EKRAF, 24 April - 2014 24 mei 2014

Page 1

Pulau Pahawang, Destinasi Wisata Lampung Halaman. 10 No XI / 24 April 2014 - 24 Mei 2014

Sulaman Usus, Fashion

Lampung yang Terus Berkembang Sebuah baju sulam usus berwarna merah berhasil ­memikat hati sang Ibu Negara. Tidak pikir panjang, baju yang dibanderolnya Rp1,8 juta itu langsung dibawa ­pulang olehnya. Lukman Hakim

S

ELAMA ini, kita mungkin hanya mengenal seorang Aan Ibrahim sebagai desainer yang konsentrasi dalam pengembangan sulaman usus. Ternyata, Siti Rahayu pun turut mengembangkan sulaman usus di Lampung. Ditemui beberapa waktu lalu, Siti Rahayu, perancang busana etnik Lampung (sulaman usus dan kain tapis), mengatakan kelebihan fashion sulaman usus bisa dikatakan tidak sama satu dengan lainnya. Dia menjelaskan sulam usus merupakan seni kerajinan tangan asli Lampung yang diperkenalkan Aan Ibrahim pada 1995. Rahayu mengakui desain sulaman ususnya memang belum ada yang dihakpatenkan untuk corak dan desainnya. Namun, ke depan, lebih dari 200 desain sulaman usus dia daftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM guna mendapatkan hak paten. Namun, dia merasa bangga ketika hasil karya sulaman ususnya dipakai ibu-ibu pejabat, seperti yang dipakai Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bandar Lampung Eva Dwiana Herman H.N. dalam tabloid Ekraf Lampung Post edisi kedua lalu. Rahayu berharap hasil karyanya, sulaman usus, dapat terus berkembang di tengah majunya fashion modern. Menurut dia, hasil kerajinan tangan sulaman usus dapat terus dimodifikasi sesuai dengan perkembangan zaman. Sekalipun sulaman usus adalah pakaian tradisional, kenyataannya sekarang sudah menjadi pakaian yang sangat terkenal di dunia internasional. “Ya, saya ingin sulaman usus terus berkibar. Bukan hanya di Lampung, nasional, melainkan juga internasional. Saya juga turut merasa bangga ketika sulaman usus

Lampung sudah masuk museum tekstil dan diakui sebagai warisan budaya nusantara yang harus dilestarikan,” kata dia. Hasil kerja kerasnya, membuat Rahayu pun banyak mendapatkan penghargaan nasional, di antaranya penghargaan Deploment Citra Award 2013—2014 dari Kementerian Perindustrian dan Perdagangan RI, di Hotel Artha Yudha, Jakarta, 1 Juli lalu. Rahayu mengisahkan, pada 2009, ia mengikuti pameran di Hotel Dharmawangsa, Jakarta. Dalam pameran itu, Ani Yudhoyono menyempatkan diri untuk melihat-lihat sulaman ususnya. Sebuah baju sulam usus berwarna merah berhasil memikat hati sang Ibu Negara. Tidak pikir panjang, baju yang dibanderolnya Rp1,8 juta itu langsung dibawa pulang. Bangga, demikianlah perasaan yang menyelimuti hati Rahayu. Kepuasan sebagai perajin telah dinikmatinya ketika menyaksikan buah tangannya disukai masyarakat luas, bahkan Ibu Negara. “Saya baru saja selesai membuat baju pesanan istri Menteri BUMN Dahlan Iskan.” Apa yang diraih Rahayu tidak diraihnya secara instan. Berbekal kemampuan menyulam yang diperolehnya dari sang bunda, Rahayu mulai menyalurkan bakat dan hobinya pada kerajinan sulam usus. Saat ini, mengisi hari tuanya, Rahayu tercatat satu dari segelintir orang yang mengembangkan sulaman usus. Baginya, sulaman usus harus terus dikembangkan. Bukan saja karena keunikannya, sulaman usus juga mampu memberikan nilai ekonomi tinggi bagi perajinnya. Untuk itu, dia pun merasa bangga setelah tahu fashion sulaman usus makin diminati banyak orang. Bukan hanya di dalam negeri, juga di luar negeri. (Kraf)


2 24 April 2014

ekraf

Torial DAFTAR

Kartini dan Fashion Lampung

K

I TA b a r u s a j a m e m p e r i n g a t i Hari Kartini. Tokoh emansipasi wanita Indonesia yang sampai kini namanya masih harum untuk didengar. Tokoh pejuang kaum perempuan Indonesia yang masih sangat belia sewaktu dia meninggalkan dunia, dalam usia 25 tahun. Namun, pemikirannya yang tertuang dalam surat-surat untuk sahabat dan berhasil dikumpulkan dalam sebuah buku Habis Gelap Terbitlah Terang, menunjukkan Kartini adalah seorang perempuan cerdas dan ingin menjadikan perempuan-perempuan Indonesia lebih maju dan tidak terkungkung dalam tradisi adat dan budaya. Setiap 21 April, yang merupakan hari lahirnya Raden Ajeng (R.A.) Kartini, bangsa ini, terutama kaum ibu, selalu memperingatinya. Peringatan Hari Kartini, selama ini sangat identik dengan pakaian tradisional Jawa karena sosok Kartini memang berasal dari Jepara, Jawa Tengah. Kita, di Lampung, pun setiap tahun memperingati Hari Kartini. Mengingat, perayaan Hari Kartini saat ini tidak lagi selalu dan selalu berpakaian kebaya dan sanggul, tetapi sudah berkembang dengan berpakaian tradisional ala daerah masing-masing. Saya melihat ada baiknya kalau peringatan Hari Kartini di Lampung juga menunjukkan eksistensi kelampungan. Kaum perempuan Lampung, dalam setiap perhelatan Hari Kartini mengenakan pakaian tradisional atau pakaian adat khas Lampung. Bukan hanya tapis, bisa juga mengenakan fashion sulaman usus yang saat ini sudah diproduksi dengan berbagai modifikasi, mengikuti tren perkembangan zaman. Apalagi, selain tapis, sulaman usus,

