BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1
Begitu luasnya spektrum kajian tentang pembelajaran kooperatif membuat pembelajaran ini dapat dimodifikasi dan dikembangkan sedemikian rupa. Tak pelak, pembelajaran ini dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang signifikan. Fokus pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan praktikpraktik yang diyaini dapat memfasilitasi guru dalam menenerapkan pembelajaran tersebut di ruang kelas mereka, baik itu berupa metode, teknik, maupun struktur-struktur di dalamnya1. Sejak awal 1970-an banyak penlitian mulai beralih fokus untuk meneliti aplikasi pembelajaran kooperatif di ruang kelas. Pada saat itu, hampir semua penelitian pedagogis di seluruh dunia mengkaji bagaimana mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif ini2. Hingga saat ini ada sekitar 19 metode, 14 teknik, dan 15 struktur pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan oleh berbagai pakar di belahan dunia. Dua dari pembelajaran kooperatif yang paling tua dan paling banyak diteliti adalah Student Teams-Achievment Divisions (STAD) dan Teams-Games-Tournament (TGT). Kedua metode ini juga merupakan bentuk pembelajaran kooperatif yang paling banyak di aplikasikan. STAD dan TGT memang memiliki kemiripan, satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah STAD menggunakan kuis individual pada setiap akhir pelajaran, sementara TGT menggunakan game-game akademik3. Pada makalah ini, penulis lebih berfokus pada metode kedua, yaitu model pembelajaran TeamsGames-Tournaments (TGT). Jika Slavin menyarankan metode ini untuk digunakan oleh seorang guru dalam mengajarkan mata pelajaran mulai dari Matematika, Seni Bahasa, Ilmu Sosial dan Ilmu Pegetahuan Alam, apakah metode ini memang benar-benar cocok jika digunakan dalam pengajaran Seni Bahasa, termasuk mengajarkan Bahasa Arab, dan apakah yang dimaksud dengan TGT itu sendiri. Lalu langkah bagaimanakah yang dilalui, hingga menjadikan metode ini menjadi metode tertua yang digunakan dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan oleh penulis di atas, maka penulis merumuskan rumusan masalah yang akan dibahas oleh penulis di makalah ini sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan Model Pembelajaran Teams-Games-Tournament (TGT)? 2. Bagaimanakah langkah-langkah yang diterapkan dalam Model Pembelajaran Teams-GamesTournament (TGT)? 3. Bagaimanakah implementasi pembelajaran Bahasa Arab dengan Model Teams-Games-Tournament (TGT)? 4. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Teams-Games-Tournament (TGT)? C. Tujuan Merujuk pada rumusan masalah tersebut, maka penulis merumuskan tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui Model Pembelajaran Teams-Games-Tournament (TGT) 2. Mengetahui langkah-langkah yang diterapkan dalam Model Pembelajaran Teams-GamesTournament (TGT)
1
Miftahul Huda, M.Pd, Cooperative Learning Metode Teknik, Struktur dan Model Terapan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm.111 2 Ibid, hlm.114 3 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik (Bandung: Nusa Media. 2009), hlm.143
2
3. Mengetahui implementasi pembelajaran Bahasa Arab dengan Model Teams-Games-Tournament (TGT) 4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Teams-Games-Tournament (TGT)
BAB II PEMBAHASAN A. Teams-Games-Tournament Teams games tournament (TGT) atau yang dalam bahasa Arab disebut denganmajmu’atu al’aabalmusaabaqoh merupakan salah satu variasi jenis model pembelajaran kooperatif. Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas mereka). Menurut Slavin, TGT adalah model pembelajaran kooperatif menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Menurut Asma (2006: 54) model TGT adalah suatu model pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa. Setelah itu siswa pindah ke kelompok masing-masing untuk mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang diberikan guru. Sebagai ganti tes tertulis siswa akan bertemu di meja turnamen. Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa 3
dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelmpoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula review materi pembelajaran. TGT adalah salah satu tipe pembela;;jaran kooperatif yang menempatkan siswa pada kelompokkelompok belajar yang beranggotakan 5sampai 6siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda-beda. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama anggota kelompoknya. Apabila ada anggota dari kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru 4. Seperti yang dikatakan olehIif Khoiru Ahmadi dalam tulisannya:
”5 بعضهم يرشد بعضا وميثلهم يف املوجهة،"يشارك الطلبة التعلم التعاوين عن طريقة جمموعة األلعاب املسابقة Metode TGT yang dikembangkan oleh Slavin dan rekan-rekannya ini sebenarnya mempunyai penerapan yang mirip dengan model STAD dalam komposisi kelompok, format instruksional, dan lembar kerjanya. Bedanya, jika STAD fokus pada komposisi kelompok berdasarkan kemampuan, ras, etnik dan gender, maka TGT umumnya fokus hanya pada level kemampuan saja. Selain itu jika dalam STAD, yang digunakan adalah kuis, maka dalam TGT istilah terebut biasanya berganti menjadi game akademik.6 TGT sangat sering digunakan dan dikombinasikan dengan STAD7 karena mempunyai banyak kemiripan. Pengkombinasian antara TGT dan STAD dengan menambahkan turnamen tertentu pada struktur STAD yang biasanya. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri atas lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class presentation), belajar dalam kelompok(teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Deskripsi dari Komponen TGTtersebut adalah sebagai berikut: 1. Presentasi di kelas8. Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audio-visual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus 4
Dr. Rusman, M.Pd, Model-Model Pembelajaran (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hlm.224-225 Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), hlm.63 6 Miftahul Huda, M.Pd, Cooperative Learning Metode Teknik, Struktur dan Model Terapan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm.116-117 7 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik (Bandung: Nusa Media. 2009), hlm.165 8 Ibid, hlm.166 5
4
pada unit TGT. Dengan ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. 2. Tim9. Tim terdiri dari 5 atau 6 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalah pahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. 3. Game. Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan diatas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor yang tertera pada kartu tersebut. sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain menantang jawaban masing-masing. 4. Turnamen. Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar-kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen-tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang ini, seperti halnya sistem skor kemajuan individual dalam STAD, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang tebaik. Setelah turnamen pertama, para siswa kan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terkhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat� ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 6 ke meja 5): skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama; dan yang skornya paling rendah “diturunkan�. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya.
9
Ibid, hlm.166
5
