Diskret this tme

Page 1

Diskret This Time| 2018

1



TENTANG DISKRET Diskret adalah sebuah cerita. Cerita tentang perjuangan para manusia yang berniat mengembangkan wawasan dan meningkatkan sense of crisis khususnya dalam bidang Teknik Lingkungan. Diskret ialah Diskusi Kreatif. Badan kecil ini barulah lahir 2 tahun lalu saat kepengurusan Birick atau “Abi� Ricky Alamsyah (Ketua HMTL ITB 2015/2016) dengan Kepala Departemen pertamanya adalah Kevin Alexander. Di tahun kedua, departemen ini dipegang oleh Fitri Wulandari di bawah Bidang 1. Tahun ketiga ini, Diskret bukan lagi sebuah departemen melainkan Divisi di bawah Departemen Keilmuan yang dijabat oleh Dwi Sari Oktaviani dengan Kepala Divisi Fadil Saeful Isnan. Wakil Kepala Divisi dipegang oleh Arlen Gilbert. Staff-staff terbaik ada Trias Mustika N. P., Ni Putu Oka Mia K. P., Michael Hasibuan, Dwi Ahmad Latif, Muhammad Jamil, Senna Jati, Abdul Jabbar, Arfan, Aufar L., Latifah, Nada Zharfania Z., dan Nicol. Hanya dengan niat sesederhana ini, kami ingin Diskret selalu ada dan menemani langkah HMTL untuk terus menjaga semangat massa HMTL dalam menimbah ilmu dan mengasah pemikiran. []

Diskret This Time| 2018

3


HELLO WORLD! Hello World! Hadir sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan informasi seputar lingkungan yang diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk mengembangkan ide yang bisa jadi dapat digunakan sebagai ide riset, penelitian, lomba, proyek, atau sekadar mencari solusi dari masalah yang ada. Beberapa tujuan dari hadirnya Hello World! Antara lain untuk meningkatkan wawasan massa HMTL khususnya dan massa kampus serta masyarakat pada umumnya terkait isu lingkungan, membentuk sikap peduli terhadap lingkungan sekitar dan global, dan mengembangkan alternatif solusi/ide terhadap penyelesaian masalah lingukungan yang ada. Hello World! mulai publik setiap pekan dari bulan Agustus 2017 saat kepengurusan ini naik hinga November 2017. Sudah ada 18 kali Hello World! keluar dengan berbagai tema mulai dari udara, air minum, air bersih, limbah cair/pencemaran air, sanitasi dan permukiman kumuh, limbah padat, hingga limbah B3. Konten Hello World! berasal dari berita nasional, regional, ataupun global. Sok atuh disimak ringkasan Hello World! beserta tautannya. Semoga bermanfaat!

[Hello world! #1] (1) More action needed to meet energy goals by 2030, new report finds Link: http://bit.ly/HW1-1 (2) Thousands of British children exposed to illegal levels of air pollution Link: http://bit.ly/HW1-2 (3) Our Plastic World: Designed for Reuse, But Often Tossed Aside Link: http://bit.ly/HW1-3

[Hello World! #2] (1) Diesel Cars Can Improve Air Quality, Claims Motor Industry Group / Mobil Disel Bisa Meningkatkan Kualitas Udara, Menurut Industri Kendaraan Bermotor Link : http://bit.ly/HW2-1 (2) Di Kabupaten Tangerang, Sampah Diubah Menjadi Briket Berbau Kopi Link : http://bit.ly/HW2-2 (3) WHO: Polusi Udara Butuh 1,7 Juta Anak Setiap Tahun Link : http://bit.ly/HW2-3


[Hello World! #3] (1) KAPAL INGGRIS RUSAK TERUMBU KARANG RAJA AMPAT Sumber: http://bit.ly/HW3-1 (2) Vancouver Aquarium Bans Water Bottles and Other Disposable Plastics Sumber: http://bit.ly/HW3-2 (3) Novamont to Reduce Impact of Waste Generated at the Giro d’Italia & Boost Recycling Sumber: http://bit.ly/HW3-3

[Hello World! #4] (1) Judul: UN Government Agrees to Publish Air Pollution Strategy in Next Week Link: http://bit.ly/HW4-1 (2) Judul: 80% Zero Carbon Energy by 2040 Achievable, Says Oil-backed Commission Link: http://bit.ly/HW4-2 (3) Judul: What Does ‘Climate Leadership’ Mean For Companies Link: http://bit.ly/HW4-3

[Hello World! #5] (1) Climate Change: 2020 and the Precautionary Principle Source: http://bit.ly/HW5-1 (2) Indonesia real-time Air Quality Monitoring project Source: http://bit.ly/HW5-2 (3) 100.000 may have died but there is still no justice over Indonesian air pollution Source: http://bit.ly/HW5-3

Diskret This Time| 2018

[Hello World! #6] (1) Study: inspiring action on climate change is more complex than you might think Link: http://bit.ly/HW6-1 (2) Anti-smog bikes: could pedal power clean China’s polluted air? Link: http://bit.ly/HW6-2 (3) South Korea to Temporarily Close 10 Old Coal-Fired Power Plants in June Link: http://bit.ly/HW6-3

[Hello World! #7] (1) Cibubur has worst air pollution in Greater Jakarta Link: http://bit.ly/HW7-1 (2) Greenpeace Indonesia Launches Air Pollution Monitoring App Link: http://bit.ly/HW7-2 (3) Indonesia tackles air pollution as Jakarta’s air quality raises alarms Link: http://bit.ly/HW7_3

[Hello World #8] (1) Drinking Water in Indonesia Read more: http://bit.ly/HelloWorld8-1 (2) Safe water at a premium Read more: http://bit.ly/HelloWorld8-2 (3) State of water environmental issues in Indonesia Read more: http://bit.ly/HelloWorld8-3

5


[Hello World #9] (1) Trump Will Withdraw U.S. From Paris Climate Agreement Read more: http://bit.ly/HelloWorld9-1 (2) How one man’s shoes help NASA communicate water clarity issues Read more: http://bit.ly/HelloWorld9-2 (3) Hydrogen water: the truth about this new trend Read more: http://bit.ly/HelloWorld9-3

[Hello World #11] (1) Why the World’s Rivers Are Losing Sediment and Why It Matters Read more: http://bit.ly/HelloWorld11-1 (2) Freshwater from salt water using only solar energy Read more: http://bit.ly/HelloWorld11-2 (3) Warming temperatures threaten sea turtles Read more: http://bit.ly/HelloWorld11-3

[Hello World! #10] (1) Adaro Energy Expands to Indonesia’s Water Treatment Sector Read more: http://bit.ly/HelloWorld10-1 (2) No Toilet, No Clean Water: Sanitation Challenges in Flores’s Interior Read more: http://bit.ly/HelloWorld10-2 (3)Ocean Conference Side Events Highlight Cooperation on SDG 14, Blue Economy, Waste Management Read more: http://bit.ly/HelloWorld10-3

[Hello World #12] (1) Water Pollution Read more: http://bit.ly/HelloWorld12-1 (2) New Material Removes Water Pollutants Using Solar Energy Read more: http://bit.ly/HelloWorld12-2 (3) Greeland’s Summer Ocean Bloom Likely Fueled by Iron Read more: http://bit.ly/HelloWorld12-3

