Skema edisi 1

Page 1

Skema Sketsa Mahasiswa | Edisi 1, Desember 2016

Kecewa, Rektor Sempat Tolak Temui Mahasiswa Tak Mau Tandatangani Perjanjian, “Cukup Kontrol dan Awasi !”

Pantaskah Sang Pengawas Beralih Jadi Eksekutor? PERAMA VS UNTIDAR FEST, BEM : UNTIDAR FEST Bukan PERAMA

Rama Klarifikasi Gagalnya Untidar Fest


SALAM REDAKSI

Salam Redaksi

Tim Redaksi Pimpinan Umum Antin Purwanti Pemimpin Redaksi Putri Mawalia Redaktur Pelaksana Skema Filla Adyarti Editor Puji Lestari, Sela Trilastari, Fikha Nada N. Layouter Bondan Ilustrator Filla Adyarti PJ Percetakan Rohman Reporter Flo, Lilis, Yatul

Salam Persma!!! Perguruan tinggi merupakan tingkatan pendidikan yang menuntut mahasiswanya tidak hanya menimba ilmu secara akademik tetapi juga dituntut untuk berorganisasi secara sosial. Dalam perguruan tinggi sendiri, terdapat beberapa organisasi seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Badan Eksekutif Mahasiswa setingkat fakultas dan kampus. Semua organisasi mahasiswa (ormawa) ini dibawah naungan Badan Legislatif Mahasiswa (BLM).Umumnya setiap organisasi pastilah memiliki berbagai permasalahan baik secara internal maupun eksternal. Begitu pula dengan permasalahan yang saat ini menjadi buah bibir mahasiswa Untidar mengenai polemik antara dua organisasi tertinggi di Universitas Tidar (Untidar). Mengenai hal tersebut, perlu adanya pembahasan sebagai pengingat agar organisasi tersebut dapat melakukan pembenahan. Menyoroti permasalahan yang melibatkan Badan Eksekutif Mahasiswa-Keluarga Mahasiswa (BEM-KM) dan BLM Untidar, maka SKEMA edisi kali ini akan mengulik kilas permasalahan tersebut yang kami rangkum dalam tema “Kilas Potret Mahasiswa Berdasi�. Selamat membaca.

Kunjungi juga laman kami di:

2

Skema Edisi 1 | Desember 2016


KILAS UTAMA Kilas Utama

Kecewa, Rektor Sempat Tolak Temui Mahasiswa Tak Mau Tandatangani Perjanjian, “Cukup Kontrol dan Awasi !” “Assalamu'alaikum... Wa'alaikumsalam.. Assalamu'alaikum... Wa'alaikumsalam... bapak Rektor, kami datang...” eruan itu tidak henti-hentinya keluar dari megaphone yang berulang disuarakan komando audiensi terbuka. Bersama massa, dengan membelakangi gedung ekonomi dan menghadap gedung rektorat, Kamis (25/11) lalu untuk memanggil Rektor Universitas Tidar (Untidar) yang kala itu belum juga beranjak dari istana dinasnya. Hanya satpam dan beberapa orang rektorat yang berdiri tegap menyaksikan puluhan mahasiswa yang membawa bendera kebanggaan fakultas masing-masing. Beberapa diantaranya memegang price reallease berisi suara-suara mahasiswa dan berseru meminta rektor menemui mereka untuk duduk bersama melakukan audiensi secara terbuka, khusus membahas Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) yang telah lama gencar dikaji oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM-KM) Untidar selama 3 bulan ini.

