Harmonisasi perkawinan seminar nikah workbook indra noveldy

Page 1

[Type the company name]

[Type the document title] [Type the document subtitle]


Daftar ISI 4–7 Jadi ORANG BAIK saja ternyata TIDAK CUKUP

9 – 11 Persiapan Pernikahan

13 – 14 Anda tidak Sadar sudah di STADIUM 3!

16 – 22 “Saya sudah melakukan yang terbaik!” REALLY...??!!

24 – 25 Masalah Utama dalam Perkawinan

27 – 30 Aliran Kebatinan

32 – 34 Kebahagiaan Sebuah Pernikahan, Otomatis atau perlu Perjuangan?

36 – 38 From Ugly Duckling to Beautiful Swan

40 – 41 Aktifkan Radar Anda!

43 – 47 Cita-cita saya SELINGKUH

49 – 54 Testimony

2


Jadi ORANG BAIK saja ternyata TIDAK CUKUP

3


Yuk kita survey kecil-kecilan… Tolong isi jawaban Ya dan Tidak di bagian bawah ini bagi yang merasa ya.. Siapa yang merasa dirinya termasuk dalam kategori orang baik? Ya, orang baik dalam pengertian luas. Juga orang baik kalau kita kaitkan dalam hubungan pernikahan.

J: ----------------------------------------------------------------------------Tidak selingkuh, tidak suka ‘nyerempet’, tidak ‘gatelan’… silakan anda tambahkan sendiri ya…

J: ----------------------------------------------------------------------------Sekarang siapa diantara anda yang sebelumnya menjawab IYA (masuk dalam kategori orang baik), saat ini kehidupan pernikahannya sempurna? Tidak pernah ada konflik, mesra terus, saling mengerti, tutur kata santun, tahu persis apa yang dibutuhkan pasangan…?

J: -----------------------------------------------------------------------------

4


Loh, koq mulai ragu-ragu jawabannya? Oke… oke… Sekarang saya coba rubah pertanyaannya deh… Anda yang tadi sempat menjawab IYA, merasa masuk dalam kategori orang baik… adakah diantara anda yang kondisi kehidupan pernikahannya saat ini sedang dalam masalah? Hayooo…. coba jujur… Kalau anda benar2 jujur, saya yakin sekali akan cukup banyak jawaban IYA.

J: ----------------------------------------------------------------------------Jikapun anda saat ini tidak memberikan jawaban IYA, mungkin pasangan anda ingin sekali memberikan jawaban IYA tapi tidak berani takut anda tahu Apa sih maksud dari ‘survey’ saya tadi? Maksud dari pertanyaan saya tadi? Saya ingin membangun kesadaran anda, create awareness, mengajak anda untuk tidak terlalu naif, dengan mengatakan bahwa untuk mendapatkan pernikahan yang bahagia itu cukup dengan menjadi orang baik.

5


Lah, kalau gitu mendingan sekalian jadi ‘orang tidak baik’ saja dong…?! Bukan… bukan begitu maksud saya… Pissss ah........ Yang ingin saya sampaikan adalah, menjadi orang baik itu merupakan salah satu modal utama untuk mendapatkan kehidupan pernikahan yang bahagia. Namun,

MENJADI ORANG BAIK SAJA TERNYATA TIDAK CUKUP.

Faktanya, banyak yang saat ini kehidupan pernikahan mereka sedang dalam kondisi yang kurang bagus. Ada yang saat ini merasa sedang menderita, padahal kalau ditanya kepada masing-masing pihak, dengan yakin mereka akan bilang bahwa mereka masing mencintai (minimal beberapa waktu yang lalu sebelum keadaannya sebelum jadi ‘seburuk’ ini). Mudah-mudahan anda sudah mulai bisa menangkap ke mana arah pembicaraan saya. Kalau jadi orang baik saja ternyata tidak cukup, lalu bagaimana? Ternyata, anda butuh lebih dari sekedar menjadi orang baik… Apa saja yang dibutuhkan?

6


Bagaimana kita bisa tahu apa saja yang kita butuhkan? Dari mana kita bisa tahu bagaimana sebenarnya kondisi pernikahan saya saat ini? Bagaimana cara saya mendapatkan apa yang dibutuhkan? Bagaimana kalau pasangan saya ‘tidak peduli’ dengan apa yang dibutuhkan agar pernikahan menjadi harmonis? Sikap seperti apa yang harus saya miliki? Bagaimana kalau selama ini faktanya sayalah yang sebenarnya ‘menjadi korban’ dalam kondisi ini?

7


Persiapan Persiapan Pernikahan Pernikahan

8


Apa yang terbayang oleh anda pada saat melakukan persiapan pernikahan? Terutama bagi anda yang tinggal di kota besar seperti di Jakarta? Cetak undangan, nama yang akan diundang, persiapan gedung, konsumsi, baju seragam, baju pengantin, adat yang digunakan, bentuk pelaminan, honeymoon? Mungkin inilah yang dengan cepat terlintas dalam benak kita. Apakah hal ini salah? Tidak ada yang salah dengan pemikiran ini. Namun saya ingin mengajak anda yang saat ini sedang mempersiapkan pernikahan untuk tidak berhenti sampai dengan hal yang sudah kita singgung tadi. Saya ingin mengajak melakukan persiapan tidak hanya dari sisi materi dan seremonial, tapi juga melakukan persiapan yang sifatnya lebih fundamnetal yang akan menjadi pondasi dalam kehidupan pernikahan anda kelak. Pertanyaan pertama adalah apa alasan anda menikah? Apa yang anda bayangkan tentang sebuah pernikahan? Apa peran anda dalam kehidupan pernikahan? Apa impian anda dalam pernikahan? Visi anda? Bagaimana konsep keluarga bahagia menurut anda? Apa saja yang anda persiapkan? Sudahkah anda mempersiapkan mental anda untuk masuk ke dalam fase baru dalam kehidupan anda? Siapkah anda untuk berubah? Bagaimana dengan faktor ego anda? Keinginan anda untuk dimengerti? Daftar pertanyaan ini bisa dilanjutkan lebih panjang lagi‌ Bagaimana jika semua pertanyaan diatas ditanyakan juga kepada

