JOP EDISI III/TAHUN XIX/25 NOVEMBER - 25 DESEMBER 2019

Page 1

Kunjungi kami di http://www.manunggal.undip.ac.id

Tingkatkan Layanan Informasi, HALO Undip Sebagai Solusi Foto: Indah/Manunggal Universitas Diponegoro upayakan peningkatan kualitas layanan informasi dengan meluncurkan Program HALO Undip, Rabu (13/11). Layanan ini berbasis media sosial dan aplikasi dengan harapan mudah di akses oleh semua pihak. Aapakah memang menjadi pusat layanan informasi atau sekadar media promosi? Salah satu fungsi Universitas Diponegoro (Undip) sebagai Perguruan Tinggi adalah memberikan pelayanan publik termasuk pelayanan keterbukaan informasi. Menurut penuturan Utami Setyowati selaku Kepala Sub Bagian (Kasubag) Tata Usaha Unit Pelaksana Tugas (TU UPT) Humas dan Media, peluncuran HALO Undip dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat dalam memahami data informasi yang ada di Undip. Tujuannya agar masyarakat dapat terlayani dengan baik dan informasi menjadi lebih cepat tersampakan kepada publik. “Untuk memudahkan publik paham mengenai data informasi yang ada maka diluncurkanlah HALO Undip sehingga masyarakat dapat terlayani dengan baik artinya informasi apapun itu publik harus tahu,” tambah Utami. Informasi yang Difasilitasi Kasubag TU UPT Humas dan Media, Utami menjelaskan bahwa HALO Undip merupakan upgrade dari pelayanan yang sudah ada sebelumnya yaitu telepon dan e-mail kini ditambah media sosial berupa Whatsapp, Line, Facebook, Twitter dan aplikasi yang baru bisa diakses oleh pengguna android. Aplikasi HALO Undip akan terus dikembangkan mengikuti perkembangan zaman dan teknologi yang ada. Tidak menutup kemungkinan dikembangkan sehingga dapat diunduh oleh pengguna iOS, “Sementara aplikasi baru dapat di unduh oleh pengguna android tetapi tidak menutup kemungkinan mengembangkan untuk iOS, karena apapun itu pelayanan harus disesuaikan dengan era sekarang”, ungkap Utami. Menurut Utami, fasilitas yang dapat diakses dalam layanan ini adalah informasi umum atau informasi publik, informasi internal terkait kegiatan yang akan atau sedang berlangsung di Undip, promosi dan publikasi, serta layanan pengaduan. Informasi tersebut terdiri dari internal dan eksternal. Jelasnya, informasi publik yang

Acara peluncuran program layanan publik terpadu Halo Undip di Ruang Unit Layanan Terpadu, Undip, Tembalang, Rabu (13/11).

dimaksud misalnya akreditasi program studi, pendaftaran mahasiswa baru dan lain sebagainya. Contoh informasi internal diantaranya wisuda, ujian mandiri, seminar yang diadakan oleh lembaga maupun mahasiswa. “Informasi yang dapat di akses adalah informasi umum, informasi publik yaitu informasi yang harus diketahui dan melibatkan kepentingan publik, pengaduan, informasi internal, promosi dan publikasi,” kata Utami. HALO Undip melayani pihak internal maupun pihak eksternal kampus seperti perusahaan yang akan atau sedang bekerja sama dengan Undip serta orang tua mahasiswa. “Pelayanan untuk internal seperti mahasiswa, tenaga kependidikan, dosen dan eksternal seperti perusahaan yang mungkin berkolaborasi dengan Undip dan orang tua mahasiswa,” jelas Utami. Sosialisasi Kepada Mahasiswa UPT Humas Undip sebagai pihak pemberi layanan HALO Undip sangat membutuhkan narahubung tidak hanya di tingkat universitas dan fakultas tetapi juga dari Organisasi Mahasiswa (Ormawa). Hal ini diperlukan agar data informasi yang ada terintegrasi di Humas Undip. Maka dari itu, dalam waktu dekat UPT Humas Undip akan meminta setiap Ormawa mengirimkan perwakilannya untuk menjadi narahubung yang nantinya diharapkan dapat memberikan informasi

