SELASA, 27 AGUSTUS 2013
10 REAKSI KOTA INFO LINTAS
BPKAD Diduga Jual Material Bekas Kantor Camat Bekasi Barat BEKASI BARAT – Material bekas Kantor Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi sebagai aset pemerintah daerah dipertanyakan keberadaannya. Pasalnya, usai pembangunan kantor kecamatan yang baru sudah selesai, bangunan kantor kecamatan itu pun ikut dibongkar. Diduga, hasil pembongkaran material kantor kecamatan itu dijual oknum kecamatan. Dugaan penjualan material bekasi kantor kecamatan yang masih menjadi asset pemerintah daerah itu diakui petugas pesuruh kantor Kecamatan Bekasi Barat, Bayu. “Saya yang membersihkan dan menyusun material bekas kantor kecamatan itu. Tetapi, beberapa hari kemudian material bekasnya sudah tidak ada. Saya tidak tahu siapa yang memerintahkan menjualnya,” ungkap Bayu kepada Reaksi, Sabtu (24∕8). Sementara, Sekretaris Kecamatan Bekasi Barat Taufik Rachmat Hidayat mengaku tidak mengetahui material bekas kantor kecamatan tersebut dijual atau dihibahkan kepada pihak lain. “Kita tidak mengetahui material bekas itu dijual kemana. Sebab sudah ditangani oleh asset daerah. Berapa nilai jual material bekas itu silahkan tanya ke aset daerah,” terangnya. Dijelaskan Taufik, segala administrasi terkait material bekas kantor kecamatan yang masih menjadi aset Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi itu ditangani langsung oleh Badan Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah (BPKAD). “Semua yang mengurus BPKAD. Pihak kecamatan tidak tahu sama sekali,” pungkasnya. (eko)
Ditemukan Jasad Wanita Bugil Dengan Wajah di Closed REAKSI KOTA - Seorang wanita cantik yang belakangan diketahui bernama Damayanti (24), ditemukan tewas dengan luka sabetan senjata tajam di lehernya. Saat ditemukan, korban dalam keadaan bugil dengan wajah berada di dalam lubang kloset di rumah kontrakan, Gang Swadaya 1 RT 12, Kecamatan Jatiwiaringin, Kota Bekasi, Sabtu (24/8) sekitar pukul 20.00 WIB. Menurut keterangan yang berhasil dihimpun Reaksi Bekasi, penemuan jasad wanita cantik yang kini mayatnya dikirim ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta itu bermula dari teriakan seorang warga sekitar yang terkejut melihat banyaknya darah yang bersimbah disekitar kloset rumah kontrakanyang diketahui di huni oleh Herman. Budi warga lainnya yang sempat mendengar teriakan tersebut langsung berlari keasal suara. Setelah mendekati asal suara, Budi dikejutkan dengan keberadaan sesosok mayat wanita di dalam kloset. Kontan saja penemuan itu langsung diberitahukan Budi kepada warga lainnya yang dalam hitungan menit, warga sekitar yang mendapat kabar itu langsung berdatangan kelokasi kejadian. Selanjutnya, oleh warga jasad wanita malang itu dievakuasi ke ruang depan rumah kontrakan tersebut. Usai mengevakuasi jasad korban, sejumlah warga langsung melaporkan kejadian itu ke petugas kepolisian. Petugas Polsek Pondok Gede yang menerima laporan langsung meluncur kelokasi kejadian. Oleh petugas, jasad wanita tersebut langsung diidentifikasi yang kemudian dilarikan ke RS Kramat Jati. Saat ini kasus tersebut masih dalam penyelidikan petugas Polsek Pondok Gede. Kapolsek Pondok Gede, Kompol Kunto Wibisono yang ditemui dilokasi membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan guna mengungkap motif dibalik pembunuhan sadis tersebut. “Saat ini kita masih memintai keterangan sejumlah saksi guna pengungkapan kasus tersebut,” papar mantar Kepala Subseksi Samsat Kota Bekasi itu. (par)
