Koran Baran

Page 1

http://www.payobasuang.info

AGUSTUS-SEPTEMBER 2007

Mengucapkan Selamat Berpuasa Ramadhan 1428H

MAK NUWA JO DT. KUNIEANG

DT. PANDAK

DT. PUTIEH

MAK IMAL

MAK IR JO MAK JEH

OM JUMIK TIGA DARA TEMPO DULU

TEK EMI

TEK UPIEK


Gorah Redaksi

Bulan Perhelatan Setelah “Baran untuk Setiap Rumah” dapat diwujudkan pada edisi yang lalu maka semangat dan keyakinan untuk membuatnya menjadi lebih “greget” tambah menggebu. Apalagi setelah mendengar sambutan warga yang juga sangat antusias begitu menerima kiriman Baran walaupun sedikit mengalami keterlambatan karena kesalahan teknis. Kegembiraan itu juga terlihat dari ketika kami menyaksikan langsung kebahagiaan warga menikmati gambar-gambar dan kata demi kata yang tertuang pada lembar demi lembar Baran. Walau sudah dicetak dan menambah halaman menjadi delapan. Kami melihat pembaca kembali mengulang ke halaman depan. “Ndeh, saketek bona, batambah andak halaman eh!”, begitu komentar beberapa warga yang membaca Baran pada setiap pertemuan IKP-Jaya. Harapan pembaca tentu juga adalah harapan kami, yaitu dapat menyajikan laporan yang lebih lengkap tentang warga Payobasuang yang di rantau maupun di kampuang. Acungan jempol, kata-kata pujian, dukungan lewat telepon dan sms cukup membuat kami bangga. Dan dengan kerendahan hati, “Terimakasih untuk itu semua!” Semoga tidak menjadikan kami “besar kepala” dan “terlena” karena mabuk pujian. Sebab itu, kritik yang membangun tetap kami nantikan untuk lebih memajukan dan menyempurnakan Baran di masa yang akan datang. Apo lai kini geh, aRi baiek, bulan baliek. Waktu yang tempat untuk merenung mencari kelemahan dan kemudian memperkuatnya. Introspeksi diri, mencari kesalahan guna membetulkannya. Namun ada yang menarik, dan akan selalu menarik adalah tradisi pada bulan Sya'ban -bulan Polek'an malakik bulan puaso. Bulan perhelatan ini adalah musim kawin dimana tradisi ini tidak pandang di kampung atau di rantau agaknya. Sajak Mamak kito, Bujang Mangkuto baminantu sudah tiga orang yang mengakhiri masa lajangnya dengan menikah yaitu Wendi dengan Indrie Alang dengan Indah dan Boing dengan Maya. Kalau di kampuang yang menarik bagi pengantin baru adalah budaya ma antoh pabukoan, sebuah tradisi menjalin dan mempererat silaturrahmi oleh keluarga isteri kepada keluarga suami. Walau di rantau tidak ada tradisi ma antoh pabukoan ini namun keinginan untuk menikah di bulan ini sepertinya tetap dipertahankan. Limbak nan daRi pado itu, ado ciek nan maRagu. Dan sepertinya bukan hanya Tim Redaksi Baran,

