Bulletin: An Old Philosophy Called Stoic

Page 1


#ShiftTheParadigm

A 2000-Year-Old Philosophy

A

pa yang terlintas di benak anda ketika mendengar kata “filsafat” ? Banyak yang beranggapan bahwa filsafat pasti selalu berkaitan dengan topik yang berat dan mengawang-awang. Hal ini tidak sepenuhnya salah karena beberapa ajaran Filsafat memang memerlukan pemikiran yang lebih dalam dibandingkan dengan ajaran lain. Namun, pernahkah terpikirkan oleh kita bahwa 2000 tahun yang lalu terdapat sebuah ajaran filsafat yang praktis dan bahkan masih relevan dengan Generasi Millenial dan Gen-Z masa kini ? Ajaran tersebut bernama Stoisisme atau mungkin sekarang lebih dikenal dengan sebutan Filosofi Teras.

Seneca,seorang politisi di era Kaisar Nero, dan juga Marcus Aurelius yaitu seorang kaisar. Stoisisme adalah filosofi yang fokus pada ketenangan hidup, kecukupan dan harmoni mental serta emosional. Dalam filosofi ini, segala hal yang terjadi dalam hidup manusia itu bersifat netral (tidak buruk dan tidak baik). Hal yang bisa menjadikan halhal yang terjadi tersebut menjadi positif atau negatif adalah interpretasi kita terhadap hal itu.

CONTOH KASUS

“Seorang pria sebut saja namanya Geri cintanya ditolak oleh wanita pujaan hatinya. Menurut para stoik seharusnya Geri tidak merasa kecewa Stoisisme, berasal dari dan marah karna hal bahasa Yunani yaitu “stoikos” tersebut dianggap netral.” yang artinya “dari stoa (serambi atau beranda). Hal Hal yang membuat tersebut mengacu pada kejadian tersebut menjadi Stoa Poikile, atau “Beranda negatif adalah opini/ Berlukis” yang ada di Athena. interpretasi dari dirinya Di mana para filsuf stoik sendiri. Kejadian ditolaknya Zeno dari Citium yang Geri membuat dia berpikir memberikan pengaruh berbagai kemungkinan besar pada stoisisme. mengenai alasan dia ditolak, Stoisisme ini diciptakan di misalnya saja dia berpikir kota Athena, Yunani oleh bahwa dirinya kurang cakap Zeno dari Citium pada awal dibanding teman sebayanya, abad ke 3 sebelum Masehi. dia bukan orang yang cukup Ajaran Filsafat ini dianut oleh baik untuk wanita pujaannya beberapa filsuf dari Yunani, tersebut,dan berbagai mulai dari Epictetus yaitu hal lainnya. Menurut para seorang mantan budak, 01 | THINK BEYOND MECHANICAL

Fakta Objektif (Kejadian) Geri ditolak cintanya

Selalu Netral

filsuf stoik hal inilah yang menimbulkan emosi negatif. Secara garis besar kejadian tersebut dapat diilustrasikan seperti gambar diatas. Pada gambar diatas yang ingin diutarakan adalah kebiasaan kita dalam bereaksi ketika suatu kejadian terjadi terhadap kita. Yang para filsuf stoa inginkan adalah challenge our thought, challenge our emotion. Ketika sedang merasa marah audit pikiran kita, karena kemungkinan besar yang salah adalah diri kita sendiri.


mata, warna kulit,jenis hidung, dsb) • Cuaca, gempa bumi, dan peristiwa alam lainnya

Opini/Interpretasi Emosi Negatif Sendiri Kurang ganteng,kurang baik, serba kurang

Dibawah kendali kita : • Pertimbangan (judgement), opini, atau persepsi kita. • Keinginan Kita • Tujuan Kita • Segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri.

