Sundanese Cultural Literacy

Page 1

Sundanese

Cultural Literacy 1

Muhammad Iqbal Firdaus


Sanksi Pelanggaran Pasal 72, Undang-Undang Nomor Sanksi Pelanggaran Pasal 72, 19 Tahun 2002 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidanakan dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dari/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (Satu juta rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (Tujuh) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (Lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan ataui barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait pada Ayat 1 (Satu) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (Lima) tahun / atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

2 Sundanese Cultural Literacy


Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Sundanese

Cultural Literacy 3

Muhammad Iqbal Firdaus


Sundanese Cultural Literacy oleh Muhammad Iqbal Firdaus GM 3150250091 Penerbit PT Gramedia Pusaka Utama Kompas Gramedia Building Jalan Palmerah Barat 29-37 , Jakarta 10270 Konsep Desain dan Desain Sampul: Muhammad Iqbal Firdaus Desain Tata Letak: Muhammad Iqbal Firdaus Diterbitkan pertama kali oleh: Penerbit PT Gramedia Pusaka Utama anggota IKAPI , Jakarta 2016 www.gramediapusakautama.com ISBN 978-602-03-1964-3

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia , Jakarta Isi di luar tanggung jawab percetakan.

4 Sundanese Cultural Literacy


Kata Persembahan

Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya buku ini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya ucapkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada: Tuhan YME, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka buku ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Tuhan penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a. Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembaha bakti dan cinta ku untuk kalian bapak ibuku. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan selalu terpatri di hati. i5 Kata persembahan

Saudara saya (Adik), yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran semangat yang menggebu, terimakasih dan sayang ku untuk kalian. Sahabat dan Teman Tersayang, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak kan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terima kasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini. Dengan perjuangan dan kebersamaan kita pasti bisa. Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.


Table of Contents

i

10

Kata Persembahan

Sejarah Aksara Sunda 12 Aksara Sunda Kuna 18 Aksara Sunda Baku 20 Perbandingan Aksara Sunda Kuna dan Baku

08

22

Kata Pengantar

Pelafalan dan Penulisan Aksara Sunda 24 38 74 88 94

Aksara Swara Aksara Ngalagena Aksara Konsonan Rarangken Wilangan 6 Sundanese Cultural Literacy


96

114

Aplikasi Aksara Sunda Di Era Modern

Tentang Penulis

112 Kepustakaan

7


Kata Pengantar

Assalamualaikum wr,wb Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan buku “Sundanese Cultural Literacy� ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman dan dosen yang telah memberi motivasi dan semangat yang membangun pada saya. Dalam rangka memelihara, mengelola dan mengembangkan bahasa dan sastra daerah, semestinya kita juga memelihara sumber keduanya, yaitu aksara daerah atau aksara tradisi. Kita mengetahui bahwa aksara tradisi adalah aksara yang digunakan oleh leluhur kita untuk membangun komunikasi tertulis atau tradisi tulisan. Dengan adanya tradisi tulisan itu, maka generasi selanjutnya dapat menemukan informasi yang penting tentang sejarah, nilai-nilai luhur budaya, dan aspek budaya lainnya yang kita warisi dari pendahulu kita. Selain itu, kenyataan bahwa tidak semua bangsa atau etnis di dunia ini memiliki aksara tradisi menunjukkan 8 Sundanese Cultural Literacy


pentingnya aksara tradisi. Aksara tradisi merupakan indikator yang kuat adanya nilai-nilai pokok yang dapat digali dan dikembangkan untuk meraih kejayaan etnis pemiliknya dan bangsa yang menjadi induk dari etnis tersebut. Karena itu, aksara tradisi yang ada pada suatu etnis sudah selayaknya dipelihara dan diberdayakan oleh etnis yang bersangkutan. Saya sangat berharap buku ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai kebudayaan aksara sunda dan dapat membantu sebagai bahan ajar mahasiswa khususnya dalam bidang Bahasa daerah. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam buku ini terdapat kekurangan danW jauh dari kata sempurna. Memulai dari sejarah aksara sunda yang ada di Indonesia khusus nya di Jawa barat sejak abad ke 13 sampai saat ini, mungkin banyak orang yang belum mengetahui bahwa huruf apa saja yang ada pada Aksara sunda, dalam buku ini saya akan mengulas tentang 9 Kata pengatar