Bulletin Pencerdasan

namun harapan semua warga Payobasuang di Rantau Jakarta khususnya dan lebih khusus lagi induek-induek yang sudah sepuh adalah tentang Ketua IKP-Jaya. “Pabilo gen, olun juo agak eh ley. A juo nan bananti ley, kok umuoH lah lobieh daRi cukuk. Segala syarat sudah dipenuhi. Kok tampang jang disobuk. Banyak uRang nan aRok. Namun yang bersangkutan sepertinya belum berkeinginan mengakhiri masa “remaja”nya. Ka ba-a nyo awak. Kok suntiek jo uja olah cukuk Raso eh. Kalau boleh usul, nanti selesai sholat Ied kita berdo'a untuk itu. [ Mambaiek lah ditorun pulo, saluang ajolah manyampeian] Satu hal lagi yang tidak kalah menarik adalah ramainya anak-anak yang datang pada saat pertemuan bulanan IKP-Jaya. Memang seharusnya begitu. Sajak ketek inyo dikenalkan kepada kampuang halaman. Sebab makin kebelakang ini menjadi tren kalau warga Payobasung menikah dengan dengan orang bukan-Payobasuang. Jadi otomatis anak-anak mereka setengah Payobasuang. Jangan salahkan mereka nanti kalau tidak mengenal Payobasuang sebab tidak diperkenalkan oleh orang tuanya. Siapakah yang akan meneruskan perjuangan membangun negeri tercinta ini, kelak? Dan alhamdulilLah kesadaran itu telah muncul, sebagian besar orang tua sudah mengajak anak-anak mereka ke pertemuan IKP-Jaya. Ndeh, yo bona bakatuncak. Anakanak lah namo eh yie. Melihat mereka bercengkrama dengan teman sebaya, bermain dan bercanda. Lopeh Rangkik-Rangkik awak Raso eh sebagai orang tua mereka. Itu baru di Jakarta dan sekitarnya, coba bayangkan bagaimana meriahnya kalau anak-anak itu berkumpul di kampuang saat Pulang Basamo. Ada yang dari Padang, Medan, Pakanbaru, Jambi, Kalimantan, Malaysia dan bahkan Negeri China serta Jepang. Satu alasan dasar kami mengkampanyekan ini adalah untuk tetap menumbuhkan rasa sayang dan cinta kepada Nagari Payobasuang. Mereka-mereka itulah nanti yang akan memajukan negeri yang indah itu dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka kuasai. Semua kita tentu menginginkan hal itu terjadi. Setiap anak nagari Payobasuang dimana pun rantau mereka tinggal namun Payobasuang tetap ada dan melekat di hati mereka yang paling dalam. Majulah Payobasuang.

diterbitkan oleh: Ikatan Keluarga Payobasuang Jakarta Raya (IKP-JAYA) Pemimpin Umum: DH.Dt. Marajo Dirajo nan Mudo - Pem. Redaksi: Rishag Andiko Redaksi: Ilhamsyah - Keuangan: Capt. Frizki, Donny JE, Hurisal Djamhur, Siti Gemala Distribusi: Bobby Kurnia, IW.Dt. Mangkuto Bosa nan Hitam - Koresponden: Novriko (Jakarta) Irawadi Irdja, Eriyuf Brandel (Riau) - Irwandi, Adenal, Ahmad Warius (Pyb) Dr.Yosza Dasril (Malaysia) - Donna Boer (China) Alamat:Jl. Margasatwa Raya 72 Pondok Labu Jak. Selatan - Telp. 021 751 2386 E-mail:koran_baran@yahoo.com - Website: www.payobasuang.info Baran On Line: http://koranbaran.wordpress.com http://ikpjaya.wordpress.com


Nan Ka Godang Kayla, Model Kecil yang Mandiri

K

aila, atau lengkapnya Elvaretta Kailarashel Jonea adalah bintang sinetron dan model cilik dari Payobasung. Papinya, Anggun Putra seorang Pelaut, dan Maminya, Selvi Monodi Putri adalah seorang Perempuan Karir. Bagaimana cerita tentang Kaila, kita simak langsung tuturan Maminya yang dikirim melalui email redaksi. Ini dia ceritanya. Kaila lahir hari Senin, tanggal 23 Juni 2003 pukul 23.00 wib di RS. Yadika Pondok Bambu Jakarta Timur. Proses lahir Kaila sangat luar biasa karena lahir normal yang dipaksakan ternyata tidak bisa mengharuskan Kaila harus keluar dengan operasi caesar dimana Maminya sudah tidak sadar lagi, kehabisan tenaga. Kaila tumbuh menjadi anak yang mandiri karena memang dari kecil Mami dan Papinya mengajarkan agar Kaila walaupun di manja tapi harus tetap bisa mandiri dari sedini mungkin. Apalagi Papinya seorang pelaut dan Maminya juga seorang pekerja yang pergi pagi pulang sudah malam yang artinya Kaila harus kuat tumbuh dan berkembang dengan kondisi orang tuanya yang sangat sibuk. Kaila sering ikutan berbagai macam lomba dengan tujuan untuk menciptakan sifat berani dan percaya diri. Dan alhamdulilLah dari sekian lomba ada juga Kaila yang berhasil untuk memenangkannya. Kaila juga sering ikutan casting buat iklan walaupun sampai saat ini Kaila belum pernah yang lolos sampai final. Tapi

Yanto Taylor

frisindo worldwide express

0813 1907 5951 Sudahkah Anda Membuat Baju

?

Lebaran

Baju Kerja, Baju Pesta, Baju Seragam dll. Terima Panggilan.

yang kami pentingkan disini sebagai orangtuanya adalah perjuangan Kaila untuk bisa lolos sampai iklan itu. Pernah Kaila juga ikutan di sinetron “Intan” di RCTI untuk beberapa episode. Berhubung Maminya kerja jadi untuk di jadikan karir Kaila belum 100% bisa di dunia sinetron. Sekarang ini Kaila lagi mempersiapkan diri untuk ke semifinal dalam lomba “anugerah top modelling 2007″ di point square yang akan diadakan tanggal 26 agustus 2007 ini. Mudahmudahan Kaila bisa lolos sampe ke final nantinya. Kami sebagai orang tua sangat bangga dengan talent yang ada pada Kaila dan Kaila merupakan anugerah yang sangat luar biasa dari yang maha kuasa. Sekarang Kaila sekolah di RA-Miftahul Ulum class TK A dan disini Kaila dituntut lagi untuk bisa mandiri karena Kaila tidak bisa ditungguin di sekolah oleh Mami nya. Jadi Kaila hanya ditemani oleh pengasuhnya saja. Oya, Kaila pernah punya adik namanya cozy..cewek juga.tapi sayang cozy sangat cepat di panggil kembali oleh yang maha kuasa. Tapi sampe sekarang Kaila masih ingat sama adiknya. Cozy meninggal karena ada kelainan pada paru-parunya, kata dokter

Serahkan ke Ahlinya

Penjahit dari PAYOBASUANG

Sudahkah anda mendaftar untuk PULANG BASAMO?

Hub: Denny : 021 7076 4709 Bobbie: 021 7919 002608128665861

Akan Mengirim Paket dalam dan luar negeri?

Percayakan kepada: PT. Frisindo Mitra Buana Jl. Mampang Prapatan XV No. 8D Jakarta Telp. 021 790 1455


Malopeh Tadogak

Pak Wali

K

ita tidak akan pernah bisa memaksa orang lain untuk meyakini apa yang kita yakini. Kita hanya bisa menghormati dan menghargai pilihan orang lain. Kalau kita tidak bisa meghormati dan menghargai pilihan orang lain yang berbeda dengan kita, maka yang terjadi adalah perpecahan dan permusuhan. Ken dek kapalo samo babulu - Pangono balain-lain

Kampung kita yang damai memilih. Memilih pemimpin untuk memimpin kita menuju sebuah perubahan. Memimpin kita untuk kehidupan yang lebih baik. Itulah tujuan kita memilih. Untuk sebuah perubahan!. Kita semua menginginkan perubahan dalam hidup kita. Kita semua ingin hidup yang lebih baik. Menjelang hari pencoblosan, kota kita penuh semarak berwarna-warni. Kampanye… arak-arakan… poster… spanduk dan posko bertebaran di kota kita. Bendera hijau.. merah.. biru.. kuning.. putih.. berkibar sampai kepelosok Negeri. Meriah dan Semarak!. Kota kita merayakan pesta demokrasi. Merayakan semangat perbedaan. Semangat untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat. Kita boleh berbeda calon yang didukung. Kita juga boleh beda partai. Kita boleh berbeda siapa calon yang kita pilih. Yang pasti tujuan kita semua sama, yaitu ingin perubahan yang lebih baik. Semangat perbedaan memahami betul bahwa, sebesar apapun keyakinan kita terhadap sebuah pilihan. Seperti itu juga keyakinan orang lain terhadap pilihannya. Kita tidak akan pernah bisa memaksa orang lain untuk meyakini apa yang kita yakini. Kita hanya bisa menghormati dan menghargai pilihan orang lain. Kalau kita tidak bisa meghormati dan menghargai pilihan orang lain yang berbeda dengan kita, maka yang terjadi adalah perpecahan dan permusuhan. Ken dek kapalo samo babulu - Pangono balain-lain. Semangat inilah yang harus dibangun oleh pemimpin kepada para pendukung dan masyarakat seluruhnya. Masyarakat harus dididik untuk menghargai perbedaan. Bahwa berbeda itu biasa. Berbeda itu adalah warna-warni kehidupan. Tapi tunggu dulu! Kalau melihat situasi yang berkembang disekitar kita, maka kita harus bertanya pada diri sendiri. Apakah betul kita sudah memiliki semangat untuk saling menghargai perbedaan? Jangan-jangan bukan semangat itu yang kita rasakan. Jangan-jangan yang terjadi malah sebaliknya. (Wah bisa gawat nih?) Jangan-jangan kita masih berpikir bahwa yang berbeda itu musuh. Jangan-jangan kita jadi saling membenci satu sama lain. Jangan-jangan kita jadi saling menjelekkan antara para pendukung. Jangan-jangan kita saling bermusuhan karena pilkada ini.

