PARTISIPASI INTEGRASI
AKU
RAS
Newsletter SISTEM INFORMASI DESA 2014
resource institution
I
Prolog
M E T SIS
A S E D ASI
M R O F IN
Sistem Informasi Desa yang pada awalnya disebut SIDESA hingga akhirnya menjadi SID memiliki dua pengertian, dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit SID dimaksudkan sebagai sebuah aplikasi yang membantu pemerintahan desa dalam mendokumentasikan data-data milik desa guna memudahkan proses pencariannya. Sedangkan dalam arti luas, SID diartikan sebagai suatu rangkaian/sistem (baik mekanisme, prosedur hingga pemanfaatan) yang bertujuan untuk mengelola sumber daya yang ada di komunitas. Pada bidang pengertian yang luas ini terkandung misi organisasi COMBINE yang bercita-cita memfasilitasi partisipan Jaringan COMBINE untuk mewujudkan komunitas-komunitas otonom, agar mampu menyelenggarakan proses pengambilan keputusan kolektif secara demokratis dan melakukan kontrol publik secara efektif, melalui pengembangan sistem informasi komunitas yang mampu menghasilkan informasi yang strategis dan cerdas untuk kepentingan komunitas dan pihak-pihak yang menjadi mitra komunitas. Gagasan Awal Sistem Informasi Desa (SIDESA) tercetus tahun 2008. Tahapan yang dilakukan adalah membentuk tim kerja, entry data kependudukan, pemanfaatan layanan publik, pemanfaatan analisis asset dan konvergensi media dilakukan pada tahun 2010. Beberapa alasan yang mewarnai lahirnya SID, antara lain: 1. Ada kebutuhan untuk memanggil/menemukan data secara cepat dan akurat 2. Banyaknya permintaan dari pemerintahan supra desa yang meminta data ke desa, namun tidak bisa dipenuhi dalam waktu yang cepat. 3. Dokumen-dokumen desa banyak yang tidak terselamatkan pada saat gempa, sehingga ada kebutuhan untuk mengubah bentuk arsip dari hardcopy menjadi softfile;
1
Peta Sebaran Desa Pengguna SID
sumber : http://lumbungkomunitas.net/program/wilayah/
Pengembangan dan Pemanfaatan Pengembangan dan pemanfaatan Sistem Informasi Desa adalah untuk memberikan informasi yang faktual terkait dengan tematik tertentu dalam suatu wilayah administrasi dan atau kawasan sekaligus mengajak partisipasi parapihak yang memiliki data untuk berbagi, inisiasi disebut Sistem Informasi Supra Desa. Selama berjalannya penerapan SID, SID telah termanfaatkan ntuk berbagai macam kebutuhan desa, diantaranya : 1. Pemanfaatan oleh pemdes untuk peningkatan layanan administrasi adalah pernah mendapatkan sosialisasi dan mengunakan aplikasi SID. 2. Pemanfaatan oleh warga untuk perencanaan pembangunan (AKP) adalah digunakan oleh warga sebagai Instrumen utama untuk melakukan kajian sosial warga setempat. 3. Pemanfaatan oleh warga untuk informasi kebencanaan adalah modeling desa bersaudara 4. Pemanfaatan untuk konvergensi media adalah telah melakukan onlinenisai web desa dan atau bersinergi dengan radio komunitas. 5. Pemanfaatan untuk pusat belajar adalah daerahnya kerap digunakan untuk pembelajaran dan atau studi banding. Desa desanya adalah, Terong (Bantul), Nglegi (Gunungkidul) dan Balerante (klaten) 6. Pemanfaatan untuk networking supra desa adalah tahapan inisiasi untuk agregasi data yang dapat bersifat wilayah geografis dan atau wilayah administrasi. Selain itu juga, SID dapat juga diterapkan untuk membangun jaringan komunikasi dan data antara desa dan supra desa. Hal ini sudah diinisiasi sejak tahun 2010, diantaranya untuk pemanfaatan berbagai macam kebutuhan desa, diantaranya : 1. Mitigasi kebencanaan (Kawasan Merapi) 2. Analisis Tematik Lokal (AKP Gunungkidul berbasis KK) 3. Modeling Kecamatan (Kawasan Temanggung) 4. Modeling Kabupaten (Kawasan Kebumen – Opendata)
2
Grafik Pemanfaatan SID 2009 - 2014 300
250
200
150
100
50
0
2009
2010
2011
2012
2013
Peningkatan Layanan Administrasi
Networking Supra-desa
Perencanaan Pembangunan (AKP)
Konvergensi Media
Informasi Kebencanaan
Pusat Belajar
2014
Pustaka : Rangoani Jahja, Haryana, Dina Mariana dan Meldi Rendra. 2012. “Sistem Informasi Desa, Sistem Informasi dan data untuk Pembaruan Desa” Combine. M. Kholirurohman, A.Nur Ajiyati, Irman Ariadi, Dewi Amsari, 2013. “Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi dan Administrasi Desa/Kelurahan (SAID/K)”, Combine. www.combine.or.id ; www.lumbungkomunitas.net
3
E T N A R E L A B A S E DESA BALERAN TE
Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten, Jawa Tengah Alamat : Jalan Samas – Gilangharjo Dlingo Km 6.5, Dusun Terong II, Terong, Dlingo, Bantul, D.I. Yogyakarta Website : http://balerante-klaten.info/
Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, adalah salah satu desa yang paling awal memiliki sistim informasi desa (SID). Jainu dari Desa Balerate menuturkan, keinginan memiliki SID itu muncul karena desanya belum memiliki database. “Saya mikir bagaimana desa bisa punya data yang tersimpan di komputer, yang bisa dicari dengan cepat. Karena saya kenal orang dari Combine, saya minta dibuatkan data sederhana itu, dan ternyata bisa,” tuturnya dalam Acara Workshop Nasional Pengelolaan dan pemanfaatan database partisipatif sebagai pendukung reformasi perencanaan dan penganggaran Desa pasca pengesahan UU Desa Jakarta 28 Februari 2014. Menurut Jainu, data yang tersimpan di SID memperlancar upaya penanganan bencana. Ketika Merapi meletus, warga Balerante harus mengungsi. Selama tiga minggu pertama di pengungsian, kondisi kacau karena tidak ada akurat soal jumlah pengungsi dan kebutuhan mereka. “Lalu kami memutuskan pulang ke desa untuk melihat apakah kantor desa tidak terkena awan panas, dan untungnya kantor desa masih utuh. Komputer di kantor desa lalu kami bawa ke pengungsian, data-data di dalamnya masih aman. Maka kantor desa untuk sementara pindah di pengungsian,” terangnya. Sistem Informasi Desa mulai dikenalkan kepada desa pada pertengahan Juni 2009 di Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten Jawa Tengah dan pada awal 2010 di Desa Terong Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul DIY. Faktanya, kantor desa darurat yang didukung dengan data penduduk dalam SID dapat membantu Pak Jainu dalam memberikan layanan publik dasar kepada warganya selama di pengungsian. Selain itu, data desa bisa dengan mudah disediakan kepada pihak/organisasi kemanusiaan yang datang mencari data untuk urusan bantuan kemanusiaan. Manfaat SID dalam situasi darurat itu berlanjut ketika ada proses ganti rugi sapi warga korban Merapi. Ada beberapa dusun di Desa Balerante yang terdampak luncuran awan panas. Sebagian rumah dan ternak musnah.
