News Letter Autism January 2019 Edition

Page 1

UTISM &FRIENDS EDISI JANUARI 2019

Newsletter of London School Centre for Autism Awareness

Fokus

12 Hal Perlu Dipahami Guru pada Murid Autisme Artikel ini ditulis oleh Lisa Smith, ibu tujuh anak, dengan dua anak berkebutuhan khusus. Anda bisa mengunjungi blognya dan cari tahu tentang pengalamannya di qurks-and-chaos.blogspot.com atau melalui Facebook Quirks and Chaos.

1

Autism adalah spektrum yang luas. Jika anda te­ lah mengajar anak penyandang autisme sebelum­ nya, anda mungkin sudah memiliki sedikit ­bayangan, akan tetapi setiap anak tetaplah berbeda dengan anak lainnya. Alangkah baik sekali kalau anda mau bertan­ ya tentang kebiasaan anak tersebut dan kebutuhannya.

2

Sebuah rutinitas serta peringatan saat hendak melakukan perubahan, sangatlah membantu ­me­reka. Kita semua tahu bahwa fleksibilitas adalah salah satu kemampuan hidup yang penting dan butuh dipela­ jari. Namun, anak dengan autisme tidak bisa menerima de­ ngan baik apabila ada kejutan dan perubahan mendadak dalam rutinitasnya. Hal seperti guru pengganti, alarm keba­ karan, dan field trip adalah salah satu yang akan menyebab­ kan kecemasan bagi anak penyandang autisme. Bererapa hal yang dapat membantu mereka antara lain peringatan dan instruksi yang jelas, jadwal dalam bentuk visual, serta bebe­ rapa menit peringatan dan toleransi akan sangat membantu.

4

Memahami bahasa dan mengulang kembali kata adalah dua hal yang berbeda. Anak-anak den­ gan ­autisme mungkin mengerti lebih dari yang anda ­sangka. Mereka mungkin tidak dapat menyampaikan den­ gan kata-kata yang tepat hal apa yang ingin diutarakan. Akan tetapi, mereka juga bisa mengulang ucapan kata-kata sulit yang panjang tanpa mengetahui apa maksud dari kata terse­ but. Terkadang memang sulit untuk mengetahui hal yang me­ reka pahami dan apa yang mereka butuhkan untuk dipelajari. Sanderlin didiagnosis dengan sindrom Asperger pada musim gugur 2016, setelah didiagnosa dengan gang­ guan bipolar selama beberapa tahun. Ini menyebab­ kan kegelisahan dan kesulitan membangun hubungan. Seni menjadi cara bagi Sanderlin untuk “melihat orang melalui mata” dan orang lain melihatnya.

3

quotes

Anak dengan autisme membutuhkan waktu tambahan untuk memproses bahasa. Gunakan ba­ hasa yang sederhana dan singkat. Batasi tidak lebih dari dua langkah instruksi dan berikan mereka setidaknya 3 detik setelah anda memberi perintah untuk mencerna ataupun bertanya. Jika anda memilih untuk mengulang per­ intah, jangan mengubah perkataan anda, karena ­mereka harus mulai memproses kembali dari awal ucapan anda tersebut. Mencoba untuk membuat mereka untuk be­kerja lebih cepat hanya akan memperlambat anak tersebut.

