Informatika Pelindung: Ketua Umum ICMI Orsat Kairo
Pengarah: Drs. Ahmad Isrona Bitoh Purnomo, Lc. Indra Gunawan, Lc.
Penanggungjawab: Koordinator Departemen Media dan Komunikasi ICMI Orsat Kairo Redaktur Ahli: Ahmad Satriawan Hariadi, Lc., Fajar Pradika, Lc., Hilmy Mubarok, Lc. Sayyid Zuhdi, S.S., Nurul Azizah, Lc. Pemimpin Umum: Hielya Abdurrahman Pemimpin Usaha: Fatimah Nurul Khoiriyah Pemimpin Redaksi: Miftah Firdaus Sekretaris Redaksi: Aisyah Ummu Fadhilah, Ikhwan Hakim Rangkuti, Durratul Azkiya Dewan Redaksi: Raidah Sekar Harani, Suhardi Junaidi, Nur Fitria Qurrotu Aini‟, Nashirat Zimam alHusna, Abdi Zakaria, Rabbani Rizki Fadhila, Pangeran Arsyad, Assadullah Rouf, Miftakhudin
Reporter: Moch Hammam, Maulana Abdul Aziz, Irfan Muhammad Ali, Muhammad Fahmi, Nawa Syarif, Laela Nurhidayah, Shofuriya, Nurul Aini Azizah, Wasliyah J, Rif‟atud Darojah. Editor: Sifrul Akhyar, Ahwazy Anhar, Achmad Fawatih, Fakhry Emil Habib, Fitra Yuzarni. Nisak Ul Mujahidah Layouter & Ilustrator: Al-Khawarizmi Distributor dan Periklanan: Khoirun Nisa: +201158328145 Fatimah NK: +201128016755
◙Editorial
Konsistensi
P
ada peringatan 100 edisi penerbitan buletin Prestasi KSW, kami berkesempatan untuk diwawancarai mengenai media di Masisir oleh mereka. Dari beberapa pertanyaan, ada dua pertanyaan yang menarik dan penting bagi kami khususnya dan insan -insan media Masisir umumnya. Dua pertanyaan itu yang pertama mengenai peran dan objektifitas Informatika dalam liputan? dan kedua mengapa informatika tetap eksis dan bertahan disaat yang lain sedang lesulesunya? Maka ini jawaban kami dari dua pertanyaan tersebut. Pertama, Yang harus kita ketahui, bahwa fungsi utama media selain memberitakan, adalah sebagai kontrol sosial (social control) di Masyarakat. Maka kita yang notabene berada di lingkungan Masisir, punya kepentingan besar terhadap hal-hal yang terjadi disini. Seperti mengapa sering terjadi pencurian, kita liput dan kita kasih solusi. Itu sangat penting untuk dibaca, karena hal tersebut tak lain adalah kebutuhan pembaca juga. seperti Temus, aktifitas kekeluargaan yang lesu, dan banyak lagi contoh lainnya. Jadi kita kerjaannya tidak hanya mengkritisi KBRI, padahal jujur kita juga butuh dana mereka. Namun kita menyadari bahwa informatika adalah corong Masisir, jika ada kebijakan KBRI yang kurang baik, kita ikut membantu menyuarakannya. Tapi objektif, dan bukan isapan jempol belaka. Lalu, salah satu hal terpenting dari sebuah media adalah objektifitas. Maka informatika hadir di tengah Masisir untuk mengangkat hal tersebut. Kita tidak akan menyuarakan kebohongan apalagi mengangkat isu hanya untuk heboh-
hebohan. Kita cari faktanya, dan kita liput. Namun tetap kita objektif menilai dan berusah untuk menjadi penengah, bukan justru memperkeruh suasana. Kedua, Konsisten dalam penerbitan, jujur dalam pemberitaan, pengkaderan, dan punya prinsip -ciri khas- yang harus dipertahankan. Kami berpendapat bahwa empat hal tersebut yang harus dimiliki oleh sebuah media untuk tetap eksis dan bertahan dalam dunia yang keras ini. Oleh karena itu, walaupun ujian sebentar lagi datang, namun kita tetap berusaha untuk menghadirkan liputan dan bacaan yang bermutu kehadapan Masisir sekalian. Inilah bukti konsistensi kami sebagai bagian dari pembelajaran untuk menjadi insan media yang profesional, namun tetap tanpa melupakan tugas utama kami sebagai mahasiswa, yaitu belajar dengan sungguh-sungguh. Ada sebuah pernyataan Rasululullah yang menarik mengenai konsistensi. “Pekerjaan yang sedikit namun konsisten, itu lebih baik daripada banyak namun hanya sesekali saja,” begitulah kira-kira redaksinya. Saat ini, kita banyak dihadapkan dengan berbagai macam ambisi besar, namun tanpa punya komitmen untuk konsisten. Yang terjadi akhirnya banyak yang menurun atau hilang sama sekali. Akhirnya, inilah persembahan dari kami yang terakhir sebelum menempuh ujian termin satu. Semoga berkenan dan jika ada hal-hal yang kurang dan salah, kritik dan saran kami harapkan. Tak lupa kami berdoa sekaligus meminta doa agar kita semua dimudahkan dalam menmpuh ujian dan mendapat ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat. ◙
Ralat Aktualita Edisi 179/ November 2014 Yang benar: 1. Tidak ada sambutan dari rektor al-Azhar, yang ada hanya penuturan kemesiran oleh Syeikh Abdul Fata Abdul Ghani. 2. Tidak ada sambutan dari ketua Wihdah, hanya beliau mengisi materi bersama Presiden PPMI mengenai PPMI dan WIHDAH. 3. Nama ketua marhalah yang putri bernama Syifa Nur Fadhilah, bukan Sofiyah sebagaimana tercantum. 4. Pada hari terakhir para peserta Ormaba dibawa keliling ke makan Sayyidah Aisyah, Babul Futuh, masjid Ibnu Thulun, dan diakhiri di Hadiqah Azhar. Demikian ralat ini kami cantumkan. Mohon maaf atas segala kesalahan dan perhatian.
Web Master Alamat Redaksi: Wisma Nusantara, 8 Wahran St. Rabea elAdawea , Nasr City, Cairo, Egypt. Telp / Mobile: 01157926958/01128872152 Email:
informatika.icmi@gmail.com
2
Edisi 180/Desember 2014
◙Suara Mayoritas
Ada Apa dengan BWAKM?
◙Sorot
Senat oh Senat
H
abis manis sepah dibuang, mungkin inilah pepatah yang pas untuk menggambarkan keadaan BWAKM saat ini. “Dulu itu pengurus BWAKM kebanyakan dari Masisir sendiri. Kok sekarang diambil alih KBRI? Bahkan sepertinya pengurus lama tidak mendapat konfirmasi apapun dari KBRI,” ujar salah seorang mahasiswa al-Azhar yang tidak mau disebutkan identitasnya ini beropini. BWAKM yang dulunya diketuai oleh Nur Kholis, Lc., salah seorang
local staff dan beberapa pengurus harian dari mahasiswa, sekarang telah diambil alih oleh KBRI secara langsung. Banyak pertanyaan yang masih mengganjal di kalangan Masisir setelah KBRI berkuasa penuh atas kepengurusan BWAKM. BWAKM atau Badan Wakaf Amal Kesejahteraan Mahasiswa, dibentuk ketika terjadi tsunami Aceh pada tahun 2004 silam. Saat itu ada sekitar 80 mahasiswa Indonesia di Mesir yang kehilangan sanak saudaranya. Dari sini lah, tersalurnya dana untuk mereka yang berasal dari M Yahya Nabil, warga negara Belanda yang menikah dengan orang Indonesia. Seiring berjalannya waktu, organisasi ini terus memberikan bantuan kepada mahasiswa–mahasiswa Indonesia di Mesir yang benar-benar membutuhkan. Kini, saat kepengurusan BWAKM sudah berpindah tangan, banyak kalangan yang mempertanyakan donatur, apakah masih pak Nabil
◙Gerbang
WAKTU Oleh: Fatimah Nurul Khoiriyah* "Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?" (QS. alRahman)
A
yat al-Quran yang diulang sebanyak tigapuluh satu kali dalam satu surat ini butuh penghayatan mendalam. Sebuah pertanyaan dari Sang Maha Pencipta untuk seorang hambanya. Pertanyaan yang menandakan bahwa tidak ada yang bisa menghitung betapa banyaknya nikmat yang telah kita terima dan rasakan. Lalu, apakah kita sudah bersyukur dan menggunakan nikmat sesuai dengan kebutuhannya? Waktu, salah satu nikmat yang terkadang orang tidak menyadari dan terlena dibuatnya. Betapa banyak orang yang telah menyia-nyiakan berharganya waktu. Orang yang sedang sakaratul maut
Edisi 180/Desember 2014
atau ada donatur lainnya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kru Informatika langsung mewawancarai Windratmo Suwarno, selaku ketua baru BWAKM. “Sumber dana BWAKM sampai sekarang adalah Pak Nabil, juga perkumpulan orang-orang Islam di Eropa, dari para muhsinîn (dermawan-red), dan dari Pak Dubes sendiri pun menghimbau kepada seluruh home staff KBRI untuk membagi pendapatannya kepada mahasiswa yang berprestasi secara suka rela dan tanpa paksaan,” tutur Windratmo kepada kru informatika. Untuk masalah pergantian pengurus baru, Windratmo yang akrab dipanggil Pak Win oleh Masisir ini memberikan alasan. “Penunjukan pengurus BWAKM yang sekarang melalui SK dari Pak Dubes. Dan pemilihan pengurus hariannya pun dari Selengkapnya... Hal 4
B
agai sayur tanpa garam. Itulah pribahasa yang muncul di benak kita ketika senat mahasiswa tanpa sebuah kegiatan nyata. Menurut Romal Mujaddedi Ahda, jika senat tanpa sebuah pembelajaran dan rasa kekeluargaan, maka ada yang salah dengan senat tersebut. Menurutnya, tujuan awal dibentuknya senat adalah untuk memayungi seluruh mahasiswa agar lebih teratur dan mudah untuk dikoordinir dalam mengadakan belajar kelompok dan kegiatankegiatan yang menunjang skill mahasiswa. “Pada dasarnya senat itu berawal dari kelompok belajar kecil, lama kelamaan anggotanya jadi banyak, maka muncullah inisiatif untuk mendirikan organisasi yang memayungi seluruh mahasiswa, agar kelompok-kelompok ini jadi lebih teratur, serta memupuk rasa persaudaraan antar mahasiswa,” ujarnya tentang Senat Bahasa yang sudah ada sejak 1994. MenurutSelengkapnya... Shufy Ulum, Hal 4 Selengkapnya... Hal 5
merasa begitu penting detik-detik waktu penggunaannya. dalam hidupnya. Apakah kita harus Dalam setiap siang dan malam menunggu ajal agar kita bisa begitu adalah perjalanan waktu. Yang mana menyadarinya? didalamnya adalah tempat kita bekerja Salah satu yang menjadi hi- untuk dunia dan akhirat. Jika kita tidak Selengkapnya...Hal 8 tungan selama di dunia adalah waktu. bekerja, maka merekalah yang akan Akan dipertanyakan kepada kita tentang mempekerjakan kita. Disini, sebuah nikmat waktu kelak. Hanya akan ada keg- penyesalan menjadi titik tolak ukurnya. embiraan dan penyesalan, dua pilihan Seorang sahabat, Abdullah ibnu Mas'ud yang kita sendiri sebagai penentunya. tidak pernah menyesal selama hidupnya, Imam Ghazali, dalam kitab Bi- kecuali penyesalannya terhadap sebuah dayatul Hidayah, memperingati kita ten- waktu yang selalu berjalan dan mengutang waktu. "Waktumu adalah umurmu, rangi sisa umurnya, namun tanpa berumurmu adalah harta berhargamu, tambahnya sebuah amal. dengannya kamu bisa berniaga dan samMaka, waktu adalah ibarat kertas pai pada nikmat Allah SWT yang abadi. putih. Kebaikan dan keburukan adalah Maka, setiap nafas adalah permata yang tergantung pada seorang penulisnya. Kita tidak berharga, jika tidak digunakan memang berkuasa, tapi waktu lebih dengan baik, dan siapa melewatkannya berkuasa pada kita. Sebagaimana perbegitu saja, niscaya ia tak akan pernah kataan seorang sufi kepada Imam Syafii, kembali." Jika dirimu tidak tersibukkan dengan halPara ulama tidak akan berhenti hal baik (haq), pasti akan tersibukkan berjuang kecuali ajal menjemput. Waktu dengan hal yang sia-sia (batil). Peganglah adalah jihad dan ladang beramal mereka. waktu, niscaya ladang hidup akan lebih Dalam tidur dan makannya, ilmu dan per- bermanfaat. Wallahu a'lam. soalan ummatlah yang selalu ada dalam pikirannya. Kesimpulannya, Allah telah menciptakan antara kita dan mereka waktu yang sama, hanya berbeda cara . *Penus Informatika
3
BWAKM… Halaman 3 pengurus lama, sedangkan pengangkatan pengurus harian langsung dari saya. Ada pun sebab pengalihan kepengurusan lama ke yang baru adalah karena ketua BWAKM yang lama (Nur Kholis, Lc. –red) telah bertolak ke Indonesia dan beliau ingin organisasi ini di teruskan. Kenapa? Karena sangat memberi manfaat dan bantuan kepada mahasiswa kita. Maka dari itu, beliau menyerahkan langsung ke Pak Dubes, yang kemudian diserahkan ke saya sebagai pengurus pusat atau sebagai pengganti di posisi beliau pada bulan Mei 2014,“ Setelah melakukan klarifikasi, yang mengajukan agar kepengurusan BWAKM diganti adalah pengurus lama, seperti yang dinyatakan Zaenal Mubarok. “Untuk pergantian pengurus baru bukan KBRI yang asal mengganti. Dalam sebuah organisasi harus ada pergantian tongkat estafet, agar mempunyai pengalaman yang sudah kami dapatkan disini, kami juga sudah cukup lama bergelut di BWAKM. Meski ada beberapa pihak yang kurang setuju yang berpendapat agar menambah pengurus saja dan kami tetap jadi pengurus. Akan tetapi saya tidak menyetujuinya, lebih baik ada pergantian pengurus dan kami tetap memantau kinerja pengurus harian yang baru,” ujar mantan sekertaris BWAKM ini. Senada dengan Zaenal, Windratmo juga berkomentar, “Ya, mereka tahu, bahkan mereka, pengurus lama melaporkan langsung ke Pak Dubes dan meminta Pak Dubes untuk mengambil alih. Bahkan pengurus yang sekarang ini ada 3 orang yang dari pengurus lama yang mem-
