Merajut Persahabatan Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Penerbit
Park Jae-han (Ketua Umum K Association yang
Naskah
Shin Sung-chul (Dewan Editorial Cho Yeon-sook (Editor In Chief
Penyelia Naskah
Kim Moon-hwan (Kolumnis, Ahli
Penerjemah
Min Seon Hee
Diana Paramita
Penyelia Terjemahan
Suray Agung Nugr (Pengajar Prodi
Korea, FIB, Univ
Penyunting
Eka Susanti
Tempat Terbit
Korean Association
Jln. Gatot Subrot
Kuningan Timur
Setiabudi, Jakarta
DKI Jakarta 12950, Indonesia
Percetakan
PT Kanisius
Jl. Cempaka 9, Der Yogyakarta 55281 Indonesia
Merajut P ersahabatan Memupuk Kepercay aan 50 T ahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
aan erja O an onomi ve n membuka ah an at menjembatani 26 dan emanusiaan k ang saling 50 n, dapat
Kompilasi
Semoga buku ini menjadi buku
acuan dalam perjalanan menuju
100 tahun hubungan diplomatik
Korea dan Indonesia.
Park Jae-han
Ketua Umum Korean Association di Indonesia
Ketua Komite Penerbit Buku 50 Tahun Hubungan Diplomatik
Korea Indonesia: Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
Di tengah pandemi Covid-19 pada 2020, Asosiasi Korea di Indonesia menerbitkan “인도네시아 한인 100년사 (dibaca Indonesia
Hanin Baengnyeonsa, yang artinya ‘100 Tahun Sejarah Orang Korea
di Indonesia’).” Berbagai kesulitan pun telah kami lewati untuk menerbitkan buku ini.
Sejak itu, saya berkeinginan untuk menerbitkan sebuah buku
yang memperkenalkan Korea dan dapat dibaca oleh masyarakat
Indonesia. Keinginan saya itu terwujud dengan terbitnya buku
ini yang berjudul 50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia:
Merajut Persahabatan Memupuk Kepercayaan. Buku yang disusun
sebagai tanda peringatan 50 tahun terjalinnya hubungan
diplomatik Korea dan Indonesia pada 2023 ini memuat sejumlah
catatan penting yang menggambarkan sejarah diplomasi Korea
5
Kompilasi
Ketua Umum Korean Association di Indonesia
dan Indonesia, kerja sama ekonomi dan bisnis, serta beragam kegiatan masyarakat Korea di Indonesia.
Dalam penyusunan buku terbitan 2020 tersebut, Korean Association menetapkan Bapak Jang Yoon-won sebagai orang Korea pertama yang tinggal di Indonesia. Bapak Jang ikut
serta dalam gerakan kemerdekaan di negerinya sendiri pada zaman penjajahan Jepang. Ia memberikan bantuan, baik moral maupun finansial, kepada sesama orang Korea yang dibawa
ke Indonesia untuk kerja paksa. Saat bekerja sebagai banker di Korea, yakni ketika terjadi March First Movement (dikenal juga sebagai Samil Independence Movement), Bapak Jang diketahui
telah menyalurkan dana untuk kemerdekaan. Ia pun kemudian mengasingkan diri ke Tiongkok lalu mencari suaka di Indonesia
pada 1920. Saat Indonesia menjadi jajahan Jepang, Bapak Jang
dipenjara di Indonesia dan dibebaskan setelah kemerdekaan.
Setelah itu, Bapak Jang membantu para korban kerja paksa dan berperan besar dalam memulangkan mereka ke tanah airnya
dengan kapal.
Anak-anak Bapak Jang dibesarkan di Indonesia dan berperan
penting dalam kehidupan masyarakat Korea di Indonesia. Bapak
Jang Nam-hae (anak sulung) menuruti kehendak sang ayah untuk
membantu warga Korea agar dapat melangsungkan kehidupan
bermasyarakat di Indonesia. Bapak Jang Sun-il (anak kedua)
menjadi salah satu pendiri Universitas Atmajaya. Ibu Jang Pyeonghwa (anak bungsu) pernah bekerja di Konsulat Republik Korea
sebelum ada kedutaan. Memperingati hari pertama Bapak Jang
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
6
Yoon-won menginjakkan kakinya di tanah Indonesia, yakni pada 20 September 1920, Korean Association menetapkan 20 September
sebagai “Hari Orang Korea” di Indonesia dan menerbitkan buku
“인도네시아 한인 100년사 (100 Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia)” pada 2020 (tepat 100 tahun sejak 1920).
Hubungan kerja sama ekonomi dan bisnis yang saling melengkapi antara Korea dan Indonesia selalu menjadi motor penggerak dalam memajukan hubungan kedua negara. Sejak
KODECO (perusahaan pertama asal Korea Selatan yang menanamkan modal di luar negeri) berinvestasi di Indonesia pada 1968 di sektor kayu, banyak perusahaan lain yang mengikuti jejak KODECO. Lingkup kerja sama antara Korea dan Indonesia pun semakin diperluas dari tahun ke tahun, yakni dari sektor manufaktur padat karya, seperti alas kaki dan garmen pada akhir 1980-an; industri padat modal, seperti baja, petrokimia, dan otomotif; hingga belakangan ini industri padat teknologi, termasuk keuangan, digital, dan farmasi. Korea dan Indonesia juga mengembangkan jet tempur KF-21/IFX. Dengan diberlakukannya Indonesia-Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement (IK-CEPA) per Januari 2023, hubungan kedua negara diharapkan akan terus berkembang dan maju.
Saya mengucapkan terima kasih kepada para dewan penerbit yang telah antusias ikut andil dalam penerbitan buku ini. Saya menyampaikan apresiasi, khususnya kepada dua penulis, yaitu Penerbit Daily Indonesia, Bapak Shin Sung-chul, dan editor in chief, Ibu Cho Yeon-sook, yang telah berdedikasi
7
Kompilasi
Ketua Umum Korean Association di Indonesia
menulis buku ini secara sistematis. Isi yang mudah dipahami dan penuh dengan manfaat ini diharap-kan berguna bagi para pembaca untuk mengenali Korea dengan lebih baik. Buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia atas kontribusi dua penerjemah, yakni Min Seon Hee dan Diana Paramitha Rachman.
Saya berterima kasih juga kepada Bapak Kim Moon-hwan, penulis utama “인도네시아 한인 100년사 (100 Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia)” yang telah mengedit isi buku ini dengan teliti. Buku ini juga tidak akan terbit tanpa dedikasi dari Direktur Sekretariat, Choi In-sil dan editor in chief, Hong Seok-young.
Seseorang pernah berkata bahwa pendokumentasian adalah
usaha untuk melahirkan suatu kebudayaan yang menghubungkan masa lalu dan masa kini, sekaligus menunjukkan nilai kebudayaan serta kedudukan suatu negara.
Besar harapan saya agar buku ini dapat menjadi pencerah untuk melestarikan segala hal yang telah dicapai selama setengah abad kemarin dan menuju setengah abad yang akan datang dalam
hubungan Korea-Indonesia, seperti bunyi slogan peringatan 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik kedua negara, “Closer Friendship, Stronger Partnership.” ■
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
8
Sambutan Saya yakin, Korea dan Indonesia akan menyongsong masa depan yang cerah bersama.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Dengan segenap ketulusan hati, saya mengucapkan selamat atas terbitnya buku yang menandai peringatan “50 Tahun
Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia”. Tahun ke-50 merupakan
tahun spesial yang sering disebut Golden Jubilee. Berbagai acara diselenggarakan, baik di Korea maupun di Indonesia, untuk memperingati tahun spesial ini. Tahun ke-50 adalah tonggak
sejarah yang sangat penting sekaligus momentum untuk melihat kembali prestasi yang telah diraih oleh kedua negara dari masa ke masa.
Sejak terjalinnya hubungan diplomatik pada 1973, Korea dan Indonesia terus memperluas kerja sama di berbagai
bidang, seperti politik, diplomatik, ekonomi, bisnis, sosial, dan kebudayaan. Di bidang ekonomi, program kerja sama yang telah
dijalankan oleh kedua negara, antara lain, pembangunan pabrik
baja terpadu Krakatau-POSCO, kendaraan listrik Hyundai, dan pengembangan bersama jet tempur KF-21/1F-21. Program kerja
Sambutan
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
9
Dr. H. Bambang Soesatyo, S.E., S.H., M.B.A.
sama tersebut melambangkan hubungan kedua negara yang berdasarkan pada kepercayaan sebagai mitra sejati. Korea dan Indonesia memiliki hubungan Kemitraan Strategis Khusus atau
Special Strategic Partnership sejak 2017 dan kedua negara ini memberlakukan Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) per Januari 2023. IK-CEPA ini diyakini akan menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi kedua negara di berbagai bidang.
Kunjungan kenegaraan yang kerap dilakukan oleh pemimpin negara Korea ke Indonesia dan pemimpin negara Indonesia ke Korea menunjukkan eratnya hubungan diplomatik antara kedua
negara. Terhitung sejak 1980-an, semua Presiden Korea telah mengunjungi Indonesia. Sebaliknya, sebagian besar Presiden
Indonesia juga telah melakukan lawatan ke Korea Selatan, bahkan
mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah lima kali mengunjungi Korea. Adapun Presiden Joko Widodo telah empat
kali melakukan kunjungan ke Korea.
Setelah melewati 50 tahun perjalanan diplomatik, Korea dan Indonesia akan bersama-sama menyongsong 50 tahun yang akan datang. Sebagai anggota G20 dan negara kekuatan menengah yang berperan penting di kawasan Asia, Korea dan Indonesia senantiasa meningkatkan pemahaman sebagai mitra terpercaya.
Hal tersebut menjadi bekal dalam menjawab tantangan global, seperti krisis keuangan, perubahan iklim, dan rekonstruksi tatanan baru dalam masyarakat internasional.
Saya sangat berharap Korea dan Indonesia dapat terus memajukan hubungan kerja sama yang baik ini dan menghasilkan
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
10
capaian terbaik dari berbagai program kerja sama yang strategis, seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara, program pencapaian target Net Zero Emission, serta mewujudkan transisi ekonomi hijau.
Akhir kata, saya menyampaikan apresiasi yang setinggitingginya kepada segenap pihak yang telah berkontribusi dalam kemajuan hubungan Korea dan Indonesia pada kurun waktu 50 tahun terakhir. ■
11
Sambutan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Sambutan Saya berharap dokumentasi
berharga ini tidak sebatas
dokumentasi bersejarah, tetapi
menjadi petunjuk arah dalam
perjalanan hubungan Korea
dan Indonesia ke depan.
Lee Sang-deok
Duta Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia
Saya menyampaikan ucapan selamat atas diterbitkannya
buku berjudul 50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia:
Merajut Persahabatan Memupuk Kepercayaan dalam rangka
memperingati 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara
Korea dan Indonesia pada 2023, yakni setelah perayaan 100 tahun
sejarah diaspora warga Korea di Indonesia yang ditandai dengan
penerbitan buku berjudul “인도네시아 한인 100년사” (diartikan ‘100
Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia’) pada 2020 oleh masyarakat
Korea di Indonesia.
Jika dilihat dari sejarah politik luar negeri, hubungan kerja
sama Korea dan Indonesia baru berlangsung 50 tahun. Namun, pertukaran masyarakat kedua negara telah terjadi pada abad
ke-14, saat Kerajaan Majapahit menugaskan seorang utusan ke
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
12
Joseon (Korea Selatan pada saat ini). Pada 1920, Bapak Jang Yoonwon menginjakkan kakinya di Batavia. Pada 1960-an, perusahaan asal Korea Selatan yang diwakili oleh KODECO dan Korindo Group mulai berinvestasi di Indonesia. Catatan bersejarah selama berabad-abad itulah yang akhirnya menjalin hubungan kedua negara dalam hubungan diplomatik pada 1973.
Korea Selatan dan Indonesia menunjukkan persahabatan yang erat saat kesulitan melanda dari waktu ke waktu. Pada 1950-an, Indonesia membantu Korea Selatan untuk bangkit kembali pascaPerang Korea. Pada 1970-an, Korea mengirim bantuan pangan ke Indonesia. Pada 2020, saat krisis pandemi Covid-19 menyelimuti dunia, Korea Selatan menyalurkan konsentrator oksigen dan APD ke Indonesia. Pada tahun berikutnya, ketika Korea menghadapi kekurangan urea, Indonesia mengambil langkah cepat untuk membantu.
Semenjak terjalinnya hubungan diplomatik pada 1973, lingkup kerja sama antara Korea dan Indonesia semakin diperluas, yaitu meliputi sumber daya energi, makanan dan minuman, tekstil, garmen, alas kaki, kendaraan listrik, industri pertahanan, pembangunan infrastruktur, pembangunan Ibu Kota Nusantara, industri teknologi dan informasi, e-mobility, pembangkit tenaga listrik nuklir, smart-farm, telekomunikasi, medis dan farmasi, keuangan, dan bidang legislasi. Cakrawala hubungan kerja sama antara Korea dan Indonesia tidak dapat diperluas sedemikian rupa tanpa kontribusi dan upaya dari masyarakat Korea di Indonesia dan perusahaan-perusahaan yang melangsungkan usahanya di Indonesia.
13
Sambutan
Duta Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia
Bagi Korea Selatan, Indonesia adalah satu-satunya negara
di kawasan Asia Tenggara yang memiliki “Special Strategic
Partnership” sejak 2017. Perwujudan hal ini tidak terlepas dari
jalinan persahabatan yang telah lama dipupuk oleh masyarakat
Korea dan perusahaan asal Korea di tanah Indonesia. Pemerintahan
Yoon Suk-yeol secara konsisten mengakselerasi kerja sama dengan
negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia yang dinilai sebagai
mitra utama negara bagi Korea Selatan. Pemerintahan Presiden
Yoon telah mendeklarasikan “Strategi untuk Kawasan Indo-Pasifik
yang Bebas, Damai, dan Sejahtera” dan “Korea-ASEAN Solidarity
Initiative (KASI)” pada November 2022 yang diyakini akan menjadi
platform penting yang dapat membuka lembaran baru hubungan
antara Korea dan Indonesia selama 50 tahun ke depan.
Kedutaan Besar Republik Korea akan menyatukan kekuatan
dengan masyarakat Korea dan perusahaan Korea di Indonesia
agar capaian kerja sama selama setengah abad ini dapat dijadikan
bekal untuk memajukan hubungan kedua negara ke depannya.
Akhir kata, saya menyampaikan ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada Korean Association di Indonesia dan tim penulis yang berkontribusi besar dalam penerbitan buku 50
Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia: Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan dan segenap pihak Overseas Koreans
Agency yang telah memberikan bantuan dalam penerbitan buku
ini. Saya berharap dokumentasi yang berharga ini tidak sebatas
dokumentasi bersejarah, tetapi menjadi petunjuk arah dalam
perjalanan hubungan Korea dan Indonesia ke depan. ■
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
14
Prolog
Ciri khas orang Korea memang terlihat asing di Indonesia, padahal ciri khas itu tidak jauh berbeda dengan ciri khas orang
yang berasal dari Tiongkok, Arab, India, Jepang, dan Belanda yang sudah lama berhubungan dengan Indonesia. Akan tetapi, orang Korea memang memiliki ciri khas yang lebih menonjol, seperti berjalan cepat, berbicara dengan lantang, berdiri tegak, dan berjalan dengan penuh semangat. Tipikal orang Korea yang
lain adalah riang gembira, hobi ngedance, dan minum minuman
beralkohol. Orang Korea juga suka memberi perhatian ke orang
lain (disebut budaya “jeong”), tetapi mereka juga mudah marah
karena kurang sabar. Selain itu, banyak orang Korea yang
terlihat serius dalam kehidupan beragama atau dalam memeluk
kepercayaannya, seperti Kristen, Buddha, dan Konghucu. Akan
tetapi, orang Korea yang menganut agama Islam jarang ditemukan di Korea.
Sebaliknya, Indonesia dan orang Indonesia masih asing bagi orang Korea. Wilayah Indonesia yang sangat luas terdiri atas
±17.000 pulau yang membentang. Gerak-gerik orang Indonesia
terlihat lebih santai daripada orang Korea. Bagi orang Korea yang
terbiasa dengan perubahan empat musim, Indonesia serasa hanya
15
Prolog
memiliki satu musim, yaitu musim panas sepanjang tahun yang identik dengan pepohonan rindang dan hijau. Selain itu, salah satu hal yang jarang dirasakan oleh orang Korea di negaranya adalah kebudayaan Islam.
“Dari Korea?”, “Kok bisa ke Indonesia?” Pertanyaan ini sering dilontarkan kepada orang Korea yang tinggal di Indonesia. Serba-serbi Korea, termasuk budayanya, menjadi pusat perhatian di Indonesia. Banyak orang Indonesia yang ingin
belajar dan bekerja di Korea. Investasi Korea di Indonesia pun terus meningkat. Kami berharap buku ini bisa memberi informasi mengenai hal-hal seputar Korea kepada orang Indonesia.
Bapak Jang Yoon-won adalah orang Korea pertama yang merantau ke Indonesia untuk berlindung ketika negerinya sendiri, Joseon, sudah tidak bisa melindunginya karena penjajahan
Jepang. Orang Korea mengarungi lautan untuk mencari nafkah
di Indonesia setelah Pemerintah Korea Selatan berdiri. Dengan beragam tujuan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti politik, sosial, ekonomi, dan diplomasi, banyak orang Korea berkunjung
ke Indonesia. Sebaliknya, banyak orang Indonesia berkunjung
ke Korea.
Buku ini mengisahkan orang Korea dan perusahaan Korea
yang berkegiatan di Indonesia. Buku ini adalah hasil dokumentasi
yang menggambarkan jejak perkembangan hubungan diplomatik
Korea dan Indonesia, program kerja sama yang dilakukan oleh
perusahaan Korea di Indonesia dan seluk-beluk kehidupan orang
Korea di Indonesia.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
16
Masing-masing bab menceritakan diplomasi, ekonomi dan bisnis, serta orang Korea. Setiap topik diuraikan berdasarkan periode. Bagian yang melukiskan kehidupan orang Korea di Indonesia berfokus pada kegiatan yang dilakukan oleh Korean Association, Jakarta Internasional Korean School (JIKS), dan sejumlah organisasi orang Korea. Pembaca dapat membaca dari
awal sesuai dengan daftar isi, tetapi juga bisa membaca sebagian saja sesuai kebutuhan.
Bab 1 yang bertema perkembangan hubungan diplomatik
antara Korea dan Indonesia dibagi menjadi lima periode, yaitu awal mula, tahun-tahun awal, periode perkembangan, periode pematangan I, dan periode pematangan II. Setiap periode tersebut
diawali dengan ringkasan agar pembaca mengetahui sedikit gambaran sebelum membaca keseluruhannya.
Di Bab 2, pembaca dapat menelusuri perkembangan
kemajuan industri yang menjadi incaran investor Korea di Indonesia selama 50 tahun ini. Perkembangan ekonomi di Korea dan Indonesia menunjukkan bahwa Korea dan Indonesia saling mengisi dalam menuliskan sejarah pembangunan ekonomi nasional.
Bab 2 dibagi menjadi empat periode, yaitu dari rentang waktu tahun 1969, ketika investor Korea pertama tiba di tanah
Indonesia, hingga tahun 2023. Titik tolak masing-masing periode
adalah tahun 1968, 1986, 2003, dan 2018.
Selama setengah abad yang nilainya tak terungkapkan dengan
kata-kata, perusahaan Korea di Indonesia menjalani masa awal
17
Prolog
diterima di pasar Indonesia, masa perkembangan, serta masa pematangan. Orang Korea yang notabene penuh semangat
menantang diri sendiri untuk mengisi lembaran sejarah 50 tahun
dengan sikap pantang menyerah dan antusiasme. Indonesia
memiliki tempat khusus di hati masyarakat Korea karena
Indonesia sebagai negara sahabat telah memberikan “tempat persemaian” kepada perusahaan-perusahaan Korea untuk tumbuh besar.
Indonesia juga dijuluki “Negara Pertama” oleh Korea Selatan
dalam banyak hal. Pada 1968, Indonesia menjadi tujuan investasi
luar negeri pertama bagi Korea Selatan yang saat itu dilakukan
oleh KODECO, perusahaan yang bergerak di sektor perkayuan.
Pada 1973, Indonesia menjadi negara pengimpor pertama
production plant yang dibangun oleh Miwon (Daesang saat ini)
di Indonesia. Pada 1981, Indonesia menjadi mitra kerja sama
pertama bagi Korea Selatan di bidang pembangunan anjungan
lepas pantai di Blok Madura Barat. Pada 1992, Indonesia menjadi negara pertama tempat didirikannya kantor perwakilan Korea
International Cooperation Agency (KOICA, otoritas penyaluran
bantuan pembangunan internasional) di luar Korea. Indonesia
juga menjadi negara pertama yang membeli jet latih lanjut T-50
dan kapal selam buatan Korea.
Bab 3 memuat kisah perkembangan komunitas warga Korea
melalui kegiatan Korean Association, organisasi orang Korea, kantor perwakilan Pemerintah Korea, dan JIKS. Tidak hanya itu, pembaca dapat mengenal seluk-beluk kehidupan yang dijalani
warga Korea di Indonesia dengan tetap menjaga identitas sebagai
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
18
orang Korea. Namun, buku ini tidak dapat memuat semua kisah
orang Korea dari berbagai latar belakang karena penulisan buku
ini bergantung pada sumber atau catatan yang dimiliki oleh
Korean Association dan Kedutaan Besar Republik Korea (Korea Selatan) untuk Republik Indonesia.
Hubungan diplomatik Korea dan Indonesia telah berlangsung
selama setengah abad. Korea dan Indonesia memiliki hubungan
yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan di ranah diplomasi, pertahanan, ekonomi, dan bisnis. Tokoh-tokoh utama yang
dikisahkan dalam buku ini adalah para pencinta Indonesia yang
kehidupan mereka kadang kala terpengaruh dengan situasi di Indonesia.
Masyarakat Korea di Indonesia selalu ingin mengenal
masyarakat dan budaya Indonesia. Orang Korea hidup rukun di Indonesia, bahkan memandang dirinya sebagai salah satu bagian
dari masyarakat Indonesia. Melalui buku ini, warga Korea di Indonesia berharap agar senantiasa dianggap sebagai elemen
masyarakat Indonesia yang dapat saling melengkapi, bekerja sama, dan terus merajut persahabatan untuk maju bersamasama. ■
19
Prolog
Daftar Isi
21
Prakata Sahabat Sejati adalah Sahabat pada Kala Sulit 25 Bab 1 Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Korea 35 1. Awal Mula (1949—1972): Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia hingga Sebelum Terjalinnya Hubungan Diplomatik 37 2. Tahun-Tahun Awal (1973—1988): Pembentukan Hubungan Diplomatik hingga Masa Pemerintahan Chun Doo-hwan 64 3. Periode Perkembangan (1988—2003): Masa Pemerintahan Presiden Roh Tae-woo hingga Presiden Kim Dae-jung 73 4. Periode Pematangan Tahap I (2004—2016): Pemerintahan Presiden Roh Moo-hyun hingga Pemerintahan Presiden Park Geun-hye 90 5. Periode Pematangan Tahap II (2017 dan seterusnya): Pemerintahan Presiden Moon Jae-in dan Yoon Suk-yeol Menuju Masa Depan 105 Daftar Isi
Bab 2 Perusahaan Korea di Indonesia: Dulu, Sekarang, dan Masa Depan 121
Prakata: Melewati 50 Tahun Menuju 100 Tahun melalui CEPA 121
6. Tahun-Tahun Awal (1968—1985):
Perusahaan Korea yang Bertumpu pada
7. Periode Perkembangan (1986—2002):
8. Periode Pematangan Tahap I (2003-2017):
9. Periode Pematangan Tahap II (2018 dan seterusnya):
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
22
Masuknya
Pengelolaan Sumber Daya Alam 128
Peningkatan Pesat Investasi Perusahaan Korea yang Berpusat pada Industri Manufaktur 140
Masuknya Perusahaan Korea ke Industri Teknologi dan Modal 170
Korea-Indonesia, Kerja Sama Industri Masa Depan 187
23 Bab 3 Diaspora Korea di Indonesia 211 Prakata 211 10. Awal Mula Komunitas Diaspora Korea (Akhir 1890-an hingga Awal 1960-an) 213 11. Diaspora Korea pada Tahun-Tahun Awal (1973-1988) 238 12. Diaspora Korea pada Periode Perkembangan (1988-2003) 244 13. Diaspora Korea pada Periode Pematangan Tahap I (2004-2016) 253 14. Diaspora Korea pada Periode Pematangan Tahap II (2017-saat ini) 271
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
24
Prakata
Sebuah pepatah bahasa Inggris berbunyi “a friend in need is a friend indeed” yang berarti “sahabat yang membantu pada kala sulit adalah sahabat sejati”. Dalam hidup, terkadang muncul masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri, baik yang berwujud materi maupun psikis. Hal ini menunjukkan bahwa setiap manusia memerlukan manusia lain. Jika ditelaah, hubungan diplomatik antara Korea dan Indonesia banyak kemiripan dengan hubungan antarmanusia tersebut.
Seiring dengan berakhirnya Perang Dunia II yang ditandai dengan takluknya Jepang tanpa syarat kepada Sekutu pada 15
Agustus 1945, bangsa Korea pun terbebas dari pemerintahan
kolonial Jepang dan menyambut kemerdekaan yang telah lama didambakan. Pada 15 Agustus 1948, pemerintahan sementara
Republik Korea didirikan. Berselang dua hari dari kekalahan
Jepang, yakni pada 17 Agustus 1945, Indonesia mendeklarasikan
25 Prakata
Sahabat Sejati adalah Sahabat pada Kala Sulit
kemerdekaannya. Namun, Belanda—yang pernah menduduki
Indonesia selama lebih dari 300 tahun—alih-alih mengakui
kemerdekaan Indonesia, malah berambisi menjajah.
Akibatnya, Indonesia pun melancarkan perang kemerdekaan
(Revolusi Nasional Indonesia) melawan Belanda. Pada akhirnya, setelah pertumpahan darah selama empat tahun lamanya, Belanda mengakui kedaulatan sekaligus kemerdekaan Indonesia
pada 27 Desember 1949. Hal ini menunjukkan bahwa Belanda
tidak mengakui kemerdekaan Indonesia yang diikrarkan pada 17
Agustus 1945. Tidak lama setelah peristiwa tersebut, Pemerintah
Korea Selatan memutuskan untuk mengakui kedaulatan
Indonesia. Tahun 2023 ini merupakan peringatan 50 tahun
hubungan diplomatik kedua negara yang telah terjalin sejak 1973.
Korea dan Indonesia telah saling membantu pada kala sulit dan
semakin matang dalam melewati 50 tahun persahabatan menuju
kemitraan sejati pada masa depan.
Indonesia adalah negara yang pertama kali mengulurkan
tangan saat Korea dalam kesulitan. Berdasarkan laporan bertajuk
“Bantuan Material Komunitas Internasional kepada Korea
Selatan selama Perang Korea” yang diterbitkan oleh Institute for Military History Kementerian Pertahanan Korea Selatan tahun
2013 diketahui bahwa Indonesia turut memberikan dukungan
keuangan untuk stabilitas kehidupan rakyat Korea Selatan dan pemulihan pascaperang guna menanggulangi kerugian besar akibat Perang Korea.
Pada saat itu, Indonesia bertindak sebagai mediator perdamaian di Semenanjung Korea. Saat berkunjung ke Korea
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
26
Utara pada 28—30 Maret 2002, Presiden Megawati Soekarnoputri
menemui Kim Jong-il (Ketua Komisi Pertahanan Nasional Korea
Utara) dan Kim Yong-nam (Presiden Presidium Majelis Tertinggi
Rakyat Korea Utara) dalam rangka melanjutkan hubungan
Indonesia dengan Korea Utara yang telah terjalin sejak lama.
Sebelumnya, Megawati telah bertemu Kim Jong-il pada 1965, yaitu ketika ayah Kim Jong-il, Presiden Kim Il-sung, mengunjungi
Indonesia dan bertemu dengan Presiden Soekarno. Selepas
melawat ke Korea Utara, Presiden Megawati bertolak ke Korea
Selatan melalui rute cepat Laut Kuning. Pada 30 Maret 2002, ia
mengadakan pertemuan khusus dengan Presiden Kim Dae-jung
dan bertukar pandangan tentang isu-isu yang menjadi perhatian
bersama, termasuk hubungan Korsel-Korut, situasi politik
regional di Semenanjung Korea dan Asia Timur, serta rencana
kerja sama di kancah internasional. Pada kesempatan tersebut, Presiden Megawati menyampaikan niat Kim Jong-il untuk
mengunjungi Korea Selatan meskipun akhirnya tidak terwujud.
Perdana Menteri Korea Selatan, Lee Nak-yon, dan Wakil Perdana
Menteri Korea Utara, Ri Ryong-nam, yang duduk bersebelahan
saat pembukaan Asian Games Jakarta-Palembang pada 19 Agustus
2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno mencuri perhatian
dunia. Meskipun Konferensi Tingkat Tinggi Korsel-Korut urung
terselenggara, Presiden Joko Widodo menghadirkan kembali
suasana rekonsiliasi Korsel-Korut dengan mengadakan ramah-tamah
trilateral yang mempertemukan Perdana Menteri Korsel, Lee Nakyon, dan Wakil Perdana Menteri Korut, Ri Ryong-nam, tepat sebelum
pembukaan Asian Games 2018. Selain itu, regu pemandu sorak
27 Prakata
gabungan Korsel-Korut juga merasakan reunifikasi yang menyentuh
hati di Jakarta walau hanya sesaat.
Korea membalas kebaikan Indonesia dengan bersedia
menandatangani perjanjian peminjaman beras. Pada 30 November
1977, Menteri Pertanian dan Perikanan Korea, Choi Gak-gyu, dan
Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Sarwo Edhie Wibowo, menandatangi perjanjian peminjaman beras setelah Pemerintah
Indonesia meminta dengan sangat kepada Korea untuk memberi
bantuan berupa pinjaman beras pada Oktober 1977. Saat itu, situasi politik dan sosial di Indonesia sedang tidak stabil karena beberapa wilayah di Indonesia kekurangan pangan akibat gagal
panen yang dipengaruhi oleh faktor alam. Pemerintah Korea
Selatan pun memutuskan untuk meminjamkan 70.000 ton beras
guna mengatasi kekurangan pangan di Indonesia. Pengiriman
beras pertama dilakukan pada Desember tahun yang sama.
Bagi Korea Selatan yang merupakan negara pengimpor beras, meminjamkan beras kepada negara lain merupakan pengalaman
pertama sepanjang sejarah negara tersebut berdiri. Hal tersebut
dapat dilakukan karena Korea Selatan menggalakkan “Gerakan
Saemaul” yang berhasil merevolusi teknologi pertanian Korea
dan berkat panen raya berturut-turut yang membuat stok beras melimpah, bahkan melampaui swasembada.
Pada saat gempa bumi dahsyat mengguncang lepas
pantai barat Provinsi Aceh, Indonesia, pada 26 Desember
2004 yang memicu tsunami besar dan menyebabkan ±200.000
korban tewas dan hilang, Pemerintah Korea beserta organisasi
nonpemerintah (LSM) dengan tanggap dan cepat memberikan
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
28
bantuan kemanusiaan. Kapal suplai Angkatan Laut Korea yang mengangkut alat berat yang dibutuhkan di lapangan segera
bertolak menuju daerah terdampak. Selain itu, Pemerintah
Korea melalui Korea International Cooperation Agency (KOICA)
membangun rumah sakit dan sekolah di wilayah yang terdampak
serta mendorong kegiatan pemulihan dan pencegahan, seperti pemasangan sistem peringatan dini tsunami dan penanaman bakau. Kantor KOICA di Jakarta yang dibangun pada 1 September
1992 merupakan kantor KOICA luar negeri pertama. Hal ini merepresentasikan persahabatan Korea-Indonesia.
Di tengah wabah Covid-19 pada 2020, Korea tidak hanya mengirim pasokan bahan anti-epidemi ke Indonesia, tetapi juga
mewujudkan kerja sama pengadaan baju APD. Hal tersebut
menegaskan kembali peran Korea sebagai “sahabat sejati”
Indonesia. Pada saat itu, Pemerintah Korea memprioritaskan
Indonesia sebagai negara penerima bantuan kemanusiaan darurat
dan memberikan bantuan darurat senilai USD500.000. Selama
pandemi Covid-19, Korea-Indonesia telah menjalin sejumlah
kerja sama khusus. Salah satu kerja sama khusus yang paling
menonjol adalah pengadaan baju APD. Pengadaan baju APD tersebut merupakan ide dari Kedutaan Besar Korea Selatan untuk
Indonesia. Ide itu diyakini dapat mengatasi krisis pasokan baju
APD di Indonesia.
Wabah Covid-19 pada 2020 memang membuat tenaga medis
Indonesia kekurangan baju APD sehingga sebagian dari mereka
hanya mengenakan jas hujan plastik saat mengangkut dan merawat pasien, padahal tenaga medis merupakan garda terdepan
29 Prakata
dalam penanganan wabah Covid-19. Pemerintah Korea Selatan
dan Pemerintah Indonesia pun kemudian bekerja sama dalam hal
pengadaan baju APD untuk para tenaga medis. Sejak terjadi wabah
Covid-19, Pemerintah Indonesia mengeluarkan larangan ekspor perlengkapan medis. Akan tetapi, terkait dengan kerja sama
pengadaan APD tersebut, Pemerintah Indonesia memberikan
izin khusus kepada perusahaan garmen Korea di Indonesia yang
memproduksi pakaian APD untuk mengekspor pakaian APD ke
Korea. Sebaliknya, Pemerintah Korea memerintahkan kepada perusahaan garmen Korea tersebut untuk memberikan sebagian
baju APD yang telah diproduksi kepada Indonesia.
Krisis moneter yang terjadi di Korea dan Indonesia secara bersamaan pada 1997 membuat perusahaan-perusahaan Korea di Indonesia juga mengalami krisis. Pergolakan situasi politik, ekonomi, dan sosial menyebabkan kondisi dalam negeri Indonesia sangat tidak stabil. Komunitas diaspora Korea di Indonesia pun mengalami ketidakstabilan. Tragedi Mei 1998 menyebabkan perusahaan-perusahaan asing menarik diri dari Indonesia. Pada saat itu, lima ribu orang Korea dievakuasi. Namun, sebagian besar pengusaha Korea tetap mempertahankan perusahaan beserta karyawannya. Sejak saat itu, penduduk setempat menganggap orang Korea yang tetap bersama mereka pada masa sulit sebagai
“sahabat sejati”.
Kerja sama Korea-Indonesia sebagai perwujudan “sahabat sejati”, baik di tingkat pemerintahan maupun swasta, tak terhitung. Salah satu kerja sama yang tidak kalah penting terjalin pada tahun 1960-an di bidang kehutanan. Pada saat itu,
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
30
Pemerintah Indonesia memberikan izin kepada perusahaan
Korea untuk mengembangkan hutan di Indonesia. Hal ini
kemudian mendorong industri kayu olahan di Korea memasuki
masa kejayaannya. Sebaliknya, pendirian pabrik kayu lapis
di Indonesia oleh perusahaan Korea membuka peluang bagi
Indonesia untuk menumbuhkan industri kayu lapisnya sendiri.
Korea dan Indonesia telah saling memengaruhi dan bekerja
sama dalam berbagai bidang, bahkan kerja sama antarkedua
negara pada masa sulit justru menjadi kerja sama yang paling
bermanfaat dan penuh makna. Sahabat sejati adalah sahabat di kala sulit. ■
31 Prakata
Bab 1
Lima Puluh Tahun
Hubungan Diplomatik Indonesia-Korea
Bab 1
1. Awal Mula (1949—1972)
2. Tahun-Tahun Awal (1973—1988)
3. Periode Perkembangan (1988-2003)
4. Periode Pematangan Tahap I (2004-2016)
5. Periode Pematangan Tahap II (2017 dan seterusnya)
Bab 1
Lima Puluh Tahun
Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Dengan berakhirnya Perang Dunia II yang ditandai oleh
kekalahan Kekaisaran Jepang pada 15 Agustus 1945, bangsa Korea mendapatkan kembali kemerdekaannya. Berselang dua hari, yaitu pada 17 Agustus 1945, Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya.
Sejak pembentukan pemerintahan pada 15 Agustus 1948, Republik Korea semakin aktif menjalin hubungan dengan
negara-negara Asia yang baru merdeka, termasuk mengakui
kedaulatan Indonesia pada 1949. Namun, pada awal 1960, yakni
ketika Korea Utara lebih dahulu mengembangkan hubungan
dengan Indonesia, termasuk menjalin hubungan diplomatik
dan pertemuan antarkepala negara, Korea Selatan tidak banyak
mengembangkan hubungan resminya dengan Indonesia. Baru pada 1966, kedua negara menjalin hubungan konsuler.
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
35
1
Bab
Dalam situasi ini, upaya perusahaan Korea Selatan untuk
masuk ke Indonesia guna mengembangkan hutan justru
membuahkan hasil, yaitu berupa pertemuan antara Kim Jongpil, Kepala Central Intelligence Agency Korea Selatan (sekarang
Badan Intelijen Nasional) dengan Presiden Soekarno pada
1962. Pada 1964, tim survei hutan Pemerintah Korea Selatan
mengunjungi Indonesia dan bertemu dengan Presiden Soekarno.
Pada tahun yang sama, Subianto, kepala eksekutif partai yang
berkuasa di Indonesia pada masa itu, bersama dengan Nyonya
Sadikin, dan putri angkat Presiden Soekarno melawat ke Korea
Selatan untuk menemui Presiden Park Chung-hee dalam rangka
mengeratkan hubungan kedua negara.
Pada 1965, pergolakan politik di Indonesia yang ditandai
dengan peristiwa G30S/PKI membangkitkan rezim Soeharto
yang pro-Amerika dan anti-komunis. Hal tersebut membuat
hubungan persahabatan antara Indonesia dan Korea Utara
melemah secara drastis. Namun, di sisi lain, kondisi ini
justru menguntungkan Korea Selatan dan Indonesia dalam
meningkatkan hubungan kerja samanya. Hal ini terbukti dengan
dijalinnya hubungan konsuler Korea Selatan-Indonesia pada 1
Desember 1966 yang membuka pintu kerja sama pembangunan
kedua negara secara resmi.
Pada 18 September 1973, hubungan diplomatik Korea
Selatan-Indonesia berkembang ke tingkat duta besar. Hal ini
menjadikan Indonesia sebagai negara Asia pertama yang memiliki
dua Kedutaan Besar Korea, yakni Korea Selatan dan Korea Utara.
Sejak saat itu, hubungan bilateral antarkedua negara berkembang
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
36
dalam berbagai bidang, antara lain, diplomasi dan keamanan, perdagangan, investasi, serta pertukaran budaya dan sumber daya manusia. Hubungan bilateral tersebut kemudian meningkat
menjadi “Kemitraan Strategis” pada 2006 dan semakin erat pada 2017 dengan menjadi “Kemitraan Strategis Khusus”.
1. Awal Mula (1949—1972): Pengakuan Kedaulatan Republik
Indonesia hingga Sebelum Terjalinnya Hubungan
Diplomatik
a) Perang Diplomatik dengan Korea Utara: Awal yang
Tertatih-Tatih
Setelah membentuk pemerintahan pada 1948, Republik Korea giat menjalin hubungan dengan negara-negara Asia yang baru merdeka. Tujuan utamanya adalah untuk mengakui kedaulatan negara-negara Asia tersebut, termasuk Indonesia (Korea Selatan
mengakui kedaulatan Indonesia pada 30 Desember 1949) dan menjalin hubungan persahabatan.
Selama Perang Dingin antara Blok Barat dan Timur pada
1950-an dan awal 1960-an, Korea Utara melancarkan gerilya diplomasi terhadap negara-negara nonkomunis dan negaranegara Dunia Ketiga. Selain itu, Korea Utara menjalin hubungan persahabatan secara intensif dengan Indonesia yang pada saat itu berperan penting dalam pembentukan “Gerakan Non-Blok”.
Hubungan antara Korea Utara dan Indonesia pun berkembang
pesat, termasuk dalam hubungan diplomatik dan pertemuan tingkat kepala negara.
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
37 Bab 1
Perkembangan hubungan kedua negara tersebut mulai tampak ketika Korea Utara mendirikan kantor perwakilan dagang di Indonesia; Pemerintah Indonesia mengutus beberapa seniman
Indonesia untuk berkunjung ke Korea Utara pada Agustus 1958; dan dibentuknya Asosiasi Persahabatan Indonesia-Korea Utara
pada Juni 1959. Selain itu, pada Juni 1960, beberapa wartawan
Indonesia berkunjung ke Korea Utara. Pada Juni 1961, Konsulat
Jenderal Korea Utara di Indonesia dibuka. Pada akhirnya, hubungan diplomatik tingkat duta besar pun terjalin pada April 1964.
Pada 1964, Presiden Soekarno berkunjung ke Korea Utara.
Kunjungan tersebut dibalas oleh pemimpin Korea Utara Kim Ilsung dengan melawat ke Indonesia pada April 1965 bersama Kim
Jong-il. Sementara itu, Presiden Korea Selatan Chun Doo-hwan
berkunjung ke Indonesia pada Juni 1981 dan Presiden Indonesia, Soeharto, melawat ke Korea Selatan pada 1982. Lawatan masingmasing presiden tersebut adalah diplomasi tingkat kepala negara pertama antarkedua negara.
Pada saat Presiden Soekarno berkunjung ke Korea Utara
tahun 1964, Presiden Kim Il-sung mengeluarkan pernyataan tentang perlunya membentuk koalisi persatuan rakyat tertindas guna melawan imperialisme dan neokolonialisme. Kunjungan
Presiden Kim Il-sung ke Indonesia pada 1965 adalah kunjungan pertamanya ke negara nonkomunis. Hal ini menunjukkan
pentingnya meningkatkan hubungan diplomatik dengan
Indonesia pada masa itu.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
38
Kepemimpinan Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika
di Bandung tahun 1955 (tidak dihadiri oleh Korea Utara)
yang kemudian menjadi dasar pendirian Gerakan NonBlok membuat Korea Utara semakin menyadari pentingnya memantapkan hubungan diplomatik dengan Indonesia. Pada
tahun 1956, Presiden Kim Il-sung mulai menyatakan minat dan kepentingannya untuk menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara nonkomunis dengan mengacu pada prinsip Konferensi Asia Afrika.
b) Awal Hubungan Korea Selatan dan Indonesia: Pembukaan
Konsulat Jenderal
Hubungan Indonesia dan Korea Utara berkembang pesat dari tahun 1950-an hingga awal 1960-an. Sementara itu, hubungan Korea Selatan dan Indonesia mulai berkembang
dengan terjalinnya komunikasi antarpejabat tinggi untuk per-
tama kalinya meskipun berjalan lambat.
Dalam dokumen terbitan Kementerian Luar Negeri Korea
Selatan tertanggal 6 Juli 1962 tercatat bahwa Indonesia menolak
kunjungan misi persahabatan Korea Selatan pada Juni 1960 dan menolak utusan negara dari Korea Selatan yang membawa misi ekonomi pada Maret 1962. Indonesia dinilai merasa terbebani
ketika harus membangun hubungan dengan Korea Selatan di tengah berkembang pesatnya hubungan Indonesia dengan Korea
Utara. Pada saat itu, hubungan Indonesia dengan Korea Utara telah
sampai pada pembentukan hubungan konsuler Indonesia-Korea
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
39 Bab 1
Utara pada tahun 1961 dan pembentukan hubungan diplomatik di tingkat duta besar pada tahun 1964.
Namun demikian, komunikasi antara Korea Selatan dan Indonesia bukan berarti tidak terjalin sama sekali. Hal ini dibuktikan dengan adanya pertukaran di bidang budaya dan olahraga. Pada April 1962, Lee Sang-baek dan Walter Chung
berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri pertemuan komite
tetap Olimpiade Asia dan bertemu dengan Menteri Olahraga
Indonesia pada saat itu, yakni Maladi. Maladi berjanji akan mengusulkan penjalinan hubungan diplomatik dengan Korea
Selatan kepada Presiden Soekarno. Pada Mei 1962, klub sepak
bola Korea Selatan mengunjungi Indonesia dalam rangka latihan uji coba dan mengikuti pertandingan persahabatan.
Walaupun kunjungan pejabat tinggi Korea Selatan ke
Indonesia belum terlaksana di tengah pesatnya kemajuan
hubungan Indonesia-Korea Utara, komunikasi di tingkat
ekonomi antara pejabat tinggi Indonesia dengan pejabat tinggi
Korea Selatan tetap terjalin pada awal 1960-an atas prakarsa
perusahaan Korea Selatan, yakni Korea Development Co, Ltd (KODECO). KODECO didirikan di Indonesia untuk
melakukan pengembangan sumber daya hutan. Choi Gye-wol, Ketua KODECO, adalah pengusaha Korea Selatan pertama
yang bertemu dengan Presiden Soekarno pada Januari 1962. Ia
kemudian memprakarsai pertemuan antara Direktur Central Intelligence Agency, Kim Jong-pil, dengan Presiden Soekarno di
Tokyo, Jepang pada Februari 1962.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
40
Tim Survei Hutan dari Korea bertemu dengan Presiden Soekarno dalam kunjungan kehormatan ke Indonesia pada 1964. Chairman Choi Gye-wol (paling kanan)
Sumber Foto: Warga Korea, Kim Young-man
Bapak Subianto (kader partai yang berkuasa saat itu) bersama dengan anak angkat Presiden Soekarno (Nyonya Sadikin) melakukan kunjungan kehormatan ke Korea Selatan dan bertemu dengan Presiden Park Chung-hee dalam rangka menghadiri pertemuan Asosiasi Kehutanan. Lee Hu-rak (Kepala Staf Presiden Park, paling kanan), Presiden Park Chung-hee (dari kanan kedua)
Sumber Foto: Warga Korea, Kim Young-man
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
41 Bab 1
Pada Juli 1963, sebagai pejabat utusan pertama Pemerintah
Korea Selatan yang mengunjungi Indonesia, tim survei hutan
bersama dengan Choi Gye-wol menghadap Presiden Soekarno.
Pada 1964, Subianto, kepala eksekutif partai yang berkuasa di Indonesia pada masa itu, bersama Nyonya Sadikin dan putri
angkat Presiden Soekarno berkunjung ke Korea Selatan untuk
berunding dengan Asosiasi Kehutanan Korea Selatan dan menemui Presiden Park Chung-hee.
Pada 1965, seiring dengan runtuhnya Partai Komunis
Indonesia (PKI) akibat G30S/PKI, rezim Soeharto yang proAmerika dan anti-komunis terbentuk. Hal ini secara otomatis
melemahkan hubungan Indonesia dengan Korea Utara. Namun, di sisi lain, situasi ini berdampak positif bagi pertumbuhan
hubungan Korea Selatan dan Indonesia.
Pada Desember 1966 (17 tahun setelah pengakuan kedaulatan
Indonesia), Pemerintah Korea Selatan menugaskan Minister di Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Thailand Lee Chang-hee pada saat itu yang kemudian ditunjuk sebagai Konsul Jenderal pertama untuk Indonesia ke Jakarta untuk menerima persetujuan pendirian Konsulat Jenderal Korea Selatan di Indonesia.
Pada 1966, Pemerintah Korea Selatan mengeluarkan kebijakan untuk tidak menjalin kerja sama dengan negara-negara yang telah lebih dahulu menjalin hubungan diplomatik dengan Korea Utara. Berdasarkan kebijakan tersebut, pendirian konsulat
jenderal di negara yang di dalamnya telah terdapat Kedutaan
Besar Korea Utara merupakan hal yang tidak lazim bagi Korea Selatan. Akan tetapi, pada saat itu, Pemerintah Korea Selatan
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
42
sedang melancarkan gerilya diplomatik ke negara-negara Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. Krisis politik pascaperistiwa
G30S/PKI 1965 yang mengakibatkan berkurangnya pergerakan
Korea Utara di Indonesia dipandang sebagai waktu yang
tepat bagi Korea Selatan untuk membuka konsulat jenderal di Indonesia.
Dua tahun kemudian, yaitu pada 1968, Indonesia membuka konsulat jenderal di Seoul dan menunjuk Soekamto Sayidiman
sebagai konsul jenderal pertama. Konsul jenderal berikutnya
adalah Leonardus Benny Moerdani, seorang tokoh terkenal di kalangan diaspora Korea di Indonesia. Pada 1973, ketika
hubungan Korea Selatan-Indonesia berkembang ke tingkat duta besar, Benny Moerdani ditunjuk sebagai Chargé d’Affaires ad Interim Indonesia untuk Korea Selatan.
43 Bab 1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Jenderal Benny Moerdani
Tokoh Penting Sejarah Modern Indonesia yang Pro-Korea
Jenderal Benny Moerdani (1932—
2004) adalah salah satu tokoh yang selalu muncul tiap kali Indonesia mengalami pergolakan pascakemerdekaan. Sebagai salah satu tokoh terkemuka yang pro-Korea, ia memiliki hubungan istimewa dengan Korea.
Pria yang lahir di Jawa Tengah tahun
1932 ini dilantik sebagai Letnan Dua Angkatan Darat pada tahun 1956.
Sejak mengikuti latihan operasi spesial di Amerika Serikat pada tahun
1961, Benny Moerdani menjadi perwira Kopassus yang senantiasa berada di garis depan. Ia adalah tokoh sentral yang meredam berbagai
aksi pemberontakan, seperti PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik
Indonesia) di Sumatra dan Sulawesi pada 1964; komando operasi militer di 1; dan kudeta PKI yang berujung pada peristiwa G30S/PKI
1965 selama pemerintahan Presiden Soekarno. Sementara itu, pada pemerintahan Presiden Soeharto, Benny Moerdani berhasil meredam
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
44
kerusuhan Malari; demonstrasi anti-Jepang yang terjadi selama
kunjungan Perdana Menteri Jepang, Tanaka, ke Indonesia pada Januari 1974; krisis Timor Timur pada 1975; pembajakan maskapai Garuda
Indonesia pada 1981; dan peristiwa Tanjung Priok (Masjid As Saadah) pada 1984.
Pada 1971, Benny Moerdani mulai menjalin hubungan dengan
Korea, yaitu ketika ia diangkat sebagai Konsul Jenderal Indonesia
kedua. Pada saat itu, ia masih menyandang status Kolonel Angkatan
Darat. Ia tinggal di Korea selama lebih dari tiga tahun, belajar budaya
dan bahasa Korea, serta bergaul dengan orang Korea. Pada 1973, ketika hubungan Korea-Indonesia meningkat ke level duta besar, Benny Moerdani diangkat sebagai Chargé d’Affaires ad Interim.
