Buletin PATRA Edisi September - Ketahanan Energi Indonesia

Page 1

Ketahanan Energi Migas Indonesia Indonesia merupakan negeri dengan kekayaan alam yang sangat berlimpah. Di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas alam, berbagai macam logam, air, dan tanah. Dalam proses perkembangannya, Indonesia di sektor energi masih mengalami fluktuasi akibat berbagai macam hal, terutama masalah regulasi. Regulasi yang ada sejatinya telah menjadi payung bagi Indonesia itu sendiri, namun payung yang menaungi tersebut bukanlah satu payung yang besar melainkan payung regulasi pihak-pihak tertentu saja. Dengan menggencarkan kajian mengenai energi yang lebih jauh, diharapkan hanya akan ada satu payung regulasi di Indonesia yang dikenyam oleh pemerintah. Dalam hal ini, tentu pemerintah sebagai penggerak terdepan demokrasi mampu menaungi seluruh problematika keenergian di Indonesia.

Tentang Energi Baru Terbarukan Direktur Re-Industrialisasi IA ITB Achmad Rizal mengatakan bahwa ketahanan energi di Indonesia merupakan salah satu isu strategis. Sesegera mungkin dapat diupayakan pemanfaatan energi baru terbarukan. Menurut Rizal, Indonesia memiliki potensi serta kandungan energi terbarukan yang sangat besar, yakni sumber energi biofuel, sumber energi panas bumi, sumber energi matahari, sumber energi air, sumber energi gelombang laut, dan sumber energi biomassa. Paradigma terhadap EBT sebagai energi alternatif yang diemban saat ini harus diubah, dimana EBT menjadi sumber energi yang utama. Nilai investasi pada EBT juga cenderung meningkat. Kementerian ESDM mencatat peningkatan investasi yang berkaitan dengan energi terbarukan, dari 1,34 miliar dolar AS pada 2017 menjadi 1,6 miliar dolar AS pada 2018.


Sumber: https://static.republika.co.id

Di sisi lain, EBT di Indonesia juga diharapkan menjadi ujung tombak mengenai kemandirian Indonesia dalam memenuhi kebutuhan energinya. Menurut Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, perubahan paradigma terhadap EBT akan mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, terutama yang berasal dari minyak dan batu bara. Salah satu energi yang bisa menjadi swasembada adalah listrik. Indonesia merupakan pasar incaran produsen mobil di dunia, khususnya untuk kendaraan listrik berjenis full battery electric vehicle (BEV). Dengan ini diharapkan pemanfaatan EBT di Indonesia akan mencapai nilai maksimum guna menjadikan Indonesia yang mandiri di sektor energi.

Realita Industri Migas Di Indonesia telah terjadi ketidakseimbangan antara laju ketersediaan sumber energi dan penggunaannya di masyarakat. Impor migas akhirnya menjadi solusi yang sedang dilakukan, namun memberikan efek berupa defisit pada neraca perdangangan di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru menunjukkan pada Juli 2019 mencapai US$1,75 miliar atau naik 2,04 persen dibanding Juni 2019, namun jika dibandingkan Juli 2018 turun 34,29 persen. Angka tersebut menunjukkan penurunan yang cukup besar dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2018, namun perlu diupayakan pencegahan mengingat cadangan migas merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui.


Sumber: https://www.bps.go.id

Upaya pencegahan yang paling mendesak untuk dilakukan yaitu dengan meningkatkan eksplorasi dan optimasi produksi minyak dan gas bumi. Eksplorasi merupakan kegiatan mencari sumber cadangan migas sedangkan optimasi produksi yaitu ekstraksi cadangan migas secara maksimal. Saat ini, cadangan minyak di Indonesia, sekitar 3.7 miliar barrel cukup untuk 11-12 tahun ke depan. Perhitungan ini dengan asumsi produksi 700000-800000 barrel per hari. Konsumsi minyak Indonesia saat ini sekitar 1.5 juta barrel per hari. Dengan asumsi pertumbuhan konsumsi minyak 6 persen per tahun, pada 2025 kebutuhan minyak menjadi 2.7 juta barrel per hari.

Melihat data tersebut, sangat jelas peningkatan eksplorasi dan optimasi produksi migas perlu digencarkan. Menurut Direktur Indonesia Petroleum Association (IPA), Nanang Abdul


Manaf terdapat 60 basin atau cekungan di Indonesia, dan hanya sekitar 16 basin yang sudah dimanfaatkan. Di sisi lain, recovery factor pada lapangan yang telah berproduksi perlu ditingkatkan. Kondisi primer sebesar 25-35 persen, maka sekitar 70-75 persen masih perlu dioptimalkan produksinya. Pengangkatan tersebut memerlukan teknologi, salah satunya teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR).