The World Needs DIFFERENT KIND OF MINDS To Work Together � Dr. Temple Grandin �

1


at, Salam hang

an baru, n pencapai harapan da an ng de k dilakukan identi ng sudah Tahun baru da apa ya kepa n mi er esar bagi akan berc momen terb tu sa biasanya h Asean ya. Sala rakannya n sebelumn diselengga ah al saat tahu ad g autistik lalui ajan individu r lalu. Me be to Ok beradaan n dapat pada bula autistim mes 2018 individu ar Autism Ga ag n tuk harapa mpatan un ip banyak rikan kese be di ini tersel n da rima, hami, dite lebih dipa tetapi rcayaan, . satu kepe h la berkembang sa k n mili terus beru tahun buka reka yang me gi Doa akhir ba n pa semangat mberi hara mbangkit tistik pe menjadi pe bih dividu au le in i gi ad Ba nj me h baik. tuk mereka en saha lebi mb me k, mbantu gtua, kaka ah yang me jadi oran baru adal itu n itu bisa n pa pa ra ra ha ha i eri Pember Atau pemb n. mandiri. ma te , dan ara, guru adik, saud ta. adalah ki i lu menjad kita sela , semoga 19 20 ru hun ba Selamat ta . gi sesama ba na bermak

Chrisdina

5

Anak dengan autisme sangatlah literal. Bahasa perumpamaan dan ide yang abstrak adalah kon­ sep misteri bagi anak dengan autisme. Jadi, ke­ tika anda mengucapkan kata seperti “tambah kecepa­ tan” dan murid anda yang lain paham bahwa anda ingin mereka bergerak lebih cepat, anak dengan autisme akan mencari apa yang anda maksud dengan “kecepatan”? Apakah sesuatu yang harus ditambah seperti makanan?

6

Anak dengan autisme dapat tersangkut di suatu subjek terus-menerus. Anak dengan autisme ­terobsesi dengan hal yang tidak penting bagi anda ataupun orang lain. Dia mungkin ingin mengobrol tentang ­karakter film dalam waktu yang panjang, dan akan sedikit hal yang anda bisa lakukan untuk mengalihkan perhatian­ nya. Dia tersangkut dalam cara fikir yang berputar-putar, kadang hal ini bisa bersangkutan dengan pelajarannya, tapi se­ring kali hal ini mengganggu proses belajar anak tersebut.

7

Anak dengan autisme membutuhkan bantuan untuk bersosialisasi. Anak dengan autisme mungkin akan terlihat tidak tertarik dengan teman sebayanya, dan mungkin dia memang tidak tertarik. Hal tersebut membuat anak tersebut menjadi tidak belajar kemampuan social, ke­ cuali kita tetap mencoba untuk mengajarkannya. Anda seba­ gai guru mempunyai tempat dan lingkungan yang sempuran untuk mengajarkan anak dengan autisme kemampuan ber­

2

sosialisasi. Sekolah adalah lingkungan yang tidak bisa dibuat sendiri oleh orang tua di rumah, dan akan sangat membantu sekali jika anda bisa menggunakan kelebihan lingkungan (sekolah) untuk mengajarkan anak tersebut cara besosialisasi.

8

Isu-isu sensori adalah pengganggu konsentrasi bagi anak dengan autisme. Suara yang hampir tidak terdengar oleh anda mungkin bisa mengganggu kon­ sentrasi mereka dalam belajar. Menyentuh tekstur mungkin akan membuat anak tersebut kaget dan tidak suka, bau mung­ kin akan membuat mereka mual. Tolong pertimbangkan halhal ini. Terlalu banya stimuli akan membuat mereka panik dan meltdown. Meltdown memang terlihat hampir sama de­ngan marah saat mengambek, tapi itu bukanlah hal yang sama.

9

Anak dengan autisme menggunakan perilaku stereotipikal dan mengulang-ulang saat mereka semangat, bosan, atau saat stress. Anak dengan autisme akan sering mengulang-ulang. Perilaku ini akan mem­ buat dia terlihat aneh dimata teman sebayanya, oleh sebab ­ itu perlu dipertimbangkan memberi pemahaman mengenai autisme yang bisa dipahami oleh anak seumurannya.

10

Dorongan yang bersifat positif akan membantu mereka, bukan hukuman. Hukuman atau ancaman akan ada sangsi, mungkin bisa menghasilkan kecemasan pada anak tersebut dan mem­ perlambat progres. Mereka akan bekerja apabila ada ­hadiah, akan tetapi, dan cenderung akan menutup diri apa­ bila mereka takut dengan sebuah hukuman atau ancaman.

