3 minute read

Vet Edu 5

Next Article
Vet Edu 4

Vet Edu 4

VET EDU #5 AnimalAnimal HoardingHoarding

Disusun oleh : Ken Wening En R.

Advertisement

Apa Itu Animal Horading?

Animal hoarding atau penimbunan hewan merujuk pada kebutuhan obsesif kompulsif untuk memelihara hewan dalam jumlah besar yang berakhir dengan pengabaian atau penyiksaan secara tidak sengaja atau tidak disadari.

Siapa Pelaku Animal Hoarding? Hewan yang Sering Menjadi Korban Animal Hoarding

Berdasarkan studi mengenai animal hoarding, HARC mengemukakan bahwa sekitar 82% kasus animal hoarding melibatkan kucing, 55% anjing, 17 % burung, 6% reptil, 11% mamalia kecil, 6% kuda, dan 6% ruminansia.

Pelaku animal hoarding disebut dengan animal hoarder. Melalui beberapa studi dapat diketahui bahwasanya perempuan paruh baya seringkali ditemukan sebagai pelaku animal hoarding. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah studi oleh Worth & Beck (1981), 70% animal hoarder adalah perempuan lajang. Sementara dalam studi oleh Patronek (1999), 76% animal hoarder adalah perempuan, 46% berusia di atas 60 tahun dengan status lajang, bercerai, atau janda. Adapun dalam studi lain, yaitu HARC (2002), 83% animal hoarder adalah wanita dengan usia rata-rata 55 tahun dengan status lajang, bercerai, atau janda.

Ciri Animal Hoarder

Memelihara hewan dengan jumlah yang berlebihan di luar kapasitas diri dan tidak mengetahui jumlah hewan yang dipelihara secara spesifik Kesulitan dalam menyediakan tempat tinggal, sanitasi yang layak, pemenuhan standar gizi, dan perawatan hewan Cenderung tertutup dengan lingkungan sekitar dan defensif apabila diberikan kritik serta saran mengenai cara merawat hewan Tidak mau open adopsi karena merasa sanggup memelihara banyak hewan sekaligus Tidak menyadari bahwa dirinya seorang animal hoarder

Bentuk-bentuk Animal Hoarding

Overwhelmed caregiver Individu yang memiliki hewan dalam jumlah besar dan terawat dengan baik sebelum terjadi perubahan keadaan yang mengganggu kemampuannya untuk memelihara hewan-hewan tersebut Rescue hoarder Seseorang yang memiliki keinginan atau misi untuk menyelamatkan hewan dari ancaman, termasuk menolak euthanasia meskipun hewan yang dipelihara sakit dan tidak dapat disembuhkan. Mereka meyakini dapat merawat hewan dengan baik meskipun yang terjadi justru sebaliknya. Exploiter hoarder Memiliki kecenderungan gangguan kepribadian yang parah dan karakter sosiopat, serta kurang memiliki empati pada hewan. Para exploiter hoarder cenderung manipulatif, tidak memiliki rasa bersalah, dan ingin memegang kontrol atas hewan.

Dampak Animal Hoarding pada Hewan

Dampak Animal Hoarding pada Lingkungan

Cara Menghadapi Animal Hoarder

Tidak memiliki ruang untuk menyalurkan naluri alamiahnya Kekurangan gizi Kesehatan hewan yang buruk Rentan terkena dan tertular penyakit Kematian

Konsentrasi amonia yang tinggi dapat menyebabkan iritasi mata dan gangguan pernapasan Peningkatan risiko terjangkit penyakit zoonosis Urin dalam jumlah besar dapat menyebabkan kerusakan struktural pada bangunan Bau kotoran yang menyengat juga dapat mengganggu lingkungan sekitar

Membangun hubungan yang baik dengan hoarder Tidak mengkonfrontasi hoarder mengenai kesalahan mereka dalam merawat hewan Mendampingi hoarder untuk bertemu tenaga ahli Peningkatan kerja sama antarlembaga, baik lembaga perlindungan hewan, layanan sosial dan kesehatan, serta dokter hewan untuk mencegah eskalasi animal hoarding

Referensi

Hoarding of Animals Research Consortium (HARC) (2002). Health Implications of Animal Hoarding. Health and Social Work 27 (2) : 125–136. Lockwood, R. (2018). Animal hoarding: The challenge for mental health, law enforcement, and animal welfare professionals. Behavioral Sciences & the Law 36 (6) : 698-716. Patronek, G. (1999). Hoarding of animals: An Under‐recognized Public Health Problem in a Difficult to Study Population. Public Health Reports 114 (1) : 82–87 Reinisch, A. I. (2008). Understanding the Human Aspects of Animal Hoarding. The Canadian Veterinary Journal 49 (12) : 12111214 Worth, C., & Beck, A. (1981). Multiple Ownership of Animals in New York City. Transactions andStudies of the College of Physicians of Philadelphia 3 (4) : 280–300.

This article is from: