REKONS R STRUKS SI PARA ADIGMA A BISNIS S DAN A AKUNTA ANSI: MENUJJU AKUN NTANSI BERKE ELANJUT TAN
Pid dato Pengu ukuhan Ja abatan Guru Besar Dalam Ilmu A Akuntansi Pada Fakulta as Ekonom mi Univers sitas Katolik Soegija apranata Sem marang, 28 8 Mei 2011
Oleh: Proff. Dr. Andrreas Lako
1
DAFTAR ISI PENGANTAR BAGIAN I Pidato Pengukuhan Guru Besar BAGIAN II Curiculum Vitae BAGIAN III Kesan Keluarga, Guru dan Sahabat BAGIAN IV Sekilas Perjalanan Hidup Andreas Lako BAGIAN V Refleksi Iman
2
KATA PENGANTAR
Para hadirin yang saya muliakan. Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Pengasih karena hanya atas kasih dan tuntutan-Nya penulisan naskah Pidato Pengukuhan Guru Besar ini bisa diselesaikan dengan baik. Berbeda dengan naskah-naskah pidato guru besar pada umumnya, dalam buku ini saya berupaya berinovasi dengan menyajikan materi-materi lain yang relevan. Di antaranya adalah kesan dari orang-orang yang pernah mengenal saya secara dekat dan sekilas riwayat perjalanan hidup saya. Tujuannya, agar para hadirin bisa mengenal pribadi dan perjalanan hidup saya secara lebih utuh. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendoakan, mendukung dan membantu saya dalam proses penulisan hingga penerbitan buku pidato pengukuhan ini. Kepada kakak Aegidius Naru, pak John Sugianto, pak Hudi Parwoto dan Prof. Vincent Didiek serta para sahabat semasa sekolah yaitu Paskalis Baut, David Sukodrat, dan Eko Nugroho yang sudah berkenan memberi kesankesannya, saya ucapkan terima kasih. Buku ini tentu tidak luput dari kekurangan yang tidak disengaja. Karena itu, apabila ditemukan ada kekurangan, saya mohon dimaklumi. Semoga buku ini bermanfat bagi Bapak, Ibu dan Saudara/i sekalian yang terkasih.
Semarang, 28 Mei 2011
Andreas Lako
3Â Â
BAGIAN I PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR
Yang terhormat: Mgr. Dr. Johanes Pujosumarto, Pr., Uskup Keuskupan Agung Semarang Ketua dan Pengurus Yayasan Sanjojo Rektor/Ketua, Sekretaris dan Anggota Senat Unika Soegijapranata Para Guru Besar Bapak Prof. Mustafid, M.Eng. Ph.D., Koordinator Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah Bapak Letjend. (Purn) Bibit Waluyo, Gubernur Jawa Tengah Drs. Soemarmo H.S., M.Si., Walikota Semarang Prof. Dr. Mohammad Nasir, M.Si, Ketua Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Pendidik (IAI KAPd) ara pejabat pemerintah, TNI, Polri dan swasta Para Rektor dan pimpinan perguruan tinggi Para Wakil Rektor, Dekan, Ketua Jurusan, Kepala Lembaga, Ketua Unit, Dosen, Karyawan, perwakilan lembaga mahasiswa dan alumni dalam lingkungan Unika Soegijapranata Para tamu undangan dan handai taulan yang saya muliakan.
Puji dan sujud syukur saya panjatkan kepada Allah yang Maha Pengasih karena hanya atas kasih, karunia, dan tuntunan-Nya saya bisa mencapai jenjang tertinggi dalam karir akademik sebagai Guru Besar dan hari ini diperkenankan menyampaikan pidato pengukuhan di hadapan Rapat Senat Terbuka Unika Soegijapranata dan hadirin yang mulia. Berkat tuntunan-Nya pula kita semua dipertemukan di dalam ruang ini dalam keadaan sehat-walafiat. Dalam kesempatan ini, perkenankan saya menyampaikan pidato pengukuhan berjudul:
REKONSTRUKSI PARADIGMA BISNIS DAN AKUNTANSI: MENUJU AKUNTANSI BERKELANJUTAN 4Â Â
Hadirin yang saya muliakan‌
REKONSTRUKSI KONSEPSI TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN
Sejak DPR mengesahkan Undang-Undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) pada Juli 2007, isu tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) atau yang lebih popular disebut corporate social responsibility (CSR) bagaikan bola liar yang terus menggelinding dan menjadi sumber polemik antara kalangan pelaku usaha dengan pemerintah dan DPR. Pro-kontra terkait TJSL sebagai kewajiban perseroan hingga kini belum juga usai. Tabel 1 Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (1)
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Paling tidak, ada tiga alasan mengapa pelaku usaha bersikeras menolak TJSL dijadikan sebagai kewajiban perseroan. Pertama, praktik TJSL di dunia umumnya bersifat sukarela sehingga sangatlah aneh apabila Indonesia menjadikannya sebagai kewajiban perseroan. Kedua, menjadikan TJSL sebagai kewajiban akan kian membebani perseroan dan mengurangi porsi laba untuk pemegang saham. Ketiga, mewajibkan pelaksanaan TJSL bisa menganggu iklim investasi sehingga bisa menyebabkan para investor Indonesia dan asing hengkang dan merelokasikan investasinya ke negara-negara lain.
5Â Â
Namun di sisi lain, pemerintah tetap tidak bergeming menghadapi penolakan itu. Pemerintah bersikeras TJSL harus tetap jadi kewajiban perseroan. Alasannya, perseroan dalam melakukan aktivitas bisnis dan mengeruk keuntungan telah menimbulkan banyak dampak negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan. Kian meningkatnya jumlah penduduk miskin, kerusakan lingkungan dan bencana alam akibat ulah manusia ditengarai karena dipicu ulah perilaku bisnis yang tidak etis dan tidak ramah sosial dan lingkungan. Sementara itu, manfaat yang diterima negara dari perseroan dalam bentuk pajak dan royalti, suplai barang, lapangan kerja dan lainnya jauh lebih kecil dibanding pengorbanan negara untuk mengatasi dan merehabilitasi masalah-masalah sosial dan lingkungan yang kian kompleks. Pertanyaannya, siapakah yang benar dalam polemik tersebut? DPR dan pemerintah ataukah kalangan pelaku bisnis? Saya berpendapat, kedua pihak sama-sama keliru. Mencermati dinamika polemik yang berkembang sejak Juli 2007 hingga saat ini, saya menyimpulkan bahwa kedua pihak telah salah kaprah dalam memahami hakikat dan manfaat TJSL. Konsepsi TJSL dalam UUPT Tahun 2007 juga mengandung salah kaprah yang serius (Lako, 2007b). Dimana letak salah kaprahnya? Pertama, pemerintah dan DPR mengkonsepsikan secara sempit, diskriminatif dan ambigu hakikat TJSL. Kedua, pelaku usaha memahami secara sempit hakikat dan manfaat TJSL sebagai beban periodik yang membebani perseroan dan merugikan pemilik. Berkenaan dengan salah kaprah pertama, saya mencermati ada dua salah kaprah serius. Pertama, pasal 74 ayat (1) menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan sumber daya alam wajib melaksanakan TJSL. Ayat tersebut diskriminatif karena bertentangan dengan esensi dan hakikat TJSL (CSR) yang dipahami secara internasional. Menurut The World Bank Group (2001) dan The World Business Council for Sustainable Development (2004), CSR adalah suatu komitmen berkelanjutan dari dunia usaha untuk berperilaku secara etis dan mendukung pembangunan berkelanjutan bekerjasama dengan karyawan dan perwakilannya, familinya, masyarakat dan komunitas lokal umumnya untuk memperbarui kualitas hidup, dengan cara-cara yang baik. CSR juga bermakna sebagai suatu komitmen korporasi untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi secara berkesinambungan dengan menyelaraskan pencapaian kinerja ekonomi dengan kinerja sosial dan lingkungan dalam operasi bisnisnya.
6Â Â
Dari definisi tersebut, tampak jelas bahwa semua korporasi atau perusahaan1, tanpa kecuali, harus memiliki komitmen berkelanjutan untuk mengintegrasikan dan melaksanakan TJSL. Tujuannya, agar korporasi, masyarakat (termasuk karyawan atau buruh, konsumen, komunitas lokal, suplier, komunitas investor, kreditor dan lainnya) dan lingkungan bisa hidup berdampingan secara damai dan berkelanjutan. Selain itu, keberadaan suatu korporasi tidak hanya semata-mata sebagai institusi ekonomi yang mencari laba tapi juga sebagai institusi sosial dan bagian dari ekosistem setempat. Karena itu, korporasi harus menjaga keselarasan pencapaian tujuan ekonomi dengan pencapaian tujuan sosial dan lingkungan. Kedua, Pasal 74 ayat (2) menyatakan bahwa TJSL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Sepintas, ayat itu mengisyaratkan TJSL akan menjadi beban periodik perseroan dan berpotensi mengurangi setoran pajak kepada negara. Namun, apabila dikaji lebih mendalam, ayat tersebut justru mengisyaratkan bahwa beban masyarakat konsumen akan kian bertambah. Penyebabnya, perseroan akan memperhitungkan alokasi anggaran biaya TJSL ke dalam komponen penentuan harga jual produknya. Dengan kata lain, meski pada awalnya biaya TJSL menjadi beban perseroan namun pada akhirnya beban tersebut akan digeser menjadi beban konsumen. Selain itu, ayat (2) juga mengandung bias makna karena mensyaratkan kepatutan dan kewajaran dalam perhitungan anggaran biaya TJSL. Karena batasan kepatutan dan kewajaran bersifat subyektif, ayat ini bisa menimbulkan konflik kepentingan yang tidak kunjung akhir antara perseroan, masyarakat dan pemerintah. Berkenaan dengan salah kaprah kedua, yaitu TJSL dipahami secara sempit oleh pelaku bisnis sebagai beban periodik yang merugikan perseroan dan pemegang saham, saya menilai pemahaman tersebut juga keliru. Memang, dari perspektif biaya (costbased approach), pemahaman tersebut bisa dimaklumi karena jika TJSL menjadi kewajiban periodik maka beban perseroan bakal meningkat. Dampaknya, laba bersih dan dividen yang diterima pemegang saham akan menurun. Namun, pemahaman tersebut mencerminkan pelaku usaha di Indonesia masih terbelenggu oleh paradigma bisnis konservatif, yaitu shareholder-based approach dari aliran ekonomi neoliberal. Paradigma ini mengagungkan pencapaian laba yang sebesar-besarnya (proft maximization) dan minimalisasi biaya sebagai tolok ukur prestasi perusahaan. Paradigma shareholder-based business tercermin dalam 1
Karena makna korporasi dan perusahaan hampir sama maka dalam pidato ini kata “korporasi” atau “perusahaan” sering digunakan secara bergantian.
7
pernyataan Milton Friedman (peraih Hadiah Nobel Ekonomi Tahun 1976) berikut ini: “There is one and only one social responsibility in business, to use its resources and engage in activities designed to increase its profits as long as it stays within the rules of the game, which is to say, engages in open and free competition, without deception or fraud (1970)2.” Dalam pandangan Friedman, tanggung jawab sosial bisnis adalah meningkatkan laba. Dengan laba yang maksimal, korporasi sebagai the good citizen bisa menyetor pajak dalam jumlah yang meningkat kepada negara. Sementara urusan terkait isu-isu sosial dan lingkungan adalah tanggung jawab pemerintah. Pemerintahlah yang harus mengalokasikan dana pajak dari korporasi untuk mengurusi kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan karena hal tersebut merupakan tanggung jawab sosial pemerintah. Andaikan korporasi membantu, itu bersifat sukarela. Mewajibkan korporasi menjalankan CSR melanggar hak asasi manusia (HAM) dari PARA pemegang saham karena mengambil uang yang seharusnya menjadi hak mereka. Pada era 1960an hingga 1990an banyak negara, termasuk Indonesia, mengadopsi pemikiran Friedman tersebut dalam pengembangan model pembangunan ekonomi dan bisnis. Namun seiring dengan meningkatnya eskalasi krisis sosial dan lingkungan yang berdampak negatif pada kinerja bisnis dan keberlanjutan korporasi, pemikiran Friedman tersebut mulai disanggah dan ditinggalkan. Berkembangnya teori stakeholder pada awal 1990an yang menekankan bahwa korporasi perlu menjalin relasi yang harmonis dengan para pihak atau individu yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan korporasi (Freeman, 1984; Caroll, 1993: Bartens, 2000) menyadarkan pelaku bisnis bahwa kepedulian kepada para stakeholder3 sangat penting. Kepedulian dan tanggung jawab untuk memelihara keharmonisan relasi tersebut merupakan strategi jitu korporasi untuk membangun keberlanjutan bisnis (Weather dan Chandler, 2011; Benn dan Bolton, 2011). Selain itu, pemikiran Friedman juga makin tersisih setelah munculnya teori triple bottom-line business yang digagas John Elkington (1993, 1997; 2001). Dengan menganalogikan relasi antara bisnis (profit) dengan masyarakat (people) dan lingkungan (planet) dalam suatu segitiga, Elkington menempatkan lingkungan sebagai 2
Dimuat dalam banyak buku etika bisnis (misalnya Bartens, 2000; Boatright, 2007), tanggung jawab korporasi (misalnya Benn dan Bolton, 2011; Werther Jr. dan Chandler, 2011), bisnis dan masyarakat (misalnya Carroll, 1993, Lawrence dan Weber, 2008; Steiner dan Steiner, 2009), teori akuntansi (Deegan, 2003), dan lainnya. 3
Para stakeholder meliputi: 1) stakeholder organisasional yaitu para karyawan, manajer dan serikat pekerja, 2) stakeholder ekonomi yaitu konsumen/pelanggan, pemasok, kreditor, distributor dan pesaing, dan 3) stakeholder sosial (societal stakeholders) meliputi pemerintah/regulator, institusi nirlaba, lembaga swadaya masyarakat (LSM), komunitas masyarakat sekitar dan lingkungan (Weather dan Chnadler, 2011).
8
pilar utama dari bisnis disusul masyarakat sebagai pilar kedua. Menurut Elkington, apabila perilaku bisnis tidak ramah terhadap lingkungan dan masyarakat yang menjadi bottom-line bisnis atau apabila masyarakat dan lingkungan mengalami krisis atau terdegradasi maka laba dan keberlanjutan bisnis akan menghadapi masalah serius. Karena itu, korporasi perlu memadukan pencapaian tujuan ekonomi dengan tujuan sosial dan lingkungan (triple bottom-line performance) untuk mempertahankan keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang. Dalam analisis Elkington, “ideologi” bisnis yang hanya mengutamakan pencapaian laba telah melahirkan banyak “korporasi ulat (caterpillars corporation)” dan “korporasi belalang (locusts corporation)” yang gemar mengeksploitasi dan merusak lingkungan, serta menimbulkan dampak-dampak degeneratif bagi masyarakat dan lingkungan. Banyak korporasi yang berperilaku tidak etis akhirnya tidak bertahan lama kelangsungan bisnisnya. Menurut Elkington, apabila menginginkan bisnisnya bisa bertumbuh secara berkelanjutan maka para CEO harus menjadikan korporasi mereka sebagai “korporasi kupu-kupu (butterflies corporation)” atau “korporasi lebah madu (honeybees corporation).” Perilaku bisnis dari dua jenis korporasi tersebut memberikan dampak regeneratif kepada masyarakat dan lingkungan dan menghasil return berkelanjutan kepada korporasi. Pemikiran Elkington tersebut mendapat luas dari didukung banyak kalangan (Benn dan Bolton, 2011). Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mendukungnya dengan menginisiasi pembentukan Global Reporting Inisiatives (GRI) pada 1999 dan Global Compact pada 2001. Dalam satu dekade terakhir, kepedulian pelaku bisnis, pemerintah, lembaga-lembaga internasional dan korporasi global maupun nasional terhadap isu-isu TJSL atau CSR juga semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa gagasan ”triple bottom-line business” Elkington adalah logis dan bermanfaat untuk keberlanjutan korporasi dalam jangka panjang. Berdasarkan paparan di atas maka konsepsi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP) perlu direkonstruksi atau ditata kembali. Saya juga mengusulkan agar pemahaman konsepsi TJSL yang selama ini sering disamakan dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) atau corporate social responsibility (CSR) perlu direkonstruksi ulang. Meskipun maknanya hampir sama, namun esensi, fokus dan implikasi implementasinya berbeda. Secara konseptual, esensi dan fokus dari TJSLP atau corporate environment and social responsibility (CESR) lebih luas dari TJSP (CSR). Dalam TJSLP, selain memfokuskan sumberdayanya untuk mendapatkan laba, korporasi juga harus memberi perhatian dan komitmen yang sama besarnya pada isu-isu sosial (people) dan lingkungan (planet). Sedangkan pada TJSP (CSR), fokus sumberdaya dan energi perusahaan selain ditujukan untuk mendapatkan laba juga ditujukan untuk mengatasi isu-isu sosial sementara isu-isu lingkungan hanya bersifat pelengkap. Pada konsepsi 9
