Sketsa Mahasiswa | Edisi IX, Februari 2019
TAK IKI KO SUARA
TIM REDAKSI
SALAM REDAKSI Salam Pers Mahasiswa! Selamat bersua kembali para pembaca setia Buletin Skema LPM MATA. Salam hangat dan salam sejahtera bagi kita semua. Edisi buletin kali ini membahas tentang Pemilihan Raya (Pemira) di tingkat fakultas. Pelaksanaan Pemira di tingkat fakultas tidak jauh berbeda dengan Pemira di tingkat universitas. Pemira Fakultas dilakukan guna memilih Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas, Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas, serta Ketua dan Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan/Program Studi (HMJ/HMPS). Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap fakultas melaksanakan Pemira pada waktu yang berbeda. Masing-masing fakultas pun memiliki berbagai kendala dan permasalahan yang timbul dalam Pemira fakultas tersebut. Penasaran? Simak info selengkapnya di buletin edisi spesial kali ini. Selamat membaca!
Sketsa Mahasiswa Pembina Joko Tri Nugraha, S.Sos., M.Si. Pemimpin Umum Makruf Dwi Prasetyo Wakil Pemimpin Umum M. Rauuf Oktavian Nur Pemimpin Redaksi Rizqi Mutiara Ningrum Wakil Pemimpin Redaksi Hastri Raras Respati Redaktur Pelaksana Titania Annisa Pradini
REPORTER
M. Rauuf Oktavian Nur Naila Nihayah Titania Annisa Pradini Nur Achmad Purnama N. Hanif Dwi Nurani Rejeki Indah Lestari Annisa Saptarini
Siti Indayani SaďŹ ra Ayu Murti Adi Setiawan M. Ma'ruf Amin Bagus Furqon Alfansyah Mitta AlďŹ an Hamzah
Lembaga Pers Mahasiswa MATA Universitas Tidar Alamat : Jl. Kapten Suparman No. 39, Magelang Utara, Magelang 56116 Gedung Kesekretariatan Lantai 2 Laman : lpmmata.com Surel : lpmmatauntidar@gmail.com
Layout & Design Adi Setiawan Aji Maulana Ilustrator Hanif Dwi Nurani Adi Setiawan Ika Fitriana Ari Wulandari Editor Hastri Raras Respati
KILAS BALIK PEMIRA FAKULTAS DAFTAR ISI
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mahasiswa FKIP Pertahankan Gelar Raja Golput
3
Pertanian Fakultas Pertanian 13 “Golput Auto E” alaFakultas
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ÿ Mahasiswa FKIP Pertahankan Gelar Raja Golput
3
Fakultas Ekonomi Ÿ Bilik Bercelah, Rahasia Terdedah Ÿ Panitia Tak Paham Aturan, Pemira Awut-Awutan
5 6
Fakultas Teknik KPR FT Tak Paham Pemicu Pemira Mundur Ÿ Didominasi Golput, Solidaritas Teknik Dipertanyakan Ÿ Paslon Terjang Tatanan Pemira Ÿ
9
10 12
Fakultas Pertanian Ÿ “Golput Auto E” ala Fakultas Pertanian Ÿ Blunder Wakil dan Kemenangan Kotak Kosong Ÿ Panitia KPR Mayoritas Mahasiswa Semester 1
13 13 15
Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIP Apatis Soal Politik
15
Ÿ
SKEMA | FEBRUARI 2019, EDISI IX
2
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Mahasiswa FKIP Pertahankan Gelar Raja Golput
Hidup Raja Golput...!!!
Ilustrator: Adi
Pemilihan Raya (Pemira) Fakultas di Universitas Tidar (UNTIDAR) tak luput dari noda hitam. Pesta demokrasi tersebut masih memberikan mahkota spesial bagi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), yaitu gelar raja golongan putih (golput) yang berhasil dipertahankan. Prestasi luar biasa tersebut disahkan oleh Komisi Pemilihan Raya (KPR) FKIP pada Selasa, (16/12) dengan persentase golput mencapai 48% dalam pemilihan Gubernur FKIP. Kembali menjadi Numero Uno meski tidak memecahkan rekor golput tahun 2017. Sebagai informasi, angka
3
golput di FKIP pada 2017 menembus 61%. Hal ini sangat disayangkan mengingat sosialisasi kepada seluruh mahasiswa FKIP sudah semakin gencar. “Kalau di FKIP sebenarnya sosialisasi sudah sangat dimaksimalkan lewat kampanye terbuka, pemasangan banner pasangan calon (paslon), dan broadcast ke seluruh media sosial yang ada di FKIP,� ujar Nashruddin, Ketua Panitia Pengawas Pemira (Panwasra) FKIP. Segenap usaha sosialisasi yang telah dilakukan bagaikan proses mengasinkan air laut. Arief Setiawan, Penanggung Jawab Pemira dari DPM FKIP mengungkapkan, sebagian besar
mahasiswa merasa berat menyempatkan diri ke kampus untuk hadir dalam pencoblosan. Malahan beberapa ada yang mudik. Dilihat dari daftar kehadiran, kebanyakan mahasiswa golput berasal dari semester tujuh ke atas. Ia mengatakan, "Meskipun sudah diberikan edukasi politik, rata-rata mereka belum antusias dan belum tertarik." Berbeda dengan Bupati HMPS PBSI periode 2017/2018, Leanita Fitria Agustin yang mengatakan bahwa edukasi politik tergantung dari ormawanya sendiri, bisa mengedukasi dengan baik atau tidak. Gelar raja golput semakin menambah kekecewaan yang
SKEMA SKEMA| |FEBRUARI JANUARI 2019, EDISI IX
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN membekas di hati. Kekecewaan tersebut juga dirasakan oleh Dara Puspita Nur Putri, paslon Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) PBSI nomor urut dua. Ia mengaku kaget melihat hasil akhir penghitungan suara yang hanya mencapai kurang lebih 200 suara. Rani Rahayu, Ketua DPM FKIP menanggapi, "Golput tinggi karena kultur FKIP yang memang sudah terpatri notabene kurang welcome dengan kegiatan ormawa. Mungkin juga karena cara pengemasannya berbeda." Senada dengan Ade Safri Fitria, paslon HMPS PBSI yang mengatakan bahwa ada kesalahan budaya, krisis kepercayaan mahasiswa terhadap kepemimpinan sebelumnya, kurangnya pendidikan politik, dan kurangnya sosialisasi kebijakan pemira, membuat mahasiswa harus menempuh jalan golput. Di sisi lain, Bupati HMPS PBSI periode 2017/2018 yang akrab disapa Lea berpendapat bahwa kandidatlah yang berpengaruh terhadap angka golput. “Walaupun KPRF sudah berusaha semaksimal mungkin dalam mempromosikan adanya Pemira, tapi kalau semisal kandidatnya tidak bisa meraih simpati dari teman-teman lain juga sama aja," tuturnya. Ia menambahkan, Pemira FKIP
tahun ini kurang meriah karena terlalu banyak kandidat tunggal, khususnya BEM dan DPM FKIP. Meskipun persentase golput berhasil berkurang sebanyak 13%, mahasiswa FKIP masih membutuhkan perjuangan lebih untuk melepaskan diri dari belenggu tahta golput di kampus elang ini.
