11 minute read

SURAT PEMBACA LAPORAN UTAMA

Next Article
CURHAT WISATA

CURHAT WISATA

Surat Pembaca

Halo Saya Dwi dari Jurusan Sastra Indonesia UM. Saya ingin bertanya perihal kontribusi di Majalah Komunikasi UM. Siapa sajakah yang diperkenankan untuk menjadi kontributor Komunikasi? Lantas apa ada persyaratan khusus untuk menjadi kontributor? Terima kasih dan sukses selalu untuk Majalah Komunikasi UM. Salam

Advertisement

Dwi Jurusan Sastra Indonesia UM

Halo Dwi! Kontributor majalah adalah seluruh sivitas academica UM. Selain itu, tidak ada syarat khusus untuk menjadi kontributor. Namun, pastikan bahwa kamu mengirimkan tulisan atau naskah berita yang disertai unsur 5W + 1H ya! Kami tunggu karyamu!

Salam Redaksi

Nur Aviatul Adaniyah

Terus maju, lampaui batas, dan raih pencapaian.

Cover Story

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah Ada yang berubah, ada yang bertahan karena zaman tak bisa dilawan, yang pasti kepercayaan harus diperjuangkan.

Chairil Anwar

Repro Internet

Tahun 42 Maret - April 2021 | | 5

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah repro Internet

UM Bertekad Raih Rekognisi Internasional Melalui Akreditasi

P

ada akhir tahun 2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan delapan Indikator Kinerja Utama (8 IKU) sebagai ukuran kinerja baru bagi perguruan tinggi. Salah satu di antara delapan indikator tersebut ialah adanya program studi (prodi) berstandar internasional. Oleh karena itu, perguruan tinggi di Indonesia berlomba-lomba untuk menyetarakan tarafnya ke skala internasional, begitu pula Universitas Negeri Malang (UM). Terhitung sejak Oktober tahun lalu, UM tengah gencar-gencarnya mempersiapkan akreditasi internasional. Berikut ulasan mengenai proses akreditasi internasional di lingkungan Kampus UM. Proses Akreditasi Internasional

Pada tahun 2019, UM telah melakukan sertifikasi internasional AUN-QA (ASEAN University NetworkQuality Assurance) untuk empat prodi (Pendidikan Bahasa Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris, Biologi, dan Fisika). Akan tetapi, sertifikasi AUN-QA belum cukup untuk memenuhi indikator kinerja yang dikeluarkan Kementerian. Oleh karena itu, akreditasi internasional dibutuhkan untuk memenuhi indikator kinerja yang sudah ditetapkan. Selain merupakan tuntutan dari Kementerian, akreditasi internasional tentu dapat meningkatkan rekognisi UM, baik di kancah nasional maupun internasional. Kampus berakreditasi internasional tentunya merupakan sebuah kebanggaan bagi para mahasiswanya, lulusan kampus berakreditasi internasional pun berkesempatan lebih untuk bergabung di perusahaan multinasional. Di antara lembaga akreditasi internasional yang diakui oleh Kemendikbud, UM memilih dua lembaga asal Jerman untuk menjadi asesor, yakni AQAS (Agentur zur Qualitätssicherung an Hochschulen mit Sitz in Köln/Agency for Quality Assurance) dan ASIIN (Akkreditierungsagentur für Studiengänge der Ingenieurwissenschaften, der Informatik, der Naturwissenschaften und der Mathematik/Accreditation Agency For Degree Programs In Engineering, Informatics/Computer Science, The Natural Sciences And Mathematics). AQAS berfokus untuk menilai 25 prodi sosial-

6

| Komunikasi Edisi 333

humaniora dari Fakultas Sastra (FS), Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK). Adapun ASIIN mengevaluasi 15 prodi sains dan teknologi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Teknik (FT). Proses akreditasi internasional dimulai dengan mengelompokkan dua sampai empat prodi serupa di masingmasing fakultas dalam satu klaster. Masing-masing klaster harus membuat laporan evaluasi (diberi nama SelfAssesment Report/SAR untuk ASIIN dan Self-Evaluation Report/SER untuk AQAS) yang akan diserahkan ke pihak asesor. “Awalnya kami mengirim daftar prodi yang akan diikutkan dalam akreditasi, kemudian pihak AQAS dan ASIIN yang menentukan klasterisasinya. Kami juga telah melaksanakan workshop untuk penyusunan SER dan SAR, empat kali dengan AQAS dan dua kali dangan ASIIN,” ungkap Dr. H. Imam Agus Basuki, M.Pd., Kepala Unit Pelaksana Teknis Satuan Penjamin Mutu (UPT SPM) UM. Panduan penyusunan laporan evaluasi telah diberikan oleh masingmasing lembaga akreditasi untuk memberi gambaran mengenai apa saja yang perlu dinarasikan. Berbeda dengan akreditasi nasional oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang menekankan pada kualifikasi pendidikan dosen serta jumlah publikasi, AQAS dan ASIIN mengutamakan kualitas pembelajaran dan layanan di perguruan tinggi yang akan bermuara pada lulusan yang berkualitas dan diterima oleh pasar kerja. Sebanyak tujuh kriteria harus dijabarkan dalam laporan evaluasi untuk klaster yang dinilai AQAS. Pertama, kualitas kurikulum, yakni tentang bagaimana SCPL (Standar Capaian Pembelajaran Lulusan) disusun, kesesuaian struktur kurikulum dengan SCPL, dan proses student mobility. Kedua, prosedur penjaminan mutu, yaitu pembahasan mengenai proses penjaminan mutu baik di prodi, fakultas, maupun universitas, penjaminan mutu internal dan eksternal, serta tingkat kepuasan lulusan dan pengguna. Ketiga, belajar, pembelajaran, dan penilaian, berisi tentang metode pembelajaran, pelaksanaan serta penilaian ujian tengah dan akhir semester. Keempat, penerimaan mahasiswa baru, rekognisi, dan ijazah, berisi penjelasan mengenai proses rekrutmen mahasiswa baru, prosedur transfer masuk-keluar mahasiswa, student mobility, dan dokumen yang diberikan untuk mahasiswa setelah selesai menempuh studi. Kelima, dosen dan tenaga kependidikan (tendik), berisi tentang jumlah dosen dan tendik, proses rekrutmen, serta pengembangan dan training untuk dosen dan tendik. Keenam, sumber belajar dan fasilitas pendukung, yang membahas tentang pendanaan, beasiswa, kecukupan sarana dan prasarana, serta informasi terkait guidance dan support yang bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa. Ketujuh, informasi publik, berisi penjelasan tentang penggunaan website dan media sosial untuk penyebaran informasi ke publik. Hampir sama dengan penilaian oleh AQAS, klaster yang dievaluasi ASIIN perlu menjelaskan enam kriteria dalam SAR. Pertama, konsep dan konten program studi, yakni mengenai bagaimana SCPL didesain serta kesesuaiannya dengan SSC (Subject-Specific Criteria) ASIIN, identitas prodi, kurikulum untuk mendukung SCPL, prosedur penerimaan mahasiswa, student mobility, dan internasionalisasi prodi. Kedua, struktur dan metode program studi, berisi deskripsi mata kuliah dan SCPL yang ingin dicapai berdasarkan mata kuliah tersebut, beban SKS (Satuan Kredit Semester) yang perlu diambil mahasiswa, metode pembelajaran yang digunakan dalam prodi, dan informasi tentang guidance serta support yang tersedia untuk mahasiswa. Ketiga, penilaian, membahas bagaimana ujian dilaksanakan, tipe-tipe ujian, pengorganisasian dan penilaian hasil ujian, penilaian mahasiswa oleh pihak luar (misal ketika Kajian dan Praktik Lapangan/KPL), dan penjelasan tentang proses skripsi. Keempat, Sumber Daya Manusia, yakni penjelasan mengenai jumlah dosen dan tendik, rasio dosen dan mahasiswa, pengembangan yang disediakan untuk dosen dan tendik, serta pendanaan dan kecukupan sarana-prasarana pembelajaran. Kelima, transparansi dan dokumentasi, yang berisi penjelasan mengenai module description, rekognisi lulusan dalam bentuk ijazah, transkrip, dan SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah), dan peraturan untuk hak dan kewajiban mahasiswa. Keenam, prosedur penjaminan mutu, berisi penjelasan tentang proses penjaminan mutu baik di prodi, fakultas, maupun universitas, penjaminan mutu internal dan eksternal, serta tingkat kepuasan lulusan dan pengguna. Laporan evaluasi yang disusun oleh masing-masing klaster selanjutnya ditelaah bersama oleh tim penyusun, dekanat dan tim SPM sebelum kemudian dikirim ke penelaah eksternal. “Contohnya di FIS, merka mengirim borang ke UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) untuk mendapat masukan dan catatan, kemudian diadakan semacam workshop secara daring untuk membahas masukan-masukan tersebut,” jelas Imam. Penelaah eksternal untuk berkas akreditasi internasional tidak hanya berasal dari UPI, tim penyusun laporan akreditasi di masingmasing klaster dapat bernegosiasi dengan tim SPM untuk menentukan pihak yang menjadi penelaah eksternal. Selesai ditelaah, laporan evaluasi akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, kemudian dikembalikan lagi ke tim penyusun untuk diperiksa ulang. “Dikhawatirkan terjemahan istilah-istilah teknis tidak sesuai, maka tim perlu mengecek kembali laporan yang sudah diterjemahkan sebleum dikirimkan ke asesor,” terang Ketua SPM. Setelah terjemahan dikoreksi, tim SPM mengirim laporan evaluasi klaster ke lembaga akreditasi internasional. Auditor lembaga akreditasi akan memberikan feedback dan beberapa pertanyaan, kemudian UM akan merevisi laporan sesuai feedback yang diberikan dan menjawab pertanyaan dari auditor dengan menyertakan data