5. Rekognisi tim10.Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor raa-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peningkatan mereka. Slavin (1995) menyarankan agar TGT di terapkan setiap minggu, sementara STAD di jalankan pada ujian tengah semester dan ujian akhir. Lagi pula, menurut Slavin skor turnament yang di peroleh TGT bisa di manfaatkan guru untuk menentukan tingkat kesulitan kuis pada setiap anggota kelompok saat mereka menjalani proses STAD. Sebagai alternatifnya, guru juga bisa menggunkan STAD dan TGT setiap minggunya. Dengan TGT, siswa akan menikmati bagaimana turnament itu, dan karena berkelompokkelompok yang memiliki komposisi dalam TGT terasa lebih fair di bandingkan kompetisi dalam pembelajaran-pembelajaran tradisional pada umumnya. B. Langkah-Langkah Pembelajaran Bahasa Arab Model TGT 1. Persiapan Pembelajaran a. Materi11. Teams game tournament dapat digunakan bersama materi-materi kurikulum BahasaArab yang dirancang khusus oleh atau dapat juga digunakan bersama materi-materi kurikulum yang diadaptasi dari buku teks atau sumber-sumber terbitan lainnya atau bisa juga dengan materi yang dibuat oleh guru. Guru juga perlu menyiapkan kartu-kartu bernomor dari nomor satu sampai tiga puluh untuk tiap tiga orang anak dalam kelas terbesar. Atau guru juga dapat membuat penomoran sendiri dengan kartu indeks nomor berwarna. b. Menempatkan para siswa ke dalam tim12. Seorang guru dapat menempatkan lima hingga enam orang murid kedalam satu tim, tentunya dengan kemampuan yang berbeda-beda. Setiap orang dalam tim, mereka mewakili tiap tingkatan kemampuan yang ada dalam kelas tersebut. c. menempatkan para siswa ke dalam meja turnamen pertama. Buatlah kopian lembar penempatan meja turnamen. Pada daftar tersebut, tulislah daftar nama siswa dari atas ke bawah sesuai urutan kinerja mereka sebelumnya, gunakan peringkat yang sama seperti yang digunakan untuk membentuk tim. Hitunglah jumlah siswa didalam kelas13. Jika jumlahya habis dibagi 5, semua meja turnamen akan mempunyai 5 peserta. Tunjuklah lima siswa pertama tadi untuk menempati meja 1, berikutnya ke meja 2, dan seterusnya. Jika ada siswa yang tersisa setelah dibagi lima, satu atau atau dua dari meja turnamen pertama akan beranggotakan enam peserta. Penentuan nomor meja ini hanya untuk diketahui oleh guru sendiri saja, ketika mengumumkan penempatan meja kepada peserta, sebutlah meja tersebut sebagai meja merah, biru, hijau, dan sebagainya dalam urutan yang acak, supaya para siswa tidak akan tahubagaimana cara penyusun penempatan meja tersebut. 10
Ibid, hlm.166-167 Ibid, hlm.169 12 Ibid, hlm.169 13 Ibid, hlm.169 11
6
2. Pelaksanaan Pembelajaran Langkah pertama yaitu guru mengajarkan pelajaran. Setelah itu, guru mengumumkan pembagian tim dan meminta para siswa untuk memindahkan meja mereka bersama untuk membuat meja tim. Katakan pada siswa bahwa mereka akan bekerja dalm tim selama beberapa minggu dan bermain game akademik untuk menambah poin pada sor tim mereka, dan bahwa tim yang meraih skor tertinggi akan menerima rekognisi14 Pada awal periode permainan, setelah siswa mengetahui pembagian timnya dan mereka telah menyusun meja mereka sebagai meja tim/turnamen, acaklah nomor-nomornya supaya para siswa tidak bisa tahu mana meja “atas� dan yang “bawah�15. Mintalah salah seorang siswa yang telah dipilih untuk membagikan satu lembar permainan, satu lembar jawaban, satu kotak kartu nomor, dan satu lembar skor permainan pada tiap meja. Lalu mulailah permainan tersebut. Untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama- yaitu siswa yang menarik nomor tinggi. Permainan berlangsung sesuai waktu dimulai dari pembaca pertama. Pembaca pertama mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Dia lalu membacakan dengan keras soal yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu, termasuk pilihan jawabannya jika soalnya adalah soal pilihan berganda. Misalnya, seorang siswa yang mengambil kartu nomor 21 membaca dan menjawab soal nomor 21. Pembaca yang tidak yakin akan jawabannya diperbolehkan menebak tanpa dikenai sanksi. Jika konten dari permainan tersebut melibatkan permaslahan, semua siswa (bukan hanya pembaca) harus mengerjakan permasalahan tersebut supaya mereka siap untuk ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawaban, siswa yang berada disebelah kiri atau kannannya (penantang pertama) punya opsi untuk menantang dan memberikan jawaban yang berbeda. Jika dia ingin melewatinya, atau bila penantang kedua punya jawaban yang berbedadengan dua peserta pertama, maka penantang kedua boleh menantang. Akan trtapi penantang harus hati-hati karena mereka harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya ke dalam kotak (jika ada) apabila jawaban yang mereka berikan salah. Apabila semua peserta punya jawaban, ditantang, atau melewati pertanyaan, penantang kedua (atau peserta yag ada disebelah kanan pemmbaca) memeriksa jawaban dan membacakan jawaban yang benar dengan keras. Si pemain yang memberikan jawaban yang benar aka menyimpan kartunya. Jika kedua penantang jawaban salah, dia harus mengaembalikan kartu yang teleh dimenangkan (jika ada) ke dalam boks. Untuk putaran berikutnya, semuanya bergerak satu posisi ke kiri; penantang pertama menjadi pembaca, penantang kedua menjadi penantang pertama, dan si pembaca menjadi penantang kedua. Permainan berlanjut, seperti yang telah ditentukan oleh guru, sampai periode kelas berakhir atau jika 14
Ibid, hlm.170 Ibid, hlm.172
15
7
kotaknya telah kosong. Apabila permainan telah beakhir, para pemain mencatat nomor yang telah mereka menangkan pada lembar skor permainan pada kolom untuk game 1. Jika masih ada waktu, paa siswa mengocok kartu lagi dan memainkan game kedua sampai akhir periode kelas, dan mencatat nomor kartu-kartu yang dimenangkan pada game 2 pada lembar skor. Semua siswa harus memainkan game ini pada saat yang sama. Sementara mereka bermain, guru bergerak dari satu kelompok ke kelompok lain untuk menjawab pertanyaan dan pastikan bahwa semua siswa memahami prosedur permainan tersebut. Sepuluh menit sebelum akhir periode kelas, ucapkan kata “waktu� dan mintalah para siswa berhenti dan meghitung kartu mereka. Selanjutnya mereka harus mengisi nama, tim, dan skor mereka pada lembar skor permainan. Mintalah para siswa menambahkan skor yang mereka peroleh dalam tiap game (jika mereka memainkan lebih dari satu game) dan mengisi total perolehan hari itu. Untuk anak-anak yang usianya lebih muda (kelas empat ke bawah) kumpulkan saja lembar skornya. Jika para siswa lebih tua, mintalah mereka menghitung poin turnamen mereka sendiri16. Segera setelah turnamen selesai, tentukanlah skor tim dan persiapan sertifikat tim untuk memberi rekognisi kepada tim peraih skor tertinggi. Untuk melakukan hal ini, pertama-tama periksalah poin-poin turnamen yang ada pada lembar skor permainan. Lalu, pindahkan poin-poin turnamen dari setiap siswa tersebut ke lembar rangkuman dari timnya masing-masing, tambahan seluruh skor anggota tim, dan bagilah dengan jumlah anggota tim yang bersangkutan. Guru diperbolehkan memberikan sertifikat kepada tim-tim yang memenuhi kriteria. Tim baik hanya akan menerimaucapan selamat di dalam kelas. Selain atau ssebagai tambahan sertifikat tim, guru boleh juga menampilkan tim sukses pada papan buletin mingguan, tempatkan foto dan nama timmereka pada tempat kehormatan. Apapun yang guru lakukan untuk merekognisi tim berprestasi, sangat penting untuk mengkomunikasikan bahwa kesuksesan tim itu (bukan hanya kesuksesan individu) merupakan sesuatu yang penting, karena inilah yang akan memotivasi para siswa untuk membantu teman satu timnya belajar17. Pada turnamen berikutnya, harus dilakukan persiapan untuk pergeseran tempat atau menempatkan siswa pada meja turnamen baru. Pergeseran ini akan lebih mudah jika telah ditentukan skor tim. Langkah-langkah berikut digunakan untuk menggeser tempat para siswa: a. gunakan lembar skor permainan untuk mengidentifikasikan skor-skor tertinggi dan terendah pada tiap meja turnamen. Pada lembar meja turnamen tersebut, putar meja penempatan semua siswa dengan skor tertinggi pada setiap meja, lemparlah koin untuk menentukan nomor mana
16 17
Ibid, hlm.174 Ibid, hlm.175-176
8
