INTEGRASI UPAYA KONSERVASI LAHAN BASAH CEKUNGAN BANDUNG DALAM KEBIJAKAN PERENCANAAN DAERAH oleh Dadan Ramdan Abstrak Salahsatu permasalahan penting dan krusial di Cekungan Bandung sebagai kawasan perkotaan di Hulu Daerah aliran sungai (DAS) Citarum yang sedang tumbuh dengan cepat adalah alih fungsi lahan basah sawah (pertanian). Menyusutnya lahan basah sawah di kawasan Cekungan Bandung sekarang masif terjadi Kabupaten Bandung dan Kota Bandung karena berbagai pembangunan beton yang terus meningkat.. Dan, menyusutnya lahan basah sawah telah memberikan kontribusi pada hilangnya fungsi lahan basah sawah dalam mendukung layanan alam dan keberlanjutan ekosistem Cekungan Bandung sebagai hulu DAS Citarum. Secara lebih dalam, dampak alih fungsi lahan basah di Cekungan Bandung telah berkontribusi pada terganggunya daur hidup air dan pemanasan iklim dalam skala lokal, memburuknya kualitas lingkungan Cekungan Bandung yang berujung pada semakin meningkatnya bencana lingkungan hidup seperti banjir, angina putting beliung dan kekeringan. Bahkan berdampak pada hilangnya nyawa warga. Dalam pendekatan infrastruktur hijau biru/Green Blue Infrastructure (GBI) dalam mendukung keberlanjutaan layanan alam perkotaan Cekungan Bandung, lahan basah sawah memiliki peran dan fungsi lingkungan yang strategis dalam memitigasi dampak buruk perubahan iklim lokal dan serta berkontribusi dalam perbaikan kualitas lingkungan di perkotaan Cekungan Bandung serta menyehatkan ekosistem Cekungan Bandung. Kemudian, dari telaahan atas beragam kebijakan perencanaan dan pembangunan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota serta desa, ditemukan bahwa banyak kebijakan dan program pembangunan yang bisa mengalihfungsi lahan basah sawah di perkotaan Cekungan Bandung. Dan pada akhirnya, akan memperburuk kualitas lingkungan hidup di Perkotaan Cekungan Bandung. Memperimbangkan fungsi ekologis lahan basah sawah yang penting bagi keberlanjutan ekosistem di perkotaan Cekungan Bandung maka upaya konservasi lahan basah sawah perlu didorong ke dalam ranah kebijakan daerah dan desa selain didukung oleh partipasi aktif masyarakat/komunitas. Upaya konservasi lahan basah sawah di Cekungan Bandung bisa didorong dan diakomodasi dalam kebijakan perencanaan daerah baik di level provinsi dan kabupaten/kota. Integrasi upaya konservasi lahan basah sawah bisa diakomodasi ke dalam kebijakan perencanaan ruang dan wilayah serta perencanaan pembangunan daerah dalam RPJMD dan RKPD. Selain, di level kebijakan daerah, integrasi upaya konservasi lahan basah sawah perlu didorong dalam kebijakan perencanaan tata ruang desa dan perencanaan pembangunan desa dan kawasan perdesaan sejalan dengan mandat Undang-Undang Desa. Sejalan dengan program percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan DAS Citarum yang sedang berlansung maka upaya konservasi lahan basah sawah harus diakomodasi ke dalam rencana aksi pengendalian pencemaran dan kerusakan (PPK) DAS Citarum 2019-2025. . Kata Kunci : Lahan Basah, Konservasi, Cekungan Bandung, Kebijakan Daerah
1
1. Pengertian, fungsi dan manfaat lahan basah bagi ekosistem perkotaan Pengertian Istilah “Lahan Basah�, sebagai terjemahan “wetland� baru dikenal di Indonesia sekitar tahun 1990. Sebelumnya masyarakat Indonesia menyebut kawasan lahan basah berdasarkan bentuk/nama fisik masing-masing tipe seperti: rawa, danau, sawah, tambak, dan sebagainya. Di samping itu, berbagai departemen sektoral juga mendefinisikan lahan basah berdasarkan sektor wilayah pekerjaan masing-masing1. Pengertian di atas menunjukkan bahwa cakupan lahan basah di wilayah pesisir meliputi terumbu karang, padang lamun, dataran lumpur dan dataran pasir, mangrove, wilayah pasang surut, maupun estuari; sedang di daratan cakupan lahan basah meliputi rawarawa baik air tawar maupun gambut, danau, sungai, dan lahan basah buatan seperti kolam, tambak, sawah, embung, dan waduk. Untuk tujuan pengelolaan lahan basah dibawah kerangka kerjasama Internasional, Konvensi Ramsar, mengeluarkan sistem pengelompokan tipe-tipe lahan basah menjadi 3 (tipe) utama yaitu2: 1. Lahan basah pesisir dan lautan, terdiri dari 11 tipe antara lain terumbu karang dan estuari. 2. Lahan basah daratan, terdiri dari 20 tipe antara lain sungai, sawah, rawa, danau 3. Lahan basah buatan, terdiri dari 9 tipe antara lain tambak dan kolam pengolahan limbah. Lahan basah adalah wilayah daratan yang digenangi air atau memiliki kandungan air yang tinggi, baik permanen maupun musiman. Ekosistemnya mencakup rawa, danau, sungai, hutan mangrove, hutan gambut, hutan banjir, limpasan banjir, pesisir, sawah, hingga terumbu karang. Lahan ini bisa ada di perairan tawar, payau maupun asin, proses pembentukannya bisa alami maupun buatan.3 Ekosistem lahan basah terbentuk akibat adanya genangan air yang terjadi secara terus menerus, baik permanen maupun musiman. Kemudian biota yang ada di areal tersebut beradaptasi terhadap kondisi yang basah. Keadaan alam dan biota tersebut membentuk sebuah ekosistem khas disebut lahan basah. Ada beberapa pandangan dari berbagai lembaga dan organsisasi mengenai lahan basah yang seperti dalam tabel berikut4 : Origin
US Fish and Wildlife Service (USFWS)
Definition
Citation
...lands transitional between terrestrial and aquatic systems where the water table is usually at or near the surface or the land is covered by shallow water. Wetlands must have one or more of the following three attributes: 1. at least periodically, the land supports predominately hydrophytes; 2. the substrate is predominately undrained hydric soil; and 3. the substrate is nonsoil and is saturated with water or covered by shallow water at some time during the growing season of each year.
