EDISI 01|OKTOBER 2012|AMBISI
Flank adalah zine yang membahas tema-tema yang tidak kasatmata. Lahir untuk menampung buah pikiran empat orang dengan otak dan kepribadian berbeda. Maorachmansyah R. Lana Syahbani Ilham Maulana Hizhwati Shabrina Cover ‘Ambisi Kucing Kampung’ (Lana Syahbani)
INTRO|
.INT Selamat datang para pembaca. Apakah kalian sudah membaca edisi-edisi zine ini sebelumnya? Sepertinya mustahil kalau kalian mengatakan sudah. Karena ini adalah edisi perdana dari Flank Zine. Flank Zine? Apakah ini terdengar aneh untuk ukuran sebuah zine non-profit? Tidak ada yang aneh sebenarnya, yang aneh adalah sudut pandang dalam menerjamahkan kata-kata di kepala. Flank adalah sebuah zine independent dari empat orang mahasiswa yang memiliki background pendidikan di jurnalistik, komunikasi, ekonomi, dan manajemen. Oleh karena itu redaksi menggunakan kata Flank yang berarti sisi. Semua yang tergores di majalah ini dibuat oleh keempat redaksi dari berbagai sisi dan sudut pandang dalam berkreasi. Tapi tunggu dulu, pembaca jangan berpikir ini mirip seperti majalah Forbes, The Economist, ataupun Femina. Apalagi sampai membicarakan masalahPemilu di AS tahun 2012. Itu sangatlah tidak mungkin walaupun boyband Westlife di tahun 2000 pernah merilis hits “Nothing’s Impossible”. Dan kenapa Zine? Zine diambil dari kata Magazine. Jadi bukansatu kata baku dalam bahasa Inggris. Zine lebih terdengar unik dansebuahbantahandari kata Magazine yang sesungguhnya (cenah!). Flank Zine erat kaitannya dengan apa yang kita rasakan. Apa yang kita lakukan di kehidupan kita sehari-hari dari siapapun itu tanpa memandang status social dan jeniskelamin. Flank adalah kumpulan-kumpulan yang diabadikan dalam kombinasi fotografi, cerita, sajak, puisi, gambar ,dan apapun itu menjadi sesuatu yang menarik untuk disajikan. Di edisi pertama danbukan yang terakhir ini, kami ingin mengambil tema “Ambisi”. Kenapa Ambisi? Kenapa bukan jam tangan atau kucing? Karena ambisi lebih penting daripada jam tangan apalagi kucing yang hanya
| INTRO
TRO. bisa mengeong. Ambisi membuat seseorang akan lebih menginginkan apa yang dia inginkan. Ambisi bisa menjadi motivasi. Ambisi bisa membangkitkan alam bawah sadar dan meyakinkan seseorang bahwa dia akan bisa melakukan walaupun fisik tak mampu menggapainya. Ambisi itu bermacam-macam. Ambisi dalam mendapatkan IP semester yang tinggi walau nilai UTS di bawah 50. Ambisi seseorang mengikuti tes CPNS walaupun sudah ditolak 5 kali tanpa uang pelicin ke dinas manapun, serta ambisi seorang lelaki 16 tahun mengantri dari jam 5 pagi hingga azan zuhur untuk mengikuti kontes idol walaupun suaranya terdengar tak lebih dari Giant, teman Nobita di kartun Doraemon. Apa jadinya dunia tanpa ambisi.Dunia akan lesu. Kurs mata uang akan melemah karena pegawai berleha-leha di kantor bursa efek. Dan apajadinya Thomas Alfa Edison tak berambisi dalam menemukan lampu pijar? Tentu di detik ini kita masih menggunakan lampu minyak tanah sebagai sang penerang, atau bisa jadi ada yang lebihberambisi menemukan lampu pijar melebihi Edison, tentu Edison tak akan masuk daftar sejarah. Atau ambisi Neil Armstrong dan para ahli astronomi untuk merealisasikan manusia pergi ke bulan tahun 1969, walaupun tidak ada yang tahu pasti apakah ada astronot yang sampai ke bulan atau tidak. Pesan dari kami, sisi gelap dari bulan itu tidak ada. Semuanya gelap, yang ada hanyalah pantulan cahaya dari matahari ke bulan. Jadi, selamat membaca edisi perdana ini. Semoga hasrat dan jiwa pembaca semua terpuaskan. Ilham Maulana-
KATA MEREKA |
ANNA WESLAKE
? i s i b m a
(Mahasiswa Appalachian State University, North Caroline University) “Ambition is when you have the motive to fight for something you feel good about. That’s the first thing that came into my head”.
BAYU RIZKI MAULANA
AG� NES SAVITHRI
(Mahasiswa Jurnalistik Unpad) “Keinginan kuat untuk mendapat atau mencapai segala sesuatu, bahkan sampai menghalalkan segala cara”.
(Fans JKT48, Penggagah Iris Magazine, dan Mahasiswa UNIKOM) HAFIST S. D. “Ambisius itu, ambi itu adalah (Mahasiswa Hubungan Internasional Unitukang bala-bala deket rumah saya. versitas Kristen Maranatha) Kalo sius itu kata lain dari serius yang “Ambisi itu sebuah keinginan yang pasti tidak se-mainstream kata ‘ciyus’ dan harus kita capai untuk mendapatsius lebih hipster bahasanya. Jadi, ambisius itu kan kepuasan tersendiri adalah tukang bala-bala yang serius! Bukan ketang, karena dengan ambisi serius nih, menurut saya ambisius itu tindakan yang kita bisa termotivasi menggebu-gebu yang ingin mencapai tujuan atau harauntuk melakukan pan tertentu supaya berhasil. Mungkin seperti itu ya, contoh sesuatu”. nyatanya seperti seorang anak akhil baligh yang baru tumbuh kumis sering ambisius untuk melakukan hal-hal yang absurd misalnya merokok di kantin atau beli blue film di kota kembang. Dan saya bingung mau ngomong apalagi, pokoknya gitu deh yah..”
| SISI
AMBISIUS Kata : Maorachmansyah R.
