EKRAF, 19 September - 24 Oktober 2013

Page 1

Ukiran Lampung

Harus Dilestarikan

Halaman. 3 No V / 19 September-24 Oktober 2013

Unik dan Etnik Ukiran Lampung

 EKRAF/IKHSAN D.S

Kain tapis kuno yang dijadikan Agus Suprayoga sebagai motif pada ukiran Lampung karyanya.

L

AMPUNG selama ini dikenal sebagai daerah dengan hasil kebudayaan yang tinggi dan unik. Beragam karya seni rupa daerah telah mengangkat nama Lampung, bukan hanya di tingkat nasional, melainkan juga internasional. Salah satu seni rupa dari Lampung yang kini mulai dikenalkan adalah seni ukir khas Lampung. Karya seni rupa yang terdapat di Lampung sangat beragam dengan aneka jenis, bentuk, fungsi, dan teknik pembuatannya. Karya seni rupa Lampung dengan segenap keunikan gagasannya patut mendapatkan apresiasi, baik secara aktif maupun pasif. Banyak gagasan dan ide kreatif yang terus dikembangkan dan merupakan awal proses penciptaan karya seni, termasuk karya seni rupa terapan Lampung yang diciptakan berdasarkan nilai guna tanpa mengesampingkan nilai seni. Jika diperhatikan secara saksama dapat disimpulkan bahwa hasil karya seni rupa setiap daerah itu berbeda-beda, masing-masing dae-

rah memiliki keunikan atau kekhasan tersendiri, baik dalam teknik maupun ketersediaan bahan yang ada di sekitarnya. Termasuk Provinsi Lampung yang sangat kaya akan karya seni yang menunjukkan ciri khas kelampungan. Misalnya saja, kain tapis, sulaman usus, batik Lampung, dan ukiran Lampung. Kerajinan ukir di Lampung umumnya berupa seni ukir kayu. Ukiran kayu itu dapat berupa kursi, meja, patung gajah, hiasan dinding, dan pintu. Pengusaha dan perajin ukiran Lampung, Agus Prayoga, menjelaskan Lampung memang harus memiliki identitas ukiran tersendiri. Mengingat, masyarakat saat ini hanya mengenal ukiran dari Pulau Jawa, ukiran Jepara misalnya. Padahal, keunikan seni budaya Lampung seperti dalam motif tapis, tidak kalah menarik untuk dikembangkan dalam sebuah karya berbentuk ukiran. Hasilnya,

ukiran Lampung sangat terlihat etnik dan eksotik serta sangat layak untuk terus dikembangkan. Agus menjelaskan memang tidak diketahui pasti kapan ukiran Lampung mulai dikembangkan. Namun, dengan melihat bangunan rumah khas Lampung yang dibangun pada abad ke-18, menunjukkan masyarakat Lampung sudah sangat mengenal ukiran. Karena kekaguman akan motif tapis yang dia dapat dengan cara memburu tapis-tapis lama, Agus pun nekat mengembangkan ukiran dengan menunjukkan ciri khas daerah Lampung. Dia menjelaskan seni ukir atau ukiran merupakan gambar hiasan dengan bagianbagian cekung (kruwikan) dan bagian-bagian cembung (buledan) yang menyusun suatu gambar yang indah. Pengertian ini berkembang hingga dikenal sebagai seni ukir yang merupakan seni membentuk gambar pada kayu, batu, atau bahan-bahan lain. Bangsa Indonesia mulai mengenal ukir sejak zaman batu muda (neolitik), yakni sekitar tahun 1500 SM. Pada zaman itu nenek moyang bangsa Indonesia telah membuat ukiran pada kapak batu, tempaan tanah liat, atau bahan lain yang ditemuinya. Motif dan pengerjaan ukiran pada zaman itu masih sangat sederhana. Umumnya bermotif geometris yang berupa garis, titik, dan lengkungan, dengan bahan tanah liat, batu, kayu, bambu, kulit, dan tanduk hewan pada zaman yang lebih dikenal sebagai zaman perunggu, yaitu berkisar tahun 500 hingga 300 SM. (LUKMAN HAKIM/KRAF)

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung


2 19 September 2013

CMYK

ekraf

torial DAFTAR ISI

Ukiran Lampung,

Mungkinkah Mendunia?

T

IDAK banyak literatur membahas kapan dimulainya seni ukiran khas Lampung. Namun, berdasar catatan perajin di Lampung, seni ukiran berornamen Lampung sudah ada sejak abad XVII—XVIII. Hal itu dapat dilihat dari hiasan rumah adat asli Lampung di beberapa daerah yang dibangun sekitar abad itu, seperti tiang penyanggah, pagar, dan pintu rumah sudah berbentuk ukiran khas Lampung. Diakui atau tidak, Lampung selama ini dikenal sebagai daerah dengan hasil kebudayaan yang tinggi dan unik. Beragam karya seni rupa daerah telah mengangkat nama Lampung, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional. Salah satu seni rupa dari Lampung yang kini mulai dikenalkan adalah seni ukiran khas Lampung. Karya seni rupa yang terdapat di Lampung sangat beragam dengan aneka jenis, bentuk, fungsi, dan teknik pembuatannya. Karya seni rupa Lampung dengan segenap keunikan gagasannya patut mendapatkan apresiasi. Jika diperhatikan secara saksama dapat disimpulkan hasil karya seni rupa setiap daerah itu berbeda-beda, masing-masing daerah memiliki keunikan atau kekhasan tersendiri, baik dalam teknik maupun ketersediaan bahan yang ada di sekitarnya. Termasuk Provinsi Lampung yang sangat kaya akan karya seni yang menunjukkan ciri khas kelampungan. Pengusaha dan perajin ukiran Lampung, Agus Suprayoga, menjelaskan Lampung memang harus memiliki identitas ukiran tersendiri. Mengingat, masyarakat saat ini hanya mengenal ukiran dari Pulau Jawa, ukiran Jepara misalnya. Padahal, keunikan seni budaya Lampung, seperti dalam motif tapis, tidak kalah menarik untuk dikembangkan dalam sebuah karya berbentuk ukiran. Hasilnya, ukiran Lampung sangat terlihat etnik dan eksotik dan sangat layak untuk terus

Lukman Hakim Wartawan Lampung Post

dikembangkan. Namun, untuk itu memang diperlukan adanya peran besar dari pemerintah daerah, baik Pemerintah Provinsi Lampung maupun pemerintah kabupaten/kota seProvinsi Lampung. Mengingat, tanpa adanya peran pemda dalam mempromosikan hasil karya seni khas Lampung itu, sulit bagi perajin memperkenalkan ukiran ornamen Lampung ke khalayak. Memang sulit, apalagi keberadaan ukiran Lampung memang sangat tertinggal pamornya dibandingkan dengan keberadaan ukiran Jepara dan Bali yang sudah sangat mendunia. Namun, di dunia ini tidak ada hal yang tidak mungkin. Misalnya, keberadaan kain tapis yang nyaris lenyap oleh sebuah peradaban modern, kini muncul kembali dengan kreasi yang sangat beragam. Sulaman usus yang dulu hanya dikenal warga Lampung sebagai hiasan tutup gelas atau bebe (pelengkap pakaian adat Lampung), kini sudah sangat mendunia dan menjadi ikon Kota Bandar Lampung. Di Tulangbawang, kain maduaro yang sudah lama menghilang, kini dapat dilestarikan lagi sebagai warisan budaya Lampung yang bernilai tinggi. Saat ini memang tidak salah bagi pemerintah daerah memakmurkan munculnya senimanseniman ukiran khas Lampung dengan motif tapis yang saat ini sudah sangat banyak. Bila di Lampung kini mengenal 38 motif tapis yang sangat indah, ternyata Museum Tekstil di Belanda sudah mengenal adanya 58 motif tapis. Artinya, seni ukiran Lampung yang dapat dikembangkan dapat sama banyaknya dengan jumlah motif tapis yang ada saat ini. Tinggal, bagaimana kita menunggu pemerintah daerah menggeliatkan keberadaan seni ukiran Lampung dengan melakukan pelatihan dan pembinaan serta membantu pemasaran hasil karya seni muli-mekhanai Lampung. Semoga. 

CMYK

INFO Pelestarian Budaya Lampung Maksimalkan Fungsi Taman Budaya

4

TRADISI Festival Skala Brak Wisata Budaya Lampung Barat

5

REPCIL Yuk, Kita Jadi ‘Little Chef’ di Rose Bread GALERI

6 7

CORAK Sebuah Terobosan Perajin Seni Ukiran Lampung

8-9

WISATA Berpetualang di Air Terjun Wiyono

10-11

SANTAP Ayam Penyet Suroboyo, Rasakan Bedanya

12

RESEP Pindang Ikan

13

ASRI Rumah Adat itu Masih Be rta ha n

14-15

Pemimpin Umum: Bambang Eka Wijaya. Wakil Pemimpin Umum: Djadjat Sudradjat. Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Gaudensius Suhardi. Wakil Pemimpin Redaksi: Iskandar Zulkarnain. Pemimpin Perusahaan: Prianto A. Suryono. Dewan Redaksi Media Group: Saur M. Hutabarat (Ketua), Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudradjat, Elman Saragih, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Suryopratomo, Toeti Adhitama, Usman Kansong. Redaktur Pelaksana: Iskak Susanto. Kepala Divisi Percetakan: Kresna Murti. Sekretaris Redaksi: M. Natsir. Asisten Redaktur Pelaksana: D. Widodo, Umar Bakti Redaktur: Hesma Eryani, Lukman Hakim, Muharam Chandra Lugina, Musta’an Basran, Nova Lidarni, Sri Agustina, Sudarmono, Trihadi Joko, Wiwik Hastuti, Zulkarnain Zubairi. Asisten Redaktur: Abdul Gofur, Aris Susanto, Isnovan Djamaludin, Iyar Jarkasih, Fadli Ramdan, Rinda Mulyani, Rizki Elinda Sary, Sri Wahyuni, Sony Elwina Asrap, Susilowati, Vera Aglisa. Liputan Bandar Lampung: Agus Hermanto, Ahmad Amri, Delima Napitupulu, Fathul Mu’in, Ricky P. Marly, Meza Swastika, Karlina April Sita, Surya Bakara, Wandi Barboy. LAMPOST.CO Redaktur: Kristianto. Asisten Redaktur: Adian Saputra, Sulaiman. CONTENT ENRICHMENT Bahasa: Wiji Sukamto (Asisten Redaktur), Chairil, Kurniawan, Aldianta. Foto: Hendrivan Gumay (Asisten Redaktur), Ikhsan Dwi Satrio, Zainuddin. Dokumentasi dan Perpustakaan: Syaifulloh (Asisten Redaktur), Yuli Apriyanti. Desain Grafis Redaktur: DP. Raharjo, Dedi Kuspendi. Asisten Redaktur: Sugeng Riyadi, Sumaryono. Biro Wilayah Utara (Lampung Utara, Way Kanan, Lampung Barat): Mat Saleh (Kabiro), Aripsah, Buchairi Aidi, Eliyah, Hari Supriyono, Hendri Rosadi, Yudhi Hardiyanto. Biro Wilayah Tengah (Lampung Tengah, Metro, Lampung Timur): Chairuddin (Kabiro), Agus Chandra, Agus Susanto, Andika Suhendra, Djoni Hartawan Jaya, Ikhwanuddin, M. Lutfi, M. Wahyuning Pamungkas, Sudirman, Suprayogi. Biro Wilayah Timur (Tulangbawang, Mesuji, Tulangbawang Barat): Juan Santoso Situmeang (Kabiro), Merwan, M. Guntur Taruna, Rian Pranata. Biro Wilayah Barat (Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran): Sayuti (Kabiro), Abu Umarly, Erlian, Mif Sulaiman, Widodo, Heru Zulkarnain, Sudiono. Biro Wilayah Selatan (Lampung Selatan): Herwansyah (Kabiro), Aan Kridolaksono, Juwantoro, Usdiman Genti. Kepala Departemen Marcomm: Amiruddin Sormin. Senior Account Manager Jakarta: Pinta R Damanik. Senior Account Manager Lampung: Syarifudin Account Manager Lampung: Edy Haryanto. Manager Sirkulasi: Indra Sutaryoto. Manager Keuangan & Akunting: Rosmawati Harahap. Harga: Eceran per eksemplar Rp3.000 Langganan per bulan Rp75.000 (luar kota + ongkos kirim). Alamat Redaksi dan Pemasaran: Jl. Soekarno Hatta No.108, Rajabasa, Bandar Lampung, Telp: (0721) 783693 (hunting), 773888 (redaksi). Faks: (0721) 783578 (redaksi), 783598 (usaha). http://www.lampungpost.com e-mail: redaksi@lampungpost.co.id, redaksilampost@yahoo. com. Kantor Pembantu Sirkulasi dan Iklan: Gedung PWI: Jl. A.Yani No.7 Bandar Lampung, Telp: (0721) 255149, 264074. Jakarta: Gedung Media Indonesia, Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp: (021) 5812088 (hunting), 5812107, Faks: (021) 5812113. Penerbit: PT Masa Kini Mandiri. SIUPP: SK Menpen RI No.150/Menpen/SIUPP/A.7/1986 15 April 1986. Percetakan: PT Masa Kini Mandiri, Jl. Soekarno - Hatta No. 108, Rajabasa, Bandar Lampung Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan. DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK, WARTAWAN LAMPUNG POST DILENGKAPI KARTU PERS DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU MEMINTA IMBALAN DENGAN ALASAN APA PUN.


3 19 September 2013

ekraf

Tabik Pun

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Ukiran Lampung

Harus Dilestarikan

P

ENGEMBANGAN seni ukiran Lampung perlu dilakukan. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung saat ini gencar melestarikan dan mengembangkan seni ukiran berornamen Lampung yang lebih menarik. Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P., beberapa hari lalu, menjelaskan pihaknya sudah melakukan banyak hal untuk mengembangkan ukiran Lampung agar bisa dikenal dunia luar. Untuk itu, kita juga berharap agar kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Lampung dapat ikut mengembangkan ukiran khas Lampung. Pemprov Lampung saat ini memang banyak menangani bermacam-macam kesenian dan kebudayaan, salah satunya seni ukiran Lampung. Bahkan, terdapat anggaran yang setiap tahunnya digulirkan untuk upaya pelestarian budaya tersebut. Fungsinya sebagai anggaran pembinaan dan bantuan bagi perajin maupun pemasarannya. “Saya mengirim setiap tahunnya anggaran itu, soal teknis coba tanya ke Koperindag,” kata Sjachroedin. Di Bandar Lampung, pengembangan kerajinan seni ukir dalam bentuk suvenir, hiasan dinding, dan mebel dilakoni Agus Suprayoga yang membuka usaha di Jalan Imam Bonjol No. 46, Langkapura. Gubernur mengakui Agus adalah salah satu perajin binaan Pemrov Lampung dalam

pengembangan seni budaya. Bahkan, untuk itu Pemprov sudah memberikan apresiasi bagi perajin yang peduli dalam pengembangan seni dan budaya Lampung agar makin dikenal oleh dunia luar. “Intinya, kami akan perhatikan dan memberikan pembinaan. Bukan hanya seni ukir, melainkan pengembangan seni dan budaya Lampung lainnya,” kata dia. Sebelumnya, Sjachroedin mengatakan Lampung memiliki keindahaan dan kekayaan alam, seni, dan budaya yang memesona. Untuk itu, saya yakin adat, seni, dan budaya dapat menjadi kebanggaan dan identitas masyarakat Lampung. Saya sangat berharap Lampung menjadi destinasi utama pariwisata nasional maupun mancanegara. Karena keindahan dan kekayaan alam, seni, dan budaya yang dimiliki Lampung tidak kalah dengan daerah lainnya. Pariwisata, seni, dan budaya Lampung diharapkan menjadi sektor primer dalam peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ke depan, pembangunan pariwisata tidak saja memberikan nilai lebih secara ekonomis bagi masyarakat dan pelaku usah pariwisata. Namun, adat, seni, dan budaya menjadi kebanggaan dan identitas masyarakat Lampung. Gubernur menargetkan kegiatan budaya Lampung menjadi kegiatan yang

berskala internasional dengan meningkatkan kualitas atraksi. Tampilan budaya yang laik jual dan berdaya saing sehingga ekegiatan budaya Lampung menjadi wahana apresiasi dan kreasi masyarakat dalam pengembangan budaya. Setiap pelaksanaan event-event budaya tersebut saya sangat berharap hasil kerajinan Lampung, seperti karya ukir perajin-perajin Sai Bumi Ruwa Jurai dapat diperkenalkan atau diprpmosikan. Dengan demikian, akan makin banyak hasil karya putra-putri Lampung yang dikenal dunia internasional selain tapis dan sulaman usus. Hal itu akan menjadi sarana positif dalam pencitraan budaya Lampung dalam tataran nasional maupun internasional. Dengan hadirnya tabloid Ekraf Lampost, saya sangat berharap dunia seni, budaya, sastra, dan pariwisata Lampung bangkit. Apalagi, saat ini sudah ada media promosi yang diprakarsai Lampung Post, sebagai media harian yang sudah memiliki nama di Lampung dan nasional. Saya berharap pula dengan hadirnya Ekraf ke tangan masyarakat Lampung, masyarakat makin mengenal seni, budaya, sastra, dan pariwisata Lampung secara utuh dan menyeluruh. Hingga pada akhirnya, budaya dan pariwisata Lampung sejajar, melebihi budaya daerah lain di Indonesia dan juga dikenal di dunia internasional. (KARLINA APRIMSYTA/KRAF)


4 19 September 2013

ekraf

Info

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Pelestarian Budaya Lampung

Maksimalkan Fungsi Taman Budaya B

ANYAK hal yang bisa dijual di Taman Budaya Lampung dalam melestarikan budaya Lampung. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung Masri Yahya menjelaskan banyak jadwal pertunjukan yang kurang terekspos dari Taman Budaya. Untuk itu, dia ingin merevitalisasi melalui pertunjukan setiap bu-

Masri Yahya lannya agar Taman Budaya dapat dimaksimalkan kembali fungsinya. “Harapan kami, TBL (Taman Budaya Lampung) bisa hidup seperti Taman Ismail Marzuki di Jakarta,” kata dia. Menurut dia, budaya Lampung itu sudah ada kepakemannya, hanya tinggal bagaimana kita menggali dan mengenalkan pada masyarakat luas serta mempromosikannya. Banyak fasilitas daerah yang bisa dimanfaatkan untuk melestarikan budaya itu. Selain TBL, juga ada Museum Lampung yang saat ini juga perlu dikembangkan. Pelestarian budaya yang saat ini menjadi fokus Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Lampung pada tiga unsur, yaitu seni musik, seni tari, dan seni sastra Lampung. Pelestarian budaya itu beberapa waktu lalu sudah ditonjolkan melalui beberapa event nasional maupun lokal. Masri mencontohkan saat parade nusantara di Jakarta, kontingen Lampung memperoleh 10 besar penampilan terbaik. “Artinya, dari situ terlihat orang luar sudah mengetahui dan menghargai budaya Lampung. Sekarang kita mulai kembangkan satu per satu, seni tari, seni musik, dan sastra,” kata dia. Menurut dia, beberapa sanggar sudah mulai dihidupkan kembali. Se perti pada seni musik yang fokus utamanya p a d a pengembangan musik gamolan dan gambus. Bahkan, sekarang gamolan sudah dipelajari di luar negeri (Australia) dan telah dibuat bukunya oleh Wayan Mocoh. Di perguruan tinggi pun saat ini rajin sekali mengadakan workshop maupun pelatihan gamolan. Bahkan, beberapa kali tim gamolan Lampung tampil di TMII Jakarta. Selain itu, permintaan dari luar untuk mempelajari gamolan tinggi. Hal ini harus disambut baik, salah satunya mengaktifkan Taman Budaya dengan kegiatan itu. Kemudian, ada inovasi agar seni gamolan dan gambus diterima semua kalangan, yaitu dengan mengolaborasikan dengan

musik jazz yang beberapa kali event-nya telah digelar, seperti pada saat pesta rakyat di lapangan Korpri, Bandar Lampung, bulan lalu. Musik itu juga ditampilkan pada Lampung Fair di Bandar Lampung dengan konsep Jazz and Gamolan On The Streat. Selain itu, pengembangan seni tari juga dilakukan dengan dua konsep, yaitu pemurnian tari Lampung dan kreasi tari Lampung. Pemurnian tari Lampung dilakukan agar jangan sampai kita kehilangan tari Lampung yang asli. Masri juga mengatakan Lampung menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra, baik sastra berbahasa Indonesia maupun sastra berbahasa Lampung. Hal itu yang menjadikan seni sastra harus terus dikembangkan di Negeri Seribu Penyair ini. Konsep ‘Coffee Walk’ Mengadopsi konsep tea walk di Puncak, para wisatawan dapat menikmati teh segar setelah dipetik langsung dari kebunnya, Disbudpar juga berharap Lampung berminat untuk mengembangkan hal itu. Menurut Masri, kopi telah dikenal seantero negeri, tidak ada salahnya, komoditas itu dapat dijadikan produk wisata. Dia menjelaskan bila kita cerdas mengemasnya menjadi produk wisata, konsep coffee walk ini dapat dijual pada masyarakat luar. Apalagi jalan menuju kebun kopi di Lampung masih banyak desadesa yang dilalui. Hal itu dapat mempertahankan budayanya. Dengan konsep itu, tidak hanya konsep coffee walk saja yang bisa dijual, tetapi budaya Lampung dapat sekaligus dilestarikan dan ditunjukkan. (KARLINA APRIMSYTA/KRAF)

Objek Wisata di Lampung PROVINSI Lampung diresmikan menjadi salah satu provinsi di Indonesia pada 18 Maret 1964 dengan ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964, yang kemudian menjadi salah satu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964. Sebelum diresmikan sebagai provinsi, Lampung merupakan sebuah karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Jenis tempat wisata yang dapat dikunjungi di Lampung adalah wisata budaya yang ada di beberapa kampung tua yang terletak di Batubrak, Sukau, Liwa, Kembahang, Kenali, Ranau, dan Krui di Lampung Barat, serta Festival Sekura yang hanya diadakan dalam seminggu setelah Idulfitri di Lampung Barat. Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Telukstabas di Lampung Barat, Festival Way Kambas di Lampung Timur. Selain itu, terdapat juga Begawi Adat Kota Bandar Lampung dan wisata Gunung Anak Krakatau di Lampung Selatan. 

Daftar Objek Wisata di Kabupaten Pesawaran 1. Pantai Cuku Upas - Desa Gebang, Padangcermin 2. Pantai Sekar Wana - Sukajaya lempasing, Padangcermin 3. THR Ringgung (akses ke Pulau Tegal) Sidodadi, Padangcermin 4. Pantai Mutun (akses ke Pulau Tangkil) Sukajaya Lempasing, Padangcermin 5. Pantai Kelapa Rapat - Desa Gebang, Padangcermin 6. Air Terjun Kembar - Wates Way Ratai, Padangcermin 7. Air Terjun Ciupang (Muara) - Wates Way Ratai, Padangcermin 8. Air Terjun Gunung Minggu - Desa Hurun, Padangcermin 9. Air Terjun Abah Uban - Desa Hurun, Padangcermin 10. Tahura Wan Abdurrahman - Padangcermin 11. Pulau Umang-umang - Padangcermin 12. Pulau Tangkil - Padangcermin 13. Pulau Seserot - Padangcermin 14. Pulau Pahawang Lunik - Padangcermin 15. Pulau Tegal - Padangcermin 16. Pulau Maitem – Gebang, Padangcermin 17. Pulau Pahawang - Padangcermin 18. Pantai Pancur Permai - Sukarame, Punduhpidada 19. Pulau Legundi - Punduhpidada 20. Pulau Balak - Pagarjaya, Punduhpidada 21. Lunik Resort - Punduhpidada 22. Air Terjun Gunung Tanjung - Margidadi, Punduhpidada

Objek Wisata Kabupaten Lampung Tengah Air terjun Curug Tujuh di Kecamatan Padangratu Danau Bekri di kecamatan Seputihmataram Taman rekreasi Tirta Gangga di Kecamatan Seputihbanyak Gua Maria di Kecamatan Seputihmataram.


5 19 September 2013

ekraf

Tradisi

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemkab. Lampung Barat

Festival Skala Brak

Wisata Budaya Lampung Barat F

ESTIVAL Teluk Stabas, sekarang Festival Skala Brak, adalah event tahunan yang diadakan di Lampung Barat. Nama Teluk Stabas diambil dari salah satu kawasan teluk di Krui—Lambar yang menjadi tempat berlabuh kapal Belanda dan asing sejak zaman dulu sehingga terus digunakan namanya karena telah dikenal kalangan dunia internasional. Kegiatan ini diselenggarakan dengan tujuan mempromosikan potensi wisata Lambar yang sekaligus menjadi objek wisata unggulan daerah Lampung. Pembukaan festival ini biasanya dimulai dengan atraksi tari sekura (topeng) dan gelar budaya dari 17 kecamatan se-Lampung Barat. Di tengah acara juga ada atraksi paramotor di udara sekitar lapangan itu, termasuk kehadiran belasan turis asing yang ikut menari topeng. Seperti pada Festival Teluk Stabas ke-10, belasan turis asing dari Australia dan Kanada yang sedang melakukan aktivitas selancar di Tanjungsetia ikut menari topeng bersama Gubernur Lampung Sjachroedin, beserta pejabat sipil dan TNI. Namun, saat ini wilayah laut Lambar telah dimekarkan dan seluruhnya masuk ke Kabupaten Pesisir Barat. Karena itu, Festival Teluk Stabas yang selama ini identik dengan kegiatan promosi wisata dan budaya ditiadakan dan diganti dengan nama Festival Skala Brak. “Mulai 2014, Skala Brak akan kami

 EKRAF/DOKUMENTASI

Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri (peci hitam) memukul alat musik tradisional gamolan sebagai tanda dimulainya Festival Teluk Stabas.

munculkan sebagai ajang promosi wisata dan budaya yang dikemas dengan nama Festival Skala Brak. Festival Skala Brak ini menggantikan Festival Teluk Stabas,” kata Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri, Selasa (20-8). Menurut Mukhlis, penggantian Festival Teluk Stabas menjadi Festival Skala Brak itu karena Lampung Barat kini tidak punya wilayah laut lagi. Karena itu, semua kegiatan promosi wisata harus menyesuaikan dengan Kirab Budaya Festival Teluk Stabas. kondisi yang ada. “Lampung Barat punya banyak budaya Dalam festival budaya Skala Brak, Ujang dan objek wisata, seperti keramat dan sebamengatakan salah satunya adalah megainya, yang bisa dimunculkan,” kata Mukhlis munculkan kegiatan sidang adat. Melalui di sela-sela peringatan HUT RI di Liwa. kegiatan sidang adat atau urun rembuk budaya Skala Brak itu, kata Ujang, nantinya Pada 2013, karena Pesisir Barat masih kita dapat mencari masukan tentang pembergabung, Festival Teluk Stabas tetap dibangunan. Sebab, dalam sidang adat itu, adakan. Di sisi lain, Kepala Dinas Pariwisata masing-masing tokoh adat nantinya dapat dan Budaya Lampung Barat Ujang Misron menyampaikan berbagai usulan yang dapat mengatakan selain Festival Skala Brak, menjadi bahan pertimbangan ke depan. pengembangan potensi wisata dan budaya (LUKMAN HAKIM/ELIYAH/KRAF)� pihaknya mengangkat budaya sekura.

 EKRAF/DOKUMENTASI


CMYK 6 19 September 2013

ekraf

Repcil

Yuk, Kita Jadi ‘Little Chef’ di Rose Bread

 EKRAF/IKHSAN D.S

Reporter Cilik Lampung Post/Ekraf sedang membuat roti

 Reporter Cilik ‘Lampung Post’ Firstantya Aulia Rachma Tyas Maulana, M. Fadhilan Hirzi Hadizar, Salsabila Keisha Faqihdina, dan Zahra Ramadhani Fatwa dari SD Ar-Raudah

T

EMAN-TEMAN, siapa yang sudah bisa membuat kue. Kami dari reporter cilik (repcil) Lampung Post/Ekraf mengajak teman-teman untuk membuat roti di Rose Bread. Wih... pasti seru lo. Waktu sampai di Toko Roti Rose Bread, Rabu (4-9), kami langsung dibawa ke dapur pembuatan roti. Di toko roti yang terletak di Jalan Z.A. Pagaralam itu, kami diajarkan menjadi little chef!. Ada empat jenis roti yang diajarkan Kepala Chef Rose Bread Kak Abri Santoso kepada kami berempat. Pertama, roti isi cokelat, terus roti toping sosis, roti isi pisang, dan roti isi keju. Nah, teman-teman mau tahu bagaimana proses membuat roti ini? Kak Abri menjelaskan kunci roti dan kue sehat adalah kebersihan. “Kenapa harus pakai mikser juga, Kak,” tanya kami. “Agar air liur, batuk, atau bersinnya tidak kena ke kue. Ini untuk menjaga kue bersih dan sehat,” kata Kak Abri. Setelah mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan khusus, baru deh tugas little chef dimulai. Pemilik Toko Rose Bread Pak Mindo Tampubolon mengatakan roti-roti di Rose Bread tidak menggunakan bahan pengawet. Oleh sebab itu, roti-roti ini tidak dimasak sekaligus untuk satu hari. Para koki memasak roti dalam tiga waktu, yaitu pagi, siang, dan sore hari. Roti yang dimasak pagi habis dijual untuk siang, roti siang untuk sore, dan

roti yang dimasak sore hari habis dijual untuk malam hari. “Lebih dari dua hari, roto-roti itu dibuang,” kata Pak Mindo. Wah, sayang ya teman-teman kalau sampai dibuang. Kami pun mulai membuat adonan. Ambil adonan bulat yang sudah ditimbang, pipihkan, masukkan isi roti, dan bentuk menjadi bunga, kepang, serta toping sosis. Wuih, panas juga ya bekerja di dapur, tetapi asyik, dapurnya penuh dengan aroma roti, hmmmm, sedap.... Usai membentuk adonan, roti-roti mentah ini diletakkan di loyang dan dimasukkan terlebih dahulu ke lemari pengembang. Lemari ini memiliki suhu khusus, yaitu 70—80 derajat Celsius. Agar mengembang sempurna, adonan didiamkan selama dua jam. Baru setelah itu dipanggang di lemari pemanggangan. Suhunya cukup tinggi lo, yaitu suhu atas 178 derajat Celsius dan suhu bawahnya 195 derajat Celsius. Cuma butuh waktu 9 menit untuk mematangkan roti-roti sehat ini. Hore! Roti-roti buatan kami sudah matang. Hmmm, a r o m a n ya s e d a p , bentuknya mantap! Makan yuk! (RINDA MULYANI/KRAF)

CMYK


7 19 September 2013

ekraf

Galeri

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Kursi Ukiran Lampung Harga Konfirmasi

Hiasan Dinding Relief Lampung

Hiasan Dinding Ukiran Lampung

Harga Konfirmasi

Harga Konfirmasi


CMYK 8 19 September 2013

ekraf

Corak

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Sebuah Terobosan Perajin Seni Ukiran Lampung

D

I Lampung dapat dilihat bahwa tidak banyak perajin yang percaya diri untuk melakukan sebuah terobosan baru, seperti mengembangkan ukiran bermotif khas Lampung. Agus Suprayoga merupakan salah satu perajin dan pengusaha ukiran khas Lampung yang melakukan banyak hal dan terobosan agar karya seni dan kerajinan asal Lampung mampu sejajar dengan ukiran dari Pulau Jawa, misalnya, ukiran Jepara yang sudah sangat dikenal. Agus mengakui sangat kagum dengan hasil seni dan budaya Lampung. Setelah mengamati motif pada kain tapis yang sangat indah, unik, dan etnik, dia pun mencoba menerapkan ilmu yang dia dapat dari SMK Negeri 5 Bandar Lampung dalam sebuah karya seni ukir yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Dia pun mencoba mencari banyak bahan literatur untuk mempelajari soal motif berornamen Lampung. Namun, minimnya literatur tentang hal itu membuat Agus harus lebih banyak menggali kepada tokoh-tokoh, tetua adat, dan mencari tahu banyak hal tentang seni budaya Lampung tempo dulu. Hasilnya diimplementasikannya dalam sebuah karya seni ukir yang ternyata sangat indah dan mengagumkan. “Saya hanya ingin seni kerajinan Lampung makin dikenal orang, salah satunya ukiran Lampung yang saya lihat sangat unik dan tidak kalah dengan ukiran Jepara. Namun, harus saya akui, memang masih sangat sedikit orang yang memikirkan hal itu,” kata dia kepada Ekraf, Sabtu (7-9). Padahal, kata Agus, dia yang terlahir dari ayah bersuku Jawa dan ibu berasal dari Komering, Sumatera Selatan, tidak memudarkan minatnya untuk mempelajari seni dan budaya

 EKRAF/IKHSAN D.S

Bartender ukiran Lampung dan kursi tamu kreasi Agus Suprayoga.

Lampung. Bukti cintanya kepada Tanah Lada ini, Agus pun membangun rumah adat dengan ornamen ukiran khas Lampung di Jalan Imam Bonjol No. 48, Langkapura. “Rumah ini akan saya jadikan seperti museum yang akan dilengkapi dengan perpustakaan yang menjelaskan tentang seni, budaya, dan kerajinan Lampung. Selain itu, saya ingin agar warga yang ingin melihat rumah adat Lampung modern tidak hanya di kampungkampung, tetapi di tengah Kota Bandar Lampung juga ada,” kata dia. Dalam membuat ukiran Lampung, Agus memang tidak hanya dengan bermodal nekad. Selain mendatangi kampung-kampung yang masih banyak meninggalkan jejak karya ukir Lampung, dia juga banyak belajar dengan tokoh-tokoh Lampung, seperti Mawardi Harirama dan Marwansyah Warganegera. Bahkan, selepas dari pendidikannya di SMK Negeri 5 Bandar Lampung,

CMYK

pria kelahiran Gedungwani, Lampung Timur, 10 April 1979 itu menyempatkan diri magang di Pulau Jawa (Jepara) selama hampir satu tahun. Pulang dari magang, dia pun memberanikan diri membuka usaha mebel berupa seni ukir berornamen Lampung dengan mengajak lebih dari 20 karyawannya. “Saat ini memang karyawan saya berkurang. Selain memang ada karyawan yang membuka usaha sendiri, penjualan ukiran Lampung saat ini sedikit berkurang. Namun, saya terus memproduksi ukiran Lampung, baik itu berupa kursi tamu atau perabotan rumah tangga lainnya,” kata ayah dua anak itu. (LUKMAN HAKIM/KRAF)


9 19 September 2013

ekraf

Corak

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Ukiran Lampung

Perlu Promosi

dari Pemda

S

ENI kriya dengan ciri ornamen khas Lampung saat ini memang masih perlu dipromosikan dan dikembangkan dengan mengikutkan seniman dan berbagai instansi teknis terkait. Bentuk ukiran ornamen khas Lampung cukup variatif dan indah dengan nuansa seni setelah digubah dan dapat diaplikasikan, sehingga bisa menghasilkan bendabenda seni sekaligus hiasan dinding, misalnya tapis, batik, kotak tisu, tempat perhiasan, asbak, hiasan dinding, kursi, dan pagar. Mencuplik ornamen-ornamen Lampung yang ada dan mengaplikasikan pada benda-benda yang akrab sekaligus berfungsi dalam keseharian merupakan salah satu langkah strategis dan tepat memperkenalkan, menumbuhkembangkan, sekaligus melestarikan kebudayaan Lampung. Harus diakui, kini memang belum banyak perajin ukiran berornamen Lampung.

Untuk itu, memang dibutuhkan adanya peran pemerintah daerah untuk terus mempromosikan dan mengembangkannya. Misalnya saja dengan membina perajin ukiran untuk membuat cendera mata khas Lampung. “Saya akui, memang Pak Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. sangat mendukung saya untuk terus mengembangkan ukiran Lampung ini,” kata Agus Prayoga. Namun, dia meminta adanya peran besar dari pemerintah daerah untuk ikut membantu mengembangkan seni ukiran Lampung, misalnya dengan mengajak perajin seperti dia dalam pameran-pameran nasional dan internasional. “Sebab, saya ingin ukiran Lampung dapat dikenal di dunia, seperti kain tapis. Saya ingin ukiran Lampung dapat sejajar dengan ukiran dari Bali dan Jepara yang memang sudah mendunia,” kata dia. (LUKMAN HAKIM/KRAF)

BIODATA Nama : Agus Suprayoga Lahir

: Gedungwani, Lamtim, 10 April 1979 Pekerjaan : Pengusaha mebel, perajin ukiran Lampung Pendidikan : SMK Negeri 5 Bandar Lampung Istri : Yulidawati Anak : 1. M. Faturrahman (5) 2. Fawwaz Nadira Ayah : Sigit Dwi Admadi Ibu : Idawati Penghargaan : UKM Produktivitas 2008 dari Gubernur Lampung


CMYK 10 19 September 2013

ekraf

Wisata

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemkab. Pesawaran

Berpetualang di Air Terjun Wiyono

 EKRAF/DOKUMENTASI

Suasana alam Air Terjun Wiyono.

P

ESAWARAN memang merupakan kabupaten yang dapat dikatakan baru dikembangkan. Namun, kabupaten ini ternyata menyimpan segudang

potensi pariwisata, salah satunya Air Terjun Wiyono. Bagi Anda yang memiliki jiwa petualang, keberadaan kawasan wisata Air Terjun Wiyono bisa

CMYK

menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Wisata Air Terjun Wiyono terletak di Desa Wiyono, Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran, lokasinya sekitar 30 kilometer dari Bandar Lampung. Air terjun ini sering dikunjungi warga, baik dari Lampung maupun luar Lampung, khususnya pelajar yang melakukan perkemahan di sekitar air terjun. Tempat ini adalah lokasi yang bisa menjadi tujuan wisata petualangan yang menarik untuk Anda sekeluarga. Pemerintah daerah berencana mengembangkan potensi Air Terjun Wiyono berbasis komunitas. Dengan demikian, keberadaan kawasan itu dapat meningkatkan daya tarik pariwisata dan melibatkan berbagai pihak di daerah tersebut.

Berbasis komunitas, semua pihak terkait harus memiliki kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan pengembangan objek wisata alam ini. Bagi Anda yang hobi berkemah, tempat ini sangat cocok disinggahi. Selain alamnya masih sangat alami, udaranya juga sangat sejuk. Namun, memang dibutuhkan adanya peran pemerintah daerah untuk membuat akses menuju kawasan wisata itu agar lebih nyaman. Selain Air Terjun Wiyono, ada juga air terjun dan dinding batu yang lokasinya berada Dusun Lubukbakak, Desa Padangcermin, Kecamatan Padangcermin. Air terjun dan dinding batu ini memiliki nuansa yang tidak kalah menariknya untuk dikunjungi. (LUKMAN HAKIM/DBS/KRAF)


11 19 September 2013

ekraf

Wisata

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemkab. Pesawaran

Panorama Hutan Pegunungan

 EKRAF/DOKUMENTASI

Suasana alam Air Terjun Wiyono.

KONDISI alam Air Terjun Wiyono memang masih asri, dengan panorama hutan pegunungan di antara pemukiman penduduk. Sesampainya di lokasi objek wisata, pengunjung melewati perkampungan warga setempat. Ada jalan batu agak menanjak yang biasa digunakan warga. Jalan ini satu-satunya ruas jalan untuk bisa mencapai tujuan wisata ini. Air terjun dan dinding batu di Lubukbakak itu merupakan aliran sungai yang bermuara dari hutan register di atasnya. Sepanjang sungai terdapat bebatuan dan pepohonan khas hutan tropis. Berbagai jenis hewan darat dan sungai sewaktu-waktu dapat dijumpai di sini. Celah dinding batu itu tingginya mencapai puluhan meter, terbelah oleh aliran sungai yang terus mengalir di antara bebatuan pegunungan. Proses pembentukan dinding batu ini tidak ada warga setempat yang mengetahuinya. Sebab, celah itu terbentuk sendirinya sebelum mereka menempati dusun tersebut. Namun, diperkirakan celah dinding batu terjadi akibat rekahan tanah pegunungan maupun arus air yang terus-menerus mengalir. Nah, jika Anda datang ke Kabupaten Pesawaran bertanya tempat favorit, mereka pastilah mengatakan kawasan pantai yang airnya jernih, berpasir putih bersih, dan pulau-pulau kecil yang menawan. Kemudian, panorama bawah laut yang indah atau berbagai objek dan daya tarik wisata alam, salah satunya Tahura Wan Abdul Rahman dengan air terjunnya sebagai ekowisata andalan Kabupaten Pesawaran menuju wisata dunia. (KRAF) Lokasi: Terletak di Desa Kebagusan, Kecamatan Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.


12 19 September 2013

ekraf

Santap

Ayam Penyet Suroboyo, Rasakan Bedanya

ď Ž EKRAF/SRI AGUSTINA

Beragam menu ayam penyet Soroboyo

MENIKMATI kuliner di Bandar Lampung saat ini tidak perlu khawatir karena tersedia beragam jenis menu yang bisa disantap. Bagi penyuka kuliner, bisa merasakan sajian khas arek Suroboyo, yakni Ayam Penyet Surabaya. Hadir di Bandar Lampung pada akhir Juli lalu, Ayam Penyet Surabaya langsung mendapat respons dari masyarakat. Yang membedakan dengan ayam penyet lainnya, selain menggunakan ayam kampung, adalah sambalnya. Sambal bawang cabai hijau plus ayam goreng keremes dan tahu goreng menjadi paket ayam Penyet Surabaya ini. Tidak lupa lalapan dan nasi putih tentunya. Untuk ayam bakar penyetnya, paduannya adalah sambal terasi yang sedikit berbeda dengan sambal terasi asal Bumi Ruwa Jurai. Ya, sambalnya tidak banyak menggunakan terasi dan ada campuran bawang yang membuat terasa berbeda dengan yang lain. Ayam penyet yang dibanderol per paketnya Rp22 ribu ini bisa ditemani dengan menu lainnya, seperti oseng tempe cabai hijau, balado petai, ikan asin jambal, cah kangkung, mi goreng, dan sup ceker yang bakal menggoyang lidah. Jika kurang suka dengan ayam, tersedia

juga lele penyet yang tidak kalah maknyus. Solihin, pengelola Ayam Penyet Surabaya, di Jalan Tulangbawang, depan SMA/SMK Arjuna, Bandar Lampung, kemarin (29-8), mengatakan kehadiran kedai dari Surabaya ini memang untuk memberikan khazanah kuliner di Bumi Lampung. “Di Lampung merupakan cabang ke-23 dan hadir untuk meramaikan sajian kuliner di sini karena memang banyak penggemarnya,� ujar dia. Soal kehalalan menu satu ini, menurut Solihin, tidak perlu diragukan lagi karena grup Wong Solo ini mengusung halalan toyiban. Pihaknya juga menerima pesanan dan siap diantar ke alamat pemesan tanpa dikenakan ongkos kirim. Untuk aneka minuman, tersedia aneka jus, teh, dan lemon tea. Kedai Ayam Penyet Surabaya yang menyediakan prasmanan maupun lesehan mampu menampung pengunjung hingga 150 orang, juga menerima paket acara, seperti arisan maupun pertemuan lainnya. Nah, penasaran dengan menu satu ini, singgahlah ke Jalan Tulangbawang, Bandar Lampung, dan rasakan bedanya. (SRI AGUSTINA/KRAF)


13 19 September 2013

P

ekraf

Resep

indang Ikan

Cara Membuat Pindang Ikan Lampung

J

ika Anda berkesempatan datang ke Lampung, tak lengkap rasanya jika tidak berburu kuliner khas berupa masakan pindang. Lampung yang bersebelahan langsung dengan Palembang menjadikan kota ini kaya akan kuliner khas Lampung-Palembang. Kebanyakan warung makan pindang di Lampung menyajikan pindang dengan dua pilihan rasa, yakni kuah polos dan kuah tempoyak. Bagi penyuka tempoyak, durian fermentasi, menyantap pindang belum lengkap rasanya jika tidak dicampur dengan tempoyak, di samping bumbu lain. Namun, jangan khawatir, ada juga warung makan yang hanya menyajikan pindang dengan kuah polos, tetapi melengkapinya dengan tempoyak. Jadi, pengunjung mencampur sendiri tempoyak. Ada yang mencampurkannya dalam kuah pindang, ada pula yang mencampurkan dan mengaduknya ke sambal terasi, sehingga bagi Anda yang kurang sreg dengan rasa tempoyak tidak perlu ragu menyantap pindang. (LUKMAN HAKIM/KRAF)

Bahan: - 500 gr ikan gabus segar, potong-potong - 3 buah cabai merah, potong-potong - 2 buah tomat, potong-potong - 2 batang serai, memarkan - 2 cm lengkuas, memarkan - 2 lbr daun salam - 4 lbr daun jeruk, potong-potong - 500 ml air - 1/2 sdm garam - 1/2 sdt merica bubuk Haluskan: - 6 siung bawang merah - 3 cm kunyit - 3 siung bawang putih Cara membuat: Tumis bumbu halus, cabai merah, tomat, serai, lengkuas, daun salam, dan daun jeruk hingga harum. Masukkan ikan, aduk hingga berubah warna, tambahkan air, garam, dan merica. Setelah matang, angkat, lalu hidangkan panas-panas. Hidangkan untuk empat orang.


CMYK 14 19 September 2013

ekraf

Asri

Rumah Adat itu Masih

B ertah a n

 EKRAF/INSAN

Tampak depan lamban di Negeri Olokgading.

K

 EKRAF/INSAN

EBERADAAN rumah adat tradisional Lampung atau disebut juga lamban adat seakan hilang tergerus perkembangan zaman. Namun, hal itu tidak dengan eksistensi rumah adat di salah satu keluarga di Kelurahan Negeri Olokgading yang masih mempertahankan bangunan khas negeri Bumi Ruwa Jurai tersebut. Sami A. Runjung bin Muhammad Ali menjadi salah satu kepala keluarga dari angkatan kelima penghuni salah satu rumah adat di Jalan Dr. Setiabudi No. 121, Kecamatan Telukbetung Barat, ini. Akan Runjung alias Ayah Runjung sapaan pemilik rumah tersebut menjelaskan rumah adat ini pada awalnya pernah hancur karena letusan Gunung Krakatau pada 1883 silam. Namun, pada 1890 dibangun kembali. “Bentuk fondasi awalnya masih terbentuk, generesi nenek moyang kami itu membangun lagi rumah dari bodi-bodi pinggir hingga keseluruhannya dengan menggunakan kayu dan balok yang sama. Banyak

kayu diganti, tetapi atap, plafon, dan genting masih sama seperti rumah ini saat awal dibangun. Modelnya disamakan dengan model sebelum rumah ini digulung abu panas Krakatau,” kata dia. Sejak dibangun kembali, Akan Runjung mengatakan sudah lima generasi yang mendiami rumah ini. Mulai dari generasi pertama Haji Jusuf Ratu bin Pangeran Bingamaratu, kemudian beralih kepada anaknya Haji Hasan bin Haji Jusuf Ratu. Lalu, dilimpahkan kepada cucunya, Muhammad Ali Batindolom bin Haji Hasan. Selanjutnya, generasi cicitnya yang tidak lain ayah Akan Runjung, Haji Romli Hasan Putranegara bin Muhammad Ali. Akhirnya, hingga kini masih terpelihara baik oleh Akan Runjung. Saat usia senja, Akan Runjung belum tahu siapa yang akan meneruskan pemegang tanggung jawab dalam menempati dan menjaga rumah ini. Dia mengakui perawatan rumah adat ini masih mengandalkan dana dari anggota keluarga dan tidak ada bantuan dari pihak lain, termasuk dari pemerintah daerah. “Tidak ada bantuan dari Dinas Pariwisata, seperti rumah adat lain yang dapat bantuan. Kami masih swasembada sendiri dalam merawat rumah ini. Seharusnya, kami juga mendapatkan kesempatan yang sama,” kata dia. Pensiunan Kantor Penerangan Kodya Bandar Lampung ini menjelaskan faktor yang membuat rumah adat itu kokoh karena ditopang tiang penyangga dari kayu merbot. Kalau papan dan kayu-kayu penyangga rumah lainnya, setiap lima tahun sekali harus diganti. Hal itu karena selain dimakan rayap juga tergerus perubahan cuaca yang ekstrem belakangan ini. Namun, karena keterbatasan biaya dalam merawat rumah leluhur tersebut, tokoh adat yang sangat berpengaruh di lingkungannya itu mengakali bila ada kayu keropos dipotong setengah dan ditempel dengan kayu baru. Dalam nilai sejarahnya, Akan Runjung mengaku tidak tahu pasti karena sebelum menempati rumah ini, dia banyak berdomisili dan kerja di Bandung. Namun, setelah masuk masa pensiun dia meneruskan amanah orang tua menjaga rumah tersebut. (INSAN ARES/KRAF)

Teras lamban di Negeri Olokgading.

CMYK


15 19 September 2013

ekraf

Asri

Tetap Terjaga Keasriannya BILA dihadapkan pada pembangunan rumah secara modern, Akan Runjung tetap mempertahankan dan menitipkan amanah kepada anak-cucunya agar tetap melestarikan rumah adat tersebut. “Kalau di Bandung, rumah peninggalan Belanda dipertahankan penduduk dan pemerintah daerahnya, bebas dari PBB,” kata dia. Disinggung bentuk perhatian Pemerintah Provinsi Lampung maupun Kota Bandar Lampung, Akan Runjung tidak mau komentar banyak. Namun, dia melihat ada beberapa rumah adat di

 EKRAF/INSAN

Hiasan dinding salah satu rumah adat di Negeri Olokgading.

sekitar lingkungannya sudah banyak dirombak. Namun, dia meyakinkan bahwa rumah yang ditempati keluarganya tidak pernah berubah. “Tinggal beberapa yang bertahan, rumah balak itu dirombak. Bentuk asli dan asri rumahnya orang Lampung ya seperti ini,” kata dia. Ke depan, Akan Runjung berharap pemerintah daerah, terutama Dinas Pariwisata, dapat membantu dalam melestarikan rumah adat Lampung, termasuk rumah keluarganya. Dia beranggapan, rumah adat

sebagai aset pariwisata yang bisa dioptimalkan sebagai cagar budaya Lampung. “Merawat rumah adat ini sulit, kalau saya masih bisa ambil pensiunan dan diberi kemudahan pinjam uang ke bank buat merawat rumah. Namun, sampai kapan. Pemerintah harus perduli pada pelestarian rumah adat, agar budaya Lampung tidak sampai hilang. Perhatiannya cukup dengan renovasi dan memberi dana bantuan perawatan rutin pada pihak keluarga pemilik rumah,” kata Akan Runjung. (INSAN ARES/KRAF)

 EKRAF/INSAN

Ruang keluarga.

 EKRAF/INSAN

Ruang tamu.


16 19 September 2013

CMYK

ekraf

Agenda

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Festival Musik Bambu Nusantara 2013

Ajang Memperkenalkan ‘Gamolan’ Lampung

 EKRAF/DOKUMENTASI

Musisi Indonesia, Dwiki Darmawan, mengatakan bambu dianggap kaya akan filosofi.

B

AMBU sudah menjadi bagian dari hidup keseharian orang Indonesia. Mulai sebagai senjata—bambu runcing—saat perebutan kemerdekaan, sebagai alat musik, bahkan sebagai makanan. Misalnya, untuk isian kue lumpia dan sayur rebung yang dikenal sangat nikmat. Jadi, mungkin kurang tepat jika justru negara yang dianggap akrab dengan bambu adalah China. Padahal, faktanya dari 180 jenis bambu di dunia, 11 di antaranya tumbuh di Indonesia. Sayangnya, pengetahuan tentang bambu sebagai seni musik saja masih terbatas. Banyak di antara masyarakat yang hanya mengetahui bahwa alat musik bambu hanyalah angklung. Padahal, hampir setiap daerah di Indonesia punya alat musik dari bambu. Sebut saja arumba, kledik, jegok, dan sebagainya. Sementara di Lampung kita mengenal gamolan Lampung. Dua pekan lalu, di Jakarta diseleng-

garkan Festival Musik Bambu Nusantara yang tahun ini sudah diselenggarakan untuk ke tujuh kalinya. Tujuannya memperkenalkan kekayaan musik bambu di Indonesia. Musisi Indonesia, Dwiki Darmawan, mengatakan bambu dianggap kaya akan filosofi. “Bambu mengandung unsur air, angin, tanah, dan kayu. Semua terwakili oleh bambu sehingga bambu menjadi lambang keseimbangan dalam hidup,” kata Dwiki, saat Festival Musik Bambu Nusantara 2013 di Assembly Hall Jakarta Convention Center, Selasa (27-8). Tidak heran di Indonesia bambu juga sering digunakan sebagai bahan alat musik. Sayangnya, masyarakat baru mengenal angklung saja. Padahal, menurut Dwiki, masih banyak alat musik lain yang juga dibuat dari bambu. Misalnya, saja kledik, jegok, suling bambu, serunai, dan salung. “Jadi banyak banget macamnya,” ujarnya. Duta gamolan Lampung, Fajar Ramadhan Muchtar, mengatakan Festival Musik Bambu Nusantara dapat dijadikan ajang memperkenalkan gamolan Lampung ke tingkat nasional dan internasional. Apalagi, dalam kegiatan itu Lampung juga mengirimkan utusan dari Bandar Lampung dan Pringsewu. “Saya berharap Festival Musik Bambu Nusantara yang digelar setiap tahun itu bisa juga dilaksanakan di Lampung. Selain memperkenalkan musik gamolan Lampung, kita juga dapat memperkenalkan seni dan budaya Lampung lainnya,” kata dia. Untuk itu, kata dia, memang dibutuhkan adanya peranan besar dari pemerintah daerah. Karena untuk memwujudkan semua itu dibutuhkan anggaran yang cukup besar dan fasilitas yang memadai. “Mungkin, dalam kegiatan itu, bukan hanya gamolan Lampung yang dapat kami kenalkan, seni, budaya, kerajinan, dan pariwisata Lampung juga dapat dikembangkan,” ujar dia. (LUKMAN HAKIM/KRAF)

 EKRAF/DOKUMENTASI

Gamolan (alat musik bambu) asal Lampung yang perlu dilestarikan.

CMYK


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.