bantu menjalankan BWAKM sekarang ini. Jadi bukannya mereka ditinggalkan atau apalah, tapi memang dari pengurus lama sendirilah yang menyerahkan kepengurusan atau meminta untuk di ambil alih,” Menurut Hodri Sujak, selaku mantan pengurus harian BWAKM, juga ikut mengomentari proses pengambilalihan kepengurusan BWAKM ini. “Terbentuknya kepengurusan baru ini bukan keputusan sepihak KBRI. Namun lebih tepatnya kesepakatan pengurus lama untuk mengadakan regenerasi, yang bertujuan agar terus maju dan tetap eksis. Lagi pula banyak di antara kami yang sudah selesai studi dan mau pulang,” jelasnya. Ia juga memaparkan bahwa BWAKM merupakan lembaga independen di bawah KBRI yang bergerak di bidang sosial dan berperan aktif membantu Masisir. Oleh karena itu, regenerasi ini sangatlah bagus, apalagi pihak KBRI juga ikut fokus menangani BWAKM. “Kita dukung bersama, hasilnya untuk Masisir juga kok,” pungkas mahasiswa Fakultas Ushuludin ini. “Sebenarnya, dari awal BWAKM sendiri sudah berada di bawah naungan KBRI. Hanya saja, dahulu, pengurus pusatnya bukan dari home staff KBRI, melainkan dari local staff. Tetapi mereka tetap bertanggung jawab kepada ketua perwakilan. Karena dana yang dikasih oleh Pak Nabil tidak begitu saja dikasihkan, akan tetapi harus ada tanda bukti atau laporan kerja, seperti tes wawancara, atau jika ada kegiatan lain harus di shooting. Dan pengurus harianlah yang mengatur administrasinya, serta membantu menyalurkan dana perbulan. Tahun ini mereka menyalurkan untuk 80 mahasiswa, dan diseleksi dengan
sangat ketat. Bagi siapa yang benar-benar membutuhkan, dan bagi siapa yang tidak dikirim dari keluarga perbulannya. Dan saya tekankan lagi, bahwa BWAKM itu bukan dikuasai oleh KBRI, melainkan dialihkan ke bawah naungan KBRI atau home staff khususnya. Kenapa? Supaya kepengurusan lebih tertib, lebih penuh tanggung jawab, lebih transparan, lebih efektif dalam mengelola mahasiswa. Maka dipilihlah Pensosbud untuk mengurus masalah ini. Karena fungsi Pensosbud (penerangan sosial dan budaya) yang utama adalah membina masyarakat Indonesia di luar negeri. Seluruh lapisan masyarakat,” jelas Windratmo ketika ditanya alasan mengapa KBRI baru tahun ini fokus dengan BWAKM. Pengalihan kepengurusan ini tentu masih menimbulkan tanda tanya. Jika memang kepengurusan langsung oleh KBRI itu lebih baik, mengapa tidak dari dulu KBRI mengambil alih kepengurusan BWAKM? “Soal itu saya kurang tau kenapa, karena dari dulu Pak Nur Kholis selaku ketua BWAKM telah dipercaya oleh Pak Dubes, dan beliau sendiri adalah tipe orang yang sangat rajin dan cermat dalam menghitung anggaran. Mungkin karena dulu Pak Dubes belum percaya kepada selain beliau. Dan sekarang, karena beliau yaitu Pak Nur Kholis sudah pulang ke Indonesia, juga karena telah diserahkannya kepada Pak Dubes untuk diteruskan, maka Pak Dubes menyerahkan kepada stafnya atau orang yang dipercaya, ya… itu saya,” jawab Windratmo tersenyum. (Rif‟atud Darojah, Laela N, Nurul Aini Azizah, Liya W, Shofuriya) ◙
Doc. Facebook/pages/ndonesian-embassy-in-cairo
Ketua, pengurus, dan para penerima beasiswa BWAKM berfoto bersama.
4
Edisi 180/Desember 2014
Menurut data yang diperoleh dari Ahmad Hujaj Nurohim, Wapres PPMI Meketua senat Fakultas Ushuluddin, fungsi sir, dana kegiatan untuk seluruh senat masenat adalah memfasilitasi anggota senat hasiswa berasal dari temus. Jumlah dana fakultas masing-masing dalam memperketersebut sekitar 12.240 LE untuk 4 senat nalkan fakultas terutama kepada para mayang berada di bawah naungan PPMI Mehasiswa baru, kemudian membuat program sir, sehingga masing-masing senat dapat -program yang akan menunjang kemampukucuran dana sekitar 3.060 LE. “Rincianya, an akademis mahasiswa, seperti membendana itu diperoleh dari potongan gaji semua tuk kelompok belajar, mengadakan bincang temus untuk PPMI, setiap orang petugas intensif dan kegiatan-kegiatan lainnya. temus dipotong 800 LE dikali jumlah temus Pernyataan senada juga dilontarkan kemarin 68 orang untuk kegiatan mahaoleh ketua senat Dirasat Islamiah, Thoriq siswa al-Azhar yang diadakan oleh PPMI. Aziz. Ia mengatakan bahwa senat adalah Kemudian dari 800 LE itu diambil 200 LE sebuah mediator yang bisa digunakan oleh untuk dana kegiatan seluruh senat, lalu mahasiswa dalam mengenali fakultasnya dikurangi 10 % untuk Dewan Keamanan masing-masing. Namun, ketua senat yang dan Ketertiban Masisir (DKKM),” ujarnya baru dilantik dua bulan ini mengungkapkan menerangkan. bahwa fungsi senat di kalangan Masisir Berbeda dengan tahun sebemasih belum optimal dan masih banyak lumnya, seluruh dana untuk semua senat kekurangan yang harus diperbaiki. “Masih saat ini dipegang oleh PPMI. Alasanya jauh panggang dari api, seharusnya senat menurut keterangan wapres PPMI adalah itu menjadi garda terdepan dalam kegiatanuntuk keamanan dan kontrol dana kegiatan, kegiatan Masisir yang bersifat akademis,” sehingga untuk seluruh ketua senat yang tuturnya menyesalkan. membutuhkan dana kegiatan tinggal mengambil di kantor PPMI. Doc. FB: Sema FBA Al-Azhar Mesir Menurutnya, kantor PPMI sebagai brangkas penyimpan dana seluruh senat mahasiswa al-Azhar dan bisa diambil kapanpun sesuai kebutuhan masing-masing senat dengan memberikan keterangan keperluan kegiatan. Kebijakan PPMI yang tidak langsung membagikan dana pada semua senat, Menurut Shufy Ulum, memang sangat masuk akal untuk keamanan, akan tetapi masih kurang pas diterapkan. “Seolah-olah senat dimonitoring dan kurang leluasa ketika hendak menggunakanya. Kebijakan ini perlu disosialisikan Slaah satu kegiatan Senat Fakultas Bahasa Arab pada semua DP-PPMI, karena Sejatinya, Senat mahasiswa didiri- nesia agar memiliki wadah yang menaungi tidak setiap presiden PPMI dan wapresnya kan dengan tujuan untuk memfasilitasi ma- mahasiswa secara spesifik per fakultas. atau pengurus lainya berada dikantor hasiswanya dalam menempuh studi di uni- Keberadaannya memang bukan hal yang PPMI. Harus mengambil dengan siapa ketiversitas. Namun sejauh apakah peran baru. Karenanya, kinerja senat dapat dinilai ka senat terdesak memerlukan dana?‟ imSenat dalam rangka menyukseskan maha- tidak hanya dari masa baktinya di tahun ini, buhnya. siswa dalam studi yang dilakoninya? tapi juga bisa dibandingkan dengan tahunAdapun perkiraan jumlah dana Lu‟luah Al Hanoun, salah seorang tahun sebelumnya. “Tahun 2010 masih ada yang digunakan oleh senat mahasiswa almahasiswi jurusan Bahasa Arab menutur- talkhisan dari senat, jadi masih terasa Azhar untuk kegiatan mendukung mahakan kebanggaannya sebagai bagian dari perannya.” Ujar Iqsas Nurguslanda, salah siswa dalam bidang akademik, menurut Senat Bahasa Arab. Menurutnya, Senat satu alumni jurusan Syariah Islamiyah. Thoriq Aziz, berbeda-beda setiap periodentidak saja berperan sebagai organisasi se- Menurut Iqsas, salah satu penyebab tidak ya. “Tergantung jumlah anggota, berapa mata, tapi juga membantunya dalam ban- begitu terasanya peran senat adalah kare- banyaknya program kerja, serta permintaan yak hal, khususnya dalam belajar. “Senat na minimnya antusiasme Masisir untuk teman-teman anggota untuk dana yang banyak membantu saya dalam belajar dan berperan aktif di Senat. Masisir, menurut- akan dihabiskan. Bila diperkirakan kebumemahami madah. Selain itu, senat juga nya, lebih cenderung untuk aktif di organ- tuhan kegiatan internal dan tidak keluar pernah ngadain Rihlah Maktabah, jadi kita isasi lain seperti kekeluargaan, almamater, kemana-mana, dana yang dibutuhkan kutahu maktabah khusus yang jual kitab-kitab dan kajian-kajian. “Banyak akademisi di rang lebih 2000 LE, apabila kegiatan lebih Lughoh,” jawabnya. Masisir, tapi seolah-olah para akademisi itu banyak tentu akan lebih dari itu,” jelas ThoBerbeda dengan pendapat Khoirul kurang minat ke senat. Jadi senat terasa riq Aziz. (M Fahmi, Nawa S, Irfan MuhamAnas yang saat ini sedang deg-degan kurang aktif.” Imbuhnya. mad, Moch Hammam, M Abdul Aziz) ◙ menunggu ujian fakultas Syariah. Mahasiswa asal Jawa Tengah ini justru menge- Lalu, dari mana sebenarnya sumber daluhkan kinerja senatnya di saat-saat men- na senat untuk menyelenggarakan jelang ujian. “Kurang kerasa, entah saya kegiatan-kegiatan tersebut?