P
asti sudah sering sekali kita semua mendengar kata ambisius. Baik itu di dunia nyata, dunia maya, hingga dunia khayalan khas stasiun tv swasta yang dahulu berlambang sebuah ikan robot, yang mengharuskan artis-artisnya pandai dalam hal dubbing dan mengendarai elang ataupun naga bahkan pesawat luar angkasa yang berisi alien berwarna hijau nan botak. Kalian juga mungkin ingat kalau stasiun tv tersebut dulu pernah mengalami masa-masa keemasan (menurut saya sih), soalnya dulu hanya stasiun tv itulah yang sering menyiarkan film-film kartun Jepang yang menurut saya menarik walaupun sering diulang-ulang karena saya yakin belum di dubbing oleh stasiun tv tersebut. Bingung dengan apa yang terjadi pada dunia hiburan di Indonesia. Saat menulis ini, saya sedang menyaksikan sebuah acara di channel 6 pada tv dikamar saya yang baru saya pinjam ke Ibu saya. Bingung karena kenapa bulebule di Indonesia yang notabene adalah suami artis, mendadak bertingkah konyol dan kharisma menjadi hilang. Sungguh disayangkan, saya pun tidak tahu maksud dan tujuan bule-bule tersebut bertingkah seperti itu. Akhirnya, selang beberapa jam setelah saya menonton acara tv tersebut. Saya melanjutkan kembali curhatan saya ini disebuah warung kopi yang ada di daerah Gegerkalong bersama .... (isilah titik-titik disamping). Disini saya dan dirinya membaca beberapa artikel tentang ambisius. Setelah beberapa saat kami membaca artikel tersebut, kami ngakak. Soalnya, pada poin ke-7 disebutkan bahwa orang yang ambisius itu sering mengedipkan mata dan mengerenyitkan alis (WTF mengerenyitkan?!). Poin positif yang bisa saya ambil dari artikel tersebut yakni bahwa orang ambisius itu kurang begitu baik, justru dengan pola hidup ‘pemalas’ bisa lebih nikmat menjalani hidup. Santai merupakan pengaplikasian diri kita dalam mengatasi permasalahan hidup, dan sebenarnya dalam santai pun pasti juga sedang memikirkan bagaimana cara penyelesaian masalah-masalah yang menerpa. Jadi, lebih baik kita santai sambil serius saja ketimbang jadi orang yang cenderung ambisius. Selain dapat memperpendek umur kita (menurut artikel yang dibacakan), orang yang ambisius juga cenderung tidak mau kalah dari siapapun termasuk seorang bocah lugu. Bayangkan, betapa childishnya orang tersebut. Jadi saya ingatkan kembali bahwa MARI KITA JADI ORANG WOLES!
FIKSI |
SATU BUKIT
Kata dan ilustrasi:
P
uluhan bukit hijau berdiri di sana. Setiap bukit didiami oleh satu orang, yang sama sekali tidak aku kenal. Mereka melakukan bermacam hal sambil tersenyum, malah beberapa di antara mereka tertawa lebar. Aku melayang-layang di antara mereka, dengan kantung mata yang menghitam, rambut ikal sebahu-yang disisir dengan jari pun sulit, dan sorot mata kosong bak sedang melamun. Aku tak bisa menapakan kaki. Tiba-tiba aku tak bisa merasakan tubuh, mati rasa, perlahan aku menyaksikan kaki, tangan, dan tubuhku menghilang. Matahari terbenam di balik jendela, tidak pernah sama. Kadang ada pesta warna di sana, tapi hari ini kelabu dari pagi sampai petang. Aku membuka tali yang mengikat tirai, menutup pandangan dari gelap di luar sana. Prosesnya pun tak pernah sama. Kadang aku terlalu lelah dan membiarkannya terikat sampai matahari terbenam keesokan harinya. Semua hal-hal kecil itu tak pernah sama. Tak pernah sama dengan hal-hal besar dalam kehidupanku. Mereka selalu terasa sama. Kau tau, aku masih bisa membuka dan menutup tirai ketika terang datang dan pergi. Aku bukan lah orang yang sibuk. Aku punya banyak waktu untuk mentolerir segala kemalasan yang hinggap. Temanku bilang, aku ini terlalu pasrah menerima kenyataan. Toh memang benar adanya, sejak di sekolah menengah pertama sampai lulus kuliah aku tak pernah melewatkan satu tugas pun untuk dikerjakan. Dengan mudah, aku masuk dan keluar dari lembaga pendidikan negeri. Semuanya mengalir dengan lancarnya. Orangtua pun tak pernah mempermasalahkan pilihan hidupku. Mereka bilang, aku yang paling tau apa yang aku mau. Sejujurnya, aku tak tau.