9


calon pasangan hidup anda? Sudahkah dia memilki jawabannya? Siapkah anda mendengar jawabannya? Lalu seberapa kenal anda dengan pasangan anda? Karakternya? Impian hidupnya? Caranya berkomunikasi? Apa yang membuat dia semangat, apa yang mematikan semangat dia? Seberapa besar keinginan dia untuk berubah? Sudahkah anda berdua memiliki skill yang cukup untuk mengarungi bahtera pernikahan? Apa bekal yang telah anda miliki? Mudahmudahan hal ini tidak membuat anda menjadi stress . Sadarkah anda, banyak pasangan yang menikah dengan cara terjun bebas? ”… yang penting kami saling mencintai, kita sudah saling suka dan kita memutuskan untuk menikah. Selanjutnya kita lihat saja nanti…”. Apakah ini salah? Saya tidak ingin mengatakan salah atau benar. Namun anda bisa bayangkan jika anda melakukan terjun bebas tanpa pernah melakukan persiapan dan latihan yang cukup? Beberapa dari anda mungkin berpikir: ”… ah, koq rumit banget sich mau nikah aja… kayaknya nggak gitu-gitu banget dech..” Anda benar, apa yang saya sampaikan terdengar rumit dan terlalu perfeksionis. Tapi sadarkah anda, apa yang saya tanyakan tadi akan muncul dalam satu fase kehidupan pernikahan anda nantinya? Sadarkah anda, seringkali saat pertanyaan itu muncul suasananya sudah tidak nyaman lagi? Sadarkah anda, biasanya pasangan mulai sadar karena sudah mulai ada konflik?

10


Lalu bagaimana dengan yang sudah menikah? Proses ‘pengenalan’ ini anda bisa lakukan sekarang juga. Bagi yang sedang mengalami kesulitan dalam kehidupan pernikahan anda, bisa mendapatkan bantuan yang ahli di bidangnya. Keputusan ada di tangan anda. Selamat menikmati prosesnya

11


Anda tidak sadar sudah di STADIUM 3!

12


Berapa banyak diantara anda yg masih merasa sehat tapi rajin berkunjung ke dokter? Berapa banyak yg merasa dirinya sehat, dan sadar bahwa dia bukan hanya merasa sehat… Tapi kondisi sehat yg dirasakannya adalah merupakan konsekuensi logis dari kebiasaan yg dilakukan? Rajin olahraga, pola makan yg benar dan teratur, istirahat yg cukup, pola pikir yg positif, dll.. Berapa banyak pula yg hanya cukup dg merasa sehat, tapi tidak mau menjaga pola makan, tidak olahraga, istirahat kurang, sering berpikir negatif? Berapa banyak lagi yg benar2 pura2 merasa sehat, walaupun dia tahu persis sdg ada masalah kesehatan? Saya tidak tahu anda masuk dalam kategori merasa sehat yang mana… Yang manapun kategorinya… Katakanlah anda merasa diri anda sehat, adakah diantara anda yg ingin dengan rutin berkunjung ke dokter? Saya yakin persentasenya tidak banyak, bahkan boleh dibilang kecil sekali. Sebagian besar dari kita baru mulai ‘melirik’ dokter pada saat mulai merasa kurang sehat, sakit, batau malah sudah sakit yang cukup parah… Lalu apa hubungannya dgn masalah relationship, masalah pernikahan, hubungan suami istri? Erat sekali hubungannya! Saya berani jamin, sangat sedikit persentasenya orang yg dgn secara sengaja mencari artikel tentang

13


pernikahan, buku2, datang ke seminar atau berkonsutasi kpd seorang konsultan pernikahan (marriage counselor) pada saat ‘merasa’ pernikahannya aman2 saja. Hampir bisa dipastikan, mereka yang kemudian akhirnya ‘terpikir’ untuk mulai baca2 artikel, buku, cari informasi ataupun berusaha untuk berkonsultasi ke konsultan pernikahan, biasanya sudah mengalami hubungan yang kurang baik dengan pasangan, komunikasi yang memburuk, pertengkaran, atau sudah diambang kehancuran. Mungkin yang sedikit membedakan dengan kalau kita ke dokter, dari pengamatan kami ternyata mereka yang akhirnya mulai mencari info2, artikel, buku, atau konseling, seringkali sudah dalam kondisi ‘STADIUM 3', sudah dalam kondisi yang cukup kronis dan parah. Sebuah kondisi yg sangat disayangkan… Sebuah kondisi yg sebenarnya dapat dicegah.. Ternyata pepatah lama yang bunyinya: MENCEGAH LEBIH BAIK DARIPADA MENGOBATI masih sangat relevan dalam masalah ini… Lalu bagaimana selajutnya? Bagaimana supaya tidak terlanjur masuk ke stadium 3? Bagaimana bisa sadar sewaktu masih di stadium 1-2? Apa yang harus dilakukan? Apa pencegahannya? Kalau sudah terlanjur di stadium 3, harus bagaimana? Sikap apa yang harus dimiliki dalam proses ini? Siapa yg harus bertanggung jawab?

