P
uji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan majalah edisi ke-9 ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua anggota redaksi yang telah bekerja keras dalam pembuatan majalah ini. Kekurangan dan kesalahan dari penulisan majalah mungkin masih banyak terlihat. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan kami untuk menjadikannya lebih baik di masa mendatang. Dalam majalah edisi ke-9 kali ini, kami mencoba mengulas tentang “COVID-19â€?. Semoga dengan selesainya majalah ini kita bisa lebih mengetahui banyak lagi tentang pandemi yang terjadi di Turki selama tahun 2020. Majalah ini diharapkan tidak hanya menjadi penyatu seluruh masyarakat Indonesia di Turki namun juga mampu menghadirkan inspirasi serta menÂŹjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita. Selamat membaca ! Kirimkan karyamu ke konstantinesia@gmail.com
Salam Redaksi Majalah KONSTANTINESIA PPI TURKI (Bersatu Untuk Menginspirasi)
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
2
Penanggung Jawab Usamah Abdurrahman (Konya) Pimpinan Redaksi Nisa Zakiyah Fajrina (Samsun) Direksi Muhammad Raihan (Isparta) Redaktur Pelaksana Ukkasyah Agus Setiawan (Bursa) Kepala Editor Adli Hazmi (Konya) Editor Anggun Oktafiyana (Samsun) Hakam Ahmad (Istanbul) Sherina Salsabila (Istanbul) Widya Pintaka Bayu Putra (Bursa) Penulis Arief Isdiman Saleh (Konya) Cut Meurah Habibur Rahman (Sakarya) Hanifah Nurul Auliya (Ankara) Nabilah Jadwa Faradisa (Istanbul) Nemesis Fathul Falah El-Madinah (Rize) Sabiq Muhammad Al Ghozi (Istanbul) Syahida Aziziyya Al Ahmady (Kayseri) Tubagus Albanna (Samsun) Layouter Mahendra Utama Cahya Ramadhan (Istanbul) Arinda Maulinda Madania (Kayseri) Ahmad Rafly Baihaqie (Kayseri) Biro wilayah Annisa Azzahra (Istanbul) Rausan Fikri Alfaritzi (Canakkale) Fotographer Abdul Malik Raihan (Bursa) Muhammad Faruq Waly Zaim (Kayseri) Rhesa Kusuma Diraja (Bursa) Litbang Muhammad Hafidz Ramadhani (Bandirma) Nanda Ahmad Basuki (Konya) Rausyant Fikr Dhimny (Kirklareli) Sosmed Maulina Hikmatus Sa’adah (Konya) Muhammad Rakha Ramadhan (Kirklareli) Safirah Ghassani Shabrina (Bolu) Siti Mustaqimatud Diyanah (Konya) Widya Miftahul Jannah (Isparta) Marketing : Tiara Marina Hidayat (NiÄ&#x;de) Nurul Qolbi Muthiah (Malatya) Majalah Konstantinesia / Edisi 9
3
Assalamualaikum wr.wb Sebuah komunitas ilmiah tidak bisa disebut ilmiah tanpa kehadiran di tengah-tengahnya produk literasi. Karenanya, sebagai bagian dari keluarga besar Perhimpunan Pelajar Indonesia di Turki, tentunya kita semua bersyukur bahwa Majalah Konstantinesia sebagai salah satu pioneer yang memainkan peran penting mengilmiahkan komunitas kita ternyata masih eksis hingga kini mempersembahkan edisinya yang kesembilan. Salut beruntaikan ribuan terima kasih untuk keseluruhan tim redaksi. Siz harıkasınız! Tidak mudah memang untuk konsisten dan konsekuen berkarya di tengah realitas diaspora pelajar Indonesia di Turki yang masih mencari bentuk ilmiah idealnya. Perhatikan saja, di usia PPI Turki yang menginjak satu dekade, meskipun secara kuantitas jumlah anggotanya hampir mendekati 2 ribu, secara kualitas kita masih harus banyak berbenah. Jumlah majalah maupun produk literasi lainnya nyatanya masih dapat dihitung oleh jari. Lingkaran diskusi keilmuan yang mapan pun kondisinya tak jauh berbeda. Bukan bermaksud memberi kabar tak menggembirakan. Hanya saja bila kita sama-sama mengaku diri sebagai pelajar, apalagi di luar negri yang oleh tidak sedikit pihak dipandang “beruntung” atau bahkan “teladan”, lantas menyadari hal ini, keterpanggilan kita untuk berkarya semoga dapat meningkat. Kembali ke Konstantinesia edisi ini, tema pembahasan yang diangkat ialah “Turki vs Corona”. Dalam pandangan saya, pemilihan topik ini tepat. Selain karena banyak ilmuwan memprediksi wajah dunia di hampir seluruh aspeknya akan benar-benar berubah setelah periode pandemi ini, tetapi juga karena ujung perjalanan keluar dari lorong normalisasi seperti masih belum nampak. Fenomena di Turki pun, saat sambutan ini ditulis, menunjukkan preseden yang mengkhawatirkan dengan naiknya kembali grafik masyarakat yang terjangkit. Lagi-lagi kita bersyukur karena di permukaan pemerintah setempat dipercaya dapat menangani situasi. Mari bersama-sama menghindarkan diri dari sekecil apapun kemungkinan untuk terjangkit covid-19 ini. Mari mengamalkan seluruh anjuran pihak-pihak yang otoritatif. Mari pula meningkatkan kemampuan literasi kita. Semoga tulisan-tulisan di edisi ini benar-benar bisa memberikan wawasan dan informasi yang bermanfaat untuk semua pembaca! Wassalamualaikum wr.wb.