| FIKSI
UNTUK AKU
: Lana Syahbani
Aku dalam perjalanan yang tak ku ketahui ujungnya. Tubuh ini tibatiba melangkahkan kaki ke stasiun kereta dan membeli tiket menuju Surabaya. Sangat acak. “Apa kau merasa hidup setelah melalui semua itu?” perempuan setengah baya yang baru saja kutemui di kereta bertanya dengan dingin, setelah kami bertukar cerita. “Tentu saja, memangnya aku berjalan dan bernafas sebagai mayat hidup?” “Kau tau, kau seperti apel yang tumbuh di pohon dan tak peduli nasibnya bakal seperti apa. Mungkin orang akan memetikmu, mungkin kau akan terjatuh, atau mungkin kau akan membusuk di pohon. “ “Kenapa aku harus dianalogikan seperti itu? Kenapa tidak ulatnya saja?” aku tertawa. “Sederhana saja. Kau selama ini tumbuh dengan segala kebisaanmu. Setelah itu apa? Apa yang kau tuju dalam hidup? Jika kau jadi ulat, mungkin kau masih bisa memilih mau makan apa saja agar kau kenyang untuk menjadi kupu-kupu di masa depan. Kau hanya menerima asupan dari pohon tempatmu tumbuh, selanjutnya kau menunggu apa yang orang lain bakal lakukan padamu, tanpa bisa memilih,” ceramah dari perempuan itu cukup panjang sampai aku perlu mencernanya perlahan. “Kau tau, ada satu yang tak kau miliki dalam hidup,” sebelum aku menanggapi dia sudah bertanya balik. “Apa itu?” “Ambisi”.
| SISI
AMBISIKU AMBISIMU Kata : Maorachmansyah R.
A
mbisi setiap individu pasti berbeda dari waktu ke waktu. Ada yang lagi berambisi kepada seseorang (baca. Ngeceng), atau kepada sesuatu (baca. Ngebet). Maka dari itu, terkadang individu-individu tersebut saling berkumpul kebo dan mengobrol lalu pada akhirnya merumuskan sesuatu yang berujung pada pembentukan komunitas. Tenang-tenang, saya tidak akan keluar jalur pada bahasan kali ini. Saya tidak akan membahas komunitas dulu dalam curhatan yang sekarang. Saya cuma mau membahas tentang ambisi setiap komunitas yang kadang-kadang sama dengan ambisi yang saya punya, yakni Melempem. Di kota tempat saya mengejakulasikan zine ini, banyak sekali komunitas-komunitas. Apalagi ketika awal-awal saya masuk dalam dunia perkuliahan. Kawan-kawan saya banyak sekali yang menjadi anggota diberbagai komunitas. Tapi baru berjalan beberapa semester, banyak juga dari mereka yang keluar dari komunitas tersebut karena mereka sudah tidak memiliki tujuan yang sejalan. Bila saya boleh membuat statement yakni mengapa mereka bisa keluar, saya akan mengatakan bahwa ambisi mereka sudah berbeda 180 derajat atau bahkan 270 derajat dengan komunitas mereka. Coba kalian berpikir radikal dan childish seperti saya, sebenarnya eh sebenarnya, suatu komunitas bisa berjalan langgeng tuh karena tiap anggotanya masih memiliki spirit ambisi untuk mencapai tujuan komunitas itu masih ada. Kalau sudah melempem sih bisa saya pastikan banyak anggota yang kabur. Saya akui juga bahwa menyelaraskan ambisi dari hari ke hari sangatlah susah. Apalagi ditambah kalau sebenarnya ambisi itu tidak baik, karena reaksinya cuma sesaat tetapi dengan ambisi itulah sebenarnya kita bisa terus fighting terhadap sesuatu. Maka dari itu, kita harus berpikir Woles dan positif kepada setiap hal. Karena dibalik sisi negatif pasti ada sisi positifnya. Layaknya batere, mau yang mahal hingga murahan yang biasa dipakai pada mainan Tamiya, pasti selalu ada sisi positif diujung sisi negatifnya. Jadi, mari kita berpikir positif agar ambisi kita semua bisa terus menyala dan tak pernah padam, mari~
SISI|
NAMA DAKU Kata: Ilham Maulana
N
ama daku Gilmour.Umur 18 tahun. Besar dan lahir di kota pendidikan, Cambridge, Suburban London. Udara dari tahun ketahun cukup dingin bagi kulit putih kemerah-merahanku. Di mana musim panas tetap dingin walalu memakai sweater berwarna gelap. Tak usah dikau tanya nama panjangku atau nama lahirku. Semua orang mungkin sudah megenaliku. Daku sangat suka bermain gitar. Gitar Fender, apapun mereknya. Mulai dari Mustang, Telecaster, sampai Stratocoster. Di tempatku kuliah arsitektur, Universitas Westminster semua orang sibuk belajar, praktikum, dan merancang maket. Tidak ada yang berdemo terhadap Ratu Elizabeth, apalagi sampai anarkis. Daku kuliah mengambil spesialisasi arsitektur dan pertamanan kota. Sebenarnya daku tak berambisi ingin menjadi arsitek. Mungkin karena terdengar keren saja kali ya. Arsitek. Keren aja gitu. Walaupun daku suka seni lukis dan seni musik. Tapi daku dipusingkan dengan kalkulus dan mata kuliah trigonometri. Daku tak berambisi menghitung cacing-cacing kalkulus yang berkait dan bersanding dengan angka. Daku hanya ingin lebih dari seorang arsitek. Arsitek sambil berbisnis kelapa sawit, arsitek yang juga presenter acara TV, arsitek sekaligus merangkap menjadi atlet mountain biking, atau arsitek yang pandai memasak resep Jepang dan Perancis seperti chef Juna. Hingga di tahun pertama ambisiku tuk menjadi arsitek semakin pupus. Tak tidur 30 jam, mebuat maket yang surealis, sampai presentasi yang sebenarnya daku juga
| SISI