Lukman Hakim Wartawan Lampung Post

Lampung juga memiliki pakaian adat khas daerah, seperti kain maduaro, tenun ikat selinggang alam, sulam sutra, kain inuh, kain nampan, serta kain pelapai. Jadi, sangat pas dan berkaca dari kekinian perkembangan budaya, tidak salah jika Kartini-Kartini Lampung menggunakan pakaian (fashion) khas Lampung. Selain menunjukkan identitas budaya, hal itu sekalian promosi kalau Lampung sangat banyak kain adat/budaya yang perlu terus dikenalkan ke tingkat nasional dan internasional. Memang, dibutuhkan adanya peran serta yang besar dari pemerintah kabupaten/kota dan provinsi untuk mewujudkan hal itu. Tanpa adanya dukungan pemerintah daerah, memang akan sulit perajin Lampung akan terus memproduksi kain adat yang bisa digunakan oleh Kartini-Kartini Lampung. Mengingat, kurangnya promosi produk kerajinan yang dihasilkan kabupaten/kota di Provinsi Lampung membuat hasil kerajinan yang ada tidak atau kurang dikenal dan kurang berkembang. Jangan bermimpi untuk menjual hasil kerajinan ke mancanegara, menjual ke pasaran lokal saja masih menjadi problem perajin di Lampung. Selain itu, keberadaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Lampung dan kabupaten/kota selama ini memang diharapkan dapat membantu mengatasi hal tersebut, sekaligus dapat melihat dan membina, serta membantu perkembangan kerajinan khas daerah yang ada. Diharapkan pada peringatan Hari Kartini, 21 April 2015, Kartini-Kartini Lampung, dari siswa TK sampai kaum ibu-ibu, dapat mengenakan tapis, sulaman usus, kain maduaro, kain selinggan alam, kain nampan, kain pelepai, kain inuh, dan sebagainya. Semoga. n

INFO Aktif Promosi, Angkat Nilai Budaya Lampung

4

TRADISI Deduwaian, Tradisi Pernikahan Adat Lampung

5

TRADISIonal Tradisi Mosok ala Lampung Menggala

6

Bentuk Bakti Mempelai Wanita

7

CORAK Jajakan Sulaman Usus sampai Mancanegara WISATA Spot Cuku Bedil yang Eksotik

8-9 10-11

galeri Persona Tapis Lampung

12

RESEP Aneka Sambal Khas Lampung

13

ASRI Rumah Panggung Hangat dan Aman dari Gempa

14-15

Direktur Utama: Raphael Udik Yunianto, Pemimpin Umum: Bambang Eka Wijaya. Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Gaudensius Suhardi. Wakil Pemimpin Redaksi: Iskandar Zulkarnain. Pemimpin Perusahaan: Prianto A. Suryono. Dewan Redaksi Media Group: Saur M. Hutabarat (Ketua), Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudradjat, Elman Saragih, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Suryopratomo, Toeti Adhitama, Usman Kansong. Redaktur Pelaksana: Iskak Susanto. Kepala Divisi Percetakan: Kresna Murti. Sekretaris Redaksi: M. Natsir. Asisten Redaktur Pelaksana: D. Widodo, Umar Bakti Redaktur: Hesma Eryani, Lukman Hakim, Muharam Chandra Lugina, Musta’an Basran, Nova Lidarni, Sri Agustina, Sudarmono, TriHudi Joko, Wiwik Hastuti, Zulkarnain Zubairi. Asisten Redaktur: Abdul Gofur, Aris Susanto, Isnovan Djamaludin, Iyar Jarkasih, Fadli Ramdan, Rinda Mulyani, Rizki Elinda Sary, Sri Wahyuni, Sony Elwina Asrap, Susilowati, Vera Aglisa. Liputan Bandar Lampung: Agus Hermanto, Ahmad Amri, Delima Napitupulu, Fathul Mu’in, Ricky P. Marly, Meza Swastika, Karlina April Sita, Surya Bakara, Wandi Barboy. LAMPOST.CO Redaktur: Kristianto. Asisten Redaktur: Adian Saputra, Sulaiman. Content enrichment Bahasa: Wiji Sukamto (Asisten Redaktur), Chairil, Kurniawan, Aldianta. Foto: Hendrivan Gumay (Asisten Redaktur), Ikhsan Dwi Satrio, Zainuddin. Dokumentasi dan Perpustakaan: Syaifulloh (Asisten Redaktur), Yuli Apriyanti. Desain Grafis redaktur: DP. Raharjo, Dedi Kuspendi. Asisten Redaktur: Sugeng Riyadi, Sumaryono. Biro Wilayah Utara (Lampung Utara, Way Kanan, Lampung Barat): Mat Saleh (Kabiro), Aripsah, Buchairi Aidi, Eliyah, Hari Supriyono, Hendri Rosadi, Yudhi Hardiyanto. Biro Wilayah Tengah (Lampung Tengah, Metro, Lampung Timur): Chairuddin (Kabiro), Agus Chandra, Agus Susanto, Andika Suhendra, Djoni Hartawan Jaya, Ikhwanuddin, M. Lutfi, M. Wahyuning Pamungkas, Sudirman, Suprayogi. Biro Wilayah Timur (Tulangbawang, Mesuji, Tulangbawang Barat): Juan Santoso Situmeang (Kabiro), Merwan, M. Guntur Taruna, Rian Pranata. Biro Wilayah Barat (Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran): Sayuti (Kabiro), Abu Umarly, Erlian, Mif Sulaiman, Widodo, Heru Zulkarnain. Biro Wilayah Selatan (Lampung Selatan): Herwansyah (Kabiro), Aan Kridolaksono, Juwantoro, Usdiman Genti. Kepala Departemen Marcomm: Amiruddin Sormin. Senior Account Manager Jakarta: Pinta R Damanik. Senior Account Manager Lampung: Syarifudin Account Manager Lampung: Edy Haryanto. Manager Sirkulasi: Indra Sutaryoto. Manager Keuangan & Akunting: Rosmawati Harahap. Harga: Eceran per eksemplar Rp3.000 Langganan per bulan Rp75.000 (luar kota + ongkos kirim). Alamat Redaksi dan Pemasaran: Jl. Soekarno Hatta No.108, Rajabasa, Bandar Lampung, Telp: (0721) 783693 (hunting), 773888 (redaksi). Faks: (0721) 783578 (redaksi), 783598 (usaha). http://www.lampungpost.com e-mail: redaksi@lampungpost. co.id, redaksilampost@yahoo.com. Kantor Pembantu Sirkulasi dan Iklan: Gedung PWI: Jl. A.Yani No.7 Bandar Lampung, Telp: (0721) 255149, 264074. Jakarta: Gedung Media Indonesia, Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp: (021) 5812088 (hunting), 5812107, Faks: (021) 5812113. Penerbit: PT Masa Kini Mandiri. SIUPP: SK Menpen RI No.150/Menpen/SIUPP/A.7/1986 15 April 1986. Percetakan: PT Masa Kini Mandiri, Jl. Soekarno - Hatta No. 108, Rajabasa, Bandar Lampung Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan. DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK, ­WARTAWAN LAMPUNG POST DILENGKAPI KARTU PERS DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU ­MEMINTA IMBALAN DENGAN ALASAN APA PUN.


