah fungsional aktualisasi anggotanya. “HMS adalah anggotanya� dan maka dari itu, HMS membutuhkan kalian semua. Adapun saya juga ingin mohon maaf jika selama ini memiliki kesalahan-kesalahan baik dari sikap, perilaku, dan tutur kata. Selain itu, juga saya mohon maaf kepada semua pihak di HMS ITB bila belum dapat maksimal mengemban amanah sebagai Wakadept Akademik. Akhir kata, TERIMA KASIH HMS. Ini ceritaku, bagaimana ceritamu? Hansen Hartono 15015143 Wakil Kepala Departemen Akademik HMS 2018/2019


Bahasa Sabana

Akhir Perjalanan Menjadi BP HMS ITB

*Tulisan yang lebih personal ada di https://medium.com/@rezaprama/akhir-

perjalanan-menjadi-bp-hms-itb-c5e79cff89dd

Hampir 3 tahun menjadi kuya kemudian menjadi Bos di HMS ITB merupakan perjalanan yang tak terlupakan. Banyak cerita yang pantas diceritakan kembali. Ada juga kebodohan yang berharap tidak perlu diteruskan. Untuk menulis catatan ini, saya bingung untuk memulai dari mana. Tentu, setiap peristiwa yang saya jalani punya cerita sendiri. Semoga tidak ada yang saya lebih dan kurangkan. Awal Menjadi HMS ITB Ketika di kader menjadi seorang Kuya sebelum menjadi Bos di HMS ITB, saya melonggarkan diri untuk lebih aktif dari awal. Ya karena di tahun pertama di TPB sebenarnya saya juga tidak terlalu aktif untuk serius di kemahasiswaan. Walaupun banyak acara dan organisasi dengan menjadi staff yang saya ikuti. Namun hanya membangun paguyuban mahasiswa daerah saja. Ya membangun dari 0 sebuah paguyuban mahasiswa daerah bernama Ganong ITB. Akhirnya saat kader atau biasa disebut kaderisasi aktif pun dimulai. Didorong oleh banyak hal saya tiba-tiba menjadi lebih aktif. Bahkan karena aktif memberi interupsi, saat itu saya lebih

| 202


203|

Bahasa Sabana

dikenal dengan sebutan Reza41. Sebuah kombinasi nama dan 2 angka nim akhir yang sering saya sebut ketika melakukan interupsi. Bukti lebih aktifnya saya saat kader juga bisa dibuktikan dengan selalu mengikuti panggilan malam, ikut menjadi orang yang mau mendampingi di acara malam, menjadi PJ salah satunya slayer kaderisasi, dkk. Saat itu saya sungguh bersemagat untuk pertama kalinya mengikuti kaderisasi di kampus ITB. Sebelumnya maksimal 3x datang kaderisasi lembaga lain saya sudah males. Saya nggak punya tujuan untuk datang lebih jauh. Tapi di HMS ITB berbeda. Setelah lulus kader, ada kegiatan baru untuk menantang kami anggota baru menyelenggarakan kegiatan yang bermanfaat satu angkatan. Kesempatan berharga ini tidak akan terlewatkan. Bersama Aldy, salah satu penerima manfaat beasiswa alumni, saya mulai untuk bergerak maju dan mengatur strategi. Akhirnya Aldy berhasil maju dan menarik saya menjadi seorang ketua departemennya. Setelah itu kehidupan di HMS ITB berlalu begitu cepat. Saya merasa banyak hal yang bisa saya lakukan, namun berdiam diri himpunan tidak menawarkan apa-apapun untuk mendukung hal tersebut. Akhirnya saya bergabung dengan salah satu tim riset UAV Aksantara ITB. Tim tersebut sekarang sudah menjadi sebuah unit mandiri disokong dana besar dari berbagai pihak. Lewat tim tersebut hasrat untuk ambil bagian dalam gelombang terdepan teknologi di Indonesia sangatlah terpacu. Kehadiran dan suasana greget tersebut bukan karena paksaan, namun hadir karena ambisi


Bahasa Sabana

menggebu masing-masing orang yang tersalurkan dengan baik, tentu dengan kordinasi yang baik. Ketika tiba masa panggilan dan desakan untuk menerima amanah dari beberapa tempat hadir. Saya saat itu diambang keraguan. Orang pertama yang meminta bantuan yaitu Aldy, orang yang sudah saya anggap sebagai saudara sendiri. Aldy mengutarakan kegelisahan dan berkeinginan untuk maju membawa kemudi HMS ITB setahun kedepan. Selang beberapa waktu saya kemudian ditawarkan untuk beberapa posisi di Aksantara. Sebuah kegalauan untuk memilih hal yang sebenarnya di dua tempat tersebut saya punya kegelisahan yang besar. Hambatannya, saya kurang sering main di HMS ITB, sedangkan di Aksantara tembok mentok kegelisahan saya kelihatan begitu jelas karena bukan lingkup kegiatan yang setiap hari saya adu. Saat itu yang lebih mendesak adalah Aksantara ITB karena naik di akhir tahun 2017. Sedangkan di HMS ITB kalaupun Aldy bisa naik, baru di bulan Februari 2018 paling cepat. Hambatan lain, posisi saya yang akhirnya turun jauh sampai di bidang departemen pun ternyata masih kosong karena calon yang ada belum mau membagi kesibukan di Aksantara. Saat itu Aksantara sangat butuh orang untuk segera memulai recruitment anggota baru. Akhirnya saya mengalah dengan hadir menjadi badan pengurus, membuat grand design alur kerja, planning setahun kedepan, dan mengerjakan banyak hal di lingkup tersebut. Namun, disisi lain saya masih keukeuh apabila di HMS ITB Aldy berhasil naik, maka jabatan di Aksantara akan saya tinggalkan. Ternyata tidak semudah itu, proses transisi harus dilalui beberapa bulan sampai di April 2018 karena pembentukan tim

| 204


205|

Bahasa Sabana

untuk kompetisi harus segera dilakukan di Aksantara. Aldy berhasil melenggang mulus membawa banyak kegelisahan yang saya bersamai. Aksantara harus saya tinggalkan untuk mimpi baru di HMS ITB. Hadir dan Mimpi di HMS ITB Beberapa kegelisahan awal tentang HMS ITB saya tuangkan lewat beberapa diskusi dengan Aldy, walau hanya beberapa saja yang akhirnya ditulis. Yang berhasil melenggang salah satunya yaitu tentang keberadaan tim riset. Saya yakin sekali saat itu kebutuhan sekunder yang tidak terungkapkan di HMS ITB yaitu kesempatan melakukan riset walau berbranding sebagai tim lomba. Thesis itu terjelaskan oleh aktivitas beberapa anggota HMS ITB yang banyak mengikuti lomba namun jarang terlihat di berkegiatan di himpunan. Saya titip ke Aldy walaupun nanti bukan saya yang memegang tetapi hal ini bisa menjadi terobosan baru yang patut dicoba dan dipertanggungjawabkan. Ide seperti ini sudah pernah saya sampaikan ke Bang Kenjo, selaku BP di tahun sebelumnya yang mengurus tentang kompetisi, namun mungkin karena usulan tersebut saya bicarakan saat masa aktif BP, maka hal tersebut hanyalah menjadi angin lalu. Contoh hal lain yang belum bisa terlaksanakan yaitu evolusi majalah Cremona HMS ITB menjadi digitable dan berplatform. Hal yang paling mudah dilakukan yang saya ajukan yaitu dengan ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) dari apa yang sudah dikerjakan di Clapeyron UGM. Sebuah platform yang digawangi motor jurnalistik oleh teman-teman Teknik Sipil UGM. Isinya menyeluruh mulai dari pembuatan majalah keprofesian, penulisan


Bahasa Sabana

isu-isu infrastruktur terkini, hingga konten video pendek yang diminati millenial dan pembaca digital saat ini. Saya melihat keberlangsungan Cremona tinggal menanti beberapa edisi lagi kalau tidak segera berevolusi. Hal ini karena pembaca juga sedang mengalami shifting, sedangkan Cremona berjalan di tempat. Salah satu hal yang saya ingat dalam setiap diskusi, orasi, ataupun hearing, Aldy sering menyebutkan bahwa landasan berjalannya organisasi harus ditopang oleh kebutuhan seluruh anggotanya. Jelas karena organisasi hadir karena tujuan bersama anggotanya. Tanpa konsensus kesepakatan organisasi akan mati. Oleh karena itu abstraksi kebutuhan tersebut Aldy mengutip dari pendapat seorang ilmuwan teori kepribadian bernama Maslow. Hal yang baik agar segala hal mampu disimbolkan, untuk mengurangi pemilihan prioritas kebutuhan yang tidak rasional. Termasuk beberapa kegelisahan saya yang mungkin dianggap tidak relevan bahkan rasional mengingat kebutuhan massa HMS ITB. Ide untuk menjadikan pemilihan BP menjadi terbuka untuk menarik minat masa saya dengungkan terus setiap berdiskui dengan Aldy dan teman timses serta promotor lain. Membuat pemilihan tertutup memang menjadikan kita nyaman untuk bekerja dengan orang yang kita kenal dekat sebelumnya. Tapi memilih yang terbaik dari semua potensi yang ada tentu pilihan yang lebih bijak. Hal tersebut bisa mereduksi kemungkinan pengabaian potensi anggota, seperti yang terjadi pada Aldy atau saya hehe, ketika berada di Tahun Persiapan Bersama dahulu. Sebagai anak daerah yang belum punya kongsi atas siapapun,

| 206


207|

Bahasa Sabana

kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin di shaf depan terlalu sulit. Hal tersebut karena kami belum punya kekuatan massa. Keterbukaan proses pemilihan juga ada poin yang lebih buruk dibanding pemilihan tertutup. Minat untuk menanggung beban amanah pada beberapa sektor ternyata sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yait sektor tersebut adalah sektor baru, sektor yang sebelumnya bermasalah, dan sektor yang minat di tahun itu sedikit. Akhirnya Aldy, membuka celah dengan mengajak dengan pendekatan personal calon yang akan ditembak untuk ikut pemilihan. Hal tersebut masih belum cukup juga, pendekatan personal lewat calon BP lain yang sudah terseleksi akhirnya dilakukan. Contoh untuk posisi Tim Riset Profil H sangat sulit untuk didapat. Saya akhirnya melakukan tindakan yang bodoh dan nekat dengan mendaftarkan 2 teman yaitu Kevin Pantouw dan Anantyanto. Saat itu rencananya beberapa teman lain saya mau mengabari sebelum pengumuman lewat Aldy. Eh, ternyata pengumuman Aldy, dipercepat dari tanggal yang bocor lebih awal. Hal tersebut membuat Kevin Pantouw berperang dingin selama beberapa hari dengan saya, halah. Departemen lain yaitu Kastrat yang akhirnya saya pegang pun sempat kosong tanpa peminat, selain Eki. Saya sudah bertekad dari awal kalau sampai tidak ada, saya bakal ikut maju. Hal itu tersampaikan ke Aldy di awal menjadi promotor untuk Ketua Himpunan. Akhirnya saya terpilih bersama Eki, walau pengalaman di bidang pergerakan ke-kastrat-an hanya ada di magang Sospol KM ITB 2016 dan di Forum Muda Ponorogo. Jadilah lengkap saya


Bahasa Sabana

berhasil magang di BPA dan Sibades, staff di senator, kemudian ikut menulis di Cremona, dan menjadi BP di HMS ITB. Menuliskan Mimpi di Kastrat HMS ITB Saat itu sebelum memulai berkegiatan di Kastrat kami, saya dan Eki, memulai dengan berdiskusi dengan banyak pelaku kajian di HMS dan lembaga lain di KM ITB. Pengetahuan nol terhadap kondisi state Kastrat di HMS ITB, menjadikan kami harus meneguk berliter-liter informasi seperti gelas kosong sedang terisi air. Kegiatan Kastrat kami terjemahkan menjadi 3 hal yaitu membaca, menulis, dan berdiskusi. Tujuan besar kami sederhana yaitu membuat setiap anggota HMS ITB dan lingkungan sekitar menjadi lebih peka dan kritis terhadap kondis tidak idealnya. Tujuan tersebut kami pikir mudah dicapai, walaupun melihat Kastrat sebelumnya berdarah-darah bahkan sebelum mencapai tujuannya. Perjalanan kami pun sama, berat. Kegelisahan dimulai akan tidak adanya ruang untuk beropini dan menuliskan hasil diskusi di HMS ITB. Website dari ITB yang down dan lupa password, tentu bukan halangan untuk menciptakan ruang lain. Kami membuka ruang baru tersebut lewat medium ini. Awalnya keinginan kami, medium ini bakal ramai digunakan. Ternyata juga tidak semudah itu. Pensuasanaan sampai pemberian oleh-oleh untuk penulis medium pun tidak membuat banyak yang iku menulis. Berpindah ke media lain seperti medium pun perlu waktu ternyata. Ah saya belajar banyak akan hal ini. Namun tetap saja tulisan di medium ini cukup banyak. Ada 20an tulisan belum ditambah dari tulisan lomba menulis. Ditulis belasan

| 208


209|

Bahasa Sabana

penulis dan hampir belasan himpunan. Bahkan akhirnya pun jadi buku yang kami namakan Buku Putih Kastrat HMS ITB 2019 sebanyak hampir 400 halaman. Kegelisahan lain yaitu ruang berdiskusi yang nyaman dan ringan. Untuk periode ini, kami menawarkan filosofi dari angkringan. Sebuah simbol yang menembus ruang dan waktu untuk menghantarkan setiap manusia berbicara tulus satu sama lain. Tidak lupa kami sediakan kopi hangat dan jajan sebagai peneman obrolan. Acara kajian yang selalu dianggap berat pun akhirnya punya audiens yang lebih banyak selama saya menjadi seorang HMS. Jika sebelumnya hanya berjumlah belasan sampai 20an, kami berhasil menghadirkan hampir 60–70an orang. Sayang absensi tidak berjalan ketat. Jadi yang absen cuma setengahnya. Selain itu pemilihan isu karena tidak adanya roadmap isu di awal jadi seringkali mendadak sampai hanya ada waktu seminggu untuk sounding di media sosial. Namun keberadaan kajian ini harus tetap ada karena nanti ungkapan HMS adalah himpunan kajian bakal hilang, ditelan zaman, dan tidak relevan? Ruang literasi kritis lain untuk membaca juga tidak ada. Pengalaman sebagai anggota dari Komunitas Sastra sewaktu sekolah dulu saya coba terapkan di Kastrat ini. Sebenernya ide ini diucapkan lebih dahulu oleh Eki, ketika di Unjani pada acara FKMTSI. Hal yang dibawa Eki adalah acara mengkliping koran setiap hari yang diisi oleh staff. Mengapa mengkliping koran? Karena koran sebagai media yang berkurasi tinggi, lebih terpercaya untuk belajar membaca dan memaknai tulisan yang benar-benar bagus. Koran yang terbit dalam satu hari memiliki batas edit yang


