Kunjungi kami di http://www.manunggal.undip.ac.id
Problematika Pencairan Beasiswa Bidikmisi Foto: Chami/Manunggal
Pencairan living cost beasiswa Bidikmisi periode SeptemberNovember untuk angkatan 2014, 2015, dan 2016 mengalami keterlambatan. Konfirmasi yang dilakukan pihak Kesma Rektorat ke Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terkait kendala keterlambatan, pihak Ristekdikti menyatakan bahwa prosesnya tinggal menunggu Surat Perintah Pencairan Dana (SPPD) dari Kementrian Keuangan.
Dana living cost bagi mahasiswa penerima Bidikmisi yang sempat tersendat akhirnya telah dicairkan pada awal bulan November 2017 lalu. Namun, beberapa mahasiswa mengaku merasakan dampak dari keterlambatan pencairan tersebut. Salah satunya adalah Anggun Wahyuniati, menurutnya, terlambatnya pencairan Bidikmisi membuat tugas-tugas kuliah yang dia lakukan terhambat, dan juga kesulitan dalam hal transportasi ke kampus. “Kesulitan dalam hal finansial sih, untuk tugas akan sangat terganggu karena kita perlu uang untuk beli kuota, sama ke kampusnya juga sulit kalau enggak ada kuota,” ungkapnya. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Anis Ruhama, dia mengeluhkan kesulitan dalam hal memenuhi kebutuhan bulanan seperti membayar indekos. “Kalau dari saya sendiri itu, bayar uang bulanan indekos jadi terlambat juga, mau makan juga mikir-mikir, mau fotokopi tugas juga mikir-mikir,” keluhnya. Alasan Keterlambatan Pencairan Beberapa mahasiswa masih belum mengetahui penyebab pasti keterlambatan pencairan dana Bidikmisi. Reporter Joglo Pos mewawancarai Kepala Sub Bagian Layanan Kesejahteraan Mahasiswa, Wiranto, terkait alasan keterlambatan tersebut. Menurut Wiranto,
Suasana ruangan baru Bank Tabungan Negara (BTN) di gedung Training Center II. BTN menjadi bank penyalur dana bagi mahasiswa Bidikmisi. (06/12)
pihak universitas terus memantau proses pencairan Bidikmisi. “Kami terus memantau dan menanyakan sampai mana proses pencairannya, untuk saat ini memang tinggal menunggu SPPD dari Kementrian Keuangan, kalau itu sudah ada dan turun ke bank-bank terkait, pasti prosesnya akan cepat turun,” ungkapnya saat ditemui tim Joglo Pos pada Kamis (12/10). Kemudian terkait dengan pengunggahan daftar nama mahasiswa Bidikmisi terbaru, Undip sudah melakukannya sebelum deadline yang ditetapkan Dikti. “Kita selalu tepat waktu bahkan kita sudah upload sebelum deadline yang ditetapkan Dikti, kita upload 29 Agustus, deadline dari Dikti awal September,” jelasnya. Kepala Bagian Kesejahteraan Mahasiswa, Tono Suhartono, menyatakan bahwa mengakomodir universitas se-Indonesia pasti butuh proses yang panjang. Menurut Tono, Undip sudah patuh dengan deadline. “Umumnya universitas di Indonesia belum cair, Dikti juga punya keterbatasan, Bidikmisi itu se-Indonesia lho, kita cuman paling menanyakan prosesnya sampai mana, komplain wajar, saya enggak
EDISI IV/TAHUN XVII/14 November - 14 Desember 2017
masalah, ini hanya soal waktu saja, dijawab apa adanya, kendala ini murni dari kementrian,” ujarnya. Keluarga Mahasiswa Bidikmisi (Kamadiksi) Undip, organisasi yang khusus menaungi beasiswa Bidikmisi, telah melakukan berbagai upaya terkait keterlambatan beasiswa Bidikmisi. “Kami selalu mengawal pencairan Bidikmisi, kami sudah menyiapkan data-data yang dibutuhkan. Memang tidak ada kepastian hanya ada kemungkinan pencairan. Saya selalu komunikasi dengan universitas terdekat di Jawa, seperti UGM, Unnes, UNS, Unpad yang cairnya berdekatan dengan Undip,” ungkap Angella S Bella, Ketua Kamadiksi Undip saat ditemui pada Rabu (25/10). Selain itu, pihaknya juga terus berkomunikasi dengan bank untuk menanyakan terkait SPPD apakah sudah sampai bank atau belum. “Saya juga selalu tanya pihak bank, kalau SPPD sudah ada di bank, paling lama prosesnya 1-2 minggu untuk pencairan,” tuturnya. (Yana, Rivan)