Pelanggaran Masa
Tenang Kampanye Menyandang gelar raja golput dalam Pemira, tidak mengurangi gejolak politik para paslon pejabat organisasi mahasiswa (ormawa) FKIP. Mulai dari broadcast kampanye di masa tenang hingga banner paslon yang tidak dilepas hingga masa pemilihan berlangsung. Salah satu tim sukses dari paslon HMPS PBSI melakukan pelanggaran dengan memanfaatkan masa tenang untuk berkampanye melalui grup whatsapp. Sebagai tindak lanjut dari kejadian tersebut, salah satu paslon HMPS PBSI dan Kristia Rizki selaku Ketua KPRF FKIP melaporkan kasus tersebut sebagai sebuah pelanggaran. Ketua Panwasra FKIP, Nashruddin, membenarkan bahwa mendapat pengaduan dari berbagai pihak, yaitu sehari setelah ditutupnya masa kampanye. Namun, setelah Panwasra FKIP
SKEMA SKEMA || JANUARI FEBRUARI 2019, 2019, EDISI EDISI IX IX
melakukan klarifikasi dan menegur oknum terkait, masalah dianggap clear. Nashruddin menyatakan bahwa berdasarkan UU Pemira FKIP, pelanggar melakukan pelanggaran sedang. Oknum yang melakukan black campaign tersebut pun mengaku salah karena ia benar-benar tidak tahu kalau ketika dia melakukan broadcast di grup Whatsapp itu merupakan hari tenang. Dia juga menyatakan bahwa pesan itu tidak dapat ditarik karena waktu pengirimannya sudah terlalu lama. Selain itu, banner paslon pun sama sekali tidak dilepas ketika masa tenang. Bahkan, ketika hari pemilihan tiba pun masih terpampang dengan jelas di dinding depan gedung FKIP. “Saya sudah bertanya kepada humas KPRF FKIP sehari sebelum masa tenang, apakah mereka hanya tidak diperbolehkan untuk b ro a d c a s t d i m e d s o s s a j a , kemudian brosur dan atribut lain harus dicopot atau tetap dipasang. Mereka menjawab bahwa itu tidak masalah asalkan tidak ada kampanye baru,” tutur Ade Safri Fitria, salah satu paslon HMPS PBSI. Ade sangat menyayangkan hal tersebut karena terkait aturan pelepasan banner belum disampaikan, sehingga dapat membuka celah untuk melakukan black campaign.
4
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Daftar Pemilih Tetap (DPT) Tidak Jelas KPRF FKIP sebagai pihak yang bertanggung jawab atas data DPT FKIP pun gagal menyediakan data yang valid. Ketika ditemui setelah perhitungan suara, Ketua KPRF FKIP, Kristia menjelaskan bahwa data yang diperoleh dari Badan Pemira Keluarga Mahasiswa (BPKM) tidak valid. Sedangkan
pihak fakultas tidak bersedia memberikan data mahasiswa aktif yang valid kepada KPRF FKIP. Namun, Kristia juga menyesalkan bahwa KPRF FKIP belum bisa mengantisipasi masalah yang timbul sehingga kesulitan menyediakan data DPT yang valid. Padahal seharusnya pihak KPRF FKIP mampu melakukan pendataan secara manual kepada mahasiswa aktif. (RO/TAN/NAI)
FAKULTAS EKONOMI Bilik Bercelah, Rahasia Terdedah Pemilihan Raya Fakultas Ekonomi (Pemira FE) yang bertempat di lantai satu gedung A.01 Universitas Tidar (UNTIDAR) dirasa kurang efektif, terutama saat proses pencoblosan. Struktur Gedung FE yang terbilang unik menjadi kendala bagi Komisi Pemilihan Raya Fakultas Ekonomi (KPR FE) untuk me-layout tempat pemungutan suara. Ketika pemilihan tempatnya tidak sesuai, maka asas Pemira langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
5
Ilustrator: Hanif
adil (luberjurdil) tidak sepenuhnya tercapai. “Kalau untuk asas luberjurdil, karena bertempat di lantai satu sehingga rawan untuk bisa dilihat (dari atas), maka di situ menjadi titik kekurangan karena kami tidak memakai kanopi,� ungkap Nur
Fatimah, Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FE Periode 2017/2018. Pihak panitia pun tidak melakukan alternatif lain untuk menutup bilik suara yang terbuka dan terlihat dari lantai atas selain menggunakan kanopi. Seperti yang
SKEMA | FEBRUARI 2019, EDISI IX
FAKULTAS EKONOMI panitia masih jauh dari kata maksimal. Semestinya menjaga tangga dan mengarahkan mobilisasi untuk mencoblos serta m e n g a r a h k a n k e Te m p a t Pemungutan Suara (TPS). Namun kinerjanya kurang, seperti ketika memberikan pengarahan ke TPS, tidak hanya terpaku duduk menjaga presensi pencoblosan. Nico pun mengusulkan untuk menambah personel di divisi korlap dalam menyiasati tercapainya asas rahasia saat berlangsungnya pencoblosan. Dalam hal ini, personel korlap berguna sebagai pengawas yang dapat ditempatkan di beberapa titik, dengan titik paling sentral berada di lantai satu setengah dan lantai dua. (IN)
“
Panitia Pengawas Pemira (Panwasra) seharusnya tidak hanya mengawasi KPRF, pasangan calon (paslon), dan berjalannya serangkaian acara pemira, tetapi harus lebih serius mengawasi saat berlangsungnya pemungutan suara supaya tidak ada celah (pelanggaran) dalam Pemira.
“
dijelaskan Nur Fatimah bahwa dari pihak panitia tidak memiliki siasat untuk menutup bilik suara karena sudah merasa yakin tidak akan ada pelanggaran asas luberjurdil. Panitia merasa sudah puas dengan penataan tempat pemungutan suara sehingga mengabaikan hal kecil yang sebenarnya berpotensi menjadi kekurangan Pemira FE tahun ini. Nico Hadist Ardiansyah, Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen (HMJM) Periode 2017/2018 menghimbau supaya tahun depan pemungutan suara dilakukan di tempat tertutup. “Ketika pemungutan suara berlangsung, bilik suara sudah pasti terlihat dari atas. Sebaiknya jangan dilakukan di lobi lantai satu Gedung A.01 karena banyak orang berlalu lalang. Diharapkan tahun depan dilaksanakan di ruang tertutup supaya mahasiswa mengintervensikan hak yang dimiliki guna menyalurkan hak suaranya,” ujarnya. “Panitia Pengawas Pemira (Panwasra) seharusnya tidak hanya mengawasi KPRF, pasangan calon (paslon), dan berjalannya serangkaian acara pemira, tetapi harus lebih serius mengawasi saat berlangsungnya pemungutan suara supaya tidak ada celah (pelanggaran) dalam Pemira,” lanjut Nico. Di sisi lain, pembagian tugas koordinator lapangan (korlap) oleh
Panitia Tak Paham Aturan, Pemira Awut-awutan Hal lainnya yang menjadi kekurangan Pemira FE tahun 2018 ini adalah penghitungan suara yang dilakukan di satu tempat, yaitu lobi Gedung A.01 Fakultas Ekonomi. Lebih tepatnya titik lokasi pertama perhitungan suara berada di samping kiri lift dan titik lokasi kedua berada di sebelah kanan lift.
SKEMA | FEBRUARI 2019, EDISI IX
Hal tersebut membuat kurang kondusif dalam melakukan perhitungan suara. Misalnya ketika panitia yang berada di tempat perhitungan suara I membaca surat suara dan saksi mengutarakan kata sah, sementara di tempat perhitungan suara II, panitia dan saksi yang bertugas merasa
6
FAKULTAS EKONOMI terganggu. Tak berhenti sampai di situ. Pemira tahun ini, saksi yang dipilih dalam perhitungan suara juga tidak dipersiapkan dengan matang. Terdapat saksi yang dipilih saat hari-H. “Ketika perhitungan suara untuk Ketua DPM FE, salah satu panitia menemui saya dan menawari menjadi saksi. Sebelumnya, belum pernah ada tembusan dari panitia untuk tawaran menjadi saksi,” ujar TA, salah satu saksi perhitungan suara Pemira FE. Surat-surat administrasi perhitungan suara juga tidak dipersiapkan secara matang, seperti surat atas telah berjalannya perhitungan suara dan kesesuaian hasil perhitungan suara yang ditandatangani oleh saksi. Hal tersebut menyebabkan para saksi tidak melakukan salah satu kewajibannya guna tanda tangan di atas kertas putih, melainkan harus melakukan tanda tangan di kertas yang digunakan sebagai penulisan perhitungan suara. Selain itu, panitia tidak memahami dan tidak mencermati peraturan terkait sah atau tidak sahnya kertas suara yang masuk. Misalnya, kertas suara dari Himpunan Mahasiswa Akuntansi (Himakta) justru masuk ke dalam kotak suara Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Akibatnya, panitia bingung dan tidak yakin terkait sah atau tidaknya surat suara
7
masih bingung untuk diajak kerja,” tegas Nur Fatimah. Hal tersebut Kinerja KPR Fakultas Ekonomi selaras dengan keadaan yang ada. Terhalang Tingkat Semester Mayoritas masih minim Sebagian besar anggota KPR pengalaman sehingga masih FE tahun ini berasal dari semester terlihat malu dan bingung saat s a t u d a n b e l u m m e m i l i k i menjalankan tugas. Pernyataan N u r Fatimah p u n diiyakan oleh Ketua KPR FE 2018. Sedang kan pihak Panwasra FE, baik koordinato rnya, Indah Lestari maupun anggotany a, tidak ada y a n g berkenan u n t u k dimintai keterangan terkait tingkat kinerja K PR FE Ilustrator: Ika ataupun pengalaman organisasi atau klarifikasi hal lain yang menjadi kepanitian. Anggota KPR FE kendala Pemira FE 2018. berjumlah 39 orang, terdiri dari PASLON Malas Kampanye sembilan anggota dari semester tiga dan sisanya dari semester satu. Perpanjangan waktu “Mereka masih malu-malu dan recruitment di FE sudah menjadi tersebut.
SKEMA | FEBRUARI 2019, EDISI IX
FAKULTAS EKONOMI Rata-rata paslon malas melakukan kampanye secara langsung dengan bertatap muka ke mahasiswa. Meskipun panitia telah memberikan fasilitas untuk melakukan kampanye ke setiap kelas, tapi justru para paslon mengabaikan kesempatan tersebut. Salah satu C a l o n Wa k i l Ketua Himakta, Regita Nur S u s a n t i , mengakui bahwa ia tidak mampu memanfaatkan waktu dan f a s i l i t a s k a m p a n y e dengan baik. “Kami tidak memanfaatkan k a m p a n y e langsung ke kelas-kelas yang disediakan panitia,” ujar Regita. Ilustrator: Ari Setiap paslon masih merasa P a r a c a l o n h a n y a malu ketika melakukan kampanye mengandalkan media sosial dalam secara langsung untuk memmelakukan kampanye, meskipun branding diri sendiri, meskipun hal tersebut dirasa kurang maksimal dalam mempromosikan mereka telah mempersiapkan diri guna mendapatkan dukungan. grand design dari awal. Di mata para calon, kampanye kebiasaan FE, seperti yang dikatakan Nur Fatimah. Namun tetap saja ada paslon tunggal hingga menyebabkan kurang meriahnya masa kampanye.