S

“Yang saya dengar, rektor kecewa dengan mahasiswa yang melakukan pergerakan di luar ruangan. Ditambah dengan menggantungkan spanduk berisi tulisan-tulisan, apalagi tulisan yang ada di atas gedung ekonomi,” terang Arif Budianto, salah satu anggota BEM-KM Untidar tatkala ditemui di sekretariat malamnya usai audiensi terbuka digelar. Audiensi terbuka ini memang bermula dari kegiatan yang dilakukan di luar ruangan. Masih teringat pergerakan mahasiswa Kamis lalu yang berbondong-bondong bersatu menyuarakan keluhkesah terkait permasalahan di Untidar akhir-akhir ini. Dimulai sekitar pukul 10.30 WIB, selama kurang lebih 2 jam mahasiswa gencar menyerukan permasalahan-permasalahan agar Prof. Dr. Cahyo Yusuf M.Pd, selaku Rektor Untidar, keluar dari ruangannya dan bersedia mendengarkan suara mahasiswa dalam audiensi terbuka di Auditorium

Skema Edisi 1 | Desember 2016

Untidar. Akhirnya, salah seorang pihak rektorat mengatakan kepada salah satu komando pergerakan mahasiswa dalam audiensi terbuka tersebut, bahwa Rektor akan menemui mereka pukul 13.00 WIB di Auditorium Untidar. Alih-alih datang, nyatanya sampai sekitar pukul 13.30 tidak ada satu kabar pun mengenai kesediaan Rektor untuk datang menemui mereka. Hal itu terjadi akibat adanya miskomunikasi antara peserta aksi dan pihak rektorat. “Ada miskomunikasi karena dari pihak rektorat mengatakan Rektor akan menemui pukul 13.00 WIB, tapi ternyata rektor tidak menginginkan adanya audiensi terbuka,” terang Dodidio Okta, salah satu anggota BEM-KM. Arif juga mengaku bahwa sebelumnya beberapa anggota BEM-KM termasuk ketua umum sudah melakukan dialog dengan Rektor. Dalam dialog tersebut Rektor mengatakan bahwa enggan melakukan audiensi terbuka, tapi menginginkan audiensi secara tertutup karena kekecewaannya terhadap aksi yang dilakukan Kamis lalu. Pasalnya, mahasiswa trauma sehingga tetap menginginkan adanya audiensi terbuka. Mahasiswa khawatir jika kompromi-kompromi yang telah mereka lakukan akan berujung kegagalan. “Kita trauma kalau audiensi secara tertutup,” tutur Dio. Hal itulah yang memaksa mereka kembali beramai-ramai menuju gedung rektorat. Setelah berjam-jam berdiri menunggu Rektor keluar gedung, akhirnya Rektor Untidar mempersilakan beberapa mahasiswa yang masih bertahan di depan rektorat untuk masuk ke dalam. Pergerakan mereka bukan tanpa landasan apapun. Beberapa permasalahan yang telah dikaji mereka serukan. Untidar adalah salah satu perguruan tinggi yang belum lama ini menjadi satu-satunya perguruan tinggi negeri di Magelang. Tepatnya dua tahun silam, usai presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono meresmikannya pada 1 April 2014. Sama halnya dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) lainnya, Untidar pun menerapkan sistem Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) bagi mahasiswa yang mendaftar melalui jalur mandiri untuk kali pertama pada tahun ini sesuai anjuran dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Namun, anehnya beberapa kejanggalan ditemukan oleh mahasiswa yang tergabung dalam organisasi BEM-KM karena menerima pengaduan dari mahasiswa penanggung SPI.“Permasalahan SPI berangkat dari teman-teman 2016, sedangkan permasalahan UKT dari teman-

3


KILAS UTAMA teman 2015 dan 2016. Kok, UKT dan SPI carutmarut. Mulai dari tidak ada kejelasan mengenai sosialisasi penjelasan SPI, lalu golongan UKT masuk golongan mana. Kok, turun golongan ini, naik golongan ini, terjadi kebingungan. Meski dari rektorat sudah ada penjelasan mengenai sistem ini, tapi mereka masih belum mengerti. Untuk apa nanti dananya, untuk apa uang SPI ini digunakan,” jelas Arif. Permenristekdikti Nomor 39 tentang penerapan UKT dan Biaya Kuliah Tunggal (BKT) telah menyebutkan bahwa yang harus membayar uang pangkal atau lebih dikenal dengan SPI yakni mahasiswa asing, mahasiswa internasional, mahasiswa yang melalui jalur dan mahasiswa yang masuk melalui jalur mandiri. Pasal lain juga menyebutkan mengenai peraturan pemungutan uang pangkal kepada mahasiswa, salah satunya pasal 10 ayat 3 berbunyi bahwa “Jumlah mahasiswa baru Program Diploma dan Program Sarjana yang dapat dikenakan uang pangkal paling banyak 30% (tiga puluh persen) dari keseluruhan mahasiswa baru.” Namun yang terjadi di Untidar dari hasil kajian BEMKM dengan melakukan pendataan dari 5 fakultas, nyatanya mahasiswa yang menanggung uang pangkal melebihi 30% dari jumlah keseluruhan mahasiswa baru.

