VIII
Vol. V No. 6
Vol. V No. 6, 23 Juli - 5 Agustus 2010
Lestarikan Kesenian Klasik, Tanah Lot Gelar Art Festival
Tari Barong salah satu yang akan tampil di TLAF.
“Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui”. Itulah ungkapan yang cocok terhadap kegiatan Tanah Lot Art Festival (TLAF) 2010. Selain sebagai user, pemanfaat objek wisata Tanah Lot juga sebagai conservers, pelestari bagi seni budaya masyarakatnya. enurut Made Sujana Manager Badan Operasional Objek Wisata Tanah Lot, kegiatan TLAF 2010 sebagai sebuah kemasan event promotion pariwisata Tanah Lot. “Ini juga membuktikan bahwa kita turut serta membantu program pemerintah dalam upaya melestarikan kebudayaan daerahnya,” katanya. Dalam hal ini, lanjut Sujana, management badan pengelola Objek Wisata Tanah Lot (OWTL) yang menggagas acara tersebut, menjadikan kegiatan ini sebagai sebuah konsep yang ideal untuk pengembangan pariwisata yang berbasis budaya. “Di samping
M
berpromosi, lewat kegiatan ini juga sebagai bentuk pelestarian budaya Bali,” jelasnya. Dari sisi event promotions, terang Sujana, Tanah Lot mampu membuat sebuah kemasan acara yang menarik bagi kunjungan wisatawan. “Aneka kesenian unik milik masyarakat setempat, yang sangat jarang dan langka untuk bisa ditampilkan tentu menjadi sajian menarik bagi wisatawan,” imbuhnya. Sujana mengatakan, dalam situs resmi Tanah Lot, www.tanahlot.net dan facebook tanahlotfunsclub dari sebulan sebelumnya TLAF sudah menjadi topik bahasan. Dan tidak sedikit wisatawan yang sudah siap datang utuk menyaksikan event akbar tersebut. Sujana lalu mencontohkan, dalam Tanahlot Funsclub milik objek wisata ini sudah memiliki anggota lebih dari 12.400 orang di seluruh dunia. “Respon para anggota Funsclub sangat positif bahkan sebagian besar dari mereka
berkeinginan untuk bisa datang menyaksikan acara tahunan ini,” akunya polos. Begitu pula, tambah Sujana, para stakeholder pariwisata, seperti dari para travel agent baik dari dalam negeri maupun luar negeri telah banyak meminta jadwal pementasan seni tersebut. “Kami banyak mengirim jadwal TLAF kepada travel agent,” tegasnya. Sementara dari sisi pelestarian budaya, lanjut Sujana, dengan dipentaskannya para pragina (artis lokal) dalam event TLAF ini mereka akan terus melatih diri, serta menggali kesenian-kesenian lokal yang langka di masyarakat untuk bisa di pentaskan. “Dengan demikian, seniman tersebut menjadi termotivasi menggali dan mengembangakan kesenian daerahnya,” ucap Sujana. Tidak dipungkiri pula, banyak tercipta kesenian baru yang berbau modern, merupakan pengembangan dari kesenian daerah yang sudah ada. Dengan memodifikasi sesuai dengan perkembangan jaman, kesenian tersebut akan mampu memperkaya kebudayaan daerah saat ini. Sujana mengaku, hal tersebut sebagai konsep ideal dalam upaya Bali membangun pariwisata berbasis budaya masyarakat. Kegiatan itu, juga dapat meminimalkan dan menangkal ketakutan kita akan segala bentuk dampak negatif dari pengembangan pariwisata. “Fungsi promosi bisa diselaraskan dengan fungsi pelestarian budaya, dan penggunaan dana akhirnya bisa diefisienkan,” ujarnya Sujana bangga. Dan ini, imbuh Sujana, sebagai wujud nyata kepedulian objek wisata Tanah Lot akan karya para pendahulunya yang memang unik. “Dan ini dapat diwarisi sebagai tujuan kunjungan para wisatawan (BTN/015) ke Bali,” pungkasnya.
Gelar Event Strategi Promosi ODTW Tanah Lot Menggelar beragam event sebagai kebijakan dan strategi promosi Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Tanah Lot. Selain lewat website, media ekspose, dan brosur, juga dengan menggelar berbagai event rutin dan insidental. Penekanannya, bagaimana menarik wisatawan ke Tanah Lot. Materi promosi lebih menekankan pada muatan budaya lokal dan memobilisasi seniman daerah dalam upaya mempertahankan, menggali, dan mengembangkan budaya Bali.
anager Badan Operasional Pengelola Tanah Lot, I Made Sujana menilai promosi semacam ini sangat tepat mengingat ODTW Tanah Lot merupakan intangible product yang kalau ingin dinikmati harus datang ke sana. Promosi semacam ini sudah dilakukan sejak 2005 hingga saat ini. “Pasca-manajemen pengelolaan baru dari 2000, kami lebih banyak mengundang konsumen langsung melihat keindahan alam,” kata Sujana polos. Ia mengakui memang banyak wisatawan sudah tahu tentang keberadaan ODTW Tanah Lot,
M
namun pasca pengelolaan objek wisata tersebut telah banyak melakukan perubahan dan penataan, baik dari sisi infrastruktur maupun manajemen pelayanan. Promosi lewat media, catalog dan brosur, lanjut Sujana, rasanya belum mampu mewakili Tanah Lot yang sebenarnya. “Untuk mengundang dan menarik perhatian konsumen maka kami menggelar event. Bila perlu kami siap membayar mereka untuk datang dan menikmati wajah Tanah Lot yang baru ini,” ucapnya tegas. Dalam hal ini, Sujana sadar, untuk menyuguhkan event yang menarik serta mengundang para stakeholder pariwisata baik dari dalam maupun luar negeri perlu biaya besar. Namun, karena sudah merupakan sebuah konsekwensi yang sangat logis maka tidak kendala baginya. Tanah Lot International Kite Festival 2005, misalnya, pihaknya mengundang peserta dari 17 negara dengan memberikan reimbursement ticket kepada setiap peserta yang datang $1000 serta menanggung biaya yang dikeluarkan untuk akomodasi dan meal selama mengikuti event di Tanah Lot. Hal tersebut juga diberikan kepada media luar negeri seperti dari Jerman TV, Japan TV, Korea TV, dan televisi nasional serta lokal. “Biayanya, memang, besar. Tetapi dengan itu justru kami mampu menunjukan bahwa Tanah
Lot sudah mengalami penataan yang baru. Setelah menikmati langsung atmosfir alam Tanah Lot, kami berharap pulangnya nanti mereka membawa cerita menyenangkan kepada temantemannya serta ikut mempromosikan di negaranya masingmasing,” paparnya. Pagelaran event ini juga sebagai salah satu upaya ODTW Tanah Lot untuk ikut berpartisipasi dalam menggali, mempertahankan dan mengembangkan budaya masyarakat Bali, khususnya yang ada di kabupaten Tabanan. Dalam hal ini, sebagai orang yang bertanggung jawab, Sujana sangat paham bahwa aspek budaya merupakan roh pariwisata Bali, termasuk ODTW Tanah Lot. Event spektakuler yang pernah digelar seperti Cak Kolosal 5000 yang menghadirkan seniman dan seniwati asli Tabanan (2005), Tanah Lot Three Days Event (2004), Okokan dan tektekan Kolosal dengan 1500 penari (2007 dan 2008, 2009), Tanah Lot Kite Festival (2006, 2007 dan 2008), Tanah Lot 10 K (2005, 2007,2008, 2009) yang dikuti oleh pelari lokal, nasional dan wisatawan. Tahun 2009 pihaknya menyelenggarakan Tanah Lot Art Festival yang diikuti oleh lebih dari 4200 seniman, dan TLAF 2010 melibatkan sekitar 5000 seniman lokal dari kabupaten Tabanan. (Image/015)
Lomba Layang-layang Meriahkan TLAF 2010 * Total hadiah Rp 28,900.000 dan ratusan merchandise anah Lot Art F e s t i v a l (TLAF) 2010, akan dimeriahkan pula dengan lomba layanglayang. Lebih dari 400 peserta dipastikan akan ikut dalam kontes layangan itu. “Untuk tahun ini peserta lomba layang-layang kami batasi hanya sampai 400 peserta saja,” kata I Lomba layang-layang Tanah Lot 2 tahun lalu Made Sujana. Menurut Sujana, jenis layang-layang yang akan dilombakan ada empat jenis yang sudah sangat popular di masyarakat Bali. Yaitu layanglayang kreasi, layang-layang pecukan, layang-layang bebean, dan layang-layang janggan. “Tanah Lot adalah tempat paling favorit di Bali untuk bermain layang-layang,” ucapnya. Para penggemar layang-layang ini, jelas Sujana, datang dari berbagai daerah di Bali. Ada dari Sanur, Gianyar, Nusa Dua , Badung, Denpasar tidak terkecuali dari Tabanan. Lomba layang-layang yang akan digelar tiga hari ini memperebutkan total hadiah sebesar Rp 28.900.000 dan ratusan merchandise. Sujana mengatakan, perlombaan tersebut sangat ditunggu-tunggu oleh para penggemar layang-layang di Bali. Biasanya, para pelayang itu datang dengan antusias karena sekaligus bisa berwisata di objek wisata alam dan sejarah itu. Sujana menjelaskan, bermain layang-layang di Tanah Lot merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi para pelayang Bali. Mereka akan menunjukkan seni bermain layang-layang yang ditonton oleh wisatawan dalam dan luar negeri. “Lomba ini sebagai respon panitia TLAF 2010 yang banyak menerima komplain dari para pelayang karena tidak ada jadwal bermain bermain layang-layang pada TLAF tahun lalu,” tegasnya. Sujana mengatakan, jenis lomba ini selalu ditunggu-tunggu masyarakat. Hal itu dapat dilihat dari penyelanggaraan lomba sebelumnya. Peserta layang-layang diikuti lebih dari 500 peserta, mengingat satu layangan biasanya dimainkan oleh lebih dari seorang. Demikian juga dengan pengunjung yang hadir, selalu membludak. Pembatasan jumlah peserta ini juga sebagai upaya untuk mengurangi kemacetan di jalan-jalan. Berdasarkan pengalaman festival sebelumnya, acara ini selalu dipadati penonton sehingga menimbulkan kemacetan. “Untuk tahun ini, panitia bekerja dengan Polres Tabanan yang siap mengawal jalannya festival layang-layang. Mereka siap melancarkan arus lalulintas yang akan dipergunakan oleh para sekaa layangan. Demikian juga dengan panitia, telah menyiasati dengan mempersilahkan para sekaa layangan untuk datang pada malam hari ke Tanah Lot sehingga pada siang hari akan mengurangi risiko (BTN/015) kemacetan di jalan raya.
T
Parade Budaya Tanah Lot Art Festival * Cerminan Seni Khas di Tabanan arade Budaya yang akan menjadi suguhan pembuka Tanah Lot Art Festival (TLAF) 2010 betul-betul digarap secara serius. Garapan seni tersebut ditata sesuai dengan budaya khas yang dimiliki Kabupaten Tabanan. “Intinya, parade budaya akan menampilkan kesenian khas dari 10 kecamatan yang ada di Tabanan,” kata Made Sujana. Ditegaskan Sujana, sudah menjadi brand tersendiri kalau setiap event di Tanah Lot selalu akbar, kolosal dan berkualitas. Apalagi, mendapat perhatian khusus dari Ketua Umum Badan Pengelola Objek Wisata Tanah Lot, N. Adi Wiryatama yang juga sekaligus selaku Bupati Tabanan, maka parade budaya tahun ini juga dibuat semeriah mungkin. Menurut Sujana, konsep garapan parade budaya akan menceritakan tentang wujud bakti masyarakat Tabanan terhadap Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam berbagai manifestasi-Nya. Garapan seni tersebut menggambarkan terpeliharanya kelestarian alam dan kesucian Pura Luhur Tanah Lot. “Masyarakat Hindu di Bali tetap datang bersembahyang dan sujud serta tetap beryadnya ke hadapan Beliau yang berstana di Pura Tanah Lot,” ujarnya. Yadnya ini, jelas Sujana, tidak hanya sekedar berupa sarana dan prasarana persembahyangan, tetapi juga termasuk segala hasil karya budaya yang mereka miliki. Bagi para seniman tari dan tabuh misalnya, mereka dengan rela pentas ngaturang ayah (pentas tanpa dibayar). Hal itulah yang menjadi motivasi para peserta parade untuk ikut tampil. Sujana mengatakan, parade budaya ini akan menampilkan seniman dari masing-masing kecamatan yang ada di Tabanan. Masing-masing dari sepuluh kecamatan itu akan menampilkan potensi daerahnya. Tentunya kesenian yang ditampilkan akan ditata dengan memberikan nuansa baru. Namun, tetap mengacu pada tema dan ceritera, sehingga menjadi sebuah pertunjukan yang tak terputus. Nyoman Ardana, salah seorang peserta parade mengatakan, meskipun alokasi dana yang minim dari kantor kecamatan, namun dirinya serta seniman lainnya tetap semangat dan antusias tampil di ajang tahun itu. Materi seni yang akan ditampilkan, seni tari dan tabuh yang menjadi kebanggaan daerahnya. “Kami sudah mempersiapkan diri dengan baik. Jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan acara, kontingen kami sudah siap semuanya,” ucapnya. Bisa tampil di objek paling bergengsi itu, lanjut seniman asal Kecamatan Marga ini, menjadi sebuah kebanggaan yang luar biasa. Apalagi menampilkan potensi seni yang sudah dibina sejak lampau, kemudian ditampilkan dihadapan wisatawan itu memang luar biasa. “Secara tidak langsung, event ini sebagai kompetisi seni. Makanya, (image/015) kami harus tampil baik,” imbuh Ardana.
P
23 Juli - 5 Agustus 2010
Kota Denpasar Terima Petaka “Pradana Utama
Bali Update
Sanur Village Festival 2010 Membangun Kreatifitas Masyarakat Sanur
II
Save Our Destination
IV
Lestarikan Kesenian Klasik, Tanah Lot Gelar Art Festival
Page Advertorial
VIII
CULTURAL TOURISM PARADIGM Tanah Lot:
Ikon Paling Impresif dari Pariwisata Bali Oleh : Wayan Windia *) etiap destinasi wisata pasti memiliki ikon. Thailand dengan Patung Sang Budha yang mahabesar di dekat Bandara Chiangmai. Juga dengan biksu-biksunya, gambar Raja dan Permaisuri yang tersebar dimana-mana. Tapi tak lupa pula dengan ikon arena striptis di berbagai tempat. Bagaimana dengan Filipina? Tak ada lain, ikonnya adalah dunia seks yang gemerlap, hingga ke kampung-kampung. Selanjutnya, Malaysia dengan tempat judi yang bernama Tanah Genting. Kemudian Singapore dengan ikon belanja murah. Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia memiliki Pulau Bali sebagai ikon. Selanjutnya, ikon Bali adalah Tanah Lot di Tabanan. Tak dapat dipungkiri bahwa Tanah Lot selalu menjadi idola bagi para wisatawan yang berkunjung ke Bali. Tanah Lot selalu menjadi buah bibir bagi sang wisatawan. “Sudah ke Bali? Apakah sudah mengunjungi Tanah Lot?”. Demikianlah selalu seloroh para wisatawan. Oleh karenanya Tanah Lot harus dijaga keasriannya, dan eksistensinya, agar tidak menjadi bahan kontroversi di kalangan komponen pariwisata Bali. Setelah kawasan Kintamani menjadi bahan kontroversi (karena pelayanan penduduk setempat yang “buas”), maka kini Bali hanya memiliki Tanah Lot sebagai ikon destinasi kunjungan wisatawan. Pada saat ini, masyarakat mulai mengembangkan ikon-buatan yakni Patung Garuda Wisnu Kencana di Ungasan. Namun tampaknya masih cukup lama akan berkembang sebagai ikon Bali. Sepanjang Tanah Lot sebagai ikon alami di Bali masih kuat, maka tidak ada ikonbuatan apapun yang mampu mengalahkan Tanah Lot. Hal itu disebabkan, karena Tanah Lot sudah cukup lama dikembangkan dan dikenal sebagai ikon pariwisata Bali. Sejak 50 tahun lalu Tanah Lot sudah dikembangkan sebagai kawasan untuk pembuatan film. Yakni film Si Buta Dari Gua Hantu, yang sempat menjadi film yang sangat terkenal pada era tahun 1960-an. Kemudian dikunjungi oleh banyak sekali tamu-negara yang sedang berkunjung ke Bali. Patut dicatat bahwa di Tanah Lot ada laut, gelombang, pantai dan karang. Di sana juga ada garis horizon dan alam sunset. Di Tanah Lot ada pura yang sangat sakral dan sangat dihormati. Oleh karenanya, secara rutin selalu diselenggarakan upacara piodalan oleh masyarakat sekitarnya. Tampaknya tidak ada pemandangan alam yang sedemikian impresif dan melankolis di dunia, kecuali Tanah Lot. Oleh karenanya Tanah Lot harus dijaga dengan seksama. Kalau saja Pemda Tabanan dapat menertibkan kios-kios yang eksis di sepanjang jalan menuju Pantai Tanah Lot, maka pasti Tanah Lot akan semakin terkenal dan tanpa tercela. Satu-satunya cela yang kini ada di Tanah Lot adalah sembrawutnya kios-kios di sepanjang jalan. Hal ini menyebabkan tidak ada kesan apa-apa, ketika wisatawan baru turun dari kendaraannya. Kesannya hanyalah bahwa Tanah Lot adalah kawasan wisata yang biasa-biasa saja. Padahal Tanah Lot adalah salah satu keajaiban alami di dunia. Kita yakin bahwa kalau saja kios-kios itu dapat dimundurkan beberapa meter, tentu saja akan sangat memadai. Atau dicarikan jalan lain untuk menuju kawasan tepi Tanah Lot. Kalau tindakan penertiban tidak dilakukan mulai sekarang, maka di masa depan, Tanah Lot akan sama saja nasibnya dengan kawasan Kintamani. Kawasan ini akan ditinggalkan oleh wisatawan. Apalagi kalau Patung Garuda Wisnu Kencana semakin dikenal orang. Kemudian areal persawahan yang ada di sekitar kawasan Tanah Lot sangat perlu diproteksi, agar masih tetap menimbulkan suasana alami. Pengembangan kawasan Tanah Lot perlu dilakukan sedemikain rupa, agar tidak menyebabkan adanya alih fungsi lahan sawah yang berlebihan. Artinya, jangan sampai alih fungsi lahan sawah di sekitar
S
Halaman II
Tanah Lot .............. *) Wayan Windia adalah Ketua Badan Penjaminan Mutu Universitas Udayana, Denpasar
Tujuh Hari Tanah Lot Berwarna Poleng
Akhir Juli dan awal Agustus 2010, Objek Wisata Tanah Lot akan tampak beda. Seluruh kawasan objek akan diberi warna “poleng” yaitu warna hitam dan putih layaknya warna papan catur. “Hal tersebut sehubungan dengan pelaksanaan Tanah Lot Art Festival (TLAF) 2010 yang mengusung tema “poleng”, kata Made Sujana Manager Badan Operasional Objek Wisata Tanah Lot.