Harga Kedalai Melambung
Pasokan Tahu dan Tempe Langka di Pasar REAKSI KOTA – Para pedagang di Kota Bekasi mengeluhkan kenaikan harga kedelai pekan belakangan ini yang diyakini sebagai dampak dari melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar. Kenaikan harga menyebabkan kelangkaan pedagang tahu dan tempe di pasaran. Sebagaimana diketahui, harga impor kedelai pada pertengahan Agustus lalu sekitar Rp7.500 sampai Rp9.500 per kilo. Untuk saat ini kalaupun ada mungkin bisa mencapai Rp10.500 per kilo. “Harganya sekarang sangat tinggi, makanya tahu dan tempe sudah mulai langka ini sebagai akibat dari kenaikan harga kedelai. Saya sebagai pengusaha terpaksa mengurangi produksi untuk menekan kerugian,” ungkap Romli, pemilik usaha pembuatan tahu kepada Reaksi, Minggu (25/8). Romli menerangkan kalau ia biasanya memproduksi tahu dan tempe hingga dua kwintal per hari, akan tetapi saat ini katanya hanya mampu memproduksi satu kwintal. “Biasanya saya bisa memproduksi tahu dan tempe mencapai dua kwintal per hari, tapi sekarang hanya satu kwintal dan harga kacang kedelai di pasar tradisional Rp9500 per kilo, naik seribu sampai dua ribu rupiah dari sebelumnya yang hanya Rp7.500. Itulah sebabnya kenapa saya mengurangi potensi tahu dan tempe,’ jelasnya. Sementara itu seorang pedagang tahu dan tempe bernama Wahyu yang kesehariannya berjualan di Pasar Harapan Jaya mengatakan bahwa pasokan tahu dari pabrik tahu berkurang, sehingga tahu dan tempe yang biasanya didistribusikan ke dia juga sedikit. “Cuma sedikit dari agen tahu dan tempe. Jadi yang biasanya saya bisa menjual Rp3000 per 10 buah, sekarang saya menjual sampai Rp5.000,” paparnya. (fal)
Rugikan Negara Puluhan Juta Rupiah per Tahun
Pengelola Terminal Kayuringin Curi Listrik ? REAKSI KOTA – Pencurian listrik diduga terjadi di Terminal Kayuringin. Ironisnya, pencurian tersebut menurut sumber Reaksi dilakukan oleh pengelola terminal itu sendiri, hingga menimbulkan kerugian Negara mencapai puluhan juta rupiah per tahunnya.
Menurut sumber Reaksi yang tidak bersedia jatidirinya dipublikasikan mengatakan bahwa pencurian arus listrik tersebut sudah berjalan tahunan dan modus yang dilakukan tergolong rapi. Kabel listrik yang tersambung ke killowatt hour (KWH) katanya di loss dan sambungan yang ada hanya formalitas. “Itu hanya upaya pengelola Terminal Kayuringin dan oknum petugas PLN Kota Bekasi mengelabui masyarakat yang setiap hari menuju ke Bandara Soekarno Hatta untuk kerja dan para calon penum-
pang pesawat dengan menggunakan Damri. KWH yang terpasang di samping penjualan tiket armada Damri itu tidak berjalan apabila dilihat dari jarak dekat,” ujar sumber kepada Reaksi, Minggu (25∕8). Sumber juga mengatakan, oknum Dishub Pemkot Bekasi yang ditunjuk sebagai penanggungjawab pengelola Terminal Kayuringin yang juga cabang pembantu induk Terminal Bekasi itu telah diuntungkan puluhan juta rupiah setiap tahun akibat dari pencurian arus tersebut. "Oknum Dishub Terminal Kayuringin rutin menagih retribusi listrik per warung yang ada di terminal sebesar seratus lima puluh ribu setiap bulannya. Jumlah ini dikalikan 24 warung dan 3 toilet umum yang tersedia, maka dapat dipastikan setiap bulannya pihak terminal sudah mengantungi sekitar tiga juta rupiah, yang tak jelas kemana dana tersebut bermuara," ujar sumber. Pantauan Reaksi, sekitar 200 watt aliran listrik yang dicuri setiap warung. Dengan keberadaan 24 warung dan 3 toilet diprediksi sekitar 5400 watt lebih tenaga listrik dicuri setiap harinya diterminal kayu ringin terse-
