29 minute read
Pendampingan FTI UKDW di SMA Budya Wacana Yogyakarta
FTI UKDW-Vox Dei: Bekerjasama Untuk Pengembangan Dunia Digital
Fakultas versitas UKDW) Teknologi Informasi Kristen Duta Wacana Yogyakarta telah me Uni (FT nan I datangani perjanjian kerja sama dengan Vox Dei, startup analisis data yang didirikan oleh tim peneliti dari National University of Singapore (NUS).
Advertisement
FTI UKDW dan Vox Dei sepakat untuk melakukan kerja sama dalam bentuk penyelenggaraan kuliah umum dan workshop, pengembangan program untuk mahasiswa seperti magang dan rekrutmen staf, pengembangan proyek penelitian bersama dan pemberlakuan proyek penelitian mahasiswa di Lexikat sebagai proyek akhir tahun (skripsi) mahasiswa FTI UKDW.
Salah satu bentuk kerja sama yang sedang dilakukan adalah pengembangan algoritma sistem analisis teks yang merupakan bagian dari bidang Natural Language Processing (NLP). Algoritma yang dikembangkan oleh Vox Dei ini dijalankan oleh para peneliti dari Lee Kuan Yew School of Public Policy, sebuah sekolah pascasarjana yang merupakan bagian dari NUS untuk penggunaan akademis dan riset pasar. Vox Dei berharap penggunaan algoritma ini dapat membantu siswa dan peneliti untuk melakukan tinjauan literatur dan proyek analisis data. Saat ini, teknologi ini meng-analisis teks tertulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Cina, dan menghasilkan word clouds, statistik, dan grafik untuk membantu pengguna dengan cepat menafsirkan teks dalam volume
besar.
Kiprah FTI UKDW dalam pengajaran dan penelitian di bidang Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) dan Linguistik Komputasi (LK) menjadi alasan yang kuat bagi Vox Dei untuk menjalankan proyek kerja sama ini. FTI UKDW juga menaungi kelompok peneliti Humaniora Digital TRAWACA yang berfokus pada pengenalan karakter optik atau Optical Character Recognition (OCR) dan LK Tim TRAWACA juga menjadi anggota inti tim Indonesian Digital Heritage (sebagai link saja: http:// digitalheritage.id/about.html). Proyek TRAWACA mencoba memindai, mengenali, dan mengalihaksarakan teks-teks klasik beraksara Jawa dan mengubahnya menjadi alfabet Latin. FTI UKDW juga memiliki pengajaran yang kuat tentang Pembelajaran Mesin (Machine Learning) dan NLP sehingga menghasilkan lulusan dengan semua keterampilan yang diperlukan untuk menangani pengembangan perangkat lunak mutakhir.
Dengan dukungan dari NUS, khususnya dari Program Inovasi Penelitian Pascasarjana (NUS GRIP) dan Lean Launchpad Singapore (LLP), Vox Dei telah mulai membentuk tim inkubasi tim. Tim akan bekerja dengan para peneliti UKDW untuk mengembangkan rangkaian sumber daya NLP yang akan membantu para peneliti menganalisis teks dalam Bahasa Indonesia.
Melalui kerja sama yang dilakukan, mahasiswa UKDW juga akan menggunakan algoritma tersebut untuk membantu penelitian mereka dan umpan balik yang diberikan oleh mahasiswa akan digunakan untuk mengembangkan versi komersial dari perangkat lunak untuk melayani riset pasar, manajemen hubungan pelanggan atau Customer Relationship Management (CRM), layanan asuransi, dan sektor keuangan.
“Kami sudah memiliki alat NLP bahasa Inggris dan Cina yang tersedia secara online, dan kami sangat menantikan perangkat Bahasa Indonesia yang siap didistribusikan. Indonesia adalah pasar yang berkembang besar, namun perusahaan dibatasi oleh kurangnya pilihan analitik yang efektif untuk riset pasar di negara ini. Dengan bantuan perangkat lunak Bahasa Indonesia kami, kami harap mereka dapat mengatasi kendala bahasa dan mengakses lebih banyak peluang bisnis yang potensial. Kami benarbenar berharap dapat bekerja sama dengan para ahli di UKDW untuk menjadikan perangkat lunak kami online. Selama ini kami sedang mengembangkan algoritma AI yang lebih canggih yang diharapkan dapat kami gunakan dalam proyek-proyek mendatang,” ujar Jennifer Dodgson selaku CEO Vox Dei. [ai]
Pendampingan FTI UKDW di SMA Budya Wacana Yogyakarta
ebutuhan pengu K and Communic (ICT) bagi siswa asaan ation untuk Information Technology menghadapi revolusi industri 4.0 sangat dirasakan oleh dr.Gideon Hartono, ketua Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Nasional (YPPN) Budya Wacana.