Tahun 42 Maret - April 2021 | | 7

dukung yang autentik. Apabila revisi dan jawaban telah sesuai dengan yang diminta, akan dijadwalkan visitasi atau kunjungan dari lembaga akreditasi ke Kampus UM untuk sesi tanya jawab dengan dosen, mahasiswa, dan alumni. “Tahap kunjungan ini bergantung pada kondisi. Ada kemungkinan lembaga akreditasi yang bersangkutan akan berkunjung secara langsung, tetapi dalam kondisi tertentu kunjungan secara daring juga memungkinkan, seperti halnya visitasi akreditasi nasional yang dilakukan secara daring akibat pandemi,” kata Imam.

Imam berharap proses akreditasi internasional ini selesai dalam satu tahun. Ditargetkan pada akhir Maret atau awal April laporan dari beberapa klaster sudah ada yang siap kirim dan setidaknya 10% prodi S1 telah terakreditasi tahun ini. “Tidak semua naskah laporan harus dikirim bersamaan. Kemungkinan laporan klaster prodi bahasa bisa dikirim terlebih dahulu karena langsung disusun dengan bahasa Inggris, sehingga proses penerjemahan sudah terpotong,” terang lelaki paruh baya yang ramah ini. Tantangan dalam Proses Akreditasi Internasional

Pengalaman pertama dalam melakukan akreditasi internasional tentu menjadi tantangan bagi UM. “Kalau untuk akreditasi nasional, kami bisa belajar dari pengalaman karena sudah pernah dilakukan. Untuk sertifikasi AUN-QA kemarin pun kami bisa mendapat arahan dari perguruan tinggi lain yang sudah melaksanakan, bahkan dari UM pun sudah ada asesor untuk AUN-QA. Di Indonesia sendiri belum ada asesor untuk ASIIN dan AQAS, sehingga informasi mengenai penilaian

Komunikasi dok.

Dr. H. Imam Agus Basuki, M.Pd, Kepala Unit Pelaksana Teknis Satuan Penjamin Mutu (UPT SPM) UM.

pun terbatas. Kalaupun melakukan penelaahan dengan pihak luar, itu pun hanya berdasar pengalaman,” kata Imam. Lebih lanjut, Imam menjelaskan bahwa penelaahan internal juga membutuhkan waktu karena arahan hanya datang dari buku petunjuk. Meskipun penelaahan dilakukan bersama-sama, prosesnya dapat memakan waktu karena persepsi tiap anggota dalam tim dapat berbeda-beda. Ani Wilujeng Suryani, S.E., M.AcctgFin, Ph.D., anggota UPT SPM yang mendampingi proses penyusunan SAR dan SER juga berpendapat serupa mengenai tantangan yang dihadapi UM dalam akreditasi internasional. “Berbeda dengan akreditasi BAN-PT yang ada

8

| Komunikasi Edisi 333 matriks penilaiannya, kita tidak tahu proses penilaian oleh AQAS dan ASIIN akan seperti apa,” ungkapnya. Ia menambahkan, akibat adanya pandemi yang membatasi aktivitas pekerjaan di luar rumah, tim penyusun berkas cukup sulit untuk berdiskusi secara langsung. Pertemuan secara daring pun dirasa tidak membuahkan hasil semaksimal pertemuan dengan tatap muka. Harapan untuk proses Akreditasi Internasional