“Dari hasil audiensi kemarin, Rektor menyatakan bahwa pemungutan tersebut prosentasenya bukan dihitung dari jumlah keseluruhan mahasiswa, tapi ada mekanismenya sendiri,” tambah Arif. Perhitungan dari pihak Rektorat dengan perhitungan yang dilakukan BEM-KM terkait masalah UKT dan SPI ternyata memiliki perbedaan. Terdapat mekanisme sendiri yang tidak dapat dijelaskan secara rinci oleh Rektor Untidar dalam audiensi kala itu. Penjelasan mengenai mekanisme UKT dan SPI rencananya akan dilakukan bersama Wakil Rektor II Bidang Keuangan. Audiensi bersama Rektor tersebut telah disepakati bahwa pihak rektorat akan menampung aspirasi-aspirasi mahasiswa. Prof. Cahyo Yusuf sendiri enggan menandatangani surat perjanjian berisi keluhan-keluhan mahasiswa, akan tetapi dia mengatakan bahwa mahasiswa cukup mengawasi dan mengontrol kinerja rektorat usai aspirasi mereka disuarakan apakah benar dipenuhi atau tidak. “Saya tidak perlu menandatangani tapi kalian mengontrol dan mengawasi saja,” ungkap Rektor Untidar kepada Dio saat berada di gedung rektorat seminggu lalu. (FA)

OPINI

Pantaskah Sang Pengawas Beralih Jadi Eksekutor? Oleh : Filla Adyarti dan Fitri Ilma L. abtu, tepatnya pada 26 November 2016, lapangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) tetap saja kosong seperti hari libur biasanya. Hanya beberapa motor milik mahasiswa yang terparkir di halaman fakultas yang difungsikan sebagai lahan parkir kendaraan. Untidar Fest yang dicanangkan akan terhelat hari itu nyatanya tak jadi terlaksana. Dengan berlabel Keluarga Mahasiswa (KM) sebagai penyelenggara, tetapi nyatanya tidak banyak yang tahu mengenai fakta di balik pengatasnamaan KM tersebut. Tertera dalam proposal rencana kegiatan Untidar Fest dengan KOP surat tertulis Keluarga Mahasiswa, tersebutkan tiga landasan diantaranya, 1) Tridharma Perguruan Tinggi, 2) Program Kerja Badan Legislatif Mahasiswa Komisi 5 Kewirausahaan dan Minat Bakat, dan 3) Hasil kesepakatan Pamflet Untidar Fest: publikasi Untidar fest melalui Organisasi Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Tidar. Landasan akun Instagram Universitas Tidar berupa pamflet nomor 2 tersebut membuat beberapa pihak mempertanyakan keetisan sebuah legislatif yang memiliki program kerja untuk mengadakan acara yang notabene menjadi agenda Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). “Sebenarnya tidak apa-apa ketika BLM mengadakan acara semacam itu, namanya acara dadakan. Kecuali jika masuk program kerja, itu tidak boleh sebab sudah ada eksekutif,” jelas Ginanjar Teguh Iman, S.Pd., alumni yang pada periode sebelumnya diberi mandat oleh mahasiswa Untidar untuk menjadi Ketua BLM. Acara yang hampir sama juga terangkum dalam Pekan Raya Mahasiswa (Perama) bertajuk “Immortalia” yang telah terlaksana sebelum terselenggaranya Untidar Fest pada 24-26 November lalu. Untidar Fest yang dinilai sebagai acara terbilang besar melebihi acara Immortalia yang diselenggarakan BEM terkesan mubazir karena ha-