SKEMA | FEBRUARI 2019, EDISI IX
masih dianggap tabu. “Mereka masih malu untuk mempromosikan diri,” tutur Nur Fatimah. Hal itu berimbas pada angka golongan putih (golput). Berdasarkan quick count oleh Mata Riset, angka golput Pemira FE mengalami kenaikan. Tahun 2017 mencapai 28% untuk BEM FE, 27% untuk DPM FE, Himpunan Mahasiswa Akuntansi sebesar 31%, dan Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan 30%. Sedangkan tahun 2018, angka golput sebesar 36% untuk BEM FE, 35% untuk DPM FE, 26% untuk Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen, 34% untuk Himpunan Mahasiswa Akuntansi, dan Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan hingga 40%. (IN/SA)
Unduh aplikasinya sekarang juga! mata
mobile klik: bit.ly/matamobile
8
FAKULTAS TEKNIK
rundown, tertera bahwa pemungutan suara di tingkat fakultas dilaksanakan pada (615/12). Komisi Pemilu Raya Fakultas Teknik (KPR FT) sebagai lembaga pelaksana Pemira
Budi Putu Ilman, ketua KPR FT. Raka pun mengakui bahwa banyak kendala yang dialami KPR FT dalam melaksanakan tugasnya, mulai dari waktu pembentukan di a w a l D e s e m b e r, k e m u d i a n penentuan waktu pemira, hingga pelaksanaan pemungutan suara. KPR FT juga melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing Ormawa FT, Trisma Jaya Saputra, S.T., M.T. dalam menghadapi kendala ihwal jangka waktu yang sangat pendek. Raka menyatakan bahwa KPR
mengaku tidak mengetahui alasan sebenarnya kemunduran Pemira. “Kalau penyebab waktu bisa mundur, kami dari KPR kurang paham,� ujar Raka Putra Perdana
FT hanya berjalan di bawah naungan DPM FT saja, “Jika pastinya kenapa bisa mundur sekian lama, kita dari KPR kurang begitu paham. Jadi, kita di sini
KPR FT Tak Paham
Pemicu Pemira Mundur
T
ertinggal jauh dari fakultas lain, Pemilu Raya (Pemira) Fakultas Teknik (FT) mundur sangat lama dari jatah waktu yang
Ilustrator: Hanif
telah ditetapkan. Hal itu dibuktikan dengan rundown Pemira yang dikeluarkan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (DPM KM). Dalam
9
SKEMA | FEBRUARI 2019, EDISI IX
FAKULTAS TEKNIK hanya mengikuti alur, bisa dibilang yang ngatur itu DPM FT. Ibaratnya kita di sini organisasi yang independen tapi kita masih harus ikut DPM.” Raka juga menyetujui perihal waktu pelaksanaan yang mundur adalah tanggungjawab DPM FT, “Kita dari KPR, hanya menjalankan tugas dan menentukan jadwal. Terkait pelaksanaannya mundur, itu menjadi tanggung jawab DPM.” Berdasarkan keterangan yang diberikan DPM FT, Pemira FT mundur karena terkendala beberapa hal. Salah satunya, undang-undang, “Pemira tahun ini, terkendala dengan pembuatan undang-undang baru, pembentukan KPR FT dan Panwasra. Pengujian publik undang-undang baru pun dilakukan dua kali. Sehingga seluruh persiapan yang dibutuhkan dalam Pemira FT dapat terselesaikan pada (18/12),” ujar Ilham Mansyur selaku PLT. Ketua DPM FT. Ilham menyatakan, terdapat banyak sengketa dalam penyusunan undang-undang dari organisasi mahasiswa (ormawa) FT, salah satunya mengenai pro kontra persyaratan LKMM. Hal tersebut menjadi salah satu penghalang pelaksanaan pemira. Meski mundur, Pemira FT tidak melanggar batas tanggal dari BPKM yang dilaksanakan paling
lambat tanggal (15/12/2018). “Kita sudah koordinasi dengan Ketua BPKM terkait Pemira FT yang mundur karena persiapan undangundang baru. Batasan tanggal tersebut bukan suatu keharusan, tetapi sebagai acuan atau saran. Sebab, terkait peminjaman kotak suara dan peralatan penunjang Pemira, ditanggung oleh BPKM. Jika pemira dilaksanakan di luar tanggal tersebut, maka KPR FT harus meminjam sendiri kepada KPU,” tutup Ilham Mansyur. Kendala yang disebutkan Ilham sejalan dengan pernyataan Feby Rudiyanto, Ketua DPM KM periode 2017/2018. Ia membeberkan beberapa kendala yang dialami FT dalam melaksanakan Pemira. Kendala paling berat adalah masalah pendanaan, yang dirasa cukup sulit untuk diturunkan, “Kalau masalah pendanaan mau bagaimana lagi. Organisasi kami adalah organisasi sosial. Dengan dana yang berjumlah banyak, kami tidak mungkin mengeluarkan uang sendiri. Menurutku hal itu kurang etis. Terlebih ini adalah agenda bersama. Karena itu, mungkin dari FT sendiri menjadi sedikit molor,” tutur Feby. Feby pun mengutarakan, mundurnya Pemira FT dilatarbelakangi oleh Ketua DPM FT yang sudah lulus, sehingga mempersulit para anggotanya untuk bergerak cepat.