Cowardin et al. 1979
1
Buku Strategi Nasional dan Rencana Aksi Pengelolaan Lahan Basah, Kementerian Lingkungan Hidup 2004 Rekemondasi Ramsar IV.7 yang diamandemen melalui Resolusi Ramsar VI.5 3 https://jurnalbumi.com/knol/lahan-basah/ 4 https://www.nature.com/scitable/knowledge/library/ecology-of-wetland-ecosystems-water-substrate-and17059765/ 2
2
Origin
Definition
Citation
Ramsar Convention on Wetlands
Areas of marsh, fen, peatland, or water, whether natural or artificial, permanent or temporary, with water that is static or flowing, fresh, brackish, or salt including areas of marine water, the depth of which at low tide does not exceed 6 meters.
Finlayson & Moser 1991
National Research Council (NRC)
The minimum essential characteristics of a wetland are recurrent, sustained inundation or saturation at or near the surface and the presence of physical, chemical, and biological features reflective of recurrent, sustained inundation or saturation. Common diagnostic features of wetlands are hydric soils and hydrophytic vegetation.
NRC 1995
Lahan basah terjadi dimana air bertemu dengan tanah. Contoh dari lahan basah antara lain bakau, lahan gambut, rawa-rawa, sungai, danau, delta, daerah dataran banjir, sawah, dan terumbu karang. Lahan basah ada di setiap negara dan di setiap zona iklim, dari daerah kutub sampai daerah tropis, dan dari dataran tinggi sampai daerah kering5. Fungsi dan Manfaat Lahan Basah Untuk Perkotaan Lahan basah pada umumnya merupakan wilayah yang sangat produktif dan mempunyai keanekaragaman yang tinggi, baik hayati maupun non hayati. Penilaian keanekaragaman hayati menunjukkan bahwa lahan basah adalah salah satu sistem penyangga kehidupan yang sangat potensial. Dari berbagai kajian penelitian dan pengalaman di lapangan, lahan basah memiliki fungsi dan manfaat yang besar bagi keberlanjutan ekosistem perkotaan. Dalam dokumen strategi nasional dan rencana aksi pengelolaan lahan basah Indonesia menjelaskan bahwa lahan basah memiliki fungsi dan manfaat baik secara langsung, ekologi dan ekonomi sesuai dengan tife dan kekhasan lahan basah itu sendiri. Lahan basah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Fungsi lahan basah tidak saja dipahami sebagai pendukung kehidupan secara langsung, seperti sumber air minum dan habitat beraneka ragam mahluk, tapi juga memiliki berbagai fungsi ekologis seperti pengendali banjir, pencegah intrusi air laut, erosi, pencemaran, dan pengendali iklim global6. Fungsi dan nilai lahan basah menurut Konvensi Ramsar (2013) sebagai berikut : Fungsi Nilai 1. Penyimpanan air 1. Pasokan air 2. Perlindunganbadai dan mitigasi banjir 2. Perikanan, 3. Stabilisasi garis sungai 3. Keberagaman biota liar 4. Mengendalikan erosi 4. Penyedia kayu dan bahan bangunan 5. Kawasan sumber dan resapan air tanah lainnya 6. Pemurnian air 5. Sumber daya energi, 7. Retensi nutrisi, sedimen, dan polutan 6. Sumber daya satwa liar 8. Stabilisasi kondisi iklim setempat, 7. Prasarana transportasi 5
https://indonesia.wetlands.org/id Fitri Ramdhani Harahap, S.Sos., M.Si dalam buku Pengelolaan Lahan Basah Terkait Semakin Maraknya Kebakaran Dengan Pendekatan Adaptasi Yang Didasarkan Pada Kovensi Ramsar 6