Setelah kembali ke Indonesia pada Januari 1974, Benny Moerdani memegang jabatan-jabatan penting, seperti Kepala
Intelijen, Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus, dan Menteri Pertahanan. Tokoh yang berkuasa dalam pemerintahan
Presiden Soeharto ini memiliki hubungan erat dengan komunitas
diaspora Korea di Indonesia. Ia akrab dengan komunitas diaspora
Korea dan mensponsori perusahaan-perusahaan Korea di Indonesia.
Benny Moerdani telah menorehkan prestasi gemilang, baik dalam
pembangunan militer maupun ekonomi kedua negara. Ia berperan
serta dalam impor komoditi militer seperti amunisi dan seragam
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
45
Bab1
tempur dari Korea, serta ikut andil dalam berpartisipasinya Korea pada
proyek ekplorasi dan ekploitasi ladang migas di Madura.
Jenderal Benny adalah salah satu tokoh penting dalam
pemerintahan Soeharto. Namun, persaingannya dengan Prabowo
Subianto (menantu Soeharto) membuat hubungan Benny dan Soeharto merenggang. Benny Moerdani pun terpaksa lengser dari
dunia politik pada 1993, yakni ketika Soeharto sedang mempersiapkan
pengangkatan dirinya sebagai Presiden Indonesia untuk keenam kalinya. ■
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
46
Wawancara Lee Sang-deok
Duta Besar Republik Korea
untuk Republik Indonesia
Lee Sang-deok berfoto dengan Menteri Luar Negeri
Indonesia Retno Marsudi pada kunjungan kehormatan pertamanya seusai penyerahan Surat Kepercayaan kepada Presiden Jokowi pada 20 Februari 2023.
Sumber Foto: Kedutaan Besar Republik Korea untuk RI
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
47
Bab1
Hubungan diplomatik Korea dan Indonesia menginjak usia emas
atau 50 tahun pada tahun 2023 ini. Bagaimana penilaian Bapak Dubes terkait dengan hubungan kedua negara tersebut?
Saya mendapat tugas sebagai Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia per 4 Januari 2023. Bagi saya, penempatan pada tahun ini penuh makna karena Korea dan Indonesia memperingati 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik. Sebelum resmi menjalin hubungan diplomatik, Korea dan Indonesia sudah mulai melakukan kegiatan pertukaran dan kerja sama. Semenjak dibangunnya hubungan diplomatik, yaitu selama 50 tahun terakhir ini, hubungan kerja sama kedua negara berkembang secara menyeluruh, baik di bidang sosiopolitik dan ekonomi maupun bidang kebudayaan.
Saya sangat bangga dengan masyarakat Korea di Indonesia. Jauh sebelum Korea dan Indonesia menjalin hubungan diplomatik, orang Korea yang bernama Jang Yoon-won tercatat telah menginjakkan kakinya di Batavia pada 1920. Semenjak itulah masyarakat Korea di Indonesia tumbuh besar seiring berjalannya jejak sejarah modern Indonesia.
Memperingati “usia emas” hubungan diplomatik kedua negara, saya sangat berharap masyarakat Korea di Indonesia senantiasa merajut semangat kebersamaan menuju 50 tahun ke depan sehingga
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
48
kedua negara dapat mengisi lembaran 100 tahun sejarah hubungan yang semakin beragam.
Apa makna yang tersirat dalam Kemitraan Strategis Khusus atau
Special Strategic Partnership antara Korea dan Indonesia, khususnya
pada saat kedua negara memasuki 50 tahun hubungan diplomatik?
Apa yang menjadi fokus perhatian Duta Besar Lee dalam memajukan
hubungan kedua negara? Apa pendapat Bapak terkait dengan kebutuhan ekspansi lingkup kerja sama?
Indonesia adalah satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki Kemitraan Strategis Khusus dengan Korea Selatan.
Selain itu, Indonesia dipandang sebagai negara yang memiliki potensi kerja sama yang tak terbatas. Potensi kerja sama antara Korea Selatan dan Indonesia juga dapat terus digali. Dalam beberapa waktu terakhir, kedua negara telah membangun fondasi untuk meningkatkan kerja
sama melalui sejumlah pertemuan tingkat tinggi, seperti dalam
kunjungan Presiden Jokowi ke Korea dan kunjungan Presiden Yoon ke
Bali pada KTT G20 tahun lalu serta pertemuan kedua presiden pada G7
Hirosima di Jepang pada Mei tahun ini.
Beragam pertemuan diplomasi penting digelar di Indonesia tahun
2023, termasuk peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Korea dan Indonesia serta KTT ASEAN yang diketuai oleh Indonesia. Sebagai Duta
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
49
Bab1
Besar Korea Selatan untuk Indonesia, saya akan berupaya menjadikan momen-momen penting tersebut sebagai titik tolak untuk memajukan hubungan kedua negara secara signifikan.
Kerja sama dengan Indonesia bukanlah sebuah pilihan, tetapi sudah menjadi sebuah keniscayaan bagi Korea Selatan di tengah
dinamisnya perubahan situasi global, seperti konflik antara Amerika
Serikat dan Tiongkok serta rekonstruksi rantai pasok global.
Hubungan Korea dan Indonesia semakin erat dengan mengalirnya investasi berskala besar oleh perusahaan Korea ke Indonesia, khususnya pada proyek pembangunan ekosistem kendaraan listrik dan pembangunan Ibu Kota Nusantara di Indonesia. Kini kerja sama
kedua negara tidak hanya sebatas pada sektor manufaktur, seperti garmen. Proyek pengembangan jet tempur KF-21/IF-X yang mewakili
kerja sama Korea dan Indonesia di sektor industri pertahanan diharapkan akan semakin diintensifkan karena kedua negara telah bersama-sama melewati berbagai tantangan.
Indonesia memiliki tenaga kerja yang unggul dan sumber daya
yang melimpah, yang menjadi penopang dalam pengembangan industri manufaktur. Namun, sebagaimana diketahui oleh masyarakat
Korea di Indonesia, potensi pertumbuhan Indonesia tidak hanya
terbatas pada sektor manufaktur. Dewasa ini, revolusi industri 1.0 hingga 4.0 terjadi secara bersamaan. Indonesia terus-menerus
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
50
melakukan akselerasi terkait dengan transformasi digital dan transisi energi. Terkait dengan hal tersebut, Korea dan Indonesia harus semakin memperluas lingkup kerja sama yang saling menguntungkan, seperti di bidang IT; kesehatan, medis, dan bio-health; mitigasi perubahan iklim dan pelestarian lingkungan; serta pengembangan EBT.
Di bidang kebudayaan, tenarnya budaya Korea di Indonesia melalui gelombang budaya hallyu menjadi bekal bagi kedua negara dalam memajukan hubungannya. Namun, hal yang harus diperhatikan adalah pertukaran budaya harus menjadi “media interaktif” bagi masyarakat di kedua negara. Artinya, interaksi antarbudaya harus dapat dilakukan secara seimbang. Saya ingin menggarisbawahi bahwa masyarakat Korea di Indonesia harus menghargai budaya Indonesia dan mengenalkannya kepada masyarakat Korea untuk menjaga keseimbangan. Agar hubungan kedua negara dapat semakin diperluas dan ditingkatkan serta berada di jalur yang tepat, dibutuhkan peranan dari semua elemen masyarakat Korea di Indonesia, termasuk komunitas warga Korea dan pengusaha.
Dengan diberlakukannya Indonesia-Korea Compre-hensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) per Januari 2023, kerja sama ekonomi antarkedua negara diharapkan akan mengalami ekspansi
yang signifikan. Menurut Bapak Duta Besar, akan seperti apakah hubungan kerja sama ekonomi kedua negara ke depannya?
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
51
Bab1
Berlakunya IK-CEPA per Januari tahun 2023 menjadi kegembiraan tersendiri karena tahun ini juga kedua negara memasuki 50 tahun peringatan hubungan diplomatik. IK-CEPA tidak hanya menjadi tanda perayaan hubungan “emas” kedua negara, tetapi juga wujud kemajuan besar yang bisa menjadi lompatan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi kedua negara secara lebih konkret.
Selain memperbesar potensi peningkatan perdagangan kedua negara, IK-CEPA juga diharapkan akan berperan penting dalam penguatan rantai pasok global. Nilai perdagangan antara Korea dan Indonesia sebelum berlakunya IK-CEPA pun sudah mengalami tren peningkatan, yaitu USD13,9 miliar (tahun 2020), USD19,2 miliar (tahun 2021), dan USD26 miliar (tahun 2022). Dengan adanya IKCEPA, pembebasan tarif akan diterapkan juga pada komoditas ekspor unggulan Korea, seperti produk baja, komponen otomotif, komponen permesinan, dan produk petrokimia. Hal tersebut diperkirakan akan mendorong peningkatan daya saing perusahaan Korea dan penambahan ekspor ke depan. Saya berharap, pada tahun emas ini, nilai perdagangan Korea dan Indonesia dapat menembus USD30 miliar dan dalam lima tahun ke depan meningkat menjadi USD50 miliar.
Berbicara tentang kerja sama ekonomi dengan Indonesia, hal yang tidak dapat kita lupakan adalah kerja sama terkait dengan rantai pasok. Gangguan dan rekonstruksi rantai pasok global yang terjadi
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
52
akibat situasi eksternal, seperti persaingan antara AS dan Tiongkok dan perang Ukraina menjadi kenyataan yang tak terelakkan bagi seluruh
penjuru dunia. Di tengah situasi ini, Indonesia yang memiliki sumber daya yang melimpah menjadi mitra penting bagi Korea Selatan dalam mempertahankan kestabilan rantai pasok.
Saya rasa masyarakat Korea di Indonesia masih ingat saat Korea
Selatan mendapat bantuan dari Indonesia karena kekurangan urea
pada 2021 yang disebabkan pelarangan ekspor dari Tiongkok. Pada
Desember 2021, sebagai hasil komunikasi yang intensif antara
Pemerintah Korea Selatan dengan pemerintah dan perusahaan
Indonesia, Indonesia sepakat untuk menyalurkan urea sebanyak
120.000 ton selama tiga tahun ke depan kepada Korea, yakni sepertiga
dari rata-rata permintaan per tahun dalam negeri Korea pada waktu itu.
Tanpa kestabilan rantai pasok, Korea Selatan tidak dapat mewujudkan
pertumbuhan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, kerja sama dengan
Indonesia akan terus kami perkuat ke depannya.
Tidak hanya di bidang rantai pasok saja, Indonesia juga menjadi
mitra kunci bagi Korea Selatan dalam bidang kendaraan listrik dan baterai sekunder yang menjadi incaran seluruh negara karena
berorientasi pada masa depan. Hyundai Motor Group melalui Hyundai
Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) telah selesai mem-bangun
pabrik pada Maret 2022 dan sedang memproduksi kendaraan listrik
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
53
Bab1
Ioniq 5. Bersamaan dengan itu, Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution menjadi mitra Indonesia dalam proyek patungan untuk pembangunan pabrik sel baterai (battery cell). Rencananya, produksi sel baterai akan dilakukan mulai tahun depan. Selain itu, Hyundai juga sedang membangun pabrik battery pack untuk memasang baterai dari pabrik patungan tersebut ke kendaraan. Dari hulu ke hilir dalam ekosistem kendaraan listrik, yaitu dari sel baterai, sistem baterai, hingga produksi kendaraan listrik, semua akan dikelola oleh perusahaan Korea Selatan di Indonesia.
Adapun proyek lain yang dimotori oleh LG Energy Solution sedang dalam proses persiapan investasi. Grand Consortium yang dipimpin oleh LG Energy Solution akan melakukan penambangan nikel, prekursor dan katoda, hingga produksi sel baterai. Jika proyek ini terealisasi, Korea Selatan atas kerja sama dengan Indonesia akan membangun ekosistem kendaraan listrik-baterai ter-integrasi (end to end) di Indonesia.
Kerja sama ekonomi yang sedang dan akan berjalan antara Korea dan Indonesia tidak bisa saya sebutkan satu per satu pada kesempatan yang terbatas ini. Lingkup kerja sama antarkedua negara sangat beragam, sebut saja e-mobility, Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir, alat dan mesin pertanian, telekomunikasi, medis, farmasi, perbankan, dan legislasi. Yang ingin saya tekankan adalah
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
54
bahwa kerja sama ekonomi antara Korea dan Indonesia tidak sebatas bilateral, tetapi mencakup pula seluruh kawasan Indo-Pasifik.
Sebanyak tiga puluh perusahaan perbankan, sekuritas, dan
asuransi Korea Selatan juga berminat dengan pasar Indonesia, bahkan
sejumlah firma hukum ternama telah masuk ke Indonesia. Kegiatan
usaha dari sektor-sektor tersebut menunjukkan bahwa Indonesia
sebagai negara utama di kawasan ASEAN mendapat tempat penting di hati para pengusaha Korea Selatan dalam membidik pasar ASEAN.
Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia akan bertanggung
jawab dalam memantapkan upaya sales diplomacy di Indonesia, layaknya “Republic of Korea’s No.1 salesperson.” Kami akan senantiasa
terbuka untuk berkomunikasi dengan perusahaan dan masyarakat Korea di Indonesia.
Sengitnya persaingan strategis antara AS dan Tiongkok serta perang
Rusia-Ukraina yang berkepanjangan menyebabkan gangguan rantai pasok global. Indonesia tentu menjadi negara yang sangat penting
bagi Korea Selatan terkait dengan isu rantai pasok global tersebut.
Kerja sama seperti apa yang harus dijalankan oleh kedua negara
dalam konteks penguatan rantai pasok global?
Berdasarkan daftar cadangan sumber daya mineral diketahui
bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
55
Bab1
mineral, yakni nikel (terbanyak sedunia), timah (peringkat 2), emas (peringkat 5), bauksit (peringkat 6), batu bara (peringkat 7), dan tembaga (peringkat 9). Kalimat pendek yang kami usung pada era ketahanan ini adalah “Ekonomi adalah ketahanan. Ketahanan adalah ekonomi.” Indonesia menjadi mitra kunci dalam bidang
rantai pasok. Dalam rangka memperkuat kerja sama terkait dengan
rantai pasok, kedua negara telah mengadakan Joint Committee on Economic Cooperation (JCEC) dan dialog investasi tingkat petinggi
untuk menjaga ketersediaan sumber daya mineral dan bahan baku. Selain itu, dilakukan juga penandatanganan MoU kerja sama terkait dengan critical minerals (mineral kritis) pada tahun lalu.
Pada Mei tahun lalu, Korea dan Indonesia, sebagai anggota IndoPacific Economic Framework (IPEF) yang beranggotakan 14 negara, ikut menyelesaikan perundingan rantai pasok (Pillar II). Dengan
demikian, telah ada fondasi kerja sama rantai pasok.
Pembangunan ekosistem kendaraan listrik yang merupakan program nasional Indonesia juga tak kalah penting dalam konteks
rantai pasok. Sumber daya mineral Indonesia dan teknologi Korea
dapat bersinergi untuk membuahkan hasil yang tak terbayangkan
dalam kerja sama rantai pasok. Pada tahun lalu, Hyundai Motor Group melalui HMMI mulai memproduksi Ioniq 5 di Indonesia yang
menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di kawasan ASEAN yang
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
56
memproduksi kendaraan listrik. Indonesia juga akan menjadi negara
produsen pertama baterai kendaran listrik di kawasan ASEAN karena
baterai kendaraan listrik dari pabrik patungan LG Energy Solution dan
Hyundai Motor Group akan diproduksi mulai April tahun depan. Selain
LG Energy Solution (Grand Package Investment), beberapa perusahaan
lain dari Korea Selatan yang sedang merencanakan investasi dalam
pembangunan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia adalah SK, Posco, dan LX Internasional.
Program pembangunan ekosistem kendaraan listrik merupakan
program nasional yang diprioritaskan oleh Pemerintah Indonesia
sehingga penyusunan dan pembenahan kebijakan yang terkait
dengan program tersebut sedang diupayakan. Program tersebut
dinilai sebagai bentuk kerja sama yang dapat mewakili hubungan
kerja sama ekonomi kedua negara. Oleh karena itu, Pemerintah
Korea dan Kedutaan Besar Korea Selatan akan terus mempererat
kerja sama dengan Pemerintah Indonesia agar dapat memfasilitasi
dan memberi bantuan kepada para pelaku usaha yang terlibat dalam
pembangunan ekosistem kendaraan listrik.
Perusahaan besar yang beroperasi di Indonesia memiliki SDM
yang cukup untuk melakukan langkah bisnis sesuai dengan kebijakan
Pemerintah Indonesia, seperti mendapatkan informasi dari pasar atau
lapangan, hingga mencari calon mitra kerja sama. Berbeda dengan
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
57
Bab1
perusahaan besar, UMKM masih mengalami keterbatasan dalam
berbagai aspek sehingga fasilitas ataupun dukungan untuk UMKM
dan perusahaan yang dikelola pengusaha asal Korea Selatan perlu
ditingkatkan. Bagaimana tanggapan Bapak Duta Besar?
Beberapa waktu terakhir ini, banyak megaproyek yang sedang
berjalan di Indonesia seiring masuknya perusahaan besar dari Korea
Selatan yang berbondong-bondong berinvestasi di Indonesia. Peranan
UMKM dan perusahaan yang dikelola oleh orang Korea pun tak kalah
penting karena mereka memberikan kontribusi pada pertumbuhan
ekonomi Indonesia dan ikut tumbuh serta besar di Indonesia.
Berpegang pada pandangan itulah, Kedutaan Besar Korea Selatan
untuk Indonesia senantiasa berupaya membantu mengurangi kendala
yang dihadapi UMKM dan para pelaku usaha dari Korea Selatan yang
berbisnis di Indonesia. Sebagai wujud upaya tersebut, kami telah
membentuk “Team Korea” yang beranggotakan lembaga Pemerintah
Korea terkait, perusahaan investor, pelaku usaha dari Korea Selatan
yang telah lama beroperasi di Indonesia, dan Korean Association. Selain
itu, kami juga mengadakan pertemuan secara berkala untuk menjaring
aspirasi dan mencarikan solusi atas kendala yang dialami perusahaan
Korea di Indonesia. Tidak hanya di Jakarta, dalam pertemuan tatap
muka dengan para pelaku usaha di berbagai daerah di Indonesia, kami
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
58
juga memberikan penyuluhan di bidang perpajakan, bea cukai, dan ketenagakerjaan
Masyarakat Korea di Indonesia yang berjumlah ±25.000 orang
merupakan komunitas penduduk asing terbesar dan menjadi teladan bagi komunitas lain karena semangat kebersamaan dan solidaritas
yang kokoh. Kedutaan Besar Republik Korea bersama dengan
masyarakat Korea di Indonesia akan selalu menyatukan langkah
dengan memanfaatkan jejaring manusia yang telah terbangun untuk
memberikan bantuan kepada UMKM dan para pelaku usaha dari Korea Selatan di Indonesia.
Beberapa waktu lalu “Overseas Koreans Agency” telah dibentuk. Apa
saja layanan yang diberikan untuk para warga Korea di luar negeri?
Peresmian Overseas Koreans Agency pada 5 Juni 2023 bukanlah
cita-cita lama yang dimiliki oleh 7,5 juta diaspora Korea di seluruh
penjuru dunia, tetapi juga salah satu janji politik Presiden Yoon Sukyeol. Lembaga ini akan bertanggung jawab melindungi diaspora Korea secara lebih komprehensif dan sistematis.
Sebagaimana disampaikan oleh Presiden Yoon dalam pidato sambutan pada upacara peresmiannya, Overseas Koreans Agency akan menjadi pelindung yang andal bagi diaspora Korea, sesuai dengan
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
59
Bab1
kedudukan bangsa dan negara di kancah internasional. Negara akan merangkul kelompok yang selama ini kurang mendapat perhatian, seperti keluarga blasteran, warga Korea yang menjadi anak angkat oleh keluarga orang asing, dan orang Korea yang berkewarganegaran asing namun tinggal di Korea.
Overseas Koreans Agency akan proaktif dalam bertugas sebagai penghubung yang mendorong kerja sama dan kegiatan pertukaran antara diaspora di luar negeri dan Korea Selatan agar generasi penerus kita dapat membanggakan identitasnya sebagai orang Korea dan menjalin tali silaturahmi yang baik dengan tanah airnya.
Kedutaan Besar Korea Selatan juga akan terus berkoordinasi
dengan Overseas Koreans Agency agar dapat memberikan layanan yang semakin berkualitas, termasuk layanan kekonsuleran bagi warga
Korea di Indonesia. Kedutaan Besar Korea Selatan akan bertanggung
jawab penuh dalam menjalankan peran agar manfaat dari keberadaan Overseas Koreans Agency dapat dirasakan langsung oleh warga Korea di Indonesia.
Apa saja agenda prioritas dari Bapak Duta Besar, khususnya dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat Korea di Indonesia?
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
60
Mengikuti pasang surut dalam sejarah modern Korea, masyarakat Korea di Indonesia mampu bertahan, bahkan tumbuh dan berkembang terus-menerus. Tanpa pengorbanan dan kerja keras dari Korean Association yang menjadi pilar utama dalam masyarakat Korea di Indonesia, para senior dari komunitas warga Korea, dan para pengusaha Korea, masyarakat Korea di Indonesia tidak akan bisa memiliki nama baik seperti saat ini.
Saat krisis keuangan Asia menimpa pada 1998, masyarakat dan perusahaan Korea yang ada di Indonesia tidak menarik diri dari Indonesia seperti komunitas lain, tetapi justru bertahan untuk meningkatkan produktivitas, bahkan mengubah krisis menjadi peluang baru. Pada masa itu, Komite Dagang dan Industri yang masih berada di bawah naungan Korean Association mengalami ekspansi dan perombakan. Komite Dagang dan Industri yang telah dirombak kemudian berubah
menjadi Korean Chamber of Commerce and Industry in Indonesia (KOCHAM). Dengan terbentuknya KOCHAM, bantuan dan dukungan untuk para pelaku usaha dapat diberikan secara lebih sistematis.
Masyarakat Korea di Indonesia telah ikut andil dalam meningkatkan citra dan kedudukan orang Korea di Indonesia serta mempererat hubungan bilateral, khususnya saat masa pandemi
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
61
Bab1
Covid-19 tahun 2021. Atas dasar semangat gotong royong, masyarakat Korea membulatkan niat untuk menyalurkan bantuan berupa masker dan peralatan medis, termasuk oxygen concentrator dan ventilator.
Peningkatan layanan kekonsuleran agar dapat memberikan
manfaat yang maksimal menjadi tugas dan tanggung jawab
Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia. Bersama dengan masyarakat Korea di Indonesia, kami akan selalu mengupayakan hal tersebut. Terlebih lagi, berdasarkan kerja sama yang baik dengan Overseas Koreans Agency, kami juga akan berupaya maksimal untuk memberikan layanan kekonsuleran yang berkualitas dan sesuai dengan kedudukan negara.
Selain itu, pelindungan diaspora akan menjadi fokus utama kami. Buku berjudul Medical Guide Book yang diterbitkan tahun lalu akan direvisi dan disediakan dalam bentuk e-book. Pada Juli lalu, Safety Guidebook juga telah diterbitkan sebagai bentuk perlindungan warga di luar Korea. Kami juga akan senantiasa bersiaga dalam memberikan informasi terkini dan bantuan darurat sebelum terjadi bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, seperti gempa bumi, banjir, dan tanah longsor. Saat teror atau tindak kejahatan terjadi, kami telah memiliki saluran komunikasi dengan otoritas setempat untuk bekerja sama menanggulangi hal tersebut.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
62
Mempertahankan solidaritas dan memajukan masyarakat
Korea di Indonesia menjadi tugas saya juga. Untuk mewujudkan
hal tersebut, saya akan memberikan bantuan dan dukungan penuh
kepada perkumpulan orang Korea, termasuk Korean Association, KOCHAM, dan Sekolah Korea. Kedutaan Besar Korea Selatan akan
selalu siap dan terbuka untuk memberikan dukungan dan bantuan
yang diperlukan agar masyarakat Korea di Indonesia dapat hidup
rukun dan mapan di tengah masyarakat Indonesia.■
63
Bab1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
2. Tahun-Tahun Awal (1973—1988): Pembentukan Hubungan
Diplomatik hingga Masa Pemerintahan Chun Doo-hwan
a) Hubungan Atas Dasar Kepercayaan dan Kerja Sama
Pada 18 September 1973, Korea dan Indonesia secara resmi menjalin hubungan diplomatik. Peristiwa ini dinilai sebagai
contoh konkret diplomasi aktif Korea Selatan dalam rangka mempertahankan dominasi atas Korea Utara di komunitas internasional. Dengan demikian, Indonesia menjadi negara
pertama di Asia yang memiliki dua kedutaan besar Korea, yakni Korea Selatan dan Korea Utara. Hubungan diplomatik dengan
Indonesia diharapkan berdampak besar bagi Korea Selatan, yaitu meningkatkan dukungan dan hubungan dengan negara-negara nonblok lainnya.
Pada Juni 1981, Presiden Korea pertama, Chun Doo-hwan, berkunjung ke Indonesia dan membahas pengembangan
hubungan bilateral serta kerja sama ekonomi kedua negara.
Tahun berikutnya, Oktober 1982, Presiden Soeharto melakukan kunjungan balasan ke Korea Selatan. Kunjungan ini merupakan
lawatan pertama Presiden Indonesia ke Korea Selatan yang sekaligus menegaskan kembali hubungan kerja sama dan kepercayaan antarkedua negara.
Selama periode ini, perusahaan Korea aktif memasuki pasar
dalam negeri Indonesia. Perusahaan manufaktur, seperti Miwon dan Hanil Cement (PT Hanil Jaya) mengikuti jejak KODECO, (perusahaan pengembangan hutan Korea yang pertama kali berinvestasi di Indonesia) dengan membuka pabrik di Indonesia.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
64
Di bidang konstruksi, perusahaan Korea, seperti Samhwan Corporation, Shinhan Engineering, Daelim Industries, Hyundai
E&C, dan Gyeongnam Corporation juga ikut meramaikan pasar
Indonesia. Selain itu, di bidang pendidikan, didirikan Jakarta International Korean School (JIKS) untuk memfasilitasi pendidikan
bagi putra-putri ekspatriat yang menetap di Indonesia.
Pada 18 September 1973, Korea dan Indonesia masing-masing menunjuk Chargé d’Affaires ad Interim. Hal ini dilakukan karena
status konsulat jenderal berubah menjadi kedutaan besar. Korea
menunjuk Kim Jwa-gyeom dan Indonesia menunjuk Benny
Moerdani. Pada 23 Oktober 1973, Pemerintah Korea menunjuk
Konjen Kim Jwa-gyeom sebagai Duta Besar pertama untuk
Indonesia. Sementara itu, Indonesia mengangkat Sarwo Edhie
Wibowo sebagai Duta Besar pertama untuk Republik Korea pada 18 April 1974.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Korea,
65 Bab 1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Presiden Park Chung-hee menerima Surat Kredensial dari
Sumber Foto: 한인도네시아외교 40년사
Sarwo Edhie Wibowo
Duta Besar Republik Indonesia Pertama
untuk Republik Korea
(Mertua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ayah dari Ibu Negara, Ani Yudhoyono)
Sarwo Edhie Wibowo diangkat sebagai Duta Besar Indonesia
pertama untuk Republik Korea pada 18 April 1974. Ia menjabat
selama empat tahun. Sarwo Edhie Wibowo (1925—1989) lahir di Purworejo, Jawa Tengah. Ia dibesarkan di tengah keluarga aristokrat
pada masa pendudukan Belanda. Ia meniti karier sebagai prajurit
setelah mendaftarkan diri sebagai prajurit PETA (Pembela Tanah Air)
yang didirikan oleh tentara Jepang.
Pada 1965, Sarwo Edhie bersama Soeharto berhasil menumpas
kudeta “Gerakan 30 September 1965” yang dipimpin oleh PKI. Sarwo
Edhie kemudian menduduki puncak kekuasaan sebagai pejabat nomor
satu rezim Soeharto. Akan tetapi, ia pensiun setelah menjabat sebagai
Wakil Komandan Resimen Akademi Militer Nasional, Komandan
RPKAD, dan Gubernur AKABRI. Saat menjabat di Akademi Militer
Nasional, Sarwo Edhi berhasil mendidik Susilo Bambang Yudhoyono
sehingga menjadi lulusan terbaik. Sarwo Edhie Wibowo kemudian
diangkat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Republik Korea pada 18
April 1974.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
66
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Korea Selatan
awalnya berlokasi di Itaewon, Seoul. Namun, Presiden Park Chunghee menjual tanah yang dikhususkan untuk pembangunan kedutaan
besar di Yeouido kepada Indonesia. Saat itu, kawasan Yeouido masih
dalam tahap awal pembangunan gedung perkantoran dan apartemen.
Sekarang, KBRI yang terletak di Yeouido memiliki nilai aset yang tinggi.
Pada waktu itu, Duta Besar Republik Indonesia, Sarwo Edhie Wibowo, sering kali diundang oleh Presiden Park Chung-hee untuk menghadiri pertemuan ramah-tamah di Blue House.
Ibu Ani (Kristiani Herrawati), putri ketiga Sarwo Edhie dari tujuh bersaudara, dikenal sebagai tokoh yang pro-Korea. Ia mempelajari
bahasa serta budaya Korea selama tinggal di Korea. Saat Sarwo Edhie
menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Korea dan tinggal di Seoul pada tahun 1976, Ibu Ani menikah dengan Susilo Bambang
Yudhoyono yang saat itu berpangkat Letnan Satu dalam jenjang
Perwira Pertama kemiliteran di Indonesia. Dengan dilantiknya Susilo
Bambang Yudhoyono sebagai presiden pertama terpilih melalui
pemilu, hubungan Korea dengan Indonesia semakin erat dari segi politik, ekonomi, dan industri pertahanan.
Ibu Ani Yudhoyono sempat mengenyam pendidikan di Sekolah
Tinggi Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) di Jakarta pada
tahun 1973. Akan tetapi, ia berhenti pada tahun ketiga karena harus mengikuti ayahnya tinggal di Korea. Ibu Ani lulus dari Jurusan Ilmu
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
67
Bab1
Politik Universitas Terbuka pada tahun 1998. Kisah asmara Ibu Ani dan Presiden SBY sempat menarik perhatian masyarakat. SBY yang saat itu sedang menempuh pendidikan di Amerika Serikat, dalam perjalanan pulang ke tanah air Indonesia singgah terlebih dahulu di Seoul untuk menemui tunangannya, yaitu Ibu Ani. Pasangan ini menikah pada tahun
1976 dan dikaruniai dua orang putra. Putra pertama yang bernama
Agus Harimurti Yudhoyono adalah mantan perwira militer Indonesia yang sekarang berkecimpung di dunia politik. Adapun putra kedua yang bernama Edhie Baskoro Yudhoyono adalah seorang politikus. Ibu Ani Yudhoyono tutup usia pada tahun 2019.
Sarwo Edhie yang menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia
untuk Korea Selatan berpesan kepada SBY yang saat itu masih menjadi calon menantunya. Pesan yang berbunyi, “Saya tersentuh oleh dinamisme dan kemandirian rakyat Korea. Jadilah seperti mereka,”
Ibu Negara Korea
Selatan, Yuk Youngsoo (istri Presiden Park Chung-hee), melakukan pertemuan ramah-tamah dengan Ibu Sunarti Sri Hadiyah (istri Dubes Sarwo Edhie Wibowo) pada 1974.
Sumber Foto: 한인도네시아외교
40년사
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
68
b) Hubungan Militer pada Tahun-Tahun Awal dan Peminjaman
Beras ke Indonesia
Hubungan militer Korea Selatan-Indonesia bermula pada
awal 1970-an yang ditandai dengan lawatan oleh masing-masing pejabat tinggi militer kedua negara. Pada Oktober 1970, Jenderal
Panggabean selaku Panglima Komando Operasi Pemulihan
Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) Indonesia mengunjungi
Korea atas undangan Kepala Staf Gabungan, Shim Heungsun. Dalam pertemuan kedua pejabat tinggi militer tersebut dilakukan perundingan militer. Pada Januari 1972, Kepala Staf
Angkatan Darat, Jenderal Suh Jong-cheol, beserta rombongannya
mengunjungi Indonesia untuk memenuhi undangan TNI
Angkatan Darat Indonesia.
Pada Mei 1973, Kepala Staf Angkatan Udara Korea, Laksamana Ok Man-ho, melawat ke Indonesia. Pada Agustus
tahun yang sama, Kepala Staf Angkatan Udara Indonesia, Laksamana Basarah, berkunjung ke Korea. Hubungan yang semakin intensif antara pejabat tinggi militer kedua negara tersebut disikapi oleh Korea Selatan dengan mengirim Atase
Pertahanan untuk bertugas di Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia pada tahun 1974.
Pada 30 November 1977, Menteri Pertanian dan Perikanan
Korea, Choi Gak-gyu, dan Duta Besar Indonesia untuk Republik
Korea, Sarwo Edhie Wibowo, menandatangani perjanjian peminjaman beras. Perjanjian ini dilakukan setelah Pemerintah
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
69 Bab 1
Indonesia meminta dengan sangat agar Pemerintah Korea memberi bantuan berupa pinjaman beras. Pada saat itu, beberapa
wilayah di Indonesia mengalami kekurangan pangan akibat gagal panen beras karena faktor alam. Hal tersebut membuat Indonesia mengalami ketidakstabilan politik dan sosial.
Setelah mencermati masalah yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia, Pemerintah Korea dengan segera memutuskan untuk meminjamkan 70.000 ton beras kepada Indonesia guna
menanggulangi krisis kekurangan pangan. Pengiriman beras dilakukan pada Desember 1977. Kemampuan Korea Selatan untuk membantu Indonesia tidak lepas dari kesuksesan “Gerakan
Saemaul” yang berhasil merevolusi teknologi pertanian Korea. Keberhasilan tersebut membuat Korea panen raya berturut-turut sehingga stok beras melimpah, bahkan melampaui swasembada.
c) Kunjungan Perdana Presiden Korea ke Indonesia dan Kunjungan Perdana Presiden Indonesia ke Korea
Pada tahun 1980-an, Pemerintah Korea secara aktif melakukan diversifikasi diplomatik seiring berkembangnya kekuatan negara.
Presiden Chun Doo-hwan adalah Presiden Korea pertama yang melakukan runtunan lawatan ke lima negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina) pada 25 Juni hingga
9 Juli 1981. Negara pertama yang dikunjungi ialah Indonesia. Kunjungan ini merupakan lawatan pertama kepala negara Korea ke Indonesia.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
70
Dalam pernyataan bersama yang disampaikan setelah KTT
antarkedua negara, Presiden Soeharto dan Presiden Chun Doohwan bertukar pikiran mengenai perdamaian dan keamanan di Asia Timur serta Asia Tenggara yang memiliki hubungan erat dan sangat dibutuhkan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas dunia. Pada kesempatan itu, Indonesia menyatakan setuju dengan gagasan Presiden Chun Doo-hwan tentang KTT Korea SelatanKorea Utara serta pendapat Pemerintah Korea Selatan tentang
bergabungnya Korea Selatan-Korea Utara dalam keanggotaan resmi PBB pada waktu yang sama.
Presiden Chun Doo-hwan dan Presiden Soeharto mengakui bahwa simbiosis mutualisme di bidang ekonomi yang semakin berkembang akan menguntungkan kedua negara. Oleh karena itu, mereka sepakat untuk mengintensifkan kerja sama di bidang ekonomi, termasuk perdagangan dan investasi.
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
71 Bab 1
KTT antara Presiden Chun Doo-hwan dan Presiden Soeharto pada Oktober 1982. Presiden Soeharto menjadi Presiden Indonesia pertama yang berkunjung ke Korea Selatan.
Sumber Foto: 한인도네시아외교 40년사
Pada 16 Oktober 1982, Presiden Soeharto melakukan
kunjungan resmi ke Republik Korea selama empat hari atas
undangan Presiden Chun Doo-hwan. Kunjungan ini merupakan
lawatan sekaligus kunjungan balasan pertama yang dilakukan
oleh Presiden Indonesia ke Korea sejak Presiden Chun Doo-hwan
melawat ke Indonesia pada tahun 1981.
Presiden Soeharto memuji upaya Korea Selatan dalam
mewujudkan reunifikasi damai di Semenanjung Korea. Pada
kesempatan itu, ia juga mendukung pelaksanaan KTT Korea
Selatan-Korea Utara serta berjanji akan mendukung akselerasi
keanggotaan Korea Selatan dan Korea Utara di PBB menjadi
anggota resmi.
Presiden Chun Doo-hwan menyatakan kesediaan Pemerintah
Korea Selatan untuk bekerja sama dalam pendirian pusat
pelatihan kejuruan di Indonesia. Hal itu dilakukan sebagai
tanda peningkatan hubungan kerja sama antara negara-negara
berkembang di kawasan Asia Pasifik. Selain itu, Presiden Chun
Doo-hwan dan Presiden Soeharto sepakat untuk mengintensifkan joint venture di sektor swasta.
d) Kota Kembar Korea dan Indonesia
Pada 25 Juli 1984, Walikota Seoul, Yeom Bo-hyun, berkunjung
ke Jakarta untuk menghadiri upacara penandatanganan kerja
sama “Kota Kembar” dengan Gubernur Jakarta, Suprapto. Kerja
sama ini adalah kerja sama “Kota Kembar” pertama antara
pemerintah daerah kedua negara. Pada Juni 1985, kelompok
kesenian rakyat Indonesia tampil di Seoul dan pada Oktober tahun
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
72
yang sama, Seoul Metropolitan Dance Company mengunjungi Jakarta untuk mementaskan tari buchaechum dan salpuri.
Akhir-akhir ini pun, Korea dan Indonesia masih aktif menjalin hubungan di tingkat pemerintahan daerah. Hingga tahun 2022, selain Jakarta-Seoul, 28 pemerintah daerah, antara lain, Bali-Jeju, kota metropolitan Surabaya-Busan, dan Provinsi Jawa TimurProvinsi Gyeongsangnam-do telah menjalin kerja sama “Kota Kembar”. Dalam kerja sama tersebut, kerja sama di bidang ekonomi dan budaya antarpemerintah daerah berkembang setiap tahunnya.
3. Periode Perkembangan (1988—2003): Masa Pemerintahan
Presiden Roh Tae-Woo hingga Presiden Kim Dae-jung
a) Semangat Kerja Sama yang Semakin Membara Beserta Capaiannya
Pada periode ini, kerangka kelembagaan dibentuk untuk meningkatkan perluasan kerja sama antarkedua negara. Momentum pembangunan diciptakan sebagai lompatan ke tahap yang lebih tinggi. Hubungan kedua negara pun berkembang dinamis di berbagai bidang.
Korea-Indonesia semakin aktif berkomunikasi melalui lawatan resmi dalam diplomasi tingkat tinggi guna memperluas ruang lingkup kerja sama antarkedua negara. Lawatan resmi ke Indonesia dilakukan oleh Presiden Roh Tae-woo, Kim Young-sam, dan Kim Dae-jung. Adapun lawatan resmi ke Korea dilakukan oleh Presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri.
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
73 Bab 1
Sejak tahun 1987, demokratisasi, menguatnya gerakan serikat buruh, dan kenaikan upah buruh yang meroket di Korea mempercepat ekspansi industri padat karya (industri garmen dan sepatu) ke luar negeri. Indonesia pun menjadi negara tujuan investasi utama. Berbagai perjanjian yang terkait dengan investasi guna memperluas ekspansi perusahaan Korea di Indonesia ditandatangani. Maskapai penerbangan kedua negara pun membuka jalur penerbangan dari dan menuju masing-masing negara.
b) Kunjungan Resmi Presiden Roh Tae-woo: Momentum Baru
Pengembangan Hubungan Kerja Sama
Presiden Roh Tae-woo melakukan kunjungan resmi ke
Indonesia selama lima hari, yakni 8-12 November 1988. Dalam
kunjungan tersebut, Presiden Roh dan Presiden Soeharto
menyepakati kesepakatan pemberian bantuan keuangan
oleh Pemerintah Korea kepada Indonesia untuk membangun
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
74
KTT antara Presiden Roh Tae-woo dan Presiden Soeharto di Istana Kepresidenan, Jakarta (10/11/1988).
Sumber Foto: 한인도네시아외교40년사
infrastruktur (misal: pembangunan jalan di Padang, ibu kota Provinsi Sumatra Barat). Sebagai timbal baliknya, Pemerintah
Indonesia akan melibatkan Korea untuk ikut andil dalam Rencana
Pembangunan Lima Tahun Ke-5 (1989—1994) di bidang teknologi dan modal. Selain itu, disepakati pula pengembangan sumber daya bersama sebagai salah satu mekanisme kelembagaan untuk mendorong investasi perusahaan Korea di Indonesia dan perjanjian penjaminan investasi awal.
Kunjungan Presiden Roh yang awalnya dijadwalkan pada Agustus harus ditunda karena pelaksanaan Olimpiade Seoul. Presiden Roh dan Presiden Soeharto menyempatkan bermain golf sembari membicarakan hal-hal yang belum sempat dibahas selama KTT. Presiden Soeharto menyatakan harapannya untuk dapat menerapkan model pembangunan Korea di Indonesia.
Tahun 1989 adalah tahun saat Korea mulai melancarkan diplomasinya di Asia Tenggara. Seiring dengan tumbuhnya
komunitas ekonomi regional di kawasan Amerika Utara dan pertumbuhan Eropa menjadi Kawasan Ekonomi Eksklusif, negara-negara di kawasan Asia Pasifik pun merasakan perlunya
liberalisasi perdagangan dan penguatan kerja sama. Hal tersebut
kemudian mendorong dilaksanakannya pertemuan tingkat
menteri yang membahas kerja sama ekonomi Asia-Pacific/APEC
(Asia Pacific Economic Cooperation) pada Januari 1989 yang
kemudian berkembang menjadi KTT pada tahun 1993.
Pada 2 November 1989, Menteri Luar Negeri Korea, Choi Hochung, menandatangani Nota Kesepakatan dengan Menteri Luar
Negeri Indonesia, Ali Alatas (pada saat itu menjabat sebagai Ketua
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
75 Bab 1
Komite Tetap ASEAN) di Sekretariat ASEAN. Penandatanganan
Nota Kesepakatan tersebut bertujuan untuk membentuk sistem
konsultatif Republik Korea-ASEAN. Republik Korea ditunjuk sebagai mitra wicara di sektor perdagangan, investasi, dan pariwisata. Dua tahun kemudian, yakni pada 1991, Korea Selatan
diangkat menjadi mitra wicara penuh.
Presiden Soeharto dan Presiden Roh bertemu kembali pada
24 September 1992 di Majelis Umum PBB, New York. Presiden
Roh Tae-woo mengecam pengembangan nuklir Korea Utara dan menganggapnya sebagai masalah yang sangat serius. Terkait hal tersebut, ia mengajak Indonesia untuk bekerja sama menghentikan pengembangan nuklir Korea Utara.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
76
Sofjan Wanandi
Aktivis, Pebisnis, dan Pro-Korea Sejati
Pada 17 Januari 2020, Sofjan Wanandi
menghadiri upacara peresmian patung dada
Choi Gye-wol (Ketua Korean Association di Indonesia sekaligus Chairman KODECO)
dan pembagian beasiswa di Jakarta
International Korean School (JIKS). Acara
ini membuat Sofjan Wanandi mengenang
Sofjan Wanandi
Sumber Foto: Daily Indonesia
kembali pertemuannya dengan Choi Gyewol. “Saya pertama kali bertemu Mr. Choi pada tahun 1968”, kenangnya.
Kehidupan Sofjan Wanandi cukup unik. Ia lahir dari orang tua
keturunan Tionghoa di kota kecil Sawahlunto, Sumatra Barat. Sofjan
menghabiskan masa kecilnya hingga SMP dengan tinggal di toko
kelontong milik orang tuanya. Ibunya, Catrina Setiadi, mengatakan
bahwa Sofjan muda gemar bermain di luar, terutama bermain kelereng
sehingga membuatnya malas mengerjakan PR di rumah. Kakak tertua
Sofjan, Yusuf Wanandi, mengenang ayahnya yang berwatak keras
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
77
Bab1
dengan mengatakan, “Jika salah satu dari kami melakukan kesalahan, ayah pasti menghukum kami semua.” Yusuf menambahkan, “Kami tiga bersaudara laki-laki, jika saya atau William (kakak laki-laki kedua Sofjan) melakukan kesalahan, Sofjan yang paling kecil pun ikut kena getahnya. Jadi, saya selalu merasa kasihan kepada Sofjan kecil. Sekarang, kalau dipikir-pikir, mungkin itulah yang membuat Sofjan menjadi yang terkuat di antara kami bertiga.”
Santini Group yang didirikan Sofjan adalah perusahaan raksasa yang bergerak di bidang asuransi, manufaktur baterai otomotif, farmasi, dan bidang lainnya. Kini perusahaan ini mempekerjakan 15.000 pekerja. Selama beberapa tahun berkecimpung di Kamar Dagang dan
Industri Indonesia (KADIN), Sofjan Wanandi juga menjabat sebagai Ketua Dewan Umum Pemilik Usaha (Apindo, 2008—2013). Pribadinya yang supel membuat Sofjan ditunjuk sebagai juru bicara pengusaha
Tionghoa Indonesia. Ia berkontribusi besar dalam perbaikan lingkungan bisnis di Indonesia serta peningkatan perdagangan antarnegara dengan menjembatani hubungan para pengusaha dengan pemerintah, khususnya investor asing. Sofjan adalah tokoh penting sejak zaman Presiden Soekarno, Soeharto, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, hingga Joko Widodo.
Selain sebagai pengusaha, Sofjan Wanandi dikenal sebagai aktivis politik di Indonesia. Setelah menjadi mahasiswa UI
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
78
(Universitas Indonesia), ia aktif dalam gerakan mahasiswa pada 1965, tahun di mana kondisi Indonesia sedang bergejolak hebat akibat gerakan PKI. Selama PKI berjaya pada pertengahan 1960an, banyak keturunan Cina yang memilih untuk bersembunyi di rumah karena takut dituduh sebagai antek komunis. Namun, Sofjan dengan statusnya sebagai Ketua Gerakan Pemuda Kristen Jakarta justru berada di garis depan gerakan mahasiswa dan mengkritik pemerintahan Soekarno. Begitulah Sofjan Wanandi dikenang oleh teman-teman seangkatannya (angkatan tahun 1966).
Sofjan Wanandi aktif dalam dunia politik pada usia 20-an, yakni pada tahun-tahun awal Orde Baru. Ia lalu menjadi anggota parlemen karena persahabatannya dengan rekan dekat Soeharto, yaitu Ali Murtopo dan Sudjono Hoemardani. Sofjan juga ikut andil di Center for Strategic and International Studies (CSIS), sebuah “think tank” pada pemerintahan Soeharto. Ia juga berperan dalam pengarahan dan pengambilan kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia. Sofjan dan saudara kandung laki-lakinya, Yusuf Wanandi, adalah pendiri CSIS.
Sebagai pribadi yang kritis, Sofjan sering membuat lawannya tidak berdaya dengan kritik tajam yang disampaikan. Menteri Keuangan Sri
Mulyani Indrawati adalah salah satu orang yang tidak berdaya akibat kritik tajam Sofjan Wanandi. Sri Mulyani, tokoh di balik reformasi ekonomi pada pemerintahan Presiden SBY, berkata, “Kritik Sofjan
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
79
Bab1
sering membuat saya tidak berdaya. Setelah mendengar ucapan Sofjan, rasanya semua yang saya lakukan tidak tepat dan segala upaya menjadi tidak cukup baik. Namun, kenyataannya, kritik Sofjan memotivasi saya untuk berubah.”
Menjelang usia 80 tahun, Sofjan Wanandi menjadi kepala tim penasihat ekonomi Wakil Presiden Yusuf Kalla selama lima tahun, yakni sejak 2014. Saat ini, ia menduduki posisi sebagai penasihat dalam hal isu-isu kritis ekonomi negara. Ia juga telah menyerahkan manajemen Grup Santini kepada kedua putranya. ■
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
80
c) Membangun Momentum Kerja Sama melalui Official Development Assistance (ODA): Pembukaan Kantor Luar
Negeri KOICA Pertama
Pemberian bantuan pembangunan resmi (ODA, Official Development Assistance) oleh Republik Korea menjadi dasar
hubungan kepercayaan antara Korea dan Indonesia dan berfungsi sebagai katalis untuk memperluas kerja sama di berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, masyarakat, dan budaya.
Setelah pendirian EDCF (Economic Development Cooperation Fund, Dana Kerja Sama Ekonomi Asing) oleh Pemerintah Korea
pada Juni 1987, proyek bantuan dana pertama yang diterima oleh
Indonesia adalah pembangunan jalan bypass di Padang, Sumatra Barat (Desember 1987). Pada 1 September 1992, kantor pertama
Korea International Cooperation Agency (KOICA) dibuka di Jakarta, Indonesia. Setelah berdiri, KOICA gencar mensponsori program bantuan gratis.
KOICA mengadakan pelatihan di Korea, menjalankan proyek penelitian pengembangan, mengirimkan sukarelawan ke luar negeri, memberi bantuan darurat ke luar negeri, dan mengadakan proyek kerja sama LSM. KOICA mengoordinasi pengiriman sukarelawan ke seluruh penjuru Indonesia di bawah nama “Korea Overseas Volunteer”. Sukarelawan ini bergerak di berbagai
bidang, seperti pelatihan bahasa Korea, komputer, kecantikan, taekwondo, pendidikan anak usia dini, dan pengembangan daerah. Kemudian, pada tahun 2010, tim relawan KOICA mengganti namanya menjadi World Friends Korea. Sampai saat
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
81 Bab 1
ini, World Friends Korea telah menjalin persahabatan dengan masyarakat di berbagai penjuru Indonesia.
Pertemuan ramah-tamah antara Presiden Kim Young-sam dan Presiden Soeharto pada November 1994 di Istana Kepresidenan, Jakarta. Sumber Foto:
d) Kunjungan Presiden Kim Young-sam dan Kim Dae-jung ke Indonesia
Menjelang KTT APEC kedua di Bogor pada November 1994,
Presiden Kim Young-sam melakukan kunjungan kenegaraan
ke Indonesia dan mengadakan pertemuan dengan Presiden
Soeharto. Kedua kepala negara tersebut memfokuskan
pembicaraan pada kerja sama penyelesaian masalah nuklir Korea
Utara dan memastikan kestabilan pasokan gas alam cair (LNG).