11

Orang dengan autisme menyampaikan kenyataan sesuai dengan bagaimana mereka melihatnya. Anak dengan autisme sangatlah jujur, mereka mungkin akan mengatakan kalau anda kege­ mukan, membutuhkan cukur, atau nafas anda bau. Jangan mengambil hati hal tersebut. Rasa humor sangat diperlukan bila anda bekerja dengan anak-anak penyandang autisme.

12

Anak dengan autisme tidaklah menakutkan atau tidak bisa disayang, karena mereka ­hanya berbeda. Terkadang perbedaan itu menakutkan, tetapi jika anda mendidik diri anda mengenai autisme dan anakanak penyandangnya, hal itu akan sangat menolong anda dalam membantu mereka. (dite rjemahkan oleh: Putri).


PESONA ANAK

Mendidik Kemandirian pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

R

ety Listya Handayani, adalah ibu super kita kali ini yang dikaruniai seorang putra bernama Muhammad Rifqi Adiono pemuda berusia 21 tahun dengan diagnosa me­ nyandang Autism Spectrum Disorder ASD sejak usia 3 tahun. Bersama pasangan­ nya, Wishnu Yudiono, ibu Rey tidak serta menyerah dan tetap berusaha mem­ berikan yang terbaik bagi buah hatinya sehingga membuat Rifqi tumbuh menjadi pemuda yang sangat mandiri dan santun. Kemandirian Rifqi membuat banyak orang merasa kagum dan ingin mengetahui bagaimana cara kedua orantuanya mengajari sehingga menjadi pribadi yang banyak disenangi. Pada kesempa­ tan wawancara dengan Rety, beliau mengungkapkan bahwa, tujuan utama keluarganya adalah mem­ buat Rifqi menjadi pribadi yang mandiri, dengan cara mengajak mengerjakan berbagai macam hal. Cara yang ditempuh adalah selalu memberi contoh dan meminta Rifqi juga melakukan hal yang sama. Misalnya ketika melatih Rifqi naik kereta ketika mulai berkuliah di London School Beyond Academy (LSBA). Dimulai dengan ayahnya yang menjelaskan bagaimana kondisi naik kereta, kemudian menemani Rifqi naik kereta dan berjalan menuju kampus (LSBA). Keesokan harinya Rifqi diperbolehkan untuk mencoba sendiri dengan pengawasan ayahnya. Setelah beberapa kali mencoba Resty dan Wisnu merasa Rifqi sudah mampu dan cukup aman untuk berangkat sendiri menggunakan kereta. Semenjak saat itu mereka memberi kepercayaan dan berani melepas Rifqi untuk berangkat kuliah menggunakan kereta tanpa pendampingan. Kemandirian Rifqi tidak hanya terbatas pada pemahaman transportasi saja, tetapi juga pada banyak kegiatan harian. “Tidak hanya dapat menggunakan transportasi umum untuk berangkat ke sekolah, Rifqi juga biasa membersihkan tempat tidur dan menata kamarnya sendiri. Rifqi juga selalu ringan tangan jika diminta bantuan oleh orang tua dan saudarasaudaranya. Dia suka membantu menjemur pakaian dan memberi makan kucing dan ikan peliharaan ketika di rumah” ujar Rety. Salah satu tantangan terberat dalam melatih kemandirian Rifqi adalah suasana ling­ kungan yang terkadang tidak mendukung. Seperti suatu waktu Rifqi mengalami dua kali kehilangan telepon genggam di kereta karena dicopet. Hal tersebut sudah pasti meresahkan dan traumatik. Rety dan Wisnu menjelaskan bahwa hal tersebut ­san­­gat mungkin terjadi pada semua penumpang kereta. Pengalaman tersebut dijadikan sebuah pembelajaran bagi Rifqi untuk lebih hati-hati dalam menjaga barang-barang miliknya. Sebagai pembentuk rasa percaya diri dan rasa aman, Rifqi juga belajar sedikit ilmu beladiri seperti Taekwondo untuk prinsip-prinsip pertahanan diri. Pembekalan pada kemampuan memahami lingkungan serta bertahan dalam membela diri juga diimbangi dengan pembentukan pribadi dari sisi agama. Resty dan Wisnu mengajarkan dasar-dasar agama melaui praktek dan cerita-cerita yang mengandung pesan moral. Harapannya Rifqi dapat tumbuh menjadi pemuda yang penuh empati dan sopan, serta memahami batasan-batasan benar dan salah da­ lam kehidupan. Pemahaman Rifqi tentunya tidak terlepas dari bimbingan para guru agama yang membimbing dan mengajarkan budi pekerti dalam kehidupan Rifqi. Lingkungan terdekat yaitu keluarga merupakan dukungan yang penting bagi perkembangan kemandirian ABK. Resty dan Wisnu telah membuktikan dengan dukungan lingkungan yang kompak pada satu tujuan, yaitu membentuk ke­ mandiran dapat membantu membentuk Rifqi mejadi pribadi yang lebih mandiri. ABK yang sudah mandiri tentunya masih perlu dibimbing, diingatkan, dan dijaga agar terus menjadi lebih baik. Rety berpesan kepada orangtua lain yang juga ­memiliki ABK. “Jangan menyerah dan nikmati setiap kemajuan dari buah hati walau kemajuannya hanya sedikit serta selalu bersyukur atas berkah-Nya.” (Muliya.SP)