ujana mengatakan, selama tujuh hari (26 Juli – 1 Agustus) atau selama penyelenggaraan TLAF semua property yang ada di kawasan itu semuanya berwarna “poleng”. Tidak terkecuali pelayan objek. “Kami ingin selama penyelenggaraan TALF itu objek wisata Tanah Lot lebih bernuansa sakral dan magis,” ucapnya. Apalagi, diiringi alunan suara gamelan klasik dan aneka kesenian sakral yang terus menggema tentu dapat menambah kekuatan spiritual yang sudah ada di objek ini. “Suasana seperti ini akan menjadi pengalaman tersendiri bagi
S
wisatawan yang mengunjungi Tanah Lot selama TLAF itu berlangsung,” tambahnya. Menurut Sujana, hal tersebut selaras dengan lingkungan alam Tanah Lot yang mempunyai beberapa pura besar dan kecil. Diantaranya; Pura Tanah Lot, Pura Pakendungan, dan Pura Batubolong. “Tema Poleng ini sebagai sebuah pemaknaan yang sangat sederhana, tetapi mengandung nilai filosofi yang tinggi dan dipercaya memiliki suatu kekuatan oleh masyarakat Hindu di Bali,” terangnya. Untuk menjadikan kawasan wisata favorit itu lebih meriah, lanjut Sujana, tidak kurang dari 100 roll kain poleng dan 500 rerontek dan umbul-umbul poleng akan di pasang di sepanjang jalan menuju objek tersebut. Pohon-pohon yang ada, patung-patung, candi bentar hingga panggung acara akan dibalut dengan kain “poleng”. Pengisi acara khususnya peserta parade budaya yang diikuti lebih dari 2000 juga diwajibkan menonjolkan warna “poleng”. Sujana mengatakan, di Tanah Lot warna “poleng” merupakan symbol dari ular suci sebagai
penjaga Pura Luhur Tanah Lot. Ular suci ini merupakan duwe yang dipercaya masyarakat Bali sebagai jelmaan selendang Ida Dang Hyang Nirartha yang diberikan tugas menjaga kelestarian alam dan kesucian wilayah pura tersebut. “Ular Suci duwe yang berwarna poleng, sampai saat ini masih ada dan bisa dilihat secara nyata di seputar lingkungan pantai kawasan Suci Pura Luhur Tanah Lot,” tegas Sujana. Melalui tema “poleng” ini, Sujana ingin mengkampanyekan kepada dunia, bahwa semua orang yang hidup di dunia ini merupakan penjaga bagi kelestarian alam dan lingkungan serta kelestarian budaya masyarakat kita. “Kalau kita renungkan secara mendalam ternyata makna “poleng” itu sebagai sebuah kewajiban kita semua untuk secara sadar melakukan tindakan pelestarian sehingga Bali ini bisa tetap ajeg,” ujar Sujana. (TBN/015)
ESL TEACHER NEEDED.... Start date August. Parttime, Qualified teacher with experience essential. For more info contact : aunthentic.english@yahoo.com
C12-59
II
Vol. V No. 6, 23 Juli - 5 Agustus 2010
Vol. V No. 6, 23 Juli - 5 Agustus 2010
VII
Lolec
GOW Kalimantan Tengah
Gelar Porseni ke-13
Bupati Gde Agung Tanam Pohon
MANGUPURA – Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah melakukan study banding ke Pemerintah Kabupaten Badung. Kunjungan yang dipimpin Ketua GOW Kabupaten Gunung Mas Ny. Apristini Arton S. Dohong, bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi dan berbagi pengalaman, inovasi di bidang pemberdayaan perempuan. Rombongan diterima Ketua GOW Kabupaten Badung Ny. Ketut Sudikerta di Wantilan Pura Lingga Bhuwana, Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung Mangupraja Mandala, Selasa (13/7). Setelah saling tukar cinderamata, rombongan melakukan peninjauan di kawasan Puspem Badung. (image/015)
GIANYAR – Desa Batuan, Sukawati menggelar Porseni (Pekan Olah Raga dan Seni) ke-13. Kegiatan ini dipusatkan di Lapangan Yudistira, Desa Batuan Gianyar. Acara dibuka, oleh Bupati Gianyar, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati Gianyar, Minggu (11/7). Pada pembukaan itu menampilkan berbagai kesenian kolosal seperti, Tari Panyembrahma, Pagelaran Wayan Wong, kelompok paduan suara, senam aerobik ibu-ibu PKK, Baleganjur dan Cheleaders. Porseni ini diikuti oleh 17 Banjar Dinas dengan melibatkan kurang lebih 4.000 warga. Kegiatan akan berlangsung selama dua hari. cabang olahraga yang dipertandingkan seperti Futsal, Bola Volley, Bulu Tangkis, Tenis Meja, Lari, Catur, Tarik Tambang, Sepeda Santai dan Jalan Santai. Sementara untuk cabang seni diperlombakan Penjor, Canang Rebong, Jegeg Bagus Batuan, Pidato Bahasa Bali, Membuat Katik Sate Bencah Bangun, Karaoke Lagu Pop Bali, Utsawa Dharma Gita, Menyalin Huruf Latin ke Aksara Bali, Melukis, Memasak dan Koor PKK. (image/015)
MANGUPURA - Dalam rangka memperingati hari lingkungan hidup, Desa Mengwi bekerjasama dengan Institute Hindu Negeri Bali dan SMK Kharisma Mengwi, melakukan kegiatan tebar benih ikan dan penanaman pohon di Jaba Pura Taman Ayun, Mengwi, Sabtu (17/7). Bupati Badung AA Gde Agung, SH. juga dan ikut menanam pohon serta menebar benih ikan. Benih ikan yang ditebar sebanyak 2 ribu jenis seperti ikan nila, tawes dan karper. Sementara jenis tanaman yang ditanam antara lain pohon cemara angin, tanaman langka dan trambesi. Kegiatan ini bertujuan mendukung program pemerintah didalam mewujudkan Kabupaten Badung yang hiijau. (image/015)
* Penyuluhan Kepariwisataan Dispar Badung Kepada Pokdarwis Uluwatu
Hijaukan areal Dam Buagan
Pameran di Batam DENPASAR – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Denpasar, beberapa waktu lalu mengikuti pameran di Mega Mall Batam Center Kepulauan Riau. Pameran ini sebagai salah satu cara untuk memasarka produk sehingga mampu eksis bersaing ditingkat global. Ketua Harian Dekranasda Kota Denpasar, Dewa Darendra didampingi Sekretaris Dekranasda, Dewa Agung bersama beberapa pengerajin yang ikut pameran, sebelumnya mengatakan pameran ke Batam merupakan yang pertama kalinya dengan mengajak empat pengerajin. Dipilihnya Batam sebagai tempat pameran karena Batam merupakan daerah segi tiga emas menjadi pasar potensial yang banyak dikunjungi wisatawan dari Singapura dan Malaysia. Kempat pengrajin yang ikut pameran yaitu Cempaka Tekstil dan Bordir milik Ni Wayan Ria Mariani; Malen Ngopi, pengerajin bunga spon milik I Gst Agung Adnyadi, Putri Ayu Spa milik Agus Wiadnyana dan Cempaka (pengerajin emas dan perak ) milik Ni Nyoman Sumertini. (image/015)
Donor Darah DENPASAR – Satu peleton Brimob dari Primkopol Sat Brimob Polda Bali dipimpin langsung Ketuanya, Ketut Dama, Jumat (9/7) melakukan kegiatan sosial berupa donor darah. Kegiatan yang dipusatkan di pelataran Pura Agung Jagat Natha digelar dalam rangka memperingati hari jadi koperasi ke-63. Disamping kegiatan donor darah, juga melakukan cek kesehatan terhadap mereka yang ikut serta menyumbangkan darahnya. Acara juga dimeriahkan dengan kegiatan Pasar Rakyat yang dengan menjajakan aneka kuliner, barangbarang industri, pakaian dan kerajinan serta berbagai jenis tanaman disamping hiburan musik dan kesenian tradisional. (image/015)
DENPASAR – Wakil Walikota Denpasar Denpasar IGN Jaya Negara menanam pohon di areal Dam Buagan. Sebanyak 100 pohon perindang, seperti pohon mahoni, pohon tanjung dan pohon glodog ditanam di areal dam tersebut. Penanaman pohon perindang dari berbagai jenis ini langsung dilakukan, Jumat (16/7). Hadir juga pada saat itu Asisten 1 Drs Nick nata Wibawa, Kepala Badan Lingkungan hidup Kota Denpasar Camat Denbar Made Mudra dan unsure terkait lainnya. Sebelum melakukan penanaman pohon Wakil walikota menyerahkan pohon kepada kepala Desa Pemecutan Kelod I Kompyang Gede. (image/015) Diskusi Penataan Ruang di Ubud GIANYAR – Direktorat Jendral Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum RI menggelar diskusi tentang penataan ruang di Ubud, Gianyar, Jumat (16/7). Terpilihnya Ubud, karena memiliki penataan ruang cukup baik. Di samping itu, juga didukung atas prestasi yang diraih Ubud sebagai kawasan wisata menarik minat wisatawan, penghargaan best city in Asia dan penghargaan tata nugraha dari PU. Isu yang dibawa dalam diskusi adalah masalah penyelenggaraan tata ruang wilayah, metropolitan dan peringatan hari penataan ruang nasional yang jatuh pada bulan Nopember nanti. Diskusi yang dibuka oleh Direktur Jendral Penataan Ruang, Kementrian PU Imam Ernawi, Mcm dan menghadirkan narasumber Dr. Ir. Rocchyat Deni, M.Eng, Bupati Gianyar, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Kepala PU Prov. Bali, Ir. I Dewa Putu Purniasa, M.T, praktisi, Ir. Popo Priatna Dane, Ketut Rana Wiarsa, Ir. Putu Purnawan Subun, Bappeda Prov. Bali dan jajaran ditjen Penataan Ruang Kementrian PU. (image/015) Dari Halaman I
Membuat Bakso dan Tukang Cukur DENPASAR – Serius dan penuh antusias. Begitulah peserta pelatihan pengolahan bakso dan tukang cukur di Denpasar, Senin (12/7). Kegiatan yang digelar oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja bekerjasama dengan Koperasi Krama Bali, Disnaker Provinsi Bali, BPPD Bali dan Disperindagkop dan UKM Kab. Badung. I Nyoman Gede Adi Suputra, selaku Ketua Panitia Penyelenggara mengatakan tujuan utama pelatihan ini untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat Badung, terutama tenaga kerja masyarakat pra Keluarga Sejahtera (Pra-KS). Pelatihan dilaksanakan selama enam hari ini diikuti oleh 17 orang, sebanyak 10 orang mengikuti pelatihan pengolahan bakso dan 7 orang ikut pelatihan tukang cukur. Sebagai instruktur berasal dari Koperasi Krama Bali, Dinas Koperasi dan Dinas terkait. (image/015)
Kota Denpasar Terima Petaka “Pradana Utama DENPASAR – Denpasar terpilih sebagai Kota Penggerak Koperasi dari Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. Atas keberhasilan itu Kota denpasar berhak mendapat penghargaan Petaka “Pradana Utama”. Penghargaan ini diserakan oleh Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi Dan UKM Untung Tri Basuki kepada Walikota Denpasar yang diwakili Wakil Walikota I G N Jaya Negara pada puncak peringatan HUT Koperasi ke 63, Sabtu (16/7) di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Denpasar. Hadir pula dalam kesempatan tersebut, Wakil Gubernur Bali A.A. Puspayoga, Para Bupati/Walikota Se- Bali, DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota, Para Muspida, Dekopin, Dekopinwil, Dekopinda dan seluruh Gerakan Koperasi Se- Bali. (image/ 015)
Ciptakan Pesona Objek Melalui Penerapan Sapta Pesona
Tanah Lot ............................................................................ kawasan Tanah Lot, lalu menutup wajah Tanah Lot yang kini sudah ditutupi oleh kios-kios. Kalau saja pada suatu saat para pedagang di kawasan ini berkembang semakin brutal, maka wisatawan pasti akan enggan ke Tanah Lot. Itulah titik awal kehancuran Tanah Lot sebagai ikon destinasi kawasan wisata Bali. Apa yang kini yang harus dilakukan oleh pengelola kawasan Tanah Lot? Mereka harus secara pro-aktif melakukan berbagai diskusi dengan stakeholders, agar pihak pengelola tidak telat melakukan antisipasi. Harapan satu-satunya yang kini masih tersisa bagi Bali adalah Tanah Lot sebagai ikon destinasi wisata Bali. Tampaknya, kebijakan Pemda Tabanan untuk melibatkan masyarakat dalam pengelolaan Tanah Lot adalah suatu sikap yang benar. Kini dituntut sikap masyarakat Tanah Lot dan sekitarnya untuk bertanggung jawab terhadap keberlanjutan Tanah Lot sebagai ikon destinasi wisata Bali. Jangan mentangmentang sudah diberikan kewenangan, lalu menjadi sewenang-wenang dan tidak bertanggung jawab. Khususnya bagi penyelamatan salah satu sudut alam Bali yang sangat magis dan sangat artistic, yang lazim disebut sebagai Tanah Lot.
Dalam mewujudkan pesona objek wisata perlu memanfaatkan Sapta Pesona. Tujuh unsur yang terdiri dari keamanan, kebersihan, ketertiban, kesejukan, keindahan, keramahan dan kenangan itulah yang menyebabkan produk pariwisata bisa bersaing. Demikian terungkap pada pembinaan dan penyuluhan kepariwisataan Dinas Pariwisata Badung di objek wisata Uluwatu, Kamis (15/7).
H
adir pada kegiatan itu Drs. I Dewa Made Sumitro mewakili Kepala Dinas Pariwisata Badung, Kasi Bimbingan Wisata Drs I Made Astawa, MM, serta IGA. Manik Silvia Dewi, SH. A.Par., M.Kn., dan Luh Yusni Wiarti, A.Par,. SE. dosen STP (Sekolah Tinggi Pariwisata) Nusa Dua Bali. dihadiri 20 orang anggota Kelompok Sadarwisata
(Pokdarwis) Uluwatu. Dalam pemaparannya, Sumitro menyatakan, untuk memberikan citra pada produk wisata harus mampu mewujudkan keamanan dan menciptakan kebersihan, utamanya, objek itu harus bebas dari sampah dan rumput liar. penataan letak tanaman bunga, pot dan dekorasi sangat penting agar terciptanya keindahan. Dan yang terpenting, harus mampu memberikan keramahtamahan yang disesuaikan dengan karakteristik budaya kita, yang bisa diwujudkan lewat senyum, sehingga tamu merasa tergugah simpatinya. “Termasuk juga bagaimana cara mengatur monyet agar tidak nakal dengan memberi makan yang teratur dan disesuaikan dengan jenis makanannya,” tegas Sumitro Berbusana yang baik, sopan sesuai dengan adat dan pariwisata Bali yang berlandaskan budaya, jika semua itu sudah bisa terwujud, maka akan dapat memberikan sebuah kenangan yang tidak terlupakan,” ujar Sumitro. Sementara Manik Silvia Dewi mengatakan,”Pokdarwis baik yang berprofesi sebagai pelayan, penjaga objek, pemanduwisata atau lainnya, Adalah ujung tombak pariwisata Bali, karena, mereka yang dilihat pertama dan
Tim Penyuluh kepariwisataan dinas pariwisata Badung
berhadapan langsung dengan para wisatawan. “Maka Pokdarwis harus sadar akan objek Uluwatu sebagai aset pariwisata unggul,” ucapnya. Pokdariwis yang menjalankan tugasnya dengan memakai simpul
Tingkatkan Kemampuan Berbahasa Inggris
* Dispar Badung Gelar Kursus Bahasa Inggris di Desa Carangsari ebanyak 40 peserta kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Desa Carangsari, Petang, Rabu (14/7) mengikuti kursus Bahasa Inggris. Drs Dewa Sumitro, Kabid Promosi dan Pemasaran Dinas Pariwisata Badung mengatakan, kegiatan yang diadakan Dinas Pariwisata Badung ini, selain untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, juga menyikapi perkembangan kepariwisataan yang sangat pesat, khususnya di Kabupaten Badung. Sumitro mengatakan, dipilihnya Carangsari sebagai pusat kursus karena desa tersebut dinilai sebagai daerah pariwisata. Memiliki alam agrowisata dan
S
rafting sehingga sangat diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan ketrampilan berbahasa Inggris. “Lewat kursus ini, kami berharap para pekerja pariwisata ini nantinya mampu memandu para wisatawan mancanegara dengan baik dan santun,” harap Sumitro. Dikatakan Sumitro, kursus bahasa Inggris yang kedua tahun 2010 ini, bagi Pokdarwis Desa Carangsari untuk menyiapkan sumber daya manusia agar bisa berkomonikasi dengan wisatawan, khususnya yang berkunjung ke Desa Carangsari. “Kursus Bahasa Inggris ini bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia yang mampu berkomunikasi
dengan wisatawan mancanegara dengan baik dan sopan,” katanya. Sementara itu, Perbekel Carangsari I Gusti Ngurah Artawan mengatakan, program ini harus kita dukung karena desa Carangsari mempunyai potensi daerah wisata rafting, traking, elephant traking yang sangat perlu di tunjang dengan SDM yang mampu berbahasa Inggris dengan baik. Selanjutnya bisa memberikan pelayanan yang baik dan sopan kepada wisatawan manca negara yang berkunjung. Kursus Bahasa Inggris ini berlangsung selama 24 kali pertemuan. (image/015)
adat Bali merupakan wakil masyarakat Bali dihadapan wisatawan. Disamping sikap ramah, murah senyum dan jujur menjadi modal dalam menggaet wisatawan untuk berkunjung kembali ke Uluwatu. “sejatinya semua itu sudah dimiliki oleh masyarakat Bali, namun perlu diingatkan kembali bahwa orang Bali memiliki karakter unggul sehingga semua itu perlu dilakukan. Karena senyuman itu menandakan kita bisa menerima mereka disini,” tambah Silvia. Manik Silvia juga menyingung seorang pelayan pariwisata dituntut profesional dengan memiliki beberapa syarat, yaitu knowledge (pengetahun), skill (keterampilan) dan attitude (prilaku). dan, belakangan ini terjadi pergeseran trend wisatawan yang datang ke Bali, yang mana dulu mereka datang dalam rombongan , dan belakangan ini mereka mulai datang sendiri-sendiri, akibat dari mudahnya mendapatkan informasi mengenai Bali lewat internet. “Karena itu, sebagai pelayan kita harus menyampaikan penjelasan yang benar dan baik, karena sedikit saja salah memberikan informasi,
mereka tidak akan percaya,” imbuhnya. Sedangkan menurut Yusni, ada lima hal yang mendorong keberhasilan pariwisata itu. yakni atraksi yang menarik, aksesibilitas yaitu kemudahan menuju objek dengan mode transportasi yang ada serta amenity atau fasilitas yang dapat memberi kenyamanan kepada wisatawan seperti akomodasi dan restoran. Untuk lebih memudahkan dalam pengelolaan produk wisata, dalam struktur kepengurusan, harus tetap melibatan masyarakat, community based tourism, dengan keterlibatan masyarakat, sekecil apapun informasi dari objek wisata yang ada di lingkungan masyarakat sebagai pelaku parwisata akan mampu menjelaskannya. “Kepedulian terhadap lingkungan juga perlu diperhatikan sebagai bagian dari pariwisata yang berwawasan lingkungan sehingga apa yang menjadi program pemerintah green province dan green tourism akan ada sumbangsihnya dari kita sekalipun dari hal yang sangat kecil seperti gotong royong” tambah Astawa. (image/015)
