drama kala media komunikasi & informasi teater
1
drama kala Dewan Eksekutif IDEA Pembina : Prita Kemal Gani MBA, MCIPR, APR Penasihat : Arswendo Atmowiloto Direktur Internal : Chrisdina Wempi Direktur Eksternal : Rafael Jolongbayan General Manager : Renata Tirta Kurniawan Koordinator : Maulia Rori Rarasati Tim Koran Dramakala Dewan Redaksi Layout
: Ags. Arya Dipayana Chrisdina Wempi Renata tirta Kurniawan : Anang Wicahyono
Media Komunikasi Dunia teater boleh bergembira. Setelah sekian lama, akhirnya ada suatu badan yang menyadari pentingnya sebuah media komunikasi dan informasi bagi para pegiat teater. Kelompok-kelompok teater yang ada di Jakarta, termasuk yang di sekolah-sekolah dan kampus-kampus kini dapat saling berbagi dan bertukar informasi. Selama ini pergulatan dan penggalian kreatif para pelaku teater nyaris tidak tercatat dan terpantau. Media massa memberi ruang terlalu sedikit untuk kegiatan yang terlalu banyak. Dramakala dimaksudkan menjadi ruang yang dapat dipenuhi dengan kiprah para pelaku teater di dunianya. Adalah Indonesia Dramatic Educators Assosiation (IDEA), suatu wadah bagi para pekerja teater, yang kemudian mengambil tanggungjawab ini. Lebih dari membiayai penerbitannya, namun juga mendistribusikan ke berbagai kalangan. Ke kampus, sekolah, sanggar, hingga lembaga pendidikan kesenian.
Alamat Redaksi : STIKOM The London School of Public Relations-Jakarta, Komplek Perkantoran Sudirman Park, Jl. K.H.Mas Manyur Kav.35, Jakarta Pusat 10220. Sampul Depan Penampil Foto
Sepatah Kata
Sementara ini Dramakala akan diterbitkan secara berkala, dua bulan sekali. Jika dirasa perlu, akan diterbitkan sekali dalam sebulan. Semoga kehadirannya akan mampu memberi dukungan yang lebih bagi para pelakunya, dan memberi gambaran tepat bagi khalayak pada umumnya.
: Pentas “Zonder Lentera� : Teater Bejana : Yitno MB
Redaksi
WACANA
MENATAP MASA DEPAN TEATER Oleh: Arswendo Atmowiloto
Itu sebabnya di banyak negara, untuk pementasan teater selalu ada maecenas, pelindung baik dari peme-rintah dan atau perorangan. Berbeda dengan di negeri berbudaya ini, berbagai kelompok kesenian justru bertahan dengan cara dan upayanya sendiri, sehingga perkembangannya sering di luar perkiraan. Teater atau drama pernah mengalami zaman keemasan di masa lalu. Bisa diambil contoh kelompok sandiwara Miss Tjitjih atau Dardanela, yang benar-benar menempatkan teater sebagai profesi dan terhitung berkecukupan di masa itu.
Salah satu indikator peradaban dalam dunia kesenian adalah keberadaan pentas teater. Teater sebagai warisan budaya dunia merupakan tradisi yang memberi kesempatan luas kepada masing-masing seniman untuk berkarya, sekaligus bekerjasama antar seniman dari berbagai disiplin. Dalam suatu proses produksi, misalnya, dengan pengarahan sutradara para aktor-aktris bekerjasama dengan penata artistik, penata kostum, penata musik dan penata cahaya. Seluruhnya berangkat dari naskah penulisan. Bahkan lebih jauh lagi, mereka juga bekerja sama dengan perencana produksi, sampai penjualan tiket dan bagian publikasi. Sungguh suatu kerja sama kreatif yang menyeluruh dan total. Karenanya membutuhkan latihan yang panjang, intensif, dan biaya yang tidak sedikit.
2
Geliat seni drama kemudian berkembang kembali oleh kiprah para cendekiawan, yang melakukan kegiatan drama lebih sebagai hobby. Sanusi Pane, Rustam Effendi merupakan nama-nama yang dikenal. Apa yang mereka rintis kemudian diteruskan oleh generasi sesudahnya, lalu dikenal nama-nama seperti Arifin C. Noer, Teguh Karya, serta WS Rendra sebagai maestro Indonesia dalam bidang seni drama. Ketiga almarhum ini dengan sangat gigih dan berdikasi, bukan hanya membuat produksi pementasan, melainkan juga mendidik kader-kader berbakat, dan menggemblengnya, boleh dikatakan setiap hari melalui sanggar yang didirikan. Setelah ketiganya meninggal dunia, keadaan berubah memrihatinkan mana kala kita sadari bahwa melalui sanggar, melalui komunitas teater inilah kegiatan apresiasi, kegiatan saling ajar berlangsung. Terlepas dari adanya beberapa kelompok yang secara intens terus melakukan penggalian, sepeninggal
mereka kegiatan di sanggar menjadi terganggu karenanya. Bahwa kemudian ada sekelompok orang yang menyukai proses berteater membentuk wadah yang disebut IDEA, tentu merupakan hal yang patut disyukuri. Dari keberangkatannya, IDEA berniat untuk menghidupkan kembali komunitas berteater. Seluruh kegiatannya memang disiapkan demi berkembangnya dunia teater serta meningkatnya citra teater di mata masyarakat. Berbagai cara ditempuh, berbagai rencana mulai dilaksanakan. Mulai dari membuat media cetak khusus mengenai dunia teater hingga memberikan bekal kursus secara langsung mengenai persiapan pementasan teater. Dimulai dari penulisan naskah, cara-cara berakting, sampai dengan penyiapan produksi. Keinginan semacam itu barangkali bukan hal yang baru. Banyak pihak yang telah juga memulai. Terima kasih kepada bapak Slamet Rahardjo, Ibu Ratna Riantiarno, serta bapak Butet Kertarajasa yang lebih efektif, sehng telah mendahului. Dengan demikian IDEA dapat meneruskan melalui cara yang lebih intensif untuk mencapai nilai efektivitas yang tinggi. IDEA berencana untuk menyatukan para guru kesenian, para pekerja teater, para siswa serta peminat dan penikmat teater dalam satu wadah. Selanjutnya komunitas baru inilah yang nantinya bisa mendiskusikan permasalahan utama, merumuskan jalan keluar, baik secara teori maupun praktik. Komunitas pegiat teater ini nantinya juga menjalin kerja sama dengan komunitas teater yang sama yang di luar negeri.
Gagasan IDEA ini bukan saja layak disyukuri, namun dengan gagasan awal yang dilandasi kecintaan pada dunia teater di Indonesia dapat dibayangkan perkembangan teater di Indonesia di masa mendatang. Sudah tentu akan ada banyak pihak yang menganggap apa yang digagas IDEA sebagai mimpi. Namun sejarah juga membuktikan kepada kita bahwa kebesaran seseorang justru seringkali ditunjukkan lewat seberapa besar mimpinya. Dengan pemikiran semacam inilah saya kira maka setiap pegiat seni drama dan teater lebih dari layak untuk mendukung dan bersama-sama mewujudkan mimpi tersebut. Dengan cara itu pula maka dunia teater akan dihargai sebagaimana seharusnya. Dengan cara ini pula teater di Indonesia akan mampu menjawab tantangan baru dan kemungkinan-kemungkinan yang lebih luas, seperti tawaran dunia perfilman dan pertelevisian. Kenyataan bahwa banyak sekolah kini memiliki sanggar teater merupakan sesuatu yang menyenangkan. Dengan program yang disiapkan IDEA, keterlibatan mereka bukan sekedar kegiatan mengisi waktu. Banyak negara sudah membuktikan bahwa pengajaran teater bermanfaat bukan hanya untuk kepentingan ekspresi seni semata namun juga dimanfaatkan oleh dunia usaha, terapi dan pemulihan dari gangguan kejiwaan. Apakah cukup banyak pegiat teater mengetahui hal ini? Orang bisa mencari tahu lewat jalannya sendiri.Namun IDEA dengan program-programnya akan langsung mengajak untuk membuktikan dan memanfaatkannya.
Berita Utama
IDEA (Indonesia Drama Educators Assosiation) Sebuah Langkah yang Menggembirakan
Tanggal 18 Februari 2011 merupakan hari yang cukup penting bagi dunia teater di Indonesia. Pada tanggal inilah London School of Public Relations mencetuskan Indonesia Drama Educators Assosiation (IDEA), suatu wadah yang diharapkan dapat menyatukan praktisi drama dan teater dalam visi menempatkan metodologi drama sebagai elemen penting dalam ilmu komunikasi. Suatu hal yang nantinya akan menentukan perkembangan setiap individu dalam sebuah masyarakat. Drama atau teater secara umum selama ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang penting. Sebagai asosiasi pendidik drama, IDEA merasa berkepentingan untuk mengubah citra tersebut. Untuk mendukung gagasan itu, maka pertama-tama yang harus dilakukan adalah memajukan pengembangan pendidikan drama. Melalui hal inilah pendidikan drama dan teater akan ternyata sebagai sesuatu yang justru mendesak keberadaannya di suatu negeri yang tengah giat membangun.
S
Kilas
Dalam perkembangannya di berbagai penjuru dunia, drama dan teater sudah bukan sekedar berkutat di wilayah seni. Metode-metode pelatihan drama juga diyakini dapat membentuk watak yang bertanggungjawab, terapi suatu kondisi masyarakat tertentu, dan merupakan dasar yang kokoh untuk komunikasi yang efektif, interaksi, dan kerjasama. Seluruh kemungkinan pendekatan dalam pengajaran drama inilah yang akan difasilitasi IDEA untuk ditularkan kepada pegiat drama dan teater di Indonesia. Asosiasi ini pada gilirannya akan menjadi sarana untuk menunjukkan akan pentingnya menciptakan kemampuan berharga, dan dengan sendirinya memberi pengaruh dan manfaat bagi masyarakat, moral pribadi, publik, juga kehidupan profesional. IDEA berusaha untuk menjadi pola yang patut diikuti oleh para pendidik dan maupun pegiat drama dan teater pada umumnya.
programnya IDEA bertujuan untuk memberikan wawasan dan tambahan ilmu pengetahuan mengenai drama dan penerapannya kepada para pendidik drama di Indonesia. Dengan tekad untuk memajukan dan mempromosikan pengembangan pendidik drama profesional melalui workshop dan kelas master, asosiasi ini juga bertujuan membantu mewadahi forum komunikasi pemerhati drama dan anggota IDEA. Diharapkan pada perkembangannya keanggotaan IDEA terdiri dari pengajar, pelaku seni dan lembaga pendidikan. Untuk mendukung maksudnya, IDEA akan menempatkan beberapa pakar sebagai penasihat dalam kegiatan-kegiatannya.
Dalam kiprahnya, IDEA akan menyelenggarakan penelitian dan pengembangan Drama Pedagogi (Pendidikan Drama), Teater Terapan dan Terapi Seni, Pengembangan Drama sebagai bagian dari Kurikulum. Berbagai forum diskusi dan konsultasi, festival drama, workshop, seminar dan konferensi juga akan diselenggarakan bagi perkembangan dunia teater dan drama khususnya. Hal yang juga diharapkan akan menunjang maksud dari IDEA adalah penerbitan koran Dramakala, yang merupakan media komunikasi dan informasi bagi masyarakat serta pegiat teater pada khususnya. Semoga langkah ini menemukan jalannya.
IDEA merupakan suatu asosiasi nonprofit, berkedudukan di STIKOM The London School of Public Relations-Jakarta, Komplek Perkantoran Sudirman Park, Jl. K.H.Mas Mansyur Kav.35, Jakarta Pusat 10220. Secara terinci, melalui program-
Teater Putri Santa Ursula
Saat ini cukup banyak sekolah me nengah yang menempatkan teater sebagai kegiatan pilihan bagi murid-muridnya. Namun SMA Santa Ursula meruupakan salah satu dari sedikir sekolah yang menempatkan teater sebagai kegiatan intrakulikuler. Artinya, masuk sebagai pelajaran.
lebih sibuk untuk mempersiapkan pentas tunggal yang setiap tahun diselenggarakan di Gedung Kesenian Jakarta. Belum lama ini mereka mementaskan lakon Punakawan, adaptasi dari naskah Mentangmentang dari New York. Tahun sebelumnya mereka memainkan Nujuman, adaptasi dari naskah Machbet karya William Shakespeare.
Apa alasannya sehingga teater menjadi sedemikian penting?
Ditilik dari naskah-naskah yang dimainkan, dapat diterka bahwa mereka selalu memainkan naskah standar. Artinya, tingkat kesulitan yang harus dihadapi pun cukup tinggi.
Efriadi, guru teater di sekolah itu mengatakan sambil bergurau bahwa teater tidak kalah penting dari Pancasila. “Ada nilai-nilai luhur yang bisa diajarkan dan dipraktekkan kepada siswa, baik dalam proses latihan maupun dalam mempersiapkan pertunjukan,” jelasnya lagi. Di samping itu dalam proses berteater ada wawasan kesenian, moral dan budaya. Ada pengembangan kepribadian yang membuat siswa lebih percaya diri, dewasa dan bertanggungjawab. Apa yang membedakan proses latihan di sekolah dengan di sanggar pada umumnya? Menurut Efriadi terutama adalah keterbatasan waktu. Karena merupakan pelajaran, maka waktu merupakan harga yang tidak bisa ditawar, sehingga harus digunakan seefektif mungkin.
Efriadi yang bertindak sebagai pembimbing tentunya memiliki jam terbang cukup tinggi, serta terbilang berpengalaman. “Materinya juga berbeda, karena harus disesuaikan untuk pengembangan kepribadian, bukan profesi,” ujarnya. Tapi kalau sedang menyiapkan pertunjukan. para siswa dituntut untuk bertanggungjawab layaknya profesional.” Hal itu sudah menjadi semacam hukum, dan berlaku bagi anggota Teater Putri Santa Ursula setiap tahunnya. Karena menempatkan teater sebagai sesuatu yang penting, maka bisa dimengerti kenapa mereka tidak pernah mengikuti festival teater bagi pelajar. Mereka
Meskipukan demikian, Efriadi tetap menganggap penting untuk mengikuti workshop bagi pelatih karena menyadari bahwa seorang pelatih juga harus terus belajar demi meningkatkan kualitas dalam bidang pendidikan seni teater. “Apalagi dalam workshop biasanya kita punya kesempatan untuk saling berbagi dan bertukar informasi,” kata Efriadi menutup penuturannya. SMA Santa Ursula barangkali dapat menjadi perbandingan bagi sekolah-sekolah yang lain. Terutama bagi sekolah yang tidak mengijinkan siswanya membentuk kelompok teater.