yang harus dilingkari: jangan memutar lebih dari satu nomor pada tiap meja. Pemenang pada tiap meja pada turnamen pertama, nomor meja mereka dilingkari pada kolom yang pertama, begitu juga pada turnamen kedua, pencetak skor tertinggi nomornya dilingkari pada kolom kedua. b. garis bawahi nomor-nomor meja para siswa yang mendapatkan skor terendah. Sekali lagi jika ada nilai seri untuk skor terendah pada meja tertentu, lemparkan koin untuk menentukan yang mana yang harus digaris bawahi; jangan menggaris bawahi lebih dari satu nomor untuk tiap meja. c. biarkan pembagian meja lainnya tetap seperti semula, ermasuk nomor-nomor untik siswa yang absen. d. pada kolom untuk turnamen berikutnya, pindahkan nomor-nomor sebagai berikut: Jika nomornya dilingkari, kurangi dengan satu. Ini artinya bahwa pemenang pada meja 4 akan melawan pemenang pada meja 3 pada minggu berikutnya - meja dimana kompetisi akan menjadi lebih sulit. Satu-satunya pengecualian adalah 1 tetap seperti semula yaitu 1, karena meja 1 adalah meja yang tertinggi. Jika nomornya digaris bawahi, naikkan satu, kecuali untuk meja terendah, dimana peraih skor terendah tetap ada di meja yang sama. Ini berarti bahwa peraih skor terendah di tiap meja minggu berikutnya akan bertemu lawan pada meja di mana persaingannya lebih mudah. Apabila nomor-nomornya tidak digaris bawahi maupun di lingkari. Apabila nomornomornya tidak digaris bawahi maupun dilingkari, jangan ubah posisinya untuk turnamen berikutnya,,pindahkan saja nomor yang sama.18
C. Implementasi TGT dalam pembelajaran Bahasa Arab Dalam pembelajaran Bahasa Arab model TGT pada maharah Qiro’ah, guru menyiapkan materi yang akan di ajarkan. Setelah menyiapkan materi, guru menyiapkan penempatan siswa dalam timnya. Setelah persiapan dilakukan, di dalam kelas, seorang guru menyampaikan materi Qiroah dengan metode ceramah atau metode klasikal yang lainnya hingga siswa menguasai dan memahami materi Qiro’ah tersebut. Dilanjutkan dengan guru mengumumkan pembagian tim dan meminta siswa untuk memindahkan meja sebagai meja tim. Sebelum permainan dimulai, guru memberikan pemahaman pada siswa bahwa mereka akan bekerja dalam tim selama beberapa minggu dan bermain game akademik untuk menambah poin pada skor tim mereka, dan bahwa tim yang meraih skor tertinggi akan menerima rekognisi. Ketika permainan akan dimulai, guru menyiapkan tiga jenis kartu pada tiap-tiap tim yaitu berupa kartu nomor, kartu soal dan kartu jawaban dan membagikannya beserta lembar penilaian pada tiap meja. Soalsoal yang terdapat di dalam kartu soal, harus sesuai dengan materi yang telah disampaikannya. Untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama. Permainan
18
Ibid, hlm.176-177
9
berlangsung sesuai waktu, dimulai dari pembaca pertama. Pembaca pertama membacakan soal tersebut dan menjawabnya. Apabila penantang pertama tidak sepakat dengan jawaban pembaca maka ia berhak untuk menyampaiakan jawabannya sendiri, begitu juga dengan penantang ke dua jika dia tidak menyepakati jawaban ke duanya. Pembaca ke dua membacakan jawaban yang benar. Siswa yang berhasil menjawab pertanyaan sesuai dengan jawaban yang telah dibacakan, maka ia berhak menyimpan kartu soal dan mendapatkan poin. Pada babak selanjutnya hingga periode kelas berakhir semuanya bergerak satu posisi ke kiri. Poin yang telah berhasil mereka kumpulkan, akan menjadi bahan pertimbangan untuk menempatkan siswa pada meja turnamen yang akan datang. Setelah turnamen berakhir, nilai yang telah diperoleh oleh setiap tim pada setiap turnamen akan dikalkulasi sebagai acuan menentukan pemenang skor tertinggi yang akan mendapatkan rekognisi. D. Kelebihan dan Kekurangan Model TGT Sebelum menerapkan model TGT dalam pembelajaran di kelas, ada baiknya untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan model TGT agar setidaknya dapat diminimalisir sebelum pembelajaran menggunakan model TGT dilakukan. Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan TGT menurut Tukiran Taniredja19: 1.Kelebihan a. Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya. b. Rasa percaya diri siswa menjadi tinggi. c. Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil. d. Motivasi belajar siswa bertambah. e. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi pelajaran. f. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru. g. Kerjasama antar siswa akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan. 2. Kekurangan a. Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya. b. Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran. 19