Usamah Abdurrahman Ketua PPI Turki #PaduKarya
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
4
Jadi setelah melihat sekilas majalah Konstantinesia, apabila ditilik dari konten isi maupun desain visualnya sudah bagus. Namun setelah dicermati, ternyata masih sangat sedikit konten yang menggunakan bahasa asing seperti bahasa Turki dan bahasa Inggris. Saya rasa alangkah lebih baik apabila kru majalah mulai mempertimbangkan pasar dan segmentasi yang lebih luas, khususnya kepada pembaca asing. Misalnya dengan membuat rubrik khusus bahasa Turki/Inggris yang cenderung berkaitan dengan sosial dan budaya Indonesia. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai soft diplomacy melalui literasi dan visualisasi yang attracting. Kemudian dengan dibukanya rubrik ini, saya rasa mahasiswa Indonesia di Turki akan tertantang untuk unjuk gigi kemampuan bahasa asing mereka melalui tulisan sehingga kemampuan literasi mahasiswa Indonesia di Turki pun meningkat. Rubrik ini pun bisa diisi dan tidak berbatas oleh redaktur internal, sayembara penulis eksternal, atau bekerja sama dengan pihak ketiga seperti misalnya Endonezya Evi. Rubrik ini pun akan membuat eksistensi majalah Konstantinesia menjadi lebih luas di mahasiswa internasional, sekaligus mengharumkan nama baik Indonesia.
Muhammad Romadhon Mubarok- KÄąrklareli
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
5
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
6
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
7
COVID-19 atau yang dikenal dengan istilah ilmiah SARS-nCOV2 (Severe Acute Respiratory SyndromNovel Corona Virus 2) adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan manusia. Penyakit ini telah menjadi pandemik global karena telah menyebar ke hampir seluruh penjuru dunia dan telah menimbulkan kekhawatiran serta kepanikan masyarakat dunia mengingat penyakit ini memiliki tingkat penyebaran yang sangat cepat dengan tingkat kematian yang cukup tinggi. Menurut laporan yang dikeluarkan oleh WHO, kasus pertama COVID-19 terjadi di Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019
Coronavirus di Turki: Kronologis dan Kebijakan-Kebijakan yang Ditempuh oleh Pemerintah Turki Turki menjadi salah satu negara di dunia maupun di kawasan Eropa dan Timur Tengah yang turut terkena imbas penularan COVID-19. Kasus pertama COVID-19 di Turki sendiri terjadi pada tanggal 11 Maret 2020. Suspect atau pasien pertama yang terjangkit COVID-19 adalah salah seorang warga negaraTurki yang kembali dari Eropa. Tiga hari kemudian,tepatnya pada tanggal 15 Maret 2020 salah seorang berkebangsaan Turki yang kembali menunaikan ibadah umrah menjadi pasien ke-6 yang terjangkit Covid-19 Hanya berselang sehari kemudian terdapat 2 orang suspect atau pasien yang tertular secara lokal Majalah Konstantinesia / Edisi 9
8
ditambah dengan 7 orang suspect yang terjangkit setelah kembali dari perjalanan ke Amerika Serikat dan 3 orang suspect yang terjangkit setelah kembali dari Eropa. Dengan adanya temuan suspect tersebut, pemerintah Turki pada tanggal yang sama kemudian memberlakukan pembatalan dan penghentian sementara perjalanan udara ke beberapa negara di Eropa seperti Belanda, Jerman, Swedia, Perancis, Austria, Bulgaria, Denmark, Spanyol, dan Italia. Bagi orang Turki yang kembali dari negara-negara tersebut diwajibkan untuk menjalani karantina selama 14 hari setelah tiba di Turki. Pada tanggal yang sama, pemerintah memberlakukan kebijakan karantina bagi siapapun yang kembali dari ibadah umrah Khusus jama’ah umrah, pemerintah Turki menunjuk 2 kota besar di Turki sebagai lokasi karantina jama’ah umrah yakni kota Konya dan Ankara. Adapun lokasi karantina adalah asrama mahasiswa milik pemerintah Turki yang sebelumnya telah di kosongkan.