but. Akibat pencurian arus listrik tersebut negara dipastikan merugi jutaan rupiah setiap bulannya. Namun sampai saat ini pihak petugas PLN pusat dan Polresta Bekasi Kota tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap pencurian arus listrik tersebut. Bahkan kata sumber, pimpinan Terminal Kayuringin selaku penanggung jawab sebagai pengelola, tidak berbuat apa-apa sampai saat ini. Padahal setiap pelaku pencurian arus
listrik bisa dikenai sanksi sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2002 tentang ketenagaan listrikan. “Pelaku dapat dikenai hukuman denda maksimal sebesar Rp 500.000.000, dan hukuman pidana maksimal 5 tahun. Selain itu pelaku juga dapat dijerat dengan pasal 363 KUHP (kitab undang-undang hukum pidana) tentang pencurian, dengan sanksi kurungan maksimal 7 tahun,” terang sumber. (hom)
Dikerjakan Asal Jadi
Jalan Perjuangan Macet
Warga Margahayu Protes Masyarakat Harapkan Pembangunan Jaling Petugas Pengatur Lalin
REAKSI KOTA- Masyarakat pengguna Jalan Perjuangan, Teluk Pucung, Bekasi Utara mengeluhkan kondisi jalan yang semakin hari semakin semrawut. Keluhan ini disampaikan pengguna jalan, Rustono yang tinggal di Villa Angrek kepada Reaksi Bekasi, Minggu (25/8) sekitar pukul 18.30 Wib. Menurut Tono panggilan akrabnya, kesehariannya sebagai pekerja pabrik di Bantar Gebang, selalu berangkat dari daerah Teluk Pucung melalui Summerecon bahwa pertigaan jalan Pejuang tidak pernah dijaga oleh aparat Kepolisian.
“Gimana tidak macet, jalan ini penghubung ke arah Jakarta dan Bekasi. Volume kendaraan yang melintas juga tidak sesuai dengan kapasitas jalan yang ada. Belum lagi pengendara yang tidak tertib, asal masuk dan angkot yang asal berhenti di pertigaan jalan yang sempit,” keluhnya. Tono berharap agar aparat Kepolisian dan Dishub Kota Bekasi dapat mengerti kondisi jalan dan sesegera mungkin melakukan pembenahan dengan menempatkan petugas pengatur lalu lintas (Lalin). (sat)
Diharapkan Jadi Ikon Budaya
BEKASI TIMUR - Proyek pembangunan Jalan Lingkungan (Jaling) di Gang H Ranun 2 RT 02 RW 26 Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi diprotes warga karena dinilai dikerjakan asal jadi. Hal itu disebabkan, belum ada satu hari selesai dikerjakan, jaling itu sudah retak. Ketua Masyarakat Peduli Lingkungan (MPL) Kota Bekasi, Nur Rahmat mengatakan, pembangunan jaling sepanjang 270 meter dengan lebar 3,5 meter itu diduga dkerjakan tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. “Volume pengecoran dilakukan secara bervariasi. Lebar yang dicor berbeda-beda, ada yang 2,5 meter ada pula yang sampai 3,5 meter. Ini kan sudah salah satu pembodohan kepada warga," cetusnya. Awalnya kata Nur, warga di RW tersebut sudah cukup senang dengan adanya perbaikan dan pengerasan jalan lingkungan itu. Akan tetapi, baru saja di cor, jalan yang belum terkena beban sudah retak-retak. "Belum juga dilalui kendaraan, sudah rusak. Kualitas pengerjaan proyek itu mengindikasikan telah dikerjakan dengan asal-asalan dan tidak menggunakan spesifikasi yang telah ditentukan oleh Dinas Bina Marga dan Tata Air (Disbimarta) Kota Bekasi,” ujarnya. Untuk memonitoring pekerjaan jaling itu, lan-
