8
Vol. IV No. 21
Vol. IV No. 21, 12 - 25 Maret 2010
Otorita Bandara Luncurkan Buku
‘Ngurah Rai Airport Bali Gateway to Paradise’
Jero Wacik (tengah)
Kejadian-kejadian penting terkait dengan Bandara Ngurah Rai sekaligus peran sertanya sebagai pintu gerbang utama menuju Bali selama 70 tahun (1930 - 2010) dipublikasikan dalam buku berjudul ‘Ngurah Rai Airport - Gateway to Paradise’. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik yang meresmikan peluncuran buku tersebut, Minggu (28/2) bertempat di Hotel Kartika Plaza memuji manajemen PT. Angkasa Pura (Persero) I Bandara Ngurah Rai yang berinisiatif membukukan perjalanan bandara kebanggaan masyarakat Bali ini.
M penting
enurut Wacik, pencatatan sejarah dalam sebuah buku sangat untuk memberikan
© tir
penjelasan yang menyeluruh mengenai kondisi sebuah tempat. Dirinya mengaku, sangat peduli terhadap kondisi bandara karena bandara merupakan pintu gerbang masuknya wisatawan ke Indonesia. “Untuk itu kebersihan lingkungan bandara sangat penting. Nah, Bandara Ngurah Rai termasuk bandara yang kebersihannya terjaga sehingga wisatawan mendapatkan gambaran yang baik tentang Bali,” kata Wacik. GM AP I Bandara Ngurah Rai Heru Legowo mengutarakan buku setebal 130 halaman ini merupakan kumpulan dari sekian banyak catatan sejarah yang menceritakan dan menggambarkan perjalanan Bandara Udara Ngurah Rai sejak 1930 tahun silam. Berawal dari pembangunan Airstrip berupa padang rumput sepanjang 700 meter yang kemudian dikenal oleh masyarakat dengan istilah pelabuhan udara Tuban hingga
bermetamorfosis menjadi sebuah Bandar Udara Internasional Ngurah Rai dengan fasilitas berstandar internasional. Heru mengutarakan pembuatan buku yang dilakukan selama 3 bulan ini bukanlah pekerjaan ringan. Sebab, banyak bahan-bahan literatur maupun catatan mengenai Bandara Ngurah Rai sulit diperoleh, terutama di tahun-tahun awal berdirinya bandara ini. “Diperolehnya surat-surat lama tahun 1935 lah yang memicu semangat untuk terus berupaya mewujudkan buku sejarah perjalanan Bandara Ngurah Rai selama 70 tahun ini,” jelasnya. Heru yang merupakan inisiator dari pembuatan buku ini mengaku sangat senang dengan terealisasinya buku setebal 130 halaman ini. “Saat ini bandara Ngurah Rai telah melayani 9 juta pengunjung per tahun. Padahal dilihat dari luasnya, bandara ini termasuk kategori bandara kecil (small airport),” ujarnya. Sementara Direktur Utama PT. Angkasa Pura Bambang Darwoto mengutarakan upaya yang dilakukan AP I Bandara Ngurah Rai patut dihargai. Dia menilai keberadaan buku ini akan memberikan pemahaman mengenai Bandara Ngurah Rai dari masa lalu hingga masa mendatang, dimana bandara ini ditargetkan menjadi world class tourism airport. “Ini merupakan kado bernilai untuk perayaan ulang tahun ke 46 AP I, sekaligus penanda dimulainya era baru Bandara Ngurah Rai sebagai bandara wisata modern, monumental, bersahabat, nyaman, dan ramah lingkungan,” pungkasnya. (BTN/015)
Pengembangan Bandara Ngurah Rai 3 Bulan Lagi Jro Wacik: Tidak Perlu Ada Mall
Bandara Ngurah Rai
Pengembangan Bandara Ngurah Rai yang menelan Rp 1,7 Trilyun rencananya akan dimulai dalam 2 - 3 bulan lagi. Kepastian mengenai perluasan sekitar 120 meter persegi. Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama PT. Angkasa Pura Bambang Darwoto di sela-sela peluncuran buku Ngurah Rai Airport Bali Gateway To Paradise yang berlangsung di Hotel Kartika Plaza, beberapa waktu lalu. Kepastian mengenai perluasan sekitar 120 meter persegi ini
B
ambang mengatakan, proses untuk perluasan bandara ini sudah dimulai sejak awal 2009. Namun
karena adanya masukan dari pemerintah daerah untuk memasukkan ciri khas Bali di bandara berskala internasional itu, maka detail untuk perluasannya kembali direvisi. “Detail engineering nya dalam satu hingga dua bulan ini selesai. Kemudian akan dilakukan tender. Jika lancar 3 bulan lagi pembangunan akan dilaksanakan,” ucapnya. Dijelaskan, perluasan akan dilaksanakan pada terminal internasional. Perubahan juga akan terjadi pada letak terminal domestik dan internasional. Lokasi terminal internasional nantinya akan menjadi terminal domestik sehingga dari sebelumnya hanya mempunyai luas 15 ribu meter persegi, terminal domestik akan seluas 70 ribu meter persegi. Sedangkan untuk lokasi terminal domestik yang luasnya 15 ribu meter persegi akan diperluas
hingga 120 ribu meter persegi untuk dijadikan terminal internasional. “Mudah-mudahan tahun 2012 perluasan bandara ini akan rampung.” Dalam perluasan bandara ini, lanjut Bambang, sekitar 70 rumah dinas yang ada di lingkungan PAP I Bandara Ngurah Rai akan digeser lokasinya. “Dengan terealisasinya perluasan bandara ini, nantinya Bandara Ngurah Rai akan mampu melayani sekitar 20 juta pengunjung per tahun,” harapnya. Namun, menurut Bambang, yang menjadi konsekuensi adalah lalu lintas dan kondisi jalan menuju ke bandara mesti diperluas. Pasalnya, jalan raya yang ada saat ini belum mampu menampung jumlah kedatangan tersebut. Misalnya saja jika ada jumlah pengguna bandara mencapai 10 sampai 15 juta orang, akan terjadi kemacetan lalu lintas menuju arah bandara. Sementara itu Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengingatkan perluasan Bandara Ngurah Rai tidak mesti disertai dengan pembangunan mall di dalam bandara. Sebab keberadaan mall besar di bandara akan mematikan pelaku usaha kecil yang ada di Bali. “Tidak ada mall besar di Bandara. Kalau mereka (wisatawan, red) mau belanja, mereka bisa ke Sukawati atau tempat-tempat sentra kerajinan lainnya di Bali,” kata Jero Wacik. (image/015)
Cukup pasang iklan di
Bali Back to It’s True Nature:
Image-Bali Travel News
Bagi Satyagraha Ashram Foundation
Hanya dengan Rp 200.000
Hubungi
249484
12 - 25 Maret 2010
Gebyar Nyastra Bali
Bali Update
B
ali Back to It’s True Nature. Itulah salah satu kata kunci dari acara yang dilakukan Satyagraha Ashram Foundation di Br. Nyuhkuning, Mas-Ubud 26 Januari lalu. Acara ini dihadiri Bupati Gianyar, Dr. Ir. Cokorda Oka Arta Ardhana Sukawati, M.Si, Ida Pedanda Made Gunung, Ida Pedanda Padangtegal, guru yoga dari India, Mr. Swami G, dan para kelian Banjar Dinas Nyuhkuning. Acara ini merupakan acara special dari Satyagraha Ashram yang menjaga harmonisasi hubungan Bali dan India, dalam art, culture and religion. Mrs. Therese, pendiri Satyagraha Ashram Foundation yang beralamat di Br. Nyuhkuning, Mas-Ubud, mengatakan saat ini pihaknya memiliki 40 murid yoga. Mereka mengadakan latihan yoga dalam tenggang waktu 2 - 3 kali seminggu, bagi anak-anak umur 6 tahun sampai dewasa. Disamping yoga, mereka juga diberikan pendidikan tentang tanaman herbal berupa bungabungaan seperti bunga matahari, mengenal sayur-sayuran dan pembuatan resep minuman tradisional (sejenis jamu tradisional) seperti daluman dan olahan daun bluntas, dll. Therese menambahkan , yayasan ini bersifat non-profit oriented, dimana tujuan utama adalah untuk membantu anakanak yang kurang mampu dalam ekonomi. Selain itu mendidik anak-anak tadi menguasai yoga secara benar dan tepat. Selain itu, pihaknya juga sangat antusias dan tertarik terhadap gambelan Bali, terutama jenis selonding yang hampir
punah. Ketika gambelan slonding ini disatukan atau dikombinasikan dengan Yoga yang ada di Satyagraha Ashram, ternyata iramanya hampir sama dengan olah nafas pada latihan yoga. “Itu yang membuat saya tertarik dengan gambelan selonding,” katanya. “Kombinasi keharmonisan antara Bali dan India lewat art, culture and religion, pada acara ini, saya mempersembahkan Indian Classical Flute (oleh Ravi Sangkar) yang merupakan the finest maker of Hindustani Bansuri Flute dan ia juga mendedikasikan music klasik tradisional Hindustani India,” katanya sambil menambahkan, pihaknya juga mempersembahkan Old Bali Dancing, Tarian Pendet yang telah dikenal di mancanegara, serta pertunjukkan Selonding Dharma Jati Group dan dari seni music Mekar Buana yang dikombinasikan dengan the Ancient Practice of Yoga. Tujuannya, menyambut kedatangan guru terbaik kami yaitu Mr. Swami G, yang menggunakan system pola umat Hindu untuk mencapai connection of yoga, culture, Balinese and Indian Philosophy,” katanya. Dalam acara itu, Bupati Gianyar, Cokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, mengatakan, beliau sangat senang dan menyambut baik, berdirinya Satyagraha Ashram Foundation. “Acara ini, diharapkan dapat berlangsung dengan baik dan dapat membantu masyarakat Bali, terutama anak-anak yang kurang mampu,” ungkapnya. (Image/Budiarta)
© tir
Menerima Penghargaan “Aji Sewaka Nugraha” KLUNGKUNG – IR. Jero Wacik, SE., Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI menerima penghargaan “Aji Sewaka Nugraha”, sebuah penghargaan kepada seniman, budayawan, yang kreatif, inovatif, progresip dalam meningkatkan harkat dan harga diri bangsa. Dalam hal ini Jero Wacik dianggap mampu memberikan pandangan-pandangan, visi baru yang cemerlang dalam membawa bangsa yang lebih bermartabat. Berani memberikan rintisan-rintisan baru yang positif dalam mengangkat tata kehidupan yang dinamis dan berkepribadian. Penghargaan ini diserahkan oleh Nyoman Gunarsa, Sabtu (27/2) bertempat di Museum Seni Lukis (image/015) Klasik Bali Nyoman Gunarsa, Klungkung.
2
Jero Wacik Dorong Buat Film Ngurah Rai
Museum Bali Tertua di Bali
Save Our Destination
Entertainment Corner
5
6
Pengembangan Bandara Ngurah Rai 3 Bulan Lagi
Page Advertorial
8
Dicanangkan, Tahun Kunjungan Museum 2010 * 90 % Museum Tak Layak Kunjung Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik secara resmi mencanangkan Tahun Kunjungan Museum 2010 di Bali. Menteri asal Bali ini mengatakan, museum merupakan media universal untuk pelestarian budaya, dan sarana pembelajaran bagi masyarakat serta objek wisata yang edukatif. Karena itu keberadaannya perlu didorong lebih baik lagi agar bisa melayani apa yang dibutuhkan masyarakat. Program ini untuk lebih mendorong masyarakat dan wisatawan agar lebih meningkatkan apresiasinya ter-
“
hadap museum yang merupakan tempat menyimpan karya para leluhur,” kata Wacik pada saat pencanangan Visit Museum Year (VMY) 2010, Sabtu (27/2) yang dipusatkan di Museum Seni Lukis Klasik Bali Nyoman Gunarsa, di Kabupaten Klungkung. Jero Wacik mengaku, mencanangkan VMY 2010 dibandingkan dengan Visit Indonesia Year 2008 lalu ternyata lebih berat. Karena dari 500-an museum yang ada di Indonesia 90 persen belum layak kunjung. Hal itu dikatakan berdasarkan pengamatan dirinya yang sudah melihat keadaan museum di Indonesia. Banyak ada Halaman 7
Dicanangkan ...............................
Museum, Investasi Budaya Yang Terlantar ika ingin memasuki dunia masa lampau di zaman kini, berkunjunglah ke museum. Karena, museum adalah sebuah tempat yang sering disebut sebagai sebuah investasi budaya bangsa. Melalui museum kita dapat menyelami kehidupan masa lampau dari sebuah peradaban manusia. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan serta keakenaragaman budaya. Memang, kelihatan seperti bendabenda mati, namun penuh dengan makna. Karena, museum sebagai tempat pembelajaran untuk ke masa depan. Bali, sebuah pulau yang kaya akan peradaban seni budaya kini memiliki sekitar 23 museum dengan mayoritas terdapat di Kabuapaten Gianyar. Dari sekian
J
banyak museum yang ada di Bali hampir 65% dikelola oleh swasta dan sisanya berada di bawah otoritas pemerintah daerah dengan koleksi yang tak kalah beragamnya pula. Lukisan berbagai aliran, benda arkeologi, perhiasan, miniatur perkembangan kehidupan masyarakat Bali serta aktivitas sosial budaya, patung, benda-benda seni hingga koleksi kupu-kupu pun ada di museum di Bali. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan Propinsi Bali, untuk mendirikan sebuah museum haruslah memenuhi beberapa persyaratan, di antaranya; sebuah museum harus berdiri di bawah naungan instansi pemerintah, yayasan atau badan usaha yang dibentuk berdasarkan hukum Indonesia, menyimpan koleksi kumpulan bukti material hasil budaya manusia/lingkungan yang Halaman 7
Museum .....................................
© tir
Jro Wacik saat mengunjungi pameran di Museum Gunarsa setelah mencanangkan Tahun Kunjungan Museum 2010
Museum Perlu Diswastakan?
Kini, banyak museum di Bali yang tidak menarik lagi. Kotor, lumutan, dan belum memiliki petugas yang mampu menjelaskan isi, pesan dan makna dari museum tersebut. Semua museum hampir sama yakni terlalu banyak memajang lukisan. Belum ada museum yang mengkhusus, sehingga kurang menarik bagi wisatawan. Itulah gambaran keberadaan museum di Bali. gurah Wijaya, Koordinator Bali Tourism Board mengatakan, sesungguhnya museum sangat menarik bagi wisatawan. Karena lewat museum, wisatawan bisa mengetahui latar belakang dan sejarah Bali yang dikunjunginya. “Sayangnya, museum yang dikelola pemerintah kebanyakan tidak terurus. Perlu ada sebuah revitalisasi museum,” kata Wijaya. Ditambahkan, Bali memiliki
N
aset yang luar biasa, tetapi karena kurang mampu memanajemen membuat museum itu tak layak kunjung. Padahal, jika dikelola dengan baik museum itu bisa dibuatkan tema, kemudian dijadikan tempat seminar, konferensi, workshop dan kegiatan lainnya. “Kalau pemerintah tidak bisa menjaga, lebih baik diswastanisasikan saja. Pemiliknya tetap pemerintah, namun pengelolanya adalah orang yang betul-betul professional,” ucapnya.
Kurang Menarik. Sekarang ini, lanjutnya, banyak orang yang ingin mengelola museum di Bali. “Pemerintah tidak perlu takut,” imbuhnya. Saat ini, kata Wijaya, selain tak terurus juga belum banyak yang mempromosikan museum di Bali. “Lantas, bagaimana kita mengejar Visit Museum Year,” kata Wijaya balik bertanya. Hal yang sama juga dikatakan Wakil Ketua Federasi Asosiasi Pemandu Wisata Dunia Nyoman Kandia. Menurut Kandia, museum yang dikelola oleh pemerintah tidak
ada yang layak dikunjungi. Tak terawat dan kurang mendapat perhatian yang serius dari pengelolanya. “Saya setuju kalau museum pemerintah itu diswastanisasikan,” ujar Kandia. Menurut Kandia, kalau museum pemerintah diswastanisasikan akan mampu melestarikan asset Bali. Di samping adanya transparan pengdapatan, penjaga, renovasi dan yang mempromosikan juga menjadi jelas. Demikian pula dengan SDM penunggunya. “Lihat saja museum swasta itu bekerjasama dengan industri pariwisata. Makanya wisatawan mengalir berkunjung ke sana. Intinya, harus melakukan kerjasana dengan siapapun,” terangnya. Kandia lalu mencontohkan Museum Bali yang tidak memiliki fasilitas penunjang yang baik. Parkir tidak memadai, kebersihan toilet tidak terjamin, dan pedagang acung terlalu banyak bahkan sering mengganggu wisataHalaman 7
Museum Perlu ...........................
C12-59
2
Vol. IV No. 21, 12 - 25 Maret 2010
Vol. IV No. 21, 12 - 25 Maret 2010
7
Lolec
© tir
© tir
Melasti di Tanah Lot
Pembinaan Keamanan Pariwisata
Lomba Lelakut
TANAH LOT – Pada hari Minggu (14/3) nanti, bakal ada atraksi budaya di Daya Tarik Wisata Tanah Lot. Seluruh banjar adat yang ada di Desa Pakraman Beraban berkumpul di Pura Bale Agung kemudian melaksanakan kegiatan ritual “Melasti” ke Segara Kidul Tanah Lot menjelang hari raya Nyepi (Tahun Baru Saka 1932). Pemelastian akan diikuti oleh 44 Pura yang ada di wilayah Desa Pakraman Beraban dan 5 pralawat Barong (Jero Gede). Pemelastian ke Segara Kidul Tanah Lot dimulai pukul 15.00 wita, sehingga untuk para pengunjung saat itu mendapat suguhan budaya.
TANAH LOT – Sebanyak 41 orang, terdiri dari anggota Pokdarwis Surya Chandra, wakil dari pedagang pasar seni di Tanah Lot, karyawan operasional Tanah Lot, pelaku pariwisata dan wakil dari CV. Ari Jasa Wisata mengikuti sosialisasi atau pembinaan keamanan pariwisata. Sosialisasi ini menghadirkan polisi pariwisata dari Kepolisian Nasional Indonesia wilayah Bali (polda Bali). Kegiatan yang digelar Jumat (5/3) itu diadakan di wantilan Pura Luhur Pakendungan. Dalam sosialisasi tersebut membahas tentang keamanan pariwisata khususnya di obyek wisata Tanah Lot,seperti ; kejahatan penjambretan, kejahatan dengan modus hipnotis, (image/015) dan keamanan di areal Tanah Lot.