Bahasa Sabana

lebih lama daripada media online yang redaksionalnya kadang kacau walau media arus utama. Pelakasanaannya ternyata tidak mudah juga. Membuat dan mengawali dari angka 0 menjadi 1 ternyata berat. Perlu dicontohkan dulu ternyata dan konsep teknis yang jelas dalam mengkliping hal tersebut. Kebutuhan mengklipingpun ternyata ketika berjalan bukan hanya untuk belajar membaca tapi juga sebagai inspirasi untuk membentuk kajian yang selanjutnya. Kamipun pernah kosong selama 2 bulan dalam mengkliping karena ujian dan libur. Selanjutnya memang harus punya timeline jelas dan tujuan yang lebih runcing agar proses literasi semacam ini berjalan lebih lancar. Program kerja terakhir yaitu HMS Bersikap. Awalnya kami kesulitan untuk membuat parameter apa yang tepat agar program ini berjalan. Karena pada kenyataannya adanya sikap hanya akan hadir apabila dibutuhkan. Berkaca pada himpunan lain, parameter yang ada cenderung lebih longgar untuk keberhasilannya. Namun di HMS berbeda, parameter haruslah tegas, terukur, dan dapat dipertanggungjawabkan. Parameter kami akhirnya tertulis bahwa peristiwa yang akan dibuat sikap adalah peristiwa yang dianggap penting oleh Departemen Kastrat dan disetujui oleh Massa HMS ITB. Di akhir kami akhirnya membuat sikap terhadap permasalahan infrastruktur kebencanaan. Sikap kami sudah didiskusikan pada Angkringan ketiga pada bulan September. Isinya bisa dilihat di link ini. Sikap tersebut kami sampaikan dalam Diskusi Publik Infrastruktur KM ITB 2018. Acara tersebut mengundang Dirjen Cipta Karya PUPR yang juga Ketua Alsi ITB, Ketua Humas

| 210


211|

Bahasa Sabana

BNPB, Mantan Ketua PVMBG, serta Ketua Pusat Gempa Nasional. Oleh beberapa analisis evaluasi kami, beratnya berada di Kastrat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kurikulum teknis sipil yang teknis-oriented. Seorang sarjana sipil dengan akreditasi jurusan internasional diharapkan mampu mengatasi dan paham atas seluruh cabang keilmuan di rekayasa sipil, seperti struktur, geoteknik, transportasi, manajemen kontruksi, dan air. Pendekatan akan kebijakan yang mengikuti seluruh calon engineer dirasa bukan prioritas utama. Kami melihat di himpunan mahasiswa lain seperti HMTM Perminyakan Patra, HMTG GEA, dan hampir semua himpunan lain di ITB, mata kuliah kebijakan boleh diambil bebas oleh mahasiswa tanpa persyaratan apapun. Greget itu sejalan dengan perkembangan diskusi di lingkup mahasiswa yang mampu menerjemahkan hal-hal teknis tidak berjalan baik karena pengaruh hal non teknis lain berjalan tidak pada rel-nya. Alasan kedua, beban akademik yang besar, menumpulkan kekritisan teman-teman karena tugas di kelas maupun diluar kelas masih belum terpegang semua. Kurikulum Teknik Sipil ITB saat saya berkuliah memang cukup bagus untuk menjadikan kami belajar aspek desain sipil secara menyeluruh. Hal ini juga dampak dari akreditasi ABET di Teknik Sipil ITB. Namun kritik dari beberapa dosen di kelas juga berkata kekreatifan kami berkurang dari generasi sebelumya. Selain itu keinginan menjadi entrepeneur juga berkurang di generasi kami karena tidak cukup gaul dengan bisnis dan hal lainnya. Alasan ketiga, zaman telah berubah, mungkin bentuk diskusi yang berkumpul perlu didefinisikan ulang. Kebutuhan


Bahasa Sabana

eksistensi manusia bisa saja bergeser dengan pengungkapan diri dengan pemuatan video beberapa detik di internet. Hal ini harus terus digali oleh generasi setelah saya. Pada kesempatan yang saya lakukan, saya juga menggali banyak hal baru. Saya masih berharap banyak hal yang sudah saya lakukan kalau itu baik akan diteruskan. Semisal ada yang buruk tolong diganti dan dicoba hal yang lebih baik. Alasan internal yaitu proses propaganda kreatif terlalu sulit dilakukan kalau tidak dipegang sendiri oleh Kastrat. Keberjalanan propaganda yang berkelanjutan dan berjalan baik dari segi kuantitas maupun kualitas harus selalu didorong. Ini yang masih sulit dilakukan di Kastrat periode saya. Semangat berjuang di jalur progresif ternyata belum bisa tertularkan ke banyak orang. Banyak orang yang skeptis dengan segala permasalahan Kastrat sebelumnya. Namun hal ini tidak bisa menjadi halangan. Di akhir kami melihat nilai yang diberikan oleh Kastrat mungkin masih belum maksimal. Namun apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya presentase kami naik lebih dari 100%. Saya mendengar dan berdiskusi dengan baik bersama para penerus bahwa fungsi Kastrat di departemen akan dihapuskan pada periode mendatang. Beberapa fungsi lainpun mendapat pemangkasan agar berjalan lebih optimal. Hal ini sering terjadi di kepengurusan BP yang sudah-sudah. Karena dianggap yang paling belum stabil dan hanya menjadi kebutuhan sekunder, keberadaan Kastrat menjadi 1 yang dihilangkan sebagai fungsi departemen. Pesan saya ketika diskusi mempunyai inti hanya 1 hal saja. Disetiap kepengurusan BP baru, sesuai dengan filosofi HMS ITB

| 212


213|

Bahasa Sabana

bahwa “HMS adalah anggotanya�, maka keputusan yang paling berbeda asalkan relevan dan diaminkan oleh anggota harus menjadi pegangan bos-bis sekalian. Masa kepengurusan bos-bis adalah ajang wahana yang mencerminkan matangnya proses berpikir dan pembacaan situasi kondisi dari BP baru. Jangan pernah takut mencoba hal baru. Jangan pernah takut harus dibantai banyak bosbis swasta. Ini adalah “HMS kalian�. Ini adalah wahana yang harus kalian maksimalkan. Terima kasih untuk seluruh teman-teman anggota departemen Kastrat yang membersamai dari 0, kawan-kawan yang ikut magang di Kastrat walau sedikit waktu kebersamaan, bidang eksternal yang senang jalan-jalan, BP BPH lain yang juga ikut membersamai dan meramaikan proker Kastrat, Senator BPA yang juga bahu membahu menegakkan HMS di jalan yang benar, pihak eksternal keilmuan dan Kastrat himpunan lain yang banyak menjadi teman diskusi, termasuk aliansi kajian KM ITB yang membuat saya melihat banyak sudut keilmuan menarik di ITB. Terima kasih selalu membersamai. Mohon maaf atas segala kekurangan. Ijo-ijo-ijo, Reza Prama Arviandi 15015041 Kepala Departemen Kastrat HMS ITB 2018/2019


Bahasa Sabana

Sedikit Cerita (cinta)

Salah seorang Bos dulu pernah berkata, “Untuk semua hal yang sudah HMS berikan kepada kalian, apa timbal balik yang kalian bisa lakukan untuk HMS?� Jika dipikir kembali, omongan Bos ini banyak benarnya juga. Dari segi fasilitas, HMS memiliki sekre untuk tempat anggotanya beraktivitas. Contoh lain, program kerja yang dilaksanakan pun memerhatikan kebutuhan orang-orang di dalamnya. Renungan ini membawaku untuk sedikit mencoba lebih mengenal HMS. Wisuda Juli 2017 Hal ini pun yang mengantarku keluar dari zona nyaman dengan mendaftarkan diri menjadi Ketua Wisuda Juli HMS 2017. Alasan utamaku ketika mempertimbangkan menjadi ketua wisuda adalah ingin membantu keberjalanan wisuda di HMS mengingat kondisi Wisuda Juli yang diselenggarakan ketika liburan sehingga minim massa yang berpartisipasi. Kondisi ini bertentangan dengan jumlah wisudawan yang justru paling banyak sepanjang tahun. Setelah terpilih menjadi ketua wisuda, terasa bahwa wisuda itu bukan hanyalah acara yang rutin dilaksanakan setiap tahun tiga kali. Setiap wisuda identik dengan pembawaan ketua wisuda dan kendala yang dihadapi. Masalah pertama yang muncul saat itu adalah partisipasi panitia wisuda tidak mencapai 100%, disitulah aku dituntut untuk approach setiap orang dengan cara yang

| 214


215|

Bahasa Sabana

berbeda. Dengan jumlah wisudawan sebanyak 123, kehadiran panitia di hari H wisuda sangat berpengaruh pada teknis yang harus direncanakan. Selama merencakan wisuda, terdapat banyak hal yang aku dapat dan aku pelajari dari prosesnya. Mulai dari hal paling dasar yaitu bagaimana dekat dengan angkatan sendiri sehingga bisa menggerakkan setiap orang di dalamnya, bagaimana berhubungan dengan orang lain terkait keberjalanan wisuda dari wisudawan hingga jajaran prodi, bagaimana memanage sebuah tim agar dapat bekerja dengan optimum, dan hal lainnya yang berada di luar zona nyamanku. Proses ini benar-benar mengolahku untuk dapat mengambil keputusan dengan cepat, berkomunikasi dengan orang banyak, dan menjadi orang yang solutif setiap menghadapi masalah. Dari hasil diskusi dengan Bos-Bos saat itu, banyak ceritacerita yang didapatkan tentang budaya wisuda di HMS. Wisuda dulu umumnya selalu dilaksanakan di Lapangan BSCA dengan esensi dekat dengan sekre. Hal ini juga memungkinkan alumnialumni untuk datang dan ikut memberikan apresiasi kepada wisudawan. Panitia wisuda juga mengusahakan semua kebutuhan wisudawan saat wisnight sebagai bentuk apresiasi untuk mereka. Sebagai bentuk terima kasih wisudawan kepada panwis, biasanya akan di adakan japrem (makan-makan) untuk panwis. Salah satu pengalaman yang tidak terlupakan ketika wisuda menurutku terjadi ketika rangkaian wisday selesai. Setelah acara penonhiman selesai, ada wisudawan yang mendatangiku dan menjabat tanganku seraya berkata, “Terima kasih ya, Nis, untuk semuanya. Terima kasih untuk semua panwis juga, keren banget


Bahasa Sabana

kalian.� Dari jabatan tangan yang lama dan dalam itu, aku merasakan ketulusan terima kasih dari seorang wisudawan dan semua usaha kerja keras selama ini rasanya nggak ada apa-apanya. Tanpa ku sadari, air mataku turun deras saat itu juga hingga membuat wisudawan tersebut kaget. Hal ini mengundang makin banyak wisudawan yang datang dan memberikanku ucapan terima kasih. Departemen Kekeluargaan serta Apresiasi Ketika angkatanku menjadi angkatan BP, aku diamanahi untuk menjadi Wakadep Kesra. Sebuah amanah yang besar untuk departemen yang sangat fundamental. Di kepengurusan tahun ini, dua amanat penting yang ingin di highlight adalah kekeluargaan dan apresiasi. Dimana Aldy ingin apresiasi di HMS semakin ditingkatkan dan bagaimana kekeluargaan di HMS semakin erat dan menjadikan HMS rumah bagi setiap anggotanya. Perjalanan dimulai ketika mengawasi keberjalanan Wisuda April. Selama wispril, masalah yang sangat terasa adalah kendalanya waktu yang sangat cepat selama persiapan. Sehingga keputusan yang diambil harus cepat dengan mempertimbangkan saran dari wisudawan. Terdapat beberapa masalah minor akibat komunikasi namun dapat terselesaikan dengan baik. Kemudian dilanjutkan dengan program kerja DIES HMS ITB yang seharusnya kolaborasi dari semua lembaga. Namun, pada pelaksanaannya hanya beberapa pihak saja yang terlibat. Seharusnya DIES dapat menjadi salah satu acara besar dan dapat meningkatkan interaksi antar massa HMS. Karena bertepatan pada

| 216


217|

Bahasa Sabana

hari libur, partisipasi massa memeriahkan acara tersebut.

masih

sangat minim untuk

Setelah DIES, aku merasakan ada hal yang janggal ketika menjalankan proker-proker tersebut. Kontrol dari wakahim sendiri saat itu masih kurang. Anang merasa Kesra sangat aman sehingga andil dari Anang sendiri lebih banyak ke Mipot dan Akademik. Setelah berdiskusi selama 2 hari, kami dapat meluruskan masalah tersebut. Ketika mengawasi Wisuda Juli, terdapat kendala dari aku dan Koyot mengambil kerja praktik di Jakarta. Tidak adanya kadep dan wakadep kesra secara langsung di Bandung menurutku menghambat komunikasi yang terjadi antar panwis dan BP. Mungkin semuanya sekarang bisa dilakukan secara online, namun karena wisuda membutuhkan keputusan-keputusan taktis sering kali konsultasi dengan BP terlewat. Akhirnya mengakibatkan salah paham yang dapat berakibat ke wisudawan. Untuk Wisuda Oktober, rangkaian acara terhambat di masalah tempat. Namun dapat diatasi dengan baik oleh jajaran ring 1&2 wisokto. Adanya pre-event wisokto saat itu menambah kemeriahan pensuasanaan untuk mengenal wisudawan lebih dekat. Secara keseluruhan dari semua wisuda yang telah di jalani, poin penting yang ditekankan adalah setiap keputusan yang diambil oleh panwis sedikit banyak harus melibatkan pertimbangan wisudawan. Program kerja besar kesra ditutup dengan adanya Malam Apresiasi. Jujur ketika mempersiapkan Malam Apresiasi, semua masih sangat kurang. Persiapan hanya dilakukan selama 2 minggu dan dilakukan secara mendadak, tapi sangat beruntung mendapat respon yang baik dari massa.


Bahasa Sabana

Secara garis besar, sebenarnya departemen kesra bukan hanya tentang proker. Proker hanyalah tools untuk mencapai tujuan yang sebenarnya. Fungsi dari departemen kesra itu sendiri yang seharusnya lebih ditonjolkan daripada proker. Fungsi apa sih yang seharusnya dijalankan? Mulai dari bagaimana departemen kesra itu sendiri bisa menjadi kumpulan orang yang kenal dengan orang-orang lain di HMS, menjadi orang yang dapat mencairkan suasana antar satu dengan yang lainnya, dan bagaimana orangorang ini dapat menjadi sosok yang selalu ada di HMS. Untuk keberjalanan departemen itu sendiri, pemberdayaan staff masih sangat kurang. Aku menyadari bahwa dalam keberjalanannya, aku masih kurang mengusahakan merangkul staff dan biro kesra sendiri. Mungkin karena tingginya ekspektasiku terhadap keberjalanan kesra yang seharusnya, sehingga ketika dihadapkan dengan kenyataan malah kecewa dan lelah merasa jalan sendiri. Banyak sekali pelajaran berharga selama terjun langsung dalam menjalankan himpunan ini. Doktrin yang selalu Bos tekankan dulu adalah; Jangan berharap banyak dengan HMS, kecuali mencari sendiri manfaat yang akan diambil. Akhir kata, aku meminta maaf sedalam-dalamnya untuk seluruh massa HMS bahwa selama kepengurusan BP tahun ini khususnya kesra masih belum bisa menyuasanakan kekeluargaan yang diinginkan. Atas ketidakhadiranku di acara HMS, atas ketidakhadiranku di sekre, atas aku yang kurang merangkul kalian semua, aku mohon maaf sedalam-dalamnya. Untuk staffku, mohon maaf kurang merangkul kalian, kurang menanamkan pentingnya kekeluargaan dan apresiasi di HMS.

| 218


219|

Bahasa Sabana

Terima kasih yang sebesar-besarnya ku ucapkan untuk Aldy, ketua himpunanku yang telah memberikan kesempatan besar dan pengalaman berharga, terima kasih telah menjadi sosok pemimpin yang diidam-idamkan banyak orang, terima kasih telah beradaptasi dengan lingkungan dengan sangat baik. Untuk Anang, terima kasih sudah selalu menemani dan memberikan arahan, mengingatkan dan menegur, terima kasih untuk selalu menjadi pendengar yang baik. Untuk kadepku, Koyot, terima kasih sudah menjadi partner paling akur selama ini dan jadi salah satu orang yang selalu ada di HMS. Terima kasih jajaran BP HMS, sebagai partner kerja selama setahun dan memberikan pengalaman yang tidak terlupakan. Terima kasih untuk jajaran tim wisjulku; Farah, Adit, Deyza, Koyot, Nasya, Eki, Ayya, Sekar, Kevin, Bagja, sesungguhnya kalau ngga ada kalian wisjul ga akan ada. Untuk para jajaran panwis 2016, para kawis; Ricky, Ijul, Audy, terima kasih sudah mewujudkan wisuda yang kerensss. Terakhir, untuk penerus kesra, Ricky, Nesia, Hugo, semangat menjalankan amanah dan semoga dapat membawa kesra ke arah yang lebih baik lagi. Nisrina Aulia Is Marsa 15015161


Bahasa Sabana

“KAWAN�

Awal Perjalanan HMS ITB, sebuah perkumpulan, sebuah wadah, sebuah tempat dengan begitu banyaknya tantangan, yang dengannya, melahirkan sosok-sosok manusia pejuang. Perjalananku di HMS ITB tidak dimulai dari sebuah cita-cita, mimpi, ataupun sebuah keinginan untuk membuktikan aktualisasi diri.... tidak, perjalananku di HMS ITB dimulai layaknya sebongkah kayu yang terapung mengikuti aliran sungai yang mengalir kemana muara aliran tersebut berada. Ya hingga akhirnya di sepanjang perjalananku menuju muara itulah aku menemukan begitu banyak pelajaran. Di awal perjalananku, awalnya aku merasa mungkin lingkungan yang baru itu cukup begitu asing dengan segala hiruk pikuk dan kedinamisan aktivitas didalamnya, doktrin dan senioritas yang begitu tampak memaksa, itulah fase awalku menjalani keberHMS-an dalam sebuah wadah yang kita sebut Kaderisasi Pasif. Lelah yang kualami dan Tekanan yang begitu mendesak menjadikan masa itu adalah masa yang paling berkesan. Idealisme & Sosok Role model Sebuah fase berikutnya dimana gerbong angkatan Sipil 15 telah melewati fase pertama sebagai kader, saat itu aku turut ikut membantu angkatanku, Sipil 15 (SABANA) yang sedang mempersiapkan diri untuk menjadi entitas pengkader bagi calon

| 220


221|

Bahasa Sabana

anggota baru keluarga HMS ITB angkatan 2016. Aku yang saat itu menyanggupi untuk turut membantu rangkaian persiapan Kaderisasi sebagai anggota kelompok Mentor, tidak bisa terpisah keterhubungannya dengan forum demi forum yang dilakukan untuk membahas kesiapan materi dan metode yang akan diterapkan nantinya, layaknya sebuah bola pada permainan pinball yang dipukul dan dilempar oleh dua buah tungkai di kanan dan kiri, sebagaimana itulah pendapat demi pendapat bersahutan di tengah forum, sosok penguji kesiapan itu, angkatan-angkatan senior, diantara nama-nama yang ku kenal karena begitu senangnya beliau dalam mengkritik dan membantah adalah bang Pasca, bang Ricardi, dan lainnya, tak pernah bosan untuk mementahkan kembali argumen-argumen, landasan-landasan, dan jawaban-jawaban yang kami sampaikan. Saat itu aku merasa bahwa hal ini adalah sebuah pemborosan waktu, tenaga dan pikiran, karena hal-hal sepele pun mereka pertentangkan. Tapi kelak kemudian pendapatku itu aku dapati adalah pendapat yang terlalu dini, aku ketahui kemudian bahwa hal tersebut sangatlah besar tujuannya. “tonggak utama kaderisasi� adalah sebuah kata yang disebutkan oleh ketua kaderisasi pasif kami saat itu Edward Deming Sinaga untuk para Mentor. Mengapa? karena seluruh substansi kaderisasi pasif akan ditinjau keberterimaannya pada peserta ditangan para mentor. Memahami seberapa pentingnya peran mentor menunjukkanku pada sebuah alasan dari mengapa harus begitu pening dan kacaunya adu pendapat dalam forumforum yang telah lalu. Jawabanku terhadap kejadian dalam forum yg telah lalu tersebut hanya satu, untuk mendapati sebuah proses kaderisasi yang dicita-citakan, setiap elemen penyusun dan elemen yang terlibat didalamnya pun harus dapat dipastikan tersiapkan


Bahasa Sabana

dengan baik, untuk itulah sebagai sosok role model. Para abangabang diatas tak pernah menyerah untuk menuntut kita mencapai sebuah idealitas, apabila demikian susahnya, mengapa kita tidak mencari jalan perjuangan yang lain ? Sebuah nilai yang menjadi pegangan bagi pejuang-pejuang HMS ITB bahwasanya “Daripada ragu lebih baik pulang”. Oleh karena kami telah melangkahkan 1 langkah pertama kami, itu berarti bahwa kami telah maju ke medan perjuangan, dan hal itu juga yang menjadi titik dimana kami memutuskan maju bulat tak pernah dan takkan ragu, karena.... jika saat ini dan dikemudian kami masih meragu, jawablah pertanyaan ini “mengapa tidak pulang saja sedari dulu?” IMPOSSIBLE. Teman “sumber Inspirasi” dalam gerbong SABANA Kawan... coba lihatlah..., begitu susahkah proses yang telah kita lalui tempo hari? untuk menyatukan langkah, menempa tekad dan harapan.... yaa, jawabku. Tapi tidakkah kau temukan dalam perjalanan ini sebuah fase singkat dimana angkatan kita Sipil ITB 2015 (SABANA) menjadi roda penggerak nafas kehidupan HMS ITB? Jikalau engkau melihat sejenak kebelakang, 1 tahun terakhir dimana kita berpijak, kau akan temukan begitu banyak jiwa-jiwa pejuang yang dengan kegigihan dan keteguhan mendedikasikan dirinya untuk meberikan begitu banyak manfaat dan pelajaran bagi semua orang disekitarnya. Bukankah kita sebagai mahasiswa di jurusan tertua sudah sepatutnya memiliki beban moral pendidikan yang tinggi? karena sudah sewajarnya dengan panjangnya usia semakin matang pula proses pendidikan didalamnya..., begitu pula dengan ITB umumnya. Hal itulah yang membawakan sebuah konsekuensi pada beban akademik yang cukup tinggi dalam waktu

| 222


223|

Bahasa Sabana

tempuh studi yang sangat singkat. Bersama-sama kita saksikan, bahwa cahaya mata pejuang-pejuang itu masih tetap menyala didalam kesunyian, diwaktu orang-orang merecharge kembali energinya sebagai bekal diri guna menempuh perjuangan hari esok. Dikala badai akademik menerpa, ujian dan tugas menumpuk tak tau kapan akan tiba waktu luang untuk menyelesaikannya, mata-mata itu tetap menatap dengan tajam seakan mengatakan “Aku takkan gugur ditengah hantaman badai� Begitulah perjuangan seorang aktivis... tak pandang jarak yang akan ditempuh, tak pandang waktu yang akan diluangkan, tak pandang berapa banyak kepentingan pribadi yang harus ditinjau dan disusun ulang, kesemuanya dilakukan hanya untuk satu hal, memastikan setiap ruang dan kesempatan beraspirasi, setiap wadah pengembangan kapasitas diri, setiap upaya pemenuhan kebutuhan dasar anggota dapat terlaksana dan terfasilitasi dengan sebaikbaiknya, pun lebih daripada itu, seluas-luasnya manfaat yang bisa diberikan atas nama seluruh keluarga besar HMS ITB, lingkup apapun yang dapat digapai untuk menyalurkan kebermanfaatan dan kebaikan telah kalian perjuangkan....... mungkin belum begitu banyak luangan waktu, tenaga, dan pikiran yang sempat aku curahkan dalam perjuangan kalian, tapi aku bersyukur dan berterimakasih, kusematkan pada kalian penghargaan setinggitingginya karena telah menjadi kawan dalam perjuangan, sumber inspirasi bagiku.... dan setiap insan


Bahasa Sabana

Terakhir, kuingin menuliskan sebuah kutipan “jadilah engkau sebagaimana mata air, yang dengan kejernihannya memberikan kehidupan bagi siapapun disekelilingnya, namun apabila mata air itu keruh, maka, dengan itu akan terenggut pula kehidupan disekelilingnya, jangan berhenti memberikan manfaat, jangan berhenti memberikan kebaikan bagi kehidupan disekelilingmu� Azmi Zain 15015114

| 224


225|

Bahasa Sabana

NANO-NANO BPA Badan Perwakilan Anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil ITB, atau mungkin lebih sering disebut sebagai BPA HMS ITB. Ya, lembaga ini sudah menjadi wadah pertama gue untuk menunjukan kontribusi gue sebagai seorang anggota biasa HMS. Sudah 2 tahun berlalu semenjak gue dilantik sebagai seorang BPA dan tentu akan terus berlanjut sampai gue lulus nanti. Banyak banget suka duka yang gue lalui sebagai BPA, mulai dari ngajakngajakin orang dateng MA (2 MA pertama gue di HMS dibubarin wkwkwk, untuk sekarang selalu kuorum mantap), hadir LPJ dan audiensi, pernah ngerasain juga jadi momod audiensi sampai jam set3 subuh di sekre, dan masih banyak lagi yang kalau gue ceritain satu-satu bakal panjang banget. Ga bisa dipungkiri perasaan capek dan jenuh nggak jarang melintas di benak gue, khususnya di semester genap ketika kita dihajar oleh LPJ → Audiensi Kahim & Senator → MA sertijab → Audiensi BP → Pengesahan proker. Tapi apa yang bikin gue betah di BPA adalah anggota BPA itu sendiri. Ketika baru dilantik, kita langsung dihadapi dengan rangkaian panjang angenda HMS di semester genap dan meskipun capek, justru itulah yang membentuk rasa kekeluargaan yang menurut gue erat banget di antara sesame anggota BPA. Rasa capek itu terbayar dengan guyonan-guyonan pas lagi eval ataupun rapat. 2 periode sekjen BPA yang berbeda (Bang Hanif ’14 dan Papa Leo ’15) tapi rasa