S

4

Skema Edisi 1 | Desember 2016


OPINI rusnya dana dan kinerja keras mereka dapat digunakan untuk melaksanakan program kerja sesuai tugas BLM pada umumnya. “Ada tiga pilar. Saya lupa, tapi yang utama adalah melakukan pengawasan,” tambah Ginanjar, alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) yang kini menjadi karyawan Untidar di Biro Akademik Kemahasiswaan Perencanaan dan Kerjasama (BAKPK). Seperti yang dilansir dalam muhayatun.wordpress.com dalam artikelnya berjudul “Badan Legislatif Mahasiswa Wadah Menumbuhkan Idealisme dan Berpikir Terbuka” menyebutkan bahwa tugas dan wewenang BLM pada umumnya adalah membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden Mahasiswa (Presma), menampung dan mempertimbangkan segala aspirasi mahasiswa yang disampaikan kepada Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), memberikan mandat untuk pelaksanaan Pemira, mengawasi pelaksanaan hasil-hasil sidang DPM, mengawasi pelaksanaan program kerja dan kebijakan Badan Eksekutif Mahasiswa, menyelesaikan masalah yang timbul dalam negara tingkat universitas, serta menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan Dewan Perwakilan Fakultas (DPF) yang berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikursertakannya dalam pembahasan. Gagalnya Untidar Fest sebagai acara yang diagendakan akan terlaksana selama tiga hari berturut-turut dengan serangkaian acara seperti seminar kewirausahaan yang salah satunya menghadirkan pembicara orang nomor satu di Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, kemudian bazar dengan beberapa stand, dan puncaknya akan diakhiri dengan salah satu band ternama ibukota, Last Child, bersama sederet band lokal tersebut semakin memunculkan banyak spekulasi. Salah satu ormawa tertinggi di Untidar yang seharusnya mampu menyelesaikan permasalahan organisasi-organisasi mahasiswa yang berada di bawah naungannya, justru menyisakan permasalahan untuk organisasi-organisasi mahasiswa lain. Mulai dari permasalahan internal kampus yakni, mengendor rasa kepercayaan mahasiswa dan ormawa terhadap BLM, serta permasalahan eksternal yang akan menyebabkan kepercayaan para sponsorship terhadap ormawa-ormawa berkurang. “BLM kan posisinya di atas, sedangkan yang ada di bawah-bawahnya sendiri sebenarnya masih belum rapi sehingga membutuhkan bantuan BLM juga. Saat itu belum terkondisikan, BLM malah mengadakan acara yang membuat masalah yang bukan hanya untuk BLM itu sendiri tapi juga untuk semua ormawa,” ungkap Hudel. Perlu diluruskan bahwa BLM adalah salah satu organisasi tertinggi di perguruan tinggi yang mempunyai fungsi dan tugas penting. Sesuai dengan namanya, legislatif pantasnya dapat menjalankan fungsinya sebagai legislasi itu sendiri. Seorang anggota dewan harus mampu menyalurkan aspirasinya. Banyaknya produk perundang-undangan yang diciptakan dalam satu periode kerja merupakan salah satu parameter keberhasilan dari DPM tersebut. Sedang fungsi lainnya yakni fungsi pengawasan, terkhusus mengawasi kinerja dari lembaga eksekutif. Hal ini bertujuan agar lembaga eksekutif bekerja secara optimal dan sesuai dengan amanat mahasiswa yang telah memilih mereka-mereka yang duduk di ormawa tertinggi tersebut. Selain terkait hal di atas, sudah seyogyanya jika keuangan mahasiswa dipegang oleh mereka sendiri. Pengelolaan keuangan ini dipegang dan diatur penggunaannya oleh DPM/Senat Mahasiswa sebagaimana yang terjadi pada pemerintahan yang sebenarnya (Pemerintahan Republik Indonesia). Senat/DPM mengevaluasi kinerja dari UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) dan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) sehingga pengelolaan dana keuangan dan pemberian anggaran dilakukan berdasarkan kinerja dari ormawa tersebut. Fungsi dari BLM yang terakhir adalah fungsi advokasi di mana mereka bertugas menyampaikan keluhan, masukan, saran dan kritik mahasiswa kepada pihak pengelola universitas agar aspirasi serta permasalahan yang ada dapat terselesaikan. Sepantasnya mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam legislatif serta ormawa lainnya yang dapat istilahnya terpilih sebagai perwakilan mahasiswa seluruh universitas tersebut, baik Eksekutif maupun DPM serta DPF, dapat menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai dengan apa yang sudah menjadi ranah mereka.