Bekerja sama dengan Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Duta Wacana (FTI UKDW), YPPN Budya Wacana berinisiatif menerapkan pelajaran ICT pada semua tingkat sekolah di bawahnya (KB, TK, SD, SMP dan SMA Budya Wacana). Melalui kegiatan pendampingan penyusunan kurikulum ICT oleh FTI UKDW diharapkan materi pelajaran ICT dapat lebih berkualitas dan tidak tumpang tindih.
FTI UKDW menugaskan 11 dosen untuk mendampingi penyusunan kurikulum ICT di semua level pendidikan. Dosen FTI UKDW dibagi menjadi 3 tim, yang masing-masing mendampingi penyusunan kurikulum ICT tingkat KB-SD, tingkat SMP dan tingkat SMA. Kurikulum ICT yang selama ini ter
foto:dok.panitia
kesan hanya mengulang-ulang pembelajaran MS Office di tiap level ditingkatkan kualitasnya dengan memasukkan konten Computational Thinking, kemampuan programming, maupun materi lain yang dibutuhkan. Proses pendampingan dimulai sejak bulan Februari 2020. Selama penyusunan kurikulum, masing-masing tim
foto:dok.panitia
dari UKDW bekerja sama dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru-guru ICT di tiap level pendidikan agar dihasilkan kurikulum ICT yang berkualitas.
Pada level SMA, tim bersama guru ICT sudah berhasil membuat kurikulum ICT dari kelas X semester 1 hingga kelas XII semester 1. Salah satu usulan dari pimpinan SMA Budya Wacana terkait kurikulum ICT adalah keinginan sekolah agar siswa yang tidak melanjutkan kuliah diberi bekal keterampilan wirausaha di bidang komputer. Oleh karenanya materi ICT di kelas XII semester 1 berisi keterampilan praktis untuk instalasi PC, baik perangkat keras maupun lunak.
Sebagai bentuk dukungan, pada hari Kamis 30 Juli 2020 FTI UKDW memberikan bantuan berupa 2 unit PC lengkap dengan periperalnya kepada SMA Budya Wacana. Bantuan diberikan oleh Restyandito, S.Kom, MSIS., Ph.D selaku Dekan FTI UKDW dan diterima oleh Dra Wahyu Sriharini selaku kepala sekolah SMA Budya Wacana. Komputer tersebut selanjutnya akan dipakai sebagai bahan praktikum siswa kelas XII semester 1. FTI UKDW berharap bantuan pendampingan penyusunan kurikulum dan juga unit komputer yang diberikan dapat meningkatkan kualitas pendidikan SMA Budya Wacana. [Jong Jek Siang]
Belajar Bersama Fakultas Teologi UKDW melalui ‘NGASIK’
Berbagai menyika beredar pa pi di ndangan pandemi dunia m teologis dalam COVID-19 yang aya mendorong Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) untuk turut hadir membagikan perspektif teologisnya sebagai salah satu alternatif dalam merefleksikan dan merespons berbagai situasi yang terjadi selama masa pandemi.
Berangkat dari kerinduan itu, NGASIK (Ngobrol Asyik) Seputar Teologi muncul sebagai program yang mengemas diskusidiskusi teologis lewat obrolan santai dan bermutu yang disajikan melalui fitur live Instagram. Program yang hadir setiap hari Jumat pukul 19:30 WIB di akun Instagram @teologi_dewe ini merupakan wujud komitmen Fakultas Teologi UKDW untuk ‘memperluas’ ruang diskusi akademisnya di ranah publik.
Melibatkan tenaga dosen dari Fakultas Teologi UKDW sesuai dengan konsentrasi studinya, NGASIK berusaha untuk menyajikan berbagai macam topik yang relevan dan up to date. Beberapa di antaranya ialah persoalan yang bersifat filosofis seperti theodice, eskatologi, kristologi, dan ekklesiologi. Tak ketinggalan juga topik-topik yang bertujuan untuk memperlengkapi gereja dalam menyikapi berbagai dampak pandemi terhadap liturgi, pelayanan anak, dan diakonia. Tidak berhenti sampai di situ, dalam kesadaran bahwa dirinya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari krisis global, beberapa topik yang diangkat juga memberi perhatian pada isu ekologis, pekerjaan, dan kekerasan dalam rumah tangga yang disebut-sebut menjadi permasalahan umum yang muncul sebagai akibat dari masa social dan physical distancing. Persiapan gereja dan masyarakat
foto:dok.panitia
foto:dok.panitia
foto:dok.panitia
dalam menyambut masa adaptasi kebiasaan baru pun menjadi kondisi yang turut diperhitungkan sebagai topik NGASIK di bulan Juli.