Mengingat tingkat penularan dan kematian akibat COVID-19 yang cukup tinggi, serta untuk mencegah penularan lokal COVID-19, pemerintah Turki dengan cepat mengambil beberapa kebijakan. Pada tanggal 16 Maret 2020, kebijakan untuk meliburkan seluruh kegiatan institusi pendidikan dari mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi/universitas selama 3 minggu pun diberlakukan. Setelah 3 pekan, kegiatan belajar mengajar pun dilanjutkan melalui metode daring. Untuk menunjang pelaksanaan pengajaran dengan menggunakan metode daring, pemerintah Turki kemudian memberi kuota internet gratis ke semua operator seluler yang beroperasi di Turki. Meskipun kebijakan tersebut dapat dikatakan cukup cepat dan cenderung sigap, kebijakan tersebut menyebabkan antrian cukup panjang di loket-loket penjualan tiket bus dan kereta api antar kota di Turki. Bahkan pada hari-hari awal pemberlakuan kebijakan tersebut, sejumlah situs penjualan tiket bus dan kereta Majalah Konstantinesia / Edisi 9
9
api antar kota di Turki tidak bisa diakses sama sekali. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya pelajar lokal yang ingin segera kembali ke kota asal masing-masing.
tanggal 3 April 2020. Meskipun demikian, kebijakan ini tidak berlaku untuk pengangkutan logistik, bahan bakar, dan pengiriman melalui jasa ekspedisi guna menjaga kestabilan distribu Merebaknya virus ini di hampir si dan suplai bahan-bahan kebutuhan seluruh negara di dunia juga berim- pokok dan bahan bakar. bas kepada beberapa rencana kun- Dari beberapa kebijakan yang jungan kenegaraan Presiden Turki ke diambil dalam kurun waktu tersebut, luar negeri yang pada akhirnya har- terdapat dua kebijakan yang menarik us dibatalkan. Kemudian, karena pu- untuk diketahui. Kebijakan pertama sat keramaian dan kerumunan orang adalah pelarangan keluar rumah unmerupakan tempat yang berpotensi tuk lansia berusia 65 tahun ke atas atau menjadi tempat penularan COVID-19, memiliki penyakit kronis. Hal tersebut pemerintah Turki dan pemerintah disebabkan karena lansia yang berulokal kemudian mengambil keputu- sia 65 tahun ke atas sangat rentan san untuk menutup dan menghenti- tertular virus ini. Di lain pihak, kebijakan operasi tempat-tempat hiburan, kan serupa juga diberlakukan kepada termasuk kafe, mengeluarkan lar- penduduk yang berusia di bawah 20 angan berkumpul, serta meniadakan tahun. sholat berjama’ah di masjid (termasuk Kebijakan kedua adalah kebijashalat Jum’at dan shalat Tarawih di kan karantina wilayah pada akhir pebulan Ramadhan) hingga waktu yang kan. Pada tanggal 10 April 2020, Mentbelum ditentukan. eri Dalam Negeri Turki, Sßleyman Soylu Sepanjang pertengahan Maret hingga awal April 2020, pemerintah Turki mengambil beberapa kebijakan-kebijakan penting guna menekan penyebaran COVID-19 di Turki. Pada tanggal 28 Maret 2020, Pemerintah Turki memberlakukan kewajiban kepada penduduk Turki yang hendak melakukan perjalanan antar kota untuk memperoleh ijin atau surat keterangan jalan dari gubernur setempat. Kebijakan tersebut kemudian ditingkatkan oleh pemerintah Turki dengan memberlakukan penghentian sementara perjalanan antar kota untuk semua moda transportasi pada
mengumumkan kebijakan karantina wilayah yang berlaku selama 2 hari. Uniknya, kebijakan tersebut diumumkan kepada publik pada jam 22.00 malam waktu setempat dan berlaku mulai tengah malam. Akibat pengumuman dan pemberlakuan kebijakan tersebut, mayoritas masyarakat Turki panik, sehingga berbondong-bondong keluar rumah untuk membeli kebutuhan pokok seperti roti, susu, dan barang-barang kebutuhan lainnya. Kepanikan tersebut menyebabkan peraturan social distancing di tempat-tempat umum banyak diabaikan, bahkan di beberapa tempat sampai Majalah Konstantinesia / Edisi 9
10
memicu terjadinya kericuhan hingga perkelahian. Kekacauan akibat pemberlakuan karantina wilayah yang terbilang mendadak tersebut, pada akhirnya membuat Menteri Dalam Negeri Turki, SĂźleyman Soylu mengajukan pengunduran diri kepada Presiden Recep Tayyip ErdoÄ&#x;an sebagai bentuk pertanggungjawaban meskipun akhirnya pengunduran diri tersebut kemudian ditolak oleh Presiden ErdoÄ&#x;an. Meskipun kebijakan-kebijakan tersebut bersifat seolah-olah memaksa penduduk Turki untuk tinggal di rumah, pemerintah Turki juga memberlakukan kebijakan pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat Turki seperti rencana pemberian bantuan sosial sekitar 7 milyar lira dengan besaran yang diterima berjumlah 1000 TL (Turkish Lira) hingga 1500 TL per keluarga. Kemudian, karena adanya desas-desus dan kekhawatiran akan kelangkaan masker serta tingginya harga masker yang dijual di beberapa wilayah di Turki, pemerintah Turki. melalui Presiden Recep Tayyip ErdoÄ&#x;an secara resmi melarang penjualan masker secara komersial. Sebagai gantinya Pada kesempatan yang sama, pemerintah membagi-bagikan masker secara cuma-cuma kepada masyarakat Turki dengan cara pengantaran langsung ke alamat masing-masing melalui pos.
