Ekraf minggu ke iii

Page 1

Jalan R. Imba Kusumaratu, No. 21 (0721) 7404744.

Sulam Usus,

No I / 20 Juni-18 Juli 2013

Eksotik ‘Fashion’

Lampung

M

ULANYA, sulam usus adalah bagian dari seperangkat pakaian adat pengantin wanita dari daerah Lampung. Kalaupun ada peralatan rumah tangga lain yang menggunakan sulaman usus, hanya sebatas hiasan tutup gelas, tudung nasi, atau hiasan pada tempat tisu. Sulam usus pada awalnya berfungsi sebagai penutup bagian dada (bebe) di atas balutan kain tapis pada pakaian adat pengantin Lampung Pepadun. Lewat tangan dingin seorang desainer Lampung yang sudah menasional, Aan Ibrahim, sulam usus kini menjadi fashion yang sangat unik dan eksotik dari Lampung. Saat ini Sulaman usus bahkan sudah menjadi trade mark-nya Kota Bandar Lampung. Hal itu karena sang pencetus fashion sulaman usus (Aan Ibrahim) berasal dari Kota Tapis Berseri ini. Dari perjuangan panjang Aan Ibrahim, sejak tahun 1995 melakukan penelitian, kini sulaman usus menjadi barang mewah dengan nilai ekonomis sangat tinggi. Bahkan, mencapai ratusan juta rupiah. Saat ini, sulaman usus sudah masuk Museum Tekstil Indonesia sebagai warisan budaya yang wajib dilestarikan, selain kain Tapis yang sudah mendunia. Padahal, kata Aan, tidak akan lengkap pakaian ada pengantin Pepadun tanpa sulaman usus. “Dari situ saya merasa tertantang untuk memperkenalkan sulam­an usus ke dunia luar,” kata dia. Setelah hampir 20 tahun malangmelintang memperkenalkan sulaman usus, kini hampir semua warga sudah mengenal kerajinan khas Lampung itu. Karena keunikannya, pemerintah pun akhirnya menjadikan sulaman usus sebagai salah satu warisan budaya yang wajib dilestarikan. “Saya ingin sulaman usus seperti batik dari Pekalongan dan menjadi pakaian asli Indonesia yang sudah sangat terkenal MODEL: EVA DWIYANA HERMAN HN

di dunia. Jadi, saya ingin, ketika orang bicara sulaman usus yang disebut adalah Lampung.” Kebanggaan Aan Ibrahim akan perkembangan sulaman usus, saat ini sulaman usus sudah dipatenkan, baik itu hak paten kalau sulaman usus adalah asli Lampung dan hak paten motif ari sulaman usus itu sendiri. Saat ini, ujar Aan, sudah ada 40 motif sulaman usus yang dipatenkan oleh Pemkot Bandar Lampung. Ke depan, dia pun mematenkan motif sulaman usus atas namanya sendiri mengingat saat ini Aan sudah membuat lebih dari 100 motif sulaman usus. Guna mengembangkan sulaman usus agar makin go international, Aan kini banyak melatih perajin-perajin sulaman usus yang dia rekrut dari anak-anak putus sekolah. Mengingat, membuat sulaman usus tidak dibutuhkan pendidikan tinggi, tetapi keahlian dalam menyulam. Ketua Dekranasda Kota Bandar Lampung Eva Dwiana Herman H.N. merasa bangga atas perkembangan sulaman usus akhir-akhir ini. Sebagai ikon Kota Bandar Lampung, dia pun sangat bangga jika saat ini sulaman usus dijadikan salah satu pakaian tradisional yang wajib dilestarikan dan masuk Museum Tekstil Indonesia. “Ini (sulaman usus) adalah hasil karya putra-putri terbaik Lampung yang sangat membanggakan dan sangat unik dan eksotik,” kata Eva, beberapa waktu lalu. Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bandar Lampung itu pun ingin sulam­ an usus mendunia, seperti halnya tapis. Apalagi, kata dia, sulaman usus bukan hanya sudah pernah dipakai oleh Miss Universe 2006 dari Poerto Riko Zuleyka Rivera dan Putri Indonesia 2006 Agni Pratistha Arkadei, sulam­an usus juga sudah dibeli oleh artis dunia, Paris Hilton, saat dia berkunjung ke Bali. (LUKMAN HAKIM/KRAF) Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Dekaranasda Bandar Lampung


2 20 Juni 2013

ekraf

torial DAFTAR ISI

Mengenal Ikon

Bandar Lampung

B

ANYAK orang belum mengenal budaya Lampung. Mungkin, hal itu karena kita sebagai warga Lampung yang dilahirkan dan dibesarkan di Tanah Lada ini, belum atau kurang mengenalkan kelampungan kepada dunia luar (nasional dan internasional). Kalaupun sudah ada, upaya memperkenalkan budaya Lampung tampaknya belum maksimal. Hasil budaya Lampung yang tidak kalah menarik dan kini mulai dikenal orang luar adalah tapis dan sulaman usus. Menariknya, kedua kain khas Lampung ini sudah masuk Museum Tekstil Indonesia sebagai warisan budaya yang wajib dilestarikan. Bicara soal sulaman usus, awalnya adalah bagian dari seperangkat pakaian adat pengantin wanita dari daerah Lampung. Sulam usus pada awalnya berfungsi sebagai penutup bagian dada (bebe) di atas balutan kain tapis. Selanjutnya, sulam usus dikreasikan sebagai baju, kebaya, atau gaun, dan dengan bawahan kain dapat membuat pakaian kita menjadi serasi. Sulam usus adalah sulaman yang indah berbahan baku kain satin berbentuk usus ayam dengan motif yang khas. Sulam usus merupakan salah satu contoh warisan nenek moyang yang kini mulai banyak diminati warga asli Lampung maupun pendatang. Bahkan, sulaman usus kini sudah menjadi trade mark-nya Kota Bandar Lampung sebagai ibu kota Provinsi Lampung. Adalah seorang Aan Ibrahim yang mencoba menyulam kembali filosofi sulaman usus dan kini menjadi sangat terkenal di dunia. Bahkan, sulam­ an usus karya Aan Ibrahim, putra asli Lampung, pernah dipakai Miss Universe 2006 Zuleyka Rivera

INFO Bahari dan Alam Bandar Lampung Memesona

4

TRADISI Kembali ke Tradisi lewat Begawi Adat

5

REPCIL Ini Lo, Kerajinan Khas Bandar Lampung GALERI

Lukman Hakim dari Poerto Riko dan pernah dikenakan Putri Indonesia 2006 Agni Pratistha Arkadewi. Aan mampu membuat sulaman usus yang selama ini hanya dikenal sebagai hiasan penutup gelas, bebe, atau hiasan tudung nasi menjadi sebuah busana eksotik yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Apalagi, sulaman usus adalah satu-satunya sulaman di Tanah Air tanpa bantuan mesin, seperti bordir yang menjadi ciri khas pakaian dari Sumatera Barat. Mengingat sulaman usus sudah merupakan warisan budaya dunia yang harus dilestarikan, sudah sepantasnya kita sebagai orang Lampung terus dan terus memperkenalkan pakaian khas ini ke dunia internasional. Untuk itu, Ekraf Lampost, merasa terpanggil untuk ikut mengenalkan sulaman usus, terutama sang pencetus fashion unik itu; Aan Ibrahim. Apalagi, Dekranasda Kota Bandar Lampung yang saat ini dipimpin Eva Dwiana Herman H.N. sangat peduli dengan perkembangan sulaman usus. Tidak heran, Dekranasda selalu membawa sulaman usus dalam berbagai event nasional dan internasional, baik itu Jakarta Fashion Week, Pentas Budaya Bandar Lampung di Hotel Borobudur, Jakarta 2012, sampai ke ajang Festival Tong Tong di Denhaag, Belanda. Kita berharap, sulaman usus, kain tapis, dan hasil seni budaya Lampung makin menggeliat sebagai salah satu khazanah budaya nasional yang membanggakan Sai Bumi Ruwa Jurai. Namun, untuk itu, perlu adanya dukungan pemerintah daerah dalam pengembangannya. Jika itu benar-benar dilakukan, cepat atau lambat, Lampung akan menjadi etalase budaya nasional dan dunia yang sejajar dengan Bali, Jepara, dan provinsi lain di Indonesia. n

6 7

CORAK Jadikan Sulaman Usus Busana Eksklusif

8-9

WISATA Berselancar di Pantai Tanjungsetia

10-11

SANTAP Udang Saus Thailand ala Rumah Kayu, ‘Maknyus’!

12

RESEP Segubal

13

ASRI Kombinasi Lampung-Jepang dalam Hunian Modern

14-15

Pemimpin Umum: Bambang Eka Wijaya. Wakil Pemimpin Umum: Djadjat Sudradjat. Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Gaudensius Suhardi. Wakil Pemimpin Redaksi: Iskandar Zulkarnain Pemimpin Perusahaan: Prianto A. Suryono. Dewan Redaksi Media Group: Saur M. Hutabarat (Ketua), Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudradjat, Djafar H. Assegaff, Elman Saragih, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Suryopratomo, Toeti Adhitama, Usman Kansong. Redaktur Pelaksana: Iskak Susanto. Kepala Divisi Percetakan: Kresna Murti. Sekretaris Redaksi: M. Natsir. Asisten Redaktur Pelaksana: D. Widodo, Umar BaktiRedaktur: Heru Zulkarnain, Hesma Eryani, Muharam Chandra Lugina, Nova Lidarni, Sri Agustina, Sudarmono, Trihadi Joko, Wiwik Hastuti, Zulkarnain Zubairi. Asisten Redaktur: Aris Susanto, Isnovan Djamaludin, Kristianto, Lukman Hakim, Musta’an Basran, Rinda Mulyani, Rizki Elinda Sary, Sri Wahyuni, Vera Aglisa. Liputan Bandar Lampung: Agus Hermanto, Delima Napitupulu, Iyar Jarkasih, Ricky P Marly, Sony Elwina Asrap. LAMPOST.CO Redaktur: Amirudin Sormin. Asisten Redaktur: Adian Saputra, Sulaiman. Content enrichment redaktur: Alhuda Muhajirin. Bahasa: Wiji Sukamto (Asisten Redaktur), Chairil, Susilowati. Foto: Hendrivan Gumay (Asisten Redaktur), Ikhsan Dwi Satrio, Zainuddin. Dokumentasi dan Perpustakaan: Syaifulloh (Asisten Redaktur), Nani Hasnia. Desain Grafis redaktur: DP. Raharjo, Dedi Kuspendi. Asisten Redaktur: Sugeng Riyadi, Sumaryono. Biro Wilayah Utara (Lampung Utara, Way Kanan, Lampung Barat): Mat Saleh (Kabiro), Aripsah, Buchairi Aidi, Eliyah, Hari Supriyono, Hendri Rosadi, Yudhi Hardiyanto. Biro Wilayah Tengah (Lampung Tengah, Metro, Lampung Timur): Chairuddin (Kabiro), Agus Chandra, Agus Susanto, Andika Suhendra, Djoni Hartawan Jaya, Ikhwanuddin, M. Lutfi, M. Wahyuning Pamungkas, Sudirman, Suprayogi. Biro Wilayah Timur (Tulangbawang, Mesuji, Tulangbawang Barat): Juan Santoso Situmeang (Kabiro), Merwan, M. Guntur Taruna, Rian Pranata. Biro Wilayah Barat (Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran): Sudiono (Kabiro), Abu Umarly, Erlian, Meza Swastika, Mif Sulaiman, Sayuti, Widodo. Biro Wilayah Selatan (Lampung Selatan): Herwansyah (Kabiro), Aan Kridolaksono, Juwantoro, Usdiman Genti. Senior Account Manager Jakarta: Pinta R Damanik. Senior Account Manager Lampung: Syarifudin Account Manager Lampung: Edy Haryanto. Manager Sirkulasi: Indra Sutaryoto. Manager Keuangan & Akunting: Rosmawati Harahap. Harga: Eceran per eksemplar Rp3.000 Langganan per bulan Rp75.000 (luar kota + ongkos kirim). Alamat Redaksi dan Pemasaran: Jl. Soekarno Hatta No.108, Rajabasa, Bandar Lampung, Telp: (0721) 783693 (hunting), 773888 (redaksi). Faks: (0721) 783578 (redaksi), 783598 (usaha). http://www.lampungpost.com e-mail: redaksi@lampungpost.co.id, redaksilampost@yahoo. com. DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK, ­WARTAWAN LAMPUNG POST DILENGKAPI KARTU PERS DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU ­MEMINTA IMBALAN DENGAN ALASAN APA PUN.


3 20 Juni 2013

ekraf

Tabik Pun

Pemkot Fokus Pengembangan Wisata Kuliner

PEMERINTAH Kota (Pemkot) Bandar Lampung akan tetap mengembangkan sektor kepariwisataan dan kerajinan tangan yang ada. Saat ini, Pemkot memfokuskan diri dalam pengembangan wisata kuliner. Sejak massa kepemimpinan Wali Kota Herman H.N., Pemkot terus melakukan pengembangan kepariwisataan, salah satunya dipusatkan di wilayah Batuputu, Bandar Lampung. Selain itu, tetap mempertahankan keberadaan pusat kesenian di Pasar Seni, Enggal. Di Pasar Seni ini bukan hanya kesenian dan budaya, melainkan juga kerajinan tangan pun turut dipromosikan ke khalayak ramai. “Ya, Pemkot akan terus galakkan kepariwisataan dan kerajinan di Kota Bandar Lampung ini. Terus, wisata kuliner juga akan kami kembangkan,” kata Herman H.N., Minggu (16-6), usai menghadiri jalan sehat spektakuler di Lapangan Saburai, Enggal. Menurut Herman, setiap wisatawan domestik atau dari mancanegara yang mengunjungi suatu daerah pasti akan mencicipi makanan khas di wilayah yang dikunjungi. Untuk itu, Pemkot pun ke depan mengembangkan wisata kuliner yang ada di Kota Tapis Berseri ini. Wisata kuliner yang sedang dikembangkan oleh Pemkot, seperti di wilayah Garuntang, Telukbetung, dan lainnya. “Kami pun tidak kalah dengan Palembang, kami pun punya pusat pempek di Jalan Mayor Salim Batubara, Kupangteba,” ujar dia. Dalam mendukung promosi dan peningkatan kepariwisataan tersebut, Pemkot pun akan melaksanakan program penunjangnya, seperti peningkatan pembangunan hotel dan fasilitas pendukung lainnya. Banyak hotel berbintang yang ada di Bandar Lampung. Menurut Herman, pihaknya pun sedang melakukan pembangunan sejumlah hotel yang tersebar di beberapa wilayah. “Ya, kami bangun hotel ini pun untuk peningkatan kepariwisataan. Kami harapkan juga di hotel yang ada untuk memperkenalkan lagu-lagu daerah Lampung, agar tamu-tamu hotel tahu lagu Lampung seperti apa,” kata Herman, usai peletakan batu pertama pembangunan Hotel Grand Dafam Lampung di Kelurahan Gulak-galik, Kecamatan Telukbetung Utara, beberapa waktu lalu. Sejauh ini, dalam pengembangan pariwisata, seni, budaya, dan kerajinan di Kota Bandar Lampung, Wali Kota juga memberikan perhatian lebih, salah satunya selalu mendukung upaya Dekranasda Kota dalam mempromosikan hasilhasil kerajinan. Misalnya, dalam pengembangan sulaman usus dan tapis Lampung. Tidak heran, selama ini Pemerintah Pusat, melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sering memercayakan Dekra-

nasda Kota untuk tampil dalam ajang promosi kebudayaan tingkat dunia. Bahkan, Dekranasda Kota Bandar Lampung akan menjadi wakil Indonesia dalam ajang pamer­ an seni budaya di Prancis dan London. “Bahkan, kami sudah pernah menampilkan Pesona Bandar Lampung 2012 di Hotel Borobudur, Jakarta. Undangan bukan hanya orang dalam negeri, melainkan pencinta busana luar negeri juga hadir. Kami berharap hasil kerajinan, seni, budaya, dan pariwisata Bandar Lampung makin dikenal dunia,” kata Herman. Menurut dia, dalam pembangunan pariwisata, seni, budaya, dan kerajinan Bandar Lampung memang tidak bisa diserahkan kepada Pemkot sendiri. Namun, perlu adanya peranan semua pihak dalam pengembangannya. “Sejauh ini, kami lihat dengan banyaknya pembangunan hotel di Bandar Lampung menunjukkan geliat pariwisata kota sudah mulai ramai. Terlebih, Bandar Lampung memiliki objek wisata di tengah kota. Mari sama-sama menggali potensi pariwisata yang ada, demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota.” Herman juga menjelaskan ­b anyak objek wisata di Bandar Lampung yang bisa terus dikembangkan. Misalnya, Taman Hutan Wan Abdurrahman, Taman Dipangga, Pantai Hiburan Duta Wisata, Pantai Hiburan Tirtayasa, Air Terjun Sukadanaham, Rumah Adat Negeri Olokgading, Museum Provinsi Lampung, dan Kawasan Wisata Batuputu. Belum lagi objek wisata lain yang bisa juga dikembangkan menjadi kawasan kunjungan wisatawan, di antaranya Taman Hutan Kera, Sumurputri, kawasan Pasar Seni Enggal, dan sebagainya. “Ini semua kekayaan Kota Bandar Lampung yang bisa dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas.” Dia juga menjelaskan sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan. Apalagi, sektor pariwisata juga merupakan salah satu primadona dalam mening­katkan pendapatan asli daerah (PAD). Namun, untuk itu, kata dia, peningkatan infrastruktur menuju dan kawasan pariwisata juga perlu dibenahi. Saat ini, Pemkot Bandar Lampung pun terus memperbaiki infrastruktur yang ada, terutama jalan-jalan menuju kawasan wisata di Kota Tapis Berseri ini. (RICKY P. MARLY/KRAF)

n EKRAF/DOKUMEN

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemkot. Lampung


4 20 Juni 2013

ekraf

Info

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemkot. Lampung

Bahari dan Alam Bandar Lampung

Memesona P

M. Harun

ROVINSI Lampung kaya potensi wisata yang sangat indah dan tidak kalah dengan daerah lainnya di nusantara. Sebagian besar lokasi wisata itu terdapat di Bandar Lampung, khususnya wisata bahari dan wisata alam yang memesona. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bandar Lampung M. Harun mengatakan wisata bahari atau pantai menjadi satu wisata unggulan Kota Tapis Berseri. Terdapat beberapa tempat wisata di sepanjang pantai yang membatasi Kota Bandar Lampung dengan Teluk Lampung, antara lain Pantai Duta Wisata dan Puri Ga­ ding di sebelah barat. Lokasi itu, kata dia, menjadi tempat yang tepat untuk mencoba bermain air, seperti renang, speed boat, banana boat , menyelam, bahkan memancing. “Untuk menikmati wisata bahari, wisatawan tidak membutuhkan waktu lama. Wisatawan dari luar daerah bisa menikmati Teluk Lampung yang relatif bersih untuk wisata selam, bahkan memancing,” kata Harun, Rabu (12-6). Kemudian, wisata lain yang ditawarkan adalah wisata alam. Menurut Harun, alam di Bandar Lampung masih bersahabat untuk dieksplorasi lebih dalam guna pengembangan wisata. Kawasan Batuputu yang terletak di sebelah barat dan dijangkau hanya dengan 20 menit dari pusat kota, masih asli nuansa alamnya. Kontur berbukit, pemandangan di daerah tersebut sangat memesona. Daya tarik kawasan itu, kata dia, terletak pada sungai yang mengalir serta air terjun indah di wilayah Sukadanaham. “Wilayah Batuputu masuk zona

wisata alam maupun wisata agro, khususnya buah-buahan manggis, duku, pisang, dan durian. Terdapat du­ rian segentar alam yang punya citarasa khas. Mudah-mudahan Dinas Pertanian dapat mengembangkan durian itu agar tidak punah karena memiliki daya tarik tersendiri,” kata dia. Harun juga mengemukakan saat ini idealnya Bandar Lampung memiliki paket tur kota mencakup semua wisata yang ada. Dia menguraikan setidaknya terdapat tiga koridor yang dapat ditawarkan pada paket tur kota. Koridor pertama adalah wilayah Kedaton dan Way Halim. Selain terdapat Museum Lampung, terdapat pula lokasi wisata berupa rumah adat milik Mawardi Harirama bernama Kedaton Keagungan. Di wilayah Kedaton juga terdapat sentra keripik. “Untuk koridor dua, khusus Batuputu, antara lain Lembah Hijau, Bumi Kedaton, dan Wira Garden. Bahkan, jika terdapat pengusaha yang berminat dapat membuat track petua­ langan dengan mengembangkan koridor hingga Kecamatan Kemiling. Koridor ini juga melewati Sumurputri dan wisata Negeri Olokgading,” kata dia. Terakhir, kata dia, koridor tiga; wilayah laut. Selain itu, juga terdapat tempat wisata belanja oleh-oleh di wilayah Telukbetung. Nilai historis rumah ibadah juga dapat dinikmati di Telukbetung, yakni Masjid Al-Anwar menjadi masjid pertama di Bandar Lampung. Kemudian, ada Wihara Thai Hin Bio, tempat umat Buddha beribadah dan gereja peninggalan Belanda. Untuk mendukung pengembangan wisata di Bandar Lampung, Pemkot telah membentuk Kelompok Sadar Wisata. Kelompok itu selain berperan aktif dalam tumbuhnya wisata, juga untuk meningkatkan kesejahteraan warga sekitar tempat wisata. “Ekonomi kerakyatan menunjang kreativitas pengembangan wisata daerah,” kata dia. (VERA AGLISA/KRAF)

Objek Wisata Lampung PROVINSI Lampung diresmikan menjadi salah satu provinsi di Indonesia pada 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya sebuah Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964, yang kemudian menjadi salah satu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964. Sebelum diresmikan sebagai provinsi, Lampung merupakan sebuah kare­ sidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Jenis tempat Wisata yang dapat dikunjungi di Provinsi Lampung adalah wisata budaya yang ada di beberapa Kampung Tua yang terletak di Batubrak, Sukau, Liwa, Kembahang, Kenali, Ranau, dan Krui di Lampung Barat serta Festival Sekura yang hanya diadak­ an dalam seminggu setelah Idulfitri di Lampung Barat, Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Telukstabas di Lampung Barat, Festival Way Kambas di Lampung Timur. Selain itu, terdapat juga Begawi Adat Kota Bandar Lampung, dan Wisata Gunung Anak Krakatau di Lampung Selatan.

Kota Bandar Lampung - Pantai Duta Wisata - Jl. R.E. Marthadinata - Pantai Tirtayasa - Jl. R.E. Marthadinata - Pantai Puri Gading - Jl. R.E. Marthadinata - Taman Wisata Bumi Kedatun - Jl. Wan Abdurahman - Wisata Alam Batu Putu - Jl. Wan Abdurahman - Taman Kupu-kupu - Jl. Wan Abdurahman - Taman Dipangga - Jl. W.R. Supratman - Nuwo Olok Gading - Jl. Basuki Rahmat - Taman Hutan Kota - Jl. Soekarno-Hatta - Lembah Hijau - Jl. Wan Abdurahman

Lampung Selatan - Air Terjun Way Peros - Desa Pematang - Goa Maja - Desa Maja, Kecamatan Kind - Pantai Air Panas - Desa Air Panas - Pantai Bagus - Desa Merakbelantung Kalianda - Pantai Guci Batu Kapal - Desa Maja - Pantai Kresna - Kecamatan Kalianda - Pantai Marina - Kecamatan Kalianda - Pantai Merak Belatung - Dusun Muing, Merakbelantung - Pantai Sapenan - Desa Merakbelantung - Pantai Tanjung Beo - Desa Merakbelantung - Pantai Way Urang - Desa Way Urang, Kecamatan Kalianda - Pantai Sebalang/Wisata Bahari Saburai - Dusun Sebalang, Desa Tarahan - Pantai Tarahan/Tanjung Selaki - Desa Tarahan, Kecamatan Ketibung - Pulau Pasir - Desa Rangai, Kecamatan Ketibung - Pantai Tarahan - Desa Tarahan, Kecamatan Ketibung - Pantai Alami - Desa Ruguasem, Ketapang


5 20 Juni 2013

ekraf

Tradisi

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemkot. Lampung

Kembali ke Tradisi lewat

Begawi Adat

B

EGAWI adat bagi masyarakat asli Lampung sudah dilakukan berabad-abad lalu. Begawi berarti suatu pekerjaan atau pelaksanaan kegiatan adat, digelar pada saat perkawinan, mengambil atau mendapatkan gelar. Bahkan, peresmian suatu kampung (tiyuh) juga dilaksanakan begawi yang bernama ngebatton tiyuh. “Namun, yang paling sering dilaksanakan dalam begawi adat di masyarakat Lampung adalah begawi

dalam perkawinan, cakak pepadun (mapadun), dan peresmian tiyuh (kampung),” kata budayawan dan sastrawan, Isbedy Stiawan Z.S., Senin (10-6). Dia menjelaskan dalam perkawinan, misalnya, ada yang namanya begawi, seperti angkon, yaitu mengangkat seorang calon pengantin (lelaki atau perempuan) lantaran dia bukan asli Lampung. Dalam meng-angkon ini, si pihak yang akan di-angkon mesti menyiapkan seekor sapi. Kemudian, dari keluarga atau tetangga orang asli Lampung ditunjuk untuk menjadi keluarga yang di-angkon.

Tegasnya, angkon adalah meng­ angkat seseorang menjadi keluarga Lampung sebelum menikah. Kemudian, ada sujud balak, bumbang aji, ataupun mendapat gelar jika ada. “Ke semua ini bagian dari begawi adat,” kata Isbedy yang dijuluki Paus Sastra Lampung ini. Bagi masyarakat Lampung yang masih bertahan pada tradisi, seperti di Bandarbuyut (Buyut Udik dan Buyut Ilir) serta di sejumlah masyarakat Pepadun Gunungsugih, Lampung Tengah, begawi adat ini sangat penting. Hampir tidak ada dalam tradisi masyarakat yang masih kental pada adat ini akan mengenyampingkan begawi adat ini. Begitu pula, hampir mayoritas warga di Bandarbuyut sudah melaksanakan begawi adat untuk mendapatkan gelar adat. “Pada prosesi begawi adat, pasti ada acara-acara khusus atau ke­ senian, misalnya zikir, hadrah, dan kesenian semacam rebana juga ditampilkan,” kata pria kelahiran Tanjungkarang, 5 Juni 1958 ini. Isbedy menegaskan tujuan dilaksanakan begawi adat adalah untuk kembali ke tradisi dan menghidupkan adat dalam kehidupan globali­ sasi sekarang ini. Bagi masyarakat Lampung ber­ adat Pepadun, untuk mendapatkan pemimpin di kaum kerabatnya mesti melangsungkan begawi adat. Berbeda dengan Lampung Saibatin, kepemimpinan adat dititahkan secara turun-temurun. Salah satu begawi adat untuk memperoleh gelar atau adokh ialah melalui cakak pepadun . Setelah cakak pepadun, seseorang baru boleh bergelar, seperti suttan, sebagai penyimbang di salah satu keluarga masyarakat adat. Ke d u d u k a n s u t t a n d a l a m masyarakat adat adalah orang yang akan diminta saran bagi kelangsung­

an adat. Suttan atau penyimbang adat akan memberi masukan pada acaraacara tertentu, seperti saat melamar gadis. Bisa juga pada saat muli dari masyarakat adatnya dilamar untuk dinikahi, sampai memberi masukan tentang pernikahan, maupun bumbang aji, dan lain-lain. Untuk memperoleh gelar suttan, seseorang harus menggelar begawi adat yang bernama begawi atau cakak pepadun. Begawi Pepadun dilaksanakan apabila seseorang telah mampu menggelarnya. Sebab, dalam gelar adat untuk begawi Pepadun, membutuhkan bukan saja moril, melainkan materiil. Begawi Pepadun berlangsung selama beberapa hari. Di dalamnya ada musyawarah merwatin, cangget, dan sebagainya. Khususnya Pepadun, adalah adat peguaian. Setiap keluarga yang dinilai mampu secara moril dan materiil dapat mengangkat seorang pimpinan atau dalam adat Lampung disebut suttan. Prosesinya begawi Pepadun ini dimulai dengan menggelar merwatin, yakni musyawarah adat yang dilakukan di sessat atau balai adat. Musyawarah adat diikuti para penyimbang untuk memutuskan ihwal jadwal, kepanitiaan, peralatan adat, serta biaya begawi. Di setiap kampung tua, ada beberapa perbedaan teknis dalam pelaksanaan begawi, tetapi tidak mengurangi tujuan dan makna dari acara begawi adat. Cakak pepadun, dalam bahasa Lampung berarti naik takhta. Cakak pepadun ini untuk memberikan gelar adat suttan. Pemilik gelar suttan atau penyim­

n KRAF/IKHSAN DWI SATRIO

bang, memiliki status tertinggi dalam adat Lampung Pepadun. Siapa pun bisa mendapatkan gelar atau adokh suttan, dengan syarat-syarat tertentu melalui upacara cakak pepadun. Secara bergantian, calon suttan diusung menuju sessat agung untuk mengikuti proses pemberian gelar. “Sebelum menduduki pepadunnya di dalam sessat, suttan diharuskan menari igel di halaman sessat . Tarian igel ini diiringi para penyimbang,” kata dia. Dalam begawi adat, ujar Isbedy, biasanya memang dilaksanakan dalam rangkaian perkawinan di masyarakat asli Lampung. Hanya mungkin, istilah saja yang berbeda, baik Lampung pepadun maupun Lampung Saibatin, sama-sama memiliki tradisi begawi. (RICKY/KRAF)


6 20 Juni 2013

ekraf

Repcil

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Dekaranasda Bandar Lampung

Ini Lo,

Kerajinan Khas Bandar Lampung H

AI teman-teman, jalan-jalan yuk ke Enggal, Bandar Lampung. Tepatnya di Jalan Majapahit Nomor 18, Enggal. Di sini ada kantor Dekranasda Kota, sekaligus menjadi gerai atau galeri untuk memajang produk-produk kerajinan khas Bandar Lampung. Ketua Dekranasda Bandar Lampung adalah Ibu Eva Dwiana Herman H.N. Kebetulan pada Rabu (13-6), kami mewawancarai Pak Aan Ibrahim, pembina perajin Dekranasda Bandar Lampung, dan salah satu perajin tapis di kota ini, yakni Pak Zulkifli. Pak Aan Ibrahim mengajak kami berkeliling melihat produk-produk yang ada di galeri itu. Di sini ada suvenir gajah, kapal-kapalan, tas manik-manik, tas tapis, dan banyak lagi yang lainnya. Juga ada kain tapis, baju sulam usus, serta baju batik khas Lampung. Menurut Pak Aan, produk-produk kerajinan yang ada di galeri itu merupakan karya dari para perajin Bandar Lampung. Saat ini ada sekitar 50 perajin yang dibina Dekranasda. Para perajin ini secara rutin menghasilkan produkproduk kerajinan khas Bandar Lampung dan tugas pengurus Dekranasda adalah untuk memperkenalkan dan menjualnya kepada masyarakat luas. Oleh sebab itu, kantor Dekranasda di Enggal itu sekaligus menjadi tempat pemajangan dan penjualan produk-produk kerajinan ini. Menurut Pak Aan, selain di galeri itu, pengurus Dekranasda juga sering mengikuti pameran pembangunan di berbagai provinsi di Indonesia. Pada ajang pameran itu, para perajin

akan mengeluarkan semua produk-produknya untuk di pajang dan di jual di stan Dekranasda Kota Bandar Lampung. “Enggak hanya di daerah-daerah Indonesia lo, Dekranasda juga sering mengikuti pameran di luar negeri, misalnya ke Malaysia, Singapura, dan Hong Kong,” ujar Pak Aan. Di negara-negara ini, masyarakatnya ternyata sangat menyukai suvenir dan kain-kain khas Lampung, seperti tapis dan sulam usus. Harga produk kera­ jinan ini memang beragam. Namun, yang paling laris adalah suvenirsuvenir khas yang unik, tetapi harganya murah, misalnya gajah-gajahan, kerajinan kerang, atau aksesori dari tapis dan manik-manik. “Kalau ada kunjungan dari luar daerah satu bus, itu yang paling laris suvenir, baju-baju batik, serta kaus Lampung. Kalau sulam usus atau tapis memang mahal. Namun, ibu-ibu yang merasa cocok dengan desainnya biasanya langsung beli, kalau tidak mereka pesan, tiga bulan jadi,” kata Pak Aan. Wah, lama juga dong kalau harus menunggu tiga bulan Pak, hehehe. Menurut Pak Aan, para perajin di

Kota Bandar Lampung ini orangnya kompak-kompak. Kalau ada kegiatan untuk pameran, para perajin antusias menyiapkan segala hal yang dibutuhkan, misalnya segera mempersiapkan produk-produk terbaiknya. Bahkan, terkadang juga membantu menyiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk berjaga di pameran. “Semua perajin saling membantu dan bersama-sama memperkenalkan hasil-hasil kerajinan khas Bandar Lampung agar terkenal di seluruh Indonesia, bahkan dunia,” kata Pak Aan. Amin, semoga Dekranasda Bandar Lampung sukses selalu! (TIM/KRAF)

Reporter Cilik ‘Lampung Post’ Bientang M.Z.S. dan Zidane Addien A.S.S. (SD Al Azhar 2), Dyah Ayu Eisa Pitaloka Marantika dan Raditya Augusto Benedict Marantika (SD Sejahtera I), Tazkia Aziza dan Zeva Dini Imtiyaz (SDIT Permata Bunda).

n KRAF/IKHSAN DWI SATRIO


7 20 Juni 2013

ekraf

Galeri

Keranjang Rotan

Sepatu Sulaman Usus

Tutup Kue

Harga Rp50.000-Rp100.000

Harga Konfirmasi

Harga Konfirmasi

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Dekaranasda Bandar Lampung

Tempat Permen Harga Konfirmasi

Guci Kulit Telur Harga Rp50.000-Rp100.000

Sulaman Usus Harga Konfirmasi

Sarung Bantal Sulaman Usus Harga Rp150.000/buah


8 20 Juni 2013

ekraf

Corak

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Dekaranasda Bandar Lampung

Jadikan Sulaman Usus Busana Eksklusif B ICARA sulaman usus, kita tidak bisa lepas dari seorang Aan Ibrahim, desainer kondang asal Lampung. Dia bukan ­hanya dikenal di kancah busana daerah, melainkan dia juga terkenal di tingkat nasional dan internasional. Kerja kerasnya selama kurang lebih 20 tahun dalam pengembang­ an sulaman usus, kini mendapat apresiasi. Sulaman usus kini masuk Museum Tekstil Indonesia sebagai salah satu pakaian tradisional yang wajib dilestarikan.

dikenal sebagai pakaian orang kelas bawah di Jawa dan hanya dipakai oleh penjual jamu gendong. Setelah Iwan Tirta melakukan riset, dia pun memadukan kain batik dengan busana-busana rancangan­ nya, yang ternyata mendapat sambutan tinggi dari warga Indonesia. Sejak saat itu, batik makin dikenal dan menjadi pakaian resmi Indonesia. Bahkan, saat ini, batik sudah menjadi warisan dunia yang wajib dilestarikan. Demikian juga dengan bordir. Menurut Aan, bordir yang semula hanya sebagai hiasan pada pakaian wani­ ta, di tangan Ramli menjadi busana yang sangat eksklusif dan bernilai jual tinggi. Dari situ, Aan mulai tertantang untuk membuat busana yang unik dan menarik. Dia pun melirik sulam­an usus yang selama ini hanya menjadi pelengkap pakaian pengan­ tin adat Lampung. Tahun 1995, Aan pun ke Tulangbawang, mencari tahu cara pembuatan dan filosofi dari sulaman usus itu sendiri. Aan juga mencari tahu bahan apa yang digunakan untuk membuat sulaman usus dan dari mana mendapatkannya. Ternyata, kata Aan, bahan yang digunakan untuk pembuatan ususnya adalah katun yang mudah MODEL: EVA DWIYANA HERMAN HN patah sehingga saat akan Ditemui di galerinya di Jalan Per- disulam ususnya akan rusak. Selain intis Kemerdekaan, Tanjungagung, itu, bila dicuci sulaman ususnya Bandar Lampung, Sabtu (8-6), Aan akan rusak. Akhirnya, Aan mencari bahan mengisahkan semua berawal pada 1995 silam. Dia yang sangat meng­ pengganti, yaitu dengan mengagumi Iwan Tirta dan Ramli, dua gunakan bahan satin yang sangat desainer nasional, menginspirasinya elastis. Tiga bulan melakukan riset, mengembangkan sulaman usus Aan memberanikan diri membuat menjadi sebuah fashion yang unik busana sulaman usus dan langsung dan memiliki nilai ekonomis yang melakukan fashion show. sangat tinggi. Tahun pertama melakukan fashion Menurut Aan, pulang kuliah dari show Tenden Akhir Tahun, di Geluar negeri, Iwan Tirta menyadari dung Bapindo, Aan mengaku tidak orang kaya Indonesia tidak mau mendapatkan tanggapan positif. membeli batik. Waktu itu, batik hanya­ Terlebih, saat itu media menilai

sulaman usus hanyalah pakaian bordir biasa. Baru pada tahun kedua, Aan kembali menggelar show di Hotel Borobudur, Jakarta. Saat akan melakukan konferensi pers, Aan tidak langsung masuk. Dia justru memperkenalkan kepada media bahwa busana yang dia buat membutuhkan waktu tiga bulan karena tidak menggunakan mesin jahit. Alhasil, upaya Aan berhasil dan semua kamera menyorot kepadanya. “Sayangnya, sulaman usus yang membeli bukan orang dari Lampung, melainkan orang luar. Melihat istriistri pejabat di Jakarta mengenakan sulaman usus, barulah ibu-ibu pejabat di Lampung mulai melirik busana sulaman usus,” kata dia. Akhirnya, setelah lama membuat riset pembuatan sulaman usus, pada awal awal 2012, tepatnya di Hotel Borobudur, Jakarta, bersama Dekranasda Kota Bandar Lampung, Aan Ibrahim berhasil memukau pengun­ jung dalam acara Pesona Tapis dan Sulaman Usus Lampung. Bahkan, saat itu Wakil Menteri Pariwisata, Kebudayaan, dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwanda sangat memuji busana sulaman usus sentuhan Aan. “Kami hanya mencoba bagaimana sulaman usus makin dikenal masyarakat. Bukan hanya di dalam negeri, bila perlu sampai ke luar negeri,” kata Aan. Membangun sebuah mode, terutama busana khas daerah, tidak seperti membalikkan telapak tangan. Perlu niatan yang kuat dan promosi besar-besaran agar produk busana yang dihasilkan dapat dilirik penikmat mode. Tidak heran, setelah lebih dari 20 tahun malang-melintang di dunia mode daerah dan nasional, kini Aan Ibrahim sudah sangat dikenal di kalangan ibu-ibu dan pejabat Lampung yang banyak menggunakan hasil karya rancangannya. Soal sulaman usus, kini sudah dimodifikasi dengan sentuhan karya lainnya, berupa kain tapis, sehingga keunikan sulaman usus makin memukau pencinta mode dan busana yang melihatnya. (LUKMAN HAKIM/KRAF)

MODEL: SISKA/AAN IBRAHIM

MODEL: SISKA/AAN IBRAHIM


9

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Dekaranasda Bandar Lampung

20 Juni 2013

ekraf

Corak

Sulaman Usus,

Warisan Budaya Nusantara

A

AN Ibrahim memang dikenal sebagai desainer yang penuh dedikasi dan totalitas. Tidak heran, jika saat ini kerajaan bisnis fashion-nya makin digemari. Melalui galerinya di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 5, Bandar Lampung, Aan makin membuktikan kalau dia kini telah menjadi desainer yang sangat diperhitungkan di kancah nasional. Demi memajukan pakai­an khas Lampung (tapis dan sulaman usus), Bang Aan, begitu biasa dipanggil, rela mengorbankan pekerjaannya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) tenaga medis pada 1989. Keberhasilan peragaan busana tapis saat itu, makin memantapkan pria kelahiran Pagardewa, 12 Juni 1955, itu makin termotivasi menggali kebudayaan Lampung melalui dunia fashion. Hal itu terus dituangkan dalam rancangan­nya. “Lampung memiliki kebudayaan yang ­sangat tinggi. Saat ini, bagaimana kami menggali peninggalan budaya itu agar makin dikenal orang,” kata Direktur CV Aan Ibrahim Brother itu. Pada akhirnya, sulaman usus saat ini dikenal masyarakat luas sebagai busana khas Lampung yang memiliki nilai jual tinggi. Bukan hanya jutaan rupiah, melainkan sampai puluhan juta rupiah. Saat ini, peraih penghargaan doctor honoris causa bidang seni budaya dari Chicago University itu, bertekad agar sulaman usus makin go international dan dikenal dunia. Bahkan, dia memimpikan agar sulaman usus

mendapatkan pengakuan internasio­ nal dengan mendaftarkan hak paten, seperti batik yang sudah menjadi kain nasional Indonesia. Beberapa waktu lalu, Ketua Dekranasda Kota Bandar Lampung Eva Dwiana Herman H.N. pun sempat memuji kepiawaian Aan dalam membuat kreasi-kreasi baru dalam busana sulaman usus. Tidak sedikit busana sulaman usus yang dipakai istri Wali Kota Bandar Lampung itu adalah rancangan dan karya dari seorang Aan Ibrahim. Perjuangannya sejak 1995 memperkenalkan sulaman usus kini berbuah manis. Dengan tangan dinginnya, kini Aan memiliki 17 gerai penjualan hasil rancangannya di seluruh Indonesia. Bahkan, di Yogyakarta, Aan memiliki banyak gerai penjualan hasil rancangannya tersebut. Dengan kreativitas dan kemampuannya di bidang desainer dan seni budaya, Aan mampu membuat terobosan dengan memperkenalkan kreasi-kreasi baru dari sulaman usus. Tidak heran, melalui proses panjang, setelah menyelami karakteristik dari sulaman usus itu sendiri, Aan makin dikenal sebagai perancang busana sulaman usus Lampung. Rancangannya pernah dipakai oleh Miss Universe 2006 Zulyka Rivera dari Poertoriko dan Putri Indonesia 2006 Agni Prastistha. Bahkan, busana khas Lampung, sulaman usus, kini mulai dikenal di tingkat nasional dan internasional sehingga hasil karya putra terbaik Provinsi Lampung Aan Ibrahim mendapat penghargaan dari Museum Tekstil Indonesia, sebagai salah satu warisan budaya nusantara yang harus dilestarikan. “Ini penghargaan yang sangat surprise bagi Bandar Lampung. Terlebih, sulaman usus yang dihasilkan perajin adalah binaan Dekranasda Kota Bandar Lampung,” kata Ketua Dekranasda Kota Bandar Lampung Eva Dwiana Herman H.N. beberapa waktu lalu. (LUKMAN HAKIM/KRAF)

MODEL: SISKA/AAN IBRAHIM

BIODATA Nama : Aan Ibrahim Lahir : Pagardewa, 12 Juni 1955 Rumah : Jalan Mr. Gele Harun Atas No. 40, Bandar Lampung Galeri/Kantor : Jalan Perintis Kemerdekaan No. 5, Tanjungkarang Timur, Bandar Lampung Jabatan : - Direktur CV Aan Ibrahim Brother - Direktur Koperasi Way Agow - Direktur Sekolah Kepribadian Aan Ibrahim Modeling School Penghargaan: - Doctor Honoris Causa Bidang Seni Budaya dari Chicago University, Amerika - Seni Budaya dari ASEAN Intertaiment - Indonesia Award - ASEAN Program Consultant 1997 - Pengusaha Kecil Terbaik dari Perindustrian Lampung (1995—2000) - Pengusaha Menengah Terbaik dari Disperindag Lampung (2001—2004) - Shiddakarya dari Disnaker Lampung (1997)


10 20 Juni 2013

ekraf

Wisata

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov. Lampung

Berselancar di Pantai Tanjungsetia

n EKRAF/DOKUMEN

N

AMA Pantai Tanjungsetia, sekarang sudah tidak asing lagi di telinga kita, bahkan wisatawan asing. Terlebih bagi pencinta selancar air atau surfing dari luar negeri, Pantai Tanjungsetia sudah sangat dikenal dan menjadi salah satu tempat favorit dan terbaik di dunia untuk olahraga air ini. Ombak di Pantai Tanjungsetia termasuk salah satu ombak tertinggi di dunia karena berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Ombak di pantai ini bisa mencapai tinggi 6—7 meter dengan panjang 200 meter. Pantai Tanjungsetia terletak di sepanjang pantai barat Lampung yang masih

asri dan berada di luar dari Taman Nasional Bukit Barisan. Lokasi pantai ini berjarak 273 kilometer dari ibu kota Provinsi Lampung (Bandar Lampung). Lokasi ini bisa ditempuh dengan waktu 6—7 jam dari Bandar Lampung. Pantai Tanjungsetia memang tidak sepopuler Pantai Kuta di Bali atau Pantai Senggigi di Lombok, tetapi ombaknya sangat sempurna untuk dijadikan sebagai lokasi surfing. Di pantai ini juga sering diadakan kompetisi surfing internasional. Pantai Tanjungsetia berada di Pekon Bumiagung, Kecamatan Biha, sekitar 22 kilometer dari Kota Krui. Lokasi

ini memiliki keindahan alam yang menakjubkan dan sangat memesona. Deburan ombak dan pasir putih yang lembut serta kebersihan pantainya membuat Pantai Tanjungsetia dijuluki mutiara terpendam dari Lampung. Di lokasi ini juga banyak digelar ke­ giatan pariwisata oleh Pemkab Lampung Barat atau Pemprov Lampung. Setiap tahun, di Pantai Tanjungsetia juga digelar Semarak Wisata Tanjung Setia. Pada kegiatan ini digelar berbagai perlombaan yang bernuansa olahraga pantai, seperti selancar, voli pantai, sepak bola pantai, layang-layang, dan lain-lain.


11 20 Juni 2013

ekraf

Wisata

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov. Lampung

n EKRAF/DOKUMEN

Lokasi Wisata Menuju Pantai Tanjungsetia ini, kita bisa naik bus Krui Putra dari Terminal Rajabasa, Bandar Lampung, yang melewati jalan raya trans-Sumatera. Selanjutnya, kita berhenti langsung di Pantai Tanjungsetia. Tarif bus antara Rp40 ribu sampai Rp50 ribu. Sepanjang jalan kita akan disuguhkan pemandangan Gunung Bukit Barisan dengan lereng dan jalan yang berkelok-kelok, tetapi relatif mulus. Untuk akomodasi, kita bisa menginap di hotel-hotel di Kota Liwa, yang merupakan ibu kota Kabupaten Lampung Barat. Hotel-hotel itu berada tidak jauh dengan lokasi Pantai Tanjungsetia. Walaupun bukan hotel berbintang, fasilitasnya sudah lumayan untuk sekadar beristirahat dan memanjakan tubuh usai berwisata di Pantai Tanjungsetia. n

Penginapan

di Dekat Pantai Tanjungsetia Selain surfing, pantai yang terletak di sebuah teluk kecil ini sering digunakan turis-turis asing untuk tempat memancing. Hal itu karena Pantai Tanjungsetia kaya akan ikan laut, mulai tuna sampai blue marlin, juga sebagai tempat berkemah. Di sini juga sudah tersedia cottage yang

alami yang ­bangunannya menyatu dengan alam. Di pantai ini kita juga dapat menikmati indahnya terumbu karang dan berbagai macam bentuk rumput laut yang bisa dilihat tanpa menggunakan peralatan selam/snorkeling. Fenomena mengagumkan yang tidak

boleh dilewatkan adalah saat matahari tenggelam. Langit jingga bertemu dengan ombak besar sungguh mampu membuat Anda tidak henti berdecak kagum. Apalagi sambil menonton para peselancar yang masih asyik bermain di laut, siluet indah yang dihasilkan bagai lukisan. (LUKMAN HAKIM/KRAF)

1. Damai Bungalow, tarif Rp50.000—Rp200.000/malam 2. Kota Karang Cottage, tarif Rp100.000—Rp150.000/malam 3. Paradise Beach, tarif Rp50.000—Rp200.000/malam 4. Lima Sekawan, tarif Rp150.000—Rp225.000/malam 5. Karang Besi, tarif Rp150.000—Rp225.000/malam 6. Pondok Indah, tarif Rp150.000—Rp225.000/malam 7. Kahuna Beach, tarif 300.000/malam 8. Kepalas Hotel, tarif Rp200.000/malam 9. Djabung Resort, tarif Rp150.000—Rp300.000/malam. 10. Hotel Way Teluk, tarif berkisar 100.000/malam. 11. Hotel Ujung Tapokan, tarif Rp135.000/malam 12. Family Losmen, tarif Rp165.000/malam 13. Hotel Ombak Indah, tarif Rp200.000/malam


12 20 Juni 2013

ekraf

Santap

Udang Saus Thailand ala Rumah Kayu, ‘Maknyus’!

M E N JELAJAH sensasi kuliner di Lampung seakan tidak pernah ada habisnya. Beragam menu dengan aneka rasa istimewa selalu hadir dengan inovasi dan kreasi untuk memanjakan para penikmatnya. Inovasi jenis kuliner yang dihadirkan pun tidak hanya mencakup makanan tradisional atau Indonesia food, tetapi restoran atau rumah makan di Sai Bumi Ruwa Jurai juga umumnya melirik menu-menu ala interkontinental. Di Pondok Santap Rumah Kayu, misalnya, di sini pengunjung yang datang bisa menjajal aneka menu dengan beragam citarasa yang istimewa. Terbaru, Rumah Kayu menghadirkan sejumlah menu spesial, seperti udang saus thailand, kerapu tiam kiamboy, dan sop buntut taliwang. Hmm,

penasaran bukan? Udang saus thailand. Pertama kali mencicipi menu ini, jujur saja sensasi rasanya sangat istimewa dan pas di lidah. Didominasi rasa manis dan pedas, makanan yang satu ini makin klop dengan takaran bumbu yang tepat. Selain itu, bahan utama berupa udang segar dengan panjang sekitar 7—10 sentimeter, rasa dagingnya terasa begitu lembut. Sebagai pelengkap, menu ini juga diselipkan bahan lainnya, seperti mentimun dan nanas. Maknyus. Santap kuliner terasa makin terpuaskan ketika kami mencoba menu baru lainnya dari Rumah Kayu, yakni kerapu tiam kiamoy. Terbuat dari bahan utama ikan kerapu segar berukuran sekitar 5 ons, menu yang dibuat dengan pola sederhana, seperti dari rempah-rempah pilihan, ini menghasilkan rasa yang manis, segar, dan sedikit pedas. Menariknya, tampilan menu ini terkesan masih menyerupai ikan kerapu secara utuh. Benar-benar kreatif. Satu lagi menu baru yang tidak kalah nikmatnya, yakni sop buntut taliwang. Mendengar kata sop buntut, tentu saja ini bukan nama makanan yang asing. Namun, keistimewaan sop buntut taliwang yakni diracik dengan menggunakan kaldu khas ala Rumah Kayu. Rasanya. Wow segar! Disajikan dengan kuah bumbu yang masih panas, menu yang memakai bahan utama buntut sapi pilihan ini membuat lidah seolah enggan berhenti menyantap. Personal Manager Rumah Kayu Haris Setia­ wan mengatakan pihaknya senga­ja selalu menghadirkan menu-menu baru untuk memberikan pilihan bagi pengunjung yang datang. Namun, dia menegaskan menu tersebut bukan ­hanya sekadar namanya saja yang baru, melainkan diolah ­d engan mengedepankan

citarasa yang khas sehingga dapat diterima oleh setiap pengunjung. Haris menjelaskan selain mengusung menumenu baru, Rumah Kayu juga menyediakan aneka menu yang bisa dipilih sesuai selera, seperti gurame goreng, aneka seafood, dan ayam bakar khas Rumah Kayu. Bahkan, di tempat ini juga dilengkapi dengan menu-menu sederhana, seperti tempe dan tahu. Untuk memberikan kenyamanan pengunjung saat bersantap kuliner, Rumah Kayu mengusung konsep go green. Dengan pepohonan nan rindang yang menghiasi hampir setiap sudut saung, dipastikan membuat pengunjung benar-benar bisa menikmati makanan dengan santai dan sejuk. “Selain itu, kami juga menyediakan arena play ground untuk anak-anak bermain,” kata Haris, akhir pekan lalu. Dengan beragam fasilitas dan keistimewaan setiap menu kuliner yang disajikan, tidak heran jika Rumah Kayu menjadi tempat favorit untuk bersantap kuliner. Bahkan, pengunjung setia yang datang ke tempat ini tidak hanya berasal dari Lampung, tetapi juga ada yang dari Bandung dan Jakarta. “Rumah Kayu ini menjadi tempat favorit keluarga. Menu makanan di sini enak dan tempatnya nyaman,” kata Eman, warga Sukarame. Dia juga mengatakan menu favoritnya saat berkunjug ke Rumah Kayu adalah tempe, tahu, dan gurame goreng. (IYAR JARKASIH/KRAF)

Daftar Harga Udang Saus Thailand : Rp45 ribu/porsi Kerapu Tim Kiamboy : Rp12 Ribu/ons Sop Buntut Taliwang : Rp37.500/porsi Gurame Goreng : Rp65 ribu (medium), Rp73 ribu (large) Ayam Bakar Rumah Kayu : Rp16 ribu (per potong), Rp60 ribu (per ekor) Udang Bakar Rumah Kayu : Rp32 ribu/porsi


13 20 Juni 2013

S

ekraf

Resep

egubal

SEGUBAL adalah makanan dari ketan yang dikukus dengan santan, lalu dibungkus daun pisang atau daun kelapa (janur). Menyantap makanan ini biasanya ditemani gulai ayam, rendang daging, opor ayam, kari, tapai ketan, dan lain-lain. Makanan ini dapat dinikmati ­dengan sambal goreng hati, petai, atau jengkol. Makanan yang sudah hadir sejak lama ini merupakan makan­ an khas masyarakat asli Lampung. Biasanya makanan ini dihidangkan saat Hari Raya, baik Idulfitri maupun Iduladha, dan di saat-saat pesta budaya masyarakat Lampung, seperti cakak pepadun, perkawinan, dan sunatan. Makanan khas ini juga dihidangkan untuk tamu-tamu agung. Pembuatan makanan ini membutuhkan waktu 6—10 jam. Caranya, ketan yang telah diberi santan dibungkus dengan daun pisang dan dikukus. Karena terbilang rumit dan membutuhkan ketelatenan ekstra, jarang orang Lampung yang dapat membuat segubal. (SRI WAHYUNI/KRAF)

Resep ‘Segubal’ Bahan-bahan 1. Beras ketan 2. Santan kelapa 3. Daun pisang Cara Memasak 1. Beras ketan dimasak dengan santan kelapa lalu dikukus selama 30 menit. 2. Setelah itu adonan ketan dan santan dicetak atau bisa dibungkus daun pisang untuk dikukus sekali lagi sebelum dihidangkan.


14 20 Juni 2013

ekraf

Asri

Kombinasi Lampung-Jepang dalam Hunian Modern H

UNIAN modern bukan berarti lepas dari ikatan-ikatan rumah tradisional. Justru ­b angunan rumah modern bisa bebas mengadopsi gaya arsitektur tradisional. Perpaduan modern dan tradisional ini menghasilkan rumah yang unik dan sarat akan nilai-nilai kehidupan. Perpaduan tradisional Lampung-Jepang dan sentuhan arsitektur modern tergambar dari rumah milik Rislan Syarief, dosen arsitektur Universitas Bandar Lampung. Rumah bergaya tropis modern ini sangat elegan sekaligus artistik. Simbol Lampung diletakkan pada bagian atap rumah yang disebut culuk langit, seperti penangkal petir. Selain itu, ada simbol kayu aro yang diletakkan di pagar. Kayu aro diyakini sebagai kayu kehidupan bagi orang Lampung. Inspirasi arsitektur Lampung karena Rislan banyak melakukan penelitian dan menulis tentang bangunan-bangunan tradisional Lampung. Meskipun bukan keturunan Lampung, Rislan punya ketertarikan dan keinginan kuat melestarikan arsitektur Lampung yang kemudian diadopsi menjadi hunian modern. Arsitektur rumah tidak kaku dan selalu berkembang sesuai keinginan dan perkembangan, termasuk memadukan dua gaya arsitektur Lampung dan Jepang dalam satu tempat tinggal yang nyaman dan unik. Gaya hunian Lampung diletakkan di luar bangunan, seperti atap dan gerbang. Sedangkan gaya arsitektur Jepang kental terlihat pada interior dalam ruangan. Ruangan dibuat kecil dan tidak terlalu tinggi. Jarak antara atap dan lantai seakan-akan membuat orang yang tinggal bisa menyentuh langit-langit rumah. Gaya ruangan yang kecil dan rendah ini mengadopsi bangunan Jepang. Selain itu, ada tambahan lukisan-lukisan asal Jepang yang banyak menempel di dinding. Keberadaan lukisan inilah yang membuat nuansa Negeri Matahari Terbit seakan hadir dan menjadi nyata. Menurut dia, ruang yang sempit akan menumbuhkan keakraban dan kesetaraan antara tuan rumah dan tamu. Jika ruang terlalu luas dan tinggi, akan timbul kesan yang membedakan antara pemilik dan tamu. Dia menambahkan pada masyarakat Jepang ruangan dibuat kecil dan tidak terlalu luas, supaya orang yang berada di dalamnya bisa mudah mengenali dan cepat akrab. Ada kesan surprise dalam huniannya. Taman depan dibuat tinggi sehingga menutupi pandangan dari luar. Rumah hanya terlihat bagian atapnya saja jika dipandangi dari luar. “Orang tidak menyangka kalau rumahnya seperti ini kalau dilihat dari luar. Jadi, ada surprise-nya lah,” kata mantan pengajar di Fakultas Teknik Unila ini. Rumah dua lantai itu sangat ramah lingkungan,

hijau, dan begitu alami. Bagaimana tidak, bangunan rumah hanya menghabiskan 1/3 lahan. Sementara itu, 2/3 lahan dibiarkan terbuka untuk taman. “Luas bangunan secara keseluruhan hanya 200-an meter persegi, lantai I dan II. Jika lantai I saja, hanya 180 meter persegi, sedangkan luas lahan adalah 400-an meter.” Hunian berwawasan lingkungan ini juga ditunjukkan dengan tidak menutup semua tanah di taman dengan semen. Taman hanya ditutup dengan batu-batu kecil supaya air hujan tetap meresap ke dalam tanah dan tidak terbuang ke got. Air hujan dibiarkan meresap ke tanah di seki-

kaca. Banyak bagian dinding yang terbuat dari kaca, bukan tembok semen atau kayu. Dominasi kaca ini membuat hampir semua bagian ada kaca. Pintu masuk utama pun dibuat dari kaca. Pada pintu kamar pun terdiri dari kayu dan kaca. Penggunaan kaca untuk memperbanyak cahaya matahari yang masuk rumah sehingga menghemat pemakaian listrik pada siang hari. Rumah ini pun anti dengan alat pendingin ruangan. Rislan hanya menggunakan kipas angin untuk mempercepat sirkulasi udara. Untuk menjaga agar rumah tetap sejuk tanpa AC, Rislan membuat ruang-ruang terbuka. Ini bisa ditemukan pada bagian depan dan ruang tamu.

tar rumah. Tujuannya menjaga jumlah air tanah sehingga pada saat kemarau, air tanah di rumah tidak terlalu kering. “Hanya air yang tidak tertampung di taman, kemudian mengalir ke saluran pembuangan. Tidak semua air hujan dibuang ke got,” kata dia. Menurut Rislan, banjir terjadi karena semua air hujan mengalir ke saluran pembuangan. Akibatnya, saluran tidak bisa menampung dan terjadilah banjir. Jika semua rumah, ruko, dan perkantoran membuat taman dan daerah resapan, air hujan akan diserap tanah dan sisanya baru dialirkan ke got. “Kalau ini diterapkan di Bandar Lampung, kita bisa mengurangi banjir.”

Tembok tidak menutup penuh seperti kubus yang utuh, tetapi ada bagian yang dibiarkan terbuka supaya udara dari luar bisa masuk. Pada bagian belakang rumah dibuat taman kecil dan kolam lengkap dengan ikan-ikan. Taman ini seakan berada di dalam rumah karena bisa dinikmati dari dalam, bahkan terlihat dari ruang tamu. Taman belakang bisa dilihat dari berbagai sisi rumah karena dinding bagian belakang dibuat dari kaca. Kolam di bagian belakang didesain sebagian berada di dalam rumah dan sebagian di luar. Menurut dia, meskipun berada di luar, taman seperti ada di dalam rumah. Kaca di bagian belakang tidak dipasang penuh hingga ke atap, tetapi dibiarkan ada ruang kosong di atap dan di bagian dasar supaya udara dari luar bisa masuk.

Dominan Kaca Rumah Rislan pun dominan dalam pemakaian


15 20 Juni 2013

ekraf

Asri Bagi Rislan, rumah di Indonesia yang memiliki iklim tropis tidak perlu tembok. Rumah pada zaman dahulu pun tanpa tembok, hanya atap dan tiang saja. Berbeda dengan di Eropa yang harus bertembok karena cuacanya dingin. Di Indonesia orang tetap bisa bertahan di rumah yang tidak bertembok. “Orang tinggal di Indonesia, sebetulnya tidak memerlukan AC. Alam tropis seharusnya tidak membutuhkan pendingin ruangan. Penggunaan AC hanya karena sikap konsumtif saja,” ujar dia. Filosofi rumah tropis, kata dia, adalah menyatukan ruang luar ke dalam atau memasukkan ruang bagian luar ke rumah. Hal inilah yang ditunjukkan Rislan dalam kediamannya. Misalnya kolam di bagian depan, dekat kamar tidur dibuat menyatu ke dalam. Batu besar di kolam dibuat sehingga sebagian berada di dalam kamar. “Meskipun kami berada di dalam, seperti ada di luar.” Penggunaan kaca sebagai dinding adalah untuk menyatukan ruang dalam dan luar. Dengan kaca, taman dan rumah seperti tidak berbatas, tetapi menyatu. Filosofi inilah yang hadir di dalam rumah tropis yang memang zaman dahulu tidak memiliki batas karena tidak ada tembok. Air juga menjadi malakat dalam rumah Rislan. Dua kolam di bagian depan dan belakang rumah adalah buktinya. Selain itu, ada dua akuarium besar yang ditempatkan di ruang keluarga dan ruang makan. Penempatan air di beberapa bagian memiliki nilai filosofi. Rumah diibaratkan sebagai bumi atau tubuh yang memerlukan air agar seimbang. Menurut dia, air dalah bagian yang paling banyak ada di tubuh manusia dan di bumi. Air merupakan bagian pen­ ting dari lingkungan. Bila tidak ada air, lingkungan akan rusak. Hancurnya peradaban juga disebabkan hancurnya lingkungan. (PADLI RAMDAN/KRAF)


16 20 Juni 2013

Lembah Hijau

ekraf

mersial

Turut Lestarikan Satwa Langka

S

EIRING dengan maraknya perambahan hutan, satwa kini semakin sulit mendapat­ kan tempat untuk hidup dan berkembang biak. Banyak spesies satwa yang kini tidak dapat ditemukan lagi karena mulai punah. Komisaris Utama Lembah Hijau M. Irwan Nasution mengatakan semakin menipisnya hutan di Sumatera, bahkan di Indonesia, telah menurunkan jumlah spesies satwa secara drastis. “Sekarang habitat satwa semakin berkurang, ini adalah kerugian besar bagi kita,” kata dia. Menyadari hal itu, Lembah Hijau ingin merajut kekayaan khazanah satwa Lampung yang diharapkan bisa membantu melestarikan satwa. Hanya dengan cara itulah, generasi selanjutnya bisa mengetahui kekayaan satwa khas Lampung, bahkan Indonesia dan mancanegara. Bekerja sama dengan kebun binatang di Surabaya dan beberapa kebun binatang lain, dalam waktu dekat Lembah Hijau membuka wahana baru, Taman Satwa. Wahana itu akan diisi dengan satwa-satwa langka yang kini hampir punah. Beberapa satwa yang akan menghuni Taman Satwa, yaitu harimau sumatera, banteng, komodo, tapir, sitatungga, babi rusa, burung pelikan, kijang, muncah, kasuari, kambing gunung, rusa tutul, dan rusa timur. Dengan konsep terbuka, antara kandang peraga dan kandang tidur, seluruh satwa dipastikan akan menghibur pengunjung lewat tingkah dan gaya asli sang satwa. “Konsepnya akan merujuk pada taman satwa

modern,” kata Irwan. Taman Satwa akan berdekatan dengan wahana Taman Burung, dan akan dikembangkan hingga 15 hektare. Wahana ini akan terintegrasi dengan pepohonan dan ekosistem alami. Pohon-pohon akan terus ditanami se­ hingga Taman Satwa tidak hanya sebagai wahana edukasi, tapi sekaligus menjaga hijaunya alam di Bandar Lampung. Irwan mengatakan dengan terjaganya ekosistem, lingkungan semakin asri. Lembah Hijau bukan hanya sekadar taman hiburan, melainkan juga menjadi daerah cakupan dan cadangan air bagi masyarakat di Bandar Lampung. Banyaknya pohon di Lembah Hijau akan menahan air hujan, yang akan berguna sebagai pemasok air bagi warga sekitar. “Sekarang dalam tahap persiapan. Saya menargetkan Lampung segera memiliki taman satwa yang tidak kalah menarik dengan provinsi lain,” kata Irwan. Secara khusus, Irwan berharap Ekraft Lampost bisa mengangkat sisi pariwisata Lampung agar semakin dikenal masyarakat luas, bahkan mampu berkembang. Selain Taman Satwa, Lembah Hijau juga memiliki wahana akuarium ikan dengan berbagai spesies. Beberapa di antaranya piranha dan arapaima gigas yang berukuran 1,7 meter dari Amazon, koi, red tail, dan tiger cat fish. (DELIMA NAPITUPULU/KRAF)


17 20 Juni 2013

ekraf

Lembah Hijau

Wahana Rekreasi Terbaik Keluarga

T

AMAN rekreasia seluas 15 hektare yang khas dengan nuansa alamnya, Lembah Hijau, menjadi tujuan wisata favorit masyarakat Lampung. Didukung alam Sukadanaham yang masih asri dan natural, serta dipadukan dengan fasilitas yang lengkap, menjanjikan kepuasan bagi pengunjungnya. Komisaris Utama Lembah Hijau M. Irwan Nasution mengatakan Lembah Hijau menawarkan berbagai wahana bagi wisatawan yang mendambakan liburan mengasyikkan. Didukung kondisi lingkungan yang bersih, sehat, nyaman, aman, dan alami, Lembah Hijau telah men-

jelma menjadi taman rekreasi terbaik di Lampung. Peningkatan jumlah kendaraan dan pesatnya pembangunan membuat masyarakat sulit mendapatkan udara yang benarbenar bersih. “Tidak hanya mendapatkan kesenang­an dari semua wahana yang ada, pengunjung juga bisa menghirup udara segar dan bersih di sini,â€? kata Irwan. Dia juga mengatakan Lembah Hijau memiliki Teater Mini 4 Dimensi yang sampai saat ini menjadi teater 4 dimensi satu-satunya di Lampung. Cukup merogoh kocek Rp30 ribu, pengunjung bisa menikmati pertunjukan seru dengan teknologi 4 dimensi, yang memberikan pengalaman menonton lebih nyata. Bagi anak-anak dan orang dewasa yang suka berkendaraan, Lembah Hijau menyediakan Boom-Boom Car yang berukuran lebih besar dari yang ada di tempat lain. Hanya dengan Rp15 ribu, pengunjung bisa berkendaraan, bahkan bertabrakan dengan Boom-Boom Car lain secara aman dan me-

nyenangkan. Masih bagi pencinta otomotif, Lembah Hijau memiliki All Terrain Vehicle (ATV), yaitu motor offroad roda empat yang bisa dipakai untuk melintasi areal terjal. Hanya dengan Rp15 ribu, pengunjung bisa merasakan penga­ laman sebagai pengendara offroad yang sebenarnya. Di Lampung, ATV hanya bisa ditemui di Lembah Hijau. Jangan menyebut diri pemberani sebelum menguji nyali di Rumah Hantu Lembah Hijau. Didukung teknologi dan boneka mekanik modern, uji nyali di Rumah Hantu dipastikan akan meningkatkan adrenalin. Cukup dengan Rp15 ribu, pengunjung akan dipersilakan masuk ke Rumah Hantu dengan gedung permanen dan menaiki kereta listrik di dalamnya. Dengan begitu, pengunjung tidak perlu berjalan kaki di dalam bangunan yang cukup luas itu.


18 20 Juni 2013

ekraf

Mersial

Murah dan Menyenangkan Bagi pengunjung yang ingin bersantai menikmati suasana nan alami dan eksotik, bisa menaiki Carousel atau komidi putar. Bukan sembarang komidi putar, Carousel adalah komidi putar berukuran besar dengan teknologi modern yang aman dan nyaman. Hanya dengan Rp15 ribu, pengunjung bisa menikmati Carousel sembari menyegarkan pikiran. Wahana selanjutnya adalah Mini Train atau kereta mini. Untuk menikmati wahana itu, pengunjung cukup membayar Rp10 ribu dan bisa berkeliling dan melihat Lembah Hijau secara lebih dekat. Wahana outdoor dengan stasiun dan terowongan mini ini banyak diburu pengunjung setelah lelah bermain sepanjang hari. Lembah Hijau juga dilengkapi cottage dan meeting room yang bisa dimanfaatkan untuk pertemuan-pertemuan resmi. Dengan ruang luas, mewah, AC, dan fasilitas lainnya, pertemuan dan rapat dipastikan berjalan dengan sukses. Untuk para pencinta kuliner, bisa bersantap ria di restoran Lembah Hijau yang menyediakan beragam menu pilihan dengan citarasa tinggi. Seluruh sajian di restoran Lembah Hijau diolah dari bahan-bahan terbaik oleh koki berpengalaman. Tidak

perlu merogoh kocek terlalu dalam karena harga yang dipatok pada setiap menu cukup terjangkau. Restoran Lembah Hijau menyediakan menu kuliner lokal, seafood hingga steak. Juga ada paket nasi kotak, coffee break, dan prasmanan. Restoran ini juga menyediakan menu khusus pesanan, seperti nasi tumpeng dan kambing guling. Salah satu wahana yang mampu menghipnosis pengunjung adalah waterboom. Wahana ini terdiri dari kolam-kolam berisi air segar dari alam, dikombinasikan dengan fasilitas spiral slide, torpedo, ember tumpah, dan water splash. Keseruan memuncak saat pengunjung menaiki Twin Boomerang, berupa slide ganda yang berdampingan, dengan panjang 160 meter dan ketinggian 18 meter. Irwan menyebutkan promosi-promosi menarik yang bisa didapatkan dengan harga lebih hemat, yaitu Paket Pelajar dengan harga Rp25 ribu per orang. Harga tersebut sudah meliputi tiket masuk, waterboom, gazebo atau saung, taman satwa, dan panggung musik. Syarat peserta berjumlah minimal 30 orang dan mendaftar langsung atau SMS ke Yudi dengan nomor 081379788807. (DELIMA NAPITUPULU/KRAF)


19 20 Juni 2013

ekraf

Karya

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov. Lampung

Menara Siger Identitas Lampung M

Pengertian Siger SIGER adalah sebuah bentuk mahkota keagung­ an ada budaya dan tingkat kehidupan yang terhormat. Dalam kebiasaanya, siger digunakan oleh pengantin perempuan Lampung. Yang artinya lambang ini menyimbolkan sifat feminin. Tidak seperti pada umumnya lambang daerah lain yang bersifat maskulin. Seperti halnya di Jawa Barat adalah kujang, salah satu senjata tradisional Sunda. Yang melambangkan sifatsifat patriotik dan defensif untuk memperkuat ketahanan wilayah.

ENARA Siger, sebuah menara yang diba­ ngun atas prakarsa Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P., yang telah diresmikan pada 30 Mei 2008. Jika kita melihat Jakarta memiliki Monas, Sumatera Selatan ada Jembatan Ampera, dan Sumatera Barat ada Jam Gadang, Menara Siger adalah ikon Provinsi Lampung. Menara Siger merupakan prasasti titik nol kilometer jalan lintas Sumatera dan menjadi penanda bahwa ini adalah pintu gerbang Pulau Sumatera. Dengan bentuk arsitektur bangunan yang sangat indah berwarna kuning yang dibangun di salah satu bukit di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan. Menara Siger dapat dilihat dari kejauhan di ­tengah laut, saat kita akan meninggalkan atau sampai ke Pelabuhan Bakauheni dari Pelabuhan Merak, Banten. Jika malam hari akan terlihat lampu-lampu indah yang menunjukkan bentuk menara yang begitu eksotik dipandang mata. Di puncak menara, ada payung tiga warna (putih-kuning-merah) sebagai simbol tatanan sosial masyarakat Lampung. Menara yang mengusung adat budaya Lampung dan sekaligus landmark dari kawasan Bakauheni, di dalamnya Menara Siger terdapat bangunan utama dan terdapat Prasasti Kayu Are sebagai simbol pohon kehidup­ an bagi masyarakat Lampung. Hal ini membuat Menara Siger menjadi mahkota budaya kehidupan masyarakat. Gagasan pembangunan Menara Siger dilaksanakan Gubernur Sjachroedin Z.P. saat menjabat pada 2004—2009. Menara ini sebagai karya besar dan sekaligus dapat menjadi representasi tonggak pembangunan menuju pembangunan dan karya yang besar daerah Provinsi Lampung. Saat ini pengelolaan Manara Siger diserahkan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lampung bersama sebuah badan otoritas yang akan bertanggung jawab memelihara dan menghidupkan Menara Siger dengan berbagai kegiatan. Menara ini diharapkan mampu memancarkan dan menyebarluaskan makna simbolis budaya Lampung, baik bagi masyarakat Lampung sendiri dan kepada orang lain/pendatang atau wisatawan. Menara Siger diharapkan dapat mengeksplorasi lambang dan budaya Lampung dalam bentuk bangun­an yang unik. Menara itu hasil desain seorang arsitek lulusan teknik sipil, Anshori Djausal. Menara Siger dibangun di bukit yang berada di sebelah kiri pintu masuk Pelabuhan Bakauheni, dengan anggaran Rp7,3 miliar. (LUKMAN HAKIM/KRAF)


20 20 Juni 2013

ekraf

Budaya

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov. Lampung

Festival Krakatau, Menjadi Ikon Lampung A

GUSTUS 2013 mendatang, Pemerintah Provinsi Lampung kembali akan menggelar Festival Krakatau, sebuah festival yang semakin tahun semakin diminati turis ­asing. Dengan pergelaran festival itu, diharapkan kunjungan wisatawan ke Lampung semakin meningkat. Festival Krakatau ditujukan untuk memperingati peristiwa meletusnya Gunung Krakatau yang menggemparkan dunia pada 26—27 Agustus 1883 silam, yang terdengar sampai 4.500 km dari titik letusan. Antara lain, di Australia Selatan, Ceylon, dan Filipina. Peristiwa itu saat ini dijadikan momentum bersejarah bagi Provinsi Lampung, terutama dalam mengenalkan potensi wisatanya. Festival Krakatau pertama kali digelar pada 1991. Sejak saat itu, festival ini selalu digelar setiap Agustus tiap tahunnya. Festival ini pun memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Lampung. Awalnya, Festival Krakatau merupakan bagian dari upaya masyarakat Lampung untuk mempertegas posisi Lampung sebagai daerah yang secara langsung memiliki Gunung Krakatau. Sebab, dahulu status Krakatau sempat tak jelas mengingat Provinsi Banten pun sempat mengklaim Gunung Krakatau masuk wilayahnya. Kalau dilihat dari peta kehutanan, Krakatau masuk ke daerah Jawa Barat, tetapi kalau ditilik dari wilayah administratif, Krakatau masuk bagian Lampung karena lokasi gunung tersebut tepat berada di Kalianda. (LUKMAN HAKIM/KRAF)


21 20 Juni 2013

Objek Wisata Andalan

P

enyelenggaraan Festival Krakatau ini dimaksudkan untuk menunjukkan Krakatau adalah objek wisata yang bisa diandalkan untuk menarik wisatawan, selain Taman Nasional Way Kambas, Pantai Tanjungsetia, Teluk Kiluan, dan objek wisata lainnya di Lampung. Ada banyak rangkaian kegiatan yang ada dalam Festival Krakatau. Mulai dari kegiatan pariwisata, pergelaran budaya, olahraga, pameran, tur ke Gunung Krakatau dan masih banyak lagi. Festival ini digelar guna memperingati dahsyatnya letusan Gunung Krakatau. Selain itu, juga untuk pengenalan tempat pari-

wisata di Lampung yang bertujuan menarik wisatawan. Gubenur Lampung Sjachroe­din Z.P. mengatakan kegiatan Festival Krakatau diharapkan makin baik dari tahun ke tahun. Baik secara kualitas penyelenggara­ an maupun kegiatan-kegiatan wisata yang digelar. “Saya berharap festival ini terus menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun. Festival Krakatau bukan hanya pergelaran seni budaya, melainkan juga banyak hal lain, salah satunya mempromosikan hasil kerajinan Lampung secara keseluruhan, seperti tapis dan lain sebagainya,” kata dia. (LUKMAN HAKIM/KRAF)

ekraf

Budaya

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov. Lampung


22 20 Juni 2013

ekraf

mersial


23 20 Juni 2013

ekraf

mersial

Galeri

Aan Ibrahim

MODEL: SISKA/AAN IBRAHIM

MODEL: EVA DWIYANA HERMAN HN


24 20 Juni 2013

ekraf

Wawancara

Telkom, Berbenah di Tengah

Ketatnya Bisnis Telekomunikasi D

I tengah perkembangan telekomunikasi di Tanah Air saat ini, Telkom Indonesia dituntut untuk terus mengusung pemerataan di bidang komunikasi hingga ke pelosok daerah. Di sisi lain, sebagai badan usaha milik negara, Telkom harus memberikan keuntungan secara finansial guna keberlangsungan perusahaan. Kedua kepentingan yang memiliki porsi yang sama itu membuat Telkom Indonesia berbenah melakukan penataan portofolio bisnisnya dengan mengacu pada model holding company, yaitu dalam upaya mewujudkan visi sebagai Leading TIMES ( Telecommunication Information, Media, Edutainment, and Services) provider in the region. Untuk mengupas perubahan dan peran Telkom di wilayah Lampung, berikut wawancara wartawan Sri Agustina 足d e n g a n G e n e r a l Manager PT Telkom Indonesia Tbk. Wilayah Te l e ko m u nikasi (Witel) Lampung Muchlis.

Telkom saat ini tengah melakukan perubahan, baik secara struktur maupun portofolio bisnisnya. Apa yang melatarbelakangi perubahan tersebut? Tujuannya meningkatkan pertumbuhan bisnis Telkom. Penataan portofolio bisnis ini salah satunya adalah melalui penataan portofolio infrastruktur telekomunikasi sebagai penopang utama portofolio produk/layanan. Di antaranya dengan pembentukan PT Telkom Akses untuk mengelola jaringan akses, Divisi Infratel untuk pengelolaan backbone, Divisi Broadband untuk fixed broadband, Divisi Wibro untuk mengelola wireless broadband, serta pengelolaan bisnis tower oleh PT Dayamitra atau dikenal dengan Mitratel. Sejak kapan perubahan tersebut dilakukan? Secara nasional, perubahan struktur dimulai 1 Februari 2013. Untuk struktur, saat ini secara nasional dijabat dirut dan ada 61 witel, salah satunya di Lampung. Juga daerah telekomunikasi (datel) di Kotabumi dan Metro. Pembentukan wilayah ini dilakukan dengan pendekatan sebaran pelanggan. Hingga saat ini Telkom membawahkan

12 anak perusahaan, antara lain Telin, Mitratel, PINS, Telkomsel, Metra, Infomedia, Finnet, Telkomvision, Admedika, Telkomproperty, dan Telkomsigma. Apa sasaran yang ingin dicapai dari perubahan ini? Telkom inngin menjadi jasa terkemuka di bidang telekomunikasi, information, media, edutainment, dan jasa (TIMES) yang memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Juga memberikan KALI dengan kualitas bagus dan harga kompetitif sehingga menjadi best managed korporasi Indonesia. Harapan kami Telkom bisa mencapai posisi terdepan dengan memperkuat bisnis legacy dan pertumbuhan bisnis new wave untuk memperoleh 60% dari pendapatan industri pada 2015. Telkom juga memanfaatkan peluang memperkuat infrastruktur berbasis broadband untuk mendukung inovasi layanan dan produknya menuju TIMES sebagai sumbangsih Telkom pada kemajuan ekonomi dan kecerdasan bangsa. Secara riil, apa saja perubahan itu, terutama untuk Lampung? Ya secara riil, target di Lampung pada Oktober tahun ini untuk


25 20 Juni 2013

pelanggan telepon rumah kepala 4 dan 2 segera diganti menjadi fiber optik sehingga mutu komunikasi akan lebih lancar, dan ke depan tak hanya voice, tapi juga memenuhi kebutuhan data, mulai dari internet maupun video. Pada Agustus ini, semua lembaga pemerintahan seperti pemda, polres, juga akan diubah ke fiber optik. Ini akan memudahkan koordinasi karena untuk rapat dari berbagai daerah bisa dilakukan secara telekonferensi dan tak perlu mobilisasi. Juga merencanakan membangun 600 akses poin (Wi-Fi) untuk publik di 130 titik, terutama di lokasi sarana umum, seperti sekolah dan rumah sakit. Unit bisnis Telkom apa saja yang perkembangannya pesat di Lampung? Dari jumlah penduduk Lampung yang tersebar ini, Telkom melalui Unit Customer Service Area Lampung melayani sambungan telepon (pelanggan) dengan 17 Plasa Telkom dan sejumlah 83.504 SST (satuan sambungan telepon) dan Speedy dengan pelanggan sejumlah 19.268 SSS Speedy (baru sekitar 25% jumlah pelanggan Telkom CSA Lampung yang berlangganan Speedy), maka saat ini ya product Telkom Speedy yang perkembangannya pesat dan prospeknya masih bagus selain YesTV. Kontribusi Telkom terhadap dunia pendidikan sendiri seperti apa? Telkom mendorong siswa untuk lebih menge足 nal teknologi dan internet melalui sekolah maupun pelatihan. Mereka ini (siswa, red) yang kelak akan melanjutkan proses pembangunan di negeri ini. Memang di Lampung baru 14% sampai 16% masyarakat yang mampu mengakses internet sehingga kami ingin persentasi tersebut naik lagi. Secara nasional pun baru 25% yang mampu mengakses internet. Upaya yang dilakukan adalah masuknya internet ke sekolah-sekolah. Pada 17 Agustus nanti ada program Merah Putih berupa schol-

ekraf

Wawancara

net di 375 sekolah di Lampung. Lalu Indishcol (pemasangan Wi-Fi di sekolah) untuk 150 sekolah. Dan, Telkom juga membuka pelatihan berinternet untuk masyarakat umum di kantor Telkom Kartini (Bambu Kuning) mulai Juni kemarin, dengan durasi pertemuan dua jam. Sumbangan untuk sektor perekonomian sendiri? Telkom ikut mendukung perkembangan perekonomian, terutama usaha kecil yang asetnya di bawah Rp100 juta. Lewat program CSR, Telkom memberikan pinjaman lunak dengan bunga ringan 56% selama dua tahun. Dana bergulir ini setiap tahunnya digelontorkan Rp4 miliar. Hingga saat ini total bantuan usaha kecil sudah mencapai Rp44 miliar. Kami juga ada program bina lingkungan dengan melakukan penanaman pohon 1.800 pohon di sejumlah lokasi. Apa yang menjadi kendala dalam pengembangan bisnis Telkom? Masih banyak kendala yang dihadapi, ter足 utama infrastruktur. Infrastruktur jalan ter足 utama akses jalan di daerah urban atau rural, di mana Telkom mempunyai banyak perangkat telekomunikasi yang menyebar di seluruh Provinsi Lampung ini. Tapi, mudah-mudahan dengan upaya yang dilakukan Pemprov Provinsi maupun kabupaten/kota di seluruh Lampung untuk memperbaiki jalan-jalan yang rusak segera terealisasi dan ini sangat membantu Telkom dalam melakukan instalasi PSB maupun penanga足n Gangguan-2 yang terjadi melingkupi area provinsi ini dapat teratasi. Yang kedua, juga ketersediaan catuan listrik. Telekomunikasi itu didesain untuk bisa digunakan kapan pun dalam kondisi apa pun, artinya ketika catuan listrik padam, maka perangkat telekomunikasi harus tetap bisa berfungsi baik. ***

BIODATA Nama

: Muchlis

Kelahiran : Pagaralam, 15 Juni 1961 Pendidikan : S-1 Teknik Elektro Universitas Sriwijaya Jabatan: - GM Witel Lampung (Februari 2013-Sekarang) - Senior Manager Outsourch Management (2012) - GM Divisi Accses di Jakarta (2010) - GM Datel Palembang ((2007-2010) - Deputi GM Datel Bogor (2006) - GM Datel Yogyakarta (2001) - Manager OPMC Semarang (1998) - Manager OPMC Pekalongan (1996) - Kadis (1991) Hobi : Golf


26 20 Juni 2013

ekraf

Mersial

TNWK Memiliki Spektrum Ekosistem

K

AWASAN Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur (Lamtim) memiliki satu spektrum ekosistem yang besar. Di dalamnya dapat ditemui formasi-formasi hutan, seperti hutan dataran rendah, rawa, dan mangrove. Tipe habitat dan ekosistem yang ada di Taman Nasional Way Kambas terbagi dalam lima tipe utama, yaitu vegetasi hutan pantai, vegetasi hutan mangrove, vegetasi hutan riparian, vegetasi rawa, dan hutan dipterocarpus dataran rendah. Flora yang terdapat dalam kawasan TNWK, antara lain meranti (Shorea sp), rengas (Gluta rengas), kiara (Ficus retusa), merbau (Intsia palembanica), pulai (Alstonia scholaris), mahang, aren (Arenga pinnata), dan serdang (Livistonia rotundifolia). Selain itu, Metroxylon elatun, sempur (Dillenia sp), damar (Shorea Sp), keruing (Dipterocarpus gracillis), dan puspa (Schima walichii), jenis semak, Cyrum sp, Fimbrityllis sp, ipomea cemara pantai (Casuarina equisetifolia), ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Callophyllum inophylum), rhizopora, bruguiera, dan lain-lain.

Habitat ‘Nepenthes’ Dari hasil kegiatan ekspedisi Way Kambas II, diketahui sedikitnya lima jenis nepenthes yang ada di TNWK, yaitu N. gracilis, N. mirabilis, N. rafflesiana, N. ampullaria, dan N. hookeriana. “Yang disebut terakhir merupakan jenis hasil persilangan alami antara N. ampullaria dan N. rafflesiana,” kata Humas TNWK Sukatmoko. Menurut dia, dari lima jenis yang telah diidentifikasi, pada pengamatan di habitatnya (TNWK) masing-masing jenis memiliki beberapa variasi ukuran maupun warna kantong serta warna daun. Pada N. ampullaria di TNWK setidaknya terdapat tiga variasi warna kantong, yaitu hijau polos, merah polos, dan hijau bercak-bercak merah. Sedangkan pada N. mirabilis, selain kantong yang berwarna hijau dan merah, daun serta batang tanaman ini juga warnanya mengikuti warna kantong (hijau atau merah). Selain itu, ditemui ukuran panjang kantong N. mirabilis mulai dari 5 sentimeter hingga 20 sentimeter. Variasi-variasi

menarik lainnya juga ditemui pada jenis N. rafflesiana dan N. hookeriana. Sebagai warga Provinsi Lampung, khususnya Lampung Timur, cukup bangga dengan keberadaan Way Kambas. Betapa tidak, ketika di daerah perantauan warga yang berasal dari Lampung sering ditanya tentang gajah. Meski hanya sebagian kecil warga Lampung yang tahu tentang informasi gajah Lampung. Padahal, gajah merupakan ikon daerah Lampung. Kurangnya pengetahuan sebagian warga Lampung mengenai gajah itu memang dipengaruhi sejumlah sebab. Di antaranya, daerah yang terdapat gajahnya berada di daerah tertentu saja, seperti di Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Namun, sebagai warga Lampung Timur sudah sepantasnya menguasai informasi seputar gajah Lampung. Hal itu sangat penting karena tingkat kebanggaan sese­ orang akan daerah kampung halaman biasanya dapat diketahui dari seberapa tahu orang tersebut tentang daerahnya. (MUSANIF EFFENDI/KRAF)


27 20 Juni 2013

ekraf

Mersial

Pelatihan Gajah Pembahasan di atas sebenarnya menjadi pengingat karena saat ini semakin minim pengetahuan warga Lampung akan daerahnya sendiri sehingga cukup mengkhawatirkan bagi ke depannya. Sebagai warga Lampung, khususnya yang berada di Kabupaten Lampung Timur, harus berbangga hati karena memiliki TNWK, sekaligus terdapat Pusat Pelatihan Gajah (PLG) Way Kambas, yang cukup populer seantero nusantara. PLG Way Kambas, menurut sejumlah informasi, menjadi rujukan bagi PLG lainnya di Indonesia. Bahkan, para pelatih dan gajah jinak banyak didatangkan dari Way Kambas untuk membantu pelatihan gajah, seperti di Riau, Aceh, dan Bengkulu. Gajah jinak hasil didikan PLG Way Kambas memiliki kualitas kecerdasan yang diakui para wisatawan, baik lokal maupun nasional. Hal itu itu diketahui karena sejumlah kebun binatang di Jakarta, Jawa Barat, dan Bali adalah gajah yang berasal dari Lampung Timur. Menurut pawang gajah, Suratno (43), gajah yang berasal dari dari PLG Way Kambas memang terkenal luas, baik di tingkat lokal provinsi, level nasional hingga internasional. “Saya sudah lama menjadi pawang gajah, dan hingga beberapa kali melakukan tur ke berbagai daerah,” kata dia. Menurut dia, gajah dari Lampung Timur sering diundang untuk tampil di berbagai

event, baik lokal maupun nasional, dan bahkan ada tawaran dari luar negeri. Berdasarkan pengalaman para penikmat atraksi hewan, lanjut dia, gajah yang berasal dari Lampung Timur cukup pintar dan membuat para penonton semakin terpesona dengan ulah hewan bertubuh tambun tersebut. Dia juga menjelaskan karena pesona itulah gajah dari Lampung Timur sering diundang ke berbagai daerah, seperti Jakarta, Jawa Barat, Surabaya, Palembang, hingga ke Bali. “Memang gajah dari Lampung Timur dikenal cukup luas, hingga ke berbagai daerah, seperti di Bali. Bahkan, event atraksi gajah yang digelar di Bali membuat wisatawan asing terheran-heran dan ingin melihat langsung ke PLG Lampung Timur,” kata dia. Dia menjelaskan karena kejinakan gajah dari Lampung Timur tersebut tidak membuat penikmat atraksi hewan takut, apalagi melihat gajah dari Lampung Timur yang cukup lincah itu. “Jika semula ada yang mengatakan harus berhati-hati saat melihat gajah, sebab bisa mengamuk sewaktu-waktu. Namun, apabila berdekatan dengan gajah Lampung Timur tidak perlu khawatir,” ujarnya. Terkenalnya gajah jinak dari PLG Way Kambas menjadi bukti bahwa Provinsi Lampung, khususnya Kabupaten Lampung Timur, memiliki keunggulan yang cukup khas dan hendaknya harus diberi perhatian penuh agar pesona gajah Lampung tersebut tidak pudar. (MUSANIF EFFENDI/KRAF)


28 20 Juni 2013

ekraf

Foto

n LAMPUNG POST / ZAINUDDIN

KEMBANG API. Pembukaan Lampung Fair disemarakan dengan pesta kembang api di PKOR Way Halim, Jumat (7-6).

n LAMPUNG POST / ZAINUDDIN

PEMBUKAAN. Gubernur Sjachroedin Z.P. Lampung bersama Forkopimda Provinsi Lampung menekan sirine tanda dibukanya Lampung Fair 2013 di PKOR Way Halim, Jumat (7-6).


29 20 Juni 2013

ekraf

Foto

Pengunjung stan Lampung Fair sedang melihat proses filter air.

Seorang ibu dan anaknya melihat salah satu stan Lampung Fair 2013 yang sepi pengunjung.

STAN KABUPATEN TULANGBAWANG

STAN KOTA BANDAR LAMPUNG

STAN KABUPATEN TANGGAMUS

SEORANG PENJUAL KACANG DI LAMPUNG FAIR WAY HALIM

FOTO: KRAF/ZAINUDDIN


30 20 Juni 2013

ekraf

Mersial

PESAWARAN


31 20 Juni 2013

ekraf

Mersial


32 20 Juni 2013

ekraf


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.