berbagai macam huruf , tanda baca dan juga perkembangan Aksara sunda saat ini di Indonesia. Dimulai dari Aksara swara atau huruf vocal , Aksara Ngalagena atau huruf dasar , Aksara Konsonan , Wilangan dan juga rarangken . Tidak cuma itu saja, saya juga menambahkan perkembangan tentang bagaimana aksara sunda saat ini dapat berkembang dan dilestarikan sebagai salah satu budaya daerah yang wajib di sebar luaskan tidak hanya di masyarakat Jawa barat melainkan kepada seluruh masyarakat Indonesia, karena tidak kita pungkiri bahwa Bahasa daerah juga adalah salah satu symbol keberagaman yang ada di Indonesia.

Jakarta, Desember 2016 Penulis Muhammad Iqbal Firdaus


Sejarah aksara sunda Aksara sunda adalah salah satu bentuk kebudayaan asli dari indonesia yang berasal dari daerah Jawa barat. dimana aksara sunda terdiri sekarang sudah mulai banyak di pelajari. Namun sebelumnya mari kita lebih mengenal sejarah tentang asal mula adanya aksara sunda tersebut di Jawa barat.

10 Sundanese Cultural Literacy


1

11


12 Sundanese Cultural Literacy


Aksara sunda kuna

Jejak aksara ini dapat dilihat pada Prasasti Kawali (Prasasti Astana Gede). Prasasti itu dibuat untuk mengenang Prabu Niskala Wastukancana yang memerintah Kawali, Ciamis, (1371-1475). Prasasti Kebantenan yang berasal dari abad ke-15 Masehi, termaktub dalam lempengan tembaga, juga memakai aksara Ngalagena. Belum ditemukan bukti yang pasti tentang awal mula aksara Sunda diciptakan atau sejak kapan orang Sunda mulai menggunakan aksara itu Yang jelas, kita mendapat gambaran yang samar-samar bahwa sebelum abad ke-14, banyak prasasti dan naskah lontar (kropak) yang diketemukan di wilayah Jawa Barat, ditulis dengan menggunakan aksara lain.

“Kropak: adalah peti tempat penyimpanan naskah rontal; atau merujuk pada naskah yang tersusun dari beberapa lembar rontal�

Foto (1) : Prasasti Astana Gede

13 Sejarah aksara sunda


14 Sundanese Cultural Literacy


Sama halnya seperti naskah-naskah kuno di wilayah Jawa lainnya, yang menjadi media untuk naskah kuno Sunda adalah daun (ron) palem tal (Borassus flabellifer) di sinilah lahir istilah rontal atau lontar atau juga daun palem nipah (Nipa fruticans). Masing-masing daunnya yang sudah diproses dan dikeringkan, biasanya dihubungkan dengan seutas tali, di tengah-tengah daun dan atau di sisi kanan dan kiri daun. Penulisan pada daun rontal ini dilakukan dengan menorehkan menggunakan sebuah pisau khusus (peso pangot), pada permukaan daun, atau menorehkan tinta melalui media lain seperti menggunakan pena. Tintanya biasanya dibuat dari campuran jelaga dan kemiri. Sementara untuk penanya dapat menggunakan lidi enau atau menggunakan bambu yang telah dipersiapkan. Biasanya peso pangot digunakan untuk menorehkan huruf-huruf persegi, sementara tinta- pena memudahkan untuk menorehkan huruf-huruf bundar.Naskah-naskah kuno di Jawa Barat yang menggunakan aksara Sunda Kuno dan juga bahasa Sunda Kuno di antaranya Naskah Carita Parahyangan yang juga dikenal dengan nama register “Kropak 406”. Naskah ini kemungkinan dibuat pada abad ke-16 Masehi. Menurut beberapa Filolog, yang cukup menarik dalam Naskah Carita Parahyangan ini, adalah di dalamnya terdapat beberapa kata Arab, diantaranya yaitu kata “dunya” dan “niat”. Hal ini dapat memberi gambaran bahwa sebaran kosa kata Arab, dengan agama Islamnya, telah jauh merasuk ke dalam alam bawah sadar penulis Naskah Carita Parahyangan tersebut. Naskah Bujangga Manik dan Sewaka Darma yangdiperkirakan ditulis pada masa yang tak jauh berbeda. Kedua naskah yang ditulis menggunakan bahasa dan aksara Sunda ini mengisahkan perjalanan spiritual seorang tokoh di dalam sebuah bingkai sistem religi campuran antara Buddha, Hindu, dan kepercayaan Sunda asli.

Naskah Sajarah Banten pada tahun 1662-1663 Masehi, telah ditulis menggunakan huruf Arab (Pegon), tepat ketika Kesultanan Banten baru seabad berdiri. Naskah lainnya yang memakai huruf Pegon ini adalah Kitab Waruga Jagat yang diketemukan di Sumedang dan Pancakaki Masalah Karuhun Kabeh dari wilayah Ciamis.

“Tulisan Pegon; tulisan Arab yang tidak dengan tanda-tanda bunyi (diakritik); tulisan Arab gundul yang digunakan untuk menuliskan bahasa daerah”

Foto (1) : Piagam Kebantenan Foto (2) : Kropak Lontar Foto (3) : Naskah Sejarah Banten

15 Sejarah aksara sunda


16 Sundanese Cultural Literacy


Penggunaan aksara Sunda pada perkembangannya selanjutnya semakin terkikis setelah aksara latin mulai diperkenalkan oleh orang-orang Eropa di Nusantara sembari berkolonialisasi, dari abad ke-18 Masehi hingga masa kemudian. Tak hanya karena alasan itu, yang bertanggung jawab atas hilangnya aksara Sunda adalah penguasaan Mataram Baru yaitu Sultan Agung yang pada abad yang sama telah menguasai hampir seluruh wilayah-wilayah Sunda. Kekuasaan jawa di Tanah Sunda ini mengakibatkan sastra-sastra Sunda periode ini lahir dengan memakai aksara Jawa atau Jawa-Sunda (carakan), dan sudah jarang menggunakan aksara Sunda. Naskah Sunda yang ditulis menggunakan bahasa dan aksara carakan salah satunya adalah Babad Pakuan atau juga dikenal dengan Babad Pajajaran yang kemungkinan baru ditulis pada awal abad ke-19 Masehi. Isi babad Pakuan ini banyak menggambarkan pola pikir masyarakat Sunda lama yang berkenaan dengan kosmologi yang memiliki hubungan dengan konsep mandala kekuasaan. Juga terdapat beberapa peristiwa yang menceritakan sejarah dari periode sebelumnya.

Foto (1) : Kerajaan Mataram Baru 17


18 Sundanese Cultural Literacy


Aksara sunda baku

Pada awal masa kolonial, masyarakat Sunda dipaksa oleh penguasa dan keadaan untuk meninggalkan penggunaan Aksara Sunda Kuna yang merupakan salah satu identitas budaya Sunda. Keadaan yang berlangsung hingga masa kemerdekaan ini menyebabkan punahnya Aksara Sunda Kuna dalam tradisi tulis masyarakat Sunda. Pada akhir Abad 19 sampai pertengahan Abad 20, para peneliti berkebangsaan asing (misalnya K. F. Holle dan C. M. Pleyte) dan bumiputra (misalnya Atja dan E. S. Ekadjati) mulai meneliti keberadaan prasasti-prasasti dan naskah-naskah tua yang menggunakan Aksara Sunda Kuna. Berdasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya, pada akhir Abad XX mulai timbul kesadaran akan adanya sebuah Aksara Sunda yang merupakan identitas khas masyarakat Sunda. Oleh karena itu Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menetapkan Perda No. 6 tahun 1996 tentang Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda yang kelak digantikan oleh Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah. Pada tanggal 21 Oktober 1997 diadakan Lokakarya Aksara Sunda di Kampus UNPAD Jatinangor yang diselenggarakan atas kerja sama Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Kemudian hasil rumusan lokakarya tersebut dikaji oleh Tim Pengkajian Aksara Sunda Dan akhirnya pada tanggal 16 Juni 1999 keluar Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 343/SK.614-Dis.PK/99 yang menetapkan

bahwa hasil lokakarya serta pengkajian tim tersebut diputuskan sebagai Aksara Sunda Baku. Saat ini Aksara Sunda Baku mulai diperkenalkan di kepada umum antara lain melalui beberapa acara kebudayaan daerah yang diadakan di Bandung. Selain itu, Aksara Sunda Baku juga digunakan pada papan nama Museum Sri Baduga, Kampus Yayasan Atikan Sunda dan Kantor Dinas Pariwisata Daerah Kota Bandung . Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya yang menggunakan Aksara Sunda Baku pada papan nama jalan-jalan utama di kota tersebut. Namun, setidaknya hingga akhir tahun 2007 Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Jawa Barat belum juga mewajibkan para siswa untuk mempelajari Aksara Sunda Baku sebagaimana para siswa tersebut diwajibkan untuk mempelajari Bahasa Sunda. Langkah memperkenalkan aksara daerah mungkin akan dapat lebih mencapai sasaran jika Aksara Sunda Baku dipelajari bersamaan dengan Bahasa Sunda. Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Lampung dan Provinsi Jawa Tengah telah jauh-jauh hari menyadari hal ini dengan mewajibkan para siswa Sekolah Dasar yang mempelajari bahasa daerah untuk juga mempelajari aksara daerah.

Foto (1) : K. F. Holle 19 Sejarah aksara sunda


20 Sundanese Cultural Literacy


Perbandingaan aksara sunda kuna dan aksara sunda baku

Sebagaimana diungkapkan di atas, Aksara Sunda Baku merupakan hasil penyesuaian Aksara Sunda Kuna yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Sunda kontemporer. Penyesuaian itu antara lain didasarkan atas pedoman sebagai berikut: • bentuknya mengacu pada Aksara Sunda Kuna sehingga keasliannya dapat terjaga, • bentuknya sederhana agar mudah dituliskan, • sistem penulisannya berdasarkan pemisahan kata demi kata, • ejaannya mengacu pada Bahasa Sunda mutakhir agar mudah dibaca. Dalam pelaksanaannya, penyesuaian tersebut meliputi penambahan huruf (misalnya huruf va dan fa), pengurangan huruf (misalnya huruf re pepet dan le pepet), dan perubahan bentuk huruf (misalnya huruf na dan ma).

Foto (1) : Museum Sri Baduga 21 Sejarah aksara sunda


Pelafalan dan penulisan aksara sunda Aksara sunda memiliki tingkat penulisan yang lumayan mudah kita hanya perlu mengenali huruf dan juga tanda baca nya sebelum mulai menuliskan nya. Huruf di dalam aksara sunda itu sendiri terbagi menjadi 4 yaitu : Aksara Swara/vokal , Ngalagena/dasar , konsonan dan Wialangan/angka. Pada bab ini kalian akan di kenalkan oleh huruf -huruf tersebut dan bagaimana merangkainya menjadi suatu kata ataupun kalimat

22 Sundanese Cultural Literacy


2

23


3

1

2

24 Sundanese Cultural Literacy


a Aksara Swara Aksara swara adalah tulisan yang melambangkan bunyi fonem vokal mandiri yang dapat berperan sebagai sebuah suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 25 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


2

1

5

3

4 26 Sundanese Cultural Literacy


i Aksara Swara Aksara swara adalah tulisan yang melambangkan bunyi fonem vokal mandiri yang dapat berperan sebagai sebuah suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 27 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


1

2

5

3

4 28 Sundanese Cultural Literacy


u Aksara Swara Aksara swara adalah tulisan yang melambangkan bunyi fonem vokal mandiri yang dapat berperan sebagai sebuah suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 29 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


1

3 2

30 Sundanese Cultural Literacy


e Aksara Swara Aksara swara adalah tulisan yang melambangkan bunyi fonem vokal mandiri yang dapat berperan sebagai sebuah suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 31 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


2

3

1

4

5

6

32 Sundanese Cultural Literacy


o Aksara Swara Aksara swara adalah tulisan yang melambangkan bunyi fonem vokal mandiri yang dapat berperan sebagai sebuah suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 33 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


3

1

2

4

5

34 Sundanese Cultural Literacy


e’ Aksara Swara Aksara swara adalah tulisan yang melambangkan bunyi fonem vokal mandiri yang dapat berperan sebagai sebuah suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 35 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


4

5

3

1

2

36 Sundanese Cultural Literacy


eu Aksara Swara Aksara swara adalah tulisan yang melambangkan bunyi fonem vokal mandiri yang dapat berperan sebagai sebuah suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 37 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


1

2

3

1

2

3

38 Sundanese Cultural Literacy


ka Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 39 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


1

2

5 6

3

4

40 Sundanese Cultural Literacy


ga Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 41 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


1

2

5

3

4

42 Sundanese Cultural Literacy


nga Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 43 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


1

2 4

3

44 Sundanese Cultural Literacy


ca Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 45 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


2

1

7

5

8 3

4

6

46 Sundanese Cultural Literacy


ja Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 47 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