Jangan-jangan kita saling menyalahkan sesama Orang Payobasuang. Jangan-jangan kita jadi saling jegal dan menjatuhkan. Jangan-jangan jadi hilang tegur sapa diantara sesama kita. Jangan-jangan hilang senyum dan canda diantara kita.Jangan-jangan jadi saling dendam dan marah antara kita.Jangan-jangan kita jadi terpecah belah karena pemilihan ini. Jangan… jangan… jangan sampai...!!! Jangan sampai semua itu terjadi diantara kita. Jangan sampai kita saling bermusuhan Jangan sampai kita dipecah belah. Jangan sampai hilang kekompakkan dan kebersamaan. Jangaaaaaaaaannnnnnn…!!!!!!!!!!! Kalau semua itu sampai terjadi maka bahaya ada di depan mata kita. Bahaya perpecahan, bahaya permusuhan dan bahaya kebencian. Nah, mari kita menganalisa bersama-sama, mudah-mudahan semua ancaman perpecahan itu tidak terjadi di Payobasuang. 1. Tujuan pilkada adalah untuk mendapatkan pemimpin yang baik 2. Dengan pilkada ini kita berharap membawa perubahan kearah hidup yang lebih baik. 3. Pilkada adalah pesta demokrasi untuk saling menghargai perbedaan pendapat. Intinya adalah kita menginginkan sesuatu yang lebih baik dalam hidup kita. Kalau seandainya pilkada ini justru membuat kita menjadi terpecah belah dan saling membenci satu sama lain. Berarti hidup kita sudah mundur menuju kehancuran. Karena hidup dalam kebencian dan kemarahan adalah sebuah malapetaka. Hidup jadi gelisah tidak ada ketenangan dan kedamaian. Artinya pilkada ini sudah salah sasaran. Tujuan pilkada untuk hidup yang lebih baik,


Program Kerja

Baran di Tiap Rumah

K

einginan untuk berbagi pengetahuan dan informasi dengan masyarakat di kampung dan sesama perantau baik di Jakarta maupun di Riau, Medan dan Negeri Jiran Malaysia selalu didengung-dengungkan dalam setiap edisi BARAN. Dan akhirnya, cita-cita mulya itu akan segera terwujud. Kalau hingga kini BARAN hanya dapat dibaca dan dinikmati segelintir orang saja maka ke depan BARAN akan hadir ke setiap rumah di Nagori Payobasuang. Beberapa perantau sudah menyatakan kesediaan untuk menjadi donatur tetap penerbitan BARAN setiap bulannya. Kalau selama ini baru DH. Dt Marajo Dirajo nan Mudo, Donny J. Edison, IW. Dt. Mangkuto Basa nan Hitam, Capt. Friski maka Tim Baran akan mendapat kekuatan baru dari yang lain sebut saja Uda Asmara Jhony, Capt. Alam Darma, Andi Roza, Hurisal Djamhur, Ilhamsyah, Risben, Reflit, AS Dt. Damuanso nan Panjang, Cecep Budiman, Erwin, Da Man Tanjung, Da Bujang Condet, Erni Oktariani anak Tek Juma, Silvia, Selvi, Siti Gemala dan tentunya akan disusul oleh nama-nama lainnya. Semua itu mereka kontribusikan untuk ikut berperan, ikut andil, berpartisipasi dalam membangun kampung halaman. da 600 rumah di Payobasuang, 540 rumah di Koto Panjang dan 460 rumah di Koto Baru ditambah 200 lopau. Jadi total 1.700 tempat paling tidak yang akan dijambangi oleh BARAN

A

setiap edisinya. Jadi paling tidak untuk kebutuhan kampung saja BARAN perlu oplah diatas 2.000 eksemplar. Dan jumlah sebanyak itu lebih ekonomis kalau dicetak. Misi mulya kami tetap ingin menjembatani potensi yang ada di Payobasuang. Dan itu semua tak bermakna apa-apa tanpa anda. Tanpa kita. Sobob boban boRek singguluang batu. Iko geh tontu manjadi Ringan dek basamo. ekecil apapun kontribusi anda, partisipasi anda, sumbangan anda akan sangat besar bagi kami, bagi negeri kita, bagi Payobasuang kita.

S

PT. AJIGUNA JAYA MANDIRI GENERAL TRADE - TECHNICAL SUPPLIER - M & E CONTRACTOR

Jl. Jatiwaringin raya No. 30.C Jakarta Timur 13620 Pak Wali....(sambungan)

malah menjadi hidup dalam perpecahan dan kebencian. Sudahlah... Pilkada sudah selesai! Selesai juga pertandingan dan persaingan. Tidak peduli apa warna kita. Tidak peduli apa partai kita. Tidak peduli siapa calon kita. Awak uRang Kanagarian Payobasuang. Badunsanak. Pilkada hanyalah permainan politik untuk mendapatkan kekuasaan. Dan biasanya kita rakyat hanya jadi alat dan korban saja. Sudahlah‌ kita akhiri semuanya. Sekarang saatnya kita kembali menjadi masyarakat Payobasuang yang damai, yang ramah dan penuh dengan gorah jo ujah. Ayo kita bergandengan tangan lagi. Ayo kita berangkulan lagi. Ayo kita bersalaman lagi. Ayo kita bergotong royong lagi. Ayo kita bersatu dan kompak lagi. Inilah yang disebut dewasa dalam berpolitik. Dan buang jauh-jauh virus dan bibit-bibit perpecahan.

Pupuh benih-benih perdamaian. Lebih baik sama-sama kita awasi, sama-sama kita tagih janji-janji kampanye siapapun yang terpilih. Apakah terjadi perbaikan dalam hidup kita? Kita tunggu hasil kerjanya.Tapi tetap harus diawasi dan dikontrol, karena dalam alam demokrasi, rakyat adalah pemegang kekuasan tertinggi. Stop kebencian. Stop kemarahan. Stop permusuhan. Stop perpecahan. Bersatulah..!! Kompaklah..!! Hanya dengan bersatu kita dapat melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Hanya dengan kekompakkan kita bisa bekerjasama untuk kemajuan. Sudahlah‌ Pilkada sudah usai. Malah awak kito bangun nagoRi geh basamo-samo. Ayo kito bangun kebersamaan dan kasih sayang. Denny H.Piliang DT. Marajo Dirajo nan Mudo