VI
Vol. V No. 6, 23 Juli - 5 Agustus 2010
Vol. V No. 6, 23 Juli - 5 Agustus 2010
Made Sujana
Alit Sastrawan
PTLAF 2010 Tampilkan Produk khas Tabanan
Bali Bebas Sampah Plastik 2013 ampai saat ini, masalah kemacetan dan sampah plastic masih menjadi kendala bagi destinasi pariwisata Bali. Semua kendala itu, mesti diselesaikan segera mungkin, sehingga Bali Clean & Green bisa cepat terwujud. “Pemerintah Provinsi Bali menargetkan pada tahun 2013, Bali akan bebas dari sampah plastik,” kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bali, AA Gede Alit Satrawan usai menggelar talk show di Denpasar baru-baru ini Sastrawan kemudian menegaskan, pemerintah tengah menggalakan kampanye Bali bebas sampah plastik. Bahkan, hal ini sudah menjadi komitmen bersama antara Pemprov, kabupaten/kota se-Bali, para stakeholder, dan seluruh masyarakat untuk mewujudkan Bali yang bersih, sehat, indah, hijau dan lestari. “Hal pertama yang menjadi fokus adalah membebaskan Bali dari sampah plastik tahun 2013,” tegasnya. Dalam hal ini, Pemprop akan menyiapkan regulasi berupa Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang sistem pengolahan sampah. Hal ini diperlukan, oleh karena sampah plastik baru bisa terurai dalam kurun waktu 500 sampai 1.000 tahun ke
S
depan. “Ranperda itu akan disahkan menjadi Perda dan mulai berlaku awal tahun 2011 mendatang,” ujar lelaki kalem ini. Dalam Perda tersebut, jelas Sastrawan, akan diatur tentang berbagai hal yang berhubungan d e n g a n penanggulangan sampah plastik. Misalnya, setiap kegiatan usaha yang © tir menghasilkan plastik akan diwajibkan untuk melakukan penanganan sendiri terhadap plastik yang dihasilkannya. Termasuk anggaran untuk penanganan sampah plastik beserta sanksi yang akan dikenakan. Di samping itu, Pemprov akan melakukan kampanye kepada masyarakat umum, pusat perbelanjaan, pasar tradisional dan warung untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Pemprov juga akan mencetak ribuan pengumuman, stiker dan spanduk, untuk sebar di berbagai fasilitas publik. Sosialisasi pemilahan sampah plastik dan organik juga akan digencarkan. “Bagi mereka yang mampu mengumpulkan sampah plastik dengan volume tertentu akan diberikan hadiah. Artinya, Pemprov akan membeli plastik yang dikumpulkan tersebut dengan harga yang pantas,” terangnya. (image/015)
d a n y a hubungan baik antara pihak pengelola objek wisata Tanah Lot dengan Pemerintah Kabupaten Tabanan, dapat memberi nilai positif. Baik dalam m e n g e l o l a manajemen objek atau dalam berpromosi. Kerjasama yang baik itulah membuat objek ini lestari hingga ramai dikunjungi. “Bupati Tabanan sekaligus Ketua Umum Badan Pengelola Objek Wisata Tanah Lot sangat menyadari bahwa Tanah Lot merupakan etalasenya Tabanan. Dengan arahan beliau, sebagian besar potensi Kabupaten Tabanan di ikutkan dalam acara TLAF 2010 ini,” papar Made Sujana Manager Badan Operasional Objek Wisata Tanah Lot, di Tabanan baru-baru ini. Dijelaskan Sujana, Tanah Lot merupakan tempat yang sangat ideal untuk melakukan promosi. Selain murah dalam biaya, Tanah Lot yang dalam sehari biasa dikunjungi sekitar 4000 wisatawan, tentu menjadi sangat efektif. “Ini merupakan kekuatan yang harus dimanfaatkan dengan maksimal,” tegas Sujana yang juga seorang dosen pariwisata di salah satu universitas di Denpasar ini kalem. Dengan bekerja sama dengan Surya Madala Cultural Park, lanjut Sujana,
A
Gede Sukarta
Program Kebudayaan dan Lingkungan PHRI Badung egiatan pariwisata y a n g perencanaan dan pengelolaannya kurang memperhatikan kelestarian lingkungan akan berdampak negative terhadap pariwisata itu sendiri. “Maka itu perlindungan secara aktif oleh industri pariwisata terhadap lingkungan dan budaya Bali perlu lebih di intensifkan,” kata Waka Kebudayaan dan Lingkungan PHRI (Perhimpinan Hotel dan restoran Indonesia) Badung, I Gede Sukarta, di Nusa Dua belum lama ini. Salah satu caranya dengan mengimplementasikan program kerja dan menjadikan PHRI Badung sebagai moral enforcement dan bersinergi dengan stake holder yang ada. “Untuk menjawab tantangan itu, sebagai pengurus PHRI Badung yang membidangi Budaya dan Lingkungan, merencanakan untuk merumuskan beberapa hal di bidang tersebut dengan menelorkan program kerja lima tahun ke depan. Pelestarian budaya khususnya budaya seni tari, seni tabuh dan sejenisnya akan bekerja sama dengan Tim Assesor THK (Tri Hita Karana) yang berasal dari ISI (Institut Seni Indonesia) dipercaya membina sanggar-sanggar seni yang ada di hotel-hotel. Memang diakui Sukarta, kebanyakan dari sanggar ini belum mengantongi sertifikasi Patram Budaya yang di keluarkan oleh Listibya Bali. Menurut Sukarta, Seni budaya Bali
K
ini bisa dipertahankan bila hotel-hotel mementaskan kesenian dari sanggar-sanggar yang telah memilki Patram Budaya. “Dengan begitu, PHRI bisa menjawab tantangan dari Bupati Badung akan p e n t i n g n y a pemperdayaan Seni Budaya lokal yang berkualitas,” ucapnya serius. © tir Pelestarian di bidang budaya makanan tradisional, lanjut Sukarta, PHRI Badung akan bekerja sama dengan Bali Travel News dan THK Award yang memiliki program rutin setiap tahun melakukan penilaian “Melapa-Melapi Awards” bagi juru masak sehat dan juga bekerja sama dengan Depkes-Gizi dan Higienis. Di samping itu akan bersinergi dengan Indonesian Chef Association (ICA). Dan untuk melestarikan budaya Bali, setiap hari besar keagamaan Hindu di Bali (Galungan) lingkungan industri pariwisata seperti hotel-hotel dan restorant akan memasang penjor, juga memakai pakaian adat Bali dalam melayani wisatawan. Sementara untuk bidang budaya disiplin dan kejujuran serta keramahtamahan, akan melakukan kerja sama dengan seluruh traning manager hotel hotel se Badung, HRD dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) untuk menggali kemerosotan yang diakibatkan oleh dampak Pariwisata (Ekonomi) dan pengaruh Budaya Asing. “Termasuk disiplin waktu dan nilai kejujuran dalam membayar pajak,” tambahnya. (image/015)
Tanah Lot tidak r a g u - r a g u menggandeng para pengerajin di Tabanan untuk berpameran. Dengan dikoordinir Dinas Koperasi, UKM dan Perindag K a b u p a t e n Tabanan, Tanah Lot juga akan menampilkan hasil karya industri kreatif yang ada di © tir Tabanan. Di samping itu pameran juga akan dimeriahkan oleh para pelukis-pelukis handal asli dari lumbung beras, seperti Kabul Putu Pager, Sukarma, Boping Suryadi dan pelukis lainnya. Pameran tahun ini, juga akan di isi oleh Dinas-dinas/instansi terkait lainnya di Tabanan seperti Dinas Peternakan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perikanan dan Kelautan, serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Objek-objek wisata andalan yang ada di Kabupaten Tabanan juga akan ikut berpartisipasi dengan memamerkan brosur ataupun buku-buku. Objek yang akan tampil diantaranya; Objek Wisata Ulundanu, Kebun Raya Bedugul, dan Alas Kedaton. “Kehadiran peserta pameran ini, sebuah peluang emas yang diberikan pihak Pengelola Tanah Lot untuk memasyarakatkan produknya,” pungkas Sujana. (image/015)
Orang Asing Belajar Tari Bali esenian Bali sangat dikagumi di luar negeri. Banyak orang asing belajar seni tari ataupun gamelan musik tradisional Bali. Tak puas dengan pelajaran di sana, merekapun datang ke sumber-sumber seni untuk bisa mendapatkan yang asli sesuai dengan masyarakat pendukungnya. Itulah salah satu alasan orang asing belajar tari dan tabuh di Bali. Baru-baru ini, sebanyak 25 seniman asing dari Amerika Serikat, Prancis, Norwegia, Jakarta, dan tuan rumah Bali, ikut ambil bagian dalam program studi intensif gamelan dan tari Bali di perkampungan seniman Ubud, Gianyar. Kegiatan bertaraf internasional tersebut berlangsung selama tiga minggu yang diisi dengan berbagai kegiatan seni. Peserta yang datang dari sejumlah negara itu memanfaatkan waktunya selama tiga minggu untuk berguru tari dan gamelan Bali dalam komunitas Maestro. Program studi intensif itu, melibatkan tim penari dan musisi piawai Cudamani, juga melibatkan maestro tari dan gamelan, seperti lain Ni Ketut Arini, I Nyoman Cerita dan I Made Arnawa. “Para peserta mengikuti jadwal latihan
K
padat, yakni delapan jam per hari, diskusi, dan demonstrasi oleh tim pengajar,” kata Ketua Sanggar Cudomani Pengosekan Ubud, Dewa Putu Berata. Di samping menimba ilmu seni tari, mereka juga diajak melakukan pengamatan langsung terhadap berbagai pementasan dan upacara keagamaan, sekaligus interaksi dengan komunitas seni Desa Pengosekan. “Semua itu menjadi bagian dari kurikulum. Formula unik yang dikelola dengan tujuan menghadirkan ‘Cudamani Summer Institute 2010’ sebagai sebuah pengalaman yang utuh dan otentik dalam upaya memahami keterikatan antara seni, spiritualitas, dan komunitas dalam budaya Bali,” papar Dewa Berata. Dewa Berate mengatakan, kegiatan tersebut dirancang tiga minggu setiap tahunnya, dengan harapan para peserta yang datang dari sejumlah negara itu kembali bertemu di Bali untuk lebih mendalami tabuh dan tari Bali pada 2011. “Terkadang kami juga datang ke negara mereka untuk mengadakan pementasan, seperti di Amerika Serikat, Jepang dan negaranegara di Uni Eropa,” ucapnya bangga. (image/015)
Eka Mahadewi
Kemana Peruntukan Kondotel? erdirinya kondotel yang ratarata beroperasai layaknya akomodasi pariwisata mulai marak belakangan ini. Apakah berdirinya kondotel ini sebagai jalan pengalihan untuk menyiasati dibatasinya pembangunan hotel? Yang jelas, menurut UU No.10 Tahun 2009 hanya menuangkan izin usaha, jasa dan akomodasi untuk hotel berbintang, non bintang dan pondok wisata. Ni Made Eka Mahadewi, dosen STP (Sekolah Tinggi Pariwisata) Nusa Dua mengatakan, ada kerancuan berdirinya akomodasi wisata di kawasan Badung. Saat ini mulai berkembang kondotel, apartemen, residence yang peruntukannya adalah rumah tinggal, namun mereka mengoperasikan layaknya hotel. “Kemana sebenarnya aturan yang dipakai?” ujar Mahadewi di Nusa Dua belum lama ini. Dikatakan, Mahadewi, jumlah kamar yang begitu banyak di Badung cukup membuat s u p e r krodit.
B
Karena itu, dalam waktu dekat ini tim dari STP Bali berencana akan melakukan penelitian jumlah kamar yang masuk dalam kondotel. “Hal ini untuk mendata berapa sebenarnya jumlah kamar yang ada. Jika sudah terdata, seberapa besar memberikan pemasukan secara signifikan bagi PHRI Badung,” jelas Wakil Sekjen PHRI Bali ini. Karena belum mengantongi izin usaha, mereka (pemilik kondotel) ini tidak bisa dikenakan pajak hotel dan restorant (PHR). Padahal mereka mengoperasikan dengan menyewakannya kepada wisatawan, baik harian atau bulanan. Kalau sudah begini, lantas siapa yang rugi? “Sampai saat ini saya belum bisa mendapatkan informasi tentang kondotel. Apalagi apartemen dan residen itu, “ kata Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Lembaga PHRI Badung yang membawahi hotel bintang 1-5, hotel melati, kondotel, apartemen dan residen itu gerah. Menurut Mahadewi, kerancuan pembangunan kondotel ini cukup mengkhawatirkan dunia pariwisata. Siapa yang berhak mengawasi secara tegas, mulai perencanaan pembangunan hingga berdiri dan beroperasi layaknya hotel. “Keberadaan kondotel ini mesti jelas dulu aturan perundangundangannya. Karena hingga kini kondotel adalah katagori perumahan yang izinya dikeluarkan dinas perumahan. Sedangkan di Bali, kondisinya beda, kondotel diperuntukan untuk disewakan layaknya operasional hotel,” © tir paparnya. (image/015)
Peserta studi intensif gamelan dan tari Bali
© dok
III
Bali Jangan Ada Sampah Plastik ali dengan pesona alam yang indah serta budayanya yang unik sangat terkenal di mancanegara. Bahkan, tak ada tempat di daerah lain seindah pulau dewata ini. Namun sayang, masyarakat Bali tidak mau merawatnya, sehingga lambat laun kecantikan pulau dewata yang disukai masyarakat dunia ini akan pudar. Kekhawatiran itulah yang muncul dari beberapa wisatawan yang beberapa kali berwisata di Bali. Kathrin Minkel, remaja asal Jerman yang sudah berulang kali datang ke Bali mengaku banyak melihat sampahsampah plastik berserakan, terutama di pantai. Denga jujur, Katrhin mengatakan, bahwa ia dan juga teman-temannya merasa terganggu dengan perilaku masyarakat Bali yang tidak mau merawat pantainya. “Bali memiliki hotel seperti surga, namun sayang lokasinya berbatasan dengan tempat pembuangan sampah (maksudnya pantai yang banyak sampahnya). Bagaimana itu bisa terjadi,” tanyanya penuh heran. Kathrin mengaku, merasa disihir oleh Bali, sehingga ia berkali-kali datang ke pulau mungil ini. Tetapi, setelah menyaksikan sampah plastik yang beterbangan, mantra sihir yang semula merasuk di tubunya kemudian terkikis. “Saya gak tahu, kenapa ini bisa terjadi,” katanya sambil mengambil sampah plastik yang tiba-tiba melintas dihadapannya. Melihat kondisi itu, remaja yang umurnya baru 22 tahun ini akan menulis artikel tentang Bali dan sampah plastiknya. Inspirasi itu muncul, karena kesayangannya terhadap pantai di Bali. “Andaikan sampahsampah yang berserakan
B
Sampah di pantai
tersebut tidak ada, tentunya akan menambah kesan menawannya pantai Bali. Ya,, walaupun tidak semua pantai di Bali seperti itu,” tambahnya. Hal senada juga dilontarkan, Nado seorang wisatawan asal Jerman yang sudah sepuluh kali datang ke Bali. Menurutnya, setiap ia hadir di pulau dewata ini terdapat banyak perubahan di Bali. Polusi dan sampah plastik yang merajalela di pantai dan jalanan kota sangat mengganggu kenyamanan berwisata. “Itu juga bisa berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan ke Bali,” ujarnya. Dibandingkan dengan pelestarian budaya, lanjutnya, masalah sampah plastik merupakan masalah yang tergolong kecil namun berdampak pada pariwisata Bali. Masalah keamanan misalnya. Teman dan koleganya yang ikut ke Bali, sempat mengalami musibah kecurian ataupun penodongan. “Saya
© nanda barker 91
tidak mengira, Bali yang dulunya aman, kini telah berubah,” ucapnya serius. Lewat media ini ia berharap, hal semacam ini harusnya segera ditanggulangi oleh pihak-pihak berwajib. Karena masalah yang sangat kecil, berdampak besar pada perkembangan pariwisata di Bali. Sebuah ironi yang menyakitkan memang, tapi tentu saja berbagai macam kritikan tajam dan pedas yang dilontarkan oleh wisatawan asing itu tidak bisa dianggap sebagai sebuah wacana saja. Namun, bagaimana kesigapan pemerintah, pelaku pariwisata dan masyarakat Bali yang harus bisa lebih peduli dan tanggap terhadap masalah ini. Sampah plastik tidak bisa dipandang sebelah mata begitu saja, tapi harus ada tindak lanjut secara positif untuk mempertahankan kelestarian Bali demi terciptanya Bali yang (image/esha/prat) indah.
Cinta Budaya Bali
Sanggar Tari Wyarihita asal Jepang Tampil di Bali Karena kecintaannya terhadap budaya Bali, 18 seniman asal negeri sakura, Jepang datang ke Bali. Kehadirannya di pulau dewata, selain dalam rangka pentas diajang Pesta Kesenian Bali juga untuk merasaka langsung bagaiman aura Bali yang sesungguhnya.
ombongan ini tampil di Wantilan Taman Budaya Denpasar, beberapa waktu lalu dengan menampilkan sebanyak 9 tari Bali. Yaitu Tari Panyembrama, Terunajaya, Putri Angangsuh, Oleg Tamulilingan, Puspa Warna, Bayanngente, Kupukupu Tarum, Tedung Sari, dan Mahosadhi. “Kami ingin menari diiringi langung gamelan Bali,” ucap Tomoko Nonaka, di Denpasar belum lama ini. Menurutnya, budaya Bali sudah terkenal di seluruh dunia sehingga membuat dirinya tertarik mengenal lebih dekat budaya Bali. Musiknya yang energik dan dinamis terkadang relax mampu membuatnya santai setelah bekerja. “Walau saya tidak bisa menari tarian Jepang, tetapi saya sangat
R
tertarik dengan tari Bali,” akunya polos. Pimpinan Sanggar Tari Wyarihita-Jepang, Deni Inaba mengatakan, penampilan sanggar ini sudah berpengalaman tampil di ajang tahunan ini. “Kami sangat bangga bisa menampilkan tari ini di kampung halamannya. Mungkin tidak sesempurna penari Bali, tetapi kami cinta budaya Bali,” katanya. Menurutnya, rombongan seniman Jepang yang dipimpinnya ini sangat bangga bisa tampil di ajang PKB. “Anggota sanggar kami berjumlah 50 orang. Dalam PKB tahun ini kami datang sudah yang kelima kalinya. Kami sangat cinta dengan budaya Bali, kendati kami tidak tinggal di Bali. Sebagian hati
kami ada di Bali,” papar Deni Inaba. Sejak 10 tahun, sambungnya, pementasan dalam ajang PKB menjadi agenda rutin bagi sanggar asal Jepang ini. Mereka tampil rutin setiap 2 tahun. “Bisa tampil di PKB merupakan kebanggaan kami, setelah lama menggeluti tari Bali di Jepang. Mereka yang terlibat, rela merogoh kocek sendiri untuk bisa tampil di PKB,” tambahnya serius. Bagi anggota Sanggar Tari Wyarihita ibarat sebagai obat untuk menghilangkan tekanan hidup. Karena mereka selalu disibukan dengan aktivitas keseharian. Mereka menemukan ketenangan dan kedamaian melalui tarian Bali. “Di Jepang kami menari hanya dengan instrumen gamelan kaset. Nah, saat ini kami senang bisa menari diiringi dengan instrumen gamelan secara langsung. Ini sebuah kebanggaan kami,” timpal Chinami Doi salah seorang penari.