14


“Saya sudah melakukan yang terbaik!” REALLY....??!!!

15


Banyak yang saat konsultasi maupun komunikasi via twitter mengatakan mereka sudah melakukan yang terbaik. Dan mereka sudah merasa lelah. Merasa pasrah, sudah tidak ada lagi yang mereka bisa lakukan untuk memperbaiki kehidupan pernikahan mereka. Dan biasanya cenderung untuk menyalahkan pasangan yang memang tidak mau memperbaiki hubungan ini. Sebelum kita mengklaim bahwa kita sudah lakukan yang terbaik, yuk coba kita lihat beberapa pertanyaan dibawah ini. Kalau kita bisa menjawab semua pertanyaan dibawah ini dengan positif, mungkin kita bisa mengatakan bahwa kita sudah melakukan yang terbaik. Silakan jawab dahulu 20 pertanyaan berikut ini... :

1. Saat sepertinya pasangan sudah menyerah dan tidak mau memperbaiki hubungan, apa pilihannya? Ikut menyerah? Hasilnya sudah pasti! Kalau berjuang‌.??? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

16


2.

“Saya sdh lelah berjuang utk memperbaiki

pernikahan…” Yakin sudah melakukan yang terbaik? Versi siapa? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

3.

Apakah bekal ilmu & skill yang kita miliki sudah

cukup untuk bisa mengatakan kita sudah melakukan yang terbaik? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

4.

Apakah kita sudah mempraktekkan hukum alam…

memberi, memberi dan memberi…??? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

17


5.

Sudahkah kita melakukan perubahan diri yang

diperlukan untuk bisa memperbaiki keadaaan??? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

6.

Sudahkah kita memiliki mindset yang tepat dalam

memperbaiki hubungan dengan pasangan??? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

7.

Sudahkah kita menginvestasikan waktu, perasaan

dan usaha kita dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki keadaan? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

8.

Apakah kita sudah jadi orang yg lebih baik di

rumah? Yakin kita bukan memberikan ‘sisa’ dari diri kita? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

18


9.

Saat mengatakan sudah melakukan yang terbaik,

apakah kita sudah jujur dengan diri sendiri? Parameter apa yang dipakai? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

10.

Sudah berapa lama kita menikah tidak bisa

dijadikan patokan bahwa selama itulah kita sudah berjuang melakukan yang terbaik? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

11.

Mungkin justru kita mempunyai peran yang ikut

meyebabkan kondisi pernikahan kita saat ini, bagaimana pendapat Anda? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

19


12.

Apakah kita sudah tahu apa kebutuhan

pasangan kita? Apakah dia sudah merasa disayang, dihargai? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

13.

Apakah kita sudah yakin apa yang kita

sampaikan kepada pasangan tidak disalah mengerti oleh dia? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

14.

Apakah kita sudah tahu bagaimana

menciptakan suasana nyaman dalam pernikahan kita? Sudahkah kita mempraktekkannya? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

20


15.

Sudah berapa tahun kita melakukan transformasi

diri? Apakah kita tahu apa yang harus dirubah dari diri kita? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

16.

Apakah kita sudah tahu apa yang harus

dilakukan untuk memperbaiki keadaan? Apakah kita sudah berusaha mencari tahu? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

17.

Apakah dengan ‘ bekal’ yang kita miliki saat

menikah (seadanya) cukup untuk kita gunakan untuk mengarungi bahtera rumah tangga? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

21


18.

Apakah kita sudah secara sengaja menambah

ilmu tentang bagaimana membangun keluarga yang harmonis? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

19.

Apakah kita sudah siap untuk membayar harga

yang diperlukan untuk mendapatkan pernikahan yang bahagia? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

20.

Kalau kita mengatakan pernikahan bahagia

penting buat kita‌ apakah tindakan kita sudah sesuai dengan apa yang kita katakan tersebut? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

22


Masalah Utama dalam Perkawinan

23


Kita bisa membuat list yang cukup panjang jika ditanyakan masalah yang timbul dalam sebuah perkawinan. Mulai dari masalah ekonomi, perbedaan suku, perbedaan karakter, faktor ego, adanya pihak ketiga‌ anda bisa tambahkan sendiri listnya Saya ingin mengangkat salah satu masalah utama dalam perkawinan, yaitu

rendahnya kualitas komunikasi pasutri dalam sebuah perkawinan. Sadarkah anda ternyata TIDAK HARMONIS menjadi penyebab utama perceraian, dimana faktor komunikasi menjadi faktor yang sangat penting di dalamnya. Di zaman yang serba sibuk seperti sekarang ini waktu yang tersedia untuk melakukan komunikasi yang berkualitas dengan pasangan menjadi sangat terbatas. Komunikasi yang terjadi seringkali hanya berupa chit-chat, basabasi. Anda tidak percaya? Coba anda ingat-ingat, kapan terakhir kali anda bisa ngobrol asyik dengan pasangan anda? Kapan anda bisa merasakan kehangatan pada saat ngobrol? Anda bisa menjawab dengan cepat? Atau anda berusaha keras untuk mengingatnya? Atau pada saat mendengar kata ngobrol dengan pasangan

24


yang terbayang langsung suasana tegang pada saat terkahir kali ngobrol? Silakan jawab dahulu.... : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Saya ingin menyampaikan sebuah informasi yang cukup memprihatinkan dimana saat ini banyak yang tidak tahu caranya ngobrol dengan pasangan mereka. Pada saat melakukan konsultasi, pertanyaan mereka selalu:

�‌ apa yang harus saya bicarakan..?�

Bagaimana dengan anda? -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

25


Aliran Kebatinan

26


Saya coba-coba jadi cenayang ahh… Saya mau terawang apa yang sedang anda pikirkan dan anda rasakan saat ini. Hmmm…. astaga!!! Banyak di antara anda yang ternyata pengikut ‘aliran kebatinan‘! Dan jumlah anda yang menjadi pengikut aliran ini, banyak sekali jumlahnya! Eits, jangan protes dulu… Aliran kebatinan yang saya maksud di sini, tidak ada hubungannya dengan suatu keyakinan tertentu, atau ‘agama’ tertentu. Sama sekali tidak ada hubungannya. Tapi saya yakin banyak diantara anda yang masuk ‘aliran’ ini. Idiihh… maksa banget sich.. Yuk kita tes, apakah anda benar termasuk dalam aliran ini. Seberapa sering anda tidak mengutarakan apa yang anda pikirkan dan rasakan kepada pasangan anda? --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Sebagian dari anda mungkin refleks mengatakan, sering koq… begitu ada yang rasanya kurang sreg atau saya kesal pasti langsung saya utarakan. Oke, bagaimana tentang pikiran dan perasaan yang lebih positif? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

27


Saat pasangan anda melakukan suatu hal yang baik dan anda merasa senang, apakah anda sudah menyampaikannya secara langsung? --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Pernahkah anda menyatakan kekaguman, rasa sayang, rasa berterima kasih anda secara langsung kepada pasangan anda? Atau anda lebih banyak memendamnya saja dalam hati, membatin alias menganut aliran kebatinan? --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Mungkin anda berpikir, ‘ahh.. harusnya khan dia tahu apa yang saya pikirkan tentang dia..’ Nah, betul khan, anda menganut aliran kebatinan? Anda tidak mengucapkannya dan berharap dia bisa membaca dan mengerti apa yang anda pikirkan dan rasakan Sadarkah anda kalau pasangan kita sebenarnya butuh mendengar hal tersebut diucapkan langsung kepada dia? Kalau anda tidak mengutarakannya, dia mungkin berpikir anda kurang/tidak peduli terhadapa apa yang sedang/telah dia lakukan. Mungkin dia sudah berusaha melakukan yang terbaik, melakukan sesuatu yang lain dari biasanya, merubah sikapnya menjadi lebih baik,

28


atau malah dia baru saja mencoba melakukan sesuatu yang tujuannya adalah untuk menyenangkan hati anda. Kalau hal ini sering terjadi dan menjadi sebuah kebiasaan, dampaknya sangat tidak baik dalam hubungan anda dengan pasangan. Dalam jangka panjang, selain dia merasa tidak atau kurang diperhatikan juga akan memadamkan keinginan dia untuk mau melakukan hal-hal yang positif apalagi untuk melakukan ‘kejutan’ buat anda. Lama kelamaan, suasana akan semakin hambar dan dingin. Akhirnya hubungan anda dengan pasangan benar-benar seperti aliran kebatinan, saling diam dan memendam perasaan dalam hati (kalau masih ada…). Agak suram ya, efek dari menjalankan ‘aliran kebatinan’ ini… Kalau begitu, yuk kita rubah kebiasaan kita. Belajar untuk mengungkapkan secara langsung tentang apa yang kita rasakan kepada pasangan, kekaguman kita, rasa terima kasih kita, rasa sayang kita… Insya Allah, akan semakin menghangatkan hubungan kita dengan pasangan.

29


Buat daftar ide untuk membuat kejutan kepada pasangan Anda disini:

------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------

30


Kebahagiaan Sebuah Pernikahan, Otomatis atau Perlu Perjuangan ?

31


Artikel ini merupakan hasil tulisan istri saya, Nunik Noveldy. ***

Kalau kita mendengar nama bung Tomo.. apa yang ada di pikiran anda? Pahlawan yang berapi-api membakar semangat arek Suroboyo untuk rela memperjuangkan jiwa raga. Ternyata seorang bung Tomo memiliki sisi lain yang jarang kita dengar. Dibalik sosoknya yang terkenal dengan “Singa Podium”, beliau adalah pribadi yang sangat lembut, dan dengan luar biasa selalu menjaga hubungan yang tetap harmonis dengan sang istri, ibu Sulistina Sutomo. Dalam bukunya, ibu Lies, begitu dia dipanggil, menuturkan dengan tulus : “Mas Tom selalu membukakan pintu mobil untukku. Dan itu mas Tom lakukan sejak kami mulai berkenalan sampai menjelang akhir hayatnya..” Ibu Lies, sungguh sangat bangga kepada suaminya, begitu pula anak-anaknya.. Apakah kita sudah menjadi sosok yang dibanggakan dalam keluarga? Seperti yang diungkapkan ‘quotes’ favorit saya :

“You are replaceable in your job.. but you are irreplaceable in your family..”