memberikan bantuan sosial. Beberapa kota besar di Turki, seperti Konya dan Ankara memberikan keringanan dalam pembayaran pelayanan air. Khusus untuk kota Konya, keringanan pembayaran air dilaksanakan dalam bentuk peniadaan pemutusan air bagi penunggak iuran air selama COVID-19 masih berlangsung. Beberapa organisasi sosial kemasyarakatan di beberapa kota juga berlomba-lomba memberikan bantuan berupa sembako kepada masyarakat yang terdampak COVID-19, salah satunya mahasiswa asing yang tinggal di rumah sewaan. Sampai saat ini, menurut laman resmi Kementerian Kesehatan Turki dan laman sosial media Menteri Kesehatan Turki, jumlah pasien yang terjangkit COVID-19 sampai dengan tanggal 13 April 2020 mencapai 61.000 lebih dengan 1.296 diantaranya meninggal dunia dan 3957 lainnya berhasil disembuhan. Dengan angka kesembuhan pasien yang terjangkit COVID-19 yang cukup tinggi, maka kebijakan penanganan COVID-19 yang diambil oleh Turki dapat dikatakan cukup efektif. Stigmatisasi Negatif Terhadap Mahasiswa Asing Selama Pandemi COVID-19
Pada masa pandemik COVID-19, masalah terkait rasisme dan diskriminasi menjadi masalah baru yang tak kalah pelik di beberapa ne Pemerintah lokal dan beber- gara, termasuk di Turki. Pasca penyeapa organisasi sosial, dalam situasi baran COVID-19, perlakuan rasisme pandemi COVID-19 juga turut andil Majalah Konstantinesia / Edisi 9
11
dan diskriminasi oleh masyarakat Turki terhadap mahasiswa dan warga negara asing yang belajar dan menetap di Turki meningkat tajam. Bahkan pada tanggal 13 Maret 2020, di kota Beyşehir provinsi Konya terjadi penusukan terhadap seorang warga negara Afghanistan karena korban dikira membawa virus Corona. Kejadian tersebut berawal ketika seorang WN Afghanistan sedang memancing di tepi danau ketika seorang pemuda setempat datang dan mengeluarkan ujaran rasisme. Hal tersebut berujung pada cekcok mulut yang berakhir dengan penusukan terhadap orang tersebut. Kebanyakan korban tindakan rasisme adalah mahasiswa atau warga negara asing yang berasal dari negara-negara Asia Tengah, Timur, dan Tenggara sebagai akibat dari kesamaan bentuk fisik yang dimiliki dengan masyarakat Tiongkok. Bentuk serangan rasisme juga beragam mulai dari ujaran-ujaran rasisme seperti “Çinli misin?Hasta mısın?” (Apakah anda orang Cina? Apakah anda sakit?), “Burada Korona var” (Dis-
ini ada orang yang bawa virus corona), lalu beberapa tindakan seperti tatapan sinis dan curiga terhadap orang-orang asing tanpa mengucap sepatah kata bahkan mengekspresikan rasa jijik seraya menutup hidung hingga diskriminasi di tempat-tempat umum dan pusat pelayanan publik. Penyebab utama dari terjadinya fenomena rasisme terhadap mahasiswa asing adalah kepanikan dan ketidaktahuan masyarakat Turki tentang bagaimana virus tersebut menular serta kurangnya informasi terhadap virus ini sehingga kebanyakan masyarakat Turki memukul rata setiap mahasiswa asing yang berasal negara-negara Asia Tengah, Timur, dan Tenggara sebagai orang yang datang dari Republik Rakyat Tiongkok sebagai carrier atau pembawa virus Corona. Sayangnya, sampai saat ini belum ada tindakan tegas yang diambil aparat penegak hukum setempat untuk mengatasi isu rasisme terhadap mahasiswa asing di Turki.