3
Fungsi khususnya curah hujan dan temperatur
Nilai 8. Penyedia berbagai macam produk dari tanaman dan fauna, 9. Potensi bagi kegiatan rekreasi dan pariwisata
Keberadaan lahan basah riparian perkotaan memiliki fungsi vital yaitu sebagai sumber daya alam yang menyediakan layanan ekosistem dan pembentuk karakter kota yang khas. Fungsi riparian sebagai bagian dari ekologi sungai meliputi beragam aspek yaitu kesehatan, nilai ekonomi, kualitas hidup dankontribusi terhadap regenerasi lingkungan kota yang berkelanjutan. Selain itu, secara alami riparian akan berfungsi sebagai jalur penyaring yang mengendapkan limpasan air dari kawasan daratan sebelum masuk ke aliran sungai. Tetapi pada kenyataan, pembangunan perkotaan cenderung menurunkan daya dukung lingkungan riparian ini. Padahal, melindungi kelestarian riparian ini adalah tujuan antara yang pada akhirnya bertujuan melindungi kepentingan sosial dan ekonomi masyarakat kota itu sendiri7. Ekosistem riparian adalah ekosistem lahan basah dengan level air yang tinggi karena berhubungan langsung dengan ekosistem perairan, biasanya aliran (stream) atau sungai. Lahan basah ini yang berada langsung di sepanjang tepian sungai (biasanya di aliran sungai besar). Area ini terkena pengaruh pasang surut dan kenaikan air sungai yang dipengaruhi daya tarik antara benda-benda langit yaitu bulan, matahari dan bumi. Hal ini yang menyebabkan pasang surutnya bervariasi dalam intensitas, durasi, dan jumlah banjir dari tahun ke tahun. Meskipun demikian, kemungkinan banjir pasang surutnya bisa diprediksi (Mitch & Gosselinks, 1993, p. 112). Lahan basah riparian memiliki sejumlah fungsi sangat penting bagi lingkungan perkotaan sebagai layanan ekosistem (ecosystem service) yang tidak dapat dinilai langsung keekonomiannya. Di samping fungsi layanan ekosistem tersebut, lahan basah juga memiliki beberapa nilai ekonomi.8 2. Alih Fungsi Tutupan Hutan dan Lahan Basah di Cekungan Bandung Dalam konteks ekosistem daerah aliran sungai (DAS) Citarum, Kawasan Cekungan Bandung berada di hulu DAS Citarum. Kondisi lingkungan hidup di Cekungan Bandung akan memberikan dampak pada kondisi dan kualitas lingkungan di DAS Citarum hulu itu sendiri. Beberapa ahli menyatakan bahwa Cekungan Bandung pada awalnya adalah danau purba sebagai lahan basah yang berada di Hulu Citarum. Kawasan Bandung dan sekitarnya bisa diibaratkan mangkuk bentukan bumi ratusan ribu tahun lalu. Bentangan alam itu biasa disebut Cekungan Bandung. Cekungan Bandung berbentuk elips dengan arah timur tenggara-barat laut, dimulai dari Nagreg di sebelah timur sampai ke Padalarang di sebelah barat. Jarak horizontal cekungan sekitar 60 kilometer. Adapun jarak utara-selatan sekitar 40 kilometer. Cekungan itu kian nyata jika dikaitkan dengan kurungan gunung di sekitarnya.9 Namun, seiring dengan proses alam dan geologi kemudian danau purba ini mengalami perubahan, danau purba telah berubah menjadi daratan dengan lahan basah yang tersisa secara alami berupa sawah, rawa, kolam, balong dan lahan basah lainnya.