CSR, ada kecenderungan persepsi para pelaku bisnis lebih tertuju pada isu-isu sosial daripada isu lingkungan. Hal tersebut bisa tercermin dari hasil analisis Dahlsrud (2006) terhadap 37 definisi CSR. Hasil analisisnya menunjukkan ada lima komponen dalam definisi CSR, yaitu ekonomi, sosial, lingkungan, pemangku kepentingan (stakeholders) dan voluntarisme. Hasil analisis frekuensi menunjukkan bahwa pemangku kepentingan dan sosial menduduki peringkat teratas dengan rasio 88%, disusul ekonomi (86%), voluntarisme (80%) dan lingkungan (59%). Dari hasil tersebut terlihat komponen lingkungan sebagai bagian integral dari CSR mendapat porsi yang paling kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa bias S (social) dalam CSR ternyata menyebabkan para perumus konsep CSR tidak secara tegas memasukkan unsur lingkungan di dalam definisinya. Bias tersebut diyakini juga mempengaruhi persepsi atau bias pelaku bisnis dalam perumusan konsep, visi, misi, tujuan, sasaran, program-program dan agenda aksi CSR. Dari sejumlah literatur CSR (Carroll, 1993, Post, et. al., 1996: Lawrence dan Weber, 2008; Kottler dan Lee, 2005;Steiner dan Steiner, 2009;Werther, Jr dan Chandler, 2010; Price, 2011; Benn dan Bolton, 2011), kebanyakan praktik CSR di dunia lebih memfokuskan pada aspek stakeholders dan sosial serta ekonomi dan volunterime dibanding aspek lingkungan. Kecenderungan tersebut juga terjadi pada kebanyakan perusahaan di Indonesia. Karena itu, saya mengusulkan agar konsep “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP)â€? digunakan sebagai terminologi dalam membahas isu tanggung jawab perusahaan. Tujuannya adalah agar tidak terjadi bias makna dan fokus ketika membahas dan melaksanakan tanggung jawab perusahaan. Saya mengusulkan agar TJSLP didefinisikan sebagai komitmen berkelanjutan dari suatu perusahaan untuk bertanggung jawab secara ekonomik, legal, etis dan sukarela terhadap dampak-dampak dari aktivitas ekonominya terhadap komunitas masyarakat dan lingkungan serta proaktif melakukan upaya-upaya berkelanjutan untuk mencegah potensi-potensi dampak negatif atau risiko aktivitas ekonomi korporasi terhadap masyarakat dan lingkungan serta meningkatkan kualitas sosial dan lingkungan yang menjadi stakeholder-nya. Definisi tersebut berimplikasi bahwa TJSLP tidak hanya terbatas pada tanggung jawab yang bersifat reaktif, yaitu karena perusahaan telah menimbulkan dampakdampak negatif. Tapi, juga bertanggung jawab secara proaktif dan interaktif yaitu merumuskan program-program dan upaya-upaya berkesinambungan untuk mencegah dampak-dampak negatif atau risiko aktivitas ekonomi terhadap masyarakat dan lingkungan serta meningkatkan kualitas sosial dan lingkungan yang menjadi stakeholder-nya. Tanggung jawab tersebut juga mencakup penyajian dan pengungkapan informasi TJSLP secara jujur, transparan, kredibel dan akuntabel kepada para stakeholder untuk pengambilan keputusan. 10 Â
Hadirin yang saya muliakan‌
URGENSI REFORMASI PARADIGMA BISNIS
Rekonstruksi konsepsi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP) bakal sia-sia hasilnya apabila tidak dibarengi dengan reformasi paradigma bisnis. Masih banyaknya pelaku bisnis yang menolak konsepsi TJSL sebagai kewajiban perseroan dengan alasan-alasan yang pragmatis menunjukkan bahwa paradigma bisnis dari pelaku bisnis di Tanah Air masih konservatif. TJSL selalu dikaitkan dengan beban dan untung-rugi jangka pendek. Dalam sejumlah tulisan di sejumlah media massa (lihat Lako, 2011), saya telah menekankan perlunya pelaku bisnis mengkaji ulang fokus dan orientasi bisnis yang selama ini tertuju untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya (profit maximization). Fokus tersebut telah memacu pelaku bisnis melakukan eksploitasi terhadap para stakeholder, masyarakat dan lingkungan. Eksploitasi itu menyebabkan terus meningkatnya eskalasi masalah-masalah sosial, kerusakan lingkungan dan bencana alam. Dalam banyak kasus, eksploitasi itu justru menjadi bumerang yang merugikan perusahaan sendiri. Banyak perusahaan akhirnya ditutup, bangkrut atau memburuk kinerjanya akibat penolakan masyarakat dan tuntutan pemerintah. Atau, karena tidak lagi mendapat sokongan dari pemodal atau kreditor karena tingginya potensi risiko bisnis akibat lemahnya kepedulian kepada masyarakat dan lingkungan. Karena itu, reformasi paradigma bisnis oleh pelaku bisnis dalam mensikapi krisis dan isu-isu sosial dan lingkungan menjadi agenda mendesak. Pebisnis harus menyadari bahwa bisnis adalah bagian dari masalah atau penyebab krisis sosial dan lingkungan. Selain itu, pebisnis juga harus segera menyadari bahwa eskalasi krisis sosial dan lingkungan berpotensi besar mengganggu keberlanjutan perusahaan dan bisnisnya. Karena itu, pelaku bisnis perlu mengambil langkah-langkah konkrit secara berkelanjutan untuk mengatasi dan mencegahnya dengan menciptakan programprogram TJSLP yang relevan, terarah, dan efektif hasilnya. Dalam konteks reformasi paradigma bisnis, pelaku bisnis mesti menyadari bahwa TJSLP merupakan kewajiban asasi korporasi yang tidak boleh dihindari. Dasar argumentasinya adalah teori Akuntabilitas Korporasi (Corporate Accountability). Menurut teori ini, korporasi mesti bertanggung jawab atas semua konsekuensi yang ditimbulkanya, baik sengaja maupun tidak sengaja, terhadap stakeholder intinya (misalnya pemegang saham, kreditor, pelanggan, pemasok, pemerintah dan karyawan) maupun terhadap masyarakat dan lingkungan dimana korporasi beroperasi. Tujuan 11Â Â
akhirnya adalah untuk menjaga keberberlanjutan bisnis itu sendiri (Deegan, 2003; Delaportas et al., 2005; Benn dan Bolton, 2011). Secara khusus, teori tersebut menyatakan TJSL tidak hanya sekadar aktivitas kedermawan (charity) atau aktivitas saling mengasihi (stewardship) yang bersifat sukarela. TJSL juga harus dipahami sebagai suatu kewajiban asasi yang melekat dan menjadi “roh kehidupan” dalam sistem dan praktik bisnis. Alasannya, TJSL merupakan konsekuensi logis dari adanya hak asasi yang diberikan negara kepada korporasi untuk hidup dan berkembang dalam suatu area lingkungan. Jika tidak ada keselarasan antara hak dan kewajiban asasi maka dalam area tersebut akan hidup dua pihak, yaitu gainers (korporasi) dan losers yaitu masyarakat (Dellaportas et al., 2005; Benn dan Bolton, 2011). Dengan demikian, dari perspektif teori corporate accountibility, TJSLP merupakan suatu kewajiban yang hakiki korporasi. Teori-teori lain juga menekankan pentingnya perusahaan peduli dan melaksanakan TJSL secara tepat, serius dan konsisten. Paling sedikit, ada lima basis teoritis yang memiliki perspektif yang sama dengan teori akuntabilitas korporasi (Deegan, 2003; Delaportas et. al., 2005; Boatright, 2007; Lako, 2008 & 2011). Pertama, teori stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa kesuksesan dan hidupmatinya suatu perusahaan sangat tergantung pada kemampuannya menyeimbangkan beragam kepentingan dari para stakeholder. Jika mampu, perusahaan bakal meraih dukungan yang berkelanjutan dan menikmati pertumbuhan pangsa pasar, penjualan dan laba secara berkelanjutan pula. Dalam perspektif teori stakeholder, masyarakat dan lingkungan juga merupakan stakeholder perusahaan yang mesti diperhatikan. Kedua, teori legitimasi (legitimacy theory). Dalam perspektif teori legitimasi, korporasi dan komunitas masyarakat sekitarnya memiliki relasi sosial yang erat karena keduanya terikat dalam suatu “social contract”. Teori social contract menyatakan bahwa keberadaan suatu perusahaan dalam suatu area karena didukung secara politis dan dijamin oleh regulasi pemerintah dan parlemen yang juga merupakan representasi dari masyarakat. Dengan demikian, ada kontrak sosial secara tidak langsung antara korporasi dengan masyarakat. Masyarakat memberi costs dan benefits untuk keberlanjutan suatu korporasi sehingga kewajiban korporasi adalah mengembalikannya dalam bentuk TJSL. Karena itu, TJSL merupakan suatu kewajiban asasi korporasi, bukan bersifat sukarela. Ketiga, teori sustainabilitas korporasi (corporate sustainability). Menurut teori ini, untuk bisa hidup dan tumbuh secara berkelanjutan, korporasi mesti mengintengrasikan tujuan bisnisnya dengan tujuan sosial dan tujuan ekologi secara utuh. Pembangunan bisnis harus berfondasikan pada tiga pilar utama yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan secara terpadu, dan tidak mengorbankan kepentingan generasigenerasi berikutnya untuk hidup dan memenuhi kebutuhan mereka (WCED, 1987). Dalam perspektif teori corporate sustainability, masyarakat dan lingkungan adalah pilar dasar yang menentukan keberhasilan dan keberlanjutan suatu bisnis. Karena itu, 12
TJSL menjadi suatu keharusan sekaligus kebutuhan hakiki korporasi. Keempat, teori political economy. Menurut teori ini, perusahaan didirikan untuk berperan sebagai alat negara untuk mewujudkan tujuan memajukan ekonomi dan kesejahteraan sosial, mencerdaskan bangsa dan lainnya. Karena itu, domain tujuan dan transaksi-trasaksi ekonomi korporasi tidak dapat diisolasikan dari masyarakat dan lingkungan. Karena itu, perusahaan wajib memperhatikan dan melaksanakan TJSL. Kelima, teori keadilan (justice theory). Menurut teori ini, dalam sistem kapitalis pasar bebas, laba/rugi mencerminkan ketidakadilan antarpihak. Jika korporasi menikmati keuntungan atau laba maka ada pihak-pihak yang lain yang telah berkorban atau dikorbankan untuk meraih laba tersebut. Sebaliknya, jika korporasi menderita kerugian maka ada pihak-pihak lain yang mengeruk keuntungannya. Karena itu, perusahaan harus adil terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya yang sudah turut menanggung dampak-dampak eksternalitas dari aktivitas ekonomi perusahaan melalui program-program TJSLP. Merujuk pada perspektif teoritis di atas maka TJSLP merupakan suatu keharusan untuk keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang. Karena itu, TJSLP harus dijadikan sebagai kebutuhan hakiki yang terinternalisasi dalam sistem manajemen dan praktik bisnis serta budaya korporasi (Lako, 2011). Kebutuhan untuk menjadikan TJSLP sebagai kebutuhan hakiki dirasakan kian penting mendesak. Mengapa? Pertama, karena dunia bisnis sedang dan akan terus menghadapi tekanan eksternal agar peduli pada TJSL. Tekanan tersebut berasal dari pelaku pasar (market forces), khususnya investor dan kreditor, yang kian sensitif terhadap isu-isu sosial dan lingkungan karena terkait dengan risiko dan prospek investasi atau kredit yang mereka berikan. Selain itu, lembaga-lembaga internasional, seperti PBB, Bank Dunia, IMF,Uni Eropa dan lainnya, juga kian gencar mengampanyekan internalisasi TJSL dalam kebijakan dan praktik bisnis. Munculnya Global Compact (2001) yang berisi 10 prinsip dasar etika korporasi global, Global Reporting Inisiative (1997, 2006) yang menginisiasi model pelaporan dan pengungkapan informasi keuangan,sosial dan lingkungan secara terintegrasi, dan ISO 26000 (2010) yang mengatur tentang CSR menunjukkan bahwa TJSL sudah menjadi isu krusial bisnis yang mesti disikapi pelaku bisnis di Tanah Air. Kedua, karena pemerintah dan legislatif diperkirakan bakal terus menerbitkan regulasi yang memaksa perusahaan untuk melaksanakan TJSL (regulatory forces). Hal ini disebabkan karena kian kompleksnya isu-isu sosial dan lingkungan dan negara kesulitan dalam menanggulangi isu-isu tersebut sendirian akibat keterbatasan dalam sumberdaya ekonomi, energi dan kapasitas sumberdaya manusia. Dengan demikian, pebisnis perlu segera mereformasi paradigma bisnisnya yang cenderung konservatif ke arah yang lebih progresif dan proaktif terhadap isu-isu TJSL. TJSLP mesti diperlakukan sebagai investasi strategis untuk membangun 13Â Â
keberlanjutan dan kenyaman bisnis serta pertumbuhan laba secara berkelanjutan. Karena itu, desain sistem manajemen bisnis yang lebih ramah masyarakat dan lingkungan (sustainability management) menjadi kebutuhan mendesak.
Hadirin yang saya hormati
MANFAAT INVESTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN
Pertanyaan yang muncul adalah apakah ada manfaat ekonomik bagi perusahaan apabila peduli dan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) secara sungguh-sungguh dan berkelanjutan? Jawabnya: Ada! Bahkan, banyak! Secara empiris, kepedulian pada TJSL mendatangkan banyak manfaat ekonomi bagi perusahaan. Semakin besar kepedulian perusahaan pada isu-isu sosial dan lingkungan maka semakin besar pula manfaat ekonomik yang bakal didapatkannya. Secara umum manfaat ekonomik tersebut antara lain (Lako, 2011): Pertama, profitabilitas dan kinerja keuangan perusahaan semakin kokoh. Kedua, apresiasi dari komunitas investor, kreditor, pemasok dan konsumen semakin meningkat sehingga meningkatkan nilai aset dan nilai saham, mempermudah peluang mendapatkan kredit, dan meningkatkan pangsa pasar produk/jasa perusahaan. Ketiga, komitmen, etos kerja, efisiensi dan produktivitas karyawan semakin meningkat sehingga berdampak positif pada peningkatan laba dan nilai perusahaan. Keempat, menurunnya kerentanan gejolak sosial dan resistensi komunitas sekitarnya sehingga perusahaan bisa beroperasi dalam lingkungan bisnis yang kondusif. Kelima, meningkatnya reputasi, corporate branding dan goodwill perusahaan sehingga meningkat pangsa pasar dan nilai perusahaan dalam jangka panjang. Secara internasional, mayoritas hasil studi empiris menunjukkan bahwa kinerja TJSLP (CSR/ CESR) berpengaruh positif secara signifikan atau berkorelasi erat dengan kinerja finansial, kinerja harga saham dan nilai korporasi. Selain itu, juga disimpulkan bahwa korporasi yang lebih peduli CSR lebih menguntungkan (profitable) dibanding korporasi yang kurang peduli CSR. Dengan demikian, TJSLP dan profitabilitas korporasi bisa berjalan seiring bukan saling mengorbankan seperti diklaim sejumlah kalangan selama ini (Steiner dan Steiner, 2009; Wearther dan Chandler, 2011). Kesimpulan tersebut didukung oleh hasil studi meta-analysis dari Margolis dan 14Â Â
Walsh (2001), Orlitzky et al. (2003) dan Dam (2007). Mereka melaporkan bahwa mayoritas hasil studi melaporkan bahwa kinerja sosial korporasi memiliki korelasi erat terhadap kinerja keuangan. Kinerja sosial korporasi juga memiliki relasi yang positif scara signifikan terhadap kinerja keuangan dan harga saham. Hasil-hasil studi lainnya (Anderson dan Frankle, 1980); Shane dan Spincer,1983; Nagayama dan Tekeda, 2006; Ioannou dan Serafeim, 2010), juga melaporkan bahwa kinerja sosial dan lingkungan korporasi mempengaruhi reaksi pasar modal dan kinerja harga saham, mempengaruhi abnormal returns yang diperoleh pemegang saham dan investor, dan juga mempengaruhi kinerja keuangan dan nilai korporasi. Secara nasional, hasil-hasil studi empiris yang dilakukan sejumlah mahasiswa bimbingan saya juga menunjukkan bahwa kepedulian perusahaan pada TJSL berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja keuangan, kinerja harga saham dan nilai perusahaan (Ariyani, 2008) serta meningkatkan economic value added/EVA dan market value-added/MVA perusahaan (Monica, 2010). Selain itu, juga dilaporkan bahwa pelaku pasar merespon positif secara signifikan terhadap publikasi laporan keuangan yang memiliki pengungkapan informasi CSR yang lebih luas dan sebaliknya bereaksi negatif namun tidak signifikan terhadap publikasi laporan keuangan yang memiliki luas pengungkapan CSR tidak luas (Puspitasari, 2010). Perusahaan yang peduli TJSL memiliki relevansi nilai ekonomik lebih tinggi daripada perusahaan yang kurang peduli TJSL (Astuti, 2010).4 Dari sejumlah fakta empiris tersebut di atas maka menadi jelaslah bahwa komitmen pelaku bisnis untuk peduli pada TJSL dan mengungkapkan informasinya dalam pelaporan perusahaan mendatangkan banyak keuntungan. Semakin besar kepedulian dan pengungkapan kinerja TJSL semakin besar pula manfaat ekonomi yang diraup korporasi. Sebaliknya, semakin kecil kepedulian perusahaan pada pelaksanaan dan pelaporan kinerja TJSL maka akan semakin kecil pula manfaat ekonomik yang diperoleh. Karena itu, tidaklah berlebihan kalau disimpulkan bahwa TJSLP merupakan suatu “investasi strategis” untuk meningkatkan kinerja keuangan dan kinerja harga saham, nilai fundamental bisnis dan nilai pasar sekuritas, serta relevansi nilai informasi laporan keuangan untuk pelaku pasar dalam jangka panjang. Pertanyaannya, mengapa perbuatan TJSL justru mendatangkan berkah berlimpah bagi perusahaan? Paling tidak, ada empat argumentasi yang dapat menjelaskannya (Lako, 2009 & 2011; Weather dan Chandler, 2011).
4
Catatan: Saya berperan besar dalam memberikan isu dan penalaran teoritisnya, serta mengarahkan dan membimbing mereka dalam pengembangan metode riset, analisis hasil dan interpretasi temuan.
15
Pertama, perbuatan mulia tersebut merupakan suatu �investasi sosial� yang merekatkan perusahaan dengan para stakeholder dan komunitas masyarakat sehingga menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi korporasi dalam jangka panjang. Misalnya, dengan peduli pada karyawan maka komitmen, loyalitas, etos kerja, efisiensi dan produktivitas karyawan akan meningkat. Hasilnya, kinerja perusahaan pasti akan naik. Kedua, perbuatan terpuji tersebut pasti akan menurunkan potensi gejolak sosial dan resistensi dari komunitas sekitarnya karena mereka merasa diperhatikan dan dihargai korporasi. Bagi para penjual produk/jasa perusahaan, perbuatan amal tersebut justru dirasakan sangat bernilai. Mereka pasti akan makin setia dan rela berkorban untuk membesarkan pangsa pasar perusahaan. Hal itu akan mendatangkan laba yang berlipat ganda. Ketiga, perbuatan baik tersebut tentu berdampak positif menurunkan potensi risiko bisnis dan meningkat prospek bisnis. Komunitas investor, kreditor, pemasok dan konsumen tentu akan mengapresiasinya karena menilai lingkungan bisnis perusahaan sangat kondusif dan prospektif. Para investor tentu akan agresif menanam modalnya atau membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi. Para kreditor tentu akan berlomba-lomba menawarkan kreditnya. Konsumen juga akan kian loyal dengan produk atau jasa perusahaan. Pemasok juga akan kian percaya. Semua kepercayaan itu tentu akan mendatangkan banyak keuntungan bagi perusahaan. Keempat, dengan peduli pada masyarakat dan lingkungan maka perusahaan akan semakin dihargai dan dihormati sebagai warga negara yang baik (good corporate citizen) oleh masyarakat, komunitas bisnis, pemerintah setempat dan lainnya. Penghormatan itu tentu akan meminimalisir sejumlah risiko yang bakal dihadapi dan mempermudah akses-akses bisnis.