6

[Hello World #13] (1) Could the earth accommodate 11.2 billion people by the end of this century? Read more: http://bit.ly/HW13-1 (2) Meeting Indonesia’s Urban Sanitation Needs Read more: http://bit.ly/HW13-2 (3) Must Indonesia spend billions to ease overcrowding in Jakarta? Read more: http://bit.ly/HW13-3

Diskret This Time| 2018


[Hello World #14] (1) 76% Air di Jakarta mengandung Mikroplastik? Baca lebih lanjut http://bit.ly/HW14-1 (2)Penerapan teknologi pemanfaatan sampah plastik untuk material pembangunan infrastruktur jalan sudah diterapkan di Indonesia, benarkah? Baca lebih lanjut : http://bit.ly/HW14-2

[Hello World! #15] (1) Inovasi teknologi pengolahan limbah di Amerika Serikat Kunjungi: http://bit.ly/HW15-1 (2) Timbunan sampah plastik ditemukan di lautan Pasifik Kunjungi: http://bit.ly/HW15-2

[Hello World! #17] (1) Barang Bukti Limbah Batu Bara Bakar Kaki 5 Warga Dibersihkan, Ada Apa? Selengkapnya: http://bit.ly/HW17-1 (2) Kasus Limbah Beracun Romokalisari ke Tahap II, Polisi Hadirkan Saksi dari Luar Negeri, ini Tujuannya Selengkapnya: http://bit.ly/HW17-2

[Hello World #18] (1) Industri di Cilegon Hasilkan Limbah 6 Ribu Ton/3 Bulan Selengkapnya: http://bit.ly/HW18-1 (2) Komisi VII: Pengelolaan Limbah Rumah Sakit di Sumut di Bawah Standar Selengkapnya: http://bit.ly/HW18-2

[Hello World! #16] (1) Yamaha, piawai di lintasan dan lingkungan hidup Selengkapnya: http://bit.ly/HW16-1 (2)Limbah domestik di Sumut semakin memprihatinkan Selengkapnya: http://bit.ly/HW16-2

Diskret This Time| 2018

7


Oleh: Hilda B. Alexander

Uji Coba Aspal Plastik, Stabilitas Jalan Lebih Kuat 40% Hingga 2019 mendatang, limbah tak terurai ini diperkirakan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada di seluruh Indonesia. Dari jumlah ini, potensi limbah plastik yang dapat diubah pemanfaatannya menjadi jalan sepanjang 190.000 kilometer. Estimasi ini berdasarkan asumsi plastik yang digunakan sebanyak 2 hingga 5 ton untuk setiap 1 kilometer jalan. Kepala Balitbang Kementerian PUPR Danis Hidayat Sumadilaga menuturkan, penelitian dan pengembangan teknologi pemanfaatan limbah plastik, sejatinya sudah berlangsung sejak lama. Namun, uji cobanya baru diimplementasikan perdana di area Universitas Udayana, Bali, dan Jalan Raya Sri Ratu Mahendradatta, pada 28-29 Juli 2017, dengan menggandeng Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Uji coba terhadap jalan dengan total panjang 700 meter ini dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi daya tahan, dan seberapa kuat daya rekat aspal plastik. “Hasil sementara ini, aspal dengan tambahan material sampah plastik jauh lebih lengket, secara teknis stabilitasnya pun lebih baik. Keuntungannya akan lebih tahan terhadap deformasi, dan daya lekat tinggi,� tutur Danis kepada KompasProperti, Sabtu (29/7/2017). Dana yang dibutuhkan untuk mengaspal jalan sepanjang 700 meter tersebut sekitar Rp 600 juta untuk satu kali lapisan dengan ketebalan 4 sentimeter. Tentu saja, kata Danis, biaya ini jauh lebih murah dengan tingkat stabilitas 40 persen lebih tinggi dibanding aspal tanpa plastik. Pasalnya, jalan dengan aspal tanpa plastik harus dilapisi berulang untuk mencapai stabilitas memadai. “Setelah uji coba ini, Balitbang akan melakukan pengamatan secara transversal, dan longitudinal,� tambah Danis.

8

Diskret This Time| 2018


tingkat stabilitas 40 persen lebih tinggi alnya, jalan dengan aspal tanpa plastik capai stabilitas memadai. “Setelah uji kan pengamatan secara transversal,

dibanding aspal tanpa plastik. Pasharus dilapisi berulang untuk mencoba ini, Balitbang akan melakudan longitudinal,” tambah Danis.

Selain di Bali, Balitbang Kementerian PUPR juga akan melakukan uji coba di jalan nasional di wilayah Bekasi yakni Jalan Raya Bekasi-Cikarang pada pertengahan Agustus 2017. Panjang jalannya sekitar 2 kilometer dengan lebar 14 meter. Biaya yang dibutuhkan senilai Rp 1,5 miliar. “Kami juga berencana mengaspal jalan di lingkungan Istana Negara. Saat ini sedang menunggu penyelesaian penataan infrastruktur termasuk drainasenya,” imbuh Danis. Sementara itu, Deputi Bidang Sumberdaya Manusia, IPTEK, dan Budaya Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Safri Burhanuddin mengatakan, pemanfaatan limbah plastik sebagai material pengeras jalan merupakan solusi mengatasi sampah. “Kami sudah punya rencana aksi nasional mengurangi limbah plastik hingga 70 persen sampai tahun 2025 mendatang,” kata Safri.

Diskret This Time| 2018

9


Pemanfaatan limbah plastik menjadi aspal jalan ini merupakan solusi sekaligus bagian dari aksi nasional mereduksi sampah di seluruh Indonesia. “Kami melibatkan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI). Nantinya replikasi jalan aspal plastik ini juga akan dilakukan di 16 kota yang limbah plastiknya dapat dipasok ADUPI,” tambah Safri.

Setelah serangkaian uji coba dilakukan, Balitbang berencana menyiapkan pedoman manual, yang bisa menjadi bahan penelitian lebih lanjut oleh kalangan akademisi. Balitbang juga akan memberikan rekomendasi yang diterbitkan pada September-Oktober 2017 terkait masalah teknis, dan ketersediaan bahan baku. Selain limbah plastik, Balitbang tengah mengembangkan teknologi pemanfaatan limbah karet dan karet alam.”Kami arahkan kepada pemanfaat di bidang jalan dan pintu-pintu irigasi. Kami sudah identifikasi. Cuma pengolahannya perlu waktu. Sebelum akhir 2017, kami kemas semuanya dalam satu rekomendasi untuk dapat diterapkan secara massal,”jelas Danis. Pasalnya, tambah dia, secara teknologi Indonesia sangat mampu mengembangkannya karena itu diharapkan partisipasi aktif masyarakat yang lebih luas. “Dengan teknologi ini, mudah-mudahan limbah plastik dan karet dapat berkurang drastis, dan masyarakat sadar untuk memanfaatkannya lebih bijak,” pungkas Danis. []

(Sumber: http://properti.kompas.com/read/2017/07/29/235336921/uji-coba-aspalplastik-stabilitas-jalan-lebih-kuat-40-persen-)

10

Diskret This Time| 2018


Penelitian: 76% Air di Jakarta Mengandung Mikroplastik Oleh: Rosa Folia Sebuah penelitian yang dilakukan para ilmuwan menunjukkan bahwa miliaran orang di seluruh dunia mengonsumsi air yang terkontaminasi partikel-partikel plastik. Hasil investigasi yang dipublikasi oleh Orb Media dan dikutip oleh The Guardian tersebut mengambil sampel dari lebih dari sepuluh negara di dunia dan menemukan 83 persen di antaranya mengandung mikroplastik. Salah satu negara yang jadi obyek penelitian adalah Indonesia. 75 persen dari 21 sampel air di Jakarta terkontaminasi fiber plastik. “Kita hidup di Era Plastik. Plastik membebaskan kita, meningkatkan kehidupan kita sehari-hari dengan cara yang tak tanggung-tanggung. Dan plastik memenjarakan kita dalam bentuk sampah dan polusi mikroskopik,� tulis para peneliti. Tingkat kontaminasi air di Jakarta tergolong tinggi. Dari 21 sampel air yang di ambil para peneliti, 16 di antaranya, atau 76 persen, mengandung fiber plastik tersebut. Sampel tersebut diteliti dengan Diskret This Time| 2018

teknik standar untuk mengeliminasi kontaminasi dari sumber lain dan dilakukan di University of Minnesota School of Public Health. Selain Indonesia, level kontaminasi mikroplastik dalam air minum yang tergolong mengkhawatirkan terjadi di benua Eropa (72 persen). Sementara itu, level tertinggi terjadi Amerika Serikat dan Lebanon (Beirut) yang masing-masing sebesar 94 persen. Ilmuwan menyebut mikroplastik berasal pola hidup kita sehari-hari. Dalam hasil penelitian tersebut, ilmuwan menyebutkan bahwa,�Fiber mikroplastik mungkin berasal dari abrasi sehari-hari pakaian, pembuatan furnitur, dan karpet.� Sejauh ini sudah ada penelitian bahwa plastik terkandung dalam air laut. Oleh karena itu, tak mengagetkan 11


jika mikroplastik juga menginfiltrasi air minum di seluruh dunia. “Jika ada dalam air minummu, para pakar berkata mikroplastik juga ada dalam makananmu - seperti susu bayi, pasta, sup dan kecap, entah vvdari dapur atau dari supermarket.” Para peneliti mencontohkan bahwa pakaian berbahan dasar sintetis seperti acrylic dan polyester mengeluarkan ribuan fiber plastik dalam sekali cuci. Air bekas cucian tersebut mengalir melalui got yang kemudian mengontaminasi sumber air. Cat yang dipakai untuk mengecat rumah juga berkontribusi untuk lebih dari 10 persen polusi mikroplastik di laut. Plastik yang dipakai untuk tas, sedotan dan botol air mineral juga membahayakan. Setidaknya ada delapan juta ton sampah plastik yang berakhir di laut, sungai dan danau setiap tahun. Semua ini terjadi karena belum ada manajemen sampah yang baik. Salah satu pemenang Nobel Perdamaian dari Bangladesh berkata,”Ini harus menyadarkan kita. Kita tahu plastik akan kembali kepada kita melalui rantai makanan. Kini kita melihatnya kembali melalui air minum. Apa kita punya jalan keluar?”

itu kita harus mengikuti prinsip kewaspadaan dan mengeluarkan usaha yang cukup untuk meneliti sehingga diketahui risiko sebenarnya.” Namun, ia menegaskan bahwa mikroplastik mampu menarik bakteri yang ditemukan di saluran air. “Beberapa penelitian menunjukkan ada lebih banyak patogen pada mikroplastik yang membahayakan di saluran manajemen air kotor,” tambahnya. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mulai mengurangi plastik dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya adalah tidak menggunakan tas plastik, sedotan, air mineral kemasan, serta memakai sikat gigi dari bahan alternatif seperti bambu. []

(Sumber: https://news.idntimes. com/world/rosa-folia/penelitian-76-air- di-jak ar ta-mengandung-mikroplastik-1/full#)

Perlu penelitian lebih lanjut terkait dampaknya pada kesehatan. Dr. Anne Marie Mahon dari Galway-Mayo Institute of Technology berkata kepada The Guardian,”Kami belum tahu pasti apa implikasinya terhadap kesehatan dan oleh karena 12

Diskret This Time| 2018


DISKUSI RUTIN Mahasiswa adalah agen perubahan. Kemampuan diskusi dan belajar berpikir kritis adalah rutinitas yang perlu dibiasakan. Menjadi mahasiswa teknik lingkungan adalah tanggung jawab moral tersendiri untuk peka terhadap isu lingkungan Diskusi Rutin merupakan program kerja bulanan berupa pertukaran pikiran dan pencarian alternatif solusi terkait tema Prgram Akses Universal 100-0-100. Diskusi ini diadakan satu bulan sekali. Kali pertama diadakan pada 28Agustus 2017 dengan tema yang diangkat adalah 100% Akses Air Minum dengan pemateri Tatwadhika Rangin Sidharta (Ketua HMTL ITB 2016/2017). Bulan kedua yaitu 18 September 2017 bertema 0% Permukiman Kumuh dengan pemateri dari Ihsanudin (Kepala Departemen Keprofesian HMP Pangripta Loka). Bulan ketiga yaitu 30 Oktober 2017 bertema 100% Akses Sanitasi Layak .dengan pemateri M. Fathur Rofi (Kadep Keprofesian KMIL ITB).

Diskret This Time| 2018

Beberapa tujuan yang ingin dicapai antara lain mengkaji isu lingkungan yang sedang hangat, mencari alternatif solusi atau output dari setiap diskusi, dan menindaklanjuti hasil kajian dengan cara menerbitkan tulisan atau infografis. Tulisan berjudul 100% Akses Air Minum, 0% Permukiman Kumuh, dan Menuju 100% Sanitasi 2019 adalah hasil dari diskusi rutin. Link materi dapat diakses di http://bit.ly/DisrutDiskret . []

13


Apa yang dimaksud dengan 100%? 100% yang dimaksud disini memang adalah seluruh rakyat Indonesia mendapatkan akses air minum. Lalu apa yang dimaksud dengan akses? Akses yaitu dapat dikonsumsi dengan terpenuhinya parameter, kuantitas, kualitas, dll. Memang terkadang terminologinya salah karena terkadang setelah selesai dari proses masih ada yang belum memenuhi standar air minum, jadi di sini juga merujuk ke standar air minum yang dimaksud. Di Indonesia merujuk pada peraturan yang berlaku.

100% AKSES AIR MINUM Akses Universal 100-0-100 disebut jangka panjang-menengah karena capaiannya 2019 (ada 2 tahun lagi sebelum dilakukan evaluasi). Breakdown dari 100% akses air minum ialah 60% sambungan rumah, 40% perpipaan (keran komunal yang banyak di desa). Angka ini cukup besar karena masih banyak lokasi di Indonesia yang masih pedesaan dan sulit untuk diakses. Setiap persenannya pun tidak langsung dilayani PDAM, sebagiannya oleh swasta. Contohnya di Bandung Timur bahkan, Antapani, dll banyak yang dikelola oleh swasta tapi dipantau oleh pemerintah agar pemerintah menjamin.

14

Lalu bagaimana realitanya? Contoh di Tangerang sudah terlayani, di tempat KP di ujung Pulau Jawa dekat Ujung Kulon, di sana ada pertambangan emas jadinya perusahaan itu menyediakan air untuk disalurkan ke orang-orang hingga membuat sebuah wadah/reservoir besar untuk kemudian disalurkan ke rumah-rumah. Tapi orang Indonesia, kebiasaan, tidak mau merawat tapi nantinya menuntut mengapa airnya kotor dll, padahal itu kesalahan masyarakat yang tidak menjaga. Di Maluku Barat Daya ada air panas yang mengalir dan merupakan

Diskret This Time| 2018


sumber utama air di sana. Perusahaan sudah memfasilitasi, tetapi masyarakat di sana tidak percaya kepada perusahan. Di Kalimantan Barat (Pontianak), ketika musim kemarau, air yang mengalir ke rumah warga rasanya asin. Sekarang, di Buahbatu, air sudah tidak lancar.

Akses air tersebut meliputi: 1. Kuantitas, jumlah air tercukupi untuk masyarakat. 2. Kualitas, berdasarkan peraturan menteri yang berlaku. 3. Kontinuitas, setiap daerah setiap waktu harus selalu bisa mengakses air. 4. Harga, terjangkau bagi masyarakat Kendala pemerintah yang utama yaitu investasi yang kurang. Hal ini karena investasi air dirasa oleh setiap orang (yang mampu berinvestasi) tidak terlihat adanya keuntungan. Sampai saat sekarang, kurang lebih Diskret This Time| 2018

50% PDAM dikategorikan kurang layak. Sumber air baku di Indonesia 128 m3/s. SPAM pada pengolahan air di Indonesia dikategorikan belum termasuk SPAM hijau. Untuk pengolahan air bersih yang layak ada 3 hal yang tidak boleh dipisah sebenarnya: 1) Sumber air baku, 2) Treatment, 3) Pelayanan. Ketiga hal ini merupakan kerja anak TL. Contoh untuk sumber air baku memang mampu dikerjakan oleh anak TPSDA, Sipil, akan tetapi untuk hal lain seperti peraturan untuk baku mutu air itu lebih diketahui oleh anak TL. Dan juga pada treatment dan pelayanan. Oleh karena itu pada ketiga hal tersebut harus ada anak TL. Untuk daerah Indonesia sendiri, treatment dengan peralatan canggih belum bisa karena jika treatmentnya seperti itu, maka sudah pasti harga air tinggi, yang berakibat pada harga yang mahal. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat tidak mampu membeli air dan akhirnya pengolahan air tidak digunakan. Kesuksesan pengolahan di negara-negara maju seperti Belanda karena mereka membenarkan di hulunya terlebih dahulu. Air yang sudah diolah pada PDAM sudah bisa diminum, akan tetapi karena pipa distribusi sudah lama (dari zaman Belanda) yang sudah berkarat, maka air yang sampai ke rumah-rumah orang sudah terkontaminasi. Untuk mengganti sendiri susah biaya dan sulit teknologi. 15


Masalahnya sebenarnya ada pada ketiga komponen (sumber air baku, treatment, dan pelayanan). Untuk air baku di Indonesia sangat banyak. Untuk treatment tidak perlu canggih karena di Indonesia sekarang air “melimpah�. Untuk pelayanan masih kurang di Indonesia. Sebenarnya masalahnya sudah bertumpuk-tumpuk menjadi satu sampai sekarang, mulai dari habitual, sosial, perilaku masyarakat, dll. Ada, contoh investasi dari swasta. Paling banyak itu ada pada treatment dan pelayanan. Banyak perusahan swasta yang mencoba mengolah akses air sendiri. Akan tetapi secara keseluruhan masih di bawah pemerintah. Cara menentukan harga

16

yaitu dari investasi, harga distribusi, harga treatment, harga air baku. Harga setiap daerah berbeda-beda. Diskusi hal-hal masalah air, permukiman kumuh, dll, merupakan hal yang urgent yang diurus oleh anak TL. Anak TL mengurusi pekerjaan dari manusia mulai bangun tidur hingga tidur lagi. Dari apa yang dipelajari di TL, untuk pengolahan akses air bersih masih didiskreditkan, masih dipisah-pisahkan sumber air baku, treatment, dan pelayanan. Sebenarnya itu adalah salah. Sungai merupakan bagian dari siklus hidrologi yang skalannya acak. Anak TL tidak boleh hanya ahli treatment, atau hanya ahli sumber air baku, atau hanya ahli pelayanan, akan teapi harus ahli ketiganya.

Diskret This Time| 2018


0% PEMUKIMAN KUMUH Pendefinisian kumuh: Slum dan Squatter. Slum: hunian atau bangunan dengan kepadatan bangunan tinggi tanpa disertai pemenuhan infrastruktur dasar. Squatter: hunian atau bangunan yang berada di atas lahan publik atau lahan kosong dan dibangun tanpa adanya hak kepmilikan. Permukiman kumuh: tidak layak huni, ketidakteraturan bangunan, kepadatan tinggi. Kriteria permukiman kumuh: vitalitas non-ekonomi (melihat kelayakan suatu kawasan dari perencanaan tata ruang), vitalitas ekonomi (nilai ekonomi tempat tersebut seperti apa, apakah strategis atau bagaimana), status tanah (dilihat status kepemilikannya, apakah memang memiliki atau sebagai squatter), kondisi sarana & prasarana (jalan, drainase, air bersih, air limbah), komitmen pemerintah setem-

Diskret This Time| 2018

pat (keinginan dan ketersediaannya), kriteria prioritas penanganan (prioritas di perdesaan lebih rendah dari di kota). Kenapa permukiman kumuh bisa terbentuk? Karena ada pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi akibat pseudourbanization (urbanisasi tanpa kemampuan yang cocok untuk tempat urbanisasi tersebut) dan proses mengkota, kemiskinan perkotaan, keterbatasan kepemilikan rumah, dan kedekatan dengan mata pencaharian. Program penanganan permukiman kumuh sudah ada pada 100.0.100 (ada cukup banyak poin-poinnya). Kendala utamanya adalah komitmen politik (pemerintah tidak konsisten, tidak dilanjutkan di periode selanjutnya), hanya berbatas proyek, perspektif sempit, programnya bersifat sementara.

