Lampung Post Weekend Minggu, 29 Oktober 2017

Page 1

MINGGU V OKTOBER 2017 NO.14309 / TAHUN XLIII Terbit Sejak 1974

E-Mail: redaksi@lampungpost.co.id Layanan: 0721-783693 (hunting) 0721-773888 (redaksi) Faks: 0721-783598 (usaha) 0721-783578 (redaksi)

20

Rp3000/eks (di luar kota + ongkos kirim)

TERUJI TEPERCAYA

@lampostonline @buraslampost

MARI MENJAGA SUMPAH PEMUDA

TAS BORDIR YANG JADI INCARAN

Untuk menjaga nilai kesatuan dan persatuan bangsa kita harus meningkatkan toleransi dalam berkehidupan sosial.

Tas bordir juga tersedia dalam bentuk ransel sehingga memudahkan pengguna membawa banyak barang

Harian Umum LampungPost

ig@lampost

Rp75.000/bulan (di luar kota + ongkos kirim)

HALAMAN

“Sekolah yang baik kekuatannya bukan dari kepala sekolah, tapi ada di guru. Jika gurunya solid dan memiliki niat yang baik, pasti sekolah akan jalan.” Jumani Darjo Kepala SMAN 2 Bandar Lampung

MUDA | Hlm. 9

LENTERA | Hlm. 7

FASHION | Hlm. 20

MENJAMURNYA BISNIS KULINER

IKUTI BERITA TERKINI KLIK

WWW.LAMPOST.CO

Menggeluti usaha kuliner memiliki prospek cerah, apalagi setiap orang pasti membutuhkan makan. NUR JANNAH

n LAMPUNG POST/M UMARUDINSYAH MOKOAGOW

MENJAMUR. Pengunjung menikmati makanan di restoran pilihan yang kini mulai banyak dibuka oleh para pengusaha kuliner yang melebarkan sayapnya dengan varian sajian pada bisnis n LAMPUNG POST/M UMARUDINSYAH MOKOAGOW

kulinernya.

S

ALAH satu usaha yang banyak peminatnya adalah bisnis kuliner. Harus diakui bisnis makanan ini tidak ada matinya. Tidak heran jika perkembangan bisnis kuliner, termasuk di Lampung, terus berkembang pesat karena memang memiliki prospek cerah. Di tengah lesunya perekonomian, daya beli masyarakat yang menurun, tetapi hal itu tidak memengaruhi para pemilik modal untuk membuka bisnis kuliner. Mulai dari rumah makan, warung nongkrong, kafe, hingga restoran, terus bermunculan dan menjamur di Kota Bandar Lampung hingga kabupaten. Salah satu pengusaha kuliner di Bandar Lampung, Rising Cafe, Ronald, menuturkan ketertarikannya menjalani bisnis kuliner dikarenakan setiap orang pasti membutuhkan makan. Makanan dengan rasa yang enak, harga murah, serta tempat nyaman tentu saja cara menarik konsumen untuk datang. Selain itu, saat ini tidak hanya kalangan menengah ke atas yang gemar makan di restoran atau kafe. Oleh karena itu, berbagai tempat makan menyediakan menu makanan yang menyentuh semua segmen dengan harga terjangkau. “Perkembangan kuliner di Lampung sekarang ini bisa dibilang cukup bagus. Banyak juga yang mengajak keluarganya untuk datang dan makan di kafe,” kata Ronald. Menurutnya, perkembangan usaha kuliner ini tidak terlepas dari perkembangan infrastruktur, seperti jalan di Lampung yang makin baik. Selain itu, memancing orang untuk berinvestasi juga mendorong perekonomian masyarakat. “Infrastruktur yang bagus tentu saja sangat berpengaruh untuk usaha kuliner. Kalau jalan jelek, macet, orang juga malas mau makan di luar,” ujar dia.

Tampilkan Ciri Khas Pemilik Agogo Cafe yang terletak di Jalan Juanda, Pahoman, Bandar Lampung, Sherdy Ghofar, menuturkan Lampung saat ini dalam tahap kemapanan ekonomi sehingga dua—tiga tahun ke depan, Lampung diprediksi bakal seperti Bandung. Seperti

Pilih Franchise yang Sudah Punya Nama

n LAMPUNG POST/M UMARUDINSYAH MOKOAGOW

Dua—tiga tahun ke depan, Lampung diprediksi bakal seperti Bandung. pembangunan jalan tol, munculnya hotelhotel baru di Bandar Lampung, dan tentu saja hal ini akan membawa dampak baik bagi usaha kuliner itu sendiri. “Kalau saya lihat, perkembangan kuliner di Lampung saat ini cukup pesat. Dulu masih jarang dan sedikit. Sekarang sudah banyak restoran dan kafe. Kalau kita lihat Lampung ini sedang dalam tahap kemapanan ekonomi, seiring dengan pembangunan infrastruktur,” kata Sherdy. Untuk memberikan pilihan tempat makan, masing-masing restoran dan kafe memiliki kekhasan. Baik dari menu yang disajikan, rasa, tampilan, maupun desain interior dan eksterior tempat. “Misal sasarannya ke anak muda, desain tempat dibuat nyaman untuk

nongkrong atau kongko-kongko,” ujarnya. Pemilik Rumah Makan Sambel Alu, Dian Dwi Agustin, mengaku menggeluti usaha kuliner berawal dari hobi makannya dan gemar mencoba menu makanan baru. Mulai dari situ dia memutuskan untuk memulai usaha kuliner. “Kalau saya pintar masak sih enggak, cuma hobi nyicip makanan, dan saya merasa ada hoki juga di bisnis kuliner,” kata Dian. Selain itu, bisnis kuliner terus berkembang dan tidak ada matinya karena semua orang butuh makan. “Bisnis kuliner itu pasarnya luas dan kuliner juga tidak pernah mati,” ujarnya. (R4) nur@lampungpost.co.id

PELUANG usaha kuliner yang cukup menjanjikan, membuat orang berbondong-bondong membuka usaha ini. Tidak perlu pandai memasak atau punya keahlian mengolah makanan, cukup punya modal, orang sudah bisa menjalankan bisnis satu ini dengan cara franchise. Cukup dengan modal yang tidak terlalu tinggi, mudah pengelolaannya, dan cepat memiliki nama, menjadi alasan ketertarikan orang menjalani bisnis kuliner franchise. Pemilik Ayam Geprek Takis, Ronald Hosea, mengakui memilih usaha franchise karena mudah dan cepat. Pemilik tidak perlu menyiapkan juru masak khusus, serta tidak perlu melatih karyawan untuk membuat menu-menu yang disajikan. Tinggal membeli merek, sudah dapat semuanya. Mulai dari bahan makanan, bumbu, hingga cara penyajiannya. Pemilik pun tidak harus bersusah payah untuk bereks­ perimen menciptakan menu baru. Semuanya sudah disiapkan pemilik franchise.

“Karyawan tetap kami yang nyari, cuma yang melatih dari mereka. Sudah ada manajemennya, kami tinggal jalanin saja,” kata pria keturunan Tionghoa itu. Ronald menuturkan dengan menjalani bisnis franchise, setiap hari semua bahan dan bumbu didrop dari pusat. Dia pun tidak repot lagi untuk belanja bahan kebutuhan rumah makan. “Awalnya tertarik sih karena simpel. Semua sudah ada yang nyiapin tinggal masak. Selain itu, rasanya juga sudah terjamin, enggak perlu takut rasanya tidak-tidak. Kemudian juga tidak repot di awal, bisa langsung jalan,” ujar pria asal Jambi itu. Meski demikian, Ronald mengaku menjalani bisnis franchise tetap ada kekurangan, terutama dalam hal keuntungan usaha. Pemilik tidak bisa mengambil utuh seperti punya sendiri. “Kekurangannya memang kita enggak dapat penuh, seperti punya kita sendiri. Ada juga yang bagi keuntungan, beda-beda (sistemnya) setiap franchise,” kata dia. (NUR/R4)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.