Bahasa Sabana

kekeluargaan itu tetep gue rasain di dalam BPA dan hal ini kami usahakan juga terus tumbuh ke angkatan-angkatan berikutnya. Terlepas dari rasa kekeluargaan yang begitu erat, ada beberapa hal yang mengganjal pikiran gue selama ada di BPA. Ya, rasa kekeluargaan yang erat itu tak jarang justru menyebabkan anggota-anggota BPA menjadi terlalu santai dan menyepelekan tanggung jawabnya (setidaknya itu yang gue rasakan). Hal ini juga yang mungkin menyebabkan munculnya image BPA yang “santai” atau “gabut” di mata beberapa orang. Jujur gue ga suka mendengar wacana-wacana ini, tapi setelah gue pikirkan, tidak heran kalau muncul wacana-wacana seperti itu di kalangan massa HMS. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang kemudian muncul di benak gue: “Apa iya yang BPA lakukan udah merepresentasikan massa?”; “Kenapa BPA ga ada muker di awal dan LPJ ya? Apa bedanya kita sama BP dan Senator?”; “Kenapa eksistensi BPA kerap dipertanyakan oleh massa?”. Ya, setidaknya itu yang pernah gue tanyakan ke diri gue sendiri. Ketika gue menjadi Ketua Komisi Kepengawasan, banyak hal yang gue rencanakan di awal untuk memperbaiki yang gue rasa belum maksimal di BPA. Nyatanya, banyak hal yang tidak bisa diwujudkan. Mulai dari gue yang kerap larut dalam kesibukan hal lain, kurangnya penyamarataan pemahaman anggota BPA, kesulitan dalam follow up pengawas, dan mungkin masih ada banyak-banyak faktor lainnya. Hal ini berujung dengan kekecewaan di diri gue sendiri setelah di akhir kepengerusan halhal yang berusaha gue perbaiki di awal itu tidak ada yang terbenahi. Saya meminta maaf sebesar-besarnya untuk kelalaian gue dan semoga apa yang gue titipkan untuk Sonbay (SI’16) dan

| 226


227|

Bahasa Sabana

temen-temen BPA ’16 ’17 lainnya bisa memperbaiki kinerja BPA ke depannya. Semoga, BPA yang tidak hanya kekeluargaannya yang erat namun juga professional dalam mengemban tanggung jawabnya dapat terwujud. Penyesalan-penyesalan yang gue rasakan merupakan pembelajaran berarti bagi gue. Kebahagiaan yang gue rasakan merupakan hal-hal yang nantinya akan gue rindukan. Yaa, campur aduk perasaan saya menjadi BPA, kayak nano-nano. Namun tetap saya menikmati dan mensyukuri segala proses di dalamnya. Terimakasih untuk segalanya! Christopher Patar Matius Sitorus 15015106


Bahasa Sabana

HMS dan Keprofesiannya Komitmen saya waktu kadpas adalah “Akan ke HMS kalo ada waktu”. Hal itu yang saya pegang selama ada di HMS ITB. Komitmen tersebut adalah janji yang akan saya lakukan selama di HMS. Di awal menjadi anggota HMS saya memang sangat jarang ikut acara di HMS karena saya punya kesibukan di tempat lain. Di lain sisi saya sempat kecewa dengan HMS dikarenakan idealnya anggota HMS yang ditunjukan ketika kadpas seakan-akan hanya settingan, sehingga saya ingin menyibukkan diri di luar HMS. Hingga pada saat staffing untuk angkatan 2015 dibuka, saya berusaha membuka diri untuk mau berkontribusi di HMS, pada saat itu saya hanya mencari dept. yang mungkin bisa membuat saya berkontribusi besar didalamnya. Pada saat itu saya mendaftar Dept. Pengembangan Keprofesian, saya memilihnya dengan alasan, “HMS ada karena kesamaan Keprofesian di anggotanya”. Saya pikir, dept. ini adalah departemen yang akan dibutuhkan oleh semua anggotanya, maka saya juga akan sebagai bagian yang penting didalamnya. Mulai saat itu saya mencoba untuk berkontribusi banyak ke HMS. Saya mulai mengenal HMS lebih dari yang saat ini, disana saya coba mencari manfaat dari HMS. Pada saat itu saya mulai merasa bahwa ada sesuatu yang kurang dari HMS yaitu kepekaan anggotanya terhadap lingkungannya tentang keprofesian teknik sipil. Ya jujur aja kalo waktu itu saya juga masih sangat kurang peka sih hehe, tapi saat itu saya mikir kalo dulu katanya HMS itu ada karena keprofesian yang

| 228


229|

Bahasa Sabana

sama pada setiap anggotanya dan saya tidak melihat itu di HMS. Mulai dari program kerja, kegiatan, obrolan, ataupun isu-isu tentang teknik sipil bisa dibilang minim. Dari situ ekspektasi saya sudah mulai hilang lagi dan saya suatu waktu memutuskan untuk menjadi ketua unit saja daripada di HMS dan tidak mendapat yang saya inginkan. Namun, Saat Wisuda Oktober 2017, seperti biasa saya ke Sabuga dan menyelamati wisudawan/wisudawati yang lulus saat itu. Ditambah tanggung jawab menjadi panitia yang membuat saya ada disana. Ketika saya menyelamati wisudawan, saya ditanya oleh beberapa orang wisudawan “Ntar di BP mau jadi apa?” “Mau kontribusi di HMS ga?” dan saya saat itu hanya membalasnya dengan senyuman dan menjawab “Insyallah, Bang”. Hingga setelah prosesi Non-Him saya bertemu dengan Bang Pohan (HMS13) dia bertanya “Mau jadi BP di HMS ga?” lalu saya jawab “Masih belum tau, Bang” lalu dibalas “Kalo iya bilang aja iya dan kalo engga bantu temen temen lu”. Disaat itu saya mulai berpikir apakah saya harus menjadi BP di HMS? dan ketika saya bercerita ke temen saya, dia bilang “kalo ada yang ga beres jangan ditinggalin, tapi perbaikin”. Disitu saya berpikir tidak ada salahnya untuk mencoba perbaiki apa yang belum beres dan mencoba untuk aktif kembali. Saat mulai Pemilu HMS ITB, saya berada di pihak calon kahim nomor 2 karena pada saat itu saya telah menceritakan kegelisahan yang saya rasakan ke calon kahim nomor 2 dan saat itu, saya mungkin akan bisa berkontribusi besar di HMS. Di lain hal ada beberapa kendala yang saya hadapi waktu membantu revo, sehingga beberapa kendala ini yang menyebabkan saya tidak bisa


Bahasa Sabana

maksimal dalam membantu revo. Hingga pada akhirnya setelah rangkaian pemilu, terpilihlah Anggi Renaldy Pratama sebagai ketua himpunan HMS periode berikutnya. Disitu saya merasa sangat bersalah ke Revo karena performa saya yang tidak maksimal dalam membantunya. Badan Pengurus HMS 18/19 Dari awal terpilihnya Aldy, saya tetep berkomitmen untuk memberikan mimpi-mimpi saya yang membuat saya masih mau ada di HMS. Mulai dari oprec BPH saya ikut mendaftar dengan harapan saya bisa menyalurkan kegelisahan yang saya rasakan di kepengurusan sebelumnya, disana saya tidak berharap besar untuk terpilih dan hanya murni untuk menyampaikan kegelisahan agar lebih tersampaikan Hingga pengumuman BPH tiba, Aldy mengumumkan jika saya tidak terpilih dan Aldy sangat berharap saya untuk menjadi bagian dari BP. Dan di suatu waktu karena posisi wakahim eksternal masih kosong, Aldy sempat menawarkan saya apakah saya mau untuk mengisi posisi tersebut, dan saat itu saya menolaknya karena disana saya tidak dapat menyelesaikan kegelisahan yang saya rasakan. Singkat cerita, saya mendaftar di BP pada dept. Pengprof bersama 6 calon lainnya dan saya dipercaya oleh Andro di Dept. Pengprof bersama Audi. Disitu yang pertama kali difikirkan, saya tidak terlalu mengenal Audi dan apakah saya bia bekerjasama dengan baik setahun kedepan. Perjalanan sebagai BP pun akan segera dimulai. Mungkin setelah ini saya bakal cerita milestone yang dilewati selama berada di BP. Mulai dari Audiensi dimana bisa menaruh semua mimpi-

| 230


231|

Bahasa Sabana

mimpi di setiap proker yang dibuat. Saat itu, banyak sekali mimpimimpi yang bisa diletakkan tapi ingat, badan pengurus bukan hanya untuk orang-orang di dalam BP saja, tapi adalah seluruh anggotanya. Setelah itu selama keberjalanan secara keseluruhan mungkin beban terbesar ada disini. Ketika berjalan, tuntutan yang paling sering Aldy berikan ke BP adalah tentang sosok seorang kadep ataupun wakadep, oleh karena itu tidak mudah untuk menjadi seseorang yang seperti itu. Hari demi hari mulailah terbentuk dan tuntutan secara tidak langsung diberikan oleh pihak eksternal yang membutuhkan sosok keprofesian dari HMS. Seiring berjalannya waktu, mimpi mulai tercapai namun banyak kegelisahan baru yang terbentuk. Jujur saja banyak sekali kekurangan yang saya lakukan mulai dari saya sering skip acara HMS, sampe ke proker saya sendiri yang tidak saya perhatikan padahal kabiro saya selalu mengingatkan ke saya hehe‌ Ketika itu pula, saya melakukan kesalahan dengan saya kurang mempercayakan staff saya untuk memikul tanggung jawab yang cukup besar sehingga saya selalu turun tangan di setiap apapun yang dikerjakan. Seorang pemimpin seharusnya memberikan contoh, membuat keputusan dan segala hal teknis dapat diberikan ke seluruh komponen di departemennya. Keprofesian di HMS sudah selalu diusahakan dengan setiap usaha yang dilakukan bidang keprofesian, namun di satu sisi ada suatu permasalahan yang mungkin belum di dapatkan solusinya. Permasalahan tersebut adalah tentang bagaimana mengajak masa sadar akan tujuan awal HMS ini berdiri. Dimana keprofesian menjadi tujuan bersama. Di kepengurusan 18/19 saya telah melihat


Bahasa Sabana

adanya ketertarikan yang cukup baik tentang keprofesian namun, masih kurang berdampak bagi lingkungannya. Hingga akhirnya masa LPJ telah tiba dimana ada kesalahan dan mimpi-mimpi yang belum usai harus disudahi dan diteruskan ke pengurus berikutnya. Jujur saja saya menyesal belum bisa mengembangkan keprofesian anggota HMS lebih dari sekarang. Waktu telah menjadi batas dan berikut adalah pesan dan harapan. Pesan dan Harapan Pesan dan Harapan bagi para Badan Pengurus keprofesian HMS ITB, jadikanlah sosokmu agar setiap orang yakin terhadap keprofesian teknik sipil, sebab kesadaran akan keprofesian berawal dari lingkaran kecil di bidang keprofesian yang seharusnya tertular ke seluruh staff dan akhirnya akan tertularkan ke seluruh anggota HMS. Pesan dan Harapan bagi seluruh anggota HMS, HMS didirikan akibat adanya kesamaan keprofesian. Selain itu, Infrastruktur di Indonesia tidak akan pernah berhenti untuk dibangun, jadi kebutuhan akan teknik sipil sangatlah tinggi, kita di ITB punya keunggulan di bandingkan dari universitas lainnya, jangan takut untuk berkata bisa. Semoga kedepannya lulusan teknik sipil dapat berkontribusi nyata terhadap pembangunan infrastruktur di Indonesia. Salam, Kepala Departemen Pengembangan Keprofesian Badan Pengurus HMS ITB 18/19 Bagas Panandito 15015062

| 232


233|

Bahasa Sabana

Harapan untuk Sebuah Pohon Pada tulisan ini saya tidak ingin membahas tentang keberhasilan Bidang Internal untuk memperjuangkan tersebarnya informasi-informasi akademik, tercapainya beasiswa alumni sipil ’89 ’90 ’03 ’04 ’09. Bukan tentang keberhasilan mengembangkan minat dan potensi anggota HMS dalam bermusik dan berolahraga, mendapatkan 7 medali pada perhelatan Olimpiade X KM ITB, dan menginisiasi HMSound. Bukan juga tentang keberhasilan dalam membuat Malam Apresiasi HMS ITB. Ataupun tentang perselisihan saya dengan salah satu kadep/wakadep saya karena perbedaan pendapat. Karena keberhasilan seperti itu bukanlah suatu hal yang terus bisa saya banggakan. Karena saya berharap kebanggaan pribadi tersebut dapat dipatahkan dengan prestasi yang lebih hebat lagi di tahun-tahun mendatang. Dan masalah yang pernah saya alami bukanlah suatu hal yang berlarut-larut harus saya tangisi. Harapan saya terhadap internal HMS cukup sederhana. Dimana setiap anggota HMS bisa saling mendukung dan juga mengapresiasi. Hal tersebut harus dimulai dengan kondisi anggota HMS saling mengenal satu sama lain. Caranya bisa banyak, dimulai dari tahap kaderisasi pasif, kuya-kuyi diwajibkan untuk menyapa setiap Bos/Bis yang ia temui di jalan, kenal ataupun tidak. Karena hal ini bisa menstimulus orang untuk berkenalan. Atau dengan cara perbanyak kegiatan yang melibatkan lintas angkatan. Bisa dimana saja, di sekre, di kelas, bahkan lapangan olahraga sekalipun. Untuk