Program NGASIK merupakan wujud semangat kolegalitas yang baik antara dekanat, para dosen serta Tim Citra Fakultas Teologi UKDW yang menjadi pelaksana program ini. Setiap dua bulan sekali, topik program NGASIK didiskusikan secara matang agar tetap relevan dengan kondisi yang terjadi saat ini. Menjelang pelaksanaan, dosen yang terjadwal sebagai narasumber dan mahasiswa yang ditugaskan menjadi host kembali mempersiapkan materi yang akan disajikan dan melakukan persiapan teknis lainnya. Proses kerja sama ini terus berjalan sampai pada pengunggahan dan publikasi rekaman program ini di kanal Youtube Fakultas Teologi UKDW. Seiring berjalannya waktu, Petra FM juga bersedia menjadi media partner dalam menyiarkan ulang program ini.
Usaha yang maksimal untuk memberikan sajian yang terbaik ini membuahkan hasil. Sejak episode pertamanya pada tanggal 24 April 2020 hingga bulan Juli, antusias warganet terhadap program ini tergolong cukup besar. Mulai dari rekan-rekan alumni yang merindukan suasana kelas sampai kepada kaum awam, mengakui bahwa setiap diskusi yang terjadi selalu memberikan insightbaru yang berguna secara spiritual dan praktis untuk dilakukan. Antusiasme tersebut semakin besar ketika warganet dapat langsung menyampaikan secara bebas pertanyaan-pertanyaan melalui fitur live chat yang ada dalam setiap episodenya.
Pdt. Robert Setio, Ph.D selaku Dekan Fakultas Teologi UKDW dalam percakapan internalnya dengan tim bahkan menyampaikan apresiasinya karena program ini telah berpengaruh besar terhadap jumlah calon mahasiswa yang hendak mendaftar di Fakultas Teologi UKDW. Namun, di atas semuanya itu, Fakultas Teologi UKDW berharap kehadiran program ini dapat terus memberi inspirasi yang sejalan dengan nilainilai Kerajaan Allah kepada warganet dalam semangat cinta kasih dan belarasa di tengah krisis bersama yang dihadapi. Ad majorem Dei gloriam! [Putra Arliandy]
Webinar Fasilitas Publik Inklusif di Era Adaptasi
Pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa bulan terakhir ini memaksa masyarakat untuk melakukan penyesuaian dalam beraktivitas di ruang publik. Kondisi ini dihadapkan dengan fungsi ruang publik untuk tetap memenuhi kebutuhan secara menyeluruh termasuk bagi penyandang disabilitas.
Menanggapi hal ini, Laboratorium Perancangan Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) bekerja sama dengan Pusat Rehabilitas YAKKUM (PRY) mengadakan seminar daring dengan tema "Strategi New Normal pada Fasilitas Publik bagi Orang dengan Disabilitas". Seminar daring ini bertujuan membahas bagaimana seharusnya fasilitas publik yang inklusif dan ramah bagi orang dengan disabilitas sehubungan dengan kondisi pandemi Covid-19 dan rencana pemberlakuan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Selain itu, seminar daring ini berusaha untuk mengangkat kegelisahan terkait isu di atas menjadi diskusi bersama.
Seminar daring yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Juli 2020 pukul 14.000-16.00 melalui Zoom dan live Youtube dan dibuka oleh Dr. -Ing. Ir. Winarna, M.A. selaku Dekan Fakultas Fakultas Bioteknologi UKDW #1 "Menjadi mengatur pemberian insentif pajak untuk mendukung program pemulihan ekonomi menyerap lebih banyak tenaga kerja dan Arsitektur dan Desain UKDW ini menghadirkan tiga pembicara yaitu Rita Triharyani, Kepala Seksi
Kebiasaan Baru
Diklat Inklusif di PRY YAKKUM, Stefani Natalia Sabatini, S.T., M.T., dosen Prodi Arsitektur UKDW dan Lea Aziz, Principal di PT Elenbee Dwi Panata, Interior Contractor, D.K.I. Jakarta. Bertugas sebagai moderator, Dr. -Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T., dosen prodi Arsitektur UKDW memandu jalannya seminar yang dihadiri oleh sekitar delapan puluh orang peserta dari kalangan akademisi, praktisi, penggiat isu disabilitas, serta rekan penyandang disabilitas. Seminar daring ini juga dilengkapi oleh pengalih bahasa isyarat untuk memfasilitasi peserta Alumni Fakultas Bioteknologi UKDW #3 kesempatan ini, Martha juga membagikan pengalaman berkarirnya yang dimulai dari pekerjaannya sebagai MC saat lulus kuliah, ataupun daerah) diantaranya Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Inspektorat Jenderal Kementrian Keuangan Republik disabilitas rungu dan rekaman seminar dapat ditonton pada akun youtube Arsitektur UKDW.
Dalam pembukaannya, Dr. -Ing. Ir. Winarna, M.A., menyampaikan bahwa isu fasilitas publik dan disabilitas menjadi penting karena semua orang dengan berbagai kondisi, termasuk orang dengan disabilitas, adalah bagian dari masyarakat.