Rang Mudo

oleh: Riko Penulis dari Payobasuang tinggal di Pd. Labu Jakarta

PULANG BASAMO

Rindu Payobasuang Kokok ayam mengiringi pagi. Rerumputan masih basah karena embun dari semalam. Matahari masih terlihat malas keluar dari peraduannya. Gerimis pagi membasahi jalan, “ande-ande” mulai menyiapkan sarapan buat keluarga. Pagi yang indah di naungi pelangi. Terlihat rombongan berlari-lari kecil menuju mesjid, siap untuk bersujud ke hadapan illahi. Sebagian ada yang mulai membuka “lopou”nya, untuk menanti sang pelanggan yang akan sarapan dangan “kotan jo goreng pisang“. Sebuah tradisi atau kebiasaan sosialisasi turun temurun dengan “maota” menunggu sang mentari m e n a m p a k k a n keceriaannya. Saat bekerja pun tiba. “Sabik jo pangkuOh” siap dijadikan senjata untuk mengolah tanah yang subur. Siap mengolah sawah yang walaupun sekarang mulai dikuasai oleh segelintir orang. Indahnya alam merangsang semangat untuk bekerja. Diapit dua sungai sebelah kanan “batang agam” sebelah kiri “batang sukali”. Dikelilingi oleh bukit yang setia menjadi benteng untuk kampung. Ado bukik Godang, bukik Angek sampei ka bukik Sambek. Hmmm… PAYOBASUANG?!! Entah kenapa hari ini saya teringat akan “engkau”, saya ingat kenangankenangan manis waktu masih bersama mu. Waktu mandi di batang Agam atau batang Suakali. Waktu maen bola di lapangan Sakubang, di lapangan Pangumbuek atau di lapangan Koto Baru. Pergi kesekolah dengan jalan kaki atau bersepeda adalah salah satu hal yang tidak mungkin aku lupakan. dan malam-malam yang sering aku lewati dengan seni “randai, saluang atau rabab” Oh…iya, sandiwara…! Sandiwara malam menampilkan “artis-artis”dari Payobasuang sendiri. (ha ha ha…. INDAH!!!) Ajang untuk masa muda “mancaRi cangkirieng” Ingin juga rasanya berjalan lagi di menyusuri jalanjalan kampuang, ingin rasanya “tojun padek” lagi di

batang Agam atau batang Sukali, atau naik ke punggung kerbau. Apa karena engkau “ibu” dari anak-anak Payobasuang itu sendiri, yang membuat kami rindu terhadapmu, kau telah memberikan dirimu untuk tempat berpijak dan bermain kaki-kaki kecil kami, engkau telah memberi kami makan dengan tanah mu yang subur, dengan sabar engkau menunggui kami yang harus keluar dari pangkuanmu untuk mencari kehidupan yang di bilang “layak”. Banyak sudah “engkau” menciptakan anak-anak yang berhasil, baik itu materi, pemikiran atau jabatan. kau selalu tersenyum setiap kami tanya “marah ngga… kalau kami melupakanmu?”, dengan sabar engkau selalu berkata akan menunggu kami, kalau kami pulang untuk melihat mu, untuk merasakan udara mu yang jauh dari polusi dan merasakan dinginnya malammu. Terima kasih “Payobasuang” yang telah setia menjadi “ibu” dari kami anak-anak Payobasuang… Tahun ini saya berjanji untuk pulang ke pelukanmu, saya ingin merasakan kembali nostalgia lama yang mulai terlupakan karena kesibukan yang selalu membuat saya tidak merasa puas, saya akan coba untuk mengajak anak-anakmu yang lain.. OH iya bertepatan dengan lebaran tahun ini… beberapa orang anak-anakmu mencoba untuk mengajak saudara-saudaranya untuk “PULANG KAMPUANG BASAMO”, akan berusaha membuat mu “tersenyum” dengan rangkain acara-acara yang sudah direncanakan sedemikian rupa. Dan satu lagi janji mereka “AKAN MEMBANGKITKAN NOSTALGIA INDAH” dan “KENANGAN-KENANGAN MANIS “masa muda dan masa kecil kami waktu di pangkuanmu “ibu” kami PAYOBASUANG tercinta. HMMM… kesempatan ini harus aku ambil, aku harus pulang lebaran tahun ini!!! Itu janjiku.

Tahukah Anda?

Selain Baran yang dicetak, di dunia maya, dunia internet begitu banyak tempat anda mendapatkan informasi seperti http://ikpjaya.wordpress.com serta http://www.payobasuang.info Alhamdulillah, perlahan tapi pasti kita sudah dapat menghimpun dunsanak kito yang di luar negeri mulai dari Malaysia yang dekat hingga ke China yang jauh. Sebuah hasil dan pencapaian yang sungguh LUAR BIASA untuk skala paguyuban setingkat nagari. Tentunya kita harus bangga karena yang melakukan semua itu adalah anakanak muda berbakat dari PAYOBASUANG. Adakah lagi alasan untuk tidak mengatakan bahwa kita juga BISA[dik]