DENPASAR – Inovatif dan unik. Sebanyak 20 petani yang merupakan perwakilan dari subak masing-masing kecamatan se-Kota Denpasar mengikuti lomba lelakut. Lelakut adalah sebuah bentuk kreativitas petani dan penghormatan terhadap warisan budaya leluhur yang sarat dengan makna dan filosofi. Tim juri melibatkan dari Fakultas Pertanian Unud, Dinas Kebudayaan, Departemen Agama dan Dari Dinas Pertanian Kota Denpasar. Lomba ini dibuka Walikota Denpasar, IB. Rai Dharmawijaya Mantra, SE. Msi, di Subak Anggabaya, didampingi istri Ny. Ida Ayu Selly Mantra dan Wakil Walikota Denpasar IGN. Jayanegara, Sekkot Drs. AA. Ngurah Rai Iswara, Kabag Humas dan Protokol Erwin Suryadarma, SE, (image/015) serta sejumlah Pimpinan Unit dan SKPD.
Bedah 350 Rumah DENPASAR - Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar melaksanakan perbaikan 350 rumah milik RTM (rumah tangga miskin) yang dialokasikan dari APBD Kota Denpasar tahun 2010. Kabid Perumahan, Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar, Dewa MadeWisnawa Wedaguna, saat melakukan pertemuan dengan warga masyarakat RTM di Kantor Desa Penatih Dangin Puri, Kamis (25/2), mengatakan, perbaikan rumah RTM dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dimulai Maret mendatang memperbaiki 190 unit rumah RTM. Sedangkan sisanya 160 rumah RTM akan dilaksanakan pada anggaran perubahan. Sebelumnya, pemerintah kota Denpasar telah memperbaiki 350 unit RTM pada tahun (BTN/015) anggaran 2009. © tir
Gebyar Nyastra Bali
© tir
Tanah Lot Gelar Parade Ogoh-Ogoh TANAH LOT – Pada hari Pengrupukan yang jatuh pada Senin (15/3), Objek Wisata Tanah Lot menggelar parade ogoh-ogoh. Made Sujana, Manager Badan Otorita Tanah Lot mengatakan parade ini akan dilaksankan oleh organisasi pemuda di Desa Beraban. Karnaval Ogoh-ogoh biasanya diarak di seluruh desa ke batas desa di sore sampai malam. Ogoh-ogoh yang dibuat menyerupai setan dengan ukuran besar untuk mengusir kejahatan agar tidak mengganggu orang. “Kegiatan ini sebagai ajang kreasi pemuda se-Desa Pakraman Beraban dan melestarikan Budaya dan Agama Hindu, selain menyambut tahun Çaka 1932,” kata Sujana. Lokasinya, di Lapangan Umum Desa Beraban Tanah Lot mulai pukul 17.00 wita - selesai. Jumlah peserta yang mengikuti parade Ogoh-ogoh adalah 13 peserta (sekaa teruna) yang berasal dari desa Pakraman Beraban. Penilaian akan difokuskan pada thema/alur cerita, kreatifitas, atraksi, kekompakan, ketertiban, dan kesesuaian gamelan dengan (image/015) atraksi.
DENPASAR – Sebanyak 954 peserta perwakilan dari siswa SD, SMP, dan SMA/SMU se- Denpasar mengikuti Gebyar Nyastra Bali. Kegiatan serangkaian HUT ke-18 Kota Denpasar ini sebagai upaya Pemerintah Kota Denpasar dalam meningkatkan minat siswa menekuni sastra Bali yang belakangan ini diakui masih kurang peminatnya. Melalui gebyar nyastra ini diharapkan mampu menjadikan Sastra Bali sebagai suluh hidup. Tim juri yang melibatkan tim penilai dari para pakar dosen Sastra Bali melakukan penilaian kemudian (image/015) menentukan pemenang 10 besar.
Penghargaan Wajib Terbaik DENPASAR – Bertepatan dengan puncak acara HUT ke18 Pemerintah Kota Denpasar memberikan penghargaan wajib pajak paling utama kepada Bali Hyatt, Sanur, karena berturut-turut tiga kali setiap tahun menjadi wajib pajak terbaik. Penghargaan diserahkan oleh Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, EE Mangendaan. Sementara pengharggan wajib pajak hotel restoran terbaik 2009 diserahkan oleh Kepala Dinas Pendapatan, IB Subrata dan Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar, I Putu Budiasa bertempat di Kantor Dinas Pendapatan Kota Denpasar, Jumat (5/3). Berikut nama-nama wajib pajak hotel dan wajib pajak restoran penerima penghargaan terbaik Kota Denpasar tahun 2009 untuk katagori hotel bintang yaitu; (1) Hotel Sanur Beach, (2) Sanur Paradise Plaza, (3) CV. Santrian Beach R., (4) The Grand Bali Beach, (5) CV. Santrian Beach, (6) Dewangkara Beach Hotel, (7) Mercure Hotel, Jl. Mertasari, (8) Gazebo Cottage Beach Hotel, (9) CV. Tanjung Sari, dan (10) Natour Sindhu Beach. Untuk katagori hotel melati (1) Parigata Hotel, (2) Hotel Nikki, (3) Hotel Cianjur, (4) Hotel Puri Ayu, (5) Aston Legend Villas, dan (6) Aston Denpasar Condotel, Jl. Gatot Subroto. Sedangkan untuk kategori restoran/rumah makan diraih (1) RM. Cianjur, (2) Masimo ILL Rest, (3) Bali Backery Patisirie, (4) Hongkong Garden Rest., (5) RM. Taliwang Baru, dan (6) (image/015) RM. Mina Kencana.
© edy
BADUNG - Pertemuan luar biasa ke-sebelas Dewan Pemerintahan/Forum Menteri Lingkungan Hidup Global, UN Environment Programme (UNEP) berhasil menyepakati Deklarasi Nusa Dua. Acara yang ditutup Jumat (26/2) di Nusa Dua tersebut menyerukan adanya kerjasama global untuk menanggulangi isu-isu lingkungan yang saat ini terjadi. Deklarasi Nusa Dua itu menyatakan pentingnya peran UNEP sebagai otoritas lingkungan global yang membuat agenda lingkungan global dan mempromosikan implentasinya dalam sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Terdapat 5 topik (image/015) bahasan yang disepakati dalam deklarasi ini.
* Sangeh Diserbu Wisatawan Domestik Sejak dikelola secara professional, kunjungan wisatawan ke DTW (Daya Tarik Wisata) Sangeh mengalami peningkatan setiap tahunnya. I Made Sumohon, Ketua Pengelola DTW Sangeh mengatakan sejak tahun 2003 hingga 2009 jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Sangeh meningkat rata-rata 30 persen setiap tahunnya. “Setelah dikelola secara baik, kunjungan wisatawan meningkat ke DTW Sangeh,” a ku Sumohon polos. enurut Sumohon, yang paling banyak berkunjung adalah wisatawan domestik (wisdom), terutama pada saat liburan sekolah. Jika dibandingkan dengan wisatawan mancanegara, jumlah wisdom selalu lebih banyak dari pada wisatawan mancanegara (wisman). Bahkan, pasar domestik yang ada tidak hanya didominasi dari Jawa, melainkan ada dari Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat (NTB). “Ada pun perbandingannya sekitar 90% wisdom dan 10 % wisman,” jelas Sumohon. Adapun data peningkatan kunjungan wisatawan ke DTW Sangeh adalah tahun 2003 (5154 wisman; 75377 wisdom), 2004 (7902 wisman; 119746 wisdom),
M
Dari Halaman 1
Museum .....................................
Rumah Sakit Bertaraf Internasional
“Deklarasi Nusa Dua”
Terjadi Peningkatan Kunjungan Wisatawan Setiap Tahun
BADUNG – Pemerintah Kabupaten Badung akan menjadikan RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Badung bertipe B Plus dan bertaraf Internasional. Pembangunan RSUD ini menggunakan dana Pusat dengan usulan dana mencapai Rp.1,2 trilyun. Kepala Bappeda dan Litbang Badung, Kompyang R. Swandika menyampaikan, rumah sakit bertaraf internasional yang akan dibangun untuk pelayanan pasien umum dan masyarakat mulai kategori miskin hingga pasien wisatawan mancanegara. Selain sebagai pusat pelayanan kesehatan, rumah sakit ini juga disiapkan untuk Diklat Tenaga Medis dan Paramedis serta untuk pelayanan korban kebakaran dan pasien HIV/AIDS. Sementara Bupati Badung, A.A. Gde Agung, SH didampingi Ketua DPRD Badung Drs. I Made Sumer, Apt dan Wakil Bupati Drs. I Ketut Sudikerta mengatakan, dalam pengembangan dan pembangunan RSUD Badung ini harus kembali pada kearifan lokal Bali dengan menerapkan filosofi Tri Hita Karana. Dalam pembagian lahan yang ada juga harus berdasarkan Tri Mandala dan membuat bangunan sesuai dengan Tri Angga. Hal tersebut terungkap saat presentasi master plan pengembangan dan pembangunan RSUD Badung oleh Konsultan Dewinta Abadi Persada, di Puspem Badung, belum (image/015) lama ini.
Kepahlawanan Kebo Iwa GIANYAR – Untuk mengenang dan melanjutkan spirit kepahlawanan Kebo Iwa, Pemkab Gianyar melalui Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar melaksanakan seminar penelitian, penulisan dan pencetakan buku Kebo Iwa. Kegiatan ini merupakan rangkaian upaya penyusunan buku tentang Kebo Iwa dan sejarahnya. Selain sejumlah pejabat dan jajaran Muspida Pemkab Gianyar dan Kepala UPTD Monumen Perjuangan Provinsi Bali, hadir pula peneliti, budayawan dan seniman seperti Agung Rai Arma, Prof. Wayan Dibia, Prof. Gede Paramarta, Wayan Carita, dan Suteja Neka. Seminar kali keduanya ini dilaksanakan di (image/015) Museum Arma, Ubud, Selasa (2/3).
berkaitan dengan berbagai cabang seni disiplin ilmu dan teknologi, serta harus memenuhi persyaratan sesuai dengan Kepmen 33 tahun 2004. Perkembangan museum di Bali belakangan ini cukup bergairah mengingat kini museum sering dijadikan sebagai sebuah objek penelitian serta pusat kesenian di Bali. Walau dirasakan cukup menjanjikan perkembangannya, namun tidak lantas diikuti oleh kesigapan pemerintah dengan keberadaan museum ini. Pemerintah kurang memberikan perhatian pada museum terutama dalam hal bagaimana mengkonservasi koleksi yang ada. Memang, dana yang diperlukan untuk kegiatan konservasi ini sangat tinggi. Walau demikian, tenaga konservator sangatlah diperlukan oleh museum agar koleksi yang dimiliki dapat tetap bertahan. Di samping itu, nafas dari museum ini bisa ditentukan oleh konservasi itu sendiri.
Wisatawan di DTW Sangeh 2005 (10395 wisman; 143058 wisdom), 2006 (12058 wisman; 141342 wisdom), 2007 (13048 wisman; 151146 wisdom), 2008 (14440 wisman; 187461 wisdom) dan tahun 2009 (14877 wisman; 191736 wisdom). Hal itu terjadi, terang Sumohon, kunjungan wisman ke Bali kebanyakan sudah disertai paket tour. Selain itu, jarak yang terlalu jauh juga menjadi pertimbangan Sinergi Galeri Selama ini, tidak ada perhatian khusus seperti pendanaan bagi museum-museum yang melaksankan konservasi ini. Karenanya, para pengelola harus dapat menghidupi museum dari tiket masuk hingga menyewakan areal untuk pertemuan, dan sejenisnya. Tidak sedikit pula museum swasta yang dibarengi dengan gallery. Karena hasil dari galleri itu kemudian digunakan untuk kelangsungan dari museum itu sendiri. Meskipun sebuah museum memang dirancang tidak untuk dikomersialkan, jika tidak ada perhatian dari instansi untuk kelangsungan operasionalnya tentu saja akan sangat sulit mempertahankan keberadaannya. Sudah terbukti, banyak museum yang berhasil setelah disinergikan atau mengkombinasikan dengan galleri. Di antaranya, Museum Rudana, Museum Arma, dan Museum Neka. Kalau, museumnya tidak untung tetapi gallery yang menghasilkan lapangan kerja dan uang untuk dana operasiaonal
para guide untuk mengajak tamunya ke Sangeh. “Kami berharap kepada pemerintah untuk bisa menjembatani kami dengan pihak travel agent untuk menjadikan Sangeh paket tujuan wisatanya,” harapnya pasrah. Di samping untuk menyaksikan keunikan alam Sangeh kehadiran mereka juga untuk melakukan study banding tentang pengelolaan objek dengan sistem desa adat. “Kendati di Bali banyak objek yang dikelola oleh desa adat, namun mereka lebih banyak melakukan studi di sini,” ucapnya bangga. Peningkatan kunjungan ini membukti© tir kan, pasar domestik sangat berpotensi dan berpengaruh untuk menggairahkan kepariwisataan Bali. Artinya, para pengusaha pariwisata jangan meremehkan wisdom. “Kami selalu berupaya memberikan yang terbaik bagi para pengunjung. Walaupun wisatawan asing jumlahnya kecil, tetapi kami tetap memberikan pelayanan yang terbaik. Ini untuk menjaga image Sangeh dan Bali di luar negeri,” imbuhnya. (image/015)
museum. Kalau museum tok itu yang membuat museum berdebu. Suasana tersebut tampak dalam museum antara yang dikelola pemerintah dan swasta. Kebanyakan museum yang dikelola pemerintah SDM-nya kurang profesional dan asal-asalan. Ini tidak dapat dipungkiri mengingat mereka umumnya bukan berasal dari background yang sesuai dengan bidangnya. Hal inilah yang hingga kini masih menjadi persoalan pelik dalam dunia permuseuman di Bali, mungkin juga di Indonesia secara keseluruhan. Sehingga warisan budaya bangsa ini terkesan diterlantarkan. Persoalan yang munculnya tak terbatas hanya menyangkut investasi budaya yang ada, tapi juga sistem pengelolaan serta SDMnya sampai sekarang masih menjadi kendala tersendiri. Di samping itu koordinasi serta cooperation di antara lembaga pemerintah dan swasta dalam hal ini hingga saat ini belum berjalan dengan baik. (image/008/015)
Dari Halaman 1
Dicanangkan ............................... museum, tetapi banyak yang tidak dirawat, disapu pun tidak. “Dan yang 10 persen dari 500-an museum yang layak kunjung itu ada di Bali semua. Museum yang di Bali semuanya bagus, kecuali yang dimiliki pemda.” Wacik kemudian mencontohkan Museum Subak di Tabanan. Museum ini tidak dikunjungi turis, jangan-jangan museum tidak ada penjaganya atau tidak pernah disapu. Memang sangat disayangkan kalau museum ini tidak dikunjungi wisatawan, karena disitulah gambaran perjalanan subak di Bali. “Kita bangga dengan subak tetapi tempat pelajarannya kurang terawat,” ujarnya. Wajib Kunjung Mencanangkan VMY 2010 ataupun VIY 2008 lalu, Wacik mengaku dilakukan dengan ngeregep bayu. Karena, dirinya sadar masih banyak fasilitas dan penunjang yang tidak layak. Namun, kekurangan-kekurangan yang ada tidak harus ditakutinya, sehingga VIY 2008 lalu mendapat hasil kedatangan wisman asing ke Indonesia tertinggi sepanjang sejarah sejak Indonesia merdeka. “Setelah bertemu dengan pemilik beberapa museum di Bali, lantas ada ide untuk membuat VMY. Saya mengunjungi museum-museum di Indonesia, maka saya membuat VMY dengan revitalisasi museum selama lima tahun (2010 – 2014),” paparnya. Lalu, yang menjadi target adalah dalam lima tahun bekerja, 90 persen museum yang tidak layak kunjung itu agar menjadi layak dikunjungi. Untuk itu, Wacik mengharpkan Dari Halaman 1
Museum Perlu ........................... wan. “Dan yang memprihatinkan, tidak ada penjaga yang memandu wisatawan. Apalagi yang mampu memberikan penjelasan yang baik dan benar kepada wisatawan,” ucapnya. Kandia kemudian menyinggung Monumen Perjuangan Rakyat Bali yang isinya kurang lengkap, Museum Subak yang ditumbuhi ilalang, dan Museum Le Mayeur tak dilengkapi petugas yang mampu memberikan penjelasan kepada wisatawan. “Harusnya, pemerintah Bali serius mengelola museum. Bila perlu membuat Museum Bali yang luasnya mencapai 10 Hektar yang nantinya dijadikan tempat pembelajaran bagi generasi ke depan,” tambahnya seraya mengaku saat ini wisatawan yang berkunjung ke museum baru mencapai 10 – 15 persen lewat paket-paket tur dari Jepang, Korea, dan Cina. Swasta Juga Sementara di tempat terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, IB Sedhawa mengatakan, terkait dengan program Visit Museum Year 2010, pemerintah Provinsi Bali akan memperbaiki sejumlah bangunan museum serta menerapkan teknologi tinggi. “Saya
kepala daerah mau menganggarkan dana APBD (anggaran pendapatan belanja daerah) untuk museum. Selain itu, ia juga berharap pada Mendiknas agar memerintahkan jajarannya untuk wajib mengunjungi museum. Anak-anak SD, SMP dan SMA agar diwajibkan berkunjungi ke museum. Setelah itu, membuat tulisan sejarah nenek moyangnya. “Itu yang sedang kami lakukan, sehingga saya merasa perlu mencanangkan lagi VMY 2010 di Bali.” Jero Wacik mengingatkan, semua orang harus memaknai museum. Karena museum adalah tempat kita belajar. Orang yang tidak pernah ke museum pasti lebih sedikit pengetahuannya tentang masa lalu, dari pada orang yang sering ke museum. Jero wacik lalu mencontohkan, kalau melihat museum purbakala di Pejeng sama halnya dengan melihat manusia Bali 2000 tahun yanglalu. “Itulah nenek moyang kita orang Bali. Apalagi kalau dijabarkan tentang bagaimana manusia Bali 2000 tahun silam,” papar Wacik. Ditegaskan, museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa. Museum juga menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman budaya. Dan yang terpenting museum sebagai tempat pembelajaran untuk masa depan. Memang kelihatan seperti benda-benda mati, namun penuh makna. “Di Belanda ada barangbarang dari Bali yang dipajang di sana. Cara penempatannya sangat bagus sehingga berceritera. Itu artinya Bali memiliki peradaban yang tinggi,” ucapnya. (image/budarsana)
kira, untuk di Bali museum-museum yang dikelola oleh swasta pun harus juga ikut lebih berbenah diri. Karena menjadikan museum sebagai suatu ikon perlu proses. Bagaimana menjadikan museum itu sebagai salah satu nilai atau potensi budaya,” katanya. Menurut Sedhawa, program VMY yang dicanangkan Menteri Kebudayan dan Pariwisata Ir. Jero wacik ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan ke museum serta meningkatkan apresiasi dan kepedulian masyarakat terjadap warisan budaya bangsa. Saat ini propinsi Bali mengelola empat museum yaitu Museum Bali, Museum Le Mayeur, Museum Taman Budaya Art Center dan Monumen Perjuangan Rakyat Bali. Untuk mempromosikan museum yang ada, jelas Sedhawa, diperlukan beberapa perbaikan. Selain dari dimensi fisik bangunan, juga peningkatan pelayanan serta akan menerapkan sistem teknologi yang akan memberikan penjelasan kepada pengunjung. Sistem ini nantinya memberikan pengetahuan lebih awal kepada pengunjung sebelum memasuki museum. Baik itu mengenai sejarah, fisik bangunan, isi dan informasi lainnya. (image/budarsana)
6
Vol. IV No. 21, 12 - 25 Maret 2010
Vol. IV No. 21, 12 - 25 Maret 2010
Penghargaan Terhadap Pahlawan:
Jero Wacik Dorong Buat Film Ngurah Rai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik, mendorong semua pihak untuk membuat film documenter kepahlawanan I Gusti Ngurah Rai. “Saya siap membantu pendanaan pembuatan film-film dokumenter kepahlawanan yang telah berjasa bagi bangsa dan negara,” kata Wacik pada peluncuran buku berjudul “Ngurah Rai Airport - Gateway to Paradise di Kuta baru-baru ini.
acik mengungkapkan, kalau sudah ada keinginan bersama untuk mewujudkan film dokumenter itu, pasti akan dapat dikerjakan. Apalagi yang dipercayakan sutradara muda yang professional dan produser dalam perfilman sangat
W
banyak di Indonesia. “Kalau didukung sutradara profesional dan peralatan canggih, saya yakin garapan film tersebut akan dapat terwujud. Yang terpenting siapa mau memprakarsai lebih dulu,” ujar Wacik. Dalam hal ini, Wacik mengaku dirinya sangat apresiatif jika ada daerah atau perusahaan yang akan menggarap pembuatan film-film dokumenter pahlawan nasional. Sebagai anak bangsa, ajak Wacik, tidak boleh lupa dengan jasajasa perjuangan mereka, hingga titik darah penghabisan agar tercapai kemerdekaan bangsa ini. “Tanpa perjuangan mereka, mungkin kita masih terjajah. Karena itu mari kita isi kemerdekaan ini dengan pembangunan di segala bidang, termasuk juga untuk mendokumentasikan perjalanan beliau,” kata lelaki asal Desa Kintamani, Bali itu. Pahlawan I Gusti Ngurah Rai tidak saja diabadikan namanya sebagai bandara internasional, jalan protokol maupun dalam sebuah patung, tetapi akan lebih baik bila dapat didokumentasikan dalam sebuah film. Riwayat I Gusti Ngurah Rai semasa kecil, remaja hingga berjuang dalam pertempuran sangat penting diabadikan dalam sebuah audio visual. Dengan demikian wisatawan yang datang ke Bali akan lebih lengkap mengetahui sejarah perjalanan Pulau Dewata. “Semasa Gusti Ngurah Rai berpacaran akan sangat menarik diangkat dalam film,” imbuhnya. Di Indonesia, papar Wacik, masih banyak pahlawan yang perlu didokumentasikan dalam film. Diantaranya Patimura, Hasanuddin dan Juanda. Semua itu nantinya dapat dijadikan sebuah karya budaya dalam mendukung © tir sektor kepariwisataan di tanah air. “Kami sudah mensosialisasikan untuk penggarapan filmfilm dokumenter, karena Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tahun depan berencana akan menggelar festival film dokumenter tersebut,” terang (image/015) Wacik.
Kebijakan Pemerintah harus Libatkan Industri alam hal kepariwisataan, pemerintah sering kali membuat kebijakan yang tidak melibatkan industri. Salah s a t u n y a pemberlakukan tarif Visa on Arrival (VoA) yang dinaikkan begitu saja, sehingga merugikan pihak Travel Agent d e n g a n paket yang d i j u a l d a l a m setahun k e
D
depan. “Sangat disayangkan pemerintah selalu membuat kebijakan tanpa melibatkan pihak industri,” kritik Wijaya ketika dipercaya sebagai pembicara pada Sarasehan 50 Tokoh Pariwisata Bali di Gedung Wisma Sabha Kantor Gubernur Bali, beberapa waktu lalu. Wijaya mengatakan, banyak problem dalam membangun pariwisata Bali yang saat ini dirasakan semakin sulit. Misalnya, tentang pajak ABT
© tir
i tahun 2010 ini, pemerintah Indonesia akan melakukan promosi pariwisata ke Australia dan Inggris. Prof. Dr. I Gde Pitana, Direktur Promosi Luar Negeri Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mengatakan kedua negara tersebut berpotensi kunjungan wisatanya luar biasa. “Negara Australia dan Inggris memiliki potensi besar warganya melakukan perjalanan wisata ke Indonesia,” kata I Gde Pitana di Nusa Dua, beberapa waktu lalu.. Dikatakan Pitana, kalau dari geografis, Australia sangat dekat dengan Indonesia dan hampir tidak pernah sepi wisatawan yang berkunjung ke I n d o n e s i a , khususnya ke Bali. “Walau terjadi krisis ekonomi dunia yang sempat m e l a n d a pertengahan 2008 hingga 2009 lalu, mereka tetap ramai mengunjungi Indonesia,” tegas Pitana. Menurut Pitana, anggapan bahwa turis asal negeri kangguru itu hanya berlibur menikmati keindahan alam dan pantai itu tidak semuanya benar. Dari segi berbelanja cindramata dan kerajinan tangan mereka tergolong cukup banyak. Begitu juga dengan wisatawan Australia yang biasa menginap di hotel berbintang cukup tinggi. Pria asal Tabanan ini menyatakan, potensi seperti ini harus digarap sehingga tahun ini kunjungan wisatawan Australia ke Indonesia menjadi lebih meningkat
D
© tir
dari pada tahun 2009 yang mencapai 560.000 orang. Selain itu, wisatawan Inggris juga memiliki peluang besar untuk mengunjungi Bali. Terlebih lagi Pangeran Charles (Inggris) sempat berkunjung ke Indonesia, sehingga secara tidak langsung pihak kerajaan telah memberikan citra positif terhadap Indonesia. “Mudah-mudahan, dalam waktu dekat kami bisa melakukan promosi pariwisata ke mall terbesar di Inggris. Dengan promosi ini kita berharap kunjungan turis Inggris akan lebih meningkat ke Indonesia tahun ini,” ucapnya. (image/015)
(air bawah tanah) yang dinaikkan seribu persen (1000%), sedangkan pilihan yang diberikan pemerintah belum optimal. Dengan adanya kebijakan itu, terus terang Wijaya mempertanyakan bagaimana industri mengikutinya sedangkan PDAM saja belum mampu mensupplay air secara optimal. “Kegiatan ini sangat aneh. Kami berharap kepada pemerintah agar lebih membicarakan dulu sebelum memutuskan sebuah peraturan,” katanya. Banyak lagi contoh-contoh dalam hal membangun system yang transparan dan belum dipenuhi oleh pemerintah sendiri. Begitu pula berbagai kebijakan yang belum terealisasi hingga kini, seperti dukungan listrik, air dan transportasi di Bali. “Bayangkan kita hanya bisa berpolemik di tingkat wacana semata, sementara mana realisasi dari solusi yang diberikan. Tahunya hanya ribut tanpa memberikan jalan keluar. Contohnya listrik yang cocok untuk Bali itu jenis apa, dll?,” papar Wijaya dengan sambutan yang cukup meriah dari peserta. (image/015)
Bali Keliru Kelola Pariwisata umber pokok atau kualitas terkait munculnya berbagai ironi di tengah keunggulan pariwisata Bali adalah adanya kekeliruan dalam mengelola pariwisata secara holistic. Antropolog I Wayan Geriya mengatakan, Bali sebagai pulau kecil dengan keterbatasan daya dukung, terbatas daya lentur, dan h a r u s mengutamakan kualitas bukan kuantitas. “Kekeliruan bukan saja memunculkan ironi melainkan juga dampak negative secara perlahan, ekstrim d a n berkelanjutan,” kata Geriya dalam Sarasehan 50 Tokoh Pariwisata Bali di Gedung Wisma Sabha Kantor Gubernur Bali, baru-baru ini. Geriya menyatakan, ada enam kekeliruan pokok yang dialami Bali. Pertama one island multi managemen, orientasi pariwisata hanya memikirkan kuantitas,
S
“Tri Hita Karana” Konsepnya Perlu ada kesepakatan atau komitmen jika membangun fasilitas penunjang pariwisata Bali, seperti hotel dan villa diperlukan sebuah kajian. Karena perlu diketahui fasilitas yang ada selama ini apakah tidak merusak lingkungan dan sudah memberi manfaat terhadap masyarakat. Demikian dikatakan mantan Menbudpar I Gde Ardika di sela acara sosialisasi dan rencana aksi implementasi kode etik kepariwisataan dunia itu, di Denpasar baru-baru ini.
enurut Ardika, pembangunan fasilitas tersebut harus mengacu Perda rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan kawasan wilayah objek wisata. Hal tersebut tak berlaku bagi investor yang ingin menanamkan investasinya dalam kepariwisataan Bali, juga harus memperhatikan hal tersebut, begitu juga pemerintah kabupaten dan kota agar menegakkan Perda yang telah ada. “Sebaiknya dikaji dulu bila ingin membangun fasilitas penunjang pariwisata Bali, apakah fasilitas yang ada selama ini tidak merusak lingkungan dan sudah memberi manfaat terhadap
M
Wayan Geriya:
Ngurah Wijaya:
Perlu Dikaji Pembangunan Fasilitas Pariwisata Bali
Prof. I Gede Pitana:
Australia dan Inggris Potensi Pasar Pariwisata Indonesia
bukan kualitas. S e l a n j u t n y a pariwisata dan kebudayaan tak s e l a m a n y a berkembang s i m b i o s i s . Disebutkan tiga pilar ekonomi Bali tidak
© tir
harmoni, pariwisata meningkat pertanian merosot, kerajinan mandeg. Selain itu moral ramah pariwisata image of unlimited goods berlawanan dengan local genius image of limited goods. Dan kekeliruan terakhir adalah PHR bukan untuk prioritas Kebudayaan dan Pariwisata. (image/015)
3
masyarakat.” Ditambahkan, konsep pembangunan pariwisata di Bali adalah mengacu pada “Tri Hita Karana” atau tiga hubungan keseimbangan dalam kehidupan yaitu hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia serta manusia dengan lingkungan. “Jika salah satu ini diabaikan, maka kepariwisataan Bali akan mendapatkan hasil yang tak sesuai harapan. Karena itu saya harapkan semua komponen masyarakat Bali harus melestarikan konsep tersebut,” tambah pemerhati masalah pembangunan dan pariwisata asal Kabupaten Buleleng itu.
I Gde Ardika
© tir
Ardika mengatakan, wisatawan mancanegara datang ke Pulau Dewata ingin menikmati pemandangan alam dan seni budaya yang tetap eksis dilakukan oleh warga masyarakat. Bila sampai salah satu komponen itu bergeser, maka wisatawan domestik dan mancanegara tidak akan tertarik lagi mengunjungi Pulau Bali. “Karena itu mari lestarikan semua itu.” Di lain pihak, pendapat yang tegas juga dilontarkan Wakil Ketua Federasi Asosiasi Pemandu Wisata Dunia, Nyoman Kandia.
Komponen Pariwisata Harus Tetapkan Kode Etik Kepariwisataan Bali sebagai tujuan utama pariwisata dunia, menjadi proyek percontohan bagi penerapan kode etik pariwisata dunia (Global Code of Ethics for Tourism). Wardiyatmo, Sekretaris Jenderal Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menyatakan, sudah saatnya semua komponen pariwisata menerapkan kode etik kepariwisataan dunia. “Selama ini komponen pariwisata belum menerapkan kode etik kepariwisataan,” katanya disela-sela acara sosialisasi dan rencana aksi implementasi kode etik kepariwisataan dunia di Denpasar, Senin (1/3).
a r d i y a t m o m e n g a t a k a n , b e r d a s a r k a n keputusan dewan No. 40/1998 tertanggal 30 Juni 1998 ‘World Tourism Organization’ (WTO) menaruh perhatian terhadap pentingnya ekowisata. Hal itu juga mendukung pemahaman yang baik pada seluruh masyarakat terhadap kontribusinya, berupa nilai-nilai budaya dari berbagai perbedaan dalam rangka memperkuat perdamaian dunia. “UNWTO berencana akan menggelar Workshop di Bali (Ubud). Maka dari itu sebelum digelar kegiatan tersebut kita sudah memahami isi dari kode etik kepariwisataan dunia,” katanya. Ia menyebutkan isi dari keputusan itu antara lain, pentingnya dimensi dan peranan pariwisata sebagai instrumen positif bagi pengentasan kemiskinan dan perbaikan tingkat kehidupan masyarakat. Selain itu, pengembangan pariwisata yang berkelanjutan bertanggungjawab terhadap perubahan yang menguntungkan bagi aspek sosial lainnya. Untuk itu, ajak Wardiyatmo, pemerintah dan pemangku kepentingan sektor pariwisata lainnya dituntut untuk lebih awal memahami kode etik kepariwisataan dunia yang relevan terhadap perundangan dan peraturan serta pelaksanaan profesional. Mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, I Gde Ardika
W
mengatakan, pemerintah dan komponen pariwisata di Bali mestinya membuat aturan bagi pelanggaran kode etik kepariwisataan serta siap memberikan sangsi. “Komponen dan organisasi pariwisata Bali harus membuat aturan bagi pelanggaran kode etik keparwisataan,” katanya. Pada kesempatan itu, Gde Ardika yang anggota komisi dunia untuk kode etik kepariwistaan ini mengakui banyak terdapat pelanggaran kode etik kepariwisatan di Bali. Salah satunya penerimaan tips yang melebih ketentuan, jual beli kepala serta munculnya guide illegal. “Setiap asosiasi, belum banyak yang mempunyai kode etik. Belum lagi profesi-profesi dibidang kepariwisataan,” ucapnya. Hal itulah, jelas Ardika, yang mendorong mengapa melalui undang-undang yang baru itu ditegaskan agar gabungan industri pariwisata untuk menyusun, kemudian menetapkan dan sekaligus mengatur serta mengatasi pelaksanaannya. “Kode etik kepariwisataan ini nantinya mengatur kesepakatan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan,” tegasnya. Kode etik pariwisata dunia itu telah di edop dan diedap dalam undang-undang kepariwisataan no. 10 tahun 2009. Undangundang adalah kebijakan nasional sehingga kode etik pariwisata dunia ini sudah menjadi salah satu
kebijakan nasional didalam pembangunan kepariwisataan Indonesia. Pemerintah berupaya terus mendorong organisasi kepariwisataan untuk menyusun aturan tentang kode etik kepariwisataan. “Kode etik ini sangat penting dalam menunjang kesinambungan pariwisata di Indonesia. Pariwisata telah memberi banyak hal kepada masyarakat. Untuk itu dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan perlu adanya tanggung jawab terhadap perubahan yang diperuntukan bagi asfek social lainnya, “ katanya. Penerapan kode etik kepariwisataan akan diatur dalam sebuah undang-undang sehingga nantinya ada sangsi tegas bagi pelanggarnya. “Untuk itu pemerintah dan stake holder sector pariwisata dituntut untuk lebih awal untuk memahami kode etik kapariwisataan dunia. Apabila nantinya seluruh stake holder kepariwisataan menyadari tentang kode etik ini maka kepariwisataan akan memberi nilai tambah,” imbuh Ardika. Ardika berharap semua memangku kepentingan pembangunan kepariwisataan harus menjaga lingkungan hidup untuk memperoleh pertumbuhan ekonomi yang andal, berkelanjutan dan berkesinambungan. Ia juga menyinggung kepariwisataan Bali, bahwa dulu pekerja pariwisata berdasarkan keikhlasan dan selalu menanamkan pengabdian bagi setiap wisatawan yang berkunjung ke Pulau Dewata. “Dulu pekerja hotel kalau diberi ‘tip’ oleh wisatawan akan merasa tersinggung karena dianggap penghinaan dirinya. Akan lebih berharga diberi salam dan ucapan terima kasih,” ucapnya. Seiring kemajuan pariwisata dan tuntutan ekonomi, kata Ardika, semangat kerja tanpa pamrih itu harus kembali ditumbuhkan, sehingga kepariwisataan Indonesia, khususnya Bali akan tetap
Lelaki yang selalu dekat dengan wisatawan ini menyatakan, pembangunan hotel dan villa di Bali seharusnya dihentikan karena akan merusak lingkungan Pulau Dewata. Baginya, pulau dewata yang munggil ini sudah penuh dengan hotel, villa dan jasa akomodasi lainnya. Dikatakan, bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di Bali dalam kepariwisataan tidak mesti membangun infrastruktur seperti hotel atau vila, tetapi yang diperlukan bagaimana upaya melestarikan budaya dan fasilitas yang telah ada. “Investor yang hendak menanamkan modal di
sektor pariwisata sebaiknya diarahkan ke perbaikan sarana penunjang lain, misalnya pembinaan desa wisata. Jika investasi diarahkan ke sana, imbas positifnya langsung dirasakan masyarakat,” ucapnya Kandia, lantas menawarkan konsep untuk melestarikan desa wisata dengan berbagai aset unik yang dimilikinya. Bila perlu, desadesa tersebut menjadi desa binaan. “Artinya, tamu yang ingin menikmati desa wisata itu tidak harus menginap di hotel berbintang, melainkan bisa menginap di ‘home stay’ atau rumah penduduk.” (image/015)
Museum di Badung Menyedihkan elum lengkap, kurang tertata, dan tidak layak dikunjungi wisatawan. Begitulah kondisi museum yang dimiliki Kabupaten Badung. Kabupaten terkaya di Bali ini memiliki dua museum yaitu Museum Yadnya dan Museum Subak Lepud. Sesuai dengan namanya, museum yadnya (persembahan) mengoleksi berbagai jenis perlengkapan dan peralatan upacara keagamaan dari manusia lahir hingga meninggal. Sementara, Museum Subak Lepud mengoleksi berbagai peralatan petani tradisional yang dipakai dalam proses mengerjakan tanah sawahnya. Museum Yadnya berlokasi dekat dengan wilayah Mandala Wisata Pura Taman Ayun ini hanya memiliki bangunan merajan, rumah Bali sesuai dengan konsep asta kosala-kosali (bale dangin, bale daja, dapur), gedung pameran, stage/panggung terbuka dan kantor tempat penjaga. Sementara benda-benda yang dijadikan daya tarik baru pada koleksi Pitra Yadnya. Museum yang dikelola pemerintah Kabupaten Badung ini hanya mengoleksi perlengkapan upacara ngaben lengkap dengan bade (tempat mengangkut mayat ke kuburan) dan lembu (binatang berwujud sapi terbuat dari kayu dan kain). Terdapat pula banten upacara yang ringan seperti banten pengulapan, prayascita dan banten kecil lainnya. Sedangkan koleksi Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa yadnya dan Buta Yadnya belum tampak sama sekali.
