Sketsa Mahasiswa | Edisi III, April 2017
Anomali Praktik Demokrasi Mahasiswa Untidar M
ah
a si
swa
Penca ri Be rita
Lpmmata.com
TIM REDAKSI
Pembina Joko Tri Nugraha, S.Sos. , M.Si. Penasihat dan Pengawas Anggota Senior dan Alumni Pimpinan Umum Antin Purwanti Pimpinan Redaksi Putri Mawalia Redaktur Pelaksana Filla Adyarti Layouter Bondan P. Ilustrator Filla Adyarti PJ Percetakan Rohman Reporter Mohamad Dwi Raharjo Chanifah Ernia Dwi A.P Rochmi Nur Apsah Cahyo Sari Puspita Ardelita Maya E. M. Ferry Firmanda M. Yaskur
2
DARI REDAKSI Salam Persma! Pemilihan Raya Mahasiswa atau biasa dikenal dengan Pemira merupakan sebentuk potret praktik demokrasi di kalangan mahasiswa. Beberapa pihak yang terlibat dalam miniatur demokrasi negara ini seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Badan Legislatif Mahasiswa (BLM), Badan Pengarah Pemira, Badan Pengawas Pemira, serta Badan Pelaksana Pemira atau Badan Pemira Keluarga Mahasiswa (BPKM). Namun, seperti halnya Pemilu nasional, permasalahan mengenai hal-hal seputar praktik demokrasi kerap kali terjadi. Konflik memang bukan hal yang diharapkan layaknya mengharapkan emas atau berlian, namun dari situ mahasiswa dapat belajar terkait dinamika politik yang nantinya sebagai regenerasi dari kepemimpinan negara saat ini. Pemira adalah titik awal pembelajaran politik yang tentunya selalu berotasi tiap tahunnya. Di dalam sebuah sistem tentunya tidak melulu sempurna. Ketidakwajaranketidakwajaran tidak pernah dapat terhindarkan dari proses pelaksanaannya. Seperti yang diketahui beberapa waktu lalu tepatnya pada 12 Januari silam, mahasiswa Universitas Tidar (Untidar) usai menggelar pesta demokrasi. Kejanggalan-kejanggalan seperti tingginya nilai golput, mundurnya pelaksanaan Pemira dari jadwal yang seharusnya, hanya satu pasangan yang terusung sebagai calon tunggal dalam Pemira, minimnya informasi terkait sosialisasi pelaksanaan Pemira, serta peristiwa-peristiwa lain dalam pelaksanaan tercatat sebagai ketidakwajaran. Selalu berotasinya agenda tahunan ini tentunya akan menimbulkan pembaharuan terhadap sistem pelaksanaannya agar mahasiswa mampu mempraktikkan sebagaimana berdemokrasi dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan pengevaluasian dari sistem yang sudah berjalan sebelumnya yang tentunya anomali-anomali praktik demokrasi diharapkan tidak akan terulang kembali.
KILAS UTAMA
Kurang Koordinasi Diduga Jadi Faktor Keterlambatan Pelaksanaan Pemira
K
ursi-kursi kosong kini sudah kembali terduduki. Sudah pula tercatat sederet nama di antaranya; Bayu Setiadji Muslih, Nur Atika Istiqomah, Mariachi Phalevi, Irfi Maslachatul Ummah, Effendi Tri Julistan, dan Alfi Diantoro sebagai regenerasi dari kepemimpinan terdahulu. Meskipun sudah berlalu, Pemira yang merupakan program kerja Badan Eksekutif Mahsiswa-Keluarga Mahasiswa (BEM-KM) tersebut nyatanya dilaksanakan tidak sesuai dengan jadwal sebelumnya. Pemira yang dijadwalkan dilaksanakan pada akhir Desember 2016 baru tersselenggara pada 12 Januari 2017 silam. Hal tersebut terjadi akibat beberapa kendala. “Kurang koordinasi dan kurang persiapan yang matang karena kalau sampai mundur sampai bulan Januari itu kan otomatis
