SELASA, 27 AGUSTUS 2013
11 REAKSI KABUPATEN Lintas Berita Kekurangan Tiang Listrik
Polresta Bekasi Kabupaten Gelar Operasi Cipta Kondisi
Warga Babelan Khawatirkan Pemasangan Paralel Kabel JTR REAKSI BABELAN Warga Gang Swadaya, Kampung Babelan Kota RT 22 RW 03 Desa Babelan Kota, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, yang merupakan pelanggan PT PLN UPJ Babelan merasa resah dan khawatir akan terjadi kebakaran di wilayah itu. Pasalnya, pemasangan kabel Jaringan Tegangan Rendah (JTR) di kampung itu dipasang secara pararel tanpa tiang beton listrik oleh pihak PT PLN. Padahal mereka sudah melaporkan dan meminta kepada pihak PLN untuk penambahan tiang listrik sejak tanggal 22 Juni 2013 lalu. Selain itu pihak PLN pun sudah melakukan survei ke lokasi. Namun hingga saat ini belum ada realisasinya. Pantauan Reaksi Bekasi di lokasi, Minggu (25/8) menyebutkan, kabel tersebut dipasang dengan dibentangkan dari rumah ke rumah warga secara pararel. Diduga pemasangan kabel JTR itu disebabkan kurangnya tiang listrik di Kampung itu. Selain itu, dalam satu tiang listrik ada lebih dari 10 sambungan ke rumah. Ketua RT 22 RW 03 Desa Babelan Kota, Dadang yang didampingi warganya bernama Juhro Kelana mengatakan, para warga sangat khawatir dengan adanya pemasangan kabel JTR paralel itu, karena memungkinkan terjadi kebakaran. Yang lebih mengerikan, tambahnya, dalam satu tiang listrik lebih dari 10 sambungan kabel yang dialirkan ke rumah warga. Disamping tiang tersebut ada pohon yang mati, diduga akibat terkena tegangan listrik. “Pernah terjadi kebakaran di lingkungan RT 22 RW 03 pada tahun 2012, yang sempat menghanguskan 3 rumah warga yang diduga adanya hubungan pendek arus listrik,” papar Dadang. Seharusnya kata dia, pihak PLN tanggap dan mau menyediakan tiang-tiang beton listrik dan kabel JTR untuk dipasang di wilayah itu. Dikatakan, saat ini di wilayah itu diperkirakan membutuhkan 5 tiang listrik. “Berikanlah kenyamanan pada pelanggan," tandasnya, seraya mengatakan, selain tidak adanya tiang listrik dilingkungan RT 22 RW 03, daya strum listriknya pun sering menurun, seperti lampu bohlam kurang terang. Juga pernah terjadi putus sambungan kabel JTR yang dipararel, akibatnya warga RT 22, ketakutan adanya pararel (keting) kabel JTR PLN tersebut, seperti benang kusut. Dadang menambahkan, seharusnya pihak PLN UPJ Babelan tanggap terhadap adanya kerawanan listrik. Karena katanya, warga pelanggan PLN di lingkungan RT 22 itu sangat membutuhkan penambahan tiang beton listrik dan pemasangan kabel JTR, agar daya strum listrik bisa normal. Menurutnya, para warga telah melayangkan surat permohonan untuk pemasangan 5 tiang listrik di wilayah itu sejak beberap bulan lalu, namun hingga saat ini belum juga terealisasi. Apalagi tambah Juhro, pihak PLN UPJ Babelan yang diwakili Herman, sudah melakukan survei ke lokasi. (dun)
REAKSI CIKARANG - Dalam rangka memelihara stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah hukum
