KERTAS KEBIJAKAN
I PROJECT INECIS
PERKEMBANGAN KAMPUNG INDUSTRI KREATIF - DIMANA PELUANG TERBENTANG
Ringkasan Sejak tahun 2015, ekonomi kreatif indonesia dan industri kreatifnya telah memberikan kontribus irata-rata Rp1.019 triliun per tahun terhadap PDB (BEKRAF 2019). Industri kreatif ini seringkali memiliki karakter informal yang berdampak pada kegiatan dan perkembangan mereka. Beberapa kebijakan dan program terkait industri kreatif telah dirancang dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di Kota Bandung untuk merespon dan mengakomodir kebutuhan pertumbuhan mereka. Namun, ketidakselarasan kelembagaan dan kebijakan telah menjadi rintangan utama bagi kebijakan kota ini untuk mengeksplorasi peluang yang tercipta dari informalitas industri kreatif ini. Untuk mengatasi hal ini, harus dikembangkan beberapa instrumen dan perangkat tata kelola seperti diskusi multi-aktor untuk dalam pembuatan kebijakan terkait industri kreatif ini.
01
02 Lingkup Masalah Ekonomi Kreatif merupakan salah
Hal ini karena karakter informalitas
satu
perekonomian
industri
kreatif
Pendapatannya
program
dan
berkontribusi sebesar Rp 1,105 triliun
menjadi
kurang
terhadap PDB negara tahun 2018 dan
khusus, pendekatan sektoral yang
diperkirakan mencapai Rp 1,211 triliun
tidak terkoordinasi telah membatasi
untuk tahun 2019 (BEKRAF, 2019).
potensi pengembangan (misalnya
Provinsi Jawa Barat merupakan pusat
pertumbuhan,
industry kreatif di negara ini dengan
inovasi) dari bisnis-bisnis ini.
pilar
utama
Indonesia.
kontribusi tertinggi (31,6%) terhadap total ekspor di tahun 2016 dengan produk-produk
yang
berasal
dari
Ekonomi Kreatif (BEKRAF 2017, hlm 18).
ini
membuat
strategi
lembaga
efektif.
Secara
penjangkauan,
Kemudian kontribusi industry kreatif pada tingkat yang berbeda (kota, regional, nasional) mengakibatkan serangkaian konsekuensi yang tidak setara pada tingkat ekonomi, sosial,
Kota Bandung adalah pusat kreatif
dan budaya. Beberapa contohnya,
terbesar
bisa
di
Jawa
Barat
dengan
jumlah industri kreatif yang besar. Banyak
di
antara
menunjukkan
industri
berbagai
dilihat
di
Kampung
Batik
Cigadung dan Binongjati.
ini
bentuk
informalitas: dalam hubungan kerja, lokasi, status hukum, dan status perizinan. (lihat Gambar 1). Instansi dan kebijakan pemerintah saat ini di Bandung (lihat Lampiran 1- Daftar kebijakan dianalisis)
yang
ada
sudah
dan
yang
mendukung
industry kreatif dan lokasi tempat di mana industri tersebut berada tanpa memperhatikan
status
formal
mereka. Namun
sayangnya,
kurangnya
keselarasan antara berbagai strategi,
Gambar 1. Dimensi Informalitas Pada Industri
kebijakan,
Kreatif di Bandung
dan
mengintervensi
lembaga
yang
pengembangan
industri kreatif malah berdampak negatif pada industri itu sendiri
03 Kurangnya kepekaan terhadap status
usaha dapat memperoleh manfaat dari
formal
dukungan dari pemerintah (ibid).
industry
hambatan
kreatif
yang
merupakan
signifikan
bagi
keberhasilan kebijakan dan berbagai strateginya. Di satu sisi, kebijakan terkait industry kreatif saat ini memprioritaskan pengembangan tanpa
kampung
tertentu,
mempertimbangkan
informalnya,
melalui
aspek
infrastruktur
pendukung, kemudahan akses izin lokasi, dan memperluas kolaborasi antar aktor di kampung melalui penciptaan dan penguatan jaringan (Aritenang et al., 2021). Di sisi lain, karakteristik informal industry kreatif ini, seperti kurangnya sumber daya manusia yang terlatih di beberapa bisnis informal, terbatasnya perlindungan hukum terhadap bisnis dan/atau karyawannya, status legalitas bisnis (kegiatan, lokasi), telah menjadi
Perubahan
harus
dilakukan
dalam
strategi koordinasi dan kerjasama antar instansi pemerintah dalam hal desain, implementasi, dan evaluasi kebijakan terkait industry kreatif di Bandung dan kampung-kampungnya. industri
kreatif
Informalitas
tidak
perlu
dipermasalahkan, tetapi kehadiran dan pengaruhnya
harus
dikenali
dan
dipertimbangkan dalam perumusan dan implementasi kebijakan. Selain itu, beragam mekanisme perlu dirancang dan diterapkan di berbagai lembaga untuk menghindari risiko konflik di masa depan agar industri kreatif ini bisa mengakses manfaat dan program yang disediakan pemerintah tanpa kesulitan.
tantangan untuk memenuhi persyaratan kebijakan yang ada agar pelaku Kota Bandung memberikan contoh
mempromosikan
bagaimana
industri kreatif..
yang
pendekatan
mendukung
kebijakan
pengembangan
informalitas
ekonomi kreatif tanpa mendorong
Selain itu, hal ini dapat berkontribusi
formalisasi
(ibid)
pada peningkatan kesadaran akan
Suci).
berbagai
dimungkinkan
(misalnya
Batik
Cigadung,
Namun,
pendekatan
jenis
informalitas
yang
kebijakan
mungkin ada di industri sasaran dan
oleh
wilayah geografisnya masing-masing.
kolaborasi
Akibatnya, kota Bandung juga dapat
antar lembaga dan lintas sektor serta
menjadi contoh praktik terbaik bagi
strateginya
kota-kota lain di belahan utara secara
tersebut
dipengaruhi
ketidaksetaraan
dalam
(ibid).
Kolaborasi
dan
kerjasama antara kebijakan, aktor dan
global
yang
strategi publik dan masyarakat sipil
mempromosikan
dapat memfasilitasi dampak yanglebih
mereka.
tinggi dari rencana dan tindakan yang
menyarankan
diambil di kota untuk
berikut:
Oleh
mencari
cara
industri karena
alternatif
untuk kreatif
itu,
kami
kebijakan
04 Membangun Ruang Negoisasi Antar
Pengembangan
Lembaga
memudahkan
pendekatan kerja
akan
sama
dan
kolaborasi lintas lembaga pemerintah Pendekatan alternatif ini menawarkan
dan
kemungkinan
untuk
masyarakat
sinergi
aktor
antar
kebijakan
yang
menciptakan dan
lebih
strategi
baik
dalam
aktor
non-pemerintah dengan
dan
kepentingan
dalam sumber daya dan pengetahuan yang
dapat
membantu
mengatasi realitas industri kreatif di
mempromosikan pengembangan CI
kampung-kampung kreatif di Bandung.
(informal).
Terutama,
ruang-ruang
ini
dapat
mengeksplorasi
lebih
jauh
membentuk
untuk
menangani
'dilema
ide
formalisasi'
saat
ini
dan yang
Membuat
instrumen
mendukung
tahap
untuk perumusan
kebijakan.
dihadapi oleh industri kreatif informal. Kesulitan tersebut berkaitan dengan
Instrumen
situasi umum di mana jika industri
memungkinkan terciptanya informasi
kreatif
ini diformalkan, pendapatan
yang memadai tentang jenis dan
mereka tidak cukup untuk mengatasi
karakteristik informalitas di CI dan
pembayaran
wilayah sasarannya. Kesadaran yang
biaya
administrasi
semacam
itu
akan
(misalnya pajak yang terkait dengan
diperoleh
kegiatan
menghindari bahwa fase perumusan
ekonomi
mereka,
biaya
dalam
proses
pendaftaran kekayaan intelektual), yang
kebijakan
terhambat
akan
pembuat
kebijakan
diimplikasikan
oleh
proses
ini
oleh atas
akan asumsi
CI
dan
tersebut.
lingkungan yang ditargetkan sambil
Untuk Mengeksplorasi Strategi dan Instrumen
memaksimalkan peluang di area ini.
Lintas Sektoral. terkait
Rekomendasi Kebijakan Dengan dibahas
pertimbangan sebelumnya
pengembangan
yang
serta
telah
alternatif
kebijakan
untuk
mendukung industri kreatif di Bandung, ada dua tindakan utama yang diusulkan. Usulan kebijakan di bawah ini bertujuan untuk
membantu
ketidakselarasan
mengatasi
kelembagaan
kebijakan dalam desain kebijakan
serta
industri
kreatif
yang
memperhitungkan informalitas industri kreatif
tanpa
harus
menjadikan
formalisasi sebagai satu-satunya solusi. Tindakan untuk
yang
diusulkan
menciptakan
bertujuan
ruang
dan
instrumen yang memungkinkan adanya desain, kebijakan dan strategi melalui instrumen yang lebih partisipatif, efektif, dan berwawasan ke depan yang dipandu oleh pemerintah dan masyarakat sipil. Saran-sarannya adalah sebagai berikut:
05 Sebagai bagian dari strategi bottom up,
Membangun Ruang Dialog yang Setara Dialog rutin, misalnya setiap dua bulan, dengan pelaku industry kreatif yang melibatkan berbagai sektor dan lembaga dalam posisi yang setara akan lebih efektif menyelaraskan lembaga. industry
Di
lainnya,
ruang
kreatif
membangun bersama
kerja-kerja ini,
dapat
kebijakan
dengan serta
berbagai perwakilan
secara dan
pembuat
berbagi
aktif
program kebijakan
pengetahuan
tentang pengalaman yang diperoleh dari implementasinya. Ruang ini juga akan secara aktif membuka saluran langsung pemerintah dengan komunitas industry kreatif dan menciptakan kesadaran akan potensi
sinergi
untuk
membentuk
kebijakan berbasis lokasi secara lebih efektif
dan
berorientasi
pada
pengembangan industry kreatif.
kegiatan seperti lokakarya partisipatif dan diskusi kelompok terfokus serta strategi
pemetaan
merupakan
strategi
masyarakat yang
berguna
dalam skenario ini. Sebagai bagian dari pendekatan
top-down,
perangkat
pembuatan
kuantitatif
dinamis
(misalnya dalam bentuk lembar Excel yang telah dikonfigurasi sebelumnya) yang dapat diisi dengan data statistik juga
sejumlah
informalitas kelurahan
yang (pada
kecil
indikator
ada
di
tingkat
dokumen
profil
kelurahan) akan sangat membantu untuk
mendukung
kebijakan
yang
penyusunan cocok
meningkatkan
dan
efektifitas
implementasinya. References
Perangkat untuk Menilai Informalitas Industri Kreatif
Aritenang, A.F., Z. Sitta Iskandar, P. Safitri, F. Zul Fahmi, A.M, Bustamante Duarte, K. Pfeffer, M. Madureira, D. Ramdan, and A. Nurman. 2021. “Exploring the notion
Adanya
perangkat
mengidentifikasi
penilaian jenis
untuk
informalitas
industry kreatif yang ada di kampungkampung sasaran dapat menjadi alat penting
untuk
mendukung
industry
kreatifserta strategi terkait yang ada. Alat ini akan memungkinkan adanya produksi dan
pemanfaatan
'cepat'
data
yang
of informal economy in creative industries’policy: the case of Bandung creative city.” Unpublished manuscript (submitted). BEKRAF. 2019. “Dalam Bekraf OPUS Ekonomi Kreatif Outlook 2019.” https://www.bekraf.go.id/pustaka/ page/ data-statistik-dan-hasil-survei-khususekonomi-kreatif. BEKRAF. 2017. “Data Statistik dan Hasil Survei Ekonomi Kreatif.” Accessed 2020-05-15. https://
diperlukan untuk membangun penilaian
www.bekraf.go.id/pustaka/page/ data-statistik-dan-
bersama secara terkini tentang kondisi
hasil-survei-khusus-ekonomi-kreatif..
aktual industry kreatif dan wilayah di
Bustamante Duarte, A.M, K. Pfeffer, N.R. Indriansyah, A.A.
mana industry informal tersebut berada.
Dwicahyani Chandra Bhuana, A. Nurman, A.F. Aritenang,
Kombinasi pendekatan top-down dan bottom-up dapat membantu terciptanya pemahaman dan dasar bersama untuk bekerja lintas aktor.
F. Zul Fahmi, D. Ramdan, Z. Sitta Iskandar, and M. Madureira. 2021. “Creative Industries in Indonesia: A socio-spatial exploration of three kampongs in Bandung.” Unpublished manuscript (submitted).