B
Museum Yadnya sudah ada sejak tahun 1970-an. Karena rusak pada tahun 2007 museum ini direhabilitasi. Bangunannya semakin baru dan fasilitas lebih lengkap. Namun, sayang sampai sekarang Museum Yadnya ini belum beroperasi sampai sekarang. Bahkan, bangunan yang sudah selesai rusak sebelum dipakai. Kondisi fisiknya kurang terawat. Atapnya bocor, saluran air tersumbat, kotor dan tumbuhan liar banyak yang tumbuh. Fasilitas utama seperti listrik dan air juga tidak ada. Hal serupa tampak juga di Museum Subak Lepud yang dibangun tahun 2004 di Desa Wisata Baha. Museum dengan ukuran bangunan 12 X 8 meter ini mengoleksi alat-alat pertanian sawah seperti tengala, penampad, cangkul, serampang, lampit dan alat kecil lainnya hanya diurus oleh I Nyoman Tantra, seorang Pekaseh Subak Lepud bersama cucunya. Sungguh tragis nasib aset budaya yang dimiliki Badung. Menjawab hal ini, Kadisbud Badung Ida Bagus Bhasma secara terpisah menyatakan pihaknya saat ini telah melakukan tindak-lanjut dan melakukan serangkaian persiapan operasional Museum Yadnya. Pihak Disbud Badung, kata dia, sedang melengkapi kekurangan koleksi benda-benda yang akan ditempatkan museum. Ditambahkan, pihaknya saat ini tengah dalam persiapan untuk membuka Museum Yadnya untuk umum. Persiapannya tinggal sedikit lagi dan akan melakukan sosialisasi setelah itu. (image/015)
Bade dan Lembu koleksi museum yadnya berkembang. “Keramahtamahan orang Bali hingga saat ini masih menjadi kepercayaan wisatawan mancanegara jika berkunjung ke
© tir
Pulau Dewata, maka dari itu kita berharap untuk dipertahankan,” katanya. (image/015)
4
Vol. IV No. 12 - 25 Maret 2010
Vol. IV No.21, 12 - 25 Maret 2010
Kurang Promosi, Museum di Tabanan
Museum Bali Tertua di Bali
Ironis, Pengelolaannya masih Prematur Kesan pertama muncul tatkala memasuki kawasan Museum Bali adalah sebuah pura. Kesan ini, tampaknya, tidak menyimpang jauh dari fakta. Kawasan ini, memang, tak salah jika diasumsikan sebagai perpaduan arsitektur antara pura dan puri (tempat suci dan istana raja). Terletak di jantung Kota Denpasar, tepatnya di Jl. Mayor Wisnu sebelah timur Lapangan Puputan Badung. Museum ini dibuka secara resmi pada 8 Desember 1932. Jadi, sudah berusia 75 tahun dan tertua di Bali.
© tir
Museum Bali enda-benda yang dikoleksi di Museum Bali jumlahnya tak kurang dari 14.209, menggambarkan perkembangan sejarah kebudayaan Bali dari zaman prasejarah hingga kini. Benda-benda itu dipajang dalam 3 gedung. Ada koleksi peninggalan zaman prasejarah, seperti masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana dan lanjut, ada juga masa bercocok tanam dan masa per-undagi-an (arsitektur tradisional). Di bagian lain, dikoleksi juga peninggalan zaman sejarah Bali
B
kuno, Bali pertengahan, dan zaman Bali baru. Di bagian lainnya lagi, ada benda-benda koleksi yang menunjukan perkembangan seni rupa Bali, perkembangan kain tradisional Bali, benda-benda peralatan upacara Panca Yadnya, berbagai peralatan seni tari dan tabuh tradisional, terutama yang erat hubungannya dengan upacara keagamaan. Sungguh sebuah tempat yang kaya akan nuansa seni budaya. Namun sangat disayangkan, daya tarik wisata(DTW) yang menjadi produk unggulan di Kota Denpasar ini SDM-nya tak berkualitas.
erdapat dua museum di Kabupaten Tabanan, yaitu Museum Subak yang berlokasi di pusat kota Tabanan dan Museum Margarana yang berlokasi di Areal Candi Pahlawan Margarana. Namun, keberadaan kedua museum ini sangat menyedihkan, kotor dan tak dirawat. Ibarat pepatah “hidup segan matipun tak mau”. Masalah yang dihadapi museum di Tabanan tak hanya soal pengelolaan yang tidak profesional akibat mutu SDM yang rendah, kini muncul juga persoalan di bidang promosi. Museum Subak, misalnya, meski telah diresmikan pada Oktober 1981, ternyata belum sepenuhnya dikembangkan sebagai objek wisata. Bahkan bagi beberapa guide, Museum Subak hanya dijadikan tempat wisata alternatif, bukan tujuan utama. Mereka mengajak tamunya ke sana hanya untuk mengisi waktu sebelum tiba jadwal sunset di Tanah Lot. Hal itu menggambarkan bahwa aset budaya yang dikemas di sebuah museum belum laku di pasar. Padahal isi Museum Subak sepatutnya dikenal dan diketahui oleh tidak saja masyarakat Bali, juga masyarakat Internasional. Saat ini Museum Subak di Tabanan Pelayanan terhadap pengunjung sangat rendah. Lokasi tempat menyimpan produk andalan sering kali sepi penjaga. Kalaupun ada, mereka kurang ramah, apalagi berusaha memberikan informasi di seputar asset yang dijaganya. Pengunjung hanya dilayani pada pengambilan tiket masuk, setelah itu wisatawan dibiarkan berjalan sendiri. Kondisi seperti itu dimanfaatkan oleh para guide liar yang pelayanan serta kemampuannya sangat diragukan. Di samping itu, pengawasan terhadap pedagang acung juga sangat kurang. Pedagang liar yang rendah etika itu dengan bebas bisa masuk ke lokasi-lokasi produk inti. Pemandangan itu jelas mengganggu kenyamanan wisatawan. Padahal, kalau dirinci pegawai museum yang 72 orang itu sesungguhnya mampu
Museum Subak di Tabanan mengoleksi peralatan tradisional masyarakat Bali dalam mengolah sawah yang sangat unik. Berbagai alat untuk membuat terowongan, fasilitas pembagian air seperti temuku, tektek, abangan dan berbagai jenis patung seperti patung sapi, patung petani dan patung Dewi Sri sebagai simbul kemakmuran dengan laboratorium hidup sawah seluas 1,3 ha tersedia disini. Disamping itu pengunjung juga dapat menyaksikan film dokumenter mengenai sistem mengurus areal 6000 M2 dengan 9 gedung ini. Kondisi yang sama juga terjadi pada museum lain yang dikelola pemerintah yaitu Museum Le Mayeur, Museum Taman Budaya Art Center dan Museum. Ketiga museum ini tampak kotor dan tak terurus. Sistem pengelolaan keempat museum itu masih sangat prematur. Ironisnya, walau museum itu sudah dideklarasikan sebagai DTW unggulan Denpasar, tetap saja belum tampak usaha ke arah pembenahan manajemen berkelanjutan. Dengan demikian, DTW unggulan itu akan tetap sulit menunjukkan sosok dan postulasi keunggulannya dibandingkan dengan museum-museum lain di Bali, baik yang dikelola pemerintah (public sector), lebih-lebih lagi yang dikelola oleh private sector. (image/015)
© tir
subak/irigasi di Bali. Lebih parah lagi museum Margarana, dimana museum ini hanya dibuka sekali dalam setahun yang bertepatan dengan peringatan Hari Puputan Margarana setiap 20 Nopember. Di samping itu, barang-barang yang dipajang sangat minim, sehingga belum bisa secara utuh menggambarkan sejarah dari perjuangan I Gusti Ngurah Rai dengan Pasukan Ciung Wenara. Menurut Drs. I Wayan Diasa, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tabanan, pihaknya memang telah melakukan promosi melalui penyebaran buklet ke beberapa ODTW di Tabanan dan Bali umumnya. Namun tentunya hal itu tidak optimal dirasa untuk dapat menarik wisatawan. Diasa mengaku, promosi secara langsung kepada guide dan travel perjalanan wisata belum dilakukan. Tetapi, pihaknya sudah melakukan kerjasama dengan pihak pelaku dan pengusaha pariwisata untuk lebih memperkenalkan objek dan daya tarik wisata di daerah lumbung beras ini. “Kami sudah mengundang pihak guide dan travel di Bali untuk memberikan masukan-masukan demi kelangsungan objek di Tabanan,” katanya. (image/sug)
© tir
Wisatawan di museum Semarajaya Klungkung de Artison Andarawata, S.Ag Operational Director of Nyoman Gunarsa Museum mengatakan, NGM di bangun pada awal tahun 1990 dan diresmikan pada Januari 1994. Dijelaskan, NGM untuk menyimpan koleksi lukisan klasik Bali yang berasal dari peninggalan abad 17 sampai dengan abad 20. Dan yang menjadi koleksi utama adalah koleksi lukisan klasik Bali, karena pada awal berdirinya nama museum NGM adalah Museum Seni Lukis Klasik Bali Nyoman Gunarsa. “Pengembangan museum sebagai Culture Centre maka koleksinya ditambah dengan koleksi ukiran, patung, produk arsitektur Bali kuna, gamelan dan juga topeng maka akhirnya,” katanya. Jumlah koleksi lukisan kuna
G
NGM ada 136 buah koleksi lukisan klasik yang terpajang, dan 30 buah yang belum terdisplai, koleksi lukisan tersebut terdiri dari bahan dasar kain, kertas ulan taga, dan material lain seperti kayu dan eternit. Asal lukisan sendiri ada yang dari Kerambitan Tabanan, Singaraja, Negara dan tentu juga Klungkung Kamasan. Selain lukisan juga terdapat patung tugeh berupa Singa, Wilmana, dan Dedeleg. Gambelan semar pegulingan Karangasem dengan selondingnya, ornamen gerbang puri Singaraja, bangunan kuna peninggalan Panji Tisna Pujangga Indonesia dari Puri Singaraja, patung peninggalan puri dan pura dari seluruh Bali dengan ukiran kuna yang khas dan antik. “NGM pernah menerbitkan buku dengan judul Classical Balinese Painting yang dijual di periplus, dan selain lewat buku promosi museum dijalankan dengan leaflet yang
Jl. Pratama 88 Nusa Dua(Front Of Melia Benoa Hotel) Phone: +62 361 773738, Fax: +62 361 773970 www.ulambali.com Free Transport From Hotel To Restaurant, and Pick Up Back To Hotel in Nusa Dua Area
Twinn Massage oil Wahyu Spa, Ayurvedic Massage, Oil Head Massage, Balinese Creambath, Balinese Traditional Facial, Flower Bath or Milk Bath.
Jl. By Pass I Gusti Ngurah Rai No. 999 Mumbul Nusa Dua - Bali Tel: +62 361 773444, Fax: +62 361 773445 www.ulambali.com DINNER With LEGONG DANCE every night at 20.00-21.00
Free Transportation For Jimbaran & Nusa Dua Area
arga Bangli pantas bangga. Batur Vulcano Museum (Museum Gunungapi Batur) yang berlokasi di Panelokan, Kintamani, Bangli adalah satu-satunya di Indonesia. Jika rakyat dan pemegang otoritas di Bangli mau, lewat museum ini pasti bisa mengembalikan citra Kintamani sebagai daya tarik wisata khusus. Syaratnya, rakyat tak boleh lagi semau gue mendirikan bangunan dan usaha, pemegang otoritas harus tegas dan konsisten menata ruang, menegakkan aturan, memberi sanksi kepada pelanggar dan memberi rewards (penghargaan) kepada yang tunduk aturan. Menurut Made Ari Pulasari, Kabag Humas dan Protokol Kabupaten Bangli, museum gunung api satu-satunya di Indonesia itu diresmikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro, 10 Mei 2007 bertepatan dengan hari ulang tahun ke-803 Kabupaten Bangli. Museum ini dibangun tiga tahap dengan biaya patungan Pemkab Bangli, Pemprop Bali, dan Pusat (Departemen ESDM). Setelah bangunan tahap III rampung dan museum diresmikan secara keseluruhan nanti, pengelolaannya akan diserahkan kepada profesional.
W
Di Kabupaten Klungkung terdapat dua buah museum yaitu museum Semarajaya yang merupakan museum negeri dan Nyoman Gunarsa Museum (NGM). Kedua museum ini didirikan dengan semangat untuk mengoleksi dan menyajikan artefak-artefak atau peninggalan kebudayaan masa lalu Bali dan Klungkung khususnya sebagai pusat pemerintahan Bali masa lampau.
BEST OF WAHYU SPA 5 HOUR
Jl. Pantai Mengiat No. 14 P.O.Box 117, Nusa Dua Bali Tel: +62 361 771590, 773776. Fax : +62 361 771902 www.ulambali.com
Museum Gunung Batur, Satu-satunya di Indonesia
Dua Museum di Kabupaten Klungkung
T
dititipkan antar museum, dibawah koordinasi Himusba,” tambahnya. Museum Semarajaya Klungkung berada di area Kertha Gosa dan Pemedal Agung Klungkung, dan sampai sekarang museum negeri milik Pemda Klungkung tersebut masih berjalan dan dikunjuingi wisatawan. Namun sayang banyak koleksinya, terutama yang berupa fotocopy yang didisplay itu rusak. Akan menjadi sangat menarik kalau museum tersebut mau mengusahakan replika atau foto asli dari koleksi yang hendak di pajang. Koleksi dengan fotokopian tersebut membuat museum terasa miskin koleksi. Padahal, jika dikelola dengan baik sangat banyak koleksi dapat disimpan pada museum ini, contohnya pada pemugaran-pemugaran tempat bersejarah seperti pura Kentel Gumi, Goa Lawah dan masih banyak purapura peninggalan masa lalu di Klungkung. “Museum Semarajaya juga memiliki keunggulan koleksi peninggalan puputan Klungkung berupa tandu raja, senjata masa tersebut, meriam kecil, mortir maupun amunisi masa lalu yang dapat membelajarkan bagaimana tehnologi militer masa lalu kerajaan klungkung,” ucap Gde Artison. (image/wan)
Museum Barong Museum ini dilengkapi berbagai fasilitas, seperti ruang pertemuan bagi para peneliti atau ilmuwan, ruang koleksi yang memamerkan hasil letusan gunung batur, games tentang gunung api yang menceritakan bagaimana awalnya letusan gunung api. Selain itu museum ini memiliki teknologi canggih yang dipakai meneropong keberadaan Gunung Agung dan Gunung Batur yang hingga kini masih mengeluarkan asap. Dari Museum ini dapat pula dilihat peta gunung api Indonesia yang masih aktif dan gunung api di dunia hanya dengan menekan tombol yang ada pada volcano map. Di dalam museum itu ada diorama letusan Gunung Batur yang menjadi daya pikat pengunjung. Melalui teknologi canggih ini dapat disaksikan sejarah awal letusan Gunungapi Batur, yang nyaris menyentuh hampir sepanjang sejarah perjalanan manusia, yakni 26 kali letusan sejak 1804 dan terakhir 7 Juli 2000. Sedikitnya 9 letusan Gunungapi Batur (1849, 1888, 1904, 1905, 1921, 1926, 1963, 1968, dan 1974) melahirkan aliran lava yang tersebar di dalam kaldera, dan sebagaian di antaranya mengalir ke Danau Batur. Yang
menarik dari diorama letusan ini adalah rekonstruksi aliran lava dan kepanikan masyarakat pada 1926 yang menghancurkan kampung Batur. Di lantai tiga museum tersebut pengunjung dapat menyaksikan panorama Gunung Batur dan Gunung Agung melalui teropong. Usai melihat museum dan isinya, pengunjung akan memasuki ruang bioskop untuk menyaksikan kisah letusan Gunungapi Batur dan kepanikan warga Batur dengan durasi 20 menit. Menakjubkan, dan sulit terlupakan karena hanya ada di Kintamani. Ari Pulasari, berkeyakinan kehadiran museum ini akan mendorong minat wisatawan mancanegara dan domestik berkunjung ke Bangli. Selain melihat objek wisata dan panorama Gunung Batur, wisatawan dapat mempelajari bahkan melakukan riset tentang ilmu vulkanologi di Kintamani. Dan yang lebih penting dari semua itu, Museum Gunung Api Batur mesti mampu juga secara berangsurangur mengembalikan kejayaan pariwisata Kintamani. Apalagi dalam waktu dekat ini Bangli juga memiliki Museum Barong yang akan berlokasi di daerah Kubu, Bangli. (image/doc/015)
Rendah, Kunjungan Masyarakat Lokal ke Museum aerah Gianyar, selain dikenal sebagai sentra kerajinan dan pasar seni, ternyata juga kaya museum. Saat ini tercatat 23 museum yang beroperasi di Kabupaten Gianyar. Salah satu museum yang sangat populer di antara delapan museum itu adalah Museum Neka. Museum ini ‘bertengger’ di atas lahan 9.150 m2 dan bangunan sekitar 3.678 m2, didirikan pada 1976 dan terletak di Banjar Sanggingan, Ubud. Koleksi di museum lukisan itu tak hanya hasil karya seniman Bali, tapi juga luar Bali bahkan luar negeri. Di samping mengoleksi 400 lukisan, Museum Neka yang kini telah memasuki usia seperempat abad mengembangkan koleksinya dalam bentuk keris. Saat ini tersimpan sekitar 218 keris di sana, 18 bilah di antaranya bekas keris pusaka dari beberapa kerajaan yang pernah berjaya di Bali dan 63 bilah karya mpu keris masa lalu s e r t a selebihnya keris-keris garapan masa kini. D i sebelah Museum N e k a , terdapat p u l a Museum
D
Blanco yang mengoleksi karya fenomenal Don Antonio Blanco, sang pengagum wanita. Ratusan hasil karyanya yang didominasi oleh figur perempuan ini menandakan kekagumannya pada sosok lemah lembut ini. Museum yang tak pernah sepi pengunjung ini pun di-design dengan gaya perpaduan eropa dan Bali yang dikelola secara professional oleh Mario Blanco, sang putra. Namun sangat disayangkan minat generasi muda khususnya lokal untuk mengunjungi museum masih kurang. Gambaran bahwa museum merupakan tempat yang membosankan dengan koleksi benda kuno masih kental terpatri dalam benak mereka. Hal ini dibuktikan dari tingkat kunjungan wisatawan ke dua museum ini di mana wisatawan lokal hanya menempati sekitar 30% hingga 40% dari total kunjungan. Malahan bangsa-bangsa luar yang lebih tertarik berkunjung hingga menjadikannya sebagai s e b u a h o b j e k penelitian. “Sangat PT. Bali Sinar Mentari Tours & Travel disayangkan,” kata Jl. Wanbira Sakti-Pondok Indah Raya III/ 1 Gatot Subroto Barat Suteja Neka Ph.62-361-414057,411074 s a m b i l Fax.62-361-414507 gelengEmail : bsmtours@dps.centrin.net.id bali_sunshine@indo.net.id g e l e n g kepala.
Included: Branch (Lunch or Dinner) Sauna, Jacuzzi, and Steambath and Balinese Legong Dance. Start : 20.00-21.00
Jl. By Pass Ngurah Rai No. 999 Mumbul Nusa Dua Bali Tel: +62 361 777010, 8545043 Fax : +62 361 777010
Reservasi : Hotel, Restoran, Transport, Tiket, Tirta Yatra, dll.
