EKRAF, 25 September - 23 Oktober 2014

Page 1

Gigi Hiu

Hidden Paradise of Lampung

Halaman. 10 No XV / 25 September 2014 - 23 Oktober 2014

Batik Tulis Lampung

Menggeliat M

A S YA R A K AT L a m p u n g memiliki kebudayaan yang unik dan masih bertahan hingga saat ini. Salah satu bentuk kebudayaan itu tertuang dalam kain-kain tradisional yang kini masih bisa kita jumpai. Aneka motif yang tertuang dalam kain-kain tradisional itu oleh para desainer dituangkan melalui sebuah kain batik dengan motif Lampung. Kain batik memang tengah digandrungi berbagai kalangan. Mulai dari yang tua hingga muda, mulai dari kalangan berada hingga tak berpunya. Tak heran hampir semua daerah di Indonesia kemudian mengembangkan batiknya masing-masing. Kain batik itu kemudian menjelma menjadi sebuah kain yang banyak diburu karena keunikan motif dari masing-masing daerah. Kini, kain batik dengan aneka motif khas Lampung mulai banyak dilirik berbagai kalangan. Tentunya hal ini menjadi angin segar bagi para perajin batik di Lampung. Aneka jenis motif yang berbeda selalu hadir di toko-toko cendera mata dan oleh-oleh khas Lampung. Tingkat kunjungan wisatawan yang terus meningkat juga turut meningkatkan volume penjualan batik khas Lampung. Beberapa motif yang bisa kita temui, di antaranya motif gajah, gamolan, siger, dan ornamen khas Lampung lainnya. Kain batik itu tidak hanya dikenakan pada saat acara-acara resmi semata, juga digunakan pada berbagai kegiatan, seperti ke kantor, kampus, pusat perbelanjaan hingga tempat umum lainnya. Aneka motif khas Lampung itu turut memperkaya khazanah batik Indonesia yang dikemas dengan aneka model dan bentuk. Ini merupakan terobosan yang sangat

jitu untuk menarik minat beli wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Kita tak perlu repot-repot untuk menemukan aneka koleksi batik khas Lampung ini. Pusat perbelanjaan, outlet, hingga pasar tradisional seperti Bambu Kuning banyak menjual batik khas Lampung yang sudah dikemas dengan berbagai variasi. Salah satu toko yang menjualnya adalah Toko Khua Jukhai yang terletak di Jalan Imam Bojol, Pasar Bambu Kuning, milik Zulkifli. Memasuki toko yang telah didirikan puluhan tahun lalu itu, kita akan menemukan aneka jenis batik Lampung yang terpampang di lemari kaca. Tak hanya menjual aneka jenis batik khas Lampung, para pengunjung juga bisa memilih aneka kain tradisional yang menjadi inspirasi batik Lampung itu sendiri. Menurut Zulkifli, dia telah mengembangkan batik khas Lampung sejak beberapa tahun yang lalu. Tujuannya, agar kain-kain tradisional Lampung bisa tetap eksis di negerinya sendiri. Upaya Zulkifli guna melestarikan kain-kain tradisional Lampung ini merupakan bentuk kecintaannya pada tanah kelahirannya. Dia juga rajin membuat motif-motif baru agar para wisatawan bisa memilih aneka motif yang disediakan. Motifmotif khas Lampung itu terinspirasi dari kain-kain tradisional Lampung yang telah berusia ratusan tahun yang lalu. Dia ingin batik khas Lampung tetap memiliki nilai seni dan pengaruh budaya Lampung yang kuat. “Motif-motif khas Lampung pada batik itu saya buat sendiri dan terinspirasi dari kain tradisional Lampung,� kata Zulkifli. (Tri Sujarwo/Kraf)