Rita Triharyani, dalam pemaparannya memberikan pengantar bagaimana pelayanan publik yang inklusif seharusnya memenuhi prinsip disability inclusion yakni ACAP (Attitude, Communication, Accessibility, dan Participation). Rita juga menunjukkan rekomendasi berupa bagan kerangka strategi layanan kesehatan inklusi disabilitas untuk diterapkan pada fasilitas kesehatan dalam kondisi AKB. Stefani N. Sabatini maupun untuk memulai sebuah usaha atau Indonesia, PERADI (Perhimpunan Advokat Wakil Ketua Tax Center UKDW) dan host dibawakan langsung oleh Drs. Purnawan melanjutkan sesi pemaparan materi dengan menjelaskan tujuh prinsip Universal Design dan elemen yang perlu diperhatikan, aplikasi Universal Design pada fasilitas ibadah, dan elemen AKB di fasilitas ibadah yang memerlukan penyesuaian. Melanjutkan sesi pemaparan, Lea Aziz menunjukkan berbagai contoh aplikasi desain elemen pada akses dan penanda agar ruang publik menjadi lebih aksesibel. Lea juga menekankan bahwa saat ini aplikasi tersebut harus tetap disesuaikan dangan protokol kesehatan. Paparan dilanjutkan dengan diskusi yang membahas pertanyaan dari peserta. Melalui pertanyaan yang disampaikan Gunawan Tanuwidjaja, Dosen Prodi Arsitektur Universitas Petra Surabaya, pembicara memberikan penekanan kembali terkait pentingnya partisipasi rekan penyandang disabilitas dalam desain ruang publik dan pengambilan keputusan.
Kegiatan ini ditutup dengan kesepakatan seluruh pembicara, peserta, dan moderator untuk bersama-sama menyediakan layanan dan fasilitas publik yang inklusif dan sesuai dengan kondisi AKB. Moderator kembali menekankan akan pentingnya sinergisitas dari merealisasikan hal tersebut. (stefani)
ulus kuliah bukanlah akhir dari perjuangan L melainkan awal dari perjuangan yang sebenarnya. Perjuangan inilah yang ditentukan oleh diri sendiri, baik itu melanjutkan studi perkuliahan, membangun karir, maupun membuka usaha atau berwirausaha. Pernyataan inilah yang disetujui oleh Livia Teja Laksmana, salah satu moderator dalam acara webinar yang diadakan oleh para alumni dan anggota keluarga Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) bertajuk "Webinar Bincang Asyik Alumni Fakultas Bioteknologi UKDW".
Webinar Bincang Asyik Alumni Fakultas Bioteknologi UKDW diadakan sebagai salah satu sarana pembekalan bagi para mahasiswa yang nantinya akan melanjutkan perjuangannya setelah kelulusan. Selain itu, acara ini bertujuan untuk memperluas wawasan tentang peluang kerja di era industri 4.0, terutama pada masa pandemi. Acara webinar ini diadakan sebanyak tiga kali pada tanggal 14, 21, dan 24 Juli 2020 dengan mengangkat topik yang berbeda yakni Webinar Bincang Asyik Alumni Bioteknopreneur Sejati di Era Industri 4.0", Webinar Bincang Asyik Alumni Fakultas Bioteknologi UKDW #2 "Bioteknologi dan Tantangan Industri Minuman di New Normal", dan Webinar Bincang Asyik "Pengelolaan Lingkungan dan Ketahanan Pangan Pasca Pandemi Covid-19 di Kalimantan Tengah".
Pada tanggal 14 Juli 2020, acara yang diikuti oleh mahasiswa dan alumni Fakultas Bioteknologi UKDW serta peserta umum ini menghadirkan empat orang alumni Fakultas Bioteknologi UKDW dengan latar belakang karir yang berbeda sebagai narasumber. Martha Sasongko, S. Si., alumni yang saat ini bekerja sebagai business coach dan trainer menyampaikan sebuah materi dengan judul "Be a Professional or Be an Entrepreneur?". Martha mengingatkan peserta webinar mengenai hal apa yang akan dilakukan setelah lulus kuliah. Dalam kemudian dilanjutkan dengan perjalanannya sebagai TV Presenter, Public Speaker, hingga di posisinya sekarang sebagai Business Coach dan Trainer.
Efendy Zebua, S. Si., yang saat ini bekerja di PT K & Q Indolab menyampaikan cerita kehidupannya ketika menuntut ilmu di Fakultas Bioteknologi UKDW. "Saya beruntung dulu kuliah di Fakultas Bioteknologi UKDW. Bioteknologi itu bidang yang sangat menjanjikan, baik dalam mencari pekerjaan berwiraswasta. Kita sendiri yang menentukan karir mana yang kita pilih. Dan dari proses yang saya alami, kuliah di sini membantu saya untuk memilih dan berproses di karir saya" ucap Efendy.