17


Isu 0% permukiman kumuh: kebijakan–strategi, penanganan kawasan kumuh, keterpaduan penanganan kawasan kumuh. Mengenai 100.0.100, masih tersisa 10% permukiman kumuh. Salah satu targetnya adalah menyertakan partisipasi masyarakat di mana selama ini dinilai sangat rendah, meningkat dari 0% menjadi 35%. Kekumuhan sebenernya mungkin terjadi di perdesaan, tapi banyak di perdesaan yang tidak memenuhi seluruh persyaratan permukiman kumuh (contoh paling umumnya adalah gedung-gedung di pedesaan cukup teratur). Dari tahun 1960, penurunan permukiman kumuh sebesar 40% terutama di perkotaan sehingga optimis bila di 2019 dapat tercapai. Bila tersisih mungkin sisanya itu yang berasal dari luar pulau jawa. Untuk tindakan preventif, menyiapkan pembangunan ekonmi yang merata sehingga urbanisasi bisa diminimalisir. Untuk kuratifnya bisa pemindahan ke rumah susun. Penanganan kawasan kumuh melibatkan sinergisitas di bidang cipta karya, pemerintah, dan kebijakan itu sendiri. Perlu juga disinergisasikan di seluruh Indonesia sebab banyak daerah di Indonesia belum memiliki komitmen yang sama. [] 18

Diskret This Time| 2018


Menuju 100% Sanitasi 2019 Apa sih pengertian Sanitasi? Sanitasi ialah sebuah perilaku untuk membudayakan hidup bersih dan sehat dengan tujuan menjauhkan manusia dari sentuhan langsung dengan kotoran. Tapi yang dibahas kali ini bukan hanya perilaku melainkan juga mencakup infrastrukturnya. 100% sanitasi bersih adalah bagian dari SDG’s poin ke-6. Target tersebut untuk tahun 2030 tapi Indonesia menargetkan di 2019. Jumah 85% dari itu adalah pemenuhan standar minimal pelayanan dan 15% adalah pemenuhan kebutuhan dasar. Bagian 15% itu untuk yang jauh dari kota, contohnya PIT, sedangkan 85% untuk daerah perkotaan. Sistem air limbah 85% dan skala komunitas 15%. Sanitasi memuat tiga komponen penting yaitu air limbah, persampahan, dan drainase. Untuk capaian dari persampahan adalah adanya realisasai dari 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebesar 20%. Jumlah itu dihitung berupa TPS 3R yang berbasis masyarakat (tidak dikelola oleh pemerintah). Tersedianya sistem penanganan sampah perkotaan 80% berupa IPST berskala perkotaan, sedangkan TPS hanya satu kawasan. Target utama 100% akses sanitasi layak adalah tidak ada lagi yang buang air besar sembarangan. Untuk drainase targetnya adalah tidak ada genangan diatas 20 cm dan tidak terjadi setiap 2 kali setahun. Data peningkatan akses sanitasi berturut-turut adalah 2010: 55,54%; 2013: 60,91%; 2014: 61%; dan 2016: 64,07%. Sanitasi Indonesia terburuk kedua di dunia, di belakang India. Ada beberapa tantangan yang dihadapi antara lain: a. Rendahnya kesadaran masyarakat. Alternatif solusinya antara lain: edukasi, sosialisasi, promosi, kampanye; dirangkum dalam suatu metode Sanitasi Total Berbasis asyarakat yaitu metode untuk membuat masyarakat merasa jijik untuk buang Diskret This Time| 2018

19


Berbasis Masyarakat yaitu metode untuk membuat masyarakat merasa jijik untuk buang air besar sembarangan dengan pemetaan lokasi buang air besar lalu penontonan langsung. b. Gap yang cukup besar pada pendanaan. Alternatif solusinya adalah peningkatan sumber pendanaan. Investasi air limbah membutuhkan 202,4 triliun rupiah, tapi hanya mendapat 106,5 T dan 24,3 T, dll. c. Sanitasi belum menjadi prioritas pemerintah daerah. Kerjasama lintas sektor dan kemitraan perlu dibangun dan dijaga dengan baik. Ada beberapa potensi pengelolaan sanitasi yaitu AKKOPSI (Asosiasi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi) dan Kokja. Di samping itu ada pula usaha yang dapat dilakukan seperti STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyrakat), LLTT (penjadwalan penyedotan tinja), SPAL Kawasan, ketika IPAL terpusat dinilai kurang efektif karena jauh dengan masyarakat. STBM memiliki banyak cara, biasanya dengan gambar. Sehingga selain pemicuan juga menggunakan ilustrasi dengan gambar. Bisa juga menggunakan tokoh-tokoh masyarakat setempat untuk bisa mengajak masyarakat. Gambar digunakan juga untuk mempermudah mengerti. Salah satu contoh keberhasilan mengatasi masalah sanitasi di pedalaman adalah pada masyarakat di Kampung Naga di mana BAB dengan pantat harus terkena air sehingga WC bisa disesuaikan. Indonesia sudah memiliki rancangan prosedur baku untuk fasilitator sanitasi berbasis masyarakat mulai dari metode awal sampai akhirnya. Pertimbangannya adalah apakah metode tersebut berhasil diterapkan pada negara-negara yang sanitasinya buruk sehingga bisa dicoba untuk diterapkan di Indonesia. STBM sudah diatur juga di dalam Permenkes.


STBM baru gencar tahun 2015 ke atas, sebelumnya hanya berbasis infrastruktur sehingga kurang efektif. Sekarang lebih ke pemerintah daerah dipicu untuk membuat STBM itu sendiri. Air bersih juga ada programnya sendiri. Tapi rencana ke depannya juga belum tahu lagi, hanya melalui program fisik dan nonfisik. Di laporan kerja PUPR yang di-mention selalu program tersebut. Tapi ada gosip bahwa akan ada rencana jangka panjangnya (tahun 2025—2030) sebagai backup bila 2019 ini tidak tercapai. Langkah realistis yang bisa dilakukan adalah dengan pengabdian masyarakat, partisipasi di STBM misalnya. Kalau secara akademis mungkin memang bisa ikut proyek ke konsultan. Program Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat) adalah bagaimana melihat kebutuhan masyarakat, sehingga bila terlihat eksistingnya sangat kurang itu boleh langsung mengajukan program-program untuk meningkatkan sanitasi tanpa melalui pemerintah tapi lebih baik bila koordinasi dengan pemerintah. Sehingga misalnya ada pemerintah yang sudah mengadakan program, sifat kita bisa lebih ke menunjang program tersebut untuk meningkatkan efisiensi. Salah satu pengabdian masyarakat terkait sanitasi yang bagus adalah yang dilakukan oleh KMIL ITB dan bisa dicek di Youtube KMIL ITB. Persiapannya satu tahun sebelumnya, selama 6 bulan hanya persiapan berupa survei masalahnya apa, wawancara ke tokoh masyarakat, bertemu LSM. Di sana ditemukan bahwa masalahnya adalah kekeringan sehingga dilakukan pemanfaatan air hujan dan juga air danau yang ada di sekitar. Satu lagi bergantung pada LSM dan pemerintah dengan pengadaan tangki air, tapi itu sangat jarang, hanya beberapa bulan sekali adanya. Setelah survei diketahui juga bahwa ada sumber air di goa,tapi susah dijangkau oleh masyarakat padahal debit airnya cukup, setelah diteliti parameternya ternyata cocok. Setelah mengetahui itu semua, disusun tim teknis, tim sosial, tim lapangan. Untuk dana, konsepnya volunteer sebab dana yang banyak itu dari akomodasi peserta sehingga akomodasi peserta ditanggung sendiri. Dan itu pun boleh diikuti oleh himpunan-himpunan lain, bahkan partisipan yang kemarin ada dari universitas lain. Pencetusnya bermimpi bagaimana bisa benar-benar bermanfaat untuk masyaraat sehingga benar-benar dipersiapkan dengan matang, berani sampai Jogja dan bagaimana apa yang didapatkan di dalam kuliah bisa benar-benar bermanfaat untuk masyarakat. []