1
Salam dari Joglo
Problematika Mahasiswa Undip
Salam dari Joglo! Mahasiswa Undip sebagian besar membawa kendaraan pribadi, hal tersebut terlihat dari penuh sesaknya lahan parkir di tiap-tiap fakultas, bahkan sampai ada yang memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan. Banyaknya kendaraan pribadi tersebut, membuat tidak semua kendaraan dapat terawasi dengan baik oleh pihak keamanan di tiap fakultas. Hal tersebut merupakan kesempatan bagi orang – orang yang berniat jahat untuk melancarkan aksinya. Benar saja, kejadian pencurian kendaraan sering terjadi di kampus Undip. Kasus curanmor pada bulan September tahun ini meningkat. Berdasarkan hasil kuesioner yang diperoleh Senat Mahasiswa Fakultas Teknik, tercatat 34 sepeda motor yang dilaporkan dicuri. Menanggapi kejadian tersebut, pihak universitas membuat spanduk imbauan untuk tidak parkir sem-
barangan dan menggunakan kunci tambahan, yang diletakan di sekitar kampus Undip. Tidak hanya diramaikan oleh broadcast yang disebar melalui media sosial mengenai kehilangan motor, pada bulan September – Oktober pun giliran mahasiswa bidikmisi dibuat resah dengan ketidakjelasan waktu pencairan uang beasiswa bidikmisi. Pasalnya,banyak mahasiswa yang menggantungkan hidup dari uang tersebut, sehingga dibutuhkan kepastian yang jelas. Namun, menyikapi hal tersebut, pihak universitas hanya meminta mahasiswa untuk bersabar menanti cairnya uang bidikmisi. Di tengah postingan yang beredar di lini masa Line mengenai alasan-alasan belum cairnya uang bidikmisi, akhirnya pada awal bulan November berhembus angin segar bagi mahasiswa bidikmisi. Setelah menunggu berbulan-bulan, uang living cost bidikmisi akhirnya tersalurkan di rekening ma-
sing-masing mahasiswa bidikmisi. Namun, lika-liku kehidupan mahasiswa tidak terhenti sampai di situ. Pada bulan November merupakan waktu ramainya pesta demokrasi mahasiswa, yaitu Pemilihan Umum Raya (Pemira). Calon ketua dan wakil ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) baik tingkat universitas maupun tingkat fakultas, disibukkan dengan urusan administrasi pendaftaran hingga ke masa kampanye. Namun, antusiasme mahasiswa untuk mencalonkan diri sebagai calon ketua dan wakil ketua BEM nampaknya berkurang. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa fakultas yang hanya memiliki satu paslon, sehingga paslon tersebut harus melawan kotak kosong. Semoga dengan rangkaian berita yang disajikan Joglo Pos ini, dapat memberikan pembaruan informasi seputar Undip. (Redaksi)
Darurat Curanmor, Undip Harus Bakukan Sistem Keamanan Foto: Chami/Manunggal
Kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) bukan hal yang baru di kawasan Undip. Kasus ini sudah menjadi keresahan para mahasiswa sejak dua tahun lalu. Namun hingga saat ini, kejadiannya seolah belum terselesaikan dan menjadi kian marak. Hal ini berdasarkan laporan sejumlah mahasiswa yang mengaku kehilangan sepeda motor di beberapa fakultas yang ada di Undip