terbentuknya BEM-KM juga mengalami kemunduran,” jelas Bayu selaku ketua BEM-KM saat ditemui di ruang Kesekretariatan. Hal ini dibenarkan oleh ketua Pengarah Pemira 2016, Rizqia Muna F. “Ketua BLM mengatakan harus ketemu BEM dulu, ya karena saya magang nurut aja,” jelasnya. Masalah yang tidak dapat terhindarkan dari persoalan tersebut mengakibatkan mundurnya jadwal pelaksanaan Pemira. Nana mengungkapkan bahwa pihak BEM dan BLM menginginkan penyatuan suara terlebih dahulu mengenai pro-kontra isi AD/ART-KM terkait siapa yang harusnya menjadi penyelenggara Pemira. Kurangnya koordinasi antara BEM dan BLM tersebut berakibat pada terlambatnya pembentukan Badan Pemira Keluarga Mahasiswa (BPKM). BPKM ini terbentuk pada pertengahan Desember 2016. Sementara kegiatan yang dilaksanakan pada bulan yang sama, menjadi tidak terlaksana dengan semestinya. Seperti yang diketahui pada awal Desember 2016, BEM baru mengadakan open reqruitment, sehingga BPKM belum bisa melakukan tugasnya. Setelah mengadakan open reqruitment, pada pertengahan Desember barulah terbentuk BPKM. Setelah melakukan beberapa pertemuan akhirnya BPKM menentukan tanggal pelaksanaan Pemira usai mencapai kesepakatan Ormawa Untidar bahwa Pemira harus segera dilaksanakan. Dengan beberapa
3
KILAS UTAMA pertimbangan yang salah satunya mundurnya start kabinet baru. Kini diliburkannya mahasiswa dari Fakultas kabinet baru yang telah terpilih Teknik dan Fakultas Ilmu Sosial dan rencananya akan mulai aktif pada bulan Politik (FISIP) pada H-7 sebelum Maret. “Ketika pemilihannya telat diadakannya Ujian Akhir Semester berarti start-nya tadi juga mundur dan (UAS) semester gasal, akhirnya Pemira program kerjanya juga telat-telat. Saya ditentukan terlaksana 12 Januari 2017 dan teman-teman BEM memperkirakan lalu. Pemira yang terbilang cukup kilat jika kita baru bisa aktif kerja pada bulan karena terlaksana dengan persiapan Maret,” tambah Bayu sebagai ketua yang tak lebih dari dua minggu tersebut BEM-KM kabinet Santun Berkarya. BEM-KM dan BLM juga telah pun tidak dapat dihindari. “Sudah pasti kurang persiapan, menyepakati pelaksanaan Pemira terutama karena terkendala waktu. Tapi berikutnya akan dilaksanakan pada kalau waktu lebih panjang, persiapan bulan Desember mendatang. Selain itu, dapat lebih bahkan sangat lebih. Dalam B L M j u g a a k a n m e l a k u k a n dua minggu sudah dapat melangkah pembentukan BPKM pada awal beriringan untuk mempersiapkan segala November. “Desember itu sudah hal yang dibutuhkan dalam Pemira,” Pemira, atau bahkan sebelumnya sudah Pemira. Jadi, BEM bisa mempersiapkan tambah Nana. Kendala terlaksananya kegiatan kabinetnya itu lebih awal sehingga Pemira juga dikarenakan kondisi Januari bisa langsung kerja,” ungkap finansial yang tengah dihadapi. Hal ini Bayu. (Lst/Cece/Er/Pspt) juga terkait dengan terlambatnya Minim Peminat, BPKM pembentukan BPKM. Saat Terpaksa Gunakan Sistem terbentuknya BPKM Desember 2016 Pendelegasian lalu, kemahasiswaan juga sudah melakukan tutup buku sehingga dana embar-lembar pengumuman yang seharusnya bisa digunakan untuk berisi perekrutan anggota Badan menyelenggarakan Pemira tidak dapat Pemira Keluarga Mahasiswa diambil. “Kalau begitu kan mereka bekerja mungkin dengan dana yang (BPKM) sudah tak lagi tampak di belum ada, jadi kendala-kendala lain papan-papan pengumuman Universitas Tidar (Untidar). Lembaran-lembaran juga ditemukan,” terang Bayu. Setelah melaksanakan program kertas berisi informasi penting lain telah kerja (proker) yang melewati batas m e n g g a n t i k a n s e l e b a r a n o p e n pelaksanaan tersebut, BEM dan BLM recuitment yang tidak lagi tertempel. ke depannya akan lebih memantapkan Meski terbilang bersifat umum untuk segala persiapan. Dengan demikian, mahasiswa Untidar minimal semester 3, proker yang sudah semestinya nyatanya Badan Legislatif Mahasiswa dilaksanakan dapat terlaksana tepat (BLM) mendatangi satu per satu waktu dan tidak berdampak pada organisasi mahasiswa (Ormawa) untuk
L
4
Foto: blmkmuntidar
KILAS UTAMA mecatatkan masing-masing dua nama masing-masing UKM untuk menjadi anggotanya guna menjadi bagian dari anggota pengurus segala keperluan panitia Pemira 2016 usai pengumuman praktik demokrasi mahasiswa tersebut. penerimaan anggota BPKM yang Menurut pengakuan Teza, mahasiswa terjadwalkan pada 17/12 silam. “Tidak asal FKIP Program Studi Pendidikan ada yang berminat jadi anggota, maka Bahasa Inggris (PBI) semester IV diambil perwakilan per UKM,” ujar tersebut bahwa jalan yang diambil Teza Putra Handika, Ketua BPKM mengenai recruitment BPKM melalui delegasi dari UKM dipilih sebagai 2016. solusi minimnya peminat BPKM karena UKM bersifat netral atau tidak memihak salah satu kandidat yang diusung dalam Pemira. Usai terbentuk kepengurusan Pemira, akhirnya Teza Putra Handika terpilih menjadi ketua BPKM atas persetujuan anggota lainnya. Beberapabeberapa tindakan pun segera dilakukan oleh BPKM seusainya. “Ketika recruitment dari delegasi selesai, waktu sudah mendekati UAS sehingga mau tidak mau persiapan Pemira harus Perluas Publikasi: Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) selesai, termasuk sosialisasi,” ungkap memperluas publikasi perekrutan dengan merambah ke Teza. Pada 4 Januari silam, BPKM pun media sosial. telah mengirimkan surat yang ditujukan Anggota BPKM lain, Nirma untuk BEM, HMJ, dan UKM untuk Melati membeberkan bahwa jumlah mengadakan sosialisasi mengenai pendaftar anggota BPKM tercatat pelaksanaan Pemira 2016. Meskipun dengan persiapan hanya berkisar tiga pendaftar. “Setahu yang cukup singkat yakni kurang lebih saya yang daftar hanya satu atau tiga. Panwas juga tidak jalan,” terang dua minggu, Pemira 2016 yang terpaksa mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu terlaksana awal tahun 2017 tersebut Pendidikan (FKIP) Program Studi tetap terlaksana dengan hasil yang Pendidikan Bahasa dan Sastra didapati Bayu Setiadji Muslih dan Nur Atika Istiqomah serta Alfi Diantoro Indonesia (PBSI) semester IV tersebut. Hal inilah yang menyebabkan sebagai calon yang terpilih menjadi BLM mengambil tindakan sistem Ketua dan Wakil Ketua BEM-KM serta pendelegasian dari setiap Unit Kegiatan Ketua BLM periode 2017. “Anggota Mahasiswa (UKM). Sebanyak 25 BPKM yang dipilih dari delegasi UKM mahasiswa telah berhasil dikumpulkan melakukan pekerjaannya dengan oleh BLM dari delegasi-delegasi senang hati,” pungkasnya. (Nads/Svn) 5
LAPORAN KHUSUS
Golput Dominasi Suara, Panitia Tetap Anggap Hasil Pemira Sah
Hitung Suara: Perhitungan suara yang dilakukan oleh panitia Pemira Untidar 2016, didapati warna merah (golput) menyentuh persentase tertinggi.