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
12
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
13
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
14
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
15
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
16
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
17
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
18
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
19
Turki adalah sebuah negara yang memiliki keindahan alam serta kekayaan akan sejarah dan budaya. Pesona keindahan negeri dua benua ini tentunya tak luput dari pandangan orang Indonesia. Setiap tahunnya banyak warga Indonesia yang mengunjungi Turki untuk berpariwisata. Lalu apa pandangan orang Indonesia terhadap Turki? Banyak yang menganggap Turki berada di Negara Arab, kering dan berpasir, memiliki unta dan berbahasa Arab. Lebih-lebih lagi orang Indonesia hanya mengetahui kota Istanbul dan mengganggap Istanbul sebagai ibu kota Turki. Namun apakah pandangan itu benar? Berikut ini adalah fakta-fakta yang harus diluruskan dan dicermati oleh orang Indonesia.
Sebagian besar orang Indonesia yang mengetahui Turki, pasti hanya mengetahui Istanbul. Saat ditanya apa yang identik dengan Turki? Pasti mereka akan menjawab Istanbul. Banyak dari mereka mengira bahwa Istanbul adalah ibu kota Turki. Faktanya Ankaralah yang merupakan ibu kota Turki. Pada tahun 1922, Mustafa Kemal AtatĂźrk, pendiri Turki menggagaskan sebuah reformasi untuk pemindahan ibu kota. Bukan karena kepadatan penduduk, melainkan karena di Istanbul terdapat banyak kemorosotan moral dan korupsi. AtatĂźrk memutuskan untuk memindahkan ibu kota Turki ke kota Ankara. Ankara dipilih karena secara geografis Ankara menjadi titik pusat kota Turki. Ankara menjadi ibu kota Turki sejak tanggal 12 Oktober 1923 sampai saat ini.
Banyak dari orang Indonesia menganggap Turki berpadang pasir, memiliki banyak unta dan terletak di Arab. Namun faktanya, Turki tidak termasuk bagian dari negara Arab. Turki merupakan negara dua benua, dimana Asia mencakup sebanyak 97% terpisah dari Eropa Turki oleh Selat Bosphorus, Laut Marmara dan Selat Dardenella. Sementara Eropa mencakup hanya 3% membentuk perbatasan Turki dengan Yunani dan Bulgaria.
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
20
Turki dan Arab adalah etnis yang berbeda dengan bahasa yang berbeda pula. Masih banyak orang Indonesia yang mengira jika Turki menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa utama mereka. Faktanya, pada abad ke 15 zaman kesultanan Ustmaniyah, bahasa Turki kaya akan bahasa Arab yang jumlahnya mencapai 88%. Kemudian Mustafa Kemal AtatĂźrk mendirikan lembaga bahasa Turki. Lembaga ini berfungsi untuk mencari padanan kata Turki asli dan mengembangkan kosa kata. Pada tahun 1928, Bahasa Turki sudah menggunakan aksara latin dengan alfabet yang dimodifikasi. Unsur Bahasa Arabnya berkurang drastis menjadi 30% dan banyak bahasanya yang terpengaruh bahasa Eropa.
Meskipun 99,8% penduduknya menganut agama islam, tetapi kehidupan masyarakat Turki cenderung moderat. Cara hidup orang Turki merupakan gabungan antara Eropa dan Asia. Penampilan dan pakaian mereka menyerupai bangsa Eropa. Sementara untuk makanan, seni, kerajinan cenderung menyerupai Asia. Orang Turki sangatlah fashionable, terbukti dengan banyaknya desainer Turki terkenal sepertÄą GĂźnseli TĂźrkay, beliau adalah desainer yang mewakili Turki di acara London Fashion Week 2010. Beliau juga sempat bekerja di brand Italia ternama, Zara. Tidak heran jika Turki menjadi kiblat utama fashion busana muslim di dunia.