Diskret This Time| 2018

21


Diskusi Publik

Program Universal Akses 100-0-100 Dengan adanya Sustainable Development Goals hingga tahun 2030 maka masyarakat dunia terutama Indonesia perlu meningkatkan kesadaran dan rasa kritis terhadap lingkungan. Hal ini perlu ditanamkan karena pada kenyataannya lingkungan sedang tidak baik-baik saja. Kemampuan berpikir terutama dari kalangan akademisi diharapkan menjadi pintu keluar dari seriusnya perkara lingkungan. Oleh karena itu, Sabtu 18 November 2017 HMTL ITB telah mengadakan Diskusi Publik bertajuk Environmental Talks yang mengangkat tema Program Universal Akses 100-0-100. Program ini merupakan gagasan dari Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Target dari RPJMN ini adalah terwujudnya 100% akses air minum, 0% permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi pada tahun 2019. Environmental Talks merupakan final roadmap dari serangkaian program kerja Divisi Diskusi Kreatif HMTL ITB. Sebelumya, telah diadakan diskusi rutin internal membahas Program Universal Akses 100-0-100 selama 3 bulan berturut-turut. Acara dimoderatori oleh Tatwadhika Rangin Sidharta, S.T. (Ketua HMTL ITB 2016/2017). Adapun

22

Diskret This Time| 2018


turut-turut. Acara dimoderatori oleh Tatwadhika Rangin Sidharta, S.T. (Ketua HMTL ITB 2016/2017). Adapun pemateri tema 100% Akses Air Minum adalah Ir. Muhammad Sundoro, M.Eng (Kementerian PUPR) yang diwakili oleh Bapak Fajar. Pemateri tema 0% Permukiman Kumuh adalah Dr. Iwan Kustiawan, S.T,M.T (Dosen Planologi ITB). Pemateri tema 100% Akses Sanitasi Layak adalah Dr. Ir. Tresna Dermawan Kunaefi (Dosen Teknik Lingkungan ITB). Acara ini dihadiri oleh 124 mahasiswa dan umum baik dari dalam ITB maupun dari luar seperti Institut Teknologi Nasional (ITENAS), Institut Teknologi Yogyakarta (ITY), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Telkom University. Harapannya, dengan adanya Environmental Talks ini masyarakat umum lebih sadar tentang keberlangsungan program ini dan mendukung sepenuhnya. Selain itu masyarakat juga ikut mengawal dan selalu mengevaluasi agar di tahun 2019 target-target tersebut dapat tercapai. Tulisan berjudul Yakinkah 2019 Akan Tercapai Akses Universal? adalah hasil dari Diskusi Publik tersebut. Link materi dapat diunduh di http:// bit.ly/materiEnvironmentalks .[]

Diskret This Time| 2018

23


Yakinkah 2019 Akan Tercapai Akses Universal? Sustainable Development Goals oleh pemerintah Indonesia dimaknai dengan berbagai program. Salah satu program yang digagas pemerintah khususnya oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) adalah Program Akses Universal. Program ini juga dikenal seagai 100-0-100. Ada filosofi di balik angka ini yaitu di tahun 2019 sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengan Nasional (RPJMN) adalah terpenuhinya 100% akses air minum, 0% permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi layak. Beberapa regulasi yang mengaturnya antara lain UU No. 11/1974 tentang Pengairan, PP 121/2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air (SDA), PP 122/2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), Permen PUPR 19/2016 tentang Pemberian Dukugan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dalam Kerjasama Penyelenggaraan SPAM, Permen PUPR 25/2016 tentang Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM untuk memenuhi Kebutuhan Sendiri oleh Badan Usaha, dan Permen PUPR 27/2016 tentang Penyelenggaraan SPAM. Untuk Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) dari Kementerian PUPR diKebutuhan dasar warga negara salah satunya adalah kesehatan. Hal ini dapat dicapai dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain air minum, permukiman, dan sanitasi. Ketiga hal ini harus dijaga dengan baik agar usaha menjaga kesehatan lebih mudah dan kesejahteraan meningkat. Konsep ini erat kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals.yang digagas oleh PBB dengan target hingga tahun 2030. Konsep ini merupakan dasar bagi pengelolaan lingkungan secara global. Selain itu, kita juga telah tahu ada segitiga kunci dalam pembangunan berkelanjutan yaitu adanya irisan dari pemenuhannya kebutuhan lingkungan, ekonomi, dan sosial.

24

Diskret This Time| 2018


Oleh: Fadil Saeful Isnan (15314100) Gambar diambil dari beberapa sumber

Akses air minum 100% Dalam pencapaian sempurna akses air minum di tahun 2019, mari melihat sejenak tren progres dari tahun 2009—2016 dengan data dari Bada Pusat Statistik (BPS). Di tahun 2016 prosentase ketercapaian sebesar 47,71%, 2011 sebesar 63,48%, 2013 sebesar 67,73%, 2014 sebesar 68,36%, dan 2016 sebesar 71,14%. Untuk melompat ke tahun 2019 ada gap atau jarak sebesar 28,86%. Dilihat dari tren tiap tahun yang kenaikannya bahkan tidak lebih dari 10% per tahun, maka tingkat kepercayaan diri pemerintah patut diajungi jempol.

Diskret This Time| 2018

25


Mari kita tengok beberapa tantangan dalam mencapai angka sempurna di tahun 2019 ini. Idle capacity atau kapastias yang tidak terpakai masih sangat besar yaitu 37.900 liter/detik. Artinya dari semua sumber air baku, ada angka tersebut yang belum terolah dalam SPAM. Kemudian Non-Revenue Water yang disebut volume air tak berekening atau kehilangan air dari PDAM sangat besar yaitu di angka 33%. Dalam hitung-hitungan perusahaan, angka ini merupakan kerugian yang sangat besar. Lalu kebutuhan air baku nasional sebesar 128 m3/detik. Angka ini harusnya dapat dipenuhi dengan memanfaatkan idle capacity tadi, hanya saja lagi-lagi tentang teknologi dan infrastruktur yang tidak cukup kuat menopangnya. Selain itu jumlah PDAM sehat hanya 196 buah (52%) dan kurang sehat atau sakit sebanyak 172 perusahaan (48%) serta peningkatan akses 5 tahun terakhir yang bahkan hanya menyentuh angka 4,5% per tahun. Ditambah komitmen Pemda untuk pendanaan air minum kurang dari 10% dari kebutuhan APBD.

Permukiman tanpa kumuh Kita tahu bersama bahwa angka urbanisasi di Indonesia trennya naik. Artinya adanya pertambahan penduduk di kota semakin tinggi, sedangkan di desa semakin jarang. Tingkat pertumbuhan penduduk di perkotaan sebesar 2,75% per tahu. Angka ini lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk rata-rata nasional yang hanya sebesar 1,17%. Di tahun 2025 sendiri diperkirakan 68% penduduk tinggal di kota. Tahun 2045 diperkiran 82% penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan. Hal ini disebabkan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan berkembangnya kesempatan kerja di berbagai kegiatan di kota, pembangunan sarana dan prasaran yang pesat. Adapun di desa semakin berkurang lapangan pekerjaan dan terbatasnya sarana-prasarana Hal ini menimbulkan berbagai implikasi antara lain kualitas struktur hunian yang buruk, kepadatan sangat tinggi, akses air bersih menjadi sulit dan kualitasnya jelek, akses sanitasi dan infrastruktur lain tidak layak, serta status lahan sebagaian tidak jelas/ilegal. Berdasarkan peta berikut nampak ada 454 kawasan permukiman kumuh pada 30 kecamatan dengan total luas kawasan 1.457 hektar..