3


OPINI AHLI

Bekal Hidup yang Harus Dilatih pada ABK T

erapi merupakan salah satu kom­ ponen penting dalam meningkatkan ­perkembangan kemampuan anak dengan Au­ tism Spectrum Disorder (ASD). Edisi kali ini kami mewawancarai Ibu Yulianti, seorang tera­ pis yang telah bergelut didunia terapi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) selama 16 tahun. Berdasarkan ilmu serta pengalaman tersebut ibu Yuianti berbagi beberapa tips penting yang harus dilakukan untuk melatih kemandirian kepada anak, dielngkapi ­dengan beberapa pengalaman ketika membimbing ABK. Autism & Friends (A&F): Apa yang menjadi motivasi ibu Yuli untuk menjadi seorang terapis? Yulianti (Y): Begitu berhadapan langsung dengan banyak indi­ vidu autis dengan berbagai karakteristik khas mereka, membuat saya semakin ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai au­ tisme. Apalagi ketika berinteraksi dan mengajar mereka juga dibu­ tuhkan cara yang tidak biasa seperti sekolah pada umumnya. Hal ini membuat saya makin tertarik dan tertantang sehingga akhirnya mencoba untuk lebih banyak lagi belajar mengenai pendidikan anak autis hingga saat ini. A&F: Menurut ibu Yuli, kemampuan apa yang paling utama harus dikuasai dan diajarkan pada anak-anak dengan ASD? Y: Kemampuan mengatur perilaku, kemampuan menahan diri mengikuti aturan, kemandirian (bina diri) terutama melakukan segala kebutuhan pribadi, dan keterampilan komunikasi dasar. ­Setelah anak mampu mengatur prilakunya maka untuk menga­ jarkan kemampuan lain seperti akademis atau lainnya akan lebih mudah dilakukan. A&F: Apakah ada tips tertentu yang bisa ibu Yuli bagikan untuk mengajarkan kemandirian pada individu dengan autisme? Y: Mungkin banyak orang sudah mengetahui hal penting apa yang harus dimiliki untuk mengajar anak dengan ASD, tapi memang agak sulit pada pelaksanaannya, yaitu kesabaran dan konsistensi. Serta dibutuhkan pula kreativitas, pengenalan yang baik terhadap perilaku juga sifat anak agar kita bisa masuk se­ hingga anak mau memperhatikan dan bersedia melakukan apa yang kita minta. Satu lagi yang juga penting dalam melatih ke­ mandirian adalah biasakan anak untuk melakukannya, Contoh mana mungkin anak akan mandiri untuk makan bila terus disuapi hingga besar atau terus dipakaikan baju padahal mereka mampu melakukannya.