3 24 April 2014

ekraf

Tabik Pun

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Tanggamus oleh:Pemkab Pemprov Lampung

Budaya, Identitas Masyarakat Lampung internasional. Di Lampung setidaknya terdapat empat kegiatan budaya yang diakui secara nasional, bahkan internasional, yaitu Begawi Adat Kota Bandar Lampung (Juni), Festival Teluk Stabas (Juli), Festival Krakatau (Agustus), dan Festival Way Kambas (Desember). Pembangunan pariwisata, seni, dan budaya juga tidak akan terlepas dari pendanaan yang memadai. Anggaran untuk sektor pariwisaata, seni, dan budaya tidak melulu hanya dari leading sector pariwisata, yakni Dinas Kebudayaaan dan Pariwisata kebudayaan Provinsi Lampung, tetapi juga pada sektor penunjang kepariwisataan, seperti Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan.

Sjachroedin Z.P. Gubernur Lampung

L

AMPUNG memiliki keindahaan dan kekayaan alam, seni, dan budaya yang memesona. Untuk itu, saya yakin adat, seni, dan budaya dapat menjadi kebanggaan dan identitas masyarakat Lampung. Saya sangat berharap Lampung menjadi destinasi utama pariwisata nasional maupun mancanegara. Sebab, keindahaan dan kekayaan alam, seni, dan budaya yang dimiliki Lampung tidak kalah dengan daerah lainnya. Pariwisata, seni, dan budaya Lampung diharapkan menjadi sektor primer dalam peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ke depan, pembangunan pariwisata tidak saja memberikan nilai lebih secara ekonomis bagi masyarakat dan pelaku usaha pariwisata, tetapi adat, seni, dan budaya menjadi kebanggaan dan identitas masyarakat Lampung. Saya menargetkan kegiatan-kegiatan budaya Lampung menjadi kegiatan yang berskala internasional dengan meningkatkan kualitas atraksi. Tampilan budaya yang laik jual dan berdaya saing sehingga kegiatan budaya Lampung menjadi wahana apresiasi dan kreasi masyarakat dalam pengembangan budaya. Selain itu, menjadi sarana positif dalam pencitraan budaya Lampung dalam tataran nasional maupun

Budaya Hilang Sjachroedin mengakui budaya Lampung dapat hilang jika tidak ditampilkan dan didokumentasikan dengan baik. Menurut dia, Lampung banyak menyimpan produk budaya yang beragam tidak hanya terbatas pada tarian maupun nyanyian. Sebab, banyak sastra lisan maupun sastra tutur yang sebenarnya aset berharga. Selain juga terdapat gitar klasik yang hampir terlupakan. “Budaya jika tidak ditampilkan akan tidak ada yang berminat, seperti gitar klasik, kalau diberi ruang akan bisa tampil dan ternyata bagus dan menarik minat pengunjung,� kata dia. Untuk itu, saat ini tengah menginventarisasi budaya Lampung bersama Dinas Pendidikan Lampung, tengaga ahli budaya Hasim Khan, dan Persatuan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Lampung. Pihakya menginginkan perangkat hotel juga turut serta membiasakan diri dengan pemakaian busana Lampung. “Kalau tapis kan sudah biasa, ke depan perangkat hotel mengenakan sulam usus. Sebab, ada dua sisi keuntungan, yakni mencerminkan budaya dan perajin sulam usus juga akan terbantu,� kata dia. Di sisi lain, dia mengapresiasi Pemerintah Kota Bandar Lampung yang telah mengaplkasikan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Lampung No. 2 Tahun 2008 tentang Pemeliharaan Kebudayaan Daerah, khususnya dengan membuat Peraturan Wali Kota No. 19/2011 yang berisi pemutaran lagu Lampung di jam-jam tertentu. (Vera Aglisa/Kraf)


4 24 April 2014

Herlina Warganegara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung

Info

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: oleh:Pemkab Pemprov Tanggamus Lampung

Aktif Promosi, Angkat Nilai Budaya Lampung

PEMERINTAH Provinsi Lampung melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung gencar mempromosikan budaya dan potensi wisata Lampung. Pada 2014, promosi tidak dilakukan di tingkat daerah maupun nasional, tetapi juga tingkat internasional.

K

ekraf

epala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung Herlina Warganegara mengatakan pihaknya kini tengah memperkuat bidang promosi untuk mengangkat nilai budaya dan pariwisata Lampung. Dia menguraikan promosi penting dilakukan agar budaya dan pariwisata Lampung dapat dikenal luas. Dia mengharapkan tidak hanya masyarakat Lampung yang mencintai budaya dan pariwisata yang ada, tetapi masyarakat di tingkat nasional dan internasional turut menyukainya.