U GILMOUR bingung dengan kata-kata yang sudah kuucapkan dari hasil karya kelompokku. Sampai daku tersadar, kenapa bukan menjadi arsitek sekaligus gitaris? Kalau bisa menjadi vokalis sekaligus kenapa tidak? Walaupun suaraku hanya sampai di oktav ke-2. Tapi tak apa-apa juga. Jim morisson suaranya juga enggak bagus dan tinggi-tinggi amat, malah kadang suka fals. Daku punya teman, teman sepermainan. Ketika SMA daku ketemu mereka di warkop di daerah Cambridge Selatan. Tepatnya di kecamatan Chesterton Timur. Tapi hanya berbatas saling sapa. Dan ternyata teman-temanku yang tiga orang ini satu jurusan denganku. Mereka adalah Water, Mason, dan Wright. Karena sering praktikum bareng dan juga kuliah bareng kami berasa sangat dekat. Water adalah seseorang yang pendiam karena ia baru putus cinta ketika tamat SMA dan belum bisa move on walaupun sudah semester 2 perkuliahan. Desasdesusnya ia malah tidak ingin di arsitektur karena dia sangat menyukai sastra dan puisi. Mason ini,daku agak jarang berjumpa dengannya. Setiap kuliah umum dia selalu TA (Titip Absen) karena dia punya bisnis sampingan sebagai reseller dan agen properti rumah-rumah kelas menengah di suburbankota London. Tapi anehnya semua tugas-tugasnya dikumpul tepat waktu, sungguh aneh.Wright, orang paling kalem di antara tiga teman dekatku ini. Hasil tugastugasnya selalu dipuji oleh dosen dan para mahasiswa. Tak heran dia jadi agak playboy. Maklum, jago maen piano sejak umur 6 tahun. Hal yang membuatku dekat dengan mereka adalah kesamaan dalam
SISI|
pemikiran. Sama-sama suka ke warkop memesan wedang jahe. Padahal tidak ada diantara kita yang punya riwayat penyakit masuk angin akut. Tapi sesibuk apapun kuliah di arsitektur selalu ada waktu buat warkop dan obrolan tentang musik. Mendengarkan koleksi-koleksi musik tua Robert Johnson juga Billie Holiday dari kepingan vinyl di rumah Water. Water adalah penggila musik. Semua koleksi dari berbagai genre dari tahun 20an sampai 60an, sama dengan ayahnya yang juga basis terkenal di Kota Cambridge. Setelah tujuh bulan berteman daku baru menyadari mereka juga suka nongrkong di studio Tamara di Jumat malam. Dan itu rutin tiap minggunya latihan dalam format band.Sampai akhirnya di tengah-tengah menikmati kopi wedang jahe di warkop Sari Rasa daku nyeletuk ingin gabung bermain dengan mereka, “eh men! Elo elo pada suka ngeband di Tamara ya? Ajak-ajak dong kalau pengen ngeband”. Mason menimpali,”yah sekedar maen-maen doang sih, kan kitakita anak gaul” sambil mengangkat kedua tangan sambil mengeluarkan simbol tangan telunjuk, jari tengah, dan kelingking gaya anak gaul sekarang. Sedikit aneh dan maksa banget memang.“Yaudah, kalau pengen main ama kita-kita datang aja jam 7 ba’da Isya di Tamara”. Wright menambahkan. Daku senang, pulang ke apartemen dengan riang gembira. Setelah belajar gitar dari kelas 8 akhirnya bisa terealisasi juga ngeband di masa-masa kuliah. Terakhir bermain gitar di format band juga ketika SMA membawakan lagu Project Pop. Tapi bukan lagu ingatlah hari ini lho ya, tapi lagu Tu..Wa.. Ga.. Pat dan Bukan Superstar. Alhasil daku bermain gitar teredam oleh suara vokal dan kibor. Daku mengambil gitar fender akustikku dan mulai memaink-
| SISI
an melodi-melodi indah dari Elya Khadam. Ambisiku sangat kuat berlatih gitar selama berhari-hari untuk tampil bagus di depan teman-teman. Sampai akhirnya malam itu datang juga, mereka membawa teman. Satu orang teman laki-laki berwajah dingin. Berhidung agak panjang dan gondrong sebahu. Entah dia terlalu banyak minum wine atau kurang makan. Tatapannya datar dan sedikit bicara.Aku berkenalan dengannya di teras studio. Namanya Barrett. Multiinstrumentalis.Rupanya ia juga mahasiswa Westminster. Jurusan seni rupa.Pantas saja urakan begitu penampilannya. Dalam hati daku yakin kemeja polkadot oren dan celana jins tua cutbraynya tidak dicuci satu bulan. Jorok sekali.Pikir daku.How’d you can still be alive like that! Dalam hati daku berpikir, ”wah itu nama orang atau nama topi angkatan bersenjata. Baret”. Daku hanya tertawa dalam hati.Sesampai disana.Aku memainkan gitar.Jujur aku tidak bisa bermain kibor dan bass. Apalagi drum. Water bermain bas sambil backing vocal, Wright bermain moog dan synth, Mason bermain drum, Barrett di vocal, dan daku bermain gitar.Awalnya tidak enak juga aku bermain gitar. Soalnya, sebelum tanpa daku Barrett bernyanyi sambil memainkan Gibson J560.Daku merasa tidak nyaman dalam studio. Mikrofon tersedia dua.Dipegang oleh Water dan Barrett tentunya. Musik yang mereka mainkanpun cukup aneh. Dark ambient. Shoegaze. Sementara daku hanya bermain lick-lick blues standar BB King. Ambisiku hilang untuk tampil memukau di band. Wajah Barrett juga kelihatan tidak senang denganku.Ketika memainkan sebuah lagu aku berkata dalam hati “Ambisi daku sudah jelas. Menjadi seorang arsitek, vokalis, dan tentunya gitaris.“