Aris Munandar, S. Si., pemilik Surindra Hospital Linen menyampaikan bagaimana konsep dari era industri 4.0. dan kiat agar memiliki perusahaan yang sukses. Melengkapi webinar edisi pertama, Andre Dian Permana, S.Si., M. M., seorang founder dan managing director SOLUSI Pest Control menyampaikan materi dengan judul "Entrepreneur After Graduate, Why Not?". Melalui presentasinya, Andre berusaha untuk berbagi informasi dan pengetahuan kepada para mahasiswa yang ingin berwirausaha setelah lulus nanti.
Saat ini generasi muda diberikan kemudahan dalam menentukan pilihan berkarir dan meraih kesuksesan berdasarkan passion, skill, atau minat yang dimiliki. Melalui program webinar ini Fakultas Bioteknologi UKDW ingin mengingatkan kepada seluruh mahasiswa bahwa kesuksesan dalam karir dan kehidupan bukanlah sebuah hal yang instan. Keseriusan saat belajar di bangku perkuliahan, membangun relasi, mencari banyak pengetahuan dan pengalaman, dan juga tidak melupakan kehadiran Tuhan dalam setiap proses menjadi halhal penting yang perlu untuk dilakukan. [Abigail N.P.H].
PSEB Fakultas Bisnis UKDW Sukses Selenggarakan Webinar Insentif Pajak Covid-19
Pandemi nasional ekonomi Covid-19 merupakan bencana yang mempengaruhi stabilitas dan juga produktivitas masyarakat sebagai pekerja maupun pelaku usaha. Kementrian Keuangan pada bulan Juli 2020 mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 86/PMK.03/2020 sebagai pengganti PMK No. 44/PMK.03/2020 sebagai payung hukum dalam nasional. Diharapkan dengan adanya aturan terbaru ini, pemanfaatan insentif pajak lebih tepat sasaran dan lebih luas menjangkau sektor-sektor yang paling berdampak, sehingga sektor riil dapat diharapkan mampu bertahan ditengah pandemi Covid-19 ini.
Hal inilah yang mendasari Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis (PSEB) Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) bekerjasama dengan Tax Center UKDW dan Kelompok Studi Pajak UKDW mengadakan masterclass free webinar dengan tema "Kewajiban
& Konsekuensi Perpajakan Pasca Pemanfaatan Insentif Pajak Covid-19". Acara ini diselanggarakan pada hari Kamis, tanggal 24 Juli 2020, melalui platform Zoom dan disiarkan secara langsung melalui live streaming di channel youtube Brevet Pajak UKDW.
Webinar ini diikuti oleh peserta dari berbagai latar belakang, baik dari pemerintahan (pusat Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia), APSI (Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia), Bank BCA, Bank BNI, Sinarmas, asosiasi-asosiasi hukum, para praktisi, para pelaku bisnis dan juga para akademisi, para profesional muda dari perusahaan besar di Indonesia, pelaku bisnis UMKM, para dosen, dan juga mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia.
Adapun narasumber dalam webinar ini adalah Hersona Bangun, S.H., S.E., Ak., BKP., CA., M.Ak., CLA., ACPACC. yang merupakan Senior Tax Consultant, Tax Lawyer dan Frista, S.H., S.E., M.S.Ak. seorang Dosen Fakultas Bisnis UKDW di bidang perpajakan. Moderator dari acara webinar ini adalah Rossalina Christanti, S.E., M.Acc. selaku seluruh pihak dan kesamaan tujuan untuk
Hardiyanto, M.Ec.Dev selaku Ketua PSEB Fakultas Bisnis UKDW.
Dalam implementasinya, webinar ini dikemas dengan sangat menarik dan berbeda karena peserta tidak hanya dijelaskan mengenai aturan terbaru PMK No. 86/PMK.03/2020, tetapi peserta juga diajarkan best practice (kasus nyata) di perusahaan. Para narasumber memberikan gambaran yang sangat komprehensif kepada peserta, dari aspek kewajiban perpajakan hingga konsekuensi perpajakan apa yang muncul. Hersona Bangun menyampaikan bahwa PMK No. 86/PMK.03/2020 adalah aturan terbaru pengganti PMK No. 44/PMK.03/2020 yang mengatur insentif pajak untuk wajib pajak berdampak pandemi Covid-19. Didalam PMK ini, pemerintah memberikan beberapa insentif yang bisa dimanfaatkan oleh para pelaku usaha, yaitu insentif PPh pasal 21 ditanggung pemerintah (DTP), insentif PPh final UMKM ditanggung pemerintah, pembebasan PPh Pasal 22 impor, pengurangan angsuran PPh pasal 25 sebesar 30% dan pengembalian pendahuluan PPN sebagai PKP berisiko rendah bagi wajib pajak yang menyampaikan SPT Masa PPN lebih bayar restitusi paling banyak lima miliar rupiah. Keseluruhan insentif ini dapat dimanfaatkan oleh wajib pajak sampai dengan bulan Desember 2020. [Kelvin]
Online Tests and Quizzes during Distance Learning, Why Not?