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
21
Çanakkale merupakan salah satu kota di Turki yang harus dikunjungi saat kalian berada di Turki. Selain pantainya yang indah, sejarah yang terjadi di kota ini pun juga menarik untuk dipahami. Perang Çanakkale merupakan salah satu sejarah peperangan yang terkenal. Perang ini terjadi pada tahun 1915-1916. Pada bulan Februari 1915 kapal laut bersenjata gabungan dari angkatan laut negara Perancis dan Inggris tiba di pesisir laut Çanakkale dan memulai penyerangannya. Setelah kejadian itu pihak lawan kehilangan banyak tentaranya dan harus menyerah untuk melakukan penyerangan dari laut. Ketika mengetahui bahwa mereka tidak bisa pergi ke Istanbul melalui jalur laut, pasukan gabungan Inggris dan Perancis merencanakan untuk merebut meriam milik Osmanlı yang berada di jembatan Çanakkale. Dalam rencana ini, pada tanggal 25 April 1915 telah disiapkan 5 titik darat di bagian selatan semenanjung Gelibolu oleh pasukan Inggris dan Perancis. Pada 6 Agustus 1915, tentara tambahan kembali dikerahkan di daerah utara Arıburnu, Desa Suvla untuk memperkuat pasukan yang ada di bagian pantai. Namun, pada 9 Agustus, saat penyerangan balik yang dikenal sebagai penyerangan Anafartalar pertama oleh Kolonel Mustafa Kemal, pasukan Inggris berhasil menaklukkan bagian pantai dengan melakukan pengiriman pasukan cadangan di garis api. Esok harinya, Mustafa Kemal kembali melakukan serangan balik di daer-
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
22
ah Kocaçimentepe – Conk Bayırı, dan disini juga pasukan Anzak (Australia dan New Zealand ) kembali hadir. Pasukan Inggris dan Anzak tidak dapat mengatasi serangan Osmanlı, yang dikenal juga sebagai penyerangan Anafatalar. Setelah penyerangan yang terjadi, pasukan Inggris, Anzak, dan Perancis diusir dari Semenanjung Gelibolu sekitar Desember 1915. Begitulah sejarah bagaimana pasukan Turki melawan tentara gabungan dari Inggris, Perancis, dan Anzak. Oleh sebab itulah, Çanakkale menjadi pertahanan terkuat di Turki. Saat ini, Çanakkale menjadi kota wisata andalan warga lokal maupun internasional. Pantainya yang bersih membuat kota ini ramai dikunjungi saat musim panas tiba. Berjemur dibawah sinar matahari dan menyelam menjadi kegiatan favorit para wisatawan di sini. Selain itu, ada juga tempat-tempat yang tak boleh terlewatkan kalau sudah tiba di Çanakkale. Salah satunya adalah patung kuda legendaris yaitu patung kuda troy. Patung kuda raksasa yang katanya hadiah dari Film Troy produksi Warner Bros kepada Turki. Teman – teman jangan sampai lupa untuk berfoto disini, karena katanya kalau belum foto bersama kuda raksasanya, sama aja belum datang ke Çanakkale. Jika ingin hasil fotonya lebih kece, ada Truva Antik Kenti yang menjadi warisan UNESCO sejak tahun 1998. Di sini kalian bisa berfoto memakai kostum ala masyarakat Roma zaman dulu. Biaya untuk masuk dikenakan sekitar 25 TL per orang (sekitar Rp 50.000,-). Jika foto-fotonya dirasa cukup, saatnya mengisi perut dengan makanan khas Çanakkale. Peynir Helvası, makanan khas Çanakkale yang terbuat dari keju tanpa garam, gula, telur dan semonila. Rasanya manis sekali. Bagi pecinta makanan asin boleh dicoba juga ikan sarden yang ada disini. Orang lokal menyebutnya Sardalya Balık, pas banget jika makan ini setelah berjalan keliling museum saat musim panas. Perut kenyang, energi sudah terisi, saatnya belanja oleh-oleh! Rasanya belum afdal ya kalau belum membeli oleh-oleh. Kalian bisa pergi ke Aynalı Çarşı untuk membelinya. Bisa dibilang tempatnya mirip seperti Kapalı Çarşı (Grand Bazaar) yang ada di Istanbul, tapi lebih kecil. Jika sudah puas berjemur, berfoto dengan patung kuda raksasa, makan Sardalya Balık dan Peynir Helvası, juga beli oleh-oleh khas Çanakkale, kunjungan kalian ke Çanakkale sudah komplet! Kira-kira selanjutnya kemana ya?
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
23
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
24
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
25
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
26
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
27
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
28
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
29
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
30
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
31
Budaya minum teh memang telah ada di dunia sejak lama. Hal ini juga berdampak pada jumlah konsumsi teh di berbagai negara. Sejenak mungkin kita mengetahui Jepang sebagai negara konsumen teh terbanyak di dunia. Namun tahukah kita bahwa, menurut lansiran statistika.com Turki justru menempati urutan pertama negara pengkonsumsi teh terbanyak di dunia. Rata-rata masyarakat Turki per tahunnya mengonsumsi teh sebanyak dua kilogram per orang. Tradisi minum teh memang sudah sangat lekat dengan orang Turki. Sampai-sampai ada peribahasa Turki, “hidup sama seperti meminum teh�. Peribahasa ini memiliki makna bahwa kehidupan orang Turki yang tidak bisa jauh dari teh, dimana orang Turki bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk meminum teh. Pada sejarahnya, Turki dulunya lebih menggemari minuman kopi. Bahkan, orang Turki sampai membawa bahan-bahan mentah kopi dari Yaman karena negara tersebut terkenal dengan kualitas biji kopinya. Teh, justru baru dikonsumsi di Turki pada awal abad ke-20. Dampak pasca Perang Dunia I membuat Turki menjadi kesulitan untuk mendapatkan kopi dari Yaman dan harga kopi yang juga melambung tinggi. Menaggapi kesulitan ini, Turki memiliki inovasi untuk memanen daun teh. Akhir tahun 1930, harga empat cup teh bisa diibaratkan dengan satu cangkir kopi. Saat itu, kebanyakan pusat kebun teh berada di Rize. Seiring berjalannya waktu, teh banyak ditanam di sekitar Laut Hitam. Pada tahun 1965, produksi teh sudah mencapai Majalah Konstantinesia / Edisi 9
32
tingkat domestik.
