www.lampost.co
TERUJI TEPERCAYA
l
No. 13903 TAHUN XLll
l Terbit Sejak 1974 l Rp3.000 l senin, 29 AGUSTUS 2016 l 24 Hlm.
facebook.com/ lampungpost @lampostonline @buraslampost
TAJUK
Memaksakan Produksi Padi
n LAMPUNG POST/M UMARUDINSYAH MOKOAGOW
JELAJAH SEMARAK BUDAYA. Peserta pawai dari 15 kabupaten/kota se-Lampung berkeliling memamerkan kekhasan budaya masing-masing dalam kegiatan Jelajah Semarak Budaya dalam rangkaian Festival Krakatau di Tugu Adipura, Bandar Lampung, Minggu (28/8).
Jelajah Budaya Sabet Rekor Muri JELAJAH Semarak Budaya yang merupakan acara puncak dari rangkaian Festival Krakatau 2016 meraih rekor Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri) melalui pemakaian topeng terbanyak, yakni sebanyak 1.500 topeng. Bersama penglepasan sebanyak 1.883 balon ke udara sebagai penanda mele tusnya Gunung Krakatau, pemakaian topeng tersebut menjadi agenda penutup dalam kegiatan Jelajah Semarak Budaya yang dihelat di Bundaran Tugu Adipura, Minggu (28/8). Berdasarkan pengamatan Lampung Post, kemarin, selain ditandai adanya pemecahan rekor Muri, pada acara yang disaksikan ribuan warga tersebut juga dimeriahkan dengan pawai budaya, seperti tupping ulun dari Kota Bandar Lampung, tupping ka ga nga dari Kota Metro, serta tari sekura dari Lampung Barat. Tanggamus menampilkan tari batu naga dan tari sunat adat Saibatin dari Pesawaran. Setiap kabupaten/kota menampilkan parade budaya, pakaian adat, tarian disertai penggunaan tupping (topeng), juga pawai kendaraan hias. Selain itu, acara ini juga dimeriahkan dengan atraksi empat gajah yang didatangkan dari Taman Nasional Way Kambas. Kegiatan ini dimulai secara resmi setelah Gubernur Lampung M Ridho Ficardo dikalungi bunga oleh gajah betina bernama Karlina. Hadir pada acara tersebut di antara nya Staf Ahli Bidang Kemaritiman Pariwisata Kementerian Pariwisata Syamsul Lussa dan Kapolda Lampung Brigjen Ike Edwin. Gubernur Lampung mengatakan acara puncak Festival Krakatau tersebut digelar di Tugu Adipura dan di tengah masyarakat supaya semua warga bisa langsung menyaksikan dan menikmati rangkaian festival budaya. “Supaya semua warga bisa menyaksikan dan menikmati beramai-ramai,” kata Gubernur, di sela-sela acara. Menurut Ridho, sektor pariwisata merupakan salah satu dari tiga program utama yang akan terus ditingkatkan. “Hari ini terbukti Festival Krakatau dikenal hingga tingkat dunia. Ke depannya harus lebih baik lagi,” ujarnya. (RUL/K1)
Wereng Serang Lahan
Petani di Lampung Serangan hama wereng pada tanaman padi meningkat akibat signifikannya penanaman padi di semua sentra produksi. ADI SUNARYO
H
AMA wereng menyerang 2.494 hektare tanaman padi petani di Lampung. Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) wereng batang cokelat (WBC) itu mulai dari tanama n yang baru disemai hingga sudah berbuah. Data yang diperoleh dari Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikulutra (BPTPH) Lampung, serangan wereng itu terjadi di Lampung Tengah, Metro, dan Lampung Timur. Selain itu, menyerang sawah petani di Bandar Lampung, Lampung Utara, Lampung Selatan, Way Kanan, Pesawaran, Tulangbawang Barat, dan Pringsewu. Kepala BPTPH Lampung Novalia mengatakan serangan wereng pada tanaman padi di Lampung meningkat dibanding masa tanam 2014—2015. Hal itu akibat signifikannya penanaman padi di semua sentra produksi dan penggunaan pestisida yang berlebihan atau berlangsung lama pada lahan. “Peningkatan penyebaran hama atau OPT pada tanaman pangan memang dipicu antara lain dampak pola pemanfaatan lahan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa jeda (istirahat),” ujar Novalia, Jumat (26/8) Kepala Dinas Pertanian, Tanam an Pangan, dan Hortikultura (DPTPH) Lampung Lana Rekyanti
mengatakan serangan wereng pada 2016 di Lampung merajalela dengan tingkat kerusakan ringan, sedang, hingga berat. “Di wilayah persawahan yang banyak terserang wereng terjadi di Lampung Tengah, Metro, dan Lampung Timur,” kata Lana pada sebuah acara panen benih padi, di Lampung Selatan, beberapa waktu lalu. Menurut dia, serangan wereng tersebut merupakan konsekuen si yang menimpa para petani akibat adanya sistem sekampung, yaitu cara bertanam petani se-
“
Mengefektifkan gerakan penyuluhan dan operasional pengendalian OPT sesuai dengan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT). cara bersambung dalam satu wilayah tanpa putus karena ingin menggenjot nilai produksi padi. “Tidak bisa dimungkiri, bila melakukan tanam secara bersambung atau terus-menerus tanpa putus, siklus wereng menetap di wilayah itu dan menyerang tanaman,” kata dia. Kepala Dinas Pertanian Lampung Timur M Yusuf mengatakan di daerahnya terdapat 105 hektare lahan tanaman padi yang diserang wereng. “Semua itu tersebar di 16 kecamatan di Lamtim,” ujar dia, beberapa waktu lalu. Tidak hanya wereng, sejumlah hama juga menyerang tanaman
padi petani di Lampung, misalnya serangan tikus pun membuat petani di Pesisir Barat nyaris gagal panen. Selain itu, hama sundep juga menyerang lahan sawah petani di Lampung Tengah.
PHT Dalam mengamankan areal pertanaman itu, sebenarnya sudah berulang-ulang dilakukan pihak BPTPH. Menurut Novalia, upaya pengamanan itu dengan memberdayakan petugas lapangan yang ada, seperti penyuluh, KCD, POPT, dan staf laboratorium hama penyakit secara maksimal. “Selain itu, mengefektifkan gerakan penyuluhan dan operasional pengendalian OPT sesuai dengan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT),” kata dia. Ia menjelaskan guna memperkecil ruang perkembangbiakan hama, berbagai upaya dilakukan, seperti melakukan pengolahan tanah lewat penggunaan bahan-bahan organik agar bisa menetralkan kandungan pH (keasaman) tanah yang ratarata sudah dalam ambang batas tidak wajar. (TIM/R5) adi@lampungpost.co.id
Kehidupan Britney Diangkat... Hlm. 16
kolom pakar
Pemilukada Lampung Barat: Akankah Menjadi Persaingan Sempurna?
n LAMPUNG POST/DOK.
Ari Darmastuti Dosen FISIP Unila PEMILIHAN bupati/wakil bupati Lampung Barat diprediksikan banyak pihak akan berbeda dengan pemilihan bupati/wakil bupati empat kabupaten lain yang bersama-sama akan menye-
lenggarakan pemilihan pada pemilihan umum kepala daerah (selanjutnya disebut pemilukada) serentak 2017. Perbedaan itu disebabkan tidak adanya petahana dalam pemilukada di Lampung Barat, sementara empat kabupaten lainnya semuanya memiliki petahana dalam pemilukada, yaitu Sujadi Saddat (Pringsewu), Umar Ahmad (Tulangbawang Barat), Khamami (Mesuji), dan Hanan A Razak (Tulangbawang). Meskipun demikian, jika kita melihat statistik pemilukada di Indonesia, petahana tidak selalu memenangkan
kembali pemilukada. Meski persentase kemenangan petahana dan keluarga petahana sangat tinggi dalam pemilukada serentak 2015, yaitu lebih dari 70% (http://www.suara. com /news/2015/12/10/161341/ lsi-70-persen-petahana-menang-dalam-pilkada-serentak), masih terdapat ruang bagi nonpetahana untuk memenangkan pemilukada. Dalam konteks pemilukada di Provinsi Lampung, kesempatan menang bagi nonpetahana lebih tinggi persentasenya dibanding angka rata-rata nasional. Hal ini bisa kita lihat bahwa dalam
pemilukada serentak 2015 terdapat beberapa petahana yang kalah, yaitu Lampung Selatan, Lampung Utara, Pesawaran, dan Way Kanan. Hanya Bandar Lampung, Lampung Tengah, dan Metro yang petahananya memenangkan pemilukada, sementara Pesisir Barat baru pertama kali menyelenggarakan dan Lampung Timur petahana tidak bisa ikut karena hambatan dalam proses, yaitu meninggalnya calon bupati sebelum pemilihan dilakukan. Dengan demikian, dalam konteks Lampung nonpetahana memiliki kesempatan
yang sama, bahkan lebih besar, dibanding petahana untuk memenangkan pemilukada. Bagaimana persaingan politik pada pemilukada 2017 di Provinsi Lampung yang akan datang, khususnya Lambar? Faktor-faktor apa sajakah yang secara teoritis akan berpengaruh terhadap kemenang an calon? Bagaimana dinamika politik akan terjadi dalam proses atau tahapan-tahapan pemilukada? Artikel pendek ini akan menyoroti persaingan politik dalam pemilukada se rentak di Lampung Barat 2017 yang akan datang.
BERSAMBUNG KE HLM. 12
KEDAULATAN sebuah bangsa sudah pasti akan tergerus jika tidak dibarengi dengan kedaulat an pangan. Kedaulatan apa yang hendak dipertahankan jika untuk urusan sejengkal perut saja masih bergantung dari produk impor? Itu sebabnya setiap pemerintahan yang waras selalu mendorong swasembada pangan untuk menghindari ketergantungan dari negara lain. Swasembada pangan, khususnya beras, pernah tercapai pada era 1980-an. Tetapi, tidak bertahan lama. Pertumbuhan penduduk, perubahan konsumsi masyarakat, dan alih fungsi lahan membuat produksi padi tidak sebanding lagi dengan kebutuhan. Untuk menyukseskan program swasembada pangan nasional dengan total produksi gabah kering giling 73,4 juta ton tahun ini, Lampung menargetkan tambahan produksi 1 juta ton hingga akhir 2016 dari produksi awal 3,6 juta ton. Target tambahan produksi 1 juta ton padi itu dibagi menjadi dua tahun masing-masing pada 2015 sebanyak 633 ribu ton dan 372 ribu ton pada 2016. Berbagai cara dilakukan untuk mencapai target itu, antara lain penggunaan alat dan mesin pertanian, penyediaan pupuk dan benih, berkualitas, perbaikan saluran irigasi, dan penyediaan obat-obatan pertanian. Singkat kata, semua program peningkatan produksi yang dulu disebut pancausaha tani, kemudian diubah menjadi intensifikasi khusus dan suprainsus dan kini menjadi upaya khusus (upsus) peningkatan produksi padi jagung dan kedelai kembali dilakukan. Semula hasilnya cukup memuaskan. Namun, memasuki tahun kedua 2016 saat ini, produksi padi mulai menunjukkan titik balik. Di Metro, produksi padi mencapai 8,3 ton/hektare, kini merosot menjadi 6 ton/ha. Di Palas, Lampung Selatan, juga turun dari produksi normal 8 ton/ha menjadi 4 ton/ha. Di Punggur, Lampung Tengah, turun dari 7 ton/ha menjadi 5 ton/ha. Merosotnya produksi padi disebabkan berbagai faktor, antara lain terendam banjir serta serangan berbagai jenis hama, seperti wereng, tikus, dan sundep. Dalam dua tahun ini, luas lahan di Lampung yang harus dijaga untuk mendongkrak produksi mencapai 1.226.618 ha. Dari luas tersebut 2.494 ha kini diserang wereng. Tiga daerah yang terkena serangan wereng cukup parah, yakni Lampung Tengah, Metro, dan Lampung Timur. Padahal, tiga daerah itu, khususnya Lamteng, adalah sentra produksi padi di Lampung. Penurunan produksi padi yang sudah dialami langsung oleh para petani seharusnya dijadikan bahan evaluasi oleh para pengambil kebijakan. Perlu dikaji ulang apakah upaya peningkatan produksi yang sudah dilakukan cukup efektif atau justru akan menekan produksi dalam jangka panjang. Semisal memaksakan masa tanam tiga kali dalam setahun akan menjadi bumerang karena padi lebih mudah terserang hama. Bagaimanapun aturan dasar pergiliran masa tanam menjadi dua kali tanam padi dan satu kali palawija setiap tahun tetap harus dipertahankan. Sebab, daya dukung dan kemampuan alam memiliki batasnya sendiri. Jika upaya intensifikasi tidak memberikan hasil optimal, masih ada cara lain yakni intensifikasi. Target tahun ini Pemerintah Pusat akan mencetak sawah baru seluas 32 ribu ha dengan anggaran Rp353 miliar. Provinsi Lampung bisa ambil bagian dalam program tersebut. n
oasis
Lebih Takut Tua STUDI terbaru dari Columbia Aging Center mengungkapkan manusia modern lebih takut penuaan ketimbang kematian. Penelitian yang dipublikasikan secara online dalam jurnal Penuaan dan Masyarakat itu dilakukan ke 1.600 orang dewasa berusia 18—64 tahun lewat survei telepon. Rata-rata dari mereka berusia 42 tahun, setengahnya adalah perempuan dan 33% lulusan universitas. Hasilnya menunjukkan meskipun perempuan memiliki lima tahun lebih lama daripada laki-laki, satu dari enam partisipan lebih memilih untuk mati sebelum mencapai usia 80 tahun. Satu dari tiga orang memilih hidup sampai usia 80 tahun, sedangkan seperempat orang dewasa lebih memilih untuk hidup dalam usia 90 tahun. Profesor Vegard Skirbekk dari Columbia Aging Center mengatakan ketakutan itu dipengaruhi pandangan akan hidup. Mereka yang memiliki sedikit harapan positif saat tua lebih suka mati muda sebelum mencapai harapan hidup rata-rata. Sebaliknya, mereka yang memiliki sedikit harapan negatif dari usia tua ingin hidup lebih lama. (MI/R5)