7
Kriteria Pengembangan Pembangunan di Lahan Basah Riparian dengan Pendekatan Ekosistem Maya Fitri Oktarini, Sugeng Triyadi Program Studi Arsitektur Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung. 8 ibid 9 https://sains.kompas.com/read/2012/04/12/08393159/Mangkuk.Purba.Cekungan.Bandung 4
Cekungan Bandung adalah salahsatu kawasan cekungan unik yang terdapat di wilayah Jawa Barat. Kawasan Cekungan Bandung merupakan hamparan wilayah yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum bagian Hulu. Wilayah Cekungan Bandung meliputi wilayah administratif kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan sebagian Kabupaten Sumedang kawasan Jatinangor dengan total luas wilayah mencapai 102.598,80 Ha . Jumlah penduduk Cekungan Bandung mencapai 8,4 Juta jiwa.10 Beberapa pandangan para ahli mengatakan Cekungan Bandung adalah kawasan yang unik seluas 343.087 ha, merupakan cekungan (basin) yang dikitari oleh perbukitan dan gunung berapi yang keseluruhannya merupakan daerah tangkapan air bagi sungai Citarum. Sekeliling Cekungan Bandung merupakan pegunungan dan perbukitan yang indah dan eksotik sekaligus koridor daerah tangkapan air dan resapan dengan sumber-sumber mata air yang memasok keteserdiaan air dan udara bagi kehidupan masyarakat di Cekungan Bandung. Selain itu, Cekungan Bandung merupakan wilayah yang unik dengan iklim mikro tersendiri yang berbeda dengan wilayah lainnya di Jawa Barat.11
Peta Perubahan Tata Guna Lahan di Cekungan Bandung
Berbagai aktivitas manusia dan pembangun dalam kurun waktu 30 tahun terakhir telah berkontribusi pada berkurangnya keseimbangan ekosistem di Cekungan Bandung khususnya di wilayah dataran rendah Cekungan Bandung. Kondisi ekosistem cekungan semakin rusak dan terdegradasi diperparah dengan semakin hilangnya kawasan hutan di wilayah hulu di Cekungan Bandung. Dampaknya adalah banjir yang makin meluas di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Dalam dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Cekungan Bandung, ada tiga permasalahan utama lingkungan hidup di Cekungan Bandung yaitu permasalahan sumber daya air (berkurangnya fungsi hidrologi air), tutupan hutan dan pembangunan kawasan budidaya. Ketiga permasalahan diatas memberikan dampak buruk bagi ekosistem Cekungan Bandung. Lahan Kritis, Erosi dan Sedimentasi Total lahan kritis di DAS Citarum Hulu- Cekungan Bandung mencapai 77.037,36 Ha dimana lahan kritis Di dalam kawasan 15.355,64 Ha dan di luar kawasan hutan mencapai 61,681.72 Ha, sekitar 38.000 ha di lahan pertanian.
10
Dokumen Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Jawa Barat 2009-2029 dan Perda No 12 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pengembangunan dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan Jawa Barat 11 Berdasarkan tinjauan hidrogeologis dan morfologis wilayah Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu 5
Berkurangnya tutupan hutan di wilayah tangkapan air mengakibatkan sedimentasi dan erosi semakin meningkat. . Luasan lahan kritis bisa dilihat pada table berikut : DAS/Sub DAS
Luas (Ha)
Citarum Hulu 231,465.71 Cihaur 29,152.06 Cikapundung Cipamokolan 30,529.24 Cikeruh 19,135.55 Ciminyak 34,933.00 Cirasea 38,593.83 Cisangkuy 34,056.48 Citarik 22,889.15 Ciwidey 22,176.40 Citarum Tengah 184,045.73 Cibalagung 13,147.49 Cikundul 21,990.36 Cimeta Cilangkap 57,477.23 Cisokan 91,430.64 Citarum Hilir 266,715.34 Cibeet 90,177.51 Cikao 18,212.89 Citarum Hilir 111,235.82 DTA Jatiluhur 47,089.12 DAS Citarum 682,226.77
Kritis 12,883.32 1,914.75 124.55 260.86 2,986.74 1,059.52 2,976.83 3,052.36 507.72 18,015.04 1,923.38 925.53 8,431.61 6,734.52 34,042.58 15,561.06 2,052.56 11,161.13 5,267.83 64,940.95
Kekritisan Lahan Sangat Kritis Total 63,282.60 76,165.92 6,581.69 8,496.43 7,487.99 7,612.53 4,084.01 4,344.87 12,081.56 15,068.30 15,044.20 16,103.72 6,582.85 9,559.67 6,160.75 9,213.11 5,259.55 5,767.27 42,170.02 60,185.06 1,006.58 2,929.96 7,496.73 8,422.26 12,264.44 20,696.05 21,402.27 28,136.80 29,003.22 63,045.81 19,992.03 35,553.09 3,806.91 5,859.46 1,104.77 12,265.90 4,099.52 9,367.35 134,455.84 199,396.78