© tir
Foto bersama penari Sanggar Wyarihita sebelum pentas di PKB
Kehadirian seniman Jepang di pulau dewata ini jauh sebelum jadwal pentas. Karena mereka akan melakukan latihan dengan sanggar pendukung karawitannya. Di Bali, mereka
memantapkan tariannya yang dibimbing oleh I Nyoman Cerita asal Singapadu yang dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. (image/015)
IV
Vol. V No. 6, 23 Juli - 5 Agustus 2010
Vol. V No. 6, 23 Juli - 5 Agustus 2010
Stand Gianyar
Sanur Village Festival 2010
Membangun Kreatifitas Masyarakat Sanur Di bulan Agustus ini Sanur Village Festival (SVF) 2010 akan digelar kembali. Event tahunan masyarakat Sanur yang dikelola oleh Yayasan Pembangunan Sanur ini akan berlangsung mulai 4 - 8 Agustus 2010. “Dengan semangat baru dari warisan budaya (The New Spirit of Heritage) menjadi pegangan dalam mewadahi dinamika masyarakatnya yang penuh dengan gerak kreatif, dan di sinilah Sanur Village Festival hadir,” kata Ida Bagus Sidharta Putra.
waktunya. Hal ini sangat mencirikan gerak kreatif masyarakatnya yang diawali dari terbitnya sang surya sampai tenggelamnya sang surya serta ditambah dengan kehidupan malam yang sangat menggembirakan. “Inilah event yang bisa dinikmati dari pagi hari sampai malam hari,” imbuh Gusde. Tampilkan Hiburan Di panggung utama, dari menjelang petang sampai malam akan digelar seni pertunjukkan tradisional dan kontemporer, seperti pagelaran gong kebyar, Wayang Cenkblonk yang selalu mengundang gelak tawa. Dalang I Made Sidia juga akan menambah pesona tampilan wayang kulit dengan dikemas secara modern. Pada hari pertama pembukaan Bulan Trisna Djelantik maestro legong dengan penari topeng lainnya akan membawakan tari topeng Sinta. Juga akan menampilkan musik seperti jazz, pop, pop Bali, reggae, musik tradisional serta kontemporer. Artis ternama seperti Balawan, Ayu Laksmi, Koko Harsoe, Jhoni Agung and Double T, Steven akan berkolaborasi dengan Sanur Reggae all star, group Nyanyian Dharma serta artis pendukung lainnya. (image/015)
Objek Wisata Uluwatu Kendala Monyet dan Guide Luar
Bius Pengunjung Expo 2010 abupaten Gianyar baru pertama kali berpartisipasi dalam Pameran Kabupaten Expo (Kabex) 2010 yang diselenggarakan APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia). Kabupaten ini menampilkan stand yang cukup megah bernuansa tradisional berupa ornamen Bale Pemandesani. Stand yang ditata begitu artistik ternyata mampu menyedot perhatian para pengunjung. Pameran yang dibuka Menteri Dalam Negeri RI, Gunawan Fauzi bertempat di Hall Assembly Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta yang berlangsung selama empat hari (8 – 11 Juli). Pameran dengan tema “Membangun Indonesia Kreatif” diikuti 98 Pemerintah Kabupaten/Kota seluruh Indonesia yang menempati 105 stand. Produk yang ditampilkan, kabupaten seni ini juga sangat diminati oleh pengunjung. Saat itu, Gianyar menampilkan produk unggulan seperti kipas lukis, perhiasan perak, tenun ikat, kerajinan kaca dan produk herbal (Spa). Produk-produk tersebut merupakan produk kreatif yang merupakan kekayaan intelektual
K
masyarakat Gianyar. Menariknya, beberapa produk tersebut telah mendapatkan hak cipta desain dari Departemen Hukum dan HAM, seperti Kipas Lukis dan Motif Kain Endek, sedangkan untuk produk herbal masih dalam proses pendaftaran. Bupati Gianyar, Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati didampingi Kadis Perindag Ir. Wayan Suamba, MT dan staf berkesempatan hadir di tengahtengah perajin yang sedang mengikuti pameran. Kehadiran pejabat Pemkab Gianyar itu guna meninjau sekaligus memberikan dorongan dan semangat kepada para perajin. Bupati Gianyar sempat memberikan arahan kepada perajin bahwa pameran ini hendaknya dijadikan ajang promosi sekaligus bahan evaluasi terhadap desain dan kualitas produk unggulan Kabupaten Gianyar. “Ke depan perajin harus lebih inovatif mengembangkan desain produk dengan memadukan konsep tradisional dan modern untuk mengantisipasi pasar global, dengan tetap mengedepan kearifan lokal dan ciri khas yang dimiliki masyarakat Kabupaten Gianyar,” ucapnya. (image/015)
Budidaya Jamur, Manfaatkan Lahan Sempit engembangkan budidaya jamur merupakan salah satu cara memanfaatkan lahan sempit, memiliki nilai ekonomi tinggi. “Hal ini dapat mewujudkan ekonomi kreatif yang di programkan pemerintah Kota Denpasar,” kata Kepala Desa Peguyangan Kaja, Wayan Sutama, ketika ditemui saat panen jamur di Deplot Bija Tani Asri, baru-baru ini. Menurut Sutama, pengembangan budidaya jamur yang diolah Karang Taruna Putra Negara, Banjar Ben Biu, Desa Peguyangan Kaja ini sebagai salah satu cara merangsang generasi muda untuk kembali menekuni dunia pertanian dengan memadukan teknologi. “Saat ini, di Desa Peguyangan Kaja terdapat 5 deplot yang tersebar di 5 banjar,” ucapnya. Sutama mengakui, dengan adanya demplot-demplot itu banyak sekaa teruna di wilayah desanya tertarik membudidayakan jamur. “Keterlibatan generasi muda ini diharapkan dalam mengembangkan organisasi kepemudaan seperti Karang Taruna, tidak perlu lagi menggali dana melalui basar, cukup hanya membudidayakan jamur,” paparnya. Sementara pengurus demplot Bija Tani Asri, Surya Permana mengatakan ide
M
Sanur Village Festival tahun lalu
usde sapaan akrabnya, yang selaku Ketua Umum Yayasan Pembangunan Sanur dan juga Ketua Sanur Village Festival mengatakan, tahun ini merupakan tahun ke lima, sejak tahun 2006 Sanur Village Festival pertama digelar. Tahun ini panitia mengusung tema “Saha Nuur” sebagai semangat baru dalam membangun kreatifitas di Desa Sanur,” ucapnya. Lebih lanjut ia menjelaskan, konsep Saha Nuhur memiliki talian kata yang sangat dalam bagi terbentuknya Desa Sanur. Saha Nuhur itu dapat dirumuskan sebagai permohonan bersama mengenai spirit atau sinar suci kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. “Sinar suci itu diharapkan menjadi spirit dalam menggerakkan dinamika kehidupan khususnya masyarakat Sanur,” ujarnya. Sekitar dua puluhan event akan digelar secara sinergis saling mendukung setiap harinya, seperti pameran bonsai dan adenium, Sanur Village Cycling dan Denpasar City Tour, Kompetisi memasak bagi chef (Bali Culinary Challenge), Kampung Seni,
G
© tir
Sanur Open Golf Tournament, Under Water Festival, Festival Jukung (Jukung Competition), Festival Layang-layang (Kite Festival), Kampung Yoga (Yoga Village), Turnamen Memancing (Fishing Tournament), Aksi Nyata terhadap Global Waring (Global warming Act), Kontes Fotografi (Photography Contest), Olah Raga Air (Marine Water Sport), Ragam Olah Raga (Spor Activity), Aneka Game (Games Activity), Basar Aneka Makanan (Food Bazaar), Malam Pertunjukkan dan Musik (Music and Art Performance), Rembug Budaya (Cultural Forum) dan ditutup dengan Parade Baleganjur Kolaborasi. Gusde menambahkan, acara ini secara keseluruhan akan digelar di daerah Pantai Segara Sanur dengan event utama di Cottage Area Hotel Inna Grand Bali Beach Sanur. Sedangkan festival layang-layang bertaraf internasional akan dihadiri lebih dari 15 negara, dengan antusias peserta lokal dan internasional maka khusus festival layanglayang akan digelar di Pantai Mertasari Sanur. Menurut Gusde, kegiatan Sanur Village Festival sangat mengakomodir dari penempatan waktu ke
pertama mengembangkan jamur karena adanya ketertarikan pada usaha pertanian dengan memadukan terknologi. “Dengan memanfaatkan lahan sempit dan bangunan berukuran 4 x 4 meter sudah mampu mengembang budidaya jamur dengan kapasitas bibit 700 bag log,” ucapnya. Dari bibit jamur 700 bag log dalam 10 hari mempu menjual jamur seharga Rp. 500 ribu. “Untuk panen jamur kita lakukan setiap hari. Sekali panen mampu mengumpulkan jamur 4-6 kg, dengan harga Rp 20 ribu per kg,” ujar Permana. Menurutnya, budidaya jamur ini sangat mudah, tidak
membutuhkan tanaga banyak seperti pertanian lainnya. Setiap bag log mampu menghasilkan jamur hingga tiga bulan ke depan. Terkait dengan pemasaran, Permana mengaku tidak masalah bahkan kekurangan untuk memenuhi permintaan pasar. Hanya saja, kendala yang dihadapi Permana yaitu penyedian bag log untuk bahan jamur masih berasal dari luar Denpasar. Sedangkan harga bag log per buah sebesar Rp 3000,- . “Saya berharap ada pelatihan pembuatan bag log sehingga tidak perlu lagi membeli dari daerah lain,” harap Permana.
Objek Wisata Uluwatu
Monyet nakal dan guide luar Bali yang mengantar tamunya masuk ke objek menjadi kendala bagi kelompok sadar wisata (Pokdarwis) objek Wisata Uluwutu dalam mengelola kawasannya. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Pokdarwis Objek Wisata Uluwatu I Wayan Leper kepada Image Bali Travel News di objek setempat, belum lama ini.
onyet-monyet yang ada dikawasan objek Uluwatu ini sudah semakin liar dan susah dikontrol. Banyak tamu barangnya diambil oleh monyet, seperti kaca mata, anting, topi, dan barang kecil lainnya. “Untuk mengantisifasi, pihak penjaga objek selalu menginformasikan kepada setiap pengunjung yang datang kesini, karena kami tidak ingin mereka komplain,” tegas Leper. Melihat kelakuan monyet itu, Leper sendiri mengaku sedikit heran, padahal, pihaknya sudah melakukan berbagai usaha dengan memberikan mereka makan tiga kali dalam sehari dengan berbagai jenis makanan dan juga membuatkan tiga sumur persediaan air. “Kondisi ini membuat kami menjadi kerja ekstra karena kami sadari keberadaan monyet ini penting sebagai bagian dari daya tarik objek Uluwatu,” tambahnya. Di samping sudah melakukan penanaman pohon yang dibantu dari pihak sponsor untuk penghijauan juga sebagai
M
© dok
penyediaan makan alami. Namun beberapa hari pohon itu dicabut oleh monyet nakal, sehingga pohon itu mati sebelum berkembang. “Padahal tahun 60an monyet di Uluwatu tidak nakal karena pohon-pohon yang ada di pingir-pingir pantai masih alami. Ketika di pinggir pantai itu telah ditanami beton, monyet-monyet berkumpul di pura ini. Dan sekarang dikawasan Uluwatu ini ada empat kelompok monyet dengan karakter yang berbedabeda,” jelas Leper Kendala lain yang belakangan muncul adanya guide luar yang mengatar tamunya langsung masuk ke kawasan objek. Alasannya, guide itu tidak paham dengan situasi yang ada di objek terutama dengan monyet. Disamping itu informasi yang diberikan atas keberadaan, sejarah dan etika memasuki objek pura diragukan. “Kami ingin pemerintah menertibkan guide-guide luar yang biasa membawa tamunya langsung ke objek-objek,” pintanya. Hal itu dibenarkan oleh I Wayan Salib, pemandu wisata di objek Uluwatu. Menurutnya guide-guide tersebut terkadang melepas tamunya begitu saja, padahal, banyak monyet yang mengintai mereka sekalipun kami berikan informasi, tidak akan maksimal, guide itu sendiri tumben ke Uluwatu. Mestinya biarkan kami yang memandu wisatawan mereka, karena kami yang mengerti cara mengusir monyet nakal itu,” pinta Salib. (image/015)
(image/015)
V
Simantri Beri Inspirasi Asita Ciptakan Paket Wisata Baru erjalan kaki di selasela pohon kopi arabika dan pohon jeruk yang tumbuh subur di tengah kebun penduduk Desa Catur dan Blantih, Kintamani, Bangli sungguh sebuah wisata yang sangat menyenangkan. Perjalanan kian menyenangkan manakala di kanan dan kiri jalan setapak yang kita lalui jeruk siam organik milik warga tengah menunjukkan kelebatan buahnya yang matang ranum siap petik serta kopi arabika di sebelah jeruk itu juga tak mau kalah ikut memamerkan merah merekah buahnya yang juga siap petik. Perjalanan seperti ini sungguh sangat menarik dan juga menyehatkan. Kesan impresif itu diungkapkan Putu Ardana, Ketua Rombongan Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia cabang Bali (Associations of The Indonesia Tours and Travel, Asita) dalam diskusi dengan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali Ir. Made Sudarta, MS, SKPD terkait Pemprov Bali, Asisten Pembangunan Sekda Bangli IB Wismaya beserta sejumlah pimpinan SKPD Bangli terkait, Perbekel Desa Catur, Perbekel Desa Blantih dan krama subak abian setempat. Diskusi yang dilaksanakan di aula Kantor Balai Penyuluhan Pertanian Pemkab Bangli di Desa Catur, pekan lalu dan disiarkan langsung RRI Denpasar dan RRI Singaraja ini memang secara khusus dilaksanakan dalam rangka pengenalan Desa Catur dan Blantih, Kintamani, Bangli sebagai desa percontohan penerapan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) Pemprov Bali yang diharapkan bisa dijadikan objek wisata baru Bali. Prinsip pengembangan objek wisata ini berpijak pada konsep pembangunan peduli lingkungan menuju Bali bersih dan hijau serta Bali maju, aman, damai dan sejahtera. Putu Ardana tidak sendirian menyampaikan kesan demikian. Dari 40 pengelola BPW yang ikut dalam pengenalan itu, sebagian besar mengaku merasakan kesan yang sama, sehingga tidak belebihan apabila mereka mengatakan mendapat inspirasi baru dari kegiatan ini, yakni memperoleh gambaran paket wisata apa yang akan dikemas untuk dijual kepada wisatawan. “Dengan ini kami antusias menciptakan paket baru. Apalagi wisatawan ingin melihat biji kopi secara langsung,” kata mereka setelah berkunjung ke areal Subak Abian Triguna Karya, proses pengolahan kopi arabika cara basah dan ke Gapoktan Giri Merta Sari. Dalam pengenalan proyek
B
percontohan ini Pemprov Bali melalui Dinas Perkebunan menggandeng seluruh pengelola BPW yang ada di Bali. Dari 365 BPW yang ada, baru 32 BPW yang mengirimkan utusannya. Sisanya diharapkan dapat melakukan kunjungan secara bergiliran setiap dua bulan sekali. “Selama ini paket yang kami jual adalah Nusa Dua atau Sanur atau Kuta kemudian Tampaksiring atau Penelokan. Di pulangnya adalah Kintamani – Bangli melalui Penglipuran dan Pura Kehen lanjut ke Kerthagosa. Dengan pengenalan ini sangat mungkin dipulangnya dari Kintamani akan kami jual paket Kintamani – Catur – Pelaga,” cetus Putu Ardana. Putu Ardana menilai aksesibilitas dari dan menuju Desa Catur dan Blantih cukup memadai karena kondisi jalannya cukup bagus. Namun beberapa infrastuktur pendukung agrowisata ini masih sangat perlu disiapkan seperti : (1) pembangunan jalur jalan setapak (tracking pad) yang permanen minimal selebar 1,2 meter; (2) oleh karena proyek ini untuk mewujudkan Bali Clean and Green dan merupakan tour kebun, maka tidak boleh ada sampah plastik; (3) perlu ada diskripsi mengenai objek secara mendetail sehingga guide tidak kehabisan bahan saat menjelaskan kepada tamu; (4)
perlunya sarana penunjang lain seperti toilet dan warung kopi, dan (5) sosialisasi kepada pengelola BPW harus dilakukan secara berkelanjutan setiap dua bulan sekali sehingga seluruh pengelola BPW mengetahui objek menarik ini. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali, Asisten Pembangunan Bangli dan Perbekel Desa catur serta Perbekel Desa Blantih menyambut gembira masukan yang disampaikan anggota Asita. Seluruh masukan akan dikoordinasikan lebih lanjut dengan pimpinan daerah yakni Gubernur Bali, Bupati Bangli dan masyarakat Desa Catur serta Desa Blantih. Prinsip dalam menanggapi masukan tersebut adalah pemerintah akan bekerjasama dengan masyarakat setempat dalam menyiapkan infrastruktur yang diperlukan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perbekel Desa Catur I Made Agus Antara bahkan menyatakan kesiapan pihaknya membangun track pad yang memadai apabila Asita benar-benar membawa wisatawan ke desanya. Kesiapan ini disampaikan karena masyarakat Desa Catur sangat antusias menerima kunjungan turis, apalagi lahan parkir sudah ada, yakni di halaman pasar desa setempat yang arealnya cukup luas. (image/r)
Seminar Kota Pusaka ra globalisasi merupakan era membangun identitas untuk menghadapi persaingan. Untuk itu, perlu membangkitkan kreatif ekonomi sebagai pilar membangun identitas budaya. Hal itu disampaikan Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra pada seminar penguatan kapasitas kota pusaka dalam pengelolaan pusaka alam dan budaya di Sanur, belum lama ini. Seminar sehari tersebut dihadiri juga oleh Walikota Surakarta dan 34 perwakilan dari Kabupaten Kota se-Indonesia serta para akademisi dan pengamat budaya. Walikota Denpasar sebagai salah seorang pembicara dalam seminar tersebut membawakan materi masyarakat kreatif sebagai tulang punggung pelestarian kota pusaka. Menurutnya, warisan budaya yang merupakan tradisi kearifan lokal perlu dipertahankan untuk menghadapi tantangan pembangunan di era global. “Untuk itu Kota Denpasar menempatkan budaya sebagai pondasi dasar pelaksanaan pembangunan yang
E
dilaksanakan berorientasi pada kesejahteraan, peradaban dan dinamika dalam konteks lokal, nasional dan global dengan mengedepankan segi-segi positif budaya Bali,” papar Wakil Kota Denpasar. Sementara Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, IB Sedhawa yang membacakan sambutan Gubernur Bali mengatakan pelestarian unsur kota pusaka harus masuk dalam sistem perencanaan yang tidak bertentangan dengan adat. Disamping itu pelestarian kota pusaka harus diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia. Sedangkan Dewan Pimpinan BPPI Hashim Djojohadikusumo mengatakan BPPI turut serta menjaga keberadaan budaya bangsa seperti gedung-gedung peninggalan sejarah dengan menggandeng pemerintah daerah. “Melalui seminar ini kita harapkan peninggalan bersejarah tetap dipertahankan dan dilestarikan, sehingga ke depannya dapat menunjang ekonomi masyarakat,” ujar Djojohadikusumo. (image/015)
PT. Bali Sinar Mentari Tours & Travel Jl. Wanbira Sakti-Pondok Indah Raya III/ 1 Gatot Subroto Barat Ph.62-361-414057,411074 Fax.62-361-414507 Email : bsmtours@dps.centrin.net.id bali_sunshine@indo.net.id Reservasi : Hotel, Restoran, Transport, Tiket, Tirta Yatra, dll.