Polda Metro Jaya, Polresta Bekasi Kabupaten pada Jumat (23/8) hingga Sabtu (24/8) melaksanakan Operasi Cipta Kondisi yang
digelar secara serentak baik di tingkat Polresta maupun Polsek dengan melibatkan 219 personil yang terdiri dari 68 personil Polresta Bekasi dan 151 personil jajaran Polsek. Menurut Kabag Humas Polresta Bekasi, AKP Bambang Wahyudi bahwa hasil operasi selama 6 jam tersebut diamankan satu orang tersangka yang kedapatan membawa 9 gram ganja, menangkap 10 orang tersangka pelaku pengeroyokan yang mengakibatkan korban meninggal dunia dan satu unit
kondusif, secara umum di wilayah hukum Polda Metro Jaya dan lebih khusus di wilayah hukum Polresta Bekasi (Kabupaten Bekasi) menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden tahun 2014. “Sedangkan tujuan dari operasi cipta kondisi ini adalah untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat, sehingga dalam melakukan aktifitas sehari sehari lebih produktif dan berkualitas guna menunjang pembangunan Kabupaten Bekasi,” ujar Bambang. (dun)
Wilayah Utara Bekasi
Marak Reklame Disinyalir Tak Berizin REAKSI BABELAN – Puluhan reklame, baliho, spanduk dan umbul-umbul yang terpasang sepanjangn jalan di wilayah utara Kabupaten Bekasi, seperti; wilayah Kecamatan Babelan, Tambun Utara, Cibitung, Tambun Selatan dan Tarumajaya disinyalir belum memiliki izin membayar pajak pemasangan reklame, spanduk dan baliho sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bekasi. Di wilayah utara Kabupaten Bekasi, banyak reklame, baliho, spanduk dan umbulumbul yang tidak dipasang sticker pembayaran pajak maupun stempel yang dikeluarkan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kekayaan dan Asset (DPPKA) Kabupaten Bekasi. Ketua Umum LSM Bekasi Utara Bersatu (BUB) Obbih Yoranata mengakui banyak reklame, baliho, spanduk dan umbul-umbul yang terpasang tidak beraturan di sepanjang jalan di wilayah utara Kabupaten Bekasi, sehingga terkesan merusak pemandangan. Selain itu, dia menduga adanya reklame, spanduk dan baliho yang dipasang tidak melalui proses perizinan yang diatur oleh Perda Kabupaten Bekasi. Menurutnya, apabila pemasangan reklame, spanduk dan reklame tidak melalui
mekanisme yang ada, berarti Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor tersebut tidak terserap. “PAD tidak akan terserap apabila para pemasang reklame, baliho, spanduk dan umbul-umbul tidak mentaati aturan yang ada yakni dengan tidak membayar pajak daerah,” paparnya kepada Reaksi Bekasi di Babelan, Senin (26/8). Untuk itu, dia mendesak agar DPKKA Kabupaten Bekasi segera menginventarisir reklame, baliho, spanduk dan umbul-umbul yang belum memiliki ijin dan membayar pajak daerah, kalau perlu lakukan penertiban. “Kalau mau PAD meningkat, segera lakukan penertiban agar mengetahui reklame, baliho, spanduk dan umbul-umbul mana yang belum berizin dan membayar pajak daerah Kabupaten Bekasi,” tegasnya.