PLK Nilai
Skor
29.15 24.94 22.71 43.13 41.73 28.07 40.25 26.01
1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50
22.29 38.30 36.01 30.77
1.50 1.50 1.50 1.50
39.43 32.17 11.03 19.89 29.23
1.50 1.50 1.00 1.25 1.50
Sumber : BPDASHL Citarum Ciliwung, 2018
Indeks erosi dapat dilihat dalam tabel berikut : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
SubDAS Cihaur Cikapundung Cipamokolan Cikeruh Ciminyak Cirasea Cisangkuy Citarik Ciwidey Cibalagung Cikundul Cimeta Cilangkap Cisokan Cibeet Cikao Citarum Hilir DTA Jatiluhur DAS Citarum
Wilayah DAS Citarum Hulu Citarum Hulu Citarum Hulu Citarum Hulu Citarum Hulu Citarum Hulu Citarum Hulu Citarum Hulu Citarum Tengah Citarum Tengah Citarum Tengah Citarum Tengah Citarum Hilir Citarum Hilir Citarum Hilir Citarum Hilir
Luas (Ha) Erosi Aktual Etol IE Skor 29,152.06 254.05 37.71 6.74 1.50 30,529.24 328.67 35.40 9.29 1.50 19,135.55 255.20 33.85 7.54 1.50 34,933.00 421.27 35.04 12.02 1.50 38,593.83 383.89 36.95 10.39 1.50 34,056.48 232.39 33.75 6.89 1.50 22,889.15 317.40 33.88 9.37 1.50 22,176.40 320.11 33.30 9.61 1.50 13,147.49 230.98 31.19 7.41 1.50 21,990.36 456.54 30.28 15.08 1.50 57,477.23 254.59 29.63 8.59 1.50 91,430.64 365.35 34.45 10.61 1.50 90,177.51 310.92 32.51 9.56 1.50 18,212.89 216.74 33.18 6.53 1.50 111,235.82 31.97 29.20 1.09 1.00 47,089.12 176.12 27.88 6.32 1.50 682,226.77 263.08 32.49 8.10 1.50 Sumber : BPDASHL Citarum Ciliwung, 2018
Konversi Lahan Basah Pertanian Pembangunan kawasan budidaya di perkotaan Cekungan Bandung seperti kawasan industri manufaktur dan non manufaktur, pemukiman/perumahan dan pembangunan properti dan pembangunan infrastruktur lainnya telah memberikan dampak pada menurunnya daya dukung dan daya tampung cekungan Bandung. Beberapa kota besar di Indonesia sedang mengalami permasalahan yang diakibatkan oleh semakin menyusutnya fungsi alami lahan basah. Salah satu yang semakin banyak dirasakan 6
adalah adanya banjir, rob yang semakin sering terjadi, serta menurunnya permukaan tanah (subsiden), salah satunya akibat pemanfaatan air tanah yang berlebihan. Tingginya laju konversi lahan sawah di Provinsi Jawa Barat sudah sering dibahas, misalnya oleh Irawan (2005) dan Agus dan Irawan (2006). Hal ini terjadi karena Provinsi Jawa Barat, terutama Kabupaten terdekatnya seperti Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi, merupakan daerah peri-urban yang mengiringi pesatnya pembangunan ibu kota negara. Selain itu, Provinsi Jawa Barat mengalami konversi lahan untuk pemekaran kota seperti Kota Bandung, Soreang, Cimahi dan Bandung Barat. Konversi lahan sawah yang paling luas terjadi karena perkembangan permukiman dan perkantoran, kawasan industri dan pembangunan infrastruktur. Di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat, konversi lahan selain untuk pemukiman dan industri, juga untuk perluasan bandara dan jalan. Agaton et al. (2016) melaporkan bahwa laju konversi lahan yang pesat juga terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu di Provinsi Jawa Barat karena kedekatannya dengan kota Bandung. Penyebab utama konversi lahan pertanian dan konversi hutan di DAS ini adalah pembangunan perkotaan yang pesat.12 Wilayah yang paling masif mengalami penyusutan lahan basah adalah Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Lahan basah di Cekungan Bandung dapat berupa sawah, balong, kolam, rawa dan situ. Lahan basah yang paling dominan dan luas adalah lahan sawah. Di kabupaten Bandung, luasan lahan sawah mencapai 20,23% dari total wilayah, sementara di kota Bandung, lahan sawah basah yang masih tersisa sekitar 4,19 % dari total wilayah. Menyusutnya lahan sawah memberikan dampak pada semakin meningkatnya volume air sungai saat musim hujan, karena sawah sebagai tempat parkir air (delay) sebelum ke sungai semakin berkurang dan hilang fungsinya. Penurunan luasan lahan basah sawah berarti peningkatan alih fungsi lahan basah. Penurunan lahan sawah digambarkan pada grafik berikut : Grafik Penurunan Luasan Lahan Sawah di Kabupaten Bandung dan Kota Bandung (Ha) 36.500
2000
1869,87 36.000
1800
36.075
1600
35.803
35.500
1400 1200