Petani Jamur di Banjar Ben Biyu
© tir
C12-109
SA-126
© tir
IV
Vol. V No. 6, 23 Juli - 5 Agustus 2010
Vol. V No. 6, 23 Juli - 5 Agustus 2010
Stand Gianyar
Sanur Village Festival 2010
Membangun Kreatifitas Masyarakat Sanur Di bulan Agustus ini Sanur Village Festival (SVF) 2010 akan digelar kembali. Event tahunan masyarakat Sanur yang dikelola oleh Yayasan Pembangunan Sanur ini akan berlangsung mulai 4 - 8 Agustus 2010. “Dengan semangat baru dari warisan budaya (The New Spirit of Heritage) menjadi pegangan dalam mewadahi dinamika masyarakatnya yang penuh dengan gerak kreatif, dan di sinilah Sanur Village Festival hadir,” kata Ida Bagus Sidharta Putra.
waktunya. Hal ini sangat mencirikan gerak kreatif masyarakatnya yang diawali dari terbitnya sang surya sampai tenggelamnya sang surya serta ditambah dengan kehidupan malam yang sangat menggembirakan. “Inilah event yang bisa dinikmati dari pagi hari sampai malam hari,” imbuh Gusde. Tampilkan Hiburan Di panggung utama, dari menjelang petang sampai malam akan digelar seni pertunjukkan tradisional dan kontemporer, seperti pagelaran gong kebyar, Wayang Cenkblonk yang selalu mengundang gelak tawa. Dalang I Made Sidia juga akan menambah pesona tampilan wayang kulit dengan dikemas secara modern. Pada hari pertama pembukaan Bulan Trisna Djelantik maestro legong dengan penari topeng lainnya akan membawakan tari topeng Sinta. Juga akan menampilkan musik seperti jazz, pop, pop Bali, reggae, musik tradisional serta kontemporer. Artis ternama seperti Balawan, Ayu Laksmi, Koko Harsoe, Jhoni Agung and Double T, Steven akan berkolaborasi dengan Sanur Reggae all star, group Nyanyian Dharma serta artis pendukung lainnya. (image/015)
Objek Wisata Uluwatu Kendala Monyet dan Guide Luar
Bius Pengunjung Expo 2010 abupaten Gianyar baru pertama kali berpartisipasi dalam Pameran Kabupaten Expo (Kabex) 2010 yang diselenggarakan APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia). Kabupaten ini menampilkan stand yang cukup megah bernuansa tradisional berupa ornamen Bale Pemandesani. Stand yang ditata begitu artistik ternyata mampu menyedot perhatian para pengunjung. Pameran yang dibuka Menteri Dalam Negeri RI, Gunawan Fauzi bertempat di Hall Assembly Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta yang berlangsung selama empat hari (8 – 11 Juli). Pameran dengan tema “Membangun Indonesia Kreatif” diikuti 98 Pemerintah Kabupaten/Kota seluruh Indonesia yang menempati 105 stand. Produk yang ditampilkan, kabupaten seni ini juga sangat diminati oleh pengunjung. Saat itu, Gianyar menampilkan produk unggulan seperti kipas lukis, perhiasan perak, tenun ikat, kerajinan kaca dan produk herbal (Spa). Produk-produk tersebut merupakan produk kreatif yang merupakan kekayaan intelektual
K
masyarakat Gianyar. Menariknya, beberapa produk tersebut telah mendapatkan hak cipta desain dari Departemen Hukum dan HAM, seperti Kipas Lukis dan Motif Kain Endek, sedangkan untuk produk herbal masih dalam proses pendaftaran. Bupati Gianyar, Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati didampingi Kadis Perindag Ir. Wayan Suamba, MT dan staf berkesempatan hadir di tengahtengah perajin yang sedang mengikuti pameran. Kehadiran pejabat Pemkab Gianyar itu guna meninjau sekaligus memberikan dorongan dan semangat kepada para perajin. Bupati Gianyar sempat memberikan arahan kepada perajin bahwa pameran ini hendaknya dijadikan ajang promosi sekaligus bahan evaluasi terhadap desain dan kualitas produk unggulan Kabupaten Gianyar. “Ke depan perajin harus lebih inovatif mengembangkan desain produk dengan memadukan konsep tradisional dan modern untuk mengantisipasi pasar global, dengan tetap mengedepan kearifan lokal dan ciri khas yang dimiliki masyarakat Kabupaten Gianyar,” ucapnya. (image/015)
Budidaya Jamur, Manfaatkan Lahan Sempit engembangkan budidaya jamur merupakan salah satu cara memanfaatkan lahan sempit, memiliki nilai ekonomi tinggi. “Hal ini dapat mewujudkan ekonomi kreatif yang di programkan pemerintah Kota Denpasar,” kata Kepala Desa Peguyangan Kaja, Wayan Sutama, ketika ditemui saat panen jamur di Deplot Bija Tani Asri, baru-baru ini. Menurut Sutama, pengembangan budidaya jamur yang diolah Karang Taruna Putra Negara, Banjar Ben Biu, Desa Peguyangan Kaja ini sebagai salah satu cara merangsang generasi muda untuk kembali menekuni dunia pertanian dengan memadukan teknologi. “Saat ini, di Desa Peguyangan Kaja terdapat 5 deplot yang tersebar di 5 banjar,” ucapnya. Sutama mengakui, dengan adanya demplot-demplot itu banyak sekaa teruna di wilayah desanya tertarik membudidayakan jamur. “Keterlibatan generasi muda ini diharapkan dalam mengembangkan organisasi kepemudaan seperti Karang Taruna, tidak perlu lagi menggali dana melalui basar, cukup hanya membudidayakan jamur,” paparnya. Sementara pengurus demplot Bija Tani Asri, Surya Permana mengatakan ide
M
Sanur Village Festival tahun lalu
usde sapaan akrabnya, yang selaku Ketua Umum Yayasan Pembangunan Sanur dan juga Ketua Sanur Village Festival mengatakan, tahun ini merupakan tahun ke lima, sejak tahun 2006 Sanur Village Festival pertama digelar. Tahun ini panitia mengusung tema “Saha Nuur” sebagai semangat baru dalam membangun kreatifitas di Desa Sanur,” ucapnya. Lebih lanjut ia menjelaskan, konsep Saha Nuhur memiliki talian kata yang sangat dalam bagi terbentuknya Desa Sanur. Saha Nuhur itu dapat dirumuskan sebagai permohonan bersama mengenai spirit atau sinar suci kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. “Sinar suci itu diharapkan menjadi spirit dalam menggerakkan dinamika kehidupan khususnya masyarakat Sanur,” ujarnya. Sekitar dua puluhan event akan digelar secara sinergis saling mendukung setiap harinya, seperti pameran bonsai dan adenium, Sanur Village Cycling dan Denpasar City Tour, Kompetisi memasak bagi chef (Bali Culinary Challenge), Kampung Seni,
G
© tir
Sanur Open Golf Tournament, Under Water Festival, Festival Jukung (Jukung Competition), Festival Layang-layang (Kite Festival), Kampung Yoga (Yoga Village), Turnamen Memancing (Fishing Tournament), Aksi Nyata terhadap Global Waring (Global warming Act), Kontes Fotografi (Photography Contest), Olah Raga Air (Marine Water Sport), Ragam Olah Raga (Spor Activity), Aneka Game (Games Activity), Basar Aneka Makanan (Food Bazaar), Malam Pertunjukkan dan Musik (Music and Art Performance), Rembug Budaya (Cultural Forum) dan ditutup dengan Parade Baleganjur Kolaborasi. Gusde menambahkan, acara ini secara keseluruhan akan digelar di daerah Pantai Segara Sanur dengan event utama di Cottage Area Hotel Inna Grand Bali Beach Sanur. Sedangkan festival layang-layang bertaraf internasional akan dihadiri lebih dari 15 negara, dengan antusias peserta lokal dan internasional maka khusus festival layanglayang akan digelar di Pantai Mertasari Sanur. Menurut Gusde, kegiatan Sanur Village Festival sangat mengakomodir dari penempatan waktu ke
pertama mengembangkan jamur karena adanya ketertarikan pada usaha pertanian dengan memadukan terknologi. “Dengan memanfaatkan lahan sempit dan bangunan berukuran 4 x 4 meter sudah mampu mengembang budidaya jamur dengan kapasitas bibit 700 bag log,” ucapnya. Dari bibit jamur 700 bag log dalam 10 hari mempu menjual jamur seharga Rp. 500 ribu. “Untuk panen jamur kita lakukan setiap hari. Sekali panen mampu mengumpulkan jamur 4-6 kg, dengan harga Rp 20 ribu per kg,” ujar Permana. Menurutnya, budidaya jamur ini sangat mudah, tidak
membutuhkan tanaga banyak seperti pertanian lainnya. Setiap bag log mampu menghasilkan jamur hingga tiga bulan ke depan. Terkait dengan pemasaran, Permana mengaku tidak masalah bahkan kekurangan untuk memenuhi permintaan pasar. Hanya saja, kendala yang dihadapi Permana yaitu penyedian bag log untuk bahan jamur masih berasal dari luar Denpasar. Sedangkan harga bag log per buah sebesar Rp 3000,- . “Saya berharap ada pelatihan pembuatan bag log sehingga tidak perlu lagi membeli dari daerah lain,” harap Permana.
Objek Wisata Uluwatu
Monyet nakal dan guide luar Bali yang mengantar tamunya masuk ke objek menjadi kendala bagi kelompok sadar wisata (Pokdarwis) objek Wisata Uluwutu dalam mengelola kawasannya. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Pokdarwis Objek Wisata Uluwatu I Wayan Leper kepada Image Bali Travel News di objek setempat, belum lama ini.
onyet-monyet yang ada dikawasan objek Uluwatu ini sudah semakin liar dan susah dikontrol. Banyak tamu barangnya diambil oleh monyet, seperti kaca mata, anting, topi, dan barang kecil lainnya. “Untuk mengantisifasi, pihak penjaga objek selalu menginformasikan kepada setiap pengunjung yang datang kesini, karena kami tidak ingin mereka komplain,” tegas Leper. Melihat kelakuan monyet itu, Leper sendiri mengaku sedikit heran, padahal, pihaknya sudah melakukan berbagai usaha dengan memberikan mereka makan tiga kali dalam sehari dengan berbagai jenis makanan dan juga membuatkan tiga sumur persediaan air. “Kondisi ini membuat kami menjadi kerja ekstra karena kami sadari keberadaan monyet ini penting sebagai bagian dari daya tarik objek Uluwatu,” tambahnya. Di samping sudah melakukan penanaman pohon yang dibantu dari pihak sponsor untuk penghijauan juga sebagai
M
© dok
penyediaan makan alami. Namun beberapa hari pohon itu dicabut oleh monyet nakal, sehingga pohon itu mati sebelum berkembang. “Padahal tahun 60an monyet di Uluwatu tidak nakal karena pohon-pohon yang ada di pingir-pingir pantai masih alami. Ketika di pinggir pantai itu telah ditanami beton, monyet-monyet berkumpul di pura ini. Dan sekarang dikawasan Uluwatu ini ada empat kelompok monyet dengan karakter yang berbedabeda,” jelas Leper Kendala lain yang belakangan muncul adanya guide luar yang mengatar tamunya langsung masuk ke kawasan objek. Alasannya, guide itu tidak paham dengan situasi yang ada di objek terutama dengan monyet. Disamping itu informasi yang diberikan atas keberadaan, sejarah dan etika memasuki objek pura diragukan. “Kami ingin pemerintah menertibkan guide-guide luar yang biasa membawa tamunya langsung ke objek-objek,” pintanya. Hal itu dibenarkan oleh I Wayan Salib, pemandu wisata di objek Uluwatu. Menurutnya guide-guide tersebut terkadang melepas tamunya begitu saja, padahal, banyak monyet yang mengintai mereka sekalipun kami berikan informasi, tidak akan maksimal, guide itu sendiri tumben ke Uluwatu. Mestinya biarkan kami yang memandu wisatawan mereka, karena kami yang mengerti cara mengusir monyet nakal itu,” pinta Salib. (image/015)
(image/015)
V
Simantri Beri Inspirasi Asita Ciptakan Paket Wisata Baru erjalan kaki di selasela pohon kopi arabika dan pohon jeruk yang tumbuh subur di tengah kebun penduduk Desa Catur dan Blantih, Kintamani, Bangli sungguh sebuah wisata yang sangat menyenangkan. Perjalanan kian menyenangkan manakala di kanan dan kiri jalan setapak yang kita lalui jeruk siam organik milik warga tengah menunjukkan kelebatan buahnya yang matang ranum siap petik serta kopi arabika di sebelah jeruk itu juga tak mau kalah ikut memamerkan merah merekah buahnya yang juga siap petik. Perjalanan seperti ini sungguh sangat menarik dan juga menyehatkan. Kesan impresif itu diungkapkan Putu Ardana, Ketua Rombongan Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia cabang Bali (Associations of The Indonesia Tours and Travel, Asita) dalam diskusi dengan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali Ir. Made Sudarta, MS, SKPD terkait Pemprov Bali, Asisten Pembangunan Sekda Bangli IB Wismaya beserta sejumlah pimpinan SKPD Bangli terkait, Perbekel Desa Catur, Perbekel Desa Blantih dan krama subak abian setempat. Diskusi yang dilaksanakan di aula Kantor Balai Penyuluhan Pertanian Pemkab Bangli di Desa Catur, pekan lalu dan disiarkan langsung RRI Denpasar dan RRI Singaraja ini memang secara khusus dilaksanakan dalam rangka pengenalan Desa Catur dan Blantih, Kintamani, Bangli sebagai desa percontohan penerapan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) Pemprov Bali yang diharapkan bisa dijadikan objek wisata baru Bali. Prinsip pengembangan objek wisata ini berpijak pada konsep pembangunan peduli lingkungan menuju Bali bersih dan hijau serta Bali maju, aman, damai dan sejahtera. Putu Ardana tidak sendirian menyampaikan kesan demikian. Dari 40 pengelola BPW yang ikut dalam pengenalan itu, sebagian besar mengaku merasakan kesan yang sama, sehingga tidak belebihan apabila mereka mengatakan mendapat inspirasi baru dari kegiatan ini, yakni memperoleh gambaran paket wisata apa yang akan dikemas untuk dijual kepada wisatawan. “Dengan ini kami antusias menciptakan paket baru. Apalagi wisatawan ingin melihat biji kopi secara langsung,” kata mereka setelah berkunjung ke areal Subak Abian Triguna Karya, proses pengolahan kopi arabika cara basah dan ke Gapoktan Giri Merta Sari. Dalam pengenalan proyek
B
percontohan ini Pemprov Bali melalui Dinas Perkebunan menggandeng seluruh pengelola BPW yang ada di Bali. Dari 365 BPW yang ada, baru 32 BPW yang mengirimkan utusannya. Sisanya diharapkan dapat melakukan kunjungan secara bergiliran setiap dua bulan sekali. “Selama ini paket yang kami jual adalah Nusa Dua atau Sanur atau Kuta kemudian Tampaksiring atau Penelokan. Di pulangnya adalah Kintamani – Bangli melalui Penglipuran dan Pura Kehen lanjut ke Kerthagosa. Dengan pengenalan ini sangat mungkin dipulangnya dari Kintamani akan kami jual paket Kintamani – Catur – Pelaga,” cetus Putu Ardana. Putu Ardana menilai aksesibilitas dari dan menuju Desa Catur dan Blantih cukup memadai karena kondisi jalannya cukup bagus. Namun beberapa infrastuktur pendukung agrowisata ini masih sangat perlu disiapkan seperti : (1) pembangunan jalur jalan setapak (tracking pad) yang permanen minimal selebar 1,2 meter; (2) oleh karena proyek ini untuk mewujudkan Bali Clean and Green dan merupakan tour kebun, maka tidak boleh ada sampah plastik; (3) perlu ada diskripsi mengenai objek secara mendetail sehingga guide tidak kehabisan bahan saat menjelaskan kepada tamu; (4)
perlunya sarana penunjang lain seperti toilet dan warung kopi, dan (5) sosialisasi kepada pengelola BPW harus dilakukan secara berkelanjutan setiap dua bulan sekali sehingga seluruh pengelola BPW mengetahui objek menarik ini. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali, Asisten Pembangunan Bangli dan Perbekel Desa catur serta Perbekel Desa Blantih menyambut gembira masukan yang disampaikan anggota Asita. Seluruh masukan akan dikoordinasikan lebih lanjut dengan pimpinan daerah yakni Gubernur Bali, Bupati Bangli dan masyarakat Desa Catur serta Desa Blantih. Prinsip dalam menanggapi masukan tersebut adalah pemerintah akan bekerjasama dengan masyarakat setempat dalam menyiapkan infrastruktur yang diperlukan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perbekel Desa Catur I Made Agus Antara bahkan menyatakan kesiapan pihaknya membangun track pad yang memadai apabila Asita benar-benar membawa wisatawan ke desanya. Kesiapan ini disampaikan karena masyarakat Desa Catur sangat antusias menerima kunjungan turis, apalagi lahan parkir sudah ada, yakni di halaman pasar desa setempat yang arealnya cukup luas. (image/r)
Seminar Kota Pusaka ra globalisasi merupakan era membangun identitas untuk menghadapi persaingan. Untuk itu, perlu membangkitkan kreatif ekonomi sebagai pilar membangun identitas budaya. Hal itu disampaikan Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra pada seminar penguatan kapasitas kota pusaka dalam pengelolaan pusaka alam dan budaya di Sanur, belum lama ini. Seminar sehari tersebut dihadiri juga oleh Walikota Surakarta dan 34 perwakilan dari Kabupaten Kota se-Indonesia serta para akademisi dan pengamat budaya. Walikota Denpasar sebagai salah seorang pembicara dalam seminar tersebut membawakan materi masyarakat kreatif sebagai tulang punggung pelestarian kota pusaka. Menurutnya, warisan budaya yang merupakan tradisi kearifan lokal perlu dipertahankan untuk menghadapi tantangan pembangunan di era global. “Untuk itu Kota Denpasar menempatkan budaya sebagai pondasi dasar pelaksanaan pembangunan yang
E
dilaksanakan berorientasi pada kesejahteraan, peradaban dan dinamika dalam konteks lokal, nasional dan global dengan mengedepankan segi-segi positif budaya Bali,” papar Wakil Kota Denpasar. Sementara Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, IB Sedhawa yang membacakan sambutan Gubernur Bali mengatakan pelestarian unsur kota pusaka harus masuk dalam sistem perencanaan yang tidak bertentangan dengan adat. Disamping itu pelestarian kota pusaka harus diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia. Sedangkan Dewan Pimpinan BPPI Hashim Djojohadikusumo mengatakan BPPI turut serta menjaga keberadaan budaya bangsa seperti gedung-gedung peninggalan sejarah dengan menggandeng pemerintah daerah. “Melalui seminar ini kita harapkan peninggalan bersejarah tetap dipertahankan dan dilestarikan, sehingga ke depannya dapat menunjang ekonomi masyarakat,” ujar Djojohadikusumo. (image/015)
PT. Bali Sinar Mentari Tours & Travel Jl. Wanbira Sakti-Pondok Indah Raya III/ 1 Gatot Subroto Barat Ph.62-361-414057,411074 Fax.62-361-414507 Email : bsmtours@dps.centrin.net.id bali_sunshine@indo.net.id Reservasi : Hotel, Restoran, Transport, Tiket, Tirta Yatra, dll.