Bahasa Sabana

membuat anggota HMS saling kenal dibutuhkan banyak cara dan metode. Dan untuk mewujudkan metode-metode tersebut, ada perjuangan yang harus dilakukan. Ketika anggota HMS sudah saling mengenal, disana akan muncul simpati dan empati. Karena setiap anggota tahu setiap karakter, perilaku, bahkan kebutuhan setiap anggota. Dari simpati dan empati inilah kepedulian dan rasa ingin mendukung akan muncul. Dukungan ini bisa dalam banyak bentuk, bisa berupa dukungan moral, material, ataupun tenaga. Selain itu juga, saya berharap setiap anggota HMS bisa saling mengapresiasi satu sama lain. Karena apresiasi inilah yang menjadi pengikat dari hubungan antar manusia. Banyak sekali penelitian yang telah membuktikan hal tersebut. Saya memimpikan dimana setiap forum di HMS akan selalu ramai. Bukan karena anggotanya memiliki minat untuk mengikuti forum, tapi karena setiap anggota menyempatkan waktu untuk mendukung dan mengapresiasi temannya yang sedang berbicara di depan. Saya memimpikan setiap hari terdengar suara tepuk tangan yang meriah di depan sekre karena mendapatkan kabar baik salah satu anggota HMS yang memiliki prestasi di bidang apapun. Saya memimpikan anggota yang berulang tahun akan lelah berterima kasih karena setiap anggota HMS memberikan ucapan, doa, dan juga hadiah kepadanya. Saya memimpikan setiap anggota HMS tidak ada yang mengulang mata pelajaran. Bukan karena setiap dari kita memiliki kepintaran yang super, tapi karena setiap menjelang ujian, kita saling membantu dan mengajarkan materimateri kuliah. Memastikan bahwa tidak ada teman kita yang tertinggal.

| 234


235|

Bahasa Sabana

Jika internal HMS diibaratkan sebuah pohon, maka saling mengenal adalah akar tanaman tersebut. Tanpa akar tersebut, pohon itu tidak akan hidup. Karena tidak ada asupan gizi yang cukup dari mineral tanah. Saling mendukung adalah batang utamanya. Hal ini yang bisa membuat pohon itu berdiri tegak, kokoh, dan gagah. Dan saling mengapresiasi adalah daun-daun indahnya. Pohon tanpa daun-daun bisa saja hidup, tapi terlihat mati. Dan saya berharap HMS menjadi pohon yang sehat, berdiri tegak, dan terlihat indah. Saya selalu menekankan kata ‘saling’. Hal ini menunjukkan bahwa, setiap anggota HMS harus terlibat dalam hal mengenal, mendukung, dan mengapresiasi. Tidak bisa keadaan internal kita menjadi pohon yang kokoh, jika yang berjuang hanyalah segelintir orang saja. Dan dengan ini, saya meminta tolong kepada seluruhnya untuk sama-sama berjuang mewujudkan internal HMS yang lebih baik lagi. Aldy, selaku kahim, sering melayangkan kata-kata ‘berjuang’ dan ‘perjuangan’. Bagi saya, perjuangan yang saya rasakan selama di HMS adalah perjuangan melawan rasa malas, pesimis, ketidakmampuan, dan rasa apatis saya. Banyak sekali kemajuan yang saya rasakan ketika masuk HMS ITB. Pembelajaran tentang manajemen manusia, emosi, dan juga waktu. Bahkan saya belajar grafis setelah saya masuk HMS ITB. Dan syarat dari perjuangan ini cuma dua: kemauan dan kesungguhan. Dan hal ini termaktub dalam satu kata ajaib : proaktif.


Bahasa Sabana

“Terima kasih kepada HMS yang telah banyak merenggut banyak sekali waktu, pikiran, dan tenaga saya. Karena dengan begitu, waktu, pikiran, dan tenaga saya terhindar dari hal yang sia-sia�

Anang Marjono, Pemilik NIM tercantik se-ITB, 15015015 Koordinator Angkatan Teknik Sipil ITB 2015 Badan Perwakilan Anggota HMS ITB 2017/2018 Wakil Ketua Himpunan HMS Bidang Internal BP Pelopor Perjuangan 2018/2019

| 236


237|

Bahasa Sabana

Perjalanan Seorang Utusan Lembaga

“Kampus ini bernama Technische Hoogeschool te Bandoeng, berdiri pada tahun 1920. Inilah kampus presiden pertama Republik Indonesia yang mendeklarasikan kemerdekaan bangsa ini dan meraih gelar insinyurnya, Ir. Soekarno.”

“Kita bangsa yang besar, kita bukan bangsa “tempe”, kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel embeli dengan syarat. Lebih baik makan gaplek tapi merdeka, daripada makan bistik tetapi jadi budak”

Sebuah Pendahuluan Aku, HMS! Panggil Aku, HMS! Itulah kalimat pertama yang aku dengar minggu pagi di gelap nyawang. Panggilan yang sekiranya dianggap sepele oleh orang-orang namun bermakna penting bagiku. Bahwa apa yang ada didepanku, adalah HMS, bukan lagi seorang individu, seorang yang cukup berani untuk mewakili wajah himpunannya, berdiri di depan kami semua para peserta kaderisasi pasif yang masih belum tau apa itu arti berhimpun. Apabila danlap tersebut melakukan hal yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dia lakukan, pastilah saya akan menganggap bahwa HMS telah melakukan sebuah


Bahasa Sabana

kesalahan. Sebuah tantangan tersendiri bagi para danlap untuk menjadi wajah HMS-ITB, karena dia adalah bos. Bos selalu benar. Karena bos tau apa yang bos lakukan, bos selalu mengatakan apa yang dia lakukan. Bos selalu melakukan apa yang dia katakan. Semenjak hari itu, aku sadar bahwa HMS bukanlah himpunan yang kecil. Semenjak hari itu aku diajari akan pentingnya berhimpun, akan pilihan yang harus aku ambil, akan pentingnya sebuah kesatuan keluarga, yang konon katanya santai dan banyak nanya meskipun pada nyatanya kami selalu, dan akan sealu, sabar dan bijaksana (SABANA). Saat itu aku tau siapa HMS, dan aku belum jatuh cinta pada himpunanku, aku berusaha mengulurkan tanganku kepada keluarga baruku. Nyatanya aku masih gagal untuk menjadi seorang koordinator angkatan, dan unit yang selalu membuatku nyaman, Persatuan Sepakbola, membutuhkan ku sebagai orang terdepan yang mampu menanamkan nilai dan meneruskan kaderisasi unit ini. Aku tidak patah hati di dalamnya. Aku tau aku harus bahu membahu dalam memasuki himpunan ini, aku bukan orang yang egois, ketidaknyamananku bukan berarti adalah alasanku untuk pergi. Ketidaknyamananku adalah hal yang untuk aku ceritakan kepada orang-orang yang diberi julukan keluarga oleh para bos ku kepada angkatanku. Setelah aku beres berurusan dengan semua kaderisasi unitku, aku sadar seluruh keluarga dari unitku sudah tidak lagi ada disini bersamaku, mereka sudah kenal dengan dunia barunya masing – masing. Singkat cerita, aku kembali ke himpunanku untuk menjalani hari – hari terakhir sebagai peserta kaderisasi. Hari terakhir, di gelap nyawang malam hari, aku mengalami indoktrinasi tersebut, yang kita semua tau, dan aku akan selalu ingat indoktrinasi tersebut.

| 238


239|

Bahasa Sabana

“Jika dan hanya jika, aku anggota HMS, maka seluruh anggota, adalah keluargaku.” “Jika dan hanya jika, aku anggota HMS, maka ketua himpunan, adalah pemimpinku.” Belum selesai sampai disana, salah satu Presiden KM ITB panutanku, Mahardhika Zein, ketua angkatan 2012, berorasi tentang apa itu HMS, bahwa HMS tidak dinilai dari simbol, dan lambangnya, bahwa HMS tidak dinilai dari sejarahnya, tapi HMS adalah anggotanya, dan HMS akan selalu menetap di hati. Ini semua bukan tentang apa yang menempel pada raga dari masing – masing kami, tapi tentang apa yang selama ini mengalir di nadi kami. Orasi tersebut merupakan titik awal keinginan aku untuk mengeksplor HMS lebih jauh lagi dengan peranku saat itu sebagai korlas, yang saat itu aku dibawa maju untuk dikalungi jahim sebagai simbolis bahwa kami resmi diterima menjadi bagian dari anggota biasa HMS ITB. Malam itu aku mengalami titik dimana aku harus membuktikan dan memberikan semua kontribusiku kepada himpunan ini, karena aku telah memilih, untuk komitmen didalamnya, untuk memberikan seluruh yang aku punya kepada himpunan tua ini. Sebagai pendahuluan, bagi siapapun yang membaca ini, terutama untuk orang yang paling berani dalam mewakili himpunan ini dan menjadi wajah himpunan ini bagi KM ITB, saya ucapkan selamat. Perjalanan kita baru akan dimulai. Saya menulis


Bahasa Sabana

ini dengan pengetahuan yang sangat terbatas dan apa adanya. Tujuannya? Sederhana. Saya ingin hasil diskusi saya dengan para pejabat kampus yang telah berpengalaman ini diketahui oleh keluarga saya ini. Saya ingin sekali kita sepaham dengan peran kita masing – masing, terutama kamu, orang yang paling berani untuk berbicara atas nama HMS. Bahwa ini sudah bukan urusan curiculum vitae atau arogansi lembaga semata, ini lebih dari itu. Ini semua bermula dari masa lalu pendahulu kita yang telah memperjuangkan sistem ini untuk berdiri di kampus ini, yang bernama KM ITB, satu – satunya organisasi kemahasiswaan yang diakui oleh rektor dan masyarakat, organisasi kemahasiswaan yang pada dasarnya adalah menjadi penghubung lidah antara masyarakat sekitar dengan insan akademis, yang sampai sekarang masih berdiri dengan lemahnya akibat ketidakidealan yang ada, dan masa depannya? Hanya kita, massa KM, dan Tuhan yang tahu. Disclaimer: Tulisan ini dapat saja berisi kebohongan, tulisan ini bisa saja tidak seperti apa yang kamu pikirkan, dan tulisan ini tidak seluruhnya bisa kamu setujui. Masukan dan saran atau diskusi lebih lanjut akan membantu setelah kamu membaca tulisan ini. Jagoan di Kelas: Koordinator Kelas 4 Merupakan sebuah hal yang sangat saya ragukan pada awalnya. Saya belum pernah memiliki pengalaman dalam menjadi pemimpin sebelumnya. Dulu, saya terpilih menjadi koordinator kelas 4, dengan job description yang saya pikir sangat mudah, yaitu menjadi kurir dan perantara pesan antara HMS dengan kelas 4. Siapa yang sangka, saya berhasil untuk bertahan dan saat ini saya

| 240


241|

Bahasa Sabana

masih berdiri sebagai salah satu orang yang cukup didengar di kelas, dan konon katanya saya adalah perpanjangan tangan dari seorang ketua angkatan, Arya Muhammad Akbar, yang pada dasarnya saya masih merasa Arya Muhammad Akbar lah perpanjangan tangan saya. Sebelum kita mencapai kondisi atau titik saat ini saya berdiri, mari kita berbicara tentang apa yang saya alami sebagai koordinator kelas 4. Pada awalnya, saya bukan tipe pemimpin yang mampu secara mudah didengar, karena saya sadar bahwa karisma saya sebagai pemimpin, sosok saya sebagai pemimpin yang dihargai, masih rendah. Saya datang sebagai orang yang asing, dari TPB. Sedangkan saat itu, saya bersama korlas korlas lainnya dan ketua angkatan (re: tangan kanan saya) harus menjalani masa inkubasi supaya kami menjadi orang pertama yang mengenal HMS dan tau apa sebenernya nilai dasar dan idealism yang dipegang oleh HMS. Belum ada 2 minggu kuliah setelah kami dilantik, saya langsung mempersiapkan diri untuk misi pertama seorang korlas. Misi pertama di kelas adalah: bagaimana caranya, berhasil mendatangkan lebih dari ž anggota kelas 4 untuk hadir musyawarah anggota saat itu, dalam waktu 3 minggu yang akan datang. Saya berusaha menggunakan metode yang cukup konvensional, berusaha untuk menarik absen melalui absen grup, namun tetap tidak berguna, dan masih belum di dengar. Coba metode yang kedua, bicara di depan kelas, saya bisa lihat ketidaktertarikan mereka terhadap HMS di setiap mata mereka. Saya sadar dan menduga ada yang salah dengan metode ini, maka perubahan metode harus dilakukan. Secara personal akhirnya harus didekati secara langsung, dan menuliskan nama mereka di kertas,


Bahasa Sabana

nyatanya mereka merespon saya, namun secara terpaksa dan merekapun juga belum tentu menghadiri MA tersebut. 6 hari kemudian, saya sadar, ternyata di kelas masih belum didengar selayaknya pemimpin. Seorang pemimpin itu ada dua: mereka yang dihormati, dan mereka yang dicintai. Maka saya memutuskan untuk menjadi pemimpin yang dicintai, sehingga mereka memiliki perasaan dan keterikatan terhadap saya sebagai pemimpin. Apabila mereka masih belum memiliki rasa tersebut untuk berkontribusi di HMS, setidaknya mereka melakukannya demi rasa segan terhadap sahabat mereka, yaitu saya. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk menggunakan strategi sosial. Ini merupakan titik awal saya belajar mengenai psikologi dan sosial, tentang bagaimana memposisikan diri kita sebagai orang luar, tentang bagaimana kita melihat diri kita sendiri dari sudut pandang orang lain. Ini bukanlah ilmu yang mudah dan tidak pernah saya dapatkan di kelas, dan ini adalah bekal bagi saya untuk menjadi pemimpin yang didengar. Saat itu, saya melakukan pemetaan sosial terhadap lingkaran-lingkaran kecil yang ada di kelas saya. Ada trio serangkai Ninis-Farah-Keza, ada para ukhti yang selalu duduk di bagian barat kelas CIBE, ada Brigita-Fadhiil-Anin, ada Kenan yang saat itu hanya berteman dengan Reno Hansen dan sekarang kerajaannya telah meluas menjadi kerajaan “belajar-kos-kenan�, beranggotakan hampir seluruh laki-laki dari kelas 4, ada persahabatan Jagad-Bagja, ada juga freeman yang perlu pendekatan lebih khusus dan intens seperti Alif dan Leo saat itu, ada kombinasi jawa Edi-GalangAngga, ada pria pria perokok Naresh-Arya-Edward, dan masih banyak lagi lingkaran yang harus saya cermati satu per satu.