Hadirin yang saya muliakan
REFORMASI PARADIGMA AKUNTANSI: MENUJU AKUNTANSI BERKELANJUTAN
Reformasi paradigma bisnis tidak akan efektif hasilnya apabila tidak dibarengi dengan reformasi paradigma akuntansi. Penyebabnya, kerangka konseptual akuntansi, standar akuntansi keuangan dan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum (PABU) yang selama ini menjadi pedoman bagi korporasi dalam praktik akuntansinya cenderung konservatif. Akuntansi konvensional kurang responsif terhadap perubahan 16Â Â
paradigma bisnis yang hendak memperlakukan pengorbanan sumberdaya ekonomi untuk tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) sebagai suatu investasi strategis. Akuntansi cenderung memperlakukan pengeluaran untuk TJSL sebagai beban periodik (Lako, 2011). Akibat paradigma yang masih konservatif tersebut, akuntansi dan para akuntan sering dituding sebagai penyebab utama terjadinya krisis sosial dan lingkungan. Alasannya, karena informasi akuntansi atau informasi laporan keuangan yang dihasilkan melalui proses akuntansi hanya menyajikan indikator-indikator ”sukses” kinerja ekonomi. Sementara itu, dampak-dampak negatif yang ditimbulkan perusahaan terhadap komunitas masyarakat dan lingkungan sekitar diabaikan dalam proses pencatatan dan pelaporan akuntansi. Akibatnya, pemegang saham, kreditor, manajemen, pemerintah dan stakeholder lainnya tidak hanya disesatkan oleh sinyalsinyal ”sukses” angka-angka akuntansi tapi juga dirugikan dalam pengambilan keputusan, kebijakan dan aktivitas (Gray dan Bebbington, 2001; Lamberton, 2005; Schaltegger et al., 2006; Iva, 2009). Singkatnya, selama ini pelaporan keuangan yang dihasilkan para akuntan dari proses akuntansi mengabaikan pelaporan informasi sosial dan lingkungan sehingga menyesatkan banyak pihak dalam pengambilan keputusan. Karena itu, para akuntan harus ikut bertanggung jawab terhadap terjadinya krisis sosial dan lingkungan yang kian parah dari waktu ke waktu. Ada tiga alasan utama mengapa akuntan harus ikut bertanggung jawab (Gray dan Bebbington, 2001; Schaltegger et al., 2006). Pertama, alasan moral dan etika (moral/ethical reasons). Para akuntan sebagai orang-orang terhormat harus menyadari bahwa keahlian profesional yang mereka miliki bukan untuk menghasilkan sinyal-sinyal “sukses” yang menyesatkan. Para akuntan harus sungguh-sungguh mendorong pelaporan informasi keuangan, sosial dan lingkungan secara jujur, benar dan utuh untuk membantu para pihak dalam mengambil keputusan yang terbaik. Kedua, alasan profesional (professional reasons). Akuntan sebagai profesi yang terhormat harus menyadari bahwa produk laporan keuangan yang dihasilkannya tidak lengkap, menyesatkan dan menyebabkan krisis sosial dan lingkungan. Karena itu, akuntan harus memiliki tanggung jawab profesional untuk mengungkap informasi akuntansi yang komprehensif, jujur, reliabel dan relevan agar tidak menyesatkan manajemen dan para pemakai lainnya dalam pengambilan keputusan. Ketiga, alasan pragmatis atau ekonomi (pragmatic, economic reasons). Para akuntan harus menyadari bahwa manajer dan pemegang saham sedang mengambil keputusan-keputusan strategis dan taktis yang didasarkan pada informasi yang tidak lengkap. Karena isu-isu sosial dan lingkungan mempengaruhi pendapatan dan arus biaya korporasi maka manajemen dan pemegang saham sebagai pengambil keputusan 17
memerlukan informasi yang utuh untuk mengarahkan mereka membuat keputusankeputusan ekonomi dan manajerial yang terbaik. Karena itu, reformasi paradigma akuntansi dan akuntan sangat penting dan mendesak. Tujuannya adalah untuk membantu manajemen dan pemegang saham serta para pihak agar lebih sensitif, ramah dan mencintai masyarakat dan lingkungan. Namun, sebelum melakukan reformasi tersebut, akuntan perlu mengidentifikasi keterbatasan (limitations) mendasar dalam akuntansi konvensional. Deegan (2003) dan Lako (2011) mengidentifikasi ada lima keterbatasan mendasar dalam akuntansi keuangan konvensional yang menyebabkan informasi sosial dan lingkungan diabaikan dalam proses akuntansi dan pelaporan keuangan. Pertama, akuntansi keuangan hanya memfokuskan pada kebutuhan informasi dari pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan alokasi sumberdaya ekonomi. Fokus itu cenderung terbatas pada para stakeholder yang punya kepentingan keuangan dengan korporasi. Karena itu, fokus pelaporan informasi dalam laporan keuangan adalah untuk pihak-pihak yang memiliki relasi keuangan dengan korporasi seperti pemegang saham, manajemen, kreditor, pemasok, konsumen, karyawan, pemerintah dan mitra bisnis lainnya. Sementara masyarakat dan lingkungan di sekitarnya dianggap bukan bagian dari stakeholder karena tidak memiliki relasi keuangan dengan korporasi. Kedua, pertimbangan utama dalam proses akuntansi dan pelaporan keuangan adalah “materialitas” dari informasi yang disajikan. Artinya, hanya informasi yang dinilai material yang boleh disajikan dalam laporan keuangan. Informasi TJSL dianggap tidak material untuk disajikan dalam laporan keuangan karena sulit mengkuantifisir dan memperbandingkan antara cost dan benefit-nya. Ketiga, pelaporan akuntansi cenderung memperlakukan pengorbanan sumberdaya ekonomik yang tidak jelas manfaat ekonomiknya di masa datang sebagai beban periodik. Pengorbanan untuk TJSL dianggap tidak memiliki manfaat tersebut sehingga harus diperlakukan sebagai beban periodik. Konsekuensinya, kepedulian korporasi pada TJSL berdampak negatif mengurangi laba, ekuitas pemilik, dividen, kompensasi manajemen, likuiditas dan solvabilitas korporasi. Inilah yang menyebabkan kebanyakan pelaku bisnis enggan melaksanakan TJSL. Keempat, akuntansi masih mengadopsi “asumsi entitas” yang mengharuskan perusahaan diperlakukan sebagai suatu entitas yang berbeda dari para stakeholder-nya. Implikasinya, jika suatu transaksi atau peristiwa tidak berdampak langsung pada korporasi maka harus diabaikan untuk tujuan akuntansi. Karena itu, informasi TJSLK atau eksternalitas yang disebabkan oleh tindakan dan pelaporan perusahaan umumnya diabaikan dalam pelaporan akuntansi karena dinilai tidak memberi dampak langsung pada ukuran-ukuran kinerja keuangan. 18
Kelima, proses akuntansi hanya terfokus pada item-item yang dapat “dikontrol” perusahaan. Item-item itu harus lolos seleksi “recognition criteria”. Yaitu: (1) memenuhi syarat “definition” sebagai item laporan keuangan, (2) dapat diukur nilainya secara handal (measurability), (3) informasinya relevan untuk pemakai (relevance), dan (4) keakuratan dan kehandalan informasinya dapat dipercaya (reliability). Informasi akuntansi sosial dan lingkungan dianggap tidak memenuhi empat kriteria tersebut sehingga tidak bisa disajikan dalam laporan keuangan. Karena itu, agenda dan arah reformasi akuntansi di masa depan perlu difokuskan untuk mengatasi sejumlah keterbatasan tersebut. Saya mengusulkan ada tiga agenda reformasi akuntansi. Pertama, agenda pengembangan akuntansi di masa depan perlu difokuskan untuk mengembangkan dan menerapkan Akuntansi Berkelanjutan (Sustainability Accounting) yang berbasiskan pada tiga pilar dasar tanggung jawab korporasi (triple bottom-line corporation accountability) yaitu tanggung jawab ekonomi (economic accountability), tanggung jawab sosial (social accountability) dan tanggung jawab lingkungan (environmental accountability). Dalam upaya menuju ke Akuntansi Berkelanjutan, para akuntan perlu mengkaji kembali relevansi rerangka konseptual (conceptual framework), prinsip-prinsip akuntansi berterima umum (generally accepted accounting principles/GAAP) dan standar akuntansi keuangan yang ada untuk memungkinkan diakui, diukur, diproses dan dilaporkannya transaksi-transkasi atau peristiwa-peristiwa ekonomi atau bisnis yang berkaitan dengan TJSLP dalam satu paket akuntansi. Kedua, agenda pengembangan akuntansi ke depan juga perlu diarahkan untuk mendorong dan mewujudkan akuntabilitas korporasi (corporate accountability). Dalam upaya untuk mewujudkan arahan tersebut para akuntan perlu melakukan pengembangan konsep-konsep dan prinsip-prinsip akuntansi berterima umum, standar akuntansi dan model pelaporan berkelanjutan untuk memungkinkan pelaporan dan pengungkapan informasi keuangan, sosial dan lingkungan secara terintegrasi dalam satu paket pelaporan akuntansi. Paket pelaporan tersebut dinamakan Pelaporan Akuntansi Berkelanjutan (Sustainability Accounting Reporting) atau secara internasional disebut juga sebagai triple bottom-line reporting. Ketiga, agenda pengembangan akuntansi di masa datang juga perlu diarahkan untuk mendorong transparansi informasi keuangan, sosial dan lingkungan korporasi (information transparency) kepada para pemangku kepentingan. Berkenaan dengan hal tersebut, para akuntan perlu melakukan pengembangan terhadap atribut-atribut karakteristik kualitatif informasi akuntansi dan model pelaporan dan pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi berkelanjutan untuk memungkinkan korporasi mengungkapkan informasi keuangan, sosial dan lingkungan secara jujur dan reliabel kepada para pemangku kepentingan. 19
Singkatnya, agenda reformasi akuntansi ke depan perlu diarahkan untuk mendukung tiga agenda besar bisnis dan korporasi, yaitu: (1) sustainabilitas korporasi (corporate sustainability); 2) akuntabilitas korporasi (corporate accountability); dan 3) transparansi informasi keuangan, sosial dan lingkungan secara terintegrasi (corporate transparency). Tiga agenda reformasi tersebut sesungguhnya merupakan solusi strategis untuk mewujudkan tatakelola korporasi yang baik (good corporate governance/GCG) dan keberlanjutan korporasi (Gray dan Bebbington, 2001; Benn dan Bolton, 2011; Lako 2011). Untuk mengarahkan dan memudahan praktik akuntansi berkelanjutan (sustainability accounting), saya mengusulkan langkah-langkah reformasi atau perekayasaan akuntansi sebagai berikut. Pertama, merumuskan rerangka konseptual, tujuan dan sasaran, serta prinsipprinsip dasar dari Akuntansi Berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk memberikan arahan strategis, taktis dan operasional bagi perusahaan dan para akuntan dalam penerapannya. Kedua, meredefinisi kembali kriteria pengakuan akuntansi (accounting recognition criteria) terhadap item-item laporan keuangan konvensional. Akuntansi konvensional mensyaratkan bahwa suatu item dapat diakui sebagai salah satu item laporan keuangan apabila item tersebut memenuhi kriteria definition, measurability, relevance, dan reliability. Dengan meredefinisi kembali empat kriteria tersebut maka informasi sosial dan lingkungan bisa disajikan dalam pelaporan akuntansi berkelanjutan korporasi. Ketiga, melakukan restatement dan extension terhadap akun-akun dari laporan keuangan konvensional untuk memungkinkan informasi atau akun-akun sosial dan lingkungan dimasukkan dalam pelaporan akuntansi berkelanjutan, khususnya dalam neraca (sustainability balance sheet) dan laporan laba-rugi (sustainability income statement). Keempat, mengembangkan teknik-teknik pengukuran, pencatatan akuntansi dan alat-alat manajemen data serta model pelaporan akuntansi berkelanjutan untuk memungkinkan pengukuran nilai, dokumentasi data, pencatatan akuntansi serta pelaporan informasi terhadap transaksi-transaksi atau perisitiwa-peristiwa keuangan, sosial dan lingkungan secara terintegrasi. Kelima, dalam proses akuntansi berkelanjutan, pengakuan, perlakuan akuntansi, pencatatan, pengukuran dan pelaporan serta pengungkapan informasi sosial dan lingkungan harus disertakan bersamaan dengan informasi keuangan. Untuk menjamin bahwa informasi akuntansi yang dihasilkan oleh proses akuntansi berkelanjutan tersebut dapat dipercaya kehandalannya dan relevan untuk pengambilan keputusan maka proses pengauditan berkelanjutan (sustainability auditing) sangat diperlukan. 20Â Â
Pengembangan rerangka konseptual dan model Akuntansi Berkelanjutan disajikan pada Gambar 1.
Model Rerangka Akuntansi Berkelanjutan
Fokus
Akuntansi Keuangan
Akuntansi Sosial
Obyek proses
Transaksi keuangan
Transaksi sosial
Output
Model pelaporan Jenis informasi Tujuan
Pelaporan Keuangan
Pelaporan Sosial
Akuntansi lingkungan
Transaksi lingkungan
Pelaporan Lingkungan
Pelaporan Akuntansi Berkelanjutan
Informasi kuantitatif (informasi keuangan)
Informasi kualitatif (informasi sosial & lingkungan)
Sustainabilitas korporasi, sosial dan lingkungan
Dari Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa fokus dari Akuntansi Berkelanjutan adalah akuntansi keuangan, akuntansi sosial dan akuntansi lingkungan. Karena itu, obyek dari proses akuntansinya adalah transaksi-transaksi atau peristiwa keuangan, sosial dan lingkungan dari suatu korporasi. Output dari proses Akuntansi Berkelanjutan adalah pelaporan keuangan, pelaporan sosial dan pelaporan lingkungan. Ketiga pelaporan tersebut disatukan dalam model Pelaporan Akuntansi Berkelanjutan. Karena menggabungkan tiga model pelaporan maka dalam Pelaporan Akuntansi Berkelanjutan berisi dua tipe informasi yaitu informasi keuangan (kuantitatif) dan informasi non keuangan (kualitatif). Tujuan dari pengembangan model Akuntansi Berkelanjutan adalah untuk keberlanjutan korporasi, masyarakat dan lingkungan. Reformasi paradigma akuntansi konvesional menuju ke paradigma Akuntansi Berkelanjutan juga dirasakan kian mendesak karena makin menguatnya desakan para stakeholder global agar korporasi berukuran besar dan menengah di negara-negara maju maupun berkembang harus melaporkan kinerja pengelolaan (governance), sosial dan lingkungan secara terintegrasi dalam pelaporan kinerja korporasi. Tuntutan 21
tersebut tercermin dalam Konferensi Global tentang Sustainability and Transparancy yang diselenggarakan Global Reporting Inisiatives (GRI) di Amsterdam pada 26-28 Mei 2010 (www.amsterdamGRIconference.org). Dalam konferensi tersebut, lebih dari 1.200 peserta dari 77 negara yang mewakili organisasi pemerintah, bisnis, lembaga-lembaga internasional, tenaga kerja, profesi akuntansi, akademisi, organisasi nirlaba dan lainnya memberikan dukungan penuh terhadap dua usulan penting dan radikal dari GRI. Dua usulan tersebut adalah: Pertama, sebelum 2015, semua perusahaan berukuran besar maupun kecil di negara-negara sedang berkembang (OECD) dan maju diharuskan untuk melaporkan kinerja pengelolaan, sosial dan lingkungan korporasi. Jika tidak maka harus dijelaskan alasannya. Kedua, sebelum 2020, harus sudah ada standar internasional yang dapat diaplikasikan dan diterima secara umum yang akan secara efektif mengintegrasikan pelaporan keuangan dan pelaporan pengelolaan, sosial dan lingkungan oleh semua organisasi. Karena itu, rekonstruksi dan reformasi paradigma akuntansi dan pelaporan korporasi menuju paradigma baru yaitu Akuntansi dan Pelaporan Berkelanjutan menjadi agenda mendesak bagi profesi akuntansi dan pendidikan akuntansi pada masa-masa mendatang.
Para hadirin yang saya muliakan
REFORMASI PARADIGMA PENDIDIKAN AKUNTANSI
Selain reformasi rerangka konseptual, PABU, standar akuntan dan praktik akuntansi untuk menuju ke paradigma baru yaitu Akuntansi Berkelanjutan, reformasi paradigma pendidikan Akuntansi di perguruan tinggi juga sangat penting dan mendesak. Perguruan tinggi, khususnya Program Studi Akuntansi atau Bisnis yang mendidik dan menghasilkan para sarjana akuntansi, juga perlu mendesain ulang sistem kurikulum dan sistem pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat ke arah yang lebih ramah sosial dan lingkungan. Program Studi Akuntansi juga diharapkan proaktif menyiapkan infrastruktur, kurikulum, metode, referensi, dan kompetensi sumberdaya manusia yang memadai agar bisa memberikan bekal pengetahuan dan keahlian kepada mahasiswa akuntansi. Tujuannya adalah untuk menyiapkan generasi baru akuntan yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai tentang akuntansi berkelanjutan 22Â Â
(sustainability accounting) yaitu mencakup tiga dimensi yaitu dimensi akuntansi keuangan (financial accounting), dimensi akuntansi sosial (social accounting) dan dimensi akuntansi lingkungan (environmental accounting). Mereka diharapkan bisa membantu korporasi dalam menyiapkan sistem dan menghasilkan pelaporan akuntansi berkelanjutan (sustainability accounting reporting) yang tidak lagi menyesatkan manajemen dan para pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan. Mereka juga diharapkan dapat berperan sebagai auditor yang mengaudit kewajaran praktik dan pelaporan akuntansi berkelanjutan. Mereka juga diharapkan menjadi akuntan manajemen yang membantu manajemen dalam menganalisis dampak, efek dan implikasi TJSLP untuk keputusan manajerial dalam penyusunan program kerja dan pengganggaran serta pelaksanaannya. Selain itu, mereka juga diharapkan dapat membantu korporasi, pemerintah atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam memvaluasi dampak (impact), pengaruh (effect) dan impikasi (implication) dari aktivitas ekonomi korporasi terhadap masyarakat dan lingkungan. Demikian juga sebaliknya, mereka diharapkan dapat memvaluasi dampak, efek dan implikasi dari masyarakat dan lingkungan terhadap bisnis dan keberlanjutan korporasi. Dengan demikian, ke depan, keberadaan Program Studi Akuntansi dan para sarjana akuntansi yang dihasilkannya diharapkan memainkan peranan penting dan menjadi solusi dalam upaya mengatasi krisis sosial dan lingkungan dan menjamin keberlanjutan korporasi, masyarakat dan lingkungan.
Hadirin yang saya muliakan‌.. Ucapan Terima Kasih dan Penghargaan Pencapaian tertinggi dalam jabatan fungsional akademik sebagai Guru Besar yang saya peroleh sekarang ini adalah anugerah, berkah dan bahkan saya yakini sebagai “kemuliaanâ€? yang diberikan Tuhan kepada saya atas doa, ketekunan, keuletan, kerja keras, ketabahan dan pengharapan saya sejak sekolah dasar hingga hari ini. Saya menyakini Allah telah memiliki rencana-rencana besar untuk saya. Ia telah bekerja untuk mewujudkan rencana-rencana tersebut melalui saudara-saudari saya, keluarga saya, para guru saya, para sahabat dan kolega saya, maupun semua pihak yang selama ini berinteraksi dan membantu saya baik langsung maupun tidak langsung. Karena itu, pencapaian gelar Guru Besar ini, bukan semata-mata karena hasil kerja keras dan ketekunan saya, tapi juga karena anugerah Allah dan kontribusi dari banyak pihak. Karena itu, puji dan sujud syukur yang terutama saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Pengasih atas kasih, anugerah dan kemuliaan yang telah dilimpahkan kepada saya. Atas tuntutan-Nya, acara pengukuhan ini bisa terselenggara dengan 23 Â
lancar. Sebagai ungkapan syukur dan terima kasih, bila Allah masih berkenan memberikan kesehatan dan umur panjang, saya berjanji akan terus berkarya sebagai ilmuwan, pendidik dan sebagai pewarta kabar baik bagi sesama. Selanjutnya, perkenankan saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setingginya kepada semua pihak yang telah berjasa menghantarkan saya hingga mencapai jabatan Guru Besar. Saya meyakini mereka yang akan saya sebutkan namanya di bawah ini telah “dipakai” Tuhan sebagai alat-Nya untuk membantu saya. Ucapan terima kasih yang pertama saya haturkan kepada Pemerintah Pusat, khususnya Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh yang telah menyetujui pengusulan saya sebagai Guru Besar dalam Ilmu Akuntansi pada 30 November 2010. Ucapan terima kasih kedua saya haturkan kepada Ketua Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah VI Jawa Tengah, Prof.Drs Mustafid, M.Eng.,Ph.D, yang menyetujui berkas pengusulan saya sebagai Guru Besar di tingkat Kopertis. Sejak saya terpilih sebagai Dosen Berprestasi Tingkat Kopertis Wilayah VI dan Tingkat Nasional pada 2008, dalam sejumlah kesempatan Prof. Mustafid juga selalu mendorong saya untuk segera mengajukan Guru Besar. Kepada tim peer review Kopertis Wilayah VI yang sudah menilai kelayakan karya-karya saya sebagai Guru Besar, saya juga menyampaikan terima kasih. Penghargaan dan ucapan terima kasih ketiga saya haturkan kepada Rektor sekaligus Ketua Senat dan semua anggota Senat Unika Soegijapranata yang sudah menyetujui pengusulan jabatan Guru Besar saya pada tingkat Universitas. Kepada para tim peer review baik di tingkat Universitas maupun di tingkat Fakultas Ekonomi yang sudah menelaah kelayakan karya-karya akademik saya, saya juga menghaturkan terima kasih. Kepada Rektor Unika Soegijapranata, Prof. Dr.Ir. Budi Widianarko, M.Sc. dan para Wakil Rektor (WR) serta segenap staf LPSDM yang sudah mendukung dan membantu proses pengajuan jabatan Guru Besar saya, juga dihaturkan terima kasih. Secara khusus, saya menyampai terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Budi Widianarko baik sebagai Rektor maupun sebagai sahabat dan guru yang telah berjasa dalam menghantarkan saya ke jenjang Guru Besar. Karena beliaulah, saya tetap bersemangat untuk mengajukan berkas ke Guru Besar. Prof. Budi juga telah berjasa mengenalkan saya pada Ilmu Lingkungan sejak 1995. Beliau juga menjadi “guru” saya dalam belajar menulis yang baik dan benar. Prof Budi juga telah menginspirasi saya untuk menjadi pendidik yang baik dan terus tekun dalam bekerja untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setingginya juga saya haturkan kepada para mantan Pengurus Yayasan dan Pengurus Yayasan Sandjojo saat ini serta 24
para mantan Rektor Unika Soegijapranata yaitu Rm. Dr.Ir. P. Wiryono, SJ., Bruder Dr. Martinus Handoko, FIC., dan Dr. Bagus Wismanto, M.Si yang telah menerima saya menjadi dosen di Unika Soegijapranata pada Juli 1994, dan menyekolahkan saya ke jenjang S2 dan S3 pada tahun 2000-2007. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setingginya juga saya tujukan kepada para kolega saya di Fakultas Ekonomi yang telah mendorong, mengingatkan dan membantu saya dalam proses pengusulan ke Guru Besar. Mereka adalah para Wakil Dekan saya, yaitu Drs. Theodorus Sudimin, MS (WD I), Theresia Dwi Hastuti, SE, M.Si., Akt. (mantan WD II), Stefany Lily Indarto, SE, MM, Akt. (WD II) dan Drs. Yohanes Sugiharto, MM. Selain menjadi team work yang kompak dalam mengelola Fakultas, mereka juga terus memotivasi saya untuk mengurusi pengusulan Guru Besar hingga tuntas. Kepada Ketua Jurusan Akuntansi, bu Yusni Warastuti, SE, M.Si., yang dengan sabar mengoreksi dan menandatangani berkas-berkas pengajuan Guru Besar pada tingkat Fakultas, saya juga sampaikan terima kasih. Terima kasih dan penghargaan yang setingginya juga patut saya berikan kepada mbak Anna, staf kepedidikan untuk administrasi akademik Fakultas Ekonomi, yang telah bekerja keras dan sabar memilah, mengklasifikasi dan menghitung bobot nilai dari setiap karya akademik saya. Beliaulah yang terus mengingatkan saya untuk menyerahkan semua karya ilmiah agar bisa dihitung nilainya. Pada akhir Oktober 2008 saya menyerahkan semua dokumen yang sebelumnya digunakan untuk penilaian Dosen Berprestasi. Pada pertengahan November 2008 beliau menginformasi bahwa kum saya sudah melampaui untuk diajukan ke Guru Besar. Meski hampir tidak percaya namun informasi itu memotivasi saya untuk menyerahkan lagi sejumlah dokumen Tri Dharma. Terima kasih dan penghargaan atas kerjasama, keakraban dan kekompakannya juga saya tujukan kepada semua rekan saya di Jurusan Akuntansi. Selama ini, mereka menjadi sahabat berdiskusi yang heboh, mewujudkan gagasan-gagasan yang saya lontarkan, serta mendoakan dan membantu saya ketika menempuh pendidikan S2 dan S3 hingga pengajuan Guru Besar. Secara khusus, saya mesti berterima kasih kepada Drs. Hudi Prawoto, MM., Dr. Octavianus Digdo, M.Si.,Akt., Clara Susilawati, SE, M.Si., Theresia Dwi Hastuti, SE, M.Si.,Akt., Monica Palupi, SE, MM; dan Stefany Liliy Indarto MM yang sudah memperjuangkan ke Rektor agar memprioritaskan saya untuk studi S3 pada 2002 demi masa depan jurusan. Sejujurnya, motivasi utama saya studi S3 dan mengajukan jabatan Guru Besar ini adalah untuk kepentingan Jurusan Akuntansi. Penghargaan dan ucapan terima kasih juga haturkan kepada para senior dan kolega saya di Fakultas Ekonomi pada umumnya. Secara khusus, saya menyampaikan terima kasih kepada Prof. Vincent Didiek W.A., Ph.D yang telah mendorong saya untuk segera studi S3 pada 2002 ketika beliau menjabat Dekan. Selain menjadi teman diskusi dan tempat berguru, beliau juga memberi semangat kepada saya untuk 25Â Â
mengajukan jabatan Guru Besar. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada para senior Fakultas Ekonomi yang membimbing dan menjadi tempat saya belajar. Mereka adalah bapak Drs. Leo Gunawan, ibu Dra. Lucia Hari Patworo, M.Si., ibu Dra Retno Yustini, M.Si., Dr. Thomas Budi Santoso, Dr. Sentot Suciarto, Drs. Bowo Harcahyo, MBA, dan Drs. Rudy Eliyadi, MM. Kepada rekan-rekan lainnnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, saya juga mengucapkan terima kasih atas persahabatan, kerjasama dan dukungannya selama ini. Secara khusus, saya juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada ibu Dra. Lucia Hari Patworo, MS yang turut membantu saya dalam proses pengajuan Guru Besar ini. Saya juga menyampaikan terima kasih dan doa kepada alm. Drs. Alex Emyll, MSP (mantan Dekan FE) yang telah merekomedasikan untuk menerima saya sebagai dosen di Fakultas Ekonomi dan menjadi bapak saksi pernikahan saya. Sebelum meninggal awal 2008, beliau terus memotivasi saya untuk segera mengajukan ke Guru Besar. Semoga beliau bangga dan bahagia menyaksikan acara pengukuhan pada hari ini dari surga. Selanjutnya, saya juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada para guru yang telah mendidik dan menanamkan nilai-nilai dasar kehidupan kepada saya sejak saya menempuh pendidikan di SDK Langa dan SDK Bomari, di SMP Negeri I Bajawa dan di SMAK Syuradikara Ende Flores. Secara khusus, saya mengucapkan terima kasih kepada guru SD saya di SDK Bomari, yaitu bapak Lazarus Lena, yang telah “merayu” keluarga saya untuk menyekolahkan saya ke jenjang SMP. Tanpa pertolongan beliau, saat ini mungkin saya sedang menggarap kebun di kampung sebagai petani. Ucapan terima kasih dan doa khusus juga saya haturkan untuk guru SMA saya, yaitu alm. Drs. Markus Sabhawea, yang telah mengajarkan dan mengenalkan saya pada Ilmu Ekonomi dan pembukuan. Berkat didikan beliau, saya mantap memilih Jurusan Akuntansi ketika kuliah di Yogya. Semoga beliau bangga menyaksikan pengukuhan ini dari surga. Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para dosen saya di Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang sudah mengajarkan Akuntansi dan Keuangan kepada saya. Berkat didikan awal mereka, saya jatuh cinta pada ilmu ini, memilih profesi sebagai dosen Akuntansi dan kian mendalami akuntansi pada tingkat S2 dan S3. Secara khusus, ucapan terima kasih dan penghargaan setingginya saya berikan kepada ibu Dra. Ch. Rusiti, M.S., Akt, dosen pembimbing skripsi saya, yang telah menggembleng saya untuk menjadi penulis yang bertanggung jawab. Berkat tanda silang “X” berwarna merah yang beliau goreskan pada semua halaman proposal skripsi saya pada awal bimbingan dan hadiah buku “Pedoman Penulisan Bahasa Indonesia Berdasarkan EYD” pada awal 1993, saya belajar banyak untuk menjadi penulis yang bertanggung jawab. Didikan awal tersebut sangat besar pengaruhnya dalam membentuk perjalanan karir akademik saya sebagai pendidik, penulis dan periset. 26
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setingginya juga saya berikan kepada para dosen S2 dan S3 saya di Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi UGM yang telah mendidik dan memberikan bekal keilmuan yang mendalam dan kearifan hidup kepada saya. Secara khusus, saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Jogiyanto Hartono, MBA., Akt selaku Promotor dan Prof. Dr. Indra Wijaya Kusuma, MBA dan Dr. Supriyadi, M.Sc. sebagai Ko-promotor disertasi yang telah membimbing dan membantu saya dalam menyelesaikan S3 di UGM. Kepada Prof. Jogi, yang juga menjadi pembimbing tesis saya, saya hanya bisa menyampaikan terima kasih yang tak terhingga atas semua “didikan” yang sudah Bapak berikan kepada saya. Saya juga mengucapkan terima kasih rekan-rekan kuliah semasa studi S3 di UGM atas perhatian, bantuan dan persahabatannya yang tulus. Secara khusus, gelar Guru Besar ini saya persembahkan kepada almarhum kedua orangtua saya, yaitu Bapak Andreas Boko yang telah meninggal pada 1972 dan mama Agatha Lewa yang meninggal bulan Oktober 2000. Sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara, saya dibesarkan mama saya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Ibu saya juga selalu mendoakan agar saya menjadi orang yang baik dan berguna bagi sesama. Secara tidak sadar, doa dan pengharapan tersebut telah menuntun arah kehidupan dan perilaku saya sebagai pendidik hingga mencapai gelar Guru Besar ini. Secara khusus, gelar Guru Besar ini saya persembahkan untuk kedua kakak saya yang telah berjasa besar menghantarkan saya melewati pendidikan SMP, SMA dan S1. Yang pertama adalah kae Katharina Moi. Beliau inilah yang telah “dipakai Tuhan dan diberkahi rejeki” untuk menyekolahkan saya ke tingkat SMP, SMA bahkan hingga kuliah S1. Saya masih ingat, ketika lulus SD tahun 1981, saya menangis meminta untuk melanjutkan ke SMP. Keluarga bingung karena tak punya biaya. Tiba-tiba, kakak saya ini memberanikan diri dan menyatakan sanggup untuk membiayai saya hingga SMP. Ketika itu, beliau mulai belajar menenun kain ikat khas Bajawa. Dari hari ke hari, kain tentunannya kian laris. Berkat kerja keras beliau, saya akhirnya bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA dan perguruan tinggi. Beliau telah banyak mengorbanan hidupnya untuk saya. Karena ini, pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga buat beliau. Yang kedua adalah kae Drs. Aegidius Naru. Berkat beliau inilah, saya bisa kuliah di Jawa dan menyelesaikan S1 di Atma Jaya Yogya. Saya meyakini, keputusan beliau berhenti dari Seminari Tinggi sebagai calon imam pada 1984 dan kemudian langsung merantau ke Yogya merupakan skenario Allah untuk mempersiapkan dan membuka jalan untuk saya agar bisa studi ke Jawa, bisa menjadi dosen di Unika Soegijapranata dan saat ini dikukuh sebagai Guru Besar. Beliau telah berjasa besar dalam mendidik dan membimbing saya dalam segala hal. Selain membiayai kuliah saya, beliau dan istrinya, Dra. Marieta D.Susilawati, M.Hum., juga telah berjasa mendidik dan membimbing saya untuk menjadi pribadi yang tangguh dan ulet. Karena itu, pada kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih dan pengarhargaan yang 27
setingginya kepada kakak ipar saya, mbak Susi, yang telah memperlakukan saya seperti adik sendiri. Kepada keponakan saya, Ica, Denis dan Rico, om ucapkan terima kasih atas dukungan dan doa kalian selama ini. Ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada empat saudara kandung yang lain yaitu kae Maria Moi (alm), Nus Rani, Lugerus Ladja dan Reta Langa yang juga berperan besar dalam perjalanan kehidupan saya mulai kecil hingga saat ini. Secara khusus, ucapan terima kasih saya berikan kepada kae Gerus yang terus membimbing, mendoakan, memberi nasihat dan semangat kepada saya mulai dari kecil hingga saat ini agar selalu kerja keras dan tekun dalam doa. Beliau selalu mengingatkan saya agar selalu dekat dan menyerahan diri kepada Tuhan dalam segala hal. Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga juga saya hatur kepada Ibu mertua saya, Ibu Dwijo Sumarto (83 tahun), yang telah berkenan menerima saya menjadi anak menantunya. Beliau juga berjasa besar dalam menghantarkan saya meraih jabatan Guru Besar ini. Selama saya melanjutkan studi S3 di UGM, beliau bersedia menampung, merawat dan membesarkan anak-anak saya dengan penuh kasih sayang di Wates. Kesediaan dan pengorbanan beliau, memungkinan saya bisa berkonsentrasi kuliah dan menyelesaikan S3 tepat waktu. Saya sangat berhutang budi pada beliau karena meskipun usianya sudah lanjut, kesehatannya terganggu dan masalah yang dihadapi dalam mengasuh anak-anak saya begitu kompleks, namun beliau belum pernah mengeluh karena kuatir konsentrasi saya dalam studi terganggu. Doa saya agar beliau diberi umur panjang agar bisa menghadiri bila saya dikukuhkan jadi Guru Besar terkabulkan hari ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua kakak ipar: mbak Atik sek., mbak Har, mas Sudar sek., mbak Tin sek., mbak Martini, mas Tono sek., dan mas Sumar sek. atas perhatian, doa, dukungan dan kasih sayangnya kepada saya dan keluarga. Akhirnya, ucapan terima kasih yang tak terhingga saya tujukan kepada istri tercinta, Anna Sumaryati, dan anak-anak saya, yaitu Gloria (+), Julio, Intan dan Nia yang sudah mendampingi, memberi semangat, mendokan dan banyak berkorban untuk saya. Istri saya dengan setia, tulus, dan tabah mendampingi saya pada masa-masa sulit terutama ketika kami dikaruniai anak pertama, Gloria (alm.), yang cacat total sejak lahir hingga meninggal akhir April 2006, dan anak kedua kami, Julio, yang juga mengalami kelainan pada kulitnya. Kecatatan dan kelainan pada kedua anak kami menyebabkan kami berdua, yang sama-sama anak bungsu, terguncang baik secara psikis dan iman maupun materi. Namun berkat komunikasi yang baik dan iman akan kekuasaan Ilahi, kami akhirnya bisa melewati guncangan tersebut. Istri saya juga tabah dan iklas ketika harus berkorban wira-wiri setiap hari dari Wates (Yogya) ke Semarang (PP) karena harus mengajar di Universitas Dian Nuswantoro. Ia juga menjadi tulang punggung ekonomi keluarga selama saya studi. Berkat KKN (kerja keras nyonya), saya bisa menyelesaikan studi S3 tepat waktu dan perekonomian rumah tangga saya tidak bangkrut. 28Â Â
Kepada anakku, Gloria (alm.), yang sekarang semoga berada di Surga, bapak berterima kasih karena dari penderitaan, senyuman, tertawa dan perjuanganmu untuk bertahan hidup selama 7 tahun 8 bulan, telah menjadi sumber inspirasi dan kekuatan bagi bapak dalam menyelesaikan studi S2 dan S3 dan menulis untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Dari kecacatan dan penderitaanmu, bapak dan mama bisa belajar banyak hal tentang misteri Allah dan makna kehidupan ini. Kepada Julio, Intan dan Nia, Bapak mohon maaf karena selama ini kalian kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari Bapak. Bapak berdoa semoga kalian bisa tumbuh jadi anak-anak yang mandiri, jujur, ulet dan berguna bagi sesama. Gelar Guru Besar yang diperoleh ini juga Bapak dedikasikan untuk mama dan kalian. Pada kesempatan ini, saya juga menyampaikan banyak terima kasih kepada bapak Dr.Ir. Edi Noer Sasangko, M.Kom., Rektor Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) dan segenap rekan dosen di Fakultas Ekonomi Udinus yang sudah memberi dukungan moril dan finansial, serta tolerasi waktu kerja kepada istri saya terutama ketika keluarga kami menghadapi saat-saat sulit. Dukungan tersebut sangat besar artinya bagi saya dan keluarga. Ketua Senat dan hadirin yang saya muliakan... Mengakhiri pidato ini, perkenankan saya atas nama pribadi maupun keluarga besar saya, menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada Rektor dan para Wakil Rektor, Ketua Panitia Pengukuhan Guru Besar (Drs Theo Sudimin, MS) dan segenap timnya, seluruh civitas akademika Unika Soegijapranata dan semua pihak yang sudah menyiapkan dan mendukung terselenggaranya acara pengukuhan ini. Kepada pak Wiranto (Kepala UPT Perpustakaan), pak Teguh, bu Ratna dan semua staf Perpustakaan yang sudah membantu dalam menyiapkan literatur dan ruangan yang nyaman selama saya “menyepi” menulis pidato pengukuhan ini, saya juga haturkan terima kasih. Kepada para Guru Besar, anggota Senat dan tamu undangan yang telah berkenan hadir dan sabar mendengarkan pidato pengukuhan ini, saya menghaturkan banyak terima kasih. Kepada rekan-rekan alumni SMA Syuradikara Ende angkatan ’84/85, rekan-rekan alumni Akuntansi FE-UAJY angkatan ’87/88 dan rekan-rekan alumni S3 Ilmu Akuntansi dan Manajemen UGM yang selama ini memberi suport dan hadir pada acara pengukuhan ini, saya juga ucapkan terima kasih atas kekompakan dan persahabatannya. Semoga Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas kebaikan dan ketulusan Bapak, Ibu dan Saudara-saudari sekalian. Terima kasih dan Berkah Dalem. ========== 000 =============
29
DAFTAR BACAAN
Ariyani, S., 2008. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Profitabilitas dan Reaksi Pasar: Studi Empiris pada Emiten Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata Semarang Astuti, T. 2010. Relevansi nilai Laporan Keuangan untuk Investor Pasar Saham pada Perusahaan yang Peduli dan Kurang Peduli Corporate Social Responsibility (CSR). Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata Semarang. Benn, S. dan D. Bolton. 2011. Key Concepts in Corporate Social Responsibility. First Edition. Sage Publication Ltd. London. Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Penerbit Kanisius. Yoyakarta Boatright, J.R. 2007. Ethics and the Conduct of Business. Fifth Edition. Pearson Prentice Hall. New Jersey. Cannon. T. 1992. Corporate Responsibility. Pitman Publishing. London Carroll, A.B. 1993. Business & Society: Ethics and Stakeholder Management. Second Edition. South-Western Publishing Co. Ohio Dahlsrud, A. 2006. How Corporate Social Responsibility is Defined: An Analysis of 37 Definitions. Corporate Social Responsibility and Environmental Management. Vol. 15. 1-13. Deegan, C., 2003. Financial Accounting Theory. Second Edition. McGraw-Hill Companies. Australia. Dellaportas, S., K. Gibson, R. Alagiah, M. Hutchionson, P. Leung dan D.V. Homrigh. 2005. Ethics, Governance & Accounting: A Professional Perspective. John Wiley & Sons Australia Ltd., Australia. Elkington, J. 1993. Coming Clean: The Rise and the Rise of the Corporate Environment Report. Business Strategy and the Environment. Vol.2. No.2. hlm42-44 _________.1997. Cannibals with Forks: The Tripple Bottom Line of 21st Century Business. Capstone, Oxford 30Â Â
_________.2001. The Chrysalis Economy: How Citizen CEOs and Corporations can Fuse Values and Value Creation. Capstone Publishing Ltd. United Kongdom. Freeman, R.E. 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach. Pitman Global Reporting Initiatives (GRI). 2006. Sustainability Reporting Guidelines version 3.0. Amsterdam. __________. Executive Brief the Amsterdam Global Conference on Sustainability and Transparancy: Rethink, Rebuild, Report. www.amsterdamGRIconference.org Gray, R., dan J. Bebbington. 2001. Accounting for the Environment. Second Edition. Sage Publication. London Ivan, R. 2009. Sustainability in Accounting-Basis: A Conceptual Framework. Annales Universitatis Series Oeconomica. Vol.1. No.1. hlm 106-116 Kottler, P., dan N. Lee. 2005. Corporate Social Resposibility: Doing the Most Good for Your Company and Your Cause. John Wiley & Sons., New Jersey Lamberton, G. 2005. Sustainability Accounting-A Brief History and Conceptual Framework. Accounting Forum. No. 29. hlm 7-26 Lako, A. 2007. Cost-Benefit dan Urgensi Formalisasi CSR. Bisnis Indonesia. 19 Juli. _______. 2008. Kewajiban CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis dan Akuntansi.
Manajemen & Usahawan Indonesia No. 6, November-Desember 2008. ______. 2009. Perusahaan Untung Karena Beramal. Suara Merdeka. 20 September. ______. 2010. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan: Motif, Perlakuan Akuntansi dan Bukti Empiris. Manajemen & Usahawan Indonesia No. 2, Januari-Pebruari 2010 ______.2011. Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi. Penerbit Erlangga. Jakarta Lawrence, A.T., dan J. Weber. 2008. Business & Society: Stakeholders, Ethics, Public Policy. Twelfth Edition. McGraw-Hill Irwin. Monica. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA): Studi Empiris pada Emiten Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata Semarang.
31Â Â
Post, J.E., W.C. Frederick. A.T. Lawrence dan J. Weber. 1996. Business and Society: Corporate Strategy, Public Policy, Ethics. Eighth Edition. McGraw Hill Price, T. 2010. Corporate Social Responsibility: Is Good Citizenship Good for the Bottom-line. Dalam Issues for Daebate in Corporate Social Responsibility. Selected from CQ Researcher, Sage Publication Ltd. London Puspitasari, D.A. 2010. Reaksi Pasar Terhadap Publikasi Informasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR) yang Memiliki Luas Pengungkapan Berbeda Dalam Laporan Keuangan: Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata Schaltegger, S.,M. Bennett dan R. Burritt. (Eds.). 2006. Sustainability Accounting and Reporting. Eco-Efficiency and Science Volume 21. Springer.Netherlands. Werther, Jr. W. dan D. Chandler. 2011. Strategies Corporate Social Responsibility: Stakeholders in A Global Environment. Second Edition. Sage Publication Ltd. London. World Commission on Environment and Development (WCED). 1987. Our Common Future (Report of the Brundtland Commission. OUP, Oxford.
32Â Â
BAGIA AN II ATA BIODA
A DATA PR A. RIBADI: Nama lengka N ap N NPP T Tempat/ tang ggal lahir A Agama N Nama Istri
dreas Lako : And : 5811994155 : Lan nga Bajawa N Nusa Tengga ara Timur; 30 0 Nopember 1 1966 : Kato olik : Ann na Sumaryatii, SE, M.Si
A Anak
: 1. A Agatha Gloria a Andreana ((alm.) 2.L Laurensius Ju ulio Andreaja a 3. Myria M Intana Andreana 4. Irene Karunia a Andreana
A Alamat Ruma ah
: Tam man Kradena an Asri Blok D32F, Sukorrejo Gu unungpati Semarang Telp.024-85011 185 mi Unika Soe egijapranata : Fakkultas Ekonom Jln Pawiyatan Luhur IV/1 Be endan Dhuwu ur marang 5023 34 Sem : a_llako@yahoo.com
A Alamat Kanto or
E E-mail pribad di
B RIWAYAT B. T PENDIDIKA AN: 1 SD 1. 2. SMP 2 3 SMA 3. 4 S-1 4. 5 S-2 5. 6 S-3 6.
: 1. SDK Langa, Bajawa, NTT (1975-1 1979) 2. SDK Bom mari Bomari, NTT (1979-1 1981) N (1981-19 984) : SMP Negerri I Bajawa, NTT a, Ende, NTT T (1984-1987 7) : SMA Katolikk Syuradikara ultas Ekonom mi Universitass Atma Jaya : Jurusan Akkuntansi Faku Yogyakarta a (1987-1993 3) : Program Magister Sainss Ilmu Akunttansi Universsitas Gadjah Mada (2000-2001 1) oktor Ilmu Akkuntansi Univversitas Gadjjah Mada (Ag gustus : Program Do 2002- 2 Ma aret 2007)
33 Â
C. RIWAYAT PEKERJAAN DI UNIKA SOEGIJAPRANATA: 1. Riwayat pangkat dan golongan ruang serta pengangkatannya: a. Calon Pegawai Tetap : Juli 1994- Agustus 1995 b. Asisten Ahli Madya/IIIA : 1 Pebruari 1996 b. Asisten Ahli /IIIb : 1 Juli 1998 c. Asisten Ahli (Penyesuaian) III/b : 2000 d. Lektor /IIIC : 1 Januari 2003 e. Guru Besar : 1 Desember 2010
2. Riwayat Pengalaman Jabatan Struktural 1. Dekan Fakultas Ekonomi (1 September 2008 - sekarang) 2. Sekretaris Forum Doktor Unika Soegijapranata (2007-2009) 2. Ketua Jurusan Akuntansi (Juli 1997-Januari 2000) 3. Pemimpin Redaksi Jurnal Akuntansi & Manajemen (2002) 4. Pemimpin Redaksi VISI Fenata (1995-1996)
D. BIDANG KEAHLIAN / MINAT 1. Analisis Laporan Keuangan dan Pasar Modal 2. Keuangan Korporasi dan Keputusan Manajerial 3. Green Business dan Corporate Responsibility 4. Akuntansi Sosial dan Lingkungan 5. Akuntansi Berkelanjutan 6. Tatakelola Korporasi dan Nilai Perusahaan
E. RIWAYAT PEKERJAAN 1. Dosen tetap Fakultas Ekonmi Unika Soegijapranata ( Juli 1994-sekarang) 2. Dosen Program Manajemen Manajemen dan Magister Sains Unika Segijapranata (2007 – sekarang 3. Dosen Program Magister Manajemen Universitas Dian Nuswantara (2008- sekarang) 4. Financial Advisor Amartha Institute (2007-sekarang) 5. Pembina CSR Jateng (2011-sekarang) 6. Kolumnis tetap ”Akuntansi & Investasi” Business News, Jakarta (2005- 2010) 7. Kolumnis tetap ”Gambang Semarang” haian Jawa Pos Radar Semarang (2010Sekarang) 8. Konsultan Bisnis PDAM Tirta Moedal Kota Semarang (2009) 9. Dosen tidak tetap STIE BPD Jateng (2002) 10. Chief Accounting PT MacPower Sejahtera, Jakarta (1994) 11. Asisten Dosen Fakultas Eknomi Universitas Atma Jaya (1991-1993)
34
F. PRESTASI DAN PENGHARGAAN YANG DIPEROLEH 1. Dosen Berprestasi Tingkat Nasional 2008 2. Dosen Berprestasi Tingkat Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah 2008 3. Dosen Berprestasi Dalam Rangka 25 Tahun Unika Soegijapranata 2007 4. Dosen Idiol “TERSMART” 2008 hasil pilihan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Unika Soegijapranata 5. Lulusan Cum Laude dari Program Doktor Ilmu Akuntansi UGM Yogyakarta (2007) 6. Lulusan Cum Laude dari Program Magister Sains UGM Yogyakarta (Januari 2002) 7. Juara I Pemakalah Terbaik dalam Simposium Dwi Tahunan Journal of Accounting, Management and Economics Research. Agustus 2004 8. Juara IV Lomba Penulisan Artikel “Membangun Masa Depan Perbankan Nasional” dari Bank BNI 1946, Jakarta (Maret 2007) 9. Penerima Beasiswa Unggulan untuk Penulisan Buku “Laporan Keuangan & Konflik Kepentingan” dari Depdiknas 2007
G. KEPENGURUSAN DAN KEANGGOTAAN DALAM ORGANISASI 1. Ketua IAI Kompartemen Akuntan Pendidik (IAI-KAPd) Wilayah Jawa Tengah (20102012) 2. Pengurus IAI KAPd Seksi Corporate Governance & CSR (2010-sekarang) 3. Anggota Kompartemen Akuntan Pendidik, Ikatan Akuntan Indonesia (2002- searang) 4. Anggota IAI (2010 – sekarang) 5. Ketua Bidang Penelitian dan Publikasi Forum Mahasiswa dan Alumni Doktoral Ekonomi Universitas Gadjah Mada (FORMADEGAMA) 2005-2006 6. Ketua Forum Mahasiswa dan Alumni Doktoral Ekonomi Universitas Gadjah Mada (FORMADEGAMA) 2006-Pebruari 2007 7. Anggota Keluarga Besar Universitas Gadjah Mada (KAGAMA), 2007- sekarang
H. KEPENGURUSAN DALAM JURNAL ILMIAH 1. Chief in Editor JURNAL AKUNTANSI BISNIS, Unika Soegijapranata (2009-sekarang) 2. Chief in Editor JURNAL DINAMIKA SOSIAL EKONOMI, Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah (2010-sekarang) 3. Chief in Editor JOURNAL OF KNOWLEDGE, TECHNOLOGY AND SOCIETY IN EMERGING ECONOMIES, Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah (2011-sekarang) 4. Editor Board pada Journal of Issues in Social and Environmental Accounting (2011sekarang) 5. Dewan Penyunting JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN,Fakultas Ekonomi UKDW Yogyakarta (205-sekarang), 6. Dewan Penyunting KINERJA, Program Pascasarjana UAJY (2004-sekarang) 7. Dewan Penyunting Jurnal EKONOMI, STIE Indonesia (2007-sekarang) 8. Dewan Penyunting JURNAL AKUNTANSI KONTEMPORER , Unika Widya Mandala Surabaya, (2008-sekarang) 9. Dewan Penyunting JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS, Univ. Muhammadiyah Solo 10. Mitra Bestari VITASPHERE Pascasarjana Unika Soegijapranata, 11. Dewan Penyunting KAJIAN AKUNTANSI, Universitas STIKUBANK (2008-Sekarang) 12. Dewan Penyunting JURNAL DINAMIKA MANAJEMEN, Pascasarjana Unika Soegijapranata (2010-saat ini)
35
H. KARYA TULIS BERUPA BUKU 1. Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi: Isu, Teori dan Solusi. Amara Books. 2004 2. Relevansi Informasi Akuntansi Untuk Pasar Saham Indonesia: Teori dan Bukti Empiris. Amara Books. 2006 3. Laporan Keuangan dan Konflik Kepentingan. Amara Books. 2007 4. Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi. Edisi Pertama. Penerbit Erlangga. 2011
I. PUBLIKASI KARYA ILMIAH DALAM JURNAL (2003-2011) No. Karya Ilmiah 1 2 3
4 5 6 7
8 9 10
11 12 13
14
Budaya Organisasi dan Kesuksesan Kinerja Ekonomi Kelayakan Sistem Kompensasi Karyawan Anomali Reaksi Investor terhadap Pengumuman Laba Good News dan Laba Bad News: Bukti Empiris dari Bursa Efek Jakarta. Kekuatan dan Konsekuensi dari Informasi Laporan Keuangan Aspek-aspek Keperilakuan dalam Penyusunan dan Implementasi Anggaran Relevansi dan Kelemahan Generic Strategic Porter Akuntabilitas Publik dan dan pentinganya Audit Kinerja Sektor Publik dalam Era otonomi Daerah. (bersama Anna Sumaryati). Framing Effects Dalam Proses Pengambilan Keputusan Investasi Aspek-aspek Keperilakuan dalam Perencanaan dan Penyusunan Anggaran Perusahaan Akuntabilitas Publik dan Pentingnya Audit Kinerja Sektor Pada Era Otonomi Daerah. Generic Competitive Strategy Porter, Apa Relevansinya. Relevansi dan Kritik Terhadap Transformational Leadership. Reaksi Investor Terhadap Publikasi Rasio-rasio Keuangan “Good News dan Band News”. Budaya Organisasi dan Kesuksesan Kinerja Ekonomi
36
Penerbit/tahun
Kajian Bisnis, STIE Widya Wiwaha. (Terakreditasi) Bank & Manajemen. Januari/Peb. 2003 Manajemen dan Usahawan Indonesia. Pebruari 2003. (TERAKREDITASI) Bank & Manajemen. Maret – April 2003. Bank & Manajemen. SeptemberOktober. 2003 Bank & Manajemen. NopemberDesember 2003. Jurnal Ekonomi dan Bisnis . September.2003. (TERAKREDITASI) Bank & Manajemen. No. 73. JuliAgustus 2003. 46-52 Bank & Manajemen. No. 74. September-Oktober 2003. 42-46 Jurnal Ekonomi dan Bisnis,. Vol. IX. No. 2. (Bersama Anna Sumaryati). (TERAKREDITASI) Bank & Manajemen. No. 75. Nopember-Desember 2003. Bank & Manajemen. No. 76. Januari- Pebruari 2004. Jurnal Ekonomi. STIE Indonesia. Januari –Maret 2004. (TERAKREDITASI) Dalam buku “Strategi Organisasi.” (Editor: A. Usmara & L. Dwiantara). Penerbit Amara Books. 2004. 109-128
15 16 17
18
19 20
21 22 23 24 25
Peran Corporate Strategy Dalam KesuksesanKegagalan Merger&Akuisisi: Telaah Literatur. Peran Filsafat Ilmu Sebagai Fondasi Utama Dalam Pengembangan Ilmu (Teori) Akuntansi. Pengujian Empiris Indikasi Free-Riding Dalam Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Laporan Keuangan. Peran Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Dalam Memacu Efektivitas Implementasi Balance Scorecard Eskalasi Komitmen dan Dalam Keputusan Investasi dan Solusi Pemecahannya. Investigasi Terhadap Perilaku Free-Riding dalam Reaksi Pasar Terhadap Publikasi Laba Good News dan Bad News. Menyoal Paradigma Auditing BPK Di Bank BUMN Kaji Ulang Kebijakan Pembagian Dividen Korporasi Laporan Keuangan dan Transfer Informasi Intraindustri Dampak Transparansi Informasi Terhadap Nilai Korporasi Perbankan Free-riding Dalam laporan Keuangan
26
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi Untuk Investor Pasar Saham: Problema dan Peluang Riset
27
Market Anomaly in Market reaction to earnings announcements with and without confounding effects: an empirical evidence from Jakarta Stock Exchange. Market Reaction to Financial Statement Announcements With and Without Confounding Effects: An Empirical Evidence from Jakarta Stock Exchange. An Empirical Investigation of the Market Response to the Good and Bad News Earnings Announce-ments with and without Confounding Effects.
28
29
30
The Explanatory Power of Unexpected Earnings for Stock Abnormal Returns during Uncertainty Periods.
31
Market Reaction to Earnings Announcements With and Without Confounding Effects: An Empirical Evidence from Jakarta Stock Exchange. Relevansi Nilai Informasi Akuntansi Untuk
32
37
Kinerja. MM UAJY. Juni 2004. 70-81. (Terakreditasi) Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Agustus 2004. (Terakreditasi) Jurnal Ekonomi dan Bisnis..September 2004. (TERAKREDITASI) Bank & Manajemen. No. 81. Nopember-Desember 2004 Bank & Manajemen. No. 82. Januari-Pebruari 2005 Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan. Pebruari 2005. Bank & Manajemen. Maret-April 2006 Bank & Manajemen. Mei—Juni 2006 Bank & Manajemen. No.92. Nopember-Desember, 2006 Bank & Manajemen. No.93. Januari-Pebruari 2007 Bank & Manajemen. JuliAgustus 2007 Jurnal Akuntansi & Manajemen. Agustus 2007-Peburuari 2008. STIE YKPN Yogyakarta (TERAKREDITASI) Jurnal Akuntansi Bisnis. Edisi 1 (Agustus 2002 – Pebruari 2003). Vol. 1. 2002 (co Dr. Jogiyanto HM) The Journal of Accounting, Management and Economics Research. Pebruary 2003. 19-33 The Journal of Acconting, Management and Economics Research. Vol. 4. No. 1. (February 2004). (TERAKREDITASI) The Journal of Accounting, Management and Economics Research. Vol. 4. No. 2. August 2004. (Terakreditasi) Jurnal Ekonomi. Juli-September 2004 (Bersama Dr. Jogiyanto Hartonom, MBA). (TERAKREDITASI) Jurnal Akuntansi & Manajemen.
Investor Pasar Saham: Problema dan Peluang Riset. 33
34 35
36
Pengaruh Kinerja Laba Kejutan Terhadap Relevansi Nilai Laporan Keuangan Untuk Pasar Saham Kewajiban CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis dan Akuntansi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan: Motif, Perlakuan Akuntansi dan Bukti Empiris. Relasi Manajemen Keuangan dan Pasar Modal: Tinjauan Teoritis, Pengajaran dan Riset
Agustus 2007-Peburuari 2008. STIE YKPN Yogyakarta (Terakreditasi) Manajemen dan Usahawan Indonesia. IV/Juni- Juli 2008 Manajemen dan Usahawan Indonesia. Nov.-Des. 2008 Manajemen & Usahawan Indonesia No. 2, 2010 Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi. Vol. 6. No.2 November 2010
J. PUBLIKASI KARYA ILMIAH POPULER DI MAJALAH & MEDIA MASSA (2003-2011) No. 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Artikel popular
Media
Problema Internasional dalam Pelaporan Informasi Akuntansi Sosial-Lingkungan dan Implikasinya terhadap Perusahaan Publik Indonesia. Isu-Isu Krusial dan Strategi Dalam Merger & Akuisisi Antarbank Salah Kaprah Interpretasi Korupsi Bonus PLN Laporan Keuangan dan Fenomena Free-Riding Penyusunan Standar Akuntansi Lingkungan: Peluang Dan Kendala Kompensasi Manajemen Saat Krisis Keuangan Audit Kinerja Manajemen Untuk Meningkatkan Kinerja Organisasi Secara Berkelanjutan Dampak Pengungkapan Sukarela Laba Menjadi Perusahaan Sosial, Apa Untungnya? Rekonsiliasi Paradigma Auditing dan Manajerial Strategi Mengatrol Nilai Pasar Saham Perusahaan Manajemen Laba Untuk Menghindari Pembayaran Pajak Rekayasa Laba Untuk Menghindari Pajak Pengungkapan Intangible Asset dan Apresiasi Stakeholder Tipuan Dalam Pelaporan Laba Agar Manajer Tak Curang Kaji Ulang Strategi Bisnis pada Profit Maximization Kelayakan Sistem Kompensasi Untuk Eksekutif Pengakuan Biaya Pemasaran Sebagai Pengeluaran Investasi dan Implikasinya Terhadap Kinerja Keuangan
38Â Â
Media Akuntansi. No.23. Peb-Maret 2003.
Business News. 1 Agustus 2005 Bisnis Indonesia, 31 Agustus 2005 Bisnis Indonesia, 12 September 2005 Media Akuntansi. September 2005 Bisnis Indonesia, 10 Oktober 2005 Business News, 30 Oktober 2005 Bisnis Indonesia, 14 Desember 2005 KONTAN, 19 Desember 2005 Bisnis Indonesia, 23 Desember 2005 Bisnis Indonesia, 30 Desember 2005 Business News, 2 Januari 2006 KONTAN, 23 Januari 2006 SWA, 12-25 Januari 2006 KONTAN, 13 Pebruari 2006 KONTAN, 13 Maret 2006 Business News, 17 April 2006 Business News, 13 September 2006 Media Akuntansi. Januari 2006
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
Budaya Korporasi dan Kesuksesan Kinerja Bisnis Laporan Keuangan Tak Berguna? Kenikmatan Tersembunyi Intangible Asset Intangible Asset sebagai Pencipta Nilai Menyiasati Timing Publikasi laporan Keuangan Kontradiksi Peraturan Nomor X.K.7 Keuntungan Yang langgeng Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Friedman dan Polemik tangggung jawab sosial Perusahaan Kenaikan IHSG dan Faktor SBY-JK Kaji Ulang Strategi Kebijakan Dividen Korporasi Agar Bursa penuh Emiten Untung-Rugi BUMN Masuk Bursa Teknologi Informasi dan Kinerja Laba Punya Anak Cacat itu Anugerah Mengapa Laba Dimanipulasi Emiten Juga Perlu Dilindungi Cost-Benefit dan Urgensi Formalisasi CSR Salah Kaprah CSR dan GSR CSR, Beban Yang Mendatangkan Untung Free-riding Dalam laporan Keuangan. Regulasi Bapepam dan Relevansi Nilai Laporan Keuangan. Penyehatan Penyakit PDAM Akuntansi CSR. Bumerang Kenaikan Setoran Dividen BUMN.. Kemajuan Bangsa dan Penciptaan Nilai Pendidikan Masa Depan Perlukah BUMN Transparan? Kaji Ulang Insentif Pajak Go Public Bumerang Diskon Pajak Penghasilan Emiten Bursa Salah Kaprah dan Dekonstruksi CSR Salah Kaprah Pajak lingkungan Problema Dividen BUMN Salah kaprah Valuasi Harga Hutan Salah Kaprah Intensifikasi Pajak Komoditi Mencari Standar Akuntansi CSR Untung-rugi Perusahaan Go Public CSR adalah Kewajiban Asasi Anomali Opsi Privatisasi KS CSR dan Reformasi Akuntansi Reformasi Pelaporan Bisnis CSR dan Reformasi pelaporan Free-rider dan Strategi Publikasi Laporan Keuangan Jadikan SR Kebutuhan Hakiki Korporasi Mngukur Kinerja Direksi
39Â Â
Business News, 29 September 2006 KONTAN, 13 November 2006 KONTAN, 13 Desember 2006 SWA, 4-17 Januari 2007 Bisnis Indonesia, 9 April 2007 Seputar Indonesia, 16 April 2007 KONTAN, Minggu IV April 2007 Business News, 10 April 2007 Business News, 27 Mei 2007 Business News, 27 Mei 2007 KONTAN, Minggu II Juni 2007 Bisnis Indonesia, 7 Juni 2007 SWA, 12/XXIII/4-13 Juni 2007 Majalah INSPIRASI, Juni 2007 Majalah Auditor, Juni 2007 Bisnis Indonesia, 2 Juli 2007 Bisnis Indonesia, 19 Juli 2007 KONTAN, Minggu IV Juli 2007 Business News, 1 Agustus 2007 Bank & Manajemen. SeptemberOktober 2007 WARTA Bapepam-LK, Minggu III November 2007 Suara Merdeka, 22 Oktober 2007 SWA. 24 Januari-5 Pebruari 2008. BUMN Track, April 2008 Warta APTIK, Agustus-Des. 2007 KONTAN, Minggu I November 2007 Bisnis Indonesia, 16 Januari 2008 KONTAN, 17 Januari 2008 KONTAN, 11 Pebruari 2008 KONTAN, 19 Pebruari 2008 Harian KONTAN, 10 Maret 2008 Bisnis Indonesia, 15 Maret 2008 Harian KONTAN, 1 April 2008 Harian KONTAN, 18 April 2008 Business News, 19 April 2008 KONTAN, 8 Mei 2008 KONTAN, 26 Mei 2008 KONTAN, 4 Juli 2008 KONTAN, 12 Juli 2008 KONTAN, 10 Desember 2008 KONTAN, 4 Pebruari 2009 Business News, 12 Peb. 2009 KONTAN, 11 Maret 2009
63 64 65 66
Solusi Menghindari PHK Mengungkap Tipuan Direksi Apakah laporan keuangan masih berguna bagi investor? Perusahaan Untung Karena Beramal
67 68
Mgr Suharyo dan Pendidikan Berbasis Kasih Irwan Hidayat dan Nasionalisme pengusaha
69 70
Mengurai Motif Tersembunyi Dalam CSR Pengusaha Berjiwa Semarangan Sejati
71
Meningkatkan Daya Saing Jawa Tengah
72
CSR Beban Yang Menguntungkan
73
Problema Investasi di Jawa Tengah
74
Kandidat Tak Paham Akar Masalah
75
Kontradiksi Klaim Keberhasilan Pak Gub
76
Pencopotan Yang Tidak Etis
77
Pengusaha, Jangan Takut Go Public
78 79
Perusda dan Anggapan Sapi Perah Salah Kaprah Pencopotan Dirut PDAM
80
Visi Bersama Bangun Kota Semarang
81
Laporan Keuangan Ramah CSR
82
CSR, Berkah Perusahaan di Jateng
83 84
CSR dan Reformasi Akuntansi Direksi baru dan fokus penyehatan PDAM
85
Solusi Penyehatan PDAM
86
Pahami Penyakit Kronis PDAM
87
Pajak ABT dan Pembenahan PDAM
88
CSR Bersama untuk Majukan Jawa Tengah
89
Menjadi Corporate Citizenship
KONTAN, EDISI 29 nOVEMBER‐5 DESEMBER 2010
90
Nikmatnya jadi Corporate Citizenship
KONTAN, 6 November 2010
40
KONTAN, 14 April 2009 KONTAN, 12 Mei 2009 Majalah BANK & MANAJEMEN, Mei-Juni 2009 SUARA MERDEKA, 20 September 2009 INSPIRASI, Oktober 2009 Majalah MARKETERS, Desember 2009 KONTAN, 22 Desember 2009 JAWA POS RADAR SEMARANG, 18 Pebruari 2010 JAWA POS RADAR SEMARANG, 15 Maret 2010 JAWA POS RADAR SEMARANG, 13 Mei 2010 JAWA POS RADAR SEMARANG, 4 Maret 2010 JAWA POS RADAR SEMARANG, 12 April 2010 JAWA POS RADAR SEMARANG, 25 Maret 2010 JAWA POS RADAR SEMARANG, 5 Juni 2010 JAWA POS RADAR SEMARANG, 29 April 2010 SUARA MERDEKA,10 April 2010 JAWA POS RADAR SEMARANG, 24 Mei 2010 JAWA POS RADAR SEMARANG, 26 Juli 2010 JAWA POS RADAR SEMARANG, 10 September 2010 SUARA MERDEKA, 14 OKTOBER 2010 KONTAN, 27 September 2010 JAWA POS RADAR SEMARANG, 15 November 2010 JAWA POS RADAR SEMARANG, 2 September 2010 JAWA POS RADAR SEMARANG, 15 Agustus 2010 JAWA POS RADAR SEMARANG, 29 November 2010 JAWA POS RADAR SEMARANG, 20 Desember 2010
91
CSR dan kesehatan ekonomi perusahaan
92 93
UU Pelaporan Keuangan Mendesak Jangan naikkan tarif PDAM
94 95
Relevansi Nilai CSR Bagi Perusahaan Mengapa Perlu CSR Bersama?
96
Mewujudkan CSR Bersama Jateng
97
Suara Merdeka Berkalanjutan
98
Bareng-bareng Mbangun Semarang
99
Memaafkan LKPj Gubernur
100
Kaji Ulang Tarif RSUD
101
Penerapan CSR Bersama di Jateng
BISNIS INDONESIA, 26 Desember 2010 Harian KONTAN, 8 Januari 2011 JAWA POS RADAR SEMARANG, 17 Januari 2011 KONTAN, 10 Pebruari 2011 JAWA POS RADAR SEMARANG, 7 Pebruari 2011 JAWA POS RADAR SEMARANG, 14 Pebruari 2011 SUARA MERDEKA, 14 PEBRUARI 2011 JAWA POS RADAR SEMARANG, 1 Maret 2011 JAWA POS RADAR SEMARANG, 16 April 2011 JAWA POS RADAR SEMARANG, 2 Mei 2011 SUARA MERDEKA, 9 MEI 2011
K. PEMBICARA DAN NARASUMBER FORUM ILMIAH DAN PELATIHAN (2003-2011) 1. Empirical Investigation to the Market Response to Good and Bad News Earnings announcements with and without confounding effects. Paper dipresentasikan dalam Simposim Nasional Akuntani (SNA) VI (International Class). 16-17 Oktober 2003. Fakultas Ekonomi Unair Surabaya. 2. Peran Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Dalam Memacu Efektivitas Implementasi Balance Scorecard. Disajikan dalam Seminar Bedah Buku: “Budaya Organisasi & Balance Scorecard: Dimensi Teri dan Praktik” karya Heru K. Tjahjono. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 4 Pebruari 2004. 3. The Explanatory Power of Unexpected Earnings for Stock Abnormal Returns during Uncertainty Periods. Dipresentasikan dalam Simposium Nasional II The Journal of Acconting, Management and Economics Research Fakultas Ekonomi UTY. 14 Agustus 2004. Hotel Radison Yogyakarta. (Mendapat Penghargaan sebagai Pemenang I untuk Kategori Studi Ilmu Ekonomi. 4. Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi:Isu, Teori dan Solusi. Dipresentasi dalam Bedah Buku Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi:Isu, Teori dan Solusi Karya Andreas Lako. UPT Perpustakaan Unika Soegijapranata Semarang, 22 September 2004. 5. Relevansi Informasi Laporan Keuangan untuk Investor Pasar Saham: Pengujian Berbasis Model Return dan Kandungan Informasi Marjinal. Disajikan dalam Doctoral Colloqium I. Prasetya Mulya Business School Jakarta. 15 Desember 2004.
41
6. Relevansi Informasi Laporan Keuangan untuk Pasar Saham: Bukti Empiris dari Bursa Efek Jakarta. Disjaikan dalam “ The 1st Indonesian Business Management Conference”, Prasetya Mulya Busiess School Jakarta. 26 Januari 2005 7. Relevansi Nilai Informasi Laporan Keuangan Untuk Investor Pasar Saham: Suatu Bukti Empiris Baru.Simposium Riset II, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Universitas Airlangga, Surabaya. 24-25 November 2005 8. Relevansi Nilai Informasi Laporan Keuangan untuk Pasar Saham: Pengujian Berbasis Teori Valuasi dan Pasar Efisien. Promosi Terbuka Doktor. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2 Maret 2007 9. Kemajuan Bangsa dan Penciptaan Nilai Pendidikan Masa Depan. Dipresentasikan dalam seminar nasional “Kritik Terhadap Paradok Nilai Dalam Industri Pendidikan” yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata Semarang, 9 Juni 2007 10. Kiat Menulis di Media Massa: Refleksi Pengalaman Pribadi. Disajikan dalam workshop “Pelatihan Penulisan Artikel Populer di Media-Massa”. Unika Soegijapranata 10-11 Juli 2007 11. Salah Kaprah dan Dekonstruksi CSR. Disajikan dalam Diskusi Bulanan Program Magister Lingkungan dan Perkotaan Unika Soegijapranata Semarang, 10 Agustus 2007 12. Laporan Keuangan & Konflik Kepentingan. Disajikan Dalam Seminar Pasar Modal & Bedah Buku yang diselenggarakan BEJ dan Pojok BEJ Unika Soegijapranata Semarang, 7 September 2007 13. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial dan Lingkungan: Peluang dan Tantangan Bagi Profesi Akuntansi. Seminar nasional diselenggarakan Jurusan akuntansi Unika Soegijapranta, 27 Oktober 2007 14. Salah Kaprah Valuasi Harga Hutan. Disajikan dalam Diskusi Bulanan Program Magister Lingkungan dan Perkotaan Unika Soegijapranata Semarang, 21 Maret 2008 19. Dekonstruksi CSR dan Reformasi paradigma Bisnis dan Akuntansi. Seminar Nasional Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan. Juni 2008. Unika Soegijapranata 2008 20. Pelatihan Manajemen Pengelolaan Majalah Ilmiah bagi Dosen PTS di Lingkungan Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah. 27-29 Mei Mei 2008 21. Pelatihan Penulisan Artikel pada Jurnal Ilmiah bagi Dosen PTS di Lingkungan Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah.27-30 Juni 2008 22. Pemaduan Teori Pasar Efisien dan Teori relevansi untuk mengukur Relevansi Nilai lapodran keuangan Untuk Pasar saham. Seminar Dosen Berprestasi Tingkat Nasional Agustus 2008
42
23. Relevansi Informasi Akuntansi untuk Pasar Modal Indonesia: kajian Akademis. Seminar Pasar Modal 30 September 2008. Pojok BEI Unika Soegijapranata & BEI Jakarta 24. Relasi Manajemen Keuangan dan Pasar Modal: Tinjauan Teoritis, Pengajaran dan Riset Pengabdian. Seminar keuangan fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Oktober 2008 25. Valuasi Hasil AMDAL Sukolilo dan Dampak Ekonomi Pembangunan Pabrik Semen. Disajikan dalam Kajian Maslahat dan Mafsadah PCNU Pati, 11 Januari 2009. 26. Analisis Laporan Keuangan dan Strategi Keputusan Investasi. Kuliah Umum diselenggarakan Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantara. 15 April 2009 27. Telaah kritis dan Strategi menulis di Jurnal Terakreditasi. Disajikan dalam Pelatihan penulisan artikel ilmiah di Jurnal Terakreditasi yang diselengarakan Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah, 22-23 Juli 2009 28. Pengaruh Aset tidak Berwujud Terhadap relevansi Nilai Laporan keuangan. Disajikan dalam seminar Penelitian yang diselenggarakan LPPM Unika Soegijapranata. 29 Juli 2009. 29. Fairness and Reciprocity in Earnings Management. Disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi (SNA). Palembang. 5 Oktober 2009 30. Pengelolaan Aset Perusahaan: Inventarisasi, Level dan Optimalisasi Nilai Aset. Diselenggarakan Pertamina. Patra Jasa 13 Oktober 2009 31. Manajemen Kemitraan dan manajemen jurnal ilmiah. Disajikan dalam pelatihan pengelolaan Jurnal yang diselenggarakan Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah. Oktober 2009, 32. Manajemen dan Optimalisasi Nilai Aset Perusahaan. Diselenggarakan Pertamina. Bandung, 3-4 November 2009 33. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan: Motif, Perlakuan Akuntansi dan Bukti Empiris. Seminar Nasional diselenggarakan oleh Jurusan Akuntansi Unika Soegijapranata. 21 November 2009. 34. Strategi Pengembangan Investasi Dalam Mendukung Daya Saing Daerah Jawa Tengah.. Bapeda Jateng, 23 Pebruari 2010 35. Pemanasan Global: Penyebab, Akibat dan Agenda Aksi. Seminar Regional dengan topik Save Our Planet. Unika Soegijapranata, 24 April 2010. 36. Telaah kritis Artikel ilmiah &Strategi Artikel Ilmiah Diterima Jurnal Terakreditasi. Disajikan dalam pelatihan penulisan artikel pada jurnal ilmiah bagi dosen PTS dilingkungan Kopoertis Wilayah VI, Jawa Tengah, 20-23 April 2010.
43Â Â
37. Standar Akuntansi Pemerintahan: Tinjauan Konseptual dan Praktik. Disajikan dalam Sarasehan Penguatan Jurnalisme tentang Standar Akuntansi Pemerintahan oleh Forum Wartawan Pemprov dan DPRD Jawa Tengah. 31 Juli 2010 38. Urgensi dan Usulan RUU Pelaporan Keuangan: Pelajaran dari negara lain. Disajikan
dalam “Diskusi RUU Pelaporan Keuangan” yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan, IAPI Jateng & DIY pada 19 November 2010 39. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) Memiliki Relevansi Nilai Ekonomik untuk Perusahaan? Kajian Teoritis dan Bukti Empiris. Disajikan dalam Seminar Nasional CSR: Great Solution for Green Business. Diselenggarakan HMJ Akuntansi Unika Soegijapranata. 9 Desember 2010 40. Menjadikan Pedesaan Sebagai Lokomotif Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Talkshow Smart Business Forum dengan tema “Peran Pedesaan Dalam mendongkrak Pertumbuhan Ekonomi 2011. Hotel Graha Premier. 20 Januari 2011 41. Menjadikan Laporan Keuangan Sebagai Basis Keputusan Investasi di Pasar Modal. Disajikan dalam Seminar Economic-Market Outlook 2011. Unika Soegijapranata. 21 Januari 2011 42. Kiat Bisa Menulis di Media Massa: Mengalaman Pribadi. Disajikan dalam Pelatihan Penulisan Artikel Koran Yang Diselenggarakan Forum Doktor Unika Soegijapranata. Bandungan. 16 Pebruari 2011 43. Aspek-aspek krusial dalam Pengelolaan E-journal & Tatakelola e-journal Ilmiah yang Baik. Disajikan dalam pelatihan pengelolaa e-journal Ilmiah bagi Dosen PTS Kopertis Wilayah VI, Salatiga, 8-11 Maret 2011 44. Pembedah Buku “Perjalanan Pemikiran Konsep Pemarasan Hermawan Kartajaya dari Indonesia untuk Dunis: Simplifikasi, Redefinisi dan Futurisasi (2010). Diselenggarakan MarkPlus Inc., dan Penerbit Erlangga di Radio SonoraFM. 28 Maret 2011. 45. Pertumbuhan Penduduk Berkah bagi Pembangunan Ekonomi Daerah. Disajikan dalam Seminar “Strategi Menekan Laju Pertumbuhan Penduduk untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah yang diselenggarakan Cakra TV Semarang. 9 Mei 2011.
L. PENGALAMAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT 1. Narasumber untuk isu-isu ekonomi dan sosial-lingkungan pada Radio Republik Indonesia (RRI), radio SMARTFM, Trijaya FM, SonoraFM, PasFM dan Idola FM 2. Narasumber untuk CakraTV, ProTV, Borobudur TV dan TVKU. 3. Narasumber untuk harian KOMPAS, Bisnis Indonesia, Seputar Indonesia, Seputar Indonesia, Suara Merdeka, Jawa Pos Radar Semarang, Harian Semarang, dan lainnya.
44
4. Kolumnis pada harian dan tabloid KONTAN (2005-sekarang), Bank & Manajemen (1995-sekarang) dan Bisnis Indonesia (2005-2008). 5. Anggota tim independen kajian Amdal Sukolilo terkait rencana pembangunan pabrik semen PT Semen Gresik Tbk (2008-2009) 6. Anggota Tim Penanggulangan Kemiskinan Kota Semarang dengan fokus pengembangaan kemitraan melalui CSR Bersama Kota Semarang (2011-2015) 7. Anggota Tim pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Jawa Tengah (2010sekarang) 8. Dewan Juri Pemilihan Dosen Berprestasi Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah (20092011) 9. Dewan Juri untuk Master Journey in Management FE-UI dan Bisnis Indonesia (20082011)
45Â Â
BAGIAN III KESAN SAUDARA, GURU DAN SAHABAT
Catatan dari saudara:
Ande Itu Tekun dan Ulet Oleh: Aegidius Naru*
Andreas Lako atau Ande sapaan akrab di tanah kelahirannya Ngada-Flores, adalah bungsu dari tujuh bersaudara. Walau orangtuanya petani, dan kelima kakaknya hanya sampai SD, Ande kecil memiliki impian melanjutkan pendidikan di SMP meski berjarak 7 kilometer. Meski tak punya biaya, namun keluarga mendukung karena hasil belajarnya menonjol. Walau harus berjalan kaki sekitar 14 kilometer setiap hari sekolah selama 3 tahun itu, toh ia senang dapat menyelesaikan SMP dengan hasil yang bagus. Dia pernah menjadi juara umum dan mendapatkan piagam dari kepala sekolahnya ketika duduk di kelas III. Selanjutnya Ande ingin masuk SMA Syuradikara di Ende yakni salah satu sekolah favorit di NTT. Tentu saja keluarga yang telah ditinggal mati ayah ketika Ande masih berusia enam tahun SD merasa amat berat biayanya. Tetapi niat dan tekad Ande yang kuat membuat keluarga berupaya keras mencukupi biayanya. Ande bisa meneyelesaikan pendidikan di SMA itu dengan hasil membanggakan. Impian Ande melambung ingin melanjutkan studi Ekonomi di FE-UGMYogyakarta. Keluarga terhenyak. Dari mana biayanya ? Mungkin terinspirasi oleh motivasi bijak: “If you can dream, you can do it”, berangkatlah Ia ke Yogya untuk mengikuti SIPENMARU tahun 1987. Saat itu, saya sudah tinggal di Yogya dan * Kakak dari Andreas Lako
46
menyambutnya. Saya yakin, dengan konsistensi prestasi belajar yang tergolong bagus, Ande akan lulus masuk FE-UGM. Ternyata hasilnya, Ia tak lolos. Saya sedih dan kecewa. Ande terpukul. Lalu, saya menghibur dan mendorongnya ikut tes masuk Jurusan Akuntansi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) yang saat ini masih berstatus Terdaftar. Semenjak diterima kuliah di UAJY, motivasi belajarnya mulai naik. Ia meningkatkan rasa percaya dirinya dengan mengikuti olahraga beladiri Taekwondo di kampus dan juga kegiatan jurnalistik. Minat menulisnya sejak di SD dikembangkan. Ande cukup disiplin dalam belajar dan bersungguh-sungguh dalam apapun tugas yang dilakukannya. Baginya setiap waktu berharga. Maka ia tak suka keluyuran, berkumpul-kumpul tanpa makna apalagi pacaran. Hasilnya Ande dapat menyelesaikan studi tepat waktu dengan hasil yang baik. Ia pun melamar menjadi dosen di dua perguruan tinggi swasta terkemuka di Yogya. Namun, ditolak karena belum ada formasi. Ande sedih. Ande lalu mencari kerja di Jakarta. Setelah bekerja sebentar di Jakarta, Ande melamar dan diterima menjadi dosen di FE-UNIKA Soegijapranata Semarang. Impiannya untuk kuliah di FE-UGM mulai terwujud satu per satu di jenjang S2 dan S3. Ia pun lulus dengan predikat cum laude. Bahkan memuncak menjadi Guru Besar dalam Ilmu Akutansi. Puji Tuhan... Tuhan telah membuat semua perjuangan manusia indah pada waktunya. Saya dan keluarga lega dan bersyukur atas karya Tuhan Yang Maha Bijaksana dalam diri Ande dan orang-orang yang telah menempanya sejak SD hingga perguruan tinggi. Walaupun Ande pernah terpukul oleh kegagalan-kegagalannya, tetapi mampu bangkit meraih jenjang prestasi akademik tertinggi. Ande juga pernah sedih dan kecewa karena dikaruniai dua putra yang kurang sempurna pertumbuhan fisiknya. Namun Ia mampu bangkit mensyukurinya sebagai kurnia Tuhan. Secara rohani, Ia mampu mengolah dan menuangkan pikiran-pikirannya dalam karya-karya tulis yang bermanfaat baik di media masa maupun forum ilmiah. Bagi Ande, menulis menjadi hobi yang menyenangkan dan menggairahkan semangatnya . Apa yang dicapai Ande sekarang ini adalah buah-buah manis dari konsistensi impian, kerja keras, disiplin belajar dan doa syukur. Saya dan keluarga berharap dan berdoa semoga Ande tetap sayang pada keluarga, sederhana dan rendah hati. Jagalah kesehatan dan teruslah berkarya untuk masyarakat dan negara. Tuhan menyertaimu adikku. Atas nama keluarga, Aegidius Naru 47Â Â
48
Kesan dari mantan guru SMA:
Dia Anak Yang Pendiam dan Tekun Oleh: Drs. Yohanes Sugianto*
Saya pernah mengajar Andreas Lako atau biasa dipanggil Ande pada tahun 1985-1986. Kisahnya dimulai ketika seorang suster teman ibu saya mencari guru bahasa Inggris untuk sebuah SMA di Ende (Flores). Waktu itu saya sudah dua tahun mengajar di Bandung tapi tidak tahan oleh dinginnya udara di sana. Maka ibu menganjurkan saya untuk pindah ke Ende. Penduduk Ende ternyata ramah. Pada hari-hari awal kedatangan saya, banyak yang menyapa. Belakangan saya baru tahu bahwa saya dikira pastor. Dan setelah mereka tahu bahwa saya bukan pastor, penghormatan yang berlebihan itupun berkurang. Saya mengajar di SMA Katolik Syuradikara. Waktu itu bulan Juni 1984. Pada awalnya, saya merasa sulit membedakan murid satu dengan yang lain karena rata-rata berkulit hitam dan berambut keriting. Tetapi, lama kelamaan saya mulai dapat mengenali mereka satu per satu, tentu dari perbedaan karakternya. Salah satu murid yang berkesan bagi saya adalah ANDREAS LAKO. Murid saya ini adalah seorang anak yang pendiam. Karena bukan keturunan orang berada, dengan modal pas-pasan dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan belajar. Kebetulan Tuhan menganugerahi dia otak yang encer, maka lengkaplah sudah kesempatan itu. Dan karena dia bukan tipe anak yang suka bermain-main, maka setiap kesempatan digunakannya untuk memperdalam ilmu. Maka jadilah dia seperti yang ada sekarang. Bisa meraih pendidikan yang tinggi dan mengabdikan ilmunya. Saya hanya dua tahun saja di SMA Syuradikara, yaitu ketika ANDREAS LAKO di kelas 1 dan 2. Setelah lebih dari 20 tahun tidak pernah berjumpa dengan murid-murid saya, akhirnya kami bisa dipertemukan kembali berkat adanya Facebook. ANDREAS LAKO justru termasuk yang belakangan baru join di Facebook. Semoga beliau dapat mengabdikan ilmunya semaksimal mungkin untuk membantu mencerdaskan generasi muda Indonesia. *
Mantan guru Bahasa Inggris Andreas Lako. Saat ini tinggal di Yogyakarta dan mengelola Toko Buku SARI ILMU di Jln Malioboro.
49
Catatan dari seorang sahabat SMA:
Andreas itu tekun dan punya kemauan keras Oleh: Makarius Paskalis Baut,SH*
Saya adalah teman sekolah bapak Prof. Dr. Andreas Lako saat sekolah di SMAK Syuradikara Ende Flores. Sejak kelas 1 dan kelas 2 kami selalu satu ruangan. Seorang Andreas Lako yang saya kenal saat itu adalah orang yang selalu rendah hati. Dia suka menolong teman-teman yang bertanya kepadanya tentang suatu materi pelajaran yang kurang dimengerti. Perilaku dan caranya berpakaian menggambarkan bahwa dia adalah anak yang berasal dari desa.Tutur katanya selalu santun, tidak suka konflik, pendengar yang baik dan rajin berdoa. Di dalam kelas, Andreas Lako tergolong anak yang cerdas meski bukan yang paling cerdas. Beliau sangat taat terhadap aturan dan disiplin sekolah maupun aturan di Asrama Sekolah. Di antara teman-teman yang lainya, Andreas adalah seorang yang sangat suka membaca. Karena itu pula, dia tidak terlalu suka berolah raga atau berjalan-jalan saat waktu senggang mengitari kota Ende seperti teman-teman kami yang lainnya. Penampilannya yang sederhana serta sikapnya yang rendah hati dan sabar tidak jarang di ledekin teman-teman karena yakin dia tidak akan marah. Andreas adalah seorang yang selalu hidup teratur, tekun serta punya kemauan yang keras untuk mendapat hasil yang maksimal. Meski demikian, dia termasuk orang yang cepat lupa dan hampir mendekati pelupa. Persahabatan saya dengan Andreas hanya berlangsung 2 tahun karena saya pindah ke sekolah yang lain. Hampir 21 tahun kami tidak pernah berjumpa. * Sahabat karib Andreas Lako saat SMA. Saat ini bekerja sebagai seorang Advokat,
tinggal di Jakarta.
50
Pertengahan tahun 2010 saya berhasil berkomunikasi dengan beliau. Rasa terkejut campur gembira mendengar info darinya bahwa dia sudah S3 dan akan mendapat pengukuhan sebagai profesor dalam waktu yang akan datang. Sesaat saya berpikir bahwa Dia pantas mendapatkan prestasi seperti itu karena sejak SMA dia telah memperlihatkan ketekunan dan kemauannya yang keras. Dan satu hal yang sulit dia tinggalkan adalah logat dan dialek bahasa daerah Bajawa (Flores) masih sangat kental di dengar, meski sudah puluhan tahun berada di Pulau Jawa. Proficiat buat sahabatku Andreas Lako.
Catatan dari sahabat kuliah S1:
Andreas punya semangat kuat belajar
Oleh: Dr. David S. Kodrat, MM.CPM*
Saya mengenal Andreas Lako semasa kami kuliah S1 di Jurusan Akuntansi Universitas Atma Jaya Yogyakarta selama 1987-1992. Saya mengenalnya sebagai sosok yang pendiam dan memiliki semangat kuat untuk belajar. Sejak kuliah hingga saat ini saya dan Andreas terus menjalin persahabatan. Banyak pengalaman hidup yang telah dialaminya dari masalah keluarga, pendidikan dan pekerjaannya. Namun, Andreas mampu menangkapnya sebagai proses untuk mendewasakan dan proses menjadi “manusia”. Akhirnya, karir tertinggi dalam pendidikan dalam pendidikan telah dicapainya. Saya melihat kehidupan yang dilalui Andreas seperti sebuah perjalanan dari satu titik ke titik yang lain yang lebih tinggi yang ditabur oleh mimpi-mimpi diisi oleh keberanian untuk mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan iman dan keyakinan. Proficiat dan terus berkarya sahabatku…. *
Saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Ciputra, Surabaya.
51
Catatan dari sahabat Kuliah S3:
Pengalaman hidup satu indekos Bersama Andreas Lako Oleh: Drs. Eko Nugroho, M.Si (Kand.doktor)*
Pak Andre, begitulah pertama kali aku mengenalnya. Dia teman satu angkatan ketika kuliah di Program S3 UGM. Ketika pertama kali ketemu, aku langsung kesengsem dan bertanya dimana dia tinggal. Dari penuturannya, Dia mau indekos di daerah Melati Sleman. Ketika mendengar itu, aku kasihan padanya karena jarak antara kampus dan indekos itu cukup jauh. Dengan berbagai bujuk rayu akhirnya saya berhasil mengajaknya tinggal bersama di indekosan Gang Surya 5B. Kamar kami bersebelahan. Walaupun baru ketemu, kami merasa dekat. Pak Andre yang hitam manis suka tersenyum. Kami tinggal di tempat itu mulanya hanya berdua sehingga semua keperluan kos, dicukupi bersama. Kami sering makan bersama, diskusi bersama, dan belajar bersama karena ketika semester 1, 2, dan 3 ada beberapa mata kuliah yang sama. Ada sejumlah pengalaman yang mengesan ketika kami hidup bersama kurang lebih empat tahun. Suatu saat, pak Andre yang sedang belajar di kamar kosnya tiba-tiba merintih kesakitan. Ia meringis kesakitan sambil memegang dadanya. Ia memanggil saya. Mendengar panggilannya, saya segera datang dan bertanya: Kenapa Pak Andre? Sakit ya?” Jawabnya: Iyaa.pak Eko. Nggak tau, dadaku terasa sakit dan sesak”. Melihat kejadian itu, saya kebingungan karena takut Ia kena sakit jantung. Lalu kutawarai untuk periksa ke dokter. Tapi Ia menolak. Ia malah minta tolong digosok dadanya dengan rhemason. Tanpa berpikir panjang, aku segera bantu menggosokkan dan mengerokinnya. Tidak lama kemudian, pak Andre tertidur. Malam itu aku sering menjenguknya.
* Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Surabaya
52
Di kamar, saya kasihan karena Ia tidur pada kasur kecil tanpa tempat tidur. Kupikir hal inilah yang jadi salah satu penyebab dia sakit. Yah,…..studi di S3 UGM memang berat. Kami sering kurang tidur karena banyak yang harus dikerjakan… Lalu besoknya kusarankan agar dia segera membeli tempat tidur agar tidak sering sakit semacam itu. Tapi dia menjawab, “Pak Eko,…(sambil garuk-garuk kepala yang sering menjadi kebiasaannya)….. beasiswaku dari Unika belum cair, jadi saya belum bisa beli tempat tidur”. Pengalaman menarik kedua adalah ketika pak Andre menghadapi ujian prelim. Ujian prelim merupakan peristiwa yang menakutkan bagi kami karena hanya diberi kesempatan dua kali. Jika tidak lulus kami harus keluar dari Program S3 di UGM. Kukenal pak Andre orang yang serius dalam belajar dan mandiri sehingga untuk menghadapi ujian prelim dia telah mempersiapkan dua bulan sebelumnya. Namun, ketika mata ujian prelim di hari terakhir dan sifat ujiannya take home, pak Andre tampak panik. Malamnya, dia berusaha keras mengerjakan ujian tersebut. Sebagai tetangga kos, saya tahu bahwa dia sering garuk-garuk kepala ketika kesulitan mengerjakannya. Soal ujian take home itu dibaca berkali-kali dengan serius, wajahnya jadi kelihatan seram dan nampak kebingungan mencari jawabannya. Melihat hal itu, saya tidak berani menyapanya. Dia pun tidak bertegur sapa dengan diriku karena sangat serius dan kebingungan. Dari kamarku, saya perhatikan perilakunya yang kebingungan, buka komputer, buka buku sana kemari, keluar-masuk kamar. Tak lama kemudian, dia keluar naik motor entah kemana (barangkali ke warnet). Setelah pulang, dia masih bersungut-sungut. Akhirnya dia mulai membuka suaranya, “Pak Eko, saya bingung untuk mengerjakan soal ini. Padahal besok jam 12 siang harus sudah dikumpulkan”. Keluhan itu, dia sampaikan pagi hari kira-kira pukul 22.00 malam. Padahal dia belum mengerjakan sama sekali. Akhirnya aku mencoba membantunya. Dalam hati kupikir, pak Andre nampak gengsi minta bantuanku, itulah sifat mandirinya. Lalu saya meminta lembar soal ujian Metodologi Penelitian dan membacanya. Soal ujian itu terkait dengan proposal riset dengan menggunakan metode eksperimen. Setelah membaca, lalu kukatakan padanya “Lho, seingat saya pak Andre pernah membuat penelitian seperti diminta dalam soal ujian itu…dan ..seingat saya…pak Andre masih menyimpan filenya.” Dengan kata-kata yang kusampaikan itu pak andre mulai berkurang kerenyut di wajahnya. Lalu, saya menyarankan agar pak Andre membuka file itu dan memodifikasinya menjadi proposal riset. Dia menjawab, “O iya, pak Eko, saya baru ingat. Terima kasih pak.” 53
Dia lalu mencari file tersebut di komputernya dan berhasil mendapatkannya. Malam itu, dia mulai mengerjakan soal ujiannya dengan serius hingga keesokkan harinya. Kira-kira pkl 11.30, ujiannya sudah selesai dikerjakan dan di-print. Ketika mau berangkat ke kampus untuk mengumpulkan hasil ujiannya, Pak Andre sudah tidak kuat lagi berjalan. Badannya lemas dan lunglai, bahkan pakai sepatu pun kesulitan. Akhirnya dia memakai sepatu sandalnya yang butut. Dia minta tolong saya mengantarkannya ke kampus untuk menyerahkan pekerjaannya ke bagian akademik. Selama perjalanan ke kampus, badannya ambruk ke punggungku. Tapi akhirnya, pak Andre berhasil menyerahkan hasil ujiannya. Dia pun berhasil lulus ujian prelim. Ketika berita kelulusannya sudah didapat, saya ditraktir makan di bang Ucok. Kami berdua berpesta. Pak Andre juga seorang yang humoris. Ada banyak cerita lucu yang sengaja dia karang untuk membuat saya tertawa. Misalnya, joke tentang Doa Bapa Kami, kisah seorang pastor muda yang menemukan “buah terlarang� di Bali, dan masih banyak lagi. Itulah kisah saya bersama pak Andre selama tinggal bersama di Gang Surya 5B Yogykarta. Banyak suka-duka bersama di kota Yogyakarta selama kami menempuh studi S3 di UGM. Sekarang pak Andre sudah sukses. Bisa berkumpul lagi bersama keluarga, bisa aktif kembali di kampus Unika Soegijapranata, dan dipercaya menjadi Dekan. Bahkan, sekarang menjadi Profesor. Selamat dan profisiat untuk Profesor Doktor Andreas Lako. Dari saudaramu seindekosan, Eko Nugroho...
54Â Â
CATATAN KOLEGA DOSEN DI JURUSAN AKUNTANSI:
Sempat punya keinginan berhenti dari Unika Oleh: Drs. Hudi Prawoto, MM, Akt*
Seorang Andreas Lako yang saya kenal pertama kali sekitar 17 tahun yang lalu, orangnya lugu. Ia sama sekali belum memperlihatkan talenta yang mencolok seperti sekarang ini. Waktu itu, dia cenderung orangnya mudah bingungan dan kurang yakin dalam menekuni profesi sebagai seorang tenaga edukatif. Waktu itu, Ia bahkan sempat punya keinginan untuk berhenti sebagai tenaga edukatif dan ingin keluar dari Unika. Namun, saya sebagai pengelola jurusan punya tanggung jawab untuk menjaga agar jangan sampai ada teman sejawat ingin keluar gara-gara tergoda penghasilan yang lebih tinggi. Saya maklum waktu itu penghasilan dosen hanya sekitar Rp.300.000. Kemudian, saya bujuk dia agar mempertimbangkan kembali niatnya untuk keluar dari Unika Soegijapranata. Saya mengatakan kepada dia: Bukankah Anda diberi talenta Tuhan pandai menulis? Kenapa hal itu tidak kamu lakukan lagi di kampus ini? Hal itu saya ungkapkan karena pak Lako pernah cerita kepada saya bahwa selama menjadi mahasiswa di Atmajaya Yogyakarta, Dia pernah ikut mengelola buletin mahasiswa. Akhirnya, dia mengurungkan niatnya untuk berhenti dari Unika. Memang, kalau kita perhatikan terhadap pribadi seseorang tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna. Bahkan seorang guru besar juga punya kekurangan. Hal itu juga terjadi pada diri Profesor Andreas Lako yang masih punya bawaan penyakit bingung, suka lupa dan kurang teliti. Tapi, kita juga tidak boleh lupa bahwa Dia punya talenta yang luar biasa dalam menulis. Dia terbukti sangat produktif dalam menulis di media massa dan punya karya beberapa buku. Di samping itu, Dia mampu menyelesaikan S-2 dan S-3 dengan prestasi yang sangat membanggakan. Saya ikut bahagia bahwa apa yang saya yakini dan disampaikan kepada beliau waktu itu, tidak keliru. *
Dosen senior dan mantan Ketua Jurusan Akuntansi Unika Soegijapranata
55
Sampai saat ini saya cukup dekat dengan beliau. Saya sebagai orang yang dituakan di Jurusan Akuntansi amat bahagia dan bangga kepada sahabatku, adikku sekaligus pemimpinku di Fakultas Ekonomi. Teruslah berjuang untuk selalu berprestasi. Keberhasilan dan kesuksesan seseorang bukan karena diukur dari titelnya, hartanya atau kedudukannya. Tetapi “ORANG YANG SELALU DALAM HIDUPNYA PUNYA KEINGINAN DAN TINDAKAN MENCIPTAKAN KEMASLAHATAN BAGI UMAT DAN MEMBERIKAN MANFAAT BAGI UMAT.” Semoga saudaraku Andreas Lako terus berkarya untuk kemaslahatan umat. Sekali lagi PROFISIAT untuk saudaraku ANDREAS LAKO.
56
CATATAN DARI DOSEN SENIOR FAKULTAS:
Beliau seorang fighter Prof. Vincent Didiek Wiet Aryanto, Ph.D*
Pak Andre panggilan akrab saya pada beliau adalah seorang yang rajin dan selalu mengasah talentanya dalam menulis, mulai dari menulis karya popular sampai pada karya ilmiah berupa jurnal ilmiah dan buku ajar. Kemampuan tersebut ternyata tidak datang seketika tetapi dipupuk ketika menjadi mahasiswa. Saya mengatakan beliau adalah seorang fighter dan selalu mengajak “bertanding” dengan saya dalam menulis artikel di media popular (koran & majalah). Kepribadiannya adalah membutuhkan tantangan, kompetisi tapi dalam suasana yang kooperatif dan kondusif. Dalam manajemen, hal ini dikenal dengan Co-opetition singkatan dari cooperation & competition artinya bersaing dalam konteks yang fair dan sehat. Bisa juga berarti beraliansi sekaligus bersaing. Sebagai Dekan, beliau selalu menekankan agar budaya organisasi di Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata dalam suasana yang kondusif dan kohesif (triple-co) karena dalam suasana seperti itu kita bisa berkreasi dan berkarya dengan optimal. Juga tercipta budaya kerja yang baik dan mendorong adanya word of mouth yang baik pula bagi para mahasiswa yang kita layani. Beliau akan senang bila kita bekerja dengan bersemangat dan berdedikasi, bahkan selalu mendorong agar civitas academika FE UNIKA untuk terus berprestasi. Sebagai contoh, bila tulisan saya di jurnal internasional dimuat, atau juga di Koran, beliau selalu saja memberikan dorongan dan apresiasinya yang mendalam. Pak Andre adalah tipe orang yang mempunyai n-ach atau need of achievement (kebutuhan untuk berprestasi) yang tinggi dan luar biasa. Maka, tidak heran kalau Ia pernah dinobatkan sebagai dosen berprestasi di tingkat Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah maupun di tingkat Nasional tahun 2008. Prestasi itu tidak mudah dicapai oleh semua orang karena harus berkompetisi dengan orang-orang hebat di lembaga lain *
Mantan Ketua Jurusan Akuntansi (1992‐1995) dan Dekan Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata (2000‐2004). Guru Besar dalam Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata.
57
baik PTS maupun PTN. Untuk menjaga momentumnya sering beliau mengajak berdiskusi dengan semua pihak baik tentang hal-hal terkait pengembangan fakultas maupun tentang hal lain. Sebagai seorang insan Pak Andre juga mempunyai keterbatasan. Hal ini terjadi karena ide dan keinginannya begitu banyak untuk memajukan Fakultas Ekonomi maupun untuk agenda pribadinya sehingga sulit untuk membuat prioritas aktivitas mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu, sehingga kelihatannya seperti pelupa. Saking banyaknya agenda yang dilakukan, seringkali aktivitas yang sudah didelegasikan kepada gugus tugaspun tidak diikuti perkembangannya. Sebagai seorang guru besar, saat ini saya melihat perkembangan kepribadiannya semakin matang, akomodatif dan menjadi bapak pengayom fakultas yang baik, menjadi motivator yang inspiratif. Selamat berkarya terus Pak Andre. Semoga Tuhan selalu memberkati dan jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan. Selamat atas pengukuhannya sebagai profesor, Prof. Andre‌bravo!!.
58Â Â
BAGIAN V
SEKILAS PERJALANAN HIDUP ANDREAS LAKO
Prof. DR. Andreas Lako
Menerobos “kemustahilan,” berbekal ketekunan dan sikap positif* “Tak ada satu orang pun yang pernah hancur akibat menanggung beban hidup dalam satu hari. Akan tetapi, bila beban hari kemarin dan hari esok ditambahkan pada beban hari ini, maka berat totalnya akan melebihi kesanggupan kita untuk menanggungnya..,” ~ George Macdonald. Hampir seluruh penulis biografi mengetahui bahwa masa kecil seseorang— dengan berbagai kondisi lingkungannya—adalah hadiah terbesar bagi sebuah individu. Lingkungan pertumbuhan—betapapun buruk kelihatannya—selalu menawarkan peluang yang unik untuk tumbuh. Seakan, sengaja dirancang secara khusus untuk menyingkap potensi terbaik kita. Begitu pula dengan kondisi lingkungan tempat Andreas kecil tumbuh. Ia lahir dan tumbuh di sebuah pedesaan di Bajawa – Nusa Tenggara Timur. Sebuah daerah yang sebagian besar masyarakatnya miskin, sehingga kurang memprioritaskan pendidikan. Tak heran kalau 99% dari teman-teman Andreas, hanya sempat mengenyam pendidikan tingkat Sekolah Dasar. Kondisi itu—mau tak mau—juga berimbas pada keluarga Andreas. Sehingga dari tujuh bersaudara, hanya Andreas anak bungsu, dan kakaknya yang nomor tiga yang bersekolah. ”Itu pun kakak saya yang ketiga bisa sekolah karena * Profil ini ditulis oleh Andi Odang (wartawan senior majalah LUARBIASA) berdasarkan hasil wawancara dengan saya pada pertengahan April 2011. Profil ini diambil dari majalah LUARBIASA edisi Mei 2011, hlm.10-13 59
masuk Seminari. Nah, saya sendiri sebenarnya juga tidak sekolah. Hanya saja, ebetulan pada waktu itu saya memiliki dorongan yang sangat kuat untuk bisa sekolah, paling tidak sampai SMP,” ungkapnya, membuka perbincangan dengan Majalah LuarBiasa. Sayangnya, persoalan tidak langsung bisa selesai hanya karena mempunyai niat dan kemauan saja. Karena persoalan yang sesungguhnya, sebagaimana umumnya dihadapi oleh masyarakat di daerahnya, adalah keterbatasan biaya. Untungnya, sebagaimana bunyi ungkapan: “There is a will, there is a way.” Di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan! Begitulah yang juga terjadi dalam kisah Andreas. “Saya dari kecil sangat tekun dalam bekerja. Apapun saya lakukan. Dalam berdoa pun saya tekun. Waktu itu karena keinginan kuat untuk bisa sekolah sampai SMP, maka sejak kelas 4 SD saya berjualan apapun di pasar. Setiap hari saya berjalan kaki sejauh 7 kilometer dari kampung menuju kota untuk berdagang manisan. Sehingga pada waktu kelas 6 SD, saya masih ingat, tabungan dari penghasilan saya sudah terkumpul lebih dari seratus ribu rupiah. Dengan uang sebesar itu, saya pikir, saya bisa masuk SMP di kota. Tetapi kakak saya yang putri menyatakan, dia sanggup membiayai sekolah saya sampai SMP.” Sinkronisitas Dalam hidup ini, tidak ada satu pun peristiwa yang terjadi secara kebetulan. Segala pengalaman, pertemuan atau peristiwa kecil yang tampaknya tidak berarti, bisa saja justru menjadi faktor penentu yang mengubah jalannya sejarah hidup seseorang. Prinsip itu pernah diungkap secara panjang-lebar oleh Wayne Dyer dalam bukunya Real Magic, Ketika melihat kembali seluruh perjalanan hidup dari perspektif masa kini, kita baru dapat menyadari, bahwa setiap aspek kehidupan demikian penting dan sempurna. Setiap langkah pada akhirnya menuntun kita ke tempat yang lebih tinggi, meski sering kali langkah-langkah tersebut terasa seperti rintangan atau pengalaman yang menyakitkan. Tak adanya peristiwa “kebetulan” yang benar-benar terjadi secara kebetulan, sejalan dengan prinsip sinkronisitas. Pengalaman sinkronisitas seperti itulah yang juga banyak terjadi dalam perjalanan hidup Andreas Lako. Salah satunya, ketika ia bertekad untuk bisa sekolah, ”kebetulan” kakak perempuannya berniat belajar menenun. Siapa yang mengira, kalau sebagai hasilnya, sang kakak mulai bisa menenun dan kemudian hasil tenunannya mulai laku sehingga bisa membiayai sekolah adiknya? ”Berkat Tuhan hasil tenunan dia mulai laku dan makin lama semakin laris, sehingga cukup untuk mengongkosi saya. Sampai saya lulus SMP, tabungan yang semula saya siapkan untuk biaya sekolah, tetap utuh tersimpan. Karena itu setelah kelas 3 SMP saya mulai berpikir, bahwa saya harus lebih dari SMP. 60
Toh saya masih punya tabungan tadi. Kemudian saya sempat berpikir untuk sekolah di seminari saja, dan menjadi Romo. Karena kalau masuk seminari kan biayanya lebih murah. Tetapi kakak perempuan saya sekali lagi bilang, dia masih sanggup mengongkosi sekolah saya sampai SMA, karena tenunannya semakin laris. Maka saya segera mencari SMA yang cukup favourite di Flores.” Pengalaman sinkronisitas yang lain terjadi saat ia masih di SMA. Pada waktu itu ia sempat berpikir tak akan sanggup melanjutkan kuliah. Karena meski tabungannya masih utuh, tetapi jumlahnya tak mencukupi untuk biaya kuliah. Oleh karena itulah niatnya semula untuk masuk ke Seminari dan menjadi imam, kembali muncul. Akan tetapi lagi-lagi ”kebetulan,” kakaknya yang nomor tiga tiba-tiba keluar dari seminari tinggi dan menolak ditahbiskan menjadi imam. Selanjutnya sang kakak memutuskan pergi ke Jawa, dan menetap di Yogya. Momen inilah yang menuntun Andreas kuliah di Yogya, mengikuti kakaknya. ”Ketika kuliah, saya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga bersama kakak ipar saya. Yang penting saya harus bisa survive. Kalau saya mau suvive, berarti saya harus bisa mengambil hati kakak ipar saya. Karena itu, apapun pekerjaan rumah tangga saya kerjakan. Saya bagi waktu antara kuliah dengan mengerjakan pekerjaan di rumah. Di dalam perjalanan itu saya melihat, bahwa sebuah kerja keras, ketekunan, keuletan kalau disertai dengan keyakinan bahwa Tuhan akan menyertai kita, pada akhirnya semuanya akan jadi kenyataan.” Begitulah awal kisah perjalanan hidup Andreas Lako, yang menurutnya: ”Tuhan sudah mempunyai rencana-rencana besar dan agenda-agenda besar untuk saya. Dan Tuhan telah menyuruh orang lain untuk bekerja bagi saya. Seperti kakak perempuan saya yang tiba-tiba digerakkan hatinya untuk belajar menenun, untuk membiayai sekolah saya. Begitu juga dengan kakak ketiga yang menolak ditasbihkan, karena harus membuka jalan bagi saya untuk hidup di Yogya. Jadi kenapa saya sampai punya kemampuan seperti ini, dan kenapa saya bisa mencapai jenjang ini? Semuanya karena campur tangan Tuhan.” ”Saya sangat percaya itu. Saya percaya bahwa dibalik lingkungan, dibalik alam semesta itu sebenarnya ada kekuatan. Tuhan lah yang berada di balik alam semesta itu, untuk menggerakkan semuanya agar mendukung niat baik kita. Bahkan saya melihat bahwa siapa pun yang mempunyai niat baik dan tekun, serta terus melangkah; apapun masalahnya dan apapun kendalanya, suatu waktu dia pasti akan mencapai tahap kemuliaan. Tapi kalau orang itu dalam tahap kemuliaan kemudian lupa diri, dia pasti akan jatuh.” Ujian Iman Dalam Rumah Tangga Sebagaimana pada umumnya pasangan suami-istri, Andreas bersama istrinya pun mengharapkan hidup berbahagia dan dikarunia anak-anak yang sehat. Akan tetapi kenyataan sering tak sejalan dengan harapan. 61
Ditengah-tengah kebahagiaannya menikahi gadis asal Yogya, lahirlah anak pertama yang cacat total. ”Jadi seluruh tubuhnya tidak berfungsi. Dia hanya bisa senyum, dan melirak-lirik saja. Kami sudah mencoba ke medis sampai ke paranormal, ternyata malah membuat kami tidak normal. Saya sempat menyalahkan istri, dan begitu juga sebaliknya, keluarga istri saya juga menyalahkan saya. Nah, anak kami ini setiap bulan pasti masuk rumah sakit. Gaji saya tidak cukup untuk membayar biaya yang diperlukan untuk perawatannya. Ketika malam hari, karena kami harus berganti berjaga, saya mulai belajar menulis. Dan rupanya, Tuhan tengah memberi kemampuan kepada saya untuk menulis. Sambil menunggu anak, saya selalu menulis. Mulai tahun 1997, tulisan saya mulai banyak diterima oleh media, sehingga bisa membantu biaya pengobatan anak saya. Biasanya sebelum anak saya masuk rumah sakit, ada saja macam-macam rejeki yang datang. Tetapi setelah terkumpul cukup banyak, anak saya pasti kembali masuk rumah sakit, dan setelah itu uang lalu habis. Begitu terus kejadiannya sampai tahun 2006. Selama itu, saya mendapat penilaian ”miring” dari lingkungan, dan tak jarang harus menghadapi omongan dari keluarga istri saya. Sampai-sampai kami hampir bercerai.” Singkatnya, selama delapan tahun Andreas dan sang istri menerima tekanan dan ujian yang sangat krusial. Sampai akhirnya, anak sulungnya tersebut dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Akan tetapi, itu baru episode pembuka dalam rangkaian cobaan yang rupanya masih berlangsung panjang. ”Setelah saya dan istri bersepakat untuk kembali kepada iman, dan tidak akan mendengar omongan dari pihak keluarga maupun dari orang lain, rumah tangga kami mulai menjadi tenang. Lalu saya juga mulai membuka jalan untuk mengikuti program S2. Sampai tibanya kelahiran anak kami yang kedua; Dia menderita cacat sekujur kulitnya, yang sampai sekarang belum ketemu solusi medis bagi penyembuhannya. Diberi dua anak itu bener-bener ujian yang luar biasa bagi kami. Rasanya saya sampai jadi minder dan kehilangan rasa percaya diri. Ketika terjadi pada anak kedua itu, membuat saya hampir jadi atheis, tidak percaya sama Tuhan. Kenapa kok kejadiannya begini begini terus? Tapi semakin saya jauh dari Tuhan, semakin kejadiannya macem-macem. Sehingga akhirnya saya kembali ke Tuhan, dan tidak lagi pergi ke paranormal. Sekali lagi, semua menjadi lebih tenang dan terbuka lagi. Pintunya seperti dibukakan lagi. Dalam keadaan seperti itulah, kami dinasehati supaya mempunyai anak lagi. Sampai ada seorang suster yang bilang, bahwa nanti saya pasti diberi anak yang lebih baik lagi. Ternyata bener, saya diberi anak ketiga dan keempat, semakin baik dan semakin baik lagi. Dan berkah atas kelahiran anak ketiga dan keempat itu, saya dan istri menjadi pulih lagi. Ohh.. ternyata kami ini normal,” kenangnya. Setelah tertatih menempuh jalan setapak dengan jatuh-bangun serta kenyang dengan berbagai macam pahit-getirnya kehidupan, pada tahun 2007, Andreas Lako berhasil menyelesaikan program doktoralnya di bidang akuntansi dari 62
Sekolah Pascasarjana Universitas Gajah Mada dengan predikat cum laude. Sejak tanggal 1 Oktober 2008 hingga sekarang, ia dipercaya oleh para koleganya untuk menjabat Dekan Fakultas Ekonomi, di UNIKA Soegijapranata Semarang. Dan pada Mei 2011 ini, ia pun dikukuhkan menjadi Guru Besar. Dengan semua pengalaman yang telah dilaluinya, apa insight yang ingin Ia bagikan? ”Yang penting, dalam setiap hal yang kita hadapi—baik suka maupun duka—itu semua harus dilihat dalam konteks rencana Tuhan. Itu yang pertama. Ketika kita menghadapi hal-hal yang menyedihkan, duka, jangan kita mencari jawaban dengan menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain. Kita harus melihat bahwa itu adalah bagian dari ujian-ujian, bagian dari tantangantantangan; yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Dan bisa jadi, cobaan-cobaan seperti itu tidak hanya datang sekali. Kita bisa saja, sekali maju kemudian kena, ketika maju lagi kena lagi. Tapi khabar baiknya, kalau kita berhasil lolos dari empat rintangan tersebut, bisa jadi artinya kita akan dimuliakannya. Ketika tantangan pertama kita lalui, kita harus siap hadapi tantangan kedua. Ketika kita bisa mengatasi tantangan kedua dan setelah itu muncul tantangan ketiga, umumnya kita mulai menganggap Tuhan tidak adil. Terus Tuhan kita suruh punya rencana lain. Kita harus melihat dalam konteks bahwa Tuhan sedang bersama kita. Yang saya yakini adalah ketika Tuhan memberikan cobaan dan memberikan tantangan, Tuhan pasti punya solusinya. Dan solusi itu muncul pada detik-detik terakhir. Kalau kita percaya bahwa semua terselenggara karena kuasa Illahi, semua akan diatasi pada detik-detik terakhir. Dan gimana caranya? Lakukan, lakukan dan lakukan. Hasilnya serahkan pada yang diatas. Kemudian kalau sudah secara bertahap menghadapinya, kita pasti akan dimuliakan.” Kalau saya melihat dari pengalaman saya sendiri—Andreas Lako melanjutkan— sungguh sebuah proses perjuangan yang luar biasa. Saya sempat dipilih menjadi dosen berprestasi Unika Soegijapranata pada tahun 2007. Tahun 2008, saya ditunjuk universitas untuk berkompetisi di tingkat Kopertis Jawa Tengah. Disana saya terpilih sebagai dosen berprestasi. Lalu saya dikirim ke Jakarta untuk berkompetisi dengan dosen dari perguruan tinggi negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Hasilnya, saya berhasil terpilih menjadi 10 besar Dosen Berprestasi Nasional. Lalu saya berpikir: Kenapa sih Tuhan, kok saya bisa begini? Oh, berarti saya ini sedang dimuliakan Tuhan.
63
PUNYA ANAK CACAT ITU ANUGERAH (Suatu Refleksi Iman)*
Oleh: Andreas Lako
Dikaruniai anak yang normal, sehat dan cerdas adalah idaman dari semua orangtua yang baru mengikatkan diri dalam suatu ikatan perkawinan: suami-istri. Namun, jika kemudian dikaruniai anak yang cacat atau kelainan, tidak semua orangtua siap menerimanya. Bagi yang tidak siap menerima ‘cobaan’ itu, Tuhan yang pasti jadi sasaran amarah karena dianggap tidak adil. Mereka bisa saling menyalahkan, sedih, malu pada orang lain, atau mengucilkan anaknya. Hidup berkeluarga ibarat neraka! Bahkan, tidak sedikit yang tega meninggalkan istri atau suaminya.
Itulah sepenggal pengalaman pahit yang pernah diungkapkan sejumlah orangtua yang memiliki anak cacat atau kelainan fisik maupun mental kepada kami (saya dan istri saya). Kami pun pernah mengalami emosi serupa. Pengalaman itu mereka bagikan kepada kami karena merasa senasib dan seperjuangan. Proses interaksi itu terjadi ketika kami sedang mengupayakan pengobatan secara medis dan non medis (alternatif) untuk kesembuhan dua anak kami. Yaitu, Gloria (alm.) yang cacat total secara fisik dan adiknya Julio yang punya kelainan pada kulitnya, selama 1999-2002. Cacat fisik dan kelainan kulit (penebalan kulit) diderita kedua anak kami sejak lahir. Dari interaksi itu, kami peroleh kesimpulan bahwa dikarunia anak yang cacat atau kelainan memang sangat tidak menyenangkan dan bisa membuat suasana keluarga seperti neraka. Sejumlah orangtua galau dan menjadi tidak yakin lagi dengan imannya. Rumah sakit, para dokter dan paranormal ternyata juga tidak bisa memberi solusi kesembuhan. Mereka bahkan hanya memperlakukan anak-anak cacat atau kelainan sebagai “obyek perahan.” Tidak sedikit sejumlah orangtua kecewa, putus asa dan tidak memiliki apa-apa lagi. Singkatnya, menjadi orangtua yang memiliki anak cacat atau kelainan banyak dukanya.
*
Tulisan ini diambil dari kolom “Kesaksian” majalah INSPIRASI No.34 Juni 2007, hlm. 35-37. Tulisan ini ditulis sendiri oleh Andreas Lako sebagai sharing kesaksian iman.
64
Kekuatan ’magis’ janji perkawinan Kami sendiri, awalnya juga mengalami emosi dan kesimpulan serupa. Namun, pada akhir 2001 kami disadarkan oleh kekuatan iman bahwa memiliki anak cacat dan kelainan itu adalah ujian iman dari Tuhan terhadap janji perkawinan yang pernah kami ikrarkan (5/7/1997) di Gereja Wates, Yogya. Janji untuk selalu setia dalam suka dan duka, untung dan malang, dan sanggup membesarkan anak-anak yang dititipkan Tuhan dengan kasih sayang, menjadi kekuatan “magis” yang menyembuhkan kami dari “sakit” secara iman dan psikis. Akhirnya, kami meyakini Allah pasti punya rencana-rencana lain yang indah terhadap keluarga kami dan perjalanan waktulah yang akan membuktikannya. Dan kami pun percaya, Allah pasti tidak akan memberi “beban” melampaui kemampuan yang Dia berikan pada kami. Keyakinan itulah yang mengubah secara total cara pandang dan orientasi hidup kami. Kami memperlakukan kedua anak kami sebagai anugerah Tuhan yang juga patut disyukuri. foto Kenangan keluarga: Foto ini diambil 2 September 2005. Dari kiri ke kanan: Intan (3 thn), Julio (5 thn), istri saya (Anna Sumaryati) dan Gloria (7 thn), saya dan putri saya Nia (1 thn). Khusus untuk Gloria, yang sejak kecil (lahir 28/8/1998) sangat menderita dan didiagnosis dokter menderita sakit CP (cerebral palsy), kami mengasuhnya dengan penuh kasih sayang. Dia tidak lagi kami anggap sebagai “beban”, tapi sebagai hiburan keluarga. Meski hidupnya sepenuhnya tergantung pada orang lain, kami tidak lagi panik memikirkan kesembuhan dan bagaimana masa depannya. Kami tidak lagi peduli pada “ocehan” orang lain. Kami selalu berusaha untuk saling menguatkan terhadap komitmen iman tersebut dari hari ke hari. Penyerahan total pada kehendak Allah, tidak memiliki impian yang muluk-muluk dan hanya melakukan apa yang bisa dilakukan, menjadi pedoman hidup kami sehari-hari. Meski demikian, secara manusiawi rasa kecewa dan putus asa juga kadang muncul.
Diberkahi Tuhan Mungkin karena kesediaan yang tulus dan penyerahan total pada kehendak Ilahi itulah, putri kami Gloria menjadi lebih tenang. Dia tidak lagi sering menangis, lebih banyak senyum meski tidak bisa bicara, dan tidak sering sakit-sakitan lagi. Padahal sebelumnya, dia sering masuk-keluar RS Elisabeth karena menderita komplikasi penyakit. Menurut dokter, fisiknya sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Itu adalah berkah yang pertama. 65
Berkah kedua adalah diberikan kesempatan kepada kami untuk studi lanjut. Pada 2001, istri saya diminta kampusnya (FE Universitas Dian Nuswantara) melanjutkan studi S2 di UNDIP. Ketika itu, saya sedang menyelesaikan tesis di Program S2 Akuntansi UGM. Ketika selesai akhir 2001, saya berjanji akan berkonsentrasi merawat kedua anak saya sambil mengupayakan pengobatan untuk penyembuhan. Namun April 2002, pimpinan saya (Rektor Unika Soegijapranata) justru meminta saya untuk melanjutkan studi S3. Pada awalnya, tawaran itu saya tolak. Namun kemudian saya sadar bahwa itu adalah “jalan” Tuhan dan harus saya terima apa adanya. Keputusan saya untuk melanjutkan studi S3 dan harus indekos di Jogya, menyebabkan Gloria dan adiknya Julio dititipkan di tempat si mbah-nya (nenek) di Wates. Tujuannya, agar si-mbah-nya bisa membantu mengawasi para pembantu yang mengasuh anak-anak saya. Selama 4 tahun (September 2002-Juli 2006), istri saya harus pergi-pulang (PP) Wates-Semarang mulai Senin-Jumat untuk bekerja. Meski setiap minggu dijalaninya, namun Ia tak pernah sakit atau mengeluh. Gloria yang sebelumnya sering sakitansakitan, tampak sehat. Ibu mertua, yang meski usianya telah 76 tahun dan sebelumnya sakit-sakitan, malah sehat. Hal inilah yang memungkinkan saya bisa konsentrasi kuliah dan bisa lulus ujian preliminary pada semester ke-V. Saya menyadari semua itu adalah berkah Tuhan. Berkah ketiga adalah kami dikaruniai lagi dua putri yang normal dan cerdas. Putri ke-3, Intan, lahir September 2002. Sementara adiknya, Nia, lahir Agustus 2004. Kelahiran Intan dan Nia merupakan suatu anugerah Tuhan karena sebelumnya saya dan istri sudah bertekad untuk tidak punya anak lagi. Kami trauma dan takut jika punya anak lagi akan mengalami nasib serupa dengan Gloria dan Julio. Kami bahkan sempat minta R.S. Elisabeth untuk melakukan KB steril, tapi ditolak karena pertimbangan moral dan demi masa depan keluarga kami. Kelahiran anak ke-3 memulihkan kepercayaan diri kami. Ternyata, kami bisa dikarunia anak yang normal dan sehat. Begitu pula kelahiran putri ke-4. Kami semakin bersyukur dan merasa diberi kesempurnaan Tuhan. Ternyata, ketakutan kami dibalikkan Tuhan. Puji Tuhan!
Meninggal dalam kemuliaan Tuhan Berkah lainnya adalah putri kami, Gloria, meninggal dalam ‘kemuliaan’ Tuhan. Dikatakan sebagai berkah karena setelah saya selesai kuliah teori dan tinggal 66
menyelesaikan disertasi, Gloria yang sebelumnya (akhir 2001-Maret 2005) jarang sakit, mulai mengalami sakit serius. April dan Juli 2005, sempat beberapa minggu dirawat di RS Panti Rapih, Jogya. Ketika itu, kami masih bisa membayar biaya rumah sakitnya karena dibantu dari institusi istri saya bekerja. Setelah itu, tidak ada bantuan lagi. Ajaibnya, mulai Juli 2005 hingga awal April 2006, dorongan bagi saya untuk menulis lagi di media massa nasional begitu besar. Selama jangka waktu itu, ada sekitar 40an artikel terbit di sejumlah media massa. Artikel-artikel itu ditulis bersamaan dengan proses bimbingan disertasi dan proses pengumpulan serta penginputan data. Ketika itu, saya juga mendapat beasiswa BPPS dari UGM. Pada awal April 2006, jumlah uang yang terkumpul lumayan besar sehingga saya berniat membeli mobil. Ternyata, uang tersebut hanya titipan sementara dari Tuhan untuk Gloria. Pada pertengahan - akhir April 2006, Gloria kembali masuk RS Panti Rapih dalam kondisi semakin kritis dan akhirnya meninggal 28 April. Ketika itu, saya mengatakan kepada istri dan keluarga bahwa mereka tidak perlu cemas memikirkan biaya rumah sakit dan biaya pemakaman karena uang sudah tersedia. Saya katakan kepada mereka bahwa Tuhan sudah menyiapkan semuanya untuk Gloria. Tampak, ibu mertua dan semua saudara tertegun haru... Pada saat Gloria menghembuskan napas terakhir hingga dimakamkan 29 April, kami melihat ada tanda-tanda kemuliaan dari Tuhan. Saat menghembuskan napas terakhirnya, selain disaksikan keluarga besar, juga disaksikan sejumlah kolega dari kantor saya dan kantor istri saya, serta rekan-rekan mahasiswa S3 Program Doktor Ekonomi UGM. Setelah dimandikan dan didandani perawat, saya dan istri, keluarga serta para suster yang pernah memberkatinya terkejut karena Gloria berubah jadi gemuk dan cantik. Padahal, sebelumnya kurus. Pada 29 April, banyak sekali orang yang melayat dan ikut mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhir. Banyak orang memberi kesaksian bahwa Tuhan telah menunjukkan kemuliaan-Nya pada Gloria, meski selama hidupnya sangat menderita.
Sumber kekuatan Kepergian Gloria yang begitu cepat meninggalkan kesedihan dan rasa kehilangan yang mendalam bagi kami sekeluarga. Penderitaan bersamanya, ketabahannya bertahan hidup dan senyumannya yang menghibur hingga kini terus kami kenang. Setelah berintrospeksi, kami akhirnya menemukan figur Tuhan yang
67Â Â
utuh melalui Gloria: Tuhan itu ada, Tuhan itu maha kasih, Tuhan itu berkarya pada kami, dan kami percaya padanya! Keyakinan itulah yang menjadi sumber kekuatan bagi saya untuk segera menyelesaikan disertasi setelah beberapa bulan berhenti. Meski prosesnya cukup alot karena harus melewati beberapa tahap ujian (evaluasi hasil, penilaian, ujian tertutup dan ujian terbuka), akhirnya dalam Ujian Terbuka 2 Maret 2007 lalu saya dinyatakan lulus doktor dengan predikat cum laude dan dalam waktu yang relatif cepat. Keluarga, tim penguji disertasi, serta para tamu undangan yang hadir tertegun karena prestasi itu saya raih dengan perjuangan yang sangat berat. Apalagi mereka tahu bahwa selama menjalani S3, saya juga menulis 3 buku, 35 artikel ilmiah di sejumlah jurnal dan menulis lebih dari 40 artikel populer di media massa.
Catatan penutup Pengalaman iman di atas sengaja saya sharing via majalah Inspirasi ini karena masih banyak orangtua yang belum siap menerima kehadiran anak-anak yang cacat atau kelainan. Sejumlah orangtua saling menyalahkan dan bahkan ada yang bercerai. Mereka resah, menyalahkan dan menjauhi Tuhan, takut dicemoohkan orang lain dan masih banyak lagi. Yang jadi korban justru adalah anak yang seharusnya menjadi fokus perhatian dan mendapat kasih sayang. Anak justru semakin tertekan secara psikis. Karena itu, ada beberapa hal penting yang patut dilakukan orangtua yang memiliki anak cacat atau kelainan. Pertama, pasrahkan itu semua sebagai bagian dari rencana besar Allah terhadap keluarga kita sambil terus mengupayakan pengobatan seoptimal mungkin. Jangan saling menyalahkan atau mencari “kambing hitam”, apalagi memarahi anak, karena hal itu justru hanya akan menghadirkan ‘neraka’ dalam keluarga. Kedua, jika mau mengupayakan pengobatan secara medis atau alternatif, lakukan secara terarah dan cermat. Seringkali, keluarga besar atau orang lain berusaha membantu dengan memberi informasi bahwa dokter A, B atau C, paranormal X,Y atau Z, atau rumah sakit F, G atau H hebat dan bisa menyembuhkan. Jangan cepat percaya dan selidiki dulu bukti-bukti dari orang yang pernah berobat ke situ. Hal itu penting karena pengalaman kami menunjukkan informasi seperti itu banyak bohongnya, dan hanya buang-buang duit saja. Justru anak yang jadi korbannya karena hanya dijadikan “obyek perahan.” Sebaiknya cari dokter ahli yang benar-benar peduli pada anak-anak cacat atau kelainan. Diskusikan dengannya apakah secara medis kecacatan atau kelainan pada anak bisa disembuhkan atau bersifat permanen. Jika bisa disembuhkan, mintalah rekomendasinya dan upayakan pengobatan seoptimal 68
mungkin. Tapi jika bersifat permanen, jangan terlalu berharap untuk memperoleh kesembuhan total dengan mencari pengobatan-pengobatan medis atau alternatif. Pengalaman kami dan sejumlah orangtua lainnya menunjukkan hasilnya justru nihil dan lebih banyak merugikan. Yang justru ditingkatkan porsinya adalah berilah kasih sayang yang tulus. Yakinlah, Tuhan pasti sudah membuat rencana-rencana indah buat anak dan keluarga kita. Kelak, kita pasti akan mendapatkan jawabannya. Dan yakinlah, punya anak yang cacat atau kelainan itu adalah suatu anugerah Tuhan yang indah yang hanya dilimpahkan kepada kelurga kita. Kita sebenarnya dipilih dan diajak untuk mengenal dan berinteraksi langsung dengan Tuhan melalui “kacamata” iman.
69
BAGIA AN V
REFL LEKS SI IMA AN
Refle eksi Ima an
“Allaah punyaa rencan na-rencan na untuk kku… memberii talenta u untuk m membekaali hidupk ku Dia m menuntu unku agaar terus berusahaa Dia m meng gembang gkan tallenta-Ny ya dan m mewujud dkan ren ncana-ren encana-N Nya memanu usiakan dan d mem muliakan nku mela lalui Dia m sesam maku… ka kuyak kini, Alla lah pasti menjadiikanku ssebagai Maka alat-Nya unt ntuk mem manusiaakan dan n muliakan n sesamaaku….” mem ma kasihh Tuhan… …. Terim
70