Terkait dengan nuklir Korea Utara, Presiden Kim Young-sam
menyatakan bahwa Perjanjian Jenewa telah memberi dasar untuk
solusi nuklir, tetapi hal terpenting yang harus ditekankan adalah
kesungguhan Korea Utara dalam menaati perjanjian tersebut.
Presiden Soeharto mengatakan bahwa Korea Utara harus menaati
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
82
한인도네시아외교 40년사
Perjanjian Jenewa dan berharap perdamaian dapat terwujud di Semenanjung Korea.
Terkait dengan ekspor LNG dari Indonesia ke Korea, Presiden
Kim Young-sam menyebut rasionalisasi harga dan pasokan yang stabil sebagai hal penting. Presiden Soeharto menyetujui hal tersebut dan berkomitmen akan mengkajinya. Sehari
sebelum KTT, Menteri Riset dan Teknologi dari kedua negara menandatangani Letter of Intent untuk kerja sama nuklir. Pada 23
November 1994, yakni setelah kembali ke Korea, Presiden Kim
Young-sam berbicara dengan Presiden Soeharto melalui telepon. Ia mengapresiasi peran Presiden Soeharto sebagai ketua APEC; tentang hasil KTT APEC, dan memastikan kembali pasokan gas LNG Indonesia.
Selama masa pemerintahan Presiden Kim Dae-jung, KTT
terus diadakan demi mengembangkan kerja sama baru yang
selaras dengan nilai yang dijunjung bersama serta untuk mendorong demokrasi dan ekonomi pasar. Pada 27 November 1999, Presiden Kim Dae-jung dan Presiden Abdurrahman Wahid menyempatkan waktu untuk mengadakan pembicaraan empat
mata di sela kegiatan KTT ASEAN+3 di Manila, Filipina. Presiden
Kim Dae-jung sangat menghargai keberanian Indonesia untuk mengakui kemerdekaan Timor-Leste. Ia juga menekankan bahwa
pengerahan pasukan Korea ke Timor-Leste berkontribusi pada stabilitas regional. Presiden Abdurrahman Wahid menegaskan bahwa Aceh berbeda dengan Timor-Leste. Secara historis dan geografis, Aceh merupakan bagian dari Indonesia sehingga ia
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
83 Bab 1
menentang keras kemerdekaan Aceh. Pada saat itu, komunitas
diaspora Korea di Indonesia memasang iklan di media Korea
yang berisi penentangan pengiriman pasukan militer Korea
ke Timor Timur. Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Korea
kemudian menjelaskan bahwa pengiriman pasukan militer Korea
dilakukan atas permintaan resmi PBB dan Pemerintah Indonesia
demi menjaga perdamaian di Timor Timur.
KTT antara Presiden Kim Dae-jung dan Presiden Abdurrahman Wahid di Kantor Kepresidenan Korea (Cheong Wa Dae) pada November 2000.
Sumber Foto: 한인도네시아외교 40년사
e) Kunjungan Presiden Abdurrahman Wahid ke Korea Selatan
serta Kunjungan Presiden Megawati ke Korea Selatan dan Korea Utara
Presiden Abdurrahman Wahid melawat ke Republik Korea
pada Februari 2000. Lawatan Ini adalah kunjungan presiden
Indonesia ke Korea setelah sekian lama. Lawatan terakhir Presiden
Indonesia ke Korea adalah lawatan Presiden Soeharto pada 1982.
Dalam kunjungan tersebut, presiden kedua negara membahas
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
84
promosi hubungan persahabatan dan kerja sama antarkedua negara serta upaya-upaya bersama untuk mengatasi krisis
ekonomi di Asia Timur dan situasi politik regional, termasuk di Semenanjung Korea.
Utara, Presiden Megawati sebagai perantara diplomasi melakukan lawatan ke Korea Selatan.
Sumber Foto : 한인니외교40년사
Saat berkunjung ke Korea Utara pada 28—30 Maret 2002, Presiden Megawati Soekarnoputri menemui Kim Jong-il (Ketua Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara) dan Kim Yong-nam
(Presiden Presidium Majelis Tertinggi Rakyat Korea Utara).
Lawatan ini dilakukan dalam rangka melanjutkan hubungan
Indonesia dengan Korea Utara yang telah terjalin sejak lama.
Sebelumnya, Megawati telah bertemu Kim Jong-il pada tahun
1965, yaitu ketika Presiden Kim Il-sung, ayah Kim Jong-il, mengunjungi Indonesia dan bertemu Presiden Soekarno. Selepas
melawat ke Korea Utara, Presiden Megawati bertolak ke Korea
Selatan melalui rute cepat Laut Kuning. Pada 30 Maret 2002, ia
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
85 Bab 1
Presiden Kim Dae-jung dan Presiden Megawati berfoto bersama seusai KTT (30/3/2002). Seusai berkunjung ke Korea
mengadakan pertemuan dengan Presiden Kim Dae-jung dan bertukar pandangan tentang isu-isu yang menjadi perhatian bersama, termasuk hubungan Korea Selatan dan Korea Utara, situasi politik regional di Semenanjung Korea dan Asia Timur, serta rencana kerja sama di ranah internasional. Pada kesempatan tersebut, Presiden Megawati menyampaikan niat Kim Jong-il untuk mengunjungi Korea Selatan meskipun akhirnya tidak terwujud.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
86
Megawati dan Perannya sebagai
Jembatan Perdamaian di Semenanjung Korea
Menjelang pemilu presiden 2024, Megawati Soekarnoputri yang
menjabat sebagai Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) kembali menjadi sorotan. Megawati (76 tahun) yang lahir pada
23 Januari 1947 menunjuk Joko Widodo (saat itu menjabat sebagai
Gubernur Jakarta) sebagai calon presiden dari partai PDI-P dalam pilpres 2014. Di bawah konstitusi PDI-P, Megawati memang mempunyai hak prerogatif untuk memutuskan isu-isu penting partai, termasuk memilih calon presiden. Joko Widodo yang dikenal dengan panggilan Jokowi berhasil memenangkan pilpres dengan selisih tipis. Pada tahun
2019, Presiden Jokowi kembali dipilih sebagai calon presiden dari
PDI-P dan kembali terpilih sebagai presiden. Kemenangan ini semakin memantapkan kekuasaan PDI-P sebagai partai yang berkuasa.
Megawati adalah putri sulung Presiden Soekarno, presiden pertama Indonesia. Pada tahun 1967, kekuasaan Soekarno diambil alih oleh Soeharto. Setelah dengan keras menentang 30 tahun
pemerintahan tangan besi Soeharto, PDI yang mendapat dukungan dari
pemerintah dan militer berhasil menggulingkan Soeharto pada Juni
1996. Hal ini memperkuat citra Megawati sebagai pejuang demokrasi.
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
87
Bab1
Megawati terjun ke dunia politik sejak tahun 1987. Perjalanan politiknya penuh rintangan di bawah penindasan rezim Soeharto.
Setelah Soeharto lengser, Megawati menjabat sebagai Wakil Presiden
Indonesia selama dua tahun, yakni mulai tahun 1999. Ia kemudian diangkat menjadi presiden setelah pemakzulan Presiden Abdurrahman
Wahid. Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai presiden kelima RI
selama tiga tahun, yakni 2001—2004.
Setelah memimpin partai oposisi selama 10 tahun (2004—
2014) dan kemudian memimpin partai yang paling berkuasa sejak
2014, Megawati mengantongi segudang prestasi politik. Dalam lima pemilu terakhir sejak 1999, ia mendapat dukungan mutlak dari para pendukungnya. Megawati pun menjadi tokoh kunci yang mengukuhkan
PDI-P. Pada 21 April 2023, Megawati mencalonkan Gubernur Jawa
Tengah, Ganjar Pranowo, sebagai calon presiden pada pilpres Februari
2024. Apakah Megawati dapat mencetak hat-trick dalam pilpres kali ini? Jika ambisinya terwujud, sekali lagi Megawati berhasil menorehkan prestasi dalam sejarah politik Indonesia.
Adi Abidin, peneliti di Populi Center, menyatakan bahwa Megawati dan PDIP membentuk spektrum politik yang luas yang mencakup kepatuhan terhadap tatanan konstitusional; sekulerisme; inklusi kaum
kiri, sayap kanan, dan minoritas; serta kerja sama dengan kaum Islam.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
88
Megawati berperan sebagai mediator perdamaian di Semenanjung
Korea dalam kurun waktu yang lama. Ia mengerahkan segenap perhatian dan pengaruhnya demi perdamaian Semenanjung Korea.
Megawati menemani ayahnya, Presiden Soekarno, dalam kunjungannya
ke Pyongyang tahun 1964 dan bertemu langsung dengan Presiden
Kim Il-sung. Pada tahun 2002, Megawati mengunjungi Korea Selatan
dan Korea Utara. Megawati mengunjungi Korea Utara beberapa kali.
Ia berteman dekat dengan Ketua Komisi Pertahanan Nasional Korea
Utara, Kim Jong-il, yang telah wafat pada tahun 2011. Terkait dengan masalah Semenanjung Korea, ia menyatakan bahwa ia akan merasa
bahagia apabila pengalamannya selama bersama dengan Korea Utara
dapat bermanfaat dalam menciptakan perdamaian di Semenanjung
Korea. Megawati menambahkan bahwa ia mendoakan perdamaian
dan stabilitas di Semenanjung Korea lebih dari siapa pun. Dengan Korea
Selatan, Megawati menjaga kedekatannya. Ia dinobatkan menjadi
Warga Negara Kehormatan Jeju pada tahun 2015 dan menerima gelar
doktor kehormatan di bidang ekonomi dari Universitas Mokpo pada
tahun 2017. ■
Bab1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
89
4. Periode Pematangan Tahap I (2004—2016): Pemerintahan
Presiden Roh Moo-hyun hingga Pemerintahan Presiden
Park Geun-hye
a) Kemitraan Strategis dan Persahabatan Menuju Masa Depan
Periode pemerintahan Presiden Roh Moo-hyun hingga
Presiden Park Geun-hye ditandai dengan eskalasi dalam sejarah diplomatik Korea-Indonesia, yaitu terciptanya hubungan
“kemitraan strategis”. Kerja sama Korea dan Indonesia semakin luas dan intensif setelah menyadari bahwa kedua negara adalah mitra dengan nilai demokrasi dan ekonomi pasar yang sama. Sejak pembentukan kemitraan strategis pada tahun 2006, kerja sama antarkedua negara berkembang di semua bidang, termasuk politik, ekonomi, pertahanan, budaya, pertukaran sumber daya manusia, dan kancah internasional.
Sejak tahun 2006, kerja sama Korea dan Indonesia berkembang pesat. Presiden kedua negara pun saling mengunjungi tiap tahunnya. Dalam rangka meningkatkan hubungan bilateral, target-target secara terperinci ditetapkan, seperti mencapai volume perdagangan sebesar USD50 miliar pada tahun 2015, penandatanganan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA, Comprehensive Economic Partnership Agreement) antarkedua negara, serta melakukan upaya-upaya bersama untuk mencapai target yang telah ditentukan.
Pada April 2006, Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Korea, Ban Ki-moon, mengunjungi Jakarta dan mengadakan pertemuan
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
90
dengan Menteri Luar Negeri Indonesia, Hasan Wirajuda, untuk mempersiapkan pembentukan “Kemitraan Strategis KoreaIndonesia”. Selanjutnya, pada Desember 2006, Presiden Roh Moo-hyun melakukan lawatan kenegaraan ke Indonesia dan meresmikan peningkatan hubungan antara Korea dan Indonesia menjadi “Kemitraan Strategis”.
Pada saat kunjungan kenegaraan tersebut, perjanjian kerja sama di bidang energi nuklir dan pariwisata ditandatangani di hadapan Presiden Korea dan Indonesia. Selain itu, nota kesepahaman tentang kerja sama timbal balik antikorupsi, nota kesepahaman tentang investasi hutan dan CDM (Clean Development Mechanism), serta MoU antarperusahaan swasta juga diresmikan. Kesepakatan untuk menciptakan 500.000 hektar investasi aforestasi swasta menjadi katalis bagi perusahaan Korea untuk memasuki sektor kehutanan pada masa depan.
Pada April 2007, delegasi gabungan ekonomi publik-swasta yang beranggotakan dua puluh orang dan dipimpin oleh Menteri Perindustrian dan Energi serta Ketua Kamar Dagang dan Industri Korea mengunjungi Jakarta. Delegasi tersebut mengadakan pertemuan sesuai bidang masing-masing yang berjumlah delapan subdivisi, seperti energi dan sumber daya, perdagangan dan investasi, serta infrastruktur dan industri pertahanan. Selain itu, delegasi gabungan tersebut juga menggali proyek kerja sama, seperti pengembangan minyak, gas, dan batu bara, pembangunan pembangkit listrik, kerja sama teknologi industri, dan investasi penghijauan.
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
91 Bab 1
b) Kunjungan Presiden Roh Moo-hyun ke Indonesia dan Kunjungan Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Beserta Capaiannya
Presiden Roh Moo-hyun mengunjungi Bali pada Oktober
2003 untuk menghadiri KTT ASEAN+3. Kunjungan ini membuka jalan untuk pembuatan perjanjian perdagangan bebas (FTA, Free Trade Agreement) antara Korea dan ASEAN.
Pada tahun 2007, Undang-Undang Investasi diberlakukan di Indonesia. Dengan demikian, perjanjian perdagangan komoditi FTA antara Korea dan ASEAN pun mulai berlaku. Pemberlakuan perjanjian ini menciptakan lingkungan ideal bagi perusahaan Korea untuk berinvestasi di Indonesia. Pada Juli 2007,
Presiden SBY melakukan kunjungan kenegaraan ke Korsel dan menandatangani 16 MoU tentang investasi di Indonesia. Forum
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
92
Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Roh Moo-hyun pada 2007.
Korea-Indonesia pertama kemudian diselenggarakan untuk meningkatkan kerja sama di bidang energi dan sumber daya serta
menggali proyek-proyek investasi baru.
Berdasarkan kesepakatan kepala negara Korea dan Indonesia untuk memperkuat kerja sama nyata, proyek-proyek spesifik
pada perusahaan Korea pun dijalankan. Pada konsorsium tahun
2007, KOMIPO dan SAMTAN melalui Project Financing Korea
Eximbank (KEXIM, Korea Export-Import Bank) memenangkan
kontrak untuk proyek pembangkit listrik tenaga batu bara di Cirebon senilai USD740 juta.
Untuk menyukseskan proyek kerja sama ekonomi skala
besar dan meningkatkan batas pinjaman Dana Kerja Sama
Pembangunan Ekonomi (EDCF, Economic Development Cooperation Fund) menjadi USD300 juta, Pemerintah Korea
menandatangani perjanjian kerangka kerja dengan Pemerintah
Indonesia pada November 2007.
Korea dan Indonesia juga mewujudkan kerja sama nyata di bidang pertahanan. Selain pertukaran pejabat militer tingkat
tinggi, seperti kunjungan Panglima ABRI dan kunjungan timbal
balik antara Panglima Korps Marinir kedua negara, Korea dan Indonesia juga sepakat dalam penghibahan sepuluh kendaraan lapis baja serbu amfibi LVTP-7A1. Korea akan memberikan
sepuluh kendaraan tersebut kepada Indonesia secara cuma-cuma.
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
93 Bab 1
c) Pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Presiden
Lee Myung-bak: Pemantapan Hubungan Kemitraan Strategis
Pada tahun pertama menjabat sebagai presiden (tahun 2008), Lee Myung-bak bertemu dengan SBY di beberapa KTT multilateral, seperti KTT G-8 (Toyako, Jepang pada Juli 2008) dan KTT APEC (Lima, Peru pada November 2008). Sejak 2009, Presiden Lee Myung-bak dan Presiden SBY saling mengunjungi
untuk menyempurnakan perencanaan kemitraan strategis. Pada Maret 2009, Presiden Lee Myung-bak melakukan kunjungan
kenegaraan ke Indonesia dan bertemu Presiden SBY untuk
memantapkan kembali “Kemitraan Strategis”.
KTT Peringatan ASEAN-Republic of Korea yang dilaksanakan di Jeju pada Juni 2009 dalam rangka memperingati “20 tahun Korea
sebagai mitra wicara ASEAN” menjadi momen yang sensitif bagi Presiden SBY. KTT ini berlangsung satu bulan sebelum pilpres dilaksanakan di Indonesia. Saat itu, Indonesia sibuk dengan isuisu politik domestik. Namun, Presiden SBY memutuskan untuk hadir di tengah masa kampanyenya. Keputusan ini membuat
hubungan kemitraan strategis Korea-Indonesia semakin mencuri
perhatian. Setelah KTT selesai, Presiden Korea dan Indonesia beserta ibu negara berjalan-jalan di sepanjang laut di Seogwipo
setelah makan siang khusus yang tidak terjadwal sebelumnya.
Pada November 2011, Presiden Lee Myung-bak mengunjungi
Bali untuk menghadiri KTT ASEAN/ASEAN+3/EAS. Ia kemudian
mengadakan pertemuan puncak bilateral dengan Presiden SBY.
Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk melanjutkan
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
94
prosedur yang telah ditetapkan agar negosiasi Perjanjian
Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA, Comprehensive Economic Partnership Agreement) antara Korea-Indonesia
dapat dimulai. Setelah FTA Korea-ASEAN, Korea dan Indonesia
menguatkan dasar pengembangan kemitraan FTA bilateral yang
lebih mendalam. Selain itu, perjanjian kerja sama hutan KoreaASEAN ditandatangani pada KTT ASEAN-Republic of Korea. Korea akan membagikan kiat-kiat kesuksesan penghijauan hutan
kepada negara-negara ASEAN sekaligus memperluas cakrawala
kebijakan hutan Korea. Kemitraan kerja sama hutan KoreaIndonesia yang telah terjalin selama lebih dari 40 tahun berperan
penting dalam penandatanganan perjanjian tersebut.
d) Partisipasi Korea Selatan sebagai Mitra Utama dalam
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN)
Pada November 2010, sesaat sebelum KTT G20 diselenggarakan di Seoul, Gunung Merapi di Yogyakarta, Indonesia meletus dan menewaskan ±386 orang serta menyebabkan ±200.000 orang harus mengungsi. Meskipun situasi dalam negeri sedang sulit, Presiden SBY tetap menyempatkan diri untuk hadir dalam KTT G20 Seoul. Hal ini menunjukkan bahwa “kemitraan strategis” yang berdasarkan kepercayaan antara kedua negara semakin kuat.
Pada akhir November 2010, menjelang Bali Democratic Forum di Indonesia, situasi keamanan dalam negeri Korea Selatan sedang
tidak kondusif karena rudal Korea Utara yang ditembakkan
ke arah Pulau Yeonpyeong. Meskipun demikian, Presiden Lee
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
95 Bab 1
Myung-bak tetap bersedia menjadi ketua dalam Bali Democratic Forum. Selama kunjungan singkat sembilan jam di Bali, Presiden
Lee mengadakan delapan acara.
Dalam Bali Democratic Forum tersebut, Indonesia meminta agar Korea berpartisipasi sebagai mitra utama dalam Rencana
Induk Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Permintaan ini disampaikan atas dasar kepercayaan dan hubungan persahabatan yang telah terjalin selama ini.
Pada Februari 2011, Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Indonesia, Hatta Rajasa, memimpin rom-bongan delegasi presiden yang terdiri atas Menteri Perdagangan, Menteri Pertahanan, Menteri Perindustrian, dan Kepala BPKM dalam kunjungan ke Korea. Kunjungan ini dilakukan untuk merundingkan partisipasi Korea dalam MP3EI secara lebih mendetail. Untuk mempermudah mobilisasi kegiatan rombongan delegasi presiden dari Indonesia, Pemerintah Korea menyediakan fasilitas terbaik, seperti pesawat kepresidenan untuk inspeksi industri.
Pada Mei 2011, kelompok kerja sama ekonomi KoreaIndonesia (T/F) berkunjung ke Bali. MoU Kemitraan Kerja Sama
Ekonomi Korea-Indonesia ditandatangani oleh Kementerian
Ekonomi Republik Korea dan Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian Indonesia. Pada November 2011, Sekretariat Kerja
Sama Ekonomi didirikan di Indonesia sebagai pusat kerja sama rencana induk.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
96
Penganugerahan “The Grand Order of Mugunghwa” kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Pada, 19 November 2014, Presiden Park Geun-hye
menganugerahkan Grand Order of Mugunghwa kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Grand Order of Mugunghwa adalah penghargaan
tertinggi yang diberikan kepada kepala negara asing sebagai apresiasi
atas kontribusi mereka dalam pengembangan hubungan KoreaIndonesia selama 10 tahun masa kepresidenannya (2004—2014).
Pada 2011, Presiden SBY membentuk Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Korea pun ditunjuk sebagai mitra utama. Sekretariat Kerja Sama Ekonomi
Korea-Indonesia kemudian didirikan. Kedua negara juga sepakat
untuk mempercepat prosedur domestik guna peresmian Perjanjian
Kemitraan Ekonomi Komprehesif (CEPA) dan menyepakati visi kerja
sama ekonomi jangka menengah hingga jangka panjang yang bertujuan
untuk menembus USD100 miliar dalam perdagangan bilateral tahun
2020. Dalam bidang pertahanan, Presiden SBY berusaha meningkatkan
kerja sama dengan membeli tiga kapal selam Korea dan 16 pesawat
T-50 serta melakukan penelitian dan pengembangan bersama jet
tempur teknologi masa depan.
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
97
Bab1
Setelah masa jabatannya berakhir, SBY tetap bekerja keras mengembangkan hubungan bilateral. Pada November 2014, ia menjadi ketua dewan direksi Global Green Growth Institute (GGGI), sebuah organisasi internasional yang dilun-curkan oleh Korea. SBY ditunjuk menjadi ketua untuk masa jabatan dua tahun.
Presiden Lee Myung-bak menerima penghargaan “Bintang Republik
Indonesia Adipurna” yang diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Hotel Laguna Bali dalam lawatan ke Indonesia (8/11/2012).
Sumber Foto: Kantor Kepresidenan Korea (Cheong Wa Dae)
Pada 8 November 2012, Presiden SBY memberikan penghargaan
“Bintang Republik Indonesia Adipurna” kepada Presiden Lee Myungbak. Penghargaan tersebut adalah penghargaan tertinggi dari
Indonesia yang diberikan kepada Presiden Lee atas kontribusinya dalam mempromosikan hubungan bilateral kedua negara. Pada saat itu, Presiden Lee Myung-bak sedang mengunjungi Indonesia untuk menghadiri Bali Democratic Forum.
Presiden SBY adalah presiden pertama di Indonesia yang terpilih melalui pemilihan umum langsung oleh rakyat pada tahun 2004. SBY
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
98
lahir di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Indonesia tahun 1949. Ayahnya adalah purnawirawan bintara tinggi. SBY lulus dari akademi militer pada tahun 1973. Saat memutuskan untuk terjun ke dunia politik dan meninggalkan dunia kemiliteran, SBY berpangkat jenderal bintang empat.
Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, yakni tahun 2000, SBY menjabat sebagai Menteri Energi dan Mineral. Ia kemudian dipromosikan menjadi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, tetapi diberhentikan setahun kemudian setelah menolak permintaan Presiden Abdurrahman Wahid untuk mengumumkan keadaan darurat sesaat sebelum pemakzulannya. Pada tahun 2004, SBY kembali diangkat sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan di bawah pemerintahan Presiden Megawati. Akan tetapi, SBY mengundurkan diri karena berbeda pandangan dengan Presiden Megawati. SBY kemudian mendirikan Partai Demokrat dan mencalonkan diri sebagai presiden di pilpres tahun 2004. Ia pun terpilih sebagai presiden keenam Indonesia. Pada pilpres tahun 2009, SBY mencalonkan diri kembali dan berhasil mengamankan posisi presiden selama dua kali masa jabatan berturut-turut. ■
Bab1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
99
e) Kunjungan Kenegaraan Presiden Park Geun-hye ke
Indonesia: Membangun Kemitraan Masa Depan Baru
untuk Kemakmuran dan Kemanfaatan Bersama
Presiden Park Geun-hye melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada 10—12 Oktober 2013, tidak lama setelah
menghadiri KTT APEC di Bali dan KTT ASEAN+3/EAS di Brunei Darussalam. Pada hari kedua kunjungan, setelah upacara pembukaan dan peresmian gedung baru Kedutaan
Besar Republik Korea untuk Indonesia, Presiden Park Geunhye menghadiri Forum Bisnis Korea-Indonesia, mengunjungi
Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, dan mengunjungi
Pameran Pertukaran Seni Kontemporer Korea-Indonesia. Ia kemudian mengadakan pertemuan dengan sekitar 350 ekspatriat
Korea yang menetap di Indonesia pada malam harinya. Pada
hari terakhir kunjungan, Presiden Park memulai harinya dengan menaburkan bunga di taman makam pahlawan, kemudian
diteruskan dengan mengadakan KTT dengan Presiden SBY, menghadiri konferensi pers bersama, dan mengikuti rangkaian acara makan malam kenegaraan.
Presiden Park Geun-hye dan Presiden SBY sepakat untuk
meresmikan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif
Korea-Indonesia (CEPA) pada akhir tahun dan sepakat untuk
mencapai volume perdagangan sebesar USD50 miliar pada tahun 2015 dan USD100 miliar pada tahun 2020. Selain itu, perluasan kerja sama nyata antarkedua negara dilakukan
dengan berlandaskan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan, Nota
100 Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Kesepahaman tentang Penguatan Pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus, Nota Kesepahaman tentang Kerja Sama
Industri Kreatif dan Budaya, serta Nota Kesepahaman tentang
Pengembangan Rekreasi Hutan dan Ekowisata.
101 Bab 1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Pendirian The Mission of the Republic of Korea to ASEAN (Perutusan Tetap Republik Korea untuk ASEAN)
Pada September 2012, Korea mendirikan kantor perutusan tetap untuk ASEAN di Jakarta. Hal ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama antara Republik Korea dan ASEAN. ASEAN dibentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi Bangkok, yaitu kesepakatan lima negara: Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina. Pada tahun 1980-an
hingga akhir 1990-an, Brunei Darussalam, Vietnam, Myanmar, Laos, dan Kamboja bergabung dalam ASEAN secara berurutan. ASEAN pun berkembang menjadi badan konsultatif regional yang beranggotakan
10 negara. Pada akhir 2022, ASEAN sepakat untuk menerima TimorLeste sebagai anggota ke-11.
ASEAN adalah badan konsultatif regional yang didirikan atas
dasar paham multilateral. Selama 50 tahun, ASEAN telah berjuang dalam integrasi dan pembangunan negara-negara anggotanya dengan berfokus pada tiga bidang, yaitu politik dan keamanan, ekonomi, serta sosial dan budaya. ASEAN berperan aktif dalam memberikan solusi atas isu-isu yang muncul, seperti konflik regional, krisis keuangan, tanggap bencana, dan perubahan iklim melalui pemberian suara terpadu.
Sejak Korea menjadi mitra wicara ASEAN pada 1989, Republik
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
102
Korea senantiasa mempertahankan kerja sama yang erat dengan
ASEAN dalam berbagai bidang. Setelah memberlakukan FTA bersama
ASEAN pada 2007, perjanjian barang dan jasa serta perjanjian investasi pun mulai diberlakukan pada 2009. Hubungan kerja sama Korea-ASEAN meningkat menjadi “Kemitraan Strategis” pada 2010. ASEAN adalah tujuan perdagangan kedua terbesar Korea serta tujuan utama penerima pesanan konstruksi. Adapun Korea adalah mitra dagang terbesar kelima
ASEAN. Pertukaran sumber daya manusia juga berlangsung secara aktif. Sepuluh juta warga Korea mengunjungi negara-negara ASEAN pada
2019, tepat sebelum pandemi dan 2,7 juta warga ASEAN mengunjungi Korea pada tahun yang sama.
Pandemi Covid-19 menyebabkan penyelenggaraan rapat, acara kenegaraan, dan pertukaran sumber daya manusia terjeda sementara waktu. Namun, sejak awal 2022, kegiatan diplomatik masing-masing negara kembali normal. Pada KTT tatap muka ASEAN-ROK pertama di Phnom Penh, Kamboja, tiga tahun setelah pandemi, Presiden Yoon
Suk-yeol menegaskan strategi Indo-Pasifik Pemerintah Korea dan menjabarkan tiga visi, yaitu kebebasan, perdamaian, dan kemakmuran serta tiga prinsip kerja sama, yaitu toleransi, kepercayaan, dan timbal balik. Berdasarkan prinsip dan visi tersebut, Korea mengusulkan Korea
ASEAN Solidarity Initiative (KASI) untuk meningkatkan kerja sama khusus ASEAN yang menekankan pendekatan diplomatik berorientasi
Bab1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
103
ASEAN dan tekad untuk memperdalam serta memperluas kerja sama
strategis nyata bersama ASEAN. Para pemimpin ASEAN menyambut baik semangat Korea dalam memperkuat dan mengembangkan kerja sama dengan ASEAN serta menghargai arah kebijakan ROK-ASEAN yang mencerminkan kebutuhan pembangunan ASEAN pada masa depan, seperti digitalisasi, perubahan iklim, lingkungan hidup, dan kendaraan listrik. ■
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
104
5. Periode Pematangan Tahap II (2017 dan seterusnya):
Pemerintahan Presiden Moon Jae-in dan Yoon Suk-yeol
Menuju Masa Depan
a) Peningkatan Status Kemitraan Strategis Khusus dan Pemberlakuan CEPA
Pada periode pematangan tahap kedua ini, hubungan KoreaIndonesia meningkat menjadi “Kemitraan Strategis Khusus” dan IK-CEPA mulai berlaku. Hal ini menjadikan Korea dan Indonesia sebagai mitra masa depan yang telah melampaui 50 tahun perjalanan bersama.
Pada 9 November 2017, Presiden Moon Jae-in dan Presiden Joko Widodo sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral, yaitu dari ‘Kemitraan Strategis’ menjadi “Kemitraan Strategis
Khusus” atau “Special Strategic Partnership”. Kedua pemimpin negara tersebut kemudian mengadakan KTT di Istana
Kepresidenan Bogor, 60 km dari Jakarta dan mengadaptasi
“ROK-ROI Joint Vision Statement for Co-Prosperity and Peace” demi kemakmuran dan perdamaian bersama.
Penjelasan kesepakatan antara Presiden Moon Jae-in dan Presiden Joko Widodo dalam peningkatan Kemitraan Strategis Khusus tertera pada bagian pembukaan ‘ROK-ROI Joint Vision Statement for Co-Prosperity and Peace’, yaitu berupa pernyataan
yang terdiri atas 27 paragraf dari 4 bidang. Keempat bidang
tersebut adalah bidang (1) kerja sama strategis, (2) kerja sama konkret, (3) pertukaran sumber daya manusia, serta (4) kerja sama regional dan global. Presiden Moon Jae-in dan Presiden Joko
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
105 Bab 1
Widodo menyatakan rasa puas mereka atas aktifnya komunikasi strategis antarkedua negara melalui komite gabungan yang setara dengan menteri dan melalui dialog strategis yang setara dengan wakil menteri. Selain itu, kedua kepala negara mengupayakan pembentukan badan konsultatif baru, seperti pertemuan 2+2 di bidang urusan luar negeri dan pertahanan kemudian menegaskan kembali kerja sama di sektor pertahanan sebagai manifestasi kepercayaan dan hubungan kemitraan strategis. Presiden Moon
Jae-in dan Presiden Joko Widodo juga sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama menuju peningkatan kapasitas dan penelitian, pengembangan, serta produksi bersama. Selain itu, kedua negara juga akan memperkuat kerja sama yang sedang berlangsung, seperti kerja sama di bidang baja dan petrokimia serta eksplorasi pembentukan badan mitra wicara untuk memperkuat kerja sama di sektor otomotif.
Korea-Indonesia sepakat untuk meningkatkan perdagangan
bilateral menjadi USD30 miliar pada 2022. Presiden Joko Widodo mendorong perusahaan-perusahaan Korea untuk berinvestasi
lebih banyak di bidang-bidang yang berkontribusi besar dalam
percepatan industrialisasi, perluasan infrastruktur, peningkatan konektivitas, dan pembangunan regional di Indonesia. Kedua pemimpin negara menyepakati perlunya kesepakatan awal
dari Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang komprehensif, modern, dan saling menguntungkan. RCEP adalah
FTA terbesar di dunia yang menetapkan aturan perdagangan bagi
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
106
15 negara di kawasan Asia-Pasifik, termasuk 10 negara ASEAN dan 5 negara lain, yaitu Korea, Tiongkok, Jepang, Australia, dan Selandia Baru. RCEP pun ditandatangani oleh 15 negara pada 2020.
Korea dan Indonesia menandatangani Indonesia-Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement (IK-CEPA).
Perjanjian tersebut membuat kerja sama ekonomi antarkedua negara berjalan lebih baik dan lancar. IK-CEPA dan FTA memiliki
kemiripan, yaitu bertujuan untuk mengurangi hambatan perdagangan antarkedua negara. Akan tetapi, CEPA mencakup bidang ekonomi secara menyeluruh, termasuk perdagangan barang dan jasa, investasi, serta kerja sama ekonomi. IK-CEPA diratifikasi oleh DPR dan diberlakukan mulai Januari 2023.
107 Bab 1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Presiden Moon Jae-in dan Presiden Joko Widodo berjabat tangan sebelum memulai KTT di Busan (25/11/2019).
Sumber Foto: Cheong Wa Dae
b) Kunjungan Kenegaraan Presiden Moon Jae-in ke Indonesia:
ASEAN Menjadi Setara dengan 4 Negara Tetangga Besar
Korea Selatan
*Empat Negara Tetangga Besar bagi Korea Selatan mengacu pada Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Rusia.
Kunjungan kenegaraan Presiden Moon Jae-in ke Indonesia pada 8 November 2017 merupakan rangkaian lawatan ke negaranegara ASEAN selama 8 hari 7 malam. Indonesia adalah negara pertama yang dikunjunginya. Presiden Moon mengadakan pertemuan dengan lebih dari 300 diaspora Korea di Hotel Mulia, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, turut hadir 23 orang Indonesia yang memiliki hubungan erat dengan Korea.
Dalam sambutannya, Presiden Moon Jae-in mengatakan, “Saya datang ke Indonesia dalam rangka kunjungan kenegaraan pertama saya”, kemudian ia menambahkan, “Saya akan meningkatkan dan mengembangkan hubungan kerja sama dengan Indonesia dan ASEAN agar menjadi hubungan yang setara dengan hubungan antara Korea dengan empat negara tetangga besar (Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Rusia).”
Presiden Moon Jae-in juga mengatakan, “Saya selalu menekankan pentingnya memperluas cakrawala diplomatik
Republik Korea.” Ia kemudian menambahkan, “Kita juga perlu memperluas cakrawala kita di luar empat negara tetangga besar
Korea untuk mengambil manfaat dari keistimewaan geopolitik
Korea Selatan sebagai negara perlintasan antarbenua dan samudra.”
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
108
c) Kunjungan Kenegaraan Presiden Joko Widodo: Upacara
Penyambutan Istimewa di Istana Chang-deokgung
Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kenegaraan ke Republik Korea pada 10 September 2018. Pada musim gugur yang cerah, upacara penyambutan khusus kenegaraan diselenggarakan
di Istana Changdeokgung. Korea secara khusus membuka Istana Changdeokgung untuk menyambut tamu kehormatan, yaitu Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara. Bagi Korea, Presiden
Indonesia adalah mitra utama “New Southern Policy” dan kepala negara pertama di antara negara ASEAN yang telah saling
mengunjungi pascapelantikan Presiden Moon Jae-in.
Setelah upacara penyambutan istimewa kenegaraan
dilaksanakan, Presiden Moon Jae-in dan Presiden Joko Widodo
melanjutkan KTT pada sore hari. Pada KTT tersebut, kedua kepala negara mengevaluasi pencapaian dan kemajuan dalam
109 Bab 1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Presiden Joko Widodo, Presiden Moon Jae-in, Ibu Negara Kim Jung-sook duduk bersama di Istana Changdeokgung pada September 2018.
Sumber Foto : Cheong Wa Dae
pengimplementasian perjanjian yang disepakati pada KTT
November 2017. Presiden Moon Jae-in dan Presiden Joko Widodo
kemudian membahas secara mendalam langkah-langkah kerja
sama konkret yang layak untuk “Kemitraan Strategis Khusus” pada masa depan.
d) Presiden Joko Widodo dan Presiden Yoon Suk-yeol: Penguatan Kerja Sama dalam Rantai Pasok, Infrastruktur, dan Pertahanan
Presiden Yoon Suk-yeol dan Presiden Joko Widodo mengadakan KTT di Seoul pada 28 Juli 2022. Dalam KTT tersebut, kedua kepala negara sepakat untuk memperkuat kerja sama praktis antarkedua negara, termasuk keamanan ekonomi dan pembangunan infrastruktur. Presiden Joko Widodo menulis
“Indonesia adalah mitra tepat untuk Korea Selatan” dan Presiden
Yoon berterima kasih kepada Indonesia atas dukungan yang
diberikan selama krisis urea pada tahun sebelumnya. Dalam pernyataan bersama yang diterbitkan setelah KTT, Presiden Yoon
Suk-yeol dan Presiden Joko Widodo menyatakan akan membawa
kerja sama praktis yang mencakup rantai pasok dan keamanan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi.
Indonesia yang memiliki sumber daya mineral penting
untuk industri teknologi maju diharapkan dapat mem-bantu menstabilkan rantai pasok Korea. Perusahaan Korea pun akan meningkatkan investasi terkait dengan baterai dan kendaraan listrik di Indonesia.
110
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Korea juga memperkuat kerja sama dalam proyek pemindahan Ibu Kota Nusantara. Proyek ini merupakan salah satu proyek prioritas Presiden Joko Widodo. Peluang bagi perusahaan Korea untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur, seperti jalan, perumahan, serta proyek pembangunan e-government dan smart city diproyeksikan bertambah. Korea dan Indonesia juga menegaskan kembali komitmen untuk meneruskan kerja sama di sektor pertahanan, termasuk pengembangan jet tempur KF-21.
Presiden Yoon Suk-yeol dan Presiden Joko Widodo melakukan KTT dalam rangka menghadiri G7 Hiroshima Jepang pada 21 Mei 2023.
Sumber Foto : Situs Web Office of The President Republic of Korea
e) KTT Joko Widodo dan Yoon Suk-yeol: Korea Selatan adalah
Mitra Optimal bagi Indonesia
Presiden Yoon Suk-yeol bertemu kembali dengan Presiden Joko Widodo pada Business Roundtable antara Korea dan Indonesia pada 14 November 2022 di Bali. Acara ini diselenggarakan bersama oleh The Federation of Korean Industries (FKI) dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dalam rangka menyambut KTT G-20 dan KTT B-20 di Bali.
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
111 Bab 1
Dalam diskusi pra-pertemuan, Presiden Yoon Suk-yeol dan Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa kerja sama
lanjutan telah gencar dilaksanakan dalam berbagai bidang, termasuk industri teknologi tinggi, seperti kendaraan listrik dan baterai, infrastruktur, serta industri pertahanan sejak KTT
bilateral diadakan di Seoul pada akhir Juli 2022. Presiden Yoon
menekankan bahwa Korea dan Indonesia harus meningkatkan
rantai pasok dan jaringan ekonomi berdasarkan struktur industri yang saling melengkapi.
Presiden Yoon menjelaskan bahwa Korea adalah mitra terbaik
dalam strategi “Making Indonesia 4.0” karena Korea menguasai
teknologi manufaktur canggih dalam semikonduktor, baterai, dan mobil. Dalam penerapan strategi “Making Indonesia 4.0”
metode yang tepat ialah dengan membina industri manufaktur
berdasarkan sumber daya alam yang melimpah. Presiden
Yoon juga mengusulkan peningkatan kerja sama di bidang
ekonomi digital, seperti pendidikan digital, kota pintar, dan keuangan digital serta kerja sama di bidang energi bersih, seperti pembangkit listrik tenaga nuklir, energi baru terbarukan, dan hidrogen. Presiden Yoon Suk-yeol dan Presiden Joko Widodo
kemudian sepakat untuk menjalin kerja sama yang lebih erat
guna mengembangkan hubungan bilateral pada peringatan 50
tahun hubungan diplomatik pada 2023.
Pada Business Roundtable ditandatangani sepuluh nota
kesepahaman, antara lain, peluncuran dialog tingkat tinggi
di bidang investasi, kerja sama ekonomi Korea-Indonesia 2.0 (kemitraan digital), kerja sama mineral kritis, inisiatif transformasi
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
112
hijau, dan kerja sama pembangunan infrastruktur (Ibu Kota Nusantara, MRT, transportasi laut, dan sebagainya). Business
Roundtable ini adalah acara ekonomi ASEAN pertama setelah
Presiden Yoon meluncurkan “Strategi Indo-Pasifik” versi Korea
dan KASI pada KTT ASEAN-ROK di Pnomh Penh, Kamboja, 11 Juli 2022.
113 Bab 1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Presiden Joko Widodo dan Kontribusinya
dalam Peningkatan Hubungan Bilateral
Presiden Joko Widodo telah memberi
dua kontribusi besar dalam hubungan
Korea-Indonesia. Pada tahun 2017, Presiden Moon Jae-in dan Presiden Jokowi sepakat
untuk memajukan hubungan bilateral dari “kemitraan strategis” menjadi “kemitraan strategis khusus”. Pada 2019, presiden kedua negara tersebut resmi menyatakan kesimpulan akhir dari IK-CEPA. IK-CEPA pun resmi diberlakukan pada Januari 2023.
Sebelumnya pada 9 November 2017, Republik Korea dan Indonesia sepakat memajukan hubungan bilateral dari “kemitraan strategis” menjadi “kemitraan strategis khusus”. Selain itu, kedua negara juga sepakat untuk memperkuat kerja sama yang sedang berlangsung, seperti di bidang baja dan petrokimia serta membentuk badan dialog untuk memperkuat kerja sama di sektor otomotif. Kesepakatan lainnya ialah meningkatkan perdagangan bilateral menjadi sebesar USD30 miliar pada tahun 2022. Terkait hal tersebut,
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
114
Presiden Jokowi mendorong perusahaan-perusahaan Korea untuk berinvestasi lebih banyak di bidang-bidang yang berkontribusi langsung dalam percepatan industrialisasi Indonesia, perluasan infrastruktur, peningkatan konektivitas, dan pembangunan daerah.
Terlahir dari keluarga tukang kayu yang kurang mampu dan bukan dari keluarga politikus ternama justru membuat Joko Widodo (Jokowi)
akrab dengan rakyat jelata dan kaum kelas menengah di Indonesia.
Jokowi, pengusaha furnitur skala kecil dan menengah yang sama sekali tidak terkenal di dunia politik, mencalonkan diri menjadi Wali Kota Solo, Jawa Tengah pada tahun 2005. Akan tetapi, ia mampu memenangkan pemilu dengan meraih 36% suara. Di bawah panji pemberantasan
korupsi, Jokowi menciptakan reformasi administrasi dengan mengidentifikasi fakta lapangan melalui blusukan dan mencari solusi untuk berbenah. Salah satu kelebihan Jokowi ialah keterampilannya berdialog dengan rakyat kecil, seperti ketika ia harus membujuk pedagang kaki lima yang mendominasi jalan-jalan di pusat kota sehingga mengganggu kelancaran lalu lintas dan merusak estetika kota.
Jokowi mengawali usahanya dengan melakukan wawancara berulang kali melalui blusukan untuk mendengarkan keluh kesah pedagang kaki lima dan memperoleh fakta lapangan. Setelah itu, Jokowi berdialog dan membujuk para pedagang kaki lima tersebut dengan sabar agar mau dipindahkan ke lokasi baru.
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
115
Bab1
Berkat pemberitaan media, Jokowi naik daun dan terpilih menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 2012. Sejak saat itu, ia mencapai prestasi luar biasa dengan ciri khas kerjanya. Pada tahun 2014, Jokowi ditunjuk sebagai calon presiden oleh PDIP dan berhasil memenangkan kursi kepresidenan, menga-lahkan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra yang berasal dari keluarga terkemuka. Presiden Joko Widodo melakukan perjalanan ke penjuru negeri guna membenahi taraf hidup rakyatnya. Ia kemudian mencalonkan diri kembali pada pilpres 2019. Sekali lagi, Jokowi berhasil memenangkan pilpres dengan menyisihkan lawannya, Prabowo Subianto. Joko Widodo pun meneruskan masa jabatannya selama dua periode.
Akun media sosial resmi Jokowi, yakni Instagram dan Facebook masing-masing memiliki 53 juta dan 10 juta pengikut. Akun media sosial tersebut mengunggah aktivitas keseharian Jokowi. Besarnya pengikut akun media sosial Jokowi membuktikan bahwa ketenarannya tidak luntur menjelang masa akhir jabatannya. Pada awal 2020, tidak lama setelah Jokowi dilantik menjadi presiden untuk kedua kalinya, dunia dilanda pandemi Covid-19. Namun demikian, Jokowi tetap memenangkan hati rakyat melalui kebijakan pro-rakyatnya.■
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
116
Bab 2
Perusahaan Korea di Indonesia: Dulu, Sekarang, dan Masa Depan
Bab 2
Prakata: Melewati 50 Tahun Menuju 100 Tahun melalui CEPA
1. Tahun-Tahun Awal (1968—1985)
2. Periode Perkembangan (1986—2002)
3. Periode Pematangan Tahap I (2003—2017)
4. Periode Pematangan Tahap II (2018 dan seterusnya)
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
120
Bab
Perusahaan Korea di Indonesia: Dulu, Sekarang, dan Masa Depan
Prakata : Melewati 50 Tahun Menuju 100 Tahun melalui CEPA
Motor penggerak utama dalam hubungan Korea dan Indonesia adalah kerja sama ekonomi. Lebih dari 50 tahun, kedua negara membangun hubungan kerja sama yang saling melengkapi. Kerja sama tersebut dimulai pada tahun 1968, jauh sebelum kedua negara menjalin hubungan diplomatik, yaitu ketika Indonesia menjadi tujuan investasi asing langsung
(FDI) pertama bagi Korea Selatan melalui proyek yang
dirancang oleh KODECO. Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) yang disepakati
pada Desember 2020 menjadi tonggak bersejarah dalam
perkembangan ekonomi kedua negara. Dengan diratifikasinya
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
121 Bab 2
IK-CEPA pada Juni 2021 oleh Majelis Nasional Korea dan pada 2
30 Agustus 2022 oleh DPR Republik Indonesia, Korea dan Indonesia telah membuka cakrawala baru menuju seratus abad
sejarah kerja sama ekonomi antarkedua negara.
Buku terbitan Korean Association di Indonesia yang berjudul
『인도네시아 한인 100년사』 (dibaca Indonesia Hanin Baengnyeonsa
yang berarti 100 Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia) mencatat
bahwa pada 1920, yaitu 50 tahun sebelum terjalinnya hubungan
diplomatik Korea dan Indonesia, seorang pendatang asal Korea
Selatan sekaligus pejuang kemerdekaan, Jang Yoon-won, tiba di Batavia (Jakarta saat ini). Artinya, sejarah orang Korea di Indonesia telah berjalan lebih dari 100 tahun. Pada masa kolonial
Jepang, petugas militer dan ianfu asal Joseon menginjakkan kaki di tanah Indonesia. Sebagian dari mereka menetap di Indonesia
terhitung sejak kemerdekaan Korea pada 15 Agustus 1945. Mereka
kemudian melestarikan jejak sejarah orang Korea di Indonesia.
Setelah adanya proyek investasi asing perdana yang
dilaksanakan oleh KODECO (disebut Han.guk.nam.bang.gae.bal pada saat itu) pada akhir 1960-an, investasi perusahaan Korea ke Indonesia dilakukan secara beruntun. Hal ini merupakan tanda
dimulainya kerja sama ekonomi dan bisnis antara Korea dan Indonesia. Jejak perjalanan investasi perusahaan Korea Selatan
dari awal hingga kini dapat dibagi dalam empat gelombang, yakni akhir 1960-an, akhir 1980-an, awal 2000-an, serta sebelum
dan setelah tahun 2020, yakni saat hubungan Korea dan Indonesia
ditingkatkan menjadi hubungan Kemitraan Strategis Khusus
(Special Strategic Partnership) dan diberlakukannya IK-CEPA.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
122
Gelombang investor pertama asal Korea Selatan datang pada akhir 1960-an hingga pertengahan 1980-an. Pada tahuntahun awal tersebut, pemerintahan Soeharto gencar menyusun
kebijakan pembangunan untuk sektor pertambangan mineral, minyak mentah, dan kehutanan yang merupakan sumber
daya terbaik. Penyusunan kebijakan tersebut bertujuan untuk
menggairahkan perekonomian Indonesia yang sedang jatuh dan untuk membangun fondasi industrialisasi. Pada saat yang sama, Korea Selatan baru mulai menjalankan kebijakan Rencana Lima
Tahun Pembangunan Tahap Kedua sehingga membutuhkan
bahan baku, seperti kayu, petroleum, dan tebu. Mengikuti jejak
KODECO yang menjadi investor Korea pertama di Indonesia, perusahaan pembangun sektor kayu, seperti Korindo (disebut
Inni Donghwa dalam bahasa Korea pada saat itu) memasuki
pasar Indonesia. Perusahaan sektor perdagangan internasional, konstruksi, dan manufaktur kemudian ikut serta bergabung
dalam gelombang investor pertama pada masa itu.
Gelombang kedua atau masa perkembangan perusahaan
Korea di Indonesia dimulai pada akhir 1980-an hingga awal
tahun 2000. Pada akhir 1980-an, Indonesia mulai memberikan
kemudahan kepada para investor yang menanamkan modal secara langsung. Pada 1988, industri padat karya, seperti garmen
dan alas kaki dari Korea Selatan mulai berdatangan secara besarbesaran. Setelah tahun 1990, perusahaan raksasa, seperti LG Electronics, Samsung Electronics, CJ juga mulai memasuki pasar
Indonesia yang kemudian diikuti oleh perusahaan sektor industri
berat dan kimia, seperti otomotif, besi dan baja, logam, petroleum
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
123 Bab 2
dan kimia, serta entitas sektor jasa, seperti Samsung Fire and Marine Insurance. Namun, saat itu investor raksasa Korea Selatan, seperti KIA (perusahaan otomotif) harus menarik diri dari pasar Indonesia akibat tumbangnya rezim Soeharto. Tumbangnya rezim yang telah bertahan selama 32 tahun tersebut dipicu oleh rencana perombakan fundamental ekonomi dari IMF saat krisis keuangan Asia terjadi pada 1998.