SKEMA | FEBRUARI 2019, EDISI IX
Namun di balik semua itu, melalui media sosial WhatsApp Feby mengungkapkan, alasan yang cukup mengejutkan bahwa Teknik pada awalnya tidak ingin melaksanakan Pemira, “Sebenarnya FT akan melaksanakan musyawarah, tapi dari fakultas-fakultas lain dan DPM KM tidak setuju, jadi tetap harus melaksanakan pemira,” ungkap Feby. (MMA/AS)
Didominasi Golput, Solidaritas Teknik Dipertanyakan Mahasiswa Fakultas Teknik (FT) terkenal dengan rasa solidaritas yang tinggi. Mereka selalu mengedepankan aspek satu rasa, satu nasib, dan setia kawan. Sejak Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) fakultas, mahasiswa teknik diajarkan rasa solidaritas supaya tidak mementingkan ego sendiri. Namun, beberapa mahasiswa tidak sepemikiran dengan kakak tingkatnya. Hal tersebut terjadi karena ketidakselarasan yang tak
10
FAKULTAS TEKNIK
Ilustrator: Hanif
11
ini sangat disayangkan karena pihak Komisi Pemilihan Raya Fakultas Teknik (KPR FT) telah gencar melaksanakan sosialisasi. “KPR FT dari awal sudah berusaha semaksimal mungkin melaksanakan sosialisasi, sebagai wujud usaha kami dalam mengantisipasi banyaknya golput. Kemungkinan besar kendala utama banyaknya golput adalah UAS. Jadi, kami gencarkan sosialisasi melalui berbagai media sosial, face to face atau ngobrol langsung dengan teman–teman mahasiswa,” ujar Raka Putra Perdana Budi Putu Ilman, Ketua KPR FT. Awalnya, pelaksanaan Pemira FT akan dilaksanakan pada (11/1). Te t a p i , d e n g a n b e r b a g a i
“
KPR FT dari awal sudah berusaha semaksimal mungkin melaksanakan sosialisasi, sebagai wujud usaha kami dalam mengantisipasi banyaknya golput. Kemungkinan besar kendala utama banyaknya golput adalah UAS. Jadi, kami gencarkan sosialisasi melalui berbagai media sosial, face to face atau ngobrol langsung dengan teman–teman mahasiswa
“
tersampaikan. Sehingga, mereka memilih jalan acuh tak acuh yang tidak selaras dengan Ormawa FT dan menjadi bagian dari golongan putih (golput). Berdasarkan hasil Quick Count Mata Riset, angka golput mencapai 43%. Hal tersebut membuktikan bahwa angka golput masih mendominasi dalam pelaksanaan Pemilihan Raya Fakultas Teknik (Pemira FT) pada (9/1) lalu. Angka golput disebabkan oleh waktu pelaksanaan pemungutan suara yang dilaksanakan ketika Ujian Akhir Semester (UAS). Sehingga, ada mahasiswa yang telah selesai melaksanakan UAS, tidak menyempatkan waktunya untuk berpartisipasi pada Pemira FT. Hal
pertimbangan antara KPR FT, Dewan Perwakilan Mahasiswa ( D P M ) F T, d a n D o s e n Pembimbing Ormawa FT, yaitu Trisma Jaya Saputra, S.T., M.T., menghasilkan keputusan bahwa Pemira diajukan pada (9/1). Pengajuan jadwal pemungutan suara, menjadi strategi lain guna mengantisipasi melambungnya angka golput. Pada kenyataannya, angka golput terbanyak didapat dari mahasiswa semester atas, “Golput sangat didominasi angkatan 15 ke atas karena sudah tidak ada UAS. SKEMA | FEBRUARI 2019, EDISI IX
FAKULTAS TEKNIK Banyak yang sudah libur dan pulang ke rumah,” tutur Efriyan Nur Hakim, Wakil Ketua KPR FT.
“Kami sudah sosialisasi kepada mereka yang UAS-nya sudah selesai dan sudah libur. Kami terus
gencarkan sosialisasi, kami ajak supaya mereka tidak golput,” tambah Raka. (MMA/AS)
Paslon Terjang Tatanan Pemira Pasangan Calon (Paslon) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM FT) nomor urut satu, Ahmad Faisal Hasyim dan Ashari, terbukti melanggar peraturan berupa keterlambatan pengumpulan berkas administrasi yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilu Raya (KPR) FT. Hal itu didasarkan pada Undang-Undang Keluarga Mahasiswa F a k u l t a s Te k n i k U n i v e r s i t a s Ti d a r Nomor 2 Tahun 2008, pasal 16 ayat 1 (i). Pasal tersebut berbunyi “...tidak mengikuti rangkaian tahapan Pemira FT dengan tanpa seizin dan persetujuan panitia.” “Kami dari Panwasra menerima laporan dari KPR FT bahwasannya paslon BEM FT nomor urut satu terlambat melengkapi persyaratan berupa pengumpulan berkas Kartu Ta n d a M a h a s i s w a ( K T M ) simpatisan sebagai syarat untuk pencalonan,” tutur Alya Nurhuda, Ketua Panwasra FT. Hal tersebut
dikuatkan juga oleh UndangUndang KM FT UNTIDAR Nomor 2 tahun 2018 pasal 17 ayat 2 (e) yang menyatakan bahwa paslon BEM FT nomor urut satu terbukti melakukan pelanggaran sedang. Alya pun menyatakan bahwa paslon BEM FT nomor urut satu terkesan menyepelekan susunan timeline dari KPR. Selain itu,
ilustrator: Ari
meski KPR telah menghubungi paslon pada Jumat (4/1), paslon tersebut hanya mengiyakan. Padahal, pihak KPR FT telah memberikan tenggang waktu selama 11 hari bagi paslon nomor urut satu guna melengkapi kekurangan berkas. Tetapi, hal itu
SKEMA | FEBRUARI 2019, EDISI IX
tidak dimanfaatkan oleh Faisal dan Ashari. Sehingga, berkas pun belum dilengkapi hingga jatuh tempo. “Kami sudah memberikan kelonggaran waktu kepada paslon dari batas akhir pengumpulan kelengkapan tugas. Tapi paslon tersebut belum sanggup melengkapi berkas. Sehingga kami dari KPR memberikan sanksi kepada paslon sebagai pelanggaran sedang, dengan konsekuensi pemotongan suara 10%,” tutur Raka Putra Perdana Budi Putu Ilman, Ketua KPR FT. Disisi lain, pihak paslon merasa bahwa pelanggaran yang dilakukan hanyalah pelanggaran ringan. Afif pun menyatakan bahwa pelanggaran tersebut tidak tercantum dalam Undang-Undang Pemira Fakultas Teknik. “Hal tersebut belum diatur secara mendetail dalam peraturan Pemira FT,” tegasnya. (MMA/AS)
12
FAKULTAS PERTANIAN
Ilustrator: Ika