foto: lampung post/zainudin


2 25 September 2014

DAFTAR ISI INFO Lomba Seni Sastra

Klasik Lampung

4

BUDAYA

Mindai Masyarakat Lampung Mengangkat Saudara

6

Izin Memulai Mindai

7

CORAK Batik Lampung, Proses yang Cukup Rumit

8

santap

Masakan Padang Penggugah Selera

12

RESEP

Buak Tat, Kue Para Tamu Terhormat

13

ASRI

Lamban Tuha Warisan yang Masih Bertahan 14-15 Direktur Utama: Raphael Udik Yunianto. Pemimpin Umum: Bambang Eka Wijaya. Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Gaudensius Suhardi. Wakil Pemimpin Redaksi: Iskandar Zulkarnain. Pemimpin Perusahaan: Prianto A. Suryono. Dewan Redaksi Media Group: Saur M. Hutabarat (Ketua), Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudradjat, Elman Saragih, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Suryopratomo, Toeti Adhitama, Usman Kansong. Kepala Divisi Pemberitaan: D. Widodo, Kepala Divisi Content Enrichment: Iskak Susanto. Kepala Divisi Percetakan: Kresna Murti, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan: Nova Lidarni, Umar Bakti, Sekretaris Redaksi: M. Natsir. Redaktur: Hesma Eryani, Lukman Hakim, Muharam Chandra Lugina, Musta’an Basran, Rinda Mulyani, Sri Agustina, Sudarmono, Trihadi Joko, Wiwik Hastuti, Zulkarnain Zubairi. Asisten Redaktur: Abdul Gofur, Adian Saputra, Aris Susanto, Isnovan Djamaludin, Iyar Jarkasih, Fadli Ramdan, Rizki Elinda Sary, Sri Wahyuni, Sony Elwina Asrap, Susilowati, Vera Aglisa. Liputan Bandar Lampung: Agus Hermanto, Ahmad Amri, Fathul Mu’in, Ricky P. Marly, Meza Swastika, Wandi Barboy. Liputan Jakarta: Inge Olivia Beatrix Mangkoe. LAMPOST.CO. Redaktur: Kristianto. Asisten Redaktur: Delima Napitupulu, Sulaiman. Content enrichment Bahasa: Wiji Sukamto (Asisten Redaktur), Chairil, Kurniawan, Aldianta. Foto: Hendrivan Gumay (Asisten Redaktur), Ikhsan Dwi Satrio, Zainuddin. Dokumentasi dan Perpustakaan: Syaifulloh (Asisten Redaktur), Yuli Apriyanti. Desain Grafis redaktur: DP. Raharjo. Asisten Redaktur: Sugeng Riyadi, Sumaryono. Biro Wilayah Utara (Lampung Utara, Way Kanan, Lampung Barat): Mat Saleh (Kabiro), Aripsah, Buchairi Aidi, Eliyah, Hari Supriyono, Hendri Rosadi, Yudhi Hardiyanto. Biro Wilayah Tengah (Lampung Tengah, Metro, Lampung Timur): Chairuddin (Kabiro), Agus Chandra, Agus Susanto, Andika Suhendra, Djoni Hartawan Jaya, Ikhwanuddin, M. Lutfi, M. Wahyuning Pamungkas, Sudirman, Suprayogi. Biro Wilayah Timur (Tulangbawang, Mesuji, Tulangbawang Barat): Juan Santoso Situmeang (Kabiro), Merwan, M. Guntur Taruna, Rian Pranata. Biro Wilayah Barat (Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran): Widodo (Kabiro), Abu Umarly, Erlian, Mif Sulaiman, Heru Zulkarnain. Biro Wilayah Selatan (Lampung Selatan): Herwansyah (Kabiro), Aan Kridolaksono, Juwantoro, Usdiman Genti. Kepala Departemen Marcomm: Amiruddin Sormin. Senior Account Manager Jakarta: Pinta R Damanik. Senior Account Manager Lampung: Syarifudin. Account Manager Lampung: Edy Haryanto. Asisten Manager Iklan Biro: Siti Fatimah. Manager Sirkulasi: Indra Sutaryoto. Manager Keuangan & Akunting: Rosmawati Harahap. Alamat Redaksi dan Pemasaran: Jl. Soekarno Hatta No.108, Rajabasa, Bandar Lampung, Telp: (0721) 783693 (hunting), 773888 (redaksi). Faks: (0721) 783578 (redaksi), 783598 (usaha). http://www.lampost.co e-mail: redaksi@lampungpost. co.id, redaksilampost@yahoo.com. Kantor Pembantu Sirkulasi dan Iklan: Gedung PWI: Jl. A.Yani No.7 Bandar Lampung, Telp: (0721) 255149, 264074. Jakarta: Gedung Media Indonesia, Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp: (021) 5812088 (hunting), 5812107, Faks: (021) 5812113. Kalianda: Jl. Soekarno-Hatta No. 31, Kalianda, Telp/Fax: (0727) 323130. Pringsewu: Jl. Ki Hajar Dewantara No.1093, Telp/Fax: (0729) 22900. Kota­agung: Jl. Ir. H. Juanda, Telp/Fax: (0722) 21708. Metro: Jl. Diponegoro No. 22 Telp/ Fax: (0725) 47275. Menggala: Jl. Gunung Sakti No.271 Telp/Fax: (0726) 21305. Kotabumi: Jl. Pemasyarakatan Telp/Fax: (0724) 26290. Liwa: Jl. Raden Intan No. 69. Telp/Fax: (0728) 21281. Penerbit: PT Masa Kini Mandiri. SIUPP: SK Menpen RI No.150/Menpen/SIUPP/A.7/1986 15 April 1986. Percetakan: PT Masa Kini Mandiri, Jl. Soekarno - Hatta No. 108, Rajabasa, Bandar Lampung Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan.

ekraf

Torial

Menjual Lampung ke Dunia Internasional

D

UA perajin Lampung, Agus Suprayoga dan Raswan, menjadi wakil Lampung di ajang Pendik International Festival Artisan Art-Work, Istanbul, Turki. Agus dan Raswan juga mewakili Indonesia di ajang pameran tingkat dunia yang diikuti lebih dari 50 negara. Sebuah prestasi membanggakan yang dilakoni dua putra Lampung di pentas dunia. Keberangkatan keduanya pun mendapat apresiasi besar dari Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo dan Ketua Dekranasda Provinsi Lampung Aprilani Justin Ficardo. Saat pamit berangkat ke Istanbul, Agus dan Raswan mengucapkan terima kasih kepada Pemprov Lampung yang turut peduli. Padahal, keberangkatan keduanya bukan atas undangan pemerintahan Turki kepada Indonesia, tapi undangan pengusaha kerajinan Turki yang kagum akan ukiran Lampung dan kain tapis. Undangan langsung ditujukan kepada keduanya. Namun, perhatian besar dari Dekranasda dan Pemprov Lampung membulatkan tekad Agus dan Raswan membawa nama Lampung ke dunia internasional. Hasilnya, setiap hari stan Lampung menjadi buruan warga asing yang ingin tahu keunikan ukiran Lampung. Terlebih, ukiran Lampung merupakan tapis yang diwujudkan dalam bentuk ukiran. Bukan hanya ukiran Lampung, Raswan yang membawa beragam wastra Lampung kebanjiran pesanan, baik itu tapis, kain tenun selinggang alam, maupun kain tenun bidak galah napuh pun menjadi terkenal. Ini mungkin bukan satu-sa-

Lukman Hakim Wartawan Lampung Post

tunya prestasi yang ditorehkan perajin Lampung di dunia. Ada Laila Alkhusna, pemilik Siger Roemah Batik, kandidat kuat peraih Penghargaan Upakarti dari Presiden RI. Bahkan, Alkhusna sudah memperkenalkan batik tulis khas Lampung ke dunia internasional melalui karya-karyanya di Amerika Serikat, Belanda, Turki, Moskwa (Rusia), dan beberapa negara asia lainnya. Sudah waktunya Pemprov Lampung memberikan perhatian lebih bagi pembangunan ekonomi kreatif, khususnya kerajinan tradisional Lampung. Agar semua hasil seni dan budaya Lampung dikenal dunia, bukan hanya tapis atau sulaman usus yang sudah lebih dulu dikenal. Memang tidak semudah membalikan telapak tangan, asal ada usaha dan kesungguhan, hal itu bukan tidak mungkin. Kita bisa melihat Bali dan Yogyakarta, serta Minang Kabau yang menjual budaya tradisional menjadikan ketiga provinsi itu sangat dikenal dunia internasional. Dengan kehadiran dua duta Lampung di Pendik International Festival Artisan Art-Work 2014, semoga impian kita semua menjadi kenyataan, semoga. n


3 25 September 2014

ekraf

Tabik Pun

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Bawa Nama Baik Lampung di Istanbul