Lebih lanjut, Epictetus menjelaskan dalam buku Enchiridion, “ Hal-hal yang ada dibawah kendali kita bersifat merdeka, tidak terikat,tidak terhambat; tetapi hal-hal yang tidak di bawah kendali kita bersifat lemah, bagai budak, terikat dan milik orang lain. Karenanya, ingatlah, jika kamu menganggap hal-hal yang bagaikan budak sebagai bebas, dan hal-hal yang merupakan milik Penyebab Utama Emosi orang lain sebagai milikmu sendiri… maka kamu akan meratap, dan kamu akan selalu Negatif menyalahkan para dewa dan manusia.” Dengan bahasa yang sederhana : siap-siap aja kecewa kalo kalian menggantungkan kebahagiaan kalian dan bahkan terobsesi pada hal-hal yang berada diluar kendali TRIKOTOMI KENDALI kalian, seperti opini orang lain, kekayaan kita, bahkan sampai kesehatan kita sendiri. Atau yang lebih parahnya mungkin ada awalnya para filsuf STOA mengeluhkan kondisi kita terlahir misalnya. membagi segala hal yang terjadi Awal kondisi kita ada di dunia ini tentu dalam kehidupan menjadi dua hal, sebuah hal yang sangat diluar kendali kita. yaitu ada hal-hal yang dibawah kendali (tergantung pada) kita dan ada hal-hal yang Ada sebuah analogi menarik di dalam tidak dibawah kendali (tidak tergantung literatur stoisisme yang menjelaskan pada) kita. Bisa dibilang semua filsuf stoa tentang kemerdekaan di dalam sepakat pada prinsip fundamental ini. situasi yang tidak bisa dikendalikan : Lantas hal-hal apa saja yang masuk ke dalam kedua definisi ini menurut Stoisisme? “Bayangkan seekor anjing yang terikat Tidak dibawah kendali : lehernya ke sebuah gerobak. Saat gerobak - Tindakan orang lain bergerak pada jalanan yang menurun dan - Opini orang lain terjal, anjing ini punya pilihan. Pertama, dia - Reputasi/Popularitas bisa ngotot pergi berlawanan arah dengan si - Kesehatan gerobak, yang hasilnya adalah lelah, karena - Kekayaan dia tidak mungkin bisa menang melawan - Kondisi kita saat lahir (warna

P

jULI 2022 | 02


#ShiftTheParadigm gerobak itu, dan lehernya akan tercekik sampai tersengal-sengal. Pilihan kedua, dia bisa memilih untuk berjalan mengikuti arah dan kecepatan si gerobak tanpa harus tercekik. Bahkan, dia masih bisa menikmati pemandangan dan bergenit ria dengan anjing lain di jalan. Ketika anjing ini melawan hal-hal yang berada diluar kendalinya, dalam hal ini adalah gerobak yang berjalan, dia hanya menemui penderitaan. Namun, ketika dia memfokuskan pada hal yang bisa dikendalikan, yaitu mengikuti gerobak,menikmati pemandangan, sambil mengedipkan mata pada anjing-anjing yang lain, maka dia tetap merasa bahagia.”

William Irvine di dalam bukunya A guide to good life : The ancient art of stoic joy menawarkan solusi untuk keresahan diatas dengan cara merevisi dikotomi kendali menjadi trikotomi kendali. Trikotomi kendali terdiri dari : o Hal hal yang bisa dikendalikan, seperti opini, persepsi, dan pertimbangan kita sendiri o Hal hal yang tidak bisa kita kendalikan, seperti cuaca, opini dan tindakan orang lain o Hal hal yang bisa sebagian kita kendalikan, seperti sekolah, pekerjaan, perlombaan , hubungan dengan pasangan, bisa dimasukkan kedalam kategori ketiga. Cara penerapannya adalah dengan memisahkan tujuan di dalam diri (internal goal ) dan hasil eksternal (outcomenya).

03 | THINK BEYOND MECHANICAL

Tentu kita membaca uraian diatas banyak pembaca yang tidak setuju jika segala hal yang terjadi di kehidupan manusia disederhanakan menjadi dua hal itu saja. Hal tersebut merupakan hal yang wajar terbenak di pikiran kalian karna pada awalnya saya pun berpikir demikian. Karena bagaimanapun, tentunya kita masih punya andil dan kontribusi di dalam menentukan karir,kesehatan, dan reputasi kita.

“Some things are up to us, some things are not up to us”

-Epictetus

CONTOH KASUS Contoh penerapan ketiga adalah sebagai

poin berikut.