Gelombang ketiga atau masa perkembangan tahap pertama berlangsung dari awal 2000-an hingga akhir 2010-an. Pada masa itu, kerja sama Korea dan Indonesia ditingkatkan menjadi mitra strategis atau Strategic Partner. Pada periode ini, Indonesia mencatat rasio pertumbuhan ekonomi hingga rata-rata 6 persen per tahun. Hal tersebut terjadi setelah Indonesia melewati masa
transisi yang penuh ketidakstabilan selama lima tahun, yakni sejak terjadinya peristiwa Mei pada 1998 dan berkat kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat pada 2004). Di bawah kepemimpinan
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), situasi politik dan keamanan negara mulai stabil. Ekspor sumber daya alam dan energi ke
Tiongkok juga mulai meningkat. Pemerintahan SBY merevisi peraturan investasi dan memberikan kelonggaran kepada para investor, baik domestik maupun asing, sehingga investasi di Indonesia semakin bergairah. Selain industri berat dan kimia, industri padat modal dan teknologi juga mulai memasuki pasar Indonesia. Industri tersebut, antara lain, industri retail, keuangan, firma hukum, TIC (Teknologi Informasi Komunikasi), industri
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
124
pertahanan, industri hiburan yang berkaitan dengan gelombang budaya hallyu, dan konten budaya.
Gelombang keempat atau masa perkembangan tahap kedua
dimulai pada akhir 2010-an. Pada 2017, Korea dan Indonesia sepakat untuk meningkatkan kerja sama menjadi Mitra Strategis
Khusus atau Special Strategic Partnership. Di tengah resesi ekonomi
yang mulai menunjukkan gejala berkepanjangan akibat pandemi
Covid-19, Pemerintah Korea dan Indonesia kembali mengadakan
perundingan hingga berhasil mencapai kesepakatan IK-CEPA.
Setelah ratifikasi diselesaikan oleh parlemen kedua negara, Korea
dan Indonesia bergandengan tangan sebagai mitra kerja sama
ekonomi yang berorientasi pada masa depan. IK-CEPA yang
berlaku per Januari 2023 merupakan perjanjian ekonomi yang
serupa dengan Free Trade Agreement (FTA) karena perjanjian
IK-CEPA juga akan membuka akses pasar kedua negara menjadi
lebih lebar. Namun demikian, CEPA merupakan perjanjian
ekonomi yang lingkup kerja samanya lebih luas daripada FTA.
Berbeda dengan FTA yang menitikberatkan kerja sama pada
ekspansi perdagangan, seperti barang, jasa, perdagangan, dan investasi, kedua negara dalam CEPA juga sepakat untuk meningkatkan kegiatan pertukaran masyarakat dan kebudayaan selain terus meningkatkan perdagangan. CEPA pada umumnya
disepakati antara dua negara yang dapat saling melengkapi, seperti antara negara berkembang dengan negara maju. Olah
karena itu, IK-CEPA ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk
mengoptimalkan sinergi kedua negara.
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
125 Bab 2
Sebelumnya, Korea dan Indonesia telah membuka pasar melalui FTA, namun IK-CEPA mencakup lebih banyak pos tarif daripada FTA. Menurut Kementerian Perdagangan, Perindustrian, dan Energi (MOTIE) Korea Selatan, pemberlakuan
IK-CEPA membuat Korea meliberalisasi 95.8% tarif dan Indonesia meliberalisasi 94.8% tarif dari total pos tarifnya. Terlebih lagi, eliminasi tarif yang cukup tinggi diterapkan pada komoditas besi dan baja, plastik, serta komponen otomotif.
Sejumlah produk Korea yang dibebaskan tarifnya di Indonesia, antara lain, produk besi dan baja untuk plat mobil (5— 15%); spring untuk mobil (5%); komponen permesinan, seperti bearing (5%); dan pakaian jadi (5%). Produk yang terkait dengan otomotif, seperti transmission dan sunroof (5%) serta produk fine chemicals juga akan bertarif nol dalam waktu dekat atau lima
tahun. Sementara itu, produk yang akan segera atau dalam lima
tahun bertarif nol ke Indonesia adalah Bunker C oil (3—5%); bahan baku fine chemicals (5%), gula mentah (3%), dan bir (15%).
Tarif komoditas hasil pertanian, perikanan, dan kehutanan tetap dipertahankan seperti sebelum adanya kesepakatan IK-CEPA.
Di tengah persaingan Amerika Serikat dengan Tiongkok sejak pandemi Covid-19, Global Value Chain (GVC ‘Rantai Nilai Global’) mengalami rekonfigurasi. Selain itu, fenomena kebijakan
relokasi pabrik dari Tiongkok ke negara lain oleh sejumlah perusahaan juga semakin marak terjadi. Pada masa seperti
ini, Indonesia justru mengemuka dan menjadi negara yang mendapatkan berkah dari rekonstruksi rantai pasok tersebut.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
126
Hal itu juga dipengaruhi oleh kepemilikan Indonesia atas sumber daya energi yang melimpah dan pasar domestik yang penuh
potensi untuk dikembangkan. IK-CEPA diberlakukan pada saat yang tepat sehingga memberi peluang pada kedua negara untuk mempererat kerja sama ekonomi. Selain perusahaan
raksasa yang memiliki teknologi tinggi, seperti Hyundai Motor Group, LG Energy Solution, KCC Glass, dan Lotte Chemical, investasi dari industri kontruksi Ibu Kota Nusantara, farmasi dan bioteknolgi, entertainment hallyu pun berbondong-bondong masuk ke Indonesia. Pemerintah Indonesia juga membuka peluang investasi selebar-lebarnya kepada para investor asing
dengan membenahi lingkungan investasi, yakni melakukan reformasi pasar ketenagakerjaan dengan menerbitkan Undang-
Undang Cipta Kerja (Omnibus Law) pada November 2020.
Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dengan usia rata-rata penduduknya 29 tahun menjadi basis produksi dan salah satu pasar konsumen terbesar yang
kalangan menengahnya semakin tumbuh. Kini daya saing
teknologi sektor manufaktur Korea mulai diakui di Indonesia.
Salah satu faktor yang membentuk citra baik Korea di Indonesia
adalah hallyu. Selain itu, Korea mendapat tempat di hati
masyarakat Indonesia karena Pemerintah Korea menyalurkan
bantuan saat Indonesia mengalami kesulitan. Melalui IK-CEPA, Korea dan Indonesia diharapkan membuka lembaran baru dalam
kerja sama sebagai mitra yang dapat mewujudkan kesejahteraan
bersama setelah melewati masa emas seperti saat ini. Korea dan
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
127 Bab 2
Indonesia yang telah menjalin hubungan persahabatan selama 50
tahun kini melukiskan sejarah persahabatan 100 tahun lamanya
sebagai mitra abadi.
1. Tahun-Tahun Awal (1968-1985): Masuknya Perusahaan Korea
yang Bertumpu pada Pengelolaan Sumber Daya Alam
a) Awal dari Kerja Sama Ekonomi Komplementer
Setelah mengimplementasikan Rencana Lima Tahun
Pembangunan Ekonomi Tahap Pertama (1962—1966), Korea
Selatan menjalankan Rencana Pembangunan Ekonomi Tahap
Kedua (1967—1971) dengan visi mewujudkan modernisasi pada struktur industri dan kemandirian ekonomi di bawah inisiatif
Pemerintahan Park Chung-hee. Pada masa ini, Indonesia baru
mulai mengimplementasikan Rencana Lima Tahun Pembangunan
Ekonomi Tahap Pertama (1969—1974).
Bagi Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah, hal yang sangat mendesak adalah membangun fondasi
untuk mewujudkan kemandirian perekonomian nasional melalui
pengembangan sumber daya alam. Untuk mencapai hal tersebut, Indonesia menerbitkan beberapa peraturan secara bertahap, yaitu
UU No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, UU No.5
Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan,
UU No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal dalam Negeri, dan PP No. 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan. Pada
tahun-tahun tersebut, Korea membutuhkan bahan baku untuk
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
128
mengembangkan industri manufaktur. Perusahaan Korea gencar
memasuki pasar Indonesia sejak akhir 1960-an untuk memenuhi
ketersediaan bahan baku, seperti kayu, minyak mentah, batu
bara, dan tebu.
Pada 1968, KODECO mulai berinvetasi pada sektor kayu
di Kalimantan Selatan. Tahun berikutnya, Korindo (disebut
Inni Donghwa saat itu) memulai bisnisnya pada sektor yang
sama di wilayah Kalimantan Timur. Industri kayu Indonesia
mulai diminati oleh banyak perusahaan lain dari Korea setelah
KODECO dan Korindo lebih dahulu berinvestasi. Perusahaan
Korea lain yang berinvestasi di Indonesia, antara lain, Gyeongnam
Gyoyeok, Hanin Heungeop, Shinheung Mokjae, dan Yurimsari
(ditulis sesuai pengucapaan dalam nama Korea). Namun, sejak
adanya larangan ekspor kayu pada awal 1980, perusahaan yang
dapat bertahan di sektor kayu hanyalah perusahaan yang setara
dengan Korindo dan KODECO, yakni yang memiliki pabrik
kayu lapis (plywood). Korindo menjadi satu-satunya perusahaan
Korea yang konsisten menjalankan bisnisnya di sektor kehutanan
sampai saat ini.
Pada 1973, Miwon (namanya diubah menjadi Daesang saat ini), yang memproduksi monosodium glutamat (MSG), mendirikan perusahaan patungan, yaitu PT Miwon Indonesia dan menjadi
pengekspor pertama plant ke luar negeri. Miwon memulai
bisnisnya dengan membangun pabrik pada 1975. Pada tahun
berikutnya, Miwon mulai memproduksi dry glutamate acid dan pada 1978 mereka gencar memproduksi MSG hasil fermentasi tebu.
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
129 Bab 2
Pada rentang waktu 1972—1985, investasi Korea di Indonesia didominasi oleh perusahaan konstruksi dan perdagangan, selain investasi untuk keamanan sumber daya alam. Pada Desember
1972, Samhwan menandatangani kontrak pembangunan jalan tol lintas Sumatra dengan Pemerintah Indonesia. Pada Juni
1973, Daelim memenangkan proyek pembangunan compressor station. Pada Desember tahun yang sama, Hyundai E&C berhasil menandatangani kontrak pembangunan jalan tol Jagorawi yang
menghubungkan Jakarta dan lingkar luar bagian selatan Bogor. Hannam (dibeli oleh Sangyong pada 1971) mengekspor semen ke Indonesia dan mengimpor kopi dari Indonesia sejak 1968.
Pada November 1973, Hanil Cement mendirikan Hanil Jaya yang mengelola pabrik reinforcing bar di Surabaya, Jawa Timur.
Setelah menghadapi dua kali krisis minyak pada 1970an, Pemerintah Korea Selatan memaksimalkan upaya untuk
mengamankan minyak bumi dan melakukan pembangunan ladang minyak. Korea melalui Kodeco Energy menandatangani
proyek pembangunan ladang minyak di Blok Madura Barat
dengan Pertamina Indonesia. Kerja sama tersebut menandai
dimulainya kerja sama pembangunan ladang minyak oleh kedua negara. Proyek pembangunan ladang minyak oleh Kodeco Energy
merupakan proyek pembangunan ladang minyak perdana yang
dilakukan di luar Korea. Proyek ini bermakna tersendiri karena
perusahaan Korea berpartisipasi dalam proyek luar negeri yang
membutuhkan modal dalam skala besar dan teknologi tinggi.
Perusahaan Korea lain yang ada di Indonesia adalah
perusahaan patungan bernama Kideco yang didirikan oleh
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
130
Samtan. Perusahaan yang berdiri sejak 1982 tersebut bergerak di sektor pertambangan dan penjualan batu bara bituminus.
Kideco memiliki hak atas tambang pasir di Provinsi Kalimantan
Timur. Batu bara bituminus, hasil tambang dari daerah tersebut, dijual di Indonesia dan penjuru dunia, termasuk Korea Selatan.
Belakangan ini, 40 persen dari total 49 persen saham Kideco milik
Samtan diakuisisi oleh Indika Energy.
Acara tutup tahun 2019 yang bertepatan dengan peringatan tahun ke-50 berdirinya Korindo (21/12/2019)
Sumber Foto: Korindo Group
b) Peralihan dari Pengembangan Hutan ke Industri Reboisasi
Hutan yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan
Dalam berinvestasi, KODECO dan Korindo tidak hanya
sekadar mengincar impor kayu, tetapi menanam modal langsung
untuk pembangunan kayu melalui manajemen badan usaha yang
mereka dirikan di Indonesia. Industri kayu yang dikelola oleh
perusahaan dari Korea Selatan mulai beroperasi pada akhir 1960an, yaitu untuk mengembangkan kayu dan memproduksi kayu
lapis dengan bahan baku dari Indonesia. Belakangan ini industri
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
131 Bab 2
kayu di Indonesia yang dikelola Korea Selatan berubah menjadi industri yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, seperti perkebunan dan kelapa sawit.
Sebagian besar pengusaha kayu lapis pada 1960-an—awal industrialisasi di Korea Selatan—mengandalkan bahan baku
yang berasal dari wilayah Asia Tenggara, yaitu kayu meranti.
Ketika Filipina dan wilayah Sarawak di Malaysia memberlakukan
larangan ekspor kayu pada awal 1970, Pemerintah Korea Selatan
dan perusahaan-perusahaan Korea mulai mencari negara pengekspor kayu lain. Indonesia kemudian dipilih sebagai
alternatif karena dinilai memiliki sumber daya hutan yang
melimpah meskipun secara geografis letaknya lebih jauh daripada
Filipina dan Malaysia.
Pada saat itu, perusahaan pengembang kayu asal Korea Selatan
lebih memilih penanaman modal langsung, baik oleh perusahaan
maupun Pemerintah Korea Selatan, daripada melakukan
diversifikasi pasar impor. Keputusan tersebut diambil karena
memperhatikan kebutuhan industri kayu Korea Selatan sendiri
dan pertimbangan bahwa pada waktu itu nasionalisme sumber
daya di sektor kehutanan mulai muncul, terutama di negaranegara pengekspor kayu di kawasan Asia Tenggara. Penanaman
modal dianggap lebih menguntungkan karena akan menyuplai
bahan baku secara lebih stabil daripada hanya mengimpor kayu yang diproduksi perusahaan asing. Pada 1968, Pemerintah Korea
Selatan menyertakan sejumlah ketentuan terkait penanaman
modal luar negeri dalam peraturan pengelolaan devisa. Dengan
pembenahan peraturan tersebut, investasi luar negeri untuk
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
132
pembangunan sumber daya alam, ketersediaan bahan baku, dan akselerasi ekspor dapat dimulai meski masih terbatas.
Sementara itu, di bawah kekuasaan Presiden Soeharto, Indonesia memacu pengimplementasian kebijakan industrialisasi untuk mendanai pembangunan ekonomi di tengah kekacauan sosiopolitik setelah kudeta komunis pada 30 September 1965. Indonesia mulai menyusun rencana pembangunan sektor sumber daya utama, seperti mineral, minyak bumi, dan kehutanan yang dapat menjadi fondasi menuju industrialisasi. Pada masa itu, Presiden Soeharto membagikan hutan tropis yang ada di luar Pulau Jawa kepada para bawahan setingkat jenderal. Untuk menarik dana dan teknologi dari luar Indonesia, para jenderal itu membenahi peraturan-peraturan guna mengembangkan industri kehutanan.
Perusahaan-perusahaan Korea pun mengikuti pergerakan tersebut dan mulai aktif dalam industri pembangunan kehutanan di Indonesia. Saat situasi ekonomi nasional tertekan, KODECO mendapat izin penanaman modal luar negeri pertama sebanyak
USD3 juta dari Pemerintah Korea Selatan pada Februari 1968.
Dengan dana tersebut, KODECO mulai menjalankan proyek kehutanan di Kecamatan Batulicin, Kalimantan Selatan.
KODECO secara eksklusif melakukan pembangunan hutan seluas 270.000 ha tersebut dan berdiri di garis terdepan dalam pembangunan kehutanan di Indonesia.
Sejumlah perusahaan Korea Selatan yang juga bergerak di bidang pembangunan kehutanan alam mulai mengikuti
jejak KODECO di Indonesia. Korindo (Inni Donghwa saat
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
133 Bab 2
itu) mengembangkan hutan seluas 120.000 ha di Balikpapan, Kalimantan Timur pada 1969; Gyeongnam Gyoyeok mengembangkan hutan seluas 200.000 ha di Tarakan, Kalimantan Timur pada 1960; Hanni Heungeop mengembangkan hutan seluas 115.000 ha di area Sungai Lamandau, Kalimantan Tengah pada 1973; dan Aju Imeop mengembangkan hutan seluas 115.000 ha di area Sungai Melawi, Kalimantan Barat pada akhir 1976. Sebagian besar kayu solid yang diproduksi oleh perusahaanperusahaan Korea Selatan diekspor ke Korea Selatan, Jepang dan Taiwan. Dibantu oleh Indonesia sebagai penyedia bahan baku yang stabil, Korea Selatan pun memimpin pasar industri kayu lapis dunia pada 1970.
Sejak 1980, Pemerintah Indonesia secara bertahap membatasi ekspor kayu solid dan melarang ekspor hasil olahannya. Pada
1985, ketika larangan ekspor kayu solid diberlakukan secara penuh, sejumlah industri pengembang kayu solid yang belum membangun pabrik kayu lapis dinyatakan pailit dan sebagian
lainnya terpaksa beralih ke bidang industri lain. Sejak larangan ekspor kayu lapis tersebut berlaku, perusahaan yang mampu
bertahan adalah perusahaan pengembang kayu solid saja, seperti
Korindo dan KODECO karena memiliki pabrik kayu lapis.
Kebijakan pengembangan industri kayu lapis dalam negeri
membuat Indonesia mengalami kenaikan kapasitas produksi
dan ekspor kayu lapis hingga pada pertengahan 1990, Indonesia
dikenal sebagai negara pengekspor kayu lapis terbesar, mengalahkan Korea Selatan, Malaysia, dan Filipina.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
134
Menurut data tahun 2019, tim Pengembangan Kayu Lapis, Divisi Pengelolaan Kayu di Korindo Group memproduksi
kayu 500.000 meter kubik setahun. Kayu solid yang berkualitas tersebut diproduksi atas prinsip manajemen hutan alam yang berkelanjutan. Korindo, sebagai produsen kayu lapis global, mengekspor 98 persen dari keseluruhan hasil produksinya. Nilai ekspor Korindo mencapai USD350 juta per tahun. Seperempat dari seluruh kayu lapis yang diproduksi di Indonesia berasal dari Korindo.
Seiring dengan intensifnya kegiatan investasi sumber daya kehutanan di luar negeri pada tahun 2000-an, banyak perusahaan
lain selain Korindo Group yang mulai melirik investasi pada sektor pembangunan kelapa sawit, seperti Daesang Holdings, Samsung C&T, Samtan, LG Internasional (saat ini disebut LX International), JC Chemical, dan Posco Daewoo.
Kini, di Indonesia, terdapat sejumlah proyek perkebunan yang sedang dijalankan oleh Korea Selatan, antara lain, proyek pilot perkebunan biomassa oleh Korea Forestry Promotoion Institute (Kofpi) di Semarang, Jawa Tengah; proyek perkebunan tanaman
cepat tumbuh (fast-growing) dan pohon karet oleh National Forestry Cooperative Federation di Jawa Barat dan Kalimantan; serta proyek perkebunan untuk memproduksi pulp oleh Moorim
P&P di Papua.
Kerja sama di bidang kehutanan antara Korea dan Indonesia
tidak berjalan sendiri. Bantuan dan upaya dari pemerintah
dan lembaga nasional Korea menjadi bagian dari kerja sama tersebut. Korea-Indonesia Forestry Committee yang digelar
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
135 Bab 2
pada 1979 menjadi momentum untuk semakin memperluas lingkup kerja sama di bidang kehutanan. Semenjak itu, beragam investasi dilakukan di sektor perkebunan, kehutanan, riset dan pengembangan, pembangunan kehutanan, perlindungan hutan, dan pemberdayaan SDM. Pada 2007, Korea dan Indonesia
membawa hubungan kerja sama bidang kehutanan ke tingkat yang
lebih maju melalui Forum Kehutanan. Pada 2005, ketika bagian
utara Pulau Sumatra dihantam tsunami, Korea International Cooperation Agency (KOICA) hadir untuk memulihkan hutan
mangrove yang hancur di pesisir pantai melalui program
ODA. Pada tahun berikutnya, KOICA membangun kebun
benih modern di Kecamatan Rumpin, Bogor, Jawa Barat. Pada 2009, KOICA menjalankan program pemberdayaan mitigasi
perubahan iklim di Pulau Lombok, yakni REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation atau Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan).
Sementara itu, Pemerintah Korea dan Indonesia melalui
Korea Forest Service dan Kementerian Kehutanan Indonesia
mendirikan Korea-Indonesia Forest Cooperation Center (KIFC)
pada 2011 untuk memfasilitasi investor sektor perkebunan selain menjalankan program kerja sama G2G di bidang kehutanan. Kedua
negara melalui KIFC menjalankan beragam program kerja sama
yang semakin diperluas, antara lain, pemulihan hutan gambut, manajemen kebakaran hutan, program eco-tourism dan edukasi
lingkungan kehutanan, ketahanan sumber daya kehutanan asing, produksi bio-energi dari hutan, mitigasi perubahan iklim, dan kegiatan pertukaran SDM.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
136
c) Indonesia: Pasar Konstruksi dengan Potensi Pertumbuhan
Raksasa
Ketika Korea dihantam krisis minyak pada 1970-an, perusahaan-perusahaan konstruksi dari Korea Selatan meraup
“oil dollar” dari investasi pasar Timur Tengah. Mereka menjadi
kontributor baru dalam pertumbuhan ekonomi nasional setelah
pengusaha sektor manufaktur mulai meninggalkan negaranegara maju. Pada tahun-tahun awal investasi pasar luar negeri, para pelaku usaha konstruksi tidak bisa menghindari defisit. Akan
tetapi, atas dukungan dari pemerintah melalui UU Akselerasi
Konstruksi Luar Negeri tahun 1975, mereka mulai memperoleh
hasil yang memuaskan.
Proyek konstruksi luar negeri Korea dimulai pada 1965.
Nilai pendapatan kumulatif hingga akhir 2019 mencapai USD830
miliar. Negara yang menjadi tujuan terbesar investasi sektor
konstruksi adalah Timur Tengah, yakni dengan nilai pendapatan
USD430 miliar. Nilai pendapatan dari proyek konstruksi di kawasan ASEAN mencapai USD166 miliar, yakni jauh di bawah
40 persen total nilai pendapatan dari Timur Tengah. Namun
demikian, ASEAN mulai menunjukkan kekuatannya di pasar
konstruksi dan menyaingi Timur Tengah yang tidak pernah
turun dari posisi puncak sebagai negara tujuan investasi bagi
pelaku usaha kontruksi Korea Selatan. Sejak 2018, berkat
pertumbuhan ekonomi yang pesat, kebutuhan pembangunan
infrastruktur yang tinggi, serta kebijakan New Southern Policy
yang dideklarasikan oleh Pemerintah Korea Selatan, ASEAN
mampu menyaingi, bahkan melampaui Timur Tengah. Pada saat
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
137 Bab 2
yang sama, pasar konstruksi Timur Tengah menjadi lesu akibat harga minyak yang tidak stabil.
Pada 2018, nilai pendapatan dari ASEAN mencapai USD11.9 miliar, melampaui nilai pendapatan dari Timur Tengah, yaitu USD9.2 miliar. Pada 2019, ASEAN mempertahankan posisinya sebagai tujuan investasi terbesar bagi Korea Selatan di bidang konstruksi dengan pendapatan USD8 miliar. Sedangkan, pendapatan dari Timur Tengah mencapai USD4.7 miliar.
Kemajuan tersebut menunjukkan bahwa ASEAN telah menjadi pasar konstruksi terbesar bagi Korea Selatan. Berdasarkan data yang dirilis pada 2019 diketahui bahwa di kawasan ASEAN, Indonesia menjadi tujuan investasi terbesar bagi Korea Selatan dengan nilai pendapatan USD3,7 miliar, diikuti Vietnam (USD1.6 miliar), dan Singapura (USD1.3 miliar).
Sudah 50 tahun berjalan sejak perusahaan Korea Selatan masuk ke pasar konstruksi di Indonesia. Pada 1970, perusahaan dari Korea Selatan, Samhwan, mengerjakan proyek pembangunan pertamanya, yaitu pembangunan perumahan di Jakarta atas permintaan insinyur militer tempur AS. Samhwan kemudian
membangun tol lintas Sumatra pada 1972. Pada 1973, Daelim mengerjakan proyek pembangunan compressor station. Pada 1997, Hyundai E&C memenangkan proyek pembangunan jalan tol
Jagorawi. Beberapa proyek berikutnya adalah proyek konstruksi, seperti Bursa Efek Jakarta pada 1997, proyek pengembangan bandara Batam pada 1997, fasilitas pengolahan gas di Suban
(Palembang) pada 2002, proyek pengembangan Plaza Indonesia pada 2006, InterContinental Hotel Bali (tidak diketahui tahunnya),
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
138
dan pembangkit listrik batu bara dengan kapasitas 660 MW di Cirebon (Jawa Barat) pada 2012. Saat ini salah satu proyek yang
sedang berjalan adalah proyek revitalisasi kilang yang dilakukan
oleh Hyundai Engineering di Kalimantan Timur. Proyek yang
dimenangkan pada September 2019 tersebut mengeluarkan
modal investasi sebesar USD2.17 miliar.
Pada 2011, Indonesia menerbitkan MP3EI (Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indo-nesia
2011—2025) dan bertarget menjadi kekuatan ekonomi terbesar
kesepuluh pada 2025. Dalam MP3EI tersebut ditetapkan 6
koridor ekonomi untuk dikembangkan melalui 3 tahap selama 15
tahun dengan modal investasi senilai USD470 miliar. Salah satu
bidang pembangunan yang menjadi pusat perhatian Pemerintah
Indonesia saat ini adalah pembangunan “kota cerdas”. Selain itu, proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara di sekitar Balikpapan
Kalimantan Timur telah dimulai pada awal 2022 (ditunda dari
jadwal awal). Ibu kota baru ini akan menjadi pusat administrasi negara Indonesia menggantikan Jakarta.
Pemerintah Indonesia membuka lebar peluang investasi
kepada para investor dari seluruh dunia untuk merealisasikan
“kota cerdas”, yakni kota yang ramah lingkungan dengan
kendaraan listrik dan kota berorientasi masa depan yang dilintasi
taksi drone. Luas wilayah Ibu Kota Nusantara akan mencapai
180.000 ha, yakni tiga kali lebih luas daripada luas Jakarta.
Pembiayaan untuk pembangunan IKN diproyeksikan mencapai
USD32 iliar dengan komposisi pembiayaan 19 persen dari APBN
dan 80 persen melalui KPBU.
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
139 Bab 2
2. Periode Perkembangan (1986—2002): Peningkatan Pesat
Investasi Perusahaan Korea yang Berpusat pada Industri
Manufaktur
a) Investasi Industri Manufaktur: Dari Industri Padat Karya ke Industri Padat Teknologi
Pada rentang waktu 1988 s.d. 1992, investasi perusahaan Korea Selatan di Indonesia mengalami tren peningkatan yang pesat. Peningkatan investasi perusahaan Korea di Indonesia
terlihat jelas, terutama pada sektor padat karya, seperti tekstil, garmen, alas kaki, dan mainan. Hal ini dipengaruhi oleh
kebijakan Pemerintah Indonesia untuk menarik investasi asing, menerapkan kebijakan pengupahan minimum, serta adanya sumber daya yang melimpah. Faktor pendukung lainnya adalah
pembenahan peraturan yang lebih sistematis melalui Agreement for the Avoidance of Double Taxation and the Prevention of Fiscal Evasion with respect to Taxes on Income (November 1988) dan Bilateral Investment Treaty (ditandatangani pada Februari 1991). Pada awal 1990-an, industri padat teknologi, seperti elektronik dan bioteknologi mulai memasuki pasar Indonesia. Pada saat itu, kegiatan bisnis menjadi awal yang baik untuk mendukung keberhasilan investasi LG Electronics, Samsung Electronics, dan CJ di Indonesia.
Pada akhir 1980-an, Asia Tenggara menjadi pusat perhatian para investor Korea Selatan yang bergerak di bidang industri padat karya, seperti garmen dan alas kaki. Mereka tertarik untuk berinvestasi di Asia Tenggara karena kondisi bisnis di dalam
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
140
dan luar negeri Korea dinilai kurang kondusif akibat terjadinya
depresiasi nilai tukar Won, kenaikan upah, perselisihan dalam
hubungan industri, dan konflik perdagangan dengan negaranegara maju. Di tengah kondisi tersebut, Indonesia menjadi
incaran bagi investor Korea, khususnya yang bergerak di sektor
padat karya. Hal ini disebabkan (1) Indonesia memiliki banyak
SDM, khususnya tenaga kerja yang tingkat upahnya relatif rendah
dibandingkan negara lain di kawasan Asia Tenggara; (2) adanya
fasilitas Generalized System of Preference (GSP).
Salah satu kendala yang dihadapi para investor Korea Selatan
ketika berada di Indonesia adalah masalah perbedaan bahasa
dan budaya dengan masyarakat setempat. Pada saat itu, sebagian
besar UMKM asal Korea Selatan memiliki modal yang terbatas
sehingga mereka memasuki pasar Indonesia tanpa persiapan
yang cukup. Selain itu, mereka menerapkan jam kerja yang
panjang dan keahlian serta pengalaman manajemen sumber daya
manusia yang masih kurang. Investasi yang terpusat di sektor
manufaktur padat karya berskala menengah di Indonesia sempat
jatuh ketika Tiongkok dan Vietnam muncul sebagai tujuan
investasi baru sejak 1992.
Pada awal 1990, investasi perusahaan Korea mulai diperluas ke industri padat teknologi. Perusahaan yang berdiri pada waktu
itu adalah Hankook Ceramic yang mengelola pabrik seladon
(Hankook Chinaware sekarang) dan Samik Indonesia (badan usaha Samik Musical Instruments). Setelah itu, perusahaan
produsen perabotan elektronik dan bioteknologi asal Korea
Selatan mulai muncul di Indonesia. Beberapa perusahaan Korea
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
141 Bab 2
yang telah memiliki nama baik di Indonesia adalah LG Electronics, Samsung Elctronics, dan CJ.
Akibat upah minimum di Indonesia dinaikkan secara signifikan
sejak 1993, penanaman modal asing yang semula berfokus pada industri padat karya perlahan berpindah ke industri padat teknologi. Setelah pertengahan tahun 1990-an, banyak perusahaan
Korea yang berinvestasi pada tiga sektor baru, yakni industri manufaktur yang mengadopsi teknologi menengah, seperti produsen petrokimia dan fabrikasi logam; sektor kunci (disebut juga basic industry), seperti besi baja, otomotif, dan elektronik; dan sektor pembangunan anjungan (plant) serta pembangunan prasarana.
Melihat tren investasi yang beragam tersebut, perusahaan
layanan asuransi asal Korea Selatan pun ikut masuk ke pasar
Indonesia untuk memberikan layanan kepada perusahaan Korea di Indonesia. Samsung Fire and Marine Insurance mendirikan
PT Asuransi Samsung Tugu di Indonesia pada 1996. Tahun
berikutnya, KB Insurance membuka kantornya di Indonesia.
Pada 1998, Meritz Fire and Marine Insurance mulai menjalankan
bisnisnya melalui Meritz Koroindo Insurance.
Pada tahun-tahun awal 1990-an, permintaan pasar dalam
negeri Indonesia meningkat mengikuti tren positif pertumbuhan
ekspor. Pasar saham dan properti pun ikut menunjukkan kegairahan. Namun demikian, harga sembako melambung dan pasar properti pun mulai mengalami “gelembung peroperti”
yang dipicu oleh overheated economy, yaitu fenomena pertumbuhan
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
142
ekonomi yang tinggi, tetapi dibarengi dengan tingkat inflasi yang
juga tinggi. Ditambah lagi, defisit transaksi berjalan tidak bisa
dielakkan oleh Indonesia akibat defisit neraca perdagangan yang
terjadi secara besar-besaran. Secara otomatis, utang luar negeri
Indonesia pada saat itu melambung. Hal itu disebabkan Indonesia
gagal mengelola pasar keuangan dan modal. Meningkatnya defisit
transaksi berjalan menunjukkan bahwa mata uang Indonesia
dinilai tinggi, tetapi otoritas kebijakan masih ragu-ragu untuk
melakukan penyesuaian. Akibatnya, Indonesia dilanda krisis moneter dan harus mengikuti program IMF (debt restructuring) pada Oktober 1997.
Krisis keuangan yang melanda Korea dan Indonesia secara bersamaan menyebabkan perusahaan Korea Selatan yang beroperasi di Indonesia mengalami ketidakstabilan.
Krisis ekonomi tahun 1997 dan turbulensi sosiopolitik menuju demokratisasi yang terjadi sejak 1998 di Indonesia menjadi ancaman bagi keberlangsungan komunitas orang Korea di Indonesia meski hanya untuk sementara waktu.
Akibat kerusuhan Mei 1998, lebih dari 5.000 orang Korea di Indonesia harus dievakuasi. Namun, sebagian besar warga Korea yang menjabat sebagai pimpinan di perusahaan tetap tinggal di Indonesia untuk menjalankan bisnisnya bersama dengan
karyawan Indonesia setelah memulangkan keluarganya ke Korea. Sejak itulah, pepatah yang berbunyi “Sahabat sejati adalah
sahabat pada kala sulit” sering digunakan untuk menggambarkan
hubungan orang Korea dan Indonesia di lingkungan kerja.
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
143 Bab 2
Sumber
b) Industri Alas Kaki: Pembangunan Klaster di Tangerang
hingga Relokasi ke Jawa Tengah
Tiongkok dan negara-negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Vietnam menjadi basis produksi ekspor alas kaki, khususnya sepatu olahraga sejak 1990-an. Hingga tahun 1970-an, Jepang menjadi pusat produksi alas kaki olahraga. Pada 1980-an, Korea menjadi negara produsen utama alas kaki olahraga.
UMKM padat karya dari Korea Selatan memilih untuk berinvestasi di luar negeri, khususnya ke Asia Tenggara dan Tiongkok. Hal itu dilakukan karena Korea saat itu sedang mengalami demokratisasi sehingga sengketa ketenagakerjaan semakin kerap terjadi. Selain itu, nilai profitabilitas menurun drastis akibat depresiasi Won terhadap AS dan kenaikan upah.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
144
Presiden Jokowi makan siang bersama buruh saat meninjau pabrik sepatu PT KMK Global Sports, Kabupaten Tangerang, Banten (30/4/2019).
Foto: PT KMK Global Sports
Sebagian besar pabrik industri alas kaki dari Korea Selatan dan Taiwan dipindahkan ke Asia Tenggara dan Tiongkok mengikuti
perusahan bermerek global dan “big buyer”, seperti Nike, Reebok, dan Adidas yang melakukan rekonstruksi rantai nilai global ke negara-negara yang sedang berkembang saat itu, seperti Asia
Tenggara dan Tiogkok. Indonesia menjadi tujuan investasi yang
paling diminati oleh investor UMKM Korea Selatan pada akhir
1980-an dan awal 1990. Pada masa itu, investasi dari industri
padat karya asal Korea Selatan untuk pertama kalinya dilakukan secara intensif.
Pada akhir 1980-an, yakni tahap awal pemindahan pabrik, industri UMKM Korea memilih dua negara tujuan investasi, yaitu Thailand dan Indonesia. Tiongkok dan Vietnam tidak menjadi
pilihan utama karena saat itu kedua negara ini belum memiliki
hubungan diplomatik dengan Korea Selatan. Sementara itu, Indonesia dipilih menjadi tujuan investasi karena di Indonesia
sudah ada industri lain yang beroperasi sejak akhir 1960-an, seperti industri di sektor pembangunan kayu, manufaktur kayu lapis, perdagangan internasional, dan konstruksi. Hal itu dapat
mengurangi biaya awal yang harus dikeluarkan oleh investor padat karya. Pertengahan tahun 1980-an, perusahaan Korea
Selatan yang menjalankan usaha di bidang manufaktur alas kaki, yaitu PT Garuda Indawa (nama lainnya Eagle), anak perusahaan
Korindo Group, menjadi investor alas kaki pertama dari Korea
Selatan di Indonesia. Perusahaan tersebut menjadi contoh bagi
industri alas kaki lain yang berencana memindahkan pabriknya
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
145 Bab 2
ke Indonesia namun belum memiliki pengalaman berinvestasi di luar negeri.
Keberhasilan PT Garuda Indawa menjadi pionir dalam industri alas kaki Korea di Indonesia pada 1985 mendorong perusahaan-perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama untuk beroperasi di Indonesia pada akhir 1980 hingga awal 1990. Beberapa perusahaan tersebut, antara lain, Sung Hwa Dunia, Pratama Abadi Industri, Tongyang Indonesia, Dong Joe Indonesia, Tae Hwa Indonesia, Starwin Indonesia, Doson Indonesia, Korinesia, dan Kumkang. Perusahaan-perusahaan tersebut membangun fasilitas produksi berskala besar dan mengadopsi sistem Original Equipment Manufacturer (OEM). Semua industri alas kaki, kecuali Tongyang yang menembus pasar Indonesia pada rentang waktu tersebut, membangun pabriknya di luar Jakarta, yaitu di Tangerang.
Tiongkok dan Vietnam muncul sebagai negara yang berpotensi menjadi tujuan investasi bagi Korea Selatan sejak 1992, yakni ketika kedua negara tersebut secara resmi menjadi mitra diplomatik. Hal itu kemudian mengguncang dunia industri alas kaki global sehingga sektor manufaktur alas kaki di Indonesia menghadapi kesulitan. Situasi ini menjadi lebih sulit setelah upah minimum naik menjadi lebih dari 10 persen per tahun sejak 1993. Akibatnya, Indonesia tidak lagi menjadi tempat yang memiliki kelebihan dari segi biaya produksi. Tiongkok dan Vietnam kemudian menjadi alternatif basis produksi baru dengan keunggulan lokasi yang
lebih dekat dengan Korea Selatan. Namun demikian, pada 2008, ketika Beijing menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas,
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
146
biaya produksi melonjak sehingga sebagian perusahaan yang memproduksi barang di Tiongkok pada waktu itu kembali
memindahkan usahanya ke Korea atau ke Indonesia.
Di Indonesia, perusahaan-perusahaan Korea yang berkegiatan di bidang Industri alas kaki membentuk kluster di Tangerang
Banten dan sekitarnya. Semenjak itu, Tangerang menjadi salah
satu wilayah di sekitar ibu kota yang dipilih oleh kebanyakan orang Korea untuk tinggal. Kehadiran industri alas kaki tersebut
berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat di Tangerang.
Sejak pertengahan 1990-an, Tiongkok dan Vietnam berhasil
menjadi salah satu pusat produksi baru. Saat itu, Indonesia masih mengalami kekacauan politik, sosial, dan ekonomi sampai awal
2000-an. Adapun para pelaku usaha dari Korea Selatan yang
mengalami pailit sebelum dan setelah 2005 adalah Sunghwa, Garuda Indawa, Dongjoe, Starwin, Korinesia, dan Taehwa yang
merupakan pionir di sektor manufaktur alas kaki. Hal itu terjadi
karena mereka tidak cepat dalam merespons perubahan sehingga manajemen keuangan perusahaan memburuk.
Pada awalnya, Tangerang menjadi basiGduksi industri alas
kaki yang melakukan produksi massal ala Korea dan menerima pesanan dari global brand yang mengadopsi OEM. Akan
tetapi, perusahaan Korea Selatan di Indonesia belum memiliki
pengalaman investasi di luar negeri meski mereka memilih
manajemen langsung di Indonesia. Selain itu, pemahaman
orang Korea terhadap budaya Indonesia sangat minim sehingga
terkadang terjadi konflik antara pimpinan orang Korea dengan
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
147 Bab 2
karyawan orang Indonesia. Hal ini menjadi pelajaran bagi investor asal Korea Selatan dalam mengambil keputusan untuk
berinvestasi dan memasuki pasar Indonesia.
Industri alas kaki Korea di Indonesia yang sempat terpuruk
sejak krisis keuangan Asia pada 1998 kembali bergairah pada
2005 ketika PT Parkland World Indonesia membeli Poong Won
Chehwa. Tidak lama kemudian, produsen alas kaki besar dari
Korea, seperti Chang Shin Indonesia dan Taekwang Industrial
Indonesia menanamkan modalnya di Indonesia sehingga dunia
manufaktur alas kaki yang dikelola orang Korea di Indonesia mulai bangkit kembali.
Situasi sosial dan politik Indonesia yang membaik sejak
Pemerintahan SBY pada 2016 membawa angin segar bagi industri
manufaktur di Indonesia. Korean Chamber of Commerce and Industry in Indonesia (Kocham) dan Korean Footwear Association in Indonesia (KOFA) berperan besar dalam membangkitkan
industri manufaktur yang dijalankan oleh para pelaku usaha asal
Korea Selatan di Indonesia. Kini, perusahaan-perusahan alas kaki asal Korea Selatan membentuk basis produksi baru di beberapa daerah di Indonesia, seperti Jepara, Salatiga, dan Brebes (di sekitar Semarang, Jawa Tengah). Pemilihan daerah tersebut didasarkan pada pertimbangan upah minimum di Pulau Jawa dan kebijakan
pembangunan pemerataan nasional oleh Pemerintahan Jokowi (sejak 2014 hingga kini).
Sejak 2016, banyak perusahaan alas kaki Korea yang
memindahkan pabriknya dari Provinsi Banten ke Jawa Tengah
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
148
atau dari Jabodetabek ke luar Jawa Barat, seperti ke Subang dan Garut. Beberapa perusahaan yang bergerak cepat untuk perpindahan adalah Hwaseung, Parkland, KMK, Pratama, Changshin, dan Taekwang. Kini industri alas kaki asal Korea
Selatan di Indonesia melakukan transformasi dari industri padat karya menjadi industri dengan sistem otomatisasi produksi.
Pada 2020, KOFA beranggotakan 200 perusahaan yang terdiri
atas ±20 perusahaan alas kaki dan ±180 perusahaan penyedia material serta perusahaan toll manufacturing. Perusahaanperusahaan anggota KOFA tersebut mempekerjakan 2.000 orang
Korea, 250.000 karyawan lokal, serta memproduksi 132 juta pasang
sepatu per tahun dengan nilai penjualan USD3,5 miliar. Hal itu menjadikan mereka sebagai salah satu kontributor terbesar dalam
kinerja ekspor Indonesia.
Sumber Foto:
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
149 Bab 2
Pabrik Industri Garmen Hansae Indonesia
Situs Web Hansae Indonesia
c) Industri Garmen: Kontribusi pada Ekspor Indonesia, Beradaptasi dengan Perubahan Lingkungan Setempat
Industri tekstil dan garmen yang mendorong industrialisasi
Korea pada 1970 sampai dengan 1980-an diibaratkan “anak emas” dalam pertumbuhan industri di Korea. Kedua industri
tersebut menjadi tulang punggung manufaktur dan modal dalam menumbuhkan dan membesarkan Korea hingga menjadi kekuatan ekonomi terbesar kesepuluh saat ini. Adapun industri
padat karya di Korea mulai melemah. Hal ini membuat para pengusaha di sektor tersebut mulai memindahkan pabriknya ke Asia Tenggara sejak akhir 1980-an.
Industri garmen dan industri alas kaki mengalami kebangkitan dan kemerosotan pada masa yang sama, yakni ketika di dalam negeri Korea terjadi demokratisasi dan kenaikan biaya produksi. Hal ini kemudian membuat para pengusaha di sektor tersebut mulai melirik pasar luar negeri. Dari sejumlah negara di Asia Tenggara, Indonesia menjadi pilihan utama karena memiliki tenaga kerja yang melimpah dan biaya tenaga kerjanya relatif rendah.
Indonesia masuk dalam sepuluh negara terbesar produsen tekstil. Industri tekstil dan garmen adalah industri yang telah lama berkembang di Indonesia. Pemerintah Indonesia secara proaktif menarik investor asing pada akhir 1980 guna mengembangkan industri tekstil dan garmen menjadi industri berorientasi ekspor.
Pada tahun-tahun itu, kedua sektor tersebut menjadi pilar utama dalam pasar ketenagakerjaan karena menyerap banyak tenaga kerja. Tahun-tahun tersebut menjadi waktu yang tepat bagi Korea
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
150
dan Indonesia untuk saling melengkapi karena perusahaan garmen Korea juga sedang merencanakan basis produksi ke luar negeri.
Mantan Chairman Korea Garment Manufacture’s Association in Indonesia (KOGA), Lee Wan-ju, dalam sebuah wawancara pernah
menjelaskan latar belakang investor Korea di sektor garmen
memilih Indonesia sebagai tujuan investasi. Menurutnya, perusahaan garmen Korea Selatan mulai menembus pasar
Indonesia sejak 1988 dan saat itu induk perusahaan mereka adalah
perusahaan perdagangan internasional. Mereka mencermati
berbagai informasi dan pengalaman yang dimiliki oleh
perusahaan perdagangan internasional, termasuk perusahaan di sektor kayu yang telah menjalankan berbagai bisnisnya di Indonesia. Hal itulah yang membuat Indonesia menjadi pilihan
utama bagi para investor Korea dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara.
Masyarakat Korea di Indonesia juga menghadapi dinamika
perubahan seiring dengan perubahan di sektor industri alas kaki dan garmen. Pada akhir 1980-an, seiring dengan meningkatnya
jumlah perusahaan alas kaki dan garmen yang memindahkan basis produksinya ke Indonesia, jumlah penduduk asal Korea
Selatan di Indonesia pun meningkat. Pada pertengahan 1980-an, warga Korea di Indonesia berjumlah 1.500 orang dan pada awal
1990-an, jumlahnya meningkat drastis menjadi 100.000 orang.
Pada awal sampai akhir tahun 1990-an, komunitas warga
Korea di Indonesia terus berkembang dan memasuki era transformasi. Beberapa permasalahan pun mulai muncul. Para
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
151 Bab 2
ekspatriat yang ditugaskan untuk mengelola produksi massal
tidak memiliki dasar pemahaman tentang bahasa dan budaya
Indonesia, bahkan manual proses kerja pun tidak dibuat dalam
bahasa Indonesia. Hal-hal tersebut menjadi pemicu terjadinya
konflik antara karyawan Korea dan Indonesia. Masalah-masalah
dalam perusahaan Korea Selatan itu sering diberitakan oleh media lokal.
Kolong Langgeng adalah perusahaan Korea Selatan yang
berinvestasi di sektor garmen di Indonesia pada tahun-tahun awal.
Kolong Langgeng didirikan pada 1987 dan mulai berproduksi pada 1988. Mengikuti jejak Kolong Langgeng, perusahaan lain, seperti
Sukwang Indonesia, Campari Indonesia, dan Dada Indonesia ikut berinvestasi bertempat di Kawasan Industri Pulogadung, satusatunya kawasan industri di Jakarta pada tahun-tahun itu.
Investasi dari perusahaan garmen asal Korea mulai dialirkan ke pasar Indonesia secara beruntun, khususnya di Kawasan
Berikat Nusantara (KBN) yang terletak di Cakung, yakni sekitar
Pelabuhan Tanjung Priok, bagian utara Jakarta. Pelaku usaha lain
memilih Bekasi, Tangerang, dan Bogor sebagai basis produksi mereka.
Pada 1992, Tiongkok dan Vietnam muncul sebagai negara
yang berpotensi menjadi tujuan investasi bagi Korea Selatan, yakni ketika kedua negara tersebut secara resmi menjadi mitra diplomatik. Hal itu kemudian mengguncang dunia industri alas
kaki global sehingga sektor manufaktur alas kaki di Indonesia
menghadapi kesulitan. Situasi ini menjadi lebih sulit setelah
upah minimum naik menjadi lebih dari 10 persen per tahun
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
152
sejak 1993. Akibatnya, Indonesia tidak lagi menjadi tempat yang memiliki kelebihan dari segi biaya produksi. Tiongkok dan Vietnam kemudian menjadi alternatif basis produksi baru dengan
keunggulan lokasi yang lebih dekat dengan Korea Selatan.
Pada 1997, ketika krisis keuangan di Thailand melanda
Asia, Indonesia terkena dampak dari peristiwa Mei 1998, yakni ketidakstabilan sosiopolitik serta ancaman jatuh pada jurang resesi ekonomi. Kondisi tersebut membuat banyak perusahaan
asing menarik diri dari Indonesia. Akan tetapi, perusahaan
Korea tetap bertahan di Indonesia dan melewati masa-masa sulit tersebut. Mereka menantikan peluang untuk bangkit kembali.
Ketua Korean Association di Indonesia, Park Jae-han, yang juga menjalankan industri garmen bernama Busana Prima Global (BPG), bercerita, “Mengapa perusahaan garmen Korea saat itu
tetap menjalankan pabriknya? Saya rasa alasannya macammacam, tetapi alasan terpenting adalah hal itu dilakukan untuk memenuhi perjanjian dengan buyer dan mengirim hasil produk pada waktu yang telah dijanjikan.” Perusahaan-perusahaan
Korea, termasuk industri garmen yang bertahan di Indonesia pada masa itu melewati pasang surut dan menjadi lebih berkembang di kemudian hari.
Sejak pertengahan 1990-an, sejumlah buyer dari AS mulai
bekerja sama dengan Tiongkok dan Vietnam sebagai importir.
Hal tersebut menjadi tantangan bagi sebagian industri garmen
Korea di Indonesia. Situasi tersebut diperparah dengan adanya
teror 11 September 2001 yang menyebabkan banyak buyer AS yang
menarik diri dari Indonesia. Namun, setelah melewati jalan yang
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
153 Bab 2
berliku-liku, dunia industri tekstil dan garmen merasakan angin
segar dengan adanya pembebasan kuota impor tekstil di bawah
Perjanjian Tekstil oleh World Trade Organization (WTO) per 1
Januari 2005. Beberapa negara berkembang, seperti Tiongkok
dan Indonesia kembali memiliki daya saing ekspor di pasar AS
dan Uni Eropa. Setelah Tiongkok menggelar Olimpiade Musim
Panas di Beijing pada 2008, biaya produksi semakin meningkat.
Hal ini membuat banyak buyer mengalihkan pesanannya ke
Indonesia lagi.
Pada pertengahan tahun 2000-an, industri garmen di Indonesia
banyak memperoleh pesanan sehingga perusahaan Korea
berskala menengah dan besar, seperti SAE-A Trading, Hansoll
Textile, dan HANSAE memilih untuk berinvestasi di Indonesia.