P

ERAJIN ukiran Lampung, Agus Suprayoga, menjadi wakil Indonesia dalam pameran seni budaya kriya tingkat dunia di Istanbul, Turki, pada 20—29 September. Agus didampingi peneliti dan perajin tapis Lampung, Raswan, dalam ajang dunia yang diikuti 50 negara itu. Ketua Dekranasda Provinsi Lampung Aprilani Justin Ficardo, didampingi Sekretaris Dekranasda Provinsi Lampung Zaidirina Wardoyo, memberikan apresiasi tinggi kepada kedua perajin tersebut. Menurut Aprilani, Agus Suprayoga dan Raswan yang masuk tokoh inspiratif dalam buku Inspirasi Lampung Post pantas mendapat penghargaan atas dedikasi dan komitmennya membangun kebudayaan tradisional Lampung. “Ini surprise bagi Lampung, karena ini mengangkat nama Lampung ke dunia internasional. Saya hanya berpesan agar kalian berdua mampu memperkenalkan kerajinan Lampung lainnya di pameran tingkat dunia itu dan

membawa nama baik Lampung di Istanbul, Turki,” kata Aprilani. Aprilani mengaku kagum dengan dedikasi kedua duta Lampung dalam ajang internasional itu. Apalagi, keduanya berangkat bukan hanya membawa nama Indonesia, tapi juga nama Lampung secara khusus. Saat melihat langsung ukiran-ukiran khas Lampung yang hendak dibawa ke Pendik Internasional Festival Artisan Art-Work, Aprilani memuji karya Agus Suprayoga yang begitu indah, halus, dan etnik. Di galerinya di Jalan Imam Bonjol, Langkapura, Agus menunjukkan langsung karyanya yang sudah banyak digemari pejabat daerah ini. “Ini suatu dedikasi tinggi bagi anak muda Lampung dalam mengangkat seni dan budaya Lampung. Bagaimana kita lihat begitu indahnya, kain tenun Lampung yang sudah tua (tapis) mampu diaplikasikan dalam bentuk ukiran,” kata Aprilani. Kedua duta Lampung izin pamit kepada

Ketua Dekranasda Lampung pada Senin (15/9) lalu. “Kami mewakili Lampung dan Indonesia dalam ajang tingkat dunia. Dalam katalog yang berbentuk majalah terbitan pers di Turki, ukiran Lampung menjadi berita utama yang ditampilkan,” kata Agus kepada Aprilani. Menurut Agus, ukiran Lampung menjadi peserta utama dalam pameran itu atas undangan pengusaha dan asosiasi perajin tradisional asal Turki. “Mereka tertarik dengan ukiran Lampung, karena ukiran itu berasal dari kain tapis yang diwujudkan dalam bentuk ukiran,” kata dia. Perajin dan peneliti tapis, Raswan, menjelaskan kehadirannya dalam pameran kerajinan tradisional-modern di Istanbul karena pengusaha dan asosiasi di luar negeri ingin mengetahui filosofi dari tapis itu sendiri. Apalagi, tapis yang sudah dikenal di dunia ternyata dapat diwujudkan dalam ukiran Lampung. “Ini penghargaan untuk Lampung khususnya. Ukiran Lampung juga mulai dikenal dunia internasional,” kata dia. (Lukman Hakim/Kraf)


4 25 September 2014

ekraf

Info

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Lomba Seni Sastra Klasik Lampung G

ADIS itu berdiri di hadapan para penonton dengan memegang kertas berisi lantunan syair-syair tradisional Lampung. Lambat laun lisannya mulai membacakan syair-syair tradisional berbahasa Lampung itu. Para penonton khidmat mendengarkan lantunan syairsyair Lampung yang dibawakan gadis berjilbab itu. Pakaian tradisonal Lampung berupa tapis yang dipadu dengan kebaya dan selendang Lampung melengkapi penampilan gadis tersebut. Itulah penampilan Meli Tiara, salah satu peserta lomba seni sastra klasik Lampung, yang juga menjadi juara dalam lomba tersebut. Kegiatan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Lampung sebagai upaya turut melestarikan adat dan budaya Lampung. Acara ini dibuka dengan penampilan tari ngekhos kebayan. Tarian ini menceritakan kehidupan seorang gadis Lampung yang hendak menuju pelaminan, yang harus siap mengerjakan pekerjaan rumah. Ini merupakan tarian kreasi Lampung yang sengaja khusus ditampilkan dalam lomba seni budaya Lampung itu. Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo mengatakan sangat mendukung kegiatan pelestarian seni budaya sastra klasik yang dikemas dalam sebuah kompetisi. Harapannya, akan lahir karya-karya yang inovatif dan kreatif yang mampu membawa perubahan dampak positif. Selama ini, kata dia, Lampung dikenal sebagai daerah yang memiliki kekayaan budaya, baik sastra maupun aksara. Kegiatan semacam ini harus dilestarikan dan dikemas dalam paket wisata sehingga banyak wisatawan yang turut menikmati kesenian tradisional Lampung. “Semoga ke depan kegiatan seperti ini bisa terus bertahan dan makin baik.� Ridho juga berharap semua seni budaya tradisional Lampung dapat terus berkembang di tengah gempuran budaya asing yang masuk Indonesia, tidak terkecuali Lampung. Untuk itu, dia berjanji akan terus melestarikan seni budaya Lampung serta kerajinan tradisional yang unik dan sudah dikenal dunia. Lomba seni sastra klasik Lampung, kata Gubernur, adalah salah satu upaya untuk terus melestarikan budaya Lampung yang sudah mulai terkikis oleh majunya peradaban. Namun, dia yakin kalau anak-cucu masyarakat Lampung terus membudayakan dan melestarikannya, semua peninggalan seni budaya Lampung akan tetap ada sampai kapan pun. Ridho juga sangat bersyukur dua duta Lampung, Agus Suprayoga dan Raswan, menjadi peserta pameran tingkat dunia di Pendik International Festival Artisan Art-Work di Istanbul, Turki. Dia berharap kehadiran dua duta Lampung di festival yang diikuti 50 negara itu mampu mengangkat seni dan budaya Lampung ke pentas dunia. (Tri Sujarwo/Kraf)


5 25 September 2014

ekraf

Tradisi

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Jayik Sakhdang (Jai) Tidak Lekang Ditelan Zaman

L

AMPUNG memiliki alat dan perkakas tersendiri yang digunakan dalam berbagai hal dan kesempatan. Salah satu aktivitas yang banyak dilakukan oleh masyarakat suku Lampung di daerah perdesaan adalah berkebun dan bercocok tanam. Hal ini memengaruhi kebudayaan masyarakat Lampung itu sendiri dalam menggunakan perkakas yang khas. Salah satu perkakas yang masih digunakan wanita suku Lampung saat hendak menuju ke kebun atau sawah Jayik Sakhdang. Masyarakat Lampung di Pekon Sukaraja, Kecamatan Gunungalip, Kabupaten Tanggamus, masih menggunakan benda yang satu ini saat ke kebun atau sawah. Jayik sakhdang dalam Bahasa Lampung bisa diartikan sebagai bakul yang diselempangkan (dikaitkan) di pundak. Jayik sakhdang ini terbuat dari bilah bambu yang kemudian dianyam hingga membentuk segi empat dengan bagian atas terbuka lebar. Sebagai pelengkapnya, jayik sakhdang ini kemudian dipasangkan tali yang terbuat dari rotan yang memanjang yang fungsinya untuk dikaitkan di pundak. Jayik sakhdang pada umumnya d igu nakan wanita suku Lampung saat berkebun atau berladang karena memiliki banyak kegunaan. Salah satu fungsinya, yakni untuk membawa bekal berupa nasi maupun air minum serta peralatan berkebun seperti sabit dan ani-ani. Jayik sakhdang masih banyak ditemukan di daerah perdesaan yang dihuni mayoritas suku Lampung. Harga jual perlengkapan yang satu ini di pasar tradisional men-

capai hingga Rp15 ribu—Rp20 ribu per buah. Selain di pasar, kita juga bisa memesan dengan penduduk sekitar yang biasa membuat kerajinan. Saat wanita suku Lampung pulang berkebun biasanya jayik sakhdang ini digunakan untuk membawa sayuran, buah-buahan maupun hasil kebun lainnya yang sifatnya untuk makanan harian. Para perajin di Pekon Sukaraja masih aktif membuat produk kerajinan ini. Selain digunakan masyarakat sekitar, biasanya dijual di pasar-pasar. Salah satu hal yang membuat jayik sakhdang masih tetap bertahan karena ketersedian bahan baku yang melimpah. Tak jauh dari permukiman warga di sini banyak ditemukan pohon bambu yang tumbuh subur.

Selain itu, para perajin juga masih banyak yang membuatnya. Tak hanya sampai di situ, masyarakat sekitar Tanggamus juga banyak yang menggunakan benda yang satu ini untuk kegiatan berkebun maupun berladang. Itulah beberapa alasan mengapa benda yang satu ini masih bisa tetap bertahan hingga saat ini. Jayik sakhdang telah digunakan masyarakat Lampung secara turun-menurun. Jika kita mengunjungi Pekon Sukaraja, hampir dipastikan semua wanita yang berkebun atau berladang membawanya. Tak jauh dari objek wisata Way Beghak banyak sekali kebun kemon (sejenis lalapan) dan selada air yang ditanam warga di sana. (TRI SUJARWO/KRAF)


6 25 September 2014

ekraf

Budaya

Mindai

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Masyarakat Lampung Mengangkat Saudara

S

UKU Lampung memiliki banyak tradisi dan seni budaya hingga kini. Walaupun di tengah zaman yang serbacanggih, masih banyak masyarakat Lampung yang peduli akan budayanya. Salah satu budaya yang masih lestari hingga kini adalah mindai. Mindai berasal dari kata “indai� yang berarti sahabat. Mindai merupakan salah satu cara masyarakat Lampung mengangkat (memasukkan) orang lain karena sebab tertentu menjadi bagian dalam sebuah keluarga. Mindai bisa diartikan sebagai saudara sesumpah yang dilakukan secara adat dan diumumkan secara resmi. Ketika sebuah keluarga melakukan mindai, anak-anak mereka dilarang menikah dengan sesama yang di-indai-nya. Mindai bisa dilakukan karena kebaikan seseorang dan kuburukan. Misalnya, karena terjadi kecelakaan, kemudian dilakukan mindai antarsesama keluarga yang mengalami musibah kecelakaan itu. Namun, ada juga mindai yang dilakukan karena kebaikan atau jasa seseorang. I Gusti Nyoman Arsana di-indai oleh tujuh keluarga (wakhi) karena kebaikan beliau yang seorang Bali, tetapi mengembang-

kan budaya Lampung. Beberapa waktu lalu, tujuh keluarga yang terdiri dari Sapril Yamin adok Kimas Amanah, Rusli Syukur adok Pangikhan Rajo Sipahit Lidah, Nurdin Darsan adok Khadin Sampukhna, Suttan Dermawan Suttan, A. Roni adok Ratu Angguan, A. Barden Moegni adok Pn. Sipahit Lidah, dan Andi Wijaya Bakalan Layang Makhkga menggangkat I Gusti Nyoman Arsana menjadi bagian dalam keluarga mereka. Mindai yang diselenggarakan di aula Pasar Seni Enggal itu berlangsung khidmat. Acara diawali prosesi Ngarak Saibatin Punyimbang Tuha Khaja Gusti Pangikhan/Gama Ratu Bandar Makhga Balak Teluk Betung. Selain itu, Khaja Paksi Dua Kepaksian Buay Bejalan di Way Kembahang dan Khaja Wira Kesuma Kepaksian Buay Pernong Batubrak juga turut diarak berbarengan. Kemudian, mereka duduk di tempat yang telah disediakan dengan ornamen khas

Lampung yang begitu kentara, seperti thikai, siger, kebung, dan lainnya. Prosesi yang kedua yakni mengarakan yang akan di-mindai, yaitu keluarga besar I Gusti Nyoman Arsana dan Ketua Persatuan Hindu Darma Indonesia (PHDI) Lampung, yang didampingi Sultan Bimo Jagat. (Tri Sujarwo/Kraf)