“Magu merupakan seorang wanita yang sangat aware dengan masalah kesehatan. Kita tahu bahwa kesehatan tidak bisa dikategorikan sepenuhnya kedalam hal yang berada di bawah kendali kita, karena banyak faktor tak terduga yang berada diluar kendali kita. Akan tetapi, tentunya ada bagian dari kesehatan tersebut yang masih berada di bawah kendali kita, misalnya pemilihan makanan yang dikonsumsi, kedisiplinan dalam berolahrga, serta istirahat fisik yang cukup. Dalam contoh ini, internal goal yang


dimaksud Irvine adalah ketercapaian dari ketiga hal tersebut yaitu Magu dapat tidur minimal 8 jam sehari, berolahrga setidaknya 4 kali dalam seminggu dan mengonsumsi makanan bergizi setiap harinya. Sepanjang Magu berupaya maksimal di hal-hal ini, Magu sudah melakukan hal yang terbaik yang bisa dia kendalikan. Mengenai keadaan dia selalu sehat atau tidak itu adalah outcome (hasil) yang berada di luar kendali.” Jadi menurut para filsuf STOA, jika Magu

menjadi stress dan khawatir mengenai hasilnya yaitu apakah dia akan selalu sehat atau justru menjadi sakit adalah hal yang irasional atau bahkan dapat dikatakan Magu telah bernalar sesat. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa outcome terakhir berada diluar kendali kita, maka saat mengalami kegagalan, kita tidak perlu meratapi tujuh tahun lamanya, karena kita tahu sudah berbuat yang terbaik untuk internal goal tersebut berdasarkan persiapan yang sudah kita lakukan.

Impression or Value Judgement

P

ada pembahasan sebelumnya penulis sudah membahas mengenai trikotomi kendali yang dimana hal ini merupakan fondasi yang penting dalam stoisisme. Dengan berdasar dan memahami hal ini saja sudah sangat akan membantu kita dalam mengatasi kecemasan sehari-hari. Pembahasan selanjutnya adalah mengenai sikap (attitude) kita atas situasi yang sedang kita alami. Perhatikan kutipan berikut : “It is not things that trouble us, but our judgement about things.“ -Epictetus Yang ingin Epictetus utarakan disini adalah sumber dari segala kecemasan dan kekhawatiran itu ada di dalam pikiran kita, bukan dari peristiwa objektif yang terjadi. Coba perhatikan situasi-situasi berikut : • Nilai Statistika dan Probabilitas E • Timnas Italia gagal lolos piala dunia • Pacar salah sebut nama kita menjadi nama mantan • Teman akrab suka dengan wanita yang sama dengan kita Tentu sebagian besar pembaca akan setuju bahwa semua situasi diatas tidak mengenakkan. Menurut Epictetus sesungguhnya semua situasi diatas bukanlah penyebab kita sedih, stress, galau, dan lain-lain, melainkan peristiwa tersebut sifatnya netral

(tidak baik dan tidak buruk). Namun, persepsi,anggapan dan pertimbanganlah yang membuat itu semuanya menjadi “buruk”. Dalam Stoik, ada pemisahan antara apa yang bisa ditangkap oleh indra kita (Impression) dan interpretasi atas apa yang kita lihat dan dengar tersebut (representation). Namun, kita seringkali gagal memisahkan kedua hal ini. Pada umumnya, kita serta-merta memberikan interpretasi (value judgement) dari sebuah peristiwa yang dialami. Dalam bukunya yang berjudul meditations, seorang filsuf stoa yaitu Markus Aurelius mengatakan : “ Jika kamu merasa susah karena hal eksternal, maka perasaan susah itu tidak datang dari hal tersebut, tetapi oleh pikiran/persepsimu sendiri. Dan kamu memiliki kekuatan untuk mengubah pikiran dan persepsimu kapan pun juga.” You can’t control how some people will treat you or what they’ll say about you. But you can control how you react to it. Jadi sudah sangat jelas bahwa semua rasa susah, khawatir, cemas, iri hati, dan lain-lain datangnya dari pikiran kita sendiri. Inilah yang dimaksudkan oleh stoisisme bahwa kebahagiaan sejati datang dari hal-hal yang bisa kita kendalikan , yaitu pikiran,persepsi, dan pertimbangan kita sendiri. Kebahagiaan tidak perlu bergantung pada

jULI 2022 | 04


#ShiftTheParadigm hal-hal eksternal. Poin penting yang ingin disampaikan disini adalah Emosi (negatif ) bukan lagi sesuatu yang harus “diperangi”, tetapi bisa “diselidiki dan dikendalikan” dari sumbernya. Karenanya ada ungkapan, emosi (negatif ) adalah nalar yang sesat.