Open at : 09.00am till 22.00pm C12-81
C12-82
5
C12-109
SA-126
(BTN/bud)
4
Vol. IV No. 12 - 25 Maret 2010
Vol. IV No.21, 12 - 25 Maret 2010
Kurang Promosi, Museum di Tabanan
Museum Bali Tertua di Bali
Ironis, Pengelolaannya masih Prematur Kesan pertama muncul tatkala memasuki kawasan Museum Bali adalah sebuah pura. Kesan ini, tampaknya, tidak menyimpang jauh dari fakta. Kawasan ini, memang, tak salah jika diasumsikan sebagai perpaduan arsitektur antara pura dan puri (tempat suci dan istana raja). Terletak di jantung Kota Denpasar, tepatnya di Jl. Mayor Wisnu sebelah timur Lapangan Puputan Badung. Museum ini dibuka secara resmi pada 8 Desember 1932. Jadi, sudah berusia 75 tahun dan tertua di Bali.
© tir
Museum Bali enda-benda yang dikoleksi di Museum Bali jumlahnya tak kurang dari 14.209, menggambarkan perkembangan sejarah kebudayaan Bali dari zaman prasejarah hingga kini. Benda-benda itu dipajang dalam 3 gedung. Ada koleksi peninggalan zaman prasejarah, seperti masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana dan lanjut, ada juga masa bercocok tanam dan masa per-undagi-an (arsitektur tradisional). Di bagian lain, dikoleksi juga peninggalan zaman sejarah Bali
B
kuno, Bali pertengahan, dan zaman Bali baru. Di bagian lainnya lagi, ada benda-benda koleksi yang menunjukan perkembangan seni rupa Bali, perkembangan kain tradisional Bali, benda-benda peralatan upacara Panca Yadnya, berbagai peralatan seni tari dan tabuh tradisional, terutama yang erat hubungannya dengan upacara keagamaan. Sungguh sebuah tempat yang kaya akan nuansa seni budaya. Namun sangat disayangkan, daya tarik wisata(DTW) yang menjadi produk unggulan di Kota Denpasar ini SDM-nya tak berkualitas.
erdapat dua museum di Kabupaten Tabanan, yaitu Museum Subak yang berlokasi di pusat kota Tabanan dan Museum Margarana yang berlokasi di Areal Candi Pahlawan Margarana. Namun, keberadaan kedua museum ini sangat menyedihkan, kotor dan tak dirawat. Ibarat pepatah “hidup segan matipun tak mau”. Masalah yang dihadapi museum di Tabanan tak hanya soal pengelolaan yang tidak profesional akibat mutu SDM yang rendah, kini muncul juga persoalan di bidang promosi. Museum Subak, misalnya, meski telah diresmikan pada Oktober 1981, ternyata belum sepenuhnya dikembangkan sebagai objek wisata. Bahkan bagi beberapa guide, Museum Subak hanya dijadikan tempat wisata alternatif, bukan tujuan utama. Mereka mengajak tamunya ke sana hanya untuk mengisi waktu sebelum tiba jadwal sunset di Tanah Lot. Hal itu menggambarkan bahwa aset budaya yang dikemas di sebuah museum belum laku di pasar. Padahal isi Museum Subak sepatutnya dikenal dan diketahui oleh tidak saja masyarakat Bali, juga masyarakat Internasional. Saat ini Museum Subak di Tabanan Pelayanan terhadap pengunjung sangat rendah. Lokasi tempat menyimpan produk andalan sering kali sepi penjaga. Kalaupun ada, mereka kurang ramah, apalagi berusaha memberikan informasi di seputar asset yang dijaganya. Pengunjung hanya dilayani pada pengambilan tiket masuk, setelah itu wisatawan dibiarkan berjalan sendiri. Kondisi seperti itu dimanfaatkan oleh para guide liar yang pelayanan serta kemampuannya sangat diragukan. Di samping itu, pengawasan terhadap pedagang acung juga sangat kurang. Pedagang liar yang rendah etika itu dengan bebas bisa masuk ke lokasi-lokasi produk inti. Pemandangan itu jelas mengganggu kenyamanan wisatawan. Padahal, kalau dirinci pegawai museum yang 72 orang itu sesungguhnya mampu
Museum Subak di Tabanan mengoleksi peralatan tradisional masyarakat Bali dalam mengolah sawah yang sangat unik. Berbagai alat untuk membuat terowongan, fasilitas pembagian air seperti temuku, tektek, abangan dan berbagai jenis patung seperti patung sapi, patung petani dan patung Dewi Sri sebagai simbul kemakmuran dengan laboratorium hidup sawah seluas 1,3 ha tersedia disini. Disamping itu pengunjung juga dapat menyaksikan film dokumenter mengenai sistem mengurus areal 6000 M2 dengan 9 gedung ini. Kondisi yang sama juga terjadi pada museum lain yang dikelola pemerintah yaitu Museum Le Mayeur, Museum Taman Budaya Art Center dan Museum. Ketiga museum ini tampak kotor dan tak terurus. Sistem pengelolaan keempat museum itu masih sangat prematur. Ironisnya, walau museum itu sudah dideklarasikan sebagai DTW unggulan Denpasar, tetap saja belum tampak usaha ke arah pembenahan manajemen berkelanjutan. Dengan demikian, DTW unggulan itu akan tetap sulit menunjukkan sosok dan postulasi keunggulannya dibandingkan dengan museum-museum lain di Bali, baik yang dikelola pemerintah (public sector), lebih-lebih lagi yang dikelola oleh private sector. (image/015)
© tir
subak/irigasi di Bali. Lebih parah lagi museum Margarana, dimana museum ini hanya dibuka sekali dalam setahun yang bertepatan dengan peringatan Hari Puputan Margarana setiap 20 Nopember. Di samping itu, barang-barang yang dipajang sangat minim, sehingga belum bisa secara utuh menggambarkan sejarah dari perjuangan I Gusti Ngurah Rai dengan Pasukan Ciung Wenara. Menurut Drs. I Wayan Diasa, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tabanan, pihaknya memang telah melakukan promosi melalui penyebaran buklet ke beberapa ODTW di Tabanan dan Bali umumnya. Namun tentunya hal itu tidak optimal dirasa untuk dapat menarik wisatawan. Diasa mengaku, promosi secara langsung kepada guide dan travel perjalanan wisata belum dilakukan. Tetapi, pihaknya sudah melakukan kerjasama dengan pihak pelaku dan pengusaha pariwisata untuk lebih memperkenalkan objek dan daya tarik wisata di daerah lumbung beras ini. “Kami sudah mengundang pihak guide dan travel di Bali untuk memberikan masukan-masukan demi kelangsungan objek di Tabanan,” katanya. (image/sug)
© tir
Wisatawan di museum Semarajaya Klungkung de Artison Andarawata, S.Ag Operational Director of Nyoman Gunarsa Museum mengatakan, NGM di bangun pada awal tahun 1990 dan diresmikan pada Januari 1994. Dijelaskan, NGM untuk menyimpan koleksi lukisan klasik Bali yang berasal dari peninggalan abad 17 sampai dengan abad 20. Dan yang menjadi koleksi utama adalah koleksi lukisan klasik Bali, karena pada awal berdirinya nama museum NGM adalah Museum Seni Lukis Klasik Bali Nyoman Gunarsa. “Pengembangan museum sebagai Culture Centre maka koleksinya ditambah dengan koleksi ukiran, patung, produk arsitektur Bali kuna, gamelan dan juga topeng maka akhirnya,” katanya. Jumlah koleksi lukisan kuna
G
NGM ada 136 buah koleksi lukisan klasik yang terpajang, dan 30 buah yang belum terdisplai, koleksi lukisan tersebut terdiri dari bahan dasar kain, kertas ulan taga, dan material lain seperti kayu dan eternit. Asal lukisan sendiri ada yang dari Kerambitan Tabanan, Singaraja, Negara dan tentu juga Klungkung Kamasan. Selain lukisan juga terdapat patung tugeh berupa Singa, Wilmana, dan Dedeleg. Gambelan semar pegulingan Karangasem dengan selondingnya, ornamen gerbang puri Singaraja, bangunan kuna peninggalan Panji Tisna Pujangga Indonesia dari Puri Singaraja, patung peninggalan puri dan pura dari seluruh Bali dengan ukiran kuna yang khas dan antik. “NGM pernah menerbitkan buku dengan judul Classical Balinese Painting yang dijual di periplus, dan selain lewat buku promosi museum dijalankan dengan leaflet yang
Jl. Pratama 88 Nusa Dua(Front Of Melia Benoa Hotel) Phone: +62 361 773738, Fax: +62 361 773970 www.ulambali.com Free Transport From Hotel To Restaurant, and Pick Up Back To Hotel in Nusa Dua Area
Twinn Massage oil Wahyu Spa, Ayurvedic Massage, Oil Head Massage, Balinese Creambath, Balinese Traditional Facial, Flower Bath or Milk Bath.
Jl. By Pass I Gusti Ngurah Rai No. 999 Mumbul Nusa Dua - Bali Tel: +62 361 773444, Fax: +62 361 773445 www.ulambali.com DINNER With LEGONG DANCE every night at 20.00-21.00
Free Transportation For Jimbaran & Nusa Dua Area
arga Bangli pantas bangga. Batur Vulcano Museum (Museum Gunungapi Batur) yang berlokasi di Panelokan, Kintamani, Bangli adalah satu-satunya di Indonesia. Jika rakyat dan pemegang otoritas di Bangli mau, lewat museum ini pasti bisa mengembalikan citra Kintamani sebagai daya tarik wisata khusus. Syaratnya, rakyat tak boleh lagi semau gue mendirikan bangunan dan usaha, pemegang otoritas harus tegas dan konsisten menata ruang, menegakkan aturan, memberi sanksi kepada pelanggar dan memberi rewards (penghargaan) kepada yang tunduk aturan. Menurut Made Ari Pulasari, Kabag Humas dan Protokol Kabupaten Bangli, museum gunung api satu-satunya di Indonesia itu diresmikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro, 10 Mei 2007 bertepatan dengan hari ulang tahun ke-803 Kabupaten Bangli. Museum ini dibangun tiga tahap dengan biaya patungan Pemkab Bangli, Pemprop Bali, dan Pusat (Departemen ESDM). Setelah bangunan tahap III rampung dan museum diresmikan secara keseluruhan nanti, pengelolaannya akan diserahkan kepada profesional.
W
Di Kabupaten Klungkung terdapat dua buah museum yaitu museum Semarajaya yang merupakan museum negeri dan Nyoman Gunarsa Museum (NGM). Kedua museum ini didirikan dengan semangat untuk mengoleksi dan menyajikan artefak-artefak atau peninggalan kebudayaan masa lalu Bali dan Klungkung khususnya sebagai pusat pemerintahan Bali masa lampau.
BEST OF WAHYU SPA 5 HOUR
Jl. Pantai Mengiat No. 14 P.O.Box 117, Nusa Dua Bali Tel: +62 361 771590, 773776. Fax : +62 361 771902 www.ulambali.com
Museum Gunung Batur, Satu-satunya di Indonesia
Dua Museum di Kabupaten Klungkung
T
dititipkan antar museum, dibawah koordinasi Himusba,” tambahnya. Museum Semarajaya Klungkung berada di area Kertha Gosa dan Pemedal Agung Klungkung, dan sampai sekarang museum negeri milik Pemda Klungkung tersebut masih berjalan dan dikunjuingi wisatawan. Namun sayang banyak koleksinya, terutama yang berupa fotocopy yang didisplay itu rusak. Akan menjadi sangat menarik kalau museum tersebut mau mengusahakan replika atau foto asli dari koleksi yang hendak di pajang. Koleksi dengan fotokopian tersebut membuat museum terasa miskin koleksi. Padahal, jika dikelola dengan baik sangat banyak koleksi dapat disimpan pada museum ini, contohnya pada pemugaran-pemugaran tempat bersejarah seperti pura Kentel Gumi, Goa Lawah dan masih banyak purapura peninggalan masa lalu di Klungkung. “Museum Semarajaya juga memiliki keunggulan koleksi peninggalan puputan Klungkung berupa tandu raja, senjata masa tersebut, meriam kecil, mortir maupun amunisi masa lalu yang dapat membelajarkan bagaimana tehnologi militer masa lalu kerajaan klungkung,” ucap Gde Artison. (image/wan)
Museum Barong Museum ini dilengkapi berbagai fasilitas, seperti ruang pertemuan bagi para peneliti atau ilmuwan, ruang koleksi yang memamerkan hasil letusan gunung batur, games tentang gunung api yang menceritakan bagaimana awalnya letusan gunung api. Selain itu museum ini memiliki teknologi canggih yang dipakai meneropong keberadaan Gunung Agung dan Gunung Batur yang hingga kini masih mengeluarkan asap. Dari Museum ini dapat pula dilihat peta gunung api Indonesia yang masih aktif dan gunung api di dunia hanya dengan menekan tombol yang ada pada volcano map. Di dalam museum itu ada diorama letusan Gunung Batur yang menjadi daya pikat pengunjung. Melalui teknologi canggih ini dapat disaksikan sejarah awal letusan Gunungapi Batur, yang nyaris menyentuh hampir sepanjang sejarah perjalanan manusia, yakni 26 kali letusan sejak 1804 dan terakhir 7 Juli 2000. Sedikitnya 9 letusan Gunungapi Batur (1849, 1888, 1904, 1905, 1921, 1926, 1963, 1968, dan 1974) melahirkan aliran lava yang tersebar di dalam kaldera, dan sebagaian di antaranya mengalir ke Danau Batur. Yang
menarik dari diorama letusan ini adalah rekonstruksi aliran lava dan kepanikan masyarakat pada 1926 yang menghancurkan kampung Batur. Di lantai tiga museum tersebut pengunjung dapat menyaksikan panorama Gunung Batur dan Gunung Agung melalui teropong. Usai melihat museum dan isinya, pengunjung akan memasuki ruang bioskop untuk menyaksikan kisah letusan Gunungapi Batur dan kepanikan warga Batur dengan durasi 20 menit. Menakjubkan, dan sulit terlupakan karena hanya ada di Kintamani. Ari Pulasari, berkeyakinan kehadiran museum ini akan mendorong minat wisatawan mancanegara dan domestik berkunjung ke Bangli. Selain melihat objek wisata dan panorama Gunung Batur, wisatawan dapat mempelajari bahkan melakukan riset tentang ilmu vulkanologi di Kintamani. Dan yang lebih penting dari semua itu, Museum Gunung Api Batur mesti mampu juga secara berangsurangur mengembalikan kejayaan pariwisata Kintamani. Apalagi dalam waktu dekat ini Bangli juga memiliki Museum Barong yang akan berlokasi di daerah Kubu, Bangli. (image/doc/015)
Rendah, Kunjungan Masyarakat Lokal ke Museum aerah Gianyar, selain dikenal sebagai sentra kerajinan dan pasar seni, ternyata juga kaya museum. Saat ini tercatat 23 museum yang beroperasi di Kabupaten Gianyar. Salah satu museum yang sangat populer di antara delapan museum itu adalah Museum Neka. Museum ini ‘bertengger’ di atas lahan 9.150 m2 dan bangunan sekitar 3.678 m2, didirikan pada 1976 dan terletak di Banjar Sanggingan, Ubud. Koleksi di museum lukisan itu tak hanya hasil karya seniman Bali, tapi juga luar Bali bahkan luar negeri. Di samping mengoleksi 400 lukisan, Museum Neka yang kini telah memasuki usia seperempat abad mengembangkan koleksinya dalam bentuk keris. Saat ini tersimpan sekitar 218 keris di sana, 18 bilah di antaranya bekas keris pusaka dari beberapa kerajaan yang pernah berjaya di Bali dan 63 bilah karya mpu keris masa lalu s e r t a selebihnya keris-keris garapan masa kini. D i sebelah Museum N e k a , terdapat p u l a Museum
D
Blanco yang mengoleksi karya fenomenal Don Antonio Blanco, sang pengagum wanita. Ratusan hasil karyanya yang didominasi oleh figur perempuan ini menandakan kekagumannya pada sosok lemah lembut ini. Museum yang tak pernah sepi pengunjung ini pun di-design dengan gaya perpaduan eropa dan Bali yang dikelola secara professional oleh Mario Blanco, sang putra. Namun sangat disayangkan minat generasi muda khususnya lokal untuk mengunjungi museum masih kurang. Gambaran bahwa museum merupakan tempat yang membosankan dengan koleksi benda kuno masih kental terpatri dalam benak mereka. Hal ini dibuktikan dari tingkat kunjungan wisatawan ke dua museum ini di mana wisatawan lokal hanya menempati sekitar 30% hingga 40% dari total kunjungan. Malahan bangsa-bangsa luar yang lebih tertarik berkunjung hingga menjadikannya sebagai s e b u a h o b j e k penelitian. “Sangat PT. Bali Sinar Mentari Tours & Travel disayangkan,” kata Jl. Wanbira Sakti-Pondok Indah Raya III/ 1 Gatot Subroto Barat Suteja Neka Ph.62-361-414057,411074 s a m b i l Fax.62-361-414507 gelengEmail : bsmtours@dps.centrin.net.id bali_sunshine@indo.net.id g e l e n g kepala.
Included: Branch (Lunch or Dinner) Sauna, Jacuzzi, and Steambath and Balinese Legong Dance. Start : 20.00-21.00
Jl. By Pass Ngurah Rai No. 999 Mumbul Nusa Dua Bali Tel: +62 361 777010, 8545043 Fax : +62 361 777010
Reservasi : Hotel, Restoran, Transport, Tiket, Tirta Yatra, dll.
Open at : 09.00am till 22.00pm C12-81
C12-82
5
C12-109
SA-126
(BTN/bud)
6
Vol. IV No. 21, 12 - 25 Maret 2010
Vol. IV No. 21, 12 - 25 Maret 2010
Penghargaan Terhadap Pahlawan:
Jero Wacik Dorong Buat Film Ngurah Rai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik, mendorong semua pihak untuk membuat film documenter kepahlawanan I Gusti Ngurah Rai. “Saya siap membantu pendanaan pembuatan film-film dokumenter kepahlawanan yang telah berjasa bagi bangsa dan negara,” kata Wacik pada peluncuran buku berjudul “Ngurah Rai Airport - Gateway to Paradise di Kuta baru-baru ini.
acik mengungkapkan, kalau sudah ada keinginan bersama untuk mewujudkan film dokumenter itu, pasti akan dapat dikerjakan. Apalagi yang dipercayakan sutradara muda yang professional dan produser dalam perfilman sangat
W
banyak di Indonesia. “Kalau didukung sutradara profesional dan peralatan canggih, saya yakin garapan film tersebut akan dapat terwujud. Yang terpenting siapa mau memprakarsai lebih dulu,” ujar Wacik. Dalam hal ini, Wacik mengaku dirinya sangat apresiatif jika ada daerah atau perusahaan yang akan menggarap pembuatan film-film dokumenter pahlawan nasional. Sebagai anak bangsa, ajak Wacik, tidak boleh lupa dengan jasajasa perjuangan mereka, hingga titik darah penghabisan agar tercapai kemerdekaan bangsa ini. “Tanpa perjuangan mereka, mungkin kita masih terjajah. Karena itu mari kita isi kemerdekaan ini dengan pembangunan di segala bidang, termasuk juga untuk mendokumentasikan perjalanan beliau,” kata lelaki asal Desa Kintamani, Bali itu. Pahlawan I Gusti Ngurah Rai tidak saja diabadikan namanya sebagai bandara internasional, jalan protokol maupun dalam sebuah patung, tetapi akan lebih baik bila dapat didokumentasikan dalam sebuah film. Riwayat I Gusti Ngurah Rai semasa kecil, remaja hingga berjuang dalam pertempuran sangat penting diabadikan dalam sebuah audio visual. Dengan demikian wisatawan yang datang ke Bali akan lebih lengkap mengetahui sejarah perjalanan Pulau Dewata. “Semasa Gusti Ngurah Rai berpacaran akan sangat menarik diangkat dalam film,” imbuhnya. Di Indonesia, papar Wacik, masih banyak pahlawan yang perlu didokumentasikan dalam film. Diantaranya Patimura, Hasanuddin dan Juanda. Semua itu nantinya dapat dijadikan sebuah karya budaya dalam mendukung © tir sektor kepariwisataan di tanah air. “Kami sudah mensosialisasikan untuk penggarapan filmfilm dokumenter, karena Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tahun depan berencana akan menggelar festival film dokumenter tersebut,” terang (image/015) Wacik.