Instruction has been viewed as complexinterconnected entities involving an interplay between various disciplines and processes. Even using the conventional face-to-face mode that has been known for centuries, the "business" from policy-making to classroom practice and evaluation stage requires comprehensivefrom home. the development of COVID-19 cases, the collaborative works of education stakeholders. Meanwhile, using online learning mode, which the buzzwords range from e-learning, distance learning, and even the recently emerging mobile learning, their challenges and stakes undoubtedly doubled despite its benefits in terms of time and space limits, teaching content, personalization, and learning style.
The policy of distance instruction during Coronavirus pandemic unavoidably necessitates teachers to adjust the administration and conducts of assessments into online systems. The role of ICT, therefore, becomes crucial in transforming conventional modes of the learning evaluation as it has a vital role in the whole process of instruction among others to obtain all information during and after the course completion for the sake of continuous evaluation. A view of assessment describes it as multitrait-multimethod focusing upon a number of variables judged to be important and utilizing a number of techniques to test them. Assessments could be further your face. learning during the pandemic, the English categorized into (1) diagnostic, (2) formative, and (3) summative. Various methods and techniques could be given to assess learners' progress and provide feedback for further course of action in the instructional process. Despite commonly considered similar, a test theoretically is a subset of an assessment at the end of the course as a means to measure the final performance of the students. Therefore, given its role and timing, a test usually has been prepared in accordance with the course objectives, developed administratively, and designed procedurally to be given at the end of the semester which could be in the form of traditional or alternative.
An initial discussion from the shift from classroom to online assessments relates to how this virtual mode of evaluation is conducted and its benefits. The principles of assessment should not change in the online environment, but the administration of online assessment techniques need to be modified to suit the nature of online pedagogy and to address the elimination of direct interaction and observation in the classroom. Dealing with its benefits, online assessments enable every learner to respond to every question the instructor asks and enable the instructor to provide immediate feedback to each learner. The technologies underpinning the online learning environment provide capabilities beyond those provided in the traditional classroom resulting in more advantages they could provide in learning assessment as well as the increasing challenges. This surely includes teaching and learning environments, teachers face similar assessment challenges whether their assessments are accurately measuring what they were intended to measure to whether they are fair to all learners.
Assessing learning in an online mode of instruction requires the use of appropriate synchronous and asynchronous tools in such a way that there is noticeable evidence of the learning reflecting the learning process. In terms of their forms, online assessments range from quizzes, discussion boards/blogs, video presentations, peer assessments, simulations/games, essays/reports, to ePortfolios, bring-your-own-device eExams, and remote or in-house proctored eExams. Moreover, various platforms and learning management systems provide facilities of online assessment development and delivery with facilities to minimize plagiarism and integration to the online course. These wide options of tools available assessment by themselves may bring both benefits and challenges for the assessment of learning in the online environment. Therefore, there seem to be no reasons for teachers to resist using online assessment tools and platforms, especially during this pandemic learning scenario. There might be a necessity to "learn, unlearn, and relearn" many things for this purpose. This is the importance of becoming "lifelong learners". [Paulus Widiatmoko]
Coronavirus disease (COVID-19) that spread swiftly around the world from late 2019 has yet to show any sign of ending. The pandemic has brought about many changes in the structure of life in society. Countries with high rates of COVID-19 casualties have decided to lock down their area or country as a measure to contain the widespread of the virus. The lockdown includes a ban on leaving the house, stopping transportation (both air, sea, and land), banning citizens from going abroad as well as foreign tourists' entry.
As for Indonesia, although it has not imposed a full lockdown, the country has carried out policies to prevent the spread of COVID-19. Among the preventive measures to curb the spread of COVID19 are practicing social distancing, large-scale social restrictions (PSBB), self-quarantine, and work
However, until mid-2020, there was no clarity about when the COVID-19 pandemic will end. So, the government needs to adapt to 'new normal' as has been done by several countries. New normal is a condition where we have to adjust to new situations. In the case of COVID-19, it means we have to pay attention to the health aspects and implementing health protocols as we slowly return to our 'normal' activities. This move was taken so that business and life can recover while keeping
Coexisting with COVID-19
the spread of COVID-19 in check.
Facing the new normal is not an easy thing to do, especially in times like this. Therefore, there are things that we must prepare to enter the newnormal era, including: 1. Overcoming our fears. Facing a terrifying pandemic with no vaccine available yet, certainly makes people anxious when they are outside. The most dangerous situation is when people suffer from paranoid and agoraphobia (excessive fear of crowds). Facing the new normal, the first thing we need to do is make peace with our circumstances and ourselves. Believe that continuing to practice the recommended health protocols will protect us from COVID-19. 2. Maintaining health. One reason why the virus can easily infect a person is when the immune system is weak, so we need to maintain our health. Maintaining health can begin with regular exercise every day at home, eat nutritious food, wear a mask when going out, and avoid touching issues on validity and reliability in online Students are not the only ones having also experiencing a similar situation. Since
3. Practicing good hygiene. COVID-19 is a virus that can live on an object for days. Therefore, it is essential always to keep our surroundings clean. We can keep the COVID-19 virus away by washing our hands frequently, carrying hand sanitizers whenever we are going out, cleaning and disinfecting high-touch surfaces regularly, also take a shower and wash our clothes immediately after returning home. 4. Complying to government regulations and guidelines. The government has issued social distancing policies and urges the public to avoid crowds. We, as good citizens, should obey them to slow down the spread of COVID-19.