SISI| Cukup dua sampai tiga kali daku bermain band dengan mereka. Ketidakcocokan visi bermusik membuat pertemanan kami sampai di kelas dan wakop saja. Tidak di band, di satu sisi, pertemananku belum terputus walau sedang kuliah dengan teman-teman SMAku. SMA Nusantara Norfolk Budi Mulia. Sebelah timur pusat kota Cambridge. SMA berasrama yang jauh dari fasilitas umum dan terisolasi. Sampai akhirnya jiwaku merasa senang ngeband dengan mereka.Keempat teman SMAku. Namun, walau daku merasa senang dengan permainan musik ini, ujug-ujug band daku inipun tak meraih kesuksesan walau sering memenangkan festival Blues di kota Cambridge. Padahal ambisi daku ini sangat besar dalam perubahan hidup kearah yang lebih baik. Lama kelamaan keinginanku terhadap pendidikan dan arsitektur mulai luntur. Ambisi untuk menjadi arsitek mulai hilang.Begitu juga dengan ketiga teman kuliahku.Mereka sudah jarang masuk kelas. Mengabaikan tugas dan presentasi hasil laporan, cabut kuliah lapang, serta tidak peduli sama sekali dengan absen. Akhirnya daku bersama teman-teman SMAku di berniat cuti kuliah untuk berlibur dan kerja serabutan di Belgia, Belanda, dan Perancis. Sementara ketiga temanku bersama Barrett sibuk dengan kegiatan bandnya. Mungkin saja mereka sudah mengundurkan diri menjadi mahasiswa.Begitulah lelaki. Walaupun mudah saja mengorbankan sesuatu, namun mereka punya ambisi dan harapan besar dari opportunity cost yang mereka lepaskan. Walaupun daku sedang asyik berliburan dan bekerja part time, hati dan ambisi daku untuk menjadi gitaris dan vokalis di suatu band masih mengganjal. Akhirnya setelah umurku menginjak 20 tahun, aku sudah menjadi semakin dewasa dalam bersikap. Gambling untuk berhenti kuliah dan menawarkan diri untuk menjadi bagian dari band ini walaupun bersama Barrett. Kabar-kabarnya juga mereka sudah mulai intens latihan dan sudah merekam satu album di studio secara tracking. Apalagi Water sangat jago dalam membuat lirik.Inilah impian terbesarku, MENJADI BAGIAN DI BAND SEBAGAI VOKALIS DAN GITARIS. Hati kecilku mulai terusik dan merasa kurang nyaman dengan Barrett. Akhirnya setelah bermain beberapa kali dan influence dari jimi Hendrix, Strawberry Alarm Clock, dan Psychedelic Rock lainnya, daku merasa nyambung dan menikmati alur permainan dari apa yang kita berlima mainkan. Setelah berkenalan lama dengan Barrett ternyata dia tak seperti apa yang daku bayangkan. Kami berlima saling membantu dalam membuat lirik untuk album kedua setelah album pertama tanpaku mereka mendulang kesuksesan di Inggris Raya. Namun, ada satu hal yang membuat kami berempat kurang nyaman dengan Barrett. Dia sangat candu dengan obat-obatan
| SISI keras dan Speed.Sejenis obat terlarang yang disuntikkan ke lengan. Semakin ia candu dari hari kehari, produktivitas kami agak menurun. Barrett mulai absen latihan dan kadang suka lupa dengan apa yang dia mainkah sehingga membuat musik kita menjadi kacau balau hingga kehilangan tujuan konsep awal album kedua. Setelah beberapa minggu dengan ketidakberesan ini, akhirnya dengan berat hati Barrett harus direhabilitasi di RS dan diberhentikan untuk sementara. Karena Water lebih suka menjadi basis dan konseptor.Akhirnya ambisi terbesar dalam hidupkupun tercapai jua. Menjadi gitaris dan vokalis. Tapi setelah perasaan puas dan senang itu muncul, daku merasa kasihan dengan tandem di bandku. Barrett, si muka datar dan berkelakuan misterius. Ambisi yang selama ini besar dan sangat daku impikan dari hari kehari merasa menjadi tidak sempurna. Ambisi yang daku inginkan dari sejak daku kuliah di arsitektur luluh ketika temanku berhenti secara permanen di band yang daku yakin akan dikenang dunia ini. Akhirnya di album kedua ini kami fix hanya menggunakan empat personil. Ambisi yang sudah tercapai malah membuat semuanya tidak seperti apa yang aku bayangkan. Ambisiku kali ini teralihkan untuk membuat musik yang bagus dan tetap didengarkan oleh pendengar setia bandku ini.Tak lebih dari itu. Daku akui permainan gitarku ini tidaklah seberapa. Dan entah kenapa ketika 2004. Di saat berumur 57 tahun, sebuah majalah memberi penghargaan kepada daku sebagai Best Fender Guitarist All of Time. What the heck! Daku benar-benar tak punya ambisi sama sekali untuk menjadi yang pertama tapi malah daku mendapatkan penghargaan tersebut. Daku sama sekali tidak merasa bersaing untuk jadi yang pertama. Eric Clapton, Yngwie Malmsteen, dan Jimi Hendrix lebih pantas mendapatkannya. Mereka adalah orang-orang yang hebat dan jari-jarinya seperti orang yang berolahraga.Luar biasa. Ambisi hanyalah perasaan yang mudah berubah-ubah.Berhati-hatilah dalam berambisi. Tapi ambisi sangat penting untuk dikau punya sebagai pemacu hidup. Kadang dari apa yang benar-benar kita usahakan tak selamanya kita dapatkan. Apa yang telah kita dapatkan dari ambisi yang kita dapatkan tak membuatku kita menjadi puas. Manusia adalah makhluk ekonomi. Bagaimana memenuhi cita-cita dan harapan kita setinggi-tingginya dengan usia kita yang sangatlah terbatas. Bahkan kita tidak tahu kapan ujung usia tersebut. Dan ada kalanya kita ketika tidak benar-benar berambisi dan berharap besar terhadap sesuatu tapi kita mendapatkan yang lain. Justru yang “lain� inilah yang paling menyenangkan.