Kebijakan Pemerintah harus Libatkan Industri alam hal kepariwisataan, pemerintah sering kali membuat kebijakan yang tidak melibatkan industri. Salah s a t u n y a pemberlakukan tarif Visa on Arrival (VoA) yang dinaikkan begitu saja, sehingga merugikan pihak Travel Agent d e n g a n paket yang d i j u a l d a l a m setahun k e
D
depan. “Sangat disayangkan pemerintah selalu membuat kebijakan tanpa melibatkan pihak industri,” kritik Wijaya ketika dipercaya sebagai pembicara pada Sarasehan 50 Tokoh Pariwisata Bali di Gedung Wisma Sabha Kantor Gubernur Bali, beberapa waktu lalu. Wijaya mengatakan, banyak problem dalam membangun pariwisata Bali yang saat ini dirasakan semakin sulit. Misalnya, tentang pajak ABT
© tir
i tahun 2010 ini, pemerintah Indonesia akan melakukan promosi pariwisata ke Australia dan Inggris. Prof. Dr. I Gde Pitana, Direktur Promosi Luar Negeri Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mengatakan kedua negara tersebut berpotensi kunjungan wisatanya luar biasa. “Negara Australia dan Inggris memiliki potensi besar warganya melakukan perjalanan wisata ke Indonesia,” kata I Gde Pitana di Nusa Dua, beberapa waktu lalu.. Dikatakan Pitana, kalau dari geografis, Australia sangat dekat dengan Indonesia dan hampir tidak pernah sepi wisatawan yang berkunjung ke I n d o n e s i a , khususnya ke Bali. “Walau terjadi krisis ekonomi dunia yang sempat m e l a n d a pertengahan 2008 hingga 2009 lalu, mereka tetap ramai mengunjungi Indonesia,” tegas Pitana. Menurut Pitana, anggapan bahwa turis asal negeri kangguru itu hanya berlibur menikmati keindahan alam dan pantai itu tidak semuanya benar. Dari segi berbelanja cindramata dan kerajinan tangan mereka tergolong cukup banyak. Begitu juga dengan wisatawan Australia yang biasa menginap di hotel berbintang cukup tinggi. Pria asal Tabanan ini menyatakan, potensi seperti ini harus digarap sehingga tahun ini kunjungan wisatawan Australia ke Indonesia menjadi lebih meningkat
D
© tir
dari pada tahun 2009 yang mencapai 560.000 orang. Selain itu, wisatawan Inggris juga memiliki peluang besar untuk mengunjungi Bali. Terlebih lagi Pangeran Charles (Inggris) sempat berkunjung ke Indonesia, sehingga secara tidak langsung pihak kerajaan telah memberikan citra positif terhadap Indonesia. “Mudah-mudahan, dalam waktu dekat kami bisa melakukan promosi pariwisata ke mall terbesar di Inggris. Dengan promosi ini kita berharap kunjungan turis Inggris akan lebih meningkat ke Indonesia tahun ini,” ucapnya. (image/015)
(air bawah tanah) yang dinaikkan seribu persen (1000%), sedangkan pilihan yang diberikan pemerintah belum optimal. Dengan adanya kebijakan itu, terus terang Wijaya mempertanyakan bagaimana industri mengikutinya sedangkan PDAM saja belum mampu mensupplay air secara optimal. “Kegiatan ini sangat aneh. Kami berharap kepada pemerintah agar lebih membicarakan dulu sebelum memutuskan sebuah peraturan,” katanya. Banyak lagi contoh-contoh dalam hal membangun system yang transparan dan belum dipenuhi oleh pemerintah sendiri. Begitu pula berbagai kebijakan yang belum terealisasi hingga kini, seperti dukungan listrik, air dan transportasi di Bali. “Bayangkan kita hanya bisa berpolemik di tingkat wacana semata, sementara mana realisasi dari solusi yang diberikan. Tahunya hanya ribut tanpa memberikan jalan keluar. Contohnya listrik yang cocok untuk Bali itu jenis apa, dll?,” papar Wijaya dengan sambutan yang cukup meriah dari peserta. (image/015)
Bali Keliru Kelola Pariwisata umber pokok atau kualitas terkait munculnya berbagai ironi di tengah keunggulan pariwisata Bali adalah adanya kekeliruan dalam mengelola pariwisata secara holistic. Antropolog I Wayan Geriya mengatakan, Bali sebagai pulau kecil dengan keterbatasan daya dukung, terbatas daya lentur, dan h a r u s mengutamakan kualitas bukan kuantitas. “Kekeliruan bukan saja memunculkan ironi melainkan juga dampak negative secara perlahan, ekstrim d a n berkelanjutan,” kata Geriya dalam Sarasehan 50 Tokoh Pariwisata Bali di Gedung Wisma Sabha Kantor Gubernur Bali, baru-baru ini. Geriya menyatakan, ada enam kekeliruan pokok yang dialami Bali. Pertama one island multi managemen, orientasi pariwisata hanya memikirkan kuantitas,
S
“Tri Hita Karana” Konsepnya Perlu ada kesepakatan atau komitmen jika membangun fasilitas penunjang pariwisata Bali, seperti hotel dan villa diperlukan sebuah kajian. Karena perlu diketahui fasilitas yang ada selama ini apakah tidak merusak lingkungan dan sudah memberi manfaat terhadap masyarakat. Demikian dikatakan mantan Menbudpar I Gde Ardika di sela acara sosialisasi dan rencana aksi implementasi kode etik kepariwisataan dunia itu, di Denpasar baru-baru ini.
enurut Ardika, pembangunan fasilitas tersebut harus mengacu Perda rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan kawasan wilayah objek wisata. Hal tersebut tak berlaku bagi investor yang ingin menanamkan investasinya dalam kepariwisataan Bali, juga harus memperhatikan hal tersebut, begitu juga pemerintah kabupaten dan kota agar menegakkan Perda yang telah ada. “Sebaiknya dikaji dulu bila ingin membangun fasilitas penunjang pariwisata Bali, apakah fasilitas yang ada selama ini tidak merusak lingkungan dan sudah memberi manfaat terhadap
M
Wayan Geriya:
Ngurah Wijaya:
Perlu Dikaji Pembangunan Fasilitas Pariwisata Bali
Prof. I Gede Pitana:
Australia dan Inggris Potensi Pasar Pariwisata Indonesia
bukan kualitas. S e l a n j u t n y a pariwisata dan kebudayaan tak s e l a m a n y a berkembang s i m b i o s i s . Disebutkan tiga pilar ekonomi Bali tidak
© tir
harmoni, pariwisata meningkat pertanian merosot, kerajinan mandeg. Selain itu moral ramah pariwisata image of unlimited goods berlawanan dengan local genius image of limited goods. Dan kekeliruan terakhir adalah PHR bukan untuk prioritas Kebudayaan dan Pariwisata. (image/015)
3
masyarakat.” Ditambahkan, konsep pembangunan pariwisata di Bali adalah mengacu pada “Tri Hita Karana” atau tiga hubungan keseimbangan dalam kehidupan yaitu hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia serta manusia dengan lingkungan. “Jika salah satu ini diabaikan, maka kepariwisataan Bali akan mendapatkan hasil yang tak sesuai harapan. Karena itu saya harapkan semua komponen masyarakat Bali harus melestarikan konsep tersebut,” tambah pemerhati masalah pembangunan dan pariwisata asal Kabupaten Buleleng itu.
I Gde Ardika
© tir
Ardika mengatakan, wisatawan mancanegara datang ke Pulau Dewata ingin menikmati pemandangan alam dan seni budaya yang tetap eksis dilakukan oleh warga masyarakat. Bila sampai salah satu komponen itu bergeser, maka wisatawan domestik dan mancanegara tidak akan tertarik lagi mengunjungi Pulau Bali. “Karena itu mari lestarikan semua itu.” Di lain pihak, pendapat yang tegas juga dilontarkan Wakil Ketua Federasi Asosiasi Pemandu Wisata Dunia, Nyoman Kandia.
Komponen Pariwisata Harus Tetapkan Kode Etik Kepariwisataan Bali sebagai tujuan utama pariwisata dunia, menjadi proyek percontohan bagi penerapan kode etik pariwisata dunia (Global Code of Ethics for Tourism). Wardiyatmo, Sekretaris Jenderal Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menyatakan, sudah saatnya semua komponen pariwisata menerapkan kode etik kepariwisataan dunia. “Selama ini komponen pariwisata belum menerapkan kode etik kepariwisataan,” katanya disela-sela acara sosialisasi dan rencana aksi implementasi kode etik kepariwisataan dunia di Denpasar, Senin (1/3).
a r d i y a t m o m e n g a t a k a n , b e r d a s a r k a n keputusan dewan No. 40/1998 tertanggal 30 Juni 1998 ‘World Tourism Organization’ (WTO) menaruh perhatian terhadap pentingnya ekowisata. Hal itu juga mendukung pemahaman yang baik pada seluruh masyarakat terhadap kontribusinya, berupa nilai-nilai budaya dari berbagai perbedaan dalam rangka memperkuat perdamaian dunia. “UNWTO berencana akan menggelar Workshop di Bali (Ubud). Maka dari itu sebelum digelar kegiatan tersebut kita sudah memahami isi dari kode etik kepariwisataan dunia,” katanya. Ia menyebutkan isi dari keputusan itu antara lain, pentingnya dimensi dan peranan pariwisata sebagai instrumen positif bagi pengentasan kemiskinan dan perbaikan tingkat kehidupan masyarakat. Selain itu, pengembangan pariwisata yang berkelanjutan bertanggungjawab terhadap perubahan yang menguntungkan bagi aspek sosial lainnya. Untuk itu, ajak Wardiyatmo, pemerintah dan pemangku kepentingan sektor pariwisata lainnya dituntut untuk lebih awal memahami kode etik kepariwisataan dunia yang relevan terhadap perundangan dan peraturan serta pelaksanaan profesional. Mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, I Gde Ardika
W
mengatakan, pemerintah dan komponen pariwisata di Bali mestinya membuat aturan bagi pelanggaran kode etik kepariwisataan serta siap memberikan sangsi. “Komponen dan organisasi pariwisata Bali harus membuat aturan bagi pelanggaran kode etik keparwisataan,” katanya. Pada kesempatan itu, Gde Ardika yang anggota komisi dunia untuk kode etik kepariwistaan ini mengakui banyak terdapat pelanggaran kode etik kepariwisatan di Bali. Salah satunya penerimaan tips yang melebih ketentuan, jual beli kepala serta munculnya guide illegal. “Setiap asosiasi, belum banyak yang mempunyai kode etik. Belum lagi profesi-profesi dibidang kepariwisataan,” ucapnya. Hal itulah, jelas Ardika, yang mendorong mengapa melalui undang-undang yang baru itu ditegaskan agar gabungan industri pariwisata untuk menyusun, kemudian menetapkan dan sekaligus mengatur serta mengatasi pelaksanaannya. “Kode etik kepariwisataan ini nantinya mengatur kesepakatan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan,” tegasnya. Kode etik pariwisata dunia itu telah di edop dan diedap dalam undang-undang kepariwisataan no. 10 tahun 2009. Undangundang adalah kebijakan nasional sehingga kode etik pariwisata dunia ini sudah menjadi salah satu
kebijakan nasional didalam pembangunan kepariwisataan Indonesia. Pemerintah berupaya terus mendorong organisasi kepariwisataan untuk menyusun aturan tentang kode etik kepariwisataan. “Kode etik ini sangat penting dalam menunjang kesinambungan pariwisata di Indonesia. Pariwisata telah memberi banyak hal kepada masyarakat. Untuk itu dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan perlu adanya tanggung jawab terhadap perubahan yang diperuntukan bagi asfek social lainnya, “ katanya. Penerapan kode etik kepariwisataan akan diatur dalam sebuah undang-undang sehingga nantinya ada sangsi tegas bagi pelanggarnya. “Untuk itu pemerintah dan stake holder sector pariwisata dituntut untuk lebih awal untuk memahami kode etik kapariwisataan dunia. Apabila nantinya seluruh stake holder kepariwisataan menyadari tentang kode etik ini maka kepariwisataan akan memberi nilai tambah,” imbuh Ardika. Ardika berharap semua memangku kepentingan pembangunan kepariwisataan harus menjaga lingkungan hidup untuk memperoleh pertumbuhan ekonomi yang andal, berkelanjutan dan berkesinambungan. Ia juga menyinggung kepariwisataan Bali, bahwa dulu pekerja pariwisata berdasarkan keikhlasan dan selalu menanamkan pengabdian bagi setiap wisatawan yang berkunjung ke Pulau Dewata. “Dulu pekerja hotel kalau diberi ‘tip’ oleh wisatawan akan merasa tersinggung karena dianggap penghinaan dirinya. Akan lebih berharga diberi salam dan ucapan terima kasih,” ucapnya. Seiring kemajuan pariwisata dan tuntutan ekonomi, kata Ardika, semangat kerja tanpa pamrih itu harus kembali ditumbuhkan, sehingga kepariwisataan Indonesia, khususnya Bali akan tetap
Lelaki yang selalu dekat dengan wisatawan ini menyatakan, pembangunan hotel dan villa di Bali seharusnya dihentikan karena akan merusak lingkungan Pulau Dewata. Baginya, pulau dewata yang munggil ini sudah penuh dengan hotel, villa dan jasa akomodasi lainnya. Dikatakan, bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di Bali dalam kepariwisataan tidak mesti membangun infrastruktur seperti hotel atau vila, tetapi yang diperlukan bagaimana upaya melestarikan budaya dan fasilitas yang telah ada. “Investor yang hendak menanamkan modal di
sektor pariwisata sebaiknya diarahkan ke perbaikan sarana penunjang lain, misalnya pembinaan desa wisata. Jika investasi diarahkan ke sana, imbas positifnya langsung dirasakan masyarakat,” ucapnya Kandia, lantas menawarkan konsep untuk melestarikan desa wisata dengan berbagai aset unik yang dimilikinya. Bila perlu, desadesa tersebut menjadi desa binaan. “Artinya, tamu yang ingin menikmati desa wisata itu tidak harus menginap di hotel berbintang, melainkan bisa menginap di ‘home stay’ atau rumah penduduk.” (image/015)
Museum di Badung Menyedihkan elum lengkap, kurang tertata, dan tidak layak dikunjungi wisatawan. Begitulah kondisi museum yang dimiliki Kabupaten Badung. Kabupaten terkaya di Bali ini memiliki dua museum yaitu Museum Yadnya dan Museum Subak Lepud. Sesuai dengan namanya, museum yadnya (persembahan) mengoleksi berbagai jenis perlengkapan dan peralatan upacara keagamaan dari manusia lahir hingga meninggal. Sementara, Museum Subak Lepud mengoleksi berbagai peralatan petani tradisional yang dipakai dalam proses mengerjakan tanah sawahnya. Museum Yadnya berlokasi dekat dengan wilayah Mandala Wisata Pura Taman Ayun ini hanya memiliki bangunan merajan, rumah Bali sesuai dengan konsep asta kosala-kosali (bale dangin, bale daja, dapur), gedung pameran, stage/panggung terbuka dan kantor tempat penjaga. Sementara benda-benda yang dijadikan daya tarik baru pada koleksi Pitra Yadnya. Museum yang dikelola pemerintah Kabupaten Badung ini hanya mengoleksi perlengkapan upacara ngaben lengkap dengan bade (tempat mengangkut mayat ke kuburan) dan lembu (binatang berwujud sapi terbuat dari kayu dan kain). Terdapat pula banten upacara yang ringan seperti banten pengulapan, prayascita dan banten kecil lainnya. Sedangkan koleksi Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa yadnya dan Buta Yadnya belum tampak sama sekali.
B
Museum Yadnya sudah ada sejak tahun 1970-an. Karena rusak pada tahun 2007 museum ini direhabilitasi. Bangunannya semakin baru dan fasilitas lebih lengkap. Namun, sayang sampai sekarang Museum Yadnya ini belum beroperasi sampai sekarang. Bahkan, bangunan yang sudah selesai rusak sebelum dipakai. Kondisi fisiknya kurang terawat. Atapnya bocor, saluran air tersumbat, kotor dan tumbuhan liar banyak yang tumbuh. Fasilitas utama seperti listrik dan air juga tidak ada. Hal serupa tampak juga di Museum Subak Lepud yang dibangun tahun 2004 di Desa Wisata Baha. Museum dengan ukuran bangunan 12 X 8 meter ini mengoleksi alat-alat pertanian sawah seperti tengala, penampad, cangkul, serampang, lampit dan alat kecil lainnya hanya diurus oleh I Nyoman Tantra, seorang Pekaseh Subak Lepud bersama cucunya. Sungguh tragis nasib aset budaya yang dimiliki Badung. Menjawab hal ini, Kadisbud Badung Ida Bagus Bhasma secara terpisah menyatakan pihaknya saat ini telah melakukan tindak-lanjut dan melakukan serangkaian persiapan operasional Museum Yadnya. Pihak Disbud Badung, kata dia, sedang melengkapi kekurangan koleksi benda-benda yang akan ditempatkan museum. Ditambahkan, pihaknya saat ini tengah dalam persiapan untuk membuka Museum Yadnya untuk umum. Persiapannya tinggal sedikit lagi dan akan melakukan sosialisasi setelah itu. (image/015)
Bade dan Lembu koleksi museum yadnya berkembang. “Keramahtamahan orang Bali hingga saat ini masih menjadi kepercayaan wisatawan mancanegara jika berkunjung ke
© tir
Pulau Dewata, maka dari itu kita berharap untuk dipertahankan,” katanya. (image/015)
2
Vol. IV No. 21, 12 - 25 Maret 2010
Vol. IV No. 21, 12 - 25 Maret 2010
7
Lolec
© tir
© tir
Melasti di Tanah Lot
Pembinaan Keamanan Pariwisata
Lomba Lelakut
TANAH LOT – Pada hari Minggu (14/3) nanti, bakal ada atraksi budaya di Daya Tarik Wisata Tanah Lot. Seluruh banjar adat yang ada di Desa Pakraman Beraban berkumpul di Pura Bale Agung kemudian melaksanakan kegiatan ritual “Melasti” ke Segara Kidul Tanah Lot menjelang hari raya Nyepi (Tahun Baru Saka 1932). Pemelastian akan diikuti oleh 44 Pura yang ada di wilayah Desa Pakraman Beraban dan 5 pralawat Barong (Jero Gede). Pemelastian ke Segara Kidul Tanah Lot dimulai pukul 15.00 wita, sehingga untuk para pengunjung saat itu mendapat suguhan budaya.