3
Review
Zonder Lentera:
Merayakan IMLEK dengan Tawa Nasib sial dialami oleh Tan Tjo Lat, kepala kampung (wijkmeester) Tionghoa yang gemar judi, tukang peras yang suka main perempuan itu. Sial karena dia masuk penjara justru bukan karena kegemarannya yang menjadi malapetaka buat semua orang, melainkan karena ulah dua anak muda Willem Tan dan Johan Liem. Keduanya tertangkap petugas, bersepeda malam hari tanpa lampu (zonder lentera). Kepada petugas pertama yang menangkap mereka, keduanya mengaku bernama Hong Hia Ciu dan Cu Pek San, beralamat di rumah obat Gwa Po Tong. Ketika mereka tertangkap lagi oleh petugas yang lain, mereka mengaku bernama He Wan Ca dan Fu Yong Hay, tinggal di restoran Sudi Mampir. Kedua petugas sama sekali tidak menyadari bahwa yang mereka sebutkan adalah nama-nama obat dan makanan. Keduanya melaporkan nama-nama tersebut kepada Komisaris Polisi. Dalam rangka mengambil hati Komisaris Polisi yang baru, Tan Tjo Lat memang pernah berjanji akan mengirim makanan dari rumah makan China tersebut. Jika anak Komisaris Polisi kembung, akan diambilkan obat dari rumah obat tersebut. Tawaran simpatik itu dijawab oleh Komisaris Polisi dengan tegas, “Jangan kirim apa pun kalau tidak saya minta!” Ketika menerima laporan dari petugas-patugasnya, Komisaris Polisi segera mengirim surat kepada Tan Tjo Lat, agar segera mengirim 4 warganya yang telah bersepeda zonder lentera, untuk dimintai keterangan. Mengira ada kesalahan penulisan, Tan Tjo Lat segera menyuruh jongosnya untuk mengirimkan obat dan makanan yang diminta. Komisaris Polisi menjadi marah, karena menganggap Tan Tjo Lat telah nyata-nyata berani menyuapnya. Tan Tjo Lat pun dipanggil ke kantor polisi untuk menerima ganjarannya. Ia harus masuk penjara. Cerita jenaka berjudul Zonder Lentera (Hikajatnja Satoe Wijkmeester Rakoes) ini ditampilkan oleh Teater Bejana di Gedung Kesenian Jakarta pada tanggal 9 dan 10 Februari
2011 yang lalu, dalam rangka memperingati tahun baru Imlek dan Cap Go Meh. Pertunjukan ini merupakan adaptasi Veronika B. Vonny dari novel Kwee Tek Hoay Zonder Lentera, disutradarai oleh Daniel H. Jacob. Dengan durasi sepanjang 150 menit, Teater Bejana mampu membuat penonton yang memadati gedung tetap bertahan hingga pertunjukan selesai. Dengan setting kehidupan peranakan Tionghoa di Jakarta pada tahun 30-an, Zonder Lentera dimainkan menggunakan bahasa Melayu pasar. Para pendukung bermain dengan cair, sehingga struktur cerita yang jenaka itu seperti menemukan ruang yang pas. Sebuah hiburan yang segar, ringan dan menyenangkan. Kwee Tek Hoay merupakan penulis sastra Tionghoa yang produktif, namun perannya dalam perkembangan sastra dan teater Indonesia seperti terkesampingkan. Dengan alasan itulah Teater Bejana berkeinginan untuk mengangkat karyakaryanya. Beberapa naskahnya yang pernah ditampilkan oleh Teater bejana adalah Boenga Roos dari Tjikembang (2004), Nonton Capgomeh (2005), Pentjoeri Hati (2010) dan Zonder Lentera (2011). Didi Hasyim yang berperan sebagai Tan Tjo Lat bermain dengan prima seolah menjadi motor utama pertunjukan. Penonton terus-menerus terbawa oleh pembawaannya yang jenaka, improvisasi yang mengena. Ia bahkan dapat membalik kesalahan menjadi bumbu pertunjukan. Pergantian adegan yang lamban dan sebenarnya mempengaruni irama dan emosi pertunjukan, nyaris tak terasa. Dari sisi kualitas permainan, pertunjukan Teater Bejana kali ini memang terasa berbeda. Dengan persiapan yang lebih matang, berbagai kecelakaan teknis dalam penataan panggung tentunya tidak perlu terjadi.