EDISI III/TAHUN XIX/ 25 November - 25 Desember 2019

penyelenggaraan acara atau ketika mendapat prestasi dapat dipromosikan maupun dipublikasikan dalam program HALO Undip. “Dalam waktu dekat kami berencana mengumpulkan Ormawa, sehingga setiap Ormawa harus ada satu narahubung sehingga ketika menyelenggarakan acara atau mendapat prestasi dapat di publikasi oleh Undip,” ungkap Utami. UPT Humas Undip berencana melakukan sosialisasi lanjutan dalam waktu dekat, buku panduan juga diperbanyak yang nantinya akan dibagikan terutama untuk narahubung dari setiap Ormawa dan membuat leafletleaflet untuk dibagikan kepada mahasiswa. “Dalam waktu dekat ini kami akan membuat leaflet-leaflet yang lebih di persingkat dan buku panduan juga akan kita cetak banyak untuk dibagiakan kepada Ormawa khususnya narahubung kami,” tambah Utami. Menanggapi rencana tersebut mahasiswi Program Studi Biologi angkatan 2016, Sintia mengharapkan agar sosialisasi dapat dilakukan kepada seluruh mahasiswa tidak hanya untuk Ormawa saja. Selain itu, harapannya agar program ini tidak disalahgunakan dalam penerapannya. “Sosialisasi harusnya bukan untuk Ormawa saja jadi semua mahasiswa tahu HALO Undip ini bisa untuk apa saja, dan karena menggunakan sosial media terkadang kan mahasiswa usil jadi semoga tidak disalahgunakan,” harap Sintia. (Hamida)

1


Salam dari Joglo

Warna-Warni Perjalanan Akhir Tahun

Teknologi informasi sekarang ini berkembang sangat pesat sehingga memungkinkan tidak terkuncinya informasi yang dapat diakses oleh siapapun. Salah satu penggunaan teknologi tersebut adalah diluncurkannya Halo Undip, layanan berbasis media sosial dan aplikasi sebagai upaya peningkatan layanan informasi di kalangan masyarakat Undip. Informasi umum, publik, internal, pengaduan, promosi serta publikasi dapat diakses dengan mudah lewat aplikasi di android. Adanya Halo Undip menjadikan teknologi informasi sebagai alat dalam suatu program kegiatan sehingga memberikan kesempatan kepada individu untuk berkomunikasi lebih baik lewat informasi yang mereka terima.

Di sisi lain, kurang puasnya mahasiswa terhadap sarana dan infrastruktur yang tidak layak sudah menjadi hal wajib yang ada tiap tahunnya. Kali ini datang dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB), ratusan kursi kuliah yang rusak menjadi perbincangan kalangan mahasiswa. Sementara itu, pihak Wakil Dekan 2 menjanjikan adanya anggaran perawatan fasilitas untuk mengganti beberapa kursi dan membenahi fasilitas lain seperti LCD dan AC. Dengan adanya janji tersebut, mahasiswa berharap dapat secepatnya terealisasikan dan tidak sekedar wacana. Selain itu, Joglo Pos kali ini mengulas mengenai fenomena calon tunggal di Pemira 2019. Tiap fakultas telah mendelegasikan para kadernya untuk mengikuti LKMMTM, namun alhasil

pada pencalonan Ketua dan Wakil Ketua BEM hanya ada calon tunggal yang mana syarat dari pencalonan tersebut salah satunya telah mengikuti LKMMTM. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan yakni dari beberapa peserta LKMMTM pada kemana sajakah mereka sampai terjadi fenomena calon tunggal di beberapa fakultas. Pertanyaan tersebut akan terjawab di rubrik sorotan edisi kali ini. Beragam cerita mewarnai kisah Undip dalam perjalanan akhir tahun ini. Ada yang menimbulkan pro dan ada juga yang kontra. Ide dan solusi diperlukan untuk perkembangan selanjutnya. Semoga sajian Joglo Pos edisi kali ini dapat bermanfaat dan memberikan pembaruan informasi bagi para pembaca. (Salam Redaksi)