Difference between Stoicism and Nihilism

S

etelah penjelasan singkat diatas yang sudah diuraikan, mungkin pembaca akan beropini bahwa jika menganut filosofi stoicism, seakan-akan hidup dijalani lempenglempeng saja seperti tidak ada tujuan. Ini merupakan pemikiran yang keliru. Karena sesungguhnya ajaran filsafat ini tidak mematikan mimpi atau tujuan, justru sebaliknya ajaran ini membuat kita mengerti “tujuan” hidup yang sejatinya dan bagaimana kita dapat 05 | THINK BEYOND MECHANICAL

mencapai tujuan tersebut. Terdapat ajaran filsafat lain yang mungkin sejalan dengan opini yang disebutkan diatas, ajaran filsafat tersebut bernama nihilisme. Singkatnya, Nihilisme beranggapan bahwa semua hal yang ada saat ini itu tidak ada tujuan dan artinya, tidak ada pandangan moral, nilai, dan norma atau agama yang benar di dunia ini (nothing really matters). Ini jelas bertentangan dengan stoisisme dimana justru stoisisme percaya

dengan adanya Tuhan dan percaya mengenai rencana alam yang sudah ditakdirkan pada kita. Lebih lanjut mengenai nihilisme terdapat sebuah cerita yang ditulis oleh Albert Camus yang berjudul “The Myth of Sisyphus”, singkatnya tulisan filsuf ini menceritakan mengenai seorang raja yang dihukum untuk mendorong batu seumur hidupnya (selamanya). Setelah batunya itu mencapai puncak,batu


tersebut akan menggelinding lagi kebawah, dan raja tersebut akan mendorong lagi batu itu keatas, peristiwa ini terjadi berulang secara terus menerus. Cerita ini digambarkan sesuai dengagn kehidupan kita sehari hari. Bahwa tiap harinya kita punya masalah yang berbedabeda, penuh dengan tekanan dan tidak jarang juga kita merasakan kesenangan yang luar biasa. Raja yang mendorong batu pada cerita tadi pun akan senang ketika batu yang didorongnya mencapai puncak. Namun, kesenangan ini sifatnya sementara. Ketika batu itu tergelincir lagi kebwah Raja tersebut akan merasa terbebani lagi ketika harus mendorong ulang batu itu dari bawah.

Application of Stoicism Menjadi seorang stoic dan mengaplikasikan pola pikir stoicism memang bukan hal yang mudah. Namun, itu semua dapat dilatih dan dipraktikkan terus menerus. Berikut ini langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk membentuk pola pikir stoicism.

1. Bedakan Antara Hal yang Bisa Diubah dan Tidak Banyak hal yang berada di luar kendali kita dan tentu tidak bisa kita ubah. Tidak peduli sekeras apapun kita berusaha, kita tidak akan pernah bisa memaksa orang lain untuk menyukai kita. Dibanding memikir hal-hal yang tidak dapat kita capai, lebih baik kira Yang perlu digaris bawahi disini adalah bersyukur terhadap apa yang sudah kita raja tersebut tetap harus mendorong batu punya pada saat ini. itu agar bisa mendapat kesenangan atau kebahagiaan yang walaupun sifatnya hanya 2. Biasakan Diri Menyusun Jurnal sementara. Begitupun dengan keseharian Dalam filosofi yunani kuno, kebiasaan kita, mungkin akan sangat banyak masalah menulis jurnal adalah hal yang lumrah. yang akan kita hadapi di hari-hari kedepan Dengan berbekal jurnal harian ini, kita dapat tetapi kalau kita tidak menjalani dan melewati bercermin pada kejadian yang ada di masa masalah itu (berdiam diri) maka kesenangan lampau. Isinya dapat berupa kebijaksanaan itu tak akan bisa kita capai, alhasil hidup yang dari guru,buku,teman, atau pengalaman kita jalani tak akan ada perkembangan. pribadi. Dari sini dapat kita tarik kesimpulan mengenai perbedaan utama dari stoisisme dan nihilisme yaitu stoisisme mendorong kita mengerti arti nilai-nilai dalam kehidupan selama hal tersebut memberi makna dan kebahagiaan dalam kehidupan yang kira jalani. Akan tetapi Ajaran Nihilisme secara penuh menolak pernyataan ini, dan bahkan menganggap semua hal yang terjadi dalam hidup tidak memiliki makna sama sekali. Dalam bahasa yang lebih sederhana Stoisisme mengajarkan mengenai optimisme sedangkan nihilisme pada dasarnya memperlihatkan sifat pesimis. Stoisisme mendorong orang untuk menemukan makna hidup dalam hal-hal yang membuatnya bahagia. Sedangkan Nihilisme sifatnya skeptis. Orang yang menganut Nihilisme hidup dengan konsep bahwa tidak ada makna dalam hidupnya. Mereka percaya bahwa keberadaan kita pada akhirnya tidak ada gunanya.