| SISI
AIH NGEBET! Kata : Maorachmansyah R.
S
aya harap kalian tidak membuka lembar demi lembar dengan cepat seperti Spidol (baca. Jargon salah satu provider layanan internet kabel) karena sebenarnya Spidol itu sama sekali tidak cepat. Percayalah soalnya saya sendiri sempat pernah menggunakannya. Berbicara tentang pernah menggunakan, saya yakin kalau yang baca tulisan pertama saya di zine saya yang baru ini mungkin akan tidak asing lagi dengan kata-kata ngebet. Saya sendiri kurang begitu paham apa maksud sebenarnya dari ngebet itu. Setahu saya, ngebet itu adalah dimana perasaan kita meluapluap sehingga jantung kita ingin lepas sangat berambisi sekali dengan sesuatu yang kita ngebetin itu. Kalian pasti terbersit pikiran kalau saya ini orang yang sok tahu, tukang menghayal, ngelindur. Tapi sebenarnya pikiran itu benar sekali. Sangat benar. Karena menurut saya yang sok tahu dan tukang menjudge diri saya sendiri ini, yakin kalau sebenarnya semua itu membuat saya makin unik dan cute seperti tulisan ngawur saya ini. Kembali lagi pada apa yang akan saya bahas kali ini. Tidak seperti tulisan saya yang awal, yang menjelaskan ambisi itu bagaimana dan sebagainya. Pada tulisan kali ini, saya tidak akan banyak bercakap. Saya cuma ingin menanyakan pada kalian. Apakah NGEBET itu sama dengan BERAMBISI? Soalnya saya pikir-pikir sih hampir 90% kembar identik. Sama-sama berkeinginan tetapi ujung-ujungnya hanya puas dalam beberapa saat. Baiklah, jika ada yang tau perbedaannya bisa kalian share kepada saya terutamanya. Karena saya ini masih bingung ketika menulis ini, terlebih dalam membedakan 2 hal yang saya sebutkan diatas tadi. Adios amigos~
SISI|
TOPENG KELANA MERAH (KECIL) Kata: Lana Syahbani
P
anji, samba, rumyang, tumenggung, dan kelana, mana yang sedang menutupi wajahmu? Saya tau kalian tidak sedang menari topeng, melainkan menari dalam kehidupan. Bagi saya, simbolisasi yang diberikan untuk lima topeng ini menarik. Empat diantaranya melambangkan fase kehidupan, sementara satu topeng melambangkan sisi gelap dari seorang manusia. Kelima topeng tersebut menggambarkan lima fase kehidupan yang dialami manusia. Kelembutan manusia saat terlahir ke dunia diwakili (panji), masa kanak-kanak yang lincah dan riang (samba), masa remaja (rumyang), serta kedewasaan dan kematangan (tumenggung). Sementara itu, kelana membawa watak serakah, penuh amarah, dan ambisi. Topeng kelana merah mungkin sedang menempeli wajah manusia di sekitarmu. Beberapa mengenakannya secara sembrono, sehingga terlihat jelas di televisi dan surat kabar. Beberapa mengenakannya dengan sangat hati-hati, tak lupa mengganti dengan topeng lainnya saat di hadapan banyak orang. Atau mungkin, kau tak menyadari wajah yang kau miliki saat ini sedang ditempeli kelana. Empat fase kehidupan manusia yang terwakili empat topeng ini, bisa saja dihinggapi sisi gelap manusia yang diwakili oleh kelana. Berbagai manusia hidup di dunia. Semakin lama, semakin lembut. Di sisi lain, semakin lama, semakin kejam. Orang membunuh dengan mudah karena dendam. Perempuan diperjual belikan dan cuma bisa pasrah karena terlanjur terjerat. Bahkan anak-anak berambut merah di persimpangan jalan pun sudah kenal rokok dan kerjaannya menghisap lem dari uang belas kasihan. Kenangan masa kecil yang saya ingat, cuma seputaran seragam taman kanak-kanak yang berwarna oranye serta betapa menyenangkannya berekreasi bersama Ibu, Bapak, dan Adik di akhir pekan. Tidak pernah terpikir adanya hal menyeramkan atau hasrat negatif seperti dendam. Satu-satunya yang saya ingat tentang sisi gelap adalah dunia datangnya musuh-musuh Usagi Tsukino CS, dalam film Sailor Moon. Dengan segala kesederhanaan anak kecil, ada saja yang bisa dikategorikan menjadi sisi gelap. Lucu juga menulisnya, sisi gelap seorang anak kecil. Sisi gelap yang saya maksud berbeda dengan yang dialami anak-anak berambut merah di persimpangan jalan. Ini masih ada kaitannya dengan kelana. Ego dan ambisi saya miliki sejak kecil, hanya saja saya tidak menyadarinya saat itu. Tentu saja,
| SISI
GNEPOT ANALEK HAREM )LICEK( apa yang kalian harapkan dari pikiran seorang anak SD? Mereka masih belajar bagaimana cara bertenggang rasa, berbakti kepada orang tua, dan... menyayangi binatang peliharaan. Hal terakhir yang saya sebutkan itu, merupakan pengalaman saya yang membuktikan adanya ego dan ambisi masa kecil. Sejak saya kecil sampai sekarang, kucing liar berkeliaran di mana-mana. Keberadaan mereka kadang menjengkelkan, namun kadang menyentuh hati sampai membuat orang mau merawatnya. Lana kecil tersentuh dan jatuh hati pada satu kucing. Bukan kucing yang istimewa, lorengnya pun biasa saja, abu dan sedikit oranye. Kucing kampung pada umumnya. Kadang saya memberinya sisa makanan. Ia sering lewat depan rumah. Saat itu yang saya tau, kucing itu cuma berkeliaran di depan rumah, titik. Padahal selayaknya kucing-kucing liar tak berpemilik pada umumnya, ia bakal berkeliaran ke mana saja untuk mencari makanan. Sialnya, kucing itu sering lewat dan nangkring di depan rumah teman sepermainan saya dan belakangan saya tau dia menyayangi si kucing, sampai-sampai memberikan kalung segala. Saya yang merasa sudah merawat si kucing jelas merasa memilikinya. Ketika saya dan teman sekaligus tetangga saya bermain, tak sengaja kami masuk dalam pembicaraan tentang si kucing. Kami bertengkar sampai menangis memperebutkan si kucing liar (yang mungkin tak peduli dia milik siapa, yang penting dapat makan). Lama setelah pertengkaran itu si kucing mati karena ada benjolan di perutnya. Ia dikubur di pekarangan rumah saya. Dua anak yang dulunya berambisi kuat memiliki si kucing, sudah adem-ayem bermain masak-masakan bersama, di pos ronda. Topengnya sudah terlepas rupanya. Kanak-kanak itu sempat pakai si kelana merah, tanpa disadari. Seiring bertambah lamanya hidup di dunia, manusia akan semakin sensitif menanggapi hal-hal di sekitar mereka. Mereka bakal lebih banyak menyadari adanya kebaikan, keburukan, perasaan, dan hal tak terlihat mata lainnya yang tak mereka hiraukan semasa kanak-kanak. Kesadaran akan adanya ambisi pun akan menambah beban pikiran mereka, apalagi jika datang ambisi yang diluar daya. Saat memakainya orang tak akan mau mengaku, mereka bakal mengelak. Namun, ketika waktu berlalu, mereka akan menyadarinya. Jika masih punya kebaikan hati, mereka akan merasa menyesal dan malu sejenak. “Kenapa di masa lalu begitu mudahnya terbelenggu ego dan ambisi negatif?“.
SISI|
Kata: Hizhwati Shabrina Ilustrasi : Lana Syahbani
J
adi artis terkenal, penyanyi profesional, model pengusaha yang kaya dan sukses di usia muda, udah sering banget disebut-sebut sama orangorang kalau ditanya soal cita-cita. Tapi cita-cita itu bisa jadi sebuah ambisi ketika keinginan untuk mencapai cita-cita itu sangat kuat atau bahkan sampai menggebu-gebu. Seseorang yang berambisi untuk mencapai apa yang dia inginkan atau cita-citakan bakal ngelakuin apa aja biar hal itu tercapai. Segala macam usaha dijabanin mulai dari mencari informasi; memproses informasi tersebut biar jadi suatu tindakan yang tepat; berdo’a pagi, siang, sore dan malam sampai sungkem plus cipika cipiki ala lebaran ke orang tua dan sanak saudara, tetangga dan handai taulan biar didoain yang baikbaik. Apakah ambisi itu merupakan suatu hal yang baik? Ambisi itu ga melulu sesuatu yang baik, terkadang ambisi bisa jadi hal yang buruk ketika seseorang ingin mencapai ambisi tersebut dengan cara yang ga benar. Contohnya dia yang berambisi menjadi seseorang yang sukses dan kaya mencapai keinginannya dengan cara korupsi; pengen jadi dokter tapi caranya dengan nyogok sana-sini dan ga didukung skill dan pengetahuan yang mumpuni dimana akhirnya berujung malpraktek; ingin jadi pembalap tapi saingannya dibuat celaka dengan nyabotase kendaraan balapnya, dll. Banyak juga orang-orang yang berambisi untuk punya fisik sempurna
| SISI
kayak cantik atau ganteng dengan mengotak-atik tubuh dan wajahnya dengan operasi plastik. Padahal itu merubah ciptaan Tuhan yang udah ada darisononye dan harus kita syukuri. Agak geli juga liat selebriti yang operasi ini itu dan bangga dengan hidung atau bagian tubuh palsu lainnya yang udah dia operasi pelastik dengan biaya yang mahal. Sampai sekarang saya masih bingung sebenarnya operasi pelastik itu pakai pelastik apa? Ember kah atau pelastik hitam yang biasa dipake buat membungkus belanjaan ketika belanja di pasar? Sayangnya operasi itu ga selalu membuat seseorang terlihat lebih menarik. Syukur-syukur kalau berhasil dan jadi makin cantik/ganteng, setidaknya lebih baik dari sebelumnya. Lah kalau gagal? Justru terlihat ngeri, entah itu karena milih cara yang murah atau dokter operasinya yang kurang pengalaman dan pengetahuan. Jadi, berambisilah pada hal-hal yang memang baik adanya. Jadikan cita-cita yang baik sebagai suatu ambisi yang harus dicapai dengan kerja keras, ketekunan, dan do’a. Berambisi bukan berarti tidak siap akan kegagalan atau tidak terwujudnya apa yang kita ambisikan. Selalu ingat bahwa segala yang kita usahakan dan kita sebut-sebut didalam doa kita itu yang menentukan terwujud atau tidaknya adalah Tuhan. Kalau Tuhan belum menghendaki, tandanya itu belum waktunya atau bukan yang terbaik buat kita.
