Kunjungi kami di http://www.manunggal.undip.ac.id
Tanamkan Nilai Pancasila sebagai Upaya Pencegahan Paham Radikalisme Foto: Veren/Manunggal
Upacara penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2017/2018 dilaksanakan di Stadion Utama Universitas Diponegoro, Senin (7/8) yang diikuti oleh 11.630 mahasiswa baru Undip. Pada tahun ini, Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) yang diadakan mengusung tema “National Social Responsibility”.
Undip berupaya melakukan pengawasan mahasiswa baru yang masuk agar tidak terjebak dalam isu-isu yang tidak baik terhadap paham-paham yang dianggap merusak nilainilai Pancasila. “Di undip tidak boleh ada paham radikalisme, kesukuan, ras, dan lain-lain. Paham atau isme-isme yang menyimpang dari Pancasila tidak ada tempat di Undip,” ungkap Rektor Undip, Prof Yos Johan Utama dalam pidatonya pada upacara Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB). Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Muhammad Zainuri mengatakan sesuatu yang dapat dikatakan radikal adalah kegiatan yang menyimpang. “Semua kegiatan yang tidak ada di dalam unit kegiatan mahasiswa dan atau ada tetapi diterjemahkan menyimpang, maka dapat dikatakan radikal,” terangnya. Menanggapi fenomena munculnya paham radikal dari dalam maupun luar kampus, pihak universitas menyiapkan beberapa tindakan preventif. “Upaya universitas yaitu dengan memberikan pendidikan karakter yang dimulai sejak tanggal 10-12 Agustus,” ujar Prof. Zain. Nantinya, lanjut Prof. Zain, mahasiswa baru akan diberikan materi khusus dalam pendidikan karakter (pendikar) di setiap fakultas. “Dalam materi pendikar, mahasiswa baru diberikan materi mengenai empat pilar kebangsaan dalam bela negara,” ujarnya dalam pidato upacara Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB). Penerapan terhadap materi orientasi yang berupa empat pilar kebangsaan sebenarnya su-
Prof. Yos memberikan Pidato dalam Upacara Pembukaan Penerimaan Mahasiswa Baru di Stadion Utama Undip, Senin (7/8).
dah terkandung dalam mata kuliah. “Tidak ada kelanjutan dari materi pendikar yang diberikan, namun sebenarnya pendidikan Pancasila termuat dalam pembahasan mata kuliah,” tutur Prof. Yos. Dalam pelaksanaannya, pencegahan terhadap paham radikal tidak ada tim yang dibentuk secara khusus oleh pihak universitas. “Pengawasan dilakukan dengan adanya koordinasi antara wakil rektor dengan unit kegiatan mahasiswa,” jelasnya. Undip Bebas Perpeloncoan Kasus perpeloncoan beberapa kali terjadi di beberapa universitas di Indonesia. Tidak ingin mahasiswanya mengalami hal yang sama Undip melakukan upaya-upaya untuk menanggulangi dan mencegah tindakan tidak terpuji tersebut terjadi di lingkungan universitas. Selain mencegah paham radikalisme, pihak universitas juga mengimbau mahasiswa baru dan mahasiswa lama untuk tidak terlibat dengan kasus perpeloncoaan yang kini sedang marak terjadi di antara kalangan mahasiswa di universtas lain. “Segala bentuk perpeloncoan atau pun penistaan dilarang dengan tegas di Undip karena semua itu adalah pelanggaran HAM dan tindak pidana kriminal,” ujar Prof Yos. Apabila terdapat kasus perpeloncoan yang dilakukan oleh mahasiswa senior, maka mahasiswa baru dapat mengadukan tindakan terse-
EDISI II/TAHUN XVII/8 Agustus 2017
but. “Laporkan ke rektor atau wakil rektor atau bisa juga melalui complain center, laporkan melalui nomer telepon tertera di spanduk,” jelasnya. Bagi mahasiswa yang didapati melakukan tindakan perpeloncoan akan mendapatkan sanksi yang tegas sesuai hukum yang berlaku. “Hukumannya dikeluarkan dari Undip dan dikenakan hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku karena hal tersebut telah membahayakan nyawa seseorang. Staf Undip yang membiarkan hal tersebut (perpeloncoan) maka akan ada sanksi yang tegas,” jelas Prof. Yos. Pihak Undip tidak memberikan ruang bagi pelaku perpeloncoan karena tindakan tersebut adalah tindakan yang melanggar hak asasi manusia dan juga hukum yang berlaku maka apabila diperlukan jalur hukum maka pihak universitas tidak segan-segan untuk memprosesnya “Sudah jelas bahwa aturan kita basisnya hukum, mengenai sanksi kita tidak boleh melakukan sanksi diluar hukum berarti kita sama meanggar hukum,” jelas Prof. Yos. (Dinda, Amal, Lia, Naufal)
1