32


Kalau kita renungkan dengan khusyuk, pesan ini mengandung sebuah pesan yang dalam. Sebuah ‘quotes’ yang layak mendapat perhatian dari setiap anggota keluarga. Inilah yg mendasari saya dan suami tercinta untuk saling memberikan yang terbaik satu sama lain. Karena masing-masing dari setiap anggota keluarga memang memiliki tempat khusus yang tak tergantikan. Awalnya, sama seperti sebagian besar kehidupan pernikahan yang tidak luput diguncang prahara, kehidupan hampir 7 tahun di awal pernikahan kami mengalami ‘turbulence’ yang cukup dahsyat, sehingga sudah beberapa kali mencapai titik nadir yg seolah tanpa harapan. Disitulah kami mendapat pengalaman berharga untuk membentuk sebuah keluarga dengan seluruh esensinya. Saya sungguh beruntung.. memiliki seorang suami yang sangat menjunjung tinggi nilai sebuah keluarga. Dari sang suami saya belajar banyak bagaimana memainkan peran saya tidak hanya sebagai ibu dan istri tetapi juga menjadi sosok sahabat, partner dan juga kekasih bagi pasangan. Buat kami berdua, sebuah keluarga harus menjadi tempat berteduh yang paling nyaman bagi setiap anggotanya. Kami tahu, sesuatu yang berharga harus diperjuangkan. Keluarga yang penuh kehangatan juga harus diperjuangkan oleh setiap anggotanya. Dan bertahun-tahun kami berjuang bahu membahu.. karena kami percaya, rumah yang hangat adalah surga dunia. Dalam perjuangan itu kami membangun impian

33


bersama. Ya, sebuah keluarga dengan impian akan memiliki daya juang untuk menjadi keluarga yang diidamkan. Kami berjuang membangun saling memahami diantara kami karena kami percaya bahwa soul-mate bukan ditemukan tapi diciptakan. Kami menciptakan diri masing-masing untuk saling menjadi soul-mate. Dalam kesibukan yang sangat, kami selalu membangun komunikasi yang sehat. “Ngopi bareng” itu yang kami lakukan untuk memastikan kami selalu “on track”. Pada saat ngopi bareng di cafe itulah kami membangun ‘chemistry’ di antara kami. Ya. Kamipun percaya, chemistry diantara sepasang suami istri bukan sebuah anugerah yang datang dari langit. Chemistry pun perlu diperjuangkan. Hasilnya sekarang.. puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, kami bisa memiliki tempat berteduh dan berlabuh yang kami impikan. Kami bisa selalu pacaran dan jatuh cinta… pada orang yang sama.. Puji syukur, sekarang kami sudah menikmati hasil perjuangan kami karena satu hal yang kami ingat : “Sebuah pernikahan yang berbahagia tidak diantar malaikat ke hadapan anda di sebuah piring emas. Anda harus memperjuangkannya”

34


From Ugly Duckling to Beautiful Swan

35


Pernahkah anda membayangkan diri anda sebagai itik si buruk rupa? Bagaimana anda melihat diri anda sendiri selama ini? Apakah anda sadar dan meyakini selama ini bahwa anda adalah itik si buruk rupa? Atau anda justru melihat diri anda sebagai si angsa yang cantik, padahal di hati anda anda tahu bahwa anda masih itik si buruk rupa? Atau anda termasuk yang tidak bisa menilai diri anda sendiri apakah anda itik si buruk rupa atau sang angsa yang cantik? Atau apakah anda telah salah menilai diri sendiri‌ Anda melihat diri anda sebagai itik si buruk rupa padahal sebenarnya anda adalah sang angsa yang cantik‌ Atau malah sebaliknya? Yang ingin saya sampaikan di sini banyak masalah pernikahan terjadi karena itik si buruk rupa ini. Maksudnya masalah terjadi karena kualitas diri anda masih itik si buruk rupa, terlepas dari anda menyadarinya atau tidak.. Sebelum anda melotot kepada saya, yuk terus ikuti artikel ini.. Langkah pertama yang harus dilakukan pada saat anda mulai menyadari kurang baiknya kualitas kehidupan pernikahan anda adalah keberanian untuk melakukan introspreksi.

36


Ya… KEBERANIAN merupakan kata kunci. Banyak yang lebih memilih untuk tidak melakukan introspeksi, atau melakukan introspeksi tapi setengah hati. Kecenderungannya anda akan melihat hal di luar diri anda sebagai penyebab dari masalah hubungan anda dengan pasangan. Lebih spesifik lagi anda cenderung menyalahkan pasangan, melihat pasangan andalah penyebab dari masalah hubungan ini. Sekedar informasi untuk anda terdapat kemungkinan 50% atau lebih anda juga berkontribusi dalam memburuknya kualitas hubungan anda dengan pasangan. Yup… 50%! Tapi kita tidak akan berpanjang lebar untuk membahas hal ini. Dalam kondisi ini, kita umpamakan anda sudah berani mengambil keputusan untuk introspeksi. Anda akan TERKEJUT saat anda melakukan introspeksi. Tapi sebelum melakukan introspeksi, ada 1 hal yang perlu anda lakukan… yaitu anda harus mau merubah mindset anda dulu.. Anda harus mau merubah cara pandang dan sudut pandang anda. Yang paling utama, anda harus mau meninggalkan “victim mentality” anda. Selama anda masih menganggap anda sebagai korban dari kondisi ini, sebagai korban dari pasangan anda…. anda TIDAK AKAN kemana-mana.

37


Nah, anda sudah mau melakukan introspeksi dan sudah mau merubah mindset anda. Langkah berikutnya, dibutuhkan kejujuran dari diri anda dan obyektivitas pada saat melakukan introspeksi. Untuk itu, anda perlu membekali diri anda dengan pengetahuan-pengetahuan untuk mengenali diri. Anda bisa dapatkan pengetahuan ini dari buku-buku, training, seminar maupun anda bisa minta bantuan dari ahlinya. Sekarang anda siap untuk introspeksi, anda sudah merubah mindset dan anda sudah siap untuk obyektif. Anda lakukan dengan jujur‌ dan anda akan terkejut, ternyata saat ini anda adalah itik si buruk rupa! Eiiitsss‌ nanti dulu, jangan langsung protes Yuk kita lihat dengan kepala dingin. Kalau anda saat ini sudah menjelma sebagai seekor angsa nan cantik, indikatornya bisa dilihat dari kualitas kehidupan pernikahan anda. Saat ini, anda sedang sangat bahagia menikmati indahnya kehidupan pernikahan anda, demikian juga dengan pasangan dan anak anda. Jika ternyata kondisi di atas belum anda nikmati, malah kondisinya berkebalikan‌ dibutuhkan kebesaran hati untuk mau mengakui bahwa anda saat ini masih menjadi itik si buruk rupa‌

38


Aktifkan Radar Anda!

39


Lina hampir tidak percaya apa yang dia dengar dari suaminya. Bowo, sang suami sedang membacakan ‘daftar dosa’ yang dilakukan Lina selama ini. Kamu ingat, waktu cincin kawin saya titipkan ke kamu… harusnya saat itu kamu sudah merasa ada masalah besar, koq cincin kawin dititipkan ke kamu, saya tidak pakai.. Kamu ingat, sewaktu aku sedang sibuk2nya ngejar deadline project… aku sebenarnya nunggu2 kamu untuk nanyain aku, apakah aku capek, apakah aku stress… kamu cuek aja.. Saat aku diam, kamu malah ikut diam… Sudah beberapa waktu belakangan ini weekend aku jarang di rumah… aku sengaja lakukan, berharap kamu mau cari tahu kenapa… tapi kamu cuek aja… Sudah cukup lama kalau aku pulang kerja, sdh gak pernah cerita lagi ttg pekerjaan aku… dan kamu gak berusaha cari tahu… Sudah lama aku jarang mau diajak ke acara2 keluarga kamu… Kamu nggak pernah ngeh aku gak bisa deket sama anak2… kamu gak berusaha cari tahu kenapa…

40


Aku dulu bukan tipe pemarah… belakangan untuk hal kecil saja aku mudah emosi.. Aku dulu ‘care’ banget sama kamu.. sekarang aku cuek tapi kamu gak pernah ‘ngeh’.. Yang aku paling tidak bisa terima, bukannya kamu berusaha cari tahu, kenapa aku jd seperti itu, YANG KAMU LAKUKAN MALAH MENUDUH AKU PUNYA ‘WIL’ (wanita lain). Hati aku sakit kamu tuduh seperti itu.. Sudah sekian lama aku menahan ini semua, ternyata aku menunggu pepesan kosong… Kamu memang tidak peduli, egois, hanya memikirkan diri kamu sendiri… Lina hanya bisa menangis… marah, kaget, tidak terima, sedih, semua campur jadi satu dirasakan Lina. Maksud suaminya apa? Gak salah tuh, dia mengatakan itu? Koq bisa2 nya dia mengatakan itu? BUKANNYAAAA…. ???!!!$$%% Anda cukup familiar dengan kisah tersebut? Atau mungkin saat ini malah anda yang sedang mengalaminya? Ikuti pembahasan lanjutannya ya…

41


Cita-cita saya SELINGKUH

42


Bagi anda yang telah menikah atau belum lama menikah, yuk coba flash back sebentar. Apakah ada diantara anda yang tujuan anda menikah adalah untuk selingkuh? Loh koq menggeleng? Yakin, itu bukan tujuan anda? Bagaimana dengan pasangan hidup anda? Coba ingat2 lagi, pernahkah pada saat mau menikah dulu pasangan hidup anda pernah berkata seperti ini: “Sayangku… sebentar lagi kita akan segera menikah… Akhirnya aku semakin mendekati sesuatu yang aku impikan… cita2kan sejak dahulu… Setelah kita menikah… AKU INGIN SEGERA SELINGKUH!” Masih menggeleng? Masa sich? Yakin anda atau pasangan anda tidak mengatakan seperti yg diatas tadi? Coba ingat2 lagi… Yang saya sampaikan ini mungkin terdengar absurd, sangat tidak masuk akal, sangat terlihat dibuat2… Ya, saya sengaja melakukannya… dengan tujuan mudah2an anda semua bisa ingat kembali, bahwa (kalau anda & pasangan anda “normal”), tidak ada yang tujuan menikahnya adalah untuk selingkuh. Tapi mengapa toh pada kenyataannya kejadian? Mengapa klien2 saya belakangan ini kebanyakan kasusnya adalah selingkuh?

43


Kenapa kasus selingkuh juga bisa dialami oleh pasangan yang terlihat baik2 saja, bahkan cenderung terlihat bahagia? Mengapa selingkuh bisa terjadi di pernikahan yang menurut kacamata orang lain mungkin mendekati sempurna? Sang istri cantik, suami ganteng, keuangan bagus, anak ada, karir dan bisnis bagus‌ tapi kenapa selingkuh tetap bisa terjadi? Apa yang saya utarakan di awal artikel ini, mudah2an juga bisa menjadi reminder buat anda, bahwa diawal pernikahan anda dan pasangan anda saling mencintai, saling menyayangi, akhirnya memutuskan untuk mengikatkan diri dalam mahligai pernikahan dengan tujuan mendapatkan keluarga yang bahagia, keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah. Saya juga berharap, anda bisa melihat bahwa kasus selingkuh tidak terjadi dengan tiba-tiba. Saya juga berharap anda akhirnya bisa dan mau melihat, ada faktor yang mencetuskan terjadinya selingkuh tersebut. Apakah selalu ada faktor orang ke-3 yang menyebabkan selingkuh itu terjadi? Apakah itu yang anda percayai? Dari pengamatan kami, ternyata orang ke-3 itu hanyalah akibat, bukan sebab.