LEBIH DEKAT DENGAN DIDI HASYIM Ia dikenal dengan nama Didi Hasyim. Pria kelahiran tanggal 11 Maret Tanjung Pandan – Belitung inilah yang dalam pentas Zonder Lentera menjadi bintang panggung. Gaya bermainnya yang tanpa beban, santai namun sekaligus meyakinkan telah memaksa penonton bertahan dalam 2 hari pertunjukan di Gedung Kesenian Jakarta. Penampilannya mengesankan. Bicara tentang ini, Didi Hasyim merendah dengan mengatakan bahwa karakter dan jalan ceritalah yang membantunya dapat tampil dengan baik. “Dalam setiap adegan, tokoh Tan Tjo Lat berubahubah. Kadang kelihatan buas, kadang seperti masa bodoh, kadang remah berlebihan. Mengikuti itu saja sudah membuat saya nampak bermain baik.” Lebih jauh ayah dari 2 orang anak ini bercerita bahwa di masa kecilnya di Belitung, ia cukup dekat dengan lingkungan Tionghoa. “Saya juga pernah melihat seseorang dengan karakter seperti itu, sehingga memudahkan saya dalam penghayatan.” Mengaku cukup terganggu dengan tawa penonton yang
4
berkepanjangan, kematangannya dalam dunia seni peran membuat dia tetap tenang. “Pada saat mulai bermain, akan terasa ketika penonton sudah menjadi milik saya, dan saya telah menjadi milik penonton. Pada saat seperti itu, segala yang berbau teknis sudah terlewatkan,” paparnya. Itu sebabnya ia tetap santai ketika pada hari pertama kumis palsunya nyaris copot, atau salah masuk ruangan. Ia juga merasa leluasa jika sesekali keluar dari peran, bercerita bahwa bakmi yang dimakannya di beli di depan Gedung Kesenian Jakarta. Menekuni dunia teater sejak masih di bangku SMA, Didi Hasyim memang memiliki pengalaman panggung yang tidak sedikit. Ia juga terlibat dalam banyak pertunjukan Teater Siluet, Teater Tetas, di samping menjuarai Lomba Baca Puisi atau Lomba Monolog. Bakatnya yang besar telah membuatnya terpilih sebagai salah satu pemain I La Galigo karya Robert Wilson, dan berpentas ke berbagai kota dunia seperti Amsterdam, Paris, Barcelona, Madrid, Melbourne, New York, dan lain-lain. Ingin tahu kiatnya. “Ketekunan akan menghasilkan buahnya,” begitu katanya.
Khasanah
Mengenal LUDRUK
L
Ludruk merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan yang berkembang di Jawa Timur, dikenal sebagai salah satu ikon kota Surabaya. Bergaya humor, menggunakan bahasa Jawa sehari-hari dengan dialek Jawa Timur dan sarat dengan kritik. Meskipun demikian, kemasan pertunjukan yang pertama-tama bertujuan untuk menghibur. Jika dilihat lebih cermat, bentuk kesenian ini merupakan jawaban cerdas masyarakat terhadap suatu kondisi sosial tertentu. Ia menjadi katup bagi bermacam tekanan. Ia melontarkan kritik bagi keadaan yang dianggap keliru, namun juga meredam kemarahan yang anarkis melalui guyonan. Dalam hal ini Ludruk mengambil sudut pandang penontonnya, yang rata-rata adalah kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan kata lain, Ludruk selalu menempatkan diri setara dengan khalayaknya. Kemudian berbagai gagasan, pemikiran, uneg-uneg menjadi bahan utama yang dalam pertunjukan akan diketengahkan dalam bentuk banyoan atau sindiran. hari. Namun tetap dengan tujuan yang sama, yaitu memberi hiburan bagi rakyat banyak. Parikan atau pantun dalam Ludruk seringkali bernada menyindir suatu keadaan, atau kritik atas suatu kondisi tertentu. Kondisi yang juga dirasakan oleh sebagian besar penontonnya, sehingga sindiran tersebut seringkali diamini dalam bentuk tawa. Dalam perkembangan terakhirnya, suatu pertunjukan Ludruk selalu terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
Seluruh pemain Ludruk adalah laki-laki. Bisa dimaklumi, pada masa kemunculannya memang perempuan belum lazim terlibat dalam pertunjukan. Seluruh peran perempuan dilakukan oleh laki-laki yang didandani, sehingga sekilas orang akan mengira sebagai perempuan yang sebenarnya. Menurut berbagai sumber, bentuk awal dari Ludruk muncul di Jombang, pada permulaan abad 20. Adalah Pak Santik dari desa Ceweng kecamatan Goda, yang terdesak oleh kebutuhan hidup lalu menjadi pengamen keliling. Ia menyanyi, menari dan bercerita untuk mendapatkan uang. Karena sifatnya yang jenaka, maka orang merasa senang dan terhibur olehnya. Dalam perkembangannya, pak Santik dibantu oleh Pak Pono yang bermain sebagai perempuan serta pak Amir yang bertindak sebagai penabuh gendang. Bentuk inilah yang kemudian dikenal sebagai Lerok Barangan, yang menjadi cikal-bakal Ludruk. Karena masyarakat menggemari dagelan yang dibawakan, mereka sering diundang ke acara-acara perkawinan atau hajatan.
a. Tari Ngremo, merupakan tarian pembuka. Dimainkan seorang diri, dengan pakaian terdiri dari ikat kepala merah, baju celana hitam panjang dan ada hiasan di perut. b. Besutan, yaitu membuka cerita dengan nyanyian dan sindiran. Dilakukan dengan menggunakan rompi tanpa baju dan kopiah Turki. c. Memasuki cerita yang dihidangkan. Karena pertunjukan Ludruk selalu sarat kritik, tidak mengherankan bahwa sejak dulu banyak pemain yang berurusan dengan pihak penguasa. Cak Durasim, diketahui bahwa ia meninggal karena menyindir pemerintah Jepang, setelah ditahan dan disiksa. Parikan yang dibawakan Cak Durasim sangat ternenal hingga saat ini: Begupon omahe dara Melok Nippon tambah sengsoro Apa yang dialaminya kemudian mengobrarkan semangat dari arek-arek Surabaya, sehingga membangkitkan keberanian untuk melawan Jepang. Salah satu bentuk ludruk adalah Ludruk Garing-an, yaitu dimainkan seorang diri tanpa iringan. Tokoh dari Ludruk Garingan yang paling dikenal adalah Cak Markeso. Ia tampil secara sendirian, atau tunggal. Garing dapat diartikan kering.