Imam dan tim tentu berharap semua prodi dapat terakreditasi secara internasional dengan lancar, sayangnya belum ada kepastian mengenai perkiraan selesainya proses akreditasi ini. “Jika visitasi beres, maka sertifikasi akreditasi bisa turun. Namun, kami tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan lembaga akreditasi untuk menilai SAR dan SER. Apabila ternyata UM mengirim laporan evaluasi bersamaan dengan banyak perguruan tinggi di belahan dunia lain, kemungkinan kita harus mengantre untuk menunggu umpan balik dari auditor,” kata Imam. Menurut Ani, akreditasi internasional juga diharapkan dapat menjadi pintu masuk bagi mahasiswa asing untuk menimba ilmu di Kampus UM. “Selain itu, kami berharap ke depannya para dosen dan tendik juga mampu berpikir secara internasional dan lebih terbuka,” pungkas Ani. Izam/Zahirah

repro Internet

Sosialiasasi PKM oleh PKM Center

Geliat PKM Center Dongkrak

Kualitas dan Kuantitas Proposal PKM S

etiap tahunnya, Universitas Negeri Malang (UM) selalu mengirim kontingen ke ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa (PIMNAS), tidak terkecuali tahun ini. Menyambut PIMNAS 34 tahun 2021, Berbagai upaya dilakukan oleh UM bersama dengan PKM Center UM dan PKM Center fakultas-fakultas yang ada di UM untuk mendorong para mahasiswa mengirimkan proposal pendanaan. Terutama PKM Center UM yang senantiasa mendorong mahasiswa mengirimkan proposal. Pembelajaran daring ternyata tidak menyurutkan mahasiswa UM untuk mengirimkan proposal. Mengutip Robby Wijaya dari PKM Center UM, input proposal tahun ini justru meningkat. Tercatat jumlah proposal yang sudah dikumpulkan dan dikirimkan ke Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen Belmawa) sebanyal 840 proposal di 5 bidang dan 190 proposal di 3 bidang.

PKM Center UM juga membina para mahasiswa dalam menyusun proposal. PKM Center UM mengadakan sosialisasi penulisan PKM pada bulan Januari akhir, topik yang dibahas meliputi administrasi, penentuan dan penyusunan judul yang menarik, perbedaan tiap cabang PKM, serta ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi. Selain itu, sosialisasi juga dilakukan agar para mahasiswa yang akan mengumpulkan proposal dapat membenahi proposalnya. Tidak hanya PKM Center saja yang mengadakan sosialisasi untuk mahasiswa, UM sendiri juga mengadakan Training of Trainers (ToT) untuk para dosen pembimbing PKM 2021 bersama dengan reviewer nasional (23/01). Untuk tahun ini, terdapat tiga bidang yang menjadi unggulan dalam pengumpulan proposal, yaitu PKM-K (kewirausahaan), PKM-R (Penelitian), dan pengabdian masyarakat. Tentu saja kendala selalu ada di setiap tahunnya. Untuk tahun ini kendala terbesar ada pada pemberian bimbingan kepada mahasiswa yang semuanya dilaksanakan secara daring.

Tidak hanya PKM Center UM sendiri yang mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan proposal PKM. Di setiap fakultas, terdapat PKM Center sendiri yang menangani pengumpulan proposal tiap fakultas. Setiap fakultas pun mempunyai keunikannya masing-masing. Contohnya Fakultas Sastra. Pengumpulan proposal untuk tahun ini meningkat hampir dua kali lipat. Tahun sebelumnya terkumpul sebanyak 90 proposal, sedangkan tahun ini terkumpul sebanyak 160 proposal. Jenis proposal terbanyak tetap PKM-K yang mendominasi 50% dari pengumpulan proposal.

Bentuk kewirausahaan yang ditawarkan bermacam-macam mulai dari produk penunjang pendidikan, jasa, dan desain. Kesulitan yang dialami oleh PKM Center Fakultas Sastra adalah mengenai tenggat waktu. “Karena deadline yang mepet akhirnya proposal yang ditulis pun masih berantakan, padahal proposal tersebut mempunyai peluang untuk lolos ke tahap fakultas. Setelah pengumpulan, deadline diundur. Sebenarnya kami masih bisa melakukan persiapan lebih banyak. Namun karena deadline yang tidak jelas, pemberian bantuan pun tidak bisa maksimal,” papar Alif Hanifatur dari PKM Center Fakultas Sastra.

Keunikan lainnya dalam bidang teknik oleh PKM Center Fakultas Teknik. Jenis proposal yang paling banyak dikumpulkan adalah proposal PKM-GT (ide konsep perubahan). Untuk peminat dari Fakultas Teknik, untuk tahun ini menurun. “Tahun-tahun sebelumnya, mahasiswa baru diwajibkan untuk memuat PKM, untuk tahun ini tidak ada kewajiban dalam membuat PKM, sehingga peminatnya menurun,” papar As’ad Rosyadi dari PKM Center Fakultas Teknik. Dengan UM yang berada di peringkat 10 pada Pimnas 2020, UM berharap untuk tahun ini bisa naik ke peringkat 9 atau mempertahankan posisi. Tentunya dengan sinergi UM-PKM Centermahasiswa, tujuan ini akan tercapai. Ayu Tahun 42 Maret - April 2021 | | 9

This article is from: