Saatnya Mengenal Serambi Sumatera Halaman. 3 No VI / 19 Oktober-21 November 2013
Festival Krakatau,
Jadikan Lampung Tujuan Wisata
O
KTOBER 2013 ini, Pemerintah Provinsi Lampung kembali menggelar Festival Krakatau, sebuah festival yang semakin tahun semakin diminati turis asing. Dengan pergelaran festival itu, diharapkan kunjungan wisatawan ke Lampung semakin meningkat. Festival Krakatau ditujukan untuk memperingati peristiwa meletusnya Gunung Krakatau yang menggemparkan dunia pada 26—27 Agustus 1883 silam, yang terdengar sampai 4.500 km dari titik letusan. Antara lain, di Australia Selatan, Ceylon, dan Filipina. Peristiwa itu saat ini dijadikan momentum bersejarah bagi Provinsi Lampung, terutama dalam mengenalkan potensi wisatanya. Festival Krakatau pertama kali digelar pada 1991. Sejak saat itu, festival ini selalu digelar setiap bulan Agustus tiap tahunnya. Festival ini pun memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Lampung. Awalnya, Festival Krakatau merupakan bagian dari upaya masyarakat Lampung untuk mempertegas posisi Lampung sebagai daerah yang secara langsung memiliki Gunung Krakatau. Sebab, dahulu status Krakatau sempat tak jelas, mengingat Provinsi Banten pun sempat mengklaim Gunung Krakatau masuk wilayahnya. Kalau dilihat dari peta kehutanan, Krakatau masuk ke daerah Jawa Barat, tetapi kalau ditilik dari wilayah administratif, Krakatau masuk bagian Lampung karena lokasi gunung tersebut tepat berada di Kalianda. Selain itu, penyelenggaraan Festival Krakatau ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Krakatau adalah objek wisata yang bisa diandalkan untuk menarik wisatawan, selain Ta-
man Nasional Way Kambas, Pantai Tanjungsetia, Teluk Kiluan, dan objek wisata lainnya di Lampung. Ada banyak rangkaian kegiatan dalam Festival Krakatau. Mulai dari kegiatan pariwisata, pergelaran budaya, olahraga, pameran, tur ke kepulauan Gunung Krakatau, dan masih banyak lagi. Festival ini digelar guna memperingati dahsyatnya letusan Gunung Krakatau. Selain itu, juga untuk pengenalan tempat pariwisata di Lampung yang bertujuan menarik wisatawan. Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. mengatakan kegiatan Festival Krakatau diharapkan semakin tahun semakin menunjukkan perbaikan. Baik secara kualitas penyelenggaraan maupun kegiatan-kegiatan wisata yang digelar. “Saya berharap festival ini terus menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun. Festival Krakatau bukan hanya pergelaran seni budaya, melainkan juga banyak hal lain, salah satunya mempromosikan hasil kerajinan Lampung secara keseluruhan, seperti tapis dan lain sebagainya,� kata dia. (Lukman Hakim/Kraf)
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
2 19 Oktober 2013
ekraf
torial DAFTAR ISI
Festival Krakatau
Wisata Lampung yang Mendunia
L
ETUSAN Gunung Krakatau pada 26— 27 Agustus 1883 atau 130 tahun lalu sudah sangat melegenda dan dikenal dunia. Letusan mahadahsyat itu bahkan sampai terdengar dalam jarak lebih dari 4.500 kilometer. Kekuatan letusannya konon melebihi kekuatan ledakan bom atom di Hiroshima, Jepang, pada 1945. Peristiwa dunia itu kini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam dan luar negeri untuk melihat dari dekat bagaimana kondisi Gunung Krakatau saat ini. Tak heran, karena kedahsyatan ledakan gunung yang secara administratif masuk wilayah Lampung Selatan itu, kini setiap tahun diperingati dalam wadah Festival Krakatau. Bahkan, saat ini Festival Krakatau merupakan satu dari empat pergelaran budaya Lampung yang menjadi agenda nasional. Tak heran, sejumlah kegiatan pun digelar Pemerintah Provinsi Lampung guna menarik wisatawan asing untuk menyaksikan festival yang untuk pertama kali diperkenalkan pada 1991. Festival ini memang memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Lampung. Awalnya, Festival Krakatau mer-
Lukman Hakim Wartawan Lampung Post
upakan bagian dari upaya masyarakat Lampung untuk mempertegas posisi Lampung sebagai daerah yang secara langsung memiliki Gunung Krakatau. Sebab, dahulu status Krakatau sempat tak jelas mengingat Provinsi Banten pun sempat mengklaim Gunung Krakatau masuk wilayahnya. Jika dilihat dari peta kehutanan, Krakatau masuk ke daerah Jawa Barat. Tetapi jika ditilik dari wilayah administratif, Krakatau masuk wilayah Lampung karena lokasi gunung tersebut tepat berada di Kalianda. Tak heran, kalau Pemerintah Provinsi Lampung selalu mengupayakan sejumlah pergelaran seni, tur, dan berbagai kegiatan yang dapat memanjakan wisatawan untuk datang ke Lampung. Walaupun pada kenyataannya, kemasan Festival Krakatau perlu ditingkatkan agar lebih variatif dalam sajiannya. Jika dilihat lebih dalam, tidak ada salahnya kalau Festival Krakatau yang digelar tiap tahun dijadikan satu rangkaian dengan sejumlah festival yang ada di Lampung. Misalnya, Begawai Kota Bandar Lampung, Festival Way Kambas, dan Festival Telukstabas yang juga sudah menjadi agenda wisata Pemerintah Pusat. Rangkaian kegiatan itu sekaligus menjual potensi objek wisata yang dimiliki Lampung, seperti Pantai Tanjungsetia, Teluk Kiluan, Taman Pendidikan (Sekolah) Gajah, dan Pulau Sebesi yang memiliki potensi wisata alam yang tak kalah dengan Pulau Dewata Bali. Memang, dibutuhkan kerja keras untuk mewujudkan semua itu. Selain itu, dibutuhkan pemikiran yang sama dalam membangun satu-kesatuan objek wisata andalan Lampung. Namun yang pasti, bagaimana kita dapat menjaga tradisi Festival Krakatau sebagai salah satu wisata dunia yang dimiliki Lampung khususnya dan Indonesia umumnya. n
INFO Wisata dan Kerajinan Terus Dikembangkan
4
TRADISI Sucikan Diri Jelang Ramadan
5
BUDAYA Festival Krakatau 2013, Siap Digelar
6 7
GALERI FOTO CORAK Kerajinan Unik di Dekranasda Lamsel WISATA Menara Siger, Karya Arsitektur nan Indah
8-9 10-11
SANTAP Menjelajah Sensasi Menu Tradisional di Rumah Soto 12 RESEP Lapis Legit Khas Lampung
13
ASRI Anjungan Lampung di TMII Perkenalkan Aspek Budaya Tradisional 14-15 Direktur Utama: Raphael Udik Yunianto, Pemimpin Umum: Bambang Eka Wijaya. Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Gaudensius Suhardi. Wakil Pemimpin Redaksi: Iskandar Zulkarnain. Pemimpin Perusahaan: Prianto A. Suryono. Dewan Redaksi Media Group: Saur M. Hutabarat (Ketua), Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudradjat, Elman Saragih, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Suryopratomo, Toeti Adhitama, Usman Kansong. Redaktur Pelaksana: Iskak Susanto. Kepala Divisi Percetakan: Kresna Murti. Sekretaris Redaksi: M. Natsir. Asisten Redaktur Pelaksana: D. Widodo, Umar Bakti Redaktur: Hesma Eryani, Lukman Hakim, Muharam Chandra Lugina, Musta’an Basran, Nova Lidarni, Sri Agustina, Sudarmono, Trihadi Joko, Wiwik Hastuti, Zulkarnain Zubairi. Asisten Redaktur: Abdul Gofur, Aris Susanto, Isnovan Djamaludin, Iyar Jarkasih, Fadli Ramdan, Rinda Mulyani, Rizki Elinda Sary, Sri Wahyuni, Sony Elwina Asrap, Susilowati, Vera Aglisa. Liputan Bandar Lampung: Agus Hermanto, Ahmad Amri, Delima Napitupulu, Fathul Mu’in, Ricky P. Marly, Meza Swastika, Karlina April Sita, Surya Bakara, Wandi Barboy. LAMPOST.CO Redaktur: Kristianto. Asisten Redaktur: Adian Saputra, Sulaiman. Content enrichment Bahasa: Wiji Sukamto (Asisten Redaktur), Chairil, Kurniawan, Aldianta. Foto: Hendrivan Gumay (Asisten Redaktur), Ikhsan Dwi Satrio, Zainuddin. Dokumentasi dan Perpustakaan: Syaifulloh (Asisten Redaktur), Yuli Apriyanti. Desain Grafis redaktur: DP. Raharjo, Dedi Kuspendi. Asisten Redaktur: Sugeng Riyadi, Sumaryono. Biro Wilayah Utara (Lampung Utara, Way Kanan, Lampung Barat): Mat Saleh (Kabiro), Aripsah, Buchairi Aidi, Eliyah, Hari Supriyono, Hendri Rosadi, Yudhi Hardiyanto. Biro Wilayah Tengah (Lampung Tengah, Metro, Lampung Timur): Chairuddin (Kabiro), Agus Chandra, Agus Susanto, Andika Suhendra, Djoni Hartawan Jaya, Ikhwanuddin, M. Lutfi, M. Wahyuning Pamungkas, Sudirman, Suprayogi. Biro Wilayah Timur (Tulangbawang, Mesuji, Tulangbawang Barat): Juan Santoso Situmeang (Kabiro), Merwan, M. Guntur Taruna, Rian Pranata. Biro Wilayah Barat (Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran): Sayuti (Kabiro), Abu Umarly, Erlian, Mif Sulaiman, Widodo, Heru Zulkarnain. Biro Wilayah Selatan (Lampung Selatan): Herwansyah (Kabiro), Aan Kridolaksono, Juwantoro, Usdiman Genti. Kepala Departemen Marcomm: Amiruddin Sormin. Senior Account Manager Jakarta: Pinta R Damanik. Senior Account Manager Lampung: Syarifudin Account Manager Lampung: Edy Haryanto. Manager Sirkulasi: Indra Sutaryoto. Manager Keuangan & Akunting: Rosmawati Harahap. Harga: Eceran per eksemplar Rp3.000 Langganan per bulan Rp75.000 (luar kota + ongkos kirim). Alamat Redaksi dan Pemasaran: Jl. Soekarno Hatta No.108, Rajabasa, Bandar Lampung, Telp: (0721) 783693 (hunting), 773888 (redaksi). Faks: (0721) 783578 (redaksi), 783598 (usaha). http://www.lampungpost.com e-mail: redaksi@lampungpost. co.id, redaksilampost@yahoo.com. Kantor Pembantu Sirkulasi dan Iklan: Gedung PWI: Jl. A.Yani No.7 Bandar Lampung, Telp: (0721) 255149, 264074. Jakarta: Gedung Media Indonesia, Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp: (021) 5812088 (hunting), 5812107, Faks: (021) 5812113. Penerbit: PT Masa Kini Mandiri. SIUPP: SK Menpen RI No.150/Menpen/SIUPP/A.7/1986 15 April 1986. Percetakan: PT Masa Kini Mandiri, Jl. Soekarno - Hatta No. 108, Rajabasa, Bandar Lampung Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan. DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK, WARTAWAN LAMPUNG POST DILENGKAPI KARTU PERS DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU MEMINTA IMBALAN DENGAN ALASAN APA PUN.
3 19 Oktober 2013
ekraf
Tabik Pun
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemda Lampung Selatan
Saatnya Mengenal
Serambi Sumatera
S
EBAGAI salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Lampung Selatan bukan hanya dikenal dengan Menara Siger, melainkan juga objek wisata Gunung Anak Krakatau. Selain itu, masih banyak potensi wisata dan keunggulan dari kabupaten yang menjadi titik nol Pulau Sumatera ini. Tak heran, jika Lampung Selatan posisinya sangat strategis bagi pembangunan perekonomian Sumatera dan Jawa. Bupati Lampung Selatan Rycko Menoza S.Z.P. mengatakan kalau orang Sumatera yang pernah ke Jakarta melalui jalan
darat, siapa yang tidak kenal Bakauheni. Itu pelabuhan penyeberangan paling sibuk di Indonesia, bahkan mungkin di Asia. Tak heran jika nama Bakauheni ini sangat terkenal. Karena setiap musim mudik, baik itu Lebaran atau Tahun Baru, Bakauheni selalu menjadi perhatian. Terus, Bandara Branti yang menjadi lapangan terbang untuk warga Lampung adanya juga di wilayah Lampung Selatan. Pokoknya banyak lah. Ada Gunung Anak Krakatau, ada MENARA SIGER, ada kawasan industri, dan lainnya. Rycko menjelaskan Lampung Selatan
merupakan daerah yang cukup luas. Wilayahnya dari Bakauheni sampai perbatasan di Lampung Timur sana. Juga berbatasan dengan Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Nah, masalah paling besar adalah infrastruktur. Infrastruktur itu, semua fasilitas umum untuk mendukung kegiatan. Contohnya, jalan, jembatan, irigasi, dan gedung sekolah. Jika infrastruktur tidak baik, akan menjadi halangan bagi pembangunan. Pertama, kita berjalan dan naik kendaraan menjadi tidak nyaman. Kedua, jalannya jadi lambat sampai tujuan. Ketiga, kendaraan yang kita pakai menjadi lebih cepat rusak. Lalu, kalau jalannya buruk, ongkosnya juga menjadi mahal karena habis bensinnya lebih banyak. Dia juga menjelaskan Lampung Selatan ini punya banyak potensi yang sangat bagus. Bidang pertanian dan perkebunan masih tetap menjadi perhatian utama. Sebab, penduduk Lampung Selatan ini kebanyakan hidup dari hasil pertanian dan perkebunan. Maksudnya, masih lebih banyak petani. Sekarang, pertanian dan perkebunan di Lampung Selatan ini semakin berkembang dengan dukungan pasar yang lebih bagus. Berdirinya industri besar di Lampung Selatan itu adalah pasarnya. Banyak pabrik makanan ternak, peternakan, pengolahan hasil pertanian, dan banyak lagi. Itu peluang bagi dunia pertanian Lampung Selatan. Lampung Selatan juga potensial di bidang pariwisata. “Kalian anak Lampung Selatan pasti tahu itu. Kami punya banyak pantai yang bagus-bagus. Itu menjadi prioritas pembangunan kami ke depan.� Rycko juga menuturkan kalau Lampung Selatan disebut juga Serambi Sumatera. Artinya, kalau orang dari Jawa mau ke Pulau Sumatera lewat darat, dari Lampung sampai Aceh, kan masuknya lewat Pelabuhan Bakauheni. “Itulah mengapa kami menyebut Serambi Sumatera.� (Padli Ramdan/Kraf)
4 19 Oktober 2013
ekraf
Info
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemda Lampung Selatan
Wisata dan Kerajinan Terus Dikembangkan Objek Wisata Lampung PROVINSI Lampung diresmikan menjadi salah satu provinsi di Indonesia pada 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya sebuah Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964, yang kemudian menjadi salah satu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964. Sebelum diresmikan sebagai provinsi, Lampung merupakan sebuah kare sidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Jenis tempat Wisata yang dapat dikunjungi di Provinsi Lampung adalah wisata budaya yang ada di beberapa Kampung Tua yang terletak di Batubrak, Sukau, Liwa, Kembahang, Kenali, Ranau, dan Krui di Lampung Barat serta Festival Sekura yang hanya diadak an dalam seminggu setelah Idulfitri di Lampung Barat, Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Telukstabas di Lampung Barat, Festival Way Kambas di Lampung Timur. Selain itu, terdapat juga Begawi Adat Kota Bandar Lampung, dan Wisata Gunung Anak Krakatau di Lampung Selatan.
P
EMERINTAH Kabupaten (Pemkab) Lampung Selatan berencana membangun sarana fisik tempat wisata di daerah ini. Pada 2013 ini Pemkab merehabilitasi objek wisata Pesanggrahan Pulau Sebesi dan membangun kamar mandi di tempat-tempat fasilitas umum. Bahkan tahun depan Pemkab Lamsel juga akan membangun tempat wisata, m i s a l n ya M a k a m Yansen Raden Intan. Kepala Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya (Disparsenibud) Lampung Selatan Yansen Mulia, mewakili Bupati Lamsel Rycko Menoza, Senin (7/10), mengatakan saat ini Pemkab Lampung Selatan tengah merancang anggarannya dan menyurvei beberapa titik lokasi wisata yang akan di bangun. Seperti wisata makam Raden Intan di Kecamatan Penengahan dan Wisata Belerang Simpur di Desa Kecapi, Kalianda. “Saat ini prosesnya dalam tahapan survei lokasi tempat wisata. Kami akan melakukan apa yang bisa diperbuat di tempat wisata milik perorangan maupun swasta,” kata dia. Informasi yang dihimpun Ekraf Lampost, tempat pemakaman Raden Intan di Kecamatan Penengahan cukup banyak pengunjungnya. Dalam sepekan berkisar 200—300 pengunjung. Mereka datang untuk berziarah. Disinggung mengenai tradisi tahunan di Kabupaten Lampung Selatan, Yansen Mulia mengatakan Festival Krakatau. Meskipun itu hajatnya Pemerintah Provinsi Lampung, Lamsel sangat berperan aktif untuk mengakomodasi kegiatan tersebut. Apalagi, keberadaan Gunung Anak Krakatau (GAK) berada di kabupaten itu. “Peran kami sangat banyak dalam Festival Krakatau. Yaitu, menyediakan segala sesuatunya mengenai berbagai rangkaian kegiatan yang diselenggarakan di kabupaten ini. Misalnya, menggelar jalan sehat, pawai budaya, dan Krakatau Night yang dilaksanakan di Negeri Baru Resort, Kalianda,” kata dia. Yansen juga menjelaskan pihaknya sangat respons dalam pembangunan kerajinan. Misalnya, kerajinan tapis inuh, sulam usus, dan kerajinan batok kelapa. Walaupun Disparsenibud hanya ikut melakukan promosi saja. Sedang untuk pembinaan dan pengembangan kerajinan tersebut tetap pada Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekrasnasda) setempat. “Mengenai kerajinan kreatif yang ada di Lampung Selatan, kami hanya ikut melakukan promosi saja. Karena memang pada kenyataannya kerajinan dari Lamsel dapat meningkatkan ekonomi kerakyatan,” kata dia. (Juwantoro/Kraf)
Kota Bandar Lampung Mulia
- Pantai Duta Wisata - Jl. R.E. Marthadinata - Pantai Tirtayasa - Jl. R.E. Marthadinata - Pantai Puri Gading - Jl. R.E. Marthadinata - Taman Wisata Bumi Kedatun - Jl. Wan Abdurahman - Wisata Alam Batu Putu - Jl. Wan Abdurahman - Taman Kupu-kupu - Jl. Wan Abdurahman - Taman Dipangga - Jl. W.R. Supratman - Nuwo Olok Gading - Jl. Basuki Rahmat - Taman Hutan Kota - Jl. Soekarno-Hatta - Lembah Hijau - Jl. Wan Abdurahman
Lampung Barat - Terpadu Lumbok Ranau (Seminung Lumbok Resort) - Wisata Paralayang - Wisata Alam Pekon Hujung - Wisata Alam Kubu Perahu - Desa Wisata Lumbok - Danau Suoh - Arung Jeram Sungai Way Besai - Pantai Tanjung Setia - Pantai Labuhan Jukung - Pantai Labuhan Jukung - Pesisir Selatan - Pantai Way Jambu - Pantai Way Sindi - Pantai Suka Negara - Pantai Way Haru - Situs megalitik di Pekon Purajaya - Rumah tradisional di Desa Sukadana - Petilasan Patih Gajah Mada di Kecamatan Lemong
5 19 Oktober 2013
ekraf
Tradisi
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
Sucikan Diri Jelang Ramadan
H
AMPIR setiap tahun, saat menjelang Ramadan, kita bisa menyaksikan kegiatan tradisi orang Lampung yang biasa dikenal belangiran , belangigkhan , atau pelangegkhan (penyucian diri). Misalnya, tradisi belangigkhan di Kelurahan Negeri Olokgading, Telukbetung Utara, Bandar Lampung. Kegiatan ini sudah berlangsung turuntemurun setiap tahunnya. Mereka melakukan upacara belangigkhan di Kali Akar, kawasan Sumurputeri. Tradisi ini sebenarnya tidak hanya sekadar mandi bersama untuk menyucikan diri, tetapi juga sebagai ajang silaturahmi antarwarga. Biasanya setelah mandi, ada doa dan cuak mengan atau makan bersama. Kegiatan ini juga sudah mulai dibiasakan di Lampung Sai, sebuah organisasi kemasyarakatan yang fokus terhadap tradisi dan nilai-nilai kelampungan. Dalam kegiatan itu, Lampung Sai juga melibatkan
banyak pejabat, penggiat seni dan budaya Lampung, tokoh adat dan masyarakat umum, serta dimeriahkan dengan pawai budaya. Layaknya helat tradisi, semua peserta belangigkhan memakai pakaian adat Lampung. Bahkan, di beberapa kesempatan Gubernur Lampung meminta agar instansi terkait, khususnya Dinas Pariwisata dan Budaya, bisa mengemas tradisi belangigkhan ini menjadi agenda pariwisata. “Tradisi ini bisa dijadikan salah satu atraksi budaya yang bisa menarik wisatawan untuk berkunjung ke Lampung,” kata Sjachroedin. Menurut tokoh adat Lampung Mawardi R. Harirama, tradisi unik belangigkhan ini kalau dikemas dalam format pawai budaya yang lebih tertata diharapkan dapat dijadikan salah satu atraksi wisata budaya yang menarik. “Belangigkhan merupakan kegiatan tradisi asli budaya Lampung yang rutin dilakukan setiap menghadapi Ramadan,” kata dia.
Filosofi Penyucian Diri Pelangegkhan atau belangigkhan secara harfiah berarti penyucian diri. Asal katanya adalah “belangekh” yang maknanya mandi untuk menyucikan diri. Biasanya, tradisi ini berlangsung menjelang Ramadan. Intinya, agar umat muslim siap lahir batin dalam menjalankan ibadah di bulan puasa. Aktivitas mandi bersama ini di Lampung biasanya dilaksanakan secara bersamasama beberapa pekon (kampung), seperti di Negeri Olokgading, Sukadanaham, Pengajaran, dan Kedamaian. Tujuannya, menuju lokasi pemandian, misalnya sungai, laut, sumur, yang masih terjaga kesucian airnya. Selain secara massal, warga Lampung kerap melakukan pelangegkhan sendiri-sendiri tanpa menunggu bulan puasa. Ini karena banyak juga masyarakat menjalankan kebiasaan turun-menurun tersebut dengan tujuan membuang sial. (Lukman Hakim/ DBS /Kraf)
6 19 Oktober 2013
ekraf
Budaya
Festival Krakatau 2013, Siap Digelar
E
VENT wisata dan budaya tahunan ini siap menyajikan berbagai pertunjukan dan atraksi untuk menghibur wisatawan asing dan dalam negeri. Gelaran Festival Krakatau (FK) XXIII, dengan kesiapan yang matang, walaupun sempat mengalami pemunduran jadwal, siap digelar mulai 12 Oktober hingga 9 November mendatang. “Temanya The 3th of Lampung culture and tapis carnival, pesona Sai Bumi Ruwa Jurai,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung Gatot Hadi Utomo, mendampingi Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. Dia menjelaskan rangkaian FK 2013 terbagi menjadi tiga, yaitu promosi, main event, dan supporting event. Promosi FK 2013, sebagian telah digelar 18—24 September 2013, di Museum Lampung dengan kegiatan lomba terompah panjang, egrang bagi pelajar, pameran benda cagar budaya, dan sosialisasi UU Benda Cagar Budaya. Sementara pada 12 Oktober 2013, digelar Krakatau Fun Triathlon di Menara Siger. “Fun Triathlon merupakan bagian dari promosi FK 2013 untuk destinasi wisata komunitas sepeda, lari, dan renang. Peserta akan melakukan itu sepanjang 600 meter mengelilingi Muara Piluk, mulai dari Ketapang dan finis di Menara Siger menggunakan sepeda,” kata Gatot, di ruangannya, Selasa (8/10). Sementara puncak FK 2013 dipusatkan di Kota Kalianda, Lampung Selatan. Selanjutnya, kata dia, pada 19—20 Oktober, akan dilaksanakan pawai budaya dan topeng Lampung yang dipusatkan di Kota Kalianda, ditandai penyambutan tamu undangan. Untuk rute pawai dimulai dari kompleks kantor Bupati Lampung Selatan, kemudian menyusuri jalan utama sampai ke Polres Lampung Selatan. Sementara acara akan dimulai sekitar pukul
14.00 sampai dengan selesai. “Peserta pawai adalah kontingen dari kabupaten/kota se-Provinsi Lampung, masingmasing mengirimkan minimal 30 personel. Kegiatan itu diawali dengan marching band, p a y u n g agung, eksotik Lampung (Muli Lampung), eksotik Lampung
Gatot Hadi Utomo (Music Lampung), umbul-umbul, topeng raksasa, dan barisan topeng asli khas Lampung. Diakhiri dengan Street Carnival Fantasi Tapis Lampung,” kata Gatot. Menjual Daya Tarik Lampung PADA perhelatan Festival Krakatau 2013 juga akan diisi dengan adanya panggung hiburan yang dipusatkan di halaman kantor Bupati Lampung Selatan. Menurut Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung Gatot Hadi Utomo, panggung hiburan akan menggelar hiburan tradisional serta ramah tamah dengan tamu VIP di Wisma Negeri Baru, Way Arong, Kalianda. Pada FK tahun ini, kata dia, hadir 25 duta besar yang mewakili empat benua, mulai dari Afrika, Amerika, Asia, dan Australia. Keesokan harinya, Minggu (20/10), digelar pameran kerajinan di Wisma Way Belerang, di Desa Buahbrak, Kalianda. Kegiatan itu menampilkan kerajinan dan makanan khas Lampung. Sementara di Pelabuhan Bakauheni terdapat kapal Dharma Kencana IX untuk mengantarkan para peserta Tour Krakatau 2013 mengunjungi Gunung Anak Krakatau. Pada konsep sebelumnya, kata Gatot, memang
Sjachroedin Z.P ada keinginan membawa para peserta hingga dekat dengan GAK. Namun, karena kondisi tidak memenuhi syarat, menyebabkan konsep tersebut urung dan mengandalkan seperti konsep-konsep tahun sebelumnya. Wisatawan dikenakan tarif masuk Tour Krakatau seharga Rp250 ribu/orang. Namun, Gatot menjamin para pengunjung akan mendapatkan fasilitas baik. Selain tersedia 2 x makan dan 2 x snack, juga disediakan suvenir menarik. Rangkaian Pamungkas FK XXIII, sepeti konsep sebelumnya digelar Lampung Jazz Festival pada 9 November. Road show menuju acara tersebut telah digelar sebelumnya di beberapa tempat di Lampung dengan menggandeng para musisi Jazz Lampung. Misalnya, saat Lampung Fair Juni lalu, dengan mengangkat tema Jazz on the street. Yang menarik pada LJF ini, selain akan mengundang para musisi lokal yang andal juga akan dikolaborasikan dengan gamolan, alat musik tradisional Lampung. “Kami hanya sebagai operator pelaksana, hanya memfasilitasi. Ini event Masyarakat Lampung yang menjual daya tarik Lampung dan diharapkan semua masyarakat bisa terlibat seluruhnya, itulah harapan kita. Karena kitalah yang memamerkan budaya kita, bukan hanya seniman. Saya optimistis 100% FK tahun ini sukses,” kata dia. (KARLINA/KRAF).
7 19 Oktober 2013
ekraf
Galeri Foto
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
n EKRAF/DOKUMENTASI
Atraksi budaya pada Festival Krakatau tahun lalu.
8 19 Oktober 2013
ekraf
Corak
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemda Lampung Selatan
Kerajinan Unik di Dekranasda Lamsel
n EKRAF/DOKUMENTASI
Reporter Cilik ‘Lampung Post’ Hafidz Annasly, Salwa Maharani, Amalia Ramadhani, dan Ayu Pandan Harum
L
Ketua Dekranasda Lamsel Pitka Menoza sedang menjelaskan corak Tapis Inuh kepada Repcil.
AMPUNG Selatan punya kain khas yang menjadi kebanggaan daerah, yaitu tenun ikat inuh. Kini, tenun ikat inuh diinovasi dengan benang dari serat pisang. Nah, selain tenun ikat inuh ini, apalagi ya produk-produk kerajinan Dekranasda Lampung Selatan lainnya? Kami berempat: Hafidz Annasly, Salwa Maharani, Amalia Ramadhani, dan Ayu Pandan Harum mewawancarai Ketua Dekranasda Lampung Selatan Pitka Menoza, beberapa waktu lalu. Berikut ini wawancara lengkapnya. Apa saja tugas-tugas Ibu sebagai ketua Dekranasda Lampung Selatan? Membina perajin dan mempromosikan barang-barang yang diproduksi oleh para perajin. Memangnya apa saja produk-produk kerajinan Dekranasda? Yang paling terkenal itu tenun ikat inuh, batik tulis, kerajinan-kerajinan dari batok kelapa, pelepah pisang. Nah, yang paling baru itu adalah modifikasi serat pisang yang digunakan sebagai pengganti benang emas untuk tenun ikat inuh. Di sini juga ada topeng-topeng khas Lampung pesisir. Kalau kerajinan khas Lampung Selatan apa, Bu? Ya, tenun ikat inuh yang dituang ke batik maupun tapis. Ini sebenarnya sudah
jadi khas Lampung juga, yang terbaru sekarang adalah inovasi serat pisang untuk menggantikan benang emas tenun ikat inuh ini. Oh begitu ya, Bu? Iya. Lampung Selatan ini kan merupakan daerah penghasil pisang terbesar. Jadi, kami mengembangkan program zero waste. Bagaimana agar tumbuhan pisang itu termanfaatkan semuanya, tidak ada bagian yang terbuang menjadi sampah. Mulai dari pisangnya, daunnya, serta pelepahnya untuk kerajinan, dan sekarang dikembangkan seratnya untuk benang emas tenun ikat inuh pada tapis. Wah, hebat dong Bu! Di mana pembuatan benang emasnya? Kami mendekatkan para perajin serat benang pisang ini dengan perkebunan pisangnya, yaitu di Way Sulan. Di daerah ini banyak tanaman pisang, buahnya dijual, daunnya dijual, pelepahnya untuk kerajinan, dan seratnya untuk benang. Berapa jumlah total perajin Dekranasda Lampung Selatan? Sekitar 1.500 sampai 1.600 orang. Produk-produk kerajinan mereka dijual ke mana saja? Produk-produk ini tidak hanya dijual di Lampung dan Indonesia lo, juga ada yang dijual ke luar negeri. Kami sudah pernah bawa produk-produk kerajinan ini pameran di Madrid, Spanyol. Ada kendala enggak Bu dalam pelaksa-
naan program-program Dekranasda? Iya, letak geografis Lampung Selatan ini kan luas, ada daerah-daerah yang jauh, terpelosok. Nah, kadang-kadang potensi dan perajin dari pelosok ini ada yang belum optimal. Terus kami juga sering terkendala dalam penjualan. Misalnya banyak yang minta kerajinan itu, tapi bahan bakunya susah. Kalau Ibu sendiri sering turun ke lapangan tidak? Ya, turun ke perajin-perajin itu dilakukan secara berkala untuk melihat produksi mereka. Oh iya, ini kantor atau tempat jualan sih Bu? Kok banyak produk-produknya? Ini sebenarnya kantor Dekranasda Lampung Selatan, tapi saya buat seperti galeri untuk menarik pengunjung. Karena yang selama ini saya pelajari, ternyata kemasan atau interior seperti ini bisa menarik minat pengunjung. Ya, ini produk-produk perajin Lampung Selatan. Dipajang di sini. Siapa saja boleh berkunjung. Ini dijual, bisa nyicil lo, hehehe. Ini salah satu strategi untuk mempromosikan dan memasarkan produk-produk para perajin. Baik Bu. Ada pesan-pesan untuk kami tidak? Rajin belajar dan jangan pantang menyerah. Hidup itu penuh tantangan, yang penting mau berjuang. Terima kasih ya Bu atas wawancaranya. Sama-sama. n
9 19 Oktober 2013
ekraf
Corak
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemda Lampung Selatan
Tenun Ikat Tapis Inuh yang Memesona
L
AMPUNG, sebagai sebuah daerah memiliki dua kelompok masyarakat adat, yakni Papadun dan Saibatin. Setiap adat memiliki kerajinan tenun sebagai ciri khas daerahnya. Orang Papadun menggunakan kain tapis, sementara orang Saibatin menggunakan kain kapal dan kain inuh dalam aktivitas adat istiadatnya. Berdasarkan keterangan Van der Hoop, masyarakat Lampung mengenal tenun sejak abad ke-12 SM. Kain tenunnya berupa sistem kait dan kunci. Sementara itu sejarawan Robyin dan John Maxel, memperkirakan kerajinan tenun menggunakan kapas baru diperkenalkan pedagang asing yang singgah di Lampung pada abad ke-7. Kain inuh merupakan kain khas masyarakat pesisir. Ragam hiasnya dipenuhi hiasan gelombang, makhluk-makhluk air seperti teripang, tunas sulur daun. Ragam hias menyimbolkan kesuburan dan geneologis. Makhluk air kecil dalam tubuhnya simbol dari generasi baru yang akan lahir, dan pucuk daun dengan untaian ekor menggambarkan penyebaran benih kehidupan baru. Selanjutnya, Robert J. Holmgreen dan Anita E. Spertus dalam buku Early Indonesian Textiles mengatakan kain inuh merepresentasikan kelompok tapis baru yang mengagumkan. Jenis ini dikarakteristikkan dengan sebuah tenunan sentral (padahal biasanya tapis memiliki dua jalur pinggir) dan panel ikat dengan kapal yang agung atau abstraksi burgundy. Tenunan berliku-liku kecil menghias i keliman. Pinggang ikonografi tenunannya termasuk antropomorfis yang luas, mewah, dan bertautan dengan format yang canggung. Berbeda dengan motif biasa yang menggunakan motif kapal, pohon, dan stik figur. Kain Inuh sempat tak dibuat lagi. Namun, beberapa tahun ini Dekranasda Kabupaten Lampung Selatan telah berupaya mengembalikan lagi kain ini dengan membentuk unit usaha tenun ikat inuh bekerja sama dengan perajin yang memahami filosofi dan proses produksi kain inuh. (Lukman Hakim/DBS/Kraf)
10 19 Oktober 2013
ekraf
Wisata
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
n EKRAF/DOKUMENTASI
Menara Siger Lampung Selatan.
Menara Siger, Karya Arsitektur nan Indah
M
ENARA Siger, sebuah menara yang dibangun atas prakarsa Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P., yang diresmikan pada 30 Mei 2008. Jika kita melihat Jakarta punya Monas, Sumatera Selatan ada Jembatan Ampera, dan Sumatera Barat ada Jam Gadang, Menara Siger adalah ikon Provinsi Lampung. Menara Siger merupakan prasasti titik nol kilometer jalan lintas Sumatera dan menjadi penanda bahwa ini adalah pintu gerbang Pulau Sumatera. Menara Siger dengan bentuk arsitektur bangunan yang sangat indah berwarna kuning yang dibangun di salah satu bukit di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan. Bangunan itu dapat dilihat dari kejauhan di tengah laut, saat kita akan meninggalkan atau sampai ke Pelabuhan Bakauheni dari Pelabuhan Merak, Banten. Jika malam hari akan terlihat lampu-lampu indah yang menunjukkan bentuk menara yang begitu eksotik dipandang mata. Di puncak menara, ada payung tiga warna (putih-kuning-merah) sebagai simbol tatanan sosial masyarakat Lampung. Menara yang mengusung adat budaya Lampung dan sekaligus landmark dari kawasan Bakauheni di dalamnya terdapat bangunan utama dan terdapat Prasasti Kayu Are sebagai simbol pohon kehidupan bagi masyarakat Lampung. Hal ini membuat Menara Siger menjadi mahkota budaya kehidupan
masyarakat. Gagasan pembangunan Menara Siger dilaksanakan Gubernur Sjachroedin saat menjabat pada 2004—2009. Menara ini sebagai karya besar dan sekaligus dapat menjadi representasi tonggak pembangunan menuju pembangunan dan karya yang besar bagi daerah Provinsi Lampung. Saat ini pengelolaan Menara Siger diserahkan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lampung bersama sebuah badan otoritas yang akan bertanggung jawab memelihara dan menghidupkan Menara Siger dengan berbagai kegiatan gedung ini. Menara Siger diharapkan mampu memancarkan dan menyebarluaskan makna simbolis budaya Lampung baik bagi masyarakat Lampung sendiri maupun kepada pendatang atau wisatawan. Menara Siger diharapkan dapat mengeksplorasi lambang dan budaya Lampung dalam bentuk bangunan yang unik. Menara itu hasil desain seorang arsitek lulusan teknik sipil Anshori Djausal yang dibangun di bukit yang berada di sebelah kiri pintu masuk Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni dengan anggaran Rp7,3 miliar. (Lukman Hakim/Kraf)
Pengertian Siger Siger adalah sebuah bentuk mahkota keagungan ada budaya dan tingkat kehidupan yang terhormat. Dalam kebiasaannya, Siger digunakan oleh pengantin perempuan Lampung. Yang artinya lambang ini menyimbolkan sifat feminin. Tidak seperti pada umumnya lambang daerah lain yang bersifat maskulin. Seperti halnya di Jawa Barat adalah kujang, salah satu senjata tradisional Sunda. Yang melambangkan sifat-sifat patriotik dan defensif untuk memperkuat ketahanan wilayah.
11 19 Oktober 2013
P
ROVINSI Lampung memiliki banyak objek wisata untuk tujuan berlibur wisatawan. Sangat cocok untuk traveling dan tur. Bagi Anda warga Lampung atau dari luar Lampung yang akan menghabiskan liburan akhir tahun di Kota Tapis Berseri, Lampung menyiapkan banyak tempat wisata yang cocok untuk Anda kunjungi.
Menara Siger Menara Siger adalah sebuah bangunan enam lantai yang digagas Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. pada 2005—2009. Anshori Djausal, seorang dosen Fakultas Teknik Universitas Lampung (Unila), menjadi arsitek dan perancang Menara Siger. Bangunan ini terletak di Bukit Gamping, Bakauheni, Lampung Selatan. Fungsinya adalah sebagai landmark Provinsi Lampung. Menara itu seperti halnya New York dengan Patung Liberty, Jakarta dengan Monas, dan Jam Gadang di Sumatera Barat. Menara Siger dibangun di atas bukit dengan ketinggian 110 meter di atas permukaan laut. Sebagai sebuah landmark Provinsi Lampung, penampilan Menara Siger dirancang dengan beragam hal yang menjadi ciri khas Lampung.
ekraf
Wisata
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
Lampung Selatan Pesona Wisata nan Elok
Kalianda Resort (Krakatoa Nirwana Resort) KALIANDA Resort adalah salah satu lokasi wisata pantai yang dikelola Krakatau Lampung Tourism Development Corporation (KLTDC) di Merakbelantung, Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. Saat ini kamar yang tersedia dalam berbagai jenis (Kanjuru, Lambur, Nirwana 1, 2, dan 3, Deluxe, Superior, dan Suite) masih terbatas menampung tamu yang datang, hanya berkisar 40-an orang saja. Kalianda Resort yang harus bersaing dengan beberapa objek wisata pantai di dekatnya itu akan menambah kamar sehingga bisa didiami ratusan tamunya. Pantai Pasir Putih PANTAI Pasir Putih terletak di Lampung Selatan, tempatnya sangat mudah ditemukan karena dilewati jalan Trans-Sumatera. Jarak dari Bandar Lampung sekitar 40 km atau 60 menit dari pusat Kota Bandar Lampung. Sarana yang tersedia di lokasi cukup memadai, ada beberapa warung makan, kamar mandi, dan selter yang cukup luas. Tersedia pula kano yang dapat disewa. Sedangkan untuk yang ingin merasakan sensasi ombak di tengah laut tersedia perahu wisata yang dapat disewa. Tarifnya per orang sekitar Rp20 ribu untuk perjalanan pulang pergi ke Pulau Condong dan melihat taman laut. Jika ingin mengelilingi Pulau Condong, tambah lagi Rp5.000. Jika masih ingin menawar silakan, tarifnya memang tidak resmi dan tidak ada tanda terima apa pun. Pulau Kubur PULAU Kubur merupakan salah satu pulau yang terdapat di Teluk Lampung. Pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Telukbetung Barat. Untuk mencapai ke lokasi ini membutuhkan waktu 20—30 menit menggunakan perahu motor dari Pulau Pasaran yang jaraknya kurang lebih 7 km. Selain itu, dapat pula ditempuh melalui Pantai Puri Gading ataupun Pantai Tirtayasa menggunakan perahu motor dengan waktu tempuhnya sekitar 10 menit. Pulau Kubur yang memiliki luas sekitar 5 hektare masih terlihat alami dan hanya terdapat beberapa pondok. Di pulau ini tidak terdapat penduduk sehingga sangat sepi sekali. Untuk wisatawan yang suka memancing datang ke Pulau Kubur adalah pilihan tepat karena pulau ini sangat cocok untuk tujuan memancing. Namun, pantai ini terlihat ramai saat hari libur karena kebanyakan pengunjung yang menyeberang dari Pantai Puri Gading ataupun dari Pantai Tirtayasa. Daya tarik wisata ini adalah panorama alam yang masih sangat alami, pengunjung dapat merasakan sepoi-sepoi angin, suasana yang nyaman, dan juga banyaknya ikan hias yang tersebar di sekitar pantai pulau ini, serta rimbunan pepohonan yang berada di atas bukit menambah kesejukan dalam berwisata di Pulau Kubur ini. n
Kalianda Resort (Krakatoa Nirwana Resort)
Menara Siger
Pantai Pasir Putih
12 19 Oktober 2013
ekraf
Santap
Menjelajah Sensasi Menu Tradisional di Rumah Soto
M
ENU kuliner tradisional acap membuat lidah enggan untuk merasa bosan. Ya, rasa khas yang kental dengan sentuhan bumbu rempah asli Indonesia selalu memberikan sensasi tersendiri bagi para penikmatnya. Sebut saja seperti pecel siram, soto, dan rawon. Menu-menu ini merupakan makanan tradisional yang selalu mendapat tempat di hati masyarakat. Salah satu tempat yang secara khusus menyediakan menu-menu tersebut, yakni Rumah Soto yang berada di Jalan Urip Sumoharjo, Bandar Lampung. Di tempat kuliner ini, pengunjung bisa menikmati aneka menu tradisional dengan berbagai pilihan dan harga yang terjangkau, seperti soto ayam, soto ceker, soto daging, bubur ayam, rawon, sop iga, dan satai ayam. Soto ayam di Rumah Soto terbuat dari bumbu rempah khusus, seperti cengkih, lada, dan kayu manis. Rasanya sangat segar. Selain itu, menu ini juga dilengkapi dengan bahan lainnya, seperti telur, tomat, dan ceker ayam. Sedangkan untuk satai ayam, tekstur dagingnya sangat lembut. Racikan bumbunya pun pas di lidah. Ada rasa-rasa manis juga pedas. Jika untuk anak-anak, bumbunya bisa disesuaikan agar sesuai dengan lidah mereka. Sementara pecel siram, terbuat dari bahan sayuran yang segar, membuat menu yang satu ini tergolong salah satu menu favorit pengunjung. Dilengkapi dengan taburan emping dan bumbu kacang yang kental ditabur di atas sayuran, pecel siram di Rumah Soto memiliki rasa yang khas. Untuk menunjang sensasi menu kuliner bagi pengunjung, Rumah Soto juga menghadirkan minuman tradisional, seperti es tebu, es cendol, dan es cincau. “Semua makanan yang kami sajikan halal dan sehat karena diolah secara higienis tanpa pengawet,” kata Herdianto, supervisor Rumah Soto, kepada Lampung Post, Selasa (8/10). Tidak hanya menyajikan menu-menu tradisional yang mampu menggugah nafsu makan, Rumah Soto juga secara khusus menyediakan tempat yang nyaman bagi setiap pengunjungnya. Menurut Herdianto, pihaknya sengaja
mengusung konsep bangunan berlantai dua dengan ornamen klasik agar dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung. “Kami juga sediakan lahan parkir yang luas dan fasilitas WiFi ,” kata dia. Rumah Soto mulai meram a i k a n pasar kuliner di Bandar Lampung sejak April 2013. Meskipun demikian, saat ini telah banyak konsumen yang menjadi pelanggan tetap tempat ini. Mulai dari masyarakat umum, hingga sejumlah pejabat kerap menjadikan tempat ini sebagai salah satu tujuan menyantap aneka kuliner yang disediakan. Salah seorang pengunjung, Widya, mengakui hampir tiap akhir pekan selalu menyempatkan diri datang ke Rumah Soto. Salah satu menu favoritnya yakni soto ayam. “Saya paling suka soto ayam. Kuahnya fresh dan isinya juga lengkap. Pas banget di lidah saya,” ujar warga Kotabaru, Bandar Lampung ini. Pengunjung lainnya, Ida, mengatakan menu favoritnya pecel siram. Ia mengaku dalam sekali datang ke Rumah Soto bisa sampai dua kali menyantap menu ini. “Pecelnya enak. Kadang-kadang bisa tambah saya,” kata warga Sukarame ini. (Iyar Jarkasih/Kraf)
Menu yang Ditawarkan -Pecel Siram -Soto Ayam -Satai Ayam -Soto Ceker -Sop Iga -Soto Daging -Bubur Ayam -Rawon -Es Tebu -Es Cendol -Es Cincau
Rp9.000/porsi Rp15 ribu/porsi Rp18 ribu/porsi Rp15 ribu/porsi Rp20 ribu/porsi Rp20 ribu/porsi Rp13 ribu/porsi Rp15 ribu/porsi Rp7.000 Rp9.000 Rp9.000
13 19 Oktober 2013
ekraf
Resep
Lapis Legit Khas Lampung L APIS legit alias spekkoek menjadi kue wajib suguhan di hari Lebaran. Kue warisan zaman kolonial ini memang tak pernah surut penggemarnya. Jika Anda tak punya cukup waktu untuk membuat sendiri, Anda bisa memesan dari toko-toko kue. Dari harga Rp200 ribu hingga Rp550 ribu seloyang. Rasanya yang legit seimbang dengan harganya yang selangit! Silakan pilih! Aroma harum bumbu spekkoek menjadi ciri khas kue lapis legit. Di zaman Belanda, orang menyebut kue ini spekkoek karena berlapis-lapis sehingga rupanya mirip spek alias lemak babi. Sedangkan koek berarti kue. Dari awal kue ini memang tergolong sebagai kue mewah. Untuk satu loyang lapis legit diperlukan sekitar 300 gram mentega dan 30 butir telur ayam. Sedangkan tepung terigu hanya sekitar 100 gram. Karena itu juga rasa kue ini sangat enak, lembut di lidah dengan semburat rasa manis dan aroma harum bumbu lapis legit. Untuk membuat kue ini sendiri diperlukan keterampilan dan kesabaran karena lapisan demi lapisan harus dikerjakan dengan teliti. (Lukman Hakim/Kraf)
Cara Membuat lapis Legit Lampung Bahan: 1. 20 butir telur ayam (4 butir putih telurnya saja, 16 butir kuning telurnya saja) 2. 125 gr gula halus 3. 1 kaleng susu kental manis 4. 1 kg mentega butter 5. 125 gr tepung terigu Bumbu: Giling halus dan ayak: 1. 10 butir cengkih 2. 10 butir kapulaga 3. 2 sdt kembang pala 4. 1 sdt kayu manis 5. 1 sdt vanili Cara Membuat: Siapkan loyang berbentuk bujur sangkar, alasi dengan kertas minyak lalu oles dengan mentega. Kocok mentega hingga lembut dan mengembang. Gula halus dan kuning telur dikocok dengan handmixer sampai mengembang. Di mangkuk terpisah, kocok putih telur hingga mengembang. Campurkan putih telur yang sudah mengembang dengan kuning telur yang sudah dikocok. Masukkan bumbu, susu kental manis, terigu, dan mentega yang sudah dikocok hingga adonan kue menjadi kental. Takar adonan dengan cangkir, tuangkan 30—35 cc adonan ke dalam loyang hingga membuat satu lapisan kue. Panggang dalam oven yang sudah dipanaskan sebelumnya dengan api dari atas sampai kuning keemasan. Keluarkan dari oven, olesi sedikit mentega untuk aroma, tuangkan lagi 30—35 cc adonan untuk membuat lapisan baru. Ulangi hingga membentuk 30—40 lapisan. Untuk 1 loyang.
14 19 Oktober 2013
ekraf
Asri
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
Anjungan Lampung di TMII Perkenalkan Aspek Budaya Tradisional
A
NDA mungkin pernah ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Di sana kita dapat menemukan anjungan Lampung, yang menampilkan dua rumah adat sebagai bangunan induknya. Masing-masing adalah Nuwou Balak dan Nuwou Sesat kedua rumah adat itu digunakan untuk memperkenalkan berbagai aspek budaya tradisionalnya. Nuwou Balak aslinya merupakan rumah tinggal bagi para Kepala Adat (penyimbang adat), yang dalam bahasa Lampung juga disebut Balai Keratun. Bangunan ini terdiri dari beberapa ruangan, yaitu Lawang Kuri (gapura); Pusiban, tempat tamu melapor; ljan Geladak, tangga “naik� ke rumah; Anjung-anjung, serambi depan tempat menerima tamu. Selain itu; Serambi Tengah, tempat duduk anggota kerabat pria; Lapang Agung, tempat kerabat wanita berkumpul; Kebik Temen (kebik kerumpu), kamar tidur bagi anak penyimbang bumi atau anak tertua; Kebik Rangek, kamar tidur bagi anak penyimbang ratu (anak kedua). Dan; Kebik Tengah, yaitu kamar tidur untuk anak penyimbang batin atau anak ketiga. Tetapi, di Anjungan Lampung, ruangan-ruangan itu kini difungsikan sebagal tempat peragaan
berbagai aspek budaya daerahnya. Di ruangan ini dapat kita saksikan, antara lain: Pepadun atau tempat duduk sang penyimbang adat bila sedang memimpin upacara adat. Selain itu; Kutamara, pelaminan bagi anak gadis penyimbang yang akan menari; dan bermacammacam siger (mahkota) yang diletakkan dalam vitrin kaca bersama-sama dengan bendabenda seni yang lain. Diperagakan pula Pakaian Adat pengantin Lampung, tempat tidur pengantin dengan model tempat tidur orang tua. (DBS/ KIM/KRAF)
15 19 Oktober 2013
ekraf
Asri
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
Arsitektur Hukum
N
uwou Sesat adalah bangunan di atas tiang yang megah itu aslinya adalah balai pertemuan adat tempat para purwatin (penyimbang) mengadakan pepung adat (musyawarah). Karena itu balai ini juga disebut Sesat Balai Agung. Bagian bagian dari bangunan ini adalah ljan Geladak, tangga masuk yang dilengkapi dengan
atap. Atap itu disebut Rurung Agung. Anjungan, serambi yang digunakan untuk pertemuan kecil; Pusiban, ruang dalam tempat musyawarah resmi; Ruang Tetabuhan, tempat menyimpan alat musik tradisional. Alat musik Lampung dinamakan Talo Balak (Kulintang). Ruang Gajah Merem, tempat istirahat bagi para penyimbang. Hal lain yang khas di rumah sesat ini adalah hiasan payungpayung besar di atapnya (rurung agung), yang berwarna putih, kuning, dan merah, yang melambangkan tingkat kepenyimbangan bagi masyarakat tradisional Lampung Pepadun. Masyarakat Lampung dalam bentuknya yang asli memiliki struktur hukum adat tersendiri.
Bentuk masyarakat hukum adat tersebut berbeda antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya, kelompokkelompok tersebut menyebar diberbagai tempat di daerah lain di Lampung. Secara umum dapat dibedakan dalam dua kelompok besar, yakni masyarakat adat Peminggir yang berkediaman di sepanjang pantai pesisir termasuk masyarakat adat Krui, Ranau, Komering, Kayu Agung. Dan, masyarakat adat Pepadun, yang berkediaman di daerah pedalaman Lampung terdiri dari masyarakat adat Abung (Abung Siwo Migo), Pubian (Pubian Telu Suku), Tulang Bawang (Migo Pak) dan Buai Lima (Way Kanan) dan Sungkay Bunga Mayang. (DBS/ KIM/KRAF)
16 19 Oktober 2013
ekraf
Agenda
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
Pesona Maduaro sampai ke Kabupaten Agam
L
AMPUNG memiliki banyak hasil kebudayaan yang kini mulai menggeliat dan dikenal dunia internasional. Selain tapis dan sulaman usus yang sudah sangat dikenal di mancanegara, kini sulaman maduaro dari Tulangbawang mampu unjuk gigi dalam persaingan kriya tekstil Tanah Air. Setelah sukses mendapat penghargaan Dekranas Award 2013 dari Ibu Negara Ani Yudhoyono, sulaman maduaro terus dipromosikan Dekranasda Tulangbawang. Bahkan, pesona sulaman maduaro sampai menarik perhatian Dekranasda Kabupaten Agam, Sumatera Barat. “Kita harus bangga kalau sulaman maduaro juga sampai menarik perhatian Dekranasda Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ini menjadi titik poin kita untuk semakin memperkenalkan sulaman maduaro di tingkat nasional,” kata Ketua Dekranasda Tulangbawang Erna Suud Hanan A. Rozak kemarin. Menurut Erna, sebagai warisan asli Tulangbawang, memang seharusnya sulaman itu menjadi salah satu ikon Lampung sebagai kriya tekstil. Kabupaten Agam yang merupakan sentra produksi sulaman dan bordir ranah Minang bahkan mengagumi sulaman
maduaro yang berbahan baku benang kawat itu. Erna juga menjelaskan jika sulaman khas Sumatera Barat yang terkenal dengan bordir dan songket Padang-nya juga bisa menjadi salah satu teknik pengerjaan sulaman maduaro agar semakin modern dalam motif maupun kualitas sulaman. Ketua Dekranasda Kabupaten Agam, Vita Indracati, mengagumi keindahan dan keunikan sulaman maduaro. Bahkan, pihaknya akan mengirimkan perajin ke Tulangbawang untuk mempelajari sulaman benang kawat yang menjadi ikon Kabupaten Tulangbawang itu. “Kami memang mengembangkan sulaman dan bordir, tapi maduaro sangat unik dan indah. Wajar kalau mendapat penghargaan Dekranas Award 2013,” kata Vita dihubungi Lampung Post, beberapa hari lalu. Menurut Vita, keunikan sulaman maduaro karena pembuatan yang murni dengan tangan tanpa ada campur tangan mesin, seperti bordir atau songket Minangkabau yang juga sudah dikenal di mancanegara. “Kami coba saling tukar ilmu pengetahuan. Kami sangat berminat mengunjungi Kabu-
Ketua Dekranasda Kabupaten Agam, Vita Indracati, mengenakan selendang Maduaro (warna hijau).
paten Tulangbawang untuk mempelajar detail pembuatan sulaman maduaro,” kata Vita. Sedangkan Kepala Dinas Koperindag Tulangbawang Suprihatin menjelaskan atas penghargaan Dekranas Award 2013, sudah saatnya promosi kain khas Lampung itu dipromosikan ke tingkat nasional dan internasional. Keberadaan sulaman maduaro juga mampu memperkenalkan nama Kabupaten Tulangbawang di mata dunia. (Lukman Hakim/Kraf)
Erna Suut Hanan A. Razak
Zaidirina Heri Wardoyo