| 242


243|

Bahasa Sabana

Membutuhkan waktu yang lama bagi saya untuk mengetahui keterkaitan antara satu lingkaran dengan lingkaran yang lain. Sebagai perumpamaan, saya sadar Reno memiliki keterikatan dengan kelompok jawa saat itu, saya sadar Dinda memiliki keterikatan dengan kelompok Fadhiil-Anin-Brigita dan kelompok Keza-Farah-Ninis, ada Oliver yang saat itu terhubung dengan Keza, saya sadar ada keterikatan antara Reza (Bli) dengan BagjaJagad, saya berusaha mengkoneksikan satu persatu lingkaran yang ada di kelas ini, demi kebaikan HMS dan kekeluargaan yang tumbuh di kelas ini Sampailah di penghujung hari, dimana tinggal hitungan jam sebelum musyawarah anggota, berdasarkan pemetaan sosial yang sudah saya lakukan ini, saya telah menandai 8 orang yang paling berpengaruh di kelas saat itu karena memiliki keterikatan yang banyak antar lingkarannya. Tugas saya saat itu menjadi lebih mudah: memastikan 8 orang paling berpengaruh tersebut hadir, dengan melakukan pendekatan personal kepada 8 orang yang paling berpengaruh tersebut, dan tetap melakukan jarkom intensif di grup line kelas 4. Hasilnya? 34 anggota kelas 4 hadir saat musyawarah anggota pertama tersebut. Sebuah momen yang tidak terlupakan, semenjak itu perjuangan untuk terus berusaha menyatukan kelas 4 semakin meningkat. Saya coba mendalami masing-masing kegemaran dari masing-masing lingkaran. Saya terus mencoba menjadi sosok yang disukai dan disegani di kelas, namun tidak boleh terkesan memaksakan atau keluar dari jati diri, karena adalah munafik jika merubah jati diri hanya untuk disukai orang lain. Saya mencoba mempelajari bahwa kelas 4 punya minat terhadap bulu tangkis,


Bahasa Sabana

terutama Kenan dan Angga, saya belajar bahwa Naresh-AryaEdward punya kegemaran dota yang sangat akut dan mereka akan rela meninggalkan kelas demi bermain dota. Galang seolah-olah menambah 3 SKS kuliahnya dengan basket bersama HMS lainnya yang gemar bermain basket di lapangan basket. Sedangkan Leo, tanpa pernah kehilangan harapan, selalu mengajak anggota kelas 4 untuk bermain catur meskipun tidak ada satupun dari kami yang bisa atau ingin main catur. Semakin hari saya semakin mengenal dengan dekat kegemaran dari masing-masing lingkaran tersebut, hingga pada akhirnya semester 4 dan semester 5 menempa kami, saya merasakan secara nyata bahwa kekeluargaan yang ada di kelas 4 terbentuk secara alami. Kekeluargaan yang ada di kelas 4 terbentuk bukan karena saya, kekeluargaan yang ada di kelas 4 terbentuk karena interaksi yang intens diantara kami semua, hingga lingkaran yang satu bisa melebur dengan lingkaran yang lain tanpa perlu canggung satu sama lain, tanpa perlu merasa sakit hati satu sama lain. Semenjak semester 5 pertemanan diantara kelas 4 sudah tidak terasa seperti lingkaran, namun seperti layaknya keluarga dengan anggota yang beragam, ada yang suka gossip, ada yang berani ngusir dosen, ada yang tidur 20 jam, ada yang hampir ketinggalan kulap, ada yang sukses merajut karir sebagai penyanyi, ada yang nyatet lebih rapih dari perempuan, ada yang suka megangin sikut, ada yang gelagatnya kotor sama dosen perempuan, ada yang selalu minta foto kalo ada tugas yang udah beres, ada yang cinlok dan ngasih mochi saat kulap, ada yang selalu tepat waktu kalo dateng. Itu lah kelas 4 dengan seluruh warna-warninya. Saya sisihkan satu bagian cerita saya ini untuk kalian, karena saya adalah

| 244


245|

Bahasa Sabana

bagian dari kalian, dan akan selamanya menjadi milik kalian. Terima kasih atas kenangan indahnya.

Dinamisnya Lapangan Selain kehidupan di kelas, saatnya melebarkan sayap dengan seluruh skill lapangan yang saya peroleh dari kepanitian di OSKM dulu. Saya merupakan salah satu panitia lapangan yang paling enggan untuk berpikir saat OSKM. Sederhana: karena materinya rumit. Setiap kali diklat, yang saya bawa hanyalah spek dan otot, otak mungkin tertinggal di basecamp atau di kosan. Saya bukanlah orang yang senang terhadap hal-hal demikian, jadi saya memutuskan untuk melatih otot saja menjadi pasukan pengibar bendera merah saat OSKM berlangsung. Namun, tidak akan pernah berkembang apabila kita selalu menutup mata akan ilmu tersebut. Serumit apapun ilmu lapangan, akan selalu ada hikmahnya. Saya memberanikan diri dan menawarkan diri saya


Bahasa Sabana

dengan sukarela untuk menjadi koordinator lapangan wisuda april yang diketuai oleh salah satu anggota kelas saya, Audi Alfa. Pada mulanya masih belum terlalu tergambarkan apa yang akan saya lakukan, saya berkonsultasi kepada seluruh koordinator lapangan terdahulu, hingga saya tau, menjadi koordinator lapangan wisuda april untuk HMS tidak sesulit menjadi komandan pasukan saat panitia lapangan OSKM kemarin. Menjadi koordinator lapangan di event pertama angkatan 2015 membuat saya belajar dan mengetahui pola perilaku angkatan 2015 dalam berorganisasi. Motivasi untuk menjadi koordinator lapangan tidak hanya sebatas diri sendiri. Ini bukan tentang siapa saya. Ini akan selalu menjadi siapa HMS di mata publik, terutama mata KM ITB. Arogansi saya akan himpunan ini muncul pertama kali saat event pertama bagi angkatan kami ini. Saya selalu bercita-cita untuk memiliki himpunan yang lebih hebat, lebih dikenal daripada himpunan-himpunan yang terkesan menakutkan dari timur jauh selama menjadi panitia lapangan OSKM dahulu. Sejak saat itu, timbul benih kecil mimpi untuk membawa himpunan ini menjadi himpunan terbaik di KM ITB, himpunan yang apabila bersuara, akan didengar di seluruh penjuru kampus. Himpunan yang selalu membawakan solusi, bukan hanya mampu mengkritisi. Himpunan yang mampu menyelesaikan masalah dengan keprofesian dan caranya sendiri. Himpunan yang sama ditakutinya dengan himpunan-himpunan di timur jauh sana, yang membuat panitia lapangan berpikir 10 kali apabila hendak melewati sekrenya. Dalam keberjalanannya saya memiliki kebutuhan lapangan yaitu komandan lapangan dan wakil komandan lapangan. Komandan lapangan saya beri tugas untuk memimpin orasi saat di

| 246


247|

Bahasa Sabana

tunnel, menjadi pemandu saat arak-arakan sebelum tunnel, dan membantu dalam mengatur massa selagi saya sedang mengondisikan wisudawan di dalam sabuga. Sedangkan wakil komandan lapangan bertugas untuk memandu arak-arakan hingga akhir dan membantu untuk mengondisikan massa. Saya menyaksikan betapa dinamisnya lapangan saat wisnite dan wisday. Patut diakui, timbul harapan kecil bagi saya suatu saat nanti ketika saya menjadi wisudawan untuk merasakan betapa diapresiasinya saya sebagai lulusan teknik sipil ITB, karena saya beserta temanteman panitia berusaha keras tidak lain hanya demi mengapresiasi dan demi senyum para wisudawan tersebut. Saya cukup terbantu dengan dua danlap dan wadanlap saya, Revo dan Azhar. Saya menyadari, kuya kuyi sabana (HMS 2015) sangat supportif terhadap keberlangsungan wisnite dan wisday, saya merasakan keakraban di dalam angkatan ini, kelas antar kelas, mulai berbaur satu per satu. Cukup membanggakan ketika bisa menjadi orang pertama yang menjadi saksi keramaian HMS menderukan semangat terbaiknya. Bangga rasanya melihat himpunan ini keliling kampus disaksikan dengan berbagai macam himpunan dari yang warnanya merah sampai yang biru. Ini adalah titik dimana saya semakin jatuh kedalam himpunan ini, tertarik untuk mengembangkan himpunan ini lagi semenjak semua mata telah tertuju kepada HMS ITB saat wisuda april. Bagi kalian yang membaca tulisan ini (para BP baru), jangan pernah berekspektasi apapun saat kalian menjalankan acara pertama kalian ini, karena lelah akan selalu timbul, namun bagaimana kita menghadapi kelelahan itu yang menentukan siapa kita bagi HMS.


Bahasa Sabana

Akhir kalimat dari bagian ini, saya nyatakan ini adalah checkpoint yang cukup penting bagi saya untuk mengembangkan kemampuan lapangan, komunikasi, dan manajemen yang baik, serta untuk kuya-kuyi sabana (HMS 2015) yang semakin bersatu akibat acara wisuda april ini. Terima kasih banyak atas pembelajarannya keluargaku, terutama untuk ketua kami, Audi Alfa Pratama. Semoga kita bisa bekerja sama lagi di lain kesempatan, kali ini untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Saya bangga menyatakan bahwa ini adalah awal perjalanan dan mimpi saya untuk membuat HMS ITB tenar di KM ITB dan saya juga berterima kasih kepada Audi yang tidak berhenti sampai disini untuk menumbuhkan mimpi saya sebagai orang yang sedang berusaha membuat HMS tenar, tapi juga terlibat di dalam proses saya mewujudkan mimpi ini, sebagai promotor, saat hendak menjabat suatu jabatan di HMS yang tidak saya amat sangka akan melekat pada jiwa yang tak pernah mengerti politik ini; Senator HMS-ITB. Mimpi saya dan keinginan berkemahasiswaan saya tidak mungkin terwujud dan berkembang tanpa kesempatan, dorongan, dan dukungan, dari seorang Audi Alfa Pratama serta rekan-rekan panitia wisuda april. Terima kasih atas kenangan indah kalian.

| 248


249|

Bahasa Sabana

Pencalonan Diri: Senator Utusan HMS-ITB Ini adalah usaha terakhir saya yang bisa saya lakukan untuk HMS-ITB. Saya adalah satu-satunya orang yang punya niat dan usaha untuk mewujudkan mimpi yang selama ini saya cita-citakan: untuk membuat HMS ITB dan anggotanya mampu keluar dari Jalan C, dan berkontribusi di luar HMS ITB, menunjukan bahwa HMS ITB mampu berkarya di luar bumi sipil yang luas ini. Saya nyatakan kepada diri saya bahwa ini adalah satu satunya kesempatan, untuk menjadi pemimpin bagi HMS, untuk membawa HMS menjadi lebih hebat dari biasanya, untuk mengembangkan HMS, dan untuk mewujudkan mimpi di hari pertama saya bertemu dengan danlap kaderisasi pasif saat menjadi peserta kaderisasi pasif; untuk menjadi wajah dari HMS ITB. Untuk menjadi HMS ITB seutuhnya. Semenjak saat itu saya mendalami nilai-nilai yang ada di HMS ITB, turut aktif membantu mensukseskan apapun program kerja yang dijalani oleh bos saya. Semenjak saat itu saya berusaha untuk menjadi bos yang bijak dan mendalami seluruh makna kegiatan yang ada di HMS. Saya yakin pemimpin yang baik di himpunan ini adalah pemimpin yang memiliki wawasan yang luas akan pengetahuan di sekitarnya baik di kampus ini maupun di himpunan, pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu berbaur dari masyarakatnya, karena pemimpin merupaka cerminan dari masyarakatnya, pemimpin berasal dari masyarakatnya. Saya tau betul bahwa ini tidak akan menjadi perjalanan yang mudah. Akan sangat berliku, menerjang angin dingin setiap subuh demi berargumentasi memperjuangkan idealisme yang ada, demi HMS-ITB. Singkat cerita, saya ditunjuk oleh seluruh anggota saya, dengan lebih dari 300 anggota biasa


Bahasa Sabana

HMS ITB dan sekitar 20 orang tidak sepakat saya pimpin. Saya tau saya tidak bisa menyenangkan semua pihak. Tuhan saja dibenci setan. Maka perjalanan saya di HMS-ITB semakin berikurang, saya menghabiskan seluruh waktu kemahasiswaan saya diluar sekre untuk memperjuangkan organisasi kemahasiswaan yang bernama KM ITB, menjadi perwakilan HMS-ITB untuk mengatur kebijakan yang ada di kampus ini. Kongres KM ITB: The Beautiful Chaos Sudah terlalu panjang saya bercerita tentang “saya”, mari saya ceritakan hal yang tak pernah kalian ketahui di dunia ini: kehidupan seorang Senator dan anggota Kongres KM ITB. Menjadi senator sama seperti memiliki istri dua. Istri yang tua bernama himpunan, harus selalu “diperlakukan” layaknya seperti eksekutor, dibuat senang dengan seluruh program-program rencana kerja, diberi transparansi, dilibatkan dalam semua pengambilan keputusan. Istri yang muda, bernama Kongres KM ITB, harus “diperlakukan” layaknya seperti legislator, diberi perhatian, diberi kebijakan, diluangkan waktu 24 jam 7 hari. Mari kita bahas satu per-satu. KM ITB berada di dalam sistem ITB, namun secara struktural tidak berada di bawah rektor. Organisasi kemahasiswaa seperti KM ITB merupakan bagian dari masyarakat kampus yang demokratis yang masing – masing memiliki memiliki wewenang penuh untuk menjalankan aktivitasnya di dalam fungsi dan bidang masing – masing. Layaknya sebuah negara, sistem politik yang dianut oleh KM ITB adalah Trias Politika. Konsep dasarnya adalah, kekuasaan di suatu negara tidak boleh dilimpahkan pada satu

| 250


251|

Bahasa Sabana

struktur kekuasaan politik melainkan harus terpisah di lembagalembaga yang berbeda. Trias Politika yang kini banyak diterapkan adalah, pemisahan kekuasaan kepada 3 lembaga berbeda: Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Lembaga legislatif adalah lembaga untuk membuat undang-undang untuk penyelenggaraan suatu negara. Lembaga eksekutif adalah lembaga yang melaksanakan undangundang tersebut dan yudikatif adalah lembaga yang mengawasi jalannya pemerintahan dan negara secara keseluruhan, menginterpretasikan undang-undang jika ada sengketa, serta menjatuhkan sanksi bagi lembaga ataupun perseorangan manapun yang melanggar undang-undang. Dalam kesempatan ini, izinkan saya untuk bercerita tentang mengapa saya mencalonkan diri saya untuk menjadi wajah dari himpunan saya di kemahasiswaan terpusat. Saya selaku senator terpilih saat itu merasakan kegelisahan yang amat mendalam dalam suasana. kesenatoran HMS ITB sebelum saya menjabat. Saya merasa bahwa ketertarikan massa HMS terhadap kesenatoran tidak pernah tinggi. Bagi saya, penyebabnya rata – rata disebabkan karena kurangnya pemahaman baik informasi yang datang dari kemahasiswaan terpusat atau mekanisme untuk menyampaikan informasi tersebut kepada massa yang memang bermasalah. Selain itu penyampaian dari informasi tersebut kurang dikemas (disampaikan) dengan baik sehingga sulit untuk dipahami. Jika hal ini terus terjadi maka HMS akan kurang terlibat dengan kebijakan - kebijakan yang diambil oleh KM dan saat proses implementasi kebijakan tersebut dilakukan terhadap HMS maka ada kemungkinan HMS merasa tidak sesuai dengan kebijakan tersebut. Saya memiliki harapan untuk bisa mensuasanakan kembali


Bahasa Sabana

kesenatoran di HMS ITB sehingga anggota biasa HMS ITB mengetahui isu – isu yang sedang berkembang atau terjadi. Menjadi seorang senator berbeda dengan menjadi tukang pos. Ini bukan masalah memberikan kabar dari KM ITB kepada HMS dan menyampaikan kembali dari HMS kepada Kongres KM ITB. Seorang senator seharusnya punya pehaman yang lebih dari anggotanya dalam menentukan kebijakan, punya pemikiran yang lebih satu langkah dari anggotanya, menjadi pemimpin, dan didengar. Saya sadar bahwa setelah saya terpilih, saya memiliki 4 peran sekaligus dalam kehidupan saya sehari – hari di bumi ganesha ini. Pertama, saya sebagai anggota KM ITB. Kedua, saya sebagai anggota biasa HMS ITB. Ketiga, saya sebagai Senator HMS ITB. Keempat, saya sebagai anggota Kongres KM ITB. Dalam tulisan ini saya tidak perlu membahas apa yang ada di himpunan saya. Saya akan membahas tentang Kongres KM ITB. Saya merasakan kegelisahan saya yang lebih dalam. Tidak jarang saya mendengar cibiran – cibiran mengenai KM ITB beserta elemen yang ada di dalamnya, terutama Kongres KM ITB. Lebih dari itu saya telah menyaksikan langsung proses yang ada di dalam salah satu elemen tersebut. Saya memahami bahwa ada yang tidak beres dari kualitas dan pemahaman dari masing-masing Senator di setiap himpunan. Terakhir dari sudut pandang secara kultural, mekanisme kekeluargaan di dalam Kongres KM ITB itu sendiri dianggap sangat penting. Mengapa? Supaya orang – orang didalamnya nyaman dalam bekerja, supaya orang – orang semakin merasa memiliki Kongres KM ITB. Supaya anggota Kongres KM ITB bisa merasa diapresiasi oleh keluarganya tersebut, dan memiliki

| 252


253|

Bahasa Sabana

ikatan satu sama lain. Kekeluargaan dinilai sebagai bentuk investasi awal untuk keberjalanan Kongres KM ITB yang lebih baik. Seharusnya masing – masing anggota Kongres KM ITB terutama sang pemimpin mampu membuat orang – orang butuh akan Kongres dan merasa dibutuhkan di Kongres, misal, mencari anggotanya ketika tidak hadir, atau seminimalnya mendoakan anggota tim nya yang sedang sakit, turut bersuka cita saat sedang senang (ulang tahun? Jadian? Bisa jadi). Kongres KM ITB, perlu untuk memupuk nilai kekeluargaannya dari awal. Senator yang Ideal Apa yang sebenarnya senator perlu pahami? Semua. Semua tentang KM ITB ini, mulai dari asal usul, sejarahnya, hingga saat ini keberjalanannya. Lantas secara lebih rinci, apa yang harusnya dimiliki oleh senator? Seperti apakah sosok seorang senator yang paling ideal? Senator, haruslah menjadi orang yang paling mengerti kondisi yang ada di himpunannya. Bukan hanya dari segi pengetahuannya tentang KM ITB atau isu – isu di luar kampus. Tapi seorang senator dituntut untuk tau hingga “akar” dari himpunannya, baik itu budayanya, nilai, kecenderungan kegiatannya, kepekaan lembaganya terhadap dunia eksternal, dsb. Seorang senator itu seharusnya sama skillsetnya dengan mereka yang dijuluki sebagai seorang ketua himpunan. Bahkan, mereka punya kelebihan. Mereka satu satunya orang yang secara legal diizinkan untuk berbicara atas nama lembaga yang dibawanya. Oleh karena itu, secara singkat, seorang senator haruslah bisa


Bahasa Sabana

membuat seluruh anggotanya percaya, didengar, dan berpengaruh baik di lembaganya maupun di luar lembaganya. Senator, sebelum mereka bekerja, seharusnya mereka tau dirinya siapa. Sudah sepatutnya mereka sebagai anggota Kongres KM ITB yang baik, mereka cerdas dan mampu mengambil keputusan dengan bijak. Itulah pentingnya senator memiliki pandangan akan perannya sebagai anggota Kongres KM ITB. Oleh karenanya, senator harus tau sistem yang sedang mereka hadapi itu seperti apa. Gimana caranya? Mereka akan tau jika dan hanya jika mereka membaca konsepsi KM ITB, mereka mendalami sejarah KM ITB, mereka mengerti tujuan dari sistem itu diciptakan, mereka tau saat sistem ini diciptakan bagaimana kondisinya saat itu, mereka tau asal – usulnya, mereka memahami seharusnya berjalan seperti apa, mereka mengetahui batasan – batasan yang mereka punya. Mereka memiliki pengetahuan akan potensi – potensi yang mereka punya dan mereka aware akan hal itu, mereka tau akan produk – produk hukum yang mereka miliki dan apa saja yang masih relevan / berlaku, mereka bisa memetakan elemen – elemen yang ada di dalam sistem itu, apa tugas dari masing – masing elemen. Yang terpenting, senator harus punya setidaknya satu nilai yang mereka pegang teguh dan berpedoman atas nilai tersebut. Hanya dengan kondisi diatas, seseorang bisa dibilang seorang senator yang sebenarnya. Bukan seorang senator yang datang dari himpunannya dan membawakan aspirasi seadanya atau mengikuti sistem seadanya, tapi seorang senator yang mampu untuk memperbaiki sehingga KM ITB menjadi lebih baik.

| 254


255|

Bahasa Sabana

Apakah selama ini yang mereka bilang tentang KM ITB dan Kongres KM ITB itu benar? Bahwa saat ini kondisinya sudah tidak ideal lagi? Mungkin. Mari kita lihat dari segi massa KM ITB itu sendiri. Percayakah kamu bahwa ada yang disebut dengan teori generasi? Generasi tidak punya satu definisi pasti karena sebetulnya tokoh yang mempelajari generasi tidak hanya dua. Strauss dan Howe mendefinisikan generasi sebagai agregat dari semua orang yang lahir selama rentang waktu sekitar dua puluh tahun atau sekitar panjang satu fase dari masa kanak-kanak, dewasa muda, usia pertengahan dan usia tua. Selain itu terdapat tiga kriteria yang harus dimiliki oleh sebuah generasi yaitu usia lokasi dalam sejarah, kepercayaan dan perilaku yang sama, serta keanggotaan periode yang sama. Kriteria pertama maksudnya adalah generasi yang sama akan mengalami peristiwa sejarah penting dan tren sosial bersamaan. Hal ini akan menyebabkan sebuah generasi akan berbagi beberapa kepercayaan dan perilaku yang sama. Kriteria terakhir artinya sebuah generasi akan mengidentifikasi dirinya sebagai kelompok yang berbeda dibanding generasi lainnya. Tidak percaya akan teori tersebut? Tidak masalah, sebagaimana yang saya tulis di bagian disclaimer, tulisan ini bisa saja berisi kebohongan atau diluar ekspektasi kamu. Yang jelas, ada kecenderungan bahwa saat ini massa KM ITB mengalami kemudahan baik dari segi komunikasi atau informasi, berbeda dengan zaman ketika teknologi belum berkembang seperti saat ini. Orang dulu mengandalkan komunikasi langsung. Zaman dulu sebelum ada GPS, orang navigasi dengan cara mengobrol dan mencatat orang yang lebih berpengalaman atau mengandalkan peta kertas yang


Bahasa Sabana

mereka memiliki. Zaman dulu sebelum ada internet atau kalkulator, orang mengandalkan komunikasi langsung tentang referensi yang bisa mereka dapat, berkomunikasi untuk mendapatkan ilmu dan informasi dari orang lain. Berbeda dengan sekarang dimana semua informasi sudah ada dapat diakses dengan mudah. Alhasil orang lebih pragmatis dan kehilangan daya juangnya. Daya juangnya berkurang, energinya terbatas. Akhirnya mereka sewajarnya mengerahkan energi mereka untuk keperluan mereka saja, lupa akan kewajibannya sebagai mahasiswa. Sudah bosan dengan bualan diatas? Mari kita kembali ke topik yang lebih menarik, sang senator. Ada beberapa kondisi dimana senator bisa disebut tidak ideal. Pertama, senator belum mengetahui kondisi himpunannya secara mendalam. Mereka bahkan belum bisa membuat dirinya dianggap, dipandang, dan didengar oleh himpunannya. Kedua, mereka belum tahu apa – apa, langsung “mencemplungkan� dirinya di Kongres KM ITB tanpa ada usaha untuk mencari ilmu – ilmu dasar mengenai kesenatoran itu sendiri, mereka berharap akan belajar dengan sendirinya seiring dengan berjalannya aktivitas mereka di Kongres KM ITB. Seharusnya senator punya dasar dan persiapan sebelum mencemplungkan dirinya di kehidupan kesenatoran. Ketiga, masalah energi yang terbatas. Seharusnya Kabinet dan Kongres itu setingkat, mengapa presiden di tingkat 4, memiliki pengalaman yang lebih baik, memiliki waktu yang lebih luang sehingga bisa mengerahkan seluruh tenaganya untuk Kabinet, sedangkan Kongres yang berada di tingkat 3 atau tingkat 4 awal harus kehabisan energinya lebih dahulu akibat dilanda akademik.

| 256


257|

Bahasa Sabana

Masihkah ideal dan sesuaikah KM kita? Silahkan sintesis menurut kepercayaanmu masing – masing. Pemimpin dari Kumpulan Serigala Percaya atau tidak, saya adalah salah satu orang yang sempat pamit kepada massa HMS ITB untuk memimpin Kongres KM ITB, namun hanya terealisasi selama satu minggu, karena ternyata bukan kapasitas dan mimpi saya untuk memimpin Kongres KM ITB. Saya selalu teringat mimpi saya di HMS ITB, namun saya tidak harus mewujudkannya dengan cara demikian. Bagian ini adalah bagian paling penting, salah satu bagian penentu dari keberjalanan Kongres KM ITB. Perlu diketahui terlebih dahulu peran di lembaga eksekutif dan lembaga legislatif, ialah cukup berbeda. Dalam lembaga eksekutif, sang staff bertanggung jawab kepada ketua divisi, dan ketua divisi bertanggung jawab kepada ketua bidang, ketua bidang bertanggung jawab kepada ketua eksekutif tersebut. Siapa yang bertanggung jawab jika ketua divisi tidak menjalankan arahan kerjanya dengan baik? Beberapa dari kita berpikir “tergantung, salah kadivnya sendiri skip”, tapi mayoritas dan menurut saya sendiri, ketua bidang itu yang bertanggung jawab atas ketua divisinya sendiri, karena dia gagal menjalankan fungsi kontrolnya. Berbeda dengan dunia legislatif. Anggota Kongres KM ITB adalah setara. Baik saya yang menulis ini yang akan bekerja di Kongres nantinya, maupun kamu yang membaca ini dan akan menjadi keluargaku setelah ini, kita adalah setara. Tidak lebih dan tidak kurang. Tapi, untuk mempermudah pekerjaan kita maka dibuatlah sistem yang “mirip” seperti eksekutif. Inilah yang