8

7

9

1

2

5

3

4

6

48 Sundanese Cultural Literacy


nya Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 49 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


5

6 1

2

3

7

4

8

50 Sundanese Cultural Literacy


ta Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 51 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


2

3

1

4

5 52 Sundanese Cultural Literacy


da Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 53 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


1

2

3

4

54 Sundanese Cultural Literacy


na Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 55 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


6

1

3

5

2

4

56 Sundanese Cultural Literacy


pa Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 57 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


1

9

2

8

10

5

3

4

6

7

58 Sundanese Cultural Literacy


ba Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 59 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


6

1

3

5

2

4

60 Sundanese Cultural Literacy


ma Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 61 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


5

1

2 8

6

7

3

4

62 Sundanese Cultural Literacy


ya Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 63 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


6

7

1

2

5

4

3 64 Sundanese Cultural Literacy


ra Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 65 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


2 5

3

4

1

66 Sundanese Cultural Literacy


la Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 67 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


2

1

6

3

5

4

68 Sundanese Cultural Literacy


wa Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 69 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


1

4

1

2

5

4

2

5

3 3

70 Sundanese Cultural Literacy


sa Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 71 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


6

2 1

5

7

3

4

72 Sundanese Cultural Literacy


ha Aksara Ngalagena Aksara ngalagena adalah tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. 73 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


1

2 5

3

4

74 Sundanese Cultural Literacy


fa Aksara Konsonan Aksara konsonan adalah aksara yang ditambahkan untuk menyesuaikan dengan perkembangan bahasa kontemporer, sehingga bisa digunakan untuk menulis seluruh bahasa yang digunakan pada masa sekarang. 75 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


1

2

3

4

76 Sundanese Cultural Literacy


qa Aksara Konsonan Aksara konsonan adalah aksara yang ditambahkan untuk menyesuaikan dengan perkembangan bahasa kontemporer, sehingga bisa digunakan untuk menulis seluruh bahasa yang digunakan pada masa sekarang. 77 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


1

2

4

3

78 Sundanese Cultural Literacy


va Aksara Konsonan Aksara konsonan adalah aksara yang ditambahkan untuk menyesuaikan dengan perkembangan bahasa kontemporer, sehingga bisa digunakan untuk menulis seluruh bahasa yang digunakan pada masa sekarang. 79 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


1

2

4

6

7

5 3

80 Sundanese Cultural Literacy


xa Aksara Konsonan Aksara konsonan adalah aksara yang ditambahkan untuk menyesuaikan dengan perkembangan bahasa kontemporer, sehingga bisa digunakan untuk menulis seluruh bahasa yang digunakan pada masa sekarang. 81 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


1

2

3

4

5 82 Sundanese Cultural Literacy


za Aksara Konsonan Aksara konsonan adalah aksara yang ditambahkan untuk menyesuaikan dengan perkembangan bahasa kontemporer, sehingga bisa digunakan untuk menulis seluruh bahasa yang digunakan pada masa sekarang. 83 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


9

1 2

4

5

8

3

10

6

7

84 Sundanese Cultural Literacy


kha Aksara Konsonan Aksara konsonan adalah aksara yang ditambahkan untuk menyesuaikan dengan perkembangan bahasa kontemporer, sehingga bisa digunakan untuk menulis seluruh bahasa yang digunakan pada masa sekarang. 85 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


10

1

2

4

12

11

6

7

8

5

9

3

86 Sundanese Cultural Literacy


sya Aksara Konsonan Aksara konsonan adalah aksara yang ditambahkan untuk menyesuaikan dengan perkembangan bahasa kontemporer, sehingga bisa digunakan untuk menulis seluruh bahasa yang digunakan pada masa sekarang. 87 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


Rarangken

Pamepet:

Pamempet/e/ Pamempet berfungsi mengubah bunyi vokal aksara dasar /a/ menjadi /e/ Contoh: (berebet) ᮘᮨ ᮛᮨᮘᮨᮒ᮪ (nereleng) ᮔᮨᮛᮜ ᮨ ᮨᮀ

Panghulu:

Panghulu /i/ Panghulu berfungsi mengubah bunyi voktal aksara dasar /a/ menjadi /i/ Contoh: (mimiti) ᮙᮤᮙᮤᮒᮤ (sisi) ᮞᮤᮞᮤ

88 Sundanese Cultural Literacy


Panglayar:

Panglayar /+r/ Panglayar berfungsi menambah konsonan /+r/ pada akhir aksara dasar. Contoh: (samar) ᮞᮙᮁ (dasar) ᮓᮞᮁ

Panyecek:

Panyecek /+ng/ Panyecek berfungsi menambah konsonan /+ng/ pada akhir aksara dasar. Contoh: (barangbang) ᮘᮛᮀᮘᮀ (kijang) ᮊᮤᮏᮀ

89 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


Paneuleung:

Paneuleung /eu/ Paneuleung berfungsi mengubah bunyi vokal aksara dasar /a/ menjadi /eu/ Contoh: (weureu) ᮝᮩᮛ ᮩ (geulis) ᮌᮩᮜᮤᮞ᮪

Panyakra:

Panyakra /+ra/ Panyakra berfungsi menambah bunyi akssara /+ra/ pada aksara dasar yang dilekatinya, dan bisa disesuaikan dengan tanda vokalisasi pada akasra dasarnya. Contoh: (drama) ᮓᮢᮙ (prakarsa) ᮕᮢᮊᮁᮞ

90 Sundanese Cultural Literacy


Panyiku:

Panyiku /+la/ Panyiku berfungsi menambah bunyi aksara /+la/ pada akasara dasar yang dilekatinya, dan bisa disesuaikan dengan tanda vokalisasi pada aksara dasarnya. Contoh: (taplak) ᮒᮕᮣᮊ᮪ (nyeblak) ᮑᮨ ᮘᮣ ᮊ᮪

Panyuku:

Panyuku /u/ Panyuku berfungsi mengubah bunyi vokal aksara dasar /a/ menjadi /u/ Contoh: (gunung) ᮌᮥᮔᮥᮀ (guguru) ᮌᮥᮌᮥᮛ ᮥ

91 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


Pamaeh:

Pamaéh /-h/ Pamaeh berfungsi menghilangkan fonem konsonan di akhir kata pada akasara dasar, dan bisa disesuaikan dengan tanda vokalisasi pada aksara dasarnya. Contoh: (aksara) ᮃᮊ᮪ᮞᮛ (sunda) ᮞᮥᮔ᮪ᮓ

Pamingkal:

Pamingkal /+ya/ Pamingkal berfungsi menambah bunyi /+ya/ pada aksara dasar yang dilekatinya, dan bisa disesuaikan dengan tanda vokalisasi pada aksara dasarnya. Contoh: (madya) ᮙᮓᮡ (sanghyang) ᮞᮀᮠᮡᮀ

92 Sundanese Cultural Literacy


Panolong:

Panolong /o/ Panolong berfungsi mengubah bunyi vocal aksara dasar /a/ yang mendahuluinya menjadi /o/ Contoh: (molongo) ᮙᮧᮜᮧᮍᮧ (boboko) ᮘᮧᮘᮧᮊᮧ

Pangwisad:

Pangwisad /+h/ Pangwisad berfungsi menambah bunyi /+h/ pada aksara dasar yang dilekatinya yang disimpan di akhir kata dasar, serta bisa disesuaikan dengan tanda vokalisasi pada aksara dasarnya. Contoh: (gagabah) ᮌᮌᮘᮂ (rajah) ᮛᮏᮂ

Paneleng:

Panéléng /é/ Paneleng berfungsi mengubah bunyi vocal aksara dasar /a/ yang didahuluinya menjadi /e’/ Contoh: (jéjerégéd) ᮏᮦᮏᮨ ᮛᮦᮌᮦᮓ᮪ (bebéné) ᮘᮦᮘᮦᮔᮦ

93 Pelafalan dan penulisan aksara sunda


Wilangan

1

3

2

4

5 94 Sundanese Cultural Literacy


6

8 95 Pelafalan dan penulisan aksara sunda

7

9

0


Aplikasi aksara sunda di era modern Pada saat ini Aksara Sunda sudah mulai di kembangkan dan juga di lestarikan . Dimana saat ini huruf-huruf yang ada di Aksara Sunda sudah banyak di aplikasikan ke berbagai media Misalnya seperti Streetart , Lettering , T-shirt hingga Aplikasi yang dapat di gunakan pengguna android maupun ios

96 Sundanese Cultural Literacy


3

97


98 Sundanese Cultural Literacy


99


100 Sundanese Cultural Literacy


101


102 Sundanese Cultural Literacy


103


104 Sundanese Cultural Literacy


105


106 Sundanese Cultural Literacy


107


108 Sundanese Cultural Literacy


109


110 Sundanese Cultural Literacy


111


Kepustakaan

Atja 1970 Tjarita Ratu Pakuan: Tjerita Sunda Kuno dari Lereng Gunung Tjikuraj. Bandung: Lembaga Bahasa dan Sedjarah. Atmodjo, M.M. Sukarto K. 1994 Perkembangan Paleografi Aksara Jawa (Makalah Seminar Nasional Pengkajian Makna HA-NA-CA-RAKA). Yogyakarta: Balai Kajian Jarahnitra Ayatrohaédi 1988 Bahasa Sunda di Daerah Cirebon. Jakarta: Balai Pustaka. 1997 Pemasyarakatan Aksara Sunda: Pilihan, Siasat, dan Kiat 1941 “Een Maleische Inschriptie in het Buitenzorgsche”, BKI 100: 49-53. Casparis, J.G. de 1975 Indonesian Palaeography: A History of Writing in Indonesia sian from the Beginnings to C. A.D. 1500. Leiden/Köln: E.J. Brill. Handbuchder Orientalistik. Dritte Abteilung. Vierter Band, erste Leiferung. Bühler, K 1934 Sprachtheorie. Leiden/Köln: E.J. Brill. Coolsma, S. 1904 Soendaneesche Spraakkunst. Leiden: A.W. Sijthoff. Darsa, Undang A. 1993 Rarancang Palanggeran Aksara Sunda (Kuno)

1994 Aksara yang Pernah Digunakan Menulis Bahasa Sunda (Makalah “Seminar Nasional Pengkajian Makna Ha-NaCa- Ra-Ka”). Yogyakarta: Balai Kajian Jarahnitra kerjasama Lembaga Javanologi Yayasan Panunggalan. 1999 Hirup-Huripna Basa jeung Aksara Sunda Geusan Nganteb- keun Jatidiri Manusa Sunda dina Alam Kasajagatan (Makalah “Seminar Tatakrama Basa jeung Seni Budaya Sunda” 2 Nopember 1999). Sukabumi: MGMP Mulok Wajib Basa Sunda SLTPKandep Dikbud Kabupaten Sukabumi. 2001 Aksara Sunda (Makalah “Kongrés Basa Sunda VII 10-12 Nopémber 2001”). Garut: Lembaga Basa Jeung Sastra Sunda (LBSS) gawé bareng jeung Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat. Darsa, Undang A. & Ayatrohaédi 1992 Aksara Sunda Kuno (Makalah “Seminar Aksara Daerah JawaBarat”). Jatinangor: Fakultas sastra Unpad kerjasama dengan Pemda Tk. I Jawa Barat. Djafar, Hasan 1991 Prasasti-prasasti dari Masa Kerajaan Sunda (Makalah “Semi- nar Nasional Sastra dan Sejarah Pakuan Pajajaran”). Bogor: Univ. Pakuan kerja sama dengan Pemda TK I Jawa Barat. Ekadjati, Edi S. 2004 Kebangkitan Kembali Orang Sunda: Kasus Paguyuban Pasundan 1913-1918. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Lulugu 112 Sundanese Cultural Literacy


Ekadjati, Edi S. & Undang A. Darsa 1997 Aksara Sunda: Lambang Jatidiri dan Kebanggaan Jawa Barat (Makalah “Lokakarya Aksara Sunda 21 Oktober 1997”). Jatinangor: Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat kerjasama Fakultas sastra Universitas Padjadjaran. 1999 Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 5A: Jawa Barat

1999 Aksara Sunda. Bandung: Pusat Informasi Kebudayaan Sunda dan PT Granesia. Pigeaud, Th. G. Th. 1967-1980 Literature of Java. Catalogue Raisonne of Javanese Manu- scripts in the Library of the University of Leiden and Other Public Collections in the Netherlands. 4 Vols. The Hague: Martinus Nijhoff.

Gelb, I.J. 1963 A Study of Writing: The Foundations of Grammatology. Chi- cago.

Pleyte, C.M. 1911 “Het Jaartal op den Batoe-Toelis nabij Buitenzorg”, (Een Bijdrage tot de Kennis van het Oud Soenda),” TBG 53: 155- 220.

Grashuis, G.J. 1860 Handleiding voor het Aanleren van het Soendaneesch Letterschrift. Leiden: E.J. Brill.

Roorda, T. 1855 Javaasche Grammatica. Amstrendam: Johannes Mûller. Sardjono, Partini & Edi S. Ekadjati, E. Kalsum

Holle, K.F. 1967 “Vlugtig Berig Omtrent Eenige Lontar Handscriften Afkomstig uit de Soendalanden”. TBG 15.

Sardjono, Partini & Edi S. Ekadjati, E. Kalsum 1988 Naskah Sunda Kuna; Transliterasi dan Terjemahan. Bandung: Proyek Sundanologi Dinas P dan K Propinsi Jawa Barat.

Meerten, Henri Charles van 1887 Overzicht van het Hervorming van het Preangerstelsel (Disertasi). Leiden. Molen, W. Van der 1985 Sejarah Perkembangan Aksara Jawa. Yogyakarta: Javanologi. Murty, K. Satya 1992 Textbook of Indian Epigraphy. Delhi: Low Price Publications. Permadi, Tedi & Edi S. Ekadjati, Undang A. Darsa, Idin Baidillah

113 Kepustakaan

Website http://unicode.org http://www.babadbali.com/aksarabali http://en.wikipedia.org/wiki/Unicode http://www.evertype.com http://www.ibm.com http://www.kairaga.com http://www.wacana.co


Tentang Penulis

Muhammad Iqbal Firdaus , Anak pertama dari dua bersaudara kelahiran Bekasi, 7 Maret 1997 ini adalah seorang mahasiswa Desain Komunikasi Visual di Institut Kesenian Jakarta. Ketertarikanya pada dunia desain sudah disadarinya sedari Sekolah Menengah Pertama, Ia menyadari bahwa ia sangat merasa nyaman ketika sedang menggambar sesuatu. Hal itulah yang membuat ia mencoba mempelajari tentang dunia desain sendiri melalui internet. Setelah lulus dari SMP, ia meneruskan pendidikan nya yang masih berhubungan dengan apa yang diminatinya yaitu desain. Maka ia memilih jurusan Multimedia di Sekolah Menengah Kejuruan , saat di SMK ia mempelajari lebih banyak tentang desain walaupun hanya sedikit dan masih sangat dasar . Dan ketika lulus dari SMK dia memutuskan untuk mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual di Institut Kesenian Jakarta. Disana ia mulai mempelajari lebih dalam tentang dunia desain dan juga berbagai macam teknik dalam desain dan juga bagaimana merancang 114 Sundanese Cultural Literacy


sebuah konsep untuk sebuah karya desain. Mempelajari tahap demi tahap dalam mendesain semua ia pelajari sastu per satu di Institut Kesenian Jakarta. Selain itu untuk menyalurkan kemampuan dalam mendesain , ia dan tiga orang teman nya saat SMK membuat sebuah brand clothing line yang diberi nama Sayhello Good Co yang sudah dimulai sejak tahun 2013. Selain bersama Sayhello , ia pun menjadi seorang freelancer graphic desain di sela-sela waktu perkuliahan. Ia sangat menyukai membuat lettering dan juga tipografi namun ia merasa kurang disaat harus membuat sosok gambar manusia karena agak kesulitan ketika membuat proporsi dari gambar tersebut. Namun kekurangnya disana dapat ia tutupi dengan kepandaianya mengolah huruf yang mana adalah salah satu elemen dasar dan terpenting dalam Desain komunikasi visual. Diluar dari dunia desain ia adalah salah satu penikmat musik , Musik yang ia sukai adalah musik beraliran folk yang mana alunan dari lagu lagunya sangat enak 115 Tentang penulis

didengar saat ia mengerjakan tugas kuliah ataupun pekerjaan desain nya saat masa - masa deadline. dalam mencari inspirasi ia juga terkadang meluangkan waktu untuk pergi keluar dan melakukan hobi lainya yaitu fotografi. Ya selain mendesain fotografi adalah salah satu hal yang disukai olehnya juga , dalam dunia foto ia sering menjadikan orang orang yang di temuinya saat perjalanan sebagai point of interest dari sebuah karya foto yang ia buat.


Muhammad Iqbal Firdaus

Cultural Literacy

Sundanese

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Kompas Gramedia Building Blok I, Lantai 5 Jl. Palmerah Barat 29-37 Jakarta 10270 www.gramediapustakautama.com

116 Sundanese Cultural Literacy


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.