26

Diskret This Time| 2018


Adapun beberapa stragtei yang dapat diterapkan antara lain perlunya perubahan pemahaman tentang kompleksitas dan dinamika kampung. Pendekatan yang terkotak-kotak perlu diubah. Lalu kita perlu mengantarkan kampug menjadi bagian penting masa depan kota di Indonesia dengan memperkuat integrasi kampung dalam sistem kota yang lebih kompleks. Upaya-upaya integrasi juga menuntut kemampuandan kekuatan warga kampung untuk bermitra secara setara dengan kekuatan eksternal di luar kampung. Kemudian dierlukan perubahan orientasi perencanaan dan pembangunan kota.

Akses sanitasi layak Pengelolaan sanitasi didefinisikan sebagai rangkaian sistem yang terdiri dari fasiltas pengumpulan, penampungan, pengaliran/transport, dan pengolahan ar limbah domestik. Keberhasilan penanganan sanitasi adalah yang memenuhi kaidah teknis yang dipersyaratkan. Tidak hanya itu, diperlukan juga faktor nonteknis. Salah satu yang terpenting adalah adanya partisipasi masyarkat mulai dari perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengelolaan. Dengan hal ini maka keberjalanan fasilitas atau infrastruktur sanitasi dapat terjaga hingga bertahun-tahun.

Diskret This Time| 2018

27


Ada beberapa faktor penting dalam keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan sanitasi berbasis masyarkat antara lain peraturan, peran swasta, pembiayaan, kelembagaan, teknologi, keterlibatan masyarkat, budaya, gender, dampak sosial dan dampak lingkungan. Selama ini pembiayaan dilakukan oleh peemrintah. Mahalnya proses pengelolaan membuat masyarakat enggan mengelolannya. Lingkup teknologi meliputi kemudahan suku cadang terutama yang berasal dari lokal, penerimaan masyarakat, ketahanan alat, tingkat efisiensi, dan kemudahan operasional. Faktor kelembagaan melingkupi regulasi, sanksi, pengendalian pemerintah, dan kelembagaan masyarkat. Di samping itu, faktor keterlibatan masyarakat meliputi keterlibatan tanpa melihat gender, kesediaan memelihara, kesediaan berkontribusi, dan kesediaan membayar. Faktor dampak lingkungan dilihat dari kemampuan fasilitas tersebut mengelola lingkungan, adnaya energi yang efisien, dan juga efisien bahan baku. []

28

Diskret This Time| 2018


100% Akses Keberlangsungan Hidup Oleh: Siti Fatimah (15314029) Disclaimer: Tulisan ini adalah Pemenang Lomba Menulis Bulan September 2017. Penyediaan air bersih kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan lingkungan atau kesehatan masyarakat, yang memiliki peran dalam mengurangi jumlah orang dengan penyakitnya, terutama penyakit yang berhubungan dengan air, dan berperan penting dalam meningkatkan standar atau tingkat (kualitas) hidup. Sampai saat ini, penyediaan air bersih bagi masyarakat masih dihadapkan pada beberapa masalah yang kompleks dan sampai sekarang belum dapat sepenuhnya diatasi. Salah satu masalah yang kita hadapi saat ini adalah masih rendahnya tingkat pelayanan air kepada masyarakat. Sehingga, hal itu akan memiliki efek pada kesehatan manusia. Pemerintah menargetkan cakupan pelayanan akses air minum dan sanitasi masyarakat Indonesia bakal mencapai 100 persen pada 2019 sesuai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pada 2015, capaian akses air minum di Indonesia mencapai 70,97 persen. 72 Juta Penduduk Republik Indonesia belum memiliki akses air minum yang layak. Saat musim kemarau, jumlah penduduk yang mendapat akses air minum dipastikan kurang dari 70,97 persen. Diskret This Time| 2018 29


Berdasarkan data dari Kementerian Riset dan Teknologi, pada tahun 2000 secara nasional ketersediaan air permukaan hanya mencukupi 23 persen dari kebutuhan penduduk. Oleh karena itu, untuk mencukupi kebutuhan akses air minum di Indonesia, perlu adanya pemberdayaan sumber air baku selain air permukaan diantaranya seperti mata air, air tanah, dan air angkasa. Terdapat tiga langkah strategis untuk dapat mewujudkan 100 persen akses air minum di Indonesia. Langkah pertama, pemenuhan akses air minum 100 persen di tahun 2019 tentunya harus disertai dengan kualitas air minum yang baik agar derajat kesehatan masyarakat Indonesia meningkat. Jika kualitas air minum terjaga, angka kematian bayi sebanyak 100 ribu orang/tahun akibat diare dapat berkurang. Baik tidaknya kualitas air minum yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber air baku dan kinerja dari unit pengolahan yang dioperasikan. Sumber air baku di Indonesia melimpah, hanya saja maraknya pencemaran domestik menjadikan kualitas air semakin lama semakin buruk. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas air baku tetap baik adalah mempromosikan kepada masyarakat perihal cara hidup sehat dan impact dari pencemaran lingkungan, sehingga memunculkan tumbuhnya kesadaran untuk menjaga lingkungan yang berasal dari masyarakat. Langkah strategis kedua yang dapat dilakukan untuk mewujudkan terciptanya akses air minum 100 persen adalah menaikkan anggaran untuk meningkatkan fasilitas akses air bersih. Tanpa adanya dana yang dapat menunjang kebutuhan operasional sistem penyediaan air minum, target tersebut hanya akan menjadi harapan. Berdasarkan data kinerja PDAM yang diterbitkan BPPSPAM tahun 2013, Terdapat 20 persen dari 350 PDAM yang ada di Indonesia memiliki kinerja sakit dengan ciri khas yaitu tidak dapat atau susah berkembang, menderita kerugian, sumber daya yang terbatas, penyelesaian pinjeman bermasalah, dan memiliki cakupan pelayanan yang rendah atau kurang dari 10 ribu Sambungan Rumah. Anggaran yang digunakan sebagai modal dan yang didapat dari konsumen sangat mempengaruhi kinerja PDAM dalam mengolah air baku menjadi air minum. Langkah ketiga dapat diambil jika anggaran yang diberikan oleh pemerintah dari APBN maupun APBD mencapai titik maksimum, sehingga tidak dapat diangkat lebih jauh, pemerintah harus mencari investor yang dapat menginvestasikan uangnya untuk pembangunan, operasional, dan pemeliharaan instalasi air minum. Penyediaan air minum di Indonesia sudah tidak bisa dikelola dengan sistem konvensional. Mengambil air dari sungai, mengolah, dan mendistribusikan kepada masyarakat. Dengan menurunnya kualitas dan kuantitas air sungai yang mengalami degradasi akan menyebabkan biaya operasional akan lebih tinggi. Hal ini akan berimbas dengan tingginya biaya yang dibebankan kepada konsumen. Sehingga diperlukan inovasi teknologi untuk mengatasi masalah ini. 30