7 25 September 2014

ekraf

Budaya

Izin Memulai Mindai S

EBELUM melakukan acara mindai, jauh hari sebelumnya I Gusti Nyoman Arsana telah di-angkon (diangkat) menjadi saudara oleh Sultan Bimo Jagat. Setelah itu, prosesi tebak hampong pun dilakukan oleh Radin Singa Buay Bejalan di Way untuk menanyakan maksud dan tujuan kedatangan rombongan. Kemudian, maksud dan tujuan itu dijawab oleh Suttan Bimo Jagat yang telah mengangkon wakhi (mengangkat saudara) dengan I Gusti Nyoman Arsana untuk memasuki tempat acara. Acara ini juga makin semarak dengan penampilan tarian pembuka, yakni tari ngesaikon pilih (menyatukan pilihan). Tarian ini terdiri dari 3 mekhanai (bujang) dan 6 muli (gadis) dengan dilengkapi properti, seperti payung dan tepak yang berisi sirih. Tarian ini hanya tampil pada saat tertentu saja untuk acara mindai. Kemudian, dilanjutkan dengan prosesi berikutnya, yakni prosesi nangguh yang dilakukan oleh Radin Singa kepada Saibatin Punyimbang Tuha Raja. Tujuannya, meminta izin untuk memulai acara mindai. Setelah mendapatkan izin dari Saibatin Punyimbang Tuha Raja, Radin Singa menanyakan apa tujuan dari temui manjau kepada Suttan Bimo Jagat. Barulah kemudian prosesi penerimaan sewakhian (mindai) antara I Gusti Nyoman Arsana dan tujuh keluarga yang akan me-mindai. Prosesi ini ditandai dengan pemakaian tukkus (kopiah) oleh Raja Wiro Kusuma. Selanjutnya, pemberian pusaka berupa terapang gajah oleh Gusti Pn. Igama Ratu Bandakh Makhga Teluk Betung kepada I Gusti Nyoman Arsana. Setelah prosesi itu, Suttan Bimo Jagat dan I Gusti Nyoman Arsana

dipersilakan duduk di Sai Tuha Batin. Mereka duduk berdampingan dengan 7 indai-nya (sahabatnya) sebagai tanda menyatukan mereka semua menjadi satu keluarga besar. Sebagai penguatan, dilakukan penandatanganan surat kemupakatan dan dilanjutkan dengan pembacaan juluk adok kepada I Gusti Nyoman Arsana dan inggom-nya (istrinya). I Gusti Nyoman Arsana juluk adok-nya Adin Gedangdung, sedangkan istrinya diberi juluk (gelar) Inai Tutukan. Setelah itu dilakukan prosesi nippa atau nutu bias jama gula (menumbuk beras dan gula) untuk dijadikan kakilu (dodol). Prosesi ini dilakukan oleh sembilan wakhi/indai beserta inggom-nya (istrinya) di dalam lesung dengan menggunakan alu. Hal ini sebagai penanda mereka telah bersepakat untuk mengikat persaudaraan serta melakukan pekerjaan dalam suka maupun duka layaknya saudara kandung. Menuju prosesi berikutnya, yakni igel sewakhian yang dipandu oleh Suttan Dermawan Suttan yang diikuti oleh seluruh Punyimbang Saibatin Tuha Raja. Igel merupakan tarian dengan menggerakkan bagian tangan dengan cara memutarnya. Gerakan tarian ini sangat sederhana dan mudah, tetapi memiliki makna yang dalam. Tarian ini biasanya hanya dilakukan oleh para pria dengan gerakan memutar. Prosesi selanjutnya adalah cuak mengan yang dipimpin oleh Nurdin Darsan adok Khadin Sampukhna yang juga menandai sebagai puncak dari seluruh rangkaian acara. Seluruh peserta mindai yang hadir melebur menjadi satu menikmati aneka hidangan khas suku Lampung yang dihidangkan malam itu. (Tri Sujarwo/Kraf)

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung


8 25 September 2014

ekraf

Corak

Batik Lampung, Proses yang Cukup Rumit

K

AIN batik Lampung kini mulai dilirik berbagai kalangan. Kain-kain bermotif khas Lampung itu kini semakin indah berkat sentuhan tangan para desainer Lampung yang begitu piawai. Salah satu pengusaha batik Lampung adalah Zulkif li. Kita bisa menjumpai langsung proses pembuatan batik Lampung mulai dari pemintalan benang hingga penjemuran batik-batik dengan motif Lampung yang kuat di rumah usahanya di Palapa, Bandar Lampung. Puluhan pekerja yang begitu piawai mengerjakan tugasnya masing-masing. Proses pertama, peminta-

lan kapas menjadi serat-serat halus yang kemudian disebut dengan benang. Benang-benang ini kemudian digulung menjadi gulungan-gulungan yang berbentuk melingkar. Setelah gulungan-gulungan benang itu terkumpul, barulah ditenun menggunakan alat tenun bukan mesin. Para pekerja menenun benang-benang yang halus itu menjadi lembaranlembaran kain yang begitu rapat tenunannya. Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menenun benang-benang itu menjadi lembaranlembaran kain yang siap digunakan untuk proses pencetakan (printing). Lembaran-lembaran kain berwarna putih itu kemudian disablon mengguna-

kan dua warna dasar yakni merah dan biru. Sebuah papan cetak dengan warna merah dan biru secara bergantian mengisi lembaran kain-kain yang berwarna putih itu. Proses pencetakan itu berlangsung hingga sore hari sampai papan cetak itu tetap bagus dan tidak meleber. Kain yang telah dicetak dengan aneka motif dan warna itu kemudian dikaitkan pada kayu yang memanjang agar kering. Sebagain kain itu ada juga yang dijemur di tengah terik matahari. Barulah setelah itu kain-kain yang dicetak itu akan direndam dalam air warna agar warna pada batik-batik motif Lampung itu timbul. (Tri Sujarwo/Kraf)


9 25 September 2014

ekraf

Corak

Banyak Diburu Wisatawan

K

AIN batik dengan motif Lampung banyak diburu. Selain harganya murah, juga karena motif ini biasanya hanya ditemukan di Lampung. Walaupun ada beberapa pengusaha yang membuat motifnya di Lampung, mencetaknya di luar Lampung. Kain-kain batik Lampung itu tak akan lekang digerus zaman. Kini kita bisa menjumpai batik Lampung di berbagai instasi pemerintah di Lampung mulai dari para guru, pegawai pemda, hingga pejabat-pejabat kelas atas banyak yang menggunakan batik Lampung. Pengembangan batik Lampung yang terinspirasi dari kain tradisional Lampung merupakan suatu kemajuan yang patut diapresiasi. Pasalnya, hingga kini tak banyak pengusaha asli Lampung yang mengembangkan batik Lampung. Apalagi, saat ini motif klasik lebih banyak diburu oleh para wisatawan. Salah satu wisatawan asal Aceh, Hijrah Saputra, yang tengah mencari batik Lampung, mengatakan ternyata Lampung memiliki kain-kain tradisonal yang bagus dan langka. Hijrah sendiri mencari batik Lampung dengan motif klasik dan maskot yang tertuang dalam kain batik Lampung itu sendiri. Ini patut diapresiasi, pasalnya daerah lain tidak memilikinya jadi harus terus dilestarikan. “Lampung memiliki batik yang tak kalah keren dengan batik-batik dari daerah lainnya,� ujar dia. Toko kain batik Lampung milik Zulkifli salah satunya yang banyak diburu wisatawan dari berbagai daerah. Biasanya motif gajah dan siger yang banyak diburu. Kedua maskot itu seolah melekat begitu erat dalam ingatan para wisatawan yang berkunjung ke Lampung. Sebagai warga asli Lampung, hendaknya kita mampu melestarikan kain tradisional Lampung ini. Jangan sampai kita malu mengenakan kain tradisonal berbentuk batik Lampung ini! (Tri Sujarwo/Kraf)


10 25 September 2014

ekraf

Wisata

Rubrikasi Rubrikasi ini ini dipersembahkan dipersembahkan oleh:oleh: KotaPemprov Bandar Lampung Lampung

Gigi Hiu

Hidden Paradise of Lampung

L

AMPUNG memiliki banyak sekali objek wisata yang sangat layak dijual untuk para wisatawan. Sayang, masih banyak yang belum tahu besarnya potensi pariwisata di Lampung. Objek wisata yang tersebar di Lampung dari dari gugusan pulau-pulau cantik, lembah, gunung, danau, pantai hingga budaya semuanya layak untuk “dijual�. Salah satu objek wisata yang tengah naik daun, yakni objek wisata Gigi Hiu. Masyarakat setempat menyebutnya dengan sebutan Batu Layar. Sekilas kawasan objek wisata ini memang mirip layar terkembang. Namun, para pengunjung kemudian memberi nama Gigi Hiu karena bentuknya yang runcing dan tak beraturan seperti gigi hiu. Ternyata penamaan Gigi Hiu membawa berkah tersendiri, semakin banyak pengunjung yang datang dan mencari lokasi

wisata yang satu ini walau letaknya sangat terpencil. Objek wisata Gigi Hiu terletak di Pekon Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus. Waktu tempuhnya sekitar 3 jam sampai 4 jam perjalanan dari Bandar Lampung. Lokasi objek wisata yang satu ini berjarak sekitar 12 kilometer dari pintu masuk objek wisata Teluk Kiluan. Walaupun begitu, Teluk Kiluan dan Gigi Hiu merupakan kawasan objek wisata yang berbeda dan tidak terletak dalam satu lokasi. Jalanan yang terjal dan curam seolah “m e wa j i b kan� para wisatawan

untuk beralih ke kendaraan roda dua ataupun menyewa jasa ojek. Waktu tempuhnya sekitar 1 jam perjalanan dari pintu masuk Teluk Kiluan. Jalanan yang rusak sepertinya tak menyurutkan para pengunjung untuk mengunjungi objek wisata yang satu ini. Gigi Hiu akan ramai saat akhir pekan tiba. Biasanya, para fotografer akan berburu sunset di sini. Biasanya Gigi Hiu banyak dikunjungi oleh para fotografer andal, baik dari Lampung maupun berbagai daerah di Indonesia. Rupanya Gigi Hiu sudah cukup populer di telinga para fotografer Indonesia. Maka tak mengherankan jika para penyewa jasa ojek selalu kebanjiran job saat akhir pekan tiba maupun hari-hari biasanya. Selain itu, tak sedikit pula para pencinta wisata, travel blogger, jurnalis maupun turis asing yang mengabadikan momen-momen

indah di sini. Para wisatawan biasanya akan berburu sunset di sini sembari menikmati pemandangan yang eksotis. Agar mendapatkan jepretan gambar yang maksimal kita bisa memanjat beberapa batuan karang dengan bagian atasnya yang agak rata. Barulah batuan-batuan unik nan eksotis itu seperti tersembul keluar dari lautan. Ini merupakan view yang cocok untuk mengambil gambar. Batuan cantik ini konon terbentuk karena deburan ombak yang yang begitu besar yang menghempas batuan karang. Konon, menurut warga setempat, proses itu berlangsung berpuluh-puluh tahun, bahkan mungkin ratusan tahun hingga terbentuk batuan cantik seperti sekarang ini. Pesona Gigi Hiu kini kian moncer, saatnya kita sambut para wisatawan yang berkunjung ke Sai Bumi Ruwa Jurai ini dengan senyuman. Tabik. (Tri Sujarwo/Kraf)


11 25 September 2014

Koleksi Harga

ekraf

Fotografi

: Teguh Kariadi : Rp400 ribu-Rp3 juta

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung


12 25 September 2014

ekraf

Santap

Masakan Padang Penggugah Selera

S

ALAH satu menu masakan yang cukup digemari masyarakat Indonesia adalah masakan Padang. Salah satu suku yang berasal di Sumatera Barat yang terkenal dengan budaya merantaunya. Biasanya mereka menyebut diri dengan sebutan urang minang atau urang awak. Selain terkenal akan masakannya, urang minang juga terkenal akan kepiawaiannya dalam berdagang. Maka tak mengherankan jika rumah makan Padang tersebar ke berbagai daerah di Indonesia bahkan sampai mancanegara. Salah satu Rumah Makan Padang yang banyak dikunjungi oleh pengguna jalan lintas Sumatera adalah warung makan Padang yang terletak di Babatan, Lampung Selatan. Banyak para penikmat kuliner yang menjadi penggemar masakan Padang dengan aneka olahannya. Citarasa yang begitu tinggi membuat lidah para pengunjung tak mau berhenti menyantap masakan Padang tiap disajikan. Rumah Makan Trans Jaya 3, masakan

Padang-Indonesia, demikian kira-kira bacaan yang tertera di spanduk depan rumah makan yang terletak di Desa Babatan Km 29 ini. Rumah makan ini cukup besar dan bersih. Ada satu hal yang berbeda di sini. Bila kita melihat hampir di semua rumah makan Padang biasanya karyawatinya mengenakan jilbab itu sudah biasa. Ternyata di rumah makan yang terletak di Jalan Soekarno-Hatta, Babatan, ini semua karyawannya wajib mengenakan kopiah (peci). Inilah salah satu keunikan rumah makan Padang yang baru saya temui. Rumah makan yang tergabung dalam FM Group ini memiliki aneka menu dengan harga yang terjangkau. Aneka menu tersedia di sini mulai dari ayam, udang, cumi hingga rendang. Rendang inilah salah satu masakan khas suku Minang. Harganya pun cukup murah berkisar mulai Rp12 ribu sampai Rp30 ribu per porsi tergantung menu yang Anda pilih. Selain rasa yang memang cocok dengan lidah orang Indonesia, rendang juga

banyak diburu karena harganya yang cukup terjangkau. Apalagi makanan yang satu ini juga tahan lama dibawa ke mana pun tanpa harus dihangatkan terlebih dahulu. Kelebihan inilah yang kemudian membuat banyak pencinta kuliner memburunya. Bahkan, konon, rendang juga merupakan salah satu makanan yang terlezat di dunia. Sebagai warga negara Indonesia kita patut bersyukur bisa mencicipi rendang kapan pun kita mau. Rendang yang berbahan dasar daging sapi yang begitu empuk dengan paduan rempah-rempah yang menyatu begitu nikmat di lidah. Rasanya lidah tak mau berhenti. Rumah makan ini juga menyediakan menu lainnya yang tak kalah menarik untuk Anda cicipi. Citarasa masakan Minang memang mengundang selera. Mulai dari Aceh sampai Papua kita bisa menemukan rumah makan yang satu ini. Maka tak mengherankan jika rendang menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Selamat bersantap ria. (Tri Sujarwo/Kraf)


13 25 September 2014

ekraf

Buak Tat, Kue Para Tamu Terhormat

M

ASYARAKAT suku Lampung memiliki aneka kuliner yang biasanya disajikan dalam momen-momen tertentu. Beberapa perayaan seperti Idulfitri, Iduladha, pernikahan maupun momen penting lainnya, biasanya aneka kuliner khas Lampung disajikan. Sebagai menu pelengkapan sajian, biasanya ada juga kue-kue khas Lampung yang juga turut dihidangkan. Beberapa kue khas Lampung, seperti tapai lepot, lapis legit (maksuba), benjak-enjak, segubal, maupun buak tat. Saat acara mindai, beberapa waktu lalu, yang diselenggarakan di Bandar Lampung, buak tat turut disajikan. Buak tat merupakan kue istimewa yang biasanya disajikan saat-saat tertentu. Sekilas bentuknya sangat sederhana, tetapi memiliki makna yang dalam sebagai sebuah sajian untuk penghormatan terhadap tamu. Buak tat biasanya dibuat para bebai (wanita) Lampung dan dikerjakan secara bersama-sama dalam sebuah tardisi rewangan. Mereka biasanya bahu-membahu dalam membuat sajian yang satu ini. Buak tat biasanya berbentuk aneka jenis binatang, seperti ikan, bunga, burung, dan kupu-kupu. (Tri Sujarwo/Kraf)

Bahan: - Tepung Terigu - Gula Pasir - Telur - Margarin Proses Membuat: - Pertama-tama siap peralatan dan baskom untuk membuat adonan buak tat. Siapkan bahan-bahan seperti tepung terigu, telur, gula pasir, dan margarin. - Kocok margarin dan campurkan dengan gula hingga adonan menyatu, jika adonan sudah lembut, secara perlahan masukkan telur satu per satu sambil dikocok. - Sembari mengaduk adonan, campurkan tepung terigu dan aduk hingga adonan merata. - Jika adonan sudah siap, masukkan adonan dalam cetakan aneka bentuk sesuai dengan keinginan kita. - Jika ingin menambah selera, bagian dalam adonan biasanya dicampur dengan selai nanas dengan rasa manis maupun aneka selai lainnya. - Setelah adonan dicetak, maka siap dipanggang menggunakan oven sampai adonan berwarna kuning kecokelatan. - Kini, buak tat siap disajikan untuk tamu maupun santap keluarga.

Resep


14 25 September 2014

ekraf

Asri

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh:oleh: PemdaLampung Pemprov Lampung Barat

Lamban Tuha Warisan yang Masih Bertahan

M

ASYARAKAT Lampung memiliki bangunan unik yang tidak ditemukan pada masyarakat lainnya di Indonesia. Setiap jengkal desain memiliki makna yang dalam. Semuanya penuh dengan simbol-simbol yang menandakan masyarakat Lampung cinta akan seni, salah satunya bisa kita lihat lewat sebuah bangunan bernama lamban (rumah). Masyarakat Pekon Canggu, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat, merupakan masyarakat yang masih mempertahankan rumah panggung sebagai bagian dalam kehidupan mereka. Rumah-rumah berusia ratusan tahun itu diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Jika kita berkunjung ke Pekon Canggu dan sekitarnya, yang kita jumpai deretan rumah panggung dengan tangga yang terletak di bagian kanan maupun kiri. Deretan rumah panggung itu tentunya membuat para pengunjung berdecak kagum. Uniknya, bangunan itu masih sangat kokoh hingga saat ini. Pada umumnya rumah adat Lampung berbentuk panggung yang dilengkapi dengan jan (tangga). Kayu yang digunakan untuk pembuatan rumah adat Lampung menggunakan kayu merbau. Pada zaman dahulu kayu jenis ini masih banyak ditemukan. Walaupun kini kayu merbau sudah jarang ditemui di sekitar perkampungan suku Lampung, rumah adat yang dibangun sejak ratusan tahun lalu masih bertahan hingga kini. Selain merbau, masyarakat di Pekon Canggu zaman dulu juga menggunakan kayu tenau untuk pembuatan rumah mereka. Inilah yang menyebabkan mengapa kayu itu masih awet tanpa rayap hingga kini. Masyarakat zaman dahulu menggunakan bahan-bahan yang berkualitas. Rumah milik Syaripudin, yang merupakan salah satu raja jukuan di Pekon Canggu ini, memiliki 18 tiang penopang. Tiang-tiang itu sangat besar dan memiliki diameter 50—60 cm. Kayu yang digunakan menggunakan kayu tenau dan merbau yang kuat dan memiliki kualitas yang bagus. Rumah milik raja jukuan ini konon berusia sekitar 250 tahun. Namun, kondisinya masih terawat dengan baik dan sempurna. Tinggi tiang penopangnya mencapai 1,5 meter. Pada masing-masing tiang penopang dilandasi dengan batu besar yang juga batu pilihan. Uniknya, batu itu tidak pecah hingga kini. Batu yang dipilih memang batu pilihan dengan kualitas super yang pada zaman dahulu masih bisa ditemukan dengan mudah. (Tri Sujarwo/Kraf)


15 25 September 2014

ekraf

Asri

Rubrikasi ini dipersembahkan Pemprov Lampung oleh:oleh: Pemda Lampung Barat

Setiap Ruangan Memiliki Filosofi

B

ERANDA yang berada di bagian depan memiliki panjang 8 meter x 16 meter. Sementara itu, tinggi rumah dari tiang hingga atap mencapai 5 meter. Rumah ini juga dilengkapi dengan 10 pasang jendela (sekapan). Sekapan ini juga memiliki ornamen khas Lampung yang begitu kentara. Ada dua sekapan pada bagian depan dan ada delapan di bagian samping dan belakang. Rumah ini memiliki tiang pojokan yang sangat kokoh. Masyarakat setempat menyebutnya dengan lulung. Tinggi lulung bisa mencapai 25 cm. Rumah adat ini juga dilengkapi dengan blandagkh (tiang) sebagai penopang bangunan. Pada zaman dulu rumah-rumah adat Lampung menggunakan atap rumbia. Namun, kini mayoritas rumah adat Lampung menggunakan seng maupun genting. Ada beberapa bagian yang yang berada di dalam rumah adat Lampung Saibatin. Pada bagian depan ada lepau/bekhanda yang dalam bahasa Indonesia berarti beranda. Lepau ini biasanya digunakan untuk berkumpul sesama anggota keluarga. Pada umumnya lepau dihiasi dengan ornamen khas Lampung, seperti thikai dalam pesta adat. Thikai ini memenuhi bagian depan beranda. Biasanya ada juga kursi memanjang yang digunakan untuk menikmati senja di sore hari. Memasuki bagian dalam ruangan, ada lapang luakh. Lapang luakh digunakan untuk menyambut tamu. Biasanya ruang tamu berisi aneka aksesori dan ornamen khas Lampung, seperti kain tapis kuno, kepala menjangan, serta perlengkapan pernikahan. Pada bagian atasnya ada plafon atau yang lebih dikenal dengan sebutan panggakh. Rumah adat Lampung dilengkapi dengan khesi tengah atau lantai. Lantai yang digunakan juga menggunakan kayu merbau. Perawatannya biasanya menggunakan minyak khusus kayu agar tidak dimakan rayap. Biasanya bagian lantai ini dilengkapi dengan tikar khas Lampung sebagai alas untuk istirahat. Sasai atau dinding kayu pada bagian rumah juga sangat kokoh. Berbagai aksesori maupun foto keluarga biasanya dipasang pada sasai ini. Sementara itu, pintu yang dalam masyarakat Lampung dikenal dengan istilah khangok ini biasanya bentuknya lebih kecil dan terletak di bagian tengah sebelum menuju lapang luakh. Makin ke bagian dalam kita akan menemui beberapa bagian (kebik) yang digunakan untuk tidur. Ada kamar utama yang digunakan oleh pemilik rumah. Sementara itu, ada tebelayakh yang digunakan sebagai kamar untuk anak kedua pemilik rumah. Kemudian, anak pertama dan orang tua pemilik rumah memiliki kamar yang berdekatan dengan kamar utama. Selain itu, rumah adat ini juga dilengkapi dengan dapugh. (Tri Sujarwo/Kraf)


16 25 September 2014

ekraf

Agenda

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Ukiran Lampung Dikenal di Turki

N

AMA Lampung menjadi terkenal dalam Pendik International Festival Artisan Art-Work, di Kota Pendik, Istanbul, Turki, yang digelar 20 sampai 29 September 2014. Wali Kota Pendik Kenan Sahin mengagumi tapis dan ukiran Lampung yang dibawa dua duta Lampung, Agus Suprayoga dan Raswan. Bahkan, ukiran Lampung karya Agus menjadi berita utama majalah lokal yang mengupas unik dan etnik budaya tradisional dunia. Agus Suprayoga dan Raswan berangkat ke Turki atas undangan pengusaha setempat yang sejak lama mengagumi ukiran khas Lampung itu. Terlebih, ukiran Lampung merupakan bentuk tapis dalam kriya. “Ini suprise bagi Lampung. Kami mendapat perhatian khusus. Padahal, peserta pameran diikuti lebih dari 50 negara di dunia,” kata Agus, melalui kontak BBM, kepada Lampung Post, kemarin. Keberangkatan Agus dan Raswan dalam ajang tingkat dunia itu sebelumnya dilepas Ketua Dekranasda Provinsi Lampung Aprilani Justin Ficardo, Senin (15/9) lalu. Dalam pemeran itu, Agus membawa sejumlah hiasan dinding dalam bentuk ukiran khas Lampung, sedangkan Raswan memperkenalkan sejumlah wastra Lampung berupa kain tapis, tenun ikat selinggang alam, tenun ikat bidak galah napuh, dan tapis inuh.

Saat pembukaan, kata Raswan, stan Lampung terus dibanjiri pengunjung yang merasa kagum dengan tapis karya Raswan yang diaplikasikan dalam bentuk ukiran oleh Agus. Bahkan, Wali Kota Pendik Kenan Sahin hampir setiap hari mengunjungi stan peserta dari Indonesia (Lampung) itu. “Kami benar-benar mendapatkan penghormatan di Istanbul. Kami bukan hanya membawa nama Indonesia, tapi nama Lampung khususnya. Banyak yang tanya, Lampung sebelah mana Jakarta,” ujar Raswan. Baik Agus maupun Raswan berharap Pemprov terus mempromosikan Lampung melalui tapis dan ukiran Lampung yang sudah dikenal di dunia. Terbukti, banyak peserta pameran dari negara lain yang sudah mengenal tapis dari berbagai buku terbitan luar negeri. “Saatnya kita jual Lampung ke dunia internasional melalui kerajinan tradisional. Bahkan, banyak peserta pameran yang sudah tahu sejumlah objek wisata di Lampung,” kata Agus, menimpali. (Lukman Hakim/Kraf)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.