Beberapa ajang promosi tingkat daerah yang akan dilakukan adalah Festival Bambu di Kabupaten Pringsewu, 15—16 Mei 2014. Lalu, Festival Kratakau yang akan digelar Agustus mendatang. Tidak hanya mempromosikan budaya di internal Lampung. Menurut Herlina, pihaknya kini intens mengikuti beragam pameran. “Promosi tingkat nasional juga kami lakukan. Dalam waktu dekat Lampung mengikuti pameran di Jakarta Convention Centre, Jakarta, 1—4 Mei. Lalu, kami juga akan ikut serta dalam pameran di Kepulauan Riau (Kepri), September nanti. Pertimbangannya Kepri dekat dengan Singapura dan Malaysia, tentu banyak investor asing terlibat di sana,” kata Herlina, Selasa (22/4). Selain itu, kata dia, untuk pertama kalinya Lampung akan mengirimkan tim untuk tampil dalam Carnaval International de Victoria di Kota Victoria, Republik Seychelles, Afrika. Tarian limban waya menjadi satu andalan penampilan Lampung pada karnaval yang akan digelar pada 25—27 April 2014. Tidak kalah penting dari hal, ujar mantan Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Lampung ini, pihaknya juga menjalin kerja sama apik dengan jurnalis. Dia

mengakui peran media, baik cetak maupun televisi, sangat vital dalam menyukseskan promosi yang gencar dilakukan. Herlina mengungkapkan pihaknya juga tengah mengembangkan tujuh kawasan unggulan. Berdasar peraturan daerah No. 6/2011, tujuh wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan unggulan, di antaranya Gunung Krakatau dan sekitarnya, Menara Siger dan sekitarnya, serta Bandar Lampung dan sekitarnya. Kemudian, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Tanjungsetia, dan Pantai Kiluan. “Namun, kami tidak membatasi kabupaten/kota lain, misalnya, Metro mengusung kulinernya. Kami akan mendukung dan membantu promosinya,” kata dia. Pada 2014, ujar dia, pihaknya tengah menyusun paket wisata bahari. Saat ini, pihaknya tengah berkoordinasi dengan agen travel untuk mempercepat pengaplikasian paket bahari yang diwacanakan. Selain berkoordinasi dengan agen yang ada di Lampung, dalam waktu dekat diadakan kerja sama dengan agen travel di Jakarta. “Kami bahas secara intens dengan agen travel karena mereka yang tahu segmen pasar dan kecenderungan wisatawan,” kata dia. (Vera Aglisa/Kraf)


5 24 April 2014

ekraf

Tradisi

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Deduwaian, Pernikahan

Adat Lampung

D

EDUWAIAN merupakan rangkaian tradisi pernikahan adat Lampung pesisir yang wajib dilakukan. Deduawaian atau dikenal dengan arak-arakan ini dilakukan oleh mempelai wanita (kabayan) dengan tujuan agar masyarakat sekitar tahu bahwa kabayan sudah tiba di rumah mempelai pria. kabayan diarak keliling kampung didampingi beberapa gadis. Pengantin wanita ini mengenakan baju adat warna hitam, sarung tapis, dan dilengkapi dengan perhiasan kalung, gelang, dan anting kuningan yang menambah kemewahan kabayan. Gadis paling depan membawa nampan yang berisi selendang dan kain tapis, selanjutnya dua gadis membentangkan kain untuk menutupi kabayan. Di belakang dua gadis tersebut, kabayan berjalan perlahan mengikutinya dan disusul gadis lainnya. Sesampai di rumah, dengan hati-hati seorang ibu menyiram kaki kabayan dengan air, hal ini dimaknai sebagai simbol untuk membersihkan diri sebelum masuk rumah. Sebelum melakukan deduwaian, kabayan hanya boleh duduk di dalam rumah dan tidak diizinkan keluar. Setelah bersolek, kabayan duduk ditemani para gadis di kampung tersebut. Layaknya seorang ratu, makan dan minum selalu dihidangkan, untuk ke kamar mandi pun harus ditemani para gadis. Gadis yang menemani mengenakan sarung, duduk mengelilingi kabayan. Sambil membunyikan terbangan (rebana) dan menyanyikan lagu al-barzanji yang sesekali juga melantunkan lagu Lampung guna menghibur kabayan. Di luar ruangan, acara juga dimeriahkan oleh bapak-bapak dan para bujang yang mempertunjukkan pencak silat. Ada dua kubu dalam pertunjukkan ini, satu lawan satu bergantian menunjukkan jurus-jurusnya yang diiringi gendangan tabuh dan lagu Lampung. mereka memakai jas gelap, celana panjang, peci, dan sarung yang ditalikan di perut. Makin lama acara makin seru, banyak orang yang mulai berdatangan. (Rukuan Sujuda/Kraf)

Foto-foto : rukuan sujudah


6 24 April 2014

ekraf

Budaya

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Tradisi Mosok ala Lampung Menggala JUMAT (31/1), telah dilangsungkan prosesi akad nikah antara Ayu Mustika Sari dengan Gaung Perwira Yustika. Nuansa pernikahan pun kental dengan adat Lampung.