TANAH LOT – Sebanyak 41 orang, terdiri dari anggota Pokdarwis Surya Chandra, wakil dari pedagang pasar seni di Tanah Lot, karyawan operasional Tanah Lot, pelaku pariwisata dan wakil dari CV. Ari Jasa Wisata mengikuti sosialisasi atau pembinaan keamanan pariwisata. Sosialisasi ini menghadirkan polisi pariwisata dari Kepolisian Nasional Indonesia wilayah Bali (polda Bali). Kegiatan yang digelar Jumat (5/3) itu diadakan di wantilan Pura Luhur Pakendungan. Dalam sosialisasi tersebut membahas tentang keamanan pariwisata khususnya di obyek wisata Tanah Lot,seperti ; kejahatan penjambretan, kejahatan dengan modus hipnotis, (image/015) dan keamanan di areal Tanah Lot.
DENPASAR – Inovatif dan unik. Sebanyak 20 petani yang merupakan perwakilan dari subak masing-masing kecamatan se-Kota Denpasar mengikuti lomba lelakut. Lelakut adalah sebuah bentuk kreativitas petani dan penghormatan terhadap warisan budaya leluhur yang sarat dengan makna dan filosofi. Tim juri melibatkan dari Fakultas Pertanian Unud, Dinas Kebudayaan, Departemen Agama dan Dari Dinas Pertanian Kota Denpasar. Lomba ini dibuka Walikota Denpasar, IB. Rai Dharmawijaya Mantra, SE. Msi, di Subak Anggabaya, didampingi istri Ny. Ida Ayu Selly Mantra dan Wakil Walikota Denpasar IGN. Jayanegara, Sekkot Drs. AA. Ngurah Rai Iswara, Kabag Humas dan Protokol Erwin Suryadarma, SE, (image/015) serta sejumlah Pimpinan Unit dan SKPD.
Bedah 350 Rumah DENPASAR - Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar melaksanakan perbaikan 350 rumah milik RTM (rumah tangga miskin) yang dialokasikan dari APBD Kota Denpasar tahun 2010. Kabid Perumahan, Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar, Dewa MadeWisnawa Wedaguna, saat melakukan pertemuan dengan warga masyarakat RTM di Kantor Desa Penatih Dangin Puri, Kamis (25/2), mengatakan, perbaikan rumah RTM dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dimulai Maret mendatang memperbaiki 190 unit rumah RTM. Sedangkan sisanya 160 rumah RTM akan dilaksanakan pada anggaran perubahan. Sebelumnya, pemerintah kota Denpasar telah memperbaiki 350 unit RTM pada tahun (BTN/015) anggaran 2009. © tir
Gebyar Nyastra Bali
© tir
Tanah Lot Gelar Parade Ogoh-Ogoh TANAH LOT – Pada hari Pengrupukan yang jatuh pada Senin (15/3), Objek Wisata Tanah Lot menggelar parade ogoh-ogoh. Made Sujana, Manager Badan Otorita Tanah Lot mengatakan parade ini akan dilaksankan oleh organisasi pemuda di Desa Beraban. Karnaval Ogoh-ogoh biasanya diarak di seluruh desa ke batas desa di sore sampai malam. Ogoh-ogoh yang dibuat menyerupai setan dengan ukuran besar untuk mengusir kejahatan agar tidak mengganggu orang. “Kegiatan ini sebagai ajang kreasi pemuda se-Desa Pakraman Beraban dan melestarikan Budaya dan Agama Hindu, selain menyambut tahun Çaka 1932,” kata Sujana. Lokasinya, di Lapangan Umum Desa Beraban Tanah Lot mulai pukul 17.00 wita - selesai. Jumlah peserta yang mengikuti parade Ogoh-ogoh adalah 13 peserta (sekaa teruna) yang berasal dari desa Pakraman Beraban. Penilaian akan difokuskan pada thema/alur cerita, kreatifitas, atraksi, kekompakan, ketertiban, dan kesesuaian gamelan dengan (image/015) atraksi.
DENPASAR – Sebanyak 954 peserta perwakilan dari siswa SD, SMP, dan SMA/SMU se- Denpasar mengikuti Gebyar Nyastra Bali. Kegiatan serangkaian HUT ke-18 Kota Denpasar ini sebagai upaya Pemerintah Kota Denpasar dalam meningkatkan minat siswa menekuni sastra Bali yang belakangan ini diakui masih kurang peminatnya. Melalui gebyar nyastra ini diharapkan mampu menjadikan Sastra Bali sebagai suluh hidup. Tim juri yang melibatkan tim penilai dari para pakar dosen Sastra Bali melakukan penilaian kemudian (image/015) menentukan pemenang 10 besar.
Penghargaan Wajib Terbaik DENPASAR – Bertepatan dengan puncak acara HUT ke18 Pemerintah Kota Denpasar memberikan penghargaan wajib pajak paling utama kepada Bali Hyatt, Sanur, karena berturut-turut tiga kali setiap tahun menjadi wajib pajak terbaik. Penghargaan diserahkan oleh Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, EE Mangendaan. Sementara pengharggan wajib pajak hotel restoran terbaik 2009 diserahkan oleh Kepala Dinas Pendapatan, IB Subrata dan Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar, I Putu Budiasa bertempat di Kantor Dinas Pendapatan Kota Denpasar, Jumat (5/3). Berikut nama-nama wajib pajak hotel dan wajib pajak restoran penerima penghargaan terbaik Kota Denpasar tahun 2009 untuk katagori hotel bintang yaitu; (1) Hotel Sanur Beach, (2) Sanur Paradise Plaza, (3) CV. Santrian Beach R., (4) The Grand Bali Beach, (5) CV. Santrian Beach, (6) Dewangkara Beach Hotel, (7) Mercure Hotel, Jl. Mertasari, (8) Gazebo Cottage Beach Hotel, (9) CV. Tanjung Sari, dan (10) Natour Sindhu Beach. Untuk katagori hotel melati (1) Parigata Hotel, (2) Hotel Nikki, (3) Hotel Cianjur, (4) Hotel Puri Ayu, (5) Aston Legend Villas, dan (6) Aston Denpasar Condotel, Jl. Gatot Subroto. Sedangkan untuk kategori restoran/rumah makan diraih (1) RM. Cianjur, (2) Masimo ILL Rest, (3) Bali Backery Patisirie, (4) Hongkong Garden Rest., (5) RM. Taliwang Baru, dan (6) (image/015) RM. Mina Kencana.
© edy
BADUNG - Pertemuan luar biasa ke-sebelas Dewan Pemerintahan/Forum Menteri Lingkungan Hidup Global, UN Environment Programme (UNEP) berhasil menyepakati Deklarasi Nusa Dua. Acara yang ditutup Jumat (26/2) di Nusa Dua tersebut menyerukan adanya kerjasama global untuk menanggulangi isu-isu lingkungan yang saat ini terjadi. Deklarasi Nusa Dua itu menyatakan pentingnya peran UNEP sebagai otoritas lingkungan global yang membuat agenda lingkungan global dan mempromosikan implentasinya dalam sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Terdapat 5 topik (image/015) bahasan yang disepakati dalam deklarasi ini.
* Sangeh Diserbu Wisatawan Domestik Sejak dikelola secara professional, kunjungan wisatawan ke DTW (Daya Tarik Wisata) Sangeh mengalami peningkatan setiap tahunnya. I Made Sumohon, Ketua Pengelola DTW Sangeh mengatakan sejak tahun 2003 hingga 2009 jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Sangeh meningkat rata-rata 30 persen setiap tahunnya. “Setelah dikelola secara baik, kunjungan wisatawan meningkat ke DTW Sangeh,” a ku Sumohon polos. enurut Sumohon, yang paling banyak berkunjung adalah wisatawan domestik (wisdom), terutama pada saat liburan sekolah. Jika dibandingkan dengan wisatawan mancanegara, jumlah wisdom selalu lebih banyak dari pada wisatawan mancanegara (wisman). Bahkan, pasar domestik yang ada tidak hanya didominasi dari Jawa, melainkan ada dari Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat (NTB). “Ada pun perbandingannya sekitar 90% wisdom dan 10 % wisman,” jelas Sumohon. Adapun data peningkatan kunjungan wisatawan ke DTW Sangeh adalah tahun 2003 (5154 wisman; 75377 wisdom), 2004 (7902 wisman; 119746 wisdom),
M
Dari Halaman 1
Museum .....................................
Rumah Sakit Bertaraf Internasional
“Deklarasi Nusa Dua”
Terjadi Peningkatan Kunjungan Wisatawan Setiap Tahun
BADUNG – Pemerintah Kabupaten Badung akan menjadikan RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Badung bertipe B Plus dan bertaraf Internasional. Pembangunan RSUD ini menggunakan dana Pusat dengan usulan dana mencapai Rp.1,2 trilyun. Kepala Bappeda dan Litbang Badung, Kompyang R. Swandika menyampaikan, rumah sakit bertaraf internasional yang akan dibangun untuk pelayanan pasien umum dan masyarakat mulai kategori miskin hingga pasien wisatawan mancanegara. Selain sebagai pusat pelayanan kesehatan, rumah sakit ini juga disiapkan untuk Diklat Tenaga Medis dan Paramedis serta untuk pelayanan korban kebakaran dan pasien HIV/AIDS. Sementara Bupati Badung, A.A. Gde Agung, SH didampingi Ketua DPRD Badung Drs. I Made Sumer, Apt dan Wakil Bupati Drs. I Ketut Sudikerta mengatakan, dalam pengembangan dan pembangunan RSUD Badung ini harus kembali pada kearifan lokal Bali dengan menerapkan filosofi Tri Hita Karana. Dalam pembagian lahan yang ada juga harus berdasarkan Tri Mandala dan membuat bangunan sesuai dengan Tri Angga. Hal tersebut terungkap saat presentasi master plan pengembangan dan pembangunan RSUD Badung oleh Konsultan Dewinta Abadi Persada, di Puspem Badung, belum (image/015) lama ini.
Kepahlawanan Kebo Iwa GIANYAR – Untuk mengenang dan melanjutkan spirit kepahlawanan Kebo Iwa, Pemkab Gianyar melalui Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar melaksanakan seminar penelitian, penulisan dan pencetakan buku Kebo Iwa. Kegiatan ini merupakan rangkaian upaya penyusunan buku tentang Kebo Iwa dan sejarahnya. Selain sejumlah pejabat dan jajaran Muspida Pemkab Gianyar dan Kepala UPTD Monumen Perjuangan Provinsi Bali, hadir pula peneliti, budayawan dan seniman seperti Agung Rai Arma, Prof. Wayan Dibia, Prof. Gede Paramarta, Wayan Carita, dan Suteja Neka. Seminar kali keduanya ini dilaksanakan di (image/015) Museum Arma, Ubud, Selasa (2/3).
berkaitan dengan berbagai cabang seni disiplin ilmu dan teknologi, serta harus memenuhi persyaratan sesuai dengan Kepmen 33 tahun 2004. Perkembangan museum di Bali belakangan ini cukup bergairah mengingat kini museum sering dijadikan sebagai sebuah objek penelitian serta pusat kesenian di Bali. Walau dirasakan cukup menjanjikan perkembangannya, namun tidak lantas diikuti oleh kesigapan pemerintah dengan keberadaan museum ini. Pemerintah kurang memberikan perhatian pada museum terutama dalam hal bagaimana mengkonservasi koleksi yang ada. Memang, dana yang diperlukan untuk kegiatan konservasi ini sangat tinggi. Walau demikian, tenaga konservator sangatlah diperlukan oleh museum agar koleksi yang dimiliki dapat tetap bertahan. Di samping itu, nafas dari museum ini bisa ditentukan oleh konservasi itu sendiri.
Wisatawan di DTW Sangeh 2005 (10395 wisman; 143058 wisdom), 2006 (12058 wisman; 141342 wisdom), 2007 (13048 wisman; 151146 wisdom), 2008 (14440 wisman; 187461 wisdom) dan tahun 2009 (14877 wisman; 191736 wisdom). Hal itu terjadi, terang Sumohon, kunjungan wisman ke Bali kebanyakan sudah disertai paket tour. Selain itu, jarak yang terlalu jauh juga menjadi pertimbangan Sinergi Galeri Selama ini, tidak ada perhatian khusus seperti pendanaan bagi museum-museum yang melaksankan konservasi ini. Karenanya, para pengelola harus dapat menghidupi museum dari tiket masuk hingga menyewakan areal untuk pertemuan, dan sejenisnya. Tidak sedikit pula museum swasta yang dibarengi dengan gallery. Karena hasil dari galleri itu kemudian digunakan untuk kelangsungan dari museum itu sendiri. Meskipun sebuah museum memang dirancang tidak untuk dikomersialkan, jika tidak ada perhatian dari instansi untuk kelangsungan operasionalnya tentu saja akan sangat sulit mempertahankan keberadaannya. Sudah terbukti, banyak museum yang berhasil setelah disinergikan atau mengkombinasikan dengan galleri. Di antaranya, Museum Rudana, Museum Arma, dan Museum Neka. Kalau, museumnya tidak untung tetapi gallery yang menghasilkan lapangan kerja dan uang untuk dana operasiaonal
para guide untuk mengajak tamunya ke Sangeh. “Kami berharap kepada pemerintah untuk bisa menjembatani kami dengan pihak travel agent untuk menjadikan Sangeh paket tujuan wisatanya,” harapnya pasrah. Di samping untuk menyaksikan keunikan alam Sangeh kehadiran mereka juga untuk melakukan study banding tentang pengelolaan objek dengan sistem desa adat. “Kendati di Bali banyak objek yang dikelola oleh desa adat, namun mereka lebih banyak melakukan studi di sini,” ucapnya bangga. Peningkatan kunjungan ini membukti© tir kan, pasar domestik sangat berpotensi dan berpengaruh untuk menggairahkan kepariwisataan Bali. Artinya, para pengusaha pariwisata jangan meremehkan wisdom. “Kami selalu berupaya memberikan yang terbaik bagi para pengunjung. Walaupun wisatawan asing jumlahnya kecil, tetapi kami tetap memberikan pelayanan yang terbaik. Ini untuk menjaga image Sangeh dan Bali di luar negeri,” imbuhnya. (image/015)
museum. Kalau museum tok itu yang membuat museum berdebu. Suasana tersebut tampak dalam museum antara yang dikelola pemerintah dan swasta. Kebanyakan museum yang dikelola pemerintah SDM-nya kurang profesional dan asal-asalan. Ini tidak dapat dipungkiri mengingat mereka umumnya bukan berasal dari background yang sesuai dengan bidangnya. Hal inilah yang hingga kini masih menjadi persoalan pelik dalam dunia permuseuman di Bali, mungkin juga di Indonesia secara keseluruhan. Sehingga warisan budaya bangsa ini terkesan diterlantarkan. Persoalan yang munculnya tak terbatas hanya menyangkut investasi budaya yang ada, tapi juga sistem pengelolaan serta SDMnya sampai sekarang masih menjadi kendala tersendiri. Di samping itu koordinasi serta cooperation di antara lembaga pemerintah dan swasta dalam hal ini hingga saat ini belum berjalan dengan baik. (image/008/015)
Dari Halaman 1
Dicanangkan ............................... museum, tetapi banyak yang tidak dirawat, disapu pun tidak. “Dan yang 10 persen dari 500-an museum yang layak kunjung itu ada di Bali semua. Museum yang di Bali semuanya bagus, kecuali yang dimiliki pemda.” Wacik kemudian mencontohkan Museum Subak di Tabanan. Museum ini tidak dikunjungi turis, jangan-jangan museum tidak ada penjaganya atau tidak pernah disapu. Memang sangat disayangkan kalau museum ini tidak dikunjungi wisatawan, karena disitulah gambaran perjalanan subak di Bali. “Kita bangga dengan subak tetapi tempat pelajarannya kurang terawat,” ujarnya. Wajib Kunjung Mencanangkan VMY 2010 ataupun VIY 2008 lalu, Wacik mengaku dilakukan dengan ngeregep bayu. Karena, dirinya sadar masih banyak fasilitas dan penunjang yang tidak layak. Namun, kekurangan-kekurangan yang ada tidak harus ditakutinya, sehingga VIY 2008 lalu mendapat hasil kedatangan wisman asing ke Indonesia tertinggi sepanjang sejarah sejak Indonesia merdeka. “Setelah bertemu dengan pemilik beberapa museum di Bali, lantas ada ide untuk membuat VMY. Saya mengunjungi museum-museum di Indonesia, maka saya membuat VMY dengan revitalisasi museum selama lima tahun (2010 – 2014),” paparnya. Lalu, yang menjadi target adalah dalam lima tahun bekerja, 90 persen museum yang tidak layak kunjung itu agar menjadi layak dikunjungi. Untuk itu, Wacik mengharpkan Dari Halaman 1
Museum Perlu ........................... wan. “Dan yang memprihatinkan, tidak ada penjaga yang memandu wisatawan. Apalagi yang mampu memberikan penjelasan yang baik dan benar kepada wisatawan,” ucapnya. Kandia kemudian menyinggung Monumen Perjuangan Rakyat Bali yang isinya kurang lengkap, Museum Subak yang ditumbuhi ilalang, dan Museum Le Mayeur tak dilengkapi petugas yang mampu memberikan penjelasan kepada wisatawan. “Harusnya, pemerintah Bali serius mengelola museum. Bila perlu membuat Museum Bali yang luasnya mencapai 10 Hektar yang nantinya dijadikan tempat pembelajaran bagi generasi ke depan,” tambahnya seraya mengaku saat ini wisatawan yang berkunjung ke museum baru mencapai 10 – 15 persen lewat paket-paket tur dari Jepang, Korea, dan Cina. Swasta Juga Sementara di tempat terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, IB Sedhawa mengatakan, terkait dengan program Visit Museum Year 2010, pemerintah Provinsi Bali akan memperbaiki sejumlah bangunan museum serta menerapkan teknologi tinggi. “Saya
kepala daerah mau menganggarkan dana APBD (anggaran pendapatan belanja daerah) untuk museum. Selain itu, ia juga berharap pada Mendiknas agar memerintahkan jajarannya untuk wajib mengunjungi museum. Anak-anak SD, SMP dan SMA agar diwajibkan berkunjungi ke museum. Setelah itu, membuat tulisan sejarah nenek moyangnya. “Itu yang sedang kami lakukan, sehingga saya merasa perlu mencanangkan lagi VMY 2010 di Bali.” Jero Wacik mengingatkan, semua orang harus memaknai museum. Karena museum adalah tempat kita belajar. Orang yang tidak pernah ke museum pasti lebih sedikit pengetahuannya tentang masa lalu, dari pada orang yang sering ke museum. Jero wacik lalu mencontohkan, kalau melihat museum purbakala di Pejeng sama halnya dengan melihat manusia Bali 2000 tahun yanglalu. “Itulah nenek moyang kita orang Bali. Apalagi kalau dijabarkan tentang bagaimana manusia Bali 2000 tahun silam,” papar Wacik. Ditegaskan, museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa. Museum juga menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman budaya. Dan yang terpenting museum sebagai tempat pembelajaran untuk masa depan. Memang kelihatan seperti benda-benda mati, namun penuh makna. “Di Belanda ada barangbarang dari Bali yang dipajang di sana. Cara penempatannya sangat bagus sehingga berceritera. Itu artinya Bali memiliki peradaban yang tinggi,” ucapnya. (image/budarsana)
kira, untuk di Bali museum-museum yang dikelola oleh swasta pun harus juga ikut lebih berbenah diri. Karena menjadikan museum sebagai suatu ikon perlu proses. Bagaimana menjadikan museum itu sebagai salah satu nilai atau potensi budaya,” katanya. Menurut Sedhawa, program VMY yang dicanangkan Menteri Kebudayan dan Pariwisata Ir. Jero wacik ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan ke museum serta meningkatkan apresiasi dan kepedulian masyarakat terjadap warisan budaya bangsa. Saat ini propinsi Bali mengelola empat museum yaitu Museum Bali, Museum Le Mayeur, Museum Taman Budaya Art Center dan Monumen Perjuangan Rakyat Bali. Untuk mempromosikan museum yang ada, jelas Sedhawa, diperlukan beberapa perbaikan. Selain dari dimensi fisik bangunan, juga peningkatan pelayanan serta akan menerapkan sistem teknologi yang akan memberikan penjelasan kepada pengunjung. Sistem ini nantinya memberikan pengetahuan lebih awal kepada pengunjung sebelum memasuki museum. Baik itu mengenai sejarah, fisik bangunan, isi dan informasi lainnya. (image/budarsana)
8
Vol. IV No. 21
Vol. IV No. 21, 12 - 25 Maret 2010
Otorita Bandara Luncurkan Buku
‘Ngurah Rai Airport Bali Gateway to Paradise’
Jero Wacik (tengah)
Kejadian-kejadian penting terkait dengan Bandara Ngurah Rai sekaligus peran sertanya sebagai pintu gerbang utama menuju Bali selama 70 tahun (1930 - 2010) dipublikasikan dalam buku berjudul ‘Ngurah Rai Airport - Gateway to Paradise’. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik yang meresmikan peluncuran buku tersebut, Minggu (28/2) bertempat di Hotel Kartika Plaza memuji manajemen PT. Angkasa Pura (Persero) I Bandara Ngurah Rai yang berinisiatif membukukan perjalanan bandara kebanggaan masyarakat Bali ini.