K
ini tak lagi tampak puluhan kotak berwarna silver setelah beberapa waktu lalu menjadi saksi bisu aspirasi mahasiswa dalam perwujudan demokratisasi tingkat perguruan tinggi. Pun tak lagi terisi kertas-kertas yang sudah tertandai. Ratusan suara sudah tercatat sebagai hasil praktik demokrasi atau yang kerap kali digembor-gemborkan orang dengan sebutan quick count yang berarti hasil perhitungan suara baik dari pemilihan Ketua Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) maupun Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Tidar (Untidar). Terhitung sejumlah 1313 suara masuk dari pemilihan Ketua BLM dan sebanyak 6
1314 suara masuk dari pemilihan Ketua beserta Wakil Ketua BEM dengan jumlah mahasiswa golongan putih (golput) atau tidak memilih masingmasing sebanyak 2054 dan 2053 suara. Hal ini berarti jumlah mahasiswa yang tidak menggunakan hak pilihnya melebihi setengah dari jumlah keseluruhan mahasiswa yang ada di Untidar. Meskipun terbilang suara golput paling mendominasi, Panitia Pemira 2016 menyatakan hasil Pemira sudah dapat dikatakan sah dan tidak perlu dilakukan pengkajian terkait hal tersebut. Hasil perhitungan suara dalam Pemira pada 12 Januari silam tersebutkan bahwa persentase
LAPORAN KHUSUS kemenangan calon yang resmi terpilih sistem pelaksanaan UAS seperti yakni Bayu Setiadji Muslih bersama menggantikannya dengan tugas rumah, Nur Atika Istiqomah sebagai Ketua dan berbeda dengan fakultas lain yang Wakil Ketua BEM periode 2017 sistem pelaksanan UAS-nya tidak tersebut diperoleh sebesar 31% suara serupa. Hal ini berimbas pada sah, 4% memilih calon kosong, dan 4% ketidakhadirannya pemilih yang suara rusak atau tidak sah dari total memutuskan untuk mengambil masa keseluruhan mahasiswa dengan liburan lebih cepat dari jadwal liburan persentase golput sebesar 61%. Hal ini yang sudah diputuskan. “ Ti d a k p e r l u d i l a k u k a n dipandang cukup riskan sebab dalam realitanya calon yang diusung pengkajian ulang, karena yang saya merupakan calon tunggal namun tahu faktor utama tingginya nilai golput dengan jumlah mahasiswa yang tidak sebab adanya mahasiswa dari fakultas yang sudah kembali ke memilih melebihi 50% dari jumlah tertentu keseluruhan mahasiswa yang ada di kampung halaman karena tidak lagi Untidar. Mendominasinya mahasiswa melaksanakan UAS,� tambah Rizqia. Namun berbeda dengan yang yang tidak menggunakan hak suaranya menyebabkan beberapa praduga seperti diungkapkan Nirma Melati, yang tidak didukungnya calon yang notabene termasuk panitia penyelenggara Pemira merupakan calon satu-satunya yang mengungkapkan bahwa seharusnya terusung. Terkait hal tersebut, Rizqia hasil Pemira perlu dikaji ulang Muna F, Ketua Pengarah Pemira 2016 m e n g i n g a t p e r s e n t a s e g o l p u t tidak membenarkan spekulasi yang menyentuh lebih dari 50%. “Harusnya beredar. Ia menerangkan bahwa faktor perlu dikaji ulang. Pemira ini juga yang menyebabkan tingginya nilai kurang informasi, sosialisasinya pun golput pada Pemira tahun 2016 adalah begitu. Panitia terbentuknya dadakan waktu pelaksanaannya yang jatuh tepat sehingga kurang persiapan. Itu mungkin ketika pelaksanaan Ujian Akhir yang menyebabkan banyaknya angka Semester (UAS) semester gasal golput meskipun ada faktor liburan UAS,� ungkapnya. berakhir. Mengenai persentase hasil suara Kebijakan yang berbeda dari tiap-tiap fakultas yang ada di Untidar calon yang resmi terpilih menjadi Ketua mengenai pelaksanaan UAS berakibat dan Wakil Ketua BEM yang tidak pada tidak serentaknya waktu mencapai angka 50%, pihak Panitia penentuan masa liburan semester. Pemira menambahkan bahwasanya hal F a k u l t a s K e g u r u a n d a n I l m u tersebut sudah dikatakan sah. Hanya Pendidikan (FKIP) yang mencapai saja ada kesalahartian mengenai persentase golput tertinggi terbilang pengambilan keputusan sesuai dengan memiliki masa libur lebih awal karena p e r a t u r a n p a d a P e m i r a y a n g beberapa dosen pengampu memiliki menyebutkan bahwa calon tunggal akan kebijakan sendiri dalam menentukan dikatakan sah terpilih jika jumlah suara 7