S

elepas akad nikah, tradisi mosok (suap-suapan) pun dilakukan. Konon, keluarga besar Ayu yang kini tinggal di Gudang Agen, Telukbetung, Bandar Lampung, dulunya berasal dari Tiyuh Teladas, Menggala, Tulangbawang. Tiyuh Teladas termasuk dalam Megou Pak Tulangbawang. Dalam keseharian mereka menggunakan Bahasa Lampung dialek O. Tradisi mosok dipimpin tetua adat wanita dari Megou Pak Tulangbawang Tiyuh Teladas, yakni Hajah Latifah Hanum Gelar Settan Sembah Mergo. Acara diawali dengan pembacaan basmallah dan pujian untuk Nabi Muhammad saw. Selanjutnya, di atas meja kecil ada pagakh (tempat makanan suku Lampung yang terbuat dari kuningan) telah tersedia hidangan nasi kuning dengan ayam dan aneka sayuran yang telah dimasak. Dua buah gelas yang berisi air putih dan kopi pahit pun telah tersedia. Kopi pahit bermakna sebagai seorang suami/istri jangan terlalu cemburuan. Sementara air putih memiliki artian sebagai seorang istri/suami harus senantiasa berpikiran jernih dan menjaga kesucian diri. Prosesi mosok (suapan) diawali dari ibu mempelai wanita, dilanjutkan ibu mempelai pria serta tetua wanita dari keluarga kedua pihak. Satu per satu mereka memberikan sesuap hidangan yang terletak di atas pagakh. Mereka menyuapi kedua pengantin dengan penuh suka ria. (Tri Sujarwo/Kraf)


7 24 April 2014

ekraf

Budaya

Bentuk Bakti Mempelai Wanita

S

aat sedang menyuapi kedua mempelai, wanita lainnya secara kompak bilang “ sorak e �. Sorak e berarti sebagai pemberi semangat dan bersuka ria. Acara ini begitu heboh dan meriah. Acara mosok ini hanya dilakukan oleh kaum wanita. Sementara kaum pria biasanya mengan jejamo (makan bersama). Tradisi mosok memiliki makna yang penting bagi masyarakat Lampung Menggala. Tradisi ini bermakna sebagai penyerahan dan bentuk bakti mempelai wanita kepada mempelai pria. Tradisi ini telah berlangsung dari generasi ke generasi walaupun mereka telah hijrah dari Tiyuh Teladas. Selepas mosok, mempelai wanita akan memukul-mukul lembut kunci rumah di atas jidadnya. Sembari dihitung dalam bahasa Lampung, sai,

khua, tigo, pak, limo, enom, pitu dan secara serentak para tamu undangan, khususnya kaum wanita, akan meneriakkan “sorak e�. Tidak ketinggalan prosesi berikutnya adalah bejuluk buadek (bejuluk buadok). Bejuluk Buadek merupakan prosesi pemberian gelar. Hal ini sangat penting dalam tradisi masyarakat Lampung. Mempelai wanita diberi gelar ( adok/adek ) sejati, sedangkan mempelai pria diberi gelar pangeran dermawan. Nama gelar tersebut akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan berumah tangga suku Lampung. Kedua pengantin mulai menaburkan kacang dan permen ke hadapan tamu undangan. Prosesi ini pun mengakhiri acara mosok pada malam ini. Inilah salah satu tradisi suku Lampung yang perlu terus dikembangkan. (Tri Sujarwo/Kraf)

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung


8 24 April 2014

ekraf

Corak

Jajakan

S

Foto: Lukman Hakim

EPENINGGALAN suami bukan berarti hancurnya kehidupan Siti Rahayu dan anak-anaknya. Berbekal penghasilannya sebagai PNS guru dan pensiun suami, Rahayu pun mulai bangkit. Pada 1998, Rahayu memberanikan diri membuka usaha pembuatan dan penjualan kain tapis. Ketertarikan Rahayu mengembangkan tapis Lampung karena waktu itu sampai saat ini, prospek dan peluang pasarnya masih sangat bagus. Dia pun berusaha mencari informasi di mana perajin tapis dan ke mana pemasarannya. “Saya berpikir membuka home industry tidak memakan waktu di luar rumah. Selain itu, saya masih bisa tetap mengawasi anak-anak yang memang saat itu masih butuh perhatian besar. Anak tertua baru kelas VII SMP dan yang bungsu masih 18 bulan,” kata Rahayu. Semangat Rahayu dalam mengembangkan usaha pun sangat menggebu, setelah keluarga besarnya pun sangat mendukung usahanya itu. Dia mengakui banyak dukungan moril dari sang kakak, Aan Ibrahim, yang kini menjadi mitra bisnisnya. Rahayu pun kini patut berbangga, dia sudah bisa membuka galeri Rahayu di Jalan Soekarno-Hatta, No. 3, Tanjungsenang, Bandar Lampung (depan pul Karona lama). Bahkan, saat ini, hasil bukan hanya tapis yang dikembangkan Rahayu, melainkan juga sulaman usus yang kini menjadi ikon Kota Bandar Lampung. Hasil karyanya pun tidak diragukan lagi. Hampir semua sulaman usus yang dipakai Ketua Dekranasda Kota Bandar Lampung Eva Dwiana Herman H.N. adalah hasil rancangannya. Bahkan, gaun pengantin sulaman usus yang dikenakan anak Wakil Menteri Pariwisata, Kebudayaan, dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar juga hasil karya Rahayu. Bukan itu saja, baju pengantin sulaman usus Diraja Diana Malaysia juga hasil pesanan dari negara Jiran itu kepada Rahayu. “Alhamudulillah, sulaman usus karya saya juga sudah dipakai Bapak Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono. Belum lagi banyak ibu-ibu menteri yang pesan sulaman usus kepada saya. Saya merasa bersyukur hasil karya saya bisa dipakai pejabat-pejabat daerah dan nasional,” kata dia, penuh haru. (Lukman Hakim/Kraf)


9 24 April 2014

ekraf

Corak

Bina Perajin Daerah SEBAGAI perajin sukses, Rahayu kini memiliki 200 karyawan yang tersebar di berbagai daerah di Lampung. Terbanyak, karyawannya berada di kampung halamannya, Pagardewa. Di daerah itu, karyawannya mencapai 60 orang.