Tersedia 24 jam Hubungi 085790230921 RE

NT

NO W !

1

SPACE IKLAN

Skema Edisi 1 | Desember 2016

5


KILAS KAMPUS

PERAMA VS UNTIDAR FEST, BEM : UNTIDAR FEST Bukan PERAMA Untidar Fest Menyanggam Tak Ucap Salam

P

ekan Raya Mahasiswa (Perama) bertajuk Imortalia, salah satu program kerja Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM-KM) Universitas Tidar (Untidar) telah berakhir. Serangkaian acara berturut-turut dihelat mulai dari acara Workshop Entrepreneurship dengan tema “Marketing Plan” pada Senin (21/11). Selanjutnya Untidar Expo yang terdiri dari 40 stand mahasiswa dan beberapa hiburan musik pada Selasa (22/11), dengan acara penutup Immortalia Night yang menghadirkan sederet band lokal seperti Jetvoice Family, Goodnite Honey, Punakawan, dan Secangkir Senja. Selang beberapa hari dari pelaksanaan Perama, 24-26 November kemarin harusnya terlaksana juga acara yang tidak jauh beda yakni Untidar Fest. Meskipun hampir sama, tidak banyak yang tahu bahwa acara tersebut adalah acara dengan dua penyelenggara yang berbeda. Perama merupakan program kerja BEM bidang Kewirausahaan dan Kemahasiswaan, sedangkan Untidar Fest merupakan persembahan dari keluarga mahasiswa, seperti yang tertera di pamflet. Tetapi pihak-pihak lain yang tergabung dalam organisasi mahasiswa (ormawa) justru mengelak masuk ke dalam panitia penyelenggara acara tersebut. Hanya ada satu organisasi yang memprakarsai adanya Untidar Fest, yakni Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) dengan mengatasnamakan keluarga mahasiswa yang belum melakukan konsolidasi dengan setiap ormawa. Rian Widianto perwakilan dari ketua panitia Perama, tidak setuju apabila Untidar Fest termasuk ke dalam serangkaian acara Perama. Sebagai anggota BEM, dia pun tidak mengetahui Untidar Fest. “Saya kalau Untidar Fest tidak mau berkomentar. Untidar fest itu kalau sesuai di pamflet merupakan program kerja dari Keluarga Mahasiswa (KM), berarti seharusnya semua organisasi mahasiswa (ormawa) harus terlibat dalam kepanitiaannya,” ujar Rian Widianto. Anggota BEM sendiri mendapat instruksi dari Ketua BEM untuk menjalankan program yang hanya dibuat oleh BEM, jadi selain program yang dibuat oleh BEM para anggota tidak boleh mengerjakan program tersebut. “Kegiatan Perama ini mungkin sebagai pijakan awal untuk kegiatan Untidar Fest, karena Perama cuma acara kecil, sedangkan Untidar Fest merupakan acara besar,” komentar Rian Widianto. Ia juga mengatakan kalau anggota BEM tidak ada yang masuk dalam kepanitiaan acara Untidar Fest. Untuk konsolidasi dari Pihak BEM sendiri, ketua BLM Untidar telah