LAPORAN KHUSUS yang diperoleh sebesar 50%+1. keseluruhan mahasiswa yang memiliki Penentuan 50%+1 ini diperoleh dari hak suara dan terdaftar sebagai jumlah suara yang masuk bukan pemilih,” terang Ahmad Ruhin Hidayat, dihitung dari jumlah keseluruhan Panitia Pemira 2016 Divisi Perhitungan pemilih yang sudah terdaftar. Maka Suara. Senada dengan hal tersebut, Teza calon tunggal akan tetap dikatakan Putra Handika, Ketua Badan Pemira resmi menang meskipun angka golput K e l u a rg a M a h a s i s w a ( B P K M ) , nilainya lebih dari setengah jumlah mengklarifikasi bahwa perhitungan pemilih jika hasil suara yang didapat suara tersebut diambil dari jumlah sudah mencapai setengah lebih dari keseluruhan suara mahasiswa yang telah masuk. “Peraturan 50%+1 pada Pemira jumlah suara yang masuk. “Suara dapat dikatakan sah dengan calon tunggal dihitung dari apabila jumlah suara yang diperoleh jumlah suara yang masuk,” pungkasnya. sejumlah 50%+1 dari total keseluruhan (Flo/Jo/Chn) suara yang masuk, bukan dari jumlah
Pelaku Golput Akui Pemira 2017 Minim Informasi
Hasil survei: Diagram batang angka partisipasi mahasiswa dalam Pemira Untidar 2017 oleh LPM Mata
G
olongan putih mendominasi hasil perhitungan suara Pemilihan Raya (Pemira) Universitas Tidar (Untidar) yang terselenggara 12 Januari lalu. Terhitung hampir setengah dari jumlah mahasiswa yang terdaftar sebagai mahasiswa perguruan tinggi yang berlokasi di Jl. Kapten Suparman No. 39 Magelang Utara tersebut memilih untuk 8
menyimpan hak pilihnya. Dari hasil pemerolehan suara (quick count) didapati mahasiswa yang termasuk ke dalam Golongan Putih (Golput) dengan jumlah prosentase terbesar adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) serta Fakultas Te k n i k d e n g a n m a s i n g - m a s i n g prosentase 76,2% dari 1009 jumlah keseluruhan mahasiswa FKIP dan 68%
KILAS KAMPUS dari jumlah keseluruhan mahasiswa Mahasiswa (BEM) serta Ketua Badan Fakultas Teknik. Beberapa mahasiswa Legislatif Mahasiswa (BLM) beserta dari kedua fakultas tersebut yang tak visi misi yang akan ia jalankan ketika memggunakan hak pilihnya mengaku nantinya terpilih sebagai mahasiswa k e k u r a n g a n i m f o r m a s i t e r k a i t yang meregenerasi kepemimpinan BEM dan BLM sebelumnya. “Lebih pelaksanaan Pemira. Puspita Andiyani, mahasiswa baik tidak memilih daripada salah Fakultas Teknik Program Studi Teknik pilih,” tambahnya. Padahal salah satu Sipil semester II yang merupakan hak pemilih adalah mengetahui calonpelaku golput mengaku tak memilih calon yang nantinya akan mendapatkan karena memang tidak mengetahui suara dari mereka. “Akan ada adanya pelaksanaan Pemira. Ia kecenderungan untuk memilih kalau mengatakan bahwa informasi pemira sosialisasinya bagus dan lebih intens,” tersebut sangat mendadak. Pelaksanaan jelasnya lagi. Menurutnya calon kandidat Pemira yang kala itu tergelar pada waktu yang kurang tepat karena akan dipilih jika mau lebih dekat dengan bersamaan dengan berakhirnya Ujian p a r a p e m e g a n g h a k p i l i h . I a Akhir Semester (UAS) semester gasal menambahkan dengan intensnya juga menjadi alasan yang diungkapkn sosialisasi dengan adanya kampanye oleh mahasiswa yang kerap dipanggil berkelanjutan akan dapat