44


Maksudnya apa? Kalau hubungan anda dengan pasangan sudah sangat baik, harmonis, saling memberi, saling mengerti, tahu kebutuhan masing2… rasanya kecil sekali kemungkinan untuk terjadinya kasus selingkuh. Sekarang apa siy yang dicari dari selingkuh? Kenapa akhirnya seseorang itu selingkuh? Jawabannya sederhana saja… karena dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan di rumah, dari pasangannya. Beberapa dari anda mungkin sudah siap mendebat, bahwa memang pasangan anda saja yang orang ‘gatelan’, suka lirik kiri kanan. Sekali lagi, dalam kasus ini yang kita bahas adalah kalau anda (pasangan anda) itu normal. Kalau anda jeli memperhatikan, apakah anda sudah bisa menangkap ke mana arah pembicaraan saya? Yup, betul sekali… Saya ingin menyampaikan, bahwa ANDA juga memiliki PERAN yang menyebabkan pasangan anda selingkuh ! Ouch! It hurts!

45


jangan simpan bom waktu Banyak diantara kita yang tidak sadar sedang menyimpan bom waktu dalam kehidupan pernikahan kita. Banyak hal yang kelihatannya sepele ternyata dalam jangka panjang memberikan dampak yang negatif. Di tahun-tahun awal pernikahan kita melihatnya sebagai sebuah ‘toleransi’ kepada pasangan kita. Kita berusaha ‘mengerti’ pasangan kita. Namun yang sebenarnya terjadi, kita bukannya berusaha mengerti, kita sedang mengalah. Contoh paling sederhana, kita atau pasangan kita pendiam, tidak romantis, dingin, sikap yang dominan, intimidatif, monoton (boring), terlalu apatis, impulsif, take for granted. Silakan ditambahkan sendiri yang lainnya… Jika kita melakukan ‘pembiaran’ terhadap hal ini, kita sendiri yang akan memetik hasilnya nanti. Lalu apakah berarti kita harus menuntut pasangan kita untuk berubah sesuai dengan yang kita inginkan? Hmm… bukan itu solusinya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama kita harus berani jujur kepada diri sendiri, berani melihat secara obyektif ’siapa’ diri kita. Kita juga harus membekali diri dengan knowledge dan skill yang dibutuhkan untuk bisa memperbaiki keadaan.

46


Kalau kita sudah melakukan introspeksi dan memiliki apa yang dibutuhkan, kita bisa segera melakukan langkah perbaikan sendiri. Jika kita merasa belum tahu bagaimana caranya dan belum memiliki bekal knowledge dan skill yang dibutuhkan, segera cari bantuan dari orang yang memang kompeten di bidangnya. Semakin lama kita menunda, semakin besar kemungkinan bom waktunya akan meledak.

47


TESTIMONY

48


Saya ingin menampilkan sharing dari salah seorang mitra yang menjadi EO Seminar Nikah di Bandung. Mitra EO saya namanya Asri Fitriasari. Beken dengan panggilan Achi. Akun twitternya @achiisurachii . Semoga bermanfaat Hari ini alhamdulillah saya dan tim berhasil mengadakan#SeminarNikah bareng Om @noveldy di Hotel Anggrek. Alhamdulillah sukses dan penuh! Berawal dari keingintahuan saya tentang #SeminarNikah yang dibawakan Om @noveldy, dengan pede berat saya ngajak tim TakeOff EO untuk bikin di Bandung. Langsung mengajukan diri tanpa mikir dulu hehehehe. Cuma modal yakin kalau ilmu tentang #Menikah harus disebarluaskan ke banyak orang, apalagi di Bandung belum ada. Saya & tim juga belum kebayang banget materi dan suasananya akan seperti apa. Apalagi selama perjalanan belum banyak orang yang merasa begitu pentingnya untuk ikut ini. Kebanyakan orang yang menanyakan tentang event ini hanya sebatas ingin ajah, bukan sebagai kebutuhan. Jadi gak banyak yang bela-belain untuk ikut. Padahal faktanyaaa‌ 100% pernikahan itu bermasalah! Penuh konflik! Percaya? Yaa gimana gak bermasalah, bayangin aja.. Dalam 1 rumah ada 2 kepala yang dibesarkan oleh 2 kepala, dan 2 kepala itu dibesarkan oleh 2 kepala lagi. Kebayang maksudnya apa? Yaap!! Rumahtangga itu dihuni oleh multiperson point of view.. Pasti ada gesekan! Pasti ada masalah. Naaaah,

49


mayoritas dari kita (bahkan hampir semua) menganggap bahwa masalah dalam pernikahan itu bumbu yang tinggal dijalani aja! Padahal… Kelaziman yang dijadikan kebenaran itulah yang jadi biang masalahnya! Banyak dari kita menyiapkan lembaga sakral bernama pernikahan lebih banyak untuk hari H-nya saja alias untuk pestanya saja.. Padahal yang namanya pernikahan itu hari H setiap harinya. Persiapan dan perbekalannya harus cukup! Kita mau pergi ke ‘gunung’ bukan ‘mall’! Setiap dari kita sekolah bertahun-tahun biar dapat kerja yang bagus, biar kariernya cemerlang, persiapannya panjaaaang untuk dapat gaji (setidaknya) 5jt/bulan. Setiap dari kita berjibaku ngumpulin duit buat ikut training pengembangan diri, training seminar dan pelatihan bisnis, tapi.. Sedikit bahkan gak ada dari kita yg menyisihkan uang utk meng-upgrade kualitas pengetahuan kita tentang nikah! #jleb #nahloh. Ijazah SD, SMP, SMA, kuliah dikejaaaar habis-habisan untuk (ceritanya) bertahan hidup di masa depan, tapi ilmu nikah sama skali gak minat untuk dikejar. Padahal helloooowwww.....! pernikahan itu pondasi dari semua urusan kita di dunia. Perkaranya dunia akhirat! Janjinya bukan sama Boss tapi sama Tuhan. Banyak banget dari kita ingin nikah tapi tanpa persiapan, bahkan yang sudah merasa siap pun belum tahu persiapan yang baik itu seperti apa. Pernikahan itu lomba lari marathon tweeps, bukan