Ratusan Kursi FIB Rusak, Wadek 2: Kita Adakan Kursi Baru Foto: Sintia/Manunggal

Beberapa kelas di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip dihiasi kursi perkuliahan yang tidak layak lagi. Rusaknya kursi-kursi di beberapa kelas yang hingga saat ini belum diganti, dianggap mengganggu aktivitas belajar mengajar. Wakil Dekan 2 menanggapinya dengan menjanjikan adanya anggaran perawatan. Isu fasilitas menjadi topik yang krusial di Fakultas Ilmu Budaya (FIB), salah satunya temuan kursi yang rusak dan tidak layak pakai di beberapa ruangan perkuliahan. Wakil Dekan (Wadek) 2 FIB Undip bagian Sumber Daya, Suharyo, memberikan tanggapan terkait masalah ini. “Memang ada sejumlah kursi yang rusak dan itu karena pemakaian sudah cukup lama. Yang kedua, masa penggunaan kursi itu kan juga sering tidak ada pada tempat yang tepat, kadang ada kegiatan apa tau-tau digunakan oleh sejumlah atau sebagian mahasiswa. Yang ketiga, faktornya adalah kesadaran pengguna untuk merawat,” papar Suharyo ketika diwawancarai oleh Tim Joglo Pos pada Kamis (28/11). Untuk mengatasi permasalahan kursi yang rusak, Suharyo menyarankan kepada siapapun yang menggunakan kursi untuk menerapkan handarbeni (rasa saling memiliki). ”Dalam berbagai kesempatan (saya –red) mengajak para masyarakat kampus atau para pengguna kursi itu untuk ikut handarbeni, merasa memiliki, sehingga usia kursi itu menjadi lebih lama,” terang Suharyo. Berhubungan dengan kursi maupun fasilitas lain di FIB, pihak fakultas menyediakan anggaran untuk perawatan fasilitas di FIB. Namun karena terbatasnya anggaran perawatan fasilitas yang didapatkan, tidak menjamin bahwa kondisi seluruh fasilitas di FIB akan terawat. “Biaya perawatan yang sangat terbatas sementara barang-barang atau aset yang dirawat itu, kan, juga tidak hanya kursi,” jelas Suharyo.

Kondisi kursi rusak di salah satu kelas di Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Undip, Tembalang, Selasa (10/12).

Jumlah kursi yang rusak menurut data dari Wadek 2 sejumlah 660 kursi. Untuk memperbaiki seluruh kursi yang rusak, ia memperkirakan bahwa akan membutuhkan biaya sebesar Rp 59.400.000. “Kami punya catatannya ini. Ada 660 kursi ini dikalikan kalau (dengan biaya –red) diperbaiki itu nominalnya Rp 90.000 perkursi. Ini munculnya Rp 59.400.000 karena ada 660 kursi yang masuk kategori rusak. Catatan per-Oktober,” ujar Suharyo. Terkait dengan keadaan kursi saat ini yang terlanjur rusak, fakultas akan berusaha untuk membeli kursi yang baru tahun ini. “Insya Allah dalam tahun ini (pihak Warek 2 –red) akan membeli sejumlah kursi untuk sebagian menutup kursi-kursi yang rusak. Kemudian tahun depan, kami juga sudah menyediakan sejumlah anggaran untuk membeli kursi. Kalau yang tahun ini sekitar seratus kursi baru bisa kami penuhi. Jadi, kan, berkuranglah paling tidak 510-an atau 500-an,” jelas Suharyo. Keadaan Beberapa Fasilitas Lain Selain kursi, Wadek 2 juga menjabarkan

EDISI III/ITAHUN XIX/ 25 November - 25 Desember 2019

bahwa terdapat pula fasilitas lain di FIB yang masih rusak, yaitu LCD dan AC. “Fasilitas yang sejauh ini yang terdata yaitu LCD di ruang B.2.1 error kemudian kalau yang AC di ruang B.3. dan di ruang dosen minta baru karena sudah tidak dingin. Kalau jumlah LCD dan atau AC relatif lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kursi yang rusak,” papar Suharyo. Akbar Malik Adi Nugraha, mahasiswa Sastra Indonesia, menyayangkan keadaaan dari banyak kursi di FIB yang masih rusak karena tidak sebanding dengan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dibayarkan. “Saya sangat menyayangkan dengan keadaan tersebut, padahal saya kira UKT sudah cukup untuk membenahi infrastuktur yang ada di FIB,” terang Akbar. Pihak fakultas melalui Wadek 2 berencana menambah dan memperbaharui fasilitas di tiap ruang kelas di FIB, selain memperbaikinya. “Kami sudah mulai membeli AC untuk di ruang kuliah dan untuk tahun depan kami belanja untuk PC kemudian untuk LCD, kemudian untuk CPU itu di setiap kelas nanti ada,” tutup Suharyo. (Daffa)

2


Masukan agenda Anda lewat twitter: @LPM_Manunggal

BREAK

Kapankah Idealisme Mati?