Kebutuhan akan pemain pun bertambah. Maka masuklah Djamino, penggemar Lerok Barangan yang kemudian tertarik untuk menjadi anggota, kemudian Moenadi yang konon memberi nama Ludruk, bagi pertunjukan mereka.
Jenis ludruk ini juga biasa disebut ludruk Lerok. Memang, Cak Markeso biasa bermain solo atau tunggal. Konon ia sudah memulai kegiatan itu sejak tahun 1949.
Bahan pertunjukan Ludruk adalah sketsa kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Menyusul tematema perjuangan melawan penindasan di kemudian
Ia dilahirkan pada tahun 1920 dan meninggal dunia pada tahun 1999.
5
Kabar
Festival Teater STIKOM LSPR Jakarta batch 8 bukan hanya menggunakan naskah adaptasi, tetapi juga membuat naskah teaternya sendiri. Judul-judul yang menghiasi STIKOM LSPR 2nd Theatre Festival antara lain The Obsession of Cleopatra (MC 8-1B), Fame (MC 8-2B), Hairspray (MC 8-3B) , 2006 (MC 8-4B), Neyna (MC 8-5B), Natasha (MC 8-6B), dan Waiting Room (MC 8-7B) Di tahun 2007, STIKOM LSPRJakarta mulai sedikit membuat variasi dalam penyelenggaraan Theatre Festival-nya. Dengan bertambahnya jumlah kelas jurusan Mass Communications batch 9, yakni sebanyak 12 kelas, maka STIKOM LSPR 3rd Theatre Festival kali ini diadakan selama 6 hari dengan Announcement and Awarding Day di hari ke 6. Disamping itu, ini adalah kali pertama Theatre Festival ditampilkan di kampus STIKOM LSPR-Jakarta sendiri. Tepatnya Thaetre Festival ini ditampilkan di Professor Djajusman Auditorium and Performance Hall, yang terletak di gedung kampus B STIKOM LSPR-Jakarta. Kedua belas judul teater yang pada waktu itu sukses ditampilkan adalah Major Barbara (MC 9-1B), Ella Enchanted (MC 9-2B), Sister Act II : Back In The Habit (MC 9-3B), Midsummer Night’s Dream (MC 9-4B), Phaedra (MC 9-5B), An Ideal Husband (MC 9-6B), Simply Selma (MC 9-7B), Venice Preserved (MC 9-8B), John Dryden’s All For Love (MC 9-9B), An Inspector Call (MC 9-10B), Ivanov (MC 9-11B), Merchant of Venice (MC 9-12B).
STIKOM The London School of Public Relations-Jakarta adalah institusi pendidikan yang bergerak di bidang ilmu komunikasi sejak tahun 1992. STIKOM LSPR-Jakarta memiliki empat jurusan yaitu Public Relations, Mass Communications, Advertising dan Marketing. Sejak tahun 2005, jurusan Mass Communications STIKOM LSPR-Jakarta menambahkan sebuah mata kuliah baru yaitu Performance of Dramatic Literature. Tugas akhir untuk mata kuliah ini adalah pertunjukan teater dari masing-masing kelas. Adapun setiap pertunjukan didukung oleh mahasiswa/mahasiswi dari jurusan ini. Teater yang dipertunjukan memiliki keanekaragaman tema, mulai dari drama, musikal sampai komedi.
6
Pada tahun 2005, LSPR Theatre Festival yang pertama sukses diadakan selama satu hari penuh dengan menampilkan 7 judul teater. Semua penampilan dan penyelengaraan dilakukan oleh mahasiswa dan mahasiswi jurusan Mass Communications batch 7. Adapun juduljudul yang ditampilkan pada waktu itu adalah Malin Kundang (MC 7-1B), Putri Parinah (MC 7-2B), Cinderella Rebel (MC 7-3B), Aku Tidak Gila (MC 7-4B), Narcissus (MC 7-5B), Grease (MC 7-6B), dan Sam Pek Eng Tay (MC 7-7B) Pada tahun 2006, untuk yang kedua kalinya Theatre Festival diadakan selama satu hari penuh dengan 7 pertunjukkan didalamnya. Kali ini mahasiswa dan mahasiswi Mass Communications
Tahun 2008, STIKOM LSPRJakarta menggelar STIKOM LSPR 4th Theatre Festival. Dengan 14 kelas Mass Communications batch 10, berarti Theatre Festival kali ini pun menampilkan 14 judul teater. Bertepatan dengan ulang tahun STIKOM LSPR-Jakarta yang ke 16, maka Theatre Festival kali ini diadakan selama 14 hari berturut-turut yang menampilkan satu judul teater setiap harinya. Disamping itu, kali ini Theatre Festival juga menampilkan satu judul teater dari STIKOM LSPR English Division yang berjudul “Snow White and The Seven Dwarfs”. Adapun judul-judul yang telah dipersiapkan untuk STIKOM LSPR 4th Theatre Festival adalah Sweeney Todd (MC 10-1B), Memoirs of A Geisha (MC 10-2B), Evita (MC 10-3B), Holka Polka (MC 10-4B), Little Women (MC 10-5B), Cats (MC 10-6B), Somebody Famous (MC 10-7B), Kuch Kuch Hota Hai (MC 10-8B), The Three Musketeers (MC 10-9B), Kidnapping The Bride (MC 10-10B), Teen Angel (MC 10-11B), Crossing Over (MC 10-12B), Mean Girls (MC 10-13B), Richrad’s Guest (MC 10-14B).