Mereka rata-rata membangun pabrik garmen baru yang memiliki
50 lini produk pada setiap unit pabrik. SAE-A Trading, misalnya, selama rentang waktu 2011 hingga 2015 membangun Fabric
Mill secara bertahap sehingga sistem produksinya dilengkapi
dengan alat-alat rajut (knitting), pencelupan (dyeing), dan finising garmen. Industri garmen asal Korea Selatan di Indonesia tersebut menyambut masa emasnya.
Akselerasi Relokasi ke Daerah yang Upah Minimumnnya Lebih
Rendah
Sejak tahun 2000, yaitu setelah memasuki era reformasi, kegiatan demokratisasi marak di Indonesia, pertumbuhan ekonomi
meningkat dan pemerintah mulai mengizinkan para tenaga kerja
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
154
untuk membentuk lebih dari satu serikat pekerja di perusahaan. Sejak itu, aksi buruh pun aktif dilakukan. Para buruh meminta kenaikan upah sesuai dengan pertumbuhan ekonomi. Mereka mengancam perusahaan manufaktur di kawasan industri dengan beraksi anarkis secara berkelompok (sering disebut dengan aksi sweeping). Ranah manufaktur garmen menghadapi krisis akibat kenaikan upah yang terus-menerus terjadi. Upah minimum pada tahun 2002 dan 2013 masing-masing meningkat sebanyak 40 persen. Situasi tersebut membuat profitabilitas rendah sehingga para pelaku usaha menderita. Salah satu solusi yang dipilih oleh sejumlah pelaku usaha adalah dengan memindahkan pabriknya
ke Sukabumi dan daerah di sekitar Semarang.
Korea Selatan menanamkan modal pada industri tekstil dan garmen di Indonesia sejak akhir 1980-an. Berdasarkan jumlah proyek investasi yang dihitung selama lima tahun, yakni sejak 2013 hingga 2017, Korea Selatan—dengan jumlah proyek investasi terbanyak di Indonesia—menempati peringkat pertama sebagai investor asing. Adapun berdasarkan nilai investasi selama rentang waktu tersebut, Korea Selatan menduduki peringkat kedua.
Perusahaan Korea Selatan berkontribusi pula dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Dibandingkan dengan tahun 2007, jumlah anggota Korea Garment Manufacture›s Association in Indonesia (KOGA) pada 2019 meningkat sebanyak 25 persen, yaitu menjadi 286 dari 227 perusahaan. Dari total jumlah tenaga kerja, yaitu 1,5 juta orang yang dipekerjakan di sektor tekstil dan garmen di Indonesia, perusahaan Korea merekrut sebanyak 600.000 orang.
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
155 Bab 2
Perusahaan Korea juga memberi kontribusi nilai ekspor yang
sangat tinggi bagi Indonesia. Kinerja ekspor sektor tekstil dan garmen secara menyeluruh mencapai USD13 miliar pada 2018.
Sebanyak 30 persen dari total nilai ekspor tersebut merupakan
kontribusi dari perusahaan Korea Selatan. Adapun kontribusi
dari industri garmen asal Korea Selatan di Indonesia mencapai 70
persen dari total nilai ekspor garmen Indonesia.
Pandangan umum terhadap sektor garmen cenderung negatif
karena dinilai tidak memiliki potensi lagi untuk berkembang
pada dewasa ini. Persepsi tersebut tidak hanya dimiliki oleh
masyarakat Korea Selatan saja, tetapi juga oleh masyarakat
Korea di Indonesia. Jumlah generasi muda Korea Selatan yang
ingin memulai karier di sektor garmen sangat minim sehingga
generasi tua saja yang bertahan untuk meneruskan usahanya
karena telah lama menjadi bagian dari perkembangan industri garmen. Chairman KOGA, Lee Wan-ju, yang sedang menjalankan
usaha garmen di Indonesia menekankan pentingnya sumber daya
manusia untuk meraih kesuksesan di sektor garmen saat ini. Ia
menegaskan, “Dulu, teknologi menjadi hal yang penting, tetapi
sekarang dengan adanya pengadopsian sistem mesin otomatis, manajemen menjadi unsur yang lebih penting.”
Mantan Chairman KOGA, Moon Hyu-gun, menambahkan,
“Pada akhir dan awal 1990, ketika industri garmen Korea
beroperasi di Indonesia, mereka harus mengalami banyak
kesulitan karena produktivitas yang rendah, tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan. Akan tetapi, karyawan Indonesia di pabrik
Korea memiliki keterampilan yang sangat baik. Mereka juga
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
156
mempunyai rasa tanggung jawab dan jiwa kepemimpinan yang membuat mereka memiliki peran penting dalam perusahaan, menjadi karyawan yang bertalenta, dan berpotensi menjadi pimpinan.”
Permintaan produk pakaian di Indonesia terus meningkat
sebanyak 5 sampai 10 persen setiap tahun seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan angka pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut juga didukung oleh faktor
demografi Indonesia, yakni jumlah penduduk yang mencapai 280
juta jiwa dengan rata-rata usia penduduk 29 tahun. Mengingat generasi muda saat ini memiliki ketertarikan yang besar pada
penampilan, pasar fashion diharapkan akan berkembang pesat ke depan.
Sudah 30 tahun lebih semenjak industri garmen dan tekstil Korea mengoperasikan pabriknya di Indonesia. Kini, saatnya pelaku usaha yang berasal dari Korea Selatan memperhatikan pasar domestik Indonesia bersamaan dengan pasar ekspor.
Perusahaan
Sumber Foto: Daily Indonesia
157 Bab 2
Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
Seorang karyawan Java Gloves sedang memotong kulit domba yang digunakan sebagai bahan sarung tangan golf (25/10/2015).
d) Industri Pembuatan Rambut Palsu dan Sarung Tangan Golf
Korea Wig Association mencatat bahwa rambut palsu (wig)
hasil produksi perusahaan Korea menguasai kurang lebih 60 persen
dari seluruh produk rambut palsu di dunia. Sebanyak 80 persen
pasar Amerika Serikat dikuasai juga oleh perusahaan dari Korea
Selatan. Sebagai informasi, Amerika adalah pasar terbesar rambut
palsu dunia, yakni mengisi 80 persen lebih dari pasar dunia.
Tidak berbeda dengan situasi pasar rambut palsu Amerika
Serikat, sektor manufaktur rambut palsu di Indonesia juga
dimotori oleh pelaku usaha dari Korea Selatan. Komoditas
rambut palsu pada 1960-an hingga 1970 menjadi primadona
ekspor di Korea Selatan, namun industri tersebut jatuh karena
biaya tenaga kerja yang tinggi dan daya saing harga yang rendah
jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang yang baru
masuk pasar belakangan. Kondisi tersebut mendorong para tenaga terampil di sektor industri rambut palsu di Korea Selatan
untuk pindah ke Tiongkok dan Indonesia dengan membawa teknologi dan modal. Hal tersebut merupakan kisah awal mula mereka menetap di Indonesia hingga sekarang.
Permintaan rambut palsu semakin meningkat secara global karena banyak orang yang mengalami kebotakan. Pasar rambut
palsu di Korea tumbuh untuk memenuhi permintaan dalam
bidang estetik. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan
pandangan tentang rambut palsu pada masa modern ini. Dahulu, rambut palsu hanya berfungsi sebagai penutup kepala yang
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
158
botak, tetapi kini banyak orang yang berpikiran bahwa rambut palsu bisa menjadi produk untuk mempercantik diri.
Tren pertumbuhan positif rambut palsu tidak hanya terlihat di Korea dan Asia, tetapi juga secara global. Pasar rambut palsu semakin berkembang, tidak hanya di Korea, tetapi juga di negaranegara Asia. Pada 2004, nilai penjualan produk Korea yang terkait
dengan masalah kebotakan, seperti rambut palsu, sampo khusus
kerontokan rambut, dan obat penumbuh rambut hanya sekitar
400 miliar Won. Akan tetapi, pada 2017, nilai penjualan meningkat
sepuluh kali lipat, yakni menjadi 4 triliun Won. Adapun tingkat
penjualan di pasar rambut palsu diperkirakan mencapai 1 triliun
Won.
Di Indonesia terdapat 50-an perusahaan rambut palsu dan bulu mata palsu yang dioperasikan oleh pelaku usaha dari Korea
Selatan. Pabrik tersebut berpusat di Bobotsari (Purbalingga, Jawa Tengah), Sukabumi, Garut, dan Banjar (Jawa Barat), dan Sidoarjo
(Jawa Timur). Khusus di Purbalingga dan daerah sekitarnya, terdapat 24 perusahaan rambut palsu dan bulu mata palsu yang
70 persennya adalah perusahaan Korea Selatan. Tenaga kerja yang
bekerja di daerah Purbalingga berjumlah 300.000 orang. Sebanyak
25.000 dari jumlah tersebut adalah tenaga kerja yang diserap di perusahaan Korea.
Sebagian besar warga Korea yang tinggal di Yogyakarta
bagian selatan tengah Pulau Jawa bekerja di sektor manufaktur, terutama pembuatan sarung tangan golf. Selain itu, mereka juga
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
159 Bab 2
bekerja di bidang garmen, pembuatan tas, rambut palsu, dan mebel. Ada pula warga Korea yang berkecimpung di sektor manufaktur lainnya, sektor konstruksi, pariwisata, dan beberapa lainnya mengurus usaha rumah makan.
Perusahaan pertama yang bergerak di sektor industri pembuatan sarung tangan golf dan membuka pabriknya pada awal 1990-an di Yogyakarta adalah PT Kiho. Pionir industri sarung tangan golf di Yogyakarta tersebut membangun fondasi bagi perusahaan lainnya. Sebanyak 60 persen sarung tangan golf yang didistribusikan ke AS dan Uni Eropa merupakan hasil produksi dari Yogyakarta. Hal ini disebabkan sebanyak 80 persen
dari pelaku usaha di Yogyakarta bergerak di sektor industri pembuatan sarung tangan. Yogyakarta dipilih sebagai pusat
produksi sarung tangan karena tenaga kerja di wilayah tersebut
dinilai kooperatif dan memiliki keterampilan. Selain itu, bahan baku yang diperlukan, yaitu kulit domba mentah cukup tersedia dan biaya tenaga kerja relatif rendah. Karena harga sarung tangan relatif murah, hal-hal tersebut menjadi faktor yang benarbenar dipertimbangkan oleh perusahaan dalam menjalankan
produksinya. Industri sarung tangan adalah industri yang termasuk kecil. Ada sepuluh perusahaan yang mempekerjakan
300 lebih pekerja dan ada dua perusahaan yang merekrut 1000 lebih pekerja.
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
160
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
Sumber Foto: LG
e) Industri Elektronik: Dari Peralatan Rumah Tangga ke Industri Elektronik Digital Teknologi Tinggi
Cikarang yang terletak 35 kilometer arah timur dari Jakarta menjadi pusat hunian bagi ±3.000 orang Korea sampai tahun
2009. Oleh karena itu, di Cikarang terdapat banyak restoran
Korea, supermarket Korea, dan fasilitas lainnya. Selama 20 tahun, yakni sejak awal 1990 hingga tahun 2010, Cikarang menjadi pusat keramaian yang dihuni oleh banyak orang Korea. Hal itu disebabkan investasi dalam industri yang terkait dengan sektor elektronik banyak terdapat di Cikarang pada awal 1990.
Namun, pada 2020, Cikarang tidak lagi menjadi pusat
hunian bagi orang Korea. Pada waktu itu, warga Korea yang tinggal di Cikarang berkurang drastis menjadi ±1.000 orang. Hal ini disebabkan berhentinya produksi ponsel pintar dan produk
elektronik, seperti VCR dan AV, bahkan beberapa basis produksi
elektronik di Indonesia juga dipindahkan ke Vietnam setelah
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang
161 Bab 2
dan Masa Depan
Lini Produksi LG Electronics di Indonesia (18/5/2020).
Electronics
adanya rekonstruksi sektor manufaktur barang elektronik di negara-negara ASEAN.
Berselang tiga tahun, yaitu pada 2023, Cikarang dan daerah
sekitarnya bergairah kembali dengan adanya investasi dari perusahaan raksasa yang menguasai teknologi tinggi, seperti
Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution. Seiring dengan perkembangan industri di Cikarang, jumlah warga Korea yang
tinggal meningkat menjadi ±3.000 orang dan dibangun hotel
bintang 4 yang dioperasikan oleh orang Korea sejak 2023, yaitu
Java Palace Hotel. Java Palace Hotel ini sangat dikenal oleh warga
Korea karena merupakan hotel pertama yang didirikan oleh
orang Korea di Indonesia.
Indonesia mulai melonggarkan peraturan terkait dengan
investasi langsung dari investor asing sejak 1985. Pada tahun-
tahun tersebut, biaya tenaga kerja di Korea Selatan mulai meroket. Industri elektronik pun mulai melirik Indonesia sebagai basis produksi karena tenaga kerja serta sumber daya alam yang melimpah. LG Electronics membangun pabrik di Tangerang pada 1990 dan di Cibitung pada 1995. Sementara itu, Samsung Electronics membangun pabrik di Cikarang pada 1991 dan memproduksi VCR, AV, TV, kulkas, mesin cuci, dan AC. Sebanyak
±100 perusahaan mitra usaha LG dan Samsung membentuk kluster industri berskala besar di Cikarang dan daerah sekitarnya.
Sebagai raksasa elektronik global yang menjadi pemain
besar di Korea, Samsung Electronics dan LG Electronics menilai
Indonesia sebagai basis ekspor yang potensial karena dapat
memanfaatkan Sistem Tarif Preferensi (GSP, Generalized System of
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
162
Preference) pada beberapa komoditas. Selain itu, kedua perusahaan tersebut mengincar pasar domestik Indonesia. Namun, mereka harus berjuang keras untuk mengalahkan perusahaan Jepang, seperti Sharp dan Panasonic yang telah lama menembus pasar Indonesia sehingga memiliki reputasi yang sangat baik dan menguasai pasar domestik Indonesia.
Setelah krisis keuangan Asia pada 1997 dan aksi unjuk rasa demokratisasi yang diikuti dengan kerusuhan pada Mei 1998, banyak perusahaan asing menarik diri dari Indonesia. Akan tetapi, kebanyakan perusahaan Korea Selatan tidak meninggalkan Indonesia. Mereka justru bergulat dengan krisis tersebut.
Memasuki tahun 2000, situasi sosiopolitik Indonesia mulai stabil dan ekonomi pun bangkit kembali. Menghadapi arus
pemulihan tersebut, LG Electronics dan Samsung Electronics menawarkan produk berkualitas tinggi. Mereka juga menawarkan layanan ala Korea yang sistematis dan cepat. Tidak heran, mereka berhasil meningkatkan pangsa pasar di pasar domestik Indonesia. Mulai pertengahan tahun 2000-an, perusahaan produsen barang
elektronik asal Korea Selatan tersebut berhasil menguasai pasar
elektronik, bahkan menyisihkan perusahaan asal Jepang.
Samsung Electronics dan LG Electronics juga menjadi kontributor besar dalam kinerja ekspor Indonesia. Berdasarkan
catatan pada akhir 1990-an dan awal 2000 diketahui bahwa dari
total nilai ekspor barang elektronik dari Indonesia, yakni USD6
miliar, lebih dari USD2,5 miliar adalah kontribusi dari kedua perusahaan tersebut.
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
163 Bab 2
Segmentasi pasar elektronik di Indonesia mulai mengalami perubahan sejak pertengahan tahun 2000-an. Hal itu terjadi karena dipengaruhi oleh angka pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yakni enam persen. Presiden Direktur PT LG Electronics
Indonesia, Lee Kyung-joon, menjelaskan, “Sejak 1990 hingga awal 2000, pasar barang elektronik hanya terbagi menjadi dua, yakni produk harga tinggi dan produk harga rendah. Akan tetapi, sejak pertengahan 2000-an, seiring dengan peningkatan jumlah kalangan ekonomi menengah ke atas, pasar produk dengan harga menengah pun semakin luas.”
Lee Kyung-joon melanjutkan, “Pada tahun 2012, Panasonic menjual unit usaha barang-barang elektronik (disebut juga dengan istilah “white goods”) yang ada di anak perusahaannya, yaitu Sanyo, kepada Haier (perusahaan Tiongkok). Setelah itu, pada 2016, Sharp pun dibeli oleh Foxconn, Taiwan. Situasi ini memicu perusahaan Korea Selatan untuk menargetkan segmentasi pasar dengan produk harga tinggi. Sementara itu, perusahaan Jepang, seperti Sharp, Panasonic, dan Sanyo menargetkan segmentasi pasar dengan produk harga menengah. Adapun perusahaan lokal, seperti Polyton, Cosmos, dan Denpo berfokus pada produk harga terjangkau untuk kalangan ekonomi bawah. Demikianlah tiga segmentasi pasar barang elektronik yang dikategorikan
berdasarkan penjelasan dari Presiden Direktur LG Electronics Indonesia.
Pada kategori ponsel, Nokia mampu bertahan sampai
dengan pertengahan tahun 2000-an. Pada 2008 hingga 2012,
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
164
Blackberry mulai dikenal di pasaran. Akan tetapi, sejak 2012, Samsung Electronics mulai memenangkan persaingan dengan Balckberrry, yaitu dengan meningkatkan pangsa pasar menjadi 45 persen. Pada kategori peralatan elektronik rumah tangga, LG Electronics menduduki posisi yang tak terkalahkan oleh merek lain, khususnya dalam segmentasi pasar dengan produk harga tinggi.
Kini, Samsung Electronics dan LG Electronics lebih berfokus pada pemroduksian dan penjualan produk dengan teknologi canggih di Indonesia. Pada 2021, LG Electronics memperluas lini produksi di Indonesia, yakni di pabrik Cibitung dengan target mengembangkan Indonesia sebagai basis produksi televisi di wilayah Asia. LG memindahkan 2 lini produksi dari 6 yang ada di pabrik Kota Gumi, Korea Selatan ke Indonesia. Dengan demikian, mereka dapat meningkatkan kapasitas produksi televisi di Indonesia. Sejumlah produk yang diproduksi di pabrik yang selesai dibangun pada 1995 itu adalah televisi, monitor, dan signage (papan informasi elektronik). Momentum pemindahan lini produksi tersebut dimanfaatkan oleh LG Electronics untuk merencanakan peningkatan kapabilitas sebanyak lima puluh persen dengan memperluas fasilitas otomatisasi secara menyeluruh dari perakitan, pengontrolan kualitas, hingga
pembungkusan.
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
165 Bab 2
Korea Chamber of Commerce and Industry in Indonesia (KOCHAM)
Pelantikan Ketua Umum KOCHAM yang ke-6 (29/6/2022)
[Sumber Foto: KOCHAM]
KOCHAM berkembang menjadi salah satu perhim-punan ekonomi asing yang berkompeten di Indonesia. KOCHAM berdiri sejajar dengan himpunan pelaku usaha asing yang memiliki peran di Indonesia. Salah satu buktinya adalah kerja sama antarpelaku usaha yang ditandatangani dalam bentuk MoU dengan America Chamber of Commerce di Indonesia pada Desember 2014.
KOCHAM berperan sebagai pemberi solusi bagi perusahaan Korea di Indonesia yang menghadapi kendala. Ketika Covid-19 mulai merebak
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
166
di Indonesia pada April 2020, otoritas Indonesia memberlakukan
Pembatasan Sosial Berskala Besar untuk mencegah penyebaran virus.
Sebagian pabrik yang dikelola orang Korea pun terpaksa ditutup. Dalam situasi ini, KOCHAM menjadi perantara yang membantu memecahkan masalah, yaitu penutupan pabrik yang terjadi di luar dugaan. Pada 2011, yakni menjelang pemberlakuan Peraturan Menteri Keuangan
perihal pembatasan penggunaan subkontraktor di kawasan berikat, KOCHAM mengambil langkah proaktif untuk memecahkan persoalan tersebut bersama dengan Kedutaan Besar Republik Korea di Jakarta dan KOGA. Dua persoalan tersebut hanya sedikit contoh dari sekian banyak tantangan yang telah dipecahkan oleh KOCHAM untuk membantu para pelaku usaha asal Korea di Indonesia.
Berikut ini beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh KOCHAM sejauh ini. (a) Menjalin kerja sama yang intensif dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) untuk memutuskan upah minimum yang layak setiap tahun. (b) Berpartisipasi dalam penyusunan peta jalan ekonomi Pemerintahan Jokowi (2019-2024). (c) Mengadakan business dialogue yang dihadiri pejabat pemerintah RI, seperti Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, dan Menteri Ketenagakerjaan yang dilakukan setiap tahun. (d) Mengadakan acara networking untuk seluruh Kamar Dagang Asing yang ada di Indonesia. (e) Mempublikasikan Laporan Informasi Kerja Sama Investasi dengan Pemerintah Indonesia
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
167 Bab 2
pada 2015. (f) Membentuk badan konsultasi yang bertugas memberikan jawaban atas kendala-kendala yang dihadapi oleh para pengusaha
Korea.
KOCHAM aktif berkegiatan sebagai anggota Internasional Chamber of Commerce (ICC) sejak 2001. KOCHAM selalu meningkatkan kegiatannya dan membantu Pemerintah Indonesia
dalam merealisasikan proyek investasi yang merupakan kerja sama
dengan kamar dagang asing di Indonesia, seperti AMCHAM (AS), JCCI (Jepang), SCCI (Singapura), dan EuroCham (UE). KOCHAM juga memberikan gagasan-gagasan dalam penyusunan kebijakan
ekonomi Pemerintah Indonesia agar Indonesia tidak tertinggal
dalam dinamika iklim berusaha global. KOCHAM juga menjadi ‘juru bicara’ yang menyuarakan aspirasi dari para pelaku usaha dari
Korea Selatan dan berusaha untuk menjamin hak dan kepentingan mereka.
Dalam rangka pemberdayaan anggotanya, KOCHAM mengadakan
“Rapat 100 Menit” setiap dua kali sebulan pada hari Sabtu dan bertukar informasi seputar berita ekonomi terkini serta isu-isu politik di Indonesia. KOCHAM juga mengundang para pakar dan pejabat di lingkungan pemerintah Indonesia untuk memberi kuliah umum
yang bersifat penyuluhan tentang kebijakan Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk membantu meningkatkan pemahaman para pelaku
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
168
usaha mengenai peraturan terkini sekaligus mencegah terjadinya kerugian.
Pada 1991, yaitu sebelum KOCHAM berdiri, KOCHAM yang disebut Komite Dagang dan Industri (salah satu dari enam Komite) berada di bawah Asosiasi Korea. Seung Eun-ho, Chairman Korindo Group, ditunjuk sebagai ketua umum pertama KOCHAM. Pada saat penunjukan ketua umum pertama tersebut, KOCHAM diperluas dan ditata ulang. Pada Juli 2013, KOCHAM kembali diperluas dan berdiri secara mandiri serta menunjuk Song Chang-keun sebagai ketua umum yang kedua. Pada 2020, KOCHAM memiliki 53 pengusaha atau badan usaha yang menjadi sekretariat dan beranggotakan 200-an perusahaan. Song Chang-keun dipercaya kembali menjadi ketua umum yang ketiga, keempat, dan kelima. Pada 2022, KOCHAM mempercayakan posisi ketua umum yang keenam kepada Lee Kang-hyun, Vice Presidenet sekaligus Chief Operating Officer (COO) dari Hyundai Motor Asia Pacific Headquaters di Indonesia. ■
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
169 Bab 2
3. Periode Pematangan Tahap I (2003-2017): Masuknya Perusahaan Korea ke Industri Teknologi dan Modal
Menteri Pertahanan Korea Selatan Suh Wook dan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto menyaksikan sambutan upacara militer sebelum melakukan pertemuan bilateral di Kementerian Pertahanan Korea Selatan pada 8 April 2021.
a) Peningkatan Investasi yang Pesat pada Industri Kimia Berat, Distribusi, Keuangan, TIK, dan Industri Pertahanan
Setelah Indonesia melewati krisis keuangan Asia 1998, perusahaan Korea yang berinvestasi di Indonesia dapat memperluas bisnis mereka dengan lebih stabil dan beragam. Sejak tahun 2000, pelaku usaha garmen bertambah dan industri lain, seperti keuangan, retail, baja, petrokimia, TIK, dan industri yang berhubungan dengan hallyu pun berbondong-bondong masuk ke pasar Indonesia. Sejak itu, jumlah warga Korea yang menetap di Indonesia dari tahun ke tahun makin bertambah. Berdasarkan data perhitungan jumlah warga diaspora Korea dari Kementerian
Luar Negeri Korea Selatan diketahui bahwa pada 2009 warga Korea yang menetap di Indonesia berjumlah 30.700 orang. Jumlah
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
170
Sumber Foto: Kementerian Pertahanan Korea Selatan
ini meningkat pesat dibandingkan tahun 2005 yang hanya 23.025 orang. Adapun warga Jepang di Indonesia yang berjumlah
120.000 orang sebelum kerusuhan Mei 1998 makin berkurang. Dengan demikian, komunitas warga Korea di Indonesia menjadi komunitas warga asing terbesar. Krisis keuangan menyebabkan
nilai rupiah turun sehingga upaya untuk membuka usaha baru di Indonesia hanya dapat dilakukan dengan modal kecil. Setelah pertengahan tahun 2000-an, investasi pada sektor garmen mulai
bergairah kembali. Tidak sedikit pimpinan perusahaan yang menutup pabrik garmennya memilih untuk menetap di Indonesia dan membuka usaha baru.
Pada 2006, Pemerintahan SBY berusaha menurunkan angka pengangguran yang mencapai 12 juta orang dan meningkatkan
angka pertumbuhan yang tidak beranjak dari lima persen
selama rentang waktu yang cukup lama. Pemerintah Indonesia
berkesimpulan bahwa satu-satunya terobosan yang dapat
dilakukan adalah mengundang para investor asing ke Indonesia.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Pemerintah Indonesia
kemudian mengeluarkan undang-undang tentang Penanaman
Modal 2007 yang menciptakan kondisi investasi yang lebih
baik bagi para investor asing. Undang-undang tersebut tidak
membedakan investor asing dengan investor dalam negeri
terkait dengan penanaman modal langsung. Selain itu, undangundang tersebut menjamin keamanan berinvestasi dengan
menutup kemungkinan dilakukannya nasionalisasi terhadap
perusahaan modal asing serta menjamin repatriasi laba. Undangundang tersebut bukanlah perjanjian hitam di atas putih, tetapi
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
171 Bab 2
memuat kebijakan yang meringankan beban para investor, seperti pengurangan pajak penghasilan, pembebasan tarif, pembebasan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), akselerasi depresiasi, dan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Pemerintah Indonesia juga memberlakukan Negative Investment List (DNI, Daftar Negatif Investasi) yang merupakan larangan berinvestasi pada sejumlah sektor tertentu dan menentukan bidang-bidang apa saja yang sesuai untuk investasi bersyarat pada 2007. Dengan undang-undang baru tersebut, Indonesia menyempurnakan sistem penanaman modal langsung yang berlaku sampai saat ini. Sejak 2007, bank-bank yang
berasal dari Korea mulai memasuki pasar keuangan Indonesia. Bank KEB Hana—bank pertama yang berhasil menembus pasar
keuangan Indonesia—membeli bank retail lokal. Sejumlah bank
lain pun, yaitu Bank Woori Saudara, Shinhan Bank Indonesia, OK Bank Indonesia, IBK Bank Indonesia, dan Bank KB Bukopin bergerak secara beruntun ke pasar perbankan Indonesia. Bankbank tersebut sedang memperluas medan usahanya ke pasar perbankan eceran (retail banking). Sementara itu, Hanwha Life Insurance mendirikan kantor badan usahanya di Indonesia pada 2013 dan menjadi perusahaan asuransi jiwa pertama yang berasal dari Korea Selatan di Indonesia.
Perusahaan sekuritas juga mulai tertarik dengan pasar Indonesia. Selain NH Investment & Securities (perusahaan sekuritas pertama yang masuk ke Indonesia dan bergabung
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
172
dengan perusahaan sekuritas lokal Indonesia pada 2009), Kiwoom Securities, Mirae Asset Securities, Shinhan Investment Corporation, Korea Investment & Securities juga mendirikan kantor di Indonesia. Per tahun 2023, di Indonesia telah terdapat 28 perusahaan keuangan dari Korea, termasuk 7 bank dan 9 perusahaan sekuritas. Total investasi akumulatif dari perusahaanperusahaan tersebut mencapai USD2,7 miliar (setara 40,2 triliun rupiah). Jumlah tenaga kerja yang diserap sebanyak 25.000 orang
dan total modal yang dimiliki mencapai USD16.3 miliar (setara 243,2 triliun rupiah).
Sebelum dan setelah 2010, sejumlah perusahaan global Korea berinvestasi di Indonesia. Pada Oktober 2008, Lotte Mart menjadi perusahaan retail Korea pertama yang datang ke Indonesia dan mengakuisisi 19 cabang Makro Indonesia. Dua tahun kemudian, yakni pada Agustus 2010, Lotte Mart membuka cabang Gandaria City di Jakarta melalui mekanisme penanaman modal langsung. Per tahun 2021, jumlah gerai yang dioperasikan Lotte Mart di Indonesia mencapai 49 gerai.
Hankook Tire—perusahaan produsen ban mobil—juga
berinvetasi di kawasan industri, Bekasi (Jawa Barat) pada September 2013 dengan total nilai investasi USD353 juta (setara 5,2 triliun rupiah). Pabrik yang selesai dibangun pada tahap pertama
investasi memproduksi ban kendaraan kelas penumpang, ban dengan performa tinggi, dan ban untuk truk ringan. Pabrik yang dilengkapi dengan fasilitas terbaru tersebut memiliki kapasitas
produksi enam juta ban per tahun.
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
173 Bab 2
Pada Desember 2013, PT Krakatau Posco—perusahaan
patungan PT Krakatau Steel (KS) dan Posco dengan porsi
kepemilikan saham masing-masing 70 persen dan 30 persen— berhasil menembus jumlah penjualan sebanyak 10 juta ton secara akumulatif. Capaian tersebut diperoleh dalam waktu empat tahun
sejak pabrik (mill) baja terintegrasi pertama di Indonesia dan di kawasan Asia Tenggara dengan kapabilitas tiga juta ton per tahun selesai dibangun. Pada Juli 2022, Posco menandatangani MoU
dengan PT KS terkait dengan peningkatan kapasitas baja dan partisipasi pembangunan IKN. Penandatanganan yang dilakukan di Seoul tersebut disaksikan oleh Presiden Joko Widodo. Posco
dan PT KS berkomitmen untuk bekerja sama selama lima tahun ke depan dengan mengeluarkan dana senilai USD3,5 miliar untuk
membangun fasilitas blast furnace kedua dan pabrik baja lembaran
dingin atau Cold Rolling Mill baru. Pabrik baja terintegrasi yang
dibangun oleh Krakatau Posco terletak di Cilegon, 100 kilometer
dari barat laut Jakarta. Posco Krakatau sedang mengoperasikan
‘blast furnace I’ dan pabrik plat baja dengan kapasitas tiga juta ton per tahun. Mereka berencana membangun pabrik Hot Strip Mill (pabrik baja lembaran panas) dengan dana investasi dalam bentuk jasa dan barang.
Posco berminat dengan proyek pembangunan IKN.
Beberapa anak perusahaan Posco sedang menjajaki potensi kerja
sama dengan Indonesia, termasuk Posco E&C yang berhasil
membangun Kota Internasional Songdo yang dinilai sebagai kota
cerdas terbaik di Korea.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
174
Upacara Peletakan Batu Pertama kompleks pabrik petrokimia Lotte Chemical Indonesia di Cilegon, Provinsi Banten (7/12/2018). Kepala BKPM, Thomas Lembong (paling kiri); Chairman Lotte Group, Shin Dong-bin (kiri tengah); Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto (kanan tengah); Vice Chairman Lotte Group, Huh Soo-young (paling kanan).
Sumber Foto: Lotte Group
Selain Posco, Lotte Chemical—salah satu perusahaan petrokimia dari Korea—juga sedang mengembangkan kawasan industri petrokimia di Provinsi Banten dengan lahan seluas
470.000 meter persegi. Kawasan petrokimia berskala besar ini akan dilengkapi dengan fasilitas Naphtha Cracking Center
(NCC). Proyek ini bisa dikategorikan sebagai mega proyek di antara proyek-proyek yang sedang diinvestasikan oleh Lotte Group karena nilai investasinya mencapai USD3,9 miliar (setara
4,9 triliun rupiah). Kawasan petrokimia ini dijadwalkan rampung pada 2025 dengan kapasitas ethylene 1 juta ton, propylene 520.000 ton, dan polypropylene 250.000 ton per tahun.
Selain mempererat kerja sama ekonomi, Korea dan Indonesia juga terus memperdalam kerja sama di bidang industri pertahanan.
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
175 Bab 2
Indonesia mengoperasikan sejumlah alutsista buatan Korea, antara
lain, jet latih dasar KT-1, jet tempur latih lanjutan T-50, dan kapal
selam. Kedua negara juga sedang mengembangkan jet tempur
KF-21/IF-X. Program pengembangan alutsista yang dilakukan
oleh Korea bersama Indonesia ini memiliki makna tersendiri
bagi Korea karena dilakukan dalam skala terbesar sepanjang
sejarah Korea. Total biaya pengembangan program ini sebesar
8,8 triliun Won (setara USD7,9 miliar). Jika ditambah dengan
biaya program, jumlahnya mencapai 18,6 triliun Won (setara
USD14,67 miliar). Indonesia dan Korea Selatan menyepakati
pembagian biaya pengembangan (cost share) sebesar 20 persen
dari Indonesia dan 80 persen dari Korea Selatan. Pembayaran
dilakukan secara bertahap. Pemerintah Indonesia akan menerima
1 unit prototipe dan mendapatkan technical data sehingga akan
dapat memproduksi 48 unit jet tempur di Indonesia.
176
Korea Selatan (5/6/2012)
Sumber Foto: Woori Bank
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Woori Bank CEO, Lee Soon-woo (kanan) berfoto dengan Medeco Energi Chairman, Hilmi Panigoro (kiri) selaku pemegang saham terbesar Bank Saudara seusai penandatanganan Stock-Purchase Agreement di Jeju,
b) Peralihan dari Perbankan Korporasi ke Perbankan Ritel dan Keuangan Digital
Nilai perdagangan antara Korea dan Indonesia mulai meningkat dengan adanya proyek investasi yang dilakukan Kodeco (Korea Development Company, disebut han.guk.nam.
bang.gae.bal saat itu) pada akhir 1960-an sebagai tahap pertama investasi di Indonesia. Seiring dengan peningkatan tersebut, kebutuhan fasilitasi berupa bantuan pembiayaan (financing)
dan analisis pasar pun semakin bertambah. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, Korea Exchange Bank (sekarang Bank KEB
Hana) membuka kantor di Jakarta pada 1968.
Tahap kedua arus investasi oleh perusahaan yang berasal
dari Korea Selatan terjadi pada akhir 1980-an. Sejak 1988, industri padat karya, khususnya produsen alas kaki dan garmen dari
Korea Selatan mulai membanjiri pasar Indonesia sehingga
bantuan pembiayaan dari perbankan Korea sangat dibutuhkan.
Bank Korea pertama yang mendirikan badan usaha di Indonesia
adalah Korea Exchange Bank. Setelah mendirikan perwakilan resmi pada 1990, Hanil Bank (sekarang Woori Saudara Bank)
mendirikan badan usahanya pada 1992.
Krisis keuangan tahun 1997 tidak hanya berdampak langsung
terhadap perekonomian Indonesia, tetapi juga dalam kehidupan
politik dan keamanan negara. Pada Mei 1998, rezim Soeharto
runtuh dan Indonesia memasuki Era Reformasi yang diwarnai
dengan demokratisasi yang pesat. Selama enam tahun, kursi
kepemimpinan Indonesia telah diisi oleh tiga orang pemimpin
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
177 Bab 2
secara silih berganti, yakni Habibie, Megawati Soekarnoputri, dan Abdurrahman Wahid. Indonesia pun terjebak dalam kekacauan.
Situasi politik dan keamanan negara mulai pulih sejak
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang
pada 2004 dipilih langsung oleh rakyat untuk pertama kalinya
sepanjang sejarah. Pada zaman SBY, Indonesia menikmati hasil
peningkatan ekspor ke Tiongkok dengan angka pertumbuhan
yang cukup tinggi, yaitu rata-rata enam persen. Pemerintah
SBY memberi kelonggaran kepada para investor, baik domestik
maupun luar negeri, sehingga perekonomian Indonesia mulai
bergairah dengan investasi yang semakin bertambah.
Tahap ketiga arus investasi ke Indonesia berlangsung tahun
2005. Kegiatan investasi dari Korea ke Indonesia didukung oleh
dinamika sosiopolitik dan ekonomi yang mulai stabil. Peluang baik ini dimanfaatkan oleh KEB Hana Bank dengan mendirikan badan usaha, yaitu dengan mengakuisisi bank lokal pada 2007.
Beberapa bank Korea lainnya yang juga mendirikan badan usaha di Indonesia dengan cara penggabungan serta pengambilalihan
(M&A), antara lain, Shinhan Bank (mendirikan PT Shinhan Bank
Indonesia pada 2016); OK Savings Bank (mendirikan OK Bank
Indonesia pada 2019); dan IBK (mendirikan IBK Indonesia pada
2019). KB Kookmin Bank menjadi pemegang saham terbesar kedua
Bukopin dengan kepemilikan saham sebesar 22 persen pada Juli
2018. Pada 2020, KB Kookmin Bank melalui dua kali rights issue
(HMETD, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu) menambah porsi
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
178
kepemilikan saham Bukopin hingga 67 persen setelah menjadi pemegang saham pengendali (PSP).
Mengapa bank yang berasal dari Korea Selatan tertarik untuk berinvestasi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir? Hal itu disebabkan pendapatan margin yang diperoleh bank di Indonesia
lebih besar tiga kali lipat daripada di Korea Selatan. Pendapatan margin pada bank komersial yang berskala besar di Korea Selatan
hanya 1,17 persen poin, sedangkan di Indonesia 5 persen poin.
Selain itu, masih banyak potensi perkembangan pasar perbankan di Indonesia yang belum digali karena 60 persen dari penduduk dewasa Indonesia belum memiliki akun bank. Jumlah tersebut
sangat besar mengingat Indonesia menempati negara terbesar
keempat dengan jumlah penduduk 280 juta jiwa.
Namun, iklim usaha di sektor perbankan Indonesia masih
kurang kondusif. Indonesia memiliki bank komersial sebanyak
120-an (bank-bank yang memiliki pusat dan sejumlah cabang secara nasional). Jika ditambah dengan bank daerah, total jumlah bank di Indonesia mencapai 1.700-an. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah perusahaan keuangan, termasuk bank di Indonesia
tidaklah sedikit. Perbankan lokal di Indonesia mendominasi pasar. Oleh karena itu, pengawasan yang dilakukan Otoritas Jasa
Keuangan sangat ketat. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri
bagi bank asing di Indonesia.
Bank asal Korea Selatan pada awalnya hanya berfokus pada
segmen keuangan perusahaan Korea di Indonesia. Setelah KEB
Hana mengakuisisi Bank Bintang Manunggal pada 2007, bank-
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
179 Bab 2
bank dari Korea yang lain mulai mengikuti jejak KEB Hana dengan melakukan penggabungan dan pengambilalihan. Kini, banyak bank dari Korea Selatan yang sedang giat memperluas
penjualan retail dengan strategi lokalisasi di Indonesia. Guna mengikuti proses transformasi menuju perbankan digital, bankbank dari Korea Selatan tersebut juga sedang meluncurkan
layanan berkualitas tinggi dengan berbasis online dan digital.
Sektor multifinance pun menjadi incaran perusahaan dari
Korea Selatan, seperti Korea Eximbank (KEXIM, Korea ExportImport Bank). KEXIM mendirikan perusahaan patungan, yaitu PT KOEXIM Mandiri Indonesia (perusahaan pembiayaan lokal)
pada 1992. Perusahaan dari pihak Indonesia adalah Bank Dagang
Negara yang saat ini menjadi bagian dari Bank Mandiri. Pada 2019, Korea Development Bank (KDB) membuka kantor perwakilan di Jakarta. Sebelumnya, Korindo Group melalui PT Clemont Finance telah menjalankan usaha pembiayaan pada 1989.
c) Hallyu: Sarana Peningkatan Industri Distribusi dan Makanan
Menurut data tahun 2020, sebanyak 68 persen dari total jumlah penduduk Indonesia, yakni 280 jiwa masuk kategori usia produktif. Pasar konsumen Indonesia sangat dinamis dengan
usia rata-rata penduduk 29 tahun. Seiring dengan meningkatnya penghasilan, jumlah konsumen kalangan menengah semakin
bertambah dan pasar konsumen di Indonesia pun semakin luas.
Mengingat 55 persen PDB (Produk Domestik Bruto) berasal dari
konsumsi perorangan, pasar konsumen domestik Indonesia
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
180
dikatakan sangat sehat dan sedang memicu pertumbuhan industri retail dan jasa.
Penghasilan yang semakin tinggi dan industrialisasi yang tumbuh pesat mendorong para konsumen untuk berbelanja di pusat retail modern yang lebih nyaman daripada pasar tradisional.
Per tahun 2019, tipe retail modern, yakni hypermarket dan mini market (convenience store) mengalami tren pertumbuhan, tetapi tipe supermarket semakin berkurang. Pada 2018, Hero menutup 26 gerainya. Sementara itu, dua mini market yang menguasai pasar, yaitu Indomaret dan Alfamart mengalami pertumbuhan yang sangat pesat antara 2011 dan 2017. Pada 2011, Indomaret memiliki 5.755 gerai dan Alfamart memiliki 5.200 gerai. Pada 2017, pertumbuhan kedua gerai mini market tersebut mencapai lebih dari 2,5 kali lipat secara nasional, yakni 15.355 gerai Indomaret dan 13.400 gerai Alfamart.
Sumber
Perusahaan retail dari Korea Selatan yang mengemuka dan beroperasi pada akhir 2008 di Indonesia adalah Lotte Mart.
181 Bab 2
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
Lotte Shopping Avenue resmi dibuka di Ciputra World, Mega Kuningan, Jakarta pada 22 Juni 2013.
Foto: Lotte Shopping
Lotte Mart merupakan perusahaan retail pertama yang berasal
dari Korea Selatan yang menembus pasar Indonesia dengan
mengakuisisi 19 gerai Makro. Hampir 10 tahun kemudian, gerai
ke-50 dibuka di Tegal, Jawa Tengah pada Desember 2019. Seiring
dengan tren transisi menuju pembelian online, Lotte Mart akan
memanfaatkan gerai yang ada di sepuluh kota besar dan kota
madya di Indonesia serta menjadikannya sebagai pusat logistik.
Selain hypermarket, Lotte Group membuka mal bernama Lotte
Shopping Avenue di Ciputra World Jakarta dan Megasuperblock
yang terletak di area Mega Kuningan, Jakarta pada Juni 2013.
Perusahaan retail dan supermarket yang dikelola oleh warga
Korea di Indonesia menjadi bagian penting dalam perkembangan industri retail Korea di Indonesia. Toko kelontong ala Korea ini
menjadi kebutuhan yang tak terelakkan bagi warga Korea yang
merantau di Indonesia dan menjadi perantara penting dalam
memacu hallyu, gelombang budaya Korea agar lebih berkembang
sejak akhir 2000-an. Beberapa nama supermarket yang dikelola
orang Korea sejak awal 1980-an, antara lain, Mugunghwa (supermarket Korea pertama di Indonesia), Doraji, New Seoul, Hanil Mart, dan K-Mart. Perusahaan retail tersebut juga menyetor
makanan ke gerai retail di kota-kota besar dan menyediakan
produknya di kantor perwakilan perusahaan Korea yang ada di daerah.
Kedutaan Besar Republik Korea (KBRK) untuk Indonesia
membuat acara diplomasi publik yang unik berjudul “Teko
Nang Jawa” (Teko adalah gabungan dari ‘teman’ dan ‘Korea).
Acara ini merupakan kolaborasi antara KBRK dengan Korean
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
182
Cultural Center Indonesia (KCCI), Korea Tourism Organization (KTO), aT (Korea Agro-Fisheries & Food Trade Corporation), dan Korean Restaurant Association di Indonesia. Tim KBRK
melakukan tur ke daerah-daerah di Indonesia dengan bus untuk mempromosikan budaya Korea. Mereka juga membawa food truk
Di setiap kota yang mereka singgahi, mereka mempromosikan
makanan Korea, seperti tteokbokki (kue beras ketan yang dibumbui saus cabai Korea), dakgangjeong (ayam goreng saus cabai ala
Korea), gunmandu (pangsit goreng), dan eomuk (semacam bakso ikan). Duta Besar Kim Chang-beom yang memimpin tur tersebut menyampaikan harapannya, “Bagi teman-teman Indonesia di daerah, kesempatan untuk mengenal budaya Korea sangatlah terbatas. Oleh karena itu, kami mengadakan tur ini. Semoga tur ini dapat mengobati rasa penasaran teman-teman penggemar di daerah tentang budaya Korea dengan menonton secara langsung.”
d) Industri TIK: Strategi Pendekatan dengan Target Ceruk
Pasar
Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan, pengguna
ponsel lebih cepat berkembang daripada internet. Pada akhir 1990an, ponsel mulai banyak digunakan, tetapi pengguna telepon di Indonesia masih minim. Ponsel buatan Nokia menguasai pangsa
pasar sebanyak 65 persen diikuti oleh Sony Ericsson, Motorolla, dan Samsung Electronics. Pada 2008 hingga 2012, ponsel yang
banyak diminati di Indonesia ialah Black Berry yang memiliki
fitur BBM. Namun, munculnya smartphone yang menggunakan
aplikasi mobile google atau WhatsApp membuat Black Berry
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
183 Bab 2
mulai tidak diproduksi lagi. Pada 2020, smartphone buatan
Samsung Electronics menjadi primadona di pasar Indonesia jika
dilihat dari segi penjualan. Munculnya era smartphone di Indonesia
menjadi titik tolak menuju ekonomi digital di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Korea ICT Association (KICTA) di Indonesia Park Sung-bin, mengatakan bahwa ketika perusahaan
ICT mulai banyak didirikan di Indonesia dengan nama “.com”
(di tulis di bagian belakang) pada akhir 1990-an, ada dua
perusahaan lain yang merupakan pionir dalam dunia perusahaan
IT Korea di Indonesia. Pertama adalah “boleh.net” yang berdiri
pada tahun 2000. Perusahaan ini menyediakan layanan IT secara menyeluruh. Kedua adalah “Triyakom” yang menginisiasi mobile contents pada 2001.
Pada 2004 hingga 2005, perusahaan IT ternama dari Korea
Selatan, yakni WiderThan, Eluon, dan Uangel masuk ke Indonesia dan menyediakan mobile service untuk perusahaan telekomunikasi
Indonesia. Perusahaan IT dari Korea lainnya yang dikenal karena
berhasil memperoleh capaian terbaik di Indonesia adalah Kreon
dan Melon. Kreon mulai menawarkan digital game pada 2007 dan
Melon Indonesia menyediakan layanan musik pada 2010.
SK Telecom Korea dan Telkom (perusahaan pemberi jasa
layanan ICT terbesar Indonesia) membentuk perusahaan
patungan (JV, Joint Venture), yakni PT Melon Indonesia dan meluncurkan “Melon”, layanan musik digital yang menggunakan wire & wireless network technology. Modal kesuksesan mereka
adalah pengalaman SK Telecom yang telah berhasil memberikan
layanan musik digital di Korea Selatan.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
184
Sebagai perusahaan game publishing, Kreon berhasil menjalankan usaha online game publising di Indonesia. Selama
hampir sepuluh tahun, Kreon menguasai pasar game Indonesia, khususnya genre tembak-menembak orang pertama (FPS, First Person Shooter) dan permainan peran (RPG, Role Playing Game).
Kreon dinilai berhasil karena dapat mengimplementasikan strategi yang optimal dalam iklim IT setempat. Dengan mencermati keberhasilan Kreon dan Melon Indonesia di bidang mobile contents, SK Planet berkolaborasi dengan XL Asiata (perusahaan seluler) mendirikan XL Planet di Indonesia. XL Planet meluncurkan brand bernama Elevenia dan mulai mempelopori pasar e-commerce (perniagaan elektronik) Indonesia.
Sayangnya SK Planet harus bersaing ketat dengan sejumlah
pelaku usaha e-commerce dari Tiongkok yang masuk ke pasar
Indonesia. Perusahaan dari Tiongkok mendapat dukungan modal
dalam jumlah besar, baik dari Tiongkok maupun secara global.
Akhirnya, SK Planet menutup perusahaannya di Indonesia pada
2017 dan menjual kepemilikan sahamnya kepada Salim Group.
Pada 2017, Pemerintah Korea Selatan mendeklarasikan
kebijakan “New Southern Policy” (catatan: kebijakan luar
negeri yang berorientasi pada peningkatan kerja sama dengan kawasan ASEAN). Sementara itu, pada tahun yang sama, Indonesia sedang memperkenalkan perusahaan rintisan, seperti
Gojek dan Tokopedia yang tumbuh besar dan sukses. Dengan
dana yang diperolah dari Korea, perusahaan yang berbasis IT
mengoptimalkan ide-ide dan teknologi mereka untuk menjadi
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
185 Bab 2
tokoh utama dalam kisah sukses baru. Perjuangan mereka pun masih terus berlangsung hingga kini.
Perusahaan rintisan (start-up company) dari Korea Selatan yang beroperasi di Indonesia adalah CoHive (co-working office space), 9Lives (platform asuransi), Qraved (aplikasi direktori restoran), Cashtree (layanan iklan seluler), OK Home (home cleaning service), Codebrick (e-commerce solution), dan Studio Show (contents creation). Sejak pandemi Covid-19, bidang usaha perusahaan rintisan IT outsourcing diperluas ke sektor kesehatan, pendidikan, dan medis.
Nilai ekonomi sektor e-commerce Indonesia pada 2019 mencapai USD21 miliar. Adapun nilai transaksi tercatat sebanyak USD40 miliar pada 2022. Tumbuh besarnya e-commerce
Indonesia berkaitan erat dengan pengguna internet dan media sosial. Menurut DATAREPORTAL, jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2008 hanya 25 juta orang, tetapi jumlah tersebut
meningkat rata-rata 20 persen lebih setiap tahun selama 10 tahun
terakhir sehingga jumlahnya menjadi 175,40 juta pada 2019, yaitu
tujuh kali lipat dibandingkan jumlah pengguna internet pada
2008. Adapun pengguna media sosial Indonesia pada Januari
2020 berjumlah 160 juta orang.