Koboh Rang Rantau Perkawinan Indonesia Ilham & Maya Dulu, dalam gurauan kawan-kawan di Jakarta sering bertanya, “Sia nan ka bauntuang manjadi laki eh bisuek gen?” Akhirnya pertanyaan itu terjawab pada 2 Sepetember 2007 yang lalu, namanya Maya berasal dari Sumedang. Boing, demikian namanya dipanggil di kalangan aktivis, para pejuang hak-hak buruh dan pekerja mempersunting Maya, puteri berdarah campuran Bugis dan Sunda. Saat bekerja di Badan Pelatihan Penelitian Teknologi. Pesta berlangsung dengan sederhana, namun keharuan dalam suasana yang sangat berbahagia dapat terasa ketika kawan-kawan sejuang serantau, termasuk Tim Baran ikut menjadi saksi kebahagiaan dua insan ini. Walau pestanya di Tanah Sunda, namun nuansa tradisi mengantarkan Marapulai ke rumah Anak Daro tetap ada terasa. Mailang Rintang jo Kantuak, para pengantar pun menikmati gurauan khas Payobasuang sambil mancubik karoteh koa. Kebahagiaan itu juga terlihat dari keluarga Ibunda Raunis, Uda I jo Ni Adang, Uda Adiek, Andi Roza dan tak lupa Mak Ongah Momek.

Wendi & Indrie

Layak dapat Bintang “Tarimokasih kasado dunsanak nan telah menghadiri pesta Wendi. Serta dukungan dari semua masyarakat Payobasung nan berdomisili di Jakarta (IKP Jaya). Semoga semakin kompak dan antusias untuk menghadiri segala pertemuan dan pesta dari IKP Jaya. Mohon maaf kalau seandainya ado dunsanak-dunsanak nan tak taudang atau takeceen dek Wendi” demikian ditulisnya pada milis Payobasuang di YahooGroup. Siapa yang tak kenal Wendi, lei ado juo uRang nan bolek di Payobasuang, bisa dijamin inyo ado disitu. Untuk menghias, mendekorasi dan mempercantik tempat pesta pernikahan itu diadakan. Tukang Dekor. Ada yang kurang rasanya kalau belum tersentuh oleh tangan seniman kita ini. Bulan Agustus 2007 ini, dia mempersunting Indri, idaman hatinya, puteri Betawi yang manis, murah senyum walau agak pendiam. Namun bisa heboh dan seru kalau chatting (maota di Internet) dengannya. Wendi dan Indri, begitu terharu ketika membludaknya

Alang & Indah Tak ketinggalan juga Alang Kelana mempersunting Indah seorang gadis ayu nan manih jo kamek. Sepasang remaja ini mengakhiri masa lajang mereka dalam sebuah resepsi yang boleh dikatakan “wah” di Aula Kantor Bea Cukai Rawamangun Jakarta Timur. Semua keluarga berdatangan dari Pakanbaru dan beberapa dari Payobasuang langsuang. Seperti Tuek Kotik Nur, Tek Upiek Ati, Ibu Memi, dan tentunya keluarga besar IKP-Jaya. Saroman nan lain, pasangan ini juga sangat pas. Bak kato pantun, Anak cocak diateh manggih, cigok-cigok kapalonyo - Nan sorang Rancak nan soRang manieh, yo bona pas kaduonyo, kalau disandingkan. Kebahagiaan dan senyum tak pernah lepas dari bibir kedua penganten. Selamat ya...! [Hanya saja ada yang agak mengganjal, saat Baran dicetak redaksi belum mendapatkan data yang cukup. Harap maklum dan mohon Maaf]

Kisah Anak Nagari Payobasuang warga Payobasuang yang menghadiri pestanya. Namun, dalam pantauan Baran, semua itu patut dan sangat layak bagi seorang Wendi. Ibarat uRang ka sawah - lah patuk pulo nyo manyabik. Ketika dia dulu mendedikasikan keahliannya untuk membuat suasana pernikahan jadi meriah dan sekarang ia pantas mendapatkan dukungan penuh dari warga Payobasuang, khususnya yang di Jakarta, sebab dia menikahi gadis Betawi. Tutur yang sangat tepat bagi seorang Wendi adalah “Anda Layak Dapat Bintang”. Bintang Emas di hati kami warga Payobasuang.[dik]


GERAI FOTO


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.