3. Persiapkan Diri dan Tetap Sabar Menghadapi Segala Masalah Seperti lirik lagu Nostress yang berjudul “pegang tanganku” bahwa sejatinya hidup bukan hanya tentang hal-hal yang indah dan menyenangkan saja. Akan ada waktunya kita jatuh dan terluka. Hal ini juga bagian dari hidup. Oleh karena itu kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi hari-hari depan yang mungkin lebih sulit dibanding hari ini. 4. Ingat bahwa Kita Hanya Butiran Kecil di Alam Semesta Inti dari konsep stoicism sebenarnya sangat sederhana. Kita hanya perlu sadar, bahwa sebenarnya kita adalah makhluk yang sangat kecil di muka alam semesta. Begitu juga semua hal yang kita hadapi. Mulai dari kesedihan , rintangan, dan hal-hal negatif lainnya. Itu semua hanyalah butiran debu. Bagi kalian yang beragama tentu tak asing dengan kalimat Tuhan-ku lebih besar dibanding masalahku. Perlu kalian ingat juga bahwa semua pencapaian dalam hidup bisa saja bersifat sementara. Kalian bisa saja sekejap memilikinya dan sekejap pula kehilangan hal tersebut. jULI 2022 | 06


#ShiftTheParadigm

LIST OF BOOK RECOMMENDATION ABOUT STOICISM

07| THINK BEYOND MECHANICAL


BIBLIOGRAPHY

Epictetus. 2016. The Discourses of Epictetus ; Epictetus California: CreateSpace Independent Publishing Platform Holiday, Ryan. 2016. The Daily Stoic: 366 Meditations on Wisdom, Perseverance, and the Art of Living. London : Portofolio Irvine, William B.2008. A Guide to the Good Life: The Ancient Art of Stoic Joy. Oxford : Oxford University Press. Manampiring, Henry. 2019. Filosofi Teras. Jakarta. PT Kompas Media Nusantara

https://plato.stanford.edu/entries/stoicism/ https://www.youtube.com/watch?v=R9OCA6UFE-0 https://www.youtube.com/watch?v=yu7n0XzqtfA Writer & Illustrator Franklin Geri K.70

Aurelius, Markus. 2002. Meditation: A New Translation by Gregory Hays. New York: The Modern Library Annas, Julia. 2007. Ethics in Stoic Philosophy. Leiden: Brill. Inwood, Brad. 2003. The Cambridge Companion To The Stoics. New York: Cambridge University Press. Long, A. A. Epictetus. 2002. A Stoic and Socratic Guide to Life. New York: Oxford University Press. https://www.gramedia.com/bestseller/filosofistoicism/#Apa_itu_Filosofi_Stoicism_ dan_Sejarahnya https://criticalthinkingsecrets.com/stoicism-vs-nihilism/#:~:text=The%20obvious%20key%20difference%20between,of%20 any%20meaning%20at%20all. https://www.holstee.com/blogs/mindful-matter/stoicism-101-everything-you-wanted-toknow-about-stoicism-stoic-philosophy-andthe-stoics https://dailystoic.com/what-is-stoicism-adefinition-3-stoic-exercises-to-get-you-started/ jULI 2022 | 08


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.