Ditulis oleh: Alfiansyah, Fakultas Ilmu Budaya Bagi mahasiswa, khususnya mereka yang turut aktif dalam seluk beluk organisasi, tentu tidak akan asing dengan kutipan fenomenal milik Bapak Republik Indonesia ini, siapa lagi kalau bukan Tan Malaka. “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda,� begitulah ungkap Tan. Bahkan dalam sistem kaderisasi yang ada di setiap perguruan tinggi, pasti memiliki sesi tersendiri yang mana mengharuskan si mahasiswa ini untuk menjadi pribadi yang memiliki idealisme, meskipun dengan cara atau pun wahananya masing-masing. Terlebih lagi dalam kaderisasi yang ada dalam organisasi mahasiswa, baik internal maupun eksternal, pasti akan lebih getol lagi dalam penanaman hal tersebut. Tujuannya tentu bisa dibilang demi melanjutkan api semangat perjuangan mahasiswa. Apa itu berkaitan dengan perjuangan 98? Bisa ya, bisa tidak. Kini mahasiswa telah terbebani dengan embel-embel agent of changes. Jika dikaitkan dengan tujuan yang sebelumnya disebutkan, tentu para senior berharap kelak penerusnya dapat memiliki pandangan atau paling tidak dapat mendalami pandangan mereka demi kelanjutan organisasi yang merupakan wahana mereka untuk mencitrakan diri sebagai agent of changes. Sayangnya, idealisme yang sesuai dengan ilustrasi diatas lebih mengarah pada pengarahan ideologi atau kasarnya doktrinisasi, bukan dari hasil pencarian si mahasiswa. Apakah itu buruk? Bisa ya, bisa tidak. Jika tujuan dari semua itu adalah menciptakan produk kader yang beridealisme seragam tentu bisa dikatakan berhasil. Namun, jika kita berbicara kreatifitas atau pun keragaman, bahkan dalam ranah pikiran sekalipun, tentu keseragaman tidak bisa dikatakan sebagai hal bagus. Kedua kasus ini dapat menciptakan situasi yang berbeda dalam menyikapi suatu permasalahan. Misalkan organisasi A dalam rapat kerja tahunan mereka, dihadapi dengan keputusan sulit. Terdapat program kerja yang dirasa tidak substansial, namun itu merupakan budaya turunan. Para mahasiwa beridealisme

seragam pemikiran mereka tentu tidak akan jauh dengan doktrinisasi senior dan tidak akan terjadi proses dialektika untuk mendiskusikan kelanjutan program kerja tersebut, sehingga progam tersebut tetap ada meski tidak substansial. Akan berbeda hasilnya idealisme mahasiwa yang lahir dari pencarian, kesadaran diri, atau tanpa pengaruh doktrinisasi. Tentu dalam kasus ini akan melahirkan pemikiran yang beragam, sehingga dalam kelompok tersebut tercipta dialektika dalam sebuah diskusi yang harapannya dapat melahirkan keputusan paling rasional. Bukan hanya karena adanya intervensi budaya turunan. Bayangkan dalam sebuah organisasi yang diharapakan dapat menjadi wadah mahasiswa berkreasi dan menjawab permasalahan yang ada di lingkupnya, namun kini hanya berwujud sebagai eksekutor program kerja turunan saja. Evaluasi yang kerap dilakukan pascaacara tidak pernah menjadi pertimbangan dalam keberlanjutan di program selanjutnya. Mereka terus saja berkutat dalam cengkraman pendahulunya demi melestarikan budaya turunan. Dan ketika ditanya prihal substansi program tersebut, mungkin nol besar adanya. Apakah hal ini dapat dikatakan sebuah idealisme mahasiswa atau organisasi jika memang itu mereprestasikannya? Ya, tapi idealisme yang berdasarkan doktrin saja. Atau mungkin kini mahasiswa takut untuk melakukan gebrakan perubahan, yang bahkan hanya dalam skala sebuah program kerja? Lalu apakah dititik ini pencitraan diri mahasiswa sebagai agent of changes telah gagal? Dan yang terakhir apakah dititik ini idealisme yang sesungguhnya telah mati?