jut Nur, warga kesulitan memantau dan mengawasi karena proyek itu tidak dilengkapi dengan papan proyek. “Kami sulit melakukan pengawasan karena tidak ada papan proyek,” terangnya. Menyikapi buruknya kualitas pekerjaan wilayahnya, Nur berjanji akan membuat laporan kepada Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Jawa Barat dan akan ditebuskan kepada Wali Kota Bekasi. "Ini kan anggaran bantuan dari provinsi tahun 2013, kenapa pekerjaannya seperti ini. Warga disini berencana membuat laporan terkait kualitas pekerjaan jaling ini," tegasnya. Sementara, anggota Komisi B, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi, Aryanto Hendrata berjanji akan melakukan sidak ke lokasi pengerjaan Jaling itu. “Besok kita akan meninjau ke lokasi RW 26 untuk melihat langsung kondisi jalan yang dikeluhkan warga," kata dia. Agar kerja dewan maksimal, Aryanto meminta surat pengaduan dari warga yang merasa tidak puas dengan pekerjaan yang dianggap telah membodohi warga. "Saya minta warga memberikan surat ke DPRD agar kita bisa tindaklankjuti atas pengaduan warga yang merasa tak puas dengan pembangunan jalan tersebut," pungkasnya. (eko)
Pembangunan jalan lingkungan di RW 26 Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi yang dikeluhkan warga karena disinyalir tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Pemkot Apresiasi Festival Bedug dan Dondang REAKSI KOTA - Adu bedug dan dondang ke-8 merupakan tradisi asli kebudayaan dari masyarakat Bekasi terutama pada warga Kecamatan Mustikajaya yang setiap tahunnya mengadakan acara festival besar-besaran. Festival bedug dan dondang tahun ini dilaksanakan di lapangan Kelurahan Padurenan, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi pada Sabtu (24/8). Adapun pesertanya terdiri dari seluruh warga se-Kecamatan Mustikajaya mulai dari Kelurahan Padurenan, Cimuning, Mustikasari dan kelurahan Mustikajaya. Warga saling unjuk kebolehan dalam memperlihatkan adu kesenian yang mencerminkan tradisi kebudayaan asli warga masyarakat Bekasi dan sekaligus diiringi musik tanjidor. Acara itu dibuka secara resmi oleh Walikota Bekasi, Rahmat Effendi. Dalam sambutanya Walikota menyampaikan bahwa Pemkot Bekasi akan selalu mendukung festival adu bedug dan
dondang di Kecamatan Mustikajaya. Tradisi ini diharapkan menjadi ikon budaya Kota Bekasi. Sebagai bentuk apresiasi, Pemkot akan menberikan anggaran melalaui APBD Kota Bekasi dan dapat dilaksana lebih meriah lagi dengan mengundang peserta dari tingkat Kecamatan se-Kota Bekasi. Dalam festival tahunan tersebut Kelurahan Cimuning berhasil menpertahankan piala bergilir untuk yang ke tiga kalinya dan piala diserahkan langsung oleh Yusup Nasih selaku Wakil Ketua 2 DPRD Kota Bekasi. “Bila tahun depan Kelurahan Cimuning berhasil kembali sebagai juara umum, maka piala begilir akan menjadi piala tetap milik Kelurahan Cimuning,” ujar panitia pelaksana setelah penyerahan piala kepada Reaksi Bekasi. Mudah-mudahan untuk tahun-tahun berikutnya terus terjalin kebersamaan, persatuan dan kesatuan sehingga tidak hanya dalam kegiatan festival adu Bedug dan Dondang saja, tapi juga dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pem-
Para Juara Lomba adu Bedug dan Dondang Ke-8 di Lapangan Kelurahan Pedurenan yang dihadiri Yusup Nasih Wakil Ketua 2 DPRD Kota Bekasi saat penyerahan piala.
