
4 minute read
ARCHIPELAGO
GILI GEDE yang Kian MeMesOna
Pesona wisata Gili Gede bakal semakin menarik. Kalau sebelumnya banyak wisatawan yang sekadar singgah dan kembali pulang menjelang sore, kini sejak ada akses listrik, banyak wisatawan yang menginap di sana. Gili Gede pun, siap “go internasional”. X ANANDA BINTANG D i kalangan para pelancong, terutama pemilik penginapan di kawasan Gili Gede, wisawatan internasional, barangkali Abu Bakar, yang menyediakan 18 kamar Gili (Pulau) Gede, tidaklah setenar yang disewakannya, tingkat okupansi Gili Trawangan, Gili Air, ataupun Gili Meno. penginapannya melonjak naik jauh lebih Namun, Gili Gede pulau seluas 363 hek tinggi ketika jaringan listrik PLN sudah tare tersebut, tidak kalah eksotis dengan ada. Dulu menurut Abu, kebanyakan wisa pulau-pulau lainnya di Lombok. Jadi, tak tawan hanya datang pagi, dan sorenya heran kalua pulau dengan hamparan pasir kembali ke Lombok. putih di kawasan Sekotong, Lombok Barat Sekarang, setelah listrik masuk, tersebut, akan dikembangkan Pemda banyak pelancong yang menginap. Dia NTB sebagai salah satu tujuan wisata meyakini, keberadaan listrik membuat internasional. nyaman wisatawan untuk bermalam. Infrastruktur, khususnya soal listrik, Dengan adanya listrik, banyak pelancong memang selama ini menjadi tantangan yang berkeliling menikmati indahnya bagi Pemda Lombok untuk mengem pantai pasir putih tersebut ataupun untuk bangkan gili yang cantik tersebut untuk sekadar mencari kuliner khas setempat. menjadi tujuan wisata menarik. Meskipun Gili Gede, dalam bahasa Sasak sudah ada penginapan untuk menampung yang artinya Pulau Besar berpenduduk wisatawan yang ingin bermalam di sana, sekitar 1.300 jiwa dengan mayoritas namun ketiadaan akses listrik ternyata penduduknya menjadi nelayan. Pulau menjadi hambatan. tersebut terletak 500 meter dari barat Dilansir dari bumn.go.id, salah satu laut Pulau Lombok dengan panjang pulau
Advertisement

sekitar 4 kilometer (km). Peresmian nama Gili dilakukan pada 2012, terdiri atas Gili Rengit, Gili Layar, dan Gili Gede. Bandara Internasional Zainudin Abdul Majid, di Lombok Tengah, biasanya menjadi titik awal untuk menuju Gili Gede. Dari sana, lalu ke Mataram dan kemudian menuju Kecamatan Sekotong Tengah melalui Kecamatan Gerung di Lombok Barat. Lalu menuju menggu nakan transportasi air, berperahu atau menyewa speedboard kalua mau lebih cepat menuju Gili Gede.
Dengan adanya penduduk setempat yang sebagian diantaranya bias berkomunikasi dengan Bahasa Inggris, akan lebih memudahkan pelancong untuk berwisata dan bertanya mengenai objek wisata menarik di Gili Gede.
Kuliner khas setempat ataupun sea food bagi lebih familiar dengan masakan laut, menjadi salah satu daya Tarik. Bukit yang disebut Hula Hoop biasanya diman faatkan wisatawan menikmati keindahan di sana. Termasuk menyaksikan sunrise dan sunset dengan latar belakang pulau yang memesona. Juga, untuk berjemur atau bermain air dengan nyaman. Bawah lautnya? Lombok memang dikenal dengan mutiaranya, termasuk dari Gili Gede. Panorama bawah laut Gili Gede juga disebut sangat menarik, karena memiliki terumbu karang indah dengan beragam ikan yang bias dinikmati dengan snorkeling atau diving.
Dengan daya Tarik terumbu karang berbentuk karang tepi, banyak wisatawan mengakui spot-spot wisata Gili Gede sangat indah dan menarik. Lalu, kalau mau bermalam, ada sejumlah penginapan tersedia dengan harga yang bervariasi. Juga ada café, restoran dan rumah makan kalua mau kulineran. Jadi, tak heran kalau kemudian Pemda NTB menjadikan pulau tersebut sebagai salah satu tujuan wisata internasional di Lombok.