Direktur Utama First Payment Indonesia yang me-rupakan
penyedia layanan pembayaran, Park Sung-bin, mengatakan, “Berkaca pada pengalaman kegagalan dari sejumlah perusahaan
IT Korea Selatan di Indonesia, tidaklah mudah untuk berhasil
mengembangkan usaha IT, seperti Gojek dalam waktu singkat.
Oleh karena itu, diperlukan analisis yang cermat dan tepat
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
186
mengenai pasar Indonesia serta membidik ceruk pasar (niche market) yang sesuai dengan mengoptimalkan pembangunan
koneksi dengan pakar.” Ia juga berpesan, “Untuk lebih
berhasil di pasar Indonesia daripada di Korea diperlukan
pengimplementasian serta pencapaian target yang telah
ditentukan dan hal itu membutuhkan waktu yang cukup
lama. Oleh karena itu, persiapan yang matang dibutuhkan, termasuk biaya pengoperasian usaha, strategi, dan capaian yang
diharapkan. Ketekunan wajib dimiliki untuk bisa terus bertahan.”
4. Periode Pematangan Tahap II (2018 dan seterusnya) : KoreaIndonesia, Kerja Sama Industri Masa Depan
a) Peluang dan Tantangan Kerja Sama Ekonomi KoreaIndonesia di Masa Depan
Korea dan Indonesia menyambut 50 tahun peringatan
hubungan diplomatik pada 2023. Dengan diberlakukannya
Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) per Januari 2023, kerja sama ekonomi kedua negara telah
membuka cakrawala baru menuju 50 tahun ke depan. Indonesia
membenahi iklim investasi dengan melakukan reformasi pasar
ketenagakerjaan yang dinilai kurang fleksibel. Salah satu upaya
yang dilakukan adalah dengan menerbitkan UU Cipta Kerja pada
November 2020 dan membuka peluang investasi selebar-lebarnya
kepada para investor asing. IK-CEPA memiliki kemiripan dengan
Free Trade Agreement (FTA) karena sama-sama membuka pasar
kedua negara. Akan tetapi, IK-CEPA mencakup juga kerja sama
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
187 Bab 2
antarpemerintah serta kegiatan pertukaran budaya dan masyarakat. Hal tersebut berbeda dengan FTA yang lebih berorientasi pada perluasan perdagangan barang dan jasa serta investasi. Lingkup
IK-CEPA yang lebih komprehensif memiliki makna tersendiri. IKCEPA adalah perjanjian antara Korea dan Indonesia yang saling menguntungkan mengingat perjanjian ini diminati, terutama oleh negara-negara berkembang yang ingin bekerja sama di bidang ekonomi dengan negara maju.
Meski ekonomi global masih melemah dan terpuruk akibat pandemi Covid-19, Indonesia dinilai sebagai negara produsen manufaktur yang kuat. Di sektor manufaktur, Indonesia adalah salah satu alternatif yang dapat meng-gantikan Tiongkok karena memiliki jumlah penduduk 280 juta jiwa, memiliki tenaga kerja yang murah, sumber daya yang melimpah, serta pasar domestik yang besar. Belakangan ini, investasi di sektor manufaktur
Indonesia jauh lebih baik daripada sektor keuangan jika ditinjau
dari segi nilai dan kondisi investasi. Menurut laporan Kementerian
Investasi Indonesia, Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia
tercatat mencapai jumlah tertinggi, yakni USD43 miliar pada 2022.
Jumlah ini meningkat 44 persen daripada tahun sebelumnya.
Peningkatan ini didukung oleh rapor investasi yang baik dari sektor manufaktur, terutama peningkatan investasi pada industri
penghiliran hasil tambang nikel (bahan baku baterai otomotif).
Di sisi lain, investasi Indonesia ke Korea juga mengalami
peningkatan secara eksponensial. Nilai investasi Indonesia
ke Korea pada 2018 sebesar 680 juta kemudian meningkat
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
188
menjadi USD1,8 miliar pada 2021. Jumlah ini tercatat sebagai rekor investasi tertinggi sepanjang sejarah. Berdasarkan hasil
pembahasan dalam forum berjudul “Korea-Indonesia Future Industry Business Plaza” yang diselenggarakan oleh Korea Trade Investment Promotion Agency (KOTRA) di Jakarta pada 28
September 2021 diketahui bahwa Korea dan Indonesia memiliki
hubungan kerja sama investasi yang spesial karena kedua negara berkolaborasi dalam industri baru, seperti kendaraan listrik, baterai, white biotechnology (biodegradable plastics) dan industri pengolahan, seperti pembangunan pabrik baja terintegrasi dan pembangunan kawasan petrokimia. Dalam forum tersebut
diadakan lokakarya untuk membahas langkah kerja sama industri baru antara kedua negara dan showcase dari 48 perusahaan Korea
Selatan yang menguasai teknologi inovatif di bidang kendaraan
baterai, energi, alat-alat kesehatan, dan konten digital.
Bersamaan dengan acara tersebut, KOTRA bekerja sama
dengan Korea Electric Power Corporation (KEPCO) menggelar
Investor Relations untuk mempromosikan perusahaan yang
khusus bergerak di bidang karbon netral kepada Kementerian
ESDM dan PLN.
Keberhasilan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan
antara Korea dan Indonesia sangat bergantung pada tingkat
pemahaman mengenai Making 4.0 yang dimotori oleh Pemerintah
Indonesia. Dalam mengimplementasikan peta jalan Revolusi
Industri 4.0 tersebut, Pemerintah Indonesia mengupayakan kerja
sama teknologi dengan negara-negara maju, terutama yang telah
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
189 Bab 2
berhasil membangun negaranya dengan industri manufaktur, seperti Korea Selatan. Adapun teknologi yang ingin diterapkan di Indonesia adalah smart factory system.
Making 4.0 diluncurkan oleh Pemerintahan Jokowi pada
April 2018. Tidak hanya negara-negara manufaktur yang telah
maju sejak dahulu, seperti Jerman, Jepang, dan AS, tetapi negaranegara dengan pasar berkembang, seperti Tiongkok dan India
juga mengerahkan segala upaya untuk menjadikan negaranya
sebagai pusat produksi global.
Berikut ini prioritas Pemerintah Indonesia dalam menjalankan
Making 4.0. Pertama, memperkuat daya saing ekspor di sektor
manufaktur. Target Indonesia adalah mengembalikan angka ekspor bersih industri dalam PDB menjadi 10 persen lebih hingga
tahun 2030. Industri manufaktur di Indonesia hanya berkontribusi
sebesar 30 persen dalam PDB hingga tahun 2016. Indonesia
kemudian menargetkan kontribusi industri manufaktur sebesar
65 persen lebih dalam PDB pada 2030.
Kedua, rasio produktivitas tenaga kerja dan biaya juga akan
ditingkatkan pada 2030, yakni 2 kali lipat daripada tahun 2016
dengan mengaplikasikan teknologi Industry 4.0, seperti robotics,
3D printing, Internet of Things (IoT), dan Artificial Intelligence
(AI). Berbeda dengan strategi pengembangan industri 4.0 di negara
lain, Indonesia lebih mengutamakan manufaktur konvensional daripada industri yang berorientasi pada masa depan, seperti robotics dan bio-teknologi.
Indonesia yang termasuk dalam salah satu negara berpenduduk terbanyak di dunia dinilai sebagai pusat produksi
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
190
yang memiliki potensi tenaga kerja muda yang produktif. Selain itu, Indonesia memiliki pasar konsumen yang potensial dan sumber daya yang melimpah. Namun demikian, infrastruktur yang belum memadai dinilai akan menjadi hambatan dalam menyukseskan Making 4.0. Selain itu, masih lemahnya rantai
nilai industri yang mengintegrasikan hulu dan hilir, pembiayaan dari pemerintah yang kurang mencukupi, sumber daya manusia dan inovasi yang masih rendah, serta kurangnya tenaga terampil menjadi tantangan dalam penerapan Making 4.0 di Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa langkah yang sedang diupayakan
oleh Pemerintah Indonesia untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. (a) Menciptakan ekosistem industri dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan terhadap barang impor, seperti
bahan baku dan komponen. (b) Mengelola kawasan industri dan menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain untuk mengembangkan lima industri utama, yakni makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia. (c) Memperkuat kapabilitas inovatif UMKM yang menyerap tujuh puluh persen tenaga kerja di seluruh pasar nasional. (d) Menjalankan proyek
“Palapa Ring” untuk membangun infrastruktur jaringan telekomunikasi berskala besar. (e) Melakukan inovasi IT di bidang industri manufaktur yang ditopang oleh keberhasilan
dari perusahaan rintisan unicorn, seperti Gojek, Tokopedia, dan Traveloka. (f) Menambah insentif industri manufaktur asing, termasuk Korea yang menjadi pemimpin pasar dengan teknologi tinggi.
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
191 Bab 2
Perusahaan asal Korea juga ikut andil dalam merealisasikan
Making Indonesia 4.0 dengan menambah investasi pada lima
industri utama tersebut. Hyundai Motor Group, POSCO, LG Energy Solution, dan Lotte Chemical telah dan sedang melakukan
penanaman modal dalam jumlah besar pada industri inti.
Penanaman modal tersebut dilakukan sejalan dengan kebijakan
Pemerintah Indonesia.
Menteri Agraria, Infrastruktur, dan Transportasi (MOLIT)
Korea Selatan, Won Hee-ryong, memimpin delegasi One Team
Korea dalam kunjungan kerja ke Indonesia selama lima hari, yakni dari 15 Maret 2023. Menteri Won mengatakan, “Korea
akan memberi dukungan penuh dalam pemberdayaan SDM di
Indonesia, tidak hanya memenangkan proyek yang menghasilkan
pendapatan dalam waktu singkat. Berkontribusi pada kemajuan
Indonesia dalam jangka panjang adalah langkah yang tepat
bagi Korea untuk terus bergandengan tangan dengan Indonesia
menuju masa depan.”
Delegasi One Team Korea yang dipimpin oleh Kementerian
MOLIT beranggotakan perwakilan pemerintah dan pelaku
usaha dari swasta. Dalam kunjungan kerja ke Indonesia, mereka
mengadakan beragam kegiatan dengan tujuan mempererat
kerja sama bidang infrastruktur, seperti melakukan diplomasi
tingkat tinggi dan menyelenggarakan Korea-Indonesia New City Cooperation Forum serta meninjau lokasi pembangunan
IKN di Kalimantan Timur. Menteri MOLIT Korea tersebut
menjadi menteri asing pertama yang menyaksikan beberapa titik pembangunan di IKN.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
192
One Team Korea di bawah kepemimpinan Menteri MOLIT
Korea membahas langkah-langkah kerja sama bidang konstruksi, smart city, mobility, IT, hingga budaya secara menyeluruh dalam
pertemuan tatap muka dengan Menteri PUPR, Kepala Otoritas
IKN, Menteri Perhubungan, Gubernur DKI Jakarta, Sekretaris
Jenderal ASEAN, dan pimpinan tinggi Kementerian Investasi
Indonesia.
Presiden Jokowi menandatangani mobil listrik Ioniq 5 di Pabrik Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI)
Bekasi, Jawa Barat pada 16 Maret 2022 saat meresmikan pabrik HMMI. Ioniq 5 adalah jenis mobil listrik pertama yang diproduksi di Indonesia. Chairman Hyundai Motor Group, Chung Eui-sun (sebelah kanan Presiden Jokowi).
Sumber Foto: HMMI
b) Hyundai Motor Group: Membidik Pasar ASEAN dengan
Berbasis di Indonesia
“Jika Hyundai Motor Group berinvestasi di Indonesia, masyarakat
Indonesia akan memiliki pilihan untuk memilih, tidak hanya mobil buatan Jepang, tetapi juga mobil buatan Korea. Saya berharap investasi
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
193 Bab 2
Hyundai Motor Group akan berhasil di Indonesia. Mobil hidrogen dan listrik yang ramah lingkungan itu sangat menarik.”
Demikian sambutan yang disampaikan oleh Presiden
Jokowi pada acara penandatanganan kerja sama investasi
dengan Hyundai Motor Group dalam rangka ROK-ASEAN
Commemorative Summit yang ketiga di Busan pada November
2019. Presiden Jokowi menegaskan pula pentingnya transisi ke
penggunaan otomotif yang ramah lingkungan dan berorientasi
masa depan dalam rapat tahunan dengan pelaku usaha sektor
jasa yang digelar di Jakarta pada Januari 2020. “Penggunaan
kendaraan berbahan bakar fosil di IKN Kalimantan Timur akan dilarang. Kendaraan listrik ramah lingkungan dan otonom saja
yang boleh digunakan di sana,” demikian tegas Presiden Jokowi.
Hyundai Motor Group melalui Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) berinvestasi senilai USD1,5 miliar
untuk membangun pabrik mobil (CBU, Complete Build Up)
dengan kapasitas 250.000 unit per tahun di kawasan Deltamas, Cikarang, Jawa Barat. Pabrik tersebut selesai dibangun pada Maret 2022.
Di pasar otomotif Indonesia yang 95 persennya masih
didominasi oleh produsen dari Jepang, Hyundai berani
menunjukkan ‘senjata ampuh’ untuk membangun pusat produksi
strategis di Indonesia sebagai terobosan baru. Di pabrik yang
diresmikan dalam waktu hanya 2,5 tahun meski di tengah
pandemi Covid-19, HMMI memproduksi kendaraan berbahan
bakar fosil, seperti CRETA (compact SUV) dan Stargazer (produk
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
194
low MPV) serta kendaraan listrik Ioniq 5. Pabrik di Cikarang tersebut menjadi pabrik pertama yang memproduksi kendaraan listrik di kawasan ASEAN.
Penjualan mobil baru di Indonesia pada 2019 tercatat berjumlah 1,03 juta, yakni terbesar di kawasan ASEAN. Jika
Indonesia terus mempertahankan kinerja baik di sektor otomotif, menjadi nomor satu di pasar otomotif wilayah ASEAN bukanlah hal yang mustahil. Hal itu diperkuat dengan masih banyaknya potensi perkembangan yang dimiliki Indonesia dari segi jumlah pengguna mobil pribadi.
Berdasarkan laporan Korea Automobile Manufacturers Association, rasio kepemilikan mobil per 1.000 orang di Indonesia adalah 86 unit (peringkat 82 di dunia, per 2017). Masyarakat di negara-negara dengan cuaca panas, termasuk negara-negara yang terletak di garis khatulistiwa pada umumnya memiliki keinginan tinggi untuk membeli mobil karena berjalan kaki saat matahari sedang terik sama saja dengan menyiksa diri. Selain itu, seiring dengan meningkatnya penghasilan, pembelian mobil pun diyakini akan semakin meningkat.
Melalui IK-CEPA yang diberlakukan per 1 Januari 2023, Korea dan Indonesia akan membuka pasar perdagangan yang
lebih luas dan mengintensifkan kerja sama ekonomi. Dalam
waktu dekat atau secara bertahap, tarif komoditas ekspor utama
dari Korea ke Indonesia akan dieliminasi. Hyundai Motor Group
dapat memfasilitasi pembebasan tarif bagi produk besi baja
(baja lembaran dingin, produk plating (pelapisan), baja lembaran panas) untuk otomotif dan komponen mobil (transmisi otomatis,
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
195 Bab 2
sunroof). Artinya, produsen mobil tersebut diberi kemudahan dalam proses pengiriman komponen dari Korea ke Indonesia.
Sebelum Hyundai mulai beroperasi di Indonesia seperti saat ini, KIA Motors sudah bergerak di pasar otomotif Indonesia pada pertengahan 1990. Saat itu, KIA Motors mendapat dukungan khusus dari Presiden Soeharto untuk memasuki pasar Indonesia dan tidak mengikuti praktik ekonomi pasar. Tommy Soeharto, anak bungsu Presiden Soeharto, sebagai mitra usaha KIA Motors menandatangani kontrak proyek mobil nasional pada 1993. Pada
1996, KIA Motors ditunjuk sebagai pelaksana proyek mobil nasional. KIA Motors mengambil keputusan untuk memproduksi
Timor, yaitu mobil berbasis sedan Sephia dengan kapasitas
1500 cc. KIA Motors mendapat fasilitas bebas pajak komponen impor, namun hal tersebut dilawan keras oleh produsen Jepang di Indonesia. Jepang kemudian menggugat hal tersebut ke WTO. Ketika krisis keuangan melanda Indonesia pada 1997, permintaan mobil di Indonesia jatuh menjadi 30 persen. Hal itu diperparah
dengan putusan WTO pada Januari 1998 yang menyatakan bahwa
pemberian fasilitas khusus kepada KIA Motors melanggar asas
perdagangan bebas dunia. Atas putusan tersebut, KIA Motors
tidak dapat meneruskan proyek mobil nasional. Proyek mobil nasional Indonesia akhirnya dihentikan dengan runtuhnya
pemerintahan Soeharto pada 1998.
Hyundai Motor Group sukses masuk ke pasar Indonesia atas
kolaborasi tiga pihak. Hyundai Motor Group mempertaruhkan
kehidupannya pada Advanced Mobility. Hal tersebut didukung
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
196
adanya Kebijakan New Southern Policy dari Pemerintah Korea
Selatan saat itu dan kebutuhan serta tuntutan dari Pemerintah
Indonesia. Hyundai Motor Group sebagai pemimpin Advanced Mobility mencanangkan “Strategi 2025” pada Desember 2019. Dalam strategi tersebut dinyatakan komitmen untuk berinvestasi
61,1 triliun Won untuk memperoleh kapasitas menjalankan program Advanced Mobility hingga 2025.
“Strategi 2025” Hyundai berfokus pada dua pilar, yaitu
produk mobilitas berbasis kecerdasan (intelligence) dan layanan mobilitas berbasis kecerdasan. Tiga langkah strategis di dalamnya adalah meningkatkan pendapatan dari mobil bermesin combution, menunjukkan kepemimpinan di sektor kendaraan elektrifikasi (electrified vechicles), dan membangun fondasi bisnis platform. Tiga
langkah strategis yang diambil Hyundai tersebut berjalan seiring
dengan industri yang berorientasi pada masa depan yang ingin dijalankan oleh Pemerintah Indonesia.
Hyundai Motor Group berkeinginan untuk memperluas usahanya di kawasan ASEAN. Oleh karena itu, mereka memindahkan kantor Asia Pacific Headquarters yang dibuka di Malaysia pada 2018 ke Indonesia pada tahun berikutnya. Hyundai mendirikan badan usaha yang berfokus pada produksi dan penjualan secara terpisah. Hal tersebut berarti bahwa Hyundai
ingin menjadikan kawasan ASEAN sebagai pusat produksi strategis baru. Keputusan tersebut juga menunjukkan komitmen
Hyundai untuk memiliki motor pertumbuhan masa depan
dengan target kawasan ASEAN, termasuk Indonesia. Hyundai
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
197 Bab 2
Motor Group mendapatkan sambutan meriah dari konsumen sejak awal muncul di Indonesia, memproduksi, serta menjual kendaraan konvensional dan kendaraan listrik pada 2022.
Pada awal pandemi Covid-19, Hyundai bergerak cepat untuk menyalurkan bantuan kepada Indonesia. Mereka mendirikan klinik drive-thru di Bekasi, Jawa Barat pada April 2020 dan memberikan 500.000 set APD kepada BNPB secara bertahap. Hal tersebut membangun citra Hyundai menjadi lebih baik.
Hyundai Motor Group melalui badan usahanya di Indonesia mengimpor Palisade, Santa Fe, beberapa model SUV unggul, serta sedan untuk dijual di Indonesia. Kendaraan impor tersebut dan kendaraan buatan Hyundai yang diproduksi di Indonesia memiliki pangsa pasar yang semakin tinggi di Indonesia.
Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution mengadakan upacara secara hybrid dalam rangka memperingati peletakan batu pertama pabrik patungan sel baterai di kawasan industri baru, Karawang, Jawa Barat pada 15 September 2021. Presiden Jokowi hadir secara langsung. Chairman Hyundai Motor Group, Chung Eui-sun (kanan atas). Presiden LG Energy Solution, Kim Jong-hyun (kanan bawah).
Sumber Foto: LG Energy Solution
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
198
c) Pembentukan Rantai Pasok Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia
LG Energy Solution dan sejumlah perusahaan dari Korea
(Konsorsium LG) menjalankan megaproyek senilai 11 triliun
Won untuk membentuk rantai nilai (value chain) kendaraan listrik
di Indonesia. Dengan bergandengan tangan bersama BUMN
Indonesia, mereka memiliki visi membentuk rantai pasok hulu ke
hilir (end-to-end) dari pertambangan hingga sel baterai.
Terkait dengan investasi pembentukan rantai nilai baterai
listrik di Indonesia, Konsorsium LG dan Antam (Aneka tambang, BUMN pertambangan nikel Indonesia) menandatangani
Framework Agreement pada April 2022. Konsorsium LG
beranggotakan LG Energy Solution, LG Chemical, LX International, Posco Holdings, dan Huayou (Tiongkok).
Indonesia memiliki cadangan nikel terbanyak dan tercatat sebagai negara penghasil nikel terbesar. Nikel adalah komponen
utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.
Konsorsium LG membentuk rantai pasok dari hulu ke hilir, yaitu mulai dari pertambangan, peleburan dan pemurnian, prekursor, katoda, hingga sel baterai. Penandatanganan perjanjian tersebut menandai langkah awal proyek ini. Diketahui bahwa
nilai total proyek Konsorsium LG mencapai kurang lebih USD9
Miliar (setara 134,3 triliun rupiah).
LG Energy Solution yang mengetuai Konsorsium LG tersebut
baru pertama kali menjalankan megaproyek untuk membentuk
rantai pasok. Naiknya harga bahan baku baterai, seperti nikel dan litium secara eksponensial menjadi beban bagi para pelaku usaha
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
199 Bab 2
baterai saat ini. Di tengah situasi ini, bahan baku mineral dalam jumlah besar, yakni sebanyak ratusan juta ton dipastikan tersedia bagi Konsorsium LG.
Kini Indonesia diharapkan akan menjadi salah satu negara industri baterai terkemuka di dunia. Indonesia menargetkan untuk menjadi bagian dari rantai pasok dunia di sektor baterai listrik. Namun, Framework Agreement tersebut bersifat tidak terikat sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai penandatanganan final.
d) Kerja Sama dengan Indonesia yang Berpotensi Besar di Pasar Halal
Pasar halal yang memiliki konsumen muslim sebanyak dua miliar jiwa sedunia merupakan pasar yang bernilai USD2 triliun lebih. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki pasar halal dengan konsumen cukup banyak. Pada 2021, jumlah konsumen muslim di Indonesia tercatat 230 juta jiwa. Mereka mengonsumsi barang dan jasa halal sebanyak USD184 miliar setiap tahun. Halal dalam bahasa Arab berarti “segala objek dan kegiatan yang diizinkan”. Sesuatu yang “halal” berarti diproduksi, dikelola, dan didistribusikan sesuai dengan syariat Islam. Halal tidak hanya diterapkan pada produk makanan dan minuman serta kosmetik, tetapi juga di sektor jasa dan keuangan.
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang beranggotakan 57
negara Islam di seluruh dunia memprediksi bahwa nilai pasar
halal di Indonesia hingga 2025 akan naik sebanyak 14,96 persen setiap tahun dan permintaan produk halal pun diperkirakan akan
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
200
terus meningkat. Perilaku memilih produk berlabel halal dalam kehidupan perekonomian masyarakat sangat mendominasi di Indonesia. Label halal tidak hanya diterapkan pada barang-barang
konsumsi, seperti makanan dan minuman, obat-obatan, dan kosmetik, tetapi juga diaplikasikan pada industri manufaktur, peralatan, dan instalasi serta jasa keuangan.
Pasar halal Indonesia adalah salah satu pasar yang mendapat perhatian besar dalam perdagangan produk halal global. Menurut
“Global Islamic Economy Report 2022”, Indonesia mengimpor produk halal dengan nilai USD22,1 miliar per tahun pada 2020. Dengan catatan impor produk halal senilai USD8,5 miliar setiap
tahun, Indonesia menjadi negara dagang terbesar kelima di dunia dalam hal komoditas produk halal.
Pada 2022, Majelis Ulama Indonesia (MUI), otoritas
keagamaan tertinggi di Indonesia, mengumumkan bahwa pihak
MUI akan berinvestasi senilai USD5,1 miliar selama tiga tahun ke depan untuk memperluas fasilitas manufaktur produk halal guna meningkatkan ekspor. Kontribusi Indonesia dalam perdagangan produk halal dunia diprediksi akan meningkat.
Pada 2020, MUI menentukan tujuh fokus industri yang terkait dengan ekonomi halal di Indonesia. MUI menyampaikan usulan kepada Pemerintah Indonesia agar gencar mengembangkan industri tersebut dan menambah investasi. Sebagai persetujuan atas usulan tersebut, Pemerintah Indonesia akan mewajibkan
sertifikasi halal untuk semua barang yang dijual di Indonesia
per Oktober 2024 dan akan dimulai dari produk makanan dan minuman. Saat ini, Pemerintah Indonesia mengawal kegiatan
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
201 Bab 2
pengembangan ekonomi halal nasional. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah memberikan bantuan keuangan atau nonkeuangan, seperti pembangunan kawasan industri halal dan pemberian subsidi.
Industri terbesar dari tujuh fokus industri yang telah ditentukan
oleh MUI tersebut adalah industri makanan dan minuman. Pasar
kosmetik halal juga berkembang pesat. Pendapatan per kapita
Indonesia pada 2021 mencapai 4.349 dolar. Hal ini membuat daya
konsumsi masyarakat meningkat, terutama generasi muda yang
lebih memperhatikan produk kosmetik dan kecantikan serta
pengembangan diri melalui media sosial. Dengan demikian, nilai
ekonomi pada produk halal pun semakin tinggi.
Pada 2019, Pemerintah Indonesia menyusun “Indonesia
Syariah Economy Masterplan 2019—2024” sebagai peta jalan
pengembangan ekonomi halal di ranah pemerintah dan berkomitmen untuk mendukung pengimplementasiannya melalui pembenahan kebijakan. Peta jalan tersebut bertujuan (a) memperkuat rantai nilai halal di dalam negeri, (b) memperbanyak kegiatan jasa keuangan yang sesuai syariah, (c) mengembangkan
industri UMKM yang bergerak dalam sektor manufaktur produk halal dan jasa, (d) mensosialisasikan ekonomi halal dengan mengoptimalkan ekonomi digital dan fintech.
Pemerintah Indonesia mewajibkan penerapan sertifikasi
halal pada produk makanan dan minuman mulai tahun 2024.
Penerapan kebijakan tersebut diharapkan dapat mendorong
peningkatan pembelian produk halal oleh konsumen. Pemerintah
Indonesia juga menetapkan pembebasan biaya sertifikasi halal
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
202
bagi UMKM dan juga memberikan bantuan keuangan untuk penambahan fasilitas produksi produk halal. Bantuan pemerintah
tersebut diharapkan dapat mendorong meningkatnya jumlah
pelaku usaha yang beraktivitas di sektor produk makanan dan minuman halal.
Industri halal terbesar kedua setelah makanan dan minuman, adalah sektor keuangan. Berdasarkan “Cetak Biru Ekonomi
dan Keuangan Syariah” yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
diketahui bahwa Pemerintah Indonesia secara konsisten berupaya
untuk menjadi pemimpin pasar keuangan syariah. Sejumlah upaya
yang dilakukan Pemerintah Indonesia adalah (a) menginjeksi dana
untuk penguatan ekosistem Halal Value Chain (HVC) Indonesia,
(b) membenahi peraturan dan sistem untuk mendukung kegiatan
sektor keuangan yang sesuai dengan hukum syariah, dan (c)
memberikan kemudahan untuk menarik lebih banyak investasi
dari industri halal dan melakukan penyederhanaan prosedur.
Upaya lain dalam rangka mengembangkan industri halal di sektor keuangan adalah mendirikan PT Bank Syariah Indonesia
Tbk dengan total aset USD15,2 miliar pada 2021. Bank Syariah
Indonesia merupakan gabungan tiga bank syariah terbesar
di Indonesia, yaitu BNI, Mandiri, dan BRI. Bank Syariah
Indonesia yang masuk dalam sepuluh besar bank syariah dunia
akan dijadikan pelaku utama dalam pergerakan dana dan pengimplementasian kebijakan keuangan syariah nasional.
Perusahaan-perusahaan dari Korea Selatan juga bergerak
cepat untuk memasuki pasar halal Indonesia. COSMAX, perusahaan Original Design Manufacturing (ODM) kosmetik,
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
203 Bab 2
membangun pabrik di luar Jakarta pada 2013 dan mendapatkan
sertifikasi halal dari MUI pada 2016. Hanya dalam empat
tahun setelah mendapatkan sertifikasi halal, COSMAX dapat
melipatgandakan penjualannya pada 2019 menjadi 39,3 miliar
Won (setara USD31 juta), 23 kali lipat dibandingkan penjualan
empat tahun sebelumnya atau rata-rata 1,7 miliar Won (setara USD1,34 juta) per tahun.
Pada 2020, COSMAX Indonesia mendapat sertifikasi vegan
Prancis Eve Vegan dan juga sertifikasi COSMOS untuk kosmetik
alami dan organik yang dibuat oleh lima lembaga sertifikasi di empat negara Uni Eropa. COSMAX Indonesia yang memiliki
teknologi kosmetik dan sertifikasi halal berhasil melakukan
lokalisasi K-Beauty (industri kecantikan ala Korea) di Indonesia, bahkan mereka memiliki lini produksi kosmetik halal, vegan, dan organik sekaligus.
Buldak Ramen buatan Samyang yang dijual di Indonesia
tidak mengandung minyak hewani, berbeda dengan Buldak
Ramen yang diekspor ke negara lain. Untuk mendapatkan
sertifikasi halal, Samyang tidak menggunakan minyak hewani
dalam produknya. Mendapatkan sertifikasi halal menjadi sebuah
kewajiban untuk dapat mengekspor produk ke negara-negara
Asia Tenggara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti Indonesia dan Malaysia. Buldak Ramen berlabel halal pun
laris manis dijual di Asia Tenggara. Per tahun 2019, nilai ekspor
Buldak Ramen ke Asia Tenggara tercatat USD85 miliar (setara
USD67 juta). Di Malaysia dan Indonesia, nilai ekspor Buldak
Ramen mencapai USD38 miliar (setara USD30,75 juta).
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
204
Bagi pelaku usaha yang tertarik dengan pasar Indonesia, bersertifikasi halal menjadi sebuah kewajiban, bukan pilihan.
Pasar halal Indonesia yang tingkat belanja konsumennya
mencapai USD184 miliar bukanlah hambatan yang harus dilalui oleh para pengekspor dari Korea Selatan. Pasar halal Indonesia ini justru diharapkan dapat dilihat sebagai peluang bisnis baru.
e) Kerja Sama dalam Pembangunan Ibu Kota Nusantara
Indonesia menargetkan penyelesaian pembangunan IKN
tahap pertama pada 2024 dengan total nilai investasi USD34 miliar. Proyek pembangunan ibu kota baru sebagai pusat administrasi di Kalimantan Timur ini menjadi peluang kerja
sama baru bagi perusahaan dari Korea Selatan. Melalui mega proyek ini, Indonesia tidak hanya membangun properti dan infrastruktur semata, tetapi juga membangun kota cerdas (smart city) dengan teknologi dan informasi.
Perusahaan Korea
205 Bab 2
di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
Desain Istana Kepresidenan dalam KIPP Ibu Kota Nusantara
Sumber Foto: Otoritas IKN
Minat pemerintah dan sektor swasta Korea Selatan untuk
menjadi bagian dari mega proyek IKN Indonesia sangat tinggi
karena Korea telah melakukan kerja sama pembangunan smart city secara intensif, khususnya di kawasan ASEAN. Pembangunan
smart city yang dilengkapi dengan teknologi tinggi, seperti
AI dapat berfungsi sebagai platform Revolusi Industri 4.0 dan menjadi wadah untuk menyelesaikan beragam masalah dari
ranah industri, lingkungan hidup, transportasi, dan tindak kejahatan.
Pemerintah Korea Selatan bersama dengan sektor swasta
melakukan akselerasi kerja sama IKN dengan Indonesia.
Berdasarkan kesepakatan MoU pada September 2019, National Agency for Administrative City Construction (NAACC) Korea
Selatan dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Indonesia menjalankan program kerja sama secara
konkret, seperti pertukaran teknologi dan pertukaran pengalaman
pembangunan Kota Administrasi Sejong Korea Selatan. ■
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
206
2
207 Bab
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan
Bab 3
Diaspora Korea di Indonesia
1. Awal Mula Komunitas Diaspora Korea (Akhir 1890-an hingga Awal 1960-an)
2. Diaspora Korea pada Tahun-Tahun Awal (1973-1988)
3. Diaspora Korea pada Periode Perkembangan (1988-2003)
4. Diaspora Korea pada Periode Pematangan Tahap I (2004-2016)
5. Diaspora Korea pada Periode Pematangan Tahap II (2017-Saat ini)
Bab 3
Prakata
Diaspora Korea di Indonesia
Prakata
Sudah seabad lebih sejak pendatang Korea pertama
menginjakkan kakinya di Indonesia. Hubungan diplomatik
antara Indonesia dan Republik Korea pun telah terjalin selama
50 tahun. Selama itu pula diaspora Korea berada di Indonesia. Menurut “Kondisi Terkini Diaspora Korea” yang diterbitkan oleh
Kementerian Luar Negeri Republik Korea, jumlah orang Korea
yang merantau ke Indonesia pada 2021 adalah 17.297 jiwa (14.488 dengan izin tinggal terbatas, 1.743 dengan izin tinggal tetap, 765 orang Korea dengan kewarganegaraan asing, dan 301 siswa internasional).
Diaspora Korea dengan berbagai latar belakang dan usia hidup berdampingan dengan masyarakat Indonesia dari generasi
pertama yang kini telah berusia sekitar 80 tahun (setelah 50 tahun
lebih tinggal di Indonesia) sampai keturunan mereka saat ini,
211 Bab 3
Diaspora Korea di Indonesia
3
Bab
juga ekspatriat berusia 20-30 tahunan yang baru saja datang di Indonesia untuk bekerja. Diaspora Korea di Indonesia umumnya
bekerja di industri manufaktur padat karya, seperti industri garmen, alas kaki, elektronik, dan wirausaha dengan target
konsumen teman sebangsa serta di berbagai sektor lain, seperti
baja, bahan kimia, mobil, distribusi, dan teknologi informasi.
Tidak sedikit orang Korea yang memboyong keluarganya ketika
pindah ke Indonesia. Oleh karena itu, sekolah Korea, restoran
Korea, dan organisasi keagamaan Korea berdiri sejak periode
awal orang Korea masuk ke Indonesia. Orang Korea di Indonesia
berinteraksi dengan masyarakat Indonesia, baik di lingkungan
kerja maupun kehidupan sehari-hari, dengan bahasa Indonesia.
Dengan komando dari Korean Association, diaspora Korea
di Indonesia aktif dalam berbagai kegiatan, seperti organisasi
keagamaan, seni dan budaya, perkumpulan berdasarkan jenis pekerjaan, alumni sekolah, kampung halaman, dan lain-lain.
Diaspora Korea menghormati masyarakat dan budaya lokal
Indonesia. Mereka juga berusaha melebur tanpa kehilangan
identitas diri sebagai bangsa Korea. Diaspora Korea berperan
sebagai pintu gerbang pertukaran yang memperkenalkan Korea ke Indonesia dan sebaliknya.
Tulisan ini diharapkan dapat memberi gambaran perihal
bagaimana diaspora Korea terbentuk dan berkembang di Indonesia. Dengan menelaah kehidupan diaspora Korea
yang tinggal di Indonesia sejak abad ke-20, diketahui bahwa
orang Korea dapat bertahan dan tinggal di Indonesia dalam
waktu yang lama dalam kerangka kerja sama diplomatik dan
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
212
ekonomi antarkedua negara. Kestabilan hidup diaspora Korea bergantung pada situasi politik ekonomi Indonesia. Hubungan
bilateral Indonesia-Korea berpusat pada sektor ekonomi karena
kedua negara memiliki karakteristik yang saling melengkapi dalam sektor tersebut. Sejak akhir 1960-an, kerja sama ekonomi
berkembang pesat dan diaspora Korea pun berkembang mengikuti arus tersebut.
1. Awal Mula Komunitas Diaspora Korea (Akhir 1890-an hingga Awal 1960-an)
Sesuai julukan negara Korea (Joseon saat itu), yaitu “Negeri Ginseng”, pelopor diaspora Korea di Indonesia adalah para pedagang ginseng. Catatan tentang pedagang ginseng yang
berperan aktif di sekitar khatulistiwa, Jawa, dan Selat Malaka
ditemukan berasal dari tahun 1890-an. Para pedagang ginseng
menjajakan ginsengnya di kedai herbal ginseng skala besar atau
mengedarkannya melalui penjaja keliling yang bekerja untuk kedai herbal.
Pada awal abad ke-20, Gubernur Jenderal Joseon mencatat
perihal seorang penjual ginseng Joseon yang sedang menunggu penerbitan paspor. Paspor tersebut akan digunakan untuk
melakukan perjalanan dari Singapura ke Hindia Belanda
(sekarang Indonesia). Sepucuk surat yang ditujukan kepada
surat kabar Dong-A Ilbo dari seorang penduduk Joseon yang
menjajakan ginseng di Singapura pada 1930 menunjukkan bahwa
pada saat itu orang Joseon juga tinggal di Batavia (sekarang
Diaspora Korea di Indonesia
213 Bab 3
Jakarta) dan banyak di antara mereka yang bekerja sebagai penjual ginseng.
Kedatangan orang Korea di Indonesia berhubungan erat
dengan kehadiran Jepang di Negeri Ginseng tersebut. Seiring
dengan pendudukan Jepang di Korea, orang Joseon melancarkan
gerakan kemerdekaan melawan Jepang. Pasca-Gerakan 1 Maret
1919, penindasan Jepang semakin membabi buta. Banyak orang
Joseon yang kemudian melarikan diri dari Semenanjung Korea
dan pergi mengasingkan diri ke Cina. Jang Yoon-won, warga
Korea yang mengasingkan diri ke Tiongkok tiba di Batavia pada
September 1920 melalui Beijing. Jang Yoon-won menikah dengan
perempuan Indonesia keturunan Tionghoa. Mereka hidup
tenteram hingga Indonesia jatuh ke tangan kolonialisme Jepang.
Jang Yoon-won pun kembali merasakan penderitaan akibat
penjajahan. Orang Korea yang dikirim paksa oleh Jepang ke
Indonesia dan datang ke Indonesia sejak akhir 1960-an terhubung
dengan Jang beserta anak-anaknya. Diaspora Korea di Indonesia
kemudian menganggap Jang Yoon-won sebagai orang Korea
pertama yang tinggal di Indonesia. Hari pertama kedatangan
Jang Yoon-won di Indonesia diperingati sebagai awal sejarah
Korea di Indonesia.
Pada 1942, sekitar 1.500 prajurit Joseon didatangkan paksa
ke Indonesia melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Jepang
kala itu tengah berperang melawan Inggris dan Amerika Serikat.
Perang tersebut kemudian meluas menjadi Perang Asia Pasifik.
Indonesia yang kaya sumber daya alam, seperti minyak dan karet
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
214
adalah pemberhentian terakhir Jepang untuk merealisasikan
Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Jepang
berhasil menundukkan Indonesia dan mulai mengirim orang
Joseon sebagai penjaga tawanan perang ke Indonesia.
Sebagian besar orang Joseon yang datang ke Indonesia
selama Perang Asia Pasifik dikirim secara paksa oleh Kekaisaran
Jepang. Di antara mereka terdapat penjaga tawanan perang
Jepang, wanita penghibur tentara militer dan pengelola
tempat hiburannya, agen pers sipil, sutradara film, dan pakar
pertanian. Mereka semua mengalami kelaparan, kerja paksa, dan diskriminasi di negeri asing.
Selama penjajahan Jepang, orang Joseon menjadi berkewarganegaraan Jepang meskipun berdarah Joseon. Namun, orang Joseon kemudian memiliki identitas kewarganegaraan
multinegara, yaitu Korea, Jepang, dan Indonesia karena mereka menetap di Indonesia. Mereka lalu menempuh cara masing-masing untuk meraih kemerdekaan dan kelangsungan hidup pribadi.
Beberapa di antara mereka membentuk perkumpulan rahasia untuk kemerdekaan Korea. Sebagian yang lain berkolaborasi
dengan nasionalis Indonesia dan Tiongkok perantauan untuk
melancarkan gerakan kemerdekaan melawan Jepang di Indonesia.
Sementara yang lain lagi bekerja sama dengan milisi Indonesia
dan sisa-sisa tentara Jepang dalam Perang Kemerdekaan melawan
Belanda. Setelah kekalahan Jepang, orang Joseon memisahkan
diri dari Jepang dan menonjolkan identitas mereka sebagai orang
Joseon. Sebagian besar dari mereka kemudian kembali ke Korea
Diaspora Korea di Indonesia
215 Bab 3
dalam kurun waktu 2-3 tahun setelah kekalahan Jepang. Namun, beberapa di antara mereka tetap bertahan dan menorehkan jejak hebat di Indonesia.
a) Jang Yoon-won dan Anak-Anaknya: Pendatang Korea
Pertama di Indonesia
Saat beraksi dalam gerakan kemerdekaan Korea pada masa pendudukan Jepang, Jang Yoon-won (1883—1947) berhasil
meloloskan diri dari penindasan Jepang setelah didapati
menyalurkan dana untuk kemerdekaan. Jang mengasingkan
diri ke Indonesia melalui Tiongkok. Ia tiba di Batavia pada
September 1920 dan tinggal di Indonesia selama 27 tahun
sampai akhir hayatnya. Jang Yoon-won datang ke Indonesia atas
rekomendasi de Kat Angeline, seorang pejabat tinggi Gubernur
Jenderal Hindia Belanda. Jang sempat mengenyam pendidikan di universitas di Jepang dan cukup mahir berbahasa Jepang
hingga pernah bekerja di Bank of Japan di Korea. Ia kemudian
ditunjuk sebagai pejabat tinggi madya penerjemah simultan
bahasa Jepang oleh Departemen Gubernur Jenderal Belanda.
Tahun berikutnya, Jang bertemu dan menikah dengan Hwang-
Hang-a, perempuan Indonesia keturunan Tionghoa. Mereka
memiliki dua putra (Nam-hae dan Soon-il) dan tiga putri (Changpo, Ban-gi, dan Pyeong-hwa). Namun, Jang Yoon-won kemudian
ditawan dan dijebloskan ke Penjara Glodok, Jakarta oleh tentara
Jepang. Ia juga disiksa dan dipukuli. Setelah Jepang bertekuk
lutut pada Sekutu, Jang menunda kepulangannya ke Korea. Ia
berjuang di balik layar untuk menyelesaikan misi penyelamatan
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
216
orang-orang Joseon yang bekerja sebagai penjaga tawanan perang dan memulangkan warga sipil ke Korea. Namun, Jang
gagal mengembalikan kesehatannya yang turun drastis akibat
penyiksaan yang dilakukan oleh tentara Jepang. Jang Yoon-won pun wafat di Jakarta pada 23 November 1947.
Tiga di antara lima anak-anak Jang dikenang oleh diaspora
Korea atas perannya membantu orang-orang Korea yang tinggal
di Indonesia.
Jang Nam-hae (putra tertua, 1921--??) ditangkap bersama
Jang Yoon-won oleh tentara Jepang dan disiksa. Jang Nam-hae
menyimpan kartu keanggotaan ke-100 dari Asosiasi Rakyat
Joseon Jawa yang dibentuk pada 1 September 1945. Bagi Jang
Nam-hae, kartu keanggotaan itu adalah barang berharga yang
mengingatkannya pada Korea dan ayahnya. Pada 1980—1990an, ia bekerja sebagai mitra lokal untuk perusahaan Korea yang
memasuki industri konstruksi dan ikut serta dalam komunitas
Katolik Korea di Jakarta. Jang Nam-hae mendukung dan
Diaspora Korea di Indonesia
217
3
Bab
Keluarga Bapak Jang Yoon-won
Sumber Foto: Kim Moon-hwan
membina pembangunan permukiman orang Korea di Indonesia dan pendirian gereja Korea.
Jang Soon-il (putra kedua, 1927—1995) menyusun
kepengurusan Asosiasi Mahasiswa Katolik Belanda dan menjabat sebagai presiden asosiasi pertama sesaat sebelum
keberangkatannya ke Belanda untuk sekolah. Pada 1 Juni 1960, ia
bersama-sama dengan mahasiswa Katolik mendirikan Universitas
Katolik Atmajaya di Jakarta (menjabat sebagai Dekan Fakultas
Teknik, Kepala Program Studi Arsitektur), membangun kampus di Semanggi (Jakarta) dan membangun rumah sakit universitas di Pluit sebagai kerangka dasar pembangunan kampus Atmajaya.
Sebagai penghargaan atas prestasinya, Vatikan menganugerahinya
Medali Perak “Equitem Commendatorem Ordinis Sancti Silvestri
Papae” (penghargaan sipil tertinggi) pada peringatan ulang tahun
ke-30 Universitas Atmajaya pada 1990.
Jang Pyeong-hwa (anak ketiga, putri 1942—2016) adalah
lulusan Program Studi Sastra Inggris, Universitas Indonesia. Ia
bekerja sebagai asisten dosen dan mengajar bahasa Indonesia di keluarga staf Kedutaan Besar Korea di Indonesia. Jang Pyeonghwa kemudian bekerja sebagai sekretaris di Konsulat Jenderal
Republik Korea yang didirikan pada akhir tahun 1960-an. Pada
1971, atas kemurahan hati Konsul Jenderal Kim Yong-jung, Jang
Pyeong-hwa mengunjungi Korea Selatan dan bertemu kerabatnya.
Pada Maret 1974, ia menikah dengan laki-laki Korea, Yeo Hanjong, di Katedral St. Mary di pusat Kota Jakarta. Yeo Han-jong
direkrut oleh Kementerian Luar Negeri Korea untuk bekerja di Kedutaan Besar Korea Selatan di Indonesia dan kembali ke Korea
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
218
setelah pensiun sebagai Duta Besar Republik Korea untuk Papua Nugini. Jang Pyeong-hwa kembali ke Korea dan menghabiskan
sisa hidupnya bersama sang suami.
b) Migran Korea selama Perang Asia Pasifik
◆ Orang Joseon Penjaga Tawanan Perang
Seiring dengan meluasnya Perang Pasifik hingga Indonesia
dan jumlah tawanan perang Sekutu (beserta keluarganya) yang
terus bertambah hingga melampaui 260.000 jiwa serta untuk
memantau dan mengawasi tawanan perang serta untuk tujuan
militer (tentara, pegawai sipil, wanita penghibur tentara, buruh, dan lain-lain), Jepang secara paksa mengirim sekitar 5.000 rakyat sipil dari daerah jajahannya, yaitu Taiwan dan Korea ke
Asia Tenggara pada Maret 1942. Dari 3.000 orang Joseon yang
dikirim pada saat itu, 1.500 orang ditempatkan di wilayah Jawa, sedangkan sisanya ditempatkan di Sumatra, Thailand, dan Burma
untuk mengawasi tawanan perang dan mengelola tenaga kerja.
Pada awalnya, penjaga tawanan perang dipekerjakan sebagai
pegawai sipil yang dikontrak selama dua tahun, tetapi Jepang
secara sepihak memutus hubungan kontrak dan memaksa mereka
bekerja tanpa batas waktu.
Tawanan perang Sekutu dan penjaga tawanan perang
menjadi sasaran kekerasan yang tidak manusiawi dari prajurit
Jepang. Mereka menderita kelaparan karena kekurangan bahan
pangan. Setelah Jepang bertekuk lutut kepada Sekutu, orang
Joseon yang bertugas sebagai penjaga tawanan perang dianggap
sebagai bagian dari tentara Jepang dan penjahat perang. Mereka
Diaspora Korea di Indonesia
219 Bab 3
dipisahkan dari orang Joseon lainnya (pekerja paksa dan wanita
penghibur) dan dibawa ke pengadilan untuk diadili karena
kejahatan perang. Mereka yang berhasil melarikan diri dari
tuduhan kejahatan perang tidak serta-merta dapat kembali
ke Korea. Banyak dari mereka yang menderita kelaparan dan penyakit endemik di kamp. Setelah Perang Kemerdekaan
Indonesia melawan Belanda berakhir, mereka kembali ke Korea
melalui Singapura dan Jepang.
Tempat
Sumber
◆ Wanita Penghibur Tentara
Menurut kesaksian tentara Jepang yang bertugas di Indonesia
pada saat itu dan dari “Laporan Pencarian Fakta tentang Daftar
Wanita yang Dikirim ke Indonesia” yang diterbitkan pada 2009, ada tujuh wanita Joseon di tempat hiburan No.6 di Jakarta
(dekat Hotel Borobudur saat ini) dan wanita penghibur Joseon
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
220
Hiburan Tentara Jepang (Tempat Ianfu) di Ambarawa, Jawa Tengah
Foto: Korean Association
di Surabaya, Jawa Timur. Selain di Sumatra tempat pasukan
Jepang ditempatkan, jejak wanita penghibur Korea juga terlacak
di Kalimantan dan Indonesia bagian timur, seperti Sulawesi
dan Ambon. Setelah kemerdekaan, orang Joseon yang terdiri
atas penjaga tawanan perang dan warga sipil berkumpul dalam
Asosiasi Rakyat Joseon Jawa. Mereka kemudian kembali ke Korea
dengan naik kapal. Di antara warga sipil yang naik kapal tersebut
terdapat wanita penghibur yang disamarkan oleh pasukan
Jepang sebagai perawat.
Salah satu korban yang dijadikan wanita penghibur, Jung
Seo-woon (1924—2004), diminta oleh kepala desanya untuk
bergabung dengan Korps Relawan Patriotik yang kemudian
dibawa ke Semarang (di Pulau Jawa) melalui Guangdong, Cina
pada 1938. Di depan Pemerintah Jepang yang menyangkal
adanya praktik perbudakan seksual berupa wanita penghibur selama penjajahan, Jung Seo-woon dengan tegas mengatakan, “Saya adalah wanita penghibur tentara Jepang di Ambarawa, Semarang.” Dari 13 wanita yang dibawa oleh kepala desa tersebut, hanya 6—7 atau setengah dari mereka yang selamat
sampai akhir perang. Setelah kekalahan Jepang, mereka kembali ke Korea melalui Singapura dan sampai di Pelabuhan Busan sekitar April—Mei 1936. Selama lebih dari 70 tahun, kamp
hiburan militer Ambarawa yang sekarang menjadi situs perang di bawah pengelolaan Pemerintah Indonesia terabaikan.