Salah satu reklame yang diduga tak berizin Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pajak Daerah pada DPPKA Kabupaten Bekasi, Andung Adi Purwanto mengatakan, pihaknya akan segera melakukan pendataan ke wilayah tersebut. “Kita akan mengecek keberadaan reklame dan baliho yang telah terpasang di wilayah utara Kabupaten Bekasi tersebut,” ujarnya. Setelah itu, kata dia, apa-
Pemkab Diminta Perhatikan Jembatan Penyebrang Ezip/MM 2100
REAKSI CIKARANG – Kabupaten Bekasi sebagai daerah industri terbesar di Asia Tenggara masih saja memiliki kekurangan infrastruktur, khusunya jembatan penghubung yang mempercepat akses antara dua wilayah kawasan industri yaitu kawasan Ezip dan MM 2100. Saat ini sebagai penghubung antar dua wilayah itu menggunakan jembatan mini yang terbuat dari kayu dan hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Pembuatan jembatan tersebut karena kesadaran penduduk lokal. Jembatan yang panjangnya hanya tujuh meter dan lebar lima meter tersebut sangat berguna sebagai jalur alternativ menghemat waktu menuju dua kawasan antara Cibitung dan Cikarang, khusunya bagi para pekerja pabrik. Jembatan tersebut terletak diantara persawahan dan lereng bukit yang dipisahkan kali. Banyaknya masyarakat yang melintasi jembatan mini penghubung dua kawasan tersebut, seharusnya dijadikan acuan bagi stake holder dan Pemkab Bekasi memperbaiki jembatan agar lebih layak dengan kualitas serupa dengan jembatan lain. (hom)
sepeda motor tanpa suratsurat, Honda, Nopol. B 6248 KCJ. Selain itu tambah Bambang, pihaknya juga mengamankan sebanyak 789 botol minuman keras (miras) dari berbagai jenis dan merk dan 94 bungkus ginseng oplosan, 2 jerigen ginseng oplosan, 1 ember ginseng oplosan, 6 jerigen alkohol serta 1 jerigen ciu. Mantan Kapolsek Cibitung ini menjelaskan, Operasi Cipta Kondisi ini dilaksanakan secara rutin dan kontiniu untuk menciptakan situasi yang
bila belum berizin, maka pihaknya akan melakukan peneguran pertama, kedua dan ketiga. Dan apabila tidak diindahkan, tambah Andung, maka pihaknya akan segera membongkar reklame dan baliho tersebut. Sementara itu, menurut Andung, mengenai spanduk dan umbul-umbul, saat ini bukan kewenangannya lagi.
Namun katanya, kewenangan pemasangan spanduk dan umbul-umbul sudah dilimpahkan ke pihak kecamatan. Untuk itu, pihaknya juga meminta agar pihak kecamatan juga mau menertibkan spanduk dan umbul-umbul yang terpasang di wilayahnya masing-masing, apabila belum memiliki izin dan membayar pajak daerah. (dun)
Pembangunan Kantor Kecamatan Ciksel Diharapan Segera Tuntas
PELAYANAN KTP ELEKTRONIK (E-KTP) Tampak petugas sedang merekam pemohon E- KTP di sentra pelayanan Kecamatan Tambun Utara, Jumat (23/8). (Sat)
REAKSI CIKARANG - Pembangunan kantor Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi hingga saat ini masih terbengkalai. Tak jelas kapan pembangunan tersebut dilanjutkan. Sehingga masyarakat dan para Kepala Desa berharap agar pembangunan tersebut segera dilanjutkan sehingga pelayanan berjalan secara optimal. Kepala Desa Pasir Sari, Kecamatan Cikarang Selatan, Lamzah Hermansyah mengaku prihatin dengan kondisi kantor Kecamatan Cikarang Selatan yang tekatung-katung pembangunannya. Menurut dia, pelayanan di Kecamatan Cikarang Selatan saat ini dilakukan di rumah dinas Camat. “Ya kurang elegan lah, masak sih pelayanan ada di rumah dinas. Selain tempatnya sempit, juga kurang memadai untuk seluruh pelayanan yang ada di kecamatan itu,” ujar Lamzah kepada Reaksi Bekasi, Senin (26/8) di Kecamatan Cikarang Selatan. Camat Cikarang Selatan, Enop Chan berharap agar pem-