4

A&F: Apakah ada pengalaman menarik yang dapat ibu Yuli bagikan selama membimbing anak dengan ASD? Y: Setelah berinteraksi dengan cukup banyak anak autis dengan berbagai karakteristik juga kelebihan dan kekurangan­ nya, ternyata dalam beberapa hal mereka mempunyai kemiripan yang bisa dikelompokan, misalnya dalam hal gaya belajar, gaya berkomunikasi, sikap dan perilaku bila marah atau tantrum. Hal tersebut membantu dan lebih memudahkan kita menentukan pembelajaran seperti apa yang akan diterapkan pada seorang ABK. Satu hal yang saya pelajari, jangan kita takut mencoba ­karena menganggap mereka tidak akan mampu, tidak akan tertarik, atau hal lain yang kurang positif. Lakukanlah dan jalani serta nikmati prosesnya. A&F: Tips dan pesan apa yang ibu Yuli dapat sampaikan ke­ pada orangtua anak penyandang ASD diluar sana yang ingin mengajarkan kemandirian pada anaknya? Y: 1. Latih dan biasakan kemandirian sedini mungkin 2. Mulai dari hal-hal yang sederhana yang biasa dilakukan sehari-hari di rumah seperti mengambil minum, makan di meja makan, membuka dan menarik celananya sendiri saat buang air kecil, membuka-tutup dan menyalakan-mematikan lampu, mem­ bereskan barang-barang yang sudah sel esai dipakai. 3. Jangan berpikiran bila kita membiarkan anak mengerjakan sendiri dan kita tidak membantunya itu artinya kita tega dan tidak sayang pada anak. Justru dengan memberikan ­ketrampilan dasar kehidupan sehari-hari sejak dini pada anak kita itu menandakan kita peduli dan memberi bekal untuk kehidupan ­mereka kelak. 4. Dibutuhkan hati yang kuat, kesabaran yang tiada batas dan konsistensi yang teguh saat menjalankannya. Apresiasi ­perubahan sekecil apapun yang anak dan orangtua capai. Ka­ dang kita belum bisa langsung melihat hasilnya, namun disatu hari nanti bukan hal yang mustahil anak merasakan manfaat dari apa yang orang tua lakukan. 5. Bila merasa lelah, luangkan waktu untuk diri sendiri, laku­ kan apa yang bisa membuat pikiran kembali tenang dan tena­ ga kembali terisi. Percayakan anak ditangan orang lain yang ­bersedia membantu. Terus berdoa dan mendekatkan diri pada sang pencipta, karena tidak ada yang bisa kita lakukan tanpa pertolonganNya. Pak dan ibu mampu melaluinya. Selamat berjuang, semoga sukses dan kebahagiaan akan diraih oleh bapak dan ibu. (Yulianty Sitompul)


LIPUTAN Khusus

“Active Listening” Solusi Terbaik Komunikasi Efektif Bersama Remaja Berkebutuhan Khusus

P

ada Jum’at 09 November 2018 lalu London School Center for Autism Awareness Jakarta (LSCAA) kem­ bali melakukan Parents Sibling Discussion yang dihadiri oleh kurang lebih 37 orangtua dengan anak berkebutuhan dian­ taranya autistik. Narasumber kali ini adalah Bunda Nefrijanti dari Yayasan Pusat Kemandirian Anak YPKA , dengan tema “Active Listening, Solusi Terbaik Komunikasi Efektif Bersama Remaja Berkebutuhan Khusus”. Menurut Bunda Nefri, aktif menyimak adalah menempatkan perhatian dan sudut pandang pada orang yang berbicara, bu­ kan berdasarkan persespsi yang kita simpulkan. Maka diharap­ kan komunikasi yang terjalin pada remaja ASD akan berjalan dengan lebih lancar dan tertangkap maknanya. Diperlukan ke­ sabaran untuk memahai dan mengarahkan pembicaraan agar para remaja ASD dapat dengan nyaman dan mudah menceri­ takan apa yang ingin disampaikan.