1116
35.000
1000
988 34.803
34.500
736
34.610
712 34.437
34.000
800 600
400 200
33.500
0
2012
2013
2014
Kabupaten Bandung
2015
2016
Kota Bandung
Sumber : Data diolah oleh penulis dari Buku Statistik Data Lahan Tahun 2012-2016, Kementan 2016 13
12
Anny Mulyani, Dwi Kuncoro, Dedi Nursyamsi, dan Fahmuddin Agus, Analisis Konversi Lahan Sawah: Penggunaan Data Spasial Resolusi Tinggi Memperlihatkan Laju Konversi yang Mengkhawatirkan, 13 http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/epublikasi/statistik%20data%20lahan/Buku%20Statistik%20Data%20Lah an%20Tahun%202012-2016/files/assets/basic-html/page43.html 7
Grafik di atas menjelaskan kepada kita bahwa penurunan lahan sawah di kawasan perkotaan Cekungan Bandung, khususnya yang terjadi di kota dan Kabupaten Bandung terus meningkat dalam 5 tahun terakhir. Penurunan lahan sawah sama dengan peningkatan alih fungsi lahan basah. Luasan alih fungsi lahan basah sawah sebagai berikut : Grafik Luasan Alih Fungsi Lahan Basah Sawah (Ha) 1.200 1.000 1.000
800
753,87 Kabupaten Bandung
600
Kota Bandung
400 200
252
128 272
193
173
24
2012-2013
2013-2014
2014-2015
2015-2016
Sumber: Data diolah oleh penulis Dampak Peningkatan alih fungsi lahan basah berkontribusi pada peningkatan luasan dan volume banjir di kawasan Cekungan Bandung dan makin berkurangnya cadangan air tanah dalam jangka panjang ke depan. Bukan hanya siklus hidrologi air yang terganggu, menyusutnya lahan basah dapat memberikan dampak kehidupan ekosistem flora dan fauna yang berada dalam habitat lahan basah, seperti terancamnya hilangnya habibat dan kehidupan burung blekok ke depan seperti yang terjadi di Kampung Blekok Rancasari Kulon Kota Bandung. Dari fakta lapangan dan pengamatan, dampak alih fungsi lahan basah di kawasan perkotaan Bandung raya dapat dilihat dari beberapa aspek kehidupan sebagai berikut : Dampak Keterangan Lingkungan Hidup /Ekologi terganggunya daur hidup air punahnya habitat dan keanekaragaman hayati lahan basah sawah banjir makin meluas berkurangnya dan bahkan hilangnya tempat mendelay aliran air ke sungai Citarum Pemanasan suhu setempat, suhu jadi panas pendelay aliran air Ekonomi dan Sosial Berkurangnya produksi tanaman padi/sawah Budidaya perikanan makin berkurang /berkurangnya produksi ikan Nilai kearifan lokal membangun balong dan menyelamatkan balong hilang Pendidikan dan Penelitian hilangnya objek riset ilmiah tempat pendidikan menjadi berkurang Sejarah Hilangnya kearifan lokal Wisata Potensi wisata alam hilang Cagar budaya hilang
8
Potret dan dampak bencana lingkungan di Cekungan Bandung14 sebagai berikut : Tabel Bencana Lingkungan Hidup di Cekungan Bandung Protret Bencana Lingkungan Hidup di Cekungan Bandung dalam 5 Tahun 432
185 116
98
33 Longsor (kali)
Banjir (kali)
Kekeringan (kali)
Angin Puting Beliung (kali)
22 Korban Tewas Total Bencana (orang) (Kali)
Sumber : Data diolah oleh Penulis dari Walhi Jabar 2018 Tabel Bencana Lingkungan Hidup di Cekungan Bandung
Potret Bencana Lingkungan Hidup di Cekungan Bandung 2015 52 43 36 21 23
2016
54
2017
2018
54
39
27 27 10
Longsor (kali)
Banjir (kali)
13
Kekeringan (kali)
11
9
6
7
Angin Puting Beliung (kali)
4
5
6
7
Korban Tewas (orang)
Sumber : Data diolah oleh Penulis dari Walhi Jabar 2018
3. Mengapa Penting Kebijakan Konservasi Lahan Basah Sawah di Cekungan Lahan basah sawah sangat diperlukan bagi keberlanjutan ekosistem Cekungan Bandung sebagai DAS Citarum hulu sehingga perlu upaya nyata untuk melindunginya dari kepunahan. Lahan basah sawah di Cekungan Bandung terancam punah seiring dengan kebijakan pembangunan kawasan perkotaan yang terus masif dan meluas di Cekungan Bandung yang tidak dikendalikan. Upaya konservasi lahan basah sawah sejalan dengan implementasi pembangunan kawasan perkotaan berkelanjutan yang telah menjadi agenda Sustainability Deveploment Goals (SDGs). Urgensi konservasi lahan basah sawah di Cekungan Bandung ke dalam ranah kebijakan karena ada berbagai kebijakan pembangunan yang bisa menjadi ancaman pada menyusutnya, hilangnya/punahnya lahan basah sawah di Cekungan Bandung selain bencana lingkungan hidup yang terus terjadi.
14
Laporan Catatan Akhir Tahun Lingkungan Hidup Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Barat-2018 9
Kebijakan pembangunan terkini yang berpotensi mengurangi dan menghilangkan lahan basah sawah diantaranya sebagai berikut : No Regulasi/Kebijakan 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2018 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung 2 Perda No 12 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pengembangunan dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan Jawa Barat 3 Perda no 22 tahun 2020 tentang RTRW Jawa Barat 2009-2029
-
-
-
4
Perda No 27 Tahun 2016 tentang RTRW Kabupaten Bandung 2016-2036 -
5
Perda No 18 Tahun 2011 RTRW Kota Bandung 20112031 -
6
Rencana Aksis Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum Provinsi Jawa Barat 2019-2025 -
Potensi Pemanfaatan Ruang dan Pembangunan Tidak mengatur konservasi lahan basah khususnya sawah di kawasan Cekungan Bandung Berpotensi memperluas kawasan budidaya ; pembangunan sarana fisik baik industri, properti, pemukiman dan sarana komersil lainnya. Menjadikan kawasan Cekungan Bandung (Bandung Raya) sebagai kawasan metropolitan Bandung Raya Memiliki potensi pembangunan kawasan budidaya yang lebih luas yang akan berdampak pada pengurangan lahan basah di Cekungan Bandung Membukan peluang pembangunan industri, pemukiman dan perdagangan dan jasa Membuka peluang pembangunan infrastruktur perhubungan yang membutuhkan lahan luas Membuka peluang lahan pertanian lahan basah pertanian beralih fungsi menjadi kawasan industri, perdagangan dan pemukimanan Peluang pembangunan kawasan pemukiman skala besar dan pembangunan TOD KCIC yang akan menghilangkan lahan basah di kecamatan Bojongsoang, Rancaekek, Solokanjeruk, Baleendah Kota Bandung sebagai basis perdagangan dan jasa serta industri kreatif bertaraf internasional Membuka peluang pembangunan kawasan pemukiman/skala besar yang berada di lahan basah Tidak ada indikator keberhasilan dalam pengendalian lahan basah di Cekungan Bandung Pengendalian lebih difokuskan pada penanganan lahan kritis di hulu dan penanganan limbah industri, perikanan dan pertanian Tidak ada program dan kegiatan khusus dalam mengendalikan dan melindungi lahan basah sawah
4. Strategi Konservasi Lahan Basah bagi Eksosistem di Cekungan Bandung Lahan basah adalah bagian dari konsep infrastruktur hijau biru (green blue infrastructure) yang memiliki peranan penting dalam pembangunan di kawasan perkotaan Cekungan yang berkelanjutan. Pembangunan dan konservasi lahan basah untuk kawasan perkotaan Cekungan Bandung menjadi sangat penting dalam menumbuhkan ekosistem perkotaan yang berkelanjutan dan adil. Pendekatan GBI dalam konteks pembangunan perkotaan berkelanjutan di kawasan Cekungan Bandung menjadi relevan dijalankan. Pendekatan GBI dapat memberikan kontribusi pada perbaikan kualitas lingkungan hidup di perkotaan dan dapat mengurangi resiko dari pemanasan global yang berpengaruh pada tatanan lokal, khususnya di Cekungan Bandung. Konsep GBI menjadi keharusan dijalankan jika pemerintah tetap akan terus melakukan pembangunan beton dan non beton. secara masif, tersuktur dan masif. Konservasi lingkungan lahan basah adalah tindakan nyata dalam upaya memperbaiki kualitas lingkungan riparian perkotaan Cekungan Bandung. Konservasi Ekosistem lahan basah sawah 10
bisa dilakukan dengan berbagai cara dan strategi serta upaya politik baik ke eksekutif maupun legislatif, Jika berjalan dengan baik, lahan basah sebenarnya dapat menjalankan fungsinya sebagai pengurang risiko banjir dan penyaring limbah. Selain itu, lahan basah juga berperan untuk meningkatkan kualitas air dan udara, menjaga ketersediaan air bersih, serta menyediakan tempat yang lebih layak bagi manusia untuk hidup dan memperoleh penghidupan15. Contoh pendekatan GBI dalam pembangunan kawasan perkotaan berkelanjutan yang bisa diterapkan di lapangan:
Sumber : https://indonesia.wetlands.org/id
Dalam konteks sStrategi mitigasi, maka aksi konservasi lahan basah sawah di Cekungan Bandung, khususnya di Kabupaten Bandung dan Kota Bandung untuk keberlanjutan lingkungan di kawasan perkotaan cekungan Bandung sebagai berikut : Strategi dan Aksi Mitigasi Aktor Yang Melakukan - Warga 1. Konservasi lahan basah sawah yang tersisa - Petani berbasis partisipasi masyarakat dan kearifan lokal - Pemilik Lahan - Komunitas - Pelaku usaha 2. Penerapan GBI dalam pembangunan pemukiman - Developer dan sarana komersil - Dunia usaha lainnya 3. Moratorium pembangunan industri polutif dan - Pemerintah Pusat 15
Maulyati Nuraini Slamet –. https://www.wetlands.org/wetlands/what-are-wetlands/
11
Strategi dan Aksi Mitigasi properti skala besar rakus lahan 4. Penyusunan regulasi lokal untuk konservasi dan konservasi lahan basah di Cekungan Bandung (daerah dan desa ) : - Perencanaan Tata Ruang Desa - Perencanaan RTRW Kabupaten/Kota - Perencanaan dalam RTRW Provinsi - Penganggaran desa dan daerah
-
Aktor Yang Melakukan Pemerintah Daerah Pemerintah Desa