Agenda Pemerintah Kota Semarang proudly present “Semarang 10K�. Minggu, 15 Desember 2019. Informasi lebih lanjut: @Semarang10k

Pembac a menyam yang ingin paikan komentar, kelu h saran se an, kritik, atau pu Undip d tar persoalan d apat me i ngirimk pesan l an ewat sm 088139 s ke nomor 304790 1

Satpam yang di dekat bundaran Undip kok sekarang udah jarang meriksa ktm lagi buat mahasiswa yang masuk kawasan undip malam-malam? Nanti kalo ada kejadian-kejadian todak diharapkan lagi bagaimana? (082314246xxx)

Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Manunggal Universitas Diponegoro Pelindung: Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum., Penasihat: Prof. Budi Setiyono, S.Sos., M. Pol. Admin., Prof. Dr.rer.nat. Heru Susanto, S.T, M.M, M.T., Dr. Darsono, S.E., Akt., MBA, Prof. Dr. Ir. Ambariyanto, M.Sc., Dr. Adi Nugroho Pemimpin Umum: Alfio Santos. Sekretaris Umum: Verensia Audre S. Pemimpin Redaksi: Rivan Triardhana P. Pemimpin Litbang: Deni Sanjaya. Pemimpin Perusahaan: Mutia Larasati. Wakil Pemimpin Redaksi: Alfiansyah. Redaktur Pelaksana: Sinta Maulia. Staf Redaksi: Annurya Hamida, Muhammad Daffa A., Dini Izzati S. Redaktur Fotografi: Rena Adinda S. Staf Fotografi: Rona Arianti H., Tita Adi T. Redaktur Desain: Sintia Mulia R. Staf Artistik: Sofatun Misrofah Staf Grafis: Luthfia Rizqia N. Staf Layout: Diah Ramadhanti S. Manajer Rumah Tangga: Nanik Nurhana. Manajer Produksi Distribusi dan Iklan: Sherline Vicky A. Staf Produksi Distribusi dan Iklan: Nur Chamidah, Hizkia Rizki A.C. Alamat Redaksi, Iklan dan Sirkulasi: Sekretariat LPM Manunggal Student Centre Universitas Diponegoro Jalan Prof Soedarto SH, Tembalang Semarang 50275 Email: persmanunggal@yahoo.com Website: www.manunggal.undip.ac.id

EDISI III/TAHUN XIX/ 25 November - 25 Desember 2019

3


Sorotan Fenomena Calon Tunggal di Pemira 2019 Ilustrasi: Sinta/Manunggal

(Dini Izzati Sabila) Ajang pemilihan umum raya (Pemira) kemarin cukup diwarnai dengan berbagai dinamika. Mulai dari permasalahan beberapa fakultas yang menggunakan sistem aklamasi, fenomena wajib tiap Pemira, hingga munculnya isu kecurangan. Hal ini memang sudah lumrah terjadi dalam drama perpolitikan kampus. Namun, jika terus terjadi secara berulang-ulang, semua ini juga dapat menimbulkan tanda tanya. Salah satu drama yang cukup menyita perhatian adalah banyaknya fakultas di mana hanya ada satu pasangan calon yang melawan kotak kosong. Hal ini cukup menimbulkan tanda tanya lantaran dari tiap fakultas sudah mendelegasikan kadernya untuk mengikuti Latihan Kepemimpinan Tingkat Madya atau sering disebut dengan LKMMTM. Seperti yang kita tahu, salah satu syarat mencalonkan diri menjadi ketua BEM adalah salah satunya sudah mengikuti LKMMTM. Seperti yang dikemukaan Rizka, Penanggung jawab LKMMTM 2019, alumni LKMMTM memang tidak ada kewajiban untuk mencalonkan diri menjadi ketua BEM. Namun, sebagai seseorang yang telah lulus LKMMTM tentu saja ada amanah dan tanggung jawab lebih yang ditanggung. “Pertama, tidak ada kewajiban alumni TM undip untuk mendaftarkan diri sebagai kabem/wakabem kecuali ada persyaratan tambahan tertentu dari pihak fakultas yang mendelegasikan. Namun, walaupun tidak ada kewajiban memang sebagai alumni TM kita punya amanah dan tanggung jawab lebih karena sudah diberikan kesempatan sebagai representatif dari delegasinya untuk meningkatkan soft skill dalam hal manajemen isu publik,” jelas

Rizka saat diwawancarai Tim Joglo Pos Manunggal pada pada Selasa (10/12). Hal senada juga dipaparkan oleh Muthahary, peserta LKMMTM 2019. Ia menjelaskan bahwa masalah bukan hanya ada pada peserta LKMMTM, tetapi juga terdapat faktor lain. “Nah ini yang juga banyak nimbulin pertanyaan di Undip khususnya, di beberapa fakultas hanya calon tunggal. Banyak dinamika yang terjadi di masing-masing fakultasnya, dan itu tidak dapat dihindari. Ada yang melebur mendukung temannya, ada yang tidak mendapat pasangan sampai waktu yang ditentukan, ada yang gagal dalam proses berkasnya, dan dinamika lainnya yang mempengaruhi proses pencalonannya,” terang Muthahary. Meskipun begitu, memang tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa penyebab sehingga pada beberapa fakultas hanya ada satu pasangan calon ketua BEM, seperti proses pencalonan yang sulit. “Proses menuju pencalonan yang sulit untuk tiap-tiap orang, situasi angkatan misalnya, proses mencari pasangan yang juga sulit, dan hal lain,” ungkap Muthahary. Selain proses pencalonan yang sulit, ketidaksiapan mental dan kapabilitas bakal calon dan situasi politik kampus juga turut mempengaruhi. “Bisa dari ketidaksiapan mental dalam menjadi pemimpin dengan massa yang lebih banyak, belum mampu menerima tekanan dan tanggung jawab yang lebih besar dan faktor yang ini bisa semakin didukung ketika orang-orang disekitarnya tidak banyak yang membantu. Tidak bisa dipungkiri kalau politik kampus juga berperan dalam pencalonan kabem dan wakabem, politik kampus apapun, baik intra maupun ekstra, relasi dan dorongan dari senior juga menjadi penting sebagai “role model” untuk melanjutkan kepemimpinan. Dan tentunya, kapabilitas orang tersebut juga yang menjadi faktor utama adanya dua alasan diatas,” tutur Rizka. Meskipun begitu, para alumni

EDISI III/TAHUN XIX/ 25 November - 25 Desember 2019

LKMMTM juga banyak yang turut berpartisipasi dalam Pemira kali ini, baik tingkat fakultas maupun universitas. “Alumni LKMMTM 2019 ini banyak yang ikut berkontestasi di pemira fakultasnya masing-masing dan alhamdulillah berhasil memenangkannya. Namun, ada juga alumni LKMMTM yang gagal dalam kontestasi. Namun, ini menjadi bukti bahwa alumni LKMMTM tahun ini masih banyak yang terlibat dalam kontestasi pemira tahun ini baik tingkat fakultas maupun universitas, baik sebagai ketua atau wakil ketua BEM maupun sebagai senator,” ujar Muthahary. Melihat kasus seperti ini, dapat disimpulkan jika fenomena calon tunggal ini tidak semata karena alumni LKMMTM yang apatis dan tidak mau mencalonkan diri. Namun, ada juga faktor-faktor lain yang menyebabkan munculnya fenomena calon tunggal di beberapa fakultas. Jadi, apa yang seharusnya perlu kita perbaiki?

Bang Jo Tingkatkan Layanan Informasi, HALO Undip Sebagai Solusi Semoga bisa benar-benar terlaksanakan sesuai fungsinya Ratusan Kursi FIB Rusak, Wadek 2: Kita Adakan Kursi Baru Fakultas lain yang fasilitasnya masih kurang disorot juga dong, biar ada tindakan Fenomena Calon Tunggal di Pemira 2019 Semoga gak makin kehabisan calon-calon pemimpin, karena aslinya banyak yang berkompeten namun nggak mau nongol

4


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.