Diaspora Korea di Indonesia
221 Bab 3
◆ Partai Pemuda Kemerdekaan Korea dan Gerakan
Kemerdekaan Anti-Jepang
Pada 29 Desember 1944, 16 anggota tentara Joseon di Jawa
yang dipimpin Lee Eok-gwan (nama asli: Lee Hwal, 1907— 1983) berkumpul di Jakarta dan mendirikan Partai Pemuda
Kemerdekaan Korea, sebuah perkumpulan rahasia anti-Jepang di bawah pemerintah sementara Republik Korea di Shanghai. Partai
Pemuda Kemerdekaan Korea melancarkan “Gerakan Ambarawa”
dan berencana merebut kapal angkut militer Jepang, Sumire
Maru. Demi kemerdekaan Joseon, mereka bekerja sama dengan
nasionalis Indonesia dan orang Indonesia keturunan Tiongkok
yang mengobarkan perjuangan anti-Jepang untuk kemerdekaan
Indonesia. Dalam pergerakannya, Kim Du-sam dan Ahn Seungkap (anggota Partai Pemuda Kemerdekaan Korea Bandung
sekaligus mantan penjaga tawanan perang tentara Jepang)
dibantu oleh tawanan perang Indonesia keturunan Tiongkok, Jung Ji-chun.
Pada 5 Januari 1945, di kamp konsentrasi detasemen
No.2 Semarang dan Ambarawa, tiga anggota Partai Pemuda
Kemerdekaan Korea, yakni Son Yang-seop, Min Young-hak, dan
Noh Byung-han menyita truk dan senjata milik tentara Jepang.
Mereka kemudian melancarkan aksi “Gerakan Ambarawa”
dengan menembak mati tentara dan pendukung Jepang. Ketika
dikejar oleh tentara Jepang, ketiganya melarikan diri dan
mengakhiri hidup mereka. Ladang jagung tempat Min Younghak bunuh diri kini berubah menjadi sawah, sedangkan tempat
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
222
Song Yang-seop dan Roh Byung-han bunuh diri menjadi bagian belakang gereja St. Joseph, Ambarawa.
Pada Juli 1945, sepuluh anggota Partai Pemuda Kemerdekaan
Korea ditangkap oleh militer Jepang dan dijatuhi hukuman penjara oleh pengadilan militer. Akan tetapi, mereka kemudian
dibebaskan setelah perang berakhir. Namun, mereka kembali
ditangkap oleh Sekutu, diadili sebagai penjahat perang, serta menjadi sasaran kerja paksa sehingga menderita kelaparan.
Mereka baru dapat kembali ke tanah airnya pada 1947.
Pada November 2011, Pemerintah Korea Selatan secara resmi mengakui aksi anti-Jepang yang dilakukan oleh orang Korea
yang bekerja sebagai penjaga tahanan perang di Jawa sebagai
gerakan kemerdekaan yang dilakukan di luar negeri. Selain itu, pada 2008, tiga orang yang mengorbankan diri di Ambarawa
dianugerahi Medali Patriotik Ordo Pendirian Negara. Adapun
sembilan anggota Partai Pemuda Kemerdekaan Korea yang
tersisa dianugerahi Medali Pendirian Negara pada 2011.
◆ Organisasi Korea Pertama di Indonesia: Asosiasi Rakyat
Joseon Jawa
Setelah perang berakhir, sekitar 1.600 orang Joseon masih tinggal di Jakarta. Mereka menunggu proses pengadilan atas
kejahatan perang atau menunggu keberangkatan kapal untuk kembali ke Korea. Mereka memisahkan diri dari tentara Jepang
dan membentuk komunitas Joseon untuk melindungi diri
sampai kembali ke tanah air. Situasi di Korea yang masih porakporanda pascakemerdekaan membuat Pemerintah belum dapat
Diaspora Korea di Indonesia
223 Bab 3
mengirim kapal untuk memulangkan warganya. Dalam beberapa kasus, proses klasifikasi untuk membedakan orang Jepang yang merupakan penjahat perang yang sebenarnya dengan orang Joseon membuat kepulangan mereka semakin tertunda.
Orang Joseon membentuk Asosiasi Rakyat Joseon di berbagai daerah di Indonesia dan menamainya sesuai wilayah tempat
asosiasi itu terbentuk, yakni dimulai dari Asosiasi Rakyat Joseon
Jawa, Asosiasi Rakyat Joseon Palembang, Asosiasi Rakyat Joseon Bandung, dan Asosiasi Rakyat Joseon Semarang. Selain melakukan berbagai kegiatan untuk bertahan hidup, seperti mengamankan pasokan makanan, menyediakan akomodasi, menyusun daftar nama orang Joseon, dan mempersiapkan kepulangan rakyatnya, Asosiasi Rakyat Joseon berupaya mempertahankan jati diri bangsa mereka dengan mengibarkan bendera Taegeukgi, membuka kelas bahasa Korea, menggambar bendera Taegeukgi, belajar lagu Korea, serta melakukan pertunjukan tari, musik, dan teater Korea.
Asosiasi Rakyat Joseon Jawa didirikan pada 1 September 1945
dan dibubarkan pada 13 April 1946 ketika semua anggotanya telah
kembali ke Korea dengan naik kapal. Asosiasi Rakyat Joseon Jawa yang berkantor pusat di Jakarta Kota menyewa puluhan rumah di kompleks perumahan Pasar Senen dan menggunakannya
sebagai teater, aula, dan penginapan. Bendera Taegeukgi yang dikirim oleh kepala pusat pemerintahan sementara, Kim Gu, dikibarkan di markas besar asosiasi. Asosiasi Rakyat Joseon Jawa
menyediakan akomodasi bagi anggota yang datang dari daerah
dan mereka hidup secara kolektif. Mereka bernegosiasi dengan
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
224
militer Jepang dan berhasil mengamankan persediaan dan dana yang cukup untuk menopang kehidupan mereka. Mereka
mendirikan kelas bahasa Korea untuk mengajarkan bahasa ibu
kepada saudara sebangsa dan setanah air yang akan kembali
ke Korea serta menyediakan mesin jahit dan mengajarkan
keterampilan menjahit kepada para wanita. Selain itu, surat kabar Joseonin Minbo dicetak dan didistribusikan setiap pekan dan mencapai edisi ke-100.
Anggota Asosiasi Rakyat Joseon Cabang Bandung (16/12/1945)
Sumber Foto: Buku Memoar Ahn Seung-kap
c) Perang Kemerdekaan Indonesia (September 1945—27
Desember 1945) dan Veteran Joseon yang Berpartisipasi
Setelah Jepang kalah perang, pemerintah baru Indonesia
yang dipimpin oleh Presiden Soekarno secara aktif melawan
upaya Belanda dan pasukan Sekutu untuk kembali menduduki
Indonesia dan memulai Perang Kemerdekaan demi merebut
kembali kedaulatan setelah 350 tahun lamanya. Presiden Soekarno
menilai bahwa Indonesia pada saat itu masih lemah untuk
Diaspora Korea di Indonesia
225 Bab 3
melawan kekuatan besar, seperti Belanda dan Inggris. Oleh karena itu, opsi terbaik yang dipilih adalah dengan mengulur waktu
melalui perang gerilya sambil melancarkan perang diplomatik
dengan menggiring opini publik internasional. Tentara Indonesia
mendorong pembentukan milisi dan mempekerjakan bintara
dan tamtama keluaran tentara Jepang sebagai tentara bayaran
untuk mendapatkan senjata dan tentara perang yang terlatih.
Diperkirakan sekitar 35 orang Joseon ikut serta dalam Perang
Kemerdekaan ini, antara lain, Yang Chil-sung, Jeong Jung-ho, dan Guk Jae-man.
Tiga orang tersebut secara sukarela bergabung dengan satuan
”Pangeran Papak” yang berbasis di wilayah Garut, Jawa Barat.
Mereka diperkirakan bergabung dengan milisi pada 1946. Pada
waktu itu ada sekitar 4—5 orang Korea di satuan Pangeran Papak.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
226
Batu Nisan di Makam Yang Chil-sung
Yang Chil-sung
Pahlawan Kemerdekaan Indonesia
Yang Chil-sung (1915—1949) yang
memiliki nama Indonesia Komarudin
adalah orang Korea yang menjadi
pahlawan kemerdekaan Indonesia. Yang
Chil-sung dikirim ke Pulau Jawa sebagai
tentara Jepang dan bertugas mengawasi
pasukan Sekutu yang menjadi tawanan
perang.
Setelah Jepang kalah dalam Perang
Yang Chil-sung beraksi di Satuan Militer
“Pangeran Papak.”
Sumber Foto : Buku 『적도에 묻히다』
Asia Pasifik, Yang Chil-sung bergabung
dengan delapan orang Korea lainnya
dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Pada 1946, Yang Chil-sung menjabat
sebagai pemimpin aksi di satuan Pangeran Papak yang beranggotakan
200—300 prajurit. Prajurit-prajurit tersebut terjun dalam pertempuran
gerilya di Bandung, Ujung Betung, dan Pegunungan Galunggung.
Mereka menyerang jalur rel kereta api dan jalan antara Bandung
dan Yogyakarta serta menyita sejumlah besar senjata. Yang Chil-sung
Diaspora Korea di Indonesia
227 Bab 3
dikenal sebagai peledak ahli yang mampu menghancurkan Jembatan
Cimanuk untuk menggagalkan kepungan Belanda. Pada November
1948, Belanda melancarkan serangan dadakan dan menangkap
hidup-hidup Yang Chil-sung, Aoki, Hasegawa, dan Komandan Satuan
Indonesia, Juana. Pada 10 Agustus tahun berikutnya, Yang Chil-sung
ditembak di depan umum di sebuah pemakaman umum di Kota Garut
bersama dengan dua rekan Jepangnya.
Di Indonesia, Yang Chil-sung bertemu dan menikah dengan wanita
Manado bernama Lience Wenas. Mereka dikaruniai seorang putra bernama Eddy Jawan.
Pada 1975, Dahuran, orang Indonesia anggota satuan Pangeran
Papak mengirim petisi resmi kepada Pemerintah Indonesia yang berisi usulan untuk mengakui Yang Chil-sung, Aoki, dan Hasegawa diakui
sebagai pahlawan kemerdekaan asing. Yang, Aoki, dan Hasegawa akhirnya dianugerahi penghargaan anumerta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kemerdekaan Garut, Jawa Barat setelah
26 tahun pelaksanaan eksekusi. Aiko Utsumi, profesor emeritus
Universitas Wanita Keisen, dengan gigih menelusuri latar belakang
Yang Chil-sung yang tidak memiliki keluarga. Menurut Aiko Utsumi, nama Jepang “Yang Chil-sung” adalah nama yang aneh untuk orang
Jepang. Hasil penelusuran Aiko Utsumi menunjukkan bahwa Yang Chilsung bukan orang Jepang, melainkan orang Korea. Pada 1995, berkat
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
228
upaya organisasi Korea dan pihak terkait lainnya, nama pada batu nisan
Yang Chil-sung diubah menjadi Komarudin, Yang Chil-sung, Korea dari yang semula bernama Jepang, Yanagawa Shichisei (梁川七星).
Asosiasi Peneliti Sejarah Indonesia, Historika, Universitas Indonesia, dan Pemerintah Provinsi Garut sedang mengajukan nama
Yang Chil-sung untuk digunakan sebagai nama jalan di Garut, Jawa
Barat. Hal itu dilakukan untuk mengenang jasa Yang Chil-sung, pahlawan
yang membantu bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan
dengan melawan koalisi Belanda-Inggris. Media Korea juga telah
beberapa kali mengunggah artikel dan memproduksi dokumenter
yang menyoroti Yang Chil-sung sebagai orang Korea yang berkontribusi
dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.■
Diaspora Korea di Indonesia
229
3
Bab
d) Orang Joseon yang Tetap Tinggal di Indonesia dan Keturunannya
Sebagian orang Joseon penjaga tawanan perang yang didatangkan paksa oleh Jepang memilih tidak kembali ke Korea meskipun Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Mereka memilih
menetap di Indonesia. Beberapa di antara mereka ialah Heo Young, Kim Man-soo, Cho Nam-hoon, dan Yoo Hong-bae. Heo Young (sutradara film) bekerja sebagai humas pemerintahan Soekarno
yang saat itu diasingkan di Yogyakarta. Setelah kemerdekaan, ia dan Usmar Ismail (sutradara Indonesia) mengisi lembaran sejarah
perfilman Indonesia dengan karya mereka. Kim Man-soo dan Cho Nam-hoon adalah orang Korea yang bekerja sebagai penjaga tawanan perang di Bandung. Sebagai bentuk perlawanan tidak
langsung terhadap Jepang, mereka berperan sebagai penghubung
eksternal para tawanan perang dan membantu orang Belanda yang
menjadi tawanan perang yang kekurangan gizi dengan memberi
makanan. Pada saat itu, orang Korea yang bekerja dengan Kim
Man-soo di kamp Sukamiskin, antara lain, Yoo Hong-bae dan Lee
Byeong-yong. Kim Man-soo menikah dengan wanita Indonesia
keturunan Tionghoa dan menjalani kehidupan yang tenang di Jakarta. Ia berkontribusi dalam pembentukan komunitas diaspora
Korea pada tahun-tahun awal terjalinnya hubungan diplomatik
Indonesia-Korea. Ia juga berperan dalam pembukaan Konsulat
Jenderal Korea di Indonesia pada 1966. Adapun Yoo Hong-bae
menikah dengan wanita Indonesia keturunan Tionghoa dan meninggal di Jakarta pada awal 1970-an.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
230
Heo Young
Pelopor Perfilman dan Teater Indonesia
Heo Young (1908—1952) adalah
sutradara film Korea yang memimpikan
“Indonesia Merdeka”. Nama Jepangnya
adalah Eitaro Hinatsu (日夏英太郞) dan
nama Indonesianya adalah Huyung.
Ia masuk dalam barisan sutradara
Nusantara setelah memproduksi film
“Frieda” (sebuah film yang mengangkat
perjuangan kemerdekaan Indonesia
Heo Young
Sumber Foto: Tangkapan layar dari buku berjudul 『적도에 묻히다』
melawan Belanda) dan menjadi pelopor
industri perfilman Indonesia yang pada
saat itu masih mandul. Frieda, film
yang memengaruhi pergerakan nasional Indonesia, dibuat oleh Heo
Young pada 1948 dan diputar di Festival Film Internasional Gerakan
Kemerdekaan pada Agustus 2018. Film ini berhasil menarik perhatian
penonton. Yati Surachman (aktris nasional Indonesia) yang menghadiri acara tersebut menegaskan bahwa sutradara Huyung masih diingat sebagai aktivis kemerdekaan.
Diaspora Korea di Indonesia
231 Bab 3
Setelah kekalahan Jepang terhadap Sekutu, sebagian besar orang Korea kembali ke negaranya. Akan tetapi, Heo Young melepas kesempatan untuk kembali ke tanah airnya dan memilih untuk berpartisipasi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada 1946, ketika Belanda melancarkan invasi militer kepada Indonesia, Heo Young melakukan perjalanan ke Yogyakarta dengan pejabat dari
Berita Film Indonesia (BFI) untuk bergabung dengan Soekarno di pengasingan. Untuk mengabadikan sejarah pemberontakan melalui
berita dan video arsip, Heo Young menjelajahi medan perang dengan “kamera, bukan dengan senjata”. Heo juga membagikan pengetahuan filmnya kepada anak bangsa. Beberapa anak bangsa yang melangkah
bersama Heo Young, antara lain, Usmar Ismail, Djajakusuma, dan Surjosumanto. Mereka merupakan pegawai Indonesia di Departemen Propaganda Administrasi Militer Jepang. Heo Young adalah fotografer yang mengabadikan penandatanganan perjanjian gencatan senjata di Pelabuhan Tanjung Priok pada 2 Desember 1947.
Setelah berakhirnya Perang Kemerdekaan pada 1949, Heo Young kembali ke Jakarta. Ia kemudian mendirikan perusahaan produksi film
“Kino Drama Atelier” dan memproduksi serta menyutradarai film-film
Indonesia yang berjudul “하늘과 땅 사이에(Antara Bumi dan Langit)”, “레스토랑의 꽃(Bunga Rumah Makan)”, dan “스포츠 하는 여자(Gadis Olahraga)”. Karyanya yang berjudul “하늘과 땅 사이에(Antara Bumi dan
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
232
Langit)” merupakan film Indonesia pertama yang menyajikan adegan ciuman, sehingga menjadi perdebatan di masyarakat.
Heo Young menikah dengan Anna Maria Karuntu, wanita Indonesia asal Manado dan dikaruniai seorang putri. Heo meninggal di Jakarta pada 9 Februari 1952 dan dimakamkan di Pemakaman Umum
Petamburan. ■
Diaspora Korea di Indonesia
233
3
Bab
Kim Man-soo
Penyelamat Belanda
Kim Man-soo bekerja sebagai penjaga tawanan perang di sebuah kamp di Sukamiskin, dekat Bandung, Jawa Barat. Kim dan rekannya, Cho Nam-hoon, menyelundupkan makanan dan barang-barang yang dipesan oleh orang Belanda yang menjadi tahanan perang. Mereka juga menjadi pembawa pesan dari luar kamp. Kim dan Cho bisa kehilangan nyawa jika tertangkap basah. Oleh karena itu, Kim Man-soo membawa pistol untuk bunuh diri setiap saat jika tertangkap. Belanda menyelamatkan hidup Kim dan Cho berkat jasa mereka. Belanda menyebut keduanya “dermawan Belanda”. Count Kannabeg, seorang Belanda yang ditahan di kamp tawanan perang, bersaksi tentang kegiatan Kim Man-soo. Atas jasanya, Pemerintah Belanda memberi Kim sertifikat penghargaan.
Kim Man-soo pulang ke Korea pada 1947, tetapi kembali ke Indonesia dan menikah dengan perempuan keturunan IndonesiaTionghoa pada 1955. Pada 1973, saat Miwon (perusahaan Korea) melakukan ekspansi ke pasar Indonesia, Kim mengajukan istrinya sebagai mitra lokal.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
234
Ketika Asian Games diselenggarakan di Jakarta pada 1962, Kim dan Yoo Hyung-bae (rekan satu satuan ketika bekerja sebagai penjaga tawanan perang) melayani kebutuhan para atlet Korea dengan sukarela dan sepenuh hati. Seorang koresponden surat kabar
Dong-A Ilbo menerbitkan sebuah artikel pada 2 September 1962 yang menggambarkan semangat kedua pria ini. Pada 1 Desember 1966, ketika Konsulat Jenderal Korea di Indonesia resmi dibuka, Kim Mansoo hadir sebagai perwakilan rakyat Korea dan mengibarkan bendera
Taegeukgi. Selama pembentukan komunitas Korea, Kim menyediakan fasilitas bagi para pengusaha Korea yang datang dan pergi. Ia menyebut dirinya “Bung Korea bagi diaspora Korea” di Indonesia. Kim meninggal di Jakarta pada 1975. ■
Diaspora Korea di Indonesia
235
3
Bab
Yoo Hyung-bae
Pendiri Pabrik Perajutan Pertama
Yoo Hyung-bae bekerja dengan Kim Man-soo sebagai penjaga
tawanan perang di Kamp Sukamiskin, Bandung. Bersama tujuh rekannya, ia ikut serta dalam Perang Kemerdekaan di Jawa Barat.
Pada sekitar April 1946, ia ditangkap saat pergi ke Pelabuhan Tanjung
Priok, Jakarta, yakni saat akan naik kapal dan pulang ke Korea. Yoo
dijebloskan ke penjara di kamp darurat untuk diadili atas kejahatan perang. Ia kemudian dipindahkan ke Penjara Glodok. Pada April 1946, ia dibebaskan berkat bantuan Oey Maria, wanita Indonesia keturunan
Tionghoa yang pernah menjadi pekerja Palang Merah. Ia kemudian menikahi putri Oey yang bernama Sri Purnamawati. Yoo dan Sri
memiliki lima putra dan satu putri.
Pada 1951, Yoo Hyung-bae dan Sri Purnamawati mendirikan PT
Gloria yang menjadi pabrik perajutan pertama di daerah Ancol, Jakarta
Utara, Indonesia. Pada saat itu, Oey Maria masih giat bekerja di Palang
Merah dan memiliki koneksi dengan Presiden Soekarno, Ibu Negara
Fatmawati, dan istri para pejabat berpangkat tinggi lainnya. Yoo pun
mendapat bantuan saat mendirikan usahanya. Pada tahun 1954, Yoo mendirikan perusahaan keduanya, yaitu pabrik tricot PT Persodjo. Ia
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
236
kemudian mengembangkan usahanya hingga mampu mempekerjakan
1.500 karyawan.
Pada 9 Agustus 1961, Yoo secara resmi memperoleh kewarganegaraan Indonesia di Pengadilan Khusus Jakarta. Yoo yang berasal dari
Korea Utara ikut menemani Menteri Luar Negeri Indonesia, Soebandrio (orang nomor dua dalam pemerintahan Soekarno), ketika melakukan
kunjungan kenegaraan ke Pyongyang. Saat Indonesia menerima dana
kompensasi penjajahan dari Jepang dan saat pertukaran di bidang
ekonomi antara Indonesia dan Jepang menjadi aktif, Yoo sering
pulang pergi ke Jepang untuk mengembangkan bisnisnya. Ia menjadi
mualaf pada 1967 dan berupaya untuk melebur ke dalam masyarakat
Indonesia, termasuk mendanai pendirian sekolah Islam. ■
Diaspora Korea di Indonesia
237
3
Bab
2. Diaspora Korea pada Tahun-Tahun Awal (1973-1988)
Pada 1940-an, orang Korea yang dikirim ke Indonesia secara
paksa oleh Jepang kembali ke negaranya. Sekitar 20 tahun kemudian, orang Korea mulai melakukan perjalanan pulang
pergi ke Indonesia. Atlet Korea bertanding di Asian Games 1962 di Jakarta. Kim Man-soo dan Yoo Hyung-bae yang menetap di Indonesia sejak masa penjajahan Jepang membantu orang-orang
Korea yang datang ke Indonesia (sebuah negara asing yang pada saat itu belum menjalin hubungan diplomatik dengan Korea). Pada 1964, KOTRA Jakarta Trade Center didirikan. Perusahaan kayu swasta, seperti KODECO, Korindo, dan lainnya mulai mengembangkan bisnis kayu di Kalimantan, Indonesia. Era migrasi orang Korea ke Indonesia pun dimulai.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
238
Rapat Umum Perdana Asosiasi Penduduk Asing Korea (대한민국거류민회) (16/7/1972)
Sumber Foto : Hanin News
◆ Asosiasi Penduduk Asing Korea
Menurut Kementerian Luar Negeri Republik Korea, jumlah
diaspora Korea yang tinggal di Indonesia meningkat, yakni
dari 408 pada 1968 menjadi sekitar 700 pada 1972, dan sekitar
1.500 pada awal 1983. Asosiasi Rakyat Korea didirikan pada
Juli 1972 kemudian diikuti munculnya organisasi komunitas
Korea lainnya. Saat itu, ketua KODECO, Choi Gye-wol, menjadi
presiden Korean Association pertama dan menjabat selama 14
tahun. Selama kepemimpinannya, Choi mendorong berdirinya
lembaga pendidikan Korea, yakni Jakarta International Korean School dan Korea Center guna menciptakan kerangka lingkungan
diaspora Korea dan Korean Association.
Pada periode itu, Korean Association mengadakan acara rutin
tahunan, seperti “Malam Tahun Baru Diaspora Korea”. Dalam
acara tersebut staf kedutaan dan orang-orang Korea berkumpul untuk memperkuat ikatan mereka. Selain itu, sejak 1975, Buletin
Asosiasi Rakyat Korea diterbitkan untuk menyebarluaskan informasi tentang proyek Asosiasi Rakyat Korea beserta laporan
kemajuannya, berita yang terkait dengan ekonomi dan diplomasi, kegiatan sukarela untuk masyarakat setempat, dan pertukaran dengan tanah air Korea. Buletin Asosiasi Rakyat Korea diterbitkan
empat kali dalam setahun, yakni hingga pertengahan 1985. Orang
Korea secara aktif membantu Indonesia dan negeri mereka sendiri setiap tertimpa kesulitan. Ketika Gunung Galunggung di Indonesia meletus pada 1975 sehingga mengakibatkan banyak
korban, diaspora Korea berkumpul dan mengirim pasokan bantuan. Pada Mei 1975, diaspora Korea mengumpulkan dana
Diaspora Korea di Indonesia
239 Bab 3
bantuan senilai USD7.000 yang kemudian diserahkan kepada
Pemerintah Korea sebagai donasi untuk pertahanan.
Presiden asosiasi kedua, Shin Gyo-hwan, dilantik pada 1986
dan menjabat selama empat tahun. Selama pembangunan Korea
Center, ia menggunakan kediamannya sebagai kantor Asosiasi
Rakyat Korea. Ia juga berperan aktif dalam menyampaikan aspirasi
diaspora Korea kepada pihak Indonesia. Hal itu membuat Shin
Gyo-hwan dijuluki “Duta besar untuk urusan sipil di Indonesia.”
Shin dikirim paksa ke Indonesia sebagai ahli pertanian pada
1944 dan kembali ke Korea setelah perang. Shin dikirim kembali
ke Indonesia pada 1968 sebagai ekspatriat Korea pertama di Indonesia. Ia kemudian berdikari dan menetap di Indonesia.
Ruang Kelas pada Awal Didirikannya Sekolah Korea (Rumah Sewaan Pribadi)
Sumber : 『자카르타한국국제학교 30년사』
◆ Sekolah Korea
Sekolah Korea didirikan atas inisiatif Korean Association
dengan dukungan dari perusahaan dan Pemerintah Korea.
Sekolah ini didirikan untuk memecahkan masalah pendidikan
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
240
anak-anak diaspora Korea di Indonesia. Sekolah Korea awalnya
hanya kecil, tetapi kemudian berkembang dengan pesat. Pada
1976, sekolah Korea mulai beroperasi di sebuah rumah pribadi
di bilangan Jakarta Pusat dengan 26 siswa dan 4 guru. Jenjang
pendidikan yang ditawarkan hanya TK hingga SD kelas 3. Tahun
berikutnya, Sekolah Korea secara resmi diakui oleh Pemerintah
Korea sebagai Sekolah Internasional Korea di Jakarta. Pada
Januari 1978, gedung sekolah yang baru dibangun di sebelah
Kedutaan Besar Korea sehingga membuatnya terlihat seperti sekolah pada umumnya.
◆ Kehidupan Diaspora Korea
Pada 1970-an, sebagian besar diaspora Korea yang tinggal
di Jakarta adalah ekspatriat dari kantor pemerintahan, seperti
kedutaan besar, karyawan KOTRA, dan pegawai perusahaanperusahaan Korea. Beberapa dari mereka membawa serta
keluarganya. Hal tersebut melatarbelakangi dibangunnya
fasilitas, seperti Sekolah Korea, restoran Korea, dan organisasi keagamaan Korea.
Selama periode ini, diaspora Korea bersifat homogen dan akrab satu sama lain. Mereka sangat menjaga perilaku dan ucapan
ketika berhadapan dengan orang Indonesia. Hal itu dilakukan
berdasarkan prinsip bahwa mereka adalah wakil Korea. Pria Korea
biasanya mengenakan jas dan dasi untuk acara formal; kemeja
putih dan dasi untuk ke kantor. Wanita Korea mengenakan hanbok
pada acara resmi, sedangkan di rumah mereka mengenakan
daster atau celana pendek seperti orang Indonesia.
Diaspora Korea di Indonesia
241 Bab 3
Jika bersama keluarga, orang Korea biasanya memasak
makanan Korea di rumah. Perusahaan biasanya mempekerjakan
koki dari Korea untuk memasak dan menyajikan masakan Korea
untuk para pegawai. Pada saat ada acara asosiasi atau hari raya
Korea, diaspora Korea memasak sendiri masakan tradisional
Korea, seperti japchae dan tteok (kue beras). Diaspora Korea
menyewa rumah di dekat perusahaan tempat mereka bekerja atau di dekat Sekolah Korea.
Kehadiran restoran Korea di Indonesia dipelopori oleh Korea
House yang dibuka tahun 1971 kemudian disusul Seoul House, Silla, Korea Garden, dan Korea Tower. Sementara itu, toserba
Korea di Indonesia dipelopori oleh Mugunghwa Supermarket (MGH Supermarket & Distributor) pada 1981 kemudian diikuti
kehadiran Doraji, Hanil, New Soul, dan yang lain.
Salah satu tantangan yang dihadapi diaspora Korea di Indonesia adalah ketika berhadapan dengan orang Indonesia yang
bekerja untuk mereka, seperti asisten rumah tangga, pengasuh anak, sopir, dan budaya memberi tip. Para pekerja Indonesia ini adalah orang terdekat dan yang paling membantu diaspora Korea
di Indonesia. Namun, karena kedekatan dan intensitas pertemuan yang tinggi, perselisihan justru tidak dapat dihindari. Berapa
jumlah tip yang pantas untuk setiap pelayanan yang didapatkan
dari sopir, karyawan restoran dan salon, penjaga pintu hotel, petugas kebersihan, penjaga kamar mandi, caddy lapangan golf,
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
242
sopir taksi, dan tukang reparasi apartemen? Namun demikian, lama-kelamaan, diaspora Korea pasti akan terbiasa.
Di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah
muslim, kehidupan beragama diaspora Korea menjadi penuh
kewaspadaan. Di luar peribadatan, komunitas keagamaan
diaspora Korea juga berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat, baik dalam masyarakat Indonesia maupun
dalam komunitas diaspora Korea itu sendiri. Partisipasi tersebut
berupa penyebaran agama, pemberian sumbangan, pendidikan, perawatan medis, dan pemberian bantuan kepada orang Korea
yang menetap di Indonesia. Pada periode awal, segelintir orang
Korea mengadakan kebaktian dalam bahasa Korea dan pertemuan
diaspora Korea di gereja-gereja lokal di luar jam berkumpul
penduduk setempat. Dalam perkembangannya, diaspora Korea
kemudian membangun gereja dan katedral secara mandiri.
Foto terkini Jang Geun-won (mahasiswa asal Korea pertama yang belajar di Indonesia, pendiri Happy Land Medical Center, Yogyakarta) dan Istrinya Ova Emilia (Rektor UGM)
Sumber Foto: Jang Geun-won
Diaspora Korea di Indonesia
243 Bab 3
◆ Siswa Internasional Korea
Pada akhir 1970-an, agama Islam menjadi sesuatu yang
menarik bagi mahasiswa internasional Korea yang datang ke
Indonesia. Saat beraktivitas dalam Asosiasi Mahasiswa Islam
Korea, Jang Geun-won dan Je Dae-sik terpilih sebagai penerima
beasiswa mahasiswa internasional yang didanai oleh Pemerintah
Indonesia. Keduanya kemudian berkuliah di Universitas Islam
Nasional Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jang Geun-won (nama
Indonesianya Abdul Natsir) menikahi Ova Emilia, putri Prof.
Zaini Dahlan yang pada saat itu menjabat sebagai Rektor UIN
Yogyakarta, dan menetap di Yogyakarta. Bersama istrinya yang
menjabat sebagai rektor UGM sejak tahun 2022, Jang mengelola
rumah sakit umum Happy Land Medical Center. Sementara
itu, setelah menyelesaikan pendidikannya di UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, Je Dae-sik melanjutkan pendidikannya dan memperoleh gelar doktor dalam pendidikan bahasa Indonesia
dari Universitas Nasional Jakarta dan kini menjadi profesor
di Busan Sungsim University of Foreign Studies (sekarang
Youngsan University).
3.
Sejak pertengahan 1980-an, industri padat karya Korea
berekspansi ke Indonesia. Hal ini menyebabkan jumlah diaspora
Korea di Indonesia meningkat pesat. Komunitas diaspora Korea
pun berkembang dan membentuk sistem. Jumlah orang Korea
244
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Diaspora Korea pada Periode Perkembangan (1988-2003)
yang tinggal di Indonesia melonjak dari sekitar 1.500 pada
1983 menjadi 17.209 pada 1997. Saat itu, perusahaan Korea
berkembang pesat dan diaspora Korea pun memiliki banyak
peluang dan penuh motivasi. Hal itu terlihat dari lahirnya
berbagai organisasi keagamaan, budaya, dan seni. Krisis
moneter Asia 1997, tragedi Mei 1998, dan pengunduran diri
Presiden Soeharto yang menggemparkan Indonesia menjadi
krisis bagi diaspora Korea di Indonesia. Namun, diaspora Korea
dan perusahaan Korea dapat menghadapi krisis tersebut dengan
berani dan bijaksana sehingga mendapat kepercayaan dari orang
Indonesia. Sebagian perusahaan Korea pun mengambil peluang
untuk beralih ke pasar ekspor dan pasar produk dalam negeri.
Krisis telah memberi pelajaran berharga bagi orang Korea, yakni
bahwa mereka tidak dapat bebas selama mereka tinggal di Indonesia, stabilitas Indonesia penting, dan mereka harus hidup
selaras dan berdampingan dengan orang Indonesia.
◆ Asosiasi Diaspora Korea
Pada periode ini, diaspora Korea yang tinggal di Indonesia
mengubah sebutan untuk diri mereka, yakni dari penduduk asing
menjadi “diaspora Korea”. Penduduk asing adalah orang asing yang tinggal sementara, sedangkan diaspora Korea (Hanin dalam
Bahasa Korea) berarti ‘warga dunia’ di luar perspektif kenegaraan
dan kesukuan, yakni mereka yang menggunakan bahasa Korea
dan memahami sejarah serta budaya Korea. Pada Desember
1994, Presiden Korean Association, Seung Eun-ho, mengubah
Diaspora Korea di Indonesia
245
3
Bab
nama komunitas diaspora Korea, yaitu dari Asosiasi Penduduk
Asing Korea (대한민국거류민회) menjadi Korean Association (재인도네시아한인회). Pada 1990, Seung Eun-ho, Chairman
Korindo Group, menjadi Presiden Korean Association ketiga dan menjabat selama 23 tahun. Ia membuat landasan hukum untuk
pelaksanaan kegiatan asosiasi, yakni dengan mendaftarkan
Korean Association menjadi yayasan berbadan hukum, merestrukturisasi organisasi Korean Association, merelokasi dan memperluas Sekolah Internasional Korea, dan membuat majalah
Hanin News untuk diaspora Korea, serta mencetak kerangka untuk berkembangnya diaspora Korea. Seung dianggap sebagai
tokoh berjasa di balik berhasilnya komunitas Korea memapankan diri di Indonesia. Pada tahun 2000, Seung menerbitkan “Catatan
Korean Association Indonesia” yang mencakup daftar nama orang Korea, perusahaan, bisnis, komunitas diaspora Korea di daerah, serta informasi tentang kehidupan sehari-hari.
◆ Hanin News
Hanin News adalah buletin bulanan yang diterbitkan oleh
Korean Association. Hanin News didirikan tahun 1996 dan tidak pernah absen satu edisi pun hingga saat ini. Penerbitan buletin ini didanai oleh biaya iklan dan dicetak sebanyak 3.500 eksemplar
setiap bulannya. Hanin News berperan dalam penyebarluasan dan pencatatan berita dari Korean Association, Kedutaan Besar Korea, komunitas Korea, baik di Indonesia maupun Korea, dan terus memainkan perannya di tengah gempuran media digital saat ini.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
246
◆ Kehidupan Keagamaan
Ketika jumlah diaspora Korea meningkat dan bermukim di berbagai daerah, gereja-gereja pun didirikan di berbagai daerah tempat diaspora Korea tinggal, bahkan kuil pun didirikan di Jakarta. Organisasi keagamaan diaspora Korea mengelola taman
kanak-kanak, sekolah umum, dan sekolah bahasa Korea untuk anak-anak Korea dan Indonesia. Selain itu, jika terjadi bencana, organisasi keagamaan ikut memandu kegiatan penyelamatan, baik dari Korea maupun luar negeri, dan mendistribusikan bantuan.
Di antara diaspora Korea yang memeluk agama Islam, ada yang sudah memeluk Islam di Korea sejak akhir 1970. Mereka kemudian menempuh pendidikan di Indonesia. Adapun yang
datang ke Indonesia untuk bekerja, kemudian menjadi mualaf
karena menikah dengan warga negara Indonesia yang menganut agama Islam. Muslim Korea di Indonesia tidak membangun
masjid khusus, melainkan mengikuti ibadah di masjid-masjid yang telah ada. Hal ini menunjukkan asimilasi yang mendalam antara warga Korea tersebut dengan masyarakat setempat. Pada
tahun 2020, diperkirakan 200 muslim Korea ada di Indonesia.
◆ Media Berbahasa Korea
Media berbahasa Korea berfungsi untuk menyebarluaskan
kabar tentang Korea dan komunitasnya, menginformasikan
kebijakan Kedutaan Besar Korea dan Pemerintah Indonesia
mengenai diaspora Korea, dan untuk memperkuat solidaritas
Diaspora Korea di Indonesia
247
3
Bab
diaspora Korea di Indonesia. Sampai tahun 2000-an, surat kabar
Korea diimpor dan didistribusikan oleh agen impor Bintang Jaya.
Faktor transportasi pengiriman menyebabkan surat kabar tiba di Jakarta dalam 1—2 hari lebih lambat dari hari penerbitan di Korea dan tiba di daerah setelah sekitar setengah bulan, tergantung pada jarak.
Pada 1990-an, majalah gratis diaspora Korea di Indonesia
“Gyominsegye” dan “Yeomyeong” diterbitkan pertama kali dan disebarkan melalui restoran Korea dan toserba Korea. Pada akhir 1990-an, majalah gratis “Byeorooksijang”, “Hanwool”, surat kabar SIMI, Inni-ilil-donghyang, dan Daily Indonesia diterbitkan.
◆ Siswa Internasional Korea
Pada pertengahan 1980-an, mahasiswa internasional angkatan
kedua yang didanai oleh Pemerintah Indonesia diseleksi dan diberangkatkan oleh Asosiasi Pusat Islam Korea ke Universitas
Islam Nasional Jakarta, Yogyakarta, Bandung, dan Malang. Selain itu, siswa asing Korea yang akan belajar tentang Indonesia juga mulai berdatangan. Setelah lulus dari UI, UGM, dan beberapa universitas lain di Indonesia, sebagian dari mereka menetap di Indonesia dan bekerja sebagai dosen, pengacara, pengusaha, ataupun akuntan. Ada pula yang kembali ke tanah airnya dan menjadi dosen bahasa Indonesia di universitas atau bekerja sebagai pakar Indonesia. Pada saat itu, seiring dengan semakin banyaknya perusahaan Korea yang berekspansi ke Indonesia, permintaan tenaga kerja yang mampu berbahasa Indonesia pun semakin meningkat. Hal ini membuat banyak mahasiswa yang
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
248
tidak melanjutkan berkuliah, tetapi memilih untuk mencari pekerjaan.
◆ Peran Aktif Lulusan Jurusan Bahasa Indonesia
Di Korea terdapat universitas yang khusus mempelajari
berbagai bahasa asing selain bahasa Inggris. Di antara universitas
tersebut yang memiliki Jurusan Bahasa Melayu-Indonesia, antara lain, Hankuk University of Foreign Studies dan Busan University of Foreign Studies. Pada tahun-tahun awal, seiring dengan
masuknya perusahaan Korea pengembang hutan dan kayu, banyak lulusan Jurusan Bahasa Melayu-Indonesia dan Jurusan
Kehutanan yang datang ke Indonesia. Lulusan Jurusan Bahasa
Indonesia bekerja sebagai penerjemah dan penghubung antara orang Indonesia dengan orang Korea di perusahaan.
◆ Asosiasi Ibu-Ibu Korea dan Perempuan Korea di Indonesia
Pada 1997, ketika Korea mengalami krisis valuta asing, Asosiasi
Wanita Korea berperan aktif dalam kampanye “Kirim Dolar ke Tanah
Air”. Pada 1997, Asosiasi Wanita Korea memberi beasiswa uang sekolah
dan menyumbangkan dana sebesar USD7.300 untuk perluasan Sekolah
Korea. Mereka juga menyumbangkan 20 ton beras kepada Kementerian
Sosial Indonesia untuk diberikan kepada orang Indonesia yang
membutuhkan. Selain itu, mereka juga menjalankan berbagai kelompok
aktivitas hobi. Pada 2001, Asosiasi Wanita Korea membuka “Sekolah
Miral(밀알학교)” untuk mengajarkan bahasa Korea kepada anak-anak
keturunan Korea.
Diaspora Korea di Indonesia
249 Bab 3
Dengan dibukanya Sekolah Korea, para perempuan Korea berpartisipasi aktif sebagai guru paruh waktu dan anggota komite pengarah wali murid. Mereka juga berperan sentral, baik dalam organisasi keagamaan di gereja maupun dalam organisasi budaya dan seni. Beberapa dari mereka berperan sebagai istri dan mencoba peran baru sebagai pengusaha yang membuka bisnis mandiri.
Acara makan malam yang dilakukan setelah jam pulang kerja di rumah seorang warga Korea pada tahun 1990-an di Jakarta. Warga Korea saat itu memakai kemeja putih saat bekerja.
Sumber Foto: Lee Byeong-ki, Penasihat Korean Association
◆ Berawal sebagai Ekspatriat hingga Menetap
Pada 1990, orang Korea mengenang Indonesia sebagai negara yang penuh dengan peluang emas sehingga semua orang Korea yang datang pada waktu itu ingin menjadi “bos”. Oleh karena itu, ditemukan banyak orang Korea yang awalnya datang sebagai ekspatriat, tetapi kemudian memulai bisnis sendiri dan menetap di Indonesia. Selain mitra untuk perusahaan besar atau produsen
OEM (Original Equipment Manufacturer: perusahaan yang produk hasil produksinya dibeli oleh perusahaan/ritel dengan menempel merek dagang dari perusahaan/ritel pembeli tersebut)
250
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
khusus ekspor, industri jasa untuk orang Korea, seperti restoran Korea, toserba Korea, dan agen perjalanan Korea juga meningkat.
Walaupun suka duka datang silih berganti selama 3—4 tahun
setelah krisis moneter 1997, transisi ekspatriat ke diaspora Korea
yang menetap di Indonesia tetap berlangsung hingga pertengahan
2000-an
◆ Kehidupan Diaspora Korea
Mugunghwa Supermarket adalah toserba Korea pertama di Indonesia. Toserba Korea berikutnya muncul berurutan, yaitu
Doraji, Hanil Mart, dan New Seoul. Orang-orang Korea juga
mengelola salon kecantikan, agen perjalanan, dan agen visa dengan target pasar teman satu negara. Restoran Korea dengan skala besar, seperti Hanyang Garden, Istana Korea, dan Han Kook
Gwan juga hadir di Indonesia.
Diaspora Korea bermukim secara terpusat di sekitar kawasan
industri sehingga membentuk kawasan permukiman Korea di daerah sekitar ibu kota, seperti Tangerang, Cikarang, Bekasi, Kelapa Gading, Cakung, dan Cibubur. Waktu itu, orang Korea yang datang ke Indonesia sulit untuk pulang pergi karena harga tiket pesawat yang tinggi. Oleh karena itu, sekali mereka datang, mereka tidak akan pulang selama 2—3 tahun. Terjebak di bea
cukai karena membawa gochujang (saus cabai Korea), dwenjang (saus fermentasi kacang kedelai Korea), bubuk cabai merah, dan ikan teri merupakan hal yang lazim. Saat akan pulang ke Korea, diaspora Korea di Indonesia juga harus membayar fiskal. Itulah kisah-kisah saat itu.
Diaspora Korea di Indonesia
251
3
Bab
Pertunjukan Talenta Dalam Rangka Perayaan Peresmian
Gedung Sekolah yang ke-2 pada 1995
Sumber Foto: 『자카르타한국국제학교 30
◆ Sekolah Internasional Korea (Jakarta International Korean School, JIKS)
Pada pertengahan 1980-an, jumlah siswa di Sekolah Korea
meningkat drastis seiring dengan meningkatnya ekspansi
perusahaan Korea di Indonesia. Jumlah siswa di sekolah Korea
melonjak dari 140 siswa pada September 1986 menjadi 530
pada 1992. Pada tahun 2001, jumlah siswa meroket hingga 1.652
sehingga menjadikan Sekolah Korea di Jakarta sebagai sekolah
dengan jumlah siswa terbesar di antara 34 Sekolah Korea yang
berada di luar Korea di seluruh dunia.
Pada 1990, Yayasan Jakarta International Korean School (JIKS)
didirikan dan diakreditasi oleh Departemen Pendidikan Indonesia.
Pada 1993, gedung sekolah yang baru dibangun di dekat Taman
Mini Indonesia Indah. Bersamaan dengan relokasi tersebut, nama
Sekolah Korea dikukuhkan menjadi JIKS. Pada 1994, Departemen
Pendidikan Republik Korea mengesahkan pendirian jenjang
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
252
년사』
sekolah menengah pertama kemudian dilanjutkan dengan pendirian sekolah menengah atas pada tahun 1997.
JIKS berupaya agar seluruh siswanya berjiwa orang Korea, ahli dalam pengetahuan keindonesiaan, dan berpancaindra internasional. Lulusan JIKS berhasil menyelesaikan studi di universitas di Korea dan Amerika Serikat, bekerja dan menetap di sana atau kembali ke Jakarta untuk berbisnis, bekerja di perusahaan Korea atau ditempatkan di Indonesia sebagai ekspatriat, dan berperan sebagai jembatan antara Indonesia dan Korea.
JIKS bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi tuan rumah diselenggarakannya berbagai acara Korea. JIKS berfungsi sebagai pusat komunitas Korea yang berhubungan dengan kegiatan para wali murid. Pada saat komunitas diaspora Korea di Jakarta belum memiliki infrastruktur untuk mengumpulkan orang, sebagian besar acara komunitas diaspora Korea dilaksanakan di JIKS. Selama Piala Dunia Jepang-Korea 2002, Korean Association, Kedutaan Besar Korea, dan JIKS bersama-sama mengadakan “nonton bersama pertandingan piala dunia” untuk mendukung tim nasional Korea di auditorium sekolah.
Ketika Indonesia dan Korea meningkatkan pertukaran dan kerja sama di bidang politik, ekonomi, pertahanan, budaya, pertukaran sumber daya manusia, dan diplomasi, komunitas
diaspora Korea terus berkembang menjadi komunitas asing terbesar di Indonesia. Menurut data konservatif statistik orang
Diaspora Korea di Indonesia
253 Bab 3
4. Diaspora Korea Periode Pematangan Tahap I (2004-2016)
Korea perantauan, Kementerian Luar Negeri Republik Korea, jumlah orang Korea perantauan di Indonesia melonjak dari
23.025 pada 2005 menjadi 30.700 pada 2009. Sementara itu, jumlah
diaspora Jepang turun dari sekitar 120.000 jiwa sebelum tragedi
kerusuhan Mei 1998 menjadi sekitar 20.000 jiwa. Sejak saat itu, jumlah diaspora Korea terus bertambah hingga mencapai 36.295
jiwa pada 2011 dan mencapai puncak pada 2015 dengan jumlah
40.471 jiwa. Sebagian besar diaspora Korea bermukim di wilayah
metropolitan dengan Jakarta sebagai pusatnya.
Seiring dengan berkembangnya skala bisnis perusahaan
Korea, bidang usaha pun semakin terdiversifikasi. Komunitas
diaspora Korea berkembang tidak hanya dalam kuantitas, tetapi juga dalam kualitas. Permintaan pasar akan bidang usaha yang
lebih spesifik, seperti restoran, agen perjalanan, toserba Korea, dan gereja Korea terus bertambah. Jumlah orang Korea yang membuka usahanya di Indonesia juga terus bertambah. Lambat
laun terbentuklah “Korean Town”, pusat tempat usaha orang
Korea, terutama di daerah yang banyak ditinggali oleh diaspora
Korea. Diaspora Korea yang membuka usaha baru juga mulai
muncul. Ada juga diaspora Korea yang tidak pulang ke Korea
meskipun sudah pensiun atau usahanya telah gulung tikar. Akan tetapi, berkat depresiasi mata uang rupiah setelah krisis valuta
asing 1997, tidak sulit bagi mereka untuk membuka usaha kecil.
Penggunaan gawai yang mulai dipasarkan sejak sekitar
tahun 2012 merupakan titik balik perubahan ekonomi Indonesia
menjadi ekonomi digital. Sejak awal 2000-an, drama dan film
Korea, kemudian K-pop menjadi sangat populer di Indonesia.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
254
Bersamaan dengan berkembangnya teknologi gawai dan internet, konsumsi konten hallyu pun semakin meningkat. Kemajuan
teknologi digital dan gawai mempersempit jarak antara
Indonesia dan Korea. Mobilisasi antarkedua negara pun lebih
intensif. Pernikahan antarkedua warga negara pun meningkat.
Bersamaan dengan bertambahnya jumlah orang Korea yang
mampu berbahasa Indonesia dan belajar tentang Indonesia, orang
Indonesia yang ingin belajar Bahasa Korea dan belajar tentang
Korea juga terus bertambah.
Keistimewaan lain dari komunitas diaspora Korea di Indonesia
adalah kegemaran mengabadikan pengalaman hidup dalam
tulisan. Kontes puisi dan esai bagi diaspora Korea sering digelar.
Kelompok-kelompok yang tersegmentasi mencerminkan minat
para anggotanya dalam mengekspresikan identitas diri. Korean
Association sebagai kelompok yang sudah mapan memiliki
asosiasi pemuda yang terpisah-pisah dalam kelompok-kelompok
hobi. Selain itu, kegiatan ekonomi pun mulai bermunculan. Klub
pencinta kegiatan tertentu, klub yang dahulunya berawal dari
perkumpulan hobi sederhana berevolusi menjadi kelompok ahli
yang menekankan seni dan budaya secara eksklusif.