Tukiran Taniredja, dkk, Model Pembelajaran Inovatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.67
10
c. Kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Teams games tournament (TGT) atau yang dalam bahasa Arab disebut dengan majmu’atu al’aabalmusaabaqoh merupakan salah satu variasi jenis model pembelajaran kooperatif.Menurut beberapa ahli TGT adalah : a) Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing b) Menurut Slavin (2005: 163) mengemukakan TGT adalah model pembelajaran kooperatif menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. c) Menurut Asma (2006: 54) model TGT adalah suatu model pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa. Setelah itu siswa pindah ke kelompok masing-masing untuk mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan atau masalahmasalah yang diberikan guru. Sebagai ganti tes tertulis siswa akan bertemu di meja turnamen. Komponen-komponen model TGT adalah : Presentasi di kelas, pembentukan tim, permainan (game), Turnamen, dan yang terakhir adalah rekognisi tim 2. Langkah-langkah penggunaan model pembelajaran TGT a. Persiapan 1) Guru menyiapkan materi 2) Menempatkan siswa ke dalam tim 3) Menempatkan siswa ke dalam meja turnament pertama b. Pelaksanaan 1) mengajarkan pelajaran 2) mengumumkan pembagian tim 3) para siswa memindahkan meja mereka bersama untuk membuat meja tim 11
4) Menjelasakan pemahaman tentang teknis pembelajaran 5) Guru menyiapkan kartu dan mengacak nomer 6) Siswa mengambil satu kartu nomer 7) Siswa yang mendapat no 1 menjadi pembaca pertama, yang mendapat no dua menjadi penantang pertama, yang mendapat no 3 menjadi penantang ke dua, dan yang no 4 menjadi pembaca ke dua Pada babak pertama pembaca pertama mengambil no soal yang sesuai dengan kartu no yang telah di ambilnya 8) Pembaca pertama membacakan soal beserta jawabannya, jika penantang pertama tidak sepakat dengan jawaban pembaca maka ia berhak untuk menyampaiakan jawabanya sendiri, begitu juga dengan penantang ke dua jika dia tidak menyepakati jawaban ke duanya. 9) Pembaca ke dua membacakan jawaban yang benar. 10) Pada babak selanjutnya hingga periode kelas berakhir semuanya bergerak satu posisi ke kiri c. PENILAIAN 1) Siswa mengisi nama tim dan scor mereka pada lembar score permainan 2) Guru bmenentukan score tim dan persiapan rokognisi pada tim peraih scor tertinggi. 3. Kelebihan dan kekurangan model TGT a. Kelebihan 1) Kebebasan untuk berinteraksi dan mengeluarkan pendapatnya 2) Rasa percaya diri siswa tinggi 3) Perilaku mengganggu siswa lain lebih kecil 4) Motiasi belajar bertambah 5) Meningkatkan toleransi, budi pekerti dan kepekaan 6) Interaksi belajar antar siswa menjadi hidup b. Kekurangan 1) Tidak semua peserta ikut serta menyumbangkan pendapatnya 2) Kurangnya waktu 3) Kemungkinan terjadi kegaduhan besar B. Saran Model pembelajaran TGT ini sebenarnya bagus di terapkan di sekolah-sekolah MTS/MA hal ini di karenakan model pembelajaran ini dapat membuat siswa menjadi lebih aktif serta tidak merasakan kejenuhan di kelas, akan tetapi seorang guru harus bisa mengondisikan keadaan kelas jangan sampai terjadi kegaduhan yang tak terkendal
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka. Rusman, Dr., M.Pd. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Huda, Miftahul, M. Pd. 2011. Cooperative Learning Metode Teknik, Struktur dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Slavin, Robert E., 2009. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media Taniredja, Tukiran, dkk. 2011. Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.
13
14