6

menemui ketua BEM untuk mendiskusikan acara Untidar Fest, tetapi untuk UKM lain ada yang belum dilakukan konsolidasi. “Saya sendiri tidak masalah kalau semisal pakai nama KM, asal dapat dipertanggungjawabkan. Semua sudah setuju apa belum. Sebelumnya harus ada tembusan, informasi, dan koordinasi terlebih dahulu,” ungkap Nurul Huda, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) semester 5 yang kini menjadi Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bengkel Seni. Mahasiswa yang akrab disapa Hudel tersebut mengaku memang beberapa teman-teman dari Bengkel Seni pernah diminta untuk masuk ke struktur panitia. Akan tetapi mengingat banyak program kerja dari Bengkel Seni yang padat di bulan November membuat mereka menolak untuk masuk ke dalam struktur panitia Untidar Fest. Meski sudah melakukan penolakan, bukannya mundur justru pencetus Untidar Fest tetap gencar memasukkan Nurul Huda dan beberapa mahasiswa yang aktif dalam UKM Bengkel Seni masuk menjadi bagian dari struktur kepanitiaan.“Saya tahu dari mantan ketua Bengkel Seni yang kerja di salah satu usaha makanan ketika dimintai tolong untuk sponsor, lalu saya mendapat kabar juga kalau nama saya dan beberapa teman-teman BS masuk ke kepanitiaan. Kalau nama mau dimasukkan tidak masalah tetapi harus ada konfirmasi, setuju atau tidak. Memang hanya sekadar nama, tetapi nanti ketika ada masalah nama-nama itu yang akan diingat,”tutur Hudel tatkala ditemui dikesekretariatan. Lain halnya dengan Bengkel Seni, UKM Pramuka justru mengaku tidak tahu menahu mengenai penyelenggaraan Untidar Fest. “Saya malah kurang tahu, tetapi setahu saya belum,” ujar Ridwan Setyo Pambudi, Mahasiswa FKIP PBSI semester 3 yang aktif tergabung dalam Racana Pramuka Untidar. Untidar Fest ini juga menimbulkan banyak pertanyaan dikalangan mahasiswa, mulai dari pamflet yang diganti sebanyak tiga kali, contact person yang berubah-ubah, sampai sponsor yang tadinya tertera di pamflet awal menjadi tidak ada pada pamflet yang terakhir ditempel di papan-papan pengumuman. (NF,PY)

Skema Edisi 1 | Desember 2016


KILAS KAMPUS

Rama Klarifikasi Gagalnya Untidar Fest

U

ntidar Fest merupakan acara sebagai bendahara, sedangkan Rama yang diagendakan oleh Badan menjadi penanggung jawab eksternal. “Dari Legislatif Mahasiswa (BLM) awal saya sudah membentuk koordinasi dari U niversitas Tidar. Acara tersebut teman-teman BLM. Saya sudah membagi meliputi seminar nasional, Tidar Expo, tugas, jadi saya yang mengurusi masalah dan Music Concert yang dilaksanakan eksternal seperti bintang tamu, sponsor, pada 24-26 November 2016. Namun, produksi dan pemateri, teman-teman BLM acara tersebut terpaksa dibatalkan karena yang mengurusi internalnya seperti mencari beberapa faktor, diantaranya jumlah massa atau tiketnya.” Ujar Rama. peserta yang tidak memenuhi target dan Sedangkan terkait pembuatan awal adanya isu negatif mengenai acara yang proposal Untidar Fest, ada beberapa nama beredar di kalangan organisasi ketua ormawa yang dimasukkan ke dalam mahasiswa (ormawa). Setelah beredar proposal sebagai panitia acara tanpa berbagai isu tersebut, Rama Sedjati Pamflet Untidar Fest: publikasi Untidar fest melalui mengonfirmasikan terlebih dahulu kepada akun Instagram Universitas Tidar berupa pamflet memberikan klarifikasi dibatalkannya (6/11). pihak yang bersangkutan, sehingga banyak Untidar Fest. dari mereka yang meminta konfirmasi “Banyak isu-isu yang beredar tentang acara kepada panitia Untidar Fest terkait hal tersebut. Untidar Fest, diantaranya penyelenggaraan acara “Awalnya proposal yang dibuat itu ada beberapa yang menggunakan dana ormawa, dana Program nama ketua ormawa yang saya masukkan ke dalam Mahasiswa Wirausaha (PMW), mendapatkan dana proposal, kalau dibilang salah saya mengakui itu dari universitas sebesar 120 juta, serta adanya salah,” kata Rama memberikan klarifikasi. kontroversi penggunaan nama keluarga mahasiswa. Rama juga mengonfirmasi bahwa acara Hal-hal itulah yang membuat acara Untidar Fest ini Untidar Fest ini diselenggarakan atas nama keluarga dibatalkan,” kata Rama Sedjati selaku penanggung mahasiswa bukan atas nama BLM. Hal tersebut jawab Untidar Fest sekaligus ketua umum BLM. dimaksudkan karena acara ini bukan acara milik Selain itu, Rama juga menjelaskan seminar nasional perorangan maupun ormawa namun milik seluruh dibatalkan karena salah satu pemateri seminar yaitu civitas Universitas Tidar. “Untidar Fest ini saya buat Bapak Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa bukan untuk urusan pribadi ataupun untuk meraup Tengah mengonfirmasi bahwa beliau tidak bisa hadir. keuntungan sendiri. Untidar Fest ini saya buat “Sebelum acara seminar berlangsung, Pak Ganjar dengan tujuan ingin mengadakan suatu kegiatan Pranowo mengonfirmasi melalui bawahannya bahwa untuk seluruh mahasiswa, jadi bukan acara ormawa, beliau tidak bisa hadir dalam acara karena harus fakultas, perorganisasi tapi acara kita semua, menghadiri rapat di Jakarta. Hal itu juga yang keluarga mahasiswa,“ tambahnya. membuat saya membatalkan pemateri yang lain Addin Cahyo salah satu personil band Lapis walaupun acara akan berlangsung hari berikutnya,” Legit yang menjadi pengisi acara dalam Untidar ujar Rama. Fest, melihat pamflet acara tersebut di media sosial Rama membantah seluruh isu yang beredar milik Universitas Tidar. Namun mereka mengaku dikalangan ormawa tersebut. Acara Untidar Fest bandnya belum mendapatkan konfirmasi tentang diakuinya tidak mengambil dana dari pihak manapun acara tersebut dari pihak Untidar Fest. “Awalnya kecuali dana murni yang dimiliki BLM sendiri. saya mengetahui acara Untidar Fest dari teman dan “Kegiatan ini murni menggunakan dana BLM, hasil saya melihat pamfletnya lewat Instagram Universitas penjualan tiket, sumbangan alumni, dan uang pribadi Tidar. Pamflet tersebut banyak yang menjadi pengisi saya sendiri. Saya tidak menggunakan dana PMW, acara termasuk dari band saya, tetapi band saya tidak ormawa, maupun dari universitas,” lanjut Rama. mendapatkan pemberitahuan apapun dari pihak “Jumlah peserta Untidar Fest pun belum Untidar Fest,” ujar Addin Cahyo salah satu personil memenuhi target karena hanya sekitar 10% band Lapis Legit. mahasiswa Untidar yang membeli tiket acara Rama selaku penanggung jawab acara tersebut, sehingga keseluruhan acara Untidar Fest Untidar Fest mengaku bahwa dirinya belum dibatalkan,” tambahnya. Dari pembatalan acara mengonfirmasi sebagian band yang tertera dalam tersebut dirinya mengaku bahwa kerugian ditafsir pamflet. “Memang ada beberapa band yang belum mencapai 30 juta. saya konfirmasi. Maksud saya itu hanya untuk Sebelumnya, dalam penyelenggaraan gebrakan saja. Niatnya setelah pamflet dipublish saya Untidar Fest ini telah dibentuk panitia inti dari pihak konfirmasi semuanya,” ungkap Rama menjelaskan BLM yang diketuai oleh Adi Syaiful dan Sheila pernyataan Addin. (LS, NDA, ST)

Skema Edisi 1 | Desember 2016

7


Jl. Wonosari KM 7 Sampengan, Gg. Perkutut No. 325-B, Baturetno, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta 55197. Telp.: (0274) 4353776 | www.divapress-online.com | @divapress01


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.