“Golput Auto E” ala Fakultas Pertanian Pemilihan Raya (Pemira) merupakan pesta demokrasi terbesar di Universitas Tidar yang diselenggarakan mulai dari Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiwa Universitas Tidar (BEM KM UNTIDAR) hingga BEM tingkat Fakultas. Penyelenggaraan Pemira ini tak pernah lepas dari masalah laten setiap tahun, yaitu adanya kaum golongan putih (golput). Di universitas yang menjadikan elang sebagai lambangnya, angka golput masih cukup tinggi, yakni mencapai 61% pada pemira sebelumnya. Hal tersebut menjadi pekerjaan rumah besar yang harus dituntaskan oleh setiap penyelenggara Pemira. Dalam mengatasi hal tersebut, Komisi Pemilihan Raya Fakultas (KPRF) Pertanian mempunyai cara
13
unik agar dapat menarik perhatian mahasiswanya dan meningkatkan angka partisipan dalam Pemira lalu. Slogan “Golput Auto E” terbukti berhasil menekan angka golput hingga 14%, terendah di antara pemira fakultas lain. “Kalimat tersebut isinya berupa himbauan dan ajakan untuk mengikuti Pemira Faperta dan diharapkan untuk menarik perhatian bagi mahasiswa,” jelas Ketua Dewan Pengawas Mahasiswa (DPM) Fakultas Pertanian, Cahyo Dwi Laksono. Fenomena “Golput Auto E” ini merupakan inovasi yang dilakukan KPRF Fakultas Pertanian, sekaligus mencerminkan kultur yang ada di Fakultas Pertanian. “Slogan tersebut merupakan kultur, untuk di Faperta nilai E
tersebut merupakan suatu momok. “Slogan tersebut merupakan hal yang menarik. Saya rasa mahasiswa FP takut terhadap nilai E,” imbuh Oke Amar Saputra. (CMT/ASR)
Blunder Wakil dan Kemenangan Kotak Kosong Ajang debat kandidat menjadi hal krusial dalam tahap-tahap demokrasi Pemira. Ajang debat kandidat merupakan momen di mana pasangan calon saling menunjukan ide dan gagasan, serta bisa menjadi arena sosialisasi program sekaligus tolak ukur untuk melihat kemampuan calon
SKEMA | FEBRUARI 2019, EDISI IX
FAKULTAS PERTANIAN pemimpin supaya dapat meyakinkan para pemilih. Jelas menjadi sebuah masalah jika bakal calon justru tidak hadir dalam ajang sepenting itu. Tentunya pemilih akan kesulitan untuk membandingkan, menguji, dan menilai sang kandidat. Hal tersebut terjadi di ajang debat pasangan calon (paslon) Fakultas Pertanian (Faperta) yang mana calon wakil ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faperta, Muhammad Sodikul, tidak hadir dalam ajang debat tersebut. Menurut penuturan Dini Charismonicasari, Calon Ketua BEM, ketidakhadiran wakilnya ini disebabkan alasan pribadi. Tentunya hal tersebut menjadi sebuah blunder bagi pasangan calon nomor urut satu ini. “Menurut saya, itu menjadi sebuah blunder untuk pasangan calon karena memang bila kita memilih calon kan tidak hanya ketuanya saja, tapi wakilnya juga. Bagaimana itu bisa dipilih jika masyarakat tidak melihat secara gamblang calon yang akan dipilih,” tutur Oke Amar Saputra, salah satu panelis. Senada dengan hal tersebut, mantan Ketua BEM Fakultas Pertanian Periode 2017/2018 sekaligus salah satu Panelis dalam ajang debat Paslon tersebut, Cahyo Purnomo juga mengungkapkan kekecewaannya, “Sangat tidak profesional dalam hal seperti itu
calon wakil ketua BEM tidak hadir. Seharusnya acara itu sebagai pembuktian jawaban dari wakil ketua akan menguatkan calon ketua BEM.” Cahyo menambahkan bahwa calon wakil ketua tersebut belum pernah mengikuti suatu organisasi fakultas dan langsung terjun ke BEM fakultas. Padahal, berada di posisi tersebut sangat berat karena akan mengurusi kegiatan dan pihak ormawa lain hanya membantu serta mengawasi. Selain itu, banyak yang menyayangkan jawaban dari calon ketua BEM yang masih ngambang, belum langsung ke poin. “Kemenangan kotak kosong menandakan bakal calon belum matang dan sebagian teman-teman juga merasakan seperti itu. Menjadi ketua dan wakil ketua BEM harus sudah kuat, kompeten, pengalaman berorganisasi, dan jam kerjanya sudah jelas,” tegas Cahyo. Hal yang sama juga keluar dari Panelis Taufik Hidayat yang mengatakan, “Padahal dalam debat tersebut menguntungkan terhadap eksistensi diri, kami (panelis) dapat melihat kekompakan mereka dalam visi-misi dan program kerja ke depan. Rasanya kurang lengkap jika hanya mendengar dari calon ketua, tanpa mendengar dari calon wakil ketua tersebut.” Ia menambahkan, adanya kemenangan kotak kosong merupakan hal yang wajar karena
SKEMA | FEBRUARI 2019, EDISI IX
tetap ada yang mengampanyekan paslon nomor urut satu dan kotak kosong. Menurutnya, hal tersebut merupakan bagian dari demokrasi. Secara langsung maupun tidak langsung, ketidakhadiran calon wakil ketua BEM dalam ajang debat paslon tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap hasil akhir Pemira Faperta. Menindaklanjuti kemenangan kotak kosong pada pemilihan ketua dan wakil ketua BEM Faperta, DPM telah berkoordinasi dengan K P R F, Wa k i l D e k a n 1 , d a n kemahasiswaan dengan mengadakan musyawarah yang bertujuan membahas kelanjutan dari organisasi BEM. Hal itu dikarenakan tidak mungkin ada kekosongan untuk BEM karena akan berdampak besar, yaitu menghasilkan pemimpin yang muncul atas dasar musyawarah tersebut. Musyawarah ini terlaksana pada Jumat, (21/12) dengan mengundang seluruh mahasiswa Faperta, termasuk ormawa dan perwakilan BEM. (CMT/RIL)
Sketsa Mahasiswa
14
FAKULTAS PERTANIAN
Panitia KPR Mayoritas Mahasiswa Semester 1 Kepanitian dalam sebuah kegiatan sangatlah dibutuhkan agar acara dapat terlaksananya dengan lancar. Sebagai fasilisator, panitia Pemira Fakultas Pertanian kali ini menjadi sorotan karena Panitia KPR mayoritas diisi oleh mahasiswa semester satu. Penanggungjawab (PJ) Pemira Fakultas Pertanian menerangkan bahwa hal tersebut dilakukan sebagai pembukaan untuk semester satu dapat berorganisasi, agar semester satu sadar berorganisasi
lebih baik dari kakak tingkatnya. Lalu semester satu lebih aktif dibandingkan semester tiga dan lima yang pasif, maka hal tersebut dapat dimanfaatkan. Selain itu karena semester satu masih netral terhadap politik dan tidak terkontaminasi dengan politik Fakultas Pertanian. Namun, tak semudah itu mereka langsung bergabung menjadi panitia Pemira, harus mengikuti serangkaian tes dan wawancara yang telah disusun hingga akhirnya dirasa pantas
menjadi anggota panitia Pemira. “Menurut saya tidak masalah, karena jika semester satu dianggap menjadi orang yang tidak berpengalaman dari semester atasnya maka itu adalah hal yang salah. Kita menilai sesuatu dari hal yang objektif, jika semester dijadikan sebagai acuan, belum tentu semester atas lebih baik dalam melakukan suatu hal” ujar Oke Amar Saputra. (CMT/HDN)
FISIP Apatis Soal Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) s e r i n g digambarkan sebagai gudang mahasiswa dengan kepekaan sosial dan politik serta sikap kritis t e r h a d a p fenomena yang ada di lingkungannya. Namun faktanya, masih banyak mahasiswa FISIP Universitas Tidar yang apatis terhadap fenomena di fakultasnya. Beberapa mahasiswa yang notabene merupakan aktivis di
15
Ilustrasi oleh: Google
fakultas tersebut merasa resah dengan kondisi yang ada. Ketua Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (HIMANISRA) periode 2018/2019, Fajar Rachmad,
berkata, “FISIP yang notabene berada di ranah sosial dan politik, nyatanya memilih pasif.” Hal yang sama juga dikeluhkan Arbie Ananto, Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HMIK) periode 2018/2019, “FISIP, tapi mahasiswanya kebanyakan apatis.” Fauziah Riskiyasari, Ketua BEM FISIP periode 2018/2019, mengungkapkan bahwa krisis jati
SKEMA | FEBRUARI 2019, EDISI IX
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK diri menjadi hal mendasar kurangnya kepekaan sosial terhadap lingkungan. FISIP yang harusnya lebih peka terhadap lingkungan daripada fakultas lain, justru bertindak sebaliknya. Keapatisan mahasiswa membuat Organisasi Mahasiswa (Ormawa) di fakultas menuai berbagai permasalahan, salah satunya dalam kaderisasi. Banyak mahasiswa tidak tertarik untuk berkontribusi dalam memajukan fakultas. Minimnya kaderisasi diakibatkan kurangnya kesadaran mahasiswa. Mereka menolak untuk terlibat dalam urusan fakultas dan lebih mementingkan diri sendiri. Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya angka partisipasi mahasiswa dalam pencalonan sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) dan Ketua BEM Fakultas. Fajar mengungkapkan, budaya apatis yang kian merebak juga disebabkan oleh masa transisi Universitas. Hal ini membuat mahasiswa perlu beradaptasi dengan sistem dan birokrasi yang baru. Selain itu, faktor malas turut menggawangi permasalahan ini. Jabatan seakan-akan menjadi posisi yang dihindari dan ditakuti mahasiswa. Sikap apatis mahasiswa berimbas pula pada tingginya angka golput di Pemira Fakultas. Hal tersebut diungkapkan
Febriansyah Dwi Aryanto, Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Hukum (HMPH) periode 2018/2019, “Masih banyak temanteman yang belum sadar, sampai ada golput. Mereka kurang peka dan kurang aktif, baik itu di tingkat ormawa, maupun di ruang kelas.” (AL/LVS)
Teknis Pemira Disayangkan Peserta Teknis peraturan yang dibuat oleh Komisi Pemilihan Raya Fakultas (KPRF) mendatangkan keluhan dari para peserta. Salah satunya, adanya kebingungan dengan berbagai persyaratan yang tidak rinci dan penyebaran informasi yang dinilai kurang maksimal. Salah satu paslon, Arbie Ananto membenarkan hal tersebut, “Sosialisasi sangat-sangat terbatas, pamflet hanya bersifat umum yang disebar oleh panitia, hanya berisikan persyaratan-persyaratan dari seluruh slot yang ada, baik DPM, BEM, maupun himpunan.” Leni Sriharmiati, Ketua KPRF FISIP 2018 melontarkan tanggapan perihal pelaksanaan Pemira bahwa pelaksanaannya secara teknis lancar, namun terkendala hujan. Leni juga mengatakan, pihaknya telah melaksanakan tugas sesuai aturan yang berlaku. Di sisi lain, Awieta, Ketua Panitia Pengawas Pemira
SKEMA | FEBRUARI 2019, EDISI IX
(Panwasra) mengaku bahwa KPRF sudah mengusahakan semaksimal mungkin demi berjalannya Pemira. Jangka waktu kampanye yang pendek dikeluhkan banyak paslon. Pasalnya, deadline dari DPM KM dirasa sangat singkat dan berimbas pada kurangnya waktu dalam pelaksanaan kampanye. “Pelaksanaan kampanye kurang maksimal dikarenakan deadline dari KM yang terlalu mepet,” ujar Febriansyah Dwi Aryanto, Ketua HMPH. Kurangnya waktu pelaksanaan kampanye menyebabkan banyak mahasiswa kurang mengetahui paslon yang maju dalam Pemira. Penyebab lain datang dari keluhan peserta, yaitu saat dan pasca pemira kurang koordinasi yang terkait waktu. Menanggapi hal tersebut, Ketua DPM FISIP periode 2018/2019, Rosa Retno Sari, mengaku, telah dilakukan koordinasi antara pihak D P M d a n K P R F. “ K a l a u koordinasi itu mulai dari pelantikan, awal sebelum pembentukan sudah ada koordinasi, setelah pembentukan.” Pasca berlangsungnya Pemira, kurangnya koordinasi waktu dibuktikan dengan jadwal pengumuman yang berubah-ubah dan dinilai membingungkan peserta. Pada peraturan, pengumuman dilaksanakan pukul 13.00 WIB, sedangkan pada pamflet pengumuman
16
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK dilaksanakan pukul 14.00 WIB. Lain halnya pada pamflet edaran terakhir, pengumuman dilaksanakan pukul 16.00 WIB. Fauziah mengeluhakan perbedaan waktu yang tertulis di pamflet, “Kalau di peraturan itu pukul 13.00 WIB, di pamflet pertama pukul 14.00 WIB, pamflet terakhir pukul 16.00 WIB.”
Paslon Tak Penuhi Syarat Pemira Peraturan Keluarga Mahasiswa (KM) menyebutkan bahwa mahasiswa yang mencalonkan diri sebagai ketua ormawa harus memiliki sertifikat Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Menengah (LKMM TM). Kejadian unik
dialami oleh FISIP, yang mana kedua calon tidak memenuhi persyaratan LKMM, yaitu Fauziah Risqiyasari dan Muhammad Rizza Amry. Fauziah secara administrasi mengikuti LKMM, tetapi saat dilaksanakan LKMM, ia mengaku sedang mengikuti panitia Borobudur Marathon. Dari permasalahan tersebut, ia bicarakan dengan Ketua Panitia LKMM TM saat itu, Nur Sofyan. Fauziah bertanya terkait keterlibatannya jika tidak mengikuti penuh LKMM. Sofyan pun mengatakan bahwa Fauziah tidak sepenuhnya hadir 75%. Hal tersebut menyebabkan tidak turunnya sertifikat. Akhirnya, Fauziah dan Rizza dapat maju dengan keluarnya
lpmmata_untidar
peraturan dari DPM. DPM mengeluarkan surat keputusan bahwa perlengkapan-perlengkapan yang belum memenuhi syarat agar segera dipenuhi selagi ia menjabat karena itu adalah keadaan darurat. Menanggapi fenomena tersebut, belum ada tanggapan dari KM. “Sampai saat ini belum ada peringatan dari pihak KM. Entah paham atau tidak terkait permalahan yang ada di sini karena kami juga belum melakukan pertemuan setelah pemira. Tetapi kami tetap melaporkan hal-hal terkait masalah yang ada di FISIP dan evaluasi terkait pemira yang ada di FISIP itu. KM belum ada inisiasi,” jelas Rosa Retno Sari, Ketua DPM FISIP. (AL/LVS)
LPM MATA
lpmmata.com
Lembaga Pers Mahasiswa MATA Universitas Tidar Alamat : Jl. Kapten Suparman No. 39, Magelang Utara, Kota Magelang 56116 Gedung Kesekretariatan Lantai 2 Laman : lpmmata.com Surel : lpmmatauntidar@gmail.com SKEMA | FEBRUARI 2019, EDISI IX
17
GROW YOUR
BUSINESS WITH US !
INGIN BISNIS ANDA MAKIN DIKENAL CIVITAS ACADEMICA UNTIDAR, WARGA MAGELANG, BAHKAN SELURUH INDONESIA?
Hubungi Kami :
lpmmata.com
085643098556 (Nisrina)
LPM MATA
085785749717 (Makruf )
lpmmata_untidar
Mau tampil kece ??? Tak perlu mahal ! Kaos hanya 35RB ! 100RB DAPET 3 ! Reseller welcome, beli banyak lebih murah !!! Home store : Potrobangsan IV, No. 32, RT 7 RW 5, Magelang Bisa dicari di Google Maps: search "sisterly.id" COD / kirim paket / Gosend bisa banget! sisterly.id
087745489054
MAU DIBANJIRI PELANGGAN?
MARI BEKERJA SAMA DENGAN LPM MATA DALAM BENTUK
IKLAN, MEDIA PARTNER, ADVERTORIAL
Bingung cari slime murah di daerah Magelang? Jangan khawatir, kini hadir Vita Slime di Magelang Utara. Harga dijamin lebih murah. Mau order? Hubungi No. WA 085868254203 Atau bisa datang langsung ke home store di Kampung Dumpoh, RT 4, RW 7, Potrobangsan, Magelang Utara. vitalisme19
085868254203
OPEN SPONSORSHIP Anda punya bisnis?
Jangkau lebih banyak konsumen dengan beriklan di LPM MATA START FROM
300K BULETIN Distribusi:
START FROM
50K - Mahasiswa - Dosen UNTIDAR - Karyawan UNTIDAR - Organisasi Mahasiswa UNTIDAR
- LPM se-Jateng & DIY - Surat kabar wilayah Magelang - Organisasi Mahasiswa UNTIDAR - Karyawan UNTIDAR - Mahasiswa UNTIDAR - Dosen UNTIDAR Terbit 1 tahun sekali 700 eksemplar
Terbit 1 bulan sekali 450 eksemplar
Iklan di buletin + post di instagram LPM MATA
MAJALAH Distribusi:
Iklan di majalah + post di instagram LPM MATA + website lpmmata.com
Website LPM MATA lpmmata.com
CONTACT US
085785749717 (MAKRUF) 085643098556 (NISRINA)
Fasilitas: - Online 24 jam - Diakses masyarakat umum PRICE BY REQUEST