bangunan dan sosial kemasyarakatan di wilayah Kelurahan Cimuning khususnya dan Kecamatan Mustikajaya pada umumnya, sehingga menuju masyarakat Bekasi yang maju, sejahterah dan Ihsan yang juga merupakan bagian dukungan dari Kelurahan Cimuning dan Kecamatan mustikajaya, kata Usman Sufirman, Lurah Cimuning Kota
Bekasi. Untuk lebih meriah acara berikutnya pun digelar hingga malam berupa lomba panjat pinang. Selain hadiah hiburan ada juga uang tunai masing masing pohan senilai dua juta lima ratus ribu rupiah. Festival ini adalah Pesta Rakyat Kecamatan Mustikajaya dan sekitarnya. (wsp)
Banyak Dihuni Wanita Malam
Rumah Kontrakan di Jatisampurna Perlu Dirazia REAKSI KOTA - Menjamurnya warung remang-remang (Warem) dan kafe yang mempekerjakan banyak wanita malam di Kecamatan Jatisampurna ternyata juga diikuti banyaknya warga yang berlomba-lomba membangun rumah petakan untuk dikontrakan. Mereka menilai, bisnis rumah kontrakan di wilayah yang banyak menyediakan tempat hiburan malam itu sangat menjanjikan. Ribuan pekerja warem dan kafe itu dianggap para pemilik modal yang membangun rumah kontrakan memiliki nilai ekonomis tersendiri. Jika mendengar nama Jatisampur-
na, banyak kalangan terutama para hidung belang sudah tidak asing lagi. Sebab pada dua kelurahan di kecamatan setempat berdiri ratusan warem dan kafe tanpa izin. “Wajar kalau bisnis rumah petakan yang dikontrakan di kawasan ini sangat laku. Walaupun harga sewanya mahal, tetap saja terisi semua,” ujar Ketua RT Kelurahan Jatisampurna, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi berinisial ST, Senin (26/8). Namun, ST mengaku kesulitan mendata para pengontrak yang mayoritas wanita pekerja malam di warem dan kafe itu. Ditambah lagi, pemilik kontrakan yang memberlakukan persyaratan yang sangat longgar terhadap para pengontrak. “Saya kesulitan mendata jumlah pengontrak yang may-
oritas wanita pekerja warem dan kafe. Ditambah lagi, pemilik kontrakan hanya melihat keuntungan dari uang sewa kontrakan tanpa peduli dengan asal usul si penyewa,” tukasnya. Menyikapi hal itu, ST berharap pihak Kecamatan Jatisampurna melakukan operasi yustisi untuk mendata para penyewa tersebut. Dia khawatir, bebasnya para penyewa yang didominasi oleh para wanita yang bekerja di warem dan kafe itu membuat wilayah Jatisampurna menjadi basis bisnis esek-esek. Menanggapi fenomena maraknya kontrakan yang digunakan para wanita yang bekerja di warem dan kafe itu, Kepala Seksi Pemerintahan Kelurahan Jatisampurna Setyo malah melempar tanggungjawab itu kepada para pengurus RT dan
RW setempat. Menurut Setyo, para pengurus RT dan RW merupakan ujung tombak dalam membantu program pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. “Mereka sebagai ujung tombak dari pemerintah daerah. Mereka harus mampu mendata warganya,” terang Setyo. Namun demikian, Setyo berupaya lebih aktif dalam mendata para warga yang tinggal di kelurahan setempat agar tertib adminstrasi kependudukan. “Untuk mengatasi para pendatang yang tidak jelas, aparat kelurahan akan berupaya melakukan pendataan warga yang mengontrak,” pungkasnya. (eko)