INTERPRETASI LIRIK |
LOS CAFRES
AIRE Kata : Maorachmansyah R.
U
wow! Los Cafres, band Reggae asal Argentina yang temu jumpa antar personil pada tahun 1990an ini memiliki lagu andalan yang masih belum bisa terpecahkan rekornya di Last.FM pada posisi ke-2 !! Bagi yang sering mendengarkan musik Reggae pasti merasa agak sedikit asing dengan irama lagu Reggae band ini. NAMUN EH NAMUN! Saya disini tidak akan membahas lagu ini melainkan akan membahas maksud yang tersembunyi dari lagu ini menurut perspektif saya sebagai yang menulis tulisan ini. Kalau kalian bisa berbahasa English dengan sangat baik, pastinya sudah bisa menebak maksud dari lagu ini. Tentu saja, lagu ini bercerita tentang perasaan seseorang yang menginginkan udara atau angin membawa semua cerita dari si seseorang itu. Jikalau melirik lagu Indonesia, mungkin sama dengan lagunya band Radja yang “Aaaangin.. bawalaaaahh‌ jiwaku melayang~â€?, mungkin akan semacam itulah lagunya. Tapi berbeda sekali, dari bahasa saja sudah terlihat elegan band Reggae asal Argentina ini. Sejujurnya saya sendiri kurang mengerti harus bagaimana lagi menanggapi lirik lagu ini, sudah sangat jelas soalnya misi Los Cafres dibalik lirik lagu Aire ini. Sekian kawan intepretasinya, semoga membuat kalian puas was was was~
| INTERPRETASI LIRIK
Aire, yo quiero una cancion que me lleve amarte | Aire, tu boca es la pocion que envenena y arde | Aire, yo quiero una cancion que me lleve amarte | Aire, tu boca es la pocion que envenena y arde | Arbol de la inspiraci贸n, robo mi voz | Se quema mi luz | Y vuelvo al mundo inmundo | Devoro tu boca, ya creo en tu milagro | Camino tu cuerpo y vago | Rindiendome al deseo | Aire, yo quiero una cancion que me lleve amarte | Aire, tu boca es la pocion que envenena y arde | Aire, yo quiero una cancion que me lleve amarte | Aire, tu boca es la pocion que envenena y arde | Que me lleve amarte | Arbol de la inspiracion, robo mi voz | Se quema mi luz | Y vuelvo al mundo inmundo | Devoro tu boca, ya creo en tu milagro | Camino tu cuerpo y vago | Rindiendome al deseo de ser tu aire | Rendido al deseo de ser tu aire | El dulce veneno de ser tu aire | Rendido al deseo de ser | Oohh... | Quiero una cancion que me lleve amarte | Aire, tu boca es la pocion que envenena y arde | Aire, quiero una cancion que me lleve amarte | Aire, tu boca es la pocion que envenena y arde | Aire, | Aire, quiero una cancion | Aire, quiero una cancion que me lleve amarte | Aire, tu boca es la pocion que envenena y arde | Aire, de ser tu aire | Aire, de ser tu aire | Aire, que me lleve amarte | Aire, que envenena y arde | Aire... | Air, I want a song that takes me love | Air, your mouth is the potion poisoning and burns | Air, I want a song that takes me love | Air, your mouth is the potion poisoning and burns | Tree of inspiration, stole my voice | It burns my light | And I return to the world unclean | I devour your mouth, and believe in your miracle | Your body and vague way | Giving in the desire | Air, I want a song that takes me love | Air, your mouth is the potion poisoning and burns | Air, I want a song that takes me love | Air, your mouth is the potion poisoning and burns | Take me to love you | Tree of inspiration, stole my voice | It burns my light | And I return to the world unclean | I devour your mouth, and believe in your miracle | Your body and vague way Giving in to the desire to be your air | Surrendered to the desire to be your air | The sweet poison be your air | The desire to be Rendered | Oohh ... | I want a song that takes me love | Air, your mouth is the potion poisoning and burns | Air, I want a song that takes me love | Air, your mouth is the potion poisoning and burns air, | Air, I want a song | Air, I want a song that takes me love | Air, your mouth is the potion poisoning and burns | Air, if your air Air, if your air | Air, take me love | Air, poisoning and burns | Air ... |
| IMAJI
Kata : Hizhwati Shabrina “Bermain musik di atas panggung konser dibantu setting dan tata lighting yang WOW serta ditonton ribuan pasang mata seperti “MUSE�, band sukses beraliran rock alternative asal Teignmouth, Inggris menjadi impian sebagian orang. Panggung untuk konser Muse selalu di desain agar memberikan energi dan semangat bagi Muse dan membuat para penontonnya yang menyaksikan mereka dari depan panggung merasa jadi berambisi untuk bisa bermain musik dan tampil memukau diatas panggung seenerjik dan sehebat performance yang disajikan oleh Muse.�
FLA N K
Foto : Stella Stopfer
EDISI 01|OKTOBER 2012|AMBISI