Kabel Bawah Laut Listriki Gili Gede Dengan potensi wisata dan perekonomian yang bisa dioptimalkan, PLN kemudian menyediakan akses listrik ke Gili Gede dengan kabel bawah laut yang pembangunannya sudah dilakukan sejak 2017 lalu. Kini Gili Gede sudah teraliri lis trik kabel laut 20 kiloVolt sepanjang 2x2,4 kilometer sirkit (kms). PLN juga menyediakan jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 3,64 kms dan jaringan tegangan rendah (JTR) sepanjang 6,64 kms.

Tingkat okupansi penginapan melonjak jauh lebih tinggi ketika jaringan listrik PLN sudah ada. Dulu kebanyakan wisatawan hanya datang pagi, dan sorenya kembali ke Lombok.
Menurut Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN, I Made Suprateka, PLN terus mendukung potensi pariwisata, khususnya di kawasan terpencil. Menurut Suprateka, pariwisata Indonesia ini salah satu potensi ekonomi yang cukup besar. Dengan demikian, pihaknya ingin potensi-potensi ini bisa dimanfaatkan untuk mendorong mening katnya ekonomi warga. Pembangunan kabel bawah laut di sana bukan persoalan mudah. Pihak PLN setempat mengakui, sulitnya lokasi dan terbatasnya transportasi menjadi tan tangan yang cukup besar. Pengangkutan peralatan listrik harus dilakukan dengan cara-cara tradisional, menggunakan tong kang sederhana yang ditarik oleh kapal kayu. Belum lagi, menaikkan seluruh peralatan seperti gulungan kabel, trafo, dan tiang juga harus dilakukan secara manual. Proses pengangkutan pembangunan menjadi lebih lama karena ada tantangan ombak besar dan faktor cuaca. Hal sama juga terjadi saat seluruh peralatan diangkut dari dermaga menuju lokasi pemasangan karena akses jalan yang kecil. Kini, PLN menyambungkan 2 kabel sekaligus yang salah satunya digunakan sebagai cadangan sebagai antisipasi gangguan penyaluran listrik. Khusus di provinsi NTB, berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi NTB sebanyak 1.141 (100 persen) desa telah berlistrik sejak akhir tahun 2018. Sepanjang tahun 2015 hingga 2019, PLN telah melistriki 10.694 desa yang sebelumnya belum menikmati listrik. Pada tahun 2015 jumlah desa berlistrik di Indonesia sebesar 70.391 dan meningkat menjadi 81.085 desa pada tahun 2019. Dengan akses listrik tersebut,sejumlah pemilik penginapan mengaku bisa menghemat biaya penerangan pengina pan mereka. Seperti yang dikatakan salah satu pemilik penginapan, Abu Bakar, dulu biaya yang dikeluarkan untuk menyam bung listrik melalui genset membutuhkan anggaran Rp10 juta per bulan. Namun sekarang, dengan adanya listrik PLN, biayanya hanya sekitar Rp3 juta sampai Rp5 juta per bulan. Belum lagi dengan meningkatnya jumlah tamu menginap. Karena, dengan adanya listrik PLN, dia bisa menambah banyak fasilitas untuk meningkatkan ken yamanan di penginapannya. Penambahan fasilitas tersebut juga berimbang dengan naiknyua okupansi kamar meningkat dari sebelumnya hanya di bawah 50 persen kini menjadi rata-rata di atas 70 persen per bulan.