EKRAF, No IV, 22 Agustus - 19 September 2013

Page 1

Wisata Kota Metro

Menggeliat Halaman. 3 No IV / 22 Agustus-19 September 2013

Batik Kota Metro

Kini Semakin Dikenal

B

ATIK, terutama batik tulis, selama ini hanya dikenal berasal dari Pulau Jawa. Tapi, siapa sangka, di Kota Metro, Dekranasda setempat tengah mengembangkan batik tulis khas Metro dengan melatih kaum ibu-ibu melalui pelatih dari Purbolinggo, Jawa Tengah. Ketua Dekranasda Kota Metro

Wali Kota Metro Lukman Hakim dan Ketua Dekranasda Kota Metro Netty Herawaty Netty Herawaty Lukman Hakim menjelaskan Pemkot dan pihaknya sangat mendukung pengembangan batik khas Kota Metro. “Usaha ini bisa meningkatkan pendapatan keluarga melalui ibu-ibu yang selama ini hanya membantu suami atau berdiam diri di rumah,” kata Netty di gerai Dekranasda, Kompleks Rumah Dinas Wali Kota Metro, beberapa

waktu lalu, kepada Ekraf. Netty menjelaskan perkembangan batik khas Kota Metro berawal dari sudah terkenalnya batik ke mancanegera. Bahkan, kini produk batik khas Kota Metro sudah mampu menembus pemasaran hingga ke luar negeri kare­ na promosi yang terus dilakukan. Karena gencar promosi dan pengembangan kerajinan batik itu, kini Kota Metro telah memiliki ­banyak perajin batik tulis khas. Banyak Kreasi Bahkan, batik-batik hasil perajin warga setempat sudah banyak yang menjadi pakaian seragam resmi Pemkot Metro dan kegiatan lainnya. “Hasilnya, batik tulis dari perajin Kota Metro tidak kalah dengan batik dari Pulau Jawa. Dan, kami saat ini memang gencar memproduksi batik khas Metro,” kata Netty. Dia mengatakan banyak motif batik tulis khas Kota Metro. Misal­ nya, motif seriti, Tugu Pena, dan kamboja. “Saat ini kami bukan hanya memproduksi batik tulis khas Metro, melainkan juga batik cetak. Untuk

n EKRAF/IKHSAN

batik cetak, kami memang masih memesan perajin di Pulau Jawa,” kata dia. Netty juga menjelaskan saat ini sudah banyak perajin batik tulis di Kota Metro. Di antaranya berada di Kecamatan Metro Timur dan Metro Barat, yaitu di Kelurahan Iringmulyo. Untuk meningkatkan kemampuan perajin batik tulis, pihaknya bekerja sama dengan dinas/instansi terkait sengaja mendatangkan pelatih dari Purbolinggo, Jawa Tengah. Selain itu, pihaknya juga memperkenalkan dan memasarkan produk batik tulis itu di event-event nasional dan provinsi. “Saat ini, batik tulis khas Metro bukan hanya untuk membuat pakaian atau fashion lainnya, melainkan juga sudah dibuat sandal dan sepatu dengan menggunakan batik khas Kota Metro,” kata dia. (LUKMAN HAKIM/KRAF)

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Dekaranasda Kota Metro


2 22 Agustus 2013

ekraf

torial DAFTAR ISI

Mengenalkan Pesona Batik

Lampung

Lukman Hakim Wartawan Lampung Post

P

ENGEMBANGAN batik Lampung ternyata cukup dapat diterima pasar. Motif batik yang khas telah memberikan ragam dan corak tersendiri bagi batik Lampung dibandingkan batik dari Pulau Jawa, seperti Cirebon, Pekalong­ an, Yogyakarta, dan Lasem. Bahkan, di beberapa kegiatan pemerintahan, batik Lampung sudah menjadi pakaian wajib aparatur pemerintah daerah. Walaupun batik ini belumlah terkenal seperti batik dari Pulau Jawa, Dekranasda Kota Metro telah mengeluarkan ide cemerlang untuk lebih memperkenalkan batik Lampung, terutama batik khas Kota Metro, ke dunia luar. Dengan harapan, batik Lampung khas Kota Metro dan batik Lampung umumnya akan se­ jajar dengan batik-batik dari Pulau Jawa atau batik dari Sumatera lainnya, seperti dari Jambi dan Palembang. Saya sangat yakin batik Lampung akan terus berkembang. Hal itu terlihat dari sudah banyaknya perancang dan pengusaha tekstil tanah lada ini yang menciptakan beragam kreasi. Lihat saja, ketua kelompok perajin batik tulis khas Metro, P. Betty Purwaningsih, giat melatih perajin untuk mendapatkan produk yang berkualitas baik. Dia pun yakin kalau batik Lampung, khusus­ nya batik tulis Kota Metro, dapat mendunia. Batik tulis khas Kota Metro dengan beragam corak, seperti Tugu Pena, seriti, dan kamboja, juga tidak kalah dengan motif jukung dan motif gajah yang sudah menjadi trade mark Lam­ pung. Ternyata pula, batik khas Lampung sangat cocok dipadupadankan dengan kain tapis dan sulaman usus yang sudah mendunia dan sudah diakui oleh Museum Tekstil Indonesia, sebagai warisan budaya yang wajib dilestarikan. Tak berlebihan memang, batik Lampung yang sangat meriah dengan beragam tampil­ an warna sangat digemari orang Eropa. Ini

semakin menunjukkan pangsa pasar batik Lampung masih sangat luas. Apalagi, semua kabupaten/kota di Lampung sudah menjadikan batik Lampung sebagai pakaian dinas di harihari tertentu. Geliat tapis Lampung di Sai Bumi Ruwa Jurai juga semakin eksis dengan semakin seringnya peragaan fashion batik Lampung di tingkat na­ sional dan internasional. Hal itu dapat kita lihat dari kerapnya Kota Bandar Lampung meng­ gelar fashion show di event-event nasional dan internasional, seperti di Seoul, Korea Selatan, atau di Festival Tong-Tong Denhaag, Belanda. Sekarang, kita hanya berharap pemerintah daerah tidak segan-segan dan tidak bosan membina dan terus membina perajin batik Lampung yang sudah hampir merata di Provinsi Lampung. Bukan tidak mungkin, keberadaan batik Lampung pada masa mendatang bisa melampaui fenomena tapis dan sulaman usus yang kini semakin dikenal di dunia interna­ sional. Yang terpenting, bagaimana adanya peran pemerintah untuk membuatkan hak paten semua corak yang sudah ada agar kelestarian batik Lampung semakin terjaga dan tidak ada negara lain yang mengakuinya. Hal itu melihat kenyataan banyak orang Indonesia yang ting­ gal di luar negeri memperkenalkan budaya Indonesia kepada negara barunya. Tidak salah memang, karena hal itu akan semakin memperkenalkan budaya Indonesia di mata internasional. Ironisnya, karena nenek moyang warga Indonesia itu sudah lama me­ netap di suatu negara, warisan leluhurnya pun diakui sebagai milik negara keduanya. Kita pun berharap agar batik Lampung, tapis, dan sulaman usus yang sudah menjadi trade mark Lampung tidak bernasib sama dengan reog, tari tortor, dan wayang yang diakui negara jiran sebagai warisan budaya mereka. Semoga. n

INFO Sejarah dan Potensi Wisata Kota Metro

4

TRADISI ‘Pesta Sakura Cakak Buah’, Budaya yang Turun-temurun

5

REPCIL Metro Juga Kota Wisata Lo... GALERI

6 7

CORAK Promosikan Batik Kota Metro ke Mancanegara

8-9

WISATA Bertualang ke Rhino Camp TNBBS

10-11

SANTAP Nasi Bakar D Monang’s Food Court Pas di Lidah

12

RESEP Tempoyak

13

ASRI Rumah Adat Lampung Tertata dan Asri

14-15

Pemimpin Umum: Bambang Eka Wijaya. Wakil Pemimpin Umum: Djadjat Sudradjat. Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Gaudensius Suhardi. Wakil Pemimpin Redaksi: Iskandar Zulkarnain. Pemimpin Perusahaan: Prianto A. Suryono. Dewan Redaksi Media Group: Saur M. Hutabarat (Ketua), Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudradjat, Elman Saragih, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Suryopratomo, Toeti Adhitama, Usman Kansong. Redaktur Pelaksana: Iskak Susanto. Kepala Divisi Percetakan: Kresna Murti. Sekretaris Redaksi: M. Natsir. Asisten Redaktur Pelaksana: D. Widodo, Umar Bakti Redaktur: Hesma Eryani, Lukman Hakim, Muharam Chandra Lugina, Musta’an Basran, Nova Lidarni, Sri Agustina, Sudarmono, Trihadi Joko, Wiwik Hastuti, Zulkarnain Zubairi. Asisten Redaktur: Abdul Gofur, Aris Susanto, Isnovan Djamaludin, Iyar Jarkasih, Fadli Ramdan, Rinda Mulyani, Rizki Elinda Sary, Sri Wahyuni, Sony Elwina Asrap, Susilowati, Vera Aglisa. Liputan Bandar Lampung: Agus Hermanto, Ahmad Amri, Delima Napitupulu, Fathul Mu’in, Ricky P. Marly, Meza Swastika, Karlina April Sita, Surya Bakara, Wandi Barboy. LAMPOST.CO Redaktur: Kristianto. Asisten Redaktur: Adian Saputra, Sulaiman. Content enrichment Bahasa: Wiji Sukamto (Asisten Redaktur), Chairil, Kurniawan, Aldianta. Foto: Hendrivan Gumay (Asisten Redaktur), Ikhsan Dwi Satrio, Zainuddin. Dokumentasi dan Perpustakaan: Syaifulloh (Asisten Redaktur), Yuli Apriyanti. Desain Grafis redaktur: DP. Raharjo, Dedi Kuspendi. Asisten Redaktur: Sugeng Riyadi, Sumaryono. Biro Wilayah Utara (Lampung Utara, Way Kanan, Lampung Barat): Mat Saleh (Kabiro), Aripsah, Buchairi Aidi, Eliyah, Hari Supriyono, Hendri Rosadi, Yudhi Hardiyanto. Biro Wilayah Tengah (Lampung Tengah, Metro, Lampung Timur): Chairuddin (Kabiro), Agus Chandra, Agus Susanto, Andika Suhendra, Djoni Hartawan Jaya, Ikhwanuddin, M. Lutfi, M. Wahyuning Pamungkas, Sudirman, Suprayogi. Biro Wilayah Timur (Tulangbawang, Mesuji, Tulangbawang Barat): Juan Santoso Situmeang (Kabiro), Merwan, M. Guntur Taruna, Rian Pranata. Biro Wilayah Barat (Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran): Sayuti (Kabiro), Abu Umarly, Erlian, Mif Sulaiman, Widodo, Heru Zulkarnain, Sudiono. Biro Wilayah Selatan (Lampung Selatan): Herwansyah (Kabiro), Aan Kridolaksono, Juwantoro, Usdiman Genti. Kepala Departemen Marcomm: Amiruddin Sormin. Senior Account Manager Jakarta: Pinta R Damanik. Senior Account Manager Lampung: Syarifudin Account Manager Lampung: Edy Haryanto. Manager Sirkulasi: Indra Sutaryoto. Manager Keuangan & Akunting: Rosmawati Harahap. Harga: Eceran per eksemplar Rp3.000 Langganan per bulan Rp75.000 (luar kota + ongkos kirim). Alamat Redaksi dan Pemasaran: Jl. Soekarno Hatta No.108, Rajabasa, Bandar Lampung, Telp: (0721) 783693 (hunting), 773888 (redaksi). Faks: (0721) 783578 (redaksi), 783598 (usaha). http://www.lampungpost.com e-mail: redaksi@lampungpost.co.id, redaksilampost@yahoo. com. Kantor Pembantu Sirkulasi dan Iklan: Gedung PWI: Jl. A.Yani No.7 Bandar Lampung, Telp: (0721) 255149, 264074. Jakarta: Gedung Media Indonesia, Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp: (021) 5812088 (hunting), 5812107, Faks: (021) 5812113. Penerbit: PT Masa Kini Mandiri. SIUPP: SK Menpen RI No.150/Menpen/SIUPP/A.7/1986 15 April 1986. Percetakan: PT Masa Kini Mandiri, Jl. Soekarno - Hatta No. 108, Rajabasa, Bandar Lampung Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan. DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK, ­WARTAWAN LAMPUNG POST DILENGKAPI KARTU PERS DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU ­MEMINTA IMBALAN DENGAN ALASAN APA PUN.


3 22 Agustus 2013

ekraf

Tabik Pun

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemkot Metro

Wisata Kota Metro

Menggeliat

Wali Kota Metro Lukman Hakim

P

EMBANGUNAN pariwisata dan kebudayaan di Kota Metro tidak terlepas dari keberadaan masyarakat asli dan masyarakat pendatang. Kota Metro yang sudah dikenal sejak zaman kolonial Belanda, saat ini tengah giat membangun suatu kawasan wisata budaya yang memiliki nilai jual tinggi. Wali Kota Metro Lukman Hakim menjelaskan secara kultur masyarakat Metro sangat heterogen. Sebagai kota kecil, warga Metro terdiri dari banyak suku yang ada di Indonesia. Namun, dengan keragaman itu ternyata mampu menjadi satu kesatuan budaya baru yang sangat unik dan etnik. Lukman menjelaskan saat ini pihaknya tengah menggali sejarah perkembangan Kota Metro dari masa ke masa. Tujuannya, jika perkembangan budaya itu dipikirkan dan digali dengan baik, dia yakin akan muncul suatu kolaborasi budaya yang khas yang merupakan perpaduan kebudayaan asli dan kebudayaan yang dibawa pendatang. Misalnya, reog ponorogo, kebudayaan asal Jawa Timur itu kini sangat berkembang pesat di hampir seluruh kelurahan

n EKRAF/IKHSAN

di Kota Metro. Dengan demikian, Pemkot hanya memfasilitasi perkembangan kebudayaan itu. Caranya, dengan mengirim tim kesenian ke berbagai festival reog atau mengadakan festival itu sendiri. “Beberapa waktu lalu kami juga mengi­ rim tim kesenian reog dari Metro ke Taman Mini, Jakarta. Kami juga mengirim tim dalam festival kesenian di Riau dan daerah lainnya. Hal itu kami lakukan kalau kebudayaan di Metro sangat bervariatif dan memiliki nilai jual,” kata Lukman. Ia mengakui saat ini APBD Kota Metro memang sangat terbatas sehingga dana yang dikucurkan untuk pembangunan seni, budaya, dan pariwisata belum optimal. Terkait pembangunan wisata, dia menjelaskan awalnya Kota Metro tidak memiliki lokasi wisata yang dapat diandalkan. Namun, saat dia menjabat wakil wali kota Metro, pihaknya sudah membangun Taman Kota (alun-alun kota) yang berada tidak jauh dari kantor dan rumah dinas wali kota. Di Taman Kota itu, saat ini sudah menjadi salah satu kawasan yang sangat disukai warga, bukan hanya dari Metro, melainkan juga dari Bandar Lampung,

Lampung ­Tengah, dan Lampung Timur, serta daerah lain di Lampung. Di kawasan itu, bukan hanya dapat berekreasi, warga juga dapat berolahraga dan menikmati beragam kuliner. Seiring perkembangan waktu, saat ini Pemkot Metro pun sudah mengembangkan beberapa kawasan yang dapat dijadikan objek wisata. Misalnya, Dam Raman, bumi perkemahan, sawah bertingkat, dan ke depan akan dibangun pula Tugu Metrem (tugu titik nol Kota Metro). “Sekarang, setelah kami jalani, potensi wisata Kota Metro sangat besar. Kami bukan saja mengembangkan potensi wisata pertanian, melainkan juga wisata rohani juga ada. Apalagi, Metro sebagai kota pendidikan semakin mendukung perkembangan seni dan budaya serta pariwisata yang ada saat ini,” kata dia. Keberadaan Tugu Pena juga semakin menunjukkan eksistensi Kota Metro sebagai salah satu kota wisata pendidikan. Sehingga, sebagai kepala daerah saat ini, Lukman ingin menjadikan Metro lebih maju dan sejahtera dengan mengembangkan kekuatan lokal yang ada. Soal jumlah kunjungan wisata ke Kota Metro sendiri, Lukman menjelaskan pihaknya tidak pernah menargetkan. Namun, seiring dengan perkembangan objek wisata, seperti keberadaan Taman Kota, wisatawan domestik setiap minggu selalu membeludak. Belum lagi jika Pemkot menggelar Car Free Day setiap dua minggu sekali. Alun-alun kota itu dipadati pengunjung. “Dampaknya, bukan hanya banyak pengun­jung, melainkan warga Metro dapat memanfaatkan momentum itu untuk meningkatkan kesejahteraan dengan menjual makanan dan berbagai hasil kerajinan dan aksesori yang sangat diburu wisatawan lokal,” kata dia. Apalagi, saat ini Dekranasda Kota Metro tengah mengembangkan batik tulis khas Me­ tro yang sudah mulai menggeliat dan dikenal banyak orang. Untuk itu, pihaknya akan terus berupaya menjadikan Kota Metro menjadi lebih maju dengan mengembangkan potensi seni, budaya, kerajinan, dan pariwisata yang ada. (LUKMAN HAKIM/KRAF)


4 22 Agustus 2013

ekraf

Info

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemkot Metro

Sejarah dan Potensi Wisata Kota Metro K

OTA Metro memiliki luas 78,64 kilometer persegi atau 7.864 hektare, yang terdiri dari lima kecamatan dan 22 kelurahan. Sejarah Kota Metro berawal dengan dibangunnya sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Pada 1934 dan 1935, Pemerintah Kolonial Belanda mendatangkan kolonis dari Jawa sebanyak 1.375 dan 12.524 orang yang sebagian besar ditempatkan di daerah kolonis Sukadana. Mengenai nama Metro, para kolonis mengatakan berasal dari kata Mitro yang artinya keluarga atau kumpulan kawan dan ada juga yang mengatakan berasal dari kata Metrerm (bahasa Belanda) yang artinya pusat atau sentral. Kadis Tata Kota dan Pariwisata Kota Metro Rudiyanto menjelaskan seiring dengan perkembangan zaman, saat ini Metro berubah menjadi sebuah kota yang asri dan nyaman dengan berbagai fasilitas, seperti kawasan pendidikan, olahraga, pusat perbelanjaan, rumah makan, dan taman kota. Selain itu, Kota Metro juga memiliki banyak kawasan yang dapat disinggahi pengunjung, seperti pemandangan sawah bertingkat, Dam Raman, kawasan pembuatan gula Jawa, pasar tradisional, wisata kuliner, wisata religi, pemancingan, wisata pendidikan, saluran irigasi, serta Festival Tahunan Kota Mero. Dalam waktu dekat, Kota Metro pun membangun Tugu Metrem atau Tugu Titik Nol Kota Metro. Rudiyanto menjelaskan rencana pembangunan tugu tersebut

ada sejarahnya. Hal itu berkaitan erat dengan m a s a k e j a ya a n P u t r i Nuban. Kawasan itu saat masa kolonisasi Belanda merupakan tempat berkumpulnya para pe juang di Metro. Terkait Festival Kota Metro, ia juga menjelaskan festival itu merupakan ke­ giatan tahunan dan ajang gelar pelaku seni budaya serta pelaku ekonomi dengan stan bazarnya. Selain itu, ada ber­ bagai lomba, festival musik, dan pameran hasil p e m b a n g u n a­ n Kota Metro. Festival ini menjadi kegiatan y a n g sangat ditunggu warga Metro kare­n a semua kegiatan digelar gratis dan warga dapat berbelanja berbagai produk kerajinan Metro dengan harga murah. Pawai seni budaya Kota Metro yang juga digelar saat itu melibatkan atraksi kesenian tradisional, seperti pakaian adat daerah, sanggar seni, atraksi reog, ogoh-ogoh, atraksi bela diri pencak silat, barongsai, dan berbagai kegiatan seni budaya lainnya. Terkait objek wisata yang membanggakan dan bernilai jual tinggi, kata dia, ada juga Hutan Linara. Kawasan hijau Kota Metro itu terletak di Kecamatan Metro Timur. Di lokasi ini tumbuh berbagai jenis pohon yang berfungsi sebagai paru-paru kota. “Kawasan ini sangat indah dijadikan objek wisata dan

Objek Wisata di Lampung PROVINSI Lampung diresmikan menjadi salah satu provinsi di Indonesia pada 18 Maret 1964 dengan ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964, yang kemudian menjadi salah satu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964. Sebelum diresmikan sebagai provinsi, Lampung merupakan sebuah karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Jenis tempat wisata yang dapat dikunjungi di Lampung adalah wisata budaya yang ada di beberapa kampung tua yang terletak di Batubrak, Sukau, Liwa, Kembahang, Kenali, Ranau, dan Krui di Lampung Barat, serta Festival Sekura yang hanya diadakan dalam seminggu setelah Idulfitri di Lampung Barat. Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Telukstabas di Lampung Barat, Festival Way Kambas di Lampung Timur. Selain itu, terdapat juga Begawi Adat Kota Bandar Lampung dan wisata Gunung Anak Krakatau di Lampung Selatan. n

Objek Wisata Kabupaten Lampung Selatan

Rudiyanto masih dapat dikembangkan,” kata dia. Objek wisata lainnya adalah sawah bertingkat. Indahnya pemandangan alam perdesaan dengan nuansa sawah bertingkat menjadi potensi agrowisata kota Metro ke depannya. Untuk wisata religi, Kota Metro memiliki Masjid Taqwa di jantung kota dan merupakan masjid terbesar dan merupakan pusat kegiatan umat Islam Kota Metro. Masjid tersebut sebagai lokasi wisata religi memiliki halaman luas, nyaman, dan asri. “Kalau untuk wisata kuliner, kami banyak tempat. Di antaranya di Taman Kota yang selama ini dikenal sebagai Taman Merdeka,” kata dia. (LUKMAN HAKIM/KRAF)

Air Terjun Way Peros - Desa Pematang Goa Maja - Desa Maja Pantai Air Panas - Desa Air Panas Pantai Bagus - Desa Merak Belantung, Kalianda Pantai Guci Batu Kapal - Desa Maja Pantai Kresna - Kecamatan Kalianda Pantai Marina - Kecamatan Kalianda Pantai Merak Belatung - Dusun Muing, Merak Belantung Pantai Sapenan - Desa Merak Belantung Pantai Tanjung Beo - Desa Merak Belantung Pantai Way Urang - Desa Way Urang, Kecamatan Kalianda Pantai Sebalang/Wisata Bahari Saburai - Dusun Sebalang Desa Tarahan Pantai Tarahan/Tanjung Selaki - Desa Tarahan, Kecamatan Ketibung Pulau Pasir - Desa Rangai, Kecamatan Ketibung Pantai Tarahan - Desa Tarahan, Kecamatan Ketibung Pantai Alami - Desa Ruguasem, Ketapang.