50


lomba lari sprint! Penting banget untuk disiapkan dan dipenuhi perbekalannya.. Teruuuus, apa aja dong yang harus disiapkan? Yaaaaah.. Gak ikut#SeminarNikah sih tadiii.. Banyak banget yang dibahas! Rugi banget gak ikut Hehehehehe.. “Ah da saya mah masih lama mau nikahnya, belum butuh kokkk..” Sejak ikut seminar tadi saya pribadi malah ber-azzam, azzam-nya seperti ini… ”Sedini mungkin anak hrs diajari #FaktaNikah dan cara menghadapi pernikahan, gak usah nunggu gede dulu..Pelan-pelan.. ” Persiapan nikah itu segunung cyiiin.. Harus dicicil dari sekarang. Jangan nunggu kalau udah mau nikah atau kalau udah nemu pasangan.. telat! Semakin cepat kita tahu nikah itu apa dan kehidupan pascanya seperti apa, semakin tepat kita memilih pasangan. Beneran! Jadi yang harus disiapkan itu ilmu relationship-nya dulu baruuu deh menjalin relationship. Ini dulu, baru ituuuu.. #Nikah itu kan tujuan hidup banyak orang yahh. Saya gak berani bilang semua orang, ada ajaa loh yang gak kepikiran nikah sama sekali.. Orang khan beda-beda.. Nah, kalau saya pribadi sih memandang itu #Nikah itu penting banget! Sekolah kehidupan paling pol! Tempat bertumbuh paling yahud Kalau memang kita pengen nikah, dan tau betapa pentingnya nikah, sudah sejauh

51


mana waktu itu untuk concern ‘ngasi’ makan jiwaraga untuk urusan yang satu ini? Jangan-jangan kita termasuk orang yang ngikutin alur, niru ortu, atau ngejalanin apa yang kata orang bilang aja.. Wawww.. Bahaya kalau nikah modalnya begini . Iyasiiih.. Nikah mah learning by doing. Iya banget. Masalahnya penuh kejutan dan termasuk unpredictable problem. Tiap pasangan punya masalah yang beda juga. Tapi.. Samalah kayak bisnis, ada pola sederhana yang banyak orang gak tau dan ngeh padahal itu kunci pernikahan barokah. Pernikahan itu gak mudah. Butuh kekuatan jiwaraga yang super untuk jalaninnya. Tapiiiii berita baiknya adalah pola suksesnya sederhana! Cuma ya itu gak mudah! Berdarah-darah! Indahnya di awal doang, kesananya berjuang abis-abisan. Hayooo kalau sudah gini, masih mau nikah ga? Kenapa gak mudah? Karena Nikah itu akar dari semuanya. Pondasi kehidupan banyak orang! Kehidupan pernikahan kita gak sehat, kualitas hidup kita juga gak sehat.. Banyak dari kita malu, gengsi, atau merasa belum pantes untuk belajar ttg Nikah.. Padahal ngapain malu? Ngapain gengsi? Kenapa harus ditundatunda? Saat ini edukasi tentang nikah masiiih amat sangat minim. Padahal kerasa gak pentingnya kayak gimana? Ngerasa gak kalau semua orang yang mau nikah harus belajar dulu? Jujur-jujuran aja deh yah ini mah.. Saya juga banyak kecolongannya. Banyak ilmu yg miss yang belum saya tau tentang nikah.. #SeminarNikah hari ini benar-benar superrrrb! Beda

52


banget dari apa yang saya bayangkan sebelumnya! Materinya unik! Benar-benar jleb, bikin hening, dan gubrak! Yang paling mencengangkan lagi ternyata pembicaranya bukan seorang psikolog! Benar-benar saksi hidup dari jatuh bangunnya membangun pernikahan. Berdasarkan berbagai pengalaman dan survey yang cukup akurat, Om@noveldy membeberkan #FaktaNikah yg wowwwwgak kepikiran sama sekali! Om @noveldy membeberkan kelaziman kondisi pernikahan yang salah kaprah! Ternyata banyak dari kita memegang prinsip hidup pernikahan yang totally wrong! Satu ruangan pas #SeminarNikah tadi sukses terhenyak dengan #FaktaNikah yang dibeberkan Om @noveldy. Termasuk saya & suami. Senyum-senyum geli berdua deh kitaa.. Banyak banget yang reaksinya, “oooohhhh gitu yaaa?” Dengan bentuk ‘O’ yang bulat sempurna! Speechless.. Info dan ilmu lebih lanjut harus banget ikut #SeminarNikah dan follow RELATIONSHIP COACH yang satu ini » @noveldy | supeeerrb!!!

53


PT Alam Bahana Cipta Jl. tukad musi VI no.17, renon, denpasar, bali p. +62 361 8528879 f. +62 361 221067 alambahanacipta@gmail.com www.abcbali.net

54


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.