M penting
enurut Wacik, pencatatan sejarah dalam sebuah buku sangat untuk memberikan
© tir
penjelasan yang menyeluruh mengenai kondisi sebuah tempat. Dirinya mengaku, sangat peduli terhadap kondisi bandara karena bandara merupakan pintu gerbang masuknya wisatawan ke Indonesia. “Untuk itu kebersihan lingkungan bandara sangat penting. Nah, Bandara Ngurah Rai termasuk bandara yang kebersihannya terjaga sehingga wisatawan mendapatkan gambaran yang baik tentang Bali,” kata Wacik. GM AP I Bandara Ngurah Rai Heru Legowo mengutarakan buku setebal 130 halaman ini merupakan kumpulan dari sekian banyak catatan sejarah yang menceritakan dan menggambarkan perjalanan Bandara Udara Ngurah Rai sejak 1930 tahun silam. Berawal dari pembangunan Airstrip berupa padang rumput sepanjang 700 meter yang kemudian dikenal oleh masyarakat dengan istilah pelabuhan udara Tuban hingga
bermetamorfosis menjadi sebuah Bandar Udara Internasional Ngurah Rai dengan fasilitas berstandar internasional. Heru mengutarakan pembuatan buku yang dilakukan selama 3 bulan ini bukanlah pekerjaan ringan. Sebab, banyak bahan-bahan literatur maupun catatan mengenai Bandara Ngurah Rai sulit diperoleh, terutama di tahun-tahun awal berdirinya bandara ini. “Diperolehnya surat-surat lama tahun 1935 lah yang memicu semangat untuk terus berupaya mewujudkan buku sejarah perjalanan Bandara Ngurah Rai selama 70 tahun ini,” jelasnya. Heru yang merupakan inisiator dari pembuatan buku ini mengaku sangat senang dengan terealisasinya buku setebal 130 halaman ini. “Saat ini bandara Ngurah Rai telah melayani 9 juta pengunjung per tahun. Padahal dilihat dari luasnya, bandara ini termasuk kategori bandara kecil (small airport),” ujarnya. Sementara Direktur Utama PT. Angkasa Pura Bambang Darwoto mengutarakan upaya yang dilakukan AP I Bandara Ngurah Rai patut dihargai. Dia menilai keberadaan buku ini akan memberikan pemahaman mengenai Bandara Ngurah Rai dari masa lalu hingga masa mendatang, dimana bandara ini ditargetkan menjadi world class tourism airport. “Ini merupakan kado bernilai untuk perayaan ulang tahun ke 46 AP I, sekaligus penanda dimulainya era baru Bandara Ngurah Rai sebagai bandara wisata modern, monumental, bersahabat, nyaman, dan ramah lingkungan,” pungkasnya. (BTN/015)
Pengembangan Bandara Ngurah Rai 3 Bulan Lagi Jro Wacik: Tidak Perlu Ada Mall
Bandara Ngurah Rai
Pengembangan Bandara Ngurah Rai yang menelan Rp 1,7 Trilyun rencananya akan dimulai dalam 2 - 3 bulan lagi. Kepastian mengenai perluasan sekitar 120 meter persegi. Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama PT. Angkasa Pura Bambang Darwoto di sela-sela peluncuran buku Ngurah Rai Airport Bali Gateway To Paradise yang berlangsung di Hotel Kartika Plaza, beberapa waktu lalu. Kepastian mengenai perluasan sekitar 120 meter persegi ini
B
ambang mengatakan, proses untuk perluasan bandara ini sudah dimulai sejak awal 2009. Namun
karena adanya masukan dari pemerintah daerah untuk memasukkan ciri khas Bali di bandara berskala internasional itu, maka detail untuk perluasannya kembali direvisi. “Detail engineering nya dalam satu hingga dua bulan ini selesai. Kemudian akan dilakukan tender. Jika lancar 3 bulan lagi pembangunan akan dilaksanakan,” ucapnya. Dijelaskan, perluasan akan dilaksanakan pada terminal internasional. Perubahan juga akan terjadi pada letak terminal domestik dan internasional. Lokasi terminal internasional nantinya akan menjadi terminal domestik sehingga dari sebelumnya hanya mempunyai luas 15 ribu meter persegi, terminal domestik akan seluas 70 ribu meter persegi. Sedangkan untuk lokasi terminal domestik yang luasnya 15 ribu meter persegi akan diperluas
hingga 120 ribu meter persegi untuk dijadikan terminal internasional. “Mudah-mudahan tahun 2012 perluasan bandara ini akan rampung.” Dalam perluasan bandara ini, lanjut Bambang, sekitar 70 rumah dinas yang ada di lingkungan PAP I Bandara Ngurah Rai akan digeser lokasinya. “Dengan terealisasinya perluasan bandara ini, nantinya Bandara Ngurah Rai akan mampu melayani sekitar 20 juta pengunjung per tahun,” harapnya. Namun, menurut Bambang, yang menjadi konsekuensi adalah lalu lintas dan kondisi jalan menuju ke bandara mesti diperluas. Pasalnya, jalan raya yang ada saat ini belum mampu menampung jumlah kedatangan tersebut. Misalnya saja jika ada jumlah pengguna bandara mencapai 10 sampai 15 juta orang, akan terjadi kemacetan lalu lintas menuju arah bandara. Sementara itu Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengingatkan perluasan Bandara Ngurah Rai tidak mesti disertai dengan pembangunan mall di dalam bandara. Sebab keberadaan mall besar di bandara akan mematikan pelaku usaha kecil yang ada di Bali. “Tidak ada mall besar di Bandara. Kalau mereka (wisatawan, red) mau belanja, mereka bisa ke Sukawati atau tempat-tempat sentra kerajinan lainnya di Bali,” kata Jero Wacik. (image/015)
Cukup pasang iklan di
Bali Back to It’s True Nature:
Image-Bali Travel News
Bagi Satyagraha Ashram Foundation
Hanya dengan Rp 200.000
Hubungi
249484
12 - 25 Maret 2010
Gebyar Nyastra Bali
Bali Update
B
ali Back to It’s True Nature. Itulah salah satu kata kunci dari acara yang dilakukan Satyagraha Ashram Foundation di Br. Nyuhkuning, Mas-Ubud 26 Januari lalu. Acara ini dihadiri Bupati Gianyar, Dr. Ir. Cokorda Oka Arta Ardhana Sukawati, M.Si, Ida Pedanda Made Gunung, Ida Pedanda Padangtegal, guru yoga dari India, Mr. Swami G, dan para kelian Banjar Dinas Nyuhkuning. Acara ini merupakan acara special dari Satyagraha Ashram yang menjaga harmonisasi hubungan Bali dan India, dalam art, culture and religion. Mrs. Therese, pendiri Satyagraha Ashram Foundation yang beralamat di Br. Nyuhkuning, Mas-Ubud, mengatakan saat ini pihaknya memiliki 40 murid yoga. Mereka mengadakan latihan yoga dalam tenggang waktu 2 - 3 kali seminggu, bagi anak-anak umur 6 tahun sampai dewasa. Disamping yoga, mereka juga diberikan pendidikan tentang tanaman herbal berupa bungabungaan seperti bunga matahari, mengenal sayur-sayuran dan pembuatan resep minuman tradisional (sejenis jamu tradisional) seperti daluman dan olahan daun bluntas, dll. Therese menambahkan , yayasan ini bersifat non-profit oriented, dimana tujuan utama adalah untuk membantu anakanak yang kurang mampu dalam ekonomi. Selain itu mendidik anak-anak tadi menguasai yoga secara benar dan tepat. Selain itu, pihaknya juga sangat antusias dan tertarik terhadap gambelan Bali, terutama jenis selonding yang hampir
punah. Ketika gambelan slonding ini disatukan atau dikombinasikan dengan Yoga yang ada di Satyagraha Ashram, ternyata iramanya hampir sama dengan olah nafas pada latihan yoga. “Itu yang membuat saya tertarik dengan gambelan selonding,” katanya. “Kombinasi keharmonisan antara Bali dan India lewat art, culture and religion, pada acara ini, saya mempersembahkan Indian Classical Flute (oleh Ravi Sangkar) yang merupakan the finest maker of Hindustani Bansuri Flute dan ia juga mendedikasikan music klasik tradisional Hindustani India,” katanya sambil menambahkan, pihaknya juga mempersembahkan Old Bali Dancing, Tarian Pendet yang telah dikenal di mancanegara, serta pertunjukkan Selonding Dharma Jati Group dan dari seni music Mekar Buana yang dikombinasikan dengan the Ancient Practice of Yoga. Tujuannya, menyambut kedatangan guru terbaik kami yaitu Mr. Swami G, yang menggunakan system pola umat Hindu untuk mencapai connection of yoga, culture, Balinese and Indian Philosophy,” katanya. Dalam acara itu, Bupati Gianyar, Cokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, mengatakan, beliau sangat senang dan menyambut baik, berdirinya Satyagraha Ashram Foundation. “Acara ini, diharapkan dapat berlangsung dengan baik dan dapat membantu masyarakat Bali, terutama anak-anak yang kurang mampu,” ungkapnya. (Image/Budiarta)
© tir
Menerima Penghargaan “Aji Sewaka Nugraha” KLUNGKUNG – IR. Jero Wacik, SE., Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI menerima penghargaan “Aji Sewaka Nugraha”, sebuah penghargaan kepada seniman, budayawan, yang kreatif, inovatif, progresip dalam meningkatkan harkat dan harga diri bangsa. Dalam hal ini Jero Wacik dianggap mampu memberikan pandangan-pandangan, visi baru yang cemerlang dalam membawa bangsa yang lebih bermartabat. Berani memberikan rintisan-rintisan baru yang positif dalam mengangkat tata kehidupan yang dinamis dan berkepribadian. Penghargaan ini diserahkan oleh Nyoman Gunarsa, Sabtu (27/2) bertempat di Museum Seni Lukis (image/015) Klasik Bali Nyoman Gunarsa, Klungkung.
2
Jero Wacik Dorong Buat Film Ngurah Rai
Museum Bali Tertua di Bali
Save Our Destination
Entertainment Corner
5
6
Pengembangan Bandara Ngurah Rai 3 Bulan Lagi
Page Advertorial
8
Dicanangkan, Tahun Kunjungan Museum 2010 * 90 % Museum Tak Layak Kunjung Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik secara resmi mencanangkan Tahun Kunjungan Museum 2010 di Bali. Menteri asal Bali ini mengatakan, museum merupakan media universal untuk pelestarian budaya, dan sarana pembelajaran bagi masyarakat serta objek wisata yang edukatif. Karena itu keberadaannya perlu didorong lebih baik lagi agar bisa melayani apa yang dibutuhkan masyarakat. Program ini untuk lebih mendorong masyarakat dan wisatawan agar lebih meningkatkan apresiasinya ter-
“
hadap museum yang merupakan tempat menyimpan karya para leluhur,” kata Wacik pada saat pencanangan Visit Museum Year (VMY) 2010, Sabtu (27/2) yang dipusatkan di Museum Seni Lukis Klasik Bali Nyoman Gunarsa, di Kabupaten Klungkung. Jero Wacik mengaku, mencanangkan VMY 2010 dibandingkan dengan Visit Indonesia Year 2008 lalu ternyata lebih berat. Karena dari 500-an museum yang ada di Indonesia 90 persen belum layak kunjung. Hal itu dikatakan berdasarkan pengamatan dirinya yang sudah melihat keadaan museum di Indonesia. Banyak ada Halaman 7
Dicanangkan ...............................
Museum, Investasi Budaya Yang Terlantar ika ingin memasuki dunia masa lampau di zaman kini, berkunjunglah ke museum. Karena, museum adalah sebuah tempat yang sering disebut sebagai sebuah investasi budaya bangsa. Melalui museum kita dapat menyelami kehidupan masa lampau dari sebuah peradaban manusia. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan serta keakenaragaman budaya. Memang, kelihatan seperti bendabenda mati, namun penuh dengan makna. Karena, museum sebagai tempat pembelajaran untuk ke masa depan. Bali, sebuah pulau yang kaya akan peradaban seni budaya kini memiliki sekitar 23 museum dengan mayoritas terdapat di Kabuapaten Gianyar. Dari sekian
J
banyak museum yang ada di Bali hampir 65% dikelola oleh swasta dan sisanya berada di bawah otoritas pemerintah daerah dengan koleksi yang tak kalah beragamnya pula. Lukisan berbagai aliran, benda arkeologi, perhiasan, miniatur perkembangan kehidupan masyarakat Bali serta aktivitas sosial budaya, patung, benda-benda seni hingga koleksi kupu-kupu pun ada di museum di Bali. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan Propinsi Bali, untuk mendirikan sebuah museum haruslah memenuhi beberapa persyaratan, di antaranya; sebuah museum harus berdiri di bawah naungan instansi pemerintah, yayasan atau badan usaha yang dibentuk berdasarkan hukum Indonesia, menyimpan koleksi kumpulan bukti material hasil budaya manusia/lingkungan yang Halaman 7
Museum .....................................
© tir
Jro Wacik saat mengunjungi pameran di Museum Gunarsa setelah mencanangkan Tahun Kunjungan Museum 2010
Museum Perlu Diswastakan?
Kini, banyak museum di Bali yang tidak menarik lagi. Kotor, lumutan, dan belum memiliki petugas yang mampu menjelaskan isi, pesan dan makna dari museum tersebut. Semua museum hampir sama yakni terlalu banyak memajang lukisan. Belum ada museum yang mengkhusus, sehingga kurang menarik bagi wisatawan. Itulah gambaran keberadaan museum di Bali. gurah Wijaya, Koordinator Bali Tourism Board mengatakan, sesungguhnya museum sangat menarik bagi wisatawan. Karena lewat museum, wisatawan bisa mengetahui latar belakang dan sejarah Bali yang dikunjunginya. “Sayangnya, museum yang dikelola pemerintah kebanyakan tidak terurus. Perlu ada sebuah revitalisasi museum,” kata Wijaya. Ditambahkan, Bali memiliki
N
aset yang luar biasa, tetapi karena kurang mampu memanajemen membuat museum itu tak layak kunjung. Padahal, jika dikelola dengan baik museum itu bisa dibuatkan tema, kemudian dijadikan tempat seminar, konferensi, workshop dan kegiatan lainnya. “Kalau pemerintah tidak bisa menjaga, lebih baik diswastanisasikan saja. Pemiliknya tetap pemerintah, namun pengelolanya adalah orang yang betul-betul professional,” ucapnya.
Kurang Menarik. Sekarang ini, lanjutnya, banyak orang yang ingin mengelola museum di Bali. “Pemerintah tidak perlu takut,” imbuhnya. Saat ini, kata Wijaya, selain tak terurus juga belum banyak yang mempromosikan museum di Bali. “Lantas, bagaimana kita mengejar Visit Museum Year,” kata Wijaya balik bertanya. Hal yang sama juga dikatakan Wakil Ketua Federasi Asosiasi Pemandu Wisata Dunia Nyoman Kandia. Menurut Kandia, museum yang dikelola oleh pemerintah tidak
ada yang layak dikunjungi. Tak terawat dan kurang mendapat perhatian yang serius dari pengelolanya. “Saya setuju kalau museum pemerintah itu diswastanisasikan,” ujar Kandia. Menurut Kandia, kalau museum pemerintah diswastanisasikan akan mampu melestarikan asset Bali. Di samping adanya transparan pengdapatan, penjaga, renovasi dan yang mempromosikan juga menjadi jelas. Demikian pula dengan SDM penunggunya. “Lihat saja museum swasta itu bekerjasama dengan industri pariwisata. Makanya wisatawan mengalir berkunjung ke sana. Intinya, harus melakukan kerjasana dengan siapapun,” terangnya. Kandia lalu mencontohkan Museum Bali yang tidak memiliki fasilitas penunjang yang baik. Parkir tidak memadai, kebersihan toilet tidak terjamin, dan pedagang acung terlalu banyak bahkan sering mengganggu wisataHalaman 7
Museum Perlu ...........................
C12-59