Objek Wisata Kabupaten Lampung Tengah Air terjun Curug Tujuh di Kecamatan Padangratu Danau Bekri di kecamatan Seputihmataram Taman rekreasi Tirta Gangga di Kecamatan Seputihbanyak Gua Maria di Kecamatan Seputihmataram.

Objek Wisata Kota Metro - Waduk Dam Raman - sebelah utara Kota Metro - Taman Kota - Sawah bertingkat - Wisata religi Masjid Taqwa - Hutan Linara, dan lain-lain.


5 22 Agustus 2013

ekraf

Tradisi

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

‘Pesta Sakura Cakak Buah’,

Budaya yang Turun-temurun SUDAH menjadi kebiasaan, perayaan Idulfitri di beberapa kecamatan di Lampung Barat tak akan terasa lengkap tanpa pergelaran budaya pesta sakura cakak buah (panjat pinang, red). Misalnya di Pekon Balak, Kecamatan Batubrak, yang hampir setiap tahun melangsungkan pesta sakura sebagai wadah silaturahmi. Sejak memasuki hari ke-20 Ramadan lalu, para muda-mudi dan orang tua telah beberapa kali berkumpul di rumah peratin (kepala desa) membahas persiapan acara yang menurut rencana akan digelar saat Idulfitri 5 Syawal 1434 H. Hal itu karena sejak 1—4 Syawal juga telah ada pekon-pekon lain di Lampung Barat yang melangsungkan pesta sakura cakak buah. Camat Batubrak Mat Syukri mengatakan meskipun tidak ada laporan perinci akan pelaksanaan pesta sakura, sejauh ini telah terlihat persiapan untuk melangsungkan pesta yang dijadikan ajang silaturahmi antarwarga itu. “Kan sudah terlihat batang pinang maupun bambu yang mulai dipersiapkan oleh bujang-bujang di pekon-pekon di pinggir jalan, artinya itu persiapan pesta sakura,” kata Mat Syukri. Kendati zaman semakin modern, kata Mat Syukri, tradisi pesta sakura tetap mendapat tempat tersendiri bagi warga, terutama bagi para pemudik dari rantau. Mulai dari yang hanya sekadar datang untuk menonton dan bersilaturahmi hingga

n EKRAF/DOKUMENTASI

Beragam kegiatan pesta sakura cakak buah.

pengunjung yang juga ikut mengenakan topeng. “Mungkin, karena hanya dijumpai di setiap Lebaran se­hingga pesta sakura pasti ramai terus,” kata dia. Roni, warga Batubrak yang telah belasan tahun merantau ke Jakarta, mengatakan pesta sakura cakak buah menjadi kerinduan tersendiri bagi keluarganya setiap memasuki bulan puasa. “Kalau anak-anak segitu puasa mulai tanya kapan mudik, karena mau nonton sakura. Malah sudah nyiapin sarung, kacamata topeng, mau ikut jadi sakura,” kata Roni yang pulang kampung ke Liwa. Menurut dia, pesta sakura ini ajang silaturahmi. Setiap orang yang datang dengan sopan mengulurkan tangan meminta maaf, baik yang mereka kenal atau tidak. “Setiap rumah membuka pintu lebar dan menyiapkan makanan bagi siapa pun yang datang. Kita juga bisa melihat berbagai atraksi budaya, melihat pusaka tua yang dibawa sakura. Itu semua tidak akan pernah ditemukan di kota maupun tempat lain,” kata Roni. (ARIPSAH/KRAF)


6 22 Agustus 2013

Metro Juga

ekraf

Repcil

Kota Wisata Lo... kota, saya juga menjadi wakil wali kota Metro yang saat itu wali kotanya Bapak Mozes Herman. Oh, ya Pak. Kami mau tanya-tanya seputar tugas Bapak sebagai wali kota. Apakah menjadi wali kota itu berat? Ya, tugasnya sih tidak banyak. Cuma, karena melaksanakan amanat dari rakyat Kota Metro, ya pasti berat. Tetapi dapat dilaksanakan ­dengan baik. n EKRAF/IKHSAN

Tapi kan Kota Metro ini tidak seperti kabupaten lain yang luas, Pak? Ya, benar. Kota Metro hanya terdiri dari lima kecamatan, 22 kelurahan, dengan penduduk sekitar 152 ribu jiwa. Jadi, memang tidak terlalu luas.

Wali Kota Metro Lukman Hakim menerima Repcil Lampost di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

Reporter Cilik ‘Lampung Post’ Jihan/Affan/Carissa/ Annisa/Jessica/Dina

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemkot Metro

T

EMAN-TEMAN sudah pernah ke Metro? Kalau belum, kami reporter cilik Lampung Post akan bercerita tentang kota ini. Asyik lo, ada taman di tengah kota. Di situ kita bisa bermain sambil membaca. Eh, ceritanya begini teman-teman. Beberapa waktu lalu kami reporter cilik Lampung Postditerima wawancara dengan Wali Kota Metro Bapak Lukman Hakim. Kami berenam, masingmasing Jihan Kamila Wardani (SDN 5 Metro Pusat), Anissa Mayang Sari (SDN 4 Metro Pusat), Affan Al Ikhsan (SDN 2 Metro Timur), Charissa Theodora (SDK BPK Penabur, Metro), Jesica Berlianda Putri (SDN 3 Rawalaut), dan Dina Putri Lasmono (SDN 2 Rawalaut). Selain wawancara di ruang kerja Wali Kota yang sejuk, kami juga diajak salat berjemaah di Masjid Taqwa Metro. Terus, kami jalan-jalan ke Taman Kota Metro yang berada di depan masjid. Baca hasil wawancara kami, ya. Assalamualaikum, Pak Wali. Apa kabar? Katanya baru pulang umrah, ya Pak? Enak tidak? Waalaikumsalam. Kabar Bapak baik, alhamdulillah. Iya, saya baru pulang dari Tanah Suci. Ya, umrah itu kan ibadah. Jadi, memang enak karena ibadah itu kan kebutuhan hidup kita sebagai hamba Allah dan berbeda dengan kebutuhan biasa. Alhamdulillah semuanya lancar. Bapak sudah berapa lama menjadi wali kota Metro? Saya sudah tujuh tahun menjadi wali kota. Tanggal 18 Agustus 2012 ini genap tujuh tahun saya bertugas. Sebab, saya dilantik pertama kali pada 18 Agustus 2005. Saya menjadi wali kota ini untuk masa bakti yang kedua. Masa bakti pertama tahun 2005-2010, dan pada 2010 saya ikut pemilihan wali kota lagi dan terpilih lagi. Dan untuk diketahui, sebelum menjadi wali

Apakah ada program lain lagi, Pak? Sebenarnya banyak sekali. Tetapi, yang jelas, untuk mendukung Metro menjadi kota pendidikan, itu suasananya harus kondusif. Bapak berharap di sini lebih banyak lagi acara-acara diskusi, seminar, dan lainnya. Banyak muncul toko buku dan kegiatan bedah buku, misalnya. Suasana pendidikan juga harus terlihat di mana saja. Misalnya, nanti kita ke Taman Kota, ya. Di situ, orang-orang bisa memanfaatkan kesejukan taman sambil duduk-duduk di kursi membaca buku atau diskusi. Itu enak sekali suasananya. Di Taman Kota itu juga terpasang Wi-Fi atau fasilitas jaringan internet tanpa kabel yang bebas diakses oleh pengunjung. Tujuannya, supaya siapa saja bisa memanfaatkan taman itu secara maksimal, sambil bersantai sambil belajar. Mengapa internet? Karena saat ini ilmu itu sangat banyak dapat diunduh dari internet. Nanti kalian main di Taman Kota sambil membuka laptop, membuka situs-situs yang bermanfaat untuk mengasah otak, mencari informasi yang berguna, dan mengerjakan tugas-tugas sekolah.

Pak, mengapa ada masjid di dekat ­Taman Kota? Nah, itu salah satu keunggulan Kota Metro. Kami ingin hidup masyarakat kota ini seimbang antara dunia dan akhirat. Di depan ada taman untuk bermain dan belajar. Bermain boleh saja, tetapi kalau saatnya menunaikan kewajiban sebagai hamba Allah, kita harus menghadap, melaksanakan salat. Jadi, saat azan berkumandang, orang-orang berbondong-bondong pergi ke masjid. Kan enak, tuh. Suasananya intelek dan religius. Kalau tempat wisata, di mana Pak? Metro ini memang kota kecil. Kami tidak punya pantai, hutan, pegunungan, atau tempat-tempat lain yang unggul jika dibikin tempat pariwisata. Tetapi kami sedang memaksimalkan semua potensi pariwisata yang ada. Taman Kota itu juga salah satu objek pariwisata kita. Walaupun cuma begitu, banyak warga daerah lain yang berkunjung ke sini. Terus, ada Dam Raman yang akan kita kembangkan menjadi objek pariwisata. Ada lagi satu bukit kecil di daerah Metro Selatan yang saat ini sudah menjadi bumi perkemahan pramuka. Nah, dari yang ada itu akan kami maksimalkan. Baik, Pak. Apa pesan-pesan Bapak untuk kami? Seperti Bapak dulu, tidak ada kepikiran akan jadi wali kota. Tetapi, dengan semangat belajar yang keras, semua bisa tercapai. Pesan Bapak, kerjakan yang menjadi kewajiban kalian dengan kerja keras. Lalu, kerjakan dengan cerdas, artinya tidak sekadarnya atau asal-asalan. Ketiga, bekerjalah dengan ikhlas. Sebab, segala sesuatu yang menentukan hasilnya adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tiga hal itu juga menjadi pakem hidup dan kerja Bapak hingga saat ini. Pendeknya, kita harus bekerja keras, bekerja cerdas, dan be­ kerja ikhlas. (RINDA MULYANI/KRAF)


7 22 Agustus 2013

ekraf

Galeri

Lampion Benang Boneka Batik Khas Metro

Rp50.000- Rp150.000

Rp250.000- Rp1.500.000

Baju Gamis Harga Konfirmasi

Kotak Tisu Rp50.000

Sulaman Usus/ Tapis Harga Konfirmasi

Baju Gamis

Baju Gamis

Harga Konfirmasi

Harga Konfirmasi

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Dekaranasda Kota Metro


8 22 Agustus 2013

ekraf

Corak

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Dekaranasda Kota Metro

B a t i k

Sejarah dan Perkembangannya B ATIK dikenal sebagai salah satu warisan dunia dan diakui secara internasional milik Indonesia. Walau sebenarnya, batik bukanlah berasal dari Indonesia. Perdagang­ an antarpulau pada abad ketujuh membawa motif-motif batik masuk ke Tanah Air. Dalam perkembangannya, batik menyebar ke seluruh nusantara, termasuk Lampung. Batik sembagi yang menjadi ciri khas Lampung terbukti amat mirip dengan motif batik dari India. Meskipun demikian, perkembangan tren busana batik Lampung yang makin maju akhirakhir ini sangat mendorong perkembangan budaya. Banyak desainer Lampung yang sudah mengembangkan busana batik rancangannya dengan beragam motif yang sudah menjadi ciri khas Budaya Lampung. Saat ini, orang mengenal batik dari Pulau Jawa, terutama dari Pekalongan, Cirebon, dan Lasem. Tapi, siapa sangka, kalau kain batik yang sudah menjadi tren pakaian tradisional Indonesia itu berasal dari India. Kain batik di India disebut patola yang berasal dari pesisir Gujarat dengan motif chintz (kain motif bunga) atau sembagi yang berasal dari pesisir Coromandel. Pesisir Gujarat dan Coromandel, India, waktu itu dikenal dengan perdagangan barang kaum bangsawan—masyarakat IndoBelanda—dan golongan kaya di kepulauan itu. Kedua jenis pakaian dari India ini (chintzsembagi) muncul di Indonesia sekitar abad ke-7 pada masa Kerajaan Sriwijaya. Ornamen geometrik pada tenunan patola dan hiasan tumbuhan pada sembagi mencerminkan tingkat sosial pemakainya. Seiring dengan perkembangan waktu, perkembangan perdagangan kain motif bunga ini menyebar ke seluruh Pulau Sumatera dan Jawa. Setelah perdagangan dengan India berkurang, masyarakat mengalami kesukaran untuk menda-

n EKRAF/IKHSAN

Ketua Dekranasda Kota Metro Netty Herawaty sedang menunjukkan koleksi batik tulis khas Metro di show room Dekranasda setempat.

patkan kedua tekstil itu. Maka, pada akhir abad ke18, banyak pengusaha batik, khususnya bangsa China dan Arab, membuat tiruan patola untuk mengisi kekosongan batik di pasaran. Keberadaan batik sembagi dan patola menjadi bukti kebudayaan India memengaruhi batik Jawa. Penyebarannya pertama kali pada zaman Kerajaan Sriwijaya dan sangat dipengaruhi dengan agama Hindu. Hal itu dapat dibuktikan dengan dituangkannya gambar garuda, pohon kehidupan, lidah api, meru, dan motif-motif lain pada kain batik. Selanjutnya, perdagangan tektil meluas pada hal-hal pokok sekitar abad ke-15 se­hingga sangat jelas kalau batik Jawa yang dikenal selama ini dipengaruhi dari corak batik India. Terutama motif sembagi yang digambarkan pada batik. Corak sembagi yang dituangkan dalam motif semuanya diambil dari patola. Perancang batik (kebanyak­ an orang China) mewarnai batik dengan dengan warna merah mengkudu dan biru tua pada batik tiruannya. Sedangkan perancang batik dari

Arab memengaruhi batik dari Pekalongan dengan membuat batik jlamprang berdasarkan motif patola. Umumnya mereka menggunakan warna terang, seperti batik yang diproduksi di pesisir pantai utara Jawa. Motif patola ditemukan di patung Hindu-Jawa pada abad ke-13 dan ke-14. Selanjutnya, pakaian yang menggunakan patola menyebar sampai Kerajaan Mataram, Surakarta, dan Yogyakarta. Meskipun hanya untuk upacara tradisio­ nal dan ritual keagamaan, kecenderungan bangsawan Surakarta dan Yogyakarta menggunakan pakaian patola karena tekstil India memang menyebar luas di kedua daerah ini. Perancang batik Surakarta dan Yogyakarta kemudian membuat motif yang menandingi tenunan patola. Mereka menyebutnya motif nitik. Perkembangan selanjutnya, pada pejabat istana dan keluarganya. Pejabat istana ini memengaruhi daerahnya yang membuat batik kerajaan menjadi batik nitik. Umumnya, batik nitik berwarna biru tua dan cokelat tanah. Hingga kini, batik semakin dikenal di Indonesia dan sudah mendapatkan pengakuan dunia kalau batik adalah warisan budaya dunia asal Indonesia. (LUKMAN HAKIM/DBS/KRAF)


9 22 Agustus 2013

ekraf

Corak

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Dekaranasda Kota Metro

Promosikan Batik Kota Metro

ke Mancanegara S

BIODATA Nama : Netty Herawaty Kelahiran : Padang/19 Agustus 1952 Suami : Lukman Hakim (Wali Kota Metro) Anak : 1. Nelmi Fitria Utama, S.I.P., M.H. 2. Lina Ovira S.T., MeC. 3. Fritz Akhmad Nuzir, S.T. M.A.L.A. 4. Putri Swastika, S.E., MeC, Bsc. Jabatan : Ketua Dekranasda Kota Metro

IANG itu, P. Betty Purwaningsih, ketua kelom­pok perajin batik tulis khas Metro, tengah membim­bing seorang perajin yang sedang membatik. Besarnya api kompor yang sedang memasak malam (bahan membatik) menjadi perhatiannya. “Apinya dikecilkan, agar malamnya tidak terlalu panas. Perhatikan juga cara memegang canting, jangan sampai malamnya melebar keluar gambar,” kata Betty. Betty menjelaskan untuk membuat satu batik tulis (ukuran satu baju) dibutuhkan waktu 4 sampai 7 hari. Lamanya membatik tergantung bahan yang digunakan, cuaca, dan motif batik yang dikerjakan. “Misalnya hari ini matahari tidak terlalu terik. Kami tidak bisa melakukan pewarnaan. Nanti warna batik akan pudar jika matahari tidak terik,” kata dia. Selain itu, kata ibu lima anak itu, dalam melakukan pewarnaan dalam batik tulis dibutuhkan juga keahlian khusus. Jangan sampai warna yang sudah diberikan tertimpa dengan n EKRAF/IKHSAN warna lain. Hal itu akan merusak P. Betty Purwaningsih, ketua kelom­pok perajin batik tulis khas Metro tengah warna batik yang diharapkan. memperlihatkan baju batik tulis yang biasa dipakai PNS Kota Metro. Dia juga menjelaskan harga batik tulis khas Kota Metro yang dia jual kepada pemesan beberapa corak batik yang sudah dihasilkan atau ke Dekranasda bervariasi. Tergantung bahan perajin didaftarkan hak patennya. yang dibutuhkan dan motif yang dikerjakan. “Kalau Dia berharap batik bisa mengangkat nama harga jual antara Rp250 ribu sampai Rp1,5 juta per Kota Metro selain sebagai kota pendidikan. potong batik untuk satu pakaian.” “Saya sangat berharap ke depan akan semakin Betty mengakui sejak dipromosikan oleh Dekrabanyak pembatik yang berasal dari Metro nasda, batik tulis khas Metro sudah mulai banyak melakukan hal yang sama, agar batik Metro bisa go national dan go international,” kata dia. pemesan. Namun, permintaan pemesanan belum Apalagi, kata dia, saat ini Pemkot sedang dapat dipenuhi semuanya karena keterbatasan menggalakkan Metro sebagai kota wisata, hal pembatik yang bisa diandalkan. Akan tetapi, dengan itu akan menjadi penyemangat pengembangan kurang lebih 10 pembatik di bawah binaannya, kelkerajinan khas Metro, tidak terkecuali batik. ompoknya sudah bisa menghasilkan 7 potong. Selain itu, Dekranasda juga tengah mengem“Ya, semua yang sudah kami produksi sudah bangkan kerajinan daerah lainnya, seperti tapis ada pemesannya. Bahkan, pemesan banyak dan sulaman usus yang memang sudah lebih dulu juga yang dari luar daerah. Ini membuktikan dikenal di Lampung, nasional, dan mancanegara. kalau batik tulis khas Metro sudah mulai dike“Ke depan, kami bukan hanya menjadikan batik nal,” kata dia. khas Metro sebagai ikon kota, melainkan juga Ketua Dekranasda Kota Metro, Netty Herakami akan membuat secara massal patung gajah waty Lukman Hakim, menjelaskan pihaknya bercorak batik Metro sebagai ikon,” kata dia. (LUKmemberi perhatian besar terhadap perkemMAN HAKIM/KRAF) bangan batik khas Metro. Yaitu dengan adanya


10 22 Agustus 2013

ekraf

Wisata

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Bertualang ke Rhino Camp TNBBS G UNA mengisi liburan panjang, banyak objek wisata yang dapat dikunjungi di Lampung. Salah satunya tempat wisata berpetualang di alam bebas Rhino Camp TNBBS. Rhino Camp berada di kilometer 50 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Lokasi itu terletak di perbatasan Kabupaten Tanggamus dengan Lampung Barat. Atau berjarak 140 km dari Bandar Lampung atau 40 km dari Kotaagung, ibu kota Kabupaten Tanggamus. Jika kita menempuh lokasi dengan kendaraan roda empat, waktu tempuh sekitar tiga jam dari Bandar Lampung, atau satu jam dari Kotaagung. Kondisi jalan berupa aspal hotmix yang masih bagus. Tidak ada kendaraan umum yang langsung menuju lokasi dari arah Kotaagung. Rhino Camp/Km 50 terletak di ketinggian sekitar 600 m dpl, ­dengan topografi berbukit, merupakan perbatasan antara perkebunan masyarakat dan hutan TNBBS. Dengan lokasinya yang terletak di ketinggian, akan terlihat Teluk Semaka, Kotaagung, dan areal perkebunan masyarakat. Cuaca di sekitar lokasi cukup sejuk dan sering turun kabut pada sore hingga malam hari. Suhu udara terasa dingin pada malam hingga pagi hari. Fasilitas di Rhino Camp hanya terdapat satu unit pondokan, terdiri

dari satu kamar untuk dua orang, satu selter, serta satu bangunan untuk staf Rhino Camp. Penginap­an terdekat yang cukup layak berada di Gisting yang berjarak 20 km sebelum Kotaagung atau 60 km dari Camp 50 dengan jarak tempuh sekitar 80 menit. Terdapat tiga unit hotel yang lokasinya bersebelahan, dengan fasilitas hotel bintang I. Terdapat kolam renang dan restoran. Kapasitas kamar di satu hotel sekitar 50 kamar, dengan rate sekitar Rp150 ribu—Rp250 ribu. Kuliner Kotaagung merupakan pelabuh­ an laut dengan banyak hasil tangkapan berupa bermacam jenis ikan laut, kepiting, udang, dan beragan jenis makanan lokal. Terdapat dua buah rumah makan yang menyediakan menu makanan laut, atau dengan menu pesanan khusus. Terdapat juga kopi luwak atau kopi organik dengan rasa khas. Rhino Camp/Km 50 memiliki potensi keanekaragaman hayati, antara lain jenis flora; raflesia, amorpophalus (bunga tertinggi di dunia), beragam jenis pohon besar, dan jamur liana. Jenis primata; tarsius, siamang, owa sumatera, monyet, dan lutung sumatera. Jenis mamalia; kelompok gajah, harimau, badak, beruang (beranak dekat camp), rusa, kijang, kancil, landak, dan

bermacam tupai. Terdapat satwa kelinci sumatera yang dinyatakan punah tahun 1960an, dan masih ditemukan di sekitar Rhino Camp/Km 50. Juga jenis burung, terdapat beragam jenis burung mulai beragam jenis rangkong, burung berkicau, dan lainnya. Juga ada beberapa jenis burung yang sulit ditemukan di daerah lain, termasuk burung langka. Semua satwa tersebut dapat

ditemukan di sekitar Rhino Camp/Km 50 dengan kemungkinan pertemuan 30%—80%. Terdapat dua jalur tracking, satu jalur digunakan untuk siang hari dan jalur lain untuk malam hari. Lokasi wisata lain; terdapat demplot anggrek berlokasi di Liwa yang berjarak 3 jam dari Rhino Camp. Lokasi surfing dan wisata pantai, berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari Km 50. Lokasi ini banyak didatangi turis mancanegara dengan jumlah pengunjung minimal 200 orang per bulan. Di lokasi tersebut juga terdapat beberapa homestay dan penginapan yang biasa digunakan para turis, dengan harga antara Rp100 ribu dan Rp250 ribu. Daerah Pemerihan merupakan pos jaga Polhut TNBBS dan terdapat empat ekor gajah yang dapat digunakan untuk bersafari. Berjarak sekitar 20 menit perjalanan dari Rhino Camp/Km 50. Konservasi penyu berjarak satu jam perjalanan dari Rhino Camp/ Km 50. Diving , belum dikelola khusus. Terdapat di lokasi sekolah perikanan, berjarak sekitar 20 menit dari Kotaagung. n


11 22 Agustus 2013

ekraf

Wisata

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Wisata Khusus Observasi Harimau

Terdapat tiga lokasi yang memungkinkan; Tampang, berjarak empat jam perjalanan dengan kapal laut, dan 30 menit dengan kendaraan roda dua dari Kotaagung. Berada di sekitar batas kawasan TNBBS dan desa. Merupakan daerah konflik satwa dan sudah lebih dari 15 ekor kambing yang dimangsa harimau tersebut. Talang 11, merupakan daerah perkebunan masyarakat dan masih jauh ke kawasan hutan. Berjarak sekitar dua jam perjalanan dari Km 50. Daerah ini yang paling mungkin untuk dijadikan tempat observasi. Panji Wayang, merupakan daerah hutan produksi terbatas yang berjarak tempuh sekitar dua jam dari Km 50. Untuk mengobservasi harimau secara langsung, diperlukan proses dan fasilitas yang cukup demi keamanan pengunjung. Diperlukan areal khusus yang di land clearing agar lebih terbuka dan ditumbuhi rumput sehingga satwa mangsa akan datang. Dengan menggunakan umpan kambing untuk memancing harimau datang. Juga diperlukan pondok atau menara pengintai. (KIM/ANT/KRAF)


12 22 Agustus 2013

ekraf

Santap

Nasi Bakar D

Monang’s Food Court Pas di Lidah

BAGI masyarakat Lampung yang ingin mencicipi nasi bakar yang gurih dan nikmat, bisa mendatangi tempat santap D Monang’s Food Court. Tempat santap yang berada di seputaran kolam renang Stadion Pahoman ini menyajikan nasi bakar dengan citarasa yang tidak kalah dengan nasi bakar hasil racikan chef terkenal di hotel berbintang. Rasa bumbu yang sedikit pedas, ditambah irisan bawang dan taburan ikan teri, serta dibungkus dengan daun pisang membuat rasa nasi bakar di kafe ini sayang bila tidak dicoba. Ditambah aroma daun yang dibakar saat nasi akan dihidangkan dan tambahan lauk berupa ayam goreng, telur dadar, tempe, tahu, dan sambal membuat konsumen yang mencicipi nasi bakar ini menjadi ketagihan. Cukup dengan merogoh kocek Rp18 ribu per porsi, konsumen sudah bisa menikmati satu paket lengkap nasi bakar, ayam goreng, tempe, tahu, sambal, dan lalapan. Bagi masyarakat Bandar Lampung yang ingin mencari tempat makan di pusat kota yang nyaman dengan rasa nikmat tapi tidak memeras kantong, D Monang’s Food Court bisa menjadi pilihan. Tempat makan dengan tata interior ala Bali ini memiliki kapasitas hingga 50 orang konsumen. Tempatnya yang terbuka dan teduh dikelilingi banyak pepohonan membuat D Mo-

nang’s Food Court juga bisa dijadikan tempat kumpul-kumpul keluarga, arisan, dan pesta ulang tahun. Selain nasi bakar, D Monang’s Food Court juga menyediakan puluhan menu makanan yang bisa menjadi pilihan. Mulai dari ayam penyet, soto betawi, nasi goreng, kwetiau, martabak telur, siomay, gado-gado, bakso, dan aneka makanan ringan lainnya. Serta aneka minuman yang sangat pas dinikmati setelah menyantap aneka hidangan. D’Monang’s Food Court mulai melayani pelanggan pukul 10.00 hingga pukul 22.00. Tempat ini juga memberikan fasilitas Wi-Fi, in focus , layar yang bisa digunakan untuk presentasi ataupun nonton bareng pergelaran sepak bola. Selain melayani konsumen yang datang langsung, D Monang’s Food Court juga melayani pemesanan nasi kotak dengan menu-menu pilihan yang bisa dipesan sesuai permintaan konsumen. “Silakan datang dan cicipi masakan kami, dijamin enak, harga terjangkau dan tentu saja tempatnya sangat pas untuk kongko bersama teman dan keluarga,” kata pemilik D Monang’s Food Court, Hamonangan Naibaho, Selasa (20-8). (SONI ELWINA/KRAF)


13 22 Agustus 2013

T

ekraf

Resep

empoyak

Resep Tempoyak Bahan-bahan: 1. 200 gram daging durian, diamkan dalam stoples selama 4 hari 2. 5 butir bawang merah 3. 2 cm kunyit 4. 2 cm lengkuas 5. 1 tangkai serai, dimemarkan 6. 250 gram udang, kerat punggungnya 7. 500 ml santan 8. 1/2 sendok teh garam 9. 1/4 sendok teh gula Cara membuat:

TEMPOYAK berasal dari buah durian yang difermentasi. Tempoyak merupakan makan­ an yang biasanya dikonsumsi sebagai lauk, teman nasi. Pengan­an ini juga dapat dimakan langsung (hal ini jarang sekali dilakukan karena banyak yang tidak tahan dengan keasaman dan aroma dari tempoyak). Selain itu, tempoyak dijadikan bumbu masakan. Citarasa dari tempoyak masam karena proses fermentasi pada daging durian yang menjadi bahan bakunya. Tempoyak menjadi bahan dalam hidangan seruit atau campuran dalam sambal.

1. Siapkan durian yang matang. Pilihlah durian lokal untuk mendapatkan hasil tempoyak yang baik. Jika Anda menggunakan durian montong, agak kurang bagus hasilnya karena terlalu banyak mengandung air dan gas. 2. Pisahkan biji durian dari dagingnya. Yang dibutuhkan untuk membuat tempoyak durian adalah dagingnya. 3. Berilah sedikit garam untuk memberi rasa asin pada daging durian, tanpa menghilangkan rasa manisnya, lalu aduk sampai rata. 4. Tambahkan sedikit cabai rawit yang sudah diulek. Aduk daging durian sampai rata. Selain menambahkan rasa pedas, cabai rawit juga mempercepat proses fermentasi. 5. Setelah selesai, simpan daging durian yang sudah diaduk tadi di dalam wadah tertutup (lebih baik gunakan stoples dan simpan pada suhu ruangan). 6. Biasanya, proses fermentasi durian (menjadi tempoyak) berlangsung selama 3—5 hari. n


14 22 Agustus 2013

ekraf

Asri

Rumah Adat Lampung

Tertata dan Asri

ugokhan batin

M

ASYARAKAT Lampung dalam tata nilai budaya terbagi dalam dua sistim adat, yaitu Saibatin dan Pepadun. Rumah oleh komunitas adat Saibatin disebut lamban, sedangkan komunitas adat Pepadun disebut nuwo atau nuwa. Rumah etnis Lampung umumnya didirikan di dekat sungai atau mata air dan berjajar rapi di sepanjang jalan utama yang membelah kampung yang dalam bahasa Lampung disebut pekon/tiyuh. Biasanya pula rumah memiliki halaman luas sehingga perkampung足an orang

Lampung terlihat tertata dan asri. Penyusunan posisi bangunan rumahnya mempertimbangkan jujjokh/ akad tindih, yaitu hierarki. Biasanya, apabila rumah kakak beradik akan didirikan bersebelahan, rumah untuk anak tertua didirikan menghadap atau mengarah ke matahari terbit. Hal itu karena suatu pantangan bagi orang Lampung apabila rumah anak tertua ditutupi rumah adiknya. Demikian juga seseorang yang keduduk足 an adatnya lebih tinggi di dalam satu kelompok adat (jukku/kebu) rumahnya dibangun

mengarah ke matahari terbit baru kemudian di sebelahnya diikuti rumah-rumah yang lainnya sesuai hierarki. Rumah meru足pakan istana/keraton dan bagi sang Sultan disebut Gedung Dalom. sedangkan rumah bagi para pemimpin suku/kebu yang disebut raja suku/raja jukkuan di-

anugerahi nama Yang Mulia Sultan (Saibatin) bersamaan dengan penganugerahan gelar/ adok raja untuk pertama kalinya.

perabotan dalam rumah


15 22 Agustus 2013

ekraf

Pada setiap kepaksian terdapat kelompok jukkuan yang mengelola segala kegiatan di Gedung Dalom disebut kappung batin. Kelompok tersebut mempunyai tugas khusus yang meliputi menerima perintah Saibatin, baik yang langsung disampaikan Yang Mulia Sultan maupun yang disampaikan melalui pemapah dalom (semacam perdana menteri). Selain itu, menampung saran, permohonan atau laporan dari jukkuan paksi (raja suku) untuk disampaikan

beranda

cagak

Asri kepada Saibatin. Jumlah lamban di kappung batin disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing paksi. Khusus di Kepaksian Pernong, kappung batin terdiri dari delapan lamban. Yaitu, Lamban Kekhatun, Lamban Bandung, Lamban Pakuwon, Lamban Angkat Jaman, Lamban Gajah Minga, Lamban Kagungan, Lamban Balak, dan Lamban Sukamarga. ‘Cagak Lamban Ugokhan Batin’ Cagak yang berbentuk kayu hakha

lamban kenali

Kursi ruang tamu

merupakan ornamen yang umumnya terpasang pada sudut rumah bagian luar, terdiri dari empat lekuk. Demikian juga bola-bola sebanyak empat buah, dan semua jenis ukiran yang terdapat pada cagak tersebut serbaempat. Hal tersebut melambangkan keberadaan Paksi Pak (Empat Kepaksian) Sekala Brak, yang maksudnya menunjukkan tingkat peradaban yang tinggi. (DIAMBIL DARI TULISAN SEEM R. CANGGU/KRAF)


16 22 Agustus 2013

ekraf

Agenda

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Dekaranasda Kota B. Lampung

Peserta dari Luar Negeri

Kagumi Produk Dekranasda P

n EKRAF/zainuddin

Sekretaris Dekranasda Kota Bandar Lampung Zaidirina HRW sedang menjelaskan cara pembuatan sulaman usus kepada peserta ITEC dari luar negeri beberapa waktu lalu.

n EKRAF/zainuddin

Perencang busana Lampung Aan Ibrahim sedang memperlihatkan baju sulaman usus kepada peserta ITEC dari Amerika Serikat di show room Dekranasda Kota Bandar Lampung beberapa waktu lalu.

E S E R TA I n t e r n a t i o n a l Teacher Education Conference (ITEC) mengunjungi showroom Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Bandar Lampung dalam rangkai­a n Redefining Teacher Education Building Milestones for Global Partnershif and Education Develop­ment Us, Rabu (3-7). Kunjungan peserta ITEC ke Dekranasda itu merupakan rangkaian ITEC yang diselenggarakan FKIP Universitas Lampung (Unila). Ada 40 peserta yang mengunjungi Dekranasda berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Selain itu, terdapat juga peserta ITEC dari luar negeri, se­ perti Amerika Serikat, Australia, dan Malaysia. Para peserta ITEC diterima Sekretaris Dekranasda Kota Bandar Lampung Zaidirina, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandar Lampung M. Harun, dan perancang busana Provinsi Lampung,

Aan Ibrahim dan Siti Rahayu. M. Harun, mewakili Ketua Dekranasda Kota Bandar Lampung Eva Dwiana Herman H.N., mengatakan para peserta ITEC cukup antusias untuk mengetahui kerajinan tangan dan produkproduk yang diolah Dekranasda, terutama sulaman usus. “Bahkan peserta ITEC yang berasal dari Amerika Serikat pun membeli sulaman usus. Ini cukup membanggakan,” kata M. Harun kemarin. M. Harun yang juga merupakan Ketua Harian Dekranasda kota juga mengatakan kegiatan menin­jau langsung produk-produk kerajinan dan cara pembuatan sulaman usus ini diharapkan terus berlanjut. Hal ini akan bermanfaat positif untuk memperkenalkan produk-produk kerajinan dari Kota Bandar Lampung maupun Provinsi Lampung agar diketahui khalayak ramai, terutama dunia internasional. “Apalagi peserta ITEC ini kan berasal dari seluruh Indonesia dan luar negeri. Saya harap, kunjungan ini terus berlanjut. Umumnya, peserta kagum dengan cara pembuatan sulaman usus yang sudah menjadi ikon Kota Bandar Lampung,” kata dia. Ari Nurweni, koordinator peserta ITEC, bersama Pembantu Dekan I FKIP Unila M. Toha B. Sampoerna Djaya sangat berterima kasih atas sambutan pengurus Dekranasda Kota Bandar Lampung ini. “Saya berterima kasih, sambutan dari Dekranasda sangat baik dan peserta ITEC pun cukup antusias melihat kerajinan dan sulaman usus ini,” kata Ari Nurweni. (RICKY P MARLI/KRAF)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.