Bahasa Sabana

membuat orang salah paham tentang sistem bekerjanya kita. Ditambah lagi, dari semua komisi yang ada untuk mendukung pekerjaan kita selama setahun ke depan, ada sosok koordinator untuk mengkontrol masing – masing komisi dan mengingatkannya untuk tetap berjalan sesuai arahnya. Sosok koordinator yang dibicarakan ini, lebih lazim disebut dengan Ketua Kongres KM ITB. Salah berpikir jika seorang Ketua Kongres hanyalah sekedar Koordinator. Seorang Ketua Kongres yang sejati, ialah dia, “The Last Man Standing”, sehingga membuat teman – temannya menghormatinya, dia yang seharusnya menjadi role-model untuk keluarganya, dia yang paling hebat dalam merangkul anggotanya, dia yang sanggup untuk mengatur flow yang ada di dalam Kongres KM ITB, mampu bersikap netral dan menjadi penengah diantara perbedaan pendapat tersebut. Dia adalah sang penghidup ketika Kongres KM ITB sudah meredup, dan dia mampu menjadi pelita ditengah gulita. Timeline Kongres KM ITB yang Ideal Langkah pertama saat Kongres KM ITB suatu kepengurusan resmi berdiri, maka tentukan bidang / komisi masing – masing. Diharapkan tidak memakan waktu yang terlalu lama dalam penentuan komisi ini. Evaluasi dari yang telah berlalu adalah pembahasan ini terlalu lama, antara 2 – 3 agenda untuk membahas hanya bidang / komisi itu sendiri. Metode yang digunakan dalam menentukan bidang / komisi adalah menentukan isu apa saja yang terjadi selama setahun kedepan lalu dikelompokkan. Namun, ternyata cara tersebut dinilai tidak efektif karena berdasarkan penilaiannya, komisi yang telah terbentuk

| 258


259|

Bahasa Sabana

cenderung sama antara saat ini yang sudah ada dan tahun lalu, dan ternyata dari tahun ke tahun pun cenderung sama, hanya berbeda di penamaan. Komisi yang dinilai perlu untuk tetap ada diantaranya adalah Komisi Pengawasan, Komisi Pemilihan Umum, Komisi Perbaikan Sistem (untuk amandemen, TAP, pernyataan sikap dsb), Komisi Studi dan Perencanaan Kebijakan (bikin kebijakan baru seperti GBHP, AK, Renstra, dan Multikampus), Komisi Relasi dan Komunikasi (TPB dan Publikasi, namun komisi ini perlu evaluasi lebih lanjut), dan yang paling bertanggung jawab dengan suasana di dalam Kongres KM ITB, yaitu Komisi Internal. Komisi – komisi yang ada sekarang dinilai sudah mencakupi seluruh kebutuhan untuk satu tahun ke depan sehingga dalam pembahasan berikutnya tidak perlu berkutat lagi dalam penentuan bidang / komisi. Lebih baik waktu yang ada dibuat untuk membahas sang Ketua Kongres, sehingga di agenda pertama saat membahas komisi – komisi yang ada dan agenda kedua membahas Ketua Kongres dan nama dari masing – masing Ketua Komisi, maka jika memungkinkan segera dibuat TAP setelah agenda kedua tersebut. Paling pertama yang harus dibahas oleh Kongres KM ITB adalah Student Summit (berikutnya disingkat SS). SS akan memakan banyak persiapan terutama di bagian dokumen yang harus dibuat. Menurut saya pribadi, SS dibuat seharusnya untuk proker yang sifatnya kolaborasi saja, bukan untuk koordinasi. Kabinet KM ITB diperlukan saat misalnya ada [(1/2)n + 1] lembaga aja yang ingin dengan prokernya. Saat ini banyak hal – hal yang cenderung kurang penting misal lari bersama, jika memang tidak semua lembaga mau maka tidak perlu dimasukan. Terlepas dari


Bahasa Sabana

evaluasi itu, mari kembali ke topik utama kita, timeline yang ideal. Persiapan SS umumnya sekitar seminggu dan menjalankannya juga butuh waktu seminggu. Pihak yang menjalankan SS adalah Kabinet KM ITB, sedangkan Kongres KM ITB mempersiapkan dokumen seperti TAP dsb. Sebelum SS, masing – masing lembaga juga diminta menyiapkan beberapa dokumen yang diperlukan dan diatur di TAP SS. Berikutnya, tidak perlu ada gap lagi langsung perlu dibahas GBHP sebelum UAS atau KP menyibukkan masing – masing anggota Kongres, karena akan butuh waktu yang lama untuk Kongres stable kembali dan bisa bekerja dengan efektif lagi. Cepat atau lambatnya pembahasan ini bergantung pada kinerja Komisi Studi dan Perencanaan Kebijakan itu sendiri. Paling ideal sebelum KP melanda seharusnya kuesioner tentang GBHP sudah siap untuk disebarkan, dan juga fungsi dari tim ADHOC itu sendiri perlu dievaluasi. Dari yang telah direncanakan ADHOC kebingungan untuk teknis membuat GBHP itu sendiri. Seharusnya ADHOC GBHP hanya ikut serta dalam membantu untuk mengumpulkan data dan membantu untuk merekap. Untuk kepentingan pembelajaran, tim ADHOC sebaiknya diajak dan dilibatkan bersama Kongres KM ITB bukan harus membuat semuanya dari awal. Berhubungan dengan kuesioner yang sudah siap disebarkan sebelum KP, selama liburan tersebut tim ADHOC bisa menyebarkan kuesioner dan mengumpulkan data serta merekap data tersebut sehingga saat selesai liburan / KP, hasil dari kuesioner tersebut bisa diolah bersama – sama dan akhirnya dirumuskan untuk menjadi dokumen yang selama ini dianggap sakral karena menentukan keberjalanan KM ITB, yaitu GBHP. Namun

| 260


261|

Bahasa Sabana

masalahnya, pengolahan data GBHP memakan waktu yang lama, kurang lebih 1 bulan paling cepat, tapi jika memang 2 minggu memungkinkan maka akan lebih baik karena kedepannya waktu yang dimiliki oleh Kongres akan semakin sedikit akibat audiensi – audiensi yang diajukan oleh Kabinet KM ITB. Selain membahas GBHP, ada baiknya jika dilakukan framing AD/ART beriringan dengan pembahasan tersebut. Framing AD/ART diperlukan supaya dalam kedepannya senator – senator telah memahami apa yang sebenarnya harus dilakukan oleh Kongres KM ITB, bagian mana AD/ART yang masih relevan dsb. Dalam framing ini sebaiknya tidak perlu lama – lama. Bahas per poin penting, dan budayakan membaca. Evaluasi paling besar dalam framing AD/ART ini adalah tidak efisiennya dalam proses diskusi tersebut karena belum membudayakan membaca sebelum forum dimulai sehingga alur pembahasannya terkesan maju mundur. Mahasiswa yang Kadaluarsa Saya menulis tulisan ini dalam kondisi KM ITB yang sudah tidak baik-baik saja. Saat ini adalah 21 Februari 2019, pukul 23.11 W.I.B., LPJ Kabinet KM ITB tertunda, dan LPJ kepada Massa KM ITB terancam dilakukan setelah UTS. Belum ada calon MWAWM, calon Presiden KM ITB hanya ada satu. Referendum untuk pemilihan kandidat satu calon digugat, karena pemahaman Kongres KM ITB terhadap referendum adalah salah. Referendum tidak sepatutnya digunakan untuk voting namun sepatutnya digunakan untuk pengambilan kebijakan Kongres KM ITB. Voting merupakan hak mutlak yang dimiliki oleh massa kampus,


Bahasa Sabana

dan Kongres KM ITB tidak berhak menggunakan referendum untuk voting. Tidak ada yang ingin menjadi penanggung jawab sementara. Sudah tidak ada opsi lagi yang bisa ditempuh. Kongres KM ITB beserta anggotanya terbesit untuk melakukan recall dari lembaganya masing-masing, karena KM ITB sudah tidak mampu dijalankan lagi. Selama menjadi bagian dari Kongres KM ITB, sudah terjadi 5 kali Sidang Istimewa Kongres (4 sidang sah secara hukum, 1 sidang tidak sah secara hukum) dan 2 kali referendum (1 kali sah, 1 kali tidak sah). Pertama kalinya dalam sejarah KM ITB dalam kepengurusan saya, Presiden KM ITB hendak diturunkan dari jabatannya melalui referendum tersebut namun gagal turun, yang pada akhirnya 3 bulan kemudian sang Presiden KM ITB yang direferendum untuk turun dan gagal ini, malah mengundurkan dirinya sendiri. Terdengar lucu bukan? KM ITB telah mati dalam pergerakannya di dunia luar, yang padahal sudah 2 tahun ini dibentuk gerakan-gerakan dari KM ITB kepada dunia eksternal, aksi-aksi advokasi yang berani, dan kajian-kajian yang selalu menjadi sorotan BEM dari eksternal KM ITB, dengan berat hati harus dipupus. Masing-masing elemen saling menyalahkan satu sama lain atas kejadian ini. Semua sudah tidak berjalan sebagaimana mestinya, terdengar seperti kiamat untuk KM ITB. Namun akhirnya, inilah saya, seorang senator utusan HMS-ITB, yang sudah kadaluarsa beraktivitas di KM ITB, untuk membuktikan bahwa himpunan saya masih memiliki eksistensi di KM ITB. Sudah cukup saya mengawal Kongres sebagai ketua komisi pengawasan, meskipun banyak evaluasi dan pembelajaran yang saya dapatkan. Semenjak saya menjabat sebagai senator,

| 262


263|

Bahasa Sabana

forum kesenatoran terlaksana 6 dari 7 bulan efektif, selalu dihadiri dengan paling sedikit 73 anggota dan paling ramai 118 anggota, saya yakin ini adalah suatu pencapaian baru bagi Kesenatoran HMS ITB. Saat unjuk dengar Pemira KM ITB antara Royyan dengan Faris Makarim (kandidat yang berikutnya mengundurkan diri), anggota HMS-ITB menghijaukan basement CC Barat dengan kehadiran 51 anggota, menjadi lembaga dengan kehadiran teramai saat itu. Saya sangat amat senang dengan hal ini, sebagai mahasiswa sipil yang sudah kadaluarsa, sehebat apapun kalian dalam mendesain bendungan, kalian akan selalu gagal untuk membendung air mataku di akhir forum kesenatoranku. Tangisan tersebut murni berasal dari hati saya yang berat meninggalkan himpunan tua ini sendirian. Saya titipkan himpunan ini kepada kalian, anggota HMS-ITB, yang membaca ini, agar himpunan ini terus hebat, baik di KM ITB, di Jawa Barat, di Nusantara, bahkan Mancanegara. Penutup Akhir kepengurusan saya, harus saya nyatakan bahwa saya bangga menjadi wajah kalian, anggota HMS-ITB, di KM ITB ini. Kalian adalah alasan saya tersenyum ketika saya mengalami masamasa terpuruk di KM ITB. Kalian yang mengubah abu saya menjadi warna, yang melukis jingga dalam senja saya, yang memancar cahaya ditengah gulita saya, yang memecah sunyi lewat suara, yang menjelma cita ditengah duka saya, dan kalian adalah satu-satunya yang nyata diantara segala yang fana. Teruslah berderu, meskipun langit ini tak kunjung membiru. Saya nyatakan misi saya telah berhasil, untuk membuat HMS ITB beserta


Bahasa Sabana

Kesenatorannya lebih baik, meskipun harus saya akui kekalahan saya, dan saya belajar bahwa butuh usaha yang lebih keras lagi untuk menjadi seorang legislator di Kongres KM ITB. Aku, HMS! Panggil aku, HMS! Itu bukan lagi perintah yang diberikan kepada danlap kaderisasi pasif kepadaku. Itu adalah perkataan yang selama ini berhasil aku ucapkan kepada seluruh anggota di lembaga tertinggi yang ada di KM ITB. Seluruh perwakilan himpunan memanggilku dengan sebutan HMS dan selamanya, aku akan dikenal dengan sebutan HMS. Purnanya aku dari jabatan ini tidak akan menghilangkan jati diriku. HMS akan selalu ada, karena ini bukan apa yang menempel di ragaku, tapi ini tentang apa yang mengalir di nadiku. “HMSku Rumahku, didalamnya aku tertidur lelap, karena nyaman didalamnya. Namun ketika aku pergi keluar, aku akan selalu berdiri dengan bangga dan tegak, menunjukan siapa HMS kepada dunia luar.� “Akhirnya aku pergi dan kau akan menemukanmu di manamana. Di udara dingin yang menyusup di bawah pintu atau di barisbaris puisi lama yang diterjemahkan dari bahasa-bahasa jauh. Di sepasang mata gelandangan yang menyerupai jendela rumah berbulanbulan tidak dibersihkan atau di balon warna-warni yang melepaskan diri dari tangan seorang bocah.

| 264


265|

Bahasa Sabana

Akhirnya aku pergi dan kau akan menemukanmu di jalanjalan yang lengang atau bangku-bangku taman yang kosong. Kau menemukanku di salju yang menutupi kota seperti perpustakaan raksasa yang meleleh. Kau menemukanku di gerai-gerai kopi, udara, dan aroma makanan yang kurang atau terlalu matang. Akhirnya aku hilang, perlahan pergi meninggalkan HMS —  dan kenangan kini satu-satunya masa depan yang tersisa.” Selamat tinggal HMS. Abdul Kadir Alhamid 15015154 Anggota Biasa HMS ITB


Bahasa Sabana

Ini Bahasa Kami Semoga Bermanfaat Atau setidaknya Menginspirasi Perjuangan – Perjuangan baru kedepannya Kami tunggu Bahasa - Bahasamu

| 266



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.