Hal 05_oke

Page 1

EDISI 0 1 8 TTAHUN AHUN I 01

5

--koranmandar/m.ridwan--

Warisan Sufi di Kampung Nelayan “Rateq Sammang” Oleh: H. Ubadah, S. Ag. M. Pd Tradisi “rateq sammang” di Masjid Besar At Taqwa Pambusuang sudah berlangsung sejak puluhan tahun. Tak diketahui dengan pasti siapa yang pertamakali memperkenalkan dan memulai tradisi tersebut. Menurut keteranganK.H. Syuaib Abdullah, Imam Masjid Syuhada Polewali yang berasal dari Pambusuang, bahwa tradisi tersebut mulai diadakan di Masjid Pambusuang sejak tahun 1900-an seiring berkembangnya Islam di Pambusuang. Informasi tersebut sesuai keterangan K.H. Muhammad Yasin Kadir (70 Tahun) mantan Imam Masjid At Taqwa Pambusuang, bahwa tradisi “rateq sammang” di Masjid Pambusuang ini sudah berlangsung sejak dia masih kecil dan cara pelaksanaannya masih seperti yang sekarang dilakukan. Makna dan Asal-usul Rate’ Sammang Istilah “rateq” berasal dari bahasa Arab, ratib yang maknanya sama dengan zikir atau wirid. Sammang (Samman) adalah nama salah satu tarekat dari Hijaz/jazirah Arab yaitu tarekat Sammaniyah yang ada di Madinah (waktu itu belum ada Negara Arab Saudi). Jadi “rateqsammang” adalah zikir atau wirid yang berasal dari tarekat Sammaniyah. Ratib Samman seperti halnya Ratibul Haddadyang juga meruapakan wiridan yang sampai saat ini juga masih tetap eksis dan diamalkan (di beberapa Masjid dan Mushalla yang ada di Pambusuang dan sekitarnya) tiap malam pada bulan ramadhan sebelum pelaksanaan shalat Isya dan tarawih. Jadi, Ratib Sammanatau “rateq sammang” adalah bagian dari tarekat Sammaniyah. Dalam terminology tarekat, ratib adalah kumpulan atau potongan ayat atau beberapa surat pendek yang digabung dengan bacaan-bacaan lain seperti Istighfar, tasbih, shalawat atapun kalimatkalimat thayyibah (kalimat baik dan indah) dalam satu rumusan dan komposisi yang telah ditentukan dalam

Sesaat setelah kegiatan “Rateq Sammang”

satu paket tertentu. Tarekat Sammaniyah (salah satu tarekat yang dianggap sahih dan mu’tabarah di Indonesia) merupakan akar ratib samman ini, didirikan oleh Syekh Muhammad Abd Karim Samman Al-Madaniy (1718-1775M). Beliau adalah seorang ulama dan sufi terkenal yang mengajar di Madinah. Dalam sebuah literature disebutkan bahwa Syekh Samman ini pada mulanya dibaiat menjadi pengikut berbagai tarekat disamping tarekat Kahalawatiyah (terutama Qadiriyah, Naqsyabandiyah, dan Syaziliyah) dan memadukan berbagai unsur dari tarekat-tarekat tersebut menjadi cabang tarekat khalawatiyah yang khas dan berdiri sendiri, yang kemudian disebut Tarekat Sammaniyah. Murid dari Indonesia yang paling terkenal yang berguru pada Syekh Samman ini adalah Syekh Abd. Shamad Al-Falimbaniy yang dianggap sebagai pembawa tarekat Sammaniy ke Nusantara terutama Sumatra dan

daerah sekitarnya, serta Syekh Muahammad Arsyad Al-Banjari dan Syekh Abdul Wahab Bugis. Di Indonesia Tarekat Sammaniyah pertama kali tersebar dan berpengaruh luas di Aceh, Palembang, dan daerah lainnya di Sumatra serta di Banten. Sedangkan di Sulawesi, menurut sebuah versi bahwa ia pertamakali dibawa oleh Syekh Yusuf al-Makassari dengan Nama Khalwatiyah. Walaupun bagi masyarakat Sulawesi Selatan Tarekat alSammaniyah lebih populer dengan nama Tarekat Khalwatiyah Sammaniyah, yang dipelopori oleh Syaikh Yusuf al-Makasari (1627-1699) dan Abdul Bashir Tuang Rappang (w.1723) dengan nama Terekat Khalwatiyah Yusuf, yang muncul sejak abad ke-17. Semantara Khalwatiyah Samman masuk ke wilayah Sulawesi Selatan pada awal abad ke-19, dibawa oleh Abdullah al-Munir, seorang bangsawan Bugis dari Bone (lihat Sri Mulyati: 2004:195). Versi lain, Yang membawa

ke daerah Bugis (sidenreng) adalah Syekh Abdul wahab Bugis yang sepulangnya dari Mekah sempat bermukim dan berkeluarga di Kalimantan (Martapura) dan mempersunting anak Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Dengan demikian Tarekat alSammaniyah ini masih ada pada sebagian daerah di Indonesia, seperti disebutkan di atas. Tarekat ini telah berkolaborasi dengan tarekat Naqsyabandiyah dan tarekat lainnya, namun ratib syaikh tarekat Muhammad al-Samman masih tetap dibacakan di banyak wilayah di Indoinesia, termasuk di Masjid Pambusuang, terlepas dari afiliasi yang bersangkutan kepada suatu tarekat. Yang menjadi pertanyaan, siapakah yang membawa ratib samman ini ke Pambusuang? Hampir tidak ditemukan data yang pasti tentang siapa yang membawa ratib samman ini ke Pambusuang. Kemungkinan ratib samman yang ada di Pambusuang ini


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.