diketahui Puspita tersebut. “Kebanyakan sudah mampu tidaknya para kandidat pada mudik dan booking tiket,” ujarnya. memegang jabatan yang nantinya akan Ia menambahkan bahwa kurang adanya ia pegang. “Kalau saya tahu dia mampu, sosialisasi baik mengenai jadwal debat, saya milih,” tandasnya.. Pelaksanaan Pemira pun juga kampanye, serta pengenalan calon ketua dan wakil ketua BEM dan BLM. dianggap kurang efektif. Pengusungan “Baru mengetahui siapa saja calon- konsep baru yakni dengan Tempat calonnya dua hari sebelum pemilihan,” Pemungutan Suara (TPS) perfakultas namun dengan persiapan yang kurang ungkapnya. Mahasiswa lainnya mengaku matang merupakan salah satu faktor bahwa sosialisasi tentang Pemira penyebabnya. “Dalam pelaksanaan Pemira kurang merata. Seperti pengakuan dari Siti Wahyu Wulandari mahasiswa kemarin itu tidak efektif, kurang F a k u l t a s K e g u r u a n d a n I l m u direncanakan dengan matang soalnya Pendidikan (FKIP) Program Studi perfakultas itu ada. Seharusnya jika Pendidikan Bahasa dan Sastra setiap fakultas itu ada TPS pasti lebih Indonesia (PBSI) semester IV. “Kurang banyak yang memilih, tidak ada yang golput,” ujar Diyah Nur Arifah merata. Saya aja nggak tahu,” ujarnya. Alasan lain yang Siti sebutkan mahasiswa FKIP Program Studi PBSI adalah belum diketahuinya calon Ketua semester IV, pelaku golput lainnya. dan Wakil Ketua Badan Eksekutif (Fer/Adl/Rch/Yas) 9
KILAS KAMPUS
TPS Per Fakultas, BPKM Kecolongan Mahasiswa Tak Coblos Sesuai Tempatnya
Foto: Dok. LPM
B
adan Pemira Keluarga Mahasiswa (BPKM) mengevaluasi kekurangan pelaksanaan Pemilihan Raya (Pemira) 2014 lalu yang menyediakan kotak berwarna silver sebagai tempat hak pilih mahasiswa yang tertampung dalam satu tempat dengan sediakan Tempat Pemungutan Suara (TPS) di tiap-tiap fakultas. Meskipun telah disediakan TPS di setiap fakultas guna mempermudah akses pelaksanaan pesta demokrasi tingkat mahasiswa, namun panitia tetap kecolongan mahasiswa yang tak mencoblos sesuai dengan tempat yang telah disediakan. Ketua Pengarah Pemira 2016, Rizqia Muna F. atau yang kerap disapa Nana mengungkapkan bahwa ia memergoki mahasiswa yang memilih tidak mencoblos di TPS sesuai fakultas mahasiswa yang bersangkutan. “Dari FKIP nyoblosnya di Pertanian,” ungkapnya. 10
Nana sempat bertanya dengan mahasiswa yang salah menggunakan TPS tersebut. Ia menerangkan bahwa mahasiswa asal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) tersebut terpaksa menggunakan TPS yang ada di Pertanian dengan alasan faktor lokasi yang terbilang terlalu jauh. “Katanya kejauhan. Sudah diingatkan tapi tidak m a u k a r e n a s u d a h t e r l a n j u r, ” ungkapnya lagi. Memang TPS yang disediakan untuk mahasiswa asal FKIP kurang strategis. Lokasi tersebut dianggap terlalu pojok sehingga tidak diketahui oleh pemilih yang akan menyumbangkan hak pilih. Hal ini menjadi koreksi besar panitia Pemira 2016. Pasalnya, beberapa panitia tidak memeriksa kembali presensi mahasiswa yang akan menggunakan hak pilihnya dalam Pemira 12/01 silam.“Kesalahan dari kami juga. Kami luput tidak menanyai mahasiswa tersebut apaakah ada di presensi atau tidak,” tambah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) semester VI tersebut. Nana menyadari bahwa hal ini merupakan kesalahan dari panitia. Ia mengkoreksi bahwa penyelenggaraan Pemira tahun selanjutnya harus menyediakan tempat yang strategis bagi mahasiswa yang ingin mencoblos. “Harus menyediakan TPS yang strategis,” pungkasnya. (Flo/Jo/Chn)
Mau kekinian??? Samyang halal ekstra hot, minumnya Papabear Chocolate.
Untuk pemesanan hubungi 085 728 128 881 papabear_chocolate_
59FF8609
PAPABEAR CHOCOLATE
11