Navigating to a new normal does not mean that we ignore things that happened during the pandemic. On the contrary, we choose to make peace with the situation and reorganize life. The positive impacts of doing new normal are: 1. Increasing the level of public concern for hygiene and health. Under the government recommendation to always maintain health and personal hygiene as well as keeping the environment clean, people are becoming more concerned about this matter and eventually will become a new habit. 2. Recovering the community's productivity. As the new normal begins, workers and the general public can return to their regular duties. In other words, social activities can gradually return to normal and the economy that has been struggling during this pandemic can recover. 3. Fulfilling people's need as social creatures. Three months at home certainly makes people feel bored, stressed, and even frustrated because they cannot meet others freely. With the new normal, at least they can see each other in person, though they need to exercise the health protocol. However, the government does not encourage people to get around for non-essential matters. Instead, we can spend quality time with family.
The current situation indeed forces the community to be able to adapt to new conditions. The new normal has been carried out gradually in several sectors of the country. One of them is in the economy, considering it is one of the crucial areas. Sooner or later, other fields will follow suit in moving to the new normal, and it would be better if we prepare ourselves from now. [Lusiana Puspita Dewi]
Sources: https://anesthesiology.pubs.asahq.org/article.aspx?ar ticleid=2765881 https://anesthesiology.pubs.asahq.org/article.aspx?ar ticleid=2763452 https://www.kron4.com/health/coronavirus/nationsreopen-yet-struggle-to-define-a-New-Normal/ http://avrist.com/lifeguide/2020/06/11/panduanNew-Normal-yang-harus-diperhatikan/ https://en.tempo.co/read/1344450/doctor-talks-ofhealth-effects-of-New-Normal-after-COVID-19 https://lifespeak.com/after-covid-isolation-aroadmap-to-navigating-the-New-Normal/ h t t p s : / / w w w . m a y o c l i n i c . o r g / d i s e a s e s -
ELED's Webinar Series, Facilitating Teachers During Pandemic
The world was shocked by the outbreak of a new virus originating from Wuhan, China late 2019: the novel coronavirus, also known as COVID-19. In Indonesia, the virus was first detected in February 2020. Following Indonesian government instructed its people to stay at home and work from home.
Since March 31, 2020, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) has been halting oncampus classes, moving all lectures to online methods. This policy was made according to government regulation to prevent the spread of COVID-19. As gathering people must be avoided, other campus activities such as seminars are also shifted to online.
In the time of COVID-19, the word webinar become more popular. It is a blend of the words web and seminar. The webinar usually uses video teleconference app such as ZOOM or Google Meet. The webinar is also useful for people to remain productive during the COVID-19 pandemic.
Seeing the challenges in conducting distance Language Education Department (ELED) of UKDW in collaboration with MGMP Bahasa Inggris SMA DIY held a webinar series which was conducted every Saturday throughout July 2020. The topics presented in this webinar series were Simple Tech for Engaging Instruction, Online Classroom: From Competencies to Assessments, Pillars of Digital Leadership: Learning without Walls, and Supporting Students' & Teachers' Well Being in Online Instruction.
difficulty in carrying out their duties during the COVID-19 pandemic. Teachers and lecturers are conditions/agoraphobia/symptoms-causes/syc-20355987
coronavirus comes suddenly, teachers and lecturers have to find ideas to change their syllabus into the new one that is suitable for online activities so that teaching and learning activities continue to be carried out properly. "We want teachers to also have space to develop knowledge, good practices, and teaching experiences with other teachers, fellow lecturers, and education practitioners. This is done to build a support system to support each other by sharing knowledge and experience teaching English in this pandemic situation," said the Head of ELED, Lemmuela Alvita Kurniawati, SPd., M.Hum.
Although this webinar series was designed for English teachers in DIY, this webinar was also open for the public, including students and parents.
To sum up, ELED UKDW hopes that this webinar series can help MGMP teachers, especially English teachers in the Special Region of Yogyakarta (DIY) in taking up the challenges of teaching in this difficult situation. We also hope that the COVID-19 pandemic will be end soon, and life can back to normal. [Melissa]
Earning a Graduate Degree Abroad: Checklist and Tips to Get Started
Is seeking a graduate degree overseas among the things in your bucket list? How adventurous and thrilling to be able to study and live abroad! Not only obtaining a degree abroad will help you to stand out in today's highly competitive job market, but it also opens the doors for countless exciting adventures in your life. As you set your mind to pursue this dream, a significant and exhilarating new chapter starts.