Wajah serius para peserta saat menyimak

Drama Musikal “Lima Sekawan” Persembahan Siswa Berkebutuhan Khusus London School Beyond Academy (LSBA)

J

akarta, 15 September 2018 - Sebanyak 51 anak berke­ butuhan khusus yang saat ini sedang belajar di Lem­ baga Pendidikan dan Ketrampilan London School Beyond Academy berlatih selama enam minggu untuk tampil dalam drama musikal ini. Para siswa dilatih oleh Mikhael Y. Cobis - salah satu dosen LSPR yang mengajar Performing Arts of Communication sekaligus Dean of Campus B, LSPR. Pen­ tas drama musikal bukan hanya mengajari bagaimana harus berakting, namun dibekali juga pelajaran membaca naskah dengan intonasi yang sesuai, menari, dan kerjasama. “Kesulitan mereka dalam berkomunikasi dan berekspresi tak membuat semangat mereka padam saat harus melewati proses pertunjukkan ini. Memang tidak bisa sama dengan individu pada umumnya, namun kami melihat mereka ber­ usaha tampil semaksimal mungkin ketika harus tampil di atas panggung,” ujar Chrisdina - Head of LSBA yang juga menulis naskah cerita drama musikal ini. London School of Beyond Academy adalah sebuah Lembaga Pendidikan dan Ketrampilan untuk siswa - siswi berkebutuhan khusus yang telah menyelesaikan sekolah menengah atas. Selama tiga tahun masa belajarnya, para siswa LSBA belajar berba­ gai ketrampilan yang kede­ pannya diharapkan dapat menjadi modal masa de­ pan mereka. Mereka bela­ jar fotografi, desain, warna hingga seni mencetak atau sablon. (Rizka Septiana) Raymond (Ayah), Ando (Gusti), Afifah (Ibu), nampak serius memainkan peran.

Sesi yang selalu ditunggu-tunggu, foto bersama Pembicara

Aksi menari bersama merupakan bagian yang menjadi puncak pada pertunjukan

55


Liputan Khusus

Pertandingan Penuh Kehangatan di ASEAN Autism Games 2018

A

sean Autism Games (AAG) merupakan kegiatan olah raga individu berkebutuhan khusus autisme setingkat ASEAN yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Yayasan Autisma Indone­ sia (YAI) sebagai salah satu anggota ASEAN Autism Net­ work yang bekerja sama dengan London School Centre for Autism Awareness (LSCAA). Acara olah raga ini diikuti oleh kurang lebih 215 peserta dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) yang berasal dari Indonesia dan negara-negara ASEAN Lainnya seperti Myanmar, Lao PDR, Vietnam, Philippine, Thailand, serta Malaysia. Cabang olah raga yang diperlombakan adalah lari dan renang, dengan kategori 50 meter dan 100 meter dalam kelompok usia 11 - 15 tahun dan 16 tahun ke­atas. Selain itu peserta dan penonton juga dapat mengikuti beragam permainan tradisional Indonesia seperti balap ­karung, engklek, Boiboian, Ampar-ampar pisang, dan permainan ­tradisional unik lainnya yang dipersembahkan oleh Komunitas Teman Main. Di dalam acara ini diperkenalkan pula Dodgebee, sebuah pemainan yang menyerupai lem­ par piring (freeze bee) tetapi menggunakan bahan yang