-
Pemerintahan Daerah Pemerintahan Desa
5. Integrasi Konservasi Lahan Basah Cekungan Bandung dalam Kebijakan Daerah Mempertimbangkan berbagai intervensi kebijakan daerah perencanaan tata ruang dan pembangunan di Cekungan Bandung yang belum mengakomodasi upaya konservasi lahan basah di kawasan Cekungan Bandung maka diperlukan kebijakan baru di daerah baik di level provinsi dan kabupaten/kota. Intervensi kebijakan konservasi lahan basah sawah di cekungan Bandung dapat dijalankan dengan mengintregasikan ke dalam kebijakan penataan ruang dan kebijakan perencanaan pembangunan lainnya dalam RPJPD, RPJMD dan RKPD yang dibuat oleh pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota. a. Integrasi Aksi Konservasi Lahan Basah dalam Kebijakan Daerah Kebijakan konservasi lahan basah di Cekungan Bandung bisa dijalankan sebagai berikut : Level RTRW RPJMD (5 tahun) RKPD (1 Tahun) Provinsi - Memastikan fokus - Memastikan - memastikan pengendalian program dan adanya program pemanfaatan ruang di kegiatan dan kegiatan Cekungan Bandung konservasi konservasi lahan untuk menjaga dan sawah ke dalam sawah dalam melindungi lahan RPJMD 5 tahunan rencana kerja basah sawah yang - Memastikan pembangunan masih tersisa penerapan GBI tahunan - strategi dan aksi dalam konservasi lahan basah menjalankan dalam proses Revisi pembangunan di RTRW Jawa Barat kawasan - Mendorong perkotaan pengembangan lahan Cekungan basah di Cekungan Bandung Bandung - Mendorong koordinasi dan intregasi konservasi lahan basah sawah dengan kebijakan RTRW di level kebupaten/kota. Kabupaten/Kota - Memastikan fokus - Memastikan - Penerapan GBI konservasi lahan basah program dan dalam sawah di masingkegiatan menjalankan masing konservasi pembangunan di kabupaten/kota sawah ke dalam Cekungan - Strategi dan aksi RPJMD 5 tahunan Bandung, 12
Level
-
-
RTRW RPJMD (5 tahun) konservasi lahan basah - Memastikan sawag ke dalam RTRW penerapan GBI masing-masing dalam kabupaten/kota . menjalankan Memastikan keluarnya pembangunan di kebijakan/perda kawasan konservasi lahan perkotaan pertanian Cekungan berkelanjutan di Bandung yang masing-masing dilakukan oleh kabupaten/kota masyarakat dan Mendorong integrasi, pelaku usaha koordinasi dan - Adanya konsolidasi konservasi dukungan lahan basah dengan anggaran untuk kebijakan di level konservasi lahan provinsi \ basah di kabupaten/kota
RKPD (1 Tahun) masing-masing kabupaten/kota
b. Integrasi Aksi Konservasi Lahan Basah dalam Program Citarum Harum Dari penelaahan terhadap rencana aksi pengendalian pencemaran dan kerusakan (PPK) DAS Citarum 2019-2025 yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah provinsi Jawa Barat ditemukan fakta bahwa upaya konservasi lahan basah sawah di Cekungan Bandung belum menjadi bagian dari rencana aksi PPK DAS Citarum. Mempertimbangkan urgensi konservasi lahan sawah di Cekungan Bandung maka diperlukan intergrasi strategi dan aksi konservasi lahan basah sawah di Cekungan Bandung ke dalam dokumen rencana aksi PPK DAS Citarum yang saat ini menjadi panduan dalam menjalankan program percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan ekosistem DAS Citarum. Dalam upaya konservasi lahan basah sawah di Cekungan Bandung sejalan dengan agenda mengendalikan kerusakan ekosistem DAS Citarum, maka rencana aksi PPK DAS Citarum bisa memuat program sebagai berikut : 1. Program konservasi lahan basah sawah 2. Program memperbanyak ruang terbuka hijau 3. Program mempertahankan dan membangun sumber-sumber air seperti kolam, balong, embung-embung air 4. Program merevitalisasi sumber-sumber air yang tidak berfungsi dan terancam hilang 5. Program merevitalisasi bekas-bekas sodetan Citarum sebagai lahan basah yang bisa dimanfaatkan 6. Program konservasi keanekaragaman hayati lahan basah sawah 7. Program untuk melakukan moratorium pembangunan industri polutif 8. Program untuk membatasi dan mengendalikan pembangunan sarana-sarana komersil 9. Program evaluasi pemanfaatan ruang lahan basah menjadi kawasan budidaya pemukiman, perdagangan dan industri c. Integrasi Aksi Konservasi Lahan Basah dalam Kebijakan Desa Selain di level kebijakan daerah, integrrasi aksi konservasi lahan basah sawah di Cekungan Bandung bisa didorong ke dalam kebijakan desa baik dalam kebijakan penataan ruang 13
desa, kawasan perdesaaan dan perencanaan pembangunan desa sejalan dengan implementasi undang-undang No 6 tahun 2014 tentang Desa. Upaya nyata konservasi lahan basah di level kebijakan bisa didorong dalam bentuk sebagai berikut : 1. Adanya peraturan desa yang mengatur tentang perencanaan tata ruang desa yang bertujuan melindung lahan basah sawah di desa 2. Adanya peraturan bersam kepala desa yang mengatur konservasi lahan basah sawah dalam konteks kawasan perdesaan 3. Adanya program-program pembangunan desa yang melindungi lahan basah sawah di perdesaan. 4. Adanya aksi-aksi kolektif masyarakat dalam menjaga dan melindungi lahan-lahan basah sawah di perdesaan.
14