Senat… Halaman 3
Edisi 180/Desember 2014
yang endak tahu atau mereka yang endak ada program,” tulisnya lewat media sosial. Hal senada juga diungkapkan salah seorang mahasiswi jurusan Syariah Islamiyah yang enggan disebutkan namanya. Baginya, kesadaran pribadi itu jauh lebih penting dari pada harus menunggu peran senat dalam menyukseskan studinya. “Perannya kurang bahkan mungkin belum terasa. Yang lain pada bimbel dari senat, kalo anak syariah gak ada itu bimbel dari senat. Ada juga bimbel dari orang lain (yang bukan senat).” Bagaimana pun, kehadiran senat telah memberi warna dalam dunia akademis Masisir, meskipun bagi sebagian orang hanya dirasakan ketika menjelang ujian. Sebagaimana yang dituturkan Zhara, salah satu mahasiswi Ushuluddin, “Senat itu berguna buat bimbel!” tuturnya. Senat mahasiswa fakultas yang dinahkodai mahasiswa Indonesia memang tidak terikat secara horisontal dengan pihak Universitas Al-Azhar. Organisasi ini semata -mata merupakan inisiatif mahasiswa Indo-
5
D
ahulu, ketika masih di Indonesia, kita banyak mendengar tentang betapa hebatnya kuliah di Universitas AlAzhar. Kita juga mendengar bahwa Mesir adalah negara yang paling tepat untuk menuntut ilmu agama dengan banyaknya ulama-ulama besar. Konon Al-Azhar-lah yang menciptakan ulama-ulama besar yang cakap dalam berbagai bidang keilmuan. Anggapan itu tidaklah salah, bahkan memang hal itulah yang menjadikan mesir menjadi istimewa di kalangan penuntut ilmu. Namun bagaimana halnya para pelajar Indonesia yang telah menginjakkan kakinya di sini? Pada umumnya para mahasiswa Indonesia yang telah menginjakkan kaki di Mesir, mereka akan masuk ke dalam suatu organisasi induk, yakni PPMI. Nah PPMI inilah yang menaungi semua para anggotanya yang berasal dari berbagai kekeluargaan, almamater, maupun afiliatif. Meskipun demikian, tujuan kita datang ke Mesir sama yaitu kuliah di Universitas AlAzhar. Masisir yang berasal dari berbagai ragam itu, mempunyai kecenderungan masing-masing. Kecenderungan tersebut dapat disederhanakan ke dalam dua karakteristik, pertama bergelut dalam bidang keilmuan seperti talaqqy dan kajian. Kedua bergelut dalam organisasi, seperti afiliatif, kekeluargaan, dan almamater. Karakter pertama yang meliputi bidang keilmuan bisa didapat dengan talaqqy maupun kajian. Mesir dengan sumber ilmunya, sangat sayang sekali jika kita tidak mengerahkan diri untuk menuntut ilmu sebanyak-banyaknya. Sumber ilmu tersebut berada di tangan para ulamaulama yang mengajarkan berbagai ilmu agama yang ada di masjid dan madhiyafah, inilah yang disebut dengan talaqqy. perbedaan antara talaqqy dan kuliah adalah, di talaqqy kita akan disuguhkan ilmu yang berasal dari sumbernya, yaitu para masayikh yang sanadnya turun temurun sampai Rasullulah SAW. berbeda dengan kuliah yang mana kita akan disuguhkan ilmu yang sudah dirancang oleh para dosen yang disusun sesuai dengan tingkatan akademis. Selain talaqqy, kita juga bisa mendapatkan wawasan dari kajian. Dalam kajian kita dituntut untuk membaca buku, memetakan pikiran, berlatih bagaimana mengutarakan pendapat atau maklumat kepada orang lain. Kajian inilah yang turut menyempurnakan dalam proses menuntut ilmu. Karena ketika kita sudah mendapatkan ilmu yang ada di talaqqy, kita bisa menyalurkannya kepada orang lain,
6
Masisir Ideal Oleh: Khoirunnisa* sehingga bermanfaat bagi sesama. Adapun karakter kedua, yaitu bergelut dalam organisasi. Pada umumnya banyak sekali jumlah organisasi yang ada di Masisir ini. Mulai dari kekeluargaan, almamater, atau kelompok yang fokus dalam seni dan hobi. Motif Masisir ketika terjun dalam suatu organisasi biasanya adalah untuk silaturahmi, memperluas jaringan, membentuk diri kita untuk bisa berinteraksi yang baik dengan orang lain, bahkan ada juga yang hanya berniat untuk main-main.
Doc. Bindhara-masisir.com
â—™Dinamika
Dari sinilah terlihat bagaimana karakter setiap individu. Tujuan utama ke Mesir yang pada awalnya ingin kuliah di Universitas Al-Azhar, akan dibumbui dengan berbagai kegiatan yang terangkum dalam dua karakter di atas. Namun hal tersebut bukan mutlak seperti itu, ada juga sebagian dari Masisir yang benar-benar fokus dalam dunia perkuliahan saja, ada juga yang menggabungkannya dengan organisasi, dan ada juga yang menggabungkannya dengan keilmuan dan organisasi. Mahasiswa yang ideal menurut saya, ia yang bisa menggabungkan antara bidang keilmuan dan organisasi tanpa meninggalkan bangku perkuliahan. Ia yang bisa memadukan antara mencari dan menyalurkan ilmu dengan muamalah yang baik pada sesama. Kita tidak akan bisa lepas dari organisasi, karena di dalamnya kita belajar banyak bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Dan ilmu yang kita dapatkan di organisasi akan sangat membantu ketika terjun di masyarakat. Namun bukan berarti yang mempunyai jiwa kepemimpinan bisa sukses ketika terjun di masyarakat, karena masyarakat juga butuh pemimpin yang berilmu.
Untuk mewujudkan kriteria mahasiswa ideal ini, butuh usaha yang maksimal. Pasalnya kita harus benar-benar menggunakan waktu secara efisien untuk melakukan semua aktifitas tersebut. Jika dilihat dinamika Masisir saat ini, Masisir dalam kondisi seimbang. Nampaknya para Masisir sudah mulai bangun dari tidur panjang. Masisir sekarang bukan hanya menempati organisasi, namun juga banyak dari Masisir yang sudah menyentuh bidang keilmuan. Sekarang yang ramai bukan hanya acaraacara yang berbau organisasi, namun dari kegiatan yang berbau keilmuan sudah mulai disentuh oleh Masisir seperti talaqqy. Terlebih dari perempuan, yang dulu katanya masih dibatasi, sekarang sudah sangat leluasa untuk bisa menghadiri majlis -majlis bersama masayikh. Bahkan sekarang sudah banyak beredar jadwal talaqqy di berbagai grup WhatsApp dan facebook. Meskipun presentase Masisir yang sudah terjun dalam talaqqy belum mencapai setengah dari jumlah Masisir secara keseluruhan, namun sudah mulai terlihat perkembangannya. Adapun sekarang sudah berdiri rumah-rumah ilmu, seperti rumah syariah dan rumah tahfidz. Setidaknya gerakan seperti ini yang menjadikan Masisir tumbuh berkembang dari segi organisasi dan keilmuan. Dari kepengurusan PPMI juga sudah banyak mengangkat kegiatan yang berbau keilmuan, seperti menggalakkan daurah bersama masayikh dll. Adapun solusi yang tepat agar kita bisa masuk dalam kedua dunia tersebut (organisasi dan keilmuan) tanpa mengabaikan bangku perkuliahan, hendaknya kita melihat prioritas dan kemampuan diri kita masing-masing. Kita bisa memilih beberapa pelajaran yang ada di talaqqy, satu kajian yang menunjang fokus belajar kita, serta memilih organisasi yang bermanfaat atau bisa menunjang prioritas kita. Jika sudah menentukan beberapa langkah yang akan kita ambil, maka beristiqomahlah dalam kegiatan itu. Karena setiap orang pada dasarnya memiliki sesuatu yang menjadi kelebihannya. Kita tidak akan bisa maksimal jika semua kegiatan kita ambil. Lebih baik sedikit namun bisa istiqomah di dalamnya. Namun, dari solusi tersebut, tidak akan bisa terealisasikan tanpa adanya keinginan dan tekad yang kuat dari diri kita masing-masing. Maka dari itu kita kuatkan lagi tekad kita kemudian beristiqamahlah dalam langkah-langkah yang kita ambil. â—™
*Keluarga Informatika
7
Edisi 180/Desember 2014
◙Bahasa
A
PERHELATAN, DIHELAT, MENGHELAT
khir-akhir ini, ketika membicarakan acara kesenian hingga politik, media sering menggunakan kata “perhelatan”, “menghelat”, dan “dihelat”. Istilah “perhelatan” pada mulanya lazim digunakan untuk menyebut acara perkawinan, kenduri, atau selamatan. Malah para sastrawan Balai Pustaka lebih lazim menggunakan kata “helat” saja. Nur Sutan Iskandar dalam novel Salah Pilih (1928), misalnya, menulis, “Sekalian helat dan jamu itu dilayani oleh Ibu Liah dan Asnah sekuasa-kuasanya.” Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (KBBI III), 2005, memang memiliki lema “pehelatan”, yang bermakna “pesta atau kenduri selamatan, pesta perkawinan”. Adapun pesta adalah perjamuan makan-minum atau perayaan sesuatu dengan bersuka ria dalam sebuah keramaian. Sebuah festival seni mungkin masih bisa dianggap sebuah pesta, tapi apakah pemutaran film atau diskusi adalah sebuah pesta? Contohnya, “Dalam perhelatan diskusi yang berlangsung selama lebih-kurang dua jam tersebut, Ibnu menyampaikan bahwa sastra di media massa semakin hari semakin berkurang” (Koran Jakarta, 23 Maret 2014). Berita itu hanya membicarakan sebuah acara diskusi. Sebuah acara dengan kegiatan tunggal (sebuah film, teater, tari, dan sebagainya) tak tepat disebut perhelatan. Sebuah perhelatan mengandaikan acara akbar dan ramai yang melibatkan banyak kegiatan, seperti Festival Film Indonesia. Bagaimana dengan pemakaian “dihelat” dan “menghelat”? Pada 8 Mei 2014, kompas.com membuat judul berita “Diskusi Bisnis Digital Kembali Dihelat di Yogyakarta”. Pada 20 Oktober 2014, Warta Kota menulis, “Untuk memperingati bulan bahasa, Kompas menghelat seminar bertajuk „Merumuskan Bahasa dalam Media Online dan Jurnalisme Warga‟.” Dalam KBBI III, kata dasar “helat” punya dua lema. Pertama, “helat” yang bermakna “pesta perkawinan dsb” dan “tamu”. Tapi, sebagai kata sifat, “helat” artinya “asing, lain, bukan keluarga”. KBBI III mencontohkan, “Di kota-kota besar banyak orang helat”. Kedua, lema “helat” yang dibaca sebagai “helat” (“e” dibaca seperti “dekade”). Bentuknya adalah kata benda dan artinya “tipu muslihat, akal, dalih”. Makna ini jelas jauh berbeda dengan lema pertama. Namun lema pertama tak punya kata kerja turunan, sedangkan lema kedua justru punya dua: “berhelat” dan “menghelat”. Yang pertama berarti “menggunakan tipu muslihat, berdalih” dan yang kedua bermakna “menipu”. Tak ada
6
Edisi 180/Desember 2014
kata turunan “dihelat” disitu. Kalaupun bisa diturunkan dari “menghelat”, berarti artinya seharusnya menjadi “ditipu”. Bila kita merujuk pada KBBI III, penggunaan kata “menghelat” dan “dihelat” oleh banyak media jelas keliru. Berita Warta Kota di atas jadinya bermakna “… Kompas menipu seminar bertajuk…”. Jelas bukan itu maksud penulisnya. Pemuatan dua lema yang penulisannya sama ini jadi bermasalah. T.D. Asmadi, pengajar Lembaga Pers Dr Soetomo, pernah mengecek makna “helat” dari beberapa sumber, seperti Kamus Dewan Edisi IV (2007) terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, Kamus Umum Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, Baoesastra Melajoe-Djawa karya Sutan Muhammad Zain. Semua kamus itu merujuk makna “helat” sebagai “tipu muslihat”. Bila kita mau konsisten dengan makna “helat” dalam berbagai kamus tersebut, “menghelat” tetaplah berarti “menipu”. Tapi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (KBBIPBIV), 2008, membuat masalah tambah rumit dengan menambahkan kata turunan “menghelat”, yang berarti “menyelenggarakan”, pada lema “helat” yang terkait dengan perhelatan. Istilah “helat” dalam pengertian “tipu daya” ini tampaknya memungut kata Melayu “helat” huruf jawinya: هلتyang merujuk pada “helah” (هيلهKata ini sudah muncul ratusan tahun lalu, misalnya dalam Maleisch-Nederduitsch Woordenboek (Kamus Melayu-Belanda) karya Jan Pijnappel Gzn., yang terbit pada 1863. Kamus Dewan Edisi IV punya lema “helat”, tapi memberi tanda agar merujuk pada lema “helah” adalah “berhelah”, yang berarti “menggunakan tipu daya, berdalih”, dan “menghelah”, yang berarti “memperdaya, menipu”. Ini berkebalikan dengan KBBIPB IV, yang punya lema “helah”, tapi dengan tanda yang merujuk ke “helat”. Jadi, penyusun KBBIPB IV menganggap “helah” adalah kata lama yang tak disarankan pemakaiannya, yang merupakan ragam kata “helat”, yang ejaannya dianggap baku. Bagaimana cara mengatasi masalah ini? Saya menyarankan Pusat Bahas menghidupkan lema “helah”, lalu makna lema “helat” bisa dialihkan menjadi makna bagi “helah”. Cara ini akan membuat jelas bahwa “menghelat” tetap berarti “menyelenggarakan (pesta)”, “menghelah”
berarti “menipu”, dan “berhelah” bermakna “berdalih”. Sastrawan Nur Sutan Iskandar sudah memakai kata “berhelah” itu dalam novel Turun ke Desa (Balai Pustaka, 1982). Di situ dia menulis, “Tin,‟ katanya terengahengah, „jangan berhelah jua. Berkata terus terang. Berapa banyaknya uang yang kau terima dari orang itu?‟” Sang pengarang jelas merujuk kata “berhelah” dalam arti “berdalih”. Pembedaan lema “helah” dan “helat” ini akan membuat makna “helat” tidak bermakna ganda seperti sekarang. Para pengguna rumpun bahasa Melayu di Malaysia dan Brunei juga tak akan salah paham, karena di dua Negara itu “helah” memang berarti “tipu daya”. ◙