Petani Jamur di Banjar Ben Biyu
© tir
C12-109
SA-126
© tir
VI
Vol. V No. 6, 23 Juli - 5 Agustus 2010
Vol. V No. 6, 23 Juli - 5 Agustus 2010
Made Sujana
Alit Sastrawan
PTLAF 2010 Tampilkan Produk khas Tabanan
Bali Bebas Sampah Plastik 2013 ampai saat ini, masalah kemacetan dan sampah plastic masih menjadi kendala bagi destinasi pariwisata Bali. Semua kendala itu, mesti diselesaikan segera mungkin, sehingga Bali Clean & Green bisa cepat terwujud. “Pemerintah Provinsi Bali menargetkan pada tahun 2013, Bali akan bebas dari sampah plastik,” kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bali, AA Gede Alit Satrawan usai menggelar talk show di Denpasar baru-baru ini Sastrawan kemudian menegaskan, pemerintah tengah menggalakan kampanye Bali bebas sampah plastik. Bahkan, hal ini sudah menjadi komitmen bersama antara Pemprov, kabupaten/kota se-Bali, para stakeholder, dan seluruh masyarakat untuk mewujudkan Bali yang bersih, sehat, indah, hijau dan lestari. “Hal pertama yang menjadi fokus adalah membebaskan Bali dari sampah plastik tahun 2013,” tegasnya. Dalam hal ini, Pemprop akan menyiapkan regulasi berupa Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang sistem pengolahan sampah. Hal ini diperlukan, oleh karena sampah plastik baru bisa terurai dalam kurun waktu 500 sampai 1.000 tahun ke
S
depan. “Ranperda itu akan disahkan menjadi Perda dan mulai berlaku awal tahun 2011 mendatang,” ujar lelaki kalem ini. Dalam Perda tersebut, jelas Sastrawan, akan diatur tentang berbagai hal yang berhubungan d e n g a n penanggulangan sampah plastik. Misalnya, setiap kegiatan usaha yang © tir menghasilkan plastik akan diwajibkan untuk melakukan penanganan sendiri terhadap plastik yang dihasilkannya. Termasuk anggaran untuk penanganan sampah plastik beserta sanksi yang akan dikenakan. Di samping itu, Pemprov akan melakukan kampanye kepada masyarakat umum, pusat perbelanjaan, pasar tradisional dan warung untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Pemprov juga akan mencetak ribuan pengumuman, stiker dan spanduk, untuk sebar di berbagai fasilitas publik. Sosialisasi pemilahan sampah plastik dan organik juga akan digencarkan. “Bagi mereka yang mampu mengumpulkan sampah plastik dengan volume tertentu akan diberikan hadiah. Artinya, Pemprov akan membeli plastik yang dikumpulkan tersebut dengan harga yang pantas,” terangnya. (image/015)
d a n y a hubungan baik antara pihak pengelola objek wisata Tanah Lot dengan Pemerintah Kabupaten Tabanan, dapat memberi nilai positif. Baik dalam m e n g e l o l a manajemen objek atau dalam berpromosi. Kerjasama yang baik itulah membuat objek ini lestari hingga ramai dikunjungi. “Bupati Tabanan sekaligus Ketua Umum Badan Pengelola Objek Wisata Tanah Lot sangat menyadari bahwa Tanah Lot merupakan etalasenya Tabanan. Dengan arahan beliau, sebagian besar potensi Kabupaten Tabanan di ikutkan dalam acara TLAF 2010 ini,” papar Made Sujana Manager Badan Operasional Objek Wisata Tanah Lot, di Tabanan baru-baru ini. Dijelaskan Sujana, Tanah Lot merupakan tempat yang sangat ideal untuk melakukan promosi. Selain murah dalam biaya, Tanah Lot yang dalam sehari biasa dikunjungi sekitar 4000 wisatawan, tentu menjadi sangat efektif. “Ini merupakan kekuatan yang harus dimanfaatkan dengan maksimal,” tegas Sujana yang juga seorang dosen pariwisata di salah satu universitas di Denpasar ini kalem. Dengan bekerja sama dengan Surya Madala Cultural Park, lanjut Sujana,
A
Gede Sukarta
Program Kebudayaan dan Lingkungan PHRI Badung egiatan pariwisata y a n g perencanaan dan pengelolaannya kurang memperhatikan kelestarian lingkungan akan berdampak negative terhadap pariwisata itu sendiri. “Maka itu perlindungan secara aktif oleh industri pariwisata terhadap lingkungan dan budaya Bali perlu lebih di intensifkan,” kata Waka Kebudayaan dan Lingkungan PHRI (Perhimpinan Hotel dan restoran Indonesia) Badung, I Gede Sukarta, di Nusa Dua belum lama ini. Salah satu caranya dengan mengimplementasikan program kerja dan menjadikan PHRI Badung sebagai moral enforcement dan bersinergi dengan stake holder yang ada. “Untuk menjawab tantangan itu, sebagai pengurus PHRI Badung yang membidangi Budaya dan Lingkungan, merencanakan untuk merumuskan beberapa hal di bidang tersebut dengan menelorkan program kerja lima tahun ke depan. Pelestarian budaya khususnya budaya seni tari, seni tabuh dan sejenisnya akan bekerja sama dengan Tim Assesor THK (Tri Hita Karana) yang berasal dari ISI (Institut Seni Indonesia) dipercaya membina sanggar-sanggar seni yang ada di hotel-hotel. Memang diakui Sukarta, kebanyakan dari sanggar ini belum mengantongi sertifikasi Patram Budaya yang di keluarkan oleh Listibya Bali. Menurut Sukarta, Seni budaya Bali
K
ini bisa dipertahankan bila hotel-hotel mementaskan kesenian dari sanggar-sanggar yang telah memilki Patram Budaya. “Dengan begitu, PHRI bisa menjawab tantangan dari Bupati Badung akan p e n t i n g n y a pemperdayaan Seni Budaya lokal yang berkualitas,” ucapnya serius. © tir Pelestarian di bidang budaya makanan tradisional, lanjut Sukarta, PHRI Badung akan bekerja sama dengan Bali Travel News dan THK Award yang memiliki program rutin setiap tahun melakukan penilaian “Melapa-Melapi Awards” bagi juru masak sehat dan juga bekerja sama dengan Depkes-Gizi dan Higienis. Di samping itu akan bersinergi dengan Indonesian Chef Association (ICA). Dan untuk melestarikan budaya Bali, setiap hari besar keagamaan Hindu di Bali (Galungan) lingkungan industri pariwisata seperti hotel-hotel dan restorant akan memasang penjor, juga memakai pakaian adat Bali dalam melayani wisatawan. Sementara untuk bidang budaya disiplin dan kejujuran serta keramahtamahan, akan melakukan kerja sama dengan seluruh traning manager hotel hotel se Badung, HRD dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) untuk menggali kemerosotan yang diakibatkan oleh dampak Pariwisata (Ekonomi) dan pengaruh Budaya Asing. “Termasuk disiplin waktu dan nilai kejujuran dalam membayar pajak,” tambahnya. (image/015)
Tanah Lot tidak r a g u - r a g u menggandeng para pengerajin di Tabanan untuk berpameran. Dengan dikoordinir Dinas Koperasi, UKM dan Perindag K a b u p a t e n Tabanan, Tanah Lot juga akan menampilkan hasil karya industri kreatif yang ada di © tir Tabanan. Di samping itu pameran juga akan dimeriahkan oleh para pelukis-pelukis handal asli dari lumbung beras, seperti Kabul Putu Pager, Sukarma, Boping Suryadi dan pelukis lainnya. Pameran tahun ini, juga akan di isi oleh Dinas-dinas/instansi terkait lainnya di Tabanan seperti Dinas Peternakan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perikanan dan Kelautan, serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Objek-objek wisata andalan yang ada di Kabupaten Tabanan juga akan ikut berpartisipasi dengan memamerkan brosur ataupun buku-buku. Objek yang akan tampil diantaranya; Objek Wisata Ulundanu, Kebun Raya Bedugul, dan Alas Kedaton. “Kehadiran peserta pameran ini, sebuah peluang emas yang diberikan pihak Pengelola Tanah Lot untuk memasyarakatkan produknya,” pungkas Sujana. (image/015)
Orang Asing Belajar Tari Bali esenian Bali sangat dikagumi di luar negeri. Banyak orang asing belajar seni tari ataupun gamelan musik tradisional Bali. Tak puas dengan pelajaran di sana, merekapun datang ke sumber-sumber seni untuk bisa mendapatkan yang asli sesuai dengan masyarakat pendukungnya. Itulah salah satu alasan orang asing belajar tari dan tabuh di Bali. Baru-baru ini, sebanyak 25 seniman asing dari Amerika Serikat, Prancis, Norwegia, Jakarta, dan tuan rumah Bali, ikut ambil bagian dalam program studi intensif gamelan dan tari Bali di perkampungan seniman Ubud, Gianyar. Kegiatan bertaraf internasional tersebut berlangsung selama tiga minggu yang diisi dengan berbagai kegiatan seni. Peserta yang datang dari sejumlah negara itu memanfaatkan waktunya selama tiga minggu untuk berguru tari dan gamelan Bali dalam komunitas Maestro. Program studi intensif itu, melibatkan tim penari dan musisi piawai Cudamani, juga melibatkan maestro tari dan gamelan, seperti lain Ni Ketut Arini, I Nyoman Cerita dan I Made Arnawa. “Para peserta mengikuti jadwal latihan
K
padat, yakni delapan jam per hari, diskusi, dan demonstrasi oleh tim pengajar,” kata Ketua Sanggar Cudomani Pengosekan Ubud, Dewa Putu Berata. Di samping menimba ilmu seni tari, mereka juga diajak melakukan pengamatan langsung terhadap berbagai pementasan dan upacara keagamaan, sekaligus interaksi dengan komunitas seni Desa Pengosekan. “Semua itu menjadi bagian dari kurikulum. Formula unik yang dikelola dengan tujuan menghadirkan ‘Cudamani Summer Institute 2010’ sebagai sebuah pengalaman yang utuh dan otentik dalam upaya memahami keterikatan antara seni, spiritualitas, dan komunitas dalam budaya Bali,” papar Dewa Berata. Dewa Berate mengatakan, kegiatan tersebut dirancang tiga minggu setiap tahunnya, dengan harapan para peserta yang datang dari sejumlah negara itu kembali bertemu di Bali untuk lebih mendalami tabuh dan tari Bali pada 2011. “Terkadang kami juga datang ke negara mereka untuk mengadakan pementasan, seperti di Amerika Serikat, Jepang dan negaranegara di Uni Eropa,” ucapnya bangga. (image/015)
Eka Mahadewi
Kemana Peruntukan Kondotel? erdirinya kondotel yang ratarata beroperasai layaknya akomodasi pariwisata mulai marak belakangan ini. Apakah berdirinya kondotel ini sebagai jalan pengalihan untuk menyiasati dibatasinya pembangunan hotel? Yang jelas, menurut UU No.10 Tahun 2009 hanya menuangkan izin usaha, jasa dan akomodasi untuk hotel berbintang, non bintang dan pondok wisata. Ni Made Eka Mahadewi, dosen STP (Sekolah Tinggi Pariwisata) Nusa Dua mengatakan, ada kerancuan berdirinya akomodasi wisata di kawasan Badung. Saat ini mulai berkembang kondotel, apartemen, residence yang peruntukannya adalah rumah tinggal, namun mereka mengoperasikan layaknya hotel. “Kemana sebenarnya aturan yang dipakai?” ujar Mahadewi di Nusa Dua belum lama ini. Dikatakan, Mahadewi, jumlah kamar yang begitu banyak di Badung cukup membuat s u p e r krodit.
B
Karena itu, dalam waktu dekat ini tim dari STP Bali berencana akan melakukan penelitian jumlah kamar yang masuk dalam kondotel. “Hal ini untuk mendata berapa sebenarnya jumlah kamar yang ada. Jika sudah terdata, seberapa besar memberikan pemasukan secara signifikan bagi PHRI Badung,” jelas Wakil Sekjen PHRI Bali ini. Karena belum mengantongi izin usaha, mereka (pemilik kondotel) ini tidak bisa dikenakan pajak hotel dan restorant (PHR). Padahal mereka mengoperasikan dengan menyewakannya kepada wisatawan, baik harian atau bulanan. Kalau sudah begini, lantas siapa yang rugi? “Sampai saat ini saya belum bisa mendapatkan informasi tentang kondotel. Apalagi apartemen dan residen itu, “ kata Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Lembaga PHRI Badung yang membawahi hotel bintang 1-5, hotel melati, kondotel, apartemen dan residen itu gerah. Menurut Mahadewi, kerancuan pembangunan kondotel ini cukup mengkhawatirkan dunia pariwisata. Siapa yang berhak mengawasi secara tegas, mulai perencanaan pembangunan hingga berdiri dan beroperasi layaknya hotel. “Keberadaan kondotel ini mesti jelas dulu aturan perundangundangannya. Karena hingga kini kondotel adalah katagori perumahan yang izinya dikeluarkan dinas perumahan. Sedangkan di Bali, kondisinya beda, kondotel diperuntukan untuk disewakan layaknya operasional hotel,” © tir paparnya. (image/015)
Peserta studi intensif gamelan dan tari Bali
© dok
III
Bali Jangan Ada Sampah Plastik ali dengan pesona alam yang indah serta budayanya yang unik sangat terkenal di mancanegara. Bahkan, tak ada tempat di daerah lain seindah pulau dewata ini. Namun sayang, masyarakat Bali tidak mau merawatnya, sehingga lambat laun kecantikan pulau dewata yang disukai masyarakat dunia ini akan pudar. Kekhawatiran itulah yang muncul dari beberapa wisatawan yang beberapa kali berwisata di Bali. Kathrin Minkel, remaja asal Jerman yang sudah berulang kali datang ke Bali mengaku banyak melihat sampahsampah plastik berserakan, terutama di pantai. Denga jujur, Katrhin mengatakan, bahwa ia dan juga teman-temannya merasa terganggu dengan perilaku masyarakat Bali yang tidak mau merawat pantainya. “Bali memiliki hotel seperti surga, namun sayang lokasinya berbatasan dengan tempat pembuangan sampah (maksudnya pantai yang banyak sampahnya). Bagaimana itu bisa terjadi,” tanyanya penuh heran. Kathrin mengaku, merasa disihir oleh Bali, sehingga ia berkali-kali datang ke pulau mungil ini. Tetapi, setelah menyaksikan sampah plastik yang beterbangan, mantra sihir yang semula merasuk di tubunya kemudian terkikis. “Saya gak tahu, kenapa ini bisa terjadi,” katanya sambil mengambil sampah plastik yang tiba-tiba melintas dihadapannya. Melihat kondisi itu, remaja yang umurnya baru 22 tahun ini akan menulis artikel tentang Bali dan sampah plastiknya. Inspirasi itu muncul, karena kesayangannya terhadap pantai di Bali. “Andaikan sampahsampah yang berserakan
B
Sampah di pantai
tersebut tidak ada, tentunya akan menambah kesan menawannya pantai Bali. Ya,, walaupun tidak semua pantai di Bali seperti itu,” tambahnya. Hal senada juga dilontarkan, Nado seorang wisatawan asal Jerman yang sudah sepuluh kali datang ke Bali. Menurutnya, setiap ia hadir di pulau dewata ini terdapat banyak perubahan di Bali. Polusi dan sampah plastik yang merajalela di pantai dan jalanan kota sangat mengganggu kenyamanan berwisata. “Itu juga bisa berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan ke Bali,” ujarnya. Dibandingkan dengan pelestarian budaya, lanjutnya, masalah sampah plastik merupakan masalah yang tergolong kecil namun berdampak pada pariwisata Bali. Masalah keamanan misalnya. Teman dan koleganya yang ikut ke Bali, sempat mengalami musibah kecurian ataupun penodongan. “Saya
© nanda barker 91
tidak mengira, Bali yang dulunya aman, kini telah berubah,” ucapnya serius. Lewat media ini ia berharap, hal semacam ini harusnya segera ditanggulangi oleh pihak-pihak berwajib. Karena masalah yang sangat kecil, berdampak besar pada perkembangan pariwisata di Bali. Sebuah ironi yang menyakitkan memang, tapi tentu saja berbagai macam kritikan tajam dan pedas yang dilontarkan oleh wisatawan asing itu tidak bisa dianggap sebagai sebuah wacana saja. Namun, bagaimana kesigapan pemerintah, pelaku pariwisata dan masyarakat Bali yang harus bisa lebih peduli dan tanggap terhadap masalah ini. Sampah plastik tidak bisa dipandang sebelah mata begitu saja, tapi harus ada tindak lanjut secara positif untuk mempertahankan kelestarian Bali demi terciptanya Bali yang (image/esha/prat) indah.
Cinta Budaya Bali
Sanggar Tari Wyarihita asal Jepang Tampil di Bali Karena kecintaannya terhadap budaya Bali, 18 seniman asal negeri sakura, Jepang datang ke Bali. Kehadirannya di pulau dewata, selain dalam rangka pentas diajang Pesta Kesenian Bali juga untuk merasaka langsung bagaiman aura Bali yang sesungguhnya.
ombongan ini tampil di Wantilan Taman Budaya Denpasar, beberapa waktu lalu dengan menampilkan sebanyak 9 tari Bali. Yaitu Tari Panyembrama, Terunajaya, Putri Angangsuh, Oleg Tamulilingan, Puspa Warna, Bayanngente, Kupukupu Tarum, Tedung Sari, dan Mahosadhi. “Kami ingin menari diiringi langung gamelan Bali,” ucap Tomoko Nonaka, di Denpasar belum lama ini. Menurutnya, budaya Bali sudah terkenal di seluruh dunia sehingga membuat dirinya tertarik mengenal lebih dekat budaya Bali. Musiknya yang energik dan dinamis terkadang relax mampu membuatnya santai setelah bekerja. “Walau saya tidak bisa menari tarian Jepang, tetapi saya sangat
R
tertarik dengan tari Bali,” akunya polos. Pimpinan Sanggar Tari Wyarihita-Jepang, Deni Inaba mengatakan, penampilan sanggar ini sudah berpengalaman tampil di ajang tahunan ini. “Kami sangat bangga bisa menampilkan tari ini di kampung halamannya. Mungkin tidak sesempurna penari Bali, tetapi kami cinta budaya Bali,” katanya. Menurutnya, rombongan seniman Jepang yang dipimpinnya ini sangat bangga bisa tampil di ajang PKB. “Anggota sanggar kami berjumlah 50 orang. Dalam PKB tahun ini kami datang sudah yang kelima kalinya. Kami sangat cinta dengan budaya Bali, kendati kami tidak tinggal di Bali. Sebagian hati
kami ada di Bali,” papar Deni Inaba. Sejak 10 tahun, sambungnya, pementasan dalam ajang PKB menjadi agenda rutin bagi sanggar asal Jepang ini. Mereka tampil rutin setiap 2 tahun. “Bisa tampil di PKB merupakan kebanggaan kami, setelah lama menggeluti tari Bali di Jepang. Mereka yang terlibat, rela merogoh kocek sendiri untuk bisa tampil di PKB,” tambahnya serius. Bagi anggota Sanggar Tari Wyarihita ibarat sebagai obat untuk menghilangkan tekanan hidup. Karena mereka selalu disibukan dengan aktivitas keseharian. Mereka menemukan ketenangan dan kedamaian melalui tarian Bali. “Di Jepang kami menari hanya dengan instrumen gamelan kaset. Nah, saat ini kami senang bisa menari diiringi dengan instrumen gamelan secara langsung. Ini sebuah kebanggaan kami,” timpal Chinami Doi salah seorang penari.