Diskret This Time| 2018


Hal ini akan berimbas dengan tingginya biaya yang dibebankan kepada konsumen. Sehingga diperlukan inovasi teknologi untuk mengatasi masalah ini. Saat ini, sedang berkembang teknologi yang bernama “Natural Treatment Plant� yang diadopsi dari Jerman. Pengoperasiannya dilakukan dengan cara menyadap air langsung dari akuifer di dalam tanah dan mendistribusikan ke hilir. Lapisan akuifer di daerah pegunungan digali atau dicoblos dengan pipa-pipa dan dibuat terowongan bawah tanah. Pada terowongan tersebut disediakan lubang-lubang untuk masuknya air tanah. Pengambilannya dilakukan seperti sumur biasa yang lazim ditemui di Indonesia. Pipa-pipa horizontal yang menyebar mengelilingi dasar sumur dipasang sepanjang 60 meter sehingga memperbesar kapasitas penyadapan. Air sadapan tersebut akan ditampung di reservoar untuk didistribusikan ke kota atau daerah. Topografi di Indonesia yang memiliki pegunungan dan perbukitan yang banyak tersebar berpotensi menjadi menara air yang sangat besar. Keuntungan yang diperoleh sangat besar, karena tidak membutuhkan bahan kimia untuk mengolah air minum. Selain itu tidak diperlukan pompa distribusi karena letak reservoar berada di pegunungan. Kualitas air yang dihasilkan sekelas natural mineral water. Kualitas dan kontinuitas terjamin, dan daerah tangkapan air dapat dikonservasi. “Bagi Pulau Jawa yang memiliki banyak daerah gunung api dan pegunungan dengan curah hujan yang tinggi, seharusnya tidak perlu mengalami kesulitan air. Justru fenomena aneh yang ada. Air yang begitu jernih keluar dari mata air dengan melimpah, kemudian mengalir ke sungai dan dicemari oleh limbah pertanian, domestik, industri, sampah hingga berwarna coklat dan berbau. Lalu diambil untuk air baku, diolah, didistribusikan, dan dikonsumsi oleh masyarakat. Mengapa tidak diambil di mata air saja dengan disadap lalu didistribusikan ke bawah?� Mari kita pergunakan sumber air dengan bijak serta membantu pemerintah menyukseskan program 100-0-100. Jadi 100? Atau tidak sama sekali? []

Diskret This Time| 2018

31


Sungai Modern: Pusat Kekumuhan Oleh: M. Adil Setsu (15314051) Disclaimer: Tulisan ini adalah Pemenang Lomba Menulis Bulan Oktober 2017 Daerah kumuh umum sekali ditemukan terletak di daerah bantaran sungai. Setiap foto yang menunjukkan kondisi kekumuhan suatu daerah pasti juga menunjukkan kondisi sungai yang tak kalah memprihatinkannya. Hal ini merupakan suatu kewajaran karena sejatinya sudah menjadi nature dari manusia untuk hidup di dekat sungai atau sumber air lainnya. Bila mengintip sejarah umat manusia, pusat peradaban pertama di bumi yang bermula pada tahun 6500 sebelum masehi juga ditemukan dekat dengan sungai: Mesopotamia, kini merupakan daerah Irak. Berbagai kebudayaan besar, seperti Sumeria, Babilonia, Akkadia, dan Asiria muncul dan berkembang di Mesopotamia tak lain dan tak bukan berkat keberadaan Sungai Efrat dan Sungai Tigris yang saling bertemu. Berkat kedua sungai itu, kebutuhan akan air bersih, seperti minum, irigasi, dan bebersih diri, dapat dipenuhi masyarakat. Tak hanya Mesopotamia, pusat-pusat peradaban dunia yang muncul dan berkembang setelahnya pun erat hubungannya dengan keberadaan sungai. Sebut saja Mesir Kuno dengan Sungai Nil, Harappa yang kini merupakan daerah Pakistan dan sekitarnya dengan Sungai Indus, serta Tiongkok kuno dengan Sungai Kuning dan Sungai Yangtze. 8500 tahun kemudian dan manusia tetap menjadikan sungai sebagai pusat peradaban. Namun sungai zaman dahulu dan sungai di era modern ini amatlah berbeda. Sungai zaman dahulu sangat dapat dipastikan kualitasnya, namun di era yang memberi beban limbah amat besar kepada sungai, kualitasnya amat meragukan, terutama di negara-negara berkembang yang sedang pesat kemajuan industrinya. Maka dari itu, sungai sebenarnya sudah tidak lagi menjadi pilihan sumber kehidupan terbaik, terutama untuk daerah perkotaan metropolitan. Tidak jauh dari Kampus Ganesha ITB, realitas seberapa memprihatinkannya kombinasi kawasan kumuh dan sungai tercemar dapat dirasakan di kawasan Plesiran, Taman Hewan, Kebon Bibit, serta kawasan-kawasan lainnya sepanjang Sungai Cikapundung. Menurut warga setempat, pemilihan bantaran Sungai Cikapundung sebagai sandang utama mereka adalah karena mudahnya akses air untuk digunakan 32

Diskret This Time| 2018


Cikapundung sebagai sandang utama mereka adalah karena mudahnya akses air untuk digunakan mandi dan mencuci, serta akses pembuangan air limbah, baik black water maupun gray water, yang mana kedua akses tersebut dimanfaatkan secara langsung dari atau ke sungai tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Kolaborasi antara kawasan kumuh dan sungai tercemar ini memang secara langsung menguntungkan warga, namun di lain sisi terdapat dampak negatif yang secara langsung maupun tidak langsung dirasakan bagi kedua pihak. Kondisi sanitasi yang buruk akibat kondisi awal sungai yang sudah tercemar serta pola hidup masyarakat yang buruk pula dalam menjaga sanitasi tentu dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Kemudian, sungai yang awalnya sudah tercemar menjadi lebih tercemar lagi karena mendapat beban limbah yang langsung dihasilkan oleh masyarakat ke sungai. Belum lagi, berkurangnya daerah resapan sungai yang dihalangi oleh infrastruktur milik masyarakat di bantaran sungai dapat menyebabkan banjir yang langsung merugikan masyarakat di kawasan kumuh tersebut bahkan hingga kawasan-kawasan lainnya juga terkena dampak banjir. Maka dari itu, sesegera mungkin kolaborasi ini harus disudahi. Bila tidak, masalah-masalah tersebut akan terus timbul dan merugikan berbagai pihak. Dalam penyelesaian masalah ini, berbagai bidang keahlian perlu dikerahkan. Salah satunya yang erat dengan keilmuan Teknik Lingkungan adalah River Engineering and Management. Bidang ini masihlah sangat jarang menjadi sorotan di Indonesia. Padahal, kunci dari menyelesaikan masalah daerah kumuh di bantaran sungai hingga masalah kualitas sumber air dan banjir adalah dengan merekayasa sungai itu sendiri. Sungai modern telah berubah menjadi sumber banjir, sumber penyakit, dan sumber kekotoran. Lalu, apakah masih layak menyebut sungai sebagai sumber peradaban dan sumber kehidupan? []

Diskret This Time| 2018

33


Divisi Diskusi Kreatif Direktorat Media Komunikasi dan Informasi HMTL ITB 2018


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.