bangunan kantor kecamatan tersebut segera dilanjutkan agar dapat melayani kebutuhaan masyarakat dengan optimal. Namun demikian dia mengaku tidak keberatan apabila pelayanan yang dilakukan untuk masyarakat dilakukan di rumah dinas Camat. “Prinsipnya tidak ada masalah, pelayanan dilakukan di rumah dinas. Tapi masih ada beberapa Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) seperti UPTD Pertanian dan UPTD Keluarga Berencana (KB) yang ada bagian ruangan, apabila tetap memakai rumah dinas,” ujarnya. Namun lanjut Enop, apabila sudah selesai pembangunannya, maka beberapa UPTD bisa menempati ruangan, karena sudah mencukupi. Dia mendengar kabar, kalau pembangunan kantor kecamatan tersebut akan dilanjutkan pada 2013 ini. “Mudah-mudahan pada tahun ini dapat dituntaskan pembangunan kantor Kecamatan Cikarang Selatan, agar dapat mempermudah seluruh pelayanan yang ada untuk masyarakat,” ujarnya berharap. (dun)
Dinyatakan Situs Cagar Budaya
Pemkab Tak Perhatikan Makam Auliya Kramat Batok
LANGGANAN MACET
Hampir setiap hari kemacetan terjadi di Jalan Raya Karang Satria, Kecamatan Tambun Utrara, Kabupaten Bekasi. (Sat)
REAKSI CABANG BUNGIN - Meskipun telah mendapat sebutan ‘Situs Cagar Budaya’ oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Bekasi, Makam Auliya Kramat Batok yang terletak di Kampung Utan Kramat, Desa Jayabakti, Kecamatan Cabang Bungin, Kabupaten Bekasi, hingga kini belum mendapat perhatian yang serius dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi. “Makam Auliya Kramat Batok ini belum pernah mendapat perhatian apalagi bantuan pembangunan dari Pemkab Bekasi, meskipun telah mendapat sebutan Situs Cagar Budaya,” kata Bu Amoy,
penunggu Makam Kramat Batok yang didampingi Kaur Kesra Desa Jayabakti, Kecamatan Cabang Bungin, Adjer Wajhi yang ditemui Reaksi Bekasi, Minggu (25/8). Adjer menjelaskan, mengenai asal muasal keberadaan Makam Auliya Kramat batok di Cabang Bungin tersebut. Menurut cerita, terang Adjer, seorang ulama (sesepuh) dari Sumedang Larang bernama Gabid, ketika mendatangi kampung itu (saat itu masih hutan belantara dan yang sekarang bernama Kampung Utan Kramat) dan menemukan peralatan dapur seperti tempurung, sendok, garpu dan lainnya yang terbuat dari batok kelapa. Mes-
ki tak berpenghuni, di areal itu sangat rapih dan bersih, seolaholah ada yang membersihkannya setiap hari. Sebelumnya, pada zaman itu merupakan zaman Kolonial Belanda dan Gabid tertangkap oleh Belanda dijebloskan ke Nusa Kambangan. Beberapa lama kemudian, Gabid kabur dan meloloskan diri dari Nusa Kambangan, Jawa Tengah. Hingga akhirnya terdampar di hutan belantara di Cabang Bungin ini, tempat dirinya menemukan peralatan dapur yang terbuat dari batok kelapa itu. Sehingga tempat itu dijadikan tempat persembunyian Gabid dan sejak itu Gabid tidak pernah dicari oleh Kolonial Be-
landa. Wujud rasa bersyukurnya, setiap 10 Muharam (1 Syuro), Gabid melaksanakan tasyakuran juga memberikan sedekah kepada anak yatim dan tak mampu di wilayah itu. Dan hingga saat ini, tradisi tersebut dilakukan oleh para keturunannya serta masyarakat sekitar dengan memotong kerbau. “Kemudian kepala kerbau yang dipotong itu diarak keliling kampung,” jelas Adjer. Uniknya, kata Adjer Wajhi, meski dihadiri oleh ribuan orang yang datang dari berbagai wilayah, acara tasyakuran yang dilakukan selama 7 hari 7 malam setiap tahun dengan menghadirkan berbagai kesenian seperti, Jaipong, Dangdut,
Tanjidor dan lainnya, suasana begitu damai dan tidak pernah terjadi keributan. “Alhamdulillah, saat pesta rakyat selama 7 hari 7 malam di lokasi Kramat Batok ini, suasana aman dan tentram, tidak ada keributan,” terangnya. Menurut dia, saat ini dan di areal Kramat Batok ini, setiap malam Jumat (Kamis malam, red), masyarakat sekitar selalu melaksanakan tasyakuran/tawasul yang dihadiri ratusan masyarakat. “Alhamdulillah, meski musim kemarau seperti saat ini, para petani di wilayah ini tidak kesulitan dalam menanam padi, sehingga panennya dengan hasil yang baik,” ujarnya bersyukur. (dun)