Sejak 2009 diberlakukan sistem pemilihan untuk warga Korea
yang berada di luar Korea sehingga memungkinkan komunitas
diaspora Korea internasional untuk memilih, baik dalam
pemilihan presiden maupun pemilihan anggota dewan. Perhatian
Pemerintah Korea terhadap 7,5 juta diaspora Korea internasional
meningkat. Organisasi yang berafiliasi dengan Pemerintah pun
ikut bertambah jumlahnya di setiap cabang, seperti The Peaceful
Diaspora Korea di Indonesia
255 Bab 3
Unification Advisory Council, Korea Women’s International Network (KOWIN), KOCHAM, World Federation of Overseas
Korean Traders Associations (OKTA), dan Korean Sport and Olympic Committee (KSOC). Bersamaan dengan semakin intensifnya kegiatan eksternal Pemerintah dan perusahaan
Korea, muncul gagasan tentang peran masyarakat Korea dalam menjembatani hubungan masyarakat Korea dengan masyarakat lokal sebagai hal yang lazim dilakukan. Selain itu, ketika
status ekonomi Korea meningkat secara drastis, bantuan untuk diaspora Korea internasional pun ikut meningkat. Peta topografi kewenangan komunitas diaspora Korea kemudian disusun ulang dengan berpusat pada konektivitas antara komunitas diaspora Korea di Indonesia di Korea.
Sumber Foto : Hanin News
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
256
Festival Jalan Kaki Dalam Rangka Memperingati Hari Kemerdekaan Korea ke-70 (15 Agustus) (Festival tersebut digelar pada 16 Agustus 2015).
◆ Korean Association : Dari Indonesia Menuju Dunia
Chairman Korindo Group, Seung Eun-ho, memimpin
Korean Association hingga tahun 2012. Korean Association
menyelenggarakan banyak acara seiring dengan berkembangnya
dan gencarnya pergerakan masyarakat diaspora Korea. Ketika
organisasi orang Korea perantauan yang berpusat di Korea mulai
terbentuk, Seung Eun-ho menjabat sebagai Ketua Umum Bersama
untuk Perkumpulan Kepala Yayasan Sekolah Korea di luar
negeri, Wakil Ketua The Peaceful Unification Advisory Council
untuk kawasan ASEAN, Ketua ‘Kongres Korean Association
Dunia’, Presiden ‘Konvensi Bisnis Korea Dunia’, Presiden ‘Asian
Federation of Korean Associations’, dan Ketua ‘Korean Association
Wilayah Asia’. Beliau juga berjasa dalam meningkatkan status
diaspora Korea di Indonesia.
Selama masa jabatan Shin Ki-yup, Ketua Korean Association
Indonesia keempat yang dilantik pada 2013, berbagai acara
digelar. Dalam berbagai acara tersebut Korean Association, komunitas Korea, Kedutaan Besar, perusahaan Korea, pemerintah
dan orang Indonesia ikut berpartisipasi untuk saling berinteraksi
dan memaknai sejarah, seperti dalam acara “Peringatan 40 Tahun
Hubungan Diplomatik Indonesia Korea” pada 2013, “Festival
Persahabatan Indonesia-Korea” pada 2014, dan “Peringatan 70
Tahun Kemerdekaan Indonesia-Korea” pada 2015. Pada 2013, Korean Association mengumpulkan bantuan berupa dana
dan barang yang kemudian diserahkan kepada Palang Merah
Indonesia untuk disalurkan kepada semua korban banjir bandang
yang melanda Jakarta pada waktu itu.
Diaspora Korea di Indonesia
257 Bab 3
◆ Korean Association di Daerah
Diaspora Korea tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Di Jakarta, di tempat mayoritas diaspora Korea tinggal terdapat
Korean Association Indonesia. Adapun di sekitar ibu kota, seperti Tangerang, Cikarang, Bogor, dan daerah lainnya terdapat Korean
Association daerah. Korean Association di Pulau Jawa didirikan di kota-kota, seperti Bandung, Sukabumi, Yogyakarta, Semarang, Jepara, dan Surabaya. Sementara itu, di luar Pulau Jawa, Korean
Association didirikan di Bali, Lombok, Makassar, Medan, Batam, dan Kalimantan. Korean Association mengadakan pertemuan
rutin, seperti acara tahun baru dan akhir tahun serta menerbitkan
buletin Hanin News. Selain itu, mereka juga meneruskan
informasi dari Kedutaan Besar dan melakukan upaya tanggap
darurat bencana serta kegiatan amal. Komunitas diaspora
Korea tidak hanya mengadakan acara yang berkaitan dengan kekoreaan, tetapi juga membantu masyarakat Indonesia dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan.
◆ Sekolah Korea, JIKS (Jakarta International Korean School)
Pada periode ini, JIKS berkembang dari sekolah Korea
menjadi sekolah internasional. Untuk membina insan berbakat
dan berpancaindra global serta berpengetahuan umum dasar
layaknya para pakar lokal tanpa menghapus identitas mereka sebagai orang Korea, pada 2007 kurikulum JIKS direvisi
dengan memperkuat bahasa asing dan bahasa Indonesia
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
258
serta meningkatkan program pertukaran dengan sekolah dan siswa lokal. Sejak 2011, JIKS telah mengadakan acara “Hari
Korea” untuk mempromosikan budaya Korea dan “Festival Indonesia” yang diselenggarakan sejak 2016 untuk mempelajari budaya Indonesia. JIKS juga mengelola kelas khusus bagi anak berkebutuhan khusus.
◆ Mahasiswa Internasional Korea
Sejak tahun 2000-an, jumlah mahasiswa internasional Korea yang belajar di universitas-universitas di Indonesia perlahanlahan meningkat. Mahasiswa-mahasiswa yang memperoleh visa
belajar ke Indonesia berjumlah 156 orang pada 2009. Walaupun jumlah orang Korea yang masuk ke Indonesia turun sejak sekitar
2015, tetapi jumlah siswa internasional justru meningkat, yakni
dari 427 pada 2015 menjadi 617 pada 2019. Selain itu, area belajar para mahasiswa internasional Korea ini meluas hingga ke
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Papua.
Pada 2010, Asosiasi Mahasiswa Korea didirikan di setiap universitas. Asosiasi Mahasiswa Korea Universitas Indonesia
dan Universitas Pelita Harapan bergabung untuk mengadakan
kompetisi olahraga dan pertandingan persatuan guna merangsang pertukaran antarmahasiswa internasional Korea di Indonesia.
Diaspora Korea di Indonesia
259 Bab 3
Sumber Foto: Hanin News
◆ Organisasi Seni dan Budaya Diaspora Korea
Selama periode ini, pertunjukan, pameran, dan publikasi yang terkait dengan budaya dan seni diaspora Korea sering digelar. Berbagai organisasi pun giat mengadakan kegiatan amal. Organisasi seni dan budaya Korea mengadakan pameran dan pertunjukan secara teratur di berbagai bidang. Mereka juga diundang untuk tampil dalam acara-acara, baik Korea maupun
Indonesia. Selain itu, organisasi ini juga diundang oleh Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) dan sekolah lain untuk mengajarkan budaya Korea, seperti tarian Korea, samulnori, dan kaligrafi Korea.
Departemen Korea dalam Indonesia Heritage Society (2004)
melatih pemandu Museum Nasional Indonesia untuk berbahasa
Korea dan membuka tur spesial berbahasa Korea dalam jangka
waktu tertentu. Departemen Korea juga menerbitkan pamflet informasi berbahasa Korea pada tahun 2007.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
260
2014 Friendship Festival Korea-Indonesia (19/12/2014)
Organisasi seni dan budaya Korea di Indonesia, antara lain, Jakarta Saxophone Fellowship (2003), Lucy Flower (2004), Asosiasi Kaligrafi Korea (2005), Paduan Suara Anak Korea
Jakarta (2005), Federasi Kebudayaan dan Seni Indonesia (2008), Hanbapae (2008), Korea Traditional Music Association (2012), Jakarta Father Ansamble (2011), Arte Women’s Choir (2015), Jakarta Far East Broadcasting Choir (2008), Korea Orchestra of Jakarta Indonesia (2014), Korean Dance Company of Jakarta (2017), Hanji Crafts (2016), dan Jakarta Photo Club (2018).
Para anggota Pusat Budaya Korea-Indonesia bertamasya ke Rumah Jawa (museum pribadi) di Jakarta untuk melihat koleksi barang-barang antik (21/6/2014).
Sumber Foto: Pusat Budaya Korea-Indonesia
◆ Organisasi Afiliasi Pemerintah Korea dan Pemerintah
Daerah
Pada periode ini didirikan lembaga yang diamanatkan oleh
konstitusi pemerintah Korea, The Peaceful Unification Advisory Council, organisasi yang berafiliasi dengan Pemerintah Korea
seperti Korea Women’s International Network (KOWIN), KOCHAM, World Federation of Overseas Korean Traders
261
3
Bab
Diaspora Korea di Indonesia
Associations (OKTA), dan Korean Sport and Olympic Committee (KSOC). Organisasi-organisasi tersebut kemudian membuka
cabang. Asosiasi Olahraga Korea (2010) adalah perkumpulan
diaspora Korea yang gemar olahraga. Asosiasi ini memiliki cabang
hampir di setiap jenis olahraga, seperti Asosiasi Golf Korea, Asosiasi Bowling Korea, Asosiasi Squash Korea, Asosiasi Seni
Bela Diri Internasional, Asosiasi Tenis Meja Korea, Asosiasi Sepak
Bola Korea, Asosiasi Taekwondo Korea, Klub Tenis Regional, Asosiasi Baseball Korea, dan Asosiasi Bulu Tangkis Korea. Mereka mengirim atlet ke kejuaraan nasional yang diadakan di Korea
setiap tahun.
Instansi Pemerintah Korea dan pemerintah daerah terjun
langsung ke Indonesia untuk memperkenalkan budaya Korea dan menjalankan program kursus bahasa Korea; memperkenalkan
dan memasarkan konten Korea; melatih tenaga teknis Indonesia
dan Korea melalui pelatihan di Korea; mengadakan kegiatan
pendukung UMKM; meningkatkan berbagai proyek, seperti
pembuatan Sentul Eco Edu Tourism Forest (2013), pendirian
ekowisata Taman Wisata Alam Gunung Tunak (Lombok, 2018), serta restorasi dan konservasi lahan gambut di Provinsi Jambi.
Hal tersebut dilakukan Seiring dengan meningkatnya pertukaran
dan kerja sama antara Korea dan Indonesia.
Instansi Pemerintah Korea dan Pemerintah Daerah Korea yang
membuka kantor di Indonesia, antara lain, Korean Cultural Center
Indonesia/KCCI (2011), Korea-Indonesia Forest Cooperation/
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
262
KIFC (2011), Korea International Trade Association/KITA (2015), Daegu-Gyeongbuk Jakarta Office (2015), Korea Creative Content Agency (KOCCA), Indonesia Business Center (2016), KoreaIndonesia Industry and Technology Cooperation (KITC), Korea
Small and Medium-sized Enterprises/Kosme (2007), Korea AgroFisheries & Food Trade Corporation (aT) (2013), Gyeongnam
Jakarta Office. Dukungan untuk bisnis lokal (2012) dan Korea
Tourism Organization (KTO) cabang Jakarta: Green Business Center (GBC) (2011).
◆ Organisasi Amal
Beberapa organisasi amal Korea juga didirikan di Indonesia. ‘Babpeo Happy Center’ (babpeo berarti ‘menyendok nasi’)
membantu daerah miskin di Jakarta; Biara Fransiskan membantu daerah miskin di Medan; dan Heavens membantu daerah penderita kusta di Tangerang. Selain itu, TK Rumah Indah sebagai
lembaga pendidikan gratis membantu anak-anak dari keluarga miskin di Jakarta untuk memperoleh pendidikan. Sekolah Teknik
Talenta Paidion adalah lembaga pendidikan teknis untuk melatih
kemandirian difabel tunawicara, tunarungu, dan pemudapemuda yang kurang beruntung. Adapun 사랑의 전화(dibaca Sarangui Jeonhwa, ‘Loveaid Call Center’) menyediakan bantuan
konsultasi bagi diaspora Korea yang membutuhkan. Organisasiorganisasi amal yang dibentuk diaspora Korea, baik yang formal maupun informal, beroperasi di seluruh penjuru Indonesia.
Diaspora Korea di Indonesia
263
3
Bab
◆ Media Diaspora Korea
Surat kabar dan brosur, siaran kabel, warung internet, website, dan lainnya gencar dihadirkan dalam bahasa Korea pada tahun 2000-an. Akan tetapi, secara bertahap, media-media tersebut berkurang dan sebagian gulung tikar karena tidak
mampu bersaing dengan perkembangan media digital dan gawai pada pertengahan 2010-an. Hanin News, Daily Indonesia, Ilyosinmun (‘Koran Minggu’), Hanin Post, Han Times, Jakarta
Today, dan Jakarta Gyeongje Sinmun (‘Koran Ekonomi Jakarta’) memberitakan kabar seputar Indonesia dan diaspora Korea.
Sementara itu, beberapa contoh majalah gratis, antara lain, Gyomin Segye, Yeo Myeong, Byeoruk Sijang, dan Hanwool. Adapun contoh siaran kabel ialah K-TV dan OKTN (KBS World).
Website Indoweb dan warung internet “Nyonya Korea” pun didirikan secara daring. Kehadiran berbagai media sosial tersebut semakin meningkatkan penyebaran kabar, informasi, serta promosi produk melalui grup chat diaspora Korea, Naver Band, Facebook, serta Instagram. YouTuber Jang Han-sol, Hari Jisun, Han Yoo-ra, Lee Jeong-hun, dan Hwang Woo-jung menjalankan
kanal YouTube pribadi mereka dengan target penonton orang Indonesia.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
264
Konser “Music Bank” Dalam Rangka Perayaan 40 Tahun
Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia pada 2013
Sumber Foto: Hanin News
◆ Hallyu (Korean Wave)
Di Indonesia demam budaya Korea atau hallyu dimulai tahun
2010, yakni sekitar lima tahun lebih lambat daripada negara lain.
Pada 2013, yakni ketika hallyu sedang naik daun, berbagai acara budaya, ekonomi, perdagangan, serta kerja sama pertahanan
diselenggarakan dalam rangka memperingati 40 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Korea. Melihat respons masyarakat yang
luar biasa terhadap hallyu, Kedutaan Besar Korea untuk Indonesia dan Korean Association mengadakan berbagai acara bertemakan hallyu. Pada 9 Maret 2013, “Music Bank in Jakarta” digelar dengan
menghadirkan bintang tamu grup idola populer Korea, seperti
Super Junior, SHINee, Beast, dan 2PM. Pelaksanaan acara ini menunjukkan tingginya popularitas idola K-pop di Indonesia.
Diaspora Korea di Indonesia
265 Bab 3
Dalam seminar “Morning Talk” yang diadakan di Kementerian Luar Negeri Indonesia pada 26 Januari 2023 dalam
rangka memperingati 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik
antara Indonesia dan Korea, Suray Agung Nugroho dari Program
Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Gadjah Mada
(UGM) menjelaskan bahwa gempuran hallyu di Indonesia
sangat kuat hingga mampu melewati pandemi Covid-19. Ia juga menyebut hallyu sebagai “K-Tsunami”, bukan lagi K-Wave.
Suray Agung Nugroho mengatakan, “Kegilaan akan hallyu saat ini berkembang ke skala yang tak terbayangkan pada masa lalu.
Hallyu tumbuh lebih dahsyat dari sekadar gelombang (wave),
tetapi telah meledak setara dengan Tsunami.” Pemilihan kata
“tsunami” dapat diartikan sebagai efek positif dan negatif hallyu secara bersamaan.
Suray menekankan aspek positif dari Korean Wave di Indonesia dengan mengemukakan bahwa hallyu dapat digunakan
sebagai sarana komunikasi antargenerasi. Di rumah, ibu dan anak-anak dapat menonton drama dan film Korea bersama, membahas tentang pemeran dan isi tontonan. Begitu pula dengan
politisi. Menjelang pemilihan presiden Indonesia pada 2019 dan 2024, para kandidat calon presiden menciptakan lagu kampanye yang memparodikan K-pop dan menyinggung kemiripan mereka
dengan para bintang hallyu.
Hangeul digunakan pada penulisan nama bisnis, merek
dagang, dan deskripsi produk untuk meningkatkan citra produk
secara komersial. Melihat antusiasme penggemar Indonesia
untuk mencoba makanan yang ditampilkan dalam K-drama, soju
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
266
halal non-alkohol khusus untuk kaum muslim pun diluncurkan.
Proporsi pelanggan lokal di restoran Korea dan toserba yang
dikelola diaspora Korea pun meningkat secara signifikan. Kini
hallyu sudah melebur dengan kehidupan masyarakat Indonesia.
Bukan hanya orang Korea saja, orang Indonesia pun meluncurkan
produk hallyu versi mereka sendiri. Selain itu, karya kolaborasi
antara penari, pelukis, dan seniman digital Korea dan Indonesia dirilis satu demi satu.
Hallyu juga telah berkembang ke sektor olahraga. Selain
pelatih berkewarganegaraan Korea Shin Tae-yong yang melatih
tim nasional sepak bola Indonesia, sejumlah pemain Korea pun
bermain dalam tim sepak bola profesional Indonesia. Tim nasional
Indonesia lain seperti bola basket wanita, taekwondo, judo, tinju, dan gulat juga pernah dilatih oleh pelatih asal Korea.
Tidak hanya sekadar menikmati konten hallyu, penggemar
hallyu juga aktif melakukan serangkaian kegiatan sosial yang
positif bagi masyarakat Indonesia.
◆ Orang Indonesia yang Mempelajari Studi Korea
Sejak 1980-an, Pemerintah Korea telah berupaya untuk menyebarluaskan studi Korea. Upaya tersebut didukung oleh
Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia, KOICA, Korea
Foundation (KF), Korea Education Development & Promotion Institute (KEDPI), dan National Reserach Foundation of Korea
(NRF). Sejak akhir 1990-an, perusahan Korea, seperti Korindo mulai
mensponsori sekolah-sekolah Indonesia dalam pengembangan studi Korea. Hankuk University of Foreign Studies (HUFS)
Diaspora Korea di Indonesia
267 Bab 3
mengundang dosen dari Indonesia untuk mengisi kelas studi
Indonesia sejak tahun 1967. Pada akhir 1970-an, mahasiswa HUFS
mulai menempuh pendidikan dan pelatihan di Indonesia. Sejak
akhir 1990-an, mahasiswa Indonesia dikirim ke Korea dengan
program beasiswa Pemerintah Korea. Pada 2011, KCCI dan King
Sejong Institute didirikan di Jakarta.
Universitas Nasional mendirikan Pusat Studi Korea pada
1987, Program Studi Bahasa Korea pada 2005, dan jenjang S-1
Program Studi Bahasa Korea pada 2017. UGM membuka kursus
bahasa Korea pada 1995 dan mendirikan Pusat Studi Korea pada
1996. UGM membuka jenjang pendidikan D-3 Program Studi
Bahasa Korea pada 2003 yang kemudian disusul dengan jenjang
pendidikan S-1 pada 2007 dan The International Association of Korean Studies in Indonesia (INAKOS) pada 2008. Perusahaan
Korea juga memberikan bantuan berupa dana pembangunan
gedung dan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia. Adapun
KOICA mengirimkan tenaga pengajar bahasa Korea. Pada
2006, UI mendirikan Program Studi Bahasa dan Kebudayaan
Korea di bawah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Pada 2015,
Universitas Pendidikan Indonesia mendirikan Progam Studi
Pendidikan Bahasa Korea. Perusahaan Korindo dan Magiccom
Yongma Electronics mendanai beasiswa dan pendirian gedung.
Adapun organisasi Korea, seperti KOICA mengirimkan tenaga
pengajar bahasa Korea ke Indonesia.
Kursus bahasa Korea mulai gencar dibuka di beberapa
universitas swasta, SMA, dan lembaga kursus swasta di Indonesia. Antara 2005—2007, kursus bahasa Korea reguler dan
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
268
Pusat Studi Korea didirikan di universitas, baik negeri maupun swasta, seperti Universitas Komputer Bandung (Unikom Bandung), Universitas Diponegoro Semarang, Universitas
Hasanuddin Makassar, Universitas Lambung Mangkurat Lampung, dan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Pada
2005, mata pelajaran bahasa Korea mulai diajarkan di SMA
Negeri 27 Jakarta.
King Sejong Institute adalah lembaga yang mengajarkan
bahasa dan budaya Korea kepada orang asing yang ingin
mempelajari bahasa dan budaya Korea. Per tahun 2023, King
Sejong Institute memiliki sepuluh cabang di Indonesia, yaitu King
Sejong Institute Center Indonesia di Jakarta, kemudian cabang lain di Jakarta,Tangerang, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, BauBau, dan Ambon.
Supermarket Mu Gung Hwa di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Sumber Foto : Supermarket Mu Gung Hwa
269 Bab 3
Diaspora Korea di Indonesia
◆ Hanin Town (Korea Town)
Korea Town terbentuk di daerah yang banyak ditinggali oleh diaspora Korea. Di Indonesia, Korea Town berada, antara lain, di area Jalan Senayan dan sekitar Wijaya Grand Center di Jakarta Selatan, Ruko Pinangsia (Tangerang, di sebelah barat Jakarta), Kelapa Gading (Jakarta Timur), dan Ruko Union di Cikarang (Jawa Barat). Pada umumnya, restoran, toserba Korea, tempat kursus, dan taman kanak-kanak dibangun di daerah perumahan
yang ditempati banyak orang Korea atau di lokasi tempat dibangunnya kantor-kantor Korea. Sejak tahun 2000-an, ketika hallyu menyebar dan populer di Indonesia, konsumen lokal yang mengunjungi toserba Korea pun meningkat.
Pada saat itu, di Indonesia belum banyak berdiri toserba
Korea seperti saat ini. Selain itu, distribusinya pun belum berkembang. Bazar yang diadakan oleh gereja menjadi layaknya pasar yang memberi kesempatan kepada masyarakat setempat
untuk membeli barang-barang khas Korea. Bazar yang dikenal luas adalah bazar yang digelar oleh Korean Union Church dan Korea Cathedral (ST Joseph Korean Catolic Church). Lambat laun, orang-orang mulai membeli barang-barang melalui media sosial, seperti naver band dan online shopping mall.
Sejak akhir 1990-an hingga 2000-an, sarana untuk menonton berita dan drama Korea adalah kaset video (VHS) yang disewakan di toserba Korea. Pada tahun 2010, VHS digantikan oleh stasiun
TV kabel K-TV dan OKTN. Perkembangan teknologi internet dan gawai pada sekitar tahun 2015 membuat diaspora Korea berganti ke YouTube dan OTT (Over The Top).
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
270
5. Diaspora Korea pada Periode Pematangan Tahap II (2017—saat ini)
Periode pematangan tahap dua dimulai tahun 2017 hingga
saat ini. Komunitas diaspora Korea Indonesia mengalami
restrukturisasi seiring dengan berubahnya gaya hidup dan jenis
usaha yang dijalankan. Selain itu, restrukturisasi juga dilakukan
akibat berkurangnya jumlah diaspora Korea karena perubahan
pada industri yang dijalankan, digitalisasi masyarakat secara
keseluruhan, perubahan generasi, serta pandemi Covid-19. Menurut data Kementerian Luar Negeri Republik Korea, jumlah
orang Korea yang merantau ke Indonesia mengalami penurunan, yakni dari 40,741 pada 2015 menjadi 31.091 pada 2017, 22.774 pada 2019, dan 17.297 pada 2021.
Meningkatnya jumlah diaspora Korea Indonesia yang kembali
ke Korea karena pandemi Covid-19 juga menyebabkan turunnya
jumlah perantau dari Korea di Indonesia. Jika dibandingkan
dengan tahun 2019, jumlah orang Korea pada 2021 turun 24% dan jumlah siswa internasional turun 51%. Berdasarkan izin tinggal
per Desember 2021, di Indonesia terdapat 2.508 orang Korea
dengan kewarganegaraan asing dan izin tinggal tetap serta 14.789
orang Korea dengan izin tinggal terbatas dan pelajar. Populasi
diaspora Korea terkonsentrasi di Pulau Jawa dengan 5.966 orang
menempati Jakarta dan 8.973 sisanya berada di Pulau Jawa (tidak termasuk Jakarta).
Peristiwa berkesan yang terjadi pada periode ini adalah
ketika atlet Korea Selatan dan Korea Utara hadir bersama-sama
Diaspora Korea di Indonesia
271 Bab 3
dalam pembukaan Asian Games 2018 Jakarta-Palembang dan tim nasional gabungan kedua negara tersebut berlaga di bawah
satu bendera. Sementara itu, peristiwa yang memengaruhi
komunitas diaspora Korea, antara lain, investasi POSCO, Lotte Chemical, dan Hyundai Motor Group; pertumbuhan start-up di bidang IT; dan kerja sama bisnis dalam pembangunan Ibu
Kota Nusantara. Drama dan film Korea, K-pop, makanan dan produk kosmetik Korea, serta wisata Korea turut memengaruhi
komunitas diaspora Korea di Indonesia. Pelatih tim nasional
sepak bola Indonesia, Shin Tae-yong, dan para pemain sepak bola yang saling bermain di liga sepak bola profesional kedua negara
semakin meningkatkan kesadaran akan hubungan Indonesia dan Korea. Army Indonesia (klub penggemar bintang K-pop global BTS) menyebarkan kebaikan dengan menanam pohon bakau
dan berbagi makan siang untuk pengemudi ojek online. Pandemi
Covid-19 yang melanda sejak tahun 2020 membuat banyak
diaspora Korea di Indonesia kembali ke tanah airnya. Selain itu, ketika perusahaan Korea pindah ke bagian timur untuk mencari
daerah dengan upah tenaga kerja yang lebih rendah, jumlah
orang Korea di daerah-daerah, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan meningkat.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
272
◆ Korean Association
Ketua Korean Association kelima tahun 2016 adalah Yang
Yeong-yeon. Sejak terpilih sebagai ketua pada Desember 2015, ia merombak struktur dan citra asosiasi agar sejalan dengan
perubahan zaman dan memungkinkan orang Korea yang
lebih beragam untuk berpartisipasi dalam asosiasi. Selama
periode ini, Korean Association juga meningkatkan perannya
dalam menengahi perselisihan internal antardiaspora Korea
dan memberi bantuan kepada anggota diaspora Korea yang
membutuhkan. Saat Indonesia dilanda bencana, seperti gempa
bumi di Lombok dan Sulawesi pada 2018, Korean Association
segera berinisiatif mengumpulkan dana bantuan dan logistik
yang kemudian diberikan ke instansi Pemerintah Indonesia untuk
disalurkan ke daerah-daerah yang memerlukan bantuan. Selain
Diaspora Korea di Indonesia
273 Bab 3
Kunjungan Rombongan multicultural family ke Kantor Kepresidenan (Cheong Wa Dae) untuk Menemui Ibu Negara Kim Jung-sook, saat Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018 Berlangsung (12/2/2018)
Sumber Foto: Hanin News
itu, pada Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, tim Korea Selatan
dan Korea Utara bersatu di bawah satu bendera saat pembukaan, berlaga dalam beberapa cabang olahraga, dan bersorak untuk
mendukung tim nasional negara mereka. Korean Association
bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Korea mendukung
para atlet, baik dari Korea Selatan maupun Korea Utara dan mengorganisasi tim sorak gabungan. Bersatunya Korea Selatan
dan Korea Utara dalam Asian Games 2018 dan semua partisipasi
Korean Association dapat terwujud karena Indonesia sebagai
tuan rumah menjalin hubungan diplomatik dengan kedua negara
Korea tersebut.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
274
Sampul buku “100 Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia”
Pada tahun 2019, ketua Korean Association keenam, Park Jaehwan, sempat menjabat sebagai Ketua Korea Garment Mafufacture’s Association in Indonesia (KOGA) Indonesia dan meraih kesuksesan besar dalam industri perhotelan. Park terpilih kembali menjadi
ketua Korean Association untuk kedua kalinya pada 2021. Di bawah
kepemimpinannya, Korean Association telah mengadakan “Peace
Walk” dalam rangka memperingati 100 Tahun Gerakan 1 Maret
dan “Maraton 5K” untuk memperingati hari kemerdekaan Korea
dan Indonesia yang diadakan di pusat Kota Jakarta, yakni Jalan Sudirman. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi ajang bagi Korea
dan Indonesia untuk merenungkan kembali makna kemerdekaan.
Selama Park menjabat, peristiwa terbesar yang terjadi adalah pandemi Covid-19. Sejak Februari 2020, Korean Association
telah memasok dan mendistribusikan masker serta alat medis.
Dalam menghadapi krisis Covid-19, Park mengamankan stok dan mendistribusikan masker, memberi informasi dan bantuan perawatan medis, mengorganisasi vaksinasi, dan memulangkan pasien darurat ke Korea. Pada September 2020, saat masih di tengah pandemi Covid-19, diterbitkan buku berjudul “인도네시아
한인100년사 (100 Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia)” dalam rangka memperingati 100 tahun masuknya pendatang Korea pertama ke Indonesia.
◆ Keanekaragaman Anggota Komunitas Diaspora Korea
Kini sulit mengidentifikasi karakter anggota diaspora Korea
dalam satu kata. Dahulu, generasi pertama yang datang ke Indonesia sebagian besar adalah orang Korea yang lahir dan besar
Diaspora Korea di Indonesia
275 Bab 3
di Korea. Mereka datang untuk bekerja di perusahaan Korea atau perusahaan Korea-Indonesia. Keluarga mereka kemudian ikut
datang dan menetap di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, proporsi diaspora Korea generasi kedua dan ketiga yang lahir dan besar di Indonesia menunjukkan peningkatan. Tidak sedikit kaum
muda Korea yang datang ke Indonesia dengan berbagai tujuan, seperti bekerja di perusahaan multinasional atau perusahaan Indonesia, berwisata, atau sebagai digital nomad. Jenis usaha
atau investasi yang mereka lakukan pun beragam, antara lain, teknologi finansial, perbankan, perusahaan asuransi, mobil, toko online, bahkan sebagai aktivis kelompok sipil. Sejak pertengahan
1960-an, yakni lebih dari 50 tahun sejak pendatang pertama Korea menginjakkan kaki di Indonesia, orang Korea dari berbagai latar
belakang dan usia yang tidak dapat dikelompokkan menjadi satu, karena kini mereka telah giat beraktivitas di berbagai bidang.
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
276
Peresmian Panitia Pemerintah-Swasta Korea guna Mendukung Asian Games 2018 Jakarta-Palembang di Aula Kedutaan Besar Republik Korea (4/7/2018)
Sumber Foto: Hanin News
◆ Asian Games 2018 Jakarta-Palembang
Asian Games 2018 Jakarta-Palembang memperlihatkan
keikutsertaan dan dukungan diaspora Korea Indonesia yang
luar biasa dari pembukaan hingga penutupan. Sebelum acara pembukaan resmi Asian Games pada 18 Agustus 2018, diaspora
Korea mengadakan Parade Perdamaian dalam rangka merayakan
partisipasi dan persatuan tim nasional tunggal Korea Selatan
dan Korea Utara pada 5 Agustus 2018. Dalam parade tersebut, masyarakat Indonesia dan diaspora Korea berjalan bersama menyusuri Jalan Sudirman, Jakarta.
Selama Asian Games berlangsung, komunitas diaspora
Korea mencermati kekurangan tim atlet dan berusaha memberi bantuan. Selain itu, dibentuk tim sorak gabungan yang bertugas memberi semangat kepada tim nasional tunggal gabungan
Korea Selatan dan Korea Utara. Pada saat itu, berbagai isu hangat ikut meramaikan suasana Asian Games, seperti pelaksanaan
KTT Korea Selatan dan Korea Utara; keikursertaan kontingen gabungan Korea Selatan-Korea Utara dalam Asian Games serta kehadiran tim sorak gabungan; atlet sepak bola Korea Selatan, Son Heung-min, yang merumput di Liga Premier Inggris dan upaya pembebasannya dari wajib militer; serta penampilan idola K-pop Super Junior dan iKON. Kontribusi besar Korea
dan diasporanya dalam Asian Games 2018 Jakarta-Palembang menarik perhatian masyarakat dunia hingga kata “Korea”
menjadi salah satu kata kunci pencarian populer di internet dan sosial media pada saat itu.
Diaspora Korea di Indonesia
277
3
Bab
Persatuan yang dirasakan oleh orang Korea, baik Korea Selatan
maupun Korea Utara yang merantau dan bermukim di Indonesia
saat bertemu di Jakarta dalam Asian Games 2018 dan saat bersorak
bersama tampak begitu menyentuh hingga digambarkan sebagai
“reunifikasi kecil di Jakarta”. Peristiwa ini dapat terwujud karena
di Indonesia terdapat Kedutaan Besar Korea Selatan dan Korea
Utara. Momen ini juga menjadi kesempatan baik bagi diaspora
Korea di Indonesia untuk meningkatkan peran mereka sebagai agen diplomatik.
Ketua Umum Korean Association, Park Jae-han (kiri kedua), menyerahkan bantuan darurat Covid-19 kepada Gubernur
DKI Jakarta Anies Baswedan (paling kanan) (25/6/2020).
Sumber Foto: Hanin News
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
278
◆ Upaya dan Kontribusi Diaspora, Pemerintah, dan Perusahaan Korea untuk Kemaslahatan Masyarakat
Indonesia Selama Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 digambarkan sebagai “rasa takut dan stagnasi”, “kerja sama dan gotong royong”, serta “kebangkitan”.
Pada masa pandemi tersebut, komunitas diaspora dan perusahaan Korea bergotong royong menanggulangi krisis dengan mendistribusikan tabung oksigen, ventilator, obat-obatan, peralatan darurat, dan makanan darurat kepada komunitas diaspora Korea dan masyarakat Indonesia. Hingga September 2020, Pemerintah Korea Selatan menyumbangkan pasokan antiepidemi dengan total nilai USD1 juta (setara KRW1,2 miliar). Pada
April 2020, Pemerintah Korea melalui Badan Pencegahan Bencana
Korea mengirimkan 300 disinfektan jenis semprot (USD100.000)
dan 32.200 alat tes PCR (USD400.000), serta mulai Juli 2020 mengirimkan 625.000 masker KF-94 (USD500.000). Perusahaan
Korea yang telah beroperasi di Indonesia juga giat membantu dengan memasok alat anti-epidemi setelah merebaknya Covid-19
di Indonesia. Empat perusahaan LG Group, termasuk LG
Electronics menyumbangkan 50.000 alat tes PCR buatan Korea; Lotte Chemical dari Lotte Group menyumbangkan 30.000 alat tes PCR; Hyundai Motor Group yang membangun pabrik mobil
di dekat Jakarta menyumbangkan 50.000 baju APD dan klinik drive-thru. Perusahaan-perusahaan Korea lainnya, satu demi satu, juga ikut memberi bantuan, antara lain, POSCO, Korea Midland
Power (KOMIPO), dan Shinhan Financial Group (mengirimkan alat tes Covid-19); Korindo (menyediakan baju APD dan masker
Diaspora Korea di Indonesia
279 Bab 3
anti-epidemi). Pada 13 Oktober 2020, atas bantuan Korea yang
telah diberikan dalam penanggulangan Covid-19 di Indonesia, BNPB menyerahkan plakat penghargaan atas bantuan tanggap
Covid-19 kepada Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia
sebagai ungkapan terima kasih kepada pemerintah, perusahaan, dan masyarakat diaspora Korea.
Pada saat Covid-19 mulai merebak, Korean Association
beserta Kedutaan Besar Republik Korea dengan sigap membentuk
tim dan bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, Pemerintah
Pusat Korea, serta perusahaan Korea. Korean Association
juga segera mengamankan stok masker yang diproduksi oleh
perusahaan Korea dan mendistribusikannya secara gratis saat
mengetahui bahwa diaspora Korea di Indonesia sedang berjuang
untuk mendapatkan masker. Selain itu, Korean Association
menandatangani perjanjian bisnis dengan rumah sakit lokal
berskala besar untuk mendukung perawatan diaspora Korea
yang terinfeksi Covid-19. Sejak gelombang kedua pandemi
merebak di Indonesia pada Juni 2021 yang menyebabkan jumlah
kasus harian penderita baru Covid-19 melampaui 50.000 kasus, jumlah diaspora Korea yang terinfeksi Covid-19 pun meningkat
drastis, bahkan jumlah pasien kritis juga meningkat. Korean Association bersama dengan Kedutaan Besar Republik Korea
segera memberangkatkan pesawat carteran untuk membawa
pasien warga Korea yang terkonfirmasi Covid-19 ke Korea. Pasien
yang kritis dikirim dengan ambulans udara. Selain itu, Korean
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
280
Association juga bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat dan masyarakat Korea untuk melakukan vaksinasi Covid-19
sebanyak lima kali, yakni sejak Desember 2021 dengan total 1.463 orang telah divaksin.
Pada Maret 2020, ketika pasien yang terinfeksi Covid-19
pertama kali dikonfirmasi di Indonesia dan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diberlakukan, aktivitas
Korean Association bisa dikatakan berhenti sementara waktu.
Kegiatan seni dan budaya ditangguhkan, bahkan acara keagamaan
hanya diadakan secara online atau hanya dengan segelintir jemaat
jika dilakukan secara tatap muka. Restoran dan kafe Korea, salon
kecantikan, toko optik, dan agen perjalanan untuk diaspora Korea
juga ditutup. Sebagian bisnis manufaktur berjuang keras untuk
tetap beroperasi. Digitalisasi dan transformasi industri Indonesia
yang mengalami percepatan sejak pertengahan 2010-an semakin
mengalami percepatan akibat pandemi. Diaspora Korea generasi
pertama yang menginjak usia lanjut pun pensiun dan kembali ke
tanah airnya. Pada periode ini, komunitas diaspora Korea masuk
dalam tahap regenerasi dan restrukturisasi. ■
Diaspora Korea di Indonesia
281 Bab 3
National Foundation Day Republik Korea yang digelar pada 4 Oktober 2022 di The Westin Jakarta.
Sumber : Kedutaan Republik Korea untuk Republik Indonesia
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
282
Duta Besar Park Tae-sung bersama dengan perwakilan warga Korea menemui Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di Rumah Dinas Puri Gedeh (9/6/2022).
284 Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia Appendix
285 Bab 3
Diaspora Korea di Indonesia
Pertukaran Kunjungan Kepala Negara Korea-Indonesia
Kunjungan Kepala Negara Korea ke Indonesia
Kunjungan Kepala Negara Indonesia ke Korea Waktu Presiden Keterangan Waktu Presiden Keterangan
Juni 1981 Chun Doo-hwanOktober 1982 Soeharto -
November 1988 Roh Tae-woo -
Kunjungan kenegaraan
November 1994 Kim Young-sam
Februari 2000 Abdurrahman Wahid Kunjungan kenegaraan
Maret 2002 Megawati Soekarnoputri
(KTT APEC, Bogor)
November 2000 Kim Dae-jung
Kunjungan kenegaraan
Kunjungan kenegaraan
Oktober 2003 Roh Moo-hyun
Desember 2006 Roh Moo-hyun
Maret 2009 Lee Myung-bak
November 2005
Susilo Bambang Yudhoyono
Kunjungan kenegaraan (Mengunjungi Korea Selatan dan Korea Utara sekaligus)
KTT APEC (Busan)
Juli 2007
Desember 2010 Lee Myung-bak
November 2011 Lee Myung-bak
(KTT terkait ASEAN, Bali)
Kunjungan kenegaraan
Kunjungan kenegaraan
Bali Democratic Forum
KTT terkait ASEAN, Bali
Juni 2009
November 2010
Susilo Bambang Yudhoyono Kunjungan kenegaraan
Susilo Bambang Yudhoyono
Susilo Bambang Yudhoyono
KTT Khusus ASEAN-RoK (Jeju)
KTT G-20 (Seoul)
Maret 2012
Desember 2014
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Susilo Bambang Yudhoyono
Joko Widodo
Kunjungan kenegaraan (KTT Keamanan Nuklir, Seoul)
KTT Khusus ASEAN-RoK (Busan)
286
November 2012 Lee Myung-bak Bali Democratic Forum Mei 2016 Joko Widodo Kunjungan kenegaraan
Oktober 2013 Park Geun-hye Kunjungan kenegaraan
November 2017 Moon Jae-in Kunjungan kenegaraan
September 2018 Joko Widodo Kunjungan kenegaraan
November 2019 Joko Widodo KTT Khusus ASEAN-RoK (Busan)
November 2022 Yoon Suk-yeol KTT G-20 Juli 2022 Joko Widodo Diundang oleh Korea
Sumber: Kementerian Luar Negeri Korea (2019) hal. 94-95, “KTT Presiden Yoon Suk-yeol bersama Presiden Indonesia Joko Widodo yang Berkunjung ke Korea Tanggal 27” (21 Juli 2022), sumber daring (tanggal pencarian: 12 September 2022)
287 Appendix
Rincian Diskusi Kerja Sama Ekonomi Utama
Korea-Indonesia
September 2018 Penandatanganan MoU Kerja Sama KTT (Seoul) dan MoU Kerja Sama Penelitian Inovasi Industri
MoU Kerja Sama: Menyetujui pembentukan Working Group (rapat kerja) dan Komite Kerja Sama Ekonomi Tingkat Menteri
November 2019 KTT Peringatan ASEAN-RoK (Busan), Pengesahan CEPA, Penetapan Investasi Hyundai Motors di Indonesia
Agustus 2020 Penyelenggaraan rapat kerja tingkat wakil Menteri Komite Kerja Sama Ekonomi Korea-Indonesia (pertemuan virtual)
Mei 2021 Kunjungan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia ke Korea
Upaya menggenjot pemberlakuan CEPA, RCEP
Kerja sama Green New Deal dan Industri Baru (mobil listrik dan baterai)
Desember 2021
Penandatanganan MoU Kerja Sama Rantai Pasok Urea KoreaIndonesia
Februari 2022 Penyelenggaraan Joint Committee on Economic Cooperation (JCEC) ke-1
Diskusi dan Presentasi 4 WG: Trade & Investment, Industrial Cooperation, Energy & Mineral Resources, E-Commerce
Juli 2022 KTT Korea-Indonesia (Seoul)
Membangun Solidaritas Strategis dalam Industri Berteknologi Tinggi (Mobil listrik, baterai)
Kerja Sama IPEF, Upaya pemberlakuan CEPA dan RCEP
Kerja Sama Ibu Kota Nusantara: Revisi MoU Pengembangan dan Pemindahan Ibu Kota (infrastruktur, e-government, smart city)
Penandatanganan MoU Kerja Sama Ibu Kota Nusantara, Baja, Green Investment
288
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
November 2022
Menghadiri KTT G20, Indonesia Business Roundtable (Bali)
Penandatanganan 10 MoU tentang Investasi, Pengembangan, Perubahan Iklim, Rantai Pasok, Digital
Sumber: Kementerian Luar Negeri Korea (2012) hal. 112, online press release
MOTIE Korea Selatan (26 Mei 2021); ‘Temu Wicara Menteri MOTIE Korea
Selatan dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
Indonesia’ online press release MOTIE (23 Desember 2021), ‘Diskusi Kebijakan
Kerja Sama Rantai Pasok Baterai Tahap Kedua, Mobil Listrik, Urea dengan
Indonesia’; online press release Kantor Kepresidenan Korea (28 Juli 2022), ‘Konferensi Pers Bersama Korea-Indonesia’; online press release Kantor
Kepresidenan Korea (14 November 2022), ‘Briefing Business Roundtable KoreaIndonesia’ (tanggal pencarian semua sumber: 20 November 2022) Penulis menulis dengan rujukan sumber di atas.
289 Appendix
Tren Masuknya WNI Ke Korea Selatan
Sumber: Kementerian Hukum, ‘Statistik Kebijakan Politik Pendatang-Imigrasi’, data tahunan, sumber daring(tanggal pencarian: 12 Oktober 2022).
290 Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Tahun Jumlah Total WNA Masuk Korea (jiwa) WNI (jiwa) Presentase WNI dengan Jumlah Total WNA yang Masuk Korea (%) Perbandingan dengan Tahun Sebelumnya (%) 1991 2.492.824 10.593 0,42 1,8 1996 2.880.332 26.821 0,93 29,4 2001 4.275.696 31.373 0,73 4,1 2006 5.321.593 36.152 0,68 -7,9 2011 8.666.503 85.351 0,98 138,6 2016 17.418.307 296.377 1,70 152,4 2017 13.569.509 231.908 1,71 -21,8 2018 15.630.522 250.249 1,60 7,9 2019 17.880.503 280.146 1,57 11,9 2020 2.659.845 67.301 2,53 -76,0 2021 1.044.545 46.998 4,50 -30,2
Jumlah WNI yang Menetap di Korea (1991-2021) (Satuan: jiwa, menurut kewarganegaraan
291 Appendix
secara total %) Tahun Total WNA di Korea Jumlah WNI Presentase WNI terhadap Total WNA di Korea Perbandingan dengan Tahun Sebelumnya Kelompok Usia 0-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 Di atas 60 1991 51.021 128 0,3 64,1---1996 148.731 9.632 6,5 180,5---2001 229.648 15.617 6,8 -6,5---2006 910.149 23.715 2,6 5,1---2011 1.395.077 36.971 2,7 34,7 673 1.590 15.818 14.804 2.918 746 422 2016 2.049.041 47.606 2,3 2,3 749 1.543 21.668 17.564 4.588 960 534 2017 2.180.498 45.328 2,1 -4,8 657 1.468 19.837 17.290 4.598 972 506 2018 2.367.607 47.366 2,0 4,5 843 1.917 20.976 16.869 5.105 1.076 580 2019 2.524.656 48.854 1,9 3,1 942 2.059 21.421 16.779 5.662 1.306 685 2020 2.036.075 36.858 1,8 -24,6 250 205 16.885 14.623 4.162 504 229 2021 1.956.781 34.188 1,7 -7,2 285 198 14.317 14.077 4.504 566 241 Sumber: Kwak Sung-il, et al (2021) hal. 96; Kementerian Hukum, ‘Statistik Kebijakan Politik Pendatang-Imigrasi’, data tahunan, sumber daring (tanggal pencarian: 12 Oktober 2022).
Studi Korea di Indonesia
Universitas Tahun Pembukaan Prodi
Universitas
Nasional
Universitas Gadjah
Mada
Universitas Indonesia
Jurusan/Fakultas Tempat
1995 Bahasa Korea (D3)
Bahasa Korea (S1)
*Universitas pertama yang
membuka Pusat Studi
Korea untuk kursus umum pada 1987
2003 Bahasa Korea (D3)
2007 Bahasa dan Kebudayaan Korea (S1)
*Membuka mata kuliah pilihan bahasa Korea pada
1995
**Mendirikan Pusat Studi Korea pada 1996
2006 Bahasa dan Kebudayaan Korea(S1)
*Membuka mata kuliah pilihan bahasa Korea pada
1986
Jakarta
Yogyakarta
Universitas
Pendidikan
Indonesia
Depok
2015 Pendidikan Bahasa Korea(S1) Bandung
292
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Sumber : Lee Yeon (19 September 2022, hlm.10)
Kursus Bahasa Korea Umum yang Diselenggarakan di Perguruan Tinggi di Indonesia
1)
*Dalam
reguler)
Sumber : Lee Yeon (19 September 2022, hlm.11)
293 Appendix
Universitas Tahun Pembukaan Prodi Kursus/Mata Kuliah Pilihan Tempat Universitas Hasanuddin 2007 Bahasa Korea Mata Kuliah Pilihan(Semester
Universitas Lambung Mangkurat 2006 Kursus Bahasa Korea (6 bulan / non-
Banjarmasin Universitas Padjadjaran 2019 Kursus Bahasa Korea Bandung Universitas Atma Jaya 2019 Kursus Bahasa Korea (10 minggu /non-
Jakarta
proses pembukaan jurusan (per 2022) Makassar
reguler)
Jurusan Bahasa Indonesia di Korea
Hankuk University of Foreign Studies (Kampus Seoul)
Hankuk University of Foreign Studies (Kampus Global)
Busan University of Foreign Studies
Seoul University
1964 Malay-Indonesian Language and Cultures (College of Asian Languages & Cultures)
1982 Malay-Indonesian Language and Cultures (College of Interpretation and Translation)
1982 Indonesia/Malaysia Major (Asia University)
2016 Southeast Asian Languages and Civilizations (Department of Asian Languages and Civilizations)
Seoul
Yongin
Cyber Hankuk University of Foreign Studies
2018 Indonesia Region (Department of Vietnam & Indonesia
Sumber : Lee Yeon (19 September 2022, hlm.3)
Seoul
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
294
Universitas Tahun Pembukaan Prodi Jurusan/Fakultas Tempat
Busan
Seoul
295 Appendix Data ODA Korsel terhadap Indonesia (Unit : Juta USD) 1989-2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total Total Bantuan (Bantuan Kemanusiaan) 459,27 (1,23) 46,58 (0,16) 50,47 (0,16) 57,87 (-) 53,95 (5,18) 45,38 (0,07) 51,10 (0,24) 764,62 (7,04) Loan 242,30 27,64 28,89 40,94 33,51 23,49 22,00 418,77 Hibah 216,97 18,95 21,59 16,93 20,43 21,89 29,10 345,86 KOICA 178,18 14,18 15,82 9,69 9,03 10,98 15,15 253,03 Lain-Lain 38,79 4,77 5,77 7,24 11,4 10,91 13,95 92,83
: Kementerian Luar Negeri Korea, 2022, 『 2022 인도네시아 개황 (‘2022 Indonesia Overview’ 』 , 116
Sumber
Penulis Shin Sung-chul
Penerbit Daily Indonesia
Dewan Editorial Hanin News
Dewan Tim Naskah buku berjudul “인도네시아 한인 100년사” (100 Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia)
Sedang melanjutkan studi S-3 di Graduate School of International and Area Studies, Hankuk University of Foreign Studies.
Cho Yeon-sook
Editor in chief Daily Indonesia
Kolumnis Hanin News
Dewan Tim Naskah buku berjudul “인도네시아 한인 100년사” (100 Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia)
297 Penulis
Penyelia Naskah
Kim Moon-hwan
Tamatan Hankuk University of Foreign Studies (1973)
Bekerja di KODECO Perwakilan Indonesia (1977—2002)
Kolumnis dan Pemateri (sejak 2004 hingga sekarang)
Dewan Editorial Hanin News (2010—2021)
Penerima penghargaan dari Presiden Republik Korea pada
Korean Day yang ke-2
Karya:
적도에 뿌리내린 한국인의 혼 (Terbitan Jakarta Gyeongje Ilbo)
인도네시아 한인100년사 (Ketua Dewan Editorial, Terbitan Korean Association)
Penyelia Terjemahan
Suray Agung Nugroho
S1 Sastra Inggris UGM (1992-1998)
S2 Korean Studies, Graduate School of International and Area Studies (GSIAS) HUFS (2000-2002)
S3 Korean Studies, GSIAS HUFS (2012-2018)
Pengajar, Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu
Budaya UGM (2003 -- sekarang)
Minat riset : Hallyu, K -Culture, Pekerja Migran dan Migrasi
Bio lengkap ada di:
https://ugm.academia.edu/surayagungnugroho
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan
50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
298