Selain menciptakan keakraban saat orang Turki meminum teh, teh hitam khas Turki ini juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Teh hitam mampu melancarkan pembuluh darah dan jantung, sehingga kita bisa mengurangi resiko dari penyakit jantung dan stroke. Teh hitam juga mengandung flavonoid yang berfungsi untuk menstabilkan metabolisme tubuh dan mengurangi kolesterol.
Bagi orang Turki, minum teh sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan. Entah itu di restoran, rumah, ataupun saat sekedar bertamu ke rumah orang lain. Hampir semua restoran di Turki, terdapat jamuan minum teh. Tak jarang juga, restoran yang memberikan minum teh sebagai jamuan gratis. Beberapa restoran juga menyediakan layanan isi ulang atau refiil untuk jamuan minum teh, sehing- Sumber : Google ga para pengunjung bisa bebas menambah teh sesuai keinginan mereka. Sementara untuk sajian meminum teh di rumah-rumah, mereka akan menyediakan teh dengan manisan atau kue kering khas Turki, seperti baklava, lokum dan kacang-kacangan. Ada tradisi bagi setiap rumah di Turki harus menyimpan persediaan teh dan memastikan teh tidak akan habis untuk jamuan tamu yang akan datang ke rumah mereka. Jika para tamu sudah merasa cukup, mereka bisa meletakkan sendok di atas cangkir teh tersebut. Meletakkan kepala sendok menghadap ke bawah merupakan sebuah isyarat bahwa sang tamu sudah kenyang untuk meminum teh.
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
33
Turki adalah negara yang menjaga peninggalan leluhurnya dengan sangat baik. Melalui tradisi-tradisi yang masih terawat menempatkan Turki sebagai destinasi wisatawan terbanyak keenam di dunia. Dengan 46 juta wisatawan tiap tahunnya. Bicara tradisi, musik dan tarian merupakan salah satu bentuk kesenian yang tak boleh dilupakan. Sejak abad ke-8 di Turki ada marching band tertua yang pernah ada di dunia yaitu Mehter. Mehter berasal dari bahasa Persia, mihter yang artinya agung. Menurut prasasti Orkhon yang berada di Asia Tengah. Disebutkan bahwa Mehtar saat itu masih berupa insturmen tunggal. Berdasarkan buku yang ditulis pada abad ke-11 karya Kasgari, Divan-ü Lügat Türk. Band militer ini digambarkan sebagai “Kübürge” dan “Tuğ”(tongkat), Pada saat itu, “Tuğ”, yang terdiri dari, log (drum), çenk (lonceng) dan nay (sejenis gitar dari Turki) digunakan untuk memainkan Mehter. Selain itu, “Tuğ” telah menjadi simbol dominasi di Turki hingga sekarang. Mehter pernah menjadi hadiah ucapan selamat dari penguasa Seljuk, Sultan Aleaddin Keykubad III kepada Osman Gazi (saat itu status Ottoman masih sebagai kerajaan kecil.) Mehter sendiri diyakini sudah mulai ditampilakan pada seremonial resmi sejak pemerintahan Sultan Murad II, hal ibi berdasarkan buku catatan perjalanan Evliya Celebi yang menyebutkan penyambutan wazir-wazir agung, musik peperangan, penyambutan lainnya diiringi dengan mehteran (sebutan pemain Mehter.) Mehter dimainkan antara 10 sampai 12 orang tiap grupnya. Adapun pakaian yang digunakan mehteran adalah kopiah buluh berwarna merah, jubah merah, celana baggy merah, tiga rok kuning, tiga rok berwarna dan syal merah, sabuk berwarna hijau. Musik yang dinyanyikan berisi puji-pujian kepada Ilahi. Selain itu disaat bersamaan, suara dentuman drum dan hentakkan tug juga
Cut Meurah Habibur Rahman
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
34
mengiringi lantunan puja-pujian oleh mehteran. Pasukan Muhammad Al-Fatih Memasuki Konstantinopel Penaklukan Istanbul 1453, diawali oleh prosesi penampilan mehteran yang berjumlah 300 orang, 70 drum dan 100 drum dalam dua kelompok yang berbeda. Di saat yang sama pemuka agama juga melantunkan takbir kebesaran. Hasilnya sebelum perang terjadi, para pasukan Mehmet II (Muhammad Al-Fatih) menaikkan semangat serta antusias untuk menyerang golden horn Istanbul pada saat itu. Suara-suara tabukan drum oleh mehteran membuat para pasukan Bizantium saat itu gentar, pasalnya dentuman itu seperti suara guntur yang membumbung tinggi, serangan pasukan Ottoman itu menjadi petir bagi mereka. Sultan Mehmet II, lagi-lagi di