I

a prihatin tatkala menyaksikan warga Pagardewa, terutama kaum ibu dan remaja putri, hanya menghabiskan waktu dengan mengobrol. “Saya sangat mencintai kampung itu. Untuk itu, saya ingin warga kampung itu bisa maju melalui aktivitas bermanfaat, seperti menyulam,” kata Rahayu. Dalam benaknya, dia menginginkan agar kaum ibu dan remaja putri di tempat itu menjadi produktif. Rahayu yang hobi menyulam, menggerakkan para perempuan di kampung itu untuk memproduksi sulam usus, tepatnya pada 2007, dia mulai mengajari warga Pagardewa menyulam hingga merenda. Rahayu mengatakan pada dasarnya kaum perempuan di daerah itu sudah mengenal teknik-teknik dasar menyulam. “Mereka tahu caranya, tetapi tidak memiliki motivasi untuk berkarya. Saya menggerakkan dengan mempekerjakan mereka.” Setiap karyawannya di daerah itu, mendapat upah dari Rahayu sesuai dengan jumlah produksi sulam usus yang dihasilkan. Untuk meningkatkan semangat para karyawannya, Rahayu tidak pernah menunda untuk memberikan upah yang menjadi hak karyawannya. Meskipun bersifat industri rumahan, dia tetap memberikan tunjangan hari raya (THR) pada seluruh karyawannya. “Jadi, mereka tetap bisa mengobrol, sambil menyulam,” kata dia, sambil tersenyum. Selain di Pagardewa, karyawannya juga tersebar di beberapa daerah lain, seperti di Tanjungbintang sebanyak 20 orang, Karanganyar 20 orang, Margodadi 30 orang, dan sisanya di Bandar Lampung. Di rumahnya, ada puluhan karyawan yang bekerja setiap hari menyulam dan membuat tapis di bawah bimbingannya. Kepedulian sosialnya ditunjukkan dengan merekrut para warga di sekitarnya, terutama bagi mereka yang kurang mampu. Rahayu membekali para karyawannya dengan pengetahuan tentang menyulam, hingga pemahaman mengenai pentingnya kemandirian. Berbekal pengalaman hidup yang dialami, Rahayu yakin setiap perempuan memiliki kemampuan dan kekuatan untuk mandiri. “Saya ingin agar para perempuan bisa mencari uang, tanpa harus bergantung pada siapa pun.” Dia pun terkenang dengan pesan yang diucapkan Ibu Ani Yudhoyono ketika membeli baju sulam ususnya. “Ibu Ani mendorong saya untuk terus berkarya dan merekrut tenaga kerja. Melalui cara itu, saya sudah membantu pemerintah mengurangi pengangguran,” kata Rahayu, dengan mata berkaca-kaca. (Delima Natalia Napitupulu/Kraf)

Foto: delima Napitupulu


10 24 April 2014

ekraf

Wisata

Rubrikasi Rubrikasi ini ini dipersembahkan dipersembahkan oleh:oleh: KotaPemprov Bandar Lampung Lampung

Pulau Pahawang, Destinasi Wisata Lampung

SALAH satu destinasi wisata yang sedang naik di Lampung adalah Pulau Pahawang. Nah pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi info seputar pariwisata di pulau unik ini.

S

emua berawal dari sebuah dermaga. Dermaga Ketapang merupakan salah satu jalur menuju Pulau Pahawang. Tidak lama untuk mencapai Pulau Pahawang dari kota Bandar Lampung. Kami melewati Tanjungkarang Pusat, yang merupakan pusat Kota Bandar Lampung. Kemudian sampai di Telukbetung kami akan menjumpai kawasan Pecinan. Deretan toko-toko yang sudah usang, tetapi unik berpadu dengan bangunanbangunan bernuansa etnis Tionghoa. Itulah keunikan Telukbetung. Jalanan yang mulus dan lumayan lebar membuat

nyaman di perjalanan. Tidak berapa lama kami sampai di tanjakan Teluk Lampung. Pemandangan Teluk Lampung begitu memikat, dengan gugusan pulau-pulau kecil, seperti surga yang jatuh dari langit. Birunya air laut berpadu dengan deretan pohon kelapa menambah keindahan alam Lampung. Satu jam kemudian sampailah kami di Dermaga Ketapang. Kapal-kapal milik warga setempat bersandar di pinggir dermaga. Dari dermaga, kami menyebrang ke Pulau Pahawang dengan ongkos Rp15 ribu sekali jalan. Sementara untuk menyeberang ke Pulau Legundi yang lebih jauh dan menggunakan perahu yang lebih besar dikenakan tarif Rp30 ribu. Perahu bertuliskan ‘Putra Mesar’ ini mengantarkan kami menuju Pulau Pahawang. Perahu bermuatan 21 penumpang. Delapan orang di bagian belakang sementara di bagian depan ada tiga belas orang. Nakhoda kapal didampingi satu orang, katakanlah ABK duduk di samping nakhoda. Tugas ABK ini adalah membuang air yang masuk kapal. Hemmmm.... luar biasa, perahu ini. Sepanjang perjalanan, birunya laut menjadi pemandangan utama. Sementara itu, gunung-gunung yang

meranggas berdiri tegak mengelilingi lautan nun jauh di sana. Pertanda musim kemarau melanda. Pulau terdekat sepanjang perjalanan adalah Pulau Klagian Besar dan Kalgian Kecil. Pohon-pohon bakau (mangrove) yang rimbun terlihat mengelilingi Pulau Klagian Besar. Belasan penduduk setempat juga terlihat memancing di sekitar Pulau Klagian. Cara memancing mereka sangatlah unik, yakni mereka membenamkan sebagian tubuh mereka ke laut hingga batas pinggang. Dermaga Penggetahan merupakan dermaga paling ramai di Pulau Pahawang. Rumah-rumah nelayan berjajar rapi di kaki Gunung Penggetahan. Masjid Penggetahan berdiri dengan kokohnya berdampingan dengan kantor kepala Desa Pulau Pahawang. Perekonomian warga di sini juga cukup bagus. Namun, jangan tanya untuk masalah pendidikan. Tidak ada SD maupun SMP apalagi SMA di Dusun Penggetahan ini. Anak-anak Dusun Penggetahan harus keluar dusun untuk bersekolah. Dengan berjalan kaki atau diantar motor jika orang tua mereka memiliki motor. (Tri Sujarwo/Kraf)


11 24 April 2014

ekraf

Wisata

Rubrikasi ini ini dipersembahkan dipersembahkan Rubrikasi Lampung oleh:oleh: KotaPemprov Bandar Lampung