4
Ganti rugi ternak dari pemerintah pusat saat itu antara lain mensyaratkan adanya bukti dokumen kependudukan setempat. Dengan adanya data di SID, Pak Jainu bisa menyediakan data bukti kependudukan yang disyaratkan, sehingga proses ganti rugi sapi untuk warga Desa Balerante dapat terselesaikan lebih cepat daripada desa yang lain. Batik Merapi balerante berawal dari erupsi merapi 2010, kala itu warga balerante harus mengungsi di Dodiklatpur Klaten, kurang lebih dua bulan lamanya dan di saat di pengungsian ada satu hal yang menarik untuk di pelajari yaitu adalah belajar mbatik, yang waktu itu diajari dari mahasiswa Universitas Muhamadiyah Surakarta ( UMS ) juga untuk mengisi hari-hari yang sangat menjenuhkan di barak pengungsian. Pengembangan Batik Merapi Balerante tetap ditekuni oleh sebagian warga balerante, batik merapi balerante sudah banyak terjual baik melalui beberapa pameran,pesanan,dan ada pula pembeli yang langsung datang ke balerante. Keunikan motifnya adalah berceritera tentang pengurangan resiko bencana. Kerjasama untuk optimalisasi pemanfaatan Sistem Informasi Desa di Desa Balerante yang melibatkan semua elemen warga, selain aparat dan lembaga lembaga desa untuk berperan aktif secara bersama-sama membangun data yang tersimpan didalam SID tersebut, tidak hanya Pemerintah Desa saja yang akan merasakan teapi seluruh masyarakat nantinya juga akan ikut merasakan adanya SID di Desa Balerante. Satu langkah yang dilakukan oleh Kepala Desa Balerante ( Sukono ) adalah membuat " JURNALIS DESA" dengan harapan semua kegiatan Desa akan terdokumentasikan sehingga dapat dipuplikasikan kepada masyarakat secara cepat dan akurat. Pustaka : http://balerante-klaten.info http://lumbungkomunitas.net http://combine.or.id
G A S DE
O J R A H G ILAN Desa Gilangharjo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul Alamat : Jalan Samas – Gilangharjo, Pandak, D.I. Yogyakarta
Inisasi gagasan penggunaan SID berawal pada tahun 2010, bersama Desa Terong dan Desa Mulyodadi. Pada saat itu pemerintah desa mulai mendapatkan visi pengelola data dan informasi yang komprehensif. Pergantian pengurus desa dan tim pengelola SID membuat implementasi mengalami pasang surut. Tahun 2014 bertemu kembali dengan Combine pada saat Bimbingan Teknis SID Tahap I di KPDTE Kabupaten Bantul.
Pemerintah Desa Gilangharjo membuka kesempatan yang luas kepada berbagai pihak untuk mengadakan riset dan kajian didaerahnya. Perencanaan desa yang terarah dan pendekatan partisipatif menyebabkan desa ini memiliki data data digital yang terarah dan diwujudkan dalam bentuk multimedia presentasi. Pengalaman baik dengan melibatkan pihak, masyarakat, akademisi, lembaga swadaya masyarakat dan praktisi pemerhati sosial menghasilkan beberapa dokumen strategis, kemandirian penduduk dan infrastruktur yang bermanfaat, misalnya Multi media presentasi Desa Gilangharjo, kegiatan kepariwisatan, produk kerajinan, inovasi seni budaya dan Sanggar Giri Gino Guno. Pelestarian budaya, penciptaan anemitas dan memaksimalkan potensi setempat membuat desa menjadi destinasi wisata dengan keunikan tersendiri. “Marching blek� dan wayang kertas merupakan karya dan kriya nyata yang masih bisa disaksikan hingga saat ini. Sebagai wujud dari pemanfaatan potensi wilayah desa, lahirlah beberapa paket wisata edukasi yang dikelola oleh warga. Desa Gilangharjo menjadi bagian penting dalam sejarah cikal bakal pendirian Kraton Mataram yang kemudian menjadi Kraton Ngayojakarta.
A S E D
O J E R O SID Desa Sidorejo Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten Alamat : Jalan Deles Km 24 Sidorejo, Klaten, Jawa Tengah Website : http://sidorejo-klaten.info
Posisi Desa Sidorejo yang terletak di Kawasan Gunung Merapi secara langsung berdampak saat terjadi erupsi Merapi. Dua pengalaman erupsi Merapi terakhir memberikan pengalaman yang mengugah warga untuk menguatkan desa bersaudara. Penerapan Sistem Informasi Desa dimulai semenjak tahun 2010 dan pada tahun 2013 bisa diakses oleh masyarakat luas. Pengalaman Tahun 2010, desa ini sebenarnya juga diarahkan pemerintah daerah untuk mengamankan diri ke Depo Militer di Wedi, Klaten. Namun, sebagian warga dari desa ini memilih untuk tidak mengungsi ke barak pengungsian yang disediakan pemerintah. Warga dua RT teratas di desa ini memilih untuk mencari desa yang bersedia untuk menerima mereka. Hal ini diputuskan untuk dilakukan karena mereka tidak ingin pengalaman mengungsi pada peristiwa erupsi 2006 terulang lagi.