Sumber: Majalah Tempo, Edisi 20-26 Oktober 2014. 7
◙Keislaman
S
Sejarah Singkat Ilmu Ushul Fikih
ebagai agama yang komperehensif, Islam mengajarkan segala hukum yang mengatur kehidupan manusia, mulai dari permasalahan i’tiqadiyah, khulukiah, hingga permasalahan ‘amaliyah. Jika ditarik kedalam ranah disiplin ilmu, al-Quran memiliki kedudukan yang amat sangat tinggi, begitupun dalam ilmu Ushul Fikih, alQuran dijadikan sebagai sumber pertama dalam menentukan kaidah-kaidah hukum syariat setelah Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Keempat sumber inilah yang disepakati oleh Jumhur muslim sebagai sumber hukum, selain itu masih ada enam sumber hukum lainnya yang tidak disepakati oleh sebagian Jumhur muslim, diantaranya Istihsan, Masalih Mursalah, Istishhab, ‘Urf, Madzhab Shahabi dan Syar’u man Qablana. Dalam kajian ushul fikih, untuk memahami nash al-Quran dari segi dilalah, para ulama menggunakan pendekatan yang dikenal dengan istilah qath’iy aldalalah dan dhanny al-dalalah. Menurut Abdul Wahab Khallaf, qath’iy al-dalalah merupakan ayat yang menunjukan makna secara jelas dan dapat dipahami maksudnya tanpa harus memerlukan takwil. Sedangkan dhanny al-dalalah adalah ayat yang menunjukan suatu makna tetapi memerlukan penakwilan untuk memahami makna lain yang terkandung didalamnya. Dalam sejarah perkembangannya, ushul fikih telah ada ketika fikih ada. Selama ada ilmu fikih maka harus ada kaidahkaidah yang menjelaskannya, inilah pokok dan hakikat dari ilmu ushul. Akan tetapi jika ditelisik dari segi penulisannya, ilmu fikih lebih dulu dituliskan daripada ilmu ushul fikih. Itu berarti bahwa ilmu fikih telah ditulis, ditetapkan pembahasannya, kaidah dan juga bab-babnya sebelum penulisan kaidah ilmu ushul fikih. Akan tetapi itu bukan berarti bahwa ushul fikih belum muncul dan belum ada kecuali setelah dituliskan, juga bukan berarti bahwa para fuqaha tidak memiliki kaidah dan metode tertentu dalam menetapkan hukum. Pada kenyataanya, bahwa kaidahkaidah serta metode ilmu ini telah tertanam pada diri para mujtahid terdahulu. Bisa diambil kesimpulan bahwa ushul fikih dan fikih sangat erat dan berkaitan, oleh karnanya haruslah ushul fikih itu ada ketika fikih itu ada, bahkan sebelum fikih itu muncul, karena ushul fikih merupakan suatu kaidah untuk menentukan suatu hukum, akan tetapi belum muncul suatu kebutuhan
8
Oleh: Ikhwan Hakim* untuk menuliskannya, terutama ketika zaman Nabi Muhammad SAW. Kala itu belum ada suatu kebutuhan untuk mendiskusikan masalah kaidah-kaidah ilmu ini, apalagi untuk menuliskannya, karena Nabi Muhammad-lah yang menjadi sumber rujukan utama dalam penjelasan hukum syariat. Ilmu ushul fikih mulai muncul dan dituliskan pada abad ke-2 Hijriah, yakni pada masa khilafah Abbasiah. Ada yang mengatakan bahwa orang pertama yang menuliskan ilmu ushul fikih adalah Abu Yusuf, sahabat dari Imam Abu Hanifah, akan tetapi tidak ada yang mendapatkan keterangan tentang bukunya. Sedangkan yang masyhur di kalangan para ulama, yang pertama kali menuliskan kaidah ilmu ushul fikih serta pembahasannya adalah Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi‟i, wafat pada tahun 204 Hijriah. Imam Syafi‟i telah menuliskan bukunya yang berjudul alRisalah, kemudian diriwayatkan oleh muridnya Rabi‟ al-Muradi. Dengan bukunya alRisalah maka diakui oleh para ulama bahwa penggagas serta penulis ilmu ushul fikih adalah Imam Syafi‟i. Dalam bukunya alRisalah Imam Syafi‟i berbicara mengenai al -Quran, penjelasan tentang hukumnya, penjelasan Sunnah terhadap al-Quran, Ijma’, Qiyas, Nasikh dan Mansukh, al-Amru dan an-Nahyu, pengambilan hukum melalui khobar ahad dan lain sebagainya dari pembahasan kaidah ushuliah. Ada beberapa faktor yag mendorong Imam Syafi‟i untuk menuliskan serta membukukan ilmu ushul fikih, diantaranya, pada masanya Imam Syafi‟i melihat banyak perbedaan pendapat mengenai masalah ushuliah yang nantinya para mujtahid akan merujuk kepadanya, kemudian perbedaan cara berijtihad dan sumber yang diambil untuk menentukan hukum, seperti Sunnah, Ijmak dan Qiyas. Dari berbagai macam perbedaan pendpat inilah Imam Syafi‟i terdorong untuk menuliskan serta membukukan ilmu ushul, kemudian menetapkan kaidah-kaidah khusus yang harus dipakai
oleh para mujtahid dalam penetapan hukumnya. Bagi yang mencermati serta meneliti, ia pasti memperhatikan bahwa ayat-ayat al-Quran tercakup didalamnya tiga dasar hukum pokok yang terbagi lagi menjadi banyak hukum. Tiga dasar hukum tersebut yaitu Hukum yang berkaitan dengan akidah, Hukum yang berkaitan dengan tazkiatu an-nafs atau akhlak dan Hukum amaliah, atau lebih dikenal dengan ilmu fikih. Al-Isnawy dalam bukunya Nihayatussul menjelaskan, bahwa sebelum menggunakan ayat al-Quran sebagai dalil untuk menentukan suatu hukum, terlebih dahulu kita harus mengetahui beberapa hal. Karena al-Quran ditulis dengan bahasa Arab, maka untuk menggunakan ayat-Nya sebagai dalil kita harus mempelajari bahasa Arab dan pembagian-pembagian yang tercakup didalamnya. Dari segi bahasa, al-Quran terbagi menjadi khobar dan insya’, tetapi ulama ushul lebih membahas masalah insya’ dan meinggalkan pembahasan khobar, melihat didalamnya tidak terdapat ketentuan hukum. Maka dari itu Imam baidhawi membaginya menjadi amr dan nahyu, ‘am dan khos, mujmal dan mubayyan, serta nasikh dan mansukh. Para ulama ushul dalam pembahasannya mengenai ushul fikih tidak selalu sama, baik dari segi istilah maupun jalan pembicaraannya, karenanya terdapat dua golongan yang muncul, yakni mutakallimin dan hanafiyah. Golongan Mutakallimin dalam pembahasannya selalu mengikuti cara-cara yang lazim digunakan dalam ilmu kalam, yaitu dengan memakai akal pikiran dan alasan-alasan yang kuat dalam menetapkan peraturan-peraturan pokok (ushul). Di antara kitab-kitab yang ditulis oleh golongan ini adalah, al-Mu‟tamad milik Muhammad bin Ali, al-Burhan milik alJuwaini, al-Mutashfa milik al-Ghazali, dan al-Mahsul milik ar-Razi. Sedangkan golongan hanafiyah dalam pembahasannya selalu memperhatikan dan menyesuaikan antara aturan-aturan yang bersifat pokok (ushul) dengan persoalan cabang (furu’). Setelah itu muncullah kitab yang berada ditengah-tengah antara kedua golongan tersebut, diantaranya adalah, Tanqihul Ushul milik Sadrus Syari‟ah, Badi‟unnidzam milik Al-Sa‟ati, Attahir milik Kamal bin Hammam, dan alMuwafaqat milik Al-Syatibi. Wallahua’lam.◙
*Aktivis NUN Center Edisi 180/Desember 2014
â—™Sastra
DIORAMA Oleh: Maulana Abdul Aziz*
S