Spot Cuku Bedil yang Eksotik

C

UKU Bedil adalah salah satu spot menarik untuk menyelam. Bahkan, kita bisa melihat dengan jelas terumbu karang dari atas perahu yang kami tumpangi. Cuku Bedil terletak di sisi barat Dusun Penggetahan. Melalui dusun Penggetahan ke Cuku Bedil bisa ditempuh dengan perahu atau berjalan kaki. Saya pun pernah mencoba kedua jalur tersebut. Jarak tempuhnya sekitar 20 menit dengan berjalan kaki. Pemandangan alam yang berpadu dengan birunya laut begitu memikat. Villa berornamen ukiran Jawa berdiri dengan anggunnya di kawasan Cuku Bedil. Ada beberapa perahu yang bersandar, berbaris rapi seperti dikomandoi oleh seorang instruktur. Pasir Pantai Cuku Bedil sangatlah halus, mirip seperti tepung. Menurut saya pasir pantai ini berbeda dengan pantai-pantai yang pernah saya kunjungi sebelumnya. Jika Anda tidak percaya, sebaiknya Anda langsung ke Cuku Bedil untuk melihat pasir yang unik itu. Saking kagumnya, saya pun berulangulang memegang pasir yang terhampar luas. Waktu Asar tiba, saya beserta teman-teman lainnya segera salat asar. Perahu yang akan mengantarkan kami kembali ke Dermaga Ketapang sudah menunggu sedari tadi. Beberapa rekan dari Sahabat Pulau Lampung berangkat lebih dahulu. Saya memutuskan untuk mengikuti perahu kedua, perahu dengan ukuran yang sama. Tidak berapa lama perahu pertama berlayar, perahu kedua yang kami tumpangi pun menyusul. Baru beberapa saat berlayar, perahu yang kami tumpangi menabrak batu karang. Hampir saja perahu ini oleng. Titik kemiringan sudah melampaui batas, saya merasa takut sekali. Kekhawatiran tampak jelas dari raut wajah para penumpang. Tidak hanya sekali, untuk kedua kalinya perahu ini lagi-lagi menabrak batu karang. Pemandangan batu karang tampak begitu jelas bahkan bisa dilihat dengan mata telanjang. Kapal akhirnya mundur, beberapa penumpang yang naik di atap kapal turun. Kami hanya berharap semoga kapal ini tidak menabrak batu karang lagi. Alhamdulillah, akhirnya kapal kembali berlayar. Gelombang besar menemani perjalanan kami, hingga Dermaga Ketapang. (Tri Sujarwo/Kraf)


12 24 April 2014

ekraf

Galeri

Persona Tapis Lampung

Dok. Lampung Post


13 24 April 2014

ekraf

Resep

Aneka Sambal Khas Lampung

M

ENIKMATI hidangan khas Lampung tidak lengkap rasanya bila tidak mencicipi aneka sambalnya. Rumah makan Pindang Mem Ince yang beralamat di Jalan Ratu Dibalau 119-A, Tanjungseneng, Bandar Lampung, menyediakan enam jenis sambal khas Lampung dengan bahan utamanya, yakni terasi. Pemilik rumah makan ini, Yulianti, mengaku resepnya ini diperoleh secara turun-temurun. 1. Sambal Isem Kembang Isem kembang menjadi bahan baku dalam pembuatan sambal ini, tetapi ternyata buah ini merupakan buah musiman yang cukup sulit dijumpai. Buah dengan ukuran dan bentuk seperti buah pala ini hanya laku ketika ukurannya sekecil biji jagung. Untuk pembuatannya dibutuhkan tiga Isem kembang, 5 cabai merah besar, 10 cabai rawit, 1 bawang merah, terasi, gula, garam, dan penyedap rasa. Semua bahan tersebut lalu dihaluskan dan sambal Isemkembang siap disajikan. Aroma wangi isem kembang akan langsung terasa saat memakannya. 2. Sambal Tejok Sambal yang biasanya dijumpai pada umumnya semua bahan dihaluskan, tetapi hal berbeda akan ditemui pada sambal tejok. Satu porsi sambal tejok terbuat dari 5 irisan cabai merah besar, 10 cabai rawit, 2 bawang merah, dan 5 rampai. Setelah semuanya tercampur, lalu ditambahkan garam halus, gula putih, dan terasi. Semua bahan tidak digoreng kecuali terasi. Saat akan dihidangkan, barulah ditambahkan sedikit air dan jeruk satai secukupnya. (Rukuan Sujuda/Kraf)


14 24 April 2014

ekraf

Asri

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: PemdaLampung Barat

Rumah Panggung Masih Menjadi Tradisi BAGI sebagian masyarakat Lampung, terutama yang berada di sejumlah perkampungan tua, yang mayoritas masih menjunjung tinggi adat istiadat, keberadaan rumah tradisonal ­berarsitektur panggung (bertiang) masih menjadi tradisi.

K

endati zaman sudah maju dan masyarakat umumnya memilih membangun rumah beton dengan berbagai bentuk dan model, tetapi hal itu tidak memengaruhi bagi sebagian masyarakat di sejumlah perkampungan suku Lampung. Hal itu dapat dilihat di beberapa permukiman penduduk suku Lampung, misalnya, di Pekon Way Empela Ulu, Liwa, Lampung Barat. Hingga saat ini masih banyak berdiri rumah panggung, baik yang sudah tua, banyak pula yang baru, serta ada juga yang masih dalam proses pembangunan. Selain di sana, rumahrumah panggung yang masih banyak dijumpai juga terdapat di sebagian permukiman penduduk di Pekon Padangcahya, Balikbukit, Kemudian di Dusun Tanjungkemala, Pekon Tanjungraya, Kecamatan Sukau, dan sebagainya. Sebagian warga mengakui masih mempertahankan arsitektur bangunan rumah berbentuk panggung itu karena mengikuti tradisi. Lalu, kondisi alam di Lampung Barat yang umumnya labil sehingga rawan terhadap guncangan gempa. Apalagi