5
Pengalaman Tahun 2006, warga desa-desa di lereng Merapi di wilayah Klaten dipaksa mengungsi oleh pemerintah daerah setempat ketika situasi belum dirasa penting untuk mengungsi. Selain itu, kondisi pengungsian yang dikelola oleh pemerintah sangat jauh dari layak. Sebagian warga Desa Sidorejo ini kemudian diterima oleh Pemerintah Desa Manjung di Kecamatan Ngawen, Klaten. Di sana, warga Desa Sidorejo dapat mengamankan diri dengan lebih layak karena bisa mengelola diri mereka sendiri secara mandiri. Selama mengungsi, warga Sidorejo bisa tetap melakukan banyak kegiatan yang biasanya rutin mereka lakukan sehari-hari. Anak-anak pun bisa tetap bersekolah di desa setempat. Bahkan, oleh karena selama mengungsi mereka bisa sangat dekat dengan warga, acara perpisahan harus diadakan ketika warga Sidorejo ini akan pulang kembali ke desanya ketika status Merapi telah dinyatakan aman.
G N O R E T A
S E D
Desa Terong Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Alamat : Jalan raya Patuk - Dlingo Km 6.5 di Dusun Terong II Terong, Dlingo, Bantul, D.I. Yogyakarta Website : http://terong-bantul.info/
Gagasan Awal SID dan Pengalaman Pemanfaatan Profil Desa untuk SID “Diberbagai forum ketika bicara tentang desa, muncul stigma bahwa desa identik dengan daerah terbelakang, kapasitas Pemerintah Desanya yang lemah, SDM rendah, dan ini dianggap sebagai sebuah masalah besar. Banyak kebijakan dan regulasi yang dibuat untuk menyelesaikan masalah tersebut, namun itu tidak cukup membantu� (Sudirman Alfian, Kepala Desa Terong) . 2010 Inisator Desa Terong dan penggiat CRI, berdikusi lebih lanjut mengenai kebutuhan desa terkait dengan Informasi Teknologi, stelah melalui tahapan ujicoba dan konsultasi maka disepakati untuk menggunakan SID Versi 2. http://www.terongbantul.info/ saat ini menggunakan SID Vesri 3.04 http://terong.bantulkab.go.id/index.php/first “Kalau dulu untuk mencari data penduduk menurut kelompok umur saja kesulitan karena tidak mempunyai database nya. Dengan adanya SID menjadi lebih mudah�. (Nuryanto, Kabag Pelayanan Pemdes Terong) Tahun 2010.