tengah prosesi kemenangan luar biasa saat memasuki Istanbul, mengarahkan matanya ke tembok-tembok kota yang sudah porak-poranda. Kemudian menggerakkan kudanya. Rombongan pasukan, memainkan mehteran, drum dan seruling dari arah belakang Janisari, menambah suka cita pada hari itu. hari yang begitu dikenang bagi orangorang Muslim. Perang yang telah digembar-gemborkan berabad-abad yang lalu, dan kemenangan perang Ottoman yang semakin membuatnya berjaya. Adzan dibacakan dan mehter dibunyikan kembali pada tiaptiap pertempuran. Mehter Menjadi Inspirasi Komposer Klasik Dunia Mulai abad ke-16, musik marching band perang sudah dikenal oleh banyak militer kerajaan di seluruh dunia. Selain itu fakta yang menarik adalah beberapa komposer klasik dunia terinspirasi dengan tabukan dan dentuman mehter ini seperti Ludwig van Beethoven, Wolfgang Amadeus Mozart dan Joseph Haydn. Semua ini karena Mehter sebagai musik militer Ottoman seringkali mencapi kemenangan pada tiap peperangan. Sejarahwan musik Ottoman, Dr. Emre Araci dalam konferensi, Ritmin Renkleri: Yeniçeri Osmanlı Müziği ve Klasik Batı Müziği (Warna-warna ritme: Musik Jenniseri Ottoman dan Musik Klassik Western) yang diadakan oleh Brussels Royal Conservetory bekerjasama dengan Yunus Emre Institut mengatakan bahwa, pada zaman pencerahan orang Eropa, yang menyadari efek musik yang mengalir berulang kali memberikan semangat bagi para pasukan perang, dengan suara dan tingkat ritme yang tinggi. Orang-orang Eropa mulai menggunakan alat musik seperti drum besar, lonceng dan lingkaran. Majalah Konstantinesia / Edisi 9
35
Dalam waktu yang sama, instrumen musik mengilhami seorang komposer Perancis yang berbasis di Italia Jean Baptiste Lully untuk menulis instrument “Marche pour la ceremonie des Turcs” (Mars Seremonial Turki), Mozart juga mengakuisisi “Rondo a la Turca” (Lagu Kebangsaan Turki) dan Beethoven memasukkannya ke dalam album Simfoni 9 “Turkish Variations.” Mehter masa kini Pada tahun 1826, Sultan Mahmud II membubarkan Janisari, oleh karena itu peran Mehter menjadi redup. Kondisi ini mencapai puncaknya akhir abad ke-19 ketika Utsmani menjadi “Sick Man of Europe”. Tahun 1911 melalui Direktur Museum Militer Istanbul mencoba membangkitkan kembali tradisi Mehter ini, dan akhirnya kembali tampil secara penuh pada tahun 1953 untuk merayakan 500 tahun Jatuhnya Konstantinopel. Saat ini Mehter adalah marching band Angkatan Bersenjata Republik Turki. Musik Mehter banyak digunakan pada upacara negara dan kemiliteran sebagai pengingat heroisme masa lalu kejayaan Turki Utsmani. Kesatuan Mehter (Mehter Bölüğü) menjadi band Angkatan Bersenjata Turki dan ditampilkan di Museum Militer (Askeri Müze) di Istanbul. Yunus Emre Institut kerap kali mengadakan berbagai acara bertajuk turkinisasi di belahan dunia. Mehter merupakan salah satu yang ikut tampil dalam acara-acara tersebut. Mehter sudah menjadi tradisi lama yang saat ini masih dilestarikan oleh orang-orang Turki. Mehter juga mengajarkan kita kurang lebih bagaimana budaya dan tradisi tidak boleh hilang sampai kapanpun. Pelajaran berharga untuk kita semakin mencintai budaya dan tradisi yang hidup di tiap masyarakat. Terlebih Indonesia dikenal memiliki kekayaan budaya lebih dibandingkan negara lainnya. Sebagai bangsa Indonesia sudahkah kita menjaga dan melindungi budaya-budaya kita. Menjaga agar tidak hanya menjadi sejarah akan tetapi menjadi tolak ukur kemajuan negeri Indonesia.
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
36
Reportase : Annisa Azzahra
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
37
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
38
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
39
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
40
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
41
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
42
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
43
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
44
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
45
Majalah Konstantinesia / Edisi 9
46