daerah ini juga rawan terhadap bencana gempa bumi, rumah dengan arsitektur rumah panggung yang berbahan baku kayu itu menjadi pilihan utama. Salah satunya diakui Kusumadewi (56), istri dari Asmawi, pemilik rumah panggung di Pekon Padangcahya, Kecamatan Balikbukit, Lampung Barat. Menurut dia, rumah panggung miliknya itu dibangun pada 1981. Keinginan keluarganya untuk membuat rumah panggung lantaran untuk mengikuti tradisi karena di sekitarnya juga banyak berdiri rumah panggung. “Di sini bangunan rumah umumnya rumah panggung seperti ini, kita pun membangun rumah yang arsitekturnya sama juga,� kata Kusumadewi. Selain karena tradisi masyarakat Lampung di sini, membangun rumah berarsitektur panggung ini juga karena saat itu harga kayu masih murah. Bahkan, ada kayu yang didapat dengan sistem kerja sama dan bagi hasil, yaitu ada warga lain yang mempunyai tanaman kayu, lalu kami menggeseknya kemudian bagi hasil sehingga biayanya murah. (Eliyah/Kraf)


15 24 April 2014

ekraf

Asri

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemda Lampung Barat

Rumah Panggung Hangat dan Aman dari Gempa SELAIN karena mengikuti tradisi serta kayu saat itu masih mudah didapat, kondisi alam di Lampung Barat yang umumnya labil dan rawan terhadap guncangan gempa.

D

aerah ini juga rawan terhadap bencana gempa bumi sehingga rumah dengan arsitektur rumah panggung yang berbahan baku kayu itu menjadi pilihan utama bagi sebagian warga. Keinginan utama keluarganya saat itu hendak membangun rumah panggung adalah karena rumah panggung sangat nyaman dari

getaran gempa bumi. Musibah gempa bumi yang terjadi pada 1994, yang menelan banyak korban, itu umumnya terjadi bagi mereka yang rumahnya tembok akibat tertimpa material bangunan. Khusus rumah panggung, kata dia, walaupun ada yang rusak, tetapi umumnya tidak rusak total dan masih dapat diperbaiki bahkan sebagian besar rumah panggung tidak ada masalah, sehingga kita yang tinggal di dalamnya tidak perlu khawatir karena rumah panggung seperti ini cukup aman. Kelebihan rumah panggung lainya, kata dia, adalah karena tinggal di dalamnya lebih hangat. Apalagi, di Liwa udaranya dingin sehingga rumah panggung tentu sangat cocok. Kalau rumah tembok di dalamnya pasti terasa dingin apalagi saat menginjak di

bagian lantainya. Rumah panggung miliknya itu berukuran 7 X 20 meter dan semuanya berbahan baku kayu, kecuali lantai bagian bawah. Selain ruang tamu dan ruang keluarga, di bagian atas ada enam kamar. Sementara untuk bangunan dapur sengaja ditempatkan di bagian bawah karena khawatir dengan gempa. Kemudian, bangunan di bagian bawah, selain untuk dapur, di bagian depan menjadi tempat usaha jual beli hasil bumi (sayuran). Namun, usaha jual beli hasil bumi tersebut kini tidak lagi karena sudah berhenti sejak lima tahun lalu. “Kalau sekarang kami cuma usaha tanam sayuran, seperti kol, wortel, dan sebagainya. Hasilnya langsung ditimbang dan langsung dijual di sini,� kata Kusumadewi. (Eliyah/Kraf)


16 24 April 2014

ekraf

Agenda

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Limban Waya Pentas di Karnaval Afrika PERTAMA kalinya Lampung akan mengirimkan tim untuk tampil dalam karnaval internasional di Kota Victoria, Republik Seychelles, Afrika. Tarian limban waya menjadi satu andalan penampilan Lampung pada karnaval yang akan digelar pada 25—27 April 2014.

K

epastian mengenai hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung Herlina Warganegara, Rabu (16/4). Dia, yang ditemui di ruang rapat utama Gubernur Lampung, mengatakan kesertaan tim budaya Lampung pada Carnaval International de

Victoria adalah yang pertama. Selain memperkenalkan dua adat budaya yang ada di Lampung, tim juga akan menyuguhkan tarian limban waya. Sekaligus menampilkan patung burung balo-balo khas Lampung. “Tarian l imban waya yang akan ditampilkan terinspirasi dari kecantikan muli Lampung. Tarian ini merupakan juara pada kontes tari tahun lalu,” kata Herlina, usai mengikuti audiensi tim budaya dengan Wakil Gubernur Lampung M.S. Joko Umar Said. Herlina berharap tim Lampung dapat tampil maksimal sehingga dapat mempromosikan budaya dan keindahan alam Lampung hingga tingkat internasional. “Promosi wisata dan budaya Lampung akan terus kami lakukan, salah satunya dengan mengirimkan tim ke karnaval internasional ini,” ujar dia. Hal senada dikemukakan Wakil Gubernur Lampung M.S. Joko Umar Said yang mengharapkan keterwakilan Lampung dalam hajat internasional itu akan

mengangkat nama Lampung. Tim juga diharapkan dapat belajar mengenai beragam budaya dan wisata yang ada di daerah setempat. Sebab, Wakil Gubernur mengakui Victoria merupakan daerah dengan luasan yang lebih kecil dari Lampung, tetapi memiliki potensi wisata yang sama. Akan tetapi, telah berhasil menjadikan wisata sebagai pendapatan utama. “Coba cek juga investor yang hadir maupun yang telah menanamkan modal di sana, ajak ke Lampung sehingga dapat menikmati potensi wisata yang serupa bahkan lebih indah dibanding di sana,” kata dia. Joko optimistis, wisata dan budaya Lampung mendapat perhatian dunia. Pasalnya, keindahan alam Lampung tidak kalah dengan daerah lain. Meskipun saat ini membutuhkan pembenahan agar wisatawan nyaman dengan memadainya fasilitas, baik transportasi maupun pengelolaan lokasi wisata. (Vera Aglisa/Kraf)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.