atu bundel kertas tergeletak di atas bangku: ** Menatap bayangmu di batas kota, seperti kelabu yang menyiratkan keraguan. Angin menyelimuti hari serupa tirai-tirai tipis yang menggantung di jendela matahari. Langit dikepung warna hitam pekat juga putih pucat seperti tumpukan kapas kotor. Awan berarak mengepak sayap mengantarku kepada namamu secara utuh. Hanya ada sahara. Juga debu yang kaku menanti pergantian kalender. Setelah musim panas tak lagi menciptakan kebahagiaan, apa lagi yang lebih berarti selain mengharap musim dingin? Tak banyak yang kuharapkan darimu, Pur, selain izin agar aku tetap bisa menyimpan senyummu dengan baik. Aku sudah khatam untuk sekadar menghafal lekuk wajahmu, juga senyummu, jadi jangan kau tanya apakah ketiadaanmu bisa membuatku menjadi amnesia begitu saja. Aku masih saja mengharapkan hal yang indah-indah selama ketidakhadiranmu. Semisal menikmati Spink bersama, berjalan di pesisir Alexandria, atau sekadar menitipkan cerita pada aliran sungai nil. Bahkan kita masih punya Perang Bubat dan Asmara Diah Pitaloka yang belum selesai kuceritakan. Tapi kita masih menjadi rahasia. Kau rahasia terbesarku. Begitu pun aku masih rahasia untukmu. Suatu saat, Allah akan saling mengenalkan rahasia itu, kemudian kita akan mengangguk dan saling berpandangan. Aku akan menanti itu. Karena kita tidak benar-benar berpisah. Tuhan hanya sedang memberi kesempatan untuk saling menenun rindu. Itu saja. Pur, sudah lama kita tak saling
Edisi 180/Desember 2014
Doc. Diorama—dreamland.at bertukar kabar. Terakhir kali saat kita menikmati dua es krim milik kita, pada senja yang mengeja namanya, kau utarakan segala kekhawatiranmu. Biar kutebak, kau sekarang telah menjadi perempuan dewasa. Kau sudah lebih tahu apa yang ingin dan apa yang perlu. Aku ingin mendengar ceritamu lagi, juga kau dengar ceritaku baik-baik. Tentunya dengan dua es krim milik kita. Tapi kekhawatiran kita saat ini tak lagi sama. Kita hanya saling paham sekarang. ** Metro masih berjalan menelusuri lorong-lorong gelap. Sesekali Rudy menatap peta rute yang terpasang di dinding gerbong. Masih sembilan stasiun lagi. Tatapan lelahnya bercengkrama dengan keringat tubuh orang-orang Mesir di sekelilingnya. Sebuah masa yang terasa begitu lama untuk dilewati. Siang ini, Metro begitu penuh sesak. Keterbatasan moda dan tingginya angka kebutuhan masyarakat, membuat suasana metro setiap waktu tak nyaman dan pengap. Pendingin udara hanya bekerja untuk merotasi udara pengap, bukan kesejukan. Rudy terlalu lelah untuk sekadar mengeluh. Rudy kembali menatap bundelan kertas di tangannya. Ia masih tak percaya, di negeri seribu menara ini ia bisa temukan tulisan berbahasa ibunya. Di dalam Metro. "Shinny?" tanya seorang pria bertubuh besar. Rudy tak terlalu antusias menanggapinya. Tak ada air muka spesial, selain lelah. "Laa! Ana Andunisy!" jawab Rudy dengan senyum simpul. "A,, ehsan nass!" katanya sambil menyodorkan tangan mengajak bersalaman. Bagi Rudy, pujian orang Mesir itu tak
lagi terdengar istimewa. Bukan satu atau dua kali, ia mendengar kalimat itu, sampai ia tak lagi mampu membedakan mana kalimat haqiqy, dan mana yang majazy. Tuhan memang begitu adanya. Menciptakan manusia dalam berbagai suku, ras, dan bahasa. Meski sudah ada kelompok-kelompok tertentu, tidak semua orang mampu mengenal setiap kelompok dengan baik. Semisal orang Asia yang selalu diasumsikan sebagai 'shinny' alias orang cina. Waktu terus berlalu, namun kebosanan tak kunjung pergi. Rudy kembali menghampiri kertas di tangannya. ** Pur, sebenarnya aku sedang gugup. Kelak ketika kukunjungi ayahmu dengan seikat bunga, tentu dengan senyuman terbaik yang kumiliki, ia akan bertanya "Apa profesimu?". Dan kamu tahu bahwa aku hanya seorang jurnalis yang biasa juga disebut wartawan. Tapi sebutan wartawan tak terasa istimewa bagiku. Mainstream. Ayahmu pasti seperti kebanyakan orang, hanya akan memandang Jurnalis sebagai pencatat peristiwa-peristiwa penting, atau mungkin peristiwa biasa saja yang dibuat penting, orang berkualitas hidup standar, dan tak ada yang istimewa. Barangkali ayahmu akan mengernyitkan keningnya, merasa heran dengan pilihan puterinya. Mungkin yang ia harapkan adalah lulusan teknik sipil, kedokteran, kepabeanan, atau ekonomi manajemen. Ia tak akan tersanjung dengan jawabanku. Tapi kau pernah bilang untuk tidak merisaukan itu. Semua akan baik-baik saja. Pur, aku hanya ingin menuliskan ini agar kau tahu bagaimana kelak masa depan kehidupan kita. Kau perlu tahu bah-
9
wa menjadi jurnalis adalah pilihan yang penuh tantangan. Kau akan mendapati suamimu bekerja sepanjang waktu. Bahkan ketika kau menantinya pulang dengan menu masakan terbaikmu, ia hanya akan pulang larut malam. Kau masih dengan senyum terbaikmu membukakan pintu, lalu bercengkrama di depan makanan buatanmu yang sudah dingin. Atau dalam beberapa waktu, kita akan bercengkrama dengan anak-anak kita di depan kue-kue buatan tanganmu. Tapi ketika suamimu melihat jam dinding, dan malam semakin larut, ia harus kembali ke meja kerjanya untuk memenuhi tuntutan dead line. Sehingga kau meminta suamimu untuk meluangkan waktunya untuk sekadar mendengarkan pengalaman anak-anak di hari pertama sekolahnya, atau saling bergantian membacakan dongeng sebelum tidur. Barangkali tidak setiap tahun kita
akan memiliki bulan madu ke tempattempat yang indah. Di saat kau membutuhkan liburan dan kebersaman, suamimu hanya akan hadir di rapat pemerintahan, aksi demonstrasi, gedung perkantoran, atau wilayah konflik yang sama sekali tak menarik untuk dikunjungi. Ketika kelender mengajakmu menghabiskan waktu, suamimu harus menghabiskan waktu dengan laporan lalu lintas, kemacetan, atau sahur dan buka puasa di jalan raya. Tapi dalam segala keadaan itu, kau akan selalu menceritakan kebanggaanmu sebagai orang tua. Sehingga suamimu akan sangat senang, karena dari sekian banyak cerita yang ia dapatkan, ceritamulah yang paling berharga baginya. Tapi, Pur, haruskah aku mengganti profesiku untuk membayar penantianmu? Hari ini aku sedang khawatir, kelak aku tak menjadi lelaki bijaksana. Aku khawatir kau tak mampu berlama-lama hidup
denganku. Sengaja kuceritakan ini sejak awal, agar kau tak merahasiakan perasaan yang mengganjal. Jika kelak suamimu lebih sibuk dengan pekerjaannya, dekatilah ia dengan senyumanmu, sampaikan keluhmu sampai ia ingat bahwa keluarganya lebih utama. Jadi bagaimana jika suamimu seorang jurnalis? ** Ponselnya bergetar. Di tengah padatnya penumpang, ia sempatkan untuk mengambil ponselnya dari saku. Sebuah pesan masuk, "Reminder! Besok hari selasa jam 14.00 Clt kita Sidang Redaksi di Wisma! Jangan telat dan siapkan ide-ide segar untuk edisi selanjutnya!".â—™
. *Kru Informatika
â—™Wawancara Ust. Mufid Haris
A
pa itu Asy-Syathibi dan kapan didirikannya? Asy-Syathibi Center merupakan lembaga bimbingan dan konsultasi belajar yang didirikan pada tahun 2001. Apa tujuan berdirinya? Tujuan daripada didirikannya lembaga ini adalah untuk membantu kesuksesan belajar mahasiswa Indonesia di Mesir. Bagaimanakah program yang dijalankan oleh Asy-Syathibi? Program kerja yang dicanangkan oleh pengelola Syathibi ini memiliki 3 tahap, yaitu tahap pertama pada tahun ajaran baru, pertengahan, dan akhir tahun. Komunitas penggerak bimbingan belajar ini telah mengawali program kerjanya dengan mengadakan seminar untuk Masisir mengenai kiat-kiat sukses belajar dengan tema "Sukses bersama Asy-Syatibi". Pada acara seminar tersebut dipaparkan bagaimana memanage waktu, mengupas tuntas buku ICMI, yaitu meniti tanggatangga prestasi, memetakan pemikiran mahasiswa/i baru setiap fakultas, serta menggali potensi diri dengan menghadirkan mahasiswa/i berprestasi. Akhir-akhir ini asy -Syathibi kian sibuk dengan mengaktifkan kembali bimbingan belajar. Dilanjutkan program kerja yang akan dilaksanakan setelah ujian berupa daurah fannul ulum baik disiplin ilmu yang berkaitan dengan tiaptiap fakultas seperti Syari'ah, Ushuludin, dan Lughah. Apakah Asy-Syathibi berkaitan erat dengan Fushul Taqwiyah? Terkait masalah Fushul Taqwiyah yang sempat familiar beberapa tahun silam, bahwa terakhir program ini dikerjakan keti-
10
0
Asy-Syathibi Center ka zaman kepengurusan presiden PPMI dibawah kepemimpinan Abu Nashar. Setelah program itu dikerjakan, ternyata hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa alasan yang menjadikan kurang efektifnya program tersebut, diantaranya kegiatan sepi peminat dan sama halnya memunculkan kelas baru seperti di kuliah. Ketika mengundang dosen al-Azhar untuk mengisi fushul taqwiyah dengan memakan dana yang cukup banyak, justru hanya beberapa mahasiswa yang menghadiri majelis ilmu tersebut. Hal ini tidak sepadan antara dana yang sudah dikeluarkan dengan kehadiran mahasiswa yang bisa dihitung. Sayang seribu kali sayang, sudah mendatangkan ulama besar tapi walhasil tidak banyak yang datang. Belajar dari pengalaman, maka kami menghapus fushul taqwiyah dari program Syathibi. Dari mana saja sumber pendanaan Asy-Syathibi? Syatibi bekerjasama dengan Malaysia dalam bimbingan belajar. Bagaimana dengan Senat yang juga mengadakan program bimbingan belajar? Perdebatan juga biasa terjadi dengan Senat masing-masing fakultas, khususnya Syariah dan Ushuluddin. Materi yang dibimbelkan Syatibi dengan senat sering berbenturan. Tapi itu tidak menjadi
masalah yang besar karena kita saling melengkapi. Ada anggapan bahwa AsySyathibi punya salah satu golongan Partai, apakah benar? Jika ada dua pilihan antara orang pintar dengan orang yang dikenal dan mau bekerja, pasti yang dipilih itu adalah orang yang lebih dikenal dan mau bekerjasama, begitu juga saya ketika merumuskan struktur kepengurusan. Saya memilih orang yang lebih dikenal dan mau diajak bekerjasama. (Hielya A, Fatimah NK) â—™
Edisi 180/Desember 2014
◙Hikmah Al-Hubb, 2014
S
ebuah kata yang mempunyai beribu makna, definisi, dan paling banyak diperbincangkan oleh makhluk bernama manusia. Dia ada di sanubari yang paling dalam, senantiasa memberi dan tidak pernah meminta, ia terkadang membawa penderitaan, namun ia tidak pernah mendendam. Kita mengatakannya dengan nama cinta, orang Arab menyebutnya alhubb. Syahdan, Ali terpesona pada Fatimah sudah sejak lama, disebabkan oleh kesantunan, ibadah, dan paras putri kesayangan Rasulullah SAW tersebut. Ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Umar bin Khattab melamar Fatimah sementara dirinya belum siap untuk melakukannya. Namun kesabarannya berbuah manis lantaran kedua orang sahabat tersebut lamarannya ditolak oleh Rasulullah SAW. Akhirnya Ali memberanikan diri, dan ternyata lamarannya kepada Fatimah yang hanya bermodal baju besi diterima. Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya kepada Ali sejak lama juga. Singkat cerita, bahwa suatu hari setelah keduanya melangsungkan pernikahan, Fatimah berkata kepada Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya.” Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil tersenyum Fatimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu.” Subhanallah, betapa manisnya alhubb. Al-Hubb juga bukan melulu perkara cinta antara pria dan wanita, namun dia lebih luas dan mencakup segala hal yang berkaitan dengan hati dan jiwa. Jalaluddin Rumi sang penyair sufi kelahiran Afghanistan yang sangat masyhur, selalu membuat syair yang berkaitan dengan hubungan alhubb dengan Tuhannya. Adakah cinta yang lebih cinta daripada mabuk cinta kepada Tuhan? Tulisnya.
yang paling mengharukan selain kisah cinta Rasulullah SAW terhadap ummatnya. Ketika Rasulullah SAW berbaring sakit di kamar Aisyah. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk. “Maaf, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah SAW menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikat maut,” kata Rasulullah SAW. Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tetapi Rasulullah SAW menanyakan kenapa JIbril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh sang kekasih Allah SWT dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah SWT?” Tanya Rasulullah SAW dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.” “Semua surga terbuka lebar meOh, Tuhan nanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu Telah ku temukan cinta! ternyata tak membuat Rasulullah SAW Betapa menakjubkan, betapa indah, betapa lega, matanya masih penuh dengan hebatnya.. kecemasan. “Engkau tidak senang Bagi gairah yang bangkit mendengar kabar ini?” Tanya Jibril kembali. Dan menghiasi alam semesta ini “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib Maupun segala yang ada di dalamnya umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai (Rumi) Rasulullah, aku pernah mendengar Allah SWT berfirman kepadaku: “Kuharamkan Namun, tidak ada makna al-hubb surga bagi siapa saja, kecuali umat Mu-
Edisi 180/Desember 2014
Oleh: Miftah Firdaus* hammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril. Maka ucapan yang terakhir ketika ajal menjemputnya adalah: ummati, ummati, ummati. Akhir tahun 2014 diambang mata, rasa-rasanya kita masih memerlukan banyak cinta. Masih terlalu banyak dendam yang bertebaran, hasutmenghasut, kritik yang bertujuan untuk menjatuhkan, dan hal-hal lain yang sekiranya perlu kita renungkan lebih dalam dengan alhubb. Mungkin cinta tidak menemukan bentuk idealnya, namun dia selalu mengarahkan jalan kepada kebenaran. Seperti kata pujangga: cinta selalu hadir, tinggal kita bisa merasakannya atau tidak. Keberanian bukan berarti tidak punya rasa takut melainkan berani bertindak walau merasa takut. Mencintai berarti berani memepertaruhkan hati. Kita hanya bisa belajar mencintai dengan mencintai. Bagi mereka yang sangat jatuh cinta, seluruh dunia terasa tersenyum. Tidak ada undangan yang lebih besar untuk mencintai selain mencintai terlebih dahulu. Lebih baik pernah mencintai dan kehilangan daripada tidak pernah sama sekali. Cinta bukanlah apa yang kita rasakan, tetapi apa yang kita lakukan. Kita mendefinisikan cinta sebagai perasaan bahagia kalau kita berada di dekat orang satunya, dan kita yakin akan nilai serta perkembangan orang itu, seperti yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri. Mencintai adalah hal paling indah. Hati yang dipenuhi rasa cinta, maka kedamaian selalu mengiringinya. Sebuah pekerjaan yang dilandasi dengan perasaan cinta, insyaAllah ketenangan dan kesuksesan selalu jalan berdampingan dengannya. Pemimpin yang melandasi tugasnya dengan cinta, maka yang dipimpin akan melaksanakan sesuai cinta yang dipancarkan. Guru yang mengajar dengan rasa cinta, maka murid akan merasakan sentuhan energi yang tidak bisa dikeluarkan bagi guru yang hanya sekedar menunaikan tugas. Itulah al-hubb sebagaimana Ibnu Qayyim al-Jauziyah deskripsikan pengaruh dahsyatnya. Karena cinta, demi cinta, langit dan bumi diciptakan, dan atas dasar cinta seluruh planet beredar. Dengannya pula semua gerak mencapai tujuannya serta bersambung awal dan akhirnya. Karena cinta semua jiwa meraih harapannya, mendapatkan idamannya serta terbebas dari segala yang meresahkan.◙
*Pemred Informatika 11
Edisi 180/Desember 2014