Kondisi Blok Migas Raksasa Indonesia Sebagai salah satu blok migas raksasa yang ada di Indonesia, Blok Rokan memiliki andil yang besar dalam menyumbang produksi migas nasional. Sejak beroperasi pada 1971 hingga 31 Desember 2017, total produksi blok ini mencapai 11,5 miliar barel minyak. Blok yang telah dikelola oleh Chevron Pacific Indonesia selama puluhan tahun ini, akhirnya bisa diambil alih oleh Pertamina yang merupakan BUMN dan akan dikelola secara penuh mulai 2021. Namun demikian, hal ini tidak serta merta menjadi kabar baik bagi industri migas nasional sebab dalam tiga tahun terakhir, produksi blok ini terus mengalami penurunan. Pada 2017, lifting minyak Blok Rokan bisa mencapai 224.300 bph (barel per hari). Pada 2018 turun menjadi 209.552 bph dan pada semester I 2019 hanya mencapai 190.654 bph. Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, mengatakan produksi Blok Rokan akan terus menurun secara alamiah karena usia blok migas tersebut sudah cukup tua. Pertamina perlu segera menerapkan Enhanced Oil Recovery (EOR)

untuk mencegah

penurunan produksi blok ini semakin besar. Chevron telah melakukan EOR dengan menginjeksikan bahan kimia ke dalam sumur minyak di lapangan Minas. Hasilnya, terdapat potensi produksi minyak hingga 100 ribu barel per hari dan dengan asumsi itu Blok Rokan diproyeksikan mampu mencapai 500 ribu barel per hari pada 2024 sesuai dengan proposal Pertamina kepada Pemerintah. Artinya, masih ada harapan akan kembali berjayanya blok raksasa Indonesia yang tengah mengalami penurunan ini. Kita tinggal menunggu teknologi EOR kimia dari Pertamina yang menurut Jenderal Kementrian ESDM, Ego Syahrial, baru bisa diterapkan secara penuh pada 2023 mendatang.

Berbeda dengan Blok Rokan, Blok Cepu yang juga merupakan blok migas raksasa di Indonesia terus mengalami peningkatan produksi. Sampai dengan semester I 2019, SKK Migas mencatat realisasi lifting minyak blok ini berhasil mencapai 220 ribu bph. Angka ini naik dibandingkan realisasi sampai akhir tahun lalu sebesar 209 ribu bph. Kementrian ESDM pun menyampaikan bahwa angka tersebut jauh melebihi rencana awal yang telah disutujui di Proposal POD (Plan of Development), yakni sebesar 165 ribu bph. Dengan demikian, Blok


Cepu berhasil menjadi blok dengan produksi minyak terbesar di Indonesia saat ini, menyalip Blok Rokan yang sebelumnya didaulat menjadi blok tersubur di Indonesia. Tidak hanya produksi, cadangan minyak yang ada di blok ini juga terus bertambah. Pada awal Desember 2018, cadangan minyak Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu meningkat dari 729 juta barel menjadi 823 juta barel setelah dilakukan pembaruan data seismik oleh operator. Padahal saat pertama kali ditemukan, jumlah cadangan minyak di lapangan yang dikelola oleh ExxonMobil selaku operator ini hanya sebesar 450 juta barel. Kini, bersama dengan Blok Rokan, Blok Cepu menjadi tumpuan produksi minyak nasional Indonesia.

Blok Masela : Proyek Migas Terbesar Sepanjang Sejarah Dalam rangka menjamin ketahanan energi nasional di masa depan, pemerintah terus melakukan pengembangan eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber migas yang ada di Indonesia termasuk sumber migas yang berada di zona laut dalam. Salah satunya melalui


Megaproyek Blok Masela. Pemerintah telah menyetujui revisi Rencana Pengembangan Lapangan (POD) Lapangan Abadi Blok Masela yang diajukan oleh perusahaan asal Jepang, Inpex Corporation. Proyek yang berdiri di Laut Arafuru ini akan dimulai pembangunan konstruksinya pada 2022 dan ditargetkan mulai berproduksi pada kuartal II-2027.Saat ini Inpex Corporation tengah melakukan sosialisasi dan konsultasi publik AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Rencananya Inpex akan membangun dan mengoperasikan sumur gas bawah laut serta fasilitas SURF (Subsea Umbilicals, Risers, and Flowlines) di lepas pantai Arafuru. Selain itu, Inpex juga akan membangun fasilitas pengolahan (FPSO) di lepas pantai Arafuru, pipa gas bawah laut (GEP) dari FPSO ke fasilitas penerima gas (GRF) di darat, dan fasilitas kilang OLNG (Onshore Liquefied Natural Gas) di darat. Megaproyek Blok Masela ini digadang-gadang akan menjadi proyek migas terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Pasalnya nilai investasi dalam POD proyek ini mencapai US$ 18-20 miliar atau setara dengan 252-280 triliun rupiah. Nantinya blok ini akan memproduksikan LNG sebesar 9,5 metrik ton per tahun (MTPA) atau setara 330 ribu barel minyak ekuivalen setiap hari (boepd) dan gas pipa sebesar 150 MMscfd atau setara 1 juta ton LNG per tahun. Total produksi gas kumulatif Blok Masela dari 2027 hingga tahun 2055 mencapai 16,38 TSCF dengan gas yang dijual sebesar 12,95 TSCF. Selain itu, blok ini juga akan menghasilkan kondensat dengan kumulatif produksi sebesar 255,28 MMSTB. Dengan asumsi harga minyak US$ 65/barel, harga LNG US$ 7,4/mmbtu dan harga gas pipa US$ 6/mmbtu, pemerintah akan menerima sekitar US$ 39 miliar atau setara 542,49 triliun rupiah. Dengan demikian, kehadiran proyek Blok Masela dapat memperkuat ketahanan energi Indonesia di masa depan dan menunjukan bahwa iklim investasi industri migas Indonesia akan terus membaik.


Tantangan Industri Migas Untuk memaksimalkan pemanfaat energi di Indonesia, masih memerlukan penyelenggaraan perizinan untuk berinvestasi yang tidak sederhana. Belum adanya kerjasama yang baik antara semua pemangku kepentingan, termasuk Pemerintah Indonesia, adalah satu hal yang perlu diluruskan. Ketidaksederhanaan ini membuat fokus investor migas pun terganggu. Investasi


migas bersifat puluhan tahun, maka tidak mungkin untuk dijalankan apabila kesucian kontrak yang telah disepakati berubah-ubah setiap saat. Dalam sepuluh tahun terakhir, berdasarkan data Laporan Kinerja Ditjen Migas 2018, puncak investasi hulu migas terjadi di 2013 dan 2014 yang mencapai 20,384 miliar dolar AS dan 20,380 miliar dolar AS. Sementara tahun 2018 lalu, investasi hulu migas tercatat merosot jauh menjadi 11,995 miliar dolar AS.

Faktor eksternal yang memengaruhi dinamika industri migas di Indonesia yaitu turun-naiknya harga minyak dunia. Para investor migas perlu memutar kembali strategi mereka untuk kembali berinvestasi sebab memerlukan dana yang tidak sedikit. Dari sisi internal, yang paling dekat dengan kita yaitu kualitas regulasi yang perlu diperbaiki agar memiliki daya saing global. Bisa jadi, Indonesia belum juga mampu bersaing dengan global karena faktor internalnya.

Solusi dan Harapan Jangka Panjang Diharapkan pemerintah dapat kembali membuka secara resmi dan melihat upaya-upaya yang telah dilakukan para investor migas di Indonesia serta penerapan teknologi terbaru demi peningkatan produksi migas nasional bagi ketahanan energi Indonesia. Lebih jauh lagi, regulasi yang dihadirkan diharapkan merupakan hasil dari kajian strategis berbagai instansi dan lembaga pemerintahan agar berada dalam satu payung kesejahteraan energi di Indonesia. Fleksibilitas regulasi tersebut akan meringankan proses peningkatan cadangan migas di Indonesia dan berdampak baik pada ketahanan energi di Indonesia.

Sumber

https://www.bps.go.id/pressrelease/2019/08/15/1572/ekspor-juli-2019-mencapai-us-15-45miliar--sedangkan-nilai-impor-mencapai-us-15-51-miliar.html

https://economy.okezone.com/read/2019/08/12/320/2090691/impian-industri-migas-untukjaga-ketahanan-energi?page=1


https://kemenperin.go.id/artikel/11320/Ketahanan-Energi-Indonesia-Merosot

https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/17/12/22/p1chlu368-investasi-energiterbarukan-terhambat-pembiayaan

https://republika.co.id/berita/pw6uki370/indonesia-harus-pandang-ebt-sebagai-sesuatuyang-penting

https://republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/prblie377/arcandra-ketahanan-energimuara-kebijakan-energi-nasional

https://www.teropongnews.com/pentingnya-eksplorasi-dan-optimasi-produksi-migas-untukketahanan-energi-indonesia/

https://www.google.com/amp/s/amp.katadata.co.id/berita/2019/08/29/pertamina-baruterapkan-eor-2023-produksi-blok-rokan-terancam-turun

https://www.google.com/amp/s/amp.katadata.co.id/berita/2019/07/09/pertamina-was-wasproduksi-blok-rokan-terus-turun-seperti-blok-mahakam

https://www.cnbcindonesia.com/news/20190513104357-4-72010/produksi-blok-rokanmerosot-gegara-masa-transisi-ke-pertamina

https://katadata.co.id/infografik/2019/07/29/babak-baru-investasi-migas-blok-masela

https://katadata.co.id/berita/2019/08/06/proyek-blok-masela-dimulai-inpex-sosialisakanamdal


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.