Now that you have decided to advance your education abroad, the next question is: how to make it happen?
When it comes to planning for studying overseas, preparation can be quite overwhelming, especially if this is the first time you are going to live in another country. Since the planning and preparing are guaranteed to take a considerable amount of time, the sooner you start, the better.
Here we list the things to do step by step to get started pursuing your further education abroad.
What do you want to achieve?
To be successful in something, you need to have a clear vision of what you want to achieve. Your goal is like a compass. It leads you and keeps your focus on the direction you need to go. Why do you want to pursue a graduate degree abroad? What do you wish to accomplish? The answers to these questions will help you to determine the option you will choose and the route you will take.
Let's take an example. Choosing a destination country for your degree might not be that simple. There is no "right" or "wrong" to the question "Where should I study abroad?". All depends on each individual's circumstances. Identifying the goal that you want to achieve will narrow down the search and select the best destination for your needs.
Identify programs of interest and find the right school
Once you know what you want to achieve, it is time to look for suitable programs and schools. Talking about graduate programs, you might find a seemingly endless option. Besides, there are hundreds or even thousands of schools to choose from, how do you pick the right one? Consequently, you need to invest your time to do some research. Luckily, with
today's technology and internet at our fingertips, searching for the programs within your field of interest is becoming easier.
Citing from gooverseas.com, before settling on a degree program, an important factor to consider is accreditation. Will your overseas degree be recognized in your country? For some disciplines including nursing, education, medicine, and law, the answer can be tricky. Each field is subject to its licensing board and may not recognize degrees earned outside the country. If you hope to study one of these specialized fields overseas, do extensive research to determine whether your degree will be recognized upon your return.
In terms of choosing the school, there is no school that is right for everyone. You might want to consider the price, facilities, location, courses, admission procedure, etc. Among those things, you need to figure out what matters most to you. As you set your priority, you can narrow the choice down to a few schools. From your shortlisted schools, have a closer look at their pros and cons! Reading some reviews also might be helpful. However, do not simply trust them completely, remember that the reviewer is not you and each person may have different perspectives.
Register for a language test
Language proficiency is crucial when you want to study overseas. Whether the program is taught in English or other language, you are most likely required to prove your language proficiency to make sure that you will be able to understand the subjects. Most often, this proof is in the form of a standardized language test score. For example a few commonly accepted test scores for English are TOEFL (Test of English as a Foreign Language), IELTS (International English Language Testing System), and PTE (Pearson Test of English).
Since you will need to include a test score in your application, you should register for a test as early as possible. There are test centers around the world that provide these tests regularly.
Apply to the university
Once you have carefully considered all the options and got the list of schools, it is time for preparing the application.
It is necessary to stay organized. You can use a spreadsheet or checklist to keep track on the deadline. You can also write down all the requirements in each school.
Program admissions generally require transcripts from previous universities, a CV, motivation letter, and references from a professor or employer. Of course, these requirements vary from one university to the other, so read carefully on what is needed on your university's website. If you have any questions during the process, you can always contact the program administrator.
Search for funding opportunities
It is a common knowledge that studying abroad can be expensive. In addition to tuition at the university, you will have to pay for housing, dining, the cost of travel, and more. Many students will require financial aid to cover these costs.
The good news is, there are various scholarships offered out there. You can start exploring the available scholarships, such as scholarships from the government of your home country as well as destination country and international organization. You may also check out the scholarship offered by the university you want to apply. Most universities have a page dedicated to this information.
Deadlines to apply for scholarships and funding vary from institution to institution. Some may require you to apply early, while others set the deadlines closer to the date of departure. As a general rule, it is always better to apply earlier.
Gather necessary visa documents
Depending on the destination country, student visa can be varied, you need to make sure to check the visa regulations for the country that you want to study in. Without the right visa your journey will be cut short already at the airport. Normally you need to be accepted to a school before you can apply for a student visa. Once you are enrolled and have paid the necessary fees the school should provide you with the documents you need to apply for a student visa.
Typical documents needed for the visa application include acceptance letter, proof of sufficient funds, proof of insurance while overseas, and background check.
While you are studying overseas, there is opportunity to travel during university breaks, meet countless people from all over the world, and find living in another country a daily challenge and learning experience in itself. Hence, pursuing a graduate degree overseas is highly recommended to anyone who is looking for an exciting change in their life. Who knows where it could take you! [drr]
Announcement Scranton Scholarship Grantees 2020/2021
Scranton Undergraduate Scholarship
Erlita Rosy Evani (English Language Education) Paulina (Accounting) Sry Mora Yuni S. (English Language Education) Melinda Werinussa (Information System) Vinanda Kristianti (Information System) Gabrielle Maya Handoko (Product Design) Keren Kezia (Information System) Abigail Nyoto (Biology) Modesta Oki (Information System) Fransisca Alicia (Accounting)