Artikel 36 “KELUARGA DEMOKRASI” Shella Gebrina SMAN 2 Banda Aceh
Demokrasi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos dan kratos. Demos berarti rakyat, sedangkan kratos dapat diartikan kekuasaan atau pemerintahan. Istilah tersebut berasal dari bahasa Yunani: δημοκρατία “pemerintahan rakyat” (dēmokratía), yang diciptakan dari δῆμος (demo) “orang” dan κράτος (Kratos) “kekuatan”, di pertengahan abad ke 4-5 SM untuk menunjukkan sistem politik yang ada di beberapa kota Yunani, terutama Athena setelah pemberontakan populer di 508 SM. Kita tahu bahwa demokrasi merupakan ideologi bangsa kita, namun penerapan untuk menjalankan peraturan dan isi-isi yang terkandung di dalam ideologi bukan hanya dalam negara saja tetapi di lingkungan keluarga demokrasi juga harus dilakukan. Maka dari itu, saya menggambil judul “ keluarga demokrasi” ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan bagaimana keadaan antara keluarga yang menggunakan sistem demokrasi dengan keluarga yang tidak menggunakan sistem demokrasi. Tidak semua keluarga menggunakan sistem demokrasi dalam kehidupan berkeluarga. Menurut mereka, berdemokrasi dalam keluarga terlalu banyak menghabiskan waktu dan hasil dari sebuah keputusan tersebut biasanya tidak seperti yang diharapkan pada awalnya. Bagi keluarga yang tidak menggunakan demokrasi dalam memutuskan sebuah permasalahan dalam kehidupan keluargannya akan cepat terbelah atau sering di sebut dengan keluarga broken home. Padahal inti dari demokrasi sendiri tidak seperti yang mereka pikirkan, karena demokrasi lebih menekankan musyawarah dan kebebasan berpendapat dalam membahas suatu permasalahan dalam keluarga. Hal ini tentu saja berakibat fatal terhadap kehidupan keluarga dan kehidupan anak-anak keluarga tersebut. Keluarga yang tidak demokrasi dalam keluarganya sering terjadi permasalahan atau kesalahpahaman yang di akibatkan kurang dari musyawarah dalam mengambil keputusan. Padahal dengan adanya sistem demokrasi yang digunakan dalam keluarga dapat mempermudah dan mempererat komunikasi antar anggota keluarga. Menurut International Commission for Jurist, demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas. Begitu juga dalam keluarga sistem demokrasi juga harus diterapkan dalam keluarga seperti bermusyawarah untuk membahas permasalahan yang terjadi di dalam keluarga. Dalam musyawarah yang dilakukan semua anggota keluarga dapat menggeluarkan pendapat, saran, atau kritikan yang ingin di sampaikan. 103
Dari penelitian yang dilakukan di daerah Punge Blang Cut, Banda Aceh contoh perbandingan antara keluarga yang menggunakan sistem demokrasi dengan keluarga yang tidak menggunakan sistem demokrasi. Penelitian pertama pada keluarga yang tidak menggunakan sistem demokrasi, hasil penelitiannya keluarga yang tidak menggunakan sistem demokrasi dalam keluarganya tidak terdapat keakraban antar anggota keluarga, sering terjadi kesalahpahaman yang diakibatkan tidak pernah melakukan musyawarah atau rapatrapat penting untuk membahas hal-hal yang penting dalam keluarga, kurangnya keadilan yang diakibatkan orang tua pilih kasih kepada anaknya, hanya menyayangi satu anaknya saja yang lainnya tidak, tidak ada rasa saling menghormati antara satu sama lain, anak tidak menghormati orang tua dan orang-tua pun tidak pernah memperhatikan anaknya. Kurangnya penerapan system demokrasi ini dalam keluarga biasanya diakibatkan karena orang tua yang terlalu sibuk terhadap pekerjaannya dan kurang memperhatikan anak-anaknya, bahkan antara suami dan istri saja jarang untuk duduk sekedar berbagi cerita, keluarga yang tidak menggunakan sistem demokrasi jarang terlihat damai, tentram, dan sejahtera, melainkan hal yang selalu tampak hanya adu mulut dan bahkan terjadi kekerasan yang tidak diharapkan terjadi. Penelitian selanjutnya pada keluarga yang menggunakan sistem demokrasi. Hasil penelitiannya sebagian besar keluarga tersebut aman, damai, sejahtera,selalu kelihatan harmonis. Orangtua berlaku adil terhadap semua anak-anaknya tanpa pilih kasih. Selalu ada musyawarah untuk membahas hal-hal penting dalam keluarga, disanalah kesempatan pada anggota keluarga untuk memberikan saran, pendapat dalam musyawarah tersebut, jadi jarang dalam keluarga yang menggunakan sistem demokrasi terjadi kesalahpahaman. Rasa saling menghormati dan menyayangi juga terdapat dalam keluarga tersebut. Orang tua yang sibuk bekerja pun akan mendahulukan kepentingan keluarga dari pada kepentingan pekerjaannya. Antara suami dan istri pun hubungan berjalan baik, selalu ada komunikasi, bertukar cerita, dan jarang terjadi kekerasan fisik. Antara anak dan orang tua pun hubungan berjalan baik, selalu anak berbagi cerita kepada orang tua, meminta pendapat dan lainnya yang selalu membuat komunikasi berjalan lancar tanpa harus ada kesalahpahaman diantara sesamanya. Sebenarnya dengan menerapkan sistem demokrasi dalam keluarga akan membuat keluarga tersebut lebih harmonis,sejahtera,damai,dan tenteram. Orang tua akan lebih menyayangi dan memahami keinginan anak-anaknya tanpa pilih kasih. Dan anak-anaknya pun akan menghormati orang tuanya, anak akan mengetahui dan menjalankan segala hak dan kewajibannya. Rasa kekeluargaan dan kasih sayang akan selalu ada pada keluarga yang menerapkan sistem demokrasi dalam keluarganya. Oleh karena itu, alangkah baiknya setiap keluarga menerapkan sistem demokrasi agar keluarga tersebut selalu harmonis, sejahtera, damai, tentram, dan terdapat rasa kasih sayang antar sesama anggota keluarga. Dari artikel saya ini tindak lanjut untuk menjalankan atau mengenalkan demokrasi di lingkungan kita masing-masing dengan mengajak dan memberi tahu kepada kita semua bahwa sistem demokrasi tidak hanya dijalankan dalam negara saja, namun kita juga harus menerapkan sistem demokrasi dalam keluarga kita agar keluarga kita selalu harmonis, sejahtera, aman,dan damai. 104