© tir
Foto bersama penari Sanggar Wyarihita sebelum pentas di PKB
Kehadirian seniman Jepang di pulau dewata ini jauh sebelum jadwal pentas. Karena mereka akan melakukan latihan dengan sanggar pendukung karawitannya. Di Bali, mereka
memantapkan tariannya yang dibimbing oleh I Nyoman Cerita asal Singapadu yang dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. (image/015)
II
Vol. V No. 6, 23 Juli - 5 Agustus 2010
Vol. V No. 6, 23 Juli - 5 Agustus 2010
VII
Lolec
GOW Kalimantan Tengah
Gelar Porseni ke-13
Bupati Gde Agung Tanam Pohon
MANGUPURA – Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah melakukan study banding ke Pemerintah Kabupaten Badung. Kunjungan yang dipimpin Ketua GOW Kabupaten Gunung Mas Ny. Apristini Arton S. Dohong, bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi dan berbagi pengalaman, inovasi di bidang pemberdayaan perempuan. Rombongan diterima Ketua GOW Kabupaten Badung Ny. Ketut Sudikerta di Wantilan Pura Lingga Bhuwana, Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung Mangupraja Mandala, Selasa (13/7). Setelah saling tukar cinderamata, rombongan melakukan peninjauan di kawasan Puspem Badung. (image/015)
GIANYAR – Desa Batuan, Sukawati menggelar Porseni (Pekan Olah Raga dan Seni) ke-13. Kegiatan ini dipusatkan di Lapangan Yudistira, Desa Batuan Gianyar. Acara dibuka, oleh Bupati Gianyar, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati Gianyar, Minggu (11/7). Pada pembukaan itu menampilkan berbagai kesenian kolosal seperti, Tari Panyembrahma, Pagelaran Wayan Wong, kelompok paduan suara, senam aerobik ibu-ibu PKK, Baleganjur dan Cheleaders. Porseni ini diikuti oleh 17 Banjar Dinas dengan melibatkan kurang lebih 4.000 warga. Kegiatan akan berlangsung selama dua hari. cabang olahraga yang dipertandingkan seperti Futsal, Bola Volley, Bulu Tangkis, Tenis Meja, Lari, Catur, Tarik Tambang, Sepeda Santai dan Jalan Santai. Sementara untuk cabang seni diperlombakan Penjor, Canang Rebong, Jegeg Bagus Batuan, Pidato Bahasa Bali, Membuat Katik Sate Bencah Bangun, Karaoke Lagu Pop Bali, Utsawa Dharma Gita, Menyalin Huruf Latin ke Aksara Bali, Melukis, Memasak dan Koor PKK. (image/015)
MANGUPURA - Dalam rangka memperingati hari lingkungan hidup, Desa Mengwi bekerjasama dengan Institute Hindu Negeri Bali dan SMK Kharisma Mengwi, melakukan kegiatan tebar benih ikan dan penanaman pohon di Jaba Pura Taman Ayun, Mengwi, Sabtu (17/7). Bupati Badung AA Gde Agung, SH. juga dan ikut menanam pohon serta menebar benih ikan. Benih ikan yang ditebar sebanyak 2 ribu jenis seperti ikan nila, tawes dan karper. Sementara jenis tanaman yang ditanam antara lain pohon cemara angin, tanaman langka dan trambesi. Kegiatan ini bertujuan mendukung program pemerintah didalam mewujudkan Kabupaten Badung yang hiijau. (image/015)
* Penyuluhan Kepariwisataan Dispar Badung Kepada Pokdarwis Uluwatu
Hijaukan areal Dam Buagan
Pameran di Batam DENPASAR – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Denpasar, beberapa waktu lalu mengikuti pameran di Mega Mall Batam Center Kepulauan Riau. Pameran ini sebagai salah satu cara untuk memasarka produk sehingga mampu eksis bersaing ditingkat global. Ketua Harian Dekranasda Kota Denpasar, Dewa Darendra didampingi Sekretaris Dekranasda, Dewa Agung bersama beberapa pengerajin yang ikut pameran, sebelumnya mengatakan pameran ke Batam merupakan yang pertama kalinya dengan mengajak empat pengerajin. Dipilihnya Batam sebagai tempat pameran karena Batam merupakan daerah segi tiga emas menjadi pasar potensial yang banyak dikunjungi wisatawan dari Singapura dan Malaysia. Kempat pengrajin yang ikut pameran yaitu Cempaka Tekstil dan Bordir milik Ni Wayan Ria Mariani; Malen Ngopi, pengerajin bunga spon milik I Gst Agung Adnyadi, Putri Ayu Spa milik Agus Wiadnyana dan Cempaka (pengerajin emas dan perak ) milik Ni Nyoman Sumertini. (image/015)
Donor Darah DENPASAR – Satu peleton Brimob dari Primkopol Sat Brimob Polda Bali dipimpin langsung Ketuanya, Ketut Dama, Jumat (9/7) melakukan kegiatan sosial berupa donor darah. Kegiatan yang dipusatkan di pelataran Pura Agung Jagat Natha digelar dalam rangka memperingati hari jadi koperasi ke-63. Disamping kegiatan donor darah, juga melakukan cek kesehatan terhadap mereka yang ikut serta menyumbangkan darahnya. Acara juga dimeriahkan dengan kegiatan Pasar Rakyat yang dengan menjajakan aneka kuliner, barangbarang industri, pakaian dan kerajinan serta berbagai jenis tanaman disamping hiburan musik dan kesenian tradisional. (image/015)
DENPASAR – Wakil Walikota Denpasar Denpasar IGN Jaya Negara menanam pohon di areal Dam Buagan. Sebanyak 100 pohon perindang, seperti pohon mahoni, pohon tanjung dan pohon glodog ditanam di areal dam tersebut. Penanaman pohon perindang dari berbagai jenis ini langsung dilakukan, Jumat (16/7). Hadir juga pada saat itu Asisten 1 Drs Nick nata Wibawa, Kepala Badan Lingkungan hidup Kota Denpasar Camat Denbar Made Mudra dan unsure terkait lainnya. Sebelum melakukan penanaman pohon Wakil walikota menyerahkan pohon kepada kepala Desa Pemecutan Kelod I Kompyang Gede. (image/015) Diskusi Penataan Ruang di Ubud GIANYAR – Direktorat Jendral Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum RI menggelar diskusi tentang penataan ruang di Ubud, Gianyar, Jumat (16/7). Terpilihnya Ubud, karena memiliki penataan ruang cukup baik. Di samping itu, juga didukung atas prestasi yang diraih Ubud sebagai kawasan wisata menarik minat wisatawan, penghargaan best city in Asia dan penghargaan tata nugraha dari PU. Isu yang dibawa dalam diskusi adalah masalah penyelenggaraan tata ruang wilayah, metropolitan dan peringatan hari penataan ruang nasional yang jatuh pada bulan Nopember nanti. Diskusi yang dibuka oleh Direktur Jendral Penataan Ruang, Kementrian PU Imam Ernawi, Mcm dan menghadirkan narasumber Dr. Ir. Rocchyat Deni, M.Eng, Bupati Gianyar, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Kepala PU Prov. Bali, Ir. I Dewa Putu Purniasa, M.T, praktisi, Ir. Popo Priatna Dane, Ketut Rana Wiarsa, Ir. Putu Purnawan Subun, Bappeda Prov. Bali dan jajaran ditjen Penataan Ruang Kementrian PU. (image/015) Dari Halaman I
Membuat Bakso dan Tukang Cukur DENPASAR – Serius dan penuh antusias. Begitulah peserta pelatihan pengolahan bakso dan tukang cukur di Denpasar, Senin (12/7). Kegiatan yang digelar oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja bekerjasama dengan Koperasi Krama Bali, Disnaker Provinsi Bali, BPPD Bali dan Disperindagkop dan UKM Kab. Badung. I Nyoman Gede Adi Suputra, selaku Ketua Panitia Penyelenggara mengatakan tujuan utama pelatihan ini untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat Badung, terutama tenaga kerja masyarakat pra Keluarga Sejahtera (Pra-KS). Pelatihan dilaksanakan selama enam hari ini diikuti oleh 17 orang, sebanyak 10 orang mengikuti pelatihan pengolahan bakso dan 7 orang ikut pelatihan tukang cukur. Sebagai instruktur berasal dari Koperasi Krama Bali, Dinas Koperasi dan Dinas terkait. (image/015)
Kota Denpasar Terima Petaka “Pradana Utama DENPASAR – Denpasar terpilih sebagai Kota Penggerak Koperasi dari Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. Atas keberhasilan itu Kota denpasar berhak mendapat penghargaan Petaka “Pradana Utama”. Penghargaan ini diserakan oleh Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi Dan UKM Untung Tri Basuki kepada Walikota Denpasar yang diwakili Wakil Walikota I G N Jaya Negara pada puncak peringatan HUT Koperasi ke 63, Sabtu (16/7) di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Denpasar. Hadir pula dalam kesempatan tersebut, Wakil Gubernur Bali A.A. Puspayoga, Para Bupati/Walikota Se- Bali, DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota, Para Muspida, Dekopin, Dekopinwil, Dekopinda dan seluruh Gerakan Koperasi Se- Bali. (image/ 015)
Ciptakan Pesona Objek Melalui Penerapan Sapta Pesona
Tanah Lot ............................................................................ kawasan Tanah Lot, lalu menutup wajah Tanah Lot yang kini sudah ditutupi oleh kios-kios. Kalau saja pada suatu saat para pedagang di kawasan ini berkembang semakin brutal, maka wisatawan pasti akan enggan ke Tanah Lot. Itulah titik awal kehancuran Tanah Lot sebagai ikon destinasi kawasan wisata Bali. Apa yang kini yang harus dilakukan oleh pengelola kawasan Tanah Lot? Mereka harus secara pro-aktif melakukan berbagai diskusi dengan stakeholders, agar pihak pengelola tidak telat melakukan antisipasi. Harapan satu-satunya yang kini masih tersisa bagi Bali adalah Tanah Lot sebagai ikon destinasi wisata Bali. Tampaknya, kebijakan Pemda Tabanan untuk melibatkan masyarakat dalam pengelolaan Tanah Lot adalah suatu sikap yang benar. Kini dituntut sikap masyarakat Tanah Lot dan sekitarnya untuk bertanggung jawab terhadap keberlanjutan Tanah Lot sebagai ikon destinasi wisata Bali. Jangan mentangmentang sudah diberikan kewenangan, lalu menjadi sewenang-wenang dan tidak bertanggung jawab. Khususnya bagi penyelamatan salah satu sudut alam Bali yang sangat magis dan sangat artistic, yang lazim disebut sebagai Tanah Lot.
Dalam mewujudkan pesona objek wisata perlu memanfaatkan Sapta Pesona. Tujuh unsur yang terdiri dari keamanan, kebersihan, ketertiban, kesejukan, keindahan, keramahan dan kenangan itulah yang menyebabkan produk pariwisata bisa bersaing. Demikian terungkap pada pembinaan dan penyuluhan kepariwisataan Dinas Pariwisata Badung di objek wisata Uluwatu, Kamis (15/7).
H
adir pada kegiatan itu Drs. I Dewa Made Sumitro mewakili Kepala Dinas Pariwisata Badung, Kasi Bimbingan Wisata Drs I Made Astawa, MM, serta IGA. Manik Silvia Dewi, SH. A.Par., M.Kn., dan Luh Yusni Wiarti, A.Par,. SE. dosen STP (Sekolah Tinggi Pariwisata) Nusa Dua Bali. dihadiri 20 orang anggota Kelompok Sadarwisata
(Pokdarwis) Uluwatu. Dalam pemaparannya, Sumitro menyatakan, untuk memberikan citra pada produk wisata harus mampu mewujudkan keamanan dan menciptakan kebersihan, utamanya, objek itu harus bebas dari sampah dan rumput liar. penataan letak tanaman bunga, pot dan dekorasi sangat penting agar terciptanya keindahan. Dan yang terpenting, harus mampu memberikan keramahtamahan yang disesuaikan dengan karakteristik budaya kita, yang bisa diwujudkan lewat senyum, sehingga tamu merasa tergugah simpatinya. “Termasuk juga bagaimana cara mengatur monyet agar tidak nakal dengan memberi makan yang teratur dan disesuaikan dengan jenis makanannya,” tegas Sumitro Berbusana yang baik, sopan sesuai dengan adat dan pariwisata Bali yang berlandaskan budaya, jika semua itu sudah bisa terwujud, maka akan dapat memberikan sebuah kenangan yang tidak terlupakan,” ujar Sumitro. Sementara Manik Silvia Dewi mengatakan,”Pokdarwis baik yang berprofesi sebagai pelayan, penjaga objek, pemanduwisata atau lainnya, Adalah ujung tombak pariwisata Bali, karena, mereka yang dilihat pertama dan
Tim Penyuluh kepariwisataan dinas pariwisata Badung
berhadapan langsung dengan para wisatawan. “Maka Pokdarwis harus sadar akan objek Uluwatu sebagai aset pariwisata unggul,” ucapnya. Pokdariwis yang menjalankan tugasnya dengan memakai simpul
Tingkatkan Kemampuan Berbahasa Inggris
* Dispar Badung Gelar Kursus Bahasa Inggris di Desa Carangsari ebanyak 40 peserta kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Desa Carangsari, Petang, Rabu (14/7) mengikuti kursus Bahasa Inggris. Drs Dewa Sumitro, Kabid Promosi dan Pemasaran Dinas Pariwisata Badung mengatakan, kegiatan yang diadakan Dinas Pariwisata Badung ini, selain untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, juga menyikapi perkembangan kepariwisataan yang sangat pesat, khususnya di Kabupaten Badung. Sumitro mengatakan, dipilihnya Carangsari sebagai pusat kursus karena desa tersebut dinilai sebagai daerah pariwisata. Memiliki alam agrowisata dan
S
rafting sehingga sangat diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan ketrampilan berbahasa Inggris. “Lewat kursus ini, kami berharap para pekerja pariwisata ini nantinya mampu memandu para wisatawan mancanegara dengan baik dan santun,” harap Sumitro. Dikatakan Sumitro, kursus bahasa Inggris yang kedua tahun 2010 ini, bagi Pokdarwis Desa Carangsari untuk menyiapkan sumber daya manusia agar bisa berkomonikasi dengan wisatawan, khususnya yang berkunjung ke Desa Carangsari. “Kursus Bahasa Inggris ini bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia yang mampu berkomunikasi
dengan wisatawan mancanegara dengan baik dan sopan,” katanya. Sementara itu, Perbekel Carangsari I Gusti Ngurah Artawan mengatakan, program ini harus kita dukung karena desa Carangsari mempunyai potensi daerah wisata rafting, traking, elephant traking yang sangat perlu di tunjang dengan SDM yang mampu berbahasa Inggris dengan baik. Selanjutnya bisa memberikan pelayanan yang baik dan sopan kepada wisatawan manca negara yang berkunjung. Kursus Bahasa Inggris ini berlangsung selama 24 kali pertemuan. (image/015)
adat Bali merupakan wakil masyarakat Bali dihadapan wisatawan. Disamping sikap ramah, murah senyum dan jujur menjadi modal dalam menggaet wisatawan untuk berkunjung kembali ke Uluwatu. “sejatinya semua itu sudah dimiliki oleh masyarakat Bali, namun perlu diingatkan kembali bahwa orang Bali memiliki karakter unggul sehingga semua itu perlu dilakukan. Karena senyuman itu menandakan kita bisa menerima mereka disini,” tambah Silvia. Manik Silvia juga menyingung seorang pelayan pariwisata dituntut profesional dengan memiliki beberapa syarat, yaitu knowledge (pengetahun), skill (keterampilan) dan attitude (prilaku). dan, belakangan ini terjadi pergeseran trend wisatawan yang datang ke Bali, yang mana dulu mereka datang dalam rombongan , dan belakangan ini mereka mulai datang sendiri-sendiri, akibat dari mudahnya mendapatkan informasi mengenai Bali lewat internet. “Karena itu, sebagai pelayan kita harus menyampaikan penjelasan yang benar dan baik, karena sedikit saja salah memberikan informasi,
mereka tidak akan percaya,” imbuhnya. Sedangkan menurut Yusni, ada lima hal yang mendorong keberhasilan pariwisata itu. yakni atraksi yang menarik, aksesibilitas yaitu kemudahan menuju objek dengan mode transportasi yang ada serta amenity atau fasilitas yang dapat memberi kenyamanan kepada wisatawan seperti akomodasi dan restoran. Untuk lebih memudahkan dalam pengelolaan produk wisata, dalam struktur kepengurusan, harus tetap melibatan masyarakat, community based tourism, dengan keterlibatan masyarakat, sekecil apapun informasi dari objek wisata yang ada di lingkungan masyarakat sebagai pelaku parwisata akan mampu menjelaskannya. “Kepedulian terhadap lingkungan juga perlu diperhatikan sebagai bagian dari pariwisata yang berwawasan lingkungan sehingga apa yang menjadi program pemerintah green province dan green tourism akan ada sumbangsihnya dari kita sekalipun dari hal yang sangat kecil seperti gotong royong” tambah Astawa. (image/015)
VIII
Vol. V No. 6
Vol. V No. 6, 23 Juli - 5 Agustus 2010
Lestarikan Kesenian Klasik, Tanah Lot Gelar Art Festival
Tari Barong salah satu yang akan tampil di TLAF.
“Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui”. Itulah ungkapan yang cocok terhadap kegiatan Tanah Lot Art Festival (TLAF) 2010. Selain sebagai user, pemanfaat objek wisata Tanah Lot juga sebagai conservers, pelestari bagi seni budaya masyarakatnya. enurut Made Sujana Manager Badan Operasional Objek Wisata Tanah Lot, kegiatan TLAF 2010 sebagai sebuah kemasan event promotion pariwisata Tanah Lot. “Ini juga membuktikan bahwa kita turut serta membantu program pemerintah dalam upaya melestarikan kebudayaan daerahnya,” katanya. Dalam hal ini, lanjut Sujana, management badan pengelola Objek Wisata Tanah Lot (OWTL) yang menggagas acara tersebut, menjadikan kegiatan ini sebagai sebuah konsep yang ideal untuk pengembangan pariwisata yang berbasis budaya. “Di samping
M
berpromosi, lewat kegiatan ini juga sebagai bentuk pelestarian budaya Bali,” jelasnya. Dari sisi event promotions, terang Sujana, Tanah Lot mampu membuat sebuah kemasan acara yang menarik bagi kunjungan wisatawan. “Aneka kesenian unik milik masyarakat setempat, yang sangat jarang dan langka untuk bisa ditampilkan tentu menjadi sajian menarik bagi wisatawan,” imbuhnya. Sujana mengatakan, dalam situs resmi Tanah Lot, www.tanahlot.net dan facebook tanahlotfunsclub dari sebulan sebelumnya TLAF sudah menjadi topik bahasan. Dan tidak sedikit wisatawan yang sudah siap datang utuk menyaksikan event akbar tersebut. Sujana lalu mencontohkan, dalam Tanahlot Funsclub milik objek wisata ini sudah memiliki anggota lebih dari 12.400 orang di seluruh dunia. “Respon para anggota Funsclub sangat positif bahkan sebagian besar dari mereka
berkeinginan untuk bisa datang menyaksikan acara tahunan ini,” akunya polos. Begitu pula, tambah Sujana, para stakeholder pariwisata, seperti dari para travel agent baik dari dalam negeri maupun luar negeri telah banyak meminta jadwal pementasan seni tersebut. “Kami banyak mengirim jadwal TLAF kepada travel agent,” tegasnya. Sementara dari sisi pelestarian budaya, lanjut Sujana, dengan dipentaskannya para pragina (artis lokal) dalam event TLAF ini mereka akan terus melatih diri, serta menggali kesenian-kesenian lokal yang langka di masyarakat untuk bisa di pentaskan. “Dengan demikian, seniman tersebut menjadi termotivasi menggali dan mengembangakan kesenian daerahnya,” ucap Sujana. Tidak dipungkiri pula, banyak tercipta kesenian baru yang berbau modern, merupakan pengembangan dari kesenian daerah yang sudah ada. Dengan memodifikasi sesuai dengan perkembangan jaman, kesenian tersebut akan mampu memperkaya kebudayaan daerah saat ini. Sujana mengaku, hal tersebut sebagai konsep ideal dalam upaya Bali membangun pariwisata berbasis budaya masyarakat. Kegiatan itu, juga dapat meminimalkan dan menangkal ketakutan kita akan segala bentuk dampak negatif dari pengembangan pariwisata. “Fungsi promosi bisa diselaraskan dengan fungsi pelestarian budaya, dan penggunaan dana akhirnya bisa diefisienkan,” ujarnya Sujana bangga. Dan ini, imbuh Sujana, sebagai wujud nyata kepedulian objek wisata Tanah Lot akan karya para pendahulunya yang memang unik. “Dan ini dapat diwarisi sebagai tujuan kunjungan para wisatawan (BTN/015) ke Bali,” pungkasnya.
Gelar Event Strategi Promosi ODTW Tanah Lot Menggelar beragam event sebagai kebijakan dan strategi promosi Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Tanah Lot. Selain lewat website, media ekspose, dan brosur, juga dengan menggelar berbagai event rutin dan insidental. Penekanannya, bagaimana menarik wisatawan ke Tanah Lot. Materi promosi lebih menekankan pada muatan budaya lokal dan memobilisasi seniman daerah dalam upaya mempertahankan, menggali, dan mengembangkan budaya Bali.
anager Badan Operasional Pengelola Tanah Lot, I Made Sujana menilai promosi semacam ini sangat tepat mengingat ODTW Tanah Lot merupakan intangible product yang kalau ingin dinikmati harus datang ke sana. Promosi semacam ini sudah dilakukan sejak 2005 hingga saat ini. “Pasca-manajemen pengelolaan baru dari 2000, kami lebih banyak mengundang konsumen langsung melihat keindahan alam,” kata Sujana polos. Ia mengakui memang banyak wisatawan sudah tahu tentang keberadaan ODTW Tanah Lot,
M
namun pasca pengelolaan objek wisata tersebut telah banyak melakukan perubahan dan penataan, baik dari sisi infrastruktur maupun manajemen pelayanan. Promosi lewat media, catalog dan brosur, lanjut Sujana, rasanya belum mampu mewakili Tanah Lot yang sebenarnya. “Untuk mengundang dan menarik perhatian konsumen maka kami menggelar event. Bila perlu kami siap membayar mereka untuk datang dan menikmati wajah Tanah Lot yang baru ini,” ucapnya tegas. Dalam hal ini, Sujana sadar, untuk menyuguhkan event yang menarik serta mengundang para stakeholder pariwisata baik dari dalam maupun luar negeri perlu biaya besar. Namun, karena sudah merupakan sebuah konsekwensi yang sangat logis maka tidak kendala baginya. Tanah Lot International Kite Festival 2005, misalnya, pihaknya mengundang peserta dari 17 negara dengan memberikan reimbursement ticket kepada setiap peserta yang datang $1000 serta menanggung biaya yang dikeluarkan untuk akomodasi dan meal selama mengikuti event di Tanah Lot. Hal tersebut juga diberikan kepada media luar negeri seperti dari Jerman TV, Japan TV, Korea TV, dan televisi nasional serta lokal. “Biayanya, memang, besar. Tetapi dengan itu justru kami mampu menunjukan bahwa Tanah
Lot sudah mengalami penataan yang baru. Setelah menikmati langsung atmosfir alam Tanah Lot, kami berharap pulangnya nanti mereka membawa cerita menyenangkan kepada temantemannya serta ikut mempromosikan di negaranya masingmasing,” paparnya. Pagelaran event ini juga sebagai salah satu upaya ODTW Tanah Lot untuk ikut berpartisipasi dalam menggali, mempertahankan dan mengembangkan budaya masyarakat Bali, khususnya yang ada di kabupaten Tabanan. Dalam hal ini, sebagai orang yang bertanggung jawab, Sujana sangat paham bahwa aspek budaya merupakan roh pariwisata Bali, termasuk ODTW Tanah Lot. Event spektakuler yang pernah digelar seperti Cak Kolosal 5000 yang menghadirkan seniman dan seniwati asli Tabanan (2005), Tanah Lot Three Days Event (2004), Okokan dan tektekan Kolosal dengan 1500 penari (2007 dan 2008, 2009), Tanah Lot Kite Festival (2006, 2007 dan 2008), Tanah Lot 10 K (2005, 2007,2008, 2009) yang dikuti oleh pelari lokal, nasional dan wisatawan. Tahun 2009 pihaknya menyelenggarakan Tanah Lot Art Festival yang diikuti oleh lebih dari 4200 seniman, dan TLAF 2010 melibatkan sekitar 5000 seniman lokal dari kabupaten Tabanan. (Image/015)
Lomba Layang-layang Meriahkan TLAF 2010 * Total hadiah Rp 28,900.000 dan ratusan merchandise anah Lot Art F e s t i v a l (TLAF) 2010, akan dimeriahkan pula dengan lomba layanglayang. Lebih dari 400 peserta dipastikan akan ikut dalam kontes layangan itu. “Untuk tahun ini peserta lomba layang-layang kami batasi hanya sampai 400 peserta saja,” kata I Lomba layang-layang Tanah Lot 2 tahun lalu Made Sujana. Menurut Sujana, jenis layang-layang yang akan dilombakan ada empat jenis yang sudah sangat popular di masyarakat Bali. Yaitu layanglayang kreasi, layang-layang pecukan, layang-layang bebean, dan layang-layang janggan. “Tanah Lot adalah tempat paling favorit di Bali untuk bermain layang-layang,” ucapnya. Para penggemar layang-layang ini, jelas Sujana, datang dari berbagai daerah di Bali. Ada dari Sanur, Gianyar, Nusa Dua , Badung, Denpasar tidak terkecuali dari Tabanan. Lomba layang-layang yang akan digelar tiga hari ini memperebutkan total hadiah sebesar Rp 28.900.000 dan ratusan merchandise. Sujana mengatakan, perlombaan tersebut sangat ditunggu-tunggu oleh para penggemar layang-layang di Bali. Biasanya, para pelayang itu datang dengan antusias karena sekaligus bisa berwisata di objek wisata alam dan sejarah itu. Sujana menjelaskan, bermain layang-layang di Tanah Lot merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi para pelayang Bali. Mereka akan menunjukkan seni bermain layang-layang yang ditonton oleh wisatawan dalam dan luar negeri. “Lomba ini sebagai respon panitia TLAF 2010 yang banyak menerima komplain dari para pelayang karena tidak ada jadwal bermain bermain layang-layang pada TLAF tahun lalu,” tegasnya. Sujana mengatakan, jenis lomba ini selalu ditunggu-tunggu masyarakat. Hal itu dapat dilihat dari penyelanggaraan lomba sebelumnya. Peserta layang-layang diikuti lebih dari 500 peserta, mengingat satu layangan biasanya dimainkan oleh lebih dari seorang. Demikian juga dengan pengunjung yang hadir, selalu membludak. Pembatasan jumlah peserta ini juga sebagai upaya untuk mengurangi kemacetan di jalan-jalan. Berdasarkan pengalaman festival sebelumnya, acara ini selalu dipadati penonton sehingga menimbulkan kemacetan. “Untuk tahun ini, panitia bekerja dengan Polres Tabanan yang siap mengawal jalannya festival layang-layang. Mereka siap melancarkan arus lalulintas yang akan dipergunakan oleh para sekaa layangan. Demikian juga dengan panitia, telah menyiasati dengan mempersilahkan para sekaa layangan untuk datang pada malam hari ke Tanah Lot sehingga pada siang hari akan mengurangi risiko (BTN/015) kemacetan di jalan raya.
T
Parade Budaya Tanah Lot Art Festival * Cerminan Seni Khas di Tabanan arade Budaya yang akan menjadi suguhan pembuka Tanah Lot Art Festival (TLAF) 2010 betul-betul digarap secara serius. Garapan seni tersebut ditata sesuai dengan budaya khas yang dimiliki Kabupaten Tabanan. “Intinya, parade budaya akan menampilkan kesenian khas dari 10 kecamatan yang ada di Tabanan,” kata Made Sujana. Ditegaskan Sujana, sudah menjadi brand tersendiri kalau setiap event di Tanah Lot selalu akbar, kolosal dan berkualitas. Apalagi, mendapat perhatian khusus dari Ketua Umum Badan Pengelola Objek Wisata Tanah Lot, N. Adi Wiryatama yang juga sekaligus selaku Bupati Tabanan, maka parade budaya tahun ini juga dibuat semeriah mungkin. Menurut Sujana, konsep garapan parade budaya akan menceritakan tentang wujud bakti masyarakat Tabanan terhadap Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam berbagai manifestasi-Nya. Garapan seni tersebut menggambarkan terpeliharanya kelestarian alam dan kesucian Pura Luhur Tanah Lot. “Masyarakat Hindu di Bali tetap datang bersembahyang dan sujud serta tetap beryadnya ke hadapan Beliau yang berstana di Pura Tanah Lot,” ujarnya. Yadnya ini, jelas Sujana, tidak hanya sekedar berupa sarana dan prasarana persembahyangan, tetapi juga termasuk segala hasil karya budaya yang mereka miliki. Bagi para seniman tari dan tabuh misalnya, mereka dengan rela pentas ngaturang ayah (pentas tanpa dibayar). Hal itulah yang menjadi motivasi para peserta parade untuk ikut tampil. Sujana mengatakan, parade budaya ini akan menampilkan seniman dari masing-masing kecamatan yang ada di Tabanan. Masing-masing dari sepuluh kecamatan itu akan menampilkan potensi daerahnya. Tentunya kesenian yang ditampilkan akan ditata dengan memberikan nuansa baru. Namun, tetap mengacu pada tema dan ceritera, sehingga menjadi sebuah pertunjukan yang tak terputus. Nyoman Ardana, salah seorang peserta parade mengatakan, meskipun alokasi dana yang minim dari kantor kecamatan, namun dirinya serta seniman lainnya tetap semangat dan antusias tampil di ajang tahun itu. Materi seni yang akan ditampilkan, seni tari dan tabuh yang menjadi kebanggaan daerahnya. “Kami sudah mempersiapkan diri dengan baik. Jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan acara, kontingen kami sudah siap semuanya,” ucapnya. Bisa tampil di objek paling bergengsi itu, lanjut seniman asal Kecamatan Marga ini, menjadi sebuah kebanggaan yang luar biasa. Apalagi menampilkan potensi seni yang sudah dibina sejak lampau, kemudian ditampilkan dihadapan wisatawan itu memang luar biasa. “Secara tidak langsung, event ini sebagai kompetisi seni. Makanya, (image/015) kami harus tampil baik,” imbuh Ardana.
P
23 Juli - 5 Agustus 2010
Kota Denpasar Terima Petaka “Pradana Utama
Bali Update
Sanur Village Festival 2010 Membangun Kreatifitas Masyarakat Sanur
II
Save Our Destination
IV
Lestarikan Kesenian Klasik, Tanah Lot Gelar Art Festival
Page Advertorial
VIII
CULTURAL TOURISM PARADIGM Tanah Lot:
Ikon Paling Impresif dari Pariwisata Bali Oleh : Wayan Windia *) etiap destinasi wisata pasti memiliki ikon. Thailand dengan Patung Sang Budha yang mahabesar di dekat Bandara Chiangmai. Juga dengan biksu-biksunya, gambar Raja dan Permaisuri yang tersebar dimana-mana. Tapi tak lupa pula dengan ikon arena striptis di berbagai tempat. Bagaimana dengan Filipina? Tak ada lain, ikonnya adalah dunia seks yang gemerlap, hingga ke kampung-kampung. Selanjutnya, Malaysia dengan tempat judi yang bernama Tanah Genting. Kemudian Singapore dengan ikon belanja murah. Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia memiliki Pulau Bali sebagai ikon. Selanjutnya, ikon Bali adalah Tanah Lot di Tabanan. Tak dapat dipungkiri bahwa Tanah Lot selalu menjadi idola bagi para wisatawan yang berkunjung ke Bali. Tanah Lot selalu menjadi buah bibir bagi sang wisatawan. “Sudah ke Bali? Apakah sudah mengunjungi Tanah Lot?”. Demikianlah selalu seloroh para wisatawan. Oleh karenanya Tanah Lot harus dijaga keasriannya, dan eksistensinya, agar tidak menjadi bahan kontroversi di kalangan komponen pariwisata Bali. Setelah kawasan Kintamani menjadi bahan kontroversi (karena pelayanan penduduk setempat yang “buas”), maka kini Bali hanya memiliki Tanah Lot sebagai ikon destinasi kunjungan wisatawan. Pada saat ini, masyarakat mulai mengembangkan ikon-buatan yakni Patung Garuda Wisnu Kencana di Ungasan. Namun tampaknya masih cukup lama akan berkembang sebagai ikon Bali. Sepanjang Tanah Lot sebagai ikon alami di Bali masih kuat, maka tidak ada ikonbuatan apapun yang mampu mengalahkan Tanah Lot. Hal itu disebabkan, karena Tanah Lot sudah cukup lama dikembangkan dan dikenal sebagai ikon pariwisata Bali. Sejak 50 tahun lalu Tanah Lot sudah dikembangkan sebagai kawasan untuk pembuatan film. Yakni film Si Buta Dari Gua Hantu, yang sempat menjadi film yang sangat terkenal pada era tahun 1960-an. Kemudian dikunjungi oleh banyak sekali tamu-negara yang sedang berkunjung ke Bali. Patut dicatat bahwa di Tanah Lot ada laut, gelombang, pantai dan karang. Di sana juga ada garis horizon dan alam sunset. Di Tanah Lot ada pura yang sangat sakral dan sangat dihormati. Oleh karenanya, secara rutin selalu diselenggarakan upacara piodalan oleh masyarakat sekitarnya. Tampaknya tidak ada pemandangan alam yang sedemikian impresif dan melankolis di dunia, kecuali Tanah Lot. Oleh karenanya Tanah Lot harus dijaga dengan seksama. Kalau saja Pemda Tabanan dapat menertibkan kios-kios yang eksis di sepanjang jalan menuju Pantai Tanah Lot, maka pasti Tanah Lot akan semakin terkenal dan tanpa tercela. Satu-satunya cela yang kini ada di Tanah Lot adalah sembrawutnya kios-kios di sepanjang jalan. Hal ini menyebabkan tidak ada kesan apa-apa, ketika wisatawan baru turun dari kendaraannya. Kesannya hanyalah bahwa Tanah Lot adalah kawasan wisata yang biasa-biasa saja. Padahal Tanah Lot adalah salah satu keajaiban alami di dunia. Kita yakin bahwa kalau saja kios-kios itu dapat dimundurkan beberapa meter, tentu saja akan sangat memadai. Atau dicarikan jalan lain untuk menuju kawasan tepi Tanah Lot. Kalau tindakan penertiban tidak dilakukan mulai sekarang, maka di masa depan, Tanah Lot akan sama saja nasibnya dengan kawasan Kintamani. Kawasan ini akan ditinggalkan oleh wisatawan. Apalagi kalau Patung Garuda Wisnu Kencana semakin dikenal orang. Kemudian areal persawahan yang ada di sekitar kawasan Tanah Lot sangat perlu diproteksi, agar masih tetap menimbulkan suasana alami. Pengembangan kawasan Tanah Lot perlu dilakukan sedemikain rupa, agar tidak menyebabkan adanya alih fungsi lahan sawah yang berlebihan. Artinya, jangan sampai alih fungsi lahan sawah di sekitar
S
Halaman II
Tanah Lot .............. *) Wayan Windia adalah Ketua Badan Penjaminan Mutu Universitas Udayana, Denpasar
Tujuh Hari Tanah Lot Berwarna Poleng
Akhir Juli dan awal Agustus 2010, Objek Wisata Tanah Lot akan tampak beda. Seluruh kawasan objek akan diberi warna “poleng” yaitu warna hitam dan putih layaknya warna papan catur. “Hal tersebut sehubungan dengan pelaksanaan Tanah Lot Art Festival (TLAF) 2010 yang mengusung tema “poleng”, kata Made Sujana Manager Badan Operasional Objek Wisata Tanah Lot.
ujana mengatakan, selama tujuh hari (26 Juli – 1 Agustus) atau selama penyelenggaraan TLAF semua property yang ada di kawasan itu semuanya berwarna “poleng”. Tidak terkecuali pelayan objek. “Kami ingin selama penyelenggaraan TALF itu objek wisata Tanah Lot lebih bernuansa sakral dan magis,” ucapnya. Apalagi, diiringi alunan suara gamelan klasik dan aneka kesenian sakral yang terus menggema tentu dapat menambah kekuatan spiritual yang sudah ada di objek ini. “Suasana seperti ini akan menjadi pengalaman tersendiri bagi
S
wisatawan yang mengunjungi Tanah Lot selama TLAF itu berlangsung,” tambahnya. Menurut Sujana, hal tersebut selaras dengan lingkungan alam Tanah Lot yang mempunyai beberapa pura besar dan kecil. Diantaranya; Pura Tanah Lot, Pura Pakendungan, dan Pura Batubolong. “Tema Poleng ini sebagai sebuah pemaknaan yang sangat sederhana, tetapi mengandung nilai filosofi yang tinggi dan dipercaya memiliki suatu kekuatan oleh masyarakat Hindu di Bali,” terangnya. Untuk menjadikan kawasan wisata favorit itu lebih meriah, lanjut Sujana, tidak kurang dari 100 roll kain poleng dan 500 rerontek dan umbul-umbul poleng akan di pasang di sepanjang jalan menuju objek tersebut. Pohon-pohon yang ada, patung-patung, candi bentar hingga panggung acara akan dibalut dengan kain “poleng”. Pengisi acara khususnya peserta parade budaya yang diikuti lebih dari 2000 juga diwajibkan menonjolkan warna “poleng”. Sujana mengatakan, di Tanah Lot warna “poleng” merupakan symbol dari ular suci sebagai
penjaga Pura Luhur Tanah Lot. Ular suci ini merupakan duwe yang dipercaya masyarakat Bali sebagai jelmaan selendang Ida Dang Hyang Nirartha yang diberikan tugas menjaga kelestarian alam dan kesucian wilayah pura tersebut. “Ular Suci duwe yang berwarna poleng, sampai saat ini masih ada dan bisa dilihat secara nyata di seputar lingkungan pantai kawasan Suci Pura Luhur Tanah Lot,” tegas Sujana. Melalui tema “poleng” ini, Sujana ingin mengkampanyekan kepada dunia, bahwa semua orang yang hidup di dunia ini merupakan penjaga bagi kelestarian alam dan lingkungan serta kelestarian budaya masyarakat kita. “Kalau kita renungkan secara mendalam ternyata makna “poleng” itu sebagai sebuah kewajiban kita semua untuk secara sadar melakukan tindakan pelestarian sehingga Bali ini bisa tetap ajeg,” ujar Sujana. (TBN/015)
ESL TEACHER NEEDED.... Start date August. Parttime, Qualified teacher with experience essential. For more info contact : aunthentic.english@yahoo.com
C12-59