Penyerahan medali kepada pemenang oleh Ibu Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR (Direktur London School of Public Relations Jakarta dan London School of Centre for Autism Awareness Jakarta)

6

Para pemenang dan penerima medali berkesempatan foto bersama dengan Mr. Somchai Rumslip (Director of APCD).

lebih aman terbuat dari busa. Permaianan ini dapat melatih konsentrasi dan motorik secara aman bagi ABK. AAG diselenggarakan di GOR Soemantri Brodjonegoro Kuningan, Jakarta. Dimulai dengan pembukaan yang menampilkan parade para atlit masing-masing negara peserta, kemudian diikuti oleh pidato pembuka, pemo­ tongan pita, dan tarian kreasi modern oleh siswa sekolah SEV Tunas Indonesia. Peresmian AAG ditandai dengan pemotongan pita oleh dr. Melly Budiman (Ketua Yayasan Autisma Indonesia), Rachmad Koesnadi (Direktur Reha­ bilitasi Sosial Penyandang Disabilitas), ­Dr. Bayu Haradian SpKJ (Asisten Deputi Pengembangan Olahraga Tradisional dan Layanan Khusus Indonesia), Kementerian Pemuda dan Olahraga, Mr. Lee Yong Yong (Director of Commu­ nity Affairs Directorat ASEA N Secretary), Mr. Somchai Rumslip (Director of APCD), Mr. Dang Uy Koe (Mantan Kepala Asean Autism Network), dan ibu Prita Kemal Gani (Direktur London School of Public Relations Jakarta dan London School of Centre for Autism Awareness Jakarta). Tujuan diselenggarakannya AAG tidak mengutama­ kan menang atau kalah, namun lebih mengedepankan pada proses bagaimana para peserta mempersiapkan diri serta konsistensi orangtua sebagai pendamping. Selain itu, peran para pelatih yang kerap memberikan pelajaran bagaimana berolahraga dengan baik juga menjadi ­modal utama. Melalui AAG kita dapat melihat kegigihan dari para peserta untuk dapat memberikan hasil yang terbaik.


LIPUTAN Khusus

Dukungan berbagai pihak saat peresmian ASEAN Autism Games 2018, di antaranya Yayasan Autisma Indonesia, LSCAA, ASEAN Secretary, ASEAN Autis Network.

Suasana peserta lomba renang putra 100 meter ketika mencapai garis finish.

Hal positif lainnya yang tercipta ketika AAG berlangsung adalah terjalinnya persahabatan dari berbagai macam ko足 munitas peduli autisme, kesempatan untuk menambah te足 man, dan ajang bertukar pengalaman sesama orang tua. Banyak harapan yang dititipkan melalui acara AAG 2018, seperti semakin paham lingkungan akan keberadaan in足 dividu ASD, pembelajaran untuk menerima keberadaan mereka, dan bukti bahwa dengan memberikan ruang un足 tuk berkembang maka setiap anak bisa memberikan hasil maksimal. Ajang ini juga diharapkan dapat memprakarsai

Para peserta lomba lari kategori putra 100 Meter dari berbagai negara berjuang sampai finish.

ajang olahraga yang secara resmi nantinya dilaksanakan oleh negara dan masuk menjadi agenda lomba olahraga nasional mapun internasional. (PUTRI)

Sponsor & Media Patner :

7


Hanya ada di LSBA

“Belajar Berteman”

M

enjalin hubungan pertemanan adalah hal yang bisa dibilang sulit dilakukan oleh individu dengan autisme. Selain karena keterbatasan kemam­ puan sosial komunikasinya, beberapa individu dengan autisme juga kerap kali punya rasa khawatir tidak mendapatkan respon sesuai dengan harapannya. Jadi, pe­ rilaku yang muncul adalah mereka tampak sangat pemilih terhadap siapa yang akan dijadikan te­ man bicara. Hal ini juga terjadi pada ­murid-murid LSBA, seperti G dan A yang mem­ butuhkan waktu lama untuk ­membangun pertemanan. G ada­ lah murid yang sangat menyu­ kai bahasa Inggris dan games, sedangkan A adalah murid yang sangat menyukai transportasi. Keduanya punya selera humor yang mirip, ketertarikan yang sama pada sejarah, dan sama-sama orang yang sangat memilih siapa yang akan diajak bicara. Sudah hampir dua bulan G dan A berteman, mengobrol dengan seru saat bertemu di jam per­ gantian kelas. Mereka bertukar kesukaan masing-masing. A menunjukkan sketsa transportasi yang dibuatnya dan G menunjukkan figur-figur games kesukaannya. Pernah juga saya temui mereka saling berbagi cerita humor dan ter­ tawa bersama. Terakhir kali saya melihat mereka, bahkan ­mereka kini bertukar video masing-masing di dalam lift yang ternyata sudah menjadi topik mereka selama dua minggu ­belakangan. Pertemanan mereka tidak dibangun dengan mudah begitu

saja. Satu tahun lalu adalah pertama kalinya G dan A saling menyapa seusai kelas saya, saat keduanya sedang bergan­ tian ruang kelas. “Ibu, itu siapa”? tanya A kepada saya sambil menunjuk G yang sedang asik dengan laptopnya.“Namanya G, student batch 4.” kata saya.“Boleh ngobrol?” tanyanya sambil menunjuk G lagi.“Boleh dong. Dekati dia saja, kenalan dulu, lalu ngobrol.” jawab saya. Mereka pun berkenal­ an. Hanya sebentar. Lalu hampir tidak pernah saling berbicara satu sama lainnya hingga satu tahun berlalu. Dua bulan lalu saat mereka kembali ­saling menyapa lagi, keduanya se­ dang memegang benda kesukaan­ nya dan saling tertarik dengan benda yang dibawa. Kemudian mer­ eka mulai membicarakan kesukaan masing-masing dan selalu mengo­ brol ­dengan bahasa Inggris, kemam­ puan yang sama-sama mereka miliki. Saya bertanya ke G dan A di waktu yang berbeda tentang pertemanan mereka dan bagaimana perasaan mereka. “Karena dia bisa saya ajak cerita, Bu.” Kurang lebih begitu jawaban mereka. Ya, walaupun kadang masih butuh intervensi dari pengajarnya, misalnya saya pernah mengajak A menyemangati G saat G bertugas menjadi MC acara atau mendorong G untuk memberi saran pada A tentang alur cerita dari strip komik yang dibuatnya. Begitulah mereka belajar saling berteman hanya dengan satu alasan sederhana, karena bisa saling bicara dan menang­ gapi. Untuk orang-orang yang ada di sekitar individu dengan autisme, alasan sederhana ini mungkin bisa dijadikan cara untuk juga menjalin pertemanan dengan mereka. (LISFATUL)

LSCAA

Redaksi Newsletter AUTISM & FRIENDS Pembina: Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR Pemimpin Redaksi: Chrisdina Wempi, M.Si. Redaktur: DR. Artini, M.Si., Erni Adi Astuti, S.Pd, Nurul Hidayah, S.I.Kom Kordinator Disain: Anies Alwi Distribusi: Summy Damayanti

8

(LONDON SCHOOL CENTRE FOR AUTISM AWARENESS) Merupakan divisi Corporate Social Responsibility dari STIKOM LONDON SCHOOL OF PUBLIC RELATIONS JAKARTA Alamat: Sudirman Park Office , Jl. K.H. Mas Mansyur Kav.35, Jakarta Pusat 10220 Tel: 021 29338944  Hotline: 0815 11300 225

Blog: www.lspr.edu/lscaa ● Instagram: London School Beyond Academy FB: London School Beyond Academy - Centre for Autism Awareness PIN BB: 56B96183 ● Twiter: @LSbeyondacademy


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.