Tiyak, salah seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) ini mengaku pernah mengalami curanmor di parkiran FIB. Kejadian tersebut terjadi ketika ia sedang menunggu kelas selanjutnya bersama teman-temannya. “Ke betulan temanku waktu itu ada yang mau nitip tempat makan di motorku. Aku bilang gantungin aja di motorku dan ngasih tahu lokasi aku parkir motor. Enggak sampai setengah jam aku turun ke tempat parkir untuk melihat tempat makan itu, eh waktu dicari ternyata motorku udah enggak ada,” jelasnya. Kemudian Tiyak menambahkan bahwa kejadian yang menimpanya dua tahun lalu itu juga menimpa salah satu temannya yang kebetulan memarkir sepeda motor tepat di depan sepeda motor miliknya. Sementara di Fakultas lain seperti Fakultas Teknik (FT) juga mengalami hal serupa. Didapat dari hasil riset mengenai Kemanan dan Parkir yang dilakukan kepada 434 mahasiswa FT oleh Senat Mahasiswa (SM) FT Undip pada Rabu (20/9) lalu, terdapat sebanyak 34 sepeda motor dan 133 helm serta satu spion motor yang dilaporkan hilang. Lebih lanjut, berdasarkan data yang didapat
Spanduk peringatan pencurian kendaraan bermotor (curanmor) yang terdapat di Masjid Kampus (Maskam) Undip. Pemasangan spanduk peringatan atau imbauan sejenis juga terdapat di beberapa titik di wilayah Undip. (23/11)
dari Polsek Tembalang, kasus curanmor di Undip pada bulan Juni-Oktober tercatat sebanyak empat orang yang melapor di antaranya satu sepeda motor di Koperasi Undip milik pegawai, dua sepeda motor milik mahasiswa di area Fakultas Hukum, dan satu sepeda motor milik mahasiswa di area Teknik Kimia. Undip Harus Bangun Sistem Menurut Susetyo Budi, Panit 2 Satreskrim Polsek Tembalang, tindak kejahatan curanmor pada dasarnya memiliki sejumlah faktor. “Kalau kita berbicara dalam konteks perilaku dari pelaku kejahatan khususnya, semuanya bermuara pada fakor NK atau Niat dan Kesempatan. Kemudian faktor ekonomi lalu faktor profesi,” jelasnya. Dalam penjelasannya, dia menambahkan bahwa faktor internal Undip juga bisa memicu terjadinya tindak kejahatan tersebut seperti kebijakan sistem parkir yang diberlakukan di setiap fakultas. Meskipun di masing-masing fakultas Undip telah menerapkan sistem parkir untuk
EDISI IV/TAHUN XVII/14 November - 14 Desember 2017
mengamankan kendaraan milik sivitas akademik, tambah Susetyo, namun tentu saja cara penanganan yang diterapkan tersebut berbeda-beda. Hal tersebut menjadi salah satu fakor yang memicu maraknya curanmor hingga tak kunjung selesai. “Yang sering kali terjadi adalah justru yang dijaga oleh personil yang sifatnya organik. Karena mungkin lalai atau mungkin menganggap aman dan sebagainya. Nah, di saat lalai itu pelaku akan memanfaatkannya,” jelas Susetyo. Berkaitan dengan hal ini, Susetyo mengatakan bahwa Undip harus mengambil langkah tegas. “Yang pertama bangun sistem (parkir, red), kemudian bakukan. Jika memang Undip membutuhkan pihak luar untuk membantu masalah ini, lakukan outsourching, mereka akan lebih profesional sebab ada MOU atau kesepakatan yang membuat mereka akan bertanggung jawab sebagai jasa keamanan yang dikontrak. Dan lakukanlah seleksi bila perlu, jangan sampai nanti yang dijaga hilang,” ujarnya. (Ulfa)
2
BREAK
Masukan agenda Anda lewat twitter: @LPM_Manunggal
Erik Political Jokes : Media Sosial Jadi Wadah Inovasi Pemuda
Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) mengadakan Seminar Nasional dengan tema “Media Sosial Politik” yang diselenggarakan pada Rabu (25/10) di Laboratorium Kewirausahaan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Undip, Tembalang. Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto; Co Founder Perempuan Politik, Tsamara Amany; serta admin Political Jokes, Erik dan Iqbal sebagai pembicara. Pada sesi pertama, Wiranto memaparkan tentang media sosial pada penggunaannya dapat menimbulkan dampak yang positif dan dampak negatif. “Sisi positifnya, komunikasi antar individu lebih maju, memudahkan pasar, membangun usaha baru, membuat perilaku berubah dengan pemanfaatan itu,” jelas Wiranto. Selain sisi positif, ada sisi negatif dari penggunaan media sosial. “Tetapi bahayanya juga ada, apa bahayanya, ada hoax, banyak lagi hal-hal yang menimbulkan satu kegiatan yang mengarah pada ujaran kebencian, bagaimana membangun kebencian terhadap orang lain,”
tambah Wiranto. Pada materi selanjutnya, Erik mengatakan bahwa media sosial dapat menjadi wadah inovasi anak muda dalam pengembangan suatu ide. “Sebenarnya media sosial punya peluang, kita sebagai mahasiswa sangat kaya untuk membangun sebuah media alternatif,” tambah Erik. Menurut Erik, media sosial bagi anak muda merupakan peluang dalam mengontrol kebijakan pemerintah. “Kondisi dari media sosial sangat berpeluang bagi anak muda sekarang atau masyarakat pada umumnya untuk mengkontrol terhadap penguasa,” ungkapnya. Lebih lanjut, Erik mengatakan dalam konsumsi media sosial, informasi yang beredar di masyarakat masih memiliki intrik-intrik politik. “Media sosial sekarang masih digiring oleh media korporat, seolah-olah media sosial bebas tapi secara isu kita masih digiring oleh arus utama,” jelas Erik. (Rivan)
Agenda Telah dibuka pendaftaran Beasiswa Aktivis dan Tugas Akhir 2017 Ketentuan berkas dapat diunduh di : bit.ly/AktivisdanTA2017 deadline 12 Desember 2017 Narahubung : 08157796112 (Daris)
Pembac a menyam yang ingin paikan komentar, kelu h saran se an, kritik, atau pu Undip d tar persoalan d apat me i ngirimk pesan l a n ewat sm s ke nom 089681 or 074061
Redaksi Menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, surat pembaca, maupun liputan kegiatan. Tulisan dapat dikirim melalui email ke redaksi@manunggal.undip.ac.id. Redaksi berhak melakukan penyuntingan seperlunya.
Seminar Indisco 9, Tak Sekadar Desain Produk Seminar Indisco 9 merupakan salah satu rangkaian acara Industrial Design, Seminar and Competition (INDISCO) yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) pada Minggu (29/10) di Gedung Dharma Wanita, Semarang. Seminar tersebut sekaligus menjadi puncak dalam rangkaian INDISCO 2017. “Indisco ini merupakan proker tahunan HMTI yang di tahun 2017 ini memasuki tahun ke-9. Rangkaian acaranya dibagi menjadi dua yaitu kompetisi desain produk dan seminar,” ungkap Shasa Aulia, Wakil Ketua acara Indisco. Tema yang dibawakan tahun ini adalah Experience Design For Well Being and A Better Life. “Tujuannya supaya ketika kita mendesain produk enggak cuma nge-design fisiknya saja, tapi juga bagaimana membuat sebuah produk yang bisa memberikan pengalaman berharga bagi penggunanya,” ujar Shasa. Seminar ini menghadirkan tiga pembicara yang berasal dari berbagai latar belakang. Dalam materinya, Frangky Purnomo Angelo, Associate Director PT. Midea Electronic Indonesia menekankan pentingnya inovasi desain produk. “Inovasi desain produk penting untuk produk pabrikan, contohnya adalah dua mesin cuci satu dengan kaca yang gelap,
satu dengan kaca terang. Survei membuktikan banyak yang lebih memilih kaca berwarna terang karena mereka bisa melihat proses pencucian di mesin cuci, meski bentuk dan fungsi keduanya sama,” ungkapnya. Lebih lanjut Franky, selling point menjadi hal yang penting dalam desain untuk menembus segmentasi pasar. “Jika kita tidak mampu menciptakan selling point yang menjadi benefit konsumen maka kita tidak bisa menembus pasar yang kita tuju dan desain harus berorientasi pada kebutuhan konsumen,” tambahnya. Tidak hanya itu, Andry Masri, Sekjen Aliansi Desainer Produk Industri Indonesia juga menjelaskan bahwa tantangan desain baru disebabkan oleh pergeseran nilai budaya dan sosial masyarakat. “Tantangan desain baru diperoleh dari pergeseran nilai budaya dan sosial di masyarakat. Di samping itu perkembangan teknologi, sains, dan seni yang semakin kuat dapat memunculkan peluang untuk kepentingan bisnis, sebagai dasar membuat desain baru,” ungkapnya kepada para peserta seminar. (Yana)
Kepada yang terhormat jajaran kemahasiswaan dekanat dan rektorat. Saya mahasiswa S1 Teknik Sipil Undip yang sering mengikuti kompetisi tingkat nasional selalu merasa kebingungan dalam hal dana. Dikatakan ada uang transport dan uang juara dari Kampus tetapi kami mengurusnya pun sampe sekarang hampir 3 bulan tak kunjung keluar padahal lomba sudah selesai. Kami disini ingin membawa nama baik UNDIP tapi kami selalu terhambat masalah dana. Kami selalu bingung waktu lolos final dan biaya selama final karena ketika proses penyusunan proposal dan pembuatan prototipe pun sudah menghabiskan uang yang cukup banyak pula. Maka dari itu saya memohon kepada kemahasiswaan dekanat ataupun rektorat untuk lebih mempercepat proses pencairan dana apalagi jika lomba di luar pulau sedangkan tiket pesawat bisa dibilang mahal. Terimakasih. 08572682xxxx Tolong kamar mandi yang ada di sekolah vokasi diperbaiki karena pintunya yang bagian bawah berlubang dan terkadang tidak bisa di kunci dan tidak jelas yang mana kamar mandi untuk cewek dan yang cowok. (0897050xxxx)
Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Manunggal Universitas Diponegoro Pelindung: Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum., Penasihat: Prof. Dr. Ir. M. Zainuri, DEA., Dr. Darsono, S.E., MBA., Akt., Dr. Budi Setiyono, S.Sos., M. Pol. Admin., Prof. Dr. Ir. Ambariyanto, M.Sc., Dr. Adi Nugroho Pemimpin Umum: Faqih Sulthan. Sekretaris Umum: Suryaningrum Ayu I. Pemimpin Redaksi: Putri Rachmawati. Pemimpin Litbang: Lilis Sujianto. Pemimpin Perusahaan: Anissa Dyah P. Wakil Pemimpin Redaksi: Aryo Aji A.. Redaktur Pelaksana: Dinda Sukma A. Staf Redaksi: Ulfa Mawaddah A., Yana Laras W. A., Rivan Triardhana P. Redaktur Fotografi: Normawati Susanto. Staf Fotografi: Verensia Audre S., Nur Chamidah. Redaktur Design: Fatma Khosiah. Staf Artistik: Ika Octaviani. Staf Layout: Annisa Zafira, Ayu Muntiah. Manajer Rumah Tangga: Safira Irfani M. Manajer Produksi Distribusi dan Iklan: Ma’ruf Hidayat. Staf Produksi Distribusi dan Iklan: Diyah Ayu C., Dyah Ayu Laras P. Alamat Redaksi, Iklan dan Sirkulasi: Sekretariat LPM Manunggal Student Centre Universitas Diponegoro Jalan Prof Soedarto SH, Tembalang Semarang 50275 Email: persmanunggal@yahoo.com Website: www.manunggal.undip.ac.id
EDISI IV/TAHUN XVII/14 November - 14 Desember 2017
3
Sorotan Turunnya Minat Mahasiswa dalam Pencalonan BEM Undip Ilustrasi: Ika/Manunggal
Oleh : Rivan Triardhana Putra
Pelaksanaan Pemilihan Raya (Pemira) merupakan pesta demokrasi tahunan yang diselenggarakan untuk memilih pemimpin Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) yang diharapkan membawa perubahan mahasiswa sebagai “agent of change”. Dalam Pemira tahun 2015 dan 2016, pencalonan Ketua BEM Undip hanya menghasilkan dua pasangan calon. Turunnya minat mahasiswa menjadi faktor pemilihan Ketua BEM yang kurang calon. Menurut Ketua BEM Fakultas Teknik (FT), Irfanudin Faishol, kurangnya minat mahasiswa untuk menjadi ketua BEM dapat berasal dari diri mahasiswa itu sendiri. “Faktor internal dapat mempengaruhi minat mahasiswa untuk mencalonkan diri menjadi ketua BEM. Internal saat ini enggak banyak orang-orang yang tertarik untuk memimpin lembaga kampus,” ungkapnya. Di lain sisi, Wakil Ketua BEM FT, Aria Pradana Wirawan, mengatakan turunnya minat mahasiswa menjadi ketua BEM karena resiko atau perlakuan mahasiswa terhadap pemimpinnya. “Intinya kalau dia punya mindset untuk memperbaiki, untuk mengabdi, untuk berkarya, dia akan terima konsekuensi untuk menjadi ketua BEM,” jelas Aria. Dalam pencalonan ketua BEM, ma sing-masing mahasiswa memiliki cara pandang dalam organisasi. “Orang di fakultas itu yang ingin membuat perubahan, mereka ber-
pikir kalau untuk membuat sebuah perubahan enggak harus di BEM,” kata Rizal Muttaqin, mahasiswa Agribisnis 2015. Menurutnya, jalan berjuang mahasiswa berbeda, hal tersebut menjadi alasan satu pasangan calon ketua BEM. Salah satu syarat pencalonannya adalah mengikuti Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Madya. Kegiatan LKMM Madya sendiri bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan wawasan dan keterampilan mengkoordinasi dan membina tim kerja dalam suatu kelembagaan. “Kalau di madya, di hari H itu seperti analisis kondisi organisasi sampai perencanaan pengembangan organisasi. Jadi lebih menganalisis organisasi kurangnya dimana, potensinya kemana,” jelas Aria. Selain itu, Irfanudin menambahkan, dilihat dari output pelatihan madya, akan membentuk orang yang belajar perencanaan organisasi. “Jadi diharapkan orang-orang ini yang nantinya akan mengabdi di organisasi,” jelasnya. Lebih lanjut, Irfanudin memaparkan, dengan kuota peserta LKMM Madya masing fakultas adalah 5, jika kondisi ketua dan wakil ketua BEM harus mengikuti LKMM Madya, dirasa dua pasang calon sudah memenuhi kecukupan. “Karena nggak sepenuhnya output madya juga bentuknya sebagai calon ketua, bisa jadi spesifik di bidang, atau bisa diarahkan ke pengendali internal, litbang atau semacamnya,” tambahnya. Pemira, bagi sebagian mahasiswa, identik dengan berkembangnya politik kampus. Tidak semua mahasiswa tertarik terhadap politik kampus yang mengakibatkan menurunnya minat mahasiswa untuk mencalonkan diri sebagai ketua BEM. Irfanudin menambahkan, mahasiswa lebih suka mengikuti suatu komu-
EDISI IV/TAHUN XVII/14 November - 14 Desember 2017
nitas atau membuka bisnis. “Selain itu ketidaksukaan pada politik kampus juga jadi salah satu pemicu kenapa tidak tertarik,” jelasnya. Permasalahan kurangnya minat mahasiswa dapat menjadi suatu masalah karena mempengaruhi keberlangsungan suatu organisasi khususnya BEM dalam menjalankan tugasnya sebagai ‘eksekutif’ mahasiswa.
Bang Jo Problematika Pencairan Beasiswa Bidikmisi Jangan PHP kami lagi, Pak Darurat Curanmor, Undip Harus Bekukan Sistem Tapi jangan cuma imbauan lewat spanduk! Turunnya Minat Mahasiswa dalam Pencalonan BEM Undip Yang Madya pada kemana, nih?
4