Artikel 24 “DEMOKRASI DI KALANGAN PELAJAR ACEH” Nahdiatul Ghina MAN 2 Banda Aceh
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani “demokratia” (kekuasaan rakyat) yang terbentuk dari “demos” (rakyat) dan “kratos” (Kekuatan/kekuasaan). Kata “DEMOKRASI” pertama kali muncul pada mazhab politik dan filsafat Yunani Kuno di kota Athena. Di pimpin oleh Cleisthenes, warga Athena mendirikan Negara yang umum di anggap sebagai Negara demokrasi pertama pada tahun 508-507 SM. Cleisthenes di sebut sebagai “Bapak Demokrasi Athena”. Sedangkan menurut Abraham Lincoln, Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Indonesia merupakan salah satu Negara demokrasi terbesar di dunia, hal ini di akui sejak pesta demokrasi pada Pemilu 2004 dan demokrasi yang di anut adalah demokrasi pancasila. Prinsip utama demokrasi pancasila adalah mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat. Oleh karena itu, kehidupan sosial dan sistem pemerintahanan Indonesia, termasuk dunia pendidikan di dasari pada azaz musyawarah untuk mencapai mufakat. Pada dasarnya, demokrasi pancasila dalam dunia pendidikan khususnya di kalangan pelajar Aceh telah berjalan dengan baik. Kegiatan seperti pemilihan ketua OSIM/OSIS telah terlaksana secara demokratis di seluruh Sekolah/Madrasah. Selain itu, dalam proses belajar mengajar, siswa juga di beri kebebasan mengemukakan pendapat untuk bertanya dan menjawab pertanyaan tentang materi pelajaran dan kondisi kelas maupun sekolah. Demokrasi yang di jalankan secara Pancasila akan berdampak positif bagi pelajar. Pelajar akan berani megemukakan pendapatnya secara bebas dengan mengemukakan pendapatnya secara benar dengan mengutamakan kepentingan umum dan aza mufakat. Pelajar juga akan dapat menerima pendapat yang berbeda dari teman lain dengan lapang dada. Hal ini akan berguna bagi pembentukan karakter pemuda/pemudi sebagai calon pemimpin bangsa. Walau demokrasi berdampak positif, namun jika di laksanakan secara keblablasan akan berdampak negatif bagi pelajar. Pelajar cenderung tidak menghormati dan menghargai derajat guru. Mereka merasa bahwa sekolah di kuasai oleh mereka, sedangkan kepala sekolah, guru, dan staf lainnya hanya sebagai tim sukses. Mereka merasa merekalah yang berhak menentukan peraturan-peraturan yang akan mereka jalani. Mereka juga cenderung memiliki hasrat menentang jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Seperti misalnya ketika ada guru yang cara mengajarnya tidak mereka sukai, mereka menentang atau bahkan melakukan pelecehan terhadap guru tersebut. Menyangkut pentingnya demokrasi yang benar bagi pelajar, maka sudah sewajarnya pendidikan demokrasi di laksanakan dan di terapkan sejak pelajar berada di jenjang pendidikan dasar. Selain itu, peran pemerintah untuk mensosialisasikan 75
demokrasi yang benar bagi masyarakat juga banyak di perlukan. Misalnya dengan mensosialisasikan lewat poster-poster demokrasi, artikel-artikel demokrasi, cerpen demokrasi, membuat majalah remaja demokrasi yang menarik, dan lainnya. Upaya ini di lakukan agar pelajar dapat memaknai dengan baik apa itu demokrasi yang sebenarnya. Selain itu menurut penulis sendiri, pembelajaran demokrasi dapat di mulai di dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat mereka secara sopan, sehingga siswa dapat memahami demokrasi secara benar. Dalam organisasi kesiswaan, pelajar di beri kebebasan dan tanggung jawab mengelola kegiatan ekstra di lingkungan sekolah mereka. Selanjutnya kegiatan lomba menulis artikel demokrasi juga dapat di adakan di lingkungan Sekolah/Madrasah agar para siswa dapat memperoleh informasi/pengetahuan demokrasi yang benar, sehingga mereka dapat menjadi calon pemimpin masa depan yang demokratis.
76