6
Baik untuk penanganan di tingkat lokal, maupun untuk melayani permintaan dari pihak pemerintahan supra desa maupun dari institusi penyedia bantuan yang membutuhkan data penduduk desa. Berangkat dari pengalaman tersebut, perangkat desa dari wilayah selatan Yogyakarta yang mengalami dampak terbesar ini menyadari pentingnya memindahkan data arsip yang semula dalam bentuk hard copy menjadi soft copy. Namun demikian, baru pada tahun 2008 kebutuhan tersebut mendapatkan kesempatan untuk dibicarakan secara intens dengan COMBINE dan dijawab dengan pengembangan Sistem Informasi Desa (SID). “Berawal dari keinginan agar kantor pemerintahan desa bisa seperti swalayan, bisa menyediakan berbagai macam barang kebutuhan masyarakat, mau cari barang bisa gampang, sudah ada harga yang tertera dan tersusun dengan rapi, serta pembeli bisa memilih sendiri barang apa yang mereka butuhkan� (Joko S, Staff Pelayanan Pemdes Terong) 2011. Profil Desa yang diharapkan menjadi jawaban atas permasalahan pendataan desa hingga kini masih belum menjanjikan banyak manfaat, bahkan untuk tingkat perangkat desa. Keterbatasan Profil Desa tersebut, terutama pada kapasitasnya untuk dapat dimanfaatkan secara maksimal dan tidak adanya keterhubungan antar data. Dengan perkataan lain, data masih dalam bentuk tunggal, belum mengalami agregasi dan tidak terolah dalam bentuk data sekunder sehingga tidak dapat dilihat deskripsi datanya dalam bentuk tren maupun komposisi. Laporan penelitian COMBINE terhadap pemanfaatan. Profil Desa sendiri mengarah pada kesimpulan adanya tingkat kesulitan tertentu yang harus dihadapi oleh pemerintah desa dalam membangun data dasar Profil Desa tersebut. Berbagai masalah yang terungkap, diantaranya: 1. Banyaknya data yang harus digali dan diinput ke dalam profil desa, dan untuk ini membutuhkan sumber daya yang cukup termasuk keuangan desa; 2. Data tidak bisa dimanfaatkan secara optimal serta software yang ada tidak mendukung untuk memanggil data secara cepat; 3. Profil Desa tidak bisa digunakan untuk pelayanan publik di tingkat desa; 4. Data dalam Profil Desa tidak saling terhubung satu sama lain; 5. Tidak ada pendampingan dari pemerintah desa dalam pembuatan Profil Desa.
7
Radio Komunitas Menara Siar Perdesaan Radio Menara Siar Pedesaan pertama kali mengudara 24 Nopember 2002 di frequensi FM 89,15. Sejak Juni 2003, MSP bergabung dengan Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) , gempa bumi yang melanda jogja dan sekitarnya pada tahun 2006 menyebabkan kerusakan pada pemancar radio ini dan kembali mengudara mulai Rabu, 12 Juli 2006 di FM 107,9. Pembangunan kembali radio yang berlokasi di Kabupaten Bantul ini merupakan hasil kerjasama Radio Menara Siar Pedesaan dengan Kantor Berita Radio, KBR 68H Tujuan awal pendirian Rakom MSP adalah untuk menyosialisasikan dan mengkampayenkan penggunaan Pupuk Organik oleh sejumlah Petani di Desa Terong, Dlingo, Bantul. Radio ini dikelola warga Terong, Bantul. Sejak mengudara, Radio MSP mengupayakan kontribusi informasi dan komunikasi untuk pemberdayaan masyarakatnya. Sebelum gempa, tujuan ini direalisasikan dengan mengadakan siaran langsung untuk bidang pemerintahan desa dan musyawarah masyarakat, penyuluhan, serta berita. Saat ini siaran Rakom MSP bersifat analog dan streaming sehingga bisa menjangkau daerah yang lebih jauh. Sudirman Alfian, pimpinan Radio MSP mengharapkan radio ini kembali menemui pendengar untuk menjadi media informasi dan komunikasi masyarakat Bantul. "Saat ini dibutuhkan sarana informasi dan komunikasi bagi masyarakat terutama untuk proses empowering masyarakatnya serta untuk penanganan pasca gempa bumi" ucapnya. Rabu, 12 Juli 2006 ''Kami siaran seminggu dua kali, Jumat sebagai siaran utama pukul 19.00-21.00 dan Rabu pukul 07.00-09.00. Konsepnya, kami arahkan agar warga menggunakan caracara alami dalam mengolah lahan agar terjaga kondisi kesehatan tanah,'' Sudirman Alfian, pimpinan Radio MSP 25 Agustus 2007. Antusiasme perangkat Desa Terong dalam menggunakan Sistem Informasi Desa merupakan pengalaman baik yang bisa terapkan ditempat lainnya. Beberapa desa dan organisasi sosial masyarakat baik lokal dan internasional datang untuk belajar Sistem Informasi Desa. Pustaka : (http://www.suaramerdeka.com/harian/0708/25/ked05.htm) https://www.mail-archive.com/mediacare@yahoogroups.com/msg02332.html Dokumentasi CRI
8