Sebagai puncaknya adalah STIKOM LSPR 4th Theatre Festival Awards Night, dimana STIKOM LSPR-Jakarta mengapresisasi usaha mahasiswa-mahasiswi yang terlibat dalam Theatre Festival dengan memberikan penghargaan kepada yang terbaik. Melalui STIKOM LSPR 4th Theatre Festival, STIKOM LSPR-Jakarta berhasil mencatatkan rekor baru di Museum Rekor Indonesia untuk kategori Pertunjukkan Teater Terlama, sebanyak 16 judul beturut-turut selama 20 hari. Penghargaan MURI ini diberikan langsung oleh Bapak Jaya Suprana, selaku Direktur MURI kepada Ibu Prita Kemal Gani, selaku Ketua STIKOM LSPR-Jakarta. Tahun 2010, STIKOM LSPR-Jakarta kembali menggelar STIKOM LSPR 5th Theatre Festival. Kali ini akan tampil 5 judul teater yang merupakan produksi dari mahasiswa-mahasiswi yang mengambil mata kuliah Performance of Dramatic Literature. Pertunjukkan teater ini akan diselenggarakan pada tanggal 25, 27, dan 28 Februari 2010 di Professor Djajusman Auditorium and Performance Hall, STIKOM LSPR-Jakarta. Adapun judul-judul yang ditampilkan adalah Anastasia, Stardust, The Little Mermaid, Clue, dan Journey to the West. Di tahun 2011 ini, STIKOM LSPRJakarta melakukan revisi kurikulum dengan menempatkan mata kuliah Introduction to Performing Arts Communication kepada Mahasiswa dan Mahasiswi tahun pertama. Mata kuliah ini dipelajari oleh satu angkatan dengan 27 kelas di dalamnya. Sebagai ujian akhir, maka dibuatlah LSPR Theatre Festival. Pada LSPR 6th Theatre Festival ini, akan ditampilak 13 judul teater di Prof. Djajusman Auditorium and Performance Hall, STIKOM LSPR-Jakarta. Dalam LSPR Theatre Festival, ada penghargaan yang diperebutkan. Berikut adalah urutan penghargaan yang diberikan: FOR MAJOR AWARDS 1. BEST COSTUME AND MAKE-UP 2. BEST PRODUCTION DESIGN 3. BEST SUPPORTING FEMALE ACTOR 4. BEST SUPPORTING MALE ACTOR 5. BEST LEAD FEMALE ACTOR 6. BEST LEAD MALE ACTOR 7. BEST DIRECTOR 8. BEST PRODUCTION FOR MINOR AWARDS 1. BEST SUPPORTING FEMALE ACTOR RUNNER UP 2. BEST SUPPORTING MALE ACTOR RUNNER UP 3. BEST LEAD FEMALE ACTOR RUNNER UP 4. BEST LEAD MALE ACTOR RUNNER UP 5. BEST DIRECTOR RUNNER UP 6. BEST PRODUCTION RUNNER UP
T
TEATER UNTUK PEMBERDAYAAN
Teater untuk Pemberdayaan adalah program perintis yang dirancang untuk memicu kreatifitas masyarakat dalam upaya menanggapi kondisi sosial terkini di lingkungan mereka. Teater adalah medium yang tepat, karena bisa meresap dan menyatukan semua kreatifitas yang muncul. Program ini dikembangkan atas kerjasama Kelola dengan Theatre Embassy. Perbedaan Teater untuk Pemberdayaan dengan teater biasa adalah adanya keterlibatan masyarakat dalam menentukan tema yang diangkat, tentu saja berdasarkan isu sosial yang sedang hangat dibicarakan. Wujud Teater untuk Pemberdayaan tidak selalu berupa pementasan namun bisa berupa instalasi, arak-arakan, lukisan, karya sastra, dan lain sebagainya. Metode Forum Teater dari Augusto Boal merupakan landasan utama rancangan program Teater untuk Pemberdayaan. Dengan keterlibatan masyarakat, Boal percaya, teater bisa menemukan perilaku alternatif dan solusi bagi permasalahan yang terjadi. Selain metode Forum Teater, ada juga metode interaktif lain yang dapat mendukung kelompok-kelompok seni dalam aktifitas Teater untuk Pemberdayaan mereka. Untuk memperkenalkan metode-metode tersebut, Kelola menyelenggarakan workshop agar masyarakat dan seniman dapat menyusun rencana kegiatan untuk menindaklanjuti isu sosial yang ada. Dalam setiap workshop yang diadakan, Kelola mengundang stakeholder/pemangku kepentingan yang berkesesuaian dengan topik sehingga pokok permasalahan dapat teridentifikasi dengan jelas. Untuk informasi lebih lengkap dapat menghubungi Yayasan Kelola, Jl. Cikatomas II no 33, Jakarta 12180. Telepon (021) 7399311, e-mail: info@ kelola.or.id.
P
MBAKMI DI UNIVERSITAS BAKRIE
Pada tanggal 12 Maret 2011 yang akan datang, Universitas Bakrie akan mengadakan acara yang cukup heboh. Setiap Jurusan dan Unit Kegiatan Mahasiswa akan unjuk gigi dalam acara MBAKMI. Itu adalah kependekan dari Malam Bakat dan Kreativitas Mahasiswa. Dapat dibayangkan bahwa setiap penampil dalam acara ini akan secara habis-habisan memperlihatkan bakatbakat mereka. Setiap penampil akan mendapat waktu selama 10 menit
RUNDOWN
INAUGURASI “IDEA”
PROF. DJAJUSMAN AUDITORIUM AND PERFORMANCE HALL 18 FEBRUARI 2011 NO
TIME
PROGRAMME
1
08.30-09.00
Registrasi bagi peserta workshop
2
09.15-09.25
Pembukaan oleh MC
3 09.25-09.30
Sambutan oleh Director of STIKOM LSPR-Jakarta, Ms. Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR
4 09.30-12.00
Forum dan Diskusi dengan Pakar Drama Indonesia
Bapak Slamet Rahardjo (Akting dan Penyutradaraan)
Ibu Ratna Riantiarno (Produksi Pertunjukan)
Bapak Arswendo Atmowiloto (Menulis Naskah Teater)
5 12.00-14.00
Istirahat, Sholat Jumat, dan Makan Siang Registrasi bagi pers (khususnya yang ikut press conference)
6
14.00-14.05
Pembukaan oleh MC
7 14.05-14.15
Sambutan oleh Director of STIKOM LSPR-Jakarta, Ms. Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR
8 14.15-14.25
Penyerahan ID Card kepada anggota pertama IDEA sebagai tanda diresmikannya IDEA
9 14.25-14.30
MC mengundang narasumber menuju panggung dan duduk ditempat yang disediakan
10 14.30-14.40
Pengantar oleh Bapak Adji tentang Koran IDEA
11 14.40-15.00
Tanya-jawab wartawan dengan narasumber
12 15.00-15.30
Monolog oleh Bapak Butet Kertaradjasa
13 15.30-15.40
Penutupan oleh MC
untuk membuktikan bahwa mereka adalah yang paling berbakat. Tema acara untuk kali ini adalah City and Traffic Life. Teater Bakrie (Tebak) sudah tentu akan ikut ambil bagian dalam acara ini. Untuk acara ini mereka akan memberi kesempatan pada Angkatan 2007, karena sebentar lagi mereka akan sibuk dengan skripsi. Maka acara ini dihadiahkan sebagai pentas terakhir mereka.
Pentas Bersama 3 Teater Sekolah Hampir sebagian besar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di Jakarta memiliki kelompok teater sebagai salah satu kegiatan pilihan bagi siswanya. Meskipun demikian banyak kelompok teater pelajar ini yang kemudian tidak berkesempatan mementaskan naskah. Memang ada Festival Teater SLTA yang di-selenggarakan oleh Komunitas Teater SLTA, atau INDRAJA di Jakarta Barat. Namun setelah itu, boleh dikatakan nyaris tidak ada kegiatan. Melakukan pentas tunggal juga menuntut terlalu banyak biaya. Kondisi semacam inilah yang kemudian membuat Iqbal Samudra, pelatih teater di SMA Hang Tuah untuk menggandeng Teater Sembilu dari SMA N 90 Jakarta dan Teater Nadi dari SMA Muhammadiyah 5 Jakarta mencari kegiatan.
Gagasannya adalah sebuah pentas bersama. Kebetulan jarak sekolah mereka berdekatan, sehingga secara teknis tidak menyulitkan untuk bertemu dan berlatih bersama. Naskah berjudul “Janda Sebelum Berkembang” yang akan mereka pentaskan ini ditulis dan disutradarai oleh Angga Dian Saputra dari Teater Nadi. Akan dipentaskan dalam bentuk musikal, naskah ini menyoroti kepercayaan yang berlebihan kepada takhayul, sehingga rencana yang sudah matang pun tidak terlaksana. Pentas 3 teater sekolah ini akan dilaksanakan pada tanggal 26 dan 27 Februari 2011, di Auditorium Gelanggang Remaja Jakarta Selatan. Karena pertimbangan bahwa sebagian besar penonton adalah siswa sekolah, pertunjukan akan dimulai pada pukul 16.00.
7
GALERI
Persiapan peluncuran idea
Usai meeting tim kecil IDEA
Memeriksahasil lay-out, sebelum ke percetakan,
Berpose di tengah tumpukan berkas pekerjaan.
Foto-foto karya: Reza Kurnia dan Andre
8
Merenungi logo IDEA: di antara senyum dan